Anda di halaman 1dari 9

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Menurut Depkes dalam (Setiadi, 2012) masa pra sekolah disebut
masa keemasan (Golden period), jendela kesempatan (window of
opportunity), dan masa kritis (critical period). Sedangkan menurut Bloom
dalam (Musarafoh, 2011) anak yang berada dalam rentang usia 0-4 tahun
perkembangan kecerdasan meningkat sekitar 50%, dan usia 4-8 tahun
berkembang menjadi 80%. Perkembangan anak pada tahun-tahun pertama
sangat penting dan akan menentukan kualitas dimasa depan. Dimasa pra
sekolah terdapat berbagai tugas perkembangan yang harus dikuasai anak
sebelum dia mencapai tahap perkembangan selanjutnya, adanya hambatan
dalam mencapai tugas perkembangan tersebut akan menghambat
perkembangan selanjutnya. Tekanan yang berlebihan ataupun pengharapan
yang terlalu tinggi melampaui kapasitas kemampuan anak membuat anak
memilih untuk berbohong atau berbuat curang agar dapat diterima oleh
kelompok sosialnya (Setiadi, 2012).

B. Karakteristik anak pra sekolah (2-6th)


Ciri khas secara jasmani
1. Sangat aktif, senang berlari dan melompat.
2. Pertumbuhan amat cepat dan banyak bergerak.
3. Cenderung melakukan hal-hal yang terlalu sulit.
4. Pita suara secara bertahap mulai berkembang.

Ciri khas secara mental


1. Daya konsentrasi sangat pendek.
2. Rasa ingin tahu sangat besar.
3. Imajinasinya kuat.
4. Konsep terhadap “waktu” dan “ruang” masih terbatas.
5. Suka mendengarkan cerita.
6. Suka bertanya karena rasa ingin tahu yang besar.
7. Belum dapat membedakan antara cerita yang sebenarnya dengan
dongeng atau khayalan.
Ciri khas secara emosi
1. Sifat ketergantungan masih besar, namun juga ingin menojolkan sifat
kemandirian.
2. Suka mengatakan “tidak” dan dalam proses masa atau tahap
“menentang”.
3. Egosentris, egoistis.
4. Ada suatu perasaan takut.
5. Emosi masih berimbang, mudah marah tetapi juga cepat reda.

Ciri khas secara sosial atau pergaulan (4-6 tahun)


1. Senang bermain dengan teman sebayanya, namun juga perlu waktu
untuk bermain sendiri.
2. Sifat individu masih sangat kuat.
3. Sering timbul pertengkaran saat bermain.
4. Sangat membutuhkan perhatian dari orang dewasa.
5. Sedang belajar membuat pilihan-pilihan yang benar.(Trianto, M.Pd,
2010)
C. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter
anak prasekolah. Bila anak berada pada lingkungan yang baik maka akan
memberikan pengaruh yang baik pula bagi perkembangannya dan jika
anak dalam pengaruh lingkungan yang buruk maka akan berpengaruh
dengan perkembangan anak yang tidak baik. Misalnya di lingkungan
masyarakat / social,anak akan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat
antara satu sama lain. Dan memberikan pengaruh pada lingkungannya dan
anak juga akan menerima pengaruh dari lingkungan masyarakat tersebut.
Yang kedua yaitu lingkungan sekolah,merupakan lingkungan kedua
setelah keluarga. Jadi orang tua harus pandai memilih tempat sekolah yang
baik untuk anak karena lingkungan sekolah akan sangat berpengaruh pada
perkembangankarakter anak.
D. Definisi Ansietas
Menurut Videback(2008), Ansietas (kecemasan) adalah perasaan
takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek
yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas. Kecemasan merupakan
suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakkan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan
merupakan gejala umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu
fungsi emosi .
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memliki objek yang spesifik. Kondisi
dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
E. Cara Mengatasi Ansietas

Terdapat 2 langkah utama dalam menangani gangguan kecemasan


umum, yaitu melalui terapi psikologis dan obat-obatan. Kedua langkah ini
biasanya akan dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Terapi
perilaku kognitif (CBT) merupakan metode yang paling efektif dalam
menangani gangguan kecemasan umum. Melalui terapi ini, penderita akan
mengenali dan memahami dampak masalah, perasaan, dan perilakunya
terhadap satu sama lain. Teknik-teknik khusus untuk mengatasi kecemasan
juga akan diajarkan dalam CBT, misalnya teknik merelaksasikan otot yang
tegang dengan cepat saat berada dalam situasi pemicu kecemasan.
Di samping terapi, obat-obatan mungkin dianjurkan guna
mengobati gangguan kecemasan umum. Diskusikanlah dengan dokter
mengenai jenis obat yang cocok untuk kondisi Anda, contohnya durasi
pengobatan yang akan dijalani serta efek sampingnya. Beberapa jenis obat
yang biasanya diberikan meliputi:
 Antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) atau
serotonin and noradrenaline reuptake inhibitor (SNRI). Ini merupakan
obat yang paling umum dalam pengobatan gangguan kecemasan umum.
 Pregabalin. Obat ini tergolong sebagai antikonvulsan yang biasanya
digunakan untuk menangani epilepsi.
 Benzodiazepine. Obat yang masuk ke dalam golongan sedatif ini
sebaiknya dihindari oleh pasien yang mengonsumsi minuman keras atau
obat-obatan terlarang.

Selain dengan penanganan medis, penderita gangguan kecemasan


umum bisa melakukan hal-hal berikut secara mandiri untuk meringankan
gejala yang dialaminya:
 Berolahraga dengan teratur.
 Melakukan teknik relaksasi, seperti yoga.
 Menghindari kafein, merokok, dan konsumsi minuman keras

F. Faktor-Faktor Resiko Ansietas


Faktor ini dapat meningkatkan resiko terkena gangguan kecemasan,
antaranya adalah (MFMER, 2012)
1. Jenis kelamin
2. Perempuan lebih mungkin untuk di diagnose dengan gangguan
kecemasan dibanding laki. Menurut Kessier et al., (1994) rasio antar
perempuan dibanding laki untuk gangguan ansiaetas 3:2 (Yates,
2012)
3. Trauma sewaktu kecil
4. Stress Karena penyakit:
5. Memikir kondisi kesehatan atau penyakit serius dapat menyebabkan
ke khawatiran
6. Stress penumpukan:
7. Sebuah peristiwa besar atau penempukan situasi kehidupan yang
penuh stress yang dapat picu kecemasan yang berlebihan
8. Keturunan dari keluarga dengan riwayat ansietas
9. Penyalahgunaan obat-obat / alcohol
G. Definisi Story Telling
Story telling berasal dari Bahasa Inggris, jika dilihat dari susunan
katanya, memiliki dua kata yaitu story dan telling. Story artinya cerita dan
telling artinya menceritakan. Jadi padanan kata tersebut menghasilkan
sebuah pengertian baru yaitu menceritakan sebuah cerita.
Menurut Pellowski (dalam Nurcahyani, 2010) mendefinisikan
storytelling sebagai sebuah seni atau seni dari sebuah keterampilan
bernarasi dari cerita-cerita dalam bentuk syair atau prosa, yang
dipertunjukkan atau dipimpin oleh satu orang di hadapan audience secara
langsung dimana cerita tersebut dapat dinarasikan dengan cara diceritakan
atau dinyanyikan, dengan atau tanpa musik, gambar, ataupun dengan
iringan lain yang mungkin dapat dipelajari secara lisan, baik melalui
sumber tercetak, ataupun melalui sumber rekaman mekanik.
H. Riset Tentang Story Telling Terhadap Anak Usia Pra Sekolah
Menurut Imawati (2019) menyimpulkan bahwa, ada pengaruh
pemberian Story Telling terhadap tingkat kemandirian anak usia pra
sekolah di PAUD Sefilla Al-Jazeera Samarinda.
Menurut Novtryasari (2014) menyimpulkan bahwa, melalui
metode Story Telling dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada
anak usia pra sekolah kelompok B TK Yasporbi Kota Bengkulu.
Menurut Fara Dila (2018) menyimpulkan bahwa, metode Story
Telling berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar anak kelompok
TK B PAUD IT CendekiaTungkop Aceh Besar Tahun Ajaran 2017/2018.
Menurut Ambarsari (2015) hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan metode Story Telling pada kemampuan membaca permulaan
meliputi :
1. Persiapan program dan persiapan mengajar.
Persiapan program meliputi :
a. Menentukan tema diri sendiri untuk cerita.
b. Menentukan waktu untuk Story Telling.

Persiapan mengajar meliputi :

a. Guru memahami isi cerita.


b. Guru menyiapkan buku cerita.
c. Guru menyiapkan karpet, tikar, dan mengatur suhu ruangan
2. Pelaksanaan Story Telling yaitu :
a. Guru mengatur posisi duduk “O” dan “L”
b. Mengingat cerita sebelumnya
c. Menghubungkan pengalaman anak dengan topik cerita
d. Anak membaca judul buku cerita
e. Guru bercerita dengan ekspresi, humor, pertanyaan,
gerakan menirukan suara.
f. Anak dilibatkan dalam merumuskan kesimpulan cerita
3. Evaluasi meliputi :
a. Guru mengamati anak saat mmembaca google
b. Guru membuat catatan kemampuan membaca pemulaan
pada anak
c. Evaluasi dilakukan untuk tiga anak setiap story telling
d. Guru mendata anak yang belum membaca untuk diamati
pada pertemuan selanjutnya.
BAB II
PELAKSANAAN

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat di
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran pada anak yang kurang optimal dalam
pengucapan kosa kata, sehingga ada beberapa anak yang sulit
menerima kata-kata yang disampaikan oleh guru.
2. Masih sedikitnya anak yang mampu berbicara yang lancar.
3. Kebanyakan anak hanya menjawab pertanyaan ketika diminta berbagi
pengalaman, bercerita atau mengungkapkan perasaannya.
4. Kurang aktifnya anak dalam mengikutin pembelajaran ( untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan ) yang berpengaruh terhadap hasil
belajar.
5. Sebagian besar orang tua sibuk bekerja, sehingga sosialisasi yang
terjalin dengan anak kurang optimal.
6. Tidak semua anak dapat bersosialisai baik dengan teman di
lingkungan rumah maupun sekolah
7. Kemampuan anak dalam menyebutakan bilangan secara berurutan
masih rendah.
8. Metode yang digunakan guru untuk mengatasi ansietas kurang optimal
9. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar kegiatan
berkomunikasi masih jarang digunakan guru.
I. Pelaksanaan

Setting Tempat :

a. Terapis dan klien duduk membentuk lingkaran


b. Ruangan nyaman dan tenang
c. Bagan Setting

Keterangan :

: Pasien
: Fasilitator / Perawat
: Leader
: Co Leader
: Observer
Susunan Acara

Jam Kegiatan
08.00  Pembukaan
 Perkenalan tim
 Mengobservasi kepada anak-anak
08.30 Preetest : untuk orang tua atau pengasuh
Mendampingi untuk mengisi lembar PASR
08.45  Story telling dimulai
 Tim dibagi menjadi beberapa bagian leade dan co
leader, fasilitator dan observer (2)
09.15 Evaluasi kegiatan
09.30  Pemberian hadiah
 Penutupan

Material Justifikasi Kuantitas Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)


Pemakaian
Buku cerita Menjadi 3 buah - -
referensi story
telling
Konsumsi Konsumsi bagi 1 kotak wafer 15.000 x 3 = 45.000 195.000
(snack) anak-anak
1 kotak susu 50.000 x 3 = 150. 000

Kain flanelSebagai media 8 meter 12.000 96.000


penunjang
untuk
pembuatan
boneka tangan
SUB TOTAL (Rp) 291.000

Anda mungkin juga menyukai