Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MYALGIA

Disusun oleh:

Indira Pambudi

P1601025

PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

(2016 / 2017)
A. Pengertian
Myalgia atau nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan bersifat
individual. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk
melindungi untuk melindungi diri. Ketika suatu jaringan mengalami cedera,
ataukerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan –bahan yang dapat menstimulus
reseptor nyeriseperti serotonin, histamin, ion kalium,bradikinin, prostaglandin, dan
substansi P yangakan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat
disebabkan stimulus mekanikseperti pembengkakan jaringan yang menekanpada
reseptor nyeri. (Potter&Perry, 2006).
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa , awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung <6 bulan. Nyeri kronis merupakan pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan yang akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa , awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung > 6 bulan (NANDA, 2011).
B. Etiologi
a. Penyebab nyeri antara lain Trauma mekanik, kimia, termal dan elektrik.
 Trauma mekanik
Jaringan : Kerusakan jaringan, iritasi pada reseptor, nyeri inflamasi.
Oedema dan tumor : Penekanan pada reseptor nyeri
Spasme otot : Kejang pada otot.
 Trauma thermal
Panas / dingin (luka bakar) menyebabkan kerusakan jaringan inflasi langsung
atau perangsangan pada reseptor nyeri.
 Trauma kimia
skemia jaringan menyebabkan kerusakan dalam jaringan.
Iskemik arteri koroner merupakan perangsang pada reseptor nyeri karena
akumulasi asam laktat atau zat kimia lain.
 Trauma elektrik
Sengatan aliran listrik akibat tegangan yang terlalu tinggi.
b. Peradangan
c. Gangguan sirkulasi
 Jepitan pembuluh darah
 Pecahnya Pembuluh darah.
d. Trauma psikologis
Faktor yang mempengaruhi respon nyeri :
 Pengalaman masa lalu
 Reaksi atau tanggapan orang lain
 Usia
 Aktivitas
 Lingkungan.

C. Tanda dan Gejala


1. Indikasi nyeri yang dapat diamati
2. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
3. Gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal
4. Tekanan darah meningkat
5. Nadi meningkat
6. Pernafasan meningkat
7. Raut wajah kesakitan
8. Menangis, merintih

D. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
di persiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypotalamus
nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada
termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri
E. Manajemen Nyeri
Manajemen nyeri merupakan suatu tindakan yang dapat mengurangi rasa nyeri pada
klien. Adapun manajemen nyeri terdiri dari:
1 Manajemen nyeri nonfarmakologik.
Pendekatan nonfarmakologik biasanya menggunakan terapi perilaku (hipnotis,
biofeedback), pelemas otot/relaksasi,akupuntur, terapi kognitif (distraksi),
restrukturisasi kognisi, imajinasi dan terapi fisik.
2 Manajemen nyeri dengan pendekatan farmakologik
Ada tiga kelompok utama obat yang digunakan untuk menangani rasa nyeri:
a) Analgetika golongan non narkotika;
b) Analgetika golongan narkotika;
c) Adjuvan
d)
F. Pmeriksaan Diagnostik
Penatalksanaan nyeri dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi farmakologik dan
nonfarmakologik. Terapi farmakologik, menggunakan analgesik. terapi non
farmakologik dilakukan dengan nafas dalam, guided imaginary, distraksi.

G. Pengkajian keperawatan

Pengkajian

A. Keadaan Umum
1. Riwayat Klien/ Data Biografis
2. Riwayat Keluarga
3. Riwayat pekerjaan
4. Riwayat Lingkungan Hidup
5. Riwayat Rekreasi
6. Status kesehatan saai ini
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Sakit persendian dan
daerah tulang belakang.Keluhan – keluhan kesehatan utama : nyeri pada
daerah sendi, sakit perut, sakit tulang belakang, sakit sendi kaki.. Klien
mengatakan sekarang sering sakit persendian, dan sakit perut kadang-kadang
kalau sakit sampai tidak bisa bangun dari tidur dan berjalan.
7. Status Kesehatan yang lalu
Penyakit masa kanak – kanak : Sering batuk pilek
Penyakit serius kronik : Tidak pernah mengalami sakit
yang serius
Trauma : Pernah jauh.
Perwatan di RS : Tidakpernah
Operasi : Tidak pernah
8. Riwayat Keluarg
Klien tinggal serumah/seasrama di asrama 9 (Kemuning) Panti Sosial Tresna
Wredha Gauma Baji Gowa dengan ke empat teman sesama lanjut usia.
B. Fungsi Gordon
1. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan dengan
nyeri, adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan nyeri.
2. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk (rendah serta, tinggi lemak, bahan pengawt), anoreksia,
mual, muntah, intoleransi makanan atau minuman, perubahan berta badan,
berat badan turun, frekuensi makan dan minum, adanya sesuatu yang dapat
mempengaruhi makan dan minum (agama, budaya, ekonomi) dari rasa
ketidaknyamanan nyeri tersebut.
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan
berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi) dari nyeri.
4. Aktivitas-latihan
Adanya nyeri meyebabkan kelemahan atau keletihan.
5. Pola istirahat-tidur
Nyeri menyebabkan perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur.
6. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau
tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien. Pasien dapat
merasakan nyeri.
7. Pola konsep diri-persepsi diri
Nyeri mempengaruhi keadaan social seseorang (pekerjaan, situasi keluarga,
kelompok sosial), penilaian terhadap nyeri yang dialaminya.
8. Pola hubungan dan peran
Terjadi perubahan hubungan dan peran
9. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan nyeri dikaji
10. Pola toleransi koping-stress
Adanya nyeri menyebabkan stress.
11. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi nyeri, adanya pantangan atau
larangan dalam penanganan nyeri menurut dirinya.
Pengkjian PQRTS nyeri meliputi:

C. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Tidak ada keluhan yang berarti
2. Mata Klien mengatakan terjadi perubahan pada penglihtannya yaitu
pandangan jadi kabur, air mata sering keluar. klien tidak menggunakan lensa
kontak. Dampak terhadap aktivitas sehari – hari terjadi akibat keluhan tersebut
diatas.
3. Telinga Klien mengatakan dapat mendengar dengan jelas, kecuali suarah
dengan frekuensi rendah/pkecil.
4. Mulut dan Tenggorokan Klien mengatakanagak susah untuk mengunyah
makanan , kesulitan menelan kadang terjadi bila makanan yang dikonsumsi
tidak lembut, terjadi juga perubahan pada suara klien yaitu nada yang cukup
rendah/ pelan.
5. Hidung dan sinus : Tidak ada keluhan
6. Leher Tidak ada keluhan yang serius hanya klien mengatakan sedikit agak
terbatas gerakan lehernya kalau mau berbalik.
7. Kardiovaskuler : Tidak ada kelainan bunyi jantung .
8. Pernafasan Tidak ada keluhan yang serius hanya apabila klien terlalu banyak
aktivitas tampak seperti kelelahan.
9. Gastrointestinal : Klien mengatakan tidak bisa mengunyah makanan oleh
karena gigi sudah tanggal, pola defekasi masih normal.
10. Muskuloskletal :Klien mengatakan kaku pada persendian terutama pada
lutut, kadang- kada ng tidak bisa bergerak apabila bengkak. Terjadi kekakuan
pada gerakan tubuh,perubahan poster tubuh agak sedikit membungkuk,
kelemahan, dan klien tidak pernah melakukan aktivitas seperti latihan gerak
sendi. Keluhan tersebut diatas sangat berpengaruh terhadap kegiatan sehari –
hari klien.
11. Sistem syaraf pusat : Klien mengatakan kedua tangan bila memegang
sesuatu terasa bergetar/tremor
12. Sistem Endokrin : Terjadi perubahan pigmentasi kulit, perubahan rambut.
13. Psikososial : Klien mengatakan bahwa keadaannya sekarang biasa – biasa
saja, bila ada sesuatu yang membuat klien sedih klien hanya bisa berdoa,
sholat malam. Kesulitan dalam konsentrasi juga terjadi, stress saat ini tidak
ada
Pengkajian nyeri
1. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi : tingkat nyeri, nyeri
dalam atau superficial dan posisi atau lokasi nyeri Nyeri
superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh
klien,sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (visceral)
lebih dirasakansecara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan
menjadi empat kategori yang berhubungan dengan lokasi : nyeri
terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya. Nyeri
Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik. Nyeri
Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tid ak
dapatdilokalisir. Reffered Pain ( Nyeri alih) : n ye r i
d i p e r s e p s i k a n p a d a area ya n g j a u h dari area rangsang nyeri.
2. intensitas nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan.
perubahan dariintensitas nyeri dapat menandakan adanya
perubahan kondisi patologis dariklien.
waktu dan lama ( time & duration) perawat perlu
mengetahui/mencatat
kapan nyeri mulai timbul, berapa lama, bagaimana timbulnya,
interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.d .
3 . kualitas deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari
nyeri. anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (fisik, biologi, kimia )
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologis, lingkungan, fisiologis
3. Hmbatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi sistem
muskuloskeletal.
4. Risiko cedera fisik berhubungan dengan penurunan fungsi
penglihatan/persarafan.

I. Intervensi
J. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (fisik, biologi, kimia )
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat teratasi
KH : Melaporkan nyeri berkurang dengan skal 1-2 ,ekpresi wajah , Ekspresi
wajah rileks
Intervensi
 Observasi skala nyeri klien
 Ajarkan teknik relaksasai nafas dalam,kompres air hangat pada daerah
nyeri dan teknik distraksi :mendengarkan musik
 Berikan pengetahuan tentang penyebab nyeri
 Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologis, lingkungan, fisiologis\
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan pola
tidur
KH : Waktu tidur 7 – 8 jam
TTV normal
Intervensi
 Identifikasi faktor penyebab nyeri
 Tentukan efek samping obat pada pola tidur pasien.
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Anjurkan pasien untuk tidur siang
 Pantau pola tidur pasien dan catat adanya kelainan tidur pasien
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi sistem
muskuloskeletal.
Tujuan : setelah dilakaukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
hambatan mobilitas fisik
KH :
 Keluhan klien berkurang.
 Tidak terjadi kekakuan gerakan lagi.
 Kelemahan berkurang.
 Bisa melakukan aktivitas latihan yang ringan.
 Aktivitas sehari – hari tidak terganggu lagi.
Intervensi
 Kaji skala tingkat kemandirian.( 0-5 ) atau ( A- E)
 Kaji skala kekuatan otot
 Jelaskan pada klien tentang proses penuan dan mamfaat latihan bagi
tubuh
 Ajarkan laithan ROM aktif/pasif
 Bantu klien dalam aktivitas sehari – hari yang dirasa berat bagi klien
 Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan
berjalan.
 Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain bila ada keluhan.
4. Risiko cedera fisik berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan/persarafan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Cedera fisik dapat
diatasi.
KH :
 Keluhan penglihatan kabur tidak lagi.
 Air mata berlebihan jadi berkurang dan gemetaran tidak lagi.
 Aktivitas sehari – hari tidak terganggu lagi.
Intervensi
 Kaji tingkat penurunan penglihatan mata klien dan penurunan fungsi
persyarafan klien
 Jelaskan pada klein tentang proses penuaan dan dampaknya pada mata
dan syaraf
 Jelaskan kebutuhan klien akan keamanan dan keselamatan akibat
penurunan fungsi tersebut.
 Ciptakan lingkungan ruangan yang cukup : pencahayaannya, lantai tidak
licin/basah dan ada pagar untuk berpegang tangan
 Dekatkan barang – barang keperluan klien.
 Libatkan keluarga/teman se wisma untuk saling tolong – menolong
 Kolaborasi dengan tiem kesehatan lain daalm hal pengobatan atau
tindakan lainnya

5. Resiko jatuh berhubunagn dengan penggunaan alat bantu jalan


Tujuan : setelah dilakuakan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak
mengalami resiko jatuh
KH : mempertahankan keselamatan fisik
Intervensi :

 Observasi kondisi lingkungan


 Kendalikan lingkungan
 Anjurkan klien apabila
 berjalan memperhatikan lingkungan
 Anjurkan klien untuk menggunakan alat bantu
K. Evaluasi
1. Nyeri teratasi
2. Gangguan pola tidur teratasi
3. Gangguan mobilitas fisik teratasi
4. Risiko cedera fisik teratasi
5. Resiko jatuh dapat teratasi
Daftar Pustaka

1. NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.


2. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2.
Jakarta : EGC.
3. Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah. EGC: Jakarta
4. Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta
5. Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-
2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
6. Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta
7. Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I dan II. EGC: Jakarta
8. Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai