Anda di halaman 1dari 81

PENDAHULUAN

Buku ini berisi panduan bagi mahasiswa yang melakukan praktikum


farmakognosi yang terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik simplisia, serta beberapa penentuan kadar suatu metabolit
sekunder atau suatu sifat khas yang diberikan suatu metabolit sekunder,
antara lain penentuan kadar tanin dan penetapan tingkat kepahitan.

Pada bagian awal modul praktikum ini terdapat beberapa pengertian


dari istilah umum farmakognosi dan istilah mikroskopik, sehingga
diharapkan mahasiswa mengerti istilah-istilah tersebut.

Dalam modul praktikum mengenai pemeriksaan makroskopik dan


mikroskopik suatu simplisia, mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi suatu simplisia berdasarkan ciri identitas suatu
simplisia, yaitu makroskopik (pemerian) dan mikroskopik.

Mahasiswa juga diharapkan dapat mengetahui dan melakukan


penentuan kadar suatu metabolit sekunder atau suatu sifat khas yang
diberikan suatu metabolit sekunder, karena praktikum ini terdapat
prosedur penetapan tingkat kepahitan, kadar tanin, indeks
pengembangan, aktivitas hemolitik dan uji untuk saponin.

Buku panduan praktikum ini merupakan hasil revisi dari buku panduan
praktikum farmakognosi Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut tahun sebelumnya.

1
ISTILAH UMUM

SIMPLISIA
Simplisia atau Herbal adalah bahan alam yang telah
dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum
mengalami pengolahan. Kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 60o C.
Simplisia Segar adalah bahan alam segar yang belum
dikeringkan.
Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan
utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan.
Eksudat Tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya.
Serbuk Simplisia Nabati adalah bentuk serbuk dari
simplisia nabati, dengan ukuran derajat kehalusan tertentu. Sesuai
dengan derajat kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar,
agak kasar, halus dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati tidak
boleh mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang bukan
merupakan komponen asli dari simplisia yang bersangkutan
antara lain telur nematoda, bagian dari serangga dan hama serta
sisa tanah.
Nama Latin Simplisia ditetapkan dengan menyebut
nama marga (genus), nama jenis (spesies) dan bila
memungkinkan petunjuk jenis (varietas) diikuti dengan bagian

2
yang digunakan. Nama Latin dengan pengecualian ditetapkan
dengan menyebut nama marga untuk simplisia yang sudah lazim
disebut dengan nama marganya.
Nama Lain adalah nama Indonesia yang paling lazim,
didahului dengan bagian tumbuhan yang digunakan.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat
dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang
cocok, diluar pengaruh matahari langsung.
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

SENYAWA IDENTITAS DAN PEMBANDING


Senyawa Identitas adalah Kandungan kimia simplisia
yang dapat digunakan untuk identifikasi. Dalam hal senyawa
identitas tidak tersedia, identifikasi simplisia dan sediaannya
dapat menggunakan zat pembanding.
Zat pembanding adalah Bahan yang sesuai sebagai
pembanding dalam pengujian dan penetapan kadar yang telah
disetujui, yang dibuat, ditetapkan dan diedarkan.
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

3
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK DAN
MIKROSKOPIK

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Pada pemeriksaan mikroskopik digunakan pereaksi air dan kloral
hidrat 70%.

Istilah Mikroskopik
Amilum (pati) merupakan butir-butir tepung yang dapat
disimpan sebagai cadangan makanan. Pada setiap jenis
tumbuhan, butir amilum mempunyai bentuk, susunan dan ukuran
tertentu, bahkan khas untuk jenis spesies tanaman tertentu. Untuk
melihat adanya amilum digunakan media air.
Berkas pengangkut merupakan sekelompok jaringan
yang terdiri dari floem dan xylem, dengan atau tanpa kambium.
Endodermis lapisan sel (biasanya satu lapis) yang
membatasi korteks dan silinder pusat, dan secara mikroskopis
sangat nyata pada struktur akar. Pada dinding radial dan
melintangnya, endodermis mengandung selapis suberin yang
dikenal sebagai pita kaspari. Pada batang, telah dibuktikan bahwa
bagian korteks terdalam batang memiliki sifat kimiawi dan
fisiologi yang serupa dengan endodermis, walaupun secara
morfologi tidak terlihat.
Endokarp Jaringan yang paling dalam dari pericarp.

4
Endosperm Salah satu bagian biji disamping embrio dan
kulit biji yang berfungsi sebagai cadangan makanan seperti pati.
Epidermis Jaringan yang membentuk lapisan penutup
dipermukaan tumbuhan. Secara mikroskopik sebagian besar
bentuk selnya beragam dan untuk tumbuhan tertentu berbentuk
khas sehingga dapat digunakan sebagai identitas. Pada epidermis
dapat juga ditemukan sel penutup stomata, berbagai rambut, sel
sekresi dan sel sklerenkim. Sifat khas dari epidermis bagian
tumbuhan diatas tanah terdapat lapisan kutikula pada dinding luar
dan kutinasi yang terjadi pada sebagian atau seluruh dinding
lainnya.
Epikarp (eksokarp/kulit jaringan) Jaringan paling luar
dari pericarp.
Floem Alat translokasi atau pengangkut zat hara organik
hasil fotosintesis ke seluruh bagian lain dari tumbuhan. Secara
mikroskopik floem terdiri dari sel tapis dan komponen pebuluh
tapis disertai sel pengantar. Disamping itu terdapat pula
parenkim, parenkim jari-jari empulur, serat dan sklereid floem.
Bentuk floem-floem jenis tumbuhan tertentu dapat dijadikan
identitas tumbuhan tersebut.
Idioblas Sel yang memiliki isi berbeda dari sel
sekelilingnya, misalnya mengandung enzim, minyak, lendir dan
harsa.
Jaringan palisade atau jaringan tiang Salah satu
jaringan yang ada pada mesofil daun, selnya lebih kompak,

5
berbentuk memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai
daun, langsung dibawah epidermis atas.
Jaringan sekresi Kumpulan sel khas yang tersebar,
meliputi sel sekresi , ruang atau rongga sekresi, saluran sekresi
dan latisifer.
Kolenkim Jaringan hidup yang erat hubungannya dengan
parenkim, dan sebagai penyokong dalam organ yang muda,
terdiri atas sel-sel dengan dinding yang biasanya menebal tidak
sama. Kolenkim tersusun sebagai berkas atau silinder dekat
permukaan kortek pada batang, tangkai daun dan sepanjang
tulang daun besar pada helai daun. Kolenkim jarang ditemukan
pada akar.
Korteks Jaringan yang terletak antara epidermis dan
silinder pusat (silinder ikatan pembuluh) pada batang dan antara
epeidermis dan endodermis pada akar. Sebagian besar korteks
berisi sel-sel parenkim.
Kristal kalsium oksalat Salah satu zat ergastik berupa
kristal yang umum ditemukan pada tumbuhan. Berbagai bentuk
kristal seperti drus yaitu kristal prisma dengan ujung yang
runcing. Kristal ini dapat digunakan sebagai identitas tumbuhan.
Kristal lain yang dapat ditemukan adalah kalsium karbonat dan
kalsium malat, walaupun jarang.
Kutikula Lapisan lilin/malam/wax pada permukaan
epidermis dari bagian tubuh yang terletak diatas tanah.

6
Litosis Sel yang mengandung sistolit, yaitu penumpukan
kalsium nitrat atau kalsium oksalat diujung struktur tangkai.
Tangkai berupa tonjolan dari dinding ke arah dalam sel. Litosis
atau sistolit dapat dijadikan sebagai identitas.
Mesofil Bagian utama helai daun yang banyak
mengandung kloroplas dan ruang antar sel. Mesofil terdiri dari
jaringan tiang (palisade) dan jaringan spon (bunga karang).
Jaringan tiang lebih kompak, sedangkan jaringan spon memiliki
ruang antar sel yang luas. Jaringan tiang bentuknya memanjang
tegak lurus terhadap permukaan helai daun.
Mesokarp (daging buah) Bagian dari perkarp yang
terletak antara epikarp dan endocarp.
Parenkim Jaringan sinambung dalam korteks akar,
batang dan mesofil daun, jari-jari empulur dan jaringan
pembuluh. Sel parenkim bentuknya beragam, seringkali bersegi
banyak. Fungsinya antara lain dalam fotosintesis, penyimpanan
bahan. Parenkim dapat juga membentuk struktur tambahan
seperti jaringan sekresi.
Periderm Jaringan kompleks yang terdiri dari jaringan
gabus atau felem, kambium gabus atau felogen dan feloderm (sel
hidup yang dibentuk felogen ke arah dalam). Felogen terletak
dekat permukaan bagian bawah epidermis atau pada epidermis itu
sendiri. Felogen membentuk felem (jaringan gabus) kearah luar.

7
Perikarp Dikenal juga sebagai dinding buah atau kulit
buah, yang secara struktur terdiri dari eksokarp (epikarp),
mesokarp dan endocarp.
Perisikel Perikambium yang terletak disebelah dalam
endodermis, bagian terluar dari silinder pusat dan terdiri atas
beberapa lapisan sel yang berbatasan dengan berkas pengangkut
sering merupakan identitas karena pembentukan sklerenkim.
Perisperm Jaringan yang mengandung persediaan
makanan diluar kantung embrio.
Rambut kelenjar Merupakan modifikasi epidermis dan
berupa sel sekresi. Banyak bentuk rambut penutup yang dapat
digunakan sebagai identitas tumbuhan.
Rambut sisik Salah satu jenis rambut (trikoma yang
memipih dan bersel banyak) dapat ditemukan tanpa tangkai
(sesil)
Sel batu Sel dari berdinding tebal. Bentuk sel batu dengan
macam penebalannya sangat bervariasi dan digunakan sebagai
identitas tumbuhan.
Sel dari jaringan gabus (felem). Sel berbentuk lempeng,
tersusun rapat dan dindingnya mengandung suberin (zat gabus).
Jaringan gabus dapat digunakan sebagi identitas tumbuhan.
Serabut Sel berbentuk isodiametrik, berdinding tebal dan
umumnya berlignin.
Serat Berdasarkan letaknya dibagi menjadi serat xylem
dan serat extra xylem (luar xylem). Berdasarkan tebal dinding

8
dan jumlah noktah, serat xylem terdiri dari serat libriform dan
serat trakeid. Serat libriform dindingnya amat tebal dan jumlah
noktahnya sedikit.
Sklereid Terdapat pada berbagai bagian tumbuhan,
misalnya tempurung kelapa hampir seluruhnya terdiri dari
sklereid: ada 4 macam sklereid yaitu brakisklereid (sel batu
berbentuk hamper isodiametric) makrosklereid (berbentuk batang
sering ditemukan dalam kulit biji). Osteosklereid (bernetuk tulang
dengan ujung-ujungnya yang membesar kadang-kadang sedikit
bercabang. Asteosklereid (bercabang atau berbentuk bintang,
sering terdapat pada daun).
Sklerenkim Jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang
mengalami penebalan, dapat mengandung lignin. Fungsi
utamanya sebagai penyokong, kadang-kadang sebagai pelindung.
Secara umum sklerenkim dibagi menjadi serat (fibres) dan
sklereid. Bentuk serat dan atau sklereid dapat dijadikan identitas
tumbuhan.
Stoma (stomata) atau mulut daun. Merupakan celah
dalam epidermis yang dibatasi oleh sel epidermis yakni sel
penutup. Dengan mengubah bentuknya, sel penutup mengatur
pelebaran dan penyempitan celah. Sel stoma dkelilingi oleh sel
tetangga yang bentuknya bisa sama atau berbeda. Struktur dan
letak sel penutup, serta jumlah, ukuran, letak sel tetangga stoma
dapat dijadikan identitas bagian tumbuhan. Stoma terdapat pada
seluruh bagian tumbuhan diatas tanah.

9
Testa Suatu lapisan sel yang terletak antara pericarp dan
endosperm.
Tetes minyak Dapat berupa tetes minyak atsiri dan
minyak lemak.
Trakeid Salah satu unsur trakeal (disamping komponen
trakea). Merupakan sel panjang dengan ujung runcing tanpa
lubang. Sel komponen trakea memliki lubang yang biasanya
terletak pada dinding ujung, kadang-kadang lubang tersebut
terdapat pada dinding lateral.
Tulang daun Bagian helai daun yang berguna untuk
pengokoh dan berfungsi sebagai berkas pengangkut. Pada
beberapa tumbuhan, pada tulang daun ditemukan kristal-kristal
yang dapat digunakan sebagai identitas tumbuhan.
Xilem dari segi struktur dan fungsi adalah jaringan
kompleks. Berfungsi dalam pengangkutan air, penyimpanan
makanan, serta penyokong. Sel-sel pengangkut air dikenal
sebagai trakeid dan trakea.
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

10
AMILUM

1. Amilum Beras
Amilum beras atau pati beras adalah pati yang diperoleh
dari biji Oryza sativa L., suku Poaceae.
Identitas Simplisia
Pemerian Serbuk sangat halus, putih.
Mikroskopik Butir bersegi banyak ukuran 2 µm sampai 5
µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 µm
sampai 20 µm. Hilus di tengah, tidak terlihat jelas, tidak ada
lamela konsentris.
(Sumber: Farmakope Indonesia IV, 1995)

Mikroskopik Amilum Beras


(Courtesy Dra. Siti Kusmardiyani, M.Sc.)

11
2. Amilum Kentang
Amilum kentang atau pati kentang adalah pati yang
diperoleh dari umbi Solanum tuberosum L., suku Solanaceae.
Identitas Simplisia
Pemerian Serbuk sangat halus, putih.
Mikroskopik Butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat
telur ukuran 30 µm sampai 100 µm, atau membulat ukuran 10 µm
sampai 35 µm. Butir majemuk jarang, terdiri dari majemuk 2
sampai 4, hilus berupa titik pada ujung yang sempit, dengan
lamela konsentris jelas terlihat.
(Sumber: Farmakope IV, 1995)

Mikroskopik Amilum Solani


(Courtesy Dra. Siti Kusmardiyani, M.Sc.)

12
3. Amilum Singkong
Amilum singkong atau pati singkong adalah pati yang
diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl, suku
Euphorbiaceae.
Identitas Simplisia
Pemerian Serbuk sangat halus, putih.
Mikroskopik Butir tunggal, agak bulat atau bersegi
banyak, butir kecil diameter 5µm sampai 10 µm, butir besar
bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus ditengah berupa titik,
garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas, konsentris,
butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang
tidak sama bentuknya.
(Sumber: Farmakope IV, 1995)

Mikroskopik Amilum Singkong


(Courtesy Dra. Siti Kusmardiyani, M.Sc.)

13
Hasil Pemeriksaan

14
SIMPLISIA HERBA

1. Herba Sambiloto
Herba sambiloto adalah seluruh bagian diatas tanah
Andrographis paniculata Ness., suku Lamiaceae, mengandung
andragrafolid tidak kurang dari 0,64%.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa campuran daun, batang, bunga dan
buah kering, warna hijau, tidak berbau, berasa sangat pahit,
batang tidak berambut, tebal 2-6 mmm, persegiempat, batang
bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang
berhadapan, umumnya terlepas dari batang, bentuk lanset sampai
bentuk lidah tombak, rapuh, tipis, tidak berambut, pangkal daun
runcing, ujung meruncing, tepi daun rata. Permukaan alas
berwarna hijau tua atau ijau keokelatan, permukaaan bawah
berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Buah berbentuk
jorong, pangkal dhan jung tajam, kadang-kadang pecah secara
membujur. Permukaaan luar kulit buah berwarna hijau tua
hinggga hijau kecokelatan, permukaan dalam berwarna putih atau
putih kelabu. Biji agak keras, permukaan luar berwarna cokelat
muda dengan tonjolan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis bawah
dengan stomata dan sisik kelenjar, epidermis atas, epidermis atas
dengan sistolit, rambut penutup, berkas pengangkut, kelopak
bunga dengan tonjolan papilla.

15
Senyawa Identitas Andrografolid
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

(a) (b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Herba Sambiloto
Keterangan: (a) rambut penutup
(b) epidermis atas dengan sistolit
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

16
2. Herba Meniran
Herba meniran adalah seluruh bagian diatas tanah
Phyllanthus niruri L., suku Euphorbiaceae, mengandung
flavonoid total tidak kurang dari 0,90% dihitung dari kuersetin.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa herba, bau khas, rasa pahit, batang
bentuk bulat, daun kecil, bentuk bundar telur sampai bundar
memanjang, panjang helai daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm, bunga
dan buah terdapat pada ketiak daun atau terlepas, buah bentuk
bulat, berwarna hijau kekuningan sampai kuning kecokelatan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis atas
dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset, epidermis atas
dengan kristal kalsium oksalat dengan bentuk prisma di palisade,
epidermis bawah dengan stomata, kulit buah dengan dinding
tangensial serabut sklerenkim dan kulit biji tampak tangensial.
Senyawa Identitas Filantin
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

17
(a) (b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Herba Meniran
Keterangan: (a) epidermis atas dengan
kristal kalsium oksalat
(b) kulit buah
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

18
Hasil Pemeriksaan

19
SIMPLISIA DAUN

1. Daun Jati Belanda


Daun jati belanda adalah daun Guazuma ulmifolia Lamk.,
suku Sterculiaceae, mengandung flavonoid total tidak kurag dari
0,3 % dihitung sebagai kuersetin.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa daun bundar menjorong sampai lanset,
berwarna hijaukecoklatan sampai cokelat muda, berbau khas
lemah, rasa agak kelat, ujung daun meruncing, tepi daun bergigi,
permukaan daun kasar, tangkai daun panjangnya 5-25 mm.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis atas,
epidermis bawah dengan stomata, rambut penutup berbentuk
bintang, rambut penutup pada tulang daun, serabut dengan kristal
kalsium oksalat dan rambut kelenjar dengan kristal kalsium
oksalat.

20
Senyawa Identitas Tilirosida
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

(a) (b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Daun Jati
Belanda
Ketengan: (a) epidermis atas

21
(b) rambut penutup
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

2. Daun Jambu biji


Daun jambu biji adalah daun Psidium guajava L., suku
Myrtaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,20%
dihitung sebagai kuersetrin.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa lembaran daun, warna hijau, bau khas
aromatik, rasa kelat. Daun tunggal, bertangkai pendek, panjang
tangkai daun 0,5- 1 cm, helai daun berbentuk bundar menjorong,
panjang 5-13 cm, lebar 3-6 cm, pinggir daun rata agak
menggulung ke atas, permukaan atas agak licin, warna hijau
kecokelatan, ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol pada
permukaan bawah, bertulang menyirip.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis bawah
dengan kristal kalsium oksalat, rambut penutup stomata tipe
anomositis, berkas pengangkut dan mesofil dengan kelenjar
minyak.

22
Senyawa identitas Kuersetrin

23
(a) (b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Daun Jambu Biji
Keterangan: (a) rambut penutup
(b) mesofil dengan kelenjar minyak
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

3. Daun Kumis Kucing

24
Daun kumis kucing adalah daun Orthosiphon stamineus
Benth., suku Lamiaceae, mengandung flavonoid sinensetin tidak
kurang dari 0,10%.
Identitas simplisia
Pemerian Berupa serpihan daun dan tangkai baik
bersama maupun terpisah, warna hijau kecoklatan, tidak berbau,
rasa agak pahit, rapuh, bentuk bundar telur, lonjong, belah
ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak, ujung lancip atau
tumpul, panjang 2-12 cm, lebar 1-8 cm. Tangkai daun persegi,
warna agak ungu, panjang kurang lebih 1cm. Helai daun dengan
tepi bergerigi kasar tidak beraturan, kadang-kadang beringgit
tajam dan menggulung ke bawah, ujung daun dan pangkal daun
meruncing. Tulang daun menyirip halus dan bercabang sedikit.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis dengan
rambut penutup, epidermis atas dengan sisik kelenjar, rambut
penutup, epidermis bawah dengan stomata dan berkas
pengangkut penebalan spiral.

25
Senyawa identitas Sinensetin

(a)

(b)

26
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Daun Kumis Kucing
Keterangan: (a) berkas pengangkut penebalan spiral
(b) rambut penutup
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

Hasil Pemeriksaan

27
SIMPLISIA BUAH

1. Buah Cabe Jawa


Buah cabe jawa adalah buah Piper retrofractum Vahl.,
suku Piperaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
0,40 % v/b dan piperin tidak kurang dari 1,10 %.
Identitas Simpisia
Pemerian Berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai
silindris, bagian ujung agak mengecil, panjang 2-7 cm, garis
tengah 4-8 mm, berganggang panjang atau tanpa gagang.
Permukaan luar tidak rata, bertonjolan teratur, warna kelabu
sampai coklat kelabu atau berwarna hitam kelabu sampai hitam,
bau khas, rasa pedas.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah jaringan epikarp,
endocarp, endosperm, sel batu, perisperm dengan butir amilum
dan jaringan mesokarp.

28
Senyawa identitas Piperin
(Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

Fragmen Serbuk Simplisia Buah Cabe Jawa


(Sumber: Materia Medika Indonesia

2. Buah Adas
Buah adas adalah buah Foeniculum vulgare Mill., suku
Apiaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,40 %
v/b dan trans-anetol tidak kurang dari 0,60 %.
Identitas Simplisia

29
Pemerian Buah berbentuk memanjang, ujung pipih,
gundul, bau khas, rasa agak manis dan khas, warna coklat
kehijauan atau coklat kekuningan hingga coklat, panjang sampai
10 mm, lebar sampai 4 mm. Bagian luar buah mempunyai 5
rusuk primer, menonjol, warna kekuningan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah endocarp dengan
sel-sel palisade, endocarp, sel-sel endosperm, serabut, berkas
pengangkut dan epikarp.
Senyawa identitas Trans-anetol
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

(a)

30
(b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Buah Adas
Keterangan: (a) sel-sel endosperm (b) serabut
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
Hasil Pemeriksaan

31
SIMPLISIA KULIT BATANG ATAU RANTING

1. Kulit Kayu Manis


Kulit kayu manis adalah kulit batang atau ranting
Cinnamomum burmanni Ness ex. Bl., suku Lauraceae, yang
sudah terbebas dari bagian kulit gabus terluar dan dikeringkan,
berupa kulit bergulung, patahan atau serbuk, mengandung minyak
atsiri tidak kurang dari 1,50% v/b dan kadar sinamaldehid tidak
kurang dari 0,50%.
Identitas simplisia
Pemerian Berupa batangan atau kulit menggulung,
membujur, pipih atau berupa berkas yang terdiri atas tumpukan
beberapa kulit yang membujur, panjang hingga 1 m, tebal kulit 1-
3 mm atau lebih, warna coklat kekuningan atau coklat sampai
coklat kemerahan, bergaris-garis pucat bergelombang memanjang
dan garis-garis pendek melintang yang menonjol atau agak
berlekuk, yang bergabus berwarna hijau kehitaman atau coklat
kehijauan. Permukaan dalam berwarna coklat kemerahan tua
sampai coklat kehitaman, bekas patahan tidak rata.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah sklerenkim dan
sel minyak, sel batu dan sklerenkim lepas.

32
Senyawa Identitas Sinamaldehid
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

Fragmen Serbuk Kulit Kayu Manis


(Sumber: Materia Medika Indonesia)

2. Kulit Pule
Kulit pule adalah bagian dalam kulit batang atau ranting
Alstonia scholaris Bl., suku Apocynaceae mengandung alkaloid
total tidak kurang dari 0,09%.
Identitas Simplisia

33
Pemerian Berupa potongan kulit kayu, menggulung atau
kadang-kadang berbentuk pipa, tebal sampai lebih kurang 3mm,
warna coklat kehitaman, tidak berbau, rasa pahit yang tidak
mudah hilang. Permukaan luar sangat kasar, tidak rata, mudah
mengelupas, banyak retak-retak membujur dan melintang, warna
permukaan hijau kelabu, coklat muda atau coklat kehitaman, lenti
sel berbentuk lonjong, warna putih kelabu, terletak melintang,
warna permukaan kuning kecoklatan sampai coklat kelabu tua.
Mudah dipatahkan, bekas patahan kasar dan agak berserat.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah kumpulan sel
batu tugggal dan berkelompok, sel gabus dan sel batu, parenkim
korteks dengan amilum, serabut dan jari-jari empulur, butir
amilum dan kristal kalsim oksalat berbentuk prisma.
Senyawa identitas Tetrahidroalstonin
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

34
(a)

(b)

Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Kulit Pule


Keterangan: (a) kumpulan sel batu (b) parenkim
korteks dengan amilum
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

35
Hasil Pemeriksaan

36
SIMPLISIA RIMPANG

1. Rimpang Jahe
Rimpang Jahe adalah rimpang Zingiber officinale Rosc.,
suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
0,80 % v/b.
Identitas Simplisia
Pemerian berupa rimpang agak pipih, bagian ujung
bercabang pendek, warna putih kekuningan, bau khas, rasa pedas.
Bentuk bundar telur terbalik, pada setiap cabang terdapat parut
melekuk kedalam. Dalam bentuk potongan, panjang, umumnya 3-
4 cm, 1-6,5 mm. Bagian luar berwarna coklat kekuningan, beralur
memanjang, kadang-kadang terdapat serat bebas. Bekas patahan
pendek dan berserat menonjol. Pada irisan melintang terdapat
berturut-turut korteks sempit yang tebalnya lebih kurang
sepertiga jari-jari dan endodermis. Berkas pengangkut tersebar
berwarna kelabu. Sel kelenjar berupa titik yang lebih kecil
berwarna kekuningan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah butir amilum
yang banyak, pembuluh kayu, berkas pengangkut, epriderm,
serabut dan jaringan gabus tangensial.

37
Senyawa identitas Shogaol
(Sumber: farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

Fragmen Serbuk Simplisia Rimpang Jahe


(Sumber: Materia Medika Indonesia)

2. Rimpang Temulawak
Rimpang temulawak adalah rimpang Curcuma
xanthorrizha Roxb., suku Zingiberaceae, mengandung minyak
atsiri tidak kurang dari 5,80%v/b dan kurkuminoid tidak kurang
dari 4,0% dihitung sebagai kurkumin.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa keping tipis, bentuk bundar atau
jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah hinggga 6 cm, tebal 2-5

38
mm, permukaan luar berkerut, warna coklat kekuningan hingga
coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung
tidak berttan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada
batas antara silinder pusat dengan korteks, korteks sempit, tebal
3-4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga hingga
coklat jingga terang. Bau khas, rasa tajam dan agak pahit.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah berkas
pengangkut, parenkim korteks, serabut sklerenkim, butir amilum
dan jaringan gabus.

(a)

39
(b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Temulawak
Keterangan: (a) serabut sklerenkim (b) parenkim korteks
(Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
3. Rimpang Kencur
Rimpang kencur adalah rimpang Kaemferia galanga L.,
suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
2,40%v/b, dan etil p-metoksisinamat tidak kurang dari 1,80%.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa irisan pipih, bau khas, rasa pedas,
bentuk hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan, tebal
1-4 mm, panjang 1-5 cm, lebar 0,5-3 cm, bagian tepi berombak
dan berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecoklatan. Korteks sempit,
lebar lebih kurang 2mm, warna putih.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah butir amilum,
parenkim, periderm, berkas pengangkut penebalan spiral,
parenkim dengan sel sekresi dan berkas pengangkut penebalan
tangga.

40
Senyawa Identitas Etil p-metoksisinamat
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia, 2008)

(a)

(b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Rimpang Kencur

41
Keterangan: (a) amilum
(b) periderm
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

4. Rimpang Kunyit
Rimpang kunyit adalah rimpang Curcuma domestica Val.,
suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
3,02%v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 6,60% dihitung
sebagai kurkumin.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa kepingan ringan, rapuh, warna kuning
jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga
kecoklatan. Bau khas, rasa agak pahit, agak pedas, lama
kelamaan menimbulkan rasa tebal, bentuk hampir bundar sampai
bulat panjang, kadang-kadang bercabang, lebar 0,5-3 cm, panjang
2-6 cm, tebal 1-5 mm, umumnya melengkung, tidak beraturan,
kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar.
Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas. Bekas
patahan agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai coklat
kemerahan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah jaringan gabus,
sel parenkim berisi bahan pewarna kuning, berkas pengangkut,
rambut penutup, butir amilum dan parenkim berisi amilum.

42
Senyawa Identitas Kurkumin
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)

Fragmen Serbuk Simplisia Rimpang Kunyit


(Sumber: Materia Medika Indonesia)

43
PENETAPAN TINGKAT KEPAHITAN

Pendahulan
Keengganan masyarakat dalam menggunakan jamu salah
satunya dikaitkan dengan rasa pahit. Simplisia dengan kepahitan
yang tinggi sering banyak digunakan sebagai bahan jamu. Rasa
pahit berguna untuk merangsang sekresi saluran pencernaan
sehingga bermanfaat sebagai tonik, karena berperan sebagai
penambah nafsu makan. Kinin misalnya, di Amerika tidak
banyak digunakan untuk anti malaria tetapi digunakan sebagai
komponen minuman.
Dalam pengukuran 1 unit pahit internasional didefinisikan
sebagai rasa pahit larutan kinin HCL yang diencerkan 1 : 2000.
Dapat dinyatakan juga bahwa 1 unit setara dengan 1 mg kinin
HCL/2ml, atau 1 g/ml. Kinin HCL setara dengan 2000 unit pahit.

Bahan dan Alat


Alat Bahan
- Labu takar 100 ml 2 - Kinin HCL
buah - Biji mahoni

44
- Labu takar 500 ml - Ligustrinae lignum
- Pipet bersekala 10 ml - Herba sambiloto
- Tabung reaksi 20 - Brotowali
buah - Temu giring
- Pemanas - Kertas saring
- Corong penyaring
- Stop watch
- Erlenmayer 100 ml
- Gelas ukur 50 ml

Prosedur
 Pembuatan Larutan Stok Kinin Serta Pengencerannya
Larutkan 0,1 gr kinin HCl dalam labu takar 100 mL air. Ambil 5
mL dan encerkan hingga 500 mL. Larutan ini adalah stok (sq)
mengandung 0,01 mg/mL
Buat seri pengenceran dalam 9 tabung reaksi seperti pada tabel
berikut :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
tabu
ng
Ml 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8
sq
Ml 5,8 5,6 5,4 5,2 5,0 4,8 4,6 4,4 4,2
air
Mg 0,0 0,0 0,0 00 0,0 00 0,0 0,0 005
kinin 42 44 46 48 50 52 54 56 8
HCl

 Pengenceran simplisia/jamu dan pengencernya.


Buat ekstrak dari simplisia dengan memanaskan 0,2 gr simplisia
dalam 45 ml air selama 1 jam. Setelah dingin disaring dan

45
volume dijadikan 50 ml. Pipet 1 ml ekstrak dan encerkan hingga
100 ml (st) setara dengan 0,04 mg/ml
Buat pengenceran dalam tabung reaksi sbb :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tabung
Ml st 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ml air 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -

 Pemeriksaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mencari nilai ambang pahit
dari jamu/simplisia dan larutan kinin pada orang yang sama,
caranya adalah :
1 Bilas mulut dengan air
2 Masukan 10 mL larutan uji kedalam mulut dan gerakan
disekitar dasar lidah selama 30 detik. Dimulai dari
kosentrasi paling rendah
3 Bila tidak memberikan rasa pahit, ludahkan dan tunggu
selama 1 menit untuk menentukan apakah rasa pahit akan
muncul atau tidak
4 Kosentrasi larutan uji yang lebih tinggi dicoba setelah
paling tidak 10 menit
5 Nilai ambang pahit adalah kosentrasi terendah yang
memberikan rasa pahit
6 Setelah pengujian seri pertama harus menunggu 10 menit
sebelum dilakukan pengujian pada seri tahap sebelumnya
7 Untuk menghemat waktu pengujian berikutnya dapat
dimulai dari tahap no.5

46
8 Semua larutan uji harus disimpan pada suhu 20-250C
9 Orang yang tidak merasakan pahitnya kinin HCl pada
0,058 mg/10 ml tidak layak digunakan

 Perhitungan

dimana : a = mg obat yang dikandung dalam 1 ml st

b = ml st yang dikandung dalam 10 ml larutan


kosentrasi ambang pahit

c = mg kinin HCl dalam 10 ml larutan ambang pahit

contoh : kinin HCl nilai ambangnya 0,050 mg/10 ml

: nilai ambang larutan stok 8,00 mg/10 ml

: konsentrasi larutan stok 0,04 mg/ml

Hasil Pengamatan:
Nama bahan:
Nama latin:
Nama simplisia:

47
Indeks Kepahitan:

Pembahasan

Kesimpulan:

Pustaka
Zhie-Chen, L. General Control Methods for Vegetable drugs,
Comparative Study of Methods Included in Thirteeb

48
Pharmacopoeias and Proposals on Their Internternational
Unification, WHO, 1977, hal 62-66.

WHO, Quality Control Methods fo Medicinal Plant Materials,


1990, hal 31-33.

PENENTUAN KADAR TANIN DALAM SIMPLISIA

Pendahuluan
Tanin merupakan senyawa bahan alam yang dapat menyamak
kulit dengan mengikat protein menjadi tahan terhadap enzim
proteolitik. Apabila reaksinya dengan jaringan hidup disebut
astrigen dan merupakan dasar penggunaannya dalam pengobatan.
Secara kimia tanin merupakan campuran polifenol yang sukar
dipisahkan dan sukar mengkristal, mudah teroksidasi dan
berpolimerisasi dalam larutan dan kelautannya dalam pelarut
rendah.
 Prinsip penentuan
Tanin bereaksi dengan kulit (kolagen) membentuk hasil reaksi
yang tidak larut dan dapat dikuantifikasi dengan cara gravimetri

Alat dan bahan


Alat Bahan
- Erlenmayer - Simplisia
250 ml - Air suling
- Timbangan - Serbuk
- Pemanas kerupuk

49
- Labu takar 250 kulit
ml - Kertas saring
- Oven 1050C
- Cawan
penguap 3
buah
- Pipet 50/25 ml

Prosedur
1 Timbang 2 gr serbuk simplisia, rebus dengan air dan
didihkan selama 30 menit
2 Dinginkan dan pindahkan dalam labu takar 250 ml dan
sesuaikan volume dengan air dingin
3 Biarkan padatan mengendap, saring melalui kertas saring
dan buang 50 ml filtrat
4 Tentukan bahan terekstraksi dengan mengeringkan 50 ml
ekstrak hingga kering dan panaskan pada 1050C hingga
bobot tetap (T1)
5 Ambil 80 ml ekstrak dan tambahkan 6 g serbuk kerupuk
kulit dan kocok selama 60 menit. Saring dan uapkan 50
ml filtrat hingga kering dan keringkan pada 105 0C
hingga bobot tetap (T2)
6 Tentukan kelarutan serbuk kulit dengan mencampur 6 g
kulit dengan air 80 ml dan kocok selama 60 menit. Saring
dan uapkan 50 ml filtrat hingga kering dan keringkan
residu pada suhu 105C dan timbang (T0)
7 Kadar tanin adalah (%):

50
W = dalam gram

Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin:
Nama simplisia:

Pembahasan

51
Kesimpulan

PENETAPAN INDEKS PENGEMBANGAN

Pendahuluan
Banyak simplisia tumbuhan yang mempunyai aktivitas
karena kemampuannya mengembang terutama tanaman yang
mengandung gom, musilago, pektin dan hemiselulosa.
Indeks pengembangan didefinisikan sebagai volume
dalam yang diambil dari pengembang 1 gram bahan pada kondisi
tertentu. Penelitian didasarkan pada penambahan air terhadap
simplisia. Dengan menggunakan gelas ukur bersekala bahan
dikocok berulang selama 1 jam dan biarkan selama waktu
tertentu. Volume campuran dalam mL kemudian dibaca.

Alat dan bahan


Alat Bahan
- Gelas ukur - Simplisia
bertutup 25 sampel
ml (guazumae
- Neraca folium, serbuk
analisis gracilaria)
- Air
- Daun cing-cau

52
Prosedur
1 Lakukan pengujian secara bersama-sama tidak kurang
dari 3 penentuan
2 Tambahkan sejumlah simplisia kedalam gelas ukur
bertutup 25 ml. Panjang bagian bersekala harus ± 125 mm
dengan diameter diameter dalam ± 16 mm, terbagi dalam
skala 0,2 ml dan bertanda 0 sampai 25 ml
3 Tambahkan 25 ml air dan kocok setiap interval 10 menit
selama 1 jam. Biarkan selama 3 jam pada suhu kamar.
Untuk simplisia pada umumnya digunakan serbuk
simplisia sebanyak 1 gram, sedangkan untuk cingcau dan
gracilaria cukup 0,5 gram, karena bila digunakan 1 gram
keseluruhan tabung akan dipenuhi oleh simplisia
4 Ukur volume dalam ml yang ditempati oleh simplisia
termasuk bagian musilago yang kental
5 Hitung rata-rata dari setiap penentuan sebanding dengan 1
gram simplisia.

Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin:
Nama simplisia:
Berat simplisia yang digunakan:
Volume simplisia sebelum pengembangan:

53
Volume simplisia setelah pengembangan:

Pembahasan

Kesimpulan

Pustaka
Zhie-Chen, L. General Control Methods for Vegetable drugs,
Comparative Study of Methods Included in Thirteeb

54
Pharmacopoeias and Proposals on Their Internternational
Unification, WHO, 1977, hal 71-77.

WHO, Quality Control Methods fo Medicinal Plant Materials,


1990, hal 35-36.

PENETAPAN INDEKS BUSA

Pendahuluan
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang
tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Simplisia-simplisia
yang mengandung saponin akan memberikan busa yang stabil
apabila dekoknya dalam air dikocok.

Alat dan bahan


Alat Bahan
- Labu 500 ml - Simplisia
- Pencatat waktu - Air
- Corong
- Kertas saring
- Tabung reaksi
tertutup
- Mistar

Prosedur
1 Serbuk simplisia ditimbang 1 gram secara seksama.
2 Pindahkan kedalam gelas piala 250 ml yang berisi 100 ml
air mendidih dan biarkan mendidih selama 30 menit.

55
Dinginkan dan saring ke dalam labu takar 100 ml.
Tambahkan air melalui penyaring untuk membuat 100 ml.
3 Masukan dekok tersebut dalam tabung reaksi bertutup
dalam suatu seri 1,2,3 sampai 10 dan sesuaikan volume
masing-masing tabung dengan air hingga 10 ml.
4 Tutup tabung dan kocok kearah memanjang selama 15
detik dengan frekwensi 2 kocokan / detik
5 Biarkan 15 menit dan ukur tinggi busa
 Bila tinggi busa pada setiap tabung kurang dari 1 cm,
indeks busanya kurang dari 100
 Bila tinggi busa pada suatu tabung a 1 cm, maka a adalah
indeks yang dicari, bila a ini pada tabung pertama atau
kedua, perlu membuat pengenceran yang lebih rinci untuk
menghasilkan hasil yang lebih tepat
 Bila tinggi busa pada setiap tabung lebih dari 1 cm, indeks
busanya lebih dari 1000. Dalam hal ini perlu pengenceran
baru perlu dilakukan untuk memperoleh hasil.

Perhitungan
Indeks busa = 1000/a
a adalah volume (ml) dekok yang digunakan untuk pengencer
tabung dimana busa setinggi 1 cm diamati.
Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin:

56
Nama simplisia:
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabung
Tinggi
Busa (cm)
Pembahasan

Kesimpulan

57
PEMERIKSAAN PARAMETER KUALITAS SIMPLISIA

Terpenuhinya standar produk atau bahan simplisia atau


ekstrak tidak terlepas dari pengendalian proses, artinya bahwa
proses yang terstandar dapat menjamin produk terstandar.
Pemeiksaan terhadap simplisa dan ekstrak mutlak harus
dilakukan agar mutu suatu produk terjamin. Oleh karena itu,
penetapan parameter simplisia dan ekstrak dilakukan oleh badan
formal/badan independen. Adapun pemeriksaan dan penetapan
terhadap simplisia dan ekstrak yang dilakukan meliputi parameter
spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik terkait langsung
dengan senyawa yang ada di dalam tanaman sedangkan
parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan
dalam pembuatan simplisia.

58
PENETAPAN IDENTITAS DAN ORGANOLEPTIK
SIMPLISIA

Pendahuluan
Simplisia yang digunakan sebagai bahan jamu atau obat
bahan alam lainnya harus memenuhi syarat monografi yang telah
ditentukan dalam buku-buku standar seperti Materia Medika
Indonesia (MMI) dan Farmakope Indonesia. Salah satu syarat
tersebut adalah penetapan identitas, organoleptik dan kadar sari.
Tujuan dari penetapan identitas simplisia adalah
memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari
senyawa identitas.Tujuan dari penetapan organoleptik simplisia
adalah pengenalan awal yang sederhana seobjektif mungkin.

59
Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Kertas putih sebagai alas - Simplisia
- Kamera
- Penggaris

Prosedur
PENETAPAN IDENTITAS SIMPLISA
 Simplisia diamati dan diberikan nama sesuai dengan
nomenklatur yang ada
 Contoh
1. Deskripsi tata nama:
a. Nama latin tumbuhan : Curcuma xanthorrhiza
Roxb.
b. Nama bagian yang digunakan : Curcumae
Rhizoma
c. Nama Ekstrak : Curcumae Extractum
d. Nama Indonesia : Temulawak
2. Senyawa Identitas yaitu senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik deganmetode tertentu :
Xanthorrhizol

60
PENETAPAN ORGANOLEPTIK SIMPLISA
 Simplisia diamati menggunakan pancaindera
 Contoh
1. Bentuk : padat, serbuk-kering
2. Warna : kuning kecoklatan
3. Bau : Aromatik
4. Rasa : Pahit dan kelat

Hasil Pengamatan
PENETAPAN IDENTITAS SIMPLISA
1. Deskripsi tata nama:
a. Nama latin tumbuhan :
b. Nama bagian yang digunakan :
c. Nama Ekstrak :
d. Nama Indonesia :
2. Senyawa Identitas :

PENETAPAN ORGANOLEPTIK SIMPLISA


1. Bentuk :
2. Warna :
3. Bau :
4. Rasa :

61
PENETAPAN KADAR SARI

Pendahuluan
Kadar sari larut etanol menunjukkan banyaknya senyawa-
senyawa didalam simplisia yang terlarut di dalam pelarut etanol,
sedangkan kadar sari larut air menunjukkan banyaknya senyawa-
senyawa di dalam simplisia yang terlarut di dalam air.

Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Timbangan analitis - Simplisia
- Cawan dangkal berdasar rata - Aquadest
- Labu bersumbat kaca - Kloroform
- Erlenmeyer - Etanol
- Kertas saring

Prosedur
PENETAPAN KADAR SARI LARUT AIR

62
 Timbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang
telah dikeringkan di udara
 Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 ml
air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6 jam
pertama, biarkan selama 18 jam
 Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan
dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105oC dan
ditara
 Panaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap
 Hitung kadar dalam % sari larut air

PENETAPAN KADAR SARI LARUT ETANOL


 Timbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang
telah dikeringkan di udara
 Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL
etanol 95% P, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama,
biarkan selama 18 jam
 Saring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol
 Uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal
beralas datar yang telah dipanaskan 105oC dan ditara
 Panaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap
 Hitung kadar dalam % sari larut etanol

63
Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin bahan:
Nama simplisia:

PENETAPAN KADAR SARI LARUT AIR


No Jenis pengamatan Hasil
1 Berat simplisia
2 Berat ekstrak
3 Kadar sari larut air

PENETAPAN KADAR SARI LARUT ETANOL


No Jenis pengamatan Hasil
1 Berat simplisia
2 Berat ekstrak
3 Kadar sari larut etanol

Pembahasan

64
Kesimpulan

Pustaka
Departemen Kesehatan RI, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1,
2008, hal 171.

65
PENETAPAN KADAR ABU

Pendahuluan
Abu adalah sisa pembakaran bahan organik. Secara kimia,
abu merupakan oksida logam yang tidak dapat dibakar. Secara
alami didalam simplisia terdapat logam. Logam-logam ini
merupakan komponen hara tumbuhan yang dapat merupakan
komponen molekul penting dalam reaksi biokimiawi tumbuhan.
Logam-logam tersebut merupakan abu fisiologis. Sebagian besar
abu fisiologis ini larut air.
Kadar abu total terdiri dari logam fisiologis, non fisiologis
dan silikat sehingga kadarnya jauh lebih tinggi dari kadar abu
larut air dan kadar abu tidak larut asam. Kadar abu larut air terdiri
dari logam-logam fisiologis, sedangkan kadar abu tidak larut
asam terdiri dari logam-logam non-fisologis.

Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Timbangan analitis - Simplisia
- Krus silika - Aquadest
- Tanur - Kertas saring bebas abu
- Asam klorida encer

66
Prosedur
PENETAPAN KADAR ABU TOTAL
 Timbang seksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah
dihaluskan dan masukkan ke dalam krus silikat yang telah
dipijar dan ditara
 Pijarkan perlahan-lahan dan naikkan suhu secara bertahap
600+ 25°C sampai bebas karbon
 Dinginkan dalam desikator dan selanjutnya timbang berat
abu
 Jika bobot abu belum konstan maka dilakukan pemijaran
kembali dalam krus silikat hingga didapat bobott abu yang
kostan
 Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji,
dinyatakan dalam % b/b.

PENETAPAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM


 Didihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu
total dengan 25 ml asam klorida encer LP selama 5 menit.
 Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring
melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,
pijarkan dalam krus hingga bobot tetap.
 Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap
berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b.

67
Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin bahan:
Nama simplisia:

PENETAPAN KADAR ABU TOTAL


No Jenis pengamatan Hasil
1 Berat simplisia
2 Berat abu total
3 Kadar abu total

PENETAPAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM


No Jenis pengamatan Hasil
1 Berat simplisia
2 Berat abu total
3 Berat abu tidak larut asam
4 Kadar abu tidak larut asam

Pembahasan

68
Kesimpulan

Pustaka
Departemen Kesehatan RI, Materia Medika Indonesia, Jilid VI,
1995, hal 321.

Departemen Kesehatan RI, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1,


2008, hal 169.

PENETAPAN KADAR AIR SECARA DESTILASI

1. Pendahuluan

69
Tujuan pengeringan organ tanaman atau tanaman yang
dikumpulkan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tahan
lama, tidak rusak dan dapat digunakan atau disimpan dalam
jangka waktu yang relatif lama, dengan cara mengurangi
kandungan air dan menghentikan reaksi enzimatik yang mungkin
dapat menguraikan zat aktif dan menurunkan mutu atau merusak
simplisia. Air dalam sel akan menguraikan zat aktif tertentu.

pada tanaman hidup, pertumbuhan jamur dan reaksi


enzimatik yang merusak tidak dapat terjadi karena adanya
keseimbangan antara proses metabolisme pada sintesa
transformasi dan penggunaan isi sel. keseimbangan akan hilang
segera setelah sel mati. dahulu sebelum tanaman dikeringkan
dilakukan berbagai cara antara lain dengan meredam organ dalam
alkohol 70% atau dialiri dengan uap panas. dari penelitian,
diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak terjadi pada kadar air sel
organ kurang dari 10% sehingga proses pengeringan dapat
menghentikan proses enzimatik dalam sel.

2. Tujuan

 mengenal dan memahami prinsip penetapan kadar air


dengan metode destilasi
 dapat menerapkannya untuk analisa kualitas simplisia.

3. Alat dan Bahan

70
 Alat penetapan kadar air: labu bundar 500 mL, kondensor,
tabung penampung 5 mL berskala 0,1 mL, labu
penyambung (dilapisi asbes)
 Toluen yang telah dijenuhkan dengan aquades
 Simplisia

4. Prosedur

1. Tabung penampung dan kondensor dibersihkan dengan


campuran asam kromat, bilas dengan air sampai bersih
dan keringkan dalam oven.
2. kedalam labu bundar dimasukan sejumlah simplisia yang
diperkirakan mengandung 2 – 4 mL air
3. masukan 200 – 300 mL toluen yang telah dijenuhkan
dengan aquadest
4. hubungkan dengan kondensor dan penampung berskala.
5. panaskan perlahan – lahan selama 15 menit. setelah toluen
mendidih, suling dengan kecepatan 2 tetes/detik sampai
sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan
penyulingan menjadi 4 tetes / detik.
6. setelah semua air tersuling. bilas bagian dalam kondensor
dengan toluen kemudian dibersihkan dengan sikat.
7. lanjutkan penyulingan saelama 5 menit kemudian
hentikan pemanasan dan dinginkan sampai suhu kamar.
8. jika ada tetesan air yang menempel pada tabung penerima,
gosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat
tembaga dan basahi dengan toluen sampai tetesan air
turun.
9. setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume
air. Hitung kadar air dalam %

71
72
Gambar seperangkat alat untuk penentuan kadar air (metode
destilasi azeotrop) (dimensi dalam mm)

5. Hasil percobaan

penetapan kadar air secara destilasi

Nama bahan :

Nama latin bahan :

Nama simplisia :

bobot simplisia :

n : mL

n1 : mL

Perhitungan kadar air :

%=

73
6. Pembahasan

74
7. Kesimpulan

Pustaka

World health Organization, Quality Control Methods for


Medicinal Plant Materials”, 1998, hal 34-37

75
PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI

1. Tujuan

 Mahasiswa memahami prinsip penentuan kadar minyak


atsiri dengan alat destilasi stahl.
 mahasiswa terampil melaksanakan penentuan kadar
minyak atsiri dan menganalisis hasilnya

2. Pendahuluan

minyak atsiri disebut juga minyak terbang, merupakan


campuran senyawa alami yang mudah menguap walaupun
komponen minyak atsiri banyak yang memiliki titik didih diatas
1000C, bahkan dalam suhu kamar banyak banyak diantaranya
yang berbentuk padat seperti mentol, kamper dan lainnya.,
komponen minyak atsiri sebagian banyak terdiri dari (senyawa
terpenoid) monoterpenoid, sesquiterpenoid, aromatik aldehid atau
alkohol (metil Propanoid).

76
banyak simplisis yang digunakan dalam pengobatan
tradisional mempunyai kandungan minyak atsiri banyak
digunakan sebagai pengharum makanan, minuman, kosmetik dan
farfum. oleh karena itu penetapan kadar minyak atsiri sangat
bermanfaat dalam penentuan mutu simplisia baik yang akan
digunakan sebagai obat atau sebagai bahan baku proses isolasi
minyak atsiri.

dalam penentuan minyak atsiri, simplisia didestilasi


dengan air dan destilat ditampung dalam tabung yang
berbeda.fase air akan memisah dan dikembalikan kedalam labu
destilasi melalui prinsip bejana berhubung. apabila minyak atsiri
memiliki bobot jenis lebih besar dari air atau hampir sama dengan
air atau gak susah memisah dengan air karena berbentuk emulsi,
maka dapat ditambahkan pelarut dengan dengan berat jenis leih
rendah dari pada air dan mempunya titik didih memadai kedalam
tabung berskala. pelarut yang digunakan misalnya xilen, yang
akan bercampur dengan minyak atsiri dan mengapung diatas
permukaan air.

3. Alat dan bahan

Alat Bahan
- seperangkat alat destilasi - Simplisia : cengkeh,
stahl jahe, kayuputih
- Gelas ukur - xilen

77
- Timbangan analitis - aquadest
- Batu didih -
- mantel pemanas /
penangas udara

4. prosedur kerja

a. penyiapan sampel
penyiapan sampel tergantung pada tekstur simplisia dan
lokasi minyak atsiri.
b. diantaranya :
- simplisia keras (Kulit kayu, akar dan rimpang)
atau bahan yang kandungan minyak atsirinya pada
sel – sel atau rongga kecil dari jaringan perlu
dibuat serbuk kasar.
- daun tebal perlu dipotong – potong atau sedikit
dilukai.
- simplisisa bunga, daun tipis dan minyak atsirinya
pada kelenjar epidermal harus didestilasi secara
langsung.
c. pengukuran kadar minyak atsiri
1. Masukan air kedalam labu bundar
2. tambahkan 3-5 batu didih
3. sambungkan alat
4. ambil katup K (lihat gambar), panaskan cairan
sampai mendidih dan atur kecepatandestilasi 2-3
mL per menit.

78
5. untuk penentuan laju destilasi turunkan permukaan
air dengan kran sampai dasar tabung berbentuk
pear. buka kran kembali dan lanjutkan destilasi.
6. hentikan pemanasan setelah 30 menit dan 10 menit
kemudian catat volume xilene
7. masukan simplisia dan lanjutkan destilasi sampai
tidak terjasi lagi penambahan volume minyak
atsiri dan kurangi dengan volume xilen.
8. hitung kadar dalam % v/b

Gambar : seperangkat alat untuk penentuan minyak atsiri

79
5. Hasil percobaan

Penetapan kadar minyak atsiri

Nama bahan :

Nama latin bahan :

Nama Simplisia :

No Jenis pengamatan hasil


1 Jumlah simplisia
2 Volume xilen
3 Volume xilen dan minyak atsir
Menit ke 50
Menit ke 60
Menit ke 90
Menit ke 120
4 Kadar minyak atsiri

6. Pembahasan.

80
7. Kesimpulan

Pustaka

World health Organization, Quality Control Methods for


Medicinal Plant Materials”, 1998. 34-37

81

Anda mungkin juga menyukai