Buku panduan praktikum ini merupakan hasil revisi dari buku panduan
praktikum farmakognosi Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut tahun sebelumnya.
1
ISTILAH UMUM
SIMPLISIA
Simplisia atau Herbal adalah bahan alam yang telah
dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum
mengalami pengolahan. Kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 60o C.
Simplisia Segar adalah bahan alam segar yang belum
dikeringkan.
Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan
utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan.
Eksudat Tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya.
Serbuk Simplisia Nabati adalah bentuk serbuk dari
simplisia nabati, dengan ukuran derajat kehalusan tertentu. Sesuai
dengan derajat kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar,
agak kasar, halus dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati tidak
boleh mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang bukan
merupakan komponen asli dari simplisia yang bersangkutan
antara lain telur nematoda, bagian dari serangga dan hama serta
sisa tanah.
Nama Latin Simplisia ditetapkan dengan menyebut
nama marga (genus), nama jenis (spesies) dan bila
memungkinkan petunjuk jenis (varietas) diikuti dengan bagian
2
yang digunakan. Nama Latin dengan pengecualian ditetapkan
dengan menyebut nama marga untuk simplisia yang sudah lazim
disebut dengan nama marganya.
Nama Lain adalah nama Indonesia yang paling lazim,
didahului dengan bagian tumbuhan yang digunakan.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat
dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang
cocok, diluar pengaruh matahari langsung.
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
3
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK DAN
MIKROSKOPIK
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Pada pemeriksaan mikroskopik digunakan pereaksi air dan kloral
hidrat 70%.
Istilah Mikroskopik
Amilum (pati) merupakan butir-butir tepung yang dapat
disimpan sebagai cadangan makanan. Pada setiap jenis
tumbuhan, butir amilum mempunyai bentuk, susunan dan ukuran
tertentu, bahkan khas untuk jenis spesies tanaman tertentu. Untuk
melihat adanya amilum digunakan media air.
Berkas pengangkut merupakan sekelompok jaringan
yang terdiri dari floem dan xylem, dengan atau tanpa kambium.
Endodermis lapisan sel (biasanya satu lapis) yang
membatasi korteks dan silinder pusat, dan secara mikroskopis
sangat nyata pada struktur akar. Pada dinding radial dan
melintangnya, endodermis mengandung selapis suberin yang
dikenal sebagai pita kaspari. Pada batang, telah dibuktikan bahwa
bagian korteks terdalam batang memiliki sifat kimiawi dan
fisiologi yang serupa dengan endodermis, walaupun secara
morfologi tidak terlihat.
Endokarp Jaringan yang paling dalam dari pericarp.
4
Endosperm Salah satu bagian biji disamping embrio dan
kulit biji yang berfungsi sebagai cadangan makanan seperti pati.
Epidermis Jaringan yang membentuk lapisan penutup
dipermukaan tumbuhan. Secara mikroskopik sebagian besar
bentuk selnya beragam dan untuk tumbuhan tertentu berbentuk
khas sehingga dapat digunakan sebagai identitas. Pada epidermis
dapat juga ditemukan sel penutup stomata, berbagai rambut, sel
sekresi dan sel sklerenkim. Sifat khas dari epidermis bagian
tumbuhan diatas tanah terdapat lapisan kutikula pada dinding luar
dan kutinasi yang terjadi pada sebagian atau seluruh dinding
lainnya.
Epikarp (eksokarp/kulit jaringan) Jaringan paling luar
dari pericarp.
Floem Alat translokasi atau pengangkut zat hara organik
hasil fotosintesis ke seluruh bagian lain dari tumbuhan. Secara
mikroskopik floem terdiri dari sel tapis dan komponen pebuluh
tapis disertai sel pengantar. Disamping itu terdapat pula
parenkim, parenkim jari-jari empulur, serat dan sklereid floem.
Bentuk floem-floem jenis tumbuhan tertentu dapat dijadikan
identitas tumbuhan tersebut.
Idioblas Sel yang memiliki isi berbeda dari sel
sekelilingnya, misalnya mengandung enzim, minyak, lendir dan
harsa.
Jaringan palisade atau jaringan tiang Salah satu
jaringan yang ada pada mesofil daun, selnya lebih kompak,
5
berbentuk memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai
daun, langsung dibawah epidermis atas.
Jaringan sekresi Kumpulan sel khas yang tersebar,
meliputi sel sekresi , ruang atau rongga sekresi, saluran sekresi
dan latisifer.
Kolenkim Jaringan hidup yang erat hubungannya dengan
parenkim, dan sebagai penyokong dalam organ yang muda,
terdiri atas sel-sel dengan dinding yang biasanya menebal tidak
sama. Kolenkim tersusun sebagai berkas atau silinder dekat
permukaan kortek pada batang, tangkai daun dan sepanjang
tulang daun besar pada helai daun. Kolenkim jarang ditemukan
pada akar.
Korteks Jaringan yang terletak antara epidermis dan
silinder pusat (silinder ikatan pembuluh) pada batang dan antara
epeidermis dan endodermis pada akar. Sebagian besar korteks
berisi sel-sel parenkim.
Kristal kalsium oksalat Salah satu zat ergastik berupa
kristal yang umum ditemukan pada tumbuhan. Berbagai bentuk
kristal seperti drus yaitu kristal prisma dengan ujung yang
runcing. Kristal ini dapat digunakan sebagai identitas tumbuhan.
Kristal lain yang dapat ditemukan adalah kalsium karbonat dan
kalsium malat, walaupun jarang.
Kutikula Lapisan lilin/malam/wax pada permukaan
epidermis dari bagian tubuh yang terletak diatas tanah.
6
Litosis Sel yang mengandung sistolit, yaitu penumpukan
kalsium nitrat atau kalsium oksalat diujung struktur tangkai.
Tangkai berupa tonjolan dari dinding ke arah dalam sel. Litosis
atau sistolit dapat dijadikan sebagai identitas.
Mesofil Bagian utama helai daun yang banyak
mengandung kloroplas dan ruang antar sel. Mesofil terdiri dari
jaringan tiang (palisade) dan jaringan spon (bunga karang).
Jaringan tiang lebih kompak, sedangkan jaringan spon memiliki
ruang antar sel yang luas. Jaringan tiang bentuknya memanjang
tegak lurus terhadap permukaan helai daun.
Mesokarp (daging buah) Bagian dari perkarp yang
terletak antara epikarp dan endocarp.
Parenkim Jaringan sinambung dalam korteks akar,
batang dan mesofil daun, jari-jari empulur dan jaringan
pembuluh. Sel parenkim bentuknya beragam, seringkali bersegi
banyak. Fungsinya antara lain dalam fotosintesis, penyimpanan
bahan. Parenkim dapat juga membentuk struktur tambahan
seperti jaringan sekresi.
Periderm Jaringan kompleks yang terdiri dari jaringan
gabus atau felem, kambium gabus atau felogen dan feloderm (sel
hidup yang dibentuk felogen ke arah dalam). Felogen terletak
dekat permukaan bagian bawah epidermis atau pada epidermis itu
sendiri. Felogen membentuk felem (jaringan gabus) kearah luar.
7
Perikarp Dikenal juga sebagai dinding buah atau kulit
buah, yang secara struktur terdiri dari eksokarp (epikarp),
mesokarp dan endocarp.
Perisikel Perikambium yang terletak disebelah dalam
endodermis, bagian terluar dari silinder pusat dan terdiri atas
beberapa lapisan sel yang berbatasan dengan berkas pengangkut
sering merupakan identitas karena pembentukan sklerenkim.
Perisperm Jaringan yang mengandung persediaan
makanan diluar kantung embrio.
Rambut kelenjar Merupakan modifikasi epidermis dan
berupa sel sekresi. Banyak bentuk rambut penutup yang dapat
digunakan sebagai identitas tumbuhan.
Rambut sisik Salah satu jenis rambut (trikoma yang
memipih dan bersel banyak) dapat ditemukan tanpa tangkai
(sesil)
Sel batu Sel dari berdinding tebal. Bentuk sel batu dengan
macam penebalannya sangat bervariasi dan digunakan sebagai
identitas tumbuhan.
Sel dari jaringan gabus (felem). Sel berbentuk lempeng,
tersusun rapat dan dindingnya mengandung suberin (zat gabus).
Jaringan gabus dapat digunakan sebagi identitas tumbuhan.
Serabut Sel berbentuk isodiametrik, berdinding tebal dan
umumnya berlignin.
Serat Berdasarkan letaknya dibagi menjadi serat xylem
dan serat extra xylem (luar xylem). Berdasarkan tebal dinding
8
dan jumlah noktah, serat xylem terdiri dari serat libriform dan
serat trakeid. Serat libriform dindingnya amat tebal dan jumlah
noktahnya sedikit.
Sklereid Terdapat pada berbagai bagian tumbuhan,
misalnya tempurung kelapa hampir seluruhnya terdiri dari
sklereid: ada 4 macam sklereid yaitu brakisklereid (sel batu
berbentuk hamper isodiametric) makrosklereid (berbentuk batang
sering ditemukan dalam kulit biji). Osteosklereid (bernetuk tulang
dengan ujung-ujungnya yang membesar kadang-kadang sedikit
bercabang. Asteosklereid (bercabang atau berbentuk bintang,
sering terdapat pada daun).
Sklerenkim Jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang
mengalami penebalan, dapat mengandung lignin. Fungsi
utamanya sebagai penyokong, kadang-kadang sebagai pelindung.
Secara umum sklerenkim dibagi menjadi serat (fibres) dan
sklereid. Bentuk serat dan atau sklereid dapat dijadikan identitas
tumbuhan.
Stoma (stomata) atau mulut daun. Merupakan celah
dalam epidermis yang dibatasi oleh sel epidermis yakni sel
penutup. Dengan mengubah bentuknya, sel penutup mengatur
pelebaran dan penyempitan celah. Sel stoma dkelilingi oleh sel
tetangga yang bentuknya bisa sama atau berbeda. Struktur dan
letak sel penutup, serta jumlah, ukuran, letak sel tetangga stoma
dapat dijadikan identitas bagian tumbuhan. Stoma terdapat pada
seluruh bagian tumbuhan diatas tanah.
9
Testa Suatu lapisan sel yang terletak antara pericarp dan
endosperm.
Tetes minyak Dapat berupa tetes minyak atsiri dan
minyak lemak.
Trakeid Salah satu unsur trakeal (disamping komponen
trakea). Merupakan sel panjang dengan ujung runcing tanpa
lubang. Sel komponen trakea memliki lubang yang biasanya
terletak pada dinding ujung, kadang-kadang lubang tersebut
terdapat pada dinding lateral.
Tulang daun Bagian helai daun yang berguna untuk
pengokoh dan berfungsi sebagai berkas pengangkut. Pada
beberapa tumbuhan, pada tulang daun ditemukan kristal-kristal
yang dapat digunakan sebagai identitas tumbuhan.
Xilem dari segi struktur dan fungsi adalah jaringan
kompleks. Berfungsi dalam pengangkutan air, penyimpanan
makanan, serta penyokong. Sel-sel pengangkut air dikenal
sebagai trakeid dan trakea.
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
10
AMILUM
1. Amilum Beras
Amilum beras atau pati beras adalah pati yang diperoleh
dari biji Oryza sativa L., suku Poaceae.
Identitas Simplisia
Pemerian Serbuk sangat halus, putih.
Mikroskopik Butir bersegi banyak ukuran 2 µm sampai 5
µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 µm
sampai 20 µm. Hilus di tengah, tidak terlihat jelas, tidak ada
lamela konsentris.
(Sumber: Farmakope Indonesia IV, 1995)
11
2. Amilum Kentang
Amilum kentang atau pati kentang adalah pati yang
diperoleh dari umbi Solanum tuberosum L., suku Solanaceae.
Identitas Simplisia
Pemerian Serbuk sangat halus, putih.
Mikroskopik Butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat
telur ukuran 30 µm sampai 100 µm, atau membulat ukuran 10 µm
sampai 35 µm. Butir majemuk jarang, terdiri dari majemuk 2
sampai 4, hilus berupa titik pada ujung yang sempit, dengan
lamela konsentris jelas terlihat.
(Sumber: Farmakope IV, 1995)
12
3. Amilum Singkong
Amilum singkong atau pati singkong adalah pati yang
diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl, suku
Euphorbiaceae.
Identitas Simplisia
Pemerian Serbuk sangat halus, putih.
Mikroskopik Butir tunggal, agak bulat atau bersegi
banyak, butir kecil diameter 5µm sampai 10 µm, butir besar
bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus ditengah berupa titik,
garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas, konsentris,
butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang
tidak sama bentuknya.
(Sumber: Farmakope IV, 1995)
13
Hasil Pemeriksaan
14
SIMPLISIA HERBA
1. Herba Sambiloto
Herba sambiloto adalah seluruh bagian diatas tanah
Andrographis paniculata Ness., suku Lamiaceae, mengandung
andragrafolid tidak kurang dari 0,64%.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa campuran daun, batang, bunga dan
buah kering, warna hijau, tidak berbau, berasa sangat pahit,
batang tidak berambut, tebal 2-6 mmm, persegiempat, batang
bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang
berhadapan, umumnya terlepas dari batang, bentuk lanset sampai
bentuk lidah tombak, rapuh, tipis, tidak berambut, pangkal daun
runcing, ujung meruncing, tepi daun rata. Permukaan alas
berwarna hijau tua atau ijau keokelatan, permukaaan bawah
berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Buah berbentuk
jorong, pangkal dhan jung tajam, kadang-kadang pecah secara
membujur. Permukaaan luar kulit buah berwarna hijau tua
hinggga hijau kecokelatan, permukaan dalam berwarna putih atau
putih kelabu. Biji agak keras, permukaan luar berwarna cokelat
muda dengan tonjolan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis bawah
dengan stomata dan sisik kelenjar, epidermis atas, epidermis atas
dengan sistolit, rambut penutup, berkas pengangkut, kelopak
bunga dengan tonjolan papilla.
15
Senyawa Identitas Andrografolid
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
(a) (b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Herba Sambiloto
Keterangan: (a) rambut penutup
(b) epidermis atas dengan sistolit
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
16
2. Herba Meniran
Herba meniran adalah seluruh bagian diatas tanah
Phyllanthus niruri L., suku Euphorbiaceae, mengandung
flavonoid total tidak kurang dari 0,90% dihitung dari kuersetin.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa herba, bau khas, rasa pahit, batang
bentuk bulat, daun kecil, bentuk bundar telur sampai bundar
memanjang, panjang helai daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm, bunga
dan buah terdapat pada ketiak daun atau terlepas, buah bentuk
bulat, berwarna hijau kekuningan sampai kuning kecokelatan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis atas
dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset, epidermis atas
dengan kristal kalsium oksalat dengan bentuk prisma di palisade,
epidermis bawah dengan stomata, kulit buah dengan dinding
tangensial serabut sklerenkim dan kulit biji tampak tangensial.
Senyawa Identitas Filantin
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
17
(a) (b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Herba Meniran
Keterangan: (a) epidermis atas dengan
kristal kalsium oksalat
(b) kulit buah
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
18
Hasil Pemeriksaan
19
SIMPLISIA DAUN
20
Senyawa Identitas Tilirosida
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
(a) (b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Daun Jati
Belanda
Ketengan: (a) epidermis atas
21
(b) rambut penutup
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
22
Senyawa identitas Kuersetrin
23
(a) (b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Daun Jambu Biji
Keterangan: (a) rambut penutup
(b) mesofil dengan kelenjar minyak
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
24
Daun kumis kucing adalah daun Orthosiphon stamineus
Benth., suku Lamiaceae, mengandung flavonoid sinensetin tidak
kurang dari 0,10%.
Identitas simplisia
Pemerian Berupa serpihan daun dan tangkai baik
bersama maupun terpisah, warna hijau kecoklatan, tidak berbau,
rasa agak pahit, rapuh, bentuk bundar telur, lonjong, belah
ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak, ujung lancip atau
tumpul, panjang 2-12 cm, lebar 1-8 cm. Tangkai daun persegi,
warna agak ungu, panjang kurang lebih 1cm. Helai daun dengan
tepi bergerigi kasar tidak beraturan, kadang-kadang beringgit
tajam dan menggulung ke bawah, ujung daun dan pangkal daun
meruncing. Tulang daun menyirip halus dan bercabang sedikit.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis dengan
rambut penutup, epidermis atas dengan sisik kelenjar, rambut
penutup, epidermis bawah dengan stomata dan berkas
pengangkut penebalan spiral.
25
Senyawa identitas Sinensetin
(a)
(b)
26
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Daun Kumis Kucing
Keterangan: (a) berkas pengangkut penebalan spiral
(b) rambut penutup
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
Hasil Pemeriksaan
27
SIMPLISIA BUAH
28
Senyawa identitas Piperin
(Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
2. Buah Adas
Buah adas adalah buah Foeniculum vulgare Mill., suku
Apiaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,40 %
v/b dan trans-anetol tidak kurang dari 0,60 %.
Identitas Simplisia
29
Pemerian Buah berbentuk memanjang, ujung pipih,
gundul, bau khas, rasa agak manis dan khas, warna coklat
kehijauan atau coklat kekuningan hingga coklat, panjang sampai
10 mm, lebar sampai 4 mm. Bagian luar buah mempunyai 5
rusuk primer, menonjol, warna kekuningan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah endocarp dengan
sel-sel palisade, endocarp, sel-sel endosperm, serabut, berkas
pengangkut dan epikarp.
Senyawa identitas Trans-anetol
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
(a)
30
(b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Buah Adas
Keterangan: (a) sel-sel endosperm (b) serabut
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
Hasil Pemeriksaan
31
SIMPLISIA KULIT BATANG ATAU RANTING
32
Senyawa Identitas Sinamaldehid
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
2. Kulit Pule
Kulit pule adalah bagian dalam kulit batang atau ranting
Alstonia scholaris Bl., suku Apocynaceae mengandung alkaloid
total tidak kurang dari 0,09%.
Identitas Simplisia
33
Pemerian Berupa potongan kulit kayu, menggulung atau
kadang-kadang berbentuk pipa, tebal sampai lebih kurang 3mm,
warna coklat kehitaman, tidak berbau, rasa pahit yang tidak
mudah hilang. Permukaan luar sangat kasar, tidak rata, mudah
mengelupas, banyak retak-retak membujur dan melintang, warna
permukaan hijau kelabu, coklat muda atau coklat kehitaman, lenti
sel berbentuk lonjong, warna putih kelabu, terletak melintang,
warna permukaan kuning kecoklatan sampai coklat kelabu tua.
Mudah dipatahkan, bekas patahan kasar dan agak berserat.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah kumpulan sel
batu tugggal dan berkelompok, sel gabus dan sel batu, parenkim
korteks dengan amilum, serabut dan jari-jari empulur, butir
amilum dan kristal kalsim oksalat berbentuk prisma.
Senyawa identitas Tetrahidroalstonin
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
34
(a)
(b)
35
Hasil Pemeriksaan
36
SIMPLISIA RIMPANG
1. Rimpang Jahe
Rimpang Jahe adalah rimpang Zingiber officinale Rosc.,
suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
0,80 % v/b.
Identitas Simplisia
Pemerian berupa rimpang agak pipih, bagian ujung
bercabang pendek, warna putih kekuningan, bau khas, rasa pedas.
Bentuk bundar telur terbalik, pada setiap cabang terdapat parut
melekuk kedalam. Dalam bentuk potongan, panjang, umumnya 3-
4 cm, 1-6,5 mm. Bagian luar berwarna coklat kekuningan, beralur
memanjang, kadang-kadang terdapat serat bebas. Bekas patahan
pendek dan berserat menonjol. Pada irisan melintang terdapat
berturut-turut korteks sempit yang tebalnya lebih kurang
sepertiga jari-jari dan endodermis. Berkas pengangkut tersebar
berwarna kelabu. Sel kelenjar berupa titik yang lebih kecil
berwarna kekuningan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah butir amilum
yang banyak, pembuluh kayu, berkas pengangkut, epriderm,
serabut dan jaringan gabus tangensial.
37
Senyawa identitas Shogaol
(Sumber: farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
2. Rimpang Temulawak
Rimpang temulawak adalah rimpang Curcuma
xanthorrizha Roxb., suku Zingiberaceae, mengandung minyak
atsiri tidak kurang dari 5,80%v/b dan kurkuminoid tidak kurang
dari 4,0% dihitung sebagai kurkumin.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa keping tipis, bentuk bundar atau
jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah hinggga 6 cm, tebal 2-5
38
mm, permukaan luar berkerut, warna coklat kekuningan hingga
coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung
tidak berttan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada
batas antara silinder pusat dengan korteks, korteks sempit, tebal
3-4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga hingga
coklat jingga terang. Bau khas, rasa tajam dan agak pahit.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah berkas
pengangkut, parenkim korteks, serabut sklerenkim, butir amilum
dan jaringan gabus.
(a)
39
(b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Temulawak
Keterangan: (a) serabut sklerenkim (b) parenkim korteks
(Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
3. Rimpang Kencur
Rimpang kencur adalah rimpang Kaemferia galanga L.,
suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
2,40%v/b, dan etil p-metoksisinamat tidak kurang dari 1,80%.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa irisan pipih, bau khas, rasa pedas,
bentuk hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan, tebal
1-4 mm, panjang 1-5 cm, lebar 0,5-3 cm, bagian tepi berombak
dan berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecoklatan. Korteks sempit,
lebar lebih kurang 2mm, warna putih.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah butir amilum,
parenkim, periderm, berkas pengangkut penebalan spiral,
parenkim dengan sel sekresi dan berkas pengangkut penebalan
tangga.
40
Senyawa Identitas Etil p-metoksisinamat
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia, 2008)
(a)
(b)
Beberapa Fragmen Serbuk Simplisia Rimpang Kencur
41
Keterangan: (a) amilum
(b) periderm
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
4. Rimpang Kunyit
Rimpang kunyit adalah rimpang Curcuma domestica Val.,
suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
3,02%v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 6,60% dihitung
sebagai kurkumin.
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa kepingan ringan, rapuh, warna kuning
jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga
kecoklatan. Bau khas, rasa agak pahit, agak pedas, lama
kelamaan menimbulkan rasa tebal, bentuk hampir bundar sampai
bulat panjang, kadang-kadang bercabang, lebar 0,5-3 cm, panjang
2-6 cm, tebal 1-5 mm, umumnya melengkung, tidak beraturan,
kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar.
Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas. Bekas
patahan agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai coklat
kemerahan.
Mikroskopik Fragmen pengenal adalah jaringan gabus,
sel parenkim berisi bahan pewarna kuning, berkas pengangkut,
rambut penutup, butir amilum dan parenkim berisi amilum.
42
Senyawa Identitas Kurkumin
(Sumber: Farmakope Herbal Indonesia I, 2008)
43
PENETAPAN TINGKAT KEPAHITAN
Pendahulan
Keengganan masyarakat dalam menggunakan jamu salah
satunya dikaitkan dengan rasa pahit. Simplisia dengan kepahitan
yang tinggi sering banyak digunakan sebagai bahan jamu. Rasa
pahit berguna untuk merangsang sekresi saluran pencernaan
sehingga bermanfaat sebagai tonik, karena berperan sebagai
penambah nafsu makan. Kinin misalnya, di Amerika tidak
banyak digunakan untuk anti malaria tetapi digunakan sebagai
komponen minuman.
Dalam pengukuran 1 unit pahit internasional didefinisikan
sebagai rasa pahit larutan kinin HCL yang diencerkan 1 : 2000.
Dapat dinyatakan juga bahwa 1 unit setara dengan 1 mg kinin
HCL/2ml, atau 1 g/ml. Kinin HCL setara dengan 2000 unit pahit.
44
- Labu takar 500 ml - Ligustrinae lignum
- Pipet bersekala 10 ml - Herba sambiloto
- Tabung reaksi 20 - Brotowali
buah - Temu giring
- Pemanas - Kertas saring
- Corong penyaring
- Stop watch
- Erlenmayer 100 ml
- Gelas ukur 50 ml
Prosedur
Pembuatan Larutan Stok Kinin Serta Pengencerannya
Larutkan 0,1 gr kinin HCl dalam labu takar 100 mL air. Ambil 5
mL dan encerkan hingga 500 mL. Larutan ini adalah stok (sq)
mengandung 0,01 mg/mL
Buat seri pengenceran dalam 9 tabung reaksi seperti pada tabel
berikut :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
tabu
ng
Ml 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8
sq
Ml 5,8 5,6 5,4 5,2 5,0 4,8 4,6 4,4 4,2
air
Mg 0,0 0,0 0,0 00 0,0 00 0,0 0,0 005
kinin 42 44 46 48 50 52 54 56 8
HCl
45
volume dijadikan 50 ml. Pipet 1 ml ekstrak dan encerkan hingga
100 ml (st) setara dengan 0,04 mg/ml
Buat pengenceran dalam tabung reaksi sbb :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tabung
Ml st 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ml air 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
Pemeriksaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mencari nilai ambang pahit
dari jamu/simplisia dan larutan kinin pada orang yang sama,
caranya adalah :
1 Bilas mulut dengan air
2 Masukan 10 mL larutan uji kedalam mulut dan gerakan
disekitar dasar lidah selama 30 detik. Dimulai dari
kosentrasi paling rendah
3 Bila tidak memberikan rasa pahit, ludahkan dan tunggu
selama 1 menit untuk menentukan apakah rasa pahit akan
muncul atau tidak
4 Kosentrasi larutan uji yang lebih tinggi dicoba setelah
paling tidak 10 menit
5 Nilai ambang pahit adalah kosentrasi terendah yang
memberikan rasa pahit
6 Setelah pengujian seri pertama harus menunggu 10 menit
sebelum dilakukan pengujian pada seri tahap sebelumnya
7 Untuk menghemat waktu pengujian berikutnya dapat
dimulai dari tahap no.5
46
8 Semua larutan uji harus disimpan pada suhu 20-250C
9 Orang yang tidak merasakan pahitnya kinin HCl pada
0,058 mg/10 ml tidak layak digunakan
Perhitungan
Hasil Pengamatan:
Nama bahan:
Nama latin:
Nama simplisia:
47
Indeks Kepahitan:
Pembahasan
Kesimpulan:
Pustaka
Zhie-Chen, L. General Control Methods for Vegetable drugs,
Comparative Study of Methods Included in Thirteeb
48
Pharmacopoeias and Proposals on Their Internternational
Unification, WHO, 1977, hal 62-66.
Pendahuluan
Tanin merupakan senyawa bahan alam yang dapat menyamak
kulit dengan mengikat protein menjadi tahan terhadap enzim
proteolitik. Apabila reaksinya dengan jaringan hidup disebut
astrigen dan merupakan dasar penggunaannya dalam pengobatan.
Secara kimia tanin merupakan campuran polifenol yang sukar
dipisahkan dan sukar mengkristal, mudah teroksidasi dan
berpolimerisasi dalam larutan dan kelautannya dalam pelarut
rendah.
Prinsip penentuan
Tanin bereaksi dengan kulit (kolagen) membentuk hasil reaksi
yang tidak larut dan dapat dikuantifikasi dengan cara gravimetri
49
- Labu takar 250 kulit
ml - Kertas saring
- Oven 1050C
- Cawan
penguap 3
buah
- Pipet 50/25 ml
Prosedur
1 Timbang 2 gr serbuk simplisia, rebus dengan air dan
didihkan selama 30 menit
2 Dinginkan dan pindahkan dalam labu takar 250 ml dan
sesuaikan volume dengan air dingin
3 Biarkan padatan mengendap, saring melalui kertas saring
dan buang 50 ml filtrat
4 Tentukan bahan terekstraksi dengan mengeringkan 50 ml
ekstrak hingga kering dan panaskan pada 1050C hingga
bobot tetap (T1)
5 Ambil 80 ml ekstrak dan tambahkan 6 g serbuk kerupuk
kulit dan kocok selama 60 menit. Saring dan uapkan 50
ml filtrat hingga kering dan keringkan pada 105 0C
hingga bobot tetap (T2)
6 Tentukan kelarutan serbuk kulit dengan mencampur 6 g
kulit dengan air 80 ml dan kocok selama 60 menit. Saring
dan uapkan 50 ml filtrat hingga kering dan keringkan
residu pada suhu 105C dan timbang (T0)
7 Kadar tanin adalah (%):
50
W = dalam gram
Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin:
Nama simplisia:
Pembahasan
51
Kesimpulan
Pendahuluan
Banyak simplisia tumbuhan yang mempunyai aktivitas
karena kemampuannya mengembang terutama tanaman yang
mengandung gom, musilago, pektin dan hemiselulosa.
Indeks pengembangan didefinisikan sebagai volume
dalam yang diambil dari pengembang 1 gram bahan pada kondisi
tertentu. Penelitian didasarkan pada penambahan air terhadap
simplisia. Dengan menggunakan gelas ukur bersekala bahan
dikocok berulang selama 1 jam dan biarkan selama waktu
tertentu. Volume campuran dalam mL kemudian dibaca.
52
Prosedur
1 Lakukan pengujian secara bersama-sama tidak kurang
dari 3 penentuan
2 Tambahkan sejumlah simplisia kedalam gelas ukur
bertutup 25 ml. Panjang bagian bersekala harus ± 125 mm
dengan diameter diameter dalam ± 16 mm, terbagi dalam
skala 0,2 ml dan bertanda 0 sampai 25 ml
3 Tambahkan 25 ml air dan kocok setiap interval 10 menit
selama 1 jam. Biarkan selama 3 jam pada suhu kamar.
Untuk simplisia pada umumnya digunakan serbuk
simplisia sebanyak 1 gram, sedangkan untuk cingcau dan
gracilaria cukup 0,5 gram, karena bila digunakan 1 gram
keseluruhan tabung akan dipenuhi oleh simplisia
4 Ukur volume dalam ml yang ditempati oleh simplisia
termasuk bagian musilago yang kental
5 Hitung rata-rata dari setiap penentuan sebanding dengan 1
gram simplisia.
Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin:
Nama simplisia:
Berat simplisia yang digunakan:
Volume simplisia sebelum pengembangan:
53
Volume simplisia setelah pengembangan:
Pembahasan
Kesimpulan
Pustaka
Zhie-Chen, L. General Control Methods for Vegetable drugs,
Comparative Study of Methods Included in Thirteeb
54
Pharmacopoeias and Proposals on Their Internternational
Unification, WHO, 1977, hal 71-77.
Pendahuluan
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang
tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Simplisia-simplisia
yang mengandung saponin akan memberikan busa yang stabil
apabila dekoknya dalam air dikocok.
Prosedur
1 Serbuk simplisia ditimbang 1 gram secara seksama.
2 Pindahkan kedalam gelas piala 250 ml yang berisi 100 ml
air mendidih dan biarkan mendidih selama 30 menit.
55
Dinginkan dan saring ke dalam labu takar 100 ml.
Tambahkan air melalui penyaring untuk membuat 100 ml.
3 Masukan dekok tersebut dalam tabung reaksi bertutup
dalam suatu seri 1,2,3 sampai 10 dan sesuaikan volume
masing-masing tabung dengan air hingga 10 ml.
4 Tutup tabung dan kocok kearah memanjang selama 15
detik dengan frekwensi 2 kocokan / detik
5 Biarkan 15 menit dan ukur tinggi busa
Bila tinggi busa pada setiap tabung kurang dari 1 cm,
indeks busanya kurang dari 100
Bila tinggi busa pada suatu tabung a 1 cm, maka a adalah
indeks yang dicari, bila a ini pada tabung pertama atau
kedua, perlu membuat pengenceran yang lebih rinci untuk
menghasilkan hasil yang lebih tepat
Bila tinggi busa pada setiap tabung lebih dari 1 cm, indeks
busanya lebih dari 1000. Dalam hal ini perlu pengenceran
baru perlu dilakukan untuk memperoleh hasil.
Perhitungan
Indeks busa = 1000/a
a adalah volume (ml) dekok yang digunakan untuk pengencer
tabung dimana busa setinggi 1 cm diamati.
Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin:
56
Nama simplisia:
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabung
Tinggi
Busa (cm)
Pembahasan
Kesimpulan
57
PEMERIKSAAN PARAMETER KUALITAS SIMPLISIA
58
PENETAPAN IDENTITAS DAN ORGANOLEPTIK
SIMPLISIA
Pendahuluan
Simplisia yang digunakan sebagai bahan jamu atau obat
bahan alam lainnya harus memenuhi syarat monografi yang telah
ditentukan dalam buku-buku standar seperti Materia Medika
Indonesia (MMI) dan Farmakope Indonesia. Salah satu syarat
tersebut adalah penetapan identitas, organoleptik dan kadar sari.
Tujuan dari penetapan identitas simplisia adalah
memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari
senyawa identitas.Tujuan dari penetapan organoleptik simplisia
adalah pengenalan awal yang sederhana seobjektif mungkin.
59
Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Kertas putih sebagai alas - Simplisia
- Kamera
- Penggaris
Prosedur
PENETAPAN IDENTITAS SIMPLISA
Simplisia diamati dan diberikan nama sesuai dengan
nomenklatur yang ada
Contoh
1. Deskripsi tata nama:
a. Nama latin tumbuhan : Curcuma xanthorrhiza
Roxb.
b. Nama bagian yang digunakan : Curcumae
Rhizoma
c. Nama Ekstrak : Curcumae Extractum
d. Nama Indonesia : Temulawak
2. Senyawa Identitas yaitu senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik deganmetode tertentu :
Xanthorrhizol
60
PENETAPAN ORGANOLEPTIK SIMPLISA
Simplisia diamati menggunakan pancaindera
Contoh
1. Bentuk : padat, serbuk-kering
2. Warna : kuning kecoklatan
3. Bau : Aromatik
4. Rasa : Pahit dan kelat
Hasil Pengamatan
PENETAPAN IDENTITAS SIMPLISA
1. Deskripsi tata nama:
a. Nama latin tumbuhan :
b. Nama bagian yang digunakan :
c. Nama Ekstrak :
d. Nama Indonesia :
2. Senyawa Identitas :
61
PENETAPAN KADAR SARI
Pendahuluan
Kadar sari larut etanol menunjukkan banyaknya senyawa-
senyawa didalam simplisia yang terlarut di dalam pelarut etanol,
sedangkan kadar sari larut air menunjukkan banyaknya senyawa-
senyawa di dalam simplisia yang terlarut di dalam air.
Prosedur
PENETAPAN KADAR SARI LARUT AIR
62
Timbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang
telah dikeringkan di udara
Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 ml
air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6 jam
pertama, biarkan selama 18 jam
Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan
dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105oC dan
ditara
Panaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap
Hitung kadar dalam % sari larut air
63
Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin bahan:
Nama simplisia:
Pembahasan
64
Kesimpulan
Pustaka
Departemen Kesehatan RI, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1,
2008, hal 171.
65
PENETAPAN KADAR ABU
Pendahuluan
Abu adalah sisa pembakaran bahan organik. Secara kimia,
abu merupakan oksida logam yang tidak dapat dibakar. Secara
alami didalam simplisia terdapat logam. Logam-logam ini
merupakan komponen hara tumbuhan yang dapat merupakan
komponen molekul penting dalam reaksi biokimiawi tumbuhan.
Logam-logam tersebut merupakan abu fisiologis. Sebagian besar
abu fisiologis ini larut air.
Kadar abu total terdiri dari logam fisiologis, non fisiologis
dan silikat sehingga kadarnya jauh lebih tinggi dari kadar abu
larut air dan kadar abu tidak larut asam. Kadar abu larut air terdiri
dari logam-logam fisiologis, sedangkan kadar abu tidak larut
asam terdiri dari logam-logam non-fisologis.
66
Prosedur
PENETAPAN KADAR ABU TOTAL
Timbang seksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah
dihaluskan dan masukkan ke dalam krus silikat yang telah
dipijar dan ditara
Pijarkan perlahan-lahan dan naikkan suhu secara bertahap
600+ 25°C sampai bebas karbon
Dinginkan dalam desikator dan selanjutnya timbang berat
abu
Jika bobot abu belum konstan maka dilakukan pemijaran
kembali dalam krus silikat hingga didapat bobott abu yang
kostan
Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji,
dinyatakan dalam % b/b.
67
Hasil Pengamatan
Nama bahan:
Nama latin bahan:
Nama simplisia:
Pembahasan
68
Kesimpulan
Pustaka
Departemen Kesehatan RI, Materia Medika Indonesia, Jilid VI,
1995, hal 321.
1. Pendahuluan
69
Tujuan pengeringan organ tanaman atau tanaman yang
dikumpulkan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tahan
lama, tidak rusak dan dapat digunakan atau disimpan dalam
jangka waktu yang relatif lama, dengan cara mengurangi
kandungan air dan menghentikan reaksi enzimatik yang mungkin
dapat menguraikan zat aktif dan menurunkan mutu atau merusak
simplisia. Air dalam sel akan menguraikan zat aktif tertentu.
2. Tujuan
70
Alat penetapan kadar air: labu bundar 500 mL, kondensor,
tabung penampung 5 mL berskala 0,1 mL, labu
penyambung (dilapisi asbes)
Toluen yang telah dijenuhkan dengan aquades
Simplisia
4. Prosedur
71
72
Gambar seperangkat alat untuk penentuan kadar air (metode
destilasi azeotrop) (dimensi dalam mm)
5. Hasil percobaan
Nama bahan :
Nama simplisia :
bobot simplisia :
n : mL
n1 : mL
%=
73
6. Pembahasan
74
7. Kesimpulan
Pustaka
75
PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI
1. Tujuan
2. Pendahuluan
76
banyak simplisis yang digunakan dalam pengobatan
tradisional mempunyai kandungan minyak atsiri banyak
digunakan sebagai pengharum makanan, minuman, kosmetik dan
farfum. oleh karena itu penetapan kadar minyak atsiri sangat
bermanfaat dalam penentuan mutu simplisia baik yang akan
digunakan sebagai obat atau sebagai bahan baku proses isolasi
minyak atsiri.
Alat Bahan
- seperangkat alat destilasi - Simplisia : cengkeh,
stahl jahe, kayuputih
- Gelas ukur - xilen
77
- Timbangan analitis - aquadest
- Batu didih -
- mantel pemanas /
penangas udara
4. prosedur kerja
a. penyiapan sampel
penyiapan sampel tergantung pada tekstur simplisia dan
lokasi minyak atsiri.
b. diantaranya :
- simplisia keras (Kulit kayu, akar dan rimpang)
atau bahan yang kandungan minyak atsirinya pada
sel – sel atau rongga kecil dari jaringan perlu
dibuat serbuk kasar.
- daun tebal perlu dipotong – potong atau sedikit
dilukai.
- simplisisa bunga, daun tipis dan minyak atsirinya
pada kelenjar epidermal harus didestilasi secara
langsung.
c. pengukuran kadar minyak atsiri
1. Masukan air kedalam labu bundar
2. tambahkan 3-5 batu didih
3. sambungkan alat
4. ambil katup K (lihat gambar), panaskan cairan
sampai mendidih dan atur kecepatandestilasi 2-3
mL per menit.
78
5. untuk penentuan laju destilasi turunkan permukaan
air dengan kran sampai dasar tabung berbentuk
pear. buka kran kembali dan lanjutkan destilasi.
6. hentikan pemanasan setelah 30 menit dan 10 menit
kemudian catat volume xilene
7. masukan simplisia dan lanjutkan destilasi sampai
tidak terjasi lagi penambahan volume minyak
atsiri dan kurangi dengan volume xilen.
8. hitung kadar dalam % v/b
79
5. Hasil percobaan
Nama bahan :
Nama Simplisia :
6. Pembahasan.
80
7. Kesimpulan
Pustaka
81