Anda di halaman 1dari 58

1

SEL TUMBUHAN DAN KANDUNGAN ZAT DI DALAMNYA

PENDAHULUAN
Sel merupakan unit dasar yang menyusun organisme. Berdasarkan organisasi internalnya,
sel dapat dibedakan menjadi sel prokariot dan sel eukariot. Sel prokariot tidak memiliki membran
inti, materi genetik tersebar di sitoplasma, dan tidak memiliki sistem endomembran. Sel prokariot
dijumpai pada domain Archaea dan Bacteria. Sel eukariot memiliki membrane inti, materi genetik
terdapat di dalam inti sel, dan memiliki sistem endomembran. Sel eukariot dijumpai pada domain
Eukarya. Contoh anggota Eukarya adalah cendawan, Protista, hewan, dan tumbuhan. Dalam
praktikum ini kita akan mempelajari tentang sel tumbuhan.
Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel, inti, dan sitoplasma. Keberadaan dinding
sel membedakan sel tumbuhan dari sel hewan. Berdasarkan perkembangan dan struktur
jaringan tumbuhan, dinding sel dapat dibedakan menjadi dua lapisan yaitu dinding primer
dan dinding sekunder. Inti sel umumnya berbentuk bola. Inti dikelilingi oleh membran inti dan
berisi matriks inti yang disebut nukleoplasma, dan satu atau beberapa nukleolus. Di dalam
sitoplasma terdapat mitokondria, plastid, apparatus golgi, retikulum endoplasma, mikrotubul,
ribosom, vakuola, dan zat-zat ergastik. Mitokondria berhubungan dengan proses perubahan energi
dan berisi berbagai enzim. Plastid merupakan organel khas yang terdapat pada tumbuhan dan
tidak dijumpai pada hewan. Tipe utama plastid adalah kloroplas, kromoplas, dan leukoplas.
Kloroplas berwarna hijau karena adanya klorofil dalam jumlah yang banyak. Kromoplas dapat
berwarna kuning, jingga, atau merah karena ada kandungan karotenoid. Leukoplas merupakan
plastid yang tidak berpigmen, dijumpai pada jaringan yang tidak terkena cahaya, dan merupakan
tempat penimbunan cadangan makanan, contohnya pati. Aparatus golgi disebut juga badan golgi,
kompleks golgi, atau diktiosom. Retikulum endoplasma (RE) merupakan sistem kompleks yang
terdiri atas dua membrane unit yang membatasi ruangan sempit, muncul dalam bentuk sisternae
yang melebar atau lembaran. Retikulum endoplasma terdiri atas RE kasar bila di permukaannya
terdapat ribosom; dan RE halus bila tidak ada ribosom yang melekat. Mikrotubul merupakan
organel sel yang berbentuk silinder panjang yang berongga, panjangnya bervariasi dari beberapa
nanometer sampai beberapa mikrometer. Ribosom adalah partikel-partikel kecil dengan ukuran
17-20 nm yang terdapat bebas dalam sitoplasma. Vakuola menempati sebagian besar sel dewasa
tumbuhan. Di dalamnya terdapat cairan yang dibatasi oleh membrane yang disebut tonoplas.
Cairan yang terdapat di dalam vakuola dapat berupa gula, protein, asam organik, pigmen
flavonoid, dan kalsium oksalat.
Pada sel tumbuhan dapat dijumpai bahan-bahan yang disebut zat ergastik yaitu bahan
cadangan dan bahan buangan yang diproduksi oleh sel. Contoh zat ergastik adalah pati, protein,
minyak, lemak, lilin, kristal, benda silika, tannin, dan pigmen-pigmen tanaman. Pati muncul dalam
bentuk butiran, umumnya akan berwarna kebiru-biruan bila diberi larutan I2KI. Butir pati terdiri
atas lapisan yang mengelilingi suatu titik yang disebut hilum. Lapisan-lapisan yang mengelilingi
hilum disebut lamella. Protein dijumpai pada lapisan endsperma paling luar yang disebut aleuron.
Minyak dan lemak sering dijumpai pada biji dan buah. Kristal pada tumbuhan dapat dijumpai
dalam berbagai bentuk seperti kristal piramid, prisma, kristal bentuk jarum (rafid), atau Kristal
berbentuk durian. Benda silica terbentuk dalam epidermis sel tumbuhan. Tannin dapat dijumpai
pada daun, jaringan pembuluh, kulit biji, dan periderm. Pigmen-pigmen tumbuhan dapat dijumpai
dalam plastid dan vakuola.
2

Sel yang masih hidup memiliki protoplas, mampu melakukan aktivitas metabolism, dan
dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Sel yang telah mati tidak memiliki organel-
organel, di dalamnya hanya ada ruang-ruang kosong.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari organel-organel dan zat ergastik yang terdapat
dalam sel tumbuhan.

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan meliputi mikroskop cahaya, cutter, gelas object dan gelas penutup.
Bahan yang diperlukan terdiri atas: sel gabus singkong, bawang merah, daun Hydrilla, daun Rhoeo
discolor, bunga Allamanda, umbi kentang, tangkai daun Begonia, tangkai daun bunga pukul 4
(Mirabilis jalapa).

Metode
Pada praktikum ini akan dilihat organel-organel sel dan zat ergastik di dalamnya dengan
menggunakan mikroskop cahaya. Bila ini tidak memungkinkan, maka anda diminta untuk mencari
informasinya melalui literatur.
1. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel gabus pada singkong dan sertakan
gambarnya !
2. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis bawang merah dan organel
berupa inti sel di dalamnya, dan sertakan gambarnya !
3. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis daun Hydrilla dan organel
berupa kloroplas di dalamnya, dan sertakan gambarnya !
4. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis daun Rhoeo discolor, zat
warna di dalamnya, dan sertakan gambarnya !
5. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis bunga alamanda (Allamanda
cathartica), zat warna di dalamnya, dan sertakan gambarnya !
6. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel pada umbi kentang dan sertakan
gambarnya !
7. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk kristal pada tangkai daun Begonia, dan
sertakan gambarnya !
8. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk kristal pada tangkai daun bunga pukul 4
(Mirabilis jalapa) dan sertakan gambarnya !

PERTANYAAN
1. Apakah sel gabus singkong merupakan sel hidup atau sel mati? Mengapa demikian?
Jelaskan!
2. Bagaimanakah bentuk sel epidermis bawang merah dan bentuk inti selnya ?
3. Bagaimanakah bentuk epidermis dan kloroplas dari daun Hydrilla ?
3

4. Bagaimanakah bentuk epidermis daun R. discolor ? Apa warna dari sel epidermisnya?
Mengapa berwarna demikian? Zat warna tersebut terdapat pada organel ……..
5. Bagaimanakah bentuk epidermis bunga A. cathartica ? Apa warna dari sel epidermisnya?
Mengapa berwarna demikian? Zat warna tersebut terdapat pada organel……
6. Bagaimana bentuk sel parenkima kentang? Di dalam umbi kentang terdapat butir pati.
Bagaimanakah bentuk butir dari kentang? Butir pati terdapat pada organel yang
disebut…………
7. Kristal pada tangkai daun Begonia berada pada sel parenkima. Bagaimanakah bentuk sel
parenkima dan bentuk kristalnya ?
8. Kristal pada tangkai daun Bunga pukul 4 terdapat pada sel parenkima. Bagaimanakah
bentuk sel parenkima dan bentuk kristalnya?
Permeabilitas Membran Sel
Seperti semua membran seluler lainnya, membran plasma terdiri dari lipid dan protein. Struktur
dasar membran adalah lapisan ganda fosfolipid, yang membentuk penghalang yang stabil antar
kompartemen yang berisi larutan. Dalam kasus membran plasma, kompartemen ini adalah
bagian dalam dan luar sel. Protein yang tertanam dalam lapisan ganda fosfolipid melaksanakan
fungsi spesifik membran plasma, termasuk transportasi selektif molekul dan pengenalan sel-sel.
Triliunan sel dalam tubuh Anda semuanya selalu sibuk dengan keluar masuknya zat-zat; seperti
air, oksigen, dan nutrisi yang harus melewati membran plasma masuk ke dalam sel-sel Anda,
sedangkan limbah harus dibuang. Sebagai contoh, ketika konsentrasi oksigen di paru-paru Anda
lebih tinggi daripada di dalam darah Anda, maka oksigen berdifusi ke dalam sel darah merah
melalui dinding kapiler. Darah Anda yang mengalir kemudian mengangkut oksigen itu ke jaringan.
Dari sana, oksigen berdifusi ke dalam sel-sel lain untuk digunakan dalam respirasi seluler. Melalui
proses serupa, air dari sistem pencernaan bergerak ke aliran darah dan kemudian dibawa ke sel-
sel dalam jaringan, di mana air digunakan untuk mendukung berbagai fungsi tubuh yang penting.
Hal ini dapat terjadi karena membran sel ini permeabel terhadap air. Gerakan pelarut (seperti
air) melintasi membran semipermeabel dari larutan yang kurang pekat ke larutan yang lebih
pekat disebut osmosis. Sedangkan gerakan zat-zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah,
seperti perpindahan oksigen dari luar sel darah ke ruang antar sel-sel jaringan yang memiliki
konsentrasi oksigen lebih rendah disebut difusi.
Pada praktikum ini Anda akan mempelajari karakter membran plasma sel; khususnya karakter
membran lapisan ganda fospolipid dengan pengamatan terhadap gelembung sabun, pergerakan
air melewati membran semipermeabel dengan pengamatan pada telur tanpa cangkang, dan
pengamatan pergerakan zat-zat seperti garam melewati gradient konsentrasi pada pembuatan
telur asin
Acara praktikum (bisa dipilih salah satu):
1. Opera sabun selular
2. Telur tanpa cangkang dalam larutan yang berbeda: apa yang akan terjadi?
3. Pembuatan telur asin dengan bermacam media: mana lebih disukai?
Praktikum 1: Opera sabun selular
Praktikum ini dapat dilakukan di rumah masing-masing mahasiswa, pelaksaan praktikum dan
pelaporan secara perorangan.
Gelembung sabun dapat berperilaku seperti membran. Setiap sel dalam tubuh Anda disibukkan
dengan lalu lintas nutrisi dan oksigen masuk ke dalam sel, dan zat limbah keluar sel tanpa ada
kemacetan lalu lintas. Membran sel (juga disebut membran plasma) mengatur apa yang masuk
dan apa yang keluar. Jelajahi sifat-sifat lapisan gelembung sabun dan hubungkan dengan sifat-
sifat membran plasma dan mekanisme transportasi melintasi membran.
I. Tujuan: mengamati karakter lapisan ganda fospolipid pada lapisan gelembung sabun
II. Bahan:
Bahan: sabun/diterjen (misal sabun cair pencuci piring), air, gula, wadah yang lebar (contoh
nampan plastik yang lebih lebar dari bingkai akan yang dibuat), 2 atau 4 sedotan (jika 2 perlu
disediakan juga benang), gunting, pipa PVC 2-4 inci atau bahan lainnya berupa tabung silinder
dari bahan plastik (misal dibuat dari botol plastik bekas air mineral), pisau, kertas hitam atau
bahan berbentuk lembaran hitam lainnya, pensil (atau benda lainnya yang lebih kicil dari
lubang pipa/botol), bermacam cairan yang biasa di sediakan di rumah (seperti minyak goreng,
cuka, alcohol 70%)
III. Cara membuat larutan sabun, bingkai untuk membuat lapisan gelembung, dan pipa
1. Cara membuat larutan sabun: campurkan sabun cuci piring dan air dalam perbandingan
1:10, tambahkan satu sendok makan gula pasir untuk satu galon larutan. Larutan sabun
didiamkan setidaknya semalam untuk gelembung yang bertahan lama.
2. Cara membuat bingkai:
a. Membuat bingkai seperti pada gambar di samping.
Potong seutas tali yang panjangnya kira-kira empat
kali sedotan. Masukkan dua sedotan dan ikat
ujungnya menjadi satu untuk membuat lingkaran
b. Aturlah posisi sedotan dan tali ke dalam bentuk
persegi panjang. Ini adalah bingkai gelembung sabun
Anda (lihat foto di bawah). Potong kelebihan tali dari
ujung simpul. Masukkan simpul tali ke dalam sedotan sehingga simpulnya
tersembunyi di dalam salah satu sedotan.
c. Untuk membuat pegangan untuk bingkai, potong seutas tali yang panjangnya sekitar
tiga kali lipat dari panjang sedotan. Masukkan benang
melalui salah satu sedotan dan ikat ujungnya menjadi
satu (lihat foto di bawah).
d. Cara lain membuat bingkai (menggunakan 4 sedotan
yang memiliki bagian ujung yang dapat dibengkokan,
seperti gambar disamping), sambungkan ujung-ujung
sedotan sehingga membentuk persegiempat.
3. Cara membuat pipa: potong pipa PVC 2-4 inci menggunakan pemotong PVC atau gergaji
besi untuk mendapatkan pipa 5-10 cm. Sebagai alternatif dapat membuat pipa dari botol
plastik bekas air mineral. Potong bagian bawah botol dengan menggunakan pisau tajam
untuk menembus sisi dekat bagian bawah kemudian potong bagian bawah menggunakan
gunting tajam. Kemudian potong bagian atas botol dengan cara yang sama.
IV. Perlakuan dan pengamatan
1. Siapkan dan isi wadah dengan larutan sabun hingga kedalaman minimal 2,5 cm.
2. Pegang bingkai dan rendam seluruh bingkai ke dalam larutan sabun.
3. Angkat bingkai sampai bingkai keluar dari larutan sabun dan bingkai pada posisi berdiri.
Anda harus memiliki lapisan gelembung sabun dalam bingkai tersebut. Jika tidak ada
lapisan gelembung sabun di sana, coba rendam dan angkat lagi sampai didapatkan lapisan
gelembung sabun dalam bingkai.
4. Pindahkan bingkai sedotan yang telah berisi lapisan tipis (membran) gelembung sabun di
depan kertas hitam atau bahan hitam lainnya sebagai backbround/latar belakang.
Perhatikan dengan cermat permukaan lapisan gelembung sabun. Tiuplah dengan lembut
lapisan gelembung dan amati apa yang terjadi.
5. Untuk melakukan langkah-langkah di bawah ini (a sampai g) Anda harus memiliki bingkai
dengan lapisan gelembung sabun di dalamnya. Ulangi langkah no 2 dan 3 jika lapisan
gelembung dalam bingkai pecah saat Anda menyelesaikan langkah-langkah di bawah ini.
a. Keringkan jari-jari Anda, dan cobalah dengan lembut menyentuhkan jari kering pada
labisan gelembung sabun. Apa yang terjadi? Bisakah jari Anda menyentuh dan tidak
menyebabkan lapisan gelembung sabun pecah sehingga jari-jari Anda menembus
lapisan gelembung sabun dalam bingkai?
b. Basahi jari-jari Anda dengan air. Selanjutnya sentuhkan jari telunjuk Anda pada lapisan
gelembung sabun pada bingkai. Apa yang terjadi? Bisakah jari Anda menyentuh dan
tidak menyebabkan lapisan gelembung sabun pecah sehingga jari-jari Anda
menembus lapisan gelembung sabun dalam bingkai?
c. Sekarang basahi/masukan jari-jari Anda dalam larutan sabun dan aduk perlahan
larutan sabun dengan jari Anda. Selanjutnya sentuhkan jari telunjuk Anda pada
lapisan gelembung sabun dalam bingkai. Apa yang terjadi? Bisakah Anda
menggerakkan jari Anda sehingga menembus lapisan gelembung sabun dalam
bingkai?
d. Ulangi perlakuan b tetapi tidak dengan air melainkan menggunakan minyak atau cuka
atau alkohol. Apa yang terjadi?
e. Perlakuan selanjutnya menggunakan pipa (yang sudah dibuat dari PVC atau botol
bekas). Sentuhkan salah satu ujung pipa kering pada lapisan gelembung sabun dalam
bingkai. Apa yang terjadi? Bisakah Anda menggerakkan pipa sehingga menembus
lapisan gelembung sabun dalam bingkai?
f. Sekarang masukkan pipa ke dalam larutan sabun sampai semua permukaan basah.
Selanjutnya sentuhkan salah satu ujung pipa pada lapisan gelembung sabun dalam
bingkai. Apa yang terjadi? Bisakah Anda menggerakkan pipa sehingga menembus
lapisan gelembung sabun dalam bingkai?
g. Jika Anda sudah berhasil membuat pipa (yang dibasahi larutan sabun) menembus
lapisan gelembung sabun dalam bingkai pertahan posisi seperti itu, kemudian
mintalah bantuan orang lain untuk melewatkan pinsil atau benda-benda lain melalui
pipa tersebut sehingga pinsil/benda lain berpindah posisinya dari depan bingkai ke
belakang bingkai.
6. Berdasarkan pengamatan Anda pada perlakuan 4 dan 5a sampai 5g, buatlah laporan dan
beri pembahasan kondisi apa yang memungkinkan benda/jari tangan melewati lapisan
gelembung sabun tanpa pecah? Kondisi apa yang menyebabkan lapisan gelembung sabun
pecah? Jelaskan mekanisme yang menyebabkan lapisan gelenggung sabun pecah atau
tidak pecah ketika bersentuhan dengan jari/bahan lainnya pada perlakuan di atas dan
mengkaitkannya dengan sifat-sifat membran fospolipid?

Praktikum 2: Telur tanpa cangkang dalam larutan yang berbeda: apa yang akan terjadi?
Praktikum ini dapat dilakukan di rumah masing-masing mahasiswa, pelaksaan secara kelompok
untuk membagi jenis perlakuan, data kelompok, laporan perorangan.
Telur yang sudah dihilangkan cangkangnya berfungsi sebagai model sel manusia yang baik.
Setelah cangkang telur dihilangkan, sebuah selaput tipis (sebenarnya, dua selaput yang terikat
erat) tetap ada. Membran ini, seperti yang ada di sel manusia, secara selektif permeabel,
memungkinkan zat tertentu melewatinya dan menghalangi zat lain.
I. Tujuan: mengamati pergerakan air dan zat-zat keluar masuk sel melewati membran
semipermeable pada sel berukuran sangat besar (telur ayam)
II. Bahan:
- Beberapa (4) butir telur ayam
- Wadah besar, seperti panic, baskom, atau mangkuk besar
- Cuka untuk membuat telur tanpa cangkang
- meteran/penggaris/timbangan untuk mengukur diameter/panjang/berat telur
- Pensil dan kertas catatan (atau sejenisnya) untuk merekam informasi
- Beberapa bahan yang digunakan untuk merendam telur yang telah dikupas, seperti air,
garam, larutan garam, air berwarna, sirup, alcohol (70%), tepung jagung, atau baking soda
- Wadah untuk merendam telur dalam larutan berbeda
- Plastik pembungkus
- Selotip dan spidol untuk memberi label pada wadah perlakuan
- Opsional: sarung tangan nitril atau lateks untuk menangani telur, stoples kaca atau benda
kecil lainnya untuk menahan telur yang mengambang
III. Cara membuat telur tanpa cangkang.
1. Masukkan telur-telur (jumlahnya disesuaikan dengan perlakuan yang akan diberikan)
dalam wadah besar sehingga tidak saling bersentuhan. Tambahkan cuka sampai semua
telur terendam, dan tutuplah wadahnya. Biarkan telur selama 24 hingga 48 jam pada suhu
kamar.
Catatan: proses pembuatan telur tanpa cangkang dapat dipercepat denggan
menggantikan larutan cuka dengan larutan cuka yang baru pada pertengahan perlakuan
(setelah 12 atau 24 jam perendaman)
2. Kulit telur akan meninggalkan residu di dalam wadah (lihat foto di bawah). Bilas telur
dengan lembut untuk menghilangkan sisa kulit yang lunak. Masukan telur dalam wadah
dan tutuplah dan simpan di refrigerator (lemari pendingin) hingga digunakan.
Catatan: Pastikan untuk menangani/memegang telur tanpa cangkang dengan lembut dan
hati-hati. Tetapi terlepas dari usaha terbaik dan kehati-hatian Anda, beberapa telur
mungkin akan pecah. Cobalah untuk merendam beberapa telur tambahan, untuk berjaga-
jaga.
3. Siapkan zat yang Anda butuhkan untuk membuat larutan yang akan digunaakan dalam
perlakuan. Anda dapat membuat larutan air garam dengan melarutkan garam dengan
konsentrasi berbeda dalam wadah air (mis. 100g, 200g, 300g garam (NaCl) per liter). Anda
bisa membuat larutan pewarna makanan dengan menambahkan beberapa tetes setiap
warna ke dalam wadah berisi air. Anda juga bisa menyiapkan larutan sirup, larutan tepung
jagung, larutan soda, dan larutan alcohol 70%. Ingatlah untuk memberi label pada wadah
sesuai isinya (nama bahan/larutan perendam) saat Anda bekerja.
IV. Perlakuan dan Pengamatan
1. Gunakan meteran/timbangan untuk untuk mengetahui ukuran (panjang/lebar/diameter)
atau berat setiap telur yang akan dibuat tanpa cangkang. Catat hasilnya pada buku
catatan.
2. Tempatkan satu telur dalam wadah berlabel (gelas atau toples) dan tambahkan salah satu
larutan perlakuan sampai telur terendam. (Jika ada telur mengapung, Anda dapat
menggunakan sesuatu untuk menahannya, seperti botol kaca;
lihat foto di samping ini.) Ulangi dengan telur lainnya untuk
setiap perlakuan lainnya. Pastikan untuk menyisihkan telur
"kontrol". Setelah dicatat ukuran/beratnya, tutupi telur
kontrol dengan pembungkus plastik, dan masukkan ke dalam
wadah di samping telur-telur perlakuan. Tempatkan semua
wadah perlakuan di tempat selama sekurang-kurangnya satu
hari pada suhu kamar. Amati setiap perubahan yang terjadi
pada telur selama satu jam pertama dalam perendaman dan catat pengamatan Anda.
Catatan: jenis perlakukan dapat disesuaikan dengan bahan yang disediakan
a. Telur tanpa cangkang dikubur dalam garam
b. Telur tanpa cangkang dimasukkan dalam air kran
c. Telur tanpa cangkang dimasukkan dalam air + pewarna
d. Telur tanpa cangkang dimasukan dalam larutan garam dengan konsentrasi berbeda-
beda
e. Telur tanpa cangkang dimasukkan dalam sirup (alternatif: larutan gula, larutan tepung
jagung, larutan soda)
f. Telur tanpa cangkang dimasukkan dalam alkohol 70%
3. Pada akhir percobaan amati setiap perubahan warna, ukuran, atau bentuk telur
percobaan Anda. Catat hasil pengamatan. Secara perlahan keluarkan telur dari masing-
masing wadah perlakuan untuk diukur/ditimbang (lihat foto di bawah). Lepaskan bungkus
plastik dari telur kontrol kemukian diukur (panjang/lebar/diameter) dan ditimbang
beratnya juga. Hitung persentase perubahan ukuran/berat untuk setiap telur dengan
membagi ukuran/berat di akhir dengan ukuran/berat di awal perlakuan dan dikalikan
seratus persen.
4. Dalam wadah terpisah, hati-hati belah/pecahkan telur dengan menusuk selaput.
Catat hasil pengamatan Anda: Bagaimana perubahan yang terjadi pada setiap telur
perlakuan dan control?
a. Apakah ukuran/barat bertambah atau berkurang?
b. Apakah Anda melihat adanya kesamaan pada perlakuan yang hasilnya memperbesar
ukuran/berat telur?
c. Perlakuan mana yang membuat telur menyusut, dan mana yang tidak?
d. Perlakuan mana yang menyebabkan telur yang transparan menjadi putih dan
mengeras/memadat

Praktikum 3: Pembuatan telur asin dengan bermacam media: mana lebih disukai?
Praktikum ini dapat dilakukan secara berkelompok di lab, penjadwalan praktikum di awal
perkuliahan (minggu 2 atau 3), pengamatan dan pengumpulan laporan di minggu ke 7 atau 8;
atau penjadwalan praktikum di pertengahan perkuliahan (minggu 7 atau 8), pengamatan dan
pengumpulan laporan di minggu ke 13 atau 14). Pelaksaan secara kelompok untuk membagi jenis
perlakuan yang berbeda antar kelompok, data kelas, laporan perorangan.
I. Tujuan: menerapkan dan mendiskusikan prinsip pergerakan air dan zat-zat keluar masuk sel
pada pembuatan telur asin berdasarkan metode kearifan local
II. Bahan: telur ayam/telur bebek, garam kasar, abu gosok, bata merah yang sudah dihaluskan
III. Perlakuan pengasinan
1. Sediakan beberapa butir telur dengan kualitas baik (jumlah disesuaikan dengan
keperluan/perlakuan). Cara memilih telur berkualitas baik dengan merendam telur
tersebut, bila telur itu tenggelam maka kualitasnya baik. Kemudian bersihkan telur
dengan mencuci hingga bersih dan keringkan
2. Sediakan bahan-bahan garam, abu gosok, dan serbuk bata merah untuk bermacam
perlakuan dengan perbandingan: 1:1:1 – 1:0.5:0.5 – 1:1:0 – 1:0:1 – atau modifikasi
perbandingan/penggunaan bahan-bahan lainnya
3. Semua bahan dicampur dan ditambahkan air sampai membentuk adonan seperti pasta
dan ketika adonan dicoba ditempelkan pada telur dapat melekat.
4. Adonan yang telah jadi digunakan untuk membungkus telur yang ketebalannya berkisar
antara 1 cm - 2 cm. Telur disimpan dalam wadah yang diletakkan pada tempat terbuka
dan aman selama 30-40 hari.
5. Setelah periode tersebut, adonan pada telur langsung dibongkar dengan cara
menambahkan sedikit air untuk memudahkan dan mempercepat proses pembongkaran
telur dan tidak merusak telur.
6. Selanjutnya telur dicuci hingga bersih dan direbus hingga matang.
IV. Pengamatan visual, uji organoleptic, dan uji kesukaan
1. Setelah telur direbus matang dan dingin, selanjutnya diadakan pengamatan dengan cara
membelah telur dan mengamati: 1. Tekstur kuning telur (halus, seperti berpasir), 2.
Kekerasan/kepadatan kuning telur (keras/padat, lembek/mudah tersebar), 3. kuning
telur kering (tidak berminyak)/ berminyak
2. Selanjutnya diadakan uji organoleptic tingkat keasinan pada a. putih telur dan b. kuning
telur (dari yang kurang sampai sangat asin dengan skor: 1, 2, 3, 4, 5)
3. Selanjutnya diadakan uji kesukaan (dari kurang suka hingga sangat suka dengan skor: 1,
2, 3, 4, 5)
Catatan: jumlah responden untuk uji organoleptik dan uji kesukaan minimal 20 orang
mahasiswa. Percobaan bisa dimodifikasi dengan membandingkan bermacam metode
pengasinan (misal perendaman dengan larutan garam dan bermacam rempah vs metode
tradisional/dibungkus campuran garam, abu gosok, dan serbuk bata merah/tanah merah)
V. Diskusi/laporan
1. Apa tujuan pengasinan telur?
2. Bagaimana telur bisa menjadi asin, proses apa yang terjadi?
3. Apa tujuan penggunaan abu gosok, batu bata, atau bahan lain dalam pembuatan telur
asin?
4. Perlakuan apa yang menghasilkan telur asin dengan kualitas lebih baik
5. Perlakuan apa yang menghasilkan telur asin paling disukai
1

PERUBAHAN ENERGI CAHAYA MENJADI ENERGI KIMIA: HASIL


FOTOSINTESIS

Reaksi fotosintesis secara jelas dapat digambarkan sebagai pertukaran gas pada
tahun 1964:
6 CO2 + 6 H2O → C6H12O6 + 6 O2

Dalam reaksi tersebut sebanyak 691.000 kalori energi radiasi cahaya diserap daun dan
dikonversi menjadi bentuk glukosa. Kenyataan bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya,
menunjukkan adanya pengaruh intensitas cahaya yang besar terhadap laju fotosintesis. Pada
intensitas cahaya rendah, maka laju fotosintesis akan rendah pula, sehingga cahaya dapat sebagai
faktor pembatas.
Selain itu, laju difusi CO2 ke dalam sel juga mengendalikan laju fotosinstesis. CO2 dapat
menjadi faktor pembatas bila terjadi jenuh cahaya. Tetapi bila terjadi kenaikan konsentrasi CO 2
maka akan menghilangkan pembatas tadi dan dapat diharapkan bahwa peningkatan intensitas
cahaya selanjutnya akan meningkatkan laju fotosintesis. Laju fotosintesis yang tinggi dapat
diamati dari jumlah O2 yang dihasilkan.
Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh F.F. Blackman (1905) yang berkesimpulan
bahwa proses fotosintesis meliputi reaksi-reaksi fotokimia dan reaksi-reaksi enzimatik.
Keseluruhan proses mulai berlangsung bila ada cahaya dan berhenti apabila tidak ada cahaya.
Setiap langkah bergantung pada langkah sebelumnya. Keadaan gelap menghambat proses
fotokimia sehingga O2 tidak diproduksi.
Selain faktor-faktor luar (CO2, intensitas cahaya dan suhu) yang mempengaruhi
laju fotosintesis, faktor dalam yang juga penting dalam mengendalikan fotosintesis adalah
konsentrasi klorofil, defisit air, dan konsentrasi enzim. Konsentrasi klorofil pada tingkat yang
cukup rendah dapat membatasi laju fotosintesis.
Tujuan:
Mengamati pengaruh cahaya dan ketersediaan CO 2 terhadap laju fotosintesis dengan
mengukur banyaknya O2 yang dikeluarkan.

Capaian Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat mengukur laju fotosintesis berdasarkan oksigen yang dihasilkan
oleh tumbuhan dengan cara yang sederhana
2. Mahasiswa memahami pengaruh intensitas cahaya dan ketersediaan CO2
terhadap laju fotosintesis
2

Cara kerja:

1. Menyimak Video terkait topik praktikum yang disediakan


https://www.youtube.com/watch?v=2YABZiYkEuQ
https://www.youtube.com/watch?v=id0aO_OdFwA
https://www.youtube.com/watch?v=STN1613ZbBg
2. Percobaan menggunakan tanaman Hydrilla seperti pada video di atas. Ke
dalam air (250 ml) ditambahkan Na bikarbonat (NaHCO3) untuk meningkatkan
ketersediaan CO2 dalam air yang digunakan untuk fotosintesis. Konsentrasi
NaHCO3 yang dipakai:
a. Percobaan 1 dan 4: 1 gr/250 ml
b. Percobaan 2 dan 5: 2 gr/250 ml
c. Percobaan 3 dan 6: 3 gr/250 ml
3. Perlakuan yang diberikan jarak cahaya dan konsentrasi NaHCO3
Jarak cahaya ke tabung berisi tanaman Hydrilla: 120 cm, 90 cm, 60 cm, 30 cm,
15 cm dan 5 cm.
4. Amati volume gelembung udara (dengan asumsi O2) yang dihasilkan selama
proses fotosintesis

Percobaan dilakukan menggunakan rangkaian alat pada gambar di bawah ini.

Tanaman Hydrilla dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang diletakkan dalam tabung
beaker berisi air (250 ml). Air dalam tabung beaker NaHCO3 sesuai dengan konsentrasi
(Cara kerja poin 2). Termometer di masukkan ke tabung beaker untuk memantau suhu air
agar stabil pada suhu ruang. Lampu diarahkan pada Hydrilla dengan jarak yang sudah
ditentukan. Lampu dinyalakan dan setelah masa adaptasi berakhir, pengamatan jumlah gas
yang terkumpul pada pipa kapiler (tubing) dilakukan selama 5 menit. Diameter mikro
buret adalah 1 mm dan skala yang terbaca sebagaimana dicantumkan pada tabel adalah
mm.
3

Data Perlakuan

Kombinasi perlakuan 1: Setelah Hydrilla terpasang dan lampu LED dipasang pada
jarak 120 cm dan NaHCO3 1 gr/250 ml, kemudian dibiarkan teradaptasi pada
lingkungan selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai dengan menunggu
jumlah gas yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana terdapat
pada tabel di bawah.

Kombinasi perlakuan 2: Perlakuan No.1 diulangi dengan mengubah jarak lampu


menjadi 90 cm dan NaHCO3 2 gr/250 ml. Setelah dibiarkan teradaptasi pada lingkungan
selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai dengan menunggu jumlah gas
yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana terdapat pada tabel di
bawah.

Kombinasi perlakuan 3: Perlakuan No.1 diulangi dengan mengubah jarak lampu


menjadi 60 cm dan 3 gr/250 ml. Setelah dibiarkan teradaptasi pada lingkungan selama
lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai dengan menunggu jumlah gas yang
terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana terdapat pada tabel di bawah.

Kombinasi perlakuan 4: Perlakuan No.1 diulangi dengan mengubah jarak lampu


menjadi 30 cm dan NaHCO3 1 gr/250 ml. Setelah dibiarkan teradaptasi pada lingkungan
selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai dengan menunggu jumlah gas
yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana terdapat pada table di
bawah.

Kombinasi perlakuan 5: Perlakuan No.1 diulangi dengan mengubah jarak lampu


menjadi 15 cm dan NaHCO3 2 gr/250 ml. Setelah dibiarkan teradaptasi pada lingkungan
selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai dengan menunggu jumlah gas
yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana terdapat pada tabel di
bawah.

Kombinasi perlakuan 6: Perlakuan No.1 diulangi dengan mengubah jarak lampu


menjadi 5 cm dan 3 gr/250 ml. Setelah dibiarkan teradaptasi pada lingkungan selama
lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai dengan menunggu jumlah gas yang
terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana terdapat pada tabel di bawah.
4

Tabel hasil percobaan: Panjang kolom udara pada mikro buret setelah 5 menit
pengamatan (mm)

Gelembung udara yang dihasilkan (mm)


Kombinasi perlakuan
1 2 3 4 5 6
Percobaan 1
Ulangan 1 1,2 3,8 5,6 6,4 6,5 6,7
Ulangan 2 1,1 3,9 5,7 6,3 6,7 6,5
Ulangan 3 1,2 4 5,6 6,2 6,4 6,6
Ulangan 4 1,2 3,7 5,7 6,3 64 6,7
Ulangan 5 1,3 3,7 5,8 6,2 6,5 6,7
Rataan
Percobaan 2
Ulangan 1 1,3 5,8 6,5 1,5 6,2 7,5
Ulangan 2 1,2 5,7 6,3 1,4 6,3 7,4
Ulangan 3 1,2 5,6 6,3 1,3 6,4 7,3
Ulangan 4 1,1 5,7 6,2 1,3 6,2 7,3
Ulangan 5 1,2 5,6 6,4 1,4 6,5 7,4
Rataan
Percobaan 3
Ulangan 1 1,2 5,1 6,5 2,7 7,6 9
Ulangan 2 1,3 5,4 6,3 2,5 7,5 8,9
Ulangan 3 1,2 5,2 6,2 2,3 7,5 8,7
Ulangan 4 1,3 5,2 6,3 2,4 7,4 8,8
Ulangan 5 1,1 5,3 6,3 2,3 7,6 8,7
Rataan
Percobaan 4
Ulangan 1 1,2 5,1 6,5 2,7 7,6 9
Ulangan 2 1,3 5,4 6,3 2,5 7,5 8,9
Ulangan 3 1,2 5,2 6,2 2,3 7,5 8,7
Ulangan 4 1,3 5,2 6,3 2,4 7,4 8,8
Ulangan 5 1,1 5,3 6,3 2,3 7,6 8,7
Rataan
Percobaan 5
Ulangan 1 2,3 3,1 1,9 6,2 7,2 1,2
Ulangan 2 2,4 2,8 1,8 6,1 7,2 1,1
Ulangan 3 2,5 3 1,9 6 7,3 1
Ulangan 4 2,3 3,1 1,7 6,1 7,1 1,1
Ulangan 5 2,4 3,2 1,8 6,1 7,3 1,2
Rataan
5

Tiap mahasiswa mengerjakan semua data pada tabel di atas!


Berdasarkan data-data tersebut buatlah laporan dengan membahas
1. Analisis dan interpretasi data (data telah tersaji).
Buat hubungan (menggunakan grafik batang) antara kombinasi perlakuan (jarak
cahaya dan NaHCO3) dengan volume gelembung udara dengan
menggabungkan semua kombinasi perlakuan dalam 1 grafik.
2. Buat pembahasan untuk peran cahaya dan ketersediaan CO2 pada fotosintesis
a. B erdasarkan data yang ada, faktor apa yang paling besar pengaruhnya
terhadap oksigen yang dihasilkan? Jelaskan alasannya.
b. Apakah hydrilla dapat menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan
oksigen yang dihasilkan?
3. Selain terkait dengan data percobaan yang diamati, faktor apa lagi yang
memengaruhi laju fotosintesis?
4. Buat kesimpulan dari percobaan ini
Konversi Energi
(Fermentasi Etanol)
Uraian Singkat

Salah satu ciri makhluk hidup adalah mampu melakukan metabolisme. Setiap makhluk
hidup memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber energi dan sumber karbon tertentu
yang dikonversi ke bentuk energi kimia (Adenosine Triphosphate, ATP) yang berguna untuk
kelangsungan hidupnya (Gambar 1). Sebagian besar makhluk hidup di bumi ini bersifat
kemoheterotrof. Organisme kemoheterotrof memerlukan sumber energi dan sumber karbon
berupa senyawa kimia organik. Kelompok organisme lain yang berperan sebagai penyedia
sumber karbon organik adalah kelompok fotoautotrof. Untuk kebutuhan metabolisme-nya,
organisme fotoautotrof memerlukan sumber energi cahaya dan sumber karbon berupa
karbondioksida. Organisme fotoautotrof ini salah satunya dicirikan oleh kemampuannya
melakukan fotosintesis.

Gambar 1. Tipe tipe metabolisme untuk memperoleh energi


Salah satu tipe metabolisme dari kelompok kemoheterotrof adalah tipe metabolisme
fermentatif. Kelompok mikroba seperti khamir merupakan salah satu contoh organisme
fermentatif. Organisme fermentatif memanen energi kimia tanpa menggunakan oksigen atau
tanpa adanya rantai tranpor elektron atau dikenal dengan reaksi fermentasi. Salah satu contoh
reaksi fermentasi adalah fermentasi alcohol (etanol).

Fermentasi alkohol pertama kali dipelajari oleh ahli kimia bangsa Perancis yang dikenal
dengan nama Lavoiser. Penemuan fermentasi ini terjadi pada tahun 1789. Lavoiser mempelajari
mengenai hal ini pertama kali secara alami. Ini didasarkan pada produksi etanol oleh mikroba
selama proses fermentasi pada substrat gula atau bahan berpati telah ada sejak zaman dahulu
kala. Macam-macam jenis makanan dan minuman yang diproduksi melalui proses fermentasi
telah lama dikenal dan digemari oleh masyarakat.

Secara etimologi, pengertian fermentasi berasal dari bahasa Latin yakni dari kata
“fervere” atau artinya mendidih, sedangkan secara terminologi, fermentasi adalah
menggambarkan aksi/aktivitas ragi (Sacharomyces cerevisiae) pada ekstrak buah selama
pembuatan minuman beralkohol.

Pada proses katabolismenya, kelompok organisme fermentatif mengubah sumber


karbon glukosa menjadi CO2 dan etanol. Persamaan reaksinya sebagai berikut:

C6H12O6  2CH3CH2OH (etanol) + 2CO2 + 22 kkal

Proses pemanenan energi pada fermentasi etanol ini terdiri dari

1. Glikolisis

Glikolisis adalah perubahan berupa reaksi perombakan glukosa yang ada pada
sitoplasma dan menghasilkan kandungan seperti asam piruvat, 2 ATP, dan 2 NADH. Kehadiran
enzim respirasi jelas sangat berpengaruh dalam proses ini karena nantinya akan menghasilkan
dua molekul berupa asam piruvat. Adanya asam ini adalah senyawa berkarbon tiga yang
sebagai substrat untuk reaksi berikutnya.

2. Reduksi Asam Piruvat

Setelah 2 asam piruvat dari proses glikolisis terbentuk, maka akan direduksi menjadi dua
buah molekul asetaldehil. Enzim piruvat dekarboksilase harus ada pada proses ini, tujuannya
agar proses menjadi lebih sempurna. Asam piruvat sendiri akan dipecah menjadi karbon
asetaldehid dan karbondioksida. Senyawa karbondioksida akan dilepas dan senyawa
asetaldehid digunakan pada proses selanjutnya.

3. Reduksi Asetaldehid
Pereduksian asetaldehid merupakan proses akhir dalam fermentasi ini. Nantinya dua
molekul asetaldehid akan direduksi menjadi dua molekul etanol yang akan dikatalisis oleh
alkohol dehidrogenase. Fungsi enzim akan membantu dalam memecah kandungan NADH agar
menjadi ion Hidrogen dan ion NAD. Ion Hidrogen sebagai pembentuk dari etanol, NADH untuk
donor pada elektron.

Kegiatan Praktikum

1. Studi kasus : Eksperimen Fermentasi (dikerjakan)


2. Penelusuran literatur (dikerjakan)

Praktikum 1. Studi Kasus: Eksperimen Fermentasi 1

Alat dan Bahan


Alat:
 labu Erlenmeyer Bahan
 gelas piala
 sumbat karet erlenmeyer berlubang 2  gula/ glukosa
 plastisin  jus nenas
 batang pengaduk  ragi/ fermipan
 gelas ukur  indikator pp
 selang  air kapur/ CaCO3
 termometer  aquades
 neraca

Prosedur Percobaan

Berikut ini berbagai langkah dalam praktikum fermentasi alkohol :

1. Masukkan 100 ml aquades ke dalam labu erlenmeyer A. Lalu tambahkan 10 gram gula
dan ragi 10 gram, aduk hingga larut
2. Isi penuh gelas ukur 50/100 ml dengan air kapur dan masukan secara terbalik ke dalam
gelas piala yang berisi air kapur. Usahakan gelas ukur tetap terisi penuh air.
3. Pasang selang di head space erlenmeyer yang diberi tutup plastisin agar kedap udara.
Ujung selang yang satunya dimasukan ke dalam mulut gelas ukur yang diletakkan
terbalik di dasar gelas piala. Lakukan dengan hati-hati agar gelas ukur tetap terisi penuh
air.
D
C

A B

Gambar 1. Skema seting percobaan (A) Erlenmeyer berisi larutan gula dan khamir (B)
Gelas piala, (C) Gelas ukur, dan (D) selang.

4. Amati dan catat volume udara yang terbentuk setiap 15 menit selama 1,5 jam ( menit ke
0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90). Jangan lupa untuk mencatat suhu udara saat melakukan
percobaan.
5. Lakukan yang sama untuk 2 set percobaan lainnya:
a. Larutan jus nenas 100 ml yang ditambah ragi 10 gram.
b. Larutan tepung tapioka 10 gram dalam 100 ml yang ditambahkan ragi 10 gram.
6. Dengan menggunakaan persamaan gas ideal (dianggap tekanan udara 1 atmosfer),
hitung jumlah molekul CO2 yang dihasilkan pada setiap waktu pengamatan pada masing-
masing percobaan.

Persamaan gas ideal :

P = tekanan (Atm)
V = volume (liter)
n = jumlah molekul gas (Mol)
T = suhu dalam derajat Kelvin (K)
R= konstanta (0,082057 I.atm/mol.K)

7. Dengan menggunakan persamaan reaksi kimia hitung jumlah molekul etanol yang
terbentuk pada setiap waktu pengamatan pada masing-masing percobaan.

Persamaan Reaksi Fermentasi Etanol :

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2


8. Gunakan tabel di bawah ini untuk mencatat data hasil pengamatannya
Percobaan: ................................
No Waktu Volume CO2 Jumlah Molekul CO2 Jumlah Molekul
pengamatan (ml) (mol) alkohol/etanol (mol)
(menit)
1 0
2 15
3 30
4 45
5 60
6 75
7 90

Buatlah tabel yang sama untuk percobaan dengan jus nenas dan tepung tapioca.

9. Setelah percobaan, buka tutup plastisin pada erlenmeyer, cium aromanya, apa
pendapat anda?
10. Kemudian amati larutan/cairan pada erlenmenyer tersebut pada masing-masing
percobaan di bawah mikrokop dan gambarkan bentuk sel organismenya.
11. Jelaskan mengapa hasil dari ketiga percobaan tersebut demikian !

Praktikum 2. Penelusuran literatur (dilakukan dalam praktikum)

Praktikum ini dapat dilakukan di rumah masing-masing mahasiswa, pelaksanaan secara


perorangan, laporan perorangan.

Tujuan : Mengamati proses konversi energi melalui reaksi fermentasi dan mengetahui
pengaruh substrat gula dan suhu terhadap reaksi fermentasi.

Bahan : Akses video pada kanal youtube. (https://www.youtube.com/watch?v=Cngt2HmJuSo)

Video 2

Berdasarkan Pengamatan Video , buatlah laporan terkait hasil kegiatan dan bahaslah data
pengamatan Anda, dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini (gunakan literatur
untuk membantu Anda menjelaskan fenomena yang terjadi).

1. Apakah parameter dari eksperimen pada video yang menunjukkan bahwa terjadi proses
fermentasi pada masing-masing gelas perlakuan?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap proses fermentasi seperti yang ditunjukkan pada
video, fenomena apa yang terjadi pada masing-masing gelas perlakuan?
3. Bagaimana mekanisme konversi energi yang terjadi pada khamir tersebut? Apa
indikasinya bahwa konversi energi terjadi?
4. Dari hasil percobaan Anda, apa yang terjadi jika Anda menambah gula sebanyak dua kali
lipat terhadap hasil percobaan di masing-masing gelas?

Catatan:
1. Selama kegiatan praktikum secara online, mahasiswa tidak harus melakukan percobaan
sendiri, cukup mengamati percobaan pada beberapa link video yang tercantum di
bawah.
2. Asisten harus mengisikan simulasi volume CO2 pada tabel (bisa dibuat untuk tiap
kelompok berbeda nilainya).
3. Bila mahasiswa ingin mencoba (TIDAK WAJIB) silahkan lakukan percobaan di rumah
dengan menggunakan botol, dengan komposisi media seperti percobaan di atas
kemudian botol ditutup dengan menggunakan balon/plastik. Perkirakan volume gas
(CO2) yang terbentuk setiap waktu pengamatan! Pengamatan dapat diamati sampai 24
jam, foto hasilnya dan buat laporan dengan penjelasan mengapa seperti itu hasilnya.
Pewarisan Sifat pada Tanaman
dan Penerapannya untuk Golongan Darah Sistem-ABO
(Materi Praktikum BIO102 Biologi Dasar Minggu VII)

Latar Belakang

Langkah awal yang dilakukan Gregor Mendel untuk melakukan rangkaian percobaan-
percobaan persilangan pada tanaman hingga berhasil merumuskan suatu teori pewarisan sifat
diantaranya adalah kemauan dan kemampuannya untuk mempersiapkan bahan tanaman yang
dijadikan induk atau tetua dalam persilangan yang dilakukannya. Dalam tahapan persiapan ini,
pekerjaan utamanya adalah mengumpulkan berbagai spesies tanaman yang diantaranya adalah
Pisum sativum, untuk selanjutnya mengamati serta memilih sifat-sifat yang memiliki ciri-ciri
yang mudah dibedakan dengan jelas untuk masing-masing spesies tersebut. Hasil dari
pencermatan terhadap P. sativum tersebut terpilih tujuh sifat yang menjadi perhatian utama
Mendel dalam penelitiannya, salah satu diantaranya adalah sifat warna bunga yang mempunyai
ciri merah-ungu atau putih yang mudah dibedakan atau jelas perbedaannya. Tanpa adanya ciri
yang berbeda pada suatu sifat tertentu, tidak akan memungkinkan Mendel atau siapapun dapat
mempelajari pola pewarisan untuk sifat tersebut.
Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah bahwa Mendel membandingkan
ciri-ciri yang berbeda tersebut pada stadia atau umur fisiologis yang sama, sehingga bila
misalnya Anda ingin membandingkan sifat warna buah cabe rawit (Capsicum frutescense),
maka Anda hanya dapat membandingkan ciri-ciri warna pada buah muda saja (misalnya ada
yang putih-kuning, hijau, dan ungu), atau ciri-ciri warna pada buah matang saja (misalnya ada
yang oranye, merah-cerah, dan merah-tua), tetapi Anda tidak boleh membandingkan dengan
cara mencampurkan atau menggabungkan warna buah dari kedua umur fisiologis yang berbeda
tersebut (muda dan matang). Untuk sifat tertentu, memang cirinya tidak dipengaruhi oleh umur
ataupun fisiologis tanaman, artinya berlaku sama baik pada yang muda maupun dewasa atau
matang bahkan tua.
Dalam mempelajari genetika, khususnya pewarisan sifat pada tanaman, memang yang
terbaik adalah kita mempraktekkannya dengan melakukan percobaan-percobaan persilangan
buatan mulai dari hanya mengamati untuk satu sifat beda (monohibrid), dua sifat beda
(dihibrid), dan seterusnya. Dari hasil persilangan tersebut diamati keragaan sifat pada turunan
pertama (F1), kemudian melanjutkan mengamati keragaan sifat pada individu-individu dari
populasi F2 yang pada umumnya bersegregasi, dan terakhir menganalisis data yang dihasilkan.
Percobaan persilangan sampai analisisnya ini membutuhkan waktu yang relatif lama, karena
bila sampai F2 saja berarti membutuhkan tiga generasi pertanaman. Oleh karena itu untuk dapat
tetap lebih memberikan pemahaman terhadap teori ataupun prinsip yang disampaikan dalam
modul perkuliahan terkait pola pewarisan sifat, praktikum dapat dilakukan dengan membuat
analogi ataupun simulasi, atau bahkan cukup dengan menganalisis data yang sudah ada (misal
menganalisis data dari percobaan Bateson et al. (1905) pada tanaman Sweet pea (Lathyrus
odoratus). Pendekatan lain untuk lebih meyakinkan dapat dilakukan dengan mencoba
menerapkan teori dan konsep pewarisan sifat tersebut yang dapat diamati dan dirasakan serta
terbukti ada pada diri kita (misal pewarisan sifat golongan darah sistem ABO pada manusia).
Pewarisan sifat Golongan Darah Sistem ABO pada manusia dikendalikan oleh satu gen, yang
dalam populasi ada tiga alel yang berbeda atau lebih dari dua alel yang dikenal dengan sebutan
Alel Ganda atau Multiple allele, namun dalam setiap individu tetap hanya ada dua atau
sepasang alel. Ketiga alel tersebut adalah IA, IB, dan I0. Alel IA bersifat kodominan terhadap
alel IB dan sebaliknya, sedangkan alel IA dan IB bersifat dominan terhadap alel I0 atau
sebaliknya alel I0 bersifat resesif terhadap alel I A dan IB.

Materi Praktikum BIO 102 Minggu-VII: Pewarisan Sifat,


halaman 1 dari 7
by Ence Darmo Jaya Supena
Pola pewarisan sifat yang dikemukakan Mendel (1866) ini dikenal dengan nama Teori
Pewarisan Terpisah (Partikulat). Teori ini berbeda atau bahkan bertolak belakang dengan
teori pewarisan yang dianut saat itu, yaitu Teori Pencampuran (Blending theory). Menurut
teori pencampuran, proses pewarisan berjalan melalui proses pencampuran seluruh sifat dari
kedua tetua, sebagaimana mencampurkan dua cairan (cat) dengan warna berbeda, misalnya
warna Biru bercampur dengan warna Kuning maka akan menjadi warna Hijau, dan warna Hijau
ini tidak bisa dipecah atau diuraikan lagi menjadi kembali warna Biru dan warna Kuning.
Dalam membuat kesimpulan tentang suatu populasi, umumnya data percobaan/
penelitian yang didapat atau dimiliki adalah hasil dari proses pengambilan secara sampling
(contoh). Untuk itu diperlukan suatu uji matematis/statistik yang dapat digunakan untuk
menganalisis data dan membuat kesimpulan dengan baik pada tingkat/selang kepercayaan
tertentu. Salah satu uji statistik yang sering digunakan dalam menganalisis data percobaan
genetika adalah Uji Khi-Kuadrat (χ2).
Dalam kajian genetika, kita akan dihadapkan pada pendugaan frekuensi teorik
berdasarkan penyebaran data pengamatan, misalkan untuk kasus-i (i = 1, 2, ...,k) diketahui
frekuensi teorik sama dengan n1, n2, ..., nk. Dari hasil pengamatan untuk kasus-kasus tersebut
diperoleh banyaknya individu berturut-turut sama dengan N1, N2, ..., Nk, dengan jumlah total
= N atau (N1 + N2 + ..... Nk = N). Bila data ini mengikuti frekuensi teorik maka sebaran
harapan data berturut-turut sama dengan (n1 x N), (n2 x N), ..., (nk x N). Untuk memutuskan
dapat diterima atau tidaknya bahwa sebaran pengamatan sama dengan sebaran harapan,
dilakukan pengujian dengan menggunakan kriteria statistika uji khi-kuadrat sebagai berikut,
dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.

k (Ni - ni.N)2 k (Oi - Ei)2


χ = Σ ───────── atau
2 χ = Σ ────────
2
i=1 ni.N i=1 Ei

Keterangan: O : hasil pengamatan (observed)


E : harapan (expected)

Tabel 1. Cara melakukan Uji Khi-kuadrat untuk menguji sebaran pengamatan terhadap sebaran
harapan yang didasarkan frekuensi teorik

Hipotesis
Kasus Pengamatan (Frekuensi teorik Harapan Khi-kuadrat (χ2)
atau Peluang)
(N1 - n1.N)2
1 N1 n1 n1 x N ───────
n1.N
(N2 - n2.N)2
2 N2 n2 n2 x N ───────
n2.N
... ... ... ... ...
(Nk - nk.N)2
k Nk nk nk x N ───────
nk.N
(Ni - ni.N)2
Total N 1 N ───────
ni.N
2
(χ -hitung)

Materi Praktikum BIO 102 Minggu-VII: Pewarisan Sifat,


halaman 2 dari 7
by Ence Darmo Jaya Supena
Keputusan diambil berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Bila χ2-hitung ≤ χ2 db α , maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata
dengan sebaran harapan; sebaliknya …

Bila χ2-hitung > χ2 db α , maka sebaran pengamatan berbeda dari sebaran harapan.

Nilai χ2 db α : dapat ditemukan pada tabel sebaran Khi-kuadrat dengan db (derajat bebas) = k
- 1; dan α ditentukan berdasarkan keperluan, biasanya menggunakan α = 0.05 (atau selang
kepercayaan 95%).

Catatan:
χ2 db, α atau χ2-tabel untuk α = 0.05 (selang kepercayaan 95%) pada masing-masing db
(derajat bebas) yang berbeda (mulai db=1 dan seterusnya) adalah sebagai berikut:
1 = 3.841 2 = 5,991 3 = 7.815 4 = 9.488 5 = 11.070
6 = 12.592 7 = 14.067 8 = 15.507 9 = 16.919 10 = 18.307

Percobaan Monohibrid

Hasil percobaan Gregor Mendel dengan melakukan persilangan buatan menggunakan


tanaman kacang kapri (Pisum sativum) untuk masing-masing satu sifat (monohibrid) dari tujuh
sifat yang diamati secara terpisah diperoleh bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri-sifat
dari salah satu tetua yang muncul. Bila dilakukan persilangan antara tanaman bunga merah-
ungu dengan bunga putih, maka akan menghasilkan keturunan (filial) generasi F1 yang semua
tanamannya berbunga merah-ungu (gambar 1). Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai
oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali, misalnya untuk warna bunga pada generasi
F2 akan muncul bunga merah-ungu maupun bunga putih. Ciri sifat tetua yang tidak tampak
(warna bunga putih) pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang
menutupi (warna bunga merah-ungu) disebut ciri dominan.

Gambar 1. Hasil pengamatan, pemodelan dan interpretasi dari percobaan monohibrid


Mendel untuk sifat warna bunga

Materi Praktikum BIO 102 Minggu-VII: Pewarisan Sifat,


halaman 3 dari 7
by Ence Darmo Jaya Supena
Dari hasil analisis data-data percobaan monohibridnya dengan bantuan pemodelan
matematis, Gregor Mendel menyatakan bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor,
yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dalam setiap individu tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-
masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah sepasang gen atau sepasang alel; satu
faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Alel adalah ragam atau
variasi gen pada suatu lokus; dan lokus adalah posisi gen pada kromosom yang menunjukkan
fungsi gen. Sepasang faktor ini akan tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya, dan
pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat berpisah kembali secara bebas atau
bersegregasi. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu Hukum
Segregasi. Faktor yang berpisah melalui segregasi tersebut akan bergabung kembali melalui
proses pembuahan atau fertilisasi yang didahului proses penyerbukan, yaitu proses
penggabungan secara acak gamet betina dengan gamet jantan. Dari percobaan monohibridnya
ini, Mendel mendapatkan bahwa perbandingan atau nisbah fenotipe F2-nya adalah ¾ : ¼ atau
3 : 1 masing-masing untuk ciri dominan : ciri resesif. Sebagai contoh data fenotipe F2 untuk
sifat Warna Bunga yaitu tanaman berbunga merah-ungu berjumlah 705 tanaman dan berbunga
putih 224 tanaman yang dengan uji statistik khi-kuadrat diterima dan terbukti sebagai
perbandingan merah-ungu : putih = ¾ : ¼ atau 3:1.

Percobaan Dihibrid
Gregor Mendel selain melakukan percobaan untuk masing-masing satu sifat
(monohibrid) dari tujuh sifat yang diamati secara terpisah, juga melakukan percobaan dengan
mengamati untuk dua sifat berbeda secara bersamaan (dihibrid). Salah satu dihibrid yang
menjadi perhatiannya adalah untuk sifat Bentuk Biji (cirinya Bulat atau Keriput) dan sifat
Warna Albumen/Kulit Biji (cirinya Kuning atau Hijau). Data hasil persilangan antar tetua (P)
Bulat-Kuning X Keriput-Hijau diperoleh semua F1-nya sama dengan salah satu tetuanya yaitu
Bulat-Kuning, sedangkan hasil F1 menyerbuk sendiri (atau F1 x F1) diperoleh data F2 yang
memunculkan kombinasi ciri seperti tetuanya maupun kombinasi baru yaitu:
Bulat – Kuning = 315
Bulat – Hijau = 101
Keriput – Kuning = 108
Keriput – Hijau = 32
Bila anda melakukan analisis monohibrid untuk masing-masing sifat, maka dapat dibuktikan
bahwa baik Sifat Bentuk Biji ataupun Sifat Warna Albumen masing-masing dikendalikan oleh
satu gen yang terdiri dari dua alel dan berlaku kaidah dominan-resesif. Misalnya hasil analisis
untuk Monohibrid Bentuk Biji seperti pada Tabel 2. Hal yang sama dapat anda lakukan untuk
analisis monohibris Warna Albumen.
Tabel 2. Uji khi-kuadrat dan analisis genetik dari fenotipe F2 untuk Sifat Bentuk Biji

Materi Praktikum BIO 102 Minggu-VII: Pewarisan Sifat,


halaman 4 dari 7
by Ence Darmo Jaya Supena
Pada saat Mendel mencoba menganalisis langsung dua sifat beda sekaligus (Dihibrid)
(Tabel 3), diantaranya menggunakan alat bantu uji khi-kuadrat untuk menguji kaidah peluang
dua kejadian bebas. Berdasarkan kaidah peluang dua kejadian bebas, maka Kejadian-A bebas
dari kejadian-B bila: P (AB) = P (A) x P (B); artinya: timbulnya kejadian-A tidak dipengaruhi
munculnya kejadian-B, dan sebaliknya timbulnya kejadian-B tidak dipengaruhi munculnya
kejadian-A . Dari hasil percobaan dihibrid ini, Mendel menyimpulkan bahwa segregasi faktor
penentu ciri suatu sifat (atau alel-alel dari satu lokus) tidak dipengaruhi dan tidak mempengaruh
segregasi ciri untuk sifat lainnya. Kesimpulan ini dikenal sebagai Hukum Mendel II
atau Hukum Berpadu Bebas (Independence assortment). Prinsip dari Hukum Mendel II
adalah bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus pada
kromosom tertentu akan bersegregasi bebas (Hukum Mendel I), dan akan berpadu secara bebas
dengan alel dari lokus lainnya dari kromosom yang berbeda (Hukum Mendel II).

Tabel 3. Uji khi-kuadrat dan analisis fenotipe F2 untuk gen pengendali sifat Bentuk
Biji dan gen pengendali sifat Warna Albumen adalah saling bebas

Percobaan Persilangan Warna Bunga dan Bentuk Polen pada Lathyrus odoratus
Pada tahun 1905, W. Bateson, E.R. Saunders, dan R. Punnett meneliti Sifat Warna
Bunga dan Sifat Bentuk Polen atau Benangsari pada tanaman Sweet pea (Lathyrus odoratus)
dengan melakukan persilangan buatan seperti yang dilakukan Gregor Mendel (Bateson et al.,
1905). Bateson dan kawan-kawanpun memastikan dulu tanaman yang dijadikan tetua dalam
persilangan bersifat homozigot untuk genotipe dari sifat-sifat yang diamatinya, seperti yang
dilakukan Mendel. Bateson dan kawan-kawan menyilangkan tanaman Tetua-1 berbunga Ungu
dengan polen Panjang dengan tanaman Tetua-2 berbunga Merah dengan polen Bulat (Pierce,
2005), dan ternyata untuk semua tanaman generasi F1 fenotipenya sama dengan salah satu
tetuanya. Hasil penyerbukan sendiri tanaman F1 (F1 x F1) diperoleh tanaman F2 yang
fenotipenya ada yang sama dengan kedua tetuanya dan juga kombinasi dari kedua tetuanya
seperti kasus dihibrid Mendel (Gambar 2), namun ternyata nisbah fenotipe F2-nya berbeda
nyata dari nisbah fenotipe F2 dihibrid Mendel bila dilakukan uji khi-kuadrat.

Materi Praktikum BIO 102 Minggu-VII: Pewarisan Sifat,


halaman 5 dari 7
by Ence Darmo Jaya Supena
Gambar 2. Bagan dan hasil persilangan pada Sweet pea (Lathyrus odoratus) dengan
mengamati Sifat Warna Bunga dan Sifat Bentuk Polen (Bateson et al., 1905)

Prosedur Praktikum:
Pengujian atau Analisis Genetik dan Tugas atau Pertanyaan

A. Analisis Monohibrid dan Dihibrid dari Hasil Percobaan Bateson et al. (1905)
1. Lakukan pengujian Khi-kuadrat dari data fenotipe F2 untuk masing-masing sifat secara
terpisah (monohibrid), yaitu untuk Sifat Warna Bunga dan untuk Sifat Bentuk Polen.
2. Bagaimana determinisme genetik atau pengendalian genetik untuk masing-masing sifat
tersebut?
3. Buat diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk masing-masing sifat tersebut.
4. Lakukan pengujian Khi-kuadrat untuk data fenotipe F2 sekaligus untuk dua sifat beda
(dihibrid) dengan pengujian atau hipotesis bahwa kedua gen pengendali Sifat Warna
Bunga dan Sifat Bentuk Polen saling bebas dengan pengujian peluang dua kejadian
bebas.
5. Bagaimana kesimpulan anda, apakah gen pengendali Sifat Warna Bunga dan gen
pengendali Sifat Bentuk Polen berada pada satu kromosom yang sama atau berada pada
kromosom berbeda, dan kenapa?

Materi Praktikum BIO 102 Minggu-VII: Pewarisan Sifat,


halaman 6 dari 7
by Ence Darmo Jaya Supena
6. Buat diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk Warna Bunga dan Bentuk
Polen tersebut
7. Kombinasi fenotipe ciri-sifat yang baru muncul pada F2 (tidak ada di tetua maupun F1)
terjadi karena mekanisme berpadu bebas atau pindah silang, dan jelaskan mengapa?
6. Buatkan prosedur ringkas, bagaimana teknik dan tahapan melakukan persilangan buatan
pada tanaman Sweat pea berdasarkan Video Youtube berikut:
6.1. How to grow sweet peas from seed (10 minutes)
https://www.youtube.com/watch?v=FeaUusulB-c
6.2. Guide to how to cross sweet peas (6 minutes)
https://www.youtube.com/watch?v=Pq7-JGRmFBc:

B. Pewarisan Sifat Golongan Darah Sistem-ABO


1. Catat data golongan darah sistem-ABO anda dan keluarga anda (saudara kandung, ayah-
ibu, kakek-nenek, dan lainnya bila masih diperlukan).

2. Buat silsilah pewarisan sifat golongan darah sistem-ABO pada keluarga anda.

3. Lakukan analisis untuk pewarisan sifat golongan darah sistem-ABO tersebut, sampai
dapat mengetahui dan memastikan genotipe dari masing-masing anggota keluarga:
a. Bagaimana genotipe golongan darah sistem-ABO anda, serta ayah dan ibu kandung
anda?
b. Apakah untuk dapat menentukan/memastikan genotipe anda cukup menggunakan
data golongan darah anda dan ayah-ibu anda saja, atau perlu tambahan dari saudara
kandung, atau bahkan harus ditambah data dari kakek-nenek anda dari pihak ayah
dan/atau ibu anda?

4. Bila anda menikah dengan pasangan bergolongan darah yang sama dengan anda,
bagaimana kemungkinan golongan darah anak-anak anda?

Materi Praktikum BIO 102 Minggu-VII: Pewarisan Sifat,


halaman 7 dari 7
by Ence Darmo Jaya Supena
Kacang Ercis/Kacang Polong/Garden pea (Pisum sativum)

Sweet pea (Lathyrus odoratus)

Materi Praktikum BIO 102 Minggu-VII: Pewarisan Sifat,


halaman 8 dari 7
by Ence Darmo Jaya Supena
ISOLASI DNA, ELEKTROFORESIS GEL, DAN POLYMERASE CHAIN REACTION

Pendahuluan

Analisis DNA telah menjadi bagian penting dari kehidupan manusia sekarang ini.
Analisis DNA dapat digunakan untuk identifikasi suatu oraganisme, analisis keragaman suatu
populasi, analisin kekerabatan, forensik, kloning gen, deteksi suatu penyakit, dan riset-riset yang
berkatian dengan bidang biologi molecular. Dewasa ini, untuk melakukan analisis DNA
diperlukan kemampuan dalam mengisolasi DNA, memisahkan molekul DNA dengan teknik
elektroforesis gel, mengamplifikasi molekul DNA dengan metode Polymerase Chain Reaction
(PCR), dan mensekuen DNA.

Prinsip dalam isolasi DNA adalah memisahkan DNA dari bagian-bagian sel yang lain.
Isolasi DNA dibagi ke dalam beberapa tahapan yaitu:
1. Melisis sel dengan suatu larutan buffer tujuan mengeluarkan material DNA dari sel
2. Memisahkan molekul DNA dari debris sel dengan sentrifugasi
3. Memisahkan molekul DNA dari molekul protein
4. Mengendapkan molekul DNA
5. Melarutkan DNA dengan air atau larutan buffer.

Teknik elektroforesis gel digunakan untuk memisahkan fragmen DNA berdasarkan ukuran
fragmen. Media yang digunakan untuk memisahkan umumnya adalah gel agarosa. Teknik ini
didasarkan pada kemampuan molekul DNA untuk bergerak pada media agarose bermedan
listrik dari kutub negatif ke kutub positif. Jarak dan kecepatan pergerakan dari posisi awal
ditentukan oleh konsentrasi gel agarosa dan ukuran fragmen DNA yang dipisahkan. Fragmen
yang berukuran kecil akan bergerak lebih awal dan lebih jauh dari kutub negatif, sedangkan
fragmen yang berukuran lebih besar akan bergerak lebih lambat dan lebih dekat dengan kutub
negatif.

Teknik PCR adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperbanyak fragmen DNA secara in
vitro. Teknik ini ditemukan oleh Kary Mullis pada tahun 1983. Dalam Teknik ini digunakan
beberapa tahapan yaitu:
a. denaturation, pemisahan utas DNA satu sama lain; annealing, dan pembentukan utas
DNA baru
b. annealing, penempelan primer oligonukleotida pada bagian DNA yang sekuennya
homolog, dan
c. extension, yaitu pembentukan utas DNA baru berdasarkan template DNA dari tiap utas.
Untuk membuat reaksi PCR diperlukan template DNA, empat jenis nukleotida dalam
bentuk dATP, dTTP, dGTP, dCTP, dua jenis primer (suatu oligonukleotida umumnya
berukuran 18-25 nukleotida), larutan buffer, dan enzim DNA Polimerase. Proses PCR
dilakukan dalam suatu mesin thermocycle yang bisa diatur perubahan suhunya secara
bersiklus.

Pada praktikum kali ini, kita akan melakukan praktikum secara virtual tentang isolasi DNA,
elektroforesis gel, dan PCR.

Tujuan

1. Mempelajari teknik isolasi DNA untuk mendapatkan DNA yang dapat digunakan sebagai
template PCR
2. Mempelajari teknik elektroforesis gel agarose untuk memisahkan fragmen DNA

1
3. Mempelajari teknik amplifikasi DNA dengan Polymerase Chain Reaction

Metode

Isolasi DNA

1. Simak Video Teknik Isolasi DNA Bagian I


(https://www.youtube.com/watch?v=tcPgdR9_t64 ) dan Bagian II
(https://www.youtube.com/watch?v=1PisbDHKXTU)
2. Perhatikan setiap tahapan isolasi serta maksud dari tiap tahapan
3. Jawablah pertanyaan di bawah ini:
a. Apa fungsi dari buffer lisis?
b. Mengapa campuran buffer lisis dan sampel perlu diinkubasi pada suhu tertentu?
c. Apa fungsi sentrifugasi dalam percobaan ini?
d. Apa fungsi ethanol dingin?
e. Pada tahapan setelah pemberian ethanol dingin dan disentrifugasi, di bagian
mana DNA berada?

Elektroforesis Gel

1. Simak Video Teknik Elektroforesis Gel Agarosa


2. https://www.youtube.com/watch?v=vq759wKCCUQ
3. Perhatikan setiap tahapan dari teknik tersebut
4. Jawablah pertanyaan berikut:
a. Apa yang anda ketahui tentang gel agarose?
b. Apa fungsi larutan buffer pada teknik elektroforesis gel agarose?
c. Mengapa sampel DNA harus diletakkan pada sisi negatif?
d. Apa tujuan memberikan arus listrik pada elekroforesis gel agarose?
e. Apa yang menyebabkan fragmen DNA dapat terpisah satu sama lain pada gel
agarose?
f. Mengapa fragmen DNA yang berukuran lebih besar akan berada dekat dengan
kutub positif, sedangkan yang lebih kecil akan berada ke arah negatif?

Teknik Polymerase Chain Reaction

1. Simak Video Animasi PCR


(https://www.youtube.com/watch?v=iQsu3Kz9NYo&frags=pl%2Cwn )
2. Perhatikan tahapan dari PCR. Simak juga Video Deteksi GMO dengan PCR.
https://www.youtube.com/watch?v=liCG5aaEu9w
3. Lakukan simulasi PCR virtual dengan mengunjungi link http://virtual-pcr.ico2s.org/pcr/
dan pelajari petunjuk yang ada di gambar pada web tersebut
4. Lakukan modifikasi kondisi PCR dengan mengubah beberapa parameter pada bagian
kiri dari window sebagia berikut:
a. Jumlah Siklus: 15, 25, dan 35
b. Suhu Annealing: 45, 56, dan 68 C
c. Waktu Denaturation, Annealing, dan Extention dengan kombinasi 10, 10, 20
dan 30, 30, 60 sec

2
5. Beberapa parameter yang tidak perlu anda ubah adalah:
a. Suhu Denaturasi: 94 C
b. Extension: 72 C for 20 sec
c. Plasmid: 100 ng
d. Each dNTP: 0.5 uL
e. Each primer: 1 uL
f. Polimerase: 1 uL
g. Jenis Polinerase: Taq

Cantumkan hasil simulasi anda dalam laporan, dan buat kesimpulan dari simulasi tersebut!

3
Tabel Pengamatan Simulasi PCR

Tabel 1. Konsentrasi DNA hasil PCR

Waktu Kombinasi Suhu Annealing dan Siklus PCR


Denaturation, 45 C 56 C 68 C
Kelompok
No Annealing,
(Ulangan)
dan Extension 15 25 35 15 25 35 15 25 35
(sec)
1 10, 10, 20 1
2
3
dst
Rata-rata

2 30, 30, 60 1
2
3
dst
Rata-rata

Jawablah pertanyaan berikut:

1. Fenomena sel mana yang ditiru oleh Teknik PCR?


2. Utas DNA mana dari template DNA yang diamplifikasi?
3. Apa fungsi primer?
4. Apa fungsi enzim DNA polimerase?
5. Pada suhu berapa utas DNA bisa terpisah, dan pada suhu berapa utas DNA bisa
disintesis?
6. Berapa molekul DNA yang terbentuk dari satu molekul DNA yang diamplifikasi dengan
PCR setelah 35 siklus
7. Apa fungsi perubahan suhu pada proses PCR ini?
8. Pada suhu denaturasi berapa tidak terbentuk produk PCR? Mengapa?
9. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan PCR?
10. Kondisi PCR seperti apa dari simulasi yang anda kerjakan yang menghasilkan produk
paling optimum?

4
Produk GMO dan Non-GMO

I. Pendahuluan
Genetically Modified Organisms (GMO) dapat didefinisikan sebagai organisme dengan
material genetik (DNA) yang sudah mengalami perubahan tanpa proses alami. Organisme ini
perlu modifikasi DNA buatan melalui penyisipan satu atau lebih gen dari spesies lain atau dari
varietas lain spesies yang sama. Sebagai contoh beberapa salmon dimodifikasi dengan
meningkatkan aktivitas gen hormon pertumbuhan. Namun, GMO dari tanaman budidaya yang
lebih umum dalam kontribusinya untuk memberikan kebutuhan makanan.
Modifikasi genetik dari organisme tersebut dapat dikategorikan menjadi empat yaitu: 1. Green
Genetic Engineering bertujuan untuk mengembangkan modifikasi genetik tanaman pada sektor
pertanian atau makanan, 2. Red/Y ellow Genetic Engineering dimanfaatkan untuk pengobatan,
diagnostik dan terapi gen juga pengembangan dan produksi obat (insulin dan vaksin), 3.
Grey/W hite Genetic Engineering digunakan untuk produksi enzim atau bahan kimia untuk
industri dengan umumnya menggunakan modifikasi genetik mikro organisme, 4. Genetically
Modified A nimals dimanfaatkan untuk produksi makanan spesifik seperti susu bebas alergi.
Bagaimanapun pemahaman terkait GMO ini masih belum banyak diketahui dan dipahami
oleh masyarakat Indonesia walaupun produknya sudah banyak masuk di Indonesia. Pada
praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui, memahami dan menggali lebih banyak
pengetahuan terkait GMO dan informasinya di masyarakat.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


• Mengidentifikasi produk-produk GMO yang belum dan sudah beredar di masyarakat.
• Mengumpulkan data dari produk-produk GMO dan modifikasi genetik yang telah
dilakukan.
• Mengetahui seberapa besar pengetahuan masyarakat terkait produk GMO.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah laptop, recorder hp dan buku catatan.
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Nyalakan laptop anda dan buka browser pencarian.
2. Lakukan pencarian terkait produk-produk GMO yang sudah beredar di Indonesia dan
Negara lain (minimal 3 produk). Jika produk GMO tersebut sudah beredar di Indonesia,
carilah Negara asal dari produk tersebut. Masukkan hasil pencarian anda di tabel 1.
3. Lakukan pencarian terkait perubahan genetik apa yang telah dilakukan pada masing-
masing produk GMO tersebut dan hasil karakteristik apa yang diperoleh. Masukkan
hasil pencarian anda di tabel 1.
4. Lakukan juga pencarian dari produk olahan dari produk GMO tersebut! Masukkan hasil
pencarian anda di tabel 1.
5. Identifikasi kembali apakah produk-produk tersebut dapat ditemukan di tempat terdekat
anda membeli kebutuhan pokok (penjual keliling/pasar/warung/lainnya). Masukkan
hasil pencarian anda di tabel 1.
6. Dengan mengikuti protokol kesehatan yang benar seperti menggunakan masker,
menjaga jarak dan membersihkan tangan anda, wawancarai 10 orang (2-5 penjual dan
5-8 pembeli) di tempat terdekat anda membeli kebutuhan pokok terkait produk GMO
menggunakan recorder dan dicatat menggunakan di buku catatan dengan beberapa
pertanyaan seperti berikut: a. Nama bapak/ibu, b. Umur, c. Peran (penjual/pembeli), d.
pekerjaan, e. pendidikan (SD, SMP, SMA, D3, S1, S2, S3), f. Tempat wawancara
(penjual keliling/warung/pasar/online atau lainnya), g. lokasi wawancara
(Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kota/Kabupaten, Provinsi), h. Apakah bapak/ibu
mengetahui apa itu GMO? jika iya, Jelaskan!, i. Apakah bapak/ibu mengetahui produk-
produk dari GMO? Jika bapak/ibu mengetahui produk-produk GMO tersebut, sebutkan
tiga contoh dari produk GMO!, j. jika bapak/ibu mengetahui pertanyaan huruf h dan i,
dari mana bapak/ibu mengetahui mengenai informasi tersebut?, k. Apakah bapak/ibu
mengetahui Negara yang banyak menghasilkan produk GMO? jika ya, tuliskan nama
Negara tersebut!, l. Apakah bapak/ibu mengetahui produk yang bapak/ibu beli
merupakan produk GMO atau bukan?, m. Apakah bapak/ibu mengetahui cara
membedakan antara produk GMO atau non-GMO di pasar? jika iya, Jelaskan!
Masukkan hasil wawancara anda di tabel 2.
7. Jawab pertanyaan yang telah disediakan dan tuliskan pustaka yang digunakan.
V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Informasi terkait produk GMO


No. Produk Peredaran Perubahan Karakteristik Negara Produk Produk GMO dan Referensi
GMO di Indonesia genetik perubahan asal olahan olahannya dapat (jurnal/buku/dok
(Ya/Tidak) GMO ditemukan di tempat umen/laporan)
anda (Ya/tidak)
1.
2.
3.

Tabel 2. Wawancara masyarakat terkait produk GMO


Pertanyaan
Nomor
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
VI. PERTANYAAN
1. Berdasarkan hasil anda, apakah produk GMO yang beredar di masyarakat Indonesia
dapat lebih dari 3 produk? Jelaskan!
2. Berdasarkan hasil anda, umumnya perubahan keuntungan apa yang diperoleh dari produk
GMO? Jelaskan!
3. Berdasarkan hasil anda, Negara manakah yang memiliki produk GMO yang paling
banyak? Mengapa?
4. Buatlah grafik persentase untuk masing-masing pertanyaan dari tabel 2.
5. Berdasarkan hasil anda, apakah produk GMO mudah ditemukan di sekitar masyarakat
Indonesia? Jelaskan!
6. Berdasarkan hasil anda, apakah masyarakat mengetahui dengan baik mengenai GMO?
Jelaskan!
7. Bagaimana perbedaan dan perbandingan harga produk GMO, non-GMO non-organik dan
non-GMO organik? Jelaskan!
8. Bagaimana membedakan produk GMO dengan non-GMO di sekitaran masyarakat di
Indonesia dan Negara lain? Jelaskan!
BIOMIMIKRI :
INOVASI YANG TERINSPIRASI OLEH ALAM

“Alam takambang jadi guru” adalah pepatah Minang yang sangat diterkenal. Maknanya
kita jadikan alam semesta yang terbentang luas sebagai guru. Sebagai sumber belajar.
Sebagai sumber hikmah dan inpirasi kehidupan. Dan kitapun mendapatkan ilmu kerendah-
hatian dari padi. Padi semakin berisi semakin merunduk. Belajar kegotong-royongan atau
kerjasama dari semut dan serangga sosial lainnya. Kita bisa belajar hikmah dari proses
terjadinya kupu-kupu nan indah dan sangat bermanfaat bagi makhluk lain (tanaman
berbunga). Kupu-kupu adalah hasil perubahan atau transformasi (tepatnya bermetamorfosis)
dari ulat yang menjijikan dan kerjanya hanya makan. Setelah berpuasa dan mengisolasi diri
(menjadi kepompong), ulat berubah dratis menjadi kupu-kupu yang lucu. Banyak lagi yang
bisa dipelajari dari alam.
Dalam 50 terakhir, para ahli semakin intensif menjadikan alam sebagai guru. Mereka
menyadari bahwa sejak pertama kali muncul (sekitar 3.8 milyar tahun lalu), berbagai bentuk
kehidupan telah berevolusi. Makhluk hidup memiliki serangkaian strategi dan metode yang
efektif dan efisien untuk bertahan hidup hingga sekarang. Mereka meyakini bahwa alam
adalah guru tertua dan paling bijak untuk manusia bertanya dan belajar.
Mereka mempelajari dan mencari inspirasi dari kehidupan di alam semesta dan
mengkopinya. Lalu mereka membuat berbagai produk yang bermanfaat bagi umat manusia.
Maka jadilah pesawat terbang, kereta cepat (bullet train), kincir angin, yang lebih efisien dalam
kerjanya. Para insinyur dan arsitek kini mendisain banyak produk-produknya berdasarkan apa
yang mereka pelajari dari alam. Termasuk gedung bertingkat hemat energi yang dibangun di
Zimbabwe Afrika. Arsiteknya mengambil inspirasi cooling system sarang rayap.
Kajian tentang biomimicry-pun semakin menarik perhatian dan berkembang. Banyak
intitusi dibentuk untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli interdisipliner untuk berupaya
mencari solusi tantangan dan permasalahan yang dihadapi kehidupan umat manusia. Salah
satunya adalah Biomimicry Institute. Kalian bisa mengunjung websitenya yang memiliki
banyak informasi tentang biomimikri (https://biomimicry.org/)
“Biomimicry is a practice that learns from and mimics the strategies used by species alive
today. The goal is to create products, processes, and policies — new ways of living — that
solve our greatest design challenges sustainably and in solidarity with all life on earth. We can
use biomimicry to not only learn from nature’s wisdom, but also heal ourselves — and this
planet — in the process.” (Biomimicry Institute)
Dalam situasi pandemi sekarang ini, praktikum tidak akan kita lakukan di laboratorium.
Kegiatan praktikum akan mengandalkan informasi yang tersebar di dunia maya. Tujuannya
adalah membuka wawasan kalian tentang biomimikri dan melihat betapa banyak yang bisa
kita pelajari dari kehidupan organisme lain di alam.
1. Silahkan browsing situs https://biomimicry.org. Gali informasi sebanyak-banyaknya
tentang biomimikri di situs ini. Jika kalian kesulitan memahami penjelasan di dalamnya,
gunakan google untuk membantu menerjemahkannnya.
2. Tontonlah video berikut https://www.youtube.com/watch?v=coEwQRba_2o yang
berisi tentang 10 contoh biomimikri yang menakjubkan.
3. Sebagai tambahan referensi tonton juga dua video berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=2d1VrCvdzbY
https://www.youtube.com/watch?v=UHb_XNgIHFY atau banyak video lain di YouTube
4. Berdasarkan video pada no 2, kerjakan beberapa hal berikut :
a) Tuliskan nama spesies hewan/tumbuhan yang menjadi sumber inspiras
b) Bidang apa yang memanfaatkan biomimikri tersebut (transportasi, komunikasi,
dll)
c) Apa permasalah yang dihadapi sebelum memanfaatkan biomimikri
d) Apa keuntungan yang diperoleh setelah mengadopsi biomimikri
e) Coba amati organisme di sekitar tempat tinggal Anda (di dalam atau di luar
rumah). Pikirkan karakteristik apa yang dapat dimanfaatkan dari organisme
tersebut. Inovasi apa yang ingin Anda kembangkan? Jelaskan dengan tulisan
tangan dalam 1 halaman A4.
POTENSI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN NILAI PEDULI
LINGKUNGAN

PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik penyusun ekosistem. Keberadaan
tumbuhan mempunyai fungsi secara ekologi dan ekonomi. Fungsi ekologi tumbuhan di antaranya
adalah sebagai penyerap CO2 dan menghasilkan oksigen dalam proses fotosintesis, menjaga
kelembapan dan suhu lingkungan melalui proses transpirasi, mengawetkan cadangan air tanah
melalui proses infiltrasi , mencegah dan mengurangi aliran permukaan dan erosi, sebagai sumber
bahan organik yang dapat memperbaiki struktur tanah, dan mengurangi polutan/bahan pencemar
melalui mekanisme penyerapan oleh tajuk maupun sistem perakaran. Fungsi tumbuhan secara
ekonomi di antaranya adalah menghasilkan bunga, buah, daun, getah, kayu yang dapat digunakan
secara langsung maupun dirubah menjadi produk lain dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Tumbuhan juga dapat memberikan aspek keindahan melalui keanekaragaman bentuk dan warna
bunga, daun, serta habitusnya sehingga digunakan sebagai penyusun elemen lansekap yang
menawan.
Keanekaragaman tumbuhan mencakup kelompok lumut, paku-pakuan, dan tumbuhan
berbiji yang tersebar di berbagai habitat dengan karakter yang berbeda, sehingga membentuk
kemampuan adaptasi yang berbeda. Karakter fisologi dan morfologi tumbuhan berperan besar
dalam mendukung kemampuan adaptasi pada kondisi lingkungan tertentu. Kemampuan adaptasi
tumbuhan merupakan sifat penting untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Cekaman lingkungan merupakan suatu keadaan yang dapat memicu kemampuan
tumbuhan untuk beradaptasi. Cekaman lingkungan dapat berbentuk sebagai cekaman fisik, di
antaranya adalah suhu yang ektrim dingin atau panas, selain itu dapat juga berbentuk sebagai
cekaman kimiawi misalnya pH yang asam atau basa. Adanya bahan pencemar(polutan) di udara,
tanah, dan air juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup
tumbuhan. Tumbuhan yang dapat beradaptasi akan dapat melangsungkan hidupnya, sementara
tumbuhan yang tidak mampu beradaptasi akan beresiko mati atau terhambat pertumbuhannya.
Bahan pencemar di ekosistem dapat berbentuk organik maupun anorganik. Sumber bahan
pencemar dapat berasal dari rumah tangga, industri, aktivitas pertanian, transportasi, maupun
secara alami. Upaya pengendalian pencemaran dapat dilakukan dengan mekanisme fisika,
kimiawi, maupun biologi. Salah satu mekanisme secara biologi yang banyak dilakuan saat ini
adalah dengan fitoremediasi.
Fitoremediasi didefinisikan sebagai penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan,
mendegradasi, dan menahan bahan pencemar di tanah, air permukaan, dan air tanah secara in situ
(Gambar1). Fitoremediasi biasanya dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan
pencemar dalam bentuk bahan organik, logam berat, residu pestisida, dan limbah radioaktif.
Fitoremediasi meliputi beberapa tahapan yaitu fitoekstraksi, fitodegradasi, rizodegradasi,
fitovolatilisasi dan rizofiltrasi. Untuk mengetahui lebih jelas, silahkan simak video pada tautan
https://www.youtube.com/watch?v=zlH-L3jfFmw

Gambar 1. Mekanisme fitoremediasi


Tujuan
Praktikum ini bertujuan :(1) mengetahui perubahan kualitas air akibat fitoremediasi; (2)
respon tanaman akibat mekanisme fitoremediasi; (3)mengenali jenis-jenis tanaman yang mampu
bertindak sebagai agens fitoremediasi

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan meliputi wadah air (dapat berupa kaleng bekas, atau ember)
sebanyak 2 buah. Bahan yang digunakan meliputi air yang diduga mengandung logam berat,
limbah industri, atau residu pestisida (misalnya air sungai). Bahan tanaman dapat berupa eceng
gondok(Eichornia crassipes), kiambang (Salvinia natans), kayu apu(Pistia stratiotes)

Metode
1. Siapkan 2 buah wadah air yang berukuran sama, diusahakan dengan minimal volume 5-10
l
2. Siapkan tanaman yang dapat berperan sebagai agens fitoremediasi (pilih salah satu dari
Eceng gondok, kiambang, atau kayu apu)
3. Tempatkan air sebanyak minimal 5-10 l pada wadah yang telah disiapkan. Pada wadah
pertama isikan air yang diduga telah tercemar (misalnya air selokan air sungai, air
rembesan tempat pembuangan sampah) , sedangkan pada wadah ke dua gunakan air biasa,
boleh dengan air sumur, air ledeng, air bersih dari sumber air lainnya. Amati tingkat
kejernihan/kekeruhan air yang anda gunakan
4. Pada setiap wadah, tempatkan 2 tanaman hidup, usahakan yang memiliki ukuran sama.
Perhatikan daun dan perakaran yang digunakan, pilih tanaman yang sehat. Catat jumlah
daun pada masing-masing tanaman
5. Wadah ditempatkan pada tempat yang terlindungi, tidak di tempat terbuka untuk
menghindari masuknya sumber air lain, misalnya air hujan. Diusahakan tanaman tidak
terpapar matahari secara langsung, untuk menghindari evapotranspirasi yang berlebihan.
6. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu. Pada akhir pengamatan , catat jumlah daun yang
ada, amati jika ada kematian atau kerusakan daun. Amati tingkat kejernihan/kekeruhan
airnya
7. Buatlah dokumentasi yang baik dari awal hingga akhir percobaan, untuk melengkapi
laporan praktikum

Pertanyaan
1. Berdasarkan pengamatan secara visual, apakah ada perubahan tingkat kejernihan air
setelah 2 minggu pengamatan.
2. Pada praktikum yang anda lakukan, anda tidak melakukan pengukuran perubahan kimia
air. Coba carilah informasi bagaimana perubahan kualitas kimia air yang tercemar setelah
dilakukan proses fitoremediasi, parameter-parameter apa sajakah yang biasa digunakan
untuk mengukur perubahan kualitas air tersebut (sebutkan rujukan yang anda gunakan)
3. Apakah ada penambahan atau pengurangan jumlah daun? Jelaskan jawaban anda. Carilah
informasi pendukung mengenai respon tanaman yang digunakan sebagai agens
fitoremediasi. Jika jumlah daun berkurang/bertambah, jelaskan bagaimana mekanisme
yang mungkin terjadi.
4. Berdasarkan literatur, coba cari informasi mengenai ke 3 tanaman di atas yang biasa
digunakan sebagai agens fitoremediasi. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari masing-
masing tanaman dalam aplikasinya. Sebutkan rujukan yang anda gunakan

Pengayaan (Gunakan literatur, jawaban dapat dilengkapi dengan gambar)


1. Apakah perbedaan antara fitoekstrasi dan fitodegradasi?
2. Berikan contoh beberapa tanaman yang dapat berperan sebagai agens fitoremediasi melalui
mekanisme fitovolatilisasi
SEL DARAH MERAH DAN PUTIH PADA BERBAGAI TAKSA HEWAN -
KONSEP DIAGNOSTIK DINI KELAINAN GENETIK DARI SAMPEL DARAH

I. Pendahuluan

Struktur tubuh hewan terorganisasi ke dalam serial tingkatan hirarki seperti kita mempelajari
atom, molekul sampai sel, atau lebih jauh lagi dari sel sampai ekosistem. Jika diambil contoh, satu
sel otot pada jantung seekor hewan berfungsi dalam kontraksi jantung. Setiap sel otot bercabang
sehingga koneksi antara satu sel dengang sel lainnya menjamin koordinasi dalam kontraksi semua
sel otot pada jantung. Sel-sel otot membentuk tingkatan kedua dari struktur dan fungsi yang
disebut jaringan. Jaringan yaitu kelompok sel yang serupa dengan fungsi yang spesifik. Jantung
terdiri dari dua atau lebih tipe jaringan yang bergabung menjalankan fungsi tertentu. Selain
memiliki jaringan otot, jantung juga tersusun dari jaringan ikat. Dalam hal ini jantung merupakan
contoh dari tingkat hirarki berikutnya yang disebut organ. Jantung merupakan salah satu organ
di dalam sistem sirkulasi. Selain itu bagian lain dari sistem sirkulasi yaitu pembuluh darah seperti
arteri, vena dan kapiler.
Struktur tubuh hewan dikelompokkan menjadi empat jaringan dasar yaitu epitel, ikat, otot
dan saraf. Dari keempatnya, jaringan ikat adalah yang paling berbeda ditinjau dari dasar
penyusunan sel-selnya. Pada jaringan ikat, matriks ekstraselular merendam sempurna semua sel-
sel penyusunnya dan karenanya berfungsi menahan tekanan mekanis. Sedangkan pada ketiga
jaringan yang lain, matriks ekstraselular tidak sebanyak pada jaringan ikat. Praktikum ini akan
membahas mengenai salah satu sel penyusun jaringan ikat (Gambar 1), yaitu sel darah.
Darah merupakan jaringan ikat yang tersusun atas sel-sel darah yang tersuspensi dalam
matriks ekstraselular cair yang disebut plasma. Fungsi darah yaitu sebagai media transportasi gas
oksigen dan karbondioksida, nutrisi, hormon, berbagai metabolit sekunder, berbagai limbah
metabolisme dan juga terlibat dalam sistem kekebalan tubuh. Ada tiga jenis sel darah, yaitu sel-
sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan trombosit. Pada manusia, trombosit
disebut juga sebagai platelet darah yang berfungsi dalam pembekuan darah. Pada hewan vertebrata
hanya hewan anggota kelas mammalia yang mempunyai sel darah merah tidak berinti (Gambar 2).
Gambar 1 Jenis-jenis jaringan ikat pada tubuh makhluk hidup

Sel darah merah

Sel darah putih


Keping
darhh

Inti sel

Gambar 2 Sel darah pada kelas mammalia

Bagaimana Darah Dapat Digunakan untuk Menguji Kelainan Genetik?

Kelainan genetik atau kecenderungan kepada kelainan genetik sudah ada dalam gamet sebelum
pembuahan. Oleh karena itu, secara teoritis kelainan dapat dideteksi sejak saat itu. Identifikasi
mutasi yang terjadi dapat dilakukan pada gamet, zigot segera setelah pembuahan, pada embrio
awal, sebelum lahir selama kehamilan, pada periode baru lahir, di masa kanak-kanak atau remaja,
sebagai bagian dari perencanaan reproduksi di masa dewasa, atau setelahnya. Berbagai teknologi
digunakan untuk pengujian genetik, termasuk teknik berbasis kromosom, biokimia, atau DNA.
Sampel tes biologis mungkin berasal dari darah, cairan amnion, atau jaringan lain. Selain itu,
kadang-kadang DNA harus diperoleh dari lebih dari satu anggota keluarga agar tes menjadi
informatif untuk suatu kelainan menggunakan gen penanda terkait.
Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini, memberikan implikasi berupa kemudahan di dalam
dunia kedokteran untuk menguji kelainan genetik pada manusia (Tabel 1).
Mengapa sampel darah atau sampel lainnya digunakan?

Tabel 1 Beberapa contoh penyakit kelainan genetik pada manusia

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Memahami mekanisme pembuatan preparat ulas darah
2. Mengidentifikasi bentuk sel darah merah dan sel darah putih pada berbagai hewan
vertebrata serta bagian-bagiannya
3. Memahami salah satu contoh mekanisme pengujian kelainan genetik pada manusia

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan media yang digunakan pada praktikum kali ini berupa link video yang berasal dari
kanal YouTube dan berbagai sumber gambar valid yang ada di internet.

IV. METODE
A. Praktikum Mandiri 1 Demo Pembuatan Preparat Ulas Darah

1. Silakan mengunduh atau streaming video dari link website ini


Blood Smear preparation and staining
(https://www.youtube.com/watch?v=KSs0SMfERuA&t=76s)
2. Saksikan dengan cermat video tersebut dari awal sampai akhir
3. Selama menonton video,
A. Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam penyiapan preparat
ulas darah
B. Buat diagram alur metode penyiapan preparat sampai dengan
pengamatan menggunakan mikroskop
4. Laporan dituliskan dalam kertas A4 (TNR 12)-maksimal 1 halaman

B. Praktikum Mandiri 2 Mengidentifikasi perbedaan & persamaan sel darah


merah dan putih pada hewan vertebrata

1. Cari gambar di internet preparat sel darah merah dan putih (netrofil dan
monosit) dari spesies kelas Amfibia, Aves, dan Mamalia masing-masing 1
contoh
2. Gambar (boleh diberi warna) secara manual pada kertas A4 (Satu halaman
A4 untuk 4 gambar (landscape)) dan beri keterangan pada gambar yang
telah dibuat sbb:
A. Nama hewan (nama lokal & nama ilmiah)
B. Beri keterangan bagian sel darah merah dan putih  membran
plasma, sitoplasma, nukleus
C. Tuliskan perbesaran yang ada di gambar tersebut (contoh: 4 x 10, 10
x 10, atau 40 x 10 atau 40x, 100x 400x dll)
D. Tuliskan sumber gambar yang digunakan atau alamat website yang
digunakan!
E. Buat pembahasan terhadap hasil pengamatan (wajib menggunakan
pustaka primer)

C. Praktikum Mandiri 3 Uji kelainan genetik pada manusia – Penapisan dan


pengujian prenatal

1. Silakan mengunduh atau streaming video dari link website ini


Understanding Prenatal Screening and Testing Options at OSU Maternal
Fetal Medicine (https://www.youtube.com/watch?v=wjndkNMwWBs)
2. Saksikan dengan cermat video tersebut dari awal sampai akhir
3. Setelah menonton video, mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan
di bawah ini dan jawaban dituliskan pada 1 halaman A4 – TNR 12:
A. Mengapa tes prenatal perlu dilakukan?
B. Mengapa sebagian orang tidak melakukan tes prenatal?
C. Jelaskan karakteristik penderita kelainan kromosom trisomy 21?
D. Apa yang dimaksud dengan non-invasive prenatal screening?
Setiap jawaban maksimal 5 kalimat.
Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati secara Berkelanjutan

Capaian Pembelajaran:

Mahasiswa dapat mengenal habitat, keanekaragaman makhluk hidup, ciri morfologinya, dan
menganalisis potensi ekonomi, serta strategi konservasinya

I. Pendahuluan
Alam (biosfer dan atmosfer) merupakan ‘rumah’ bersama bagi seluruh makhluk hidup, yang
menyediakan tempat tinggal, sumber makanan, air, dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu,
menjaga keseimbangan alam sama halnya dengan menjaga ‘rumah’ sendiri. Salah satu cara
menjaga ‘rumah’ kita adalah dengan menjaga keanekaragaman hayati. Keanekaragaman Hayati
atau Biodiversitas merupakan variasi makhluk hidup (meliputi makroorganisme dan
mikroorganisme) di berbagai habitat, baik pada ekosistem teresterial maupun akuatik.
Kenaekaragaman hayati terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu keanekaragaman genetik, spesies, dan
ekosistem.
a. Keanekaragaman Genetik
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik antar individu sejenis, misalnya,
mangga manalagi, harumanis, dan gadung.
b. Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies merupakan variasi yang terdapat antarspesies dari satu family.
Misalnya, kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau, dan kacang kapri.
c. Keanekaragaman Ekosistem
Setiap ekosistem mempunyai keunikan dan ciri khasnya sendiri-sendiri. Keanekaragaman
tingkat ekosistem menggambarkan jenis populasi organisme dalam suatu wilayah. Adanya
keanekaragaman tingkat ekosistem ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan faktor abiotik
serta komposisi jenis populasi organismenya.
Manfaat Keanekaragaman Hayati
Berbagai organisme telah banyak dilaporkan memiliki fungsi sebagai obat-obatan, makanan,
dan sandang. Selain itu, adanya beragam spesies di suatu ekosistem merupakan satu kesatuan alam
yang saling melengkapi dalam memberikan layanan ekosistem (Ecosystem services). Layanan
ekosistem adalah peranan ekosistem untuk kehidupan manusia yang berkelanjutan, misalnya
memberikan tempat yang aman dan nyaman untuk ditinggali (jauh dari bencana alam). Ekosistem
yang baik akan menyediakan kita air dan udara yang bersih yang dapat mengurangi efek perubahan
iklim yang ekstrim dan banjir. Sebagai contoh, organisme di dalam suatu ekosistem dapat berperan
sebagai polinator dari berbagai tanaman pangan, mengontrol hama, dan menjaga kesehatan tanah.
Berbagai layanan ekosistem tersbut disediakan oleh alam secara gratis.

Ancaman Biodiversitas
Berbagai aktivitas manusia sangat mempengaruhi kestabilan biodiversitas baik dalam skala
lokal, regional, maupun global. Beberapa aktivitas manusia yang mengancam biodiversitas adalah
aktivitas-aktivitas yang menyebabkan hilangnya habitat, introduksi spesies,
overharvesting/eksploitasi, dan perubahan global.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Mengidentifikasi keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan sekitar rumah, menganalisis
potensi ekonominya, dan strategi konservasinya

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah smartphone, aplikasi google maps dan google
lens, sedangkan bahan yang digunakan adalah berbagai jenis tumbuhan, hewan, dan jamur yang
dijumpai disekitar pekarangan rumah.
IV. METODE
1. Unduh dan Install aplikasi google lens dan google maps pada smartphone Anda
2. Tentukan satu habitat atau lokasi pengamatan yang ada di sekitar Anda, lokasi pengamatan
dapat berupa lingkungan teresterial atau akuatik yang berlokasi sekitar radius ± 20 m dari
rumah. Tandai lokasi pengamatan dengan menggunakan aplikasi google map. Catat
longitude dan latitude pada lokasi tersebut.
3. Identifikasi jenis organisme (Tumbuhan, Hewan, Cendawan) yang dijumpai di lokasi
tersebut dengan cara mengambil gambar/foto organisme tersebut di habitat aslinya
(Identifikasi 3 organisme saja)
4. Lakukan penelusuran nama lokal dan nama latin organisme tersebut menggunakan aplikasi
google lens
5. Isi Tabel 13.1 dengan memberi deskripsi nama lokal, nama ilmiah, karakteristik morfologi
organisme yang Anda jumpai, deskripsi habitat, serta lakukan analisis perannya di dalam
ekosistem tersebut, dan potensi ekonominya. Untuk mengisi tabel ini, Anda dapat
menggunakan referensi pendukung dan informasi dari penduduk lokal.

V. HASIL PENGAMATAN (TUGAS INDIVIDU)


A. Lokasi Pengamatan :
……………………………………………………………………….……………………
………………………………………… (alamat dan keterangan longitude dan latitude)

B. Deskripsi habitat:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Tabel 13.1 Keanekaragaman hayati pada lokasi pengamatan, potensi ekonomi, strategi konservasi, dan nilai budayanya.

No. Nama Nama Karakteristik Potensi Strategi Nilai Budaya Dokumentasi


Lokal ilmiah morfologi Ekonomi Konservasi (Pemanfaatan
oleh masyarakat
lokal)
1. katuk Sauropus Habitus: herba, Sebagai sayuran Budidaya ex situ Daunnya dapat
androgynus batang lunak, di pekarangan dikonsumsi
dll. rumah sebagai sayuran,
berguna untuk
memperlancar
ASI

3
VI. INFOGRAFIS (TUGAS KELOMPOK)
1. Diskusikan hasil pengamatan Anda bersama dengan kelompok masing-masing (terdiri
dari 3-5 orang)
2. Pilih 1 organisme yang dinilai paling prospektif
3. Buatlah infografis dalam bentuk poster digital dengan orientasi portrait berukuran 1080
px × 1080 px (fit to instagram) yang berisi informasi mengenai nama lokal dan nama
ilmiah organisme, karakter morfologi dan habitatnya, potensi ekonomi, strategi
konservasi dan nilai budayanya.
4. Poster dapat dibuat dalam bentuk single post maupun multiple post.
5. Berilah judul besar dari poster yang Anda buat dengan menggunakan bahasa populer
yang mewakili isi dari poster tersebut
6. Beri identitas pada poster tersebut berupa logo IPB University dan Biologi IPB (file logo
tersedia di course.ipb.ac.id), serta nama praktikan dan NIM.
7. Publikasikan poster tersebut melalui akun instagram 1 perwakilan kelompok dan tag ke
akun instagram asisten praktikum masing-masing dan akun instagram @bioipb.
8. Beri hashtag #PraktikumBio102 #bioipb #potensilokal #SDGs #WonderfulIndonesia
pada caption unggahan tersebut
9. Poster tersebut juga diunggah ke course.ipb.ac.id oleh perwakilan kelompok.

Anda mungkin juga menyukai