Anda di halaman 1dari 99

TUGAS AKHIR – SS 145561

PENGELOMPOKAN KECAMATAN BERDASARKAN


POTENSI PETERNAKAN DI KABUPATEN
TULUNGAGUNG

MOCH. HAICHAL FICRY


NRP 1313 030 080

Dosen Pembimbing
Dr. Wahyu Wibowo, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


JURUSAN STATISTIKA
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2016
TUGAS AKHIR – SS 145561

PENGELOMPOKAN KECAMATAN BERDASARKAN


POTENSI PETERNAKAN DI KABUPATEN
TULUNGAGUNG

MOCH. HAICHAL FICRY


NRP 1313 030 080

Dosen Pembimbing
Dr. Wahyu Wibowo, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


JURUSAN STATISTIKA
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
FINAL PROJECT – SS 145561

CLASSIFICATION OF SUBDISTRICT THE


POTENTIAL OF LIVESTOCK IN THE DISTRICT
TULUNGAGUNG

MOCH. HAICHAL FICRY


Student Reg No. 1313 030 080

Supervisor
Dr. Wahyu Wibowo, S.Si., M.Si.

DIPLOMA III STUDY PROGRAM


DEPARTMENT OF STATISTICS
Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
v
PENGELOMPOKAN KECAMATAN BERDASARKAN
POTENSI PETERNAKAN DI KABUPATEN
TULUNGAGUNG

Nama Mahasiswa : Moch. Haichal Ficry


NRP : 1313 030 080
Program Studi : Diploma III
Jurusan : Statistika FMIPA ITS
Dosen Pembimbing : Dr. Wahyu Wibowo, S.Si, M.Si

ABSTRAK
Kabupaten Tulungagung adalah salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Timur tepatnya didaerah selatan atau pesisir laut
selatan. Salah satu dari aliran kas keluar bank adalah jumlah
pencairan kredit. Berdasarkan geografisnya kabupaten Tulungagung
sangatlah memiliki potensi untuk bisa mengembangkan peternakannya.
Mayoritas mata pencarian masyarakat Tulungagung adalah bercocok
tanam dan rata-rata yang bercocok tanam. Metode statistik yang
digunakan adalah analisis yang digunakan yaitu analisis klaster dengan
metode ward’s. Data yang digunakan adalah data sekunder yang
didapatkan dari Publikaasi BPS Kabupaten Tulungagung yaitu sektor
peternakan dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung
tahun 2015. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa Daerah seperti kecamatan Sumbergempol,
Ngantru, dan Sendang merupakan kecamatan yang dominan terhadap
ternak jenis sapi dan kambing. Sedangkan kecamatan Ngantru dan
Karangrejo merupakan kecamatan yang dominan terhadap ternak
unggas jenis ayam ras dan ayam pedaging.

Kata Kunci : Kabupaten Tulungaung,Klaster, Metode Ward’s,


Peternakan

vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

viii
CLASSIFICATION OF SUBDISTRICT THE POTENTIAL
OF LIVESTOCK IN THE DISTRICT TULUNGAGUNG

Student Name : Moch. Haichal Ficry


Student Reg No. : 1313 030 080
Study Program : Diploma III
Department : Statistika FMIPA ITS
Supervisor : Dr. Wahyu Wibowo, S.Si, M.Si

ABSTRACT
Tulungagung is one of the counties located in East Java province
precisely coastal areas south or south. One of the flow of cash out of
banks is the amount of loan disbursement. Based on the geographical
Tulungagung is has the potential to be able to develop his ranch. The
majority of Tulungagung livelihoods are farming and the average farm.
The statistical method used is the analysis used is the cluster analysis
with Ward's method. The data used are secondary data obtained from
BPS Publikaasi Tulungagung that the livestock sector of the 19 districts
in Tulungagung in 2015. Based on the results of the analysis conducted
showed that a region such as districts Sumbergempol, Ngantru, and
Spring is a district that is dominant over livestock types of cows and
goats. While districts Ngantru and Karangrejo a district that is
dominant over the type of poultry broilers and broiler.

Key words : Tulungaung, claster, Ward’s Method, Livestock

ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

x
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat


dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir yang berjudul PENGELOMPOKAN KECAMATAN
BERDASARKAN POTENSI PETERNAKAN DI
KABUPATEN TULUNGAGUNG. Proses penyusunan laporan
tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Wahyu Wibowo, S.Si, M.Si selaku dosen
pembimbing tugas akhir dan Ketua Jurusan Diploma tiga
Statistika yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan
kepada penulis.
2. Ibu Dra. Destri Susilaningrum, M.Si dan Ibu Dra. Sri
Mumpuni Retnaningsih, MT selaku dosen penguji tugas
akhir yang telah memberikan saran, kritikan, dan masukkan
demi kesempurnaan laporan serta memberikan ilmu kepada
penulis.
3. Ibu Dr. Santi Wulan Purnami, S.Si, M.Si selaku dosen wali
yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam
penulisan laporan tugas akhir.
4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung yang sudah
menyediakan data untuk penelitian
5. Seluruh karyawan jurusan Statstika ITS yang membantu
penulis dalam memberikan sarana prasarana mulai dari
sebelum pelaksanaan tugas akhir hingga pembuatan laporan.
6. Seluruh Keluarga yang memberikan doa, bimbingan,
dukungan, motivasi, semangat, kasih sayang serta kesabaran
dalam mendidik baik secara materiil, moral, maupun
spiritual.
7. Teman - teman mahasiswa Statistika ITS Angkatan 2013,
keluarga sigma 24 yang selalu memberikan semangat dan
dukungan.

xi
8. Teman-teman Explore Tulungagung, Formasta Surabaya,
dan Edukasi Tulungagung yang selalu menghibur dalam
segala suasana.
9. Lintang, Mas Jefry, Hilmi, Reza, Dimas, Irul, Galih, Ossa,
Ninggar, Yeni, Endic, Sandro, Udin, Haris, Apri, Diarista,
Desi, Indra, Akim, dan seluruh teman-teman seperjuangan
saat menjalani proses perkuliahan di Surabaya.
10. Semua pihak yang belum dapat disebutkan yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat mencapai
kesempurnaan.

Surabaya, Januari 2017

Penulis

xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................. i
TITLE PAGE.......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................. v
ABSTRAK ............................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................ ix
KATA PENGANTAR .......................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 3
1.3 Tujuan ............................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................. 4
1.5 Batasan Masalah ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Statistika Deskriptif ........................................................... 5
2.1.1 Median .................................................................... 5
2.1.2 Varian ..................................................................... 5
2.1.3 Minimum dan Maksimum ...................................... 6
2.2 Metode Pengelompokan (Cluster Analysis) ...................... 6
2.2.1 Jarak Euclidian ....................................................... 7
2.2.2 MetodeWard’s ........................................................ 7
2.2.3 Pseudo F-Statistic................................................... 8
2.2.4 Uji Mann Whitney................................................... 9
2.3 Peternakan ......................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sumber Data ..................................................................... 11

xiii
3.2 Variabel Penelitian ........................................................... 11
3.3 Langkah Analisis .............................................................. 12
3.4 Diagram Alir Penelitian..................................................... 13
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Peternakan di Kabupaten Tulungagung....... 15
4.1.1 Karakteristik Ternak Besar ....................................... 15
4.1.2 Karakteristik Ternak Unggas .................................... 20
4.2Pengelompokan Kecamatan Berdasarkan Potensi Ternak
Besar................................................................................... 30
4.3Pengelompokkan Kecamatan Berdasarkan Potensi Ternak
Unggas................................................................................ 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................ 47
5.2 Saran.................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Wilayah Kabupaten Tulungagung...................... 11
Gambar 3.2 Variabel Penelitian............................................. 13
Gambar 4.1 Karakteristik Ternak Besar dan Kecil ................ 16
Gambar 4.2 Karakteristik Ternak Sapi .................................. 18
Gambar 4.3 Karakteristik Ternak Kambing........................... 19
Gambar 4.4 Karakteristik Ternak Domba.............................. 20
Gambar 4.5 Karakteristik Ternak Unggas ............................. 21
Gambar 4.6 Karakteristik Ternak Burung Puyuh .................. 23
Gambar 4.7 Karakteristik Ternak Burung Dara..................... 24
Gambar 4.8 Karakteristik Ternak Ayam Kampung ............... 25
Gambar 4.9 Karakteristik Ternak Ayam Ras ........................ 26
Gambar 4.10 Karakteristik Ternak Ayam Pedaging .............. 27
Gambar 4.11 Karakteristik Ternak Itik .................................. 28
Gambar 4.12 Karakteristik Ternak Mentok ........................... 29
Gambar 4.13 Dendogram Wilayah Ternak Besar dan Kecil.. 30
Gambar 4.14 Peta Penyebaran Kelompok Ternak Besar
dan Kecil.................................................................................. 32
Gambar 4.15 Dendogram Wilayah Ternak Unggas............... 37
Gambar 4.16 Peta Penyebaran Kelompok Ternak Unggas.... 38

xv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ................................................. 12
Tabel 4.1 Pseudo-F Kelompok Ternak Besar dan Kecil ........ 31
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Sapi ................................................... 33
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Kambing ............................................ 34
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Domba ............................................... 35
Tabel 4.5 Nilai Pseudo-F Kelompok Ternak Unggas ............ 37
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Burung Puyuh.................................... 39
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Burung Dara ...................................... 40
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Ayam Kampung ................................ 41
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Ayam Pedaging ................................. 42
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Ayam Ras .......................................... 43
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Itik ..................................................... 44
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang
Terbentuk pada Ternak Mentok .............................................. 45

xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Jumlah Ternak Besar setiap Kecamatan di
Kabupaten Tulungagung..................................... 51
Lampiran 2 Data Jumlah Ternak Unggas setiap Kecamatan
di Kabupaten Tulungagung................................. 52
Lampiran 3 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar Kecamatan
Ternak Besar dan Kecil....................................... 54
Lampiran 4 Pengelompokan Ternak Besar Tiap Kecamatan 59
Lampiran 5 Tahapan Pengelompokan Ternak Besar dan
Kecil.................................................................... 60
Lampiran 6 Output Minitab Uji Mann Whitney Ternak
Besar dan Kecil ................................................... 61
Lampiran 7 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar Kecamatan
Ternak Unggas .................................................... 65
Lampiran 8 Pengelompokan Unggas Tiap Kecamatan......... 71
Lampiran 9 Tahapan Pengelompokan Ternak Unggas.......... 72
Lampiran 10 Output Minitab Uji Mann Whitney Ternak
Unggas ................................................................ 72

xix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Tulungagung adalah salah satu kabupaten yang
terletak di Provinsi Jawa Timur tepatnya didaerah selatan atau
pesisir laut selatan. Batas administratif wilayahnya utara
berbatasan dengan kabupaten Kediri, barat berbatasan dengan
kabupaten Trenggalek, selatan berbatasan dengan Samudra
Indonesia, dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Blitar.
Tulungagung memiliki luas wilayah 1.055,65 km2 terbagi dalam
19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan dengan sekitar lebih
dari satu juta jiwa yang mendiami kabupaten ini, daerah yang
memiliki wilayah terluas secara berurutan yaitu Kecamatan
Tanggunggunung, Kecamatan Kalidawir, Kecamatan Sendang,
dan Kecamatan Pagerwojo dengan kepadatan penduduk rata-rata
962 jiwa per km2. Wilayah ini terbentang luas mulai dataran
rendah, sedang hingga dataran tinggi dengan konfigurasi datar
hingga perbukitan dan pegunungan (BPS, 2016).
Berdasarkan geografisnya kabupaten Tulungagung
memiliki potensi untuk mengembangkan bidang peternakan.
Mayoritas mata pencarian masyarakat Tulungagung adalah
bercocok tanam dan rata-rata yang bercocok tanam juga memiliki
ternak, potensi pertanian sendiri cukup besar yaitu sekitar 42,93%
dari luas lahan Kabupaten Tulungagung. Sektor pertanian dan
peternakan sanggatlah mendominasi di Kabupaten Tulungagung.
Menurut publikasi data Badan Pusat Statistika tahun 2015 Produk
Domestik Regional Bruto kabupaten Tulungagung dari sektor
pertanian adalah yang terbesar dari sektor lainya yaitu 22,37%.
Dilihat dari tujuh sektor pertanian yaitu tanaman pangan, tanaman
holtikultura semusim, perkebunan semusim, tanaman holtikultura
tahunan, perkebunan tahunan, peternakan, dan perikanan. Di
tahun 2015 PDRB dari sektor peternakan memiliki nilai sebesar
6,12% atau sekitar Rp 1.110.410.170.000 yang berada dibawah
sektor tanaman pangan sebesar 7,38% atau Rp 2.582.125.050.000

1
2

Menurut Iskandar L, 2009 Peternakan adalah segala


aktivitas manusia yang berhubungan dengan memelihara hewan
ternak yang dapat diambil manfaatnya dari hewan tersebut guna
memenuhi kebutuhan hidup. Peternakan digolongakan menjadi
tiga jenis yaitu ternak besar, ternak kecil, dan ternak unggas.
Kabupaten Tulungagung sendiri ternak di setiap kecamatannya
sangatlah bervariatif hampir disemua kecamatan terdapat ternak
kecil, besar, dan ungggas. Hal ini sangat disayangkan jika
peternakan di Tulungagung masih belum mendominasi, menurut
data BPS tahun 2016 PDRB dari sektor peternakan lima tahun
terakhir masih relatif sama bahkan pada tahun 2014 sampai 2015
masih belum terjadi kenaikan yang signifikan. Padahal jika dilihat
struktur geografis wilayah yang masih hijau sektor peternakan
bisa menjadi andalan pendapatan daerah. Penelitian ini akan
dilakukan analisis terhadap jumlah hasil potensi peternakan
disetiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung.
Potensi peternakan di kabupaten Tulungagung sangat
bervariatif, setiap wilayah memiliki ciri karakteristik jenis
peternakan yang berbeda-beda, oleh karenanya sangatlah perlu
diketahui jenis potensi hasil peternakan kecamatan mana yang
memiliki potensi hasil ternaknya. Metode analisis yang digunakan
yaitu analisis klaster, Analisis klaster dilakukan untuk
mengelompokkan objek-objek berdasarkan ukuran kesamaan atau
ketidaksamaan yang bertujian untuk megidentifikasi objek
memiliki karakteristik tertentu (Johnson dan Winchern,2007).
Pemetaan kelompok kecamatan di Kabupaten Tulungagung
dengan melihat sektor peternakan, yang terdiri dari ternak besar,
ternak kecil, dan ternak unggas, dipilih karena subsektor memiliki
peran terbesar dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten
Tulungagung. Sehingga nantinya dapat membantu pemerintah
memberikan kebijakan terkait peternakan yang ada untuk bisa
memberikan ciri disetiap kecamatannya khususnya sektor
peternakan yang ada di kabupaten Tulungagung.
Penelitian tentang peternakan sudah banyak dilakukan
seperti yang dilakukan Fanandri (2016) yang berjudul
3

“Pengelompokan Propinsi di Indonesia Berdasarkan Hasil


Produksi Pertanian dan Peternakan untuk Medukung Ketahanan
Pangan Nasional” hasilnya didapat 4 kelompok wilayah atau
propinsi di Indonesia dengan perbedaan hasil produksi padi,
jagung, kedelai, ketela pohon, telur, dan daging. Kelompok
pertama adalah propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah kelompok
kedua adalah propinsi Jawa Barat kelompok ketiga adalah
propinsi Lampung dan kelompok keempat adalah propinsi-
propinsi sisanya. Penelitian yang lain dari Pratama (2015) tentang
“Pemetaan potensi sektor pertanian pangan kabupaten atau kota
di Jawa Timur 2013” dengan analisis klaster metode ward’s, serta
Anshori (2015) yaitu mengenai pemetaan kecamatan di kabupaten
Lamongan berdasarkan potensi sektor pertanian tahun 2013
menggunakan analisis klaster yang menyatakan berdasarkan
analisinya didaerah Lamongan sektor peternakan yang
mendominasi adalah ayam buras. Pemetaan peternakan disetiap
kecamatan di kabupaten Tulungagung diharapkan bisa
memberikan gambaran tentang kecamatan mana yang memiliki
potensi hasil ternak yang tinggi, selanjutnya bisa dikembangkan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas peternakan di
Kabupaten Tulungagung.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas Kabupaten Tulungagung
memiliki wilayah cukup luas dengan jumlah penduduk relatif
sedikit, terdapat banyak sekali lahan yang dapat digunakan untuk
beternak. Sektor peternakan merupakan sub sektor heterogen
yang tersebar dihampir semua kecamatan. Oleh karenanya perlu
diketahui bagaimana karekteristik dan pengelompokan kecamatan
berdasarkan potensi peternakan di Kabupaten Tulungagung

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengelompokan
kecamatan berdasarkan potensi peternakan di Kabupaten
Tulungagung.
4

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dapat
mengetahui keunggulan wilayah setiap kecamatan dan
memetakan potensi peternakan dari kecamatan di Kabupaten
Tulungagung sehinga dapat menjadikan masukan bagi pemerintah
untuk bisa mengembangkan sektor peternakan sesuai dengan
potensi setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian ini adalah variabel dari
sektor peternakan di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur tahun
2015. Data yang digunakan meliputi jumlah ternak besar, kecil,
dan unggas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Statistika Deskriptif


Statistika deskriptif merupakan bagian statistika yang
membahas tentang metode-metode untuk menyajikan data
sehingga menarik dan informatif. Secara umum statistika
deskriptif dapat diartikan sebagai metode-metode yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga
memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif juga
memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai dan
sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun
tentang gugus data induknya yang lebih besar (Walpole, 1998).

2.1.1 Median (Nilai Tengah)


Median adalah segugus data yang telah diurutkan dari yang
terkecil sampai terbesar atau terbesar sampai terkecil adalah
pengamatan yang tepat di tengah-tengah bila banyaknya
pengamatan itu ganjil, atau rata-rata kedua pengamatan yang
ditengah bila banyaknya pengamatan genap (Walpole, 1998).
Rumus yang digunakan untuk menghitung median adalah.
Untuk n ganjil:
= ( ) (2.1)
Untuk n genap:
= (2.2)
Keterangan:
adalah data pada urutan ke setelah diurutkan

2.1.2 Varian (Ragam)


Varians adalah ragam populasi atau contoh terhingga ,
, ,… (Walpole, 1998).
Rumus yang digunakan untuk menghitung varians adalah

5
6

n ( xi  x ) 2
2   (2.3)
i 1 n
Keterangan :
σ2 = Varians
= Nilai ke-i
= Rata-rata
n = Banyak data

2.1.3 Nilai Minimum dan Nilai Maksimum


Nilai maksimum adalah nilai yang memiliki tingkatan
paling tinggi atau paling besar dari nilai lainnya. Nilai minimum
adalah nilai yang memiliki tingkatan paling kecil atau paling
rendah dari nilai lainnya (Walpole, 1998).

2.2 Metode Pengelompokan (Cluster Analysis)


Analisis kelompok merupakan suatu metode analisis untuk
mengelompokkan objek-objek pengamatan menjadi beberapa
kelompok sehingga akan diperoleh kelompok dimana objek-
objeknya dalam satu kelompok mempunyai banyak persamaan
sedangkan dengan anggota kelompok yang lain mempunyai
banyak perbedaan (Johnson & Wichern, 2007). Pengelompokkan
atau cluster yang baik adalah cluster yang menunjukkan ciri
sebagai berikut
a. Homogenitas (kesamaan) yang tinggi antar anggota
dalam satu kelompok
b. Heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antar kelompok
yang satu dengan kelompok lainnya.
Secara umum terdapat dua metode pengelompokkan yaitu :
a. Metode hierarchi yaitu hasil pengelompokkannya
disajikan secara hierarchi atau berjenjang dari n, (n-1)
sampai satu kelompok.
b. Metode non-hierarchi yaitu metode yang digunakan
apabila banyaknya kelompok sudah diketahui, yang
termasuk dalam metode ini adalah metode K-means.
7

Untuk menyatakan suatu observasi atau variabel


mempunyai sifat yang lebih dekat dengan observasi tertentu
daripada dengan observasi yang lain digunakan fungsi yang
disebut jarak (distance). Lima metode Hierarchical Clustering
Methods yang digunakan untuk membentuk klaster adalah
Metode pautan tunggal (singgle linkage), metode pautan lengkap
(complete linkage), metode pautan rerataan average linkage,
metode kuadrat jumlah kesalahan (ward’s), dan metode centroid
(Johnson & Wichern, 2007).

2.2.1 Jarak Euclidian


Jarak euclidean berawal dari jarak minkowski dengan dua
objek sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut.
p
d ( xi , x j )   ( xik  x jk ) 2
k 1
(2.4)
dimana i = 1,2,..., n dan j = 1,2,..., n ; i ≠ j
Keterangan :
d ( xi , x j ) = jarak antara dua objek i dan j
xik = nilai objek i pada variabel k
x jk = nilai objek j pada variabel k
(Johnson & Wichern, 2007)

2.2.2 Metode Ward’s


Pada metode ward’s jarak antara dua kelompok adalah
jumlah kuadrat antara dua kelompok untuk seluruh variabel.
Metode ini mencoba meminimumkan varians dalam kelompok
dan cenderung digunakan untuk melakukan kombinasi kelompok-
kelompok dengan jumlah kecil. Jika cluster sebanyak K maka
error sum of square (ESS) sebagai jumlahan dari ESSk atau
ESS  ESS1  ESS2    ESSK sehingga untuk menghitung jarak
antara dua cluster menggunakan metode ward’s dapat ditulis
sebagai berikut.
8

N
ESS   ( x j  x )' ( x j  x )
j 1
(2.5)
Dimana
=
xj = pengukuran multivariat terkait dengan item j
= rata-rata dari semua item
(Johnson & Wichern, 2007).

2.2.3 Pseudo F-statistic


Metode yang digunakan untuk menentukan banyaknya
kelompok yang optimum adalah Pseudo F-Statistik. Pseudo F
tertinggi menunjukkan bahwa kelompok tersebut menunjukkan
hasil yang optimal, dimana keragaman dalam kelompok sangat
homogen sedangkan antar kelompok sangat heterogen. Berikut
rumus yang digunakan untuk mencari Pseudo F. (Orpin &
Kostylev, 2006)
 R2 
 
 k  1 
Pseudo F 
1 R2 
  (2.6)
 nk 
Dimana R 
2 SST  SSW 
SST (2.7)

SST   xijk  x j 


n c p
2

i 1 j 1 k 1
(2.8)

SSW   xijk  x jk 


n c p
2

i 1 j 1 k 1
(2.9)

Keterangan:
SST = (Sum Square Total) Total jumlah dari kuadrat jarak
sampel terhadap rata-rata keseluruhan
9

SSW = (Sum Square Within) Total jumlah dari kuadrat jarak


sampel terhadap rata-rata kelompoknya
n = banyaknya sampel
c = banyaknya variabel
p = banyaknya kelompok
xijk = sampel ke-i pada variabel ke-j kelompok ke-k
j = rata-rata seluruh sampel pada variabel ke-j
jk = rata-rata sampel pada variabel ke-j dan kelompok ke-k

2.2.4 Uji Mann Whitney


Uji Mann Whitney merupakan pengujian untuk
mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara rata-rata dua
populasi yang distribusinya sama, melalui dua sampel yang
independen yang diambil dari kedua populasi.
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut
1. Data merupakan sampel acak hasil-hasil pengamatan X1,
X2, …, Xn dari populasi 1 dan sampel acak hasil-hasil
pengamatan lain Y1, Y2, …, Yn dari populasi 2
2. Kedua sampel tidak saling mempengaruhi
3. Variabel yang diamati adalah variabel acak kontinyu
4. Skala pengukuran yang dipakai sekurang-kurangnya
ordinal
5. Fungsi-fungsi distribusi kedua populasi hanya berbeda
dalam hal lokasi, yakni apabila keduanya sungguh berbeda
Hipotesis
H0 : Kedua populasi yang diamati memiliki distribusi yang
identik
H1 : Kedua populasi yang diamati berbeda dalam hal lokasi
Daerah kritis Tolak H0 jika T < Wα/2
Statistik Uji
n1 (n1  1)
T S (2.10)
2
S = jumlah peringkat dari sampel populasi 1
(Daniel, 1989)
10

2.3 Peternakan
Peternakan adalah segala aktivitas manusia yang
berhubungan dengan memelihara hewan ternak yang dapat
diambil manfaatnya dari hewan tersebut guna memenuhi
kebutuhan hidup. Peternakan di Indonesia dikelompokkan ke
dalam tiga jenis yaitu
1. Ternak Besar
Ternak besar adalah peternakan yang diusahakan dengan
memelihara hewan yang berukuran besar. Hewan yang
digolongkan ternak besar, yaitu kuda, kerbau, dan sapi
(lembu).
2. Ternak Kecil
Ternak kecil adalah peternakan yang diusahakan dengan
memelihara hewan yang berukuran kecil. Hewan yang
digolongkan ternak kecil, yaitu babi, kambing, domba (biri-
biri), dan kelinci.
3. Ternak Unggas
Ternak unggas adalah peternakan yang diusahakan dengan
memelihara hewan yang bersayap atau sebangsa burung. Hewan
yang digolongkan ke dalam ternak unggas, yaitu ayam, itik
(bebek), angsa, entog, dan burung puyuh (Iskandar L, 2009).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang didapatkan dari Publikasi BPS Kabupaten
Tulungagung berdasarakan data Dinas Peternakan Kabupaten
Tulungagung melalui perhitungan langsung jumlah ternak
kelokasi setiap kecamatan, kelurahan, dan desa yang ada di
Kabupaten Tulungagung. Variabel yang diambil yaitu sektor
peternakan dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten
Tulungagung tahun 2015.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel yang diambil yaitu sektor peternakan di kabupaten
Tulungagung dengan unit penelitian kecamatan di Kabupaten
Tulungagung Jawa Timur.

Gambar 3.1 Wilayah Kabupaten Tulungagung

11
12

Tabel 3.1 Variabel Penelitian


Jenis Ternak Variabel Satuan
Jumlah ternak sapi ( X1 ) Ekor
Ternak Besar
Jumlah ternak kambing ( X2 ) Ekor
dan Kecil
Jumlah ternak domba ( X3 ) Ekor
Jumlah ternak burung puyuh ( X4 ) Ekor
Jumlah ternak burung dara ( X5 ) Ekor
Jumlah ternak ayam kampung ( X6 ) Ekor
Ternak
Jumlah ternak ayam ras ( X7 ) Ekor
Unggas
Jumlah ternak ayam pedaging ( X8 ) Ekor
Jumlah ternak itik ( X9 ) Ekor
Jumlah Ternak Mentok ( X10 ) Ekor

3.3 Langkah Analisis


Langkah analisis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengumpulkan data data jumlah peternakan setiap
kecamatan di kabupaten Tulunggung tahun 2015.
2. Menganalisis karakteristik data jumlah peternakan di
kabupaten Tulunggung tahun 2015.
3. Mengelompokkan kecamatan berdasarkan jumlah
peternakan setiap kecamatan di kabupaten Tulungagung
tahun 2015.
4. Menentukan Kelompok Terbaik
5. Menginterpretasikan hasil analisis.
6. Menyimpulkan hasil analisis.
13

3.4 Diagram Alir Penelitian


Berikut ini adalah diagram alir penelitian yang ditampilkan
pada Gambar 3.2.

Mulai

Memasukkan Data

Analisis Deskriptif

Analisis Klaster

Menghitung Pseudo F

Uji Mann Whitney

Kesimpulan

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


14

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas hasil pengolahan data pemetaan


kecamatan berdasarkan potensi peternakan di Kabupaten
Tulungagung. Pembahasan dimulai dengan melihat karakteristik
data peternakan yang meliputi ternak besar dan ternak unggas
disetiap kecamatanya kemudian akan dilakukan analisis klaster
dengan metode ward’s.

4.1 Karakteristik Peternakan di Kabupaten Tulungagung


Kabupaten Tulungagung memiliki 19 kecamatan dengan
beragam karakteristik peternakan daerah yang berbeda-beda.
Berikut adalah karakteristik data peternakan yang meliputi ternak
besar dan ternak kecil disetiap kecamatan di Kabupaten
Tulungagung.

4.1.1 Karakteristik Data Ternak Besar dan Kecil


Karakteristik data jumlah ternak besar dan kecil yang
meliputi ternak sapi, kambing, dan domba setiap kecamatan di
Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Karakteristik jumlah data ternak disetiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Tulungagung. Persebaran jumlah ternak besar seperti
sapi, kambing, dan domba yang berbeda antara kecamatan satu
dengan kecamatan yang lain. Berdasarkan histogram dapat dilihat
ternak sapi di kabupaten Tulungagung tahun 2015 berjumlah
104.824 ekor, rata-rata ternak 5.517,05 ekor.

15
16

Gambar 4.1 Karakteristik Ternak Besar dan Kecil


17

Populasi ternak sapi paling besar bearada di kecamatan


Ngantru berjumlah 11.368 ekor sapi sedangkan yang paling
sedikit berada di kecamatan Tulungagung berjumlah 307 ekor
sapi. Jumlah ternak kambing merupakan jenis ternak besar yang
memiliki jumlah terbanyak di Kabupaten Tulungagung yaitu
sebesar 185.936 ekor, dengan rata-rata 9.786,11 ekor. Populasi
ternak kambing paling besar berada di Kecamatan Ngunut
berjumlah 18.598 ekor kambing, sedangkan paling kecil berada di
kecamatan Tulungagung berjumlah 1.684 ekor kambing. Jumlah
ternak domba di Kabupaten Tulungagung sebesar 5.183 ekor
dengan rata-rata sebesar 272,79 ekor. Populasi ternak domba
terbesar berada di Kecamatan Sendang berjumlah 1.187 ekor
sedangakan paling kecil berada di kecamatan Tulungagung
berjumlah 22 ekor domba. Setiap kecamatan memiliki hasil ternak
yang berbeda-beda jumlahnya hal ini bisa dikarenakan faktor letak
geografis setiap kecamatan yang berbeda pula. Persebaran
populasi ternak sapi, kambing, dan domba di setiap kecamatan
yang ada di Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada pemetaan
gambar 4.2, 4.3, dan 4.4.
Pemetaan ternak sapi menurut jumlah populasinya pada
setiap kecamatan di kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada
Gambar 4.2
18

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.2 Karakteristik Ternak Sapi


Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat persebaran ternak
sapi di Kabupaten Tulungagung setiap kecamatan berbeda-beda
jumlahnya. Kecamatan yang memiliki ternak sapi yang cukup
besar jumlahnya berada di kecamatan Ngantru berjumlah 11.368
ekor, Kecamatan Sumbergempol berjumlah 10.842 ekor, dan
Kecamatan Rejotangan berjumlah 9.655 ekor sapi sedangkan
Jumlah ternak sapi yang jumlahnya kecil berada di Kecamatan
Tulungagung berjumlah 307 ekor sapi.
Pemetaan ternak kambing menurut jumlah populasinya
pada setiap kecamatan di kabupaten Tulungagung dapat dilihat
pada Gambar 4.3
19

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.3 Karakteristik Ternak Kambing


Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat persebaran ternak
kambing di Kabupaten Tulungagung setiap kecamatan berbeda-
beda jumlahnya. Kecamatan yang memiliki ternak kambing paling
tinggi jumlahnya berada di kecamatan Ngunut berjumlah 18.598
ekor, Kecamatan Kalidawir berjumlah 17.721 ekor, dan
Kecamatan Rejotangan berjumlah 17.580 ekor kambing
sedangkan Jumlah ternak kambing yang jumlahnya kecil berada di
Kecamatan Tulungagung berjumlah 1.684 ekor dan Kecamatan
Kauman berjumlah 3.038 ekor kambing.
Pemetaan ternak domba menurut jumlah populasinya pada
setiap kecamatan di kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada
Gambar 4.4
20

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.4 Karakteristik Data Ternak Domba


Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat persebaran ternak
domba di Kabupaten Tulungagung setiap kecamatan berbeda-beda
jumlahnya. Kecamatan yang memiliki ternak domba paling tinggi
jumlahnya berada dikecamatan Sendang berjumlah 1.187 ekor
domba, sedangkan Jumlah ternak domba yang jumlahnya paling
kecil berada di Kecamatan Tulungagung berjumlah 22 ekor
domba.

4.1.2 Karakteristik Data Ternak Unggas


Karakteristik data Populasi jumlah ternak unggas meliputi
Burung Puyuh, Burung Dara, Ayam Kampung, Ayam Ras, Ayam
Pedagimg, Itik, dan Mentok setiap kecamatan di Kabupaten
Tulungagung dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Karakteristik Ternak Unggas
21
22

Gambar 4.5 menunjukkan karakteristik jumlah data ternak unggas


disetiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung.
Berdasarkan histogram dapat dilihat jumlah ternak jenis unggas
seperti burung puyuh, burung dara, ayam kampung, ayam ras,
ayam pedaging, itik, dan mentok yang ada di Kabupaten
Tulungagung tahun 2015. Populasi ternak burung puyuh paling
besar bearada di kecamatan Rejotangan berjumlah 207.214 ekor
sedangkan yang paling kecil berada di kecamatan
Tanggunggunung berjumlah 850 ekor. Populasi ternak burung
dara paling besar bearada di kecamatan Rejotangan berjumlah
3.044 ekor sedangkan yang paling kecil berada di kecamatan
Tanggunggunung berjumlah 185 ekor. Populasi ternak ayam
kampung paling besar bearada di kecamatan Rejotangan
berjumlah 927.896 ekor sedangkan yang paling kecil berada di
kecamatan Tulungagung berjumlah 32.261 ekor. Populasi ternak
ayam ras dara paling besar bearada di kecamatan Rejotangan
berjumlah 1.218.057 ekor sedangkan yang paling kecil berada di
kecamatan Pagerwojo. Populasi ternak ayam pedaging paling
besar bearada di kecamatan Ngantru berjumlah 747.500 ekor
sedangkan yang paling kecil berada di kecamatan Tulungagung
berjumlah 1.800 ekor. Populasi ternak itik paling besar bearada di
kecamatan Pakel berjumlah 73.995 ekor sedangkan yang paling
kecil berada di kecamatan Tanggunggunung berjumlah 556 ekor.
Populasi ternak mentok paling besar bearada di kecamatan
Bandung berjumlah 15.182 ekor sedangkan yang paling kecil
berada di kecamatan Tanggunggunung berjumlah 698 ekor.
Setiap kecamatan memiliki hasil ternak unggas yang
berbeda-beda. Persebaran populasi ternak unggas Burung Puyuh,
Burung Dara, Ayam Kampung, Ayam Ras, Ayam Pedagimg, Itik,
dan Mentok di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten
Tulungagung dapat dilihat pada pemetaan Gambar 4.6, 4.7, 4.8,
4.9, 4.10, 4.11, dan 4.12.
23

Berikut adalah pemetaan ternak burung puyuh setiap


kecamatan di Kabupaten Tulungagung.

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.6 Karakteristik Ternak Burung Puyuh

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat persebaran ternak


unggas burung puyuh di Kabupaten Tulungagung setiap
kecamatan berbeda-beda jumlahnya. Kecamatan yang memiliki
ternak jenis burung puyuh paling tinggi jumlahnya berada
dikecamatan Rejotangan berjumlah 207.214 ekor burung puyuh,
sedangkan Jumlah ternak burung puyuh yang jumlahnya kecil
berada di Kecamatan Tanggunggunung berjumlah 850 ekor
burung puyuh.
Berikut adalah pemetaan ternak burung dara setiap
kecamatan di Kabupaten Tulungagung.
24

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.7 Karakteristik Ternak Burung Dara


Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat persebaran ternak
burung dara di Kabupaten Tulungagung setiap kecamatan yang
berbeda-beda jumlahnya. Kecamatan yang memiliki ternak
burung dara paling tinggi jumlahnya berada di kecamatan
Rejotangan berjumlah 3.044 ekor burung dara kemudian di
kecamatan Boyolangu berjumlah 2.430 ekor burung dara,
sedangkan Jumlah ternak burung dara yang jumlahnya kecil
berada di Kecamatan Tanggunggunung berjumlah 185 ekor
burung dara dan kecamatan Sendang berjumlah 292 ekor burung
dara.
Berikut adalah pemetaan ternak ayam kampung setiap
kecamatan di Kabupaten Tulungagung.
25

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.8 Karakteristik Ternak Ayam Kampung


Berdasarkan Gambar 4.8 dapat dilihat persebaran ternak
unggas jenis Ayam Kampung di Kabupaten Tulungagung setiap
kecamatan yang berbeda-beda jumlahnya. Kecamatan yang
memiliki ternak ayam kampung paling tinggi jumlahnya berada
dikecamatan Rejotangan dengan 927.896 ekor ayam kampung,
sedangkan Jumlah ternak ayam kampung yang jumlahnya kecil
berada di Kecamatan Tulungagung dengan 32.261 ekor ayam
kampung dan kecamatan Karangrejo dengan 72.656 ekor ayam
kampung.
Berikut adalah pemetaan ternak ayam ras setiap kecamatan
di Kabupaten Tulungagung.
26

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.9 Karakteristik Ternak Ayam Ras


Berdasarkan Gambar 4.9 dapat dilihat persebaran ternak
unggas jenis ayam ras di Kabupaten Tulungagung setiap
kecamatan yang berbeda-beda. Kecamatan yang memiliki ternak
ayam ras paling tinggi jumlahnya berada di kecamatan Rejotangan
berjumlah 1.218.057 ekor ayam ras, sedangkan Jumlah ternak
ayam ras yang jumlahnya kecil berada di Kecamatan
Tanggunggunung, Campurdarat, Pakel, Tulungagung, Gondang,
Kauman, Pagerwojo, dan Sendang.
Berikut adalah pemetaan ternak ayam pedaging setiap
kecamatan di Kabupaten Tulungagung.
27

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.10 Karakteristik Ternak Ayam Pedaging


Berdasarkan Gambar 4.10 dapat dilihat persebaran ternak
unggas jenis ayam pedaging di Kabupaten Tulungagung setiap
kecamatan yang berbeda-beda. Kecamatan yang memiliki ternak
ayam pedaging paling tinggi jumlahnya berada dikecamatan
Ngantru berjumlah 747.500 ekor ayam pedaging dan kecamatan
Karangrejo berjumlah 524.565 ekor ayam pedaging, sedangkan
Jumlah ternak ayam pedaging yang digolongkan jumlahnya kecil
berada di Kecamatan Tulungagung berjumlah 217 ekor ayam
pedaging dan Kecamatan Kauman berjumlah 16.250 ekor ayam
pedaging.
Berikut adalah pemetaan ternak itik setiap kecamatan di
Kabupaten Tulungagung.
28

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.11 Karakteristik Ternak Itik


Berdasarkan Gambar 4.11 dapat dilihat persebaran ternak
unggas jenis itik di Kabupaten Tulungagung setiap kecamatan
yang berbeda-beda. Kecamatan yang memiliki ternak itik paling
tinggi jumlahnya berada di kecamatan Pakel berjumlah 73.995
ekor itik, sedangkan Jumlah ternak itik yang digolongkan
jumlahnya kecil berada di Kecamatan Tanggunggunung,
Pucanglaban, Tulungagung, Kedungwaru, Pagerwojo, dan
Sendang.
Berikut adalah pemetaan ternak mentok setiap kecamatan di
Kabupaten Tulungagung.
29

ekor
ekor
ekor
ekor
ekor

Gambar 4.12 Karakteristik Ternak Mentok


Berdasarkan Gambar 4.12 dapat dilihat persebaran ternak
unggas jenis mentok di Kabupaten Tulungagung setiap kecamatan
yang berbeda-beda. Kecamatan yang memiliki ternak mentok
paling tinggi jumlahnya berada di kecamatan Bandung berjumlah
15.182 ekor mentok, sedangkan Jumlah ternak mentok yang
digolongkan jumlahnya kecil berada di Kecamatan
Tanggunggunung, Pucanglaban, Tulungagung, Pagerwojo, dan
Sendang.
30

4.2 Pengelompokan Kecamatan Berdasarkan Potensi


Ternak Besar
Pengelompokan ternak besar setiap kecamatan Kabupaten
Tulungagung yang terbentuk merupakan gambaran karakteristik
yang membentuk pola penyebaran. Pengelompokkan kecamatan
akan menggunakan metode ward’s dimana metode tersebut adalah
untuk meminimumkan varians dalam kelompok.
Pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada dendogram di
Gambar 4.13

Gambar 4.13 Dendogram Kelompok Wilayah Ternak Besar dan Kecil


Berdasarkan gambar 4.13 dapat diketahui dendogram
pengelompokan wilayah kecamatan di Kabupaten Tulungagung
31

berdasarkan potensi ternak besar dan kecil. Untuk mengetahui


jumlah klaster yang optimum berbeda satu klaster dengan klaster
yang lain dalam melakukan pengelompokan harus memperhatikan
manakah kelompok yang memiliki nilai Pseudo-F yang paling
besar. Berikut adalah perhitungan nilai Pseudo-F yang telah
dilakukan pada cluster yang beranggotakan 2 hingga 4 kelompok.
Tabel 4.1 Pseudo-F Kelompok Ternak Besar dan Kecil

Jumlah Kelompok Pseudo-F


2 Kelompok 25,4266
3 Kelompok 23,0249
4 Kelompok 35,9742
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui hasil perhitungan
nilai Pseudo-F dari ketiga kelompok yang paling optimum. Nilai
Pseudo F paling besar ditunjukkan pada claster yang
beranggotakan 4 kelompok yaitu sebesar 35,9741. Sehingga
jumlah kelompok yang paling optimum pada pengelompokan
potensi ternak besar di Kabupaten Tulungagung adalah sebanyak
4 kelompok.
Berikut adalah peta tematik hasil pengelompokan potensi
ternak besar dan kecil yang meliputi jenis ternak sapi, kambing,
dan domba pada setiap kecamatan yang ada di Kabupaten
Tulungagung.
32

Gambar 4.14 Peta Penyebaran Kelompok Ternak Besar dan Kecil


Untuk mengetahui karakteristik setiap kelompok yang
sudah terbentuk, peneliti mencari perbedaan setiap kelompok
dengan menggunakan uji Man Whiteney dari setiap variabel dari
kelompok yang terbentuk. Berikut adalah hasil uji Man Whiteney
dari setiap kelompok yang terbentuk.

a. Pengujian Antar Kelompok untuk Ternak Sapi


Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
33

Taraf signifikan α = 10%


Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang Terbentuk pada Ternak


Sapi
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,0127) < 0,1 sehingga dapat
0,0127
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kelompok 1
Populasi kel 2 tidak sama dengan kelompok 2
2 Ho : Populasi kel 1 = Tolak H0 karena P-value
Populasi kel 3 (0,0127) < 0,1, sehingga dapat
0,0127
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kelompok 1
Populasi kel 3 tidak sama dengan kelompok 3
3 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,1388) > 0,1, sehingga dapat
0,1388
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
4 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 3 (0,3827) > 0,1, sehingga dapat
0,3827
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 3 kelompok adalah identik.
5 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,1489) > 0,1, sehingga dapat
0,1489
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
6 Ho : Populasi kel 3 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,1489) > 0,1, sehingga dapat
0,1489
H1 : Populasi kel 3 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat pengujian antar


kelompok diperoleh keputusan gagal tolak H0 Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki beda dengan kelompok yang lain. Pada kelompok 1 dan
2 serta kelompok 1 dan 3 diperoleh keputusan Tolak H0 sehingga
dapat disimpulkan dari kelompok ini memilik perbedaan.
34

b. Pengujian Antar Kelompok untuk Ternak kambing


Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
Taraf signifikan α = 10%
Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang Terbentuk pada Ternak
Kambing
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,0127) < 0,1 sehingga dapat
0,0127
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kelompok 1
Populasi kel 2 tidak sama dengan kelompok 2
2 Ho : Populasi kel 1 = Tolak H0 karena P-value
Populasi kel 3 (0,0868) < 0,1, sehingga dapat
0,0868
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kelompok 1
Populasi kel 3 tidak sama dengan kelompok 3
3 Ho : Populasi kel 1 = Tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,0127) < 0,1, sehingga dapat
0,0127
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kelompok 1
Populasi kel 4 tidak sama dengan kelompok 4
4 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 3 (0,1489) > 0,1, sehingga dapat
0,1489
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 3 kelompok adalah identik.
5 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,1489) > 0,1, sehingga dapat
0,1489
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
6 Ho : Populasi kel 3 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,1489) > 0,1, sehingga dapat
0,1489
H1 : Populasi kel 3 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat pengujian antar


kelompok diperoleh keputusan gagal tolak H0 Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki beda dengan kelompok yang lain. Pada kelompok 1 dan
35

2, kelompok 1 dan 3, serta kelompok 1 dan 4 diperoleh keputusan


Tolak H0 sehingga dapat disimpulkan dari kelompok ini memilik
perbedaan.

c. Pengujian antar kelompok untuk ternak domba


Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
Taraf signifikan α = 10%
Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang Terbentuk pada Ternak
Domba
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,8763) > 0,1 sehingga dapat
0,8763
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 2 kelompok adalah identik.
2 Ho : Populasi kel 1 = Tolak H0 karena P-value (1,00)
Populasi kel 3 > 0,1, sehingga dapat
1,00
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 3 kelompok adalah identik.
3 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,4897) > 0,1, sehingga dapat
0,4897
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
4 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 3 (1,00) > 0,1, sehingga dapat
1,00
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 3 kelompok adalah identik.
5 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (1,00) > 0,1, sehingga dapat
1,00
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
6 Ho : Populasi kel 3 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,1489) > 0,1, sehingga dapat
0,7728
H1 : Populasi kel 3 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
36

Berdasarkan pengujian pada Tabel 4.2, 4.3, dan 4.4 dapat


dilihat keputusan yang diperoleh dari Uji Mann Whiteney
kelompok 1 vs. 2 dan 1 vs. 3 pada jenis ternak sapi adalah tolak
H0, kemudian juga pada jenis ternak kambing kelompok 1 vs. 2 , 1
vs. 3 , dan 1 vs. 4 juga diperoleh keputusan tolak H0 sehingga pada
kelompok ini dapat disimpulkan jika data pertama yang diamati
lebih besar dari data kedua yang diamati. Hal ini dapat
diindikasikan jika kelompok 2 meliputi Kalidawir, Rejotangan,
dan Ngunut serta kelompok 3 yang meliputi kecamatan
Sumbergempol, Ngantru, dan Sendang merupakan kecamatan
yang dominan terhadap ternak jenis sapi dan kambing. Pada
kelompok 1 dan 4 dinilai dominan pada ternak domba karena pada
semua kecamatan tersebut menyebar secara merata.

4.3 Pengelompokan Kecamatan Berdasarkan Potensi


Ternak Unggas
Pengelompokan ternak unggas setiap kecamatan di
Kabupaten Tulungagung yang terbentuk merupakan gambaran
karakteristik yang membentuk pola penyebaran. Pengelompokkan
kecamatan akan menggunakan metode ward’s dimana metode
tersebut adalah untuk meminimumkan varians dalam kelompok.
Pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada dendogram di
Gambar 4.15. Berdasarkan Gambar 4.15 dapat diketahui
dendogram pengelompokan wilayah kecamatan di Kabupaten
Tulungagung berdasarkan potensi ternak unggas. Untuk
mengetahui jumlah cluster yang optimum berbeda satu cluster
dengan cluster yang lain dalam melakukan pengelompokan harus
memperhatikan manakah kelompok yang memiliki nilai Pseudo-F
yang paling besar. Berikut adalah perhitungan nilai Pseudo-F
yang telah dilakukan pada cluster yang beranggotakan 2
kelompok hingga 4 kelompok.
37

Gambar 4.15 Dendogram Wilayah Ternak Unggas

Untuk menentukan jumlah kelompok terbaik digunakan


nilai Pseudo F yang hasilnya diberikan pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Nilai Pseudo F Kelompok Ternak Unggas
Jumlah Kelompok Pseudo-F
2 Kelompok 41,0275
3 Kelompok 38,0996
4 Kelompok 52,7093
38

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai Pseudo


F paling besar ditunjukkan pada cluster yang beranggotakan 4
kelompok yaitu sebesar 52,7093. Sehingga jumlah kelompok yang
paling optimum pada pengelompokan potensi ternak unggas di
Kabupaten Tulungagung adalah sebanyak 4 kelompok. Berikut
peta tematik hasil pengelompokan potensi dari ternak unggas

Gambar 4.16 Peta Penyebaran Kelompok Ternak Unggas


Berdasarkan Gambar 4.16 terbentuk empat kelompok yang
terdiri dari Kelompok 1 meliputi kecamatan Besuki, Kalidawir,
Pucanglaban, Ngunut, Sumbergempol, dan kedungwaru.
Kelompok 2 meliputi Kecamatan Bandung, Pakel, Campurdarat,
Tanggunggunung, Boyolangu, Tulungagung, Kauman, Gondang,
Pagerwojo, dan Sendang. Kelompok 3 meliputi Kecamatan
Rejotangan. Kemudian kelompok 4 meliputi Kecamatan
Karangrejo dan Ngantru.
39

Untuk mengetahui karakteristik setiap kelompok yang


sudah terbentuk, peneliti mencari perbedaan setiap kelompok
dengan menggunakan uji Man Whiteney dari setiap variabel dari
kelompok yang terbentuk. Berikut adalah hasil uji Man Whiteney
dari setiap kelompok yang terbentuk.

a. Pengujian antar kelompok untuk ternak jenis burung


puyuh
Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 5 ; j = 1, 2, 3, 4
Taraf signifikan α = 10%
Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang Terbentuk pada Ternak
Burung Puyuh
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,1158) > 0,1 sehingga dapat
0,1158
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 2 kelompok adalah identik.
2 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,4047) > 0,1, sehingga dapat
0,4047
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
3 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (1,00) > 0,1, sehingga dapat
1,00
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
Pada kelompok 3 karena hanya terdiri dari 1 wilayah maka
kelompok ini diabaikan dalam pengujiannya. Adapun yang
dilakukan pengujian hanya pada kelompok 1, 2, dan 4.
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat pengujian antar
kelompok diperoleh keputusan gagal tolak H0 Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki beda dengan kelompok yang lainnya baik kelompok 1,
kelompok 2, dan kelompok 4.
40

b. Pengujian antar Kelompok untuk Ternak Jenis Burung


Dara
Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
Taraf signifikan α = 10%
Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α
Tabel 4.7 Hasil Pengujian kelompok-kelompok yang terbentuk pada ternak
burung dara
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,4048) > 0,1 sehingga dapat
0,4048
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 2 kelompok adalah identik.
2 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,6171) > 0,1, sehingga dapat
0,6171
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
3 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,9145) > 0,1, sehingga dapat
0,9145
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.

Pada kelompok 3 karena hanya terdiri dari 1 wilayah maka


kelompok ini diabaikan dalam pengujiannya. Adapun yang
dilakukan pengujian hanya pada kelompok 1, 2, dan 4.
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat hasil pengujian antar
kelompok yang diperoleh keputusan gagal tolak H0 . Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya.

c. Pengujian antar kelompok untuk ternak jenis ayam


kampung
Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
41

Taraf signifikan α = 10%


Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang Terbentuk pada Ternak


Ayam Kampung
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,1752) > 0,1 sehingga dapat
0,1752
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 2 kelompok adalah identik.
2 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (1,00) > 0,1, sehingga dapat
1,00
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
3 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,9145) > 0,1, sehingga dapat
0,9145
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.

Pada kelompok 3 karena hanya terdiri dari 1 wilayah maka


kelompok ini diabaikan dalam pengujiannya. Adapun yang
dilakukan pengujian hanya pada kelompok 1, 2, dan 4.
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat pengujian antar
kelompok diperoleh keputusan gagal tolak H0 Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki beda dengan kelompok yang lainnya baik kelompok 1,
kelompok 2, dan kelompok 4.

d. Pengujian antar Kelompok untuk Ternak jenis Ayam


Pedaging
Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
Taraf signifikan α = 10%
Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α
42

Tabel 4.9 Hasil Pengujian kelompok-kelompok yang terbentuk pada ternak


Ayam Pedaging
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,4048) > 0,1 sehingga dapat
0,4048
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 2 kelompok adalah identik.
2 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,6171) > 0,1, sehingga dapat
0,6171
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
3 Ho : Populasi kel 2 = Tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,0813) > 0,1, ehingga dapat
0,0813
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kelompok 2
Populasi kel 4 tidak sama dengan kelompok 4

Pada kelompok 3 karena hanya terdiri dari 1 wilayah maka


kelompok ini diabaikan dalam pengujiannya. Adapun yang
dilakukan pengujian hanya pada kelompok 1, 2, dan 4.
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat pengujian antar
kelompok diperoleh keputusan gagal tolak H0 Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki beda dengan kelompok yang lain. Pada kelompok ke-2
dan ke-4 diperoleh keputusan Tolak H0 sehingga diindikasikan
dari kedua kelompok ini memilik perbedaan.

e. Pengujian antar Kelompok untuk Ternak Jenis Ayam Ras


Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
Taraf signifikan α = 10%

Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α


43

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang Terbentuk pada Ternak


Ayam Ras
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,1004) > 0,1 sehingga dapat
0,1004
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 2 kelompok adalah identik.
2 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,6171) > 0,1, sehingga dapat
H1 : Populasi kel 1 ≠ 0,6171 disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.

3 Ho : Populasi kel 2 = Tolak H0 karena P-value


Populasi kel 4 (0,0413) > 0,1, ehingga dapat
0,0413
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kelompok 2
Populasi kel 4 tidak sama dengan kelompok 4

Pada kelompok 3 karena hanya terdiri dari 1 wilayah maka


kelompok ini diabaikan dalam pengujiannya. Adapun yang
dilakukan pengujian hanya pada kelompok 1, 2, dan 4.
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat pengujian antar
kelompok diperoleh keputusan gagal tolak H0 Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki beda dengan kelompok yang lain. Pada kelompok 2 dan
4 diperoleh keputusan Tolak H0 sehingga dapat disimpulkan dari
kedua kelompok ini memilik perbedaan.

f. Pengujian antar kelompok untuk ternak jenis itik


Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
Taraf signifikan α = 10%
Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α
44

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Kelompok-kelompok yang Terbentuk pada Ternak


Itik
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,9567) > 0,1 sehingga dapat
0,9567
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 2 kelompok adalah identik.
2 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,6171) > 0,1, sehingga dapat
0,6171
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
3 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,7473) > 0,1, sehingga dapat
0,7473
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.

Pada kelompok 3 karena hanya terdiri dari 1 wilayah maka


kelompok ini diabaikan dalam pengujiannya. Adapun yang
dilakukan pengujian hanya pada kelompok 1, 2, dan 4.
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat pengujian antar
kelompok diperoleh keputusan gagal tolak H0 Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki beda dengan kelompok yang lainnya baik kelompok 1,
kelompok 2, dan kelompok 4.

g. Pengujian Antar Kelompok untuk Ternak Jenis Mentok


Hipotesis :
H0 : Populasi kedua kelompok yang diamati identik
H1 : Nilai-nilai kelompok ke-i tidak sama dengan dari kelompok
ke-j ; i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4
Taraf signifikan α = 10%
Daerah kritis : Tolak H0 jika t  t  2 , df atau P-value < α
45

Tabel 4.12 Hasil Pengujian kelompok-kelompok yang terbentuk pada Ternak


Mentok
No. Hipotesis P-value Keputusan
1. Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 2 (0,4159) > 0,1 sehingga dapat
0,4159
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 2 kelompok adalah identik.
2 Ho : Populasi kel 1 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,6171) > 0,1, sehingga dapat
0,6171
H1 : Populasi kel 1 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.
3 Ho : Populasi kel 2 = Gagal tolak H0 karena P-value
Populasi kel 4 (0,9145) > 0,1, sehingga dapat
0,9145
H1 : Populasi kel 2 ≠ disimpulkan nilai kedua
Populasi kel 4 kelompok adalah identik.

Pada kelompok 3 karena hanya terdiri dari 1 wilayah maka


kelompok ini diabaikan dalam pengujiannya. Adapun yang
dilakukan pengujian hanya pada kelompok 1, 2, dan 4.
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat pengujian antar
kelompok diperoleh keputusan gagal tolak H0 Hal ini dapat
diindikasikan jika pada kelompok-kelompok tersebut tidak
memiliki beda dengan kelompok yang lainnya baik kelompok 1,
kelompok 2, dan kelompok 4.
Pengujian Mann Whitney dapat dilihat keputusan yang
diperoleh dari Uji Mann Whiteney kelompok 2 vs. 4 pada jenis
unggas ayam pedaging adalah tolak H0, kemudian juga pada ayam
ras pada kelompok 2 vs. 4 juga diperoleh keputusan tolak H0
sehingga pada kelompok ini dapat disimpulkan jika kelompok 2
tidak sama dengan kelompok 4. Hal ini dapat diindikasikan jika
pada kelompok 4 meliputi kecamatan Ngantru dan Karangrejo
merupakan kecamatan yang dominan terhadap ternak unggas jenis
ayam ras dan ayam pedaging. Pada kelompok 1, 2, dan 3 dinilai
dominan pada ternak unggas jenis burung puyuh, burung dara,
ayam kampung, itik, dan mentok karena pada semua kecamatan
tersebut menyebar secara merata.
46

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kabupaten Tulungagung memiliki 19 kecamatan yang
memiliki potensi ternak yang berbeda-beda baik ternak
besar maupun ternak unggas. Populasi ternak besar paling
tinggi populasinya berada di kecamatan Ngantru, Ngunut,
dan Sendang. Populasi paling kecil berada di kecamatan
Tulungagung dan Ngunut. Populasi ternak unggas paling
besar berada di kecamatan Rejotangan, Ngantru, Pakel, dan
Bandung. Sedangkan populasi unggas paling kecil berada
di kecamatan Tanggunggunung, Tulungagung, dan
Pagerwojo
2. Pengelompokan potensi ternak besar di Kabupaten
Tulungagung yang meliputi ternak sapi, kambing, dan
domba menggunakan analisis klaster terbentuk empat
kelompok yang terdiri dari kelompok 2 meliputi Kalidawir,
Rejotangan, dan Ngunut serta kelompok 3 yang meliputi
kecamatan Sumbergempol, Ngantru, dan Sendang
merupakan kecamatan yang dominan terhadap ternak jenis
sapi dan kambing.
3. Pengelompokan potensi ternak unggas di Kabupaten
Tulungagung yang meliputi ternak burung puyuh, burung
dara, ayam kampung, ayam ras, ayam pedaging, itik, dan
mentok menggunakan analisis klaster terbentuk empat
kelompok yang terdiri dari kelompok 4 meliputi kecamatan
Ngantru dan Karangrejo merupakan kecamatan yang
dominan terhadap ternak unggas jenis ayam ras dan ayam
pedaging.

47
48

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengelompokan potensi hasil peternakan
di Kabuten Tulungagung sangat perlu mendapat perhatian dan
pengelolaan khusus dari pemerintah daerah terutama daerah yang
memiliki potensi besar terhadap hasil ternaknya. Daerah seperti
Kecamatan Kalidawir, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol,
Ngantru dan Sendang merupakan kecamatan yang dominan pada
ternak sapi dan kambing. Sedangkan ternak unggas Kecamatan
Karangrejo, dan Ngantru merupakan kecamatan yang dominan
pada ternak unggas ayam pedaging dan ayam ras. Sehingga
sangat berpotensi jika dikembangkan potensi peternakannya dari
setiap kecamatan yang ada melalui hasil ternak yang paling
potensial. Selain itu pula diharapkan kabupaten Tulungagung bisa
menjadi salah satu kabupaten swasembada hasil ternak terbesar di
Indonesia bahkan dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, 2015, Pemetaan kecamatan di kabupaten Lamongan


berdasarkan Potensi Sektor Pertanian tahun 2013
menggunakan Analisis Klaster, Tugas Akhir, Surabaya :
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung, 2015,
Tulungagung dalam angka, Tulungagung : BPS.
Daniel, W.W. 1989. Statistika Nonparametrik Terapan. Jakarta :
PT Gramedia.
Fanandri, Alfin 2016, Pengelompokan Propinsi di Indonesia
Berdasarkan Hasil Produksi Pertanian dan Peternakan
untuk Medukung Ketahanan Pangan Nasional, Tugas
Akhir, Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Iskandar, L. 2009. Geografi 2 : Kelas XI SMA dan MA. Jakarta.
PT. Remaja Rosdakarya
Johnson, R.A & Wichern, D.W. (2007). Applied Multivariate
Statistical Analysis 6th Edition. Prentice Hall. United States
of America.
Orpin & Kostylev, 2006, Towards a Statistically valid method of
textural sea floor characterization of benthic habitats.
Marine Geology
Pratama, Aji 2015, Pemetaan Potensi sektor Pertanian pangan
kabupaten atau kota di Jawa Timur 2013 dengan analisis
klaster metode ward’s, Tugas Akhir, Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Walpole, Ronald E. 1998. Pengantar Metode Statistika. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.

49
50

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Jumlah Ternak Besar dan Kecil setiap


Kecamatan di Kabupaten Tulungagung
No. Kecamatan Sapi Kambing Domba
1 Besuki 2053 9769 81
2 Bandung 1902 10608 221
3 Pakel 3241 7380 394
4 Campurdarat 4161 7932 382
5 Tanggunggunung 4496 9557 85
6 Kalidawir 8752 17721 154
7 Pucanglaban 2367 6965 83
8 Rejotangan 9655 17590 171
9 Ngunut 7644 18598 365
10 Sumbergempol 10842 12242 66
11 Boyolangu 4988 10027 77
12 Tulungagung 307 1684 22
13 Kedungwaru 5892 8889 311
14 Ngantru 11368 8887 189
15 Karangrejo 5422 5759 390
16 Kauman 2526 3038 365
17 Gondang 5819 8509 172
18 Pagerwojo 5553 8658 468
19 Sendang 7836 12123 1187

51
52

Lampiran 2 Data Jumlah Ternak Unggas setiap Kecamatan di


Kabupaten Tulungagung
Burung Ayam
No. Kecamatan Burung Puyuh
Dara Kampung
1 Besuki 15170 372 157325
2 Bandung 14660 1170 215563
3 Pakel 5700 469 222110
4 Campurdarat 6550 1350 140728
5 Tanggunggunung 850 185 130300
6 Kalidawir 38200 688 262367
7 Pucanglaban 24550 541 179575
8 Rejotangan 207214 3044 927896
9 Ngunut 76900 1370 117593
10 Sumbergempol 34950 1875 154150
11 Boyolangu 19700 2430 116156
12 Tulungagung 4700 1375 32261
13 Kedungwaru 30640 1495 255370
14 Ngantru 33700 1483 309707
15 Karangrejo 5550 363 72656
16 Kauman 37000 839 121675
17 Gondang 46652 581 145381
18 Pagerwojo 5400 386 119617
53

Lanjutan Lampiran 2 Data Jumlah Ternak Unggas setiap


Kecamatan di Kabupaten Tulungagung
Ayam Ayam
No. Kecamatan Itik Mentok
Ras Pedaging
1 Besuki 206050 12650 39520 2886
2 Bandung 53386 17375 49199 15182
3 Pakel 7969 11100 73995 7152
4 Campurdarat 7885 38300 28353 2772
5 Tanggunggunung 30141 147500 556 698
6 Kalidawir 350137 101600 49006 10190
7 Pucanglaban 161072 61475 4459 988
8 Rejotangan 1218057 105000 51279 5430
9 Ngunut 615255 168500 18865 6622
10 Sumbergempol 483257 160275 11165 8529
11 Boyolangu 56174 66000 14287 4466
12 Tulungagung 217 1800 4221 1007
13 Kedungwaru 260091 162350 3473 1588
14 Ngantru 459010 747500 12259 2459
15 Karangrejo 63330 524565 46848 1611
16 Kauman 5379 16250 36040 1743
17 Gondang 12764 218000 34530 4876
18 Pagerwojo 0 50000 4250 857
54

Lampiran 3 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar Kecamatan Ternak


Besar dan Kecil
Squared Euclidean Distance
Case 4:Campur
1:Besuki 2:Bandung 3:Pakel
darat
1:Besuki 0 746322 7216634 7908834
2:Bandung 746322 0 12242834 12289978
3:Pakel 7216634 12242834 0 1151248
4:Campurdarat 7908834 12289978 1151248 0
5:Tanggunggunung 6013209 7851933 6409835 2841059
6:Kalidawir 108116234 97521758 137365002 116953786
7:Pucanglaban 7961016 13506718 1032822 4242926
8:Rejotangan 118966545 108859833 145433225 123505521
9:Ngunut 109291178 96831400 145230774 125895134
10:Sumbergempol 83362475 82617581 81521829 63311717
11:Boyolangu 8680805 9881693 10159107 5165979
12:Tulungagung 68419222 82221402 41191156 54020420
13:Kedungwaru 15565221 18883161 9311771 3917251
14:Ngantru 87558813 92568021 68361203 52890123
15:Karangrejo 27525742 35931762 7384418 6312114
16:Kauman 45610746 57715012 19365030 26624750
17:Gondang 15778637 19751091 7970009 3125993
18:Pagerwojo 13634090 17193310 6984104 2472136
19:Sendang 40207641 38440737 44238923 31718131
55

Lanjutan Lampiran 3 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Besar dan Kecil
Squared Euclidean Distance
Case 5:Tanggung 7:Pucang 8:Rejo
6:Kalidawir
gunung laban tangan
1:Besuki 6013209 108116234 7961016 118966545
2:Bandung 7851933 97521758 13506718 108859833
3:Pakel 6409835 137365002 1032822 145433225
4:Campurdarat 2841059 116953786 4242926 123505521
5:Tanggunggunung 0 84769193 11251109 91151766
6:Kalidawir 84769193 0 156464802 832859
7:Pucanglaban 11251109 156464802 0 166013313
8:Rejotangan 91151766 832859 166013313 0
9:Ngunut 91727985 2041314 163252942 5097821
10:Sumbergempol 47481302 34395285 99672643 30021098
11:Boyolangu 463028 73371261 16245521 78988694
12:Tulungagung 79535819 328520818 32136282 340408141
13:Kedungwaru 2446116 86208473 16179385 89887170
14:Ngantru 47684100 84884237 84723321 78676902
15:Karangrejo 15375305 154234040 10881710 157938811
16:Kauman 46456661 254398086 15526134 262620981
17:Gondang 2856202 93463757 14308161 97179458
18:Pagerwojo 2072139 92470166 13165070 96695237
19:Sendang 18954360 33243749 57733741 34229106
56

Lanjutan Lampiran 3 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Besar dan Kecil
Squared Euclidean Distance
Case 10:Sumber 11:Boyo 12:Tulung
9:Ngunut
gempol langu agung
1:Besuki 109291178 83362475 8680805 68419222
2:Bandung 96831400 82617581 9881693 82221402
3:Pakel 145230774 81521829 10159107 41191156
4:Campurdarat 125895134 63311717 5165979 54020420
5:Tanggunggunung 91727985 47481302 463028 79535819
6:Kalidawir 2041314 34395285 73371261 328520818
7:Pucanglaban 163252942 99672643 16245521 32136282
8:Rejotangan 5097821 30021098 78988694 340408141
9:Ngunut 0 50715341 80599321 340032614
10:Sumbergempol 50715341 0 39175662 222459525
11:Boyolangu 80599321 39175662 0 91520435
12:Tulungagung 340032614 222459525 91520435 0
13:Kedungwaru 97337101 35805134 2167016 83187771
14:Ngantru 108202673 11547830 42016544 174256819
15:Karangrejo 169777830 71510665 18502149 42904274
16:Kauman 268307524 153958873 54990509 6874926
17:Gondang 105155795 39177054 3003910 76985269
18:Pagerwojo 103186490 40980181 2346267 76356108
19:Sendang 42638173 10306838 13736420 167015787
57

Lanjutan Lampiran 3 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Besar dan Kecil
Squared Euclidean Distance
Case 13:Kedung 15:Karang
14:Ngantru 16:Kauman
waru rejo
1:Besuki 15565221 87558813 27525742 45610746
2:Bandung 18883161 92568021 35931762 57715012
3:Pakel 9311771 68361203 7384418 19365030
4:Campurdarat 3917251 52890123 6312114 26624750
5:Tanggunggunung 2446116 47684100 15375305 46456661
6:Kalidawir 86208473 84884237 154234040 254398086
7:Pucanglaban 16179385 84723321 10881710 15526134
8:Rejotangan 89887170 78676902 157938811 262620981
9:Ngunut 97337101 108202673 169777830 268307524
10:Sumbergempol 35805134 11547830 71510665 153958873
11:Boyolangu 2167016 42016544 18502149 54990509
12:Tulungagung 83187771 174256819 42904274 6874926
13:Kedungwaru 0 30001464 10024041 45567073
14:Ngantru 30001464 0 45179701 112422741
15:Karangrejo 10024041 45179701 0 15791282
16:Kauman 45567073 112422741 15791282 0
17:Gondang 169050 30934574 7767633 40812939
18:Pagerwojo 192931 33944507 8427446 40757738
19:Sendang 15005268 23942724 46963101 111409009
58

Lanjutan Lampiran 3 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Besar dan Kecil
Squared Euclidean Distance
Case 18:Pager
17:Gondang 19:Sendang
wojo
1:Besuki 15778637 13634090 40207641
2:Bandung 19751091 17193310 38440737
3:Pakel 7970009 6984104 44238923
4:Campurdarat 3125993 2472136 31718131
5:Tanggunggunung 2856202 2072139 18954360
6:Kalidawir 93463757 92470166 33243749
7:Pucanglaban 14308161 13165070 57733741
8:Rejotangan 97179458 96695237 34229106
9:Ngunut 105155795 103186490 42638173
10:Sumbergempol 39177054 40980181 10306838
11:Boyolangu 3003910 2346267 13736420
12:Tulungagung 76985269 76356108 167015787
13:Kedungwaru 169050 192931 15005268
14:Ngantru 30934574 33944507 23942724
15:Karangrejo 7767633 8427446 46963101
16:Kauman 40812939 40757738 111409009
17:Gondang 0 180573 18159510
18:Pagerwojo 180573 0 17735275
19:Sendang 18159510 17735275 0
59

Lampiran 4 Pengelompokan Ternak Besar Tiap Kecamatan

Cluster Membership

Case 4 Clusters 3 Clusters 2 Clusters

1:Besuki 1 1 1
2:Bandung 1 1 1
3:Pakel 1 1 1
4:Campurdarat 1 1 1
5:Tanggunggunung 1 1 1
6:Kalidawir 2 2 2
7:Pucanglaban 1 1 1
8:Rejotangan 2 2 2
9:Ngunut 2 2 2
10:Sumbergempol 3 2 2
11:Boyolangu 1 1 1
12:Tulungagung 4 3 1
13:Kedungwaru 1 1 1
14:Ngantru 3 2 2
15:Karangrejo 1 1 1
16:Kauman 4 3 1
17:Gondang 1 1 1
18:Pagerwojo 1 1 1
19:Sendang 3 2 2
60

Lampiran 5 Tahapan Pengelompokan Ternak Besar dan Kecil


Tahap Klaster
Kombinasi Klaster Tahap
Tahap Pertama Muncul
Selanjutnya
Klaster 1 Klaster 2 Klaster 1 Klaster 2
1 13 17 0 0 2
2 13 18 1 0 9
3 5 11 0 0 9
4 1 2 0 0 15
5 6 8 0 0 8
6 3 7 0 0 7
7 3 4 6 0 12
8 6 9 5 0 16
9 5 13 3 2 14
10 12 16 0 0 17
11 10 19 0 0 13
12 3 15 7 0 14
13 10 14 11 0 16
14 3 5 12 9 15
15 1 3 4 14 17
16 6 10 8 13 18
17 1 12 15 10 18
18 1 6 17 16 0

Lampiran 6 Output Minitab Uji Mann Whitney Ternak Besar dan


Kecil

Mann-Whitney Test and CI: sapi_1; sapi_2


N Median
sapi_1 11 4496,0
sapi_2 3 8752,0
61

Point estimate for ETA1-ETA2 is -4256,0


95,7 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-6850,0;-2222,1)
W = 66,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,0127
Mann-Whitney Test and CI: sapi_1; sapi_3
N Median
sapi_1 11 4496
sapi_3 3 10842
Point estimate for ETA1-ETA2 is -5815
95,7 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-8940;-2414)
W = 66,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,0127
Mann-Whitney Test and CI: sapi_1; sapi_4
N Median
sapi_1 11 4496,0
sapi_4 2 1416,5
Point estimate for ETA1-ETA2 is 2915,0
96,2 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-624,2;5584,9)
W = 85,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,1388
Mann-Whitney Test and CI: sapi_2; sapi_3
N Median
sapi_2 3 8752
sapi_3 3 10842
Point estimate for ETA1-ETA2 is -1713
91,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-3724;1819)
W = 8,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,3827
Mann-Whitney Test and CI: sapi_2; sapi_4
N Median
sapi_2 3 8752,0
sapi_4 2 1416,5
Point estimate for ETA1-ETA2 is 7233,0
85,1 Percent CI for ETA1-ETA2 is (5118,0;9347,9)
W = 12,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,1489
62

Mann-Whitney Test and CI: sapi_3; sapi_4


N Median
sapi_3 3 10842
sapi_4 2 1417
Point estimate for ETA1-ETA2 is 8579
85,1 Percent CI for ETA1-ETA2 is (5310;11061)
W = 12,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,1489
Mann-Whitney Test and CI: kambing_1; kambing_2
N Median
kambing_1 11 8658
kambing_2 3 17721
Point estimate for ETA1-ETA2 is -9081
95,7 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-11633;-7694)
W = 66,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,0127
Mann-Whitney Test and CI: kambing_1; kambing_3
N Median
kambing_1 11 8658
kambing_3 3 12123
Point estimate for ETA1-ETA2 is -2566
95,7 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-5158;670)
W = 71,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,0868
Mann-Whitney Test and CI: kambing_1; kambing_4
N Median
kambing_1 11 8658,0
kambing_4 2 2361,0
Point estimate for ETA1-ETA2 is 6383,5
96,2 Percent CI for ETA1-ETA2 is (2721,0;8923,9)
W = 88,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,0382
Mann-Whitney Test and CI: kambing_2; kambing_4
N Median
kambing_2 3 17721
kambing_4 2 2361
63

Point estimate for ETA1-ETA2 is 15733


85,1 Percent CI for ETA1-ETA2 is (14552;16914)
W = 12,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,1489
Mann-Whitney Test and CI: kambing_3; kambing_4
N Median
kambing_3 3 12123
kambing_4 2 2361
Point estimate for ETA1-ETA2 is 9144
85,1 Percent CI for ETA1-ETA2 is (5849;10558)
W = 12,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,1489
Mann-Whitney Test and CI: kambing_2; kambing_4
N Median
kambing_2 3 17721
kambing_4 2 2361
Point estimate for ETA1-ETA2 is 15733
85,1 Percent CI for ETA1-ETA2 is (14552;16914)
W = 12,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,1489
Mann-Whitney Test and CI: domba_1; domba_2
N Median
domba_1 11 221,0
domba_2 3 171,0
Point estimate for ETA1-ETA2 is 17,0
95,7 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-279,9;236,0)
W = 84,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,8763
Mann-Whitney Test and CI: domba_1; domba_3
N Median
domba_1 11 221,0
domba_3 3 189,0
Point estimate for ETA1-ETA2 is 11,0
95,7 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-1101,9;315,9)
W = 83,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 1,0000
64

Mann-Whitney Test and CI: domba_1; domba_4


N Median
domba_1 11 221,0
domba_4 2 193,5
Point estimate for ETA1-ETA2 is 57,0
96,2 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-287,9;446,2)
W = 81,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,4897
Mann-Whitney Test and CI: domba_2; domba_3
N Median
domba_2 3 171,0
domba_3 3 189,0
Point estimate for ETA1-ETA2 is -18,0
91,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-1032,9;299,1)
W = 10,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 1,0000
Mann-Whitney Test and CI: domba_2; domba_4
N Median
domba_2 3 171,0
domba_4 2 193,5
Point estimate for ETA1-ETA2 is 66,0
85,1 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-210,9;343,0)
W = 9,5
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 1,0000
Mann-Whitney Test and CI: domba_3; domba_4
N Median
domba_3 3 189,0
domba_4 2 193,5
Point estimate for ETA1-ETA2 is 105,5
85,1 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-298,9;1165,1)
W = 10,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,7728
65

Lampiran 7 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar Kecamatan Ternak


Unggas
Squared Euclidean Distance
Case
1:Besuki 2:Bandung 3:Pakel
1:Besuki 0 26966058726 44731995976
2:Bandung 26966058726 0 2905038240
3:Pakel 44731995976 2905038240 0
4:Campurdarat 40402725903 8762842167 9466752205
5:Tanggunggunung 51586927415 27510238849 32984177677
6:Kalidawir 40380801201 97924942279 128579793799
7:Pucanglaban 6222852695 17137565717 33015973335
8:Rejotangan 1663499140127 1908734964451 2012397560301
9:Ngunut 197568761974 353000942442 412604698686
10:Sumbergempol 99876298982 210884071900 257577469534
11:Boyolangu 27667881390 13614584818 20336087522
12:Tulungagung 59486127436 38992341124 41097219242
13:Kedungwaru 36484994748 67860434836 93175659840
14:Ngantru 628301497695 708365495635 758014564231
15:Karangrejo 289742674876 278036332476 289815340688
16:Kauman 42042916579 11973845381 12570086031
17:Gondang 80690779637 48171278815 51957686715
18:Pagerwojo 46617061101 15432071019 16985618949
19:Sendang 47935025273 12856556877 17018556871
66

Lanjutan Lampiran 7 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Unggas
Squared Euclidean Distance
Case
5:Tanggunggu
4:Campurdarat nung 6:Kalidawir
1:Besuki 40402725903 51586927415 40380801201
2:Bandung 8762842167 27510238849 97924942279
3:Pakel 9466752205 32984177677 128579793799
4:Campurdarat 0 13339534630 137423101702
5:Tanggunggunun 13339534630 0 125778718578
6:Kalidawir 137423101702 125778718578 0
7:Pucanglaban 26411187376 27548387256 46465561236
209429954120
8:Rejotangan 2129400196780 1224824643302
2
9:Ngunut 391439552669 349116180827 98142040629
10:Sumbergempol 242171995111 207385674123 34321280785
11:Boyolangu 4077711597 8083120535 110642719591
12:Tulungagung 13745030087 31765347603 188565563319
13:Kedungwaru 93339822481 69638491089 14052855967
14:Ngantru 736028563060 577336359444 432712208124
15:Karangrejo 244506982549 148768259199 298292294325
16:Kauman 1843111776 20481566266 146177871694
17:Gondang 33988888960 8769315070 141364466250
18:Pagerwojo 1231611176 10563270188 148802176898
19:Sendang 12381588106 12836392540 114705714146
67

Lanjutan Lampiran 7 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Unggas
Squared Euclidean Distance
Case
7:Pucanglaban 8:Rejotangan 9:Ngunut
1:Besuki 6222852695 1663499140127 197568761974
2:Bandung 17137565717 1908734964451 353000942442
3:Pakel 33015973335 2012397560301 412604698686
4:Campurdarat 26411187376 2129400196780 391439552669
5:Tanggunggunung 27548387256 2094299541202 349116180827
6:Kalidawir 46465561236 1224824643302 98142040629
7:Pucanglaban 0 1714680280560 224558800971
8:Rejotangan 1714680280560 0 1042030082145
9:Ngunut 224558800971 1042030082145 0
10:Sumbergempol 114422821523 1172964227195 20650521052
11:Boyolangu 15181812479 2046946147841 326378449550
12:Tulungagung 51531626307 2339195282875 418800996654
13:Kedungwaru 25764740423 1406760051809 147564049170
14:Ngantru 576479303598 1402757170088 398488511595
15:Karangrejo 237595766359 2281574466533 439322818778
16:Kauman 30791041764 2157680283936 397056537827
17:Gondang 49072449714 2103896999204 367381832791
18:Pagerwojo 30037633940 2182971391820 397945113307
19:Sendang 23523100974 1976575224358 366074593153
68

Lanjutan Lampiran 7 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Unggas
Squared Euclidean Distance
Case
10:Sumbergempo 12:Tulungagu
l 11:Boyolangu ng
1:Besuki 99876298982 27667881390 59486127436
2:Bandung 210884071900 13614584818 38992341124
3:Pakel 257577469534 20336087522 41097219242
4:Campurdarat 242171995111 4077711597 13745030087
5:Tanggunggunun
207385674123 8083120535 31765347603
g
18856556331
6:Kalidawir 34321280785 110642719591
9
7:Pucanglaban 114422821523 15181812479 51531626307
23391952828
8:Rejotangan 1172964227195 2046946147841
75
41880099665
9:Ngunut 20650521052 326378449550
4
27431900766
10:Sumbergempol 0 192990333928
6
11:Boyolangu 192990333928 0 14630598936
12:Tulungagung 274319007666 14630598936 0
14376221932
13:Kedungwaru 60178922426 70491786490
2
84444351917
14:Ngantru 369658855783 664386120139
7
28071742460
15:Karangrejo 317874942822 213498182296
8
16:Kauman 250835300351 5868082905 10286879893
17:Gondang 225470612909 26982304979 62390206991
18:Pagerwojo 247872528193 3745930983 9955849287
19:Sendang 221412371401 12718184217 43626592467
69

Lanjutan Lampiran 7 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Unggas
Squared Euclidean Distance
Case
13:Kedungwaru 14:Ngantru 15:Karangrejo
1:Besuki 36484994748 628301497695 289742674876
2:Bandung 67860434836 708365495635 278036332476
3:Pakel 93175659840 758014564231 289815340688
4:Campurdarat 93339822481 736028563060 244506982549
5:Tanggunggunung 69638491089 577336359444 148768259199
6:Kalidawir 14052855967 432712208124 298292294325
7:Pucanglaban 25764740423 576479303598 237595766359
8:Rejotangan 1406760051809 1402757170088 2281574466533
9:Ngunut 147564049170 398488511595 439322818778
10:Sumbergempol 60178922426 369658855783 317874942822
11:Boyolangu 70491786490 664386120139 213498182296
12:Tulungagung 143762219322 844443519177 280717424608
13:Kedungwaru 0 385009116811 205811183820
14:Ngantru 385009116811 0 264446648151
15:Karangrejo 205811183820 264446648151 0
16:Kauman 105199279419 776441033038 265251479351
17:Gondang 77597715283 507179184030 103679760483
18:Pagerwojo 99338153361 734199442094 233243144795
19:Sendang 65316450159 626531153222 207682737741
70

Lanjutan Lampiran 7 Jumlah Kuadrat Euclidien Antar


Kecamatan Ternak Unggas
Squared Euclidean Distance

16:Kauman 17:Gondang 18:Pagerwojo 19:Sendang


42042916579 80690779637 46617061101 47935025273
11973845381 48171278815 15432071019 12856556877
12570086031 51957686715 16985618949 17018556871
1843111776 33988888960 1231611176 12381588106
20481566266 8769315070 10563270188 12836392540
146177871694 141364466250 148802176898 114705714146
30791041764 49072449714 30037633940 23523100974
2157680283936 2103896999204 2182971391820 1976575224358
397056537827 367381832791 397945113307 366074593153
250835300351 225470612909 247872528193 221412371401
5868082905 26982304979 3745930983 12718184217
10286879893 62390206991 9955849287 43626592467
105199279419 77597715283 99338153361 65316450159
776441033038 507179184030 734199442094 626531153222
265251479351 103679760483 233243144795 207682737741
0 41424898618 3182385810 15941208876
41424898618 0 31685499682 19675103658
3182385810 31685499682 0 14066364462
15941208876 19675103658 14066364462 0
71

Lampiran 8 Pengelompokan Unggas Tiap Kecamatan

Cluster Membership

Case 4 Clusters 3 Clusters 2 Clusters

1:Besuki 1 1 1
2:Bandung 2 1 1
3:Pakel 2 1 1
4:Campurdarat 2 1 1
5:Tanggunggunung 2 1 1
6:Kalidawir 1 1 1
7:Pucanglaban 1 1 1
8:Rejotangan 3 2 2
9:Ngunut 1 1 1
10:Sumbergempol 1 1 1
11:Boyolangu 2 1 1
12:Tulungagung 2 1 1
13:Kedungwaru 1 1 1
14:Ngantru 4 3 1
15:Karangrejo 4 3 1
16:Kauman 2 1 1
17:Gondang 2 1 1
18:Pagerwojo 2 1 1
19:Sendang 2 1 1
72

Lampiran 9 Tahapan Pengelompokan Ternak Unggas

Tahap Pertama
Kombinasi Klaster Tahap
Tahap Klaster Muncul
Selanjutnya
Klaster 1 Klaster 2 Klaster 1 Klaster 2
1 4 18 0 0 3
2 2 3 0 0 11
3 4 16 1 0 4
4 4 11 3 0 8
5 1 7 0 0 12
6 5 17 0 0 9
7 6 13 0 0 12
8 4 12 4 0 11
9 5 19 6 0 13
10 9 10 0 0 15
11 2 4 2 8 13
12 1 6 11 9 15
13 2 5 11 9 16
14 14 15 0 0 17
15 1 9 12 10 16
16 1 2 15 13 17
17 1 14 16 14 18
18 1 8 17 0 0

Lampiran 10 Output Minitab Uji Mann Whitney Ternak Unggas

Mann-Whitney Test and CI: puyuh_1; puyuh_2

N Median
puyuh_1 6 32795
puyuh_2 10 10605
73

Point estimate for ETA1-ETA2 is 18675


95,5 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-8452;32800)
W = 66,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,1158
Mann-Whitney Test and CI: puyuh_1; puyuh_4
N Median
puyuh_1 6 32795
puyuh_4 2 19625
Point estimate for ETA1-ETA2 is 14310
93,3 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-18530;71350)
W = 30,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,4047
Mann-Whitney Test and CI: puyuh_2; puyuh_4
N Median
puyuh_2 10 10605
puyuh_4 2 19625
Point estimate for ETA1-ETA2 is -0
95,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-32850;63450)
W = 65,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 1,0000
Mann-Whitney Test and CI: dara_1; dara_2
N Median
dara_1 6 1029,0
dara_2 10 710,0
Point estimate for ETA1-ETA2 is 171,0
95,5 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-661,9;1025,9)
W = 58,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,4808
MTB > Mann-Whitney 95,0 'dara_1' 'dara_4';
SUBC> Alternative 0.
Mann-Whitney Test and CI: dara_1; dara_4
N Median
dara_1 6 1029,0
dara_4 2 923,0
Point estimate for ETA1-ETA2 is 95,0
93,3 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-1111,0;1511,9)
W = 29,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,6171
74

MTB > Mann-Whitney 95,0 'dara_2' 'dara_4';


SUBC> Alternative 0.

Mann-Whitney Test and CI: dara_2; dara_4


N Median
dara_2 10 710,0
dara_4 2 923,0
Point estimate for ETA1-ETA2 is -89,5
95,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-1298,2;2066,9)
W = 64,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,9145
MTB > Mann-Whitney 95,0 'akampung_1' 'akampung_2';
SUBC> Alternative 0.
Mann-Whitney Test and CI: akampung_1; akampung_2
N Median
akampung_1 6 168450
akampung_2 10 135514
Point estimate for ETA1-ETA2 is 37851
95,5 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-27788;125064)
W = 64,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,1752
MTB > Mann-Whitney 95,0 'akampung_1' 'akampung_4';
SUBC> Alternative 0.
Mann-Whitney Test and CI: akampung_1; akampung_4
N Median
akampung_1 6 168450
akampung_4 2 191182
Point estimate for ETA1-ETA2 is -1201
93,3 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-192114;189711)
W = 27,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 1,0000
MTB > Mann-Whitney 95,0 'akampung_2' 'akampung_4';
SUBC> Alternative 0.
Mann-Whitney Test and CI: akampung_2; akampung_4
N Median
akampung_2 10 135514
akampung_4 2 191182
75

Point estimate for ETA1-ETA2 is -63996


95,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-277446;149454)
W = 64,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,9145
Mann-Whitney Test and CI: apedaging_1; akampung_2
N Median
apedaging_1 6 130938
akampung_2 10 135514
Point estimate for ETA1-ETA2 is -40970
95,5 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-109025;40658)
W = 44,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,4808
MTB > Mann-Whitney 95,0 'apedaging_1' 'akampung_4';
SUBC> Alternative 0.
Mann-Whitney Test and CI: apedaging_1; akampung_4

N Median
apedaging_1 6 130938
akampung_4 2 191182

Point estimate for ETA1-ETA2 is -100606


93,3 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-297057;95844)
W = 25,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,6171

MTB > Mann-Whitney 95,0 'apedaging_2' 'akampung_4';


SUBC> Alternative 0.

Mann-Whitney Test and CI: apedaging_2; akampung_4

N Median
apedaging_2 10 44150
akampung_4 2 191182

Point estimate for ETA1-ETA2 is -81282


95,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-307907;145344)
W = 58,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
76

at 0,1626

MTB > Mann-Whitney 95,0 'apedaging_2' 'akampung_4';


SUBC> Alternative -1.

Mann-Whitney Test and CI: apedaging_2; akampung_4

N Median
apedaging_2 10 44150
akampung_4 2 191182

Point estimate for ETA1-ETA2 is -81282


95,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-307907;145344)
W = 58,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 < ETA2 is significant at
0,0813

MTB > Mann-Whitney 95,0 'apedaging_1' 'akampung_4';

Mann-Whitney Test and CI: aras_1; aras_2

N Median
aras_1 6 305114
aras_2 10 10367

Point estimate for ETA1-ETA2 is 277027


95,5 Percent CI for ETA1-ETA2 is (161072;483040)
W = 81,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,0014

Mann-Whitney Test and CI: aras_1; aras_4

N Median
aras_1 6 305114
aras_4 2 261170

Point estimate for ETA1-ETA2 is 120231


77

93,3 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-297938;551925)


W = 29,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,6171

Mann-Whitney Test and CI: aras_2; aras_4

N Median
aras_2 10 10367
aras_4 2 261170

Point estimate for ETA1-ETA2 is -233083


95,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-459010;-7156)
W = 55,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,0413

Mann-Whitney Test and CI: itik_1; itik_2

N Median
itik_1 6 15015
itik_2 10 21320

Point estimate for ETA1-ETA2 is 223


95,5 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-30334;18309)
W = 52,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,9567

Mann-Whitney Test and CI: itik_1; itik_4

N Median
itik_1 6 15015
itik_4 2 29554

Point estimate for ETA1-ETA2 is -7564


78

93,3 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-43375;36747)


W = 25,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,6171

Mann-Whitney Test and CI: itik_2; itik_4

N Median
itik_2 10 21320
itik_4 2 29554

Point estimate for ETA1-ETA2 is -8698


95,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-46292;61736)
W = 63,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,7473

Mann-Whitney Test and CI: mentok_1; mentok_2

N Median
mentok_1 6 4754,0
mentok_2 10 2257,5

Point estimate for ETA1-ETA2 is 1260,0


95,5 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-3287,8;5923,9)
W = 59,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,4159

Mann-Whitney Test and CI: mentok_1; mentok_4

N Median
mentok_1 6 4754,0
mentok_4 2 2035,0

Point estimate for ETA1-ETA2 is 2719,0


79

93,3 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-1471,0;8578,9)


W = 29,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,6171

Mann-Whitney Test and CI: mentok_2; mentok_4

N Median
mentok_2 10 2257,5
mentok_4 2 2035,0

Point estimate for ETA1-ETA2 is 222,5


95,9 Percent CI for ETA1-ETA2 is (-1760,8;13571,1)
W = 66,0
Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant
at 0,9145
80

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Moch.


Haichal Ficry atau yang lebih akrab
disapa “Haykal”. Penulis lahir di
Kabupaten Tulungagung pada
tanggal 25 April 1994. Pendidikan
formal yang pernah ditempuh
penulis ialah SDN Tanjungsari 02
Boyolangu , SMPN 1 Tulungagung,
dan SMKN 3 Boyolangu
Tulungagung. Pada tahun 2013
penulis diterima di Jurusan Statistika
ITS dengan NRP 1313030080 dan
lulus pada tahun 2017 dengan menyelesaikan laporan tugas akhir
yang berjudul “PENGELOMPOKAN KECAMATAN
BERDASARKAN POTENSI PETERNAKAN DI
KABUPATEN TULUNGAGUNG”. Saat masuk di jurusan
Statistika, penulis mengikuti proses “Bina Cinta Statistika”
bersama mahasiswa statistika angkatan 2013 yang lain dan
kemudian menjadi keluarga sigma 24. Selama kuliah, penulis
mencari berbagai pengalaman diantaranya menjadi anggota Forum
Mahasiswa Tulungagung se-Surabaya (Formasta), Explore
Tulungagung, Edukasi Tulungagung, UKM Catur ITS, LMB ITS,
Pengajar Muda di IECC ITS, Forum Studi Islam Statistika ITS
(FORSIS), dan DPA Himadata-ITS. Penulis sangat menyarankan
untuk kalian semua yang hobi jalan-jalan jangan pernah lewatkan
untuk berkunjung kekampung halaman penulis yakni kota
Tulungagung yang memiliki potensi yang luar biasa terutama
alamnya. Bagi pembaca yang ingin memberi saran, kritik atau
ingin berdiskusi lebih lanjut dengan penulis terkait dengan Tugas
Akhir ini dapat dikirimkan melalui : haichalf@gmail.com atau
085732143636.

81

Anda mungkin juga menyukai