Makalah Model Kronig Penney
Makalah Model Kronig Penney
MODEL KRONIG-PENNEY
OLEH :
KELOMPOK IV
NATALIA PRASISKA SITANGGANG (4153121044)
RIANDA SINAGA (4151121057)
ROSAYANI SIREGAR (4152121039)
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah Fisika Zat Padat ini
yang berjudul “Model Kronig Penney”.
Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kami dan
pembaca .Makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran untuk menuju kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan .
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................................................................2
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan azas larangan Pauli, dalam satu tingkat energi tidak boleh ada lebih dari satu
elektron pada keadaan yang sama. Kumpulan garis pada tingkat energi yang sama akan saling
berhimpit dan membentuk satu pita, pita inilah yang dinamakan sebagai pita energi.Pita energi
metal. Tetapi kegagalan model menimbulkan pertanyaan mengenai perbedaan antara metal,
semimetal, semikonduktor dan insulator; peristiwa dalam jumlah positif koefisien Hall
Model Kronig-Penney (1930) yang menelaah perilaku elektron dalam kristal linier
sederhana, meskipun tidak menyelesaikan masalahnya secara konkret, memberikan ciri-ciri yang
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Perbedaan antara konduktor yang baik dan isulator yang baik adalah saling
menabrak atau membentur. Sebuah resistivitas listrik metal murni bernilai rendah atau
-10
setara dengan 10 ohm-cm pada temperatur 1 Kelvin, jauh dari kemungkinan
22
superkonduktivity. Resistivitas insulator yang baik sebanding dengan 10 ohm-cm.
32
Rangkaian ini 10 lebih lebar dari kebanyakan fisika zat padat.
Setiap padatan mengandung elektron. Kristal menjadi insulator jika salah satu pita
energinya terisi atau kosong, sehingga tidak ada elektron yang berpindah dalam medan
listrik. Sebuah kristal menunjukkan reaksi seperti metal jika salah satu pita terisi
sebagian, sekitar 10 dan 90 persen bagian. Kristal adalah semikonduktor jika satu atau
dua pita memiliki bagian tipis atau kosong.
2
2.2 Model Elektron Bebas Terdekat
Model elektron bebas memenuhi jumlah distribusi yang pada dasarnya terus menerus
berawal dari nol hingga tak terhingga.Telah diketahui b ahwa:
ℏ
∈= [1]
Dimana, untuk kondisi batas periodik sebuah kubus berukuranL,
,,=0;±;±; [2]
Fungsi gelombang elektron bebas, persamaannya sebagai berikut
Ψ=exp . ; [3]
yang mewakili gelombang berjalan dengan momentum =ℏ
Struktur pita merupakan sebuah kristal yang seringkali dapat menjelaskan model
elektron bebas terdekatkarena pita elektron diperlakukan sebagai pengusik oleh
potensial periodik pada inti ion saja. Refleksi Bragg merupakan ciri khas penyebaran
gelombang dalam kristal. Refleksi Bragg gelombang elektron dalam kristal adalah
penyebab celah energi. Celah energi dapat menentukansecara signifikandalam
penentuan apakah zat padat merupakan insulator ataukah konduktor.
2 2
Kondisi Bragg (k+G) =k untuk gelombang difraksi gelombang vektor dalam satu
dimensi.
=±=±⁄ [4]
dimana = 2 adalah kisi resiprokal vektor dan n adalah bilangan bulat. Refleksi
pertama dan celah energi pertama terbentuk pada =±⁄ . Pada bagian ini k diantara ⁄
adalah zona Brillouin kisi. Celah energi lainnya terjadi untuk nilai bilangan n lainnya.
Pernyataan tidak terikat waktu direpresentasikan oleh gelombang berdiri. Kita dapat
3
menuliskan persamaan dua gelombang berdiri yang berbeda dari gelombang berjalan
exp yaitu :
= exp(iπx/a) + exp(-iπx/a) = 2 cos (πx/a);
= exp(iπx/a) - exp(-iπx/a) = 2i sin (πx/a).
=exp . [5]
Dimana Uk(r) mempunyai periode kristal lattice dengan Uk(r) = Uk (r +T) dengan T adalah
vektor sisi translasi. Persamaan diatas mengungkapkan teorema bloch :
Fungsi Eigen dari persamaan gelombang untuk potensial periodik mempunyai hasil
dari bidang gelombang eksp. (ik . r) fungsi waktu Uk (r) dengan periodisitas kisi kristal
Fungsi gelombang one-elektron pada persamaan (7) disebut fungsi bloch dan
dapat didekomposisikan dalam jumlah gelombang berjalan. Fungsi Bloch dapat
dikumpulkan dalam bentuk gelombang paket-paketmewakili elektron – elektron yang
menyebar secara bebas melalui medan potensial dari inti ion.
Teorema Bloch valid jika nondegenerasi yaitu ketika tidak ada fungsi gelombang
dengan energi yang sama dan vektor gelombangnya . Energi potensial piriodik di a dengan
= [6]
dimana C konstan, sehingga disekitar cincin adalah
== [7]
Karenaharus bernilai tunggal. C adalah satu dari akar dari kesatuan atau
= e x p; = 0 , 1 , 2 , … , 1 [8]
4
Kita gunakan persamaan diatas
=exp [9]
Dalam Telaah Bloch potensial periodiknya merupakan superposisi dua potensial:
Fungsi gelombang Schroedinger ketika ada potensial periodik untuk keberkalaan kisi
adalah:
Model Kronig – Penney dalam satu dimensi adalah merupakan suatu deretan sumur
potensial persegi dengan lebar , dipisahkan oleh penghalang energy yang lebarnya b dan tinggi V 0.
Luas penghalang bV0, berubah dari tak berhingga sampai nol.Sebagian dari fungsi gelombang
bergetar dalam sumur dan meluruh secara eksponensial.Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.
5
Gambar 1.Energi potensial periodik satu dimensi yang digunakan oleh Kronig dan Penney.
Energi potensial dari sebuah elektron dalam sebuah susunan inti-inti atom yang positif
dianggap berbentuk seperti sebuah susunan sumur potensial periodik dengan perioda a + b,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.Di dasar sumur, yaitu untuk 0 < x < a, elektron dianggap
berada di sekitar sebuah inti atom (atau di antara dua inti atom) dan energi potensialnya
dianggap nol sehingga di daerah ini elektron bertingkah sebagai elektron bebas. Sebaliknya, di
luar sumur, yaitu untuk –b < x < 0, energi potensial elektron dianggap sama dengan V 0. Meskipun
model Kronig-Penney ini menggunakan pendekatan yang sangat kasar dibandingkan dengan
energi potensial yang ada dalam suatu kisi, tetapi model ini sangat berguna untuk menjelaskan
berbagai sifat penting dari tingkah laku elektron secara kuantum mekanik dalam sebuah kisi
periodik. Fungsi-fungsi gelombang elektron diperoleh dari persamaan Schrodinger untuk kedua
daerah yaitu daerah 0 < x < a, dan daerah –b < x < 0) sebagai berikut:
2
ħ =0 , =0 [10]
b. untuk –b < x < 0.
6
2
ħ =0 [11]
Jika kita misalkan bahwa energi elektron lebih kecil dari pada V0 , dan kita difinisikan dua
besaran real dan β sebagai berikut:
= = [12]
ħ ħ
maka persamaan-persamaan (1) dan (2) dapat ditulis menjadi
=0 =0 [13]&[14]
Karena energi potensial dari model Kronig-Penney itu adalah periodik, maka fungsi-fungsi gelombang tersebut haruslah berbentuk
fungsi Bloch, yaitu:
±
= [15]
dimana uk(x) sekarang adalah sebuah fungsi periodik dalam x dengan perioda a + b, yaitu
= ( ) [16]
Sekarang marilah kita hitung turunan kedua terhadap x dari persamaan diatas, sebagai berikut:
=2 [17]
Selanjutnya coba kita substitusikan persamaan (6) dan (8) ini ke dalam persamaan-persamaan (4) dan (5) di atas. Hasilnya adalah
sebagai berikut: a. untuk 0 < x < a.
2 =0 [18]
b. untuk –b < x < 0.
2 =0 [19]
yang mana u1dan u2 masing-masing menyatakan nilai uk(x) dalam interval 0 < x < a dan –b < x
7
<0. Seperti kita ketahui bahwa dari mekanika kuantum atau dari Fisika kuantum, solusi umum untuk persamaan-persamaan (9) dan (10) di
atas adalah:
=−− + [20]
dan
=− − + [21]
yang mana A, B, C, dan D adalah tetapan-tetapan yang biasa ditentukan oleh syarat batas berikut:
0=0∶=0==0 [22]
=∶=== [23]
Syarat batas yang ditunjukkan oleh persamaan (13) sesuai dengan syarat bahwa fungsi
gelombang dan turunan pertamanya (d /dx) dan juga u dengan du/dx haruslah kontinyu.
Sebaliknya, kondisi yang ditunjukkan oleh persamaan (14) sesuai dengan syarat
bahwa uk(x)adalah periodik. Dengan menggunakan syarat-syarat batas ini dan mensubstitusikannya ke dalam persamaan-persamaan
(11) dan (12), kita akan memperoleh empat persamaan linier homogen sebagai berikut:
= [24]
= [25]
− − + =− − + [26]
− − + − − +
=
[27]
Keempat persamaan linier yang homogen ini biasa digunakan untuk menentukan
tetapan-tetapan A, B, C, dan D. Solusi yang tidak sama dengan nol untuk keempat
persamaan linier tersebut ada jika dan hanya jika determinan dari koefisien-koefisien A,
B, C, dan D adalahsama dengan nol,yaitu:
8
+
sinh sin cos cos c o s= 0 [28]
Untuk menyederhanakan persamaan (19) ini, Kronig dan Penney memilih kasus
yang mana nilai V0 cenderung menuju tak hingga dan nilai b menuju nol, tetapi hasil kali
V0b tetap terhingga. Dengan demikian, potensial model Kronig dan Penney menjadi
potensial penghalang sebuah fungsi delta. Dalam keadaan seperti ini model Kronig-
Penney ini dimodifikasi menjadi sebuah deret sumur potensial yang terpisahkan oleh
sebuah potensial penghalang yang sangat-sangat tipis. Karena itu, hasil kali V 0b (untuk
= [29]
2 ħ
Dengan menggunakan persamaan (20) ini dan kondisi dimana saat b → sinh (βb)
0, →βb, dan cosh (b) →1, kita akan dapat menulis persamaan (19) menjadi
=
= ħ, ħ [31]
Nilai P ini adalah sama dengan luas energi potensial penghalang V 0b. Jadi jika kita meperbesar
nilai P berarti mengikat sebuah elektron secara kuat pada sebuah sumur tertentu. Nah,
sekarang coba kita substitusikan persamaan (22) ini ke dalam persamaan (21) di atas.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
9
sin cos= co s [32]
Persamaan (23) ini merupakan syarat agar solusi untuk persamaan gelombang itu ada.
Kita ketahui bahwa nilai cos (ka) terletak diantara –1 dan +1 sehingga ruas kiri dari
persamaan (23) itu harus memiliki nilai a sedemikian rupa sehingga nilai-nilai ruas kiri
persamaan (23) terletak dalam rentang –1 dan +1. Nilai-nilai a yang menghasilkan nilai (P/
a) sin ( a) + cos ( a) berada dalam rentang antara –1 dan +1 ditunjukkan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Grafik (P/ a) sin ( a) + cos ( a) sebagai fungsi a untuk P = 3 /2. Nilai-nilai a yang
menghasilkan nilai (P/ a) sin ( a) + cos ( a) berada dalam rentang –1 dan +1ditunjukkan
oleh potongan (segmen) garis-garis tebal dalam sumbu a.
2
Karena sebanding dengan energi, maka sumbu horizontal juga secara tidak langsung
menyatakan sumbu energi.Jadi panjang potongan-potangan garis tebal itu menyatakan rentang
energi yang diizinkan untuk elektron. Dari Gambar 2 kita dapat melihat bahwa ternyata dengan
menggunakan model Kronig-Penney itu sumbu energi (sumbu a) dibagi menjadi daerah-daerah
yang diizinkan dan daerah terlarang bagi elektron. Daerah yang diizinkan untuk elektron adalah
sepanjang garis tebal, sedangkan daerah terlarang adalah daerah di antara ujung dua garis tebal
10
yang berdekatan.Panjang segmen garis tebal (yang berarti sebanding dengan rentang energi) itu
sebanding dengan nilai a. Artinya, makin besar nilai a makin panjang rentang energi yang diizinkan.
Jadi, dengan mengacu pada Gambar 2 di atas kita dapat menarik 3 kesimpulan berikut:
1. Spektrum energi elektron terdiri atas pita-pita energi yang diizinkan dan pita-pita
energi yang terlarang.
2. Lebar pita energi yang diizinkan sebanding dengan nilai a, artinya makin besar
nilai a makin besar pula lebar pita energi.
3. Lebar suatu pita energi yang diizinkan berbanding terbalik dengan nilai P, yaitu dengan
energi ikat elektron. Makin besar P makin kecil lebar pita energi yang diizinkan.
sin =0
=± [33]
dimana n = bilangan bulat. Karena itu, dengan menggunakan persamaan (3) dan (24)
energi dapat ditulis sebagai berikut:
ħ ħ
= 2 = 2 [34]
Persamaan (25) ini menyatakan tingkat energi sebuah partikel dalam sebuah
energi potensial yang tetap. Sebaliknya, jika P→0, persamaan (34) menjadi:
=cos= [35]
11
sehingga dengan menggunakan persamaan (3) dan (26) di atas, energi partikel menjadi:
ħ
= 2 [36]
Persamaan (27) ini menyatakan energi dari elektron bebas. Hal ini memang sesuai
dengan harapan kita bahwa jika P → 0, memang elektron menjadi bebas.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Spektrum energi elektron terdiri dari beberapa pita energi (daerah energi) yang
diperkenankan dan beberapa yang terlarang.
2. Lebar pita energi yang diperkenankan bertambah lebar dengan meningkatnya harga α
a, jadi dengan energi yang meningkat.
3. Lebar pita energi tertentu yang diperkenankan mengecil apabila P bertambah artinya
mengecil apabila energi ikatan makin naik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kittel, Charles.1996.Introduction To Solid State Physics 7th.ed .New York : Jhon Wiley and Sons
14