Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM THYPOID

Dosen Pembimbing:

Lilis Maghfiroh, M.Kes

Disusun Oleh :

Andrias Devitasari (1702012331)

Ichda Solikhatin Nisa (1702012342)

M. Ainun Na’im Ardianto (1702012354)

Restika Eka P.I (1702012363)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“DEMAM THYPOID’’ Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah KEPERAWATAN ANAK Universitas Muhammadiyah Lamongan oleh
Dosen Lilis Maghfiroh, M.Kes Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian maupun
kelengkapan isi. Untuk itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran
dan kritik dari pembaca guna memperbaiki makalah ini.Pembuatan makalah ini
diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan mahasiswa. Oleh
karena itu, kami mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang membacanya,

Lamongan, 13 November 2019

Penyusun

DAFTRA ISI

2
BAB 1

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia,
Afrika,Amerikalatin,Karibia,Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat
dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid
di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap
tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus
thipoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400.000 kematian setiap
tahunnya
Demam thypoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropic dibandingkan daerah berhawa dingin.
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup
kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman salmonella
thyposa A,B dan C. penyakit thypus abdominalis sangat cepat penularannya
yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit
thypus,kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan,susu,dan tempat
susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakkan bakteri
salmonella. Pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi
saniter yang tidak sehat menjadi factor terbesar dalam penyebaran penyakit
thypus
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi
didalam dunia kedokteran disebut dengan thypoid fever atau thypus
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa
jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran
usus.

1.2. Rumusan Masalahar

4
1. Apa definisi dari thypoid ?
2. Apa etiologi dari thypoid ?
3. Apa tanda dan gejala dari thypoid ?
4. Apa patofisiologi dari thypoid ?
5. Apa pathaway dari thypoid ?
6. Apa pemeriksaan penunjang dari thypoid ?
7. Apa penatalaksanaan dari thypoid ?
8. Apa konsep asuhan keperawatan dari thypoid ?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Definisi dari thypoid
2. Etiologi dari thypoid
3. Tanda dan gejala dari thypoid
4. Patofisiologi dari thypoid
5. Pathway dari thypoid
6. Pemeriksaan penunjang dari thypoid
7. Penatalaksaan dari thypoid7
8. Konsep asuhan keperawatan dari thypoid

1.4. Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam thypoid.
2. Mendapatkan pengetahuan tentang konsep asuhan keperawatan pada
penyakit demam thypoid.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian thypoid


Demam thypoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh salmonella thypi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis
yang disebabkan oleh salmonella paratyphi A,B,dan C. gejala dan tanda dua
penyakit tersebut hamper sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih
ringan. Kedua penyakit diatas tersebut disebut thypoid. Terminology lain
yang sering digunakan thypoid fever, paratyphoid fever,tifus,dan paratifus
abdominalis atau demam enteric. (dr. Widoyono, 2008)
Sampai saat ini demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan.
Hal ini diebabkan oleh karena kesehatan lingkungan yang kurang memadai,
penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat, tingkat sosial ekonomi,
tingkat pendidikan masyarakat. Walaupun pengobatan demam thypoid tidak
terlalu menjadi masalah namun masalah diagnostic kadang-kadang menjadi
masalah terutama ditempat dimana tidak dapat dilakukan pemeriksaan kuman
maupun pemeriksaan laboratoriumnya. (dr. T.H. Rampengan, 1993)
Sejarah thypoid dimulai saat ilmuwan Perancis bernama Pierre Louis
memperkenalkan istilah thypoid pada tahun 1829. Thypoid atau thypus
berasal dari bahasa yunani typhos yang berarti penderita demam dengan
gangguan kesadaran. Kemudian Gaffky menyatakan bahwa penularan
penyakit ini melalui air dan bukan udara. Gaffky juga berhasil membiakkan
salmonella typhi dalam media kultur pada tahun 1884. Pada tahun 1896
Widal akhirnya menemukan pemeriksaan thypoid yang masih digunakan
sampai saat ini. selanjutnya, pada tahun 1948 Woodward dkk. melaporkan
untuk pertama kalinya bahwa upaya efektif untuk demam thypoid adalah
kloramfenikol. (dr. Widoyono, 2008)

2.2 Etiologi thypoid

6
penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman salmonella
thyposa/eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negative,motil dan
tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh

manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah,serta mati pada suhu C

ataupun antiseptic. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya
menyerang manusia. (Prof. dr. T. H. Rampengan, 2007)
Salmonella thyposa mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu:
 antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar)
 antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil
 antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.
 Outer membrane protein (OMP). Antigen OMP S. thipy merupakan
bagian dari dinding sel terluar yang terletak diluar membrane sitoplasma
dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan
sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan
masuknya zat dan cairan ke dalam membrane sitoplasma. Selain itu OMP
juga berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin. OMP
sebagian besar terdiri dari protein purin, berperan pada pathogenesis
demam thypoid dan merupakan antigen yang penting dalam mekanisme
respon imun penjamu. Sedangkan protein non purin hingga kini
fungsinya belum diketahui secara pasti. (Prof. DR. H. Soegijanto, 2002)
Antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentuka tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin. Salmonella
thyposa juga dapat diperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan
resistensi terhadap multiple antibiotic.
Ada tiga spesies utama yaitu:
 salmonella thyposa (1 serotipe)
 salmonella choleraesius (1 serotipe)
 salmonella enteritidis ( lebih dari 1500 serotipe). (Prof. dr. T. H. Rampengan,
2007)
2.3 Tanda dan gejala thypoid

7
Menurut ngastiah (2007: 237), demam thypoid pada anak biasanya lebih
ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari
jika infeksi trjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang
terlama 30 hari. Selama inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,
perasaan tidak enak badan, nyeri, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian grjala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat
febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik tiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore hari. Dalam minggu ketiga suhu tubuh
berangsur-angsur menurun dan normal kembali.
2. Gangguan pada system pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput kotor (coated
tongue), ujungnya dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat
ditemukan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri
dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis Smpai
samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit
berat terhambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang dapat
ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena embori hasil dari
kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama pada /demam,
kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit thypoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadinya karena terdapatnya
basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh
obat maupun obat zat anti.
2.4 Patofisiologi

8
3 Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam
usus halus, kuman mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus
(terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebab4kan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial
system (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini, kuman difagosit akan
berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi, berkisar 5-9 hari, kuman kembali
masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder), dan
sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, dan kandung empedu
yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu
ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia
ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan
antigen somatic (lipopolisakarida), yang semula diduga bertanggung jawab
terhadap terjadinya gejala-gejala dari demamn tifoid.
4 Pada penelitian lebih lanjut ternyata endotoksin hanya mempunyai peranan
membantu proses peradangan local. Pada keadaan tersebut, kuman ini
berkembang.
5 Demam thypoid disebabkan oleh salmonella thyposa dan endotoksinnya yang
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh lekositpada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi
pusat termoregulator di hipotalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala
demam.
6 Akhir-akhir ini beberapa peneliti mengajukan pathogenesis terjadinya
manifestasi klinis sebagai berikut : Makrofag pada penderita akan
menghasilkan substansi aktif yang disebut monokin, selanjutnya monokin ini
dapat menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang system imun, instabilitas
vaskuler, depresi sumsum tulang, dan panas (Prof. dr. T. H. Rampengan, 2007)

9
2.5 Pathway

2.6 pemeriksaan penunjang thypoid


Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat


leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai.Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.Oleh karena itu
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT


SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

10
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada
saat bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.Pada waktu kambuh
biakan darah dapat positif kembali.

d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

2.7 Penatalaksanaan thypoid

11
Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam thypoid yaitu :
1. pemberian antibiotic, untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran
kuman. Antibiotk yang dapat digunakan :
 kloranfenikol dosis hari pertama 4X250 mg, hari ke dua 4 X 500
mg diberikan selama demam dilanjutkan 2 hari sampai bebas
demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4X250 mg selama 5
hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP
persahabatan) ,penggunan klortamfenikol masih memperlihatkan
hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat terbaru dari jenis
kuinolen.

 Ampisilin/ amoksilin dosis 50- 150 mg/kg BB, diberikan selama 2


minggu

 Kotrimoksazol 2X2 tablet (1 tablet mengandung 400mg


sulfametroktazol 80 mg trimitropin, diberikan selama 2 minggu
pula.

2. Istirahat dan perawatan professional mencegah komplikasi dan


mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang dari selama 14 hari. Mobilisasi
dilakukan secara bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga higine perorangan kebersihan, tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran
menurun, posisinya perlu diubah- ubah untuk mencegah dekubitus dan
pneumonia hipostastik. Defekasi dan buang air kecil harus diperhatikan,
karena kadang- kadang terjadi obstipasi dan retensi urin.

3. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif)

pertama pasien diberikan diet bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian
menunjukan bahwa pemberian makanan pada dini, yaitu nasi dengan lauk pauk

12
rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman.Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk
mendukung keadan umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan
homeostasis system imum akan berfungsi secara optimal.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
1. Identitas anak
 Nama, tempat, atau tanggal lahir
 Umur: lebih sering terjadi pada usia 1 tahun ke atas

13
 Alamat atau nomer telfon : lebih sering terjadi pada lingkungan
yang kurang bersih
 Tingkat pendidikan ortu : orang tua yang pendidikannya rendah
cenderung kurang mengetahui tanda dan penanganan thypoid
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Panas sampai 1 minggu berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing, kurang bersemangat, dan nafsu makan kurang (terutama
selama masa inkubasi).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
3. Faktor psikososial
Kebiasaan anak yang tidak mecuci tangan sebelum makan dan
makan makanan sembarangan
4. Riwayat tumbuh kembanga
- Prenatal : Penyakit selama kehamilan yang menyertai
mempengaruhi terjadinya typus
- Natal: premature atau tidaknaya bayi
- Postnatal : pemberian ASI dan pASI terhadap perkembangan daya
than tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh
infeksi pada tubuh
- Riwayat pertubuhan dan perkembangan : berat badan menurun
5. Riwayat Imunisasi
Sudah mendapatkan imunisasi lengkap
6. Pola kebiasaan sehari -hari
a). Pola nutrisi
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama
sekali.
b) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine
menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

14
c) Pola aktivitas
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
7. Pengkajian system
A. Pengkajian umum
1. Kesadaran : Menurun, rewel, lemah
2. Tanda- tanda vital :
- Suhu tubuh : terjadi peningkatan suhu tubuh (>38,5oC)
- Nadi : lemas (<90x/menit)
- Nafas : lambat (<40x/menit)
- TD: menurun
B. Pengkajian Fisik
Head To Toe
a. Kepala : normosefalik, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada ketombe.
b. Rambut : bentuk lurus, warna hitam, rambut nampak bersih.
c. Mata : sklera jernih, konjungtiva tidak anemis, penglihatan baik.
d. Hidung : pasase udarada baik, tidak ada sumbatan, simetris.
e. Telinga : daun telnga simetris,bersih.
f. Leher ; teraba nadi karotis, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
g. Dada : dada simetris,pergerakan teratur.
h. Abdomen : bentuk datar, tidak nampak ada benjolan.
i. Ekstremitas : atas dan bawah : terpasang infus , turgor baik,tidak ada
sianosis.
j. Kulit : dahi teraba panas, kulit teraba panas.
k. Mulut ; bibir nampak kering,lidah kotor dan
hiperemis.
C. Dada :
- I : bentuk simestris
- P: vokal premitus menurun
- P: bunyi paru sonor
- A: Suara nafas regular, suara jantung lup dup
D. Perut :
- I: Distensi abdomen
- A: bising usus meningkat
- P: nyeri abdomen
- P: bunyi perut typani

15
- E: ekstermitas :kekuatan otot menurun , turgor kulit menurun
8. Pemeriksaan Penunjang
 Hitung leukosit normal atau leukopenia. Leukositosis terjadi bila
terdapat perdarahan atau komlikasi piogenik.
 Diagnosis definitif membutuhkan isolasi dari darah atau sumsum
tulang.
 Kultur darah positif pada 80 % kasus dalam minggu pertama,
secara progresif berkurang setelah atau bila sebelumnya terdapat
penggunaan antibiotik.
 Kultur tinja dan urin sering positif sejak minggu kedua dan
seterusnya. Bersifat diagnostik hanya jika gambaran klinis
mendukung.
Pengukuran antibody 'O' dan 'H'(tes widal) tidak dapat dipercaya sering
sulit diinterprestasi pada orang yang sebelumnya diimunisasi atau
terinfeksi dengan kelompok salmonela yang kerabat sehingga tidak
digunakan di daerah barat

ANALISA DATA

DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


(DO,DS) (Pohon masalah)
KEPERAWATAN
DS : keluarga pasien Kuman menembus Hipertermi
mengatakan pasien panas usus
Masuk aliran darah
tinggi

16
DO : kulit merah, kejang, (bakterima)
takikard, takipnea, kulit
Mempengaruhi
terasa hangat
- S : 38,50 termoregulasi di
- N : 90
hipotalamus
- R : 24x/menit
Suhu tubuh
meningkat

Hipertermi

Asam lambung Nutrisi kurang dari


DS : Keluarga pasien
naik kebutuhan tubuh
mengatakan pasien tidak
Mual, muntah
nafsu makan, mual, berat
badan menurun, membrane
Intake
mukosa pucat nutrisi menurun
DO : nafsu makan menurun,
bising usus hiperaktif,
sariwan, BB menurun, BB
serum albumin turun
- S : 38,50C
- N : 90 Nutrisi kurang
- RR : 24x/menit dari kebutuhan
tubuh

DS : Keluarga pasien Kehilangan banyak Intoleransi aktivitas


mengatakan air dan elektrolit
pasienmengeluh lelah,

17
lemas Dehidrasi
DO : merasa lemah,
sianosis, tekanan darah
berubah >20% dari kondisi Kelemahan, wajah
pucat
istirahat
- S : 38,50C
- N : 90
- RR : 24x/menit Intoleransi
aktivitas

PRIORITAS DX KEPERAWATAN

1. Hipertermi b.d Proses infeksi


2. Defisit nutrisi b.d ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

PERENCANAAN

No Dx. Tgl Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

18
1. Setelah dilakukan Observasi
- Identifikasi
tindakan asuhan
penyebab
keperawatan selama 3x24
hipertermia
jam diharapkan hipertermi
- Monitor suhu
tertasi dengan kh :
tubuh
- Suhu tubuh
- Monitor kadar
menurun
elektrolit
- Pucat menurun
- Monitor keluaran
- Kadar glukosa
urin
darah membaik
Terapeutik
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahai dan
kipasi
permukaan tubuh
- Ganti linen
setiap hari
- Lakukan
pendinginan
eksternal
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Pemberian cairan
dan elektrolit
intavena

19
Setelah dilakukan Observasi
2. - Identifikasi
tindakan asuhan
status nutrisi
kepeawatan selama 3x24
- Identifiukasi
jam di harapkan nutrisi
makanan yang
sesuai kebutuhan tubuh
disukai
meningkat deagan kh : - Identifikasi
- Porsi makan
kebutuhan kalori
meningkat
dan jenis nutrisi
- Verbalisasi
- Monitor asupan
keinginan untuk
makanan
meningkatkan - Monitor berat
nutrisi meningkat badan
- Pengetahuan Terapeutik
- Lakukan oral
tentang pilihan
heygin sebelum
makanan yang
makan
sehat meningkat
- Filitasi
- Pengetahuan
menentukan
tentang standar
pedoman diet
asupan nutrisi
- Sajikan makan
yang tepat
secara menarik
meningkat - Berikan
- Frekuensi makan
makanan tinggi
membaik
kalori dan tinggi
- Nafsu makan
protein
membaik
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk
- Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
20
Setelah dilakukan asuhan Observasi
3. - Idebtifikasi
keperawtan selama 3x24
gangguan fungsi
jam di harapkan
tubuh yang
intoleransi aktivitas
mengakibatkan
meningkat dengan kh :
- Frekuensi nadi kelelahan
- Monitor
meningkat
- Kemudahan dalam kelelahan fisik
- Monitor pola dan
melakukan
jam tidur
aktifitas sehari-
- Monitor lokasi
hari meningkat
dan ketidak
- Kekuatan tubuh
nyamanan
meningkat
- Keluan lelah selama
menurun melakukan
- Perasaan lemah
aktivitas
menurun Terapeutik
- Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
- Lakukan latihan
rentang gerak
pasif atau aktif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktifitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
21
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON

1 Hipertermi b.d - Mengidentifikasi penyebab Pasien kooperatif


proses infeksi Hipertemi
- Memonitor suhu tubuh
pasien
- Membantu pasien untuk
melepaskan pakaian
Pasien Kooperatif
- Menganjurkan pasien tirah
2.
Dfisit nutrisi b.d
baring
ketidak - Memberikan cairan
seimbangan elektrolit intravena
- Mengedentifikasi status
nutrisi kurang dari
3.. nutrisi Pasien kooperatif
kebutuhan tubuh
- Mengidentifikasi kebuthan
kalori dan jenis nutrisi
- Monit berat badan
- Membantu melakukan oral
Intoleransi
hygine sebelum makan
aktivitas b.d - Memberikan makan tinggi
kelemahan kalori dan tinggi protein
- Mengidentifikasi
gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan

22
kelelahan
- Memonit pola dan jam
tidur
- Melakukan latihan rentang
gerak pasif atau aktif
- Menganjurkan tirah baring
- Mengajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan

23
NO DIAGNOSA EVALUASI

1 Hipertermi b.d proses S : Ibu pasien mengatakan pasien panas dan


infeksi lemas
O: Keluhan utama : lemah
- N: 90
- S: 38,5o
- RR: 24x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
2.
Defisit nutrisi b.d ketidak P: Intervensi dilanjutkan
S: Ibu pasien mengatakan pasien mual dan tidak
seimbangan nutrisi
mau makan
kurang dari kebutuhan
3. O: lemah
tubuh A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan kaloborasi dengan tim
medis
Intoleransi aktivitas b.d
S: Ibu pasien mengatakan pasien lemas
kelemahan O: lemah
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan kaloborasi dengan tim
medis

24
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa penyakit demam thypoid
merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan
sampai saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan
lingkungan merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit ini datang.

1.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan
kepada masyarakat terutama pada anak-anak supaya menjaga kebersihan,baik
kebersihan lingkungan,makanan,air minum, dan kebersihan diri sendiri.

25
DAFTAR PUSTAKA

. Ariyanto. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
Jakarta: Salemba Medika.
dr. Surapsari, J. (2006). Penyakit Infeksi . Jakarta: Erlangga.
dr. T.H. Rampengan, D. d. (1993). PENYAKIT INFEKSI TROPIK PADA ANAK.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
dr. Widoyono, M. (2008). PENYAKIT TROPIS Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Ngatsiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Prof. DR. H. Soegijanto, S. d. (2002). Ilmu Penyakit Anak Diagnosa &
Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.
Prof. dr. T. H. Rampengan, S. (. (2007). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai

  • 2
    2
    Dokumen2 halaman
    2
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • 7
    7
    Dokumen2 halaman
    7
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen2 halaman
    2
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen2 halaman
    3
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Non-Cardiogenic Pulmonary Edema
    Non-Cardiogenic Pulmonary Edema
    Dokumen2 halaman
    Non-Cardiogenic Pulmonary Edema
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Stadium 3
    Stadium 3
    Dokumen2 halaman
    Stadium 3
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Tyagita Mandasari, Mochammad Choiri, Ratih Ardia Sari Jurusan Teknik Industri
    Tyagita Mandasari, Mochammad Choiri, Ratih Ardia Sari Jurusan Teknik Industri
    Dokumen13 halaman
    Tyagita Mandasari, Mochammad Choiri, Ratih Ardia Sari Jurusan Teknik Industri
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • A.3 Manifestasi Klinis
    A.3 Manifestasi Klinis
    Dokumen2 halaman
    A.3 Manifestasi Klinis
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen2 halaman
    3
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Stunting (Semester 6)
    Stunting (Semester 6)
    Dokumen19 halaman
    Stunting (Semester 6)
    Hadi Fx
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen2 halaman
    2
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Lansia
    Hipertensi Lansia
    Dokumen28 halaman
    Hipertensi Lansia
    Hadi Fx
    Belum ada peringkat
  • Paliatif Viks2
    Paliatif Viks2
    Dokumen11 halaman
    Paliatif Viks2
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen15 halaman
    Kelompok 6
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen15 halaman
    Kelompok 3
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Peran Fungsi Etik Kep - Kom
    Peran Fungsi Etik Kep - Kom
    Dokumen28 halaman
    Peran Fungsi Etik Kep - Kom
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Case Study Kel.2
    Case Study Kel.2
    Dokumen14 halaman
    Case Study Kel.2
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4
    Kelompok 4
    Dokumen14 halaman
    Kelompok 4
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen12 halaman
    Kelompok 1
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen16 halaman
    Kelompok 5
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • KKP
    KKP
    Dokumen25 halaman
    KKP
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 11
    Kelompok 11
    Dokumen16 halaman
    Kelompok 11
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen16 halaman
    Kelompok 5
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • KKP
    KKP
    Dokumen20 halaman
    KKP
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Down
    Sindrom Down
    Dokumen29 halaman
    Sindrom Down
    Merist Salsabiela
    Belum ada peringkat
  • Askep Kejang Demam Revisi Fiks
    Askep Kejang Demam Revisi Fiks
    Dokumen46 halaman
    Askep Kejang Demam Revisi Fiks
    Reza Bela Syindi
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Down
    Sindrom Down
    Dokumen22 halaman
    Sindrom Down
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat