Anda di halaman 1dari 4

Tugas Konservasi Arsitektur

Pungki Indriatmiko – 18/434597/PTK/12160

Gedung OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren) / BOSBOW


Di Kota Madiun

I. Sejarah Gedung OSVIA


Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren adalah sekolah pendidikan bagi calon
pegawai-pegawai bumiputra pada zaman Hindia Belanda. Setelah lulus mereka dipekerjakan
dalam pemerintahan kolonial sebagai pamong praja. Sekolah ini dimasukkan ke dalam sekolah
ketrampilan tingkat menengah dan mempelajari soal-soal administrasi pemerintahan. Masa
belajarnya lima tahun, tetapi tahun 1908 masa belajar ditambah menjadi tujuh tahun. Pada
umumnya murid yang diterima di sekolah ini berusia 12-16 tahun. Sebelumnya sekolah OSVIA
bernama Hoofden School (sekolah para pemimpin). Hoofden School tersebar di Jawa, masing-
masing di Bandung, Magelang, dan Probolinggo. Pada tahun 1900 sekolah-sekolah ini mengalami
reorganisasi dan diberi nama baru, yakni OSVIA. Di Bandung, sebagian muridnya berasal dari Jawa
Barat. OSVIA Magelang, menarik siswa-siswa dari Jawa Tengah, sedangkan OSVIA Probolinggo
bagi siswa dari Jawa Timur. Pada tahun 1900, OSVIA membuka cabang lagi di tiga tempat, yakni
Serang, Madiun, dan Blitar. Pembukaan cabang itu dilakukan karena jumlah murid OSVIA
meningkat dua kali lipat. Pada tahun 1918, OSVIA membuka cabang di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Pada tahun 1927 seluruh cabang OSVIA digabungkan menjadi MOSVIA (Middelbare Opleiding
School voor Inlandsche Ambtenaren) yang berpusat di Magelang. Pada bulan Oktober 1969 para
lulusan OSVIA dan lembaga pendidikan lainnya, seperti Bestuur school menyelenggarakan reuni.
Dalam reuni ini mereka membicarakan Rencana Pembangunan Lima Tahun Orde Baru. Beberapa
di antara mereka masih mengenakan bintang tanda jasa dari zaman kolonial Belanda, yakni Orde
van Oranje Nassau.

Gambar 1. 1 Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren


Sumber: https://dapobud.kemdikbud.go.id/objek-benda/5bfc13494abcfb04b4a6d938/komplek-bousbow

Kompleks bangunan ini terletak di Jalan Diponegoro Kota Madiun.Orang Madiun


mengenal kompleks ini dengan sebutan Bosbow. Bosbow atau Boschbouw merupakan kata dari
bahasa Belanda, Bosch berarti Hutan/Kehutanan, Bouw berarti Gedung. Nama Boschbouw

1
Tugas Konservasi Arsitektur
Pungki Indriatmiko – 18/434597/PTK/12160

sebenarnya adalah nama sebutan untuk sekolah Kehutanan Madiun pada zaman Hindia Belanda
"Middlebare Boshbouwschool (MBS) te Madioen".

Gambar 1. 2 Kompleks Gedung OSVIA/ BOSBOW


Sumber: Citra satelite google earth pro

Menurut sejarah, Bosbow dulu adalah Middlebare Boschbouw School (Sekolah


Kehutanan Menengah Atas, MBS) di Madiun, yang di dirikan oleh J.H. Becking, pimpinan Jawatan
Kehutanan pada Pada tanggal 26 Agustus 1939. Setingkatdengan MLS, maka MBS juga mendidik
murid bumiputera tamatan Mulo selama 3 tahun. Namun pada Masa Pendudukan Jepang, MBS
di tutup (http://openmadiun.com/article-786-historia-van-madioen-telusuri-bosbow.htm).
Pendirian sekolah kehutanan (Bosbow) dikarenakan Madiun sebagai daerah yang berada di
tengah-tengah kawasan hutan produksi jati di Jawa Timur. Pelaksanaan kegiatan Sekolah
Kehutanan ini sementara dipusatkan di kompleks MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor
Inlandsche Ambtenaren (nama lama OSVIA) di Jalan Wilhelmina yang sekarang jadi jalan
Diponegoro kota Madiun. Pada tahun ajaran pertama, kegiatan belajar diawali dengan 60 murid.
Mereka akan diasramakan di asrama MOSVIA. Sekolah ini berskala nasional sehingga tidak hanya
merekrut anak-anak dari kawasan Gemeente Madiun akan tetapi juga dari seluruh Jawa. Murid-
murid pertama yang masuk sekolah ini adalah remaja-remaja dari Middelbare Landbouwschool
Bogor, Jurusan Kehutanan sekolah perkebunan Malang dan Sukabumi. Hanya anak yang
berpendidikan MULO yang dapat mendaftar di sekolah ini. Penempatan sekolah ini sangat tepat
mengingat Madiun merupakan pusat pengolahan kayu sehingga para murid dapat praktek
langsung di lapangan.Sekolah Kehutanan ini akan dibuka setelah tahun 1939 (Hudiyanto dalam
Pamungkas, 2011 : 81). Dilihat dari bentuk bangunannya, bangunan utamanya dari gedung ini
sangat mirip dengan kompleks sekolah OSVIA yang ada di Serang.

II. Pemanfaatan Saat ini


Menurut berbaga sumber artikel berita yang dimuat dimedia sosial pemanfaatan
kompleks BOSBOW saat ini akan dijadikan pusat wisata kota tua dan sebagai pusat aktivitas
komunitas ssosial dimana akan dibangun lapangan futsal untk dapat dimanfaatkan oleh
komunitas olahraga, yang nantinya tujuannya adalah untuk mendekatkan Kompleks Bosbow

2
Tugas Konservasi Arsitektur
Pungki Indriatmiko – 18/434597/PTK/12160

dengan masyarakat sekitar dan program ini diprakarsai oleh Danrem 081/DSJ Kolonel Inf Masduki,
S.E., M.Si.

Gambar 1. 3 Aktivitas olahraga dan sepakbola di kompleks Bosbow


Sumber: https://tni.mil.id/view-156429-danrem-081dsj-sulap-asrama-bosbow-jadi-sarana-komsos-kreatif.html

Selain untuk aktifitas olahraga kompleks bosbow juga digunakan sebagai tempat pameran
Madioen Tempo Doloe dan sebagai tempat Bazar pasar rakyat yang dilaksanakan pada tanggal 14
s.d. 20 Agustus 2019 lalu dimana selain adanya bazar makanan juga hiburan rakyat dan
perlombaan-perlombaan seperti baca puisi, tari remong, fotografi dan festival Band, baik tingkat
SD, SMP, SMA maupun umum. Meski belum berkonsep dan direncanakan dengan baik inisiatif
untuk menggunakan ruang yang ada dikomplek ini merupakan suatu pencapaian yang luar biasa
meskipun perlu adanya konsep yang jelas yang dapat menunjang dan menghidupi bangunan
tersebut tidak hanya untuk berkegiatan saja namun juga ada feedback yang bisa diambil untuk
dapat melestarikan bangunan tersbut, saat ini pemanfaatan dan perbaikan serta pelestarian
masih menggunakan anggaran pemerintah daerah. Jika semakin lama tentunya juga akan
membebadi anggara pemerintah daerah dalam mengelola dan melestarikan bangunan cagar
budaya yang ada di Madiun. Di madiun terdapat 19 bangunan cagar budaya yang akan
dimasukkan kedalam Surat Keputusan Walikota sebagai bangunan cagar budaya.

III. Ide dan Gagasan


Pemanfaatan ruang yang berada di kompleks Bosbow memberikan suasana baru yang
ada di Kota Madiun terutama untuk komunitas sosial dan kegiatan pemerintah lain nya dalam
rangka HUT Kemerdekaan. Kegiatan dan event ini tentunya menjadi awal yang baik meski harus
dikonsep dengan baik supaya tidak hanya menjadi sebuah even saja tetapi pemanfaatan seluruh
komplek baik halaman, ruang yang ada di dalam dan dapat dikelola dengan baik sehingga tercipta
suatu pemanfaatan ruang yang utuh dan menyeluruh seperti pemanfaatan beberapa gedung yang
sekarang dipakai sebagai SD, SMP, dan SMA di kota Madiun semua termanfaatkan. Jika konsep
Madioen Tempo Doloe ini bukan hanya sebagai eventorial saja maka keberlanjutan dari bangunan
ini pun akan lebih baik dan dapat menghidupi bangunan itu sendiri tanpa ada campur tangan

3
Tugas Konservasi Arsitektur
Pungki Indriatmiko – 18/434597/PTK/12160

pihak pemerintah dalam pengelolaan aset dan pemeliharaannya. Tanggung jawab dan
pemerintah dalam melestarikan bangunan cagar budaya pun berkurang dan dapat
mengalokasikan kebutuhan anggaran lainnya untuk kebutuhan anggaran di sektor lain yang perlu
dibenahi dan diperbaiki. Seperti pemanfaatan dan perbaikan sarana trotoar yang masih jauh dari
kata baik.

Anda mungkin juga menyukai