Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

GEOKIMIA EKSPLORASI

Dosen Pengampu : Fadlin Idrus, S.T, M.Eng

Oleh :

Kelompok 7

Anggota :

Larasati Pinanjar Putri (H1C016005)


Ado Tuteng Prayogo (H1C016012)
Vinah (H1C016021)
Rahmatia Adha Nabila (H1C016030)
Dicky Adi Prasetyo (H1C016043)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga referat ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih banyak atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga referat ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi referat agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
referat ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Purbalingga, 17 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4
I.1. Latar Belakang .......................................................................................4
I.2. Tujuan ....................................................................................................4
I.3. Metode ...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................6
II.1. Hasil Analisi Geokimia Unsur Tunggal ...............................................6
II.2. Hasil Analisis Geokimia Unsur Majemuk ..........................................22
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penyelidikan geokimia dengan mengunakan metode analisis kandungan


unsur dari percontoh endapan sungai aktif -80 mesh merupakan salah satu fase awal
eksplorasi terutama untuk menemukan cebakan mineral logam. Cebakan tersebut
baik yang sudah tersingkap maupun yang masih berada di bawah permukaan dapat
terungkap pada data geokimia yang dihasilkan. Selain dapat menentukan
keberadaan cebakan bahan galian, sebaran unsur percontoh endapan sungai juga
dapat dipergunakan untuk menentukan kondisi geologi dan lingkungan rona awal
maupun rona akhir dari suatu wilayah.

Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda yakni di Pulau


Sulawesi bagian utara dan Pulau Sumatera dengan tataan geologi yang kompleks
dan berada dalam jalur metalogenik yang berpotensi membentuk cebakan logam,
menghasilkan rona geokimia yang sangat bervariasi dan menarik. Data geokimia
regional yang tertuang dalam bentuk peta sebaran unsur menyajikan informasi awal
yang penting tentang indikasi mineralisasi untuk ditindaklanjuti ke tahap
penyelidikan lebih rinci.

I.2 Tujuan

Tujuan diadakannya penyelidikan geokimia dengan mengunakan metode


analisis kandungan unsur dari percontoh endapan sungai aktif -80 mesh adalah
sebagai berikut :

1. Untuk menemukan cebakan mineral logam.


2. Untuk menentukan keberadaan cebakan bahan galian, sebaran unsur
percontoh endapan sungai.
3. Untuk menentukan kondisi geologi dan lingkungan rona awal maupun rona
akhir dari suatu wilayah.

4
I.3 Metode

Metode yang digunakan dalam penyelidikan geokimia ini yakni metode


geokimia endapan sungai aktif. Metode ini digunakan karena biaya penyelidikan
geokimia relatif murah, data yang dihasilkan memberikan isyarat tentang
keterdapatan endapan logam dengan tingkat kepastian tinggi, dan dapat
mengungkap keberadaan bahan galian yang sudah tersingkap maupun masih berada
di bawah permukaan, serta berada jauh di bagian hulu dari lokasi pengambilan
percontoh. Metode ini antara lain terdiri :

1. Pemetaan geokimia.
Dilakukan dengan cara pengambilan percontoh endapan sungai fraksi -80
mesh pada cabang-cabang sungai aktif. Sebanyak 4.681 percontoh yang
terkumpul di Pulau Sulawesi bagian Utara mewakili daerah penyelidikan
seluas 80.765 km2. Sedangkan sebanyak 22.181 percontoh yang telah
terkumpul di Pulau Sumatera mewakili daerah penyelidikan seluas 431.800
km2.
2. Metode Spektrometri Serapan Atom (AAS).
Fraksi berukuran -80 mesh dari endapan sungai ini dianalisis dengan metode
Spektrometri Serapan Atom (AAS) untuk 11 unsur-unsur pada Pulau
Sulawesi bagian utara yang terdiri atas Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Ag, Li, K, Co,
Ni, dan Cr. Dan 15 unsur pada pulau Sumatera dengan tambahan unsur As,
Sn, W dan Mo. Penentuan kadar unsur Cu, Pb, Zn, Co, Ni, Mn, dan Ag
dilakukan setelah peleburan dengan menggunakan asam nitrat panas.
Sementara kadar Li, K, Cr, dan Fe ditentukan setelah melalui peleburan
menggunakan asam perkhlorat/hidrofluorat panas. Sedangkan Unsur As,
Sn, W dan Mo dianalisis dengan metode kolorimetri.

5
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Hasil Analisi Geokimia Unsur Tunggal


1. Perak (Ag)

Hasil analisis kimia perak di Pulau Sulawesi bagian utara yang nilainya
lebih besar dari batas deteksi jumlahnya sangat terbatas. Sebagian besar lebih kecil
atau sama dengan nilai batas deteksi. Nilai berkisar dari bawah batas deteksi
sampai dengan 14 ppm (Tabel 1)

Tabel 1. Ringksan Statistik Kandungan Unsur (satuan dalam ppm kecuali Fe dalam %)

Hasil analisis kimia perak yang harganya lebih besar dari batas deteksi
jumlahnya sangat terbatas. Sebagian besar lebih kecil atau sama dengan harga
batas deteksi. Harga berkisar dari bawah batas deteksi sampai dengan 800 ppm
(Tabel 1). Kelompok harga tinggi terdapat di baratdaya Danau Toba, Bengkulu
dan di Lampung.

6
Tabel 2. Rngkasan statistik kandungan unsur, satuan dalam ppm kecuali Fe dalam %

Walaupun nilai perak di Pulau Sulawesi Utara dan Pulau Sumatera yang
berada di atas nilai batas deteksi sangat jarang, namun ada beberapa kelompok
peninggian nilai perak yang tergambar pada citra geokimia (Gambar B dan Gambar
A) berkaitan dengan daerah mineralisasi perak dan emas. Peninggian nilai perak
paling banyak dijumpai di Pulau Sulawesi Utara yakni di Kabupaten Gorontalo dan
Minahasa, sebagai cerminan dari keterdapatan Ag (dan Au) pada daerah ini. Dan di
daerah Pulau Sumatera kelompok harga tinggi terdapat di baratdaya Danau Toba,
Bengkulu dan di Lampung.

Gambar 1. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan Sebaran unsur perak

7
Gambar 2. Peta Sumatera menunjukkan (A) Sebaran unsur perak

2. Kobal (Co)

Kadar kobal berkisar dari 1 ppm hingga 181 ppm di Pulau Sulawesi Utara
dan di Pulau Sumatera Kadar kobal berkisar dari 1 ppm sampai dengan 370 ppm,
dengan nilai tertinggi mencapai 181 ppm berada pada daerah sekitar Batui,
sedangkan di pulau Sumatera mencapai 370 ppm pada daerah Aceh.

Sebaran umum kobal mirip dengan Ni dan Cr; dimana beberapa nilai tinggi
di Pulau Sulawesi Utara terdapat di timur Poso, Batui, Luwuk, dan, Balantak
berasosiasi dengan ofiolit (Gambar C).

Gambar 3. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (C) Sebaran unsur

kobal

8
Dan di Pulau Sumatera nilai tertinggi terdapat di sepanjang Bukit Barisan,
berasosiasi ultramafik dan basaltik (Gambar C).

Gambar 4. Peta Sumatera menunjukkan (C) Sebaran

unsur kobal

3. Khrom (Cr)
Kadar khrom di Pulau Sulawesi Utara dari bawah batas deteksi 5
ppm hingga 17.510 ppm, nilai tertinggi 17.510 ppm berada di timur Poso
dan Batui. Sedangkan kadar khrom di Pulau Sumatera dari bawah batas
deteksi 3 ppm sampai dengan 40.000 ppm, nilai tertinggi 40.000 ppm berada
di Aceh. (pada tabel)
Sebaran kadar tinggi Cr di Pulau Sulawesi Utara berasosiasi
dengan batuan ofiolit, dimana anomali signifikan dijumpai berasosiasi
dengan mineralisasi khrom, sedangkan sebaran harga tinggi Cr di Pulau
Sumatera berasosiasi dengan batuan ultramafik. Anomali signifikan
kemungkinan berasosiasi dengan mineralisasi khrom.

9
Gambar 5. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (D) Sebaran unsur kromium

Gambar 6. Peta Sumatera menunjukkan (D) sebaran unsur khrom

4. Tembaga (Cu)
Nilai tembaga di Pulau Sulawesi dan Pulau Sumatera Utara sama,
yakni berkisar dari 2 ppm sampai dengan 2.131 ppm. Kadar tertinggi
tembaga 2.131 ppm di Pulau Sulawesi Utara berasal dari Sungai Bulagidun,
sebelah timur Tolitoli. Sedangkan kadar tertinggi tembaga di Pulau
Sumatera mengelompok di beberapa lokasi di Aceh, Sumatera Barat dan
bengkulu.

10
Anomali signifikan dari tembaga dijumpai di Pulau Sulawesi Utara
daerah Minahasa, Gorontalo dan Boalemo yang menerus ke sekitar Sabang
dan Tinombo. Anomali tembaga pada daerah ini terkait dengan adanya
cebakan tembaga yang ditemukan di Kotabunan, Tombulilato dan
Bulagidun (Gambar E).

Gambar 7. Peta Sumatera menunjukkan (E) sebaran unsur tembaga

Sedangkan Anomali tembaga pada daerah di Pulau Sumatera terkait


dengan adanya keterdapatannya cebakan tembaga seperti di Tangse,
Tengkereng, Ise-ise dan barat Kerinci (Gambar E).

Gambar 8. Peta Sumatera menunjukkan (E) sebaran unsur tembaga

11
5. Besi (Fe)
Kandungan besi di Pulau Sulawesi Utara berkisar dari 0,1% sampai
89,9%. Sedangkan di Pulau Sumatera Kandungan besi berkisar 0,007%
sampai 79,6%. Peninggian nilai Fe terutama dijumpai di Sulawesi Utara,
dengan anomali di sekitar Paleleh, Likupang, Taludaa, Bulagidun, Bolaang
Mongondow, dan Minahasa berasosiasi dengan keberadaan mineralisasi
logam lain ( Gambar F).
Anomali besi pada beberapa lokasi di Pulau Sumatera berkaitan
dengan adanya mineralisasi besi. Pola sebaran harga Fe mempunyai
kecenderungan yang meninggi pada daerah dengan harga Sn rendah, atau
sebaliknya cenderung rendah pada daerah peninggian harga Sn (Gambar F).

Gambar 9. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (F) Sebaran unsur besi.

Gambar 10. Peta Sumatera menunjukkan (F) sebaran unsur besi.

12
6. Kalium (K)
Kandungan kalium di Pulau Sulawesi Utara berkisar dari 60 sampai
dengan 274.000 ppm dan di Pulau Sumatera berkisar dari 47 sampai dengan
75.600 ppm. Daerah peninggian kalium di Pulau Sulawesi Utara yang
berada di zone busur magmatik bagian barat, di daerah Sulawesi Tengah
menempati sebelah timur Palu menerus ke arah utara, berasosiasi dengan
batuan granitik. (Gambar A).
Daerah peninggian kalium di Pulau Sumatera berada di sepanjang
Bukit Barisan bagian tengah dan utara. Sebaran unsur Kalium dan Litium
mempunyai pola yang hampir sama. Harga kandungan unsur kalium
cenderung rendah pada daerah dataran timur Sumatera, kecuali di Daerah
Lubuk Pakam sampai Kisaran, di Provinsi Sumatera Utara mempunyai
harga tinggi (Gambar A).

Gambar 11. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (A) Mineralisasi logam

Gambar 12. Peta Sumatera menunjukkan (A) Sebaran unsur perak

13
7. Litium (Li)
Li di Pulau Sulawesi Utara mempunyai kisaran nilai dari 1 ppm
sampai dengan 200 ppm, sedangkan di Pulau Sumatera mempunyai kisaran
nilai dari 1 ppm sampai dengan 214 ppm. Nilai tinggi litium di Pulau
Sulawesi Utara dan Pulau Sumatera erat kaitannya dengan batuan terobosan
granitoid dan batuan malihan. Nilai Litium di Pulau Sulawesi Utara yang
relative tinggi yakni di sekitar Pasangkayu, Tolitoli berasosiasi dengan
intrusi granitoid, sementara di Kolaka bagian utara berkaitan dengan batuan
malihan. Nilai litium rendah terdapat di busur magmatik Sulawesi bagian
utara dan jalur ofiolit Sulawesi bagian timur.
Sedangkan Nilai Litium relatif tinggi di Pulau Sumatera yakni di
daerah Aceh dimana dijumpai batuan malihan yang luas, dan setempat-
setempat di sepanjang perbukitan Barisan. Nilai litium rendah terdapat di
daerah morfologi rendah bagian timur Sumatera. Beberapa kelurusan
sebaran nilai litium dengan kandungan relatif tinggi dengan arah barat daya-
timur laut memotong Pulau Sumatera seperti di Daerah Tembesi,
kemungkinan merupakan indikasi adanya sturktur geologi dan adanya
batuan granitoid (Gambar B).

Gambar 13. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (B) Sebaran unsur litium

14
Gambar 14. Peta Sumatera menunjukkan (B) Sebaran unsur litium

8. Mangan (Mn)
Kadar mangan di Pulau Sulawesi Utara berkisar dari 14 ppm sampai
dengan 6.276 ppm dengan rata-rata aritmatik 465 ppm. Sedangkan di Pulau
Sumatera kadar mangan berkisar 10 ppm sampai dengan 20.000 ppm
dengan rata-rata aritmatik 496,21 ppm.
Nilai tertinggi sebara mangan di Pulau Sulawesi Utara berasal dari
Boalemo. Anomali signifikan mangan dijumpai antara lain di Daerah
Bungku, Minahasa, sekitar Tolitoli, dan Ratatotok berasosiasi dengan
keterdapatan mineralisasi emas. Beberapa anomali mangan di busur
magmatik bagian utara Sulawesi berasosiasi dengan mineralisasi emas.
Citra geokimia mangan (Gambar C) juga memberikan nilai tinggi di jalur
ofi olit Sulawesi bagian timur. Kadar mangan rendah terdapat di busur
magmatik Sulawesi bagian barat.
Nilai tinggi sebaran mangan pada beberapa lokasi di Pulau Sumatera
berada pada sepanjang perbukitan Barisan berasosiasi dengan keterdapatan
mineralisasi emas (Gambar C). Citra geokimia mangan dengan nilai rendah
berada di daerah morfologi rendah bagian timur Pulau Sumatera. Kelurusan
harga kandungan mangan relatif agak tinggi di daerah timur Sumatera
terdapat memanjang pada zona patahan Muara Tembesi dan sekitarnya,
kemungkinan sebagai akibat kontrol dari struktur geologi.c.

15
Gambar 15. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (C) Sebaran unsur mangan

Gambar 16. Peta Sumatera menunjukkan (C) Sebaran unsur mangan

9. Nikel (Ni)
Kadar Nikel di Pulau Sulawesi Utara berkisar dari 1 ppm sampai
dengan 4.575 ppm. Sedangkan di Pulau Sumatera berkisar dari 1 ppm
sampai dengan 5.800 ppm.
Nilai tertinggi unsur nikel di Pulau Sulawesi 4.575 ppm, berasal dari
timur Poso ke arah Batui (Gambar D). Sebaran umum Ni mirip dengan
sebaran Cr dan Co, dimana beberapa nilai tinggi berkaitan dengan
keberadaan ofiolit.
Nilai tertinggi nikel di Pulau Sumatera terdapat di beberapa tempat
di perbukitan Barisan (Gambar E). Pola sebaran umum Ni mirip dengan

16
sebaran Cr dan Co, di mana beberapa nilai tinggi berkaitan dengan
keberadaan batuan ultrabasa.

Gambar 17. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan


(D) Sebaran unsur nikel

Gambar 18. Peta Sumatera menunjukkan (E) sebaran unsur nikel

10. Timbal (Pb)


Hasil analisis timbal di Pulau Sulawesi Utara mempunyai kisaran
dari 2 ppm sampai dengan 4.126 ppm, dengan rata-rata 25,4 ppm.
Sedangkan di Pulau Sumatera mempunyai kisaran dari 2 ppm sampai
dengan 9.011 ppm, dengan rata-rata 22,05 ppm
Nilai tinggi timbal di Pulau Sulawesi Utara berasal dari daerah
Paleleh. Peninggian timbal seperti di Paleleh, Malala, Soni, Minahasa, Palu,

17
Mamuju, dan Pohuwato berkaitan dengan mineralisasi sulfida. Anomali Pb
di sekitar Paleleh diperkuat oleh adanya kontaminasi dari tambang emas
yang dilakukan oleh masyarakat. Secara keseluruhan kandungan nilai
timbal (Gambar E) relatif tinggi pada busur magmatik barat Sulawesi dan
busur magmatik utara Sulawesi.
Peninggian nilai timbal di Pulau Sumatera terdapat pada bagian
barat Sumatera mulai dari Lampung sampai Aceh umumnya berasosiasi
dengan adanya mineralisasi sulfida. Timbal dengan kadar rendah
mempunyai sebaran menerus pada daerah dataran di Sumatera Selatan
sampai Riau (Gambar F).

Gambar 19. Peta Sulawesi Bagian Utara


(E) Sebaran unsur timbal

Gambar 20
. Peta Sumatera menunjukkan (F) sebaran unsur timbal.

18
11. Seng (Zn)
Kandungan seng di Pulau Sulawesi Utara berkisar 3 ppm sampai
dengan 1.979 ppm, rata-rata aritmatik 65,4 ppm. Sedangkan di Pulau
Sumatera kandungan seng berkisar 2 ppm sampai dengan 6.000 ppm, rata-
rata 62,1 ppm. Nilai tertinggi seng di Pulau Sulawesi Utara berasal dari
Kotabunan. Peninggian mencolok di Sulawesi Utara sekitar Minahasa,
sebagian di pantai utara Gorontalo. Citra geokimia seng menunjukkan
adanya daerah anomali di Malala, Paleleh sampai Kwandang, Rataotok,
Likupang dan Manado. Anomali seng berkaitan dengan mineralisasi sulfida
logam dan sebagian akibat kontaminasi dari wilayah tambang rakyat
(Gambar F).
Pola sebaran Zn di Pulau Sumatera mirip dengan pola sebaran Cu,
dan Pb. Hal ini berkaitan dengan adanya mineralisasi sulfida pada daerah
peninggian unsur-unsur tersebut (Gambar C). Kelurusan harga kandungan
seng relatif agak tinggi di daerah timur Sumatera, terdapat memanjang pada
zona patahan Muara Tembesi dan sekitarnya. Pola kelurusan tersebut
merupakan indikasi adanya struktur geologi (Gambar C).

Gambar 21. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (F) Sebaran unsur seng

19
Gambar 22. Peta Sumatera menunjukkan (C) Sebaran
unsur seng

12. Arsen (As)


Kadar arsen berkisar dari 0,1- 600 ppm (Tabel 1). Pola peninggian
arsen di bagian selatan Sumatera memanjang sejajar Bukit Barisan, dan
relatif menyebar luas di bagian selatan Aceh. Pola peninggian arsen
membentuk kelurusan di sepanjang perbukitan Barisan pada beberapa
lokasi berkaitan dengan keberadaan cebakan mineral logam, terutama emas
dan perak (Gambar B). Peninggian kandungan arsen secara signifikan di
Aceh, yaitu di Daerah Lumut dan sekitarnya, Kabupaten Aceh Timur terkait
dengan dijumpainya cebakan emas epitermal tipe Carlin. Anomali arsen
pada beberapa lokasi yang lain dimana data keterdapatan logam tidak
dijumpai, dapat memberikan peluang bahwa anomali tersebut kemungkinan
merupakan indikasi adanya cebakan emas dan perak.
Molibdenum (Mo)
Molibdenum berkisar dari 1 ppm sampai dengan 980 ppm.
Peninggian sebaran unsur Mo terdapat di Kampar berasosiasi dengan Sn,
dan setempat-setempat di daerah Lampung, Bengkulu dan selatan Danau
Toba (Gambar D). Sebaran Mo dengan nilai tinggi merupakan indikasi
kemungkinan adanya mineralisasi molibdenum dan logam ikutannya pada
lingkungan mesotermal.

20
Gambar 23. Peta Sumatera menunjukkan (B); Sebaran unsur arsen

13. Wolfram (W)


Kadar wolfram mulai dari batas nilai deteksi sampai dengan 1.250
ppm. Kandungan wolfram yang sebagian besar rendah, atau di bawah nilai
batas deteksi analisis, mempunyai sebaran dengan pola tidak teratur. Kadar
tinggi dijumpai di sekitar Danau Toba. Peninggian harga tersebut
kemungkinan merupakan cerminan adanya mineralisasi wolfram (Gambar
B).

Gambar 24. Peta Sumatera menunjukkan (B) Sebaran unsur wolfram

21
II.II Mandala Geokimia
Pada daerah sulawesi utara Geokimia regional endapan sungai
menunjukkan adanya beberapa pola sebaran unsur mineral di Sulawesi
bagian utara yang dapat dikelompokkan ke dalam lima mandala geokimia.
Mandala Barat terdapat di bagian barat pulau, Mandala Tengah di sekitar
Daerah Poso, Mandala Timur di Daerah Batui-Luwuk, Mandala utara pada
Daerah Tilamuta melanjut ke Daerah Manado, Mandala tenggara pada
Daerah Batui-Balantak (Gambar 8). Mandala-mandala tersebut sangat
terkait dengan komposisi batuan di bawahnya. Asosiasi unsur Ni-CO-Cr
mencirikan Mandala Timur, kadar rendah sebaran unsur Mn, Zn, dan Fe
mencirikan Mandala Tengah, sedangkan harga unsur K dan Li yang relatif
lebih tinggi terdapat pada Mandala Barat, kandungan K, Li rendah, Mn, Zn
tinggi mencirikan mandala utara, kandungan Mn dan Zn rendah mencirikan
mandala tenggara. Sedangkan,

Pada Sumatera Geokimia regional endapan sungai menunjukkan


adanya beberapa pola sebaran unsur logam di Pulau Sumatera. Pola sebaran
unsur dengan kandungan tinggi umumnya berasosiasi dengan mineralisasi.
Sebaran unsur dengan kandungan rendah juga merupakan indikasi yang
menarik dari sisi kegeologian. Batuan dari cekungan sedimenter yang
terdapat melampar dari Sumatera Selatan sampai Riau dicirikan dengan
nilai kandungan logam rendah, kecuali unsur Sn yang cenderung tinggi di
daerah Riau. Hal ini memberikan gambaran akan adanya dua mandala
geokimia di Pulau Sumatera, yaitu mandala barat menempati sepanjang
Bukit Barisan dengan penyusun utama berupa batuan gunungapi dan
mandala timur yang menempati daerah morfologi rendah dengan batuan
penyusun sedimenter.

22
Pada daerah sepanjang perbukitan Barisan terdapat beberapa
anomali signifikan dari beberapa unsur logam. Anomali pada bagian timur
Sumatera terdapat memanjang baratdaya-timur laut di Daerah Muara
Tembesi, pola tersebut kemungkinan akibat kontrol adanya patahan Muara
Tembesi yang memotong Pulau Sumatera. Pola sebaran antara Sn dan Fe
mempunyai kecenderungan nilai yang saling bertolak belakang. Pada
daerah Sn tinggi, kadar Fe rendah, demikian juga sebaliknya. Pola tersebut
dimana peninggian Sn mencerminkan adanya mineralisasi timah dan
peninggian Fe menunjukkan adanya mineralisasi besi, juga merupakan
cerminan batuan yang terdapat pada daerah tersebut. Pada daerah Sn tinggi
terdapat granit tipe S (tipe ilmenit) dengan kandungan besi relatif rendah,
pada daerah dengan kandungan Fe tinggi terdapat kemungkinan
dijumpainya granit tipe I (tipe magnetit), dengan kandungan magnetit (besi)
lebih tinggi. Pola peninggian Sn terdapat dari Daerah Riau sampai Jambi.
Peninggian Fe terdapat di beberapa lokasi di sepanjang Bukit Barisan dan
dan meluas di Daerah Bengkulu sampai Lampung.

II. III Daerah Geokimia


Pada Sulawesi Utara daerah Geokimia Daerah-daerah geokimia
dengan nilai K dan/atau Li meninggi yang merupakan anomali, mencirikan
adanya granitoid di Mandala Barat (Gambar 1 dan 8), seperti batolit
Lompopana di antara Pasangkayu - Poso. Daerah dengan anomali berupa
peninggian unsur Cu, Pb, Zn, Ag, Mn, dan Fe pada Mandala Barat dan Utara
muncul di beberapa lokasi, sebagian terdapat bersamaan dengan
mineralisasi sulfi da (Gambar 2A). Anomali pada daerah lainnya dapat
ditafsirkan juga sebagai cerminan adanya mineralisasi logam. Peninggian
kandungan Ni, Cr dan Co di Mandala Timur terdapat pada daerah dengan
batuan jenis ofi olit. Sedangkan,
Pada pulau Sumatera Daerah-daerah geokimia dengan nilai K dan
atau Li meninggi yang merupakan anomali, mencirikan adanya granitoid,
dan di beberapa lokasi berasosiasi dengan mineralisasi logam, serta
peninggian beberapa jenis unsur. Peninggian kadar K tanpa disertai
peninggian harga Li dijumpai memanjang dari Daerah Lubuk Pakam sampai

23
Kisaran, di Provinsi Sumatera Utara, kemungkinan merupakan akibat
kontaminasi dari kegiatan pertanian. Daerah dengan anomali berupa
peninggian unsur Ag, As, Cu, Pb, Zn, Ag, Mn dan Fe pada di beberapa
lokasi, sebagian terdapat bersamaan dengan dijumpainya mineralisasi
sulfida dan sebagian mineralisasi emas (Gambar 3), anomali pada daerah
lainnya di mana tidak ada data keterdapatan mineralisasi logam dapat
ditafsirkan juga sebagai cerminan adanya mineralisasi logam. Peninggian
kandungan Ni, Cr dan Co di beberapa lokasi di Bukit Barisan terdapat pada
daerah dengan batuan jenis ultrabasa
II.IV Garis Geokimia
Pada daerah Sulawesi Utara Garis geokimia digambarkan oleh
penjajaran unsur-unsur yang bernilai tinggi dalam kimia endapan sungai.
Hal ini diyakini berhubungan dengan pola sebaran batuan, intrusi dan
struktur khususnya sesar. Garis geokimia di Sulawesi bagian utara hanya
tergambarkan di Tambusisi, berupa penjajaran nilai tinggi kobal dan nikel
berarah barat laut tenggara (Gambar 8).
Sedangkan pada pulau Sumatera Garis geokimia digambarkan oleh
penjajaran unsur-unsur yang bernilai tinggi, penjajaran nilai rendah, atau
antara nilai tinggi dan rendah yang membentuk batas tegas dan lurus. Hal
tersebut dapat ditafsirkan berhubungan dengan pola sebaran batuan, intrusi
atau struktur, khususnya patahan. Beberapa kelurusan geokimia Pulau
Sumatera dapat di jumpai memanjang arah perbukitan Barisan dari
Lampung sampai Aceh. Kelurusan-keluruan geokimia dapat dijumpai juga
dengan arah baratdaya-timurlaut memotong Pulau Sumatera.

II. IV Pemanfaatan Geokimia


Sebagai salah satu dari beberapa metode pada eksplorasi endapan
logam primer, metode geokimia endapan sungai aktif selalu digunakan.
Biaya penyelidikan geokimia relatif murah, data yang dihasilkan
memberikan isyarat tentang keterdapatan endapan logam dengan tingkat
kepastian tinggi, dan dapat mengungkap keberadaan bahan galian yang
sudah tersingkap maupun masih berada di bawah permukaan, serta berada
jauh di bagian hulu dari lokasi pengambilan percontoh

24
BAB III

KESIMPULAN

Geokimia percontoh endapan sungai aktif -80 mesh daerah Sulawesi


bagian utara dengan analisis kandungan unsur Ag, Co, Cr, Cu, Fe, K, Li, Mn, Ni,
Pb, dan Zn dan Geokimia percontoh endapan sungai aktif -80 mesh daerah di Pulau
Sumatera dengan analisis kandungan unsur Ag, As, Co, Cr, Cu, Fe, K, Li, Mn, Ni,
Pb, Sn, W, Mo dan Zn dapat memberikan gambaran tentang kondisi geologi,
mineralisasi maupun lingkungan. Analisis kimia percontoh endapan sungai dapat
juga digunakan untuk mengungkap kondisi geokimia di daerah aliran sungai di
bagian hulu dari percontoh diambil, baik kondisi permukaan maupun bawah
permukaan.

Beberapa anomali geokimia terdapat bersamaan dengan keterdapatan


mineralisasi logam. Nilai kadar anomali tersebut dapat digunakan untuk korelasi
daerah lain dimana daerah tersebut tidak dijumpai data mineralisasi logam,
sehingga daerah dengan nilai anomali unsur logam dapat ditafsirkan akan adanya
mineralisasi logam. Berdasarkan data yang telah ada, khususnya mineralisasi
logam, terdapat kesesuaian Antara anomali geokimia dengan keberadaan cebakan
logam. Korelasi dapat dilakukan dengan anomali yang lain dimana tanpa disertai
data mineralisasi logam, diharapkan juga merupakan cerminan adanya bentukan
cebakan logam.

25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai