Referat Kelompok 7 Eyd
Referat Kelompok 7 Eyd
GEOKIMIA EKSPLORASI
Oleh :
Kelompok 7
Anggota :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga referat ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih banyak atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga referat ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi referat agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4
I.1. Latar Belakang .......................................................................................4
I.2. Tujuan ....................................................................................................4
I.3. Metode ...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................6
II.1. Hasil Analisi Geokimia Unsur Tunggal ...............................................6
II.2. Hasil Analisis Geokimia Unsur Majemuk ..........................................22
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
4
I.3 Metode
1. Pemetaan geokimia.
Dilakukan dengan cara pengambilan percontoh endapan sungai fraksi -80
mesh pada cabang-cabang sungai aktif. Sebanyak 4.681 percontoh yang
terkumpul di Pulau Sulawesi bagian Utara mewakili daerah penyelidikan
seluas 80.765 km2. Sedangkan sebanyak 22.181 percontoh yang telah
terkumpul di Pulau Sumatera mewakili daerah penyelidikan seluas 431.800
km2.
2. Metode Spektrometri Serapan Atom (AAS).
Fraksi berukuran -80 mesh dari endapan sungai ini dianalisis dengan metode
Spektrometri Serapan Atom (AAS) untuk 11 unsur-unsur pada Pulau
Sulawesi bagian utara yang terdiri atas Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Ag, Li, K, Co,
Ni, dan Cr. Dan 15 unsur pada pulau Sumatera dengan tambahan unsur As,
Sn, W dan Mo. Penentuan kadar unsur Cu, Pb, Zn, Co, Ni, Mn, dan Ag
dilakukan setelah peleburan dengan menggunakan asam nitrat panas.
Sementara kadar Li, K, Cr, dan Fe ditentukan setelah melalui peleburan
menggunakan asam perkhlorat/hidrofluorat panas. Sedangkan Unsur As,
Sn, W dan Mo dianalisis dengan metode kolorimetri.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Hasil analisis kimia perak di Pulau Sulawesi bagian utara yang nilainya
lebih besar dari batas deteksi jumlahnya sangat terbatas. Sebagian besar lebih kecil
atau sama dengan nilai batas deteksi. Nilai berkisar dari bawah batas deteksi
sampai dengan 14 ppm (Tabel 1)
Tabel 1. Ringksan Statistik Kandungan Unsur (satuan dalam ppm kecuali Fe dalam %)
Hasil analisis kimia perak yang harganya lebih besar dari batas deteksi
jumlahnya sangat terbatas. Sebagian besar lebih kecil atau sama dengan harga
batas deteksi. Harga berkisar dari bawah batas deteksi sampai dengan 800 ppm
(Tabel 1). Kelompok harga tinggi terdapat di baratdaya Danau Toba, Bengkulu
dan di Lampung.
6
Tabel 2. Rngkasan statistik kandungan unsur, satuan dalam ppm kecuali Fe dalam %
Walaupun nilai perak di Pulau Sulawesi Utara dan Pulau Sumatera yang
berada di atas nilai batas deteksi sangat jarang, namun ada beberapa kelompok
peninggian nilai perak yang tergambar pada citra geokimia (Gambar B dan Gambar
A) berkaitan dengan daerah mineralisasi perak dan emas. Peninggian nilai perak
paling banyak dijumpai di Pulau Sulawesi Utara yakni di Kabupaten Gorontalo dan
Minahasa, sebagai cerminan dari keterdapatan Ag (dan Au) pada daerah ini. Dan di
daerah Pulau Sumatera kelompok harga tinggi terdapat di baratdaya Danau Toba,
Bengkulu dan di Lampung.
7
Gambar 2. Peta Sumatera menunjukkan (A) Sebaran unsur perak
2. Kobal (Co)
Kadar kobal berkisar dari 1 ppm hingga 181 ppm di Pulau Sulawesi Utara
dan di Pulau Sumatera Kadar kobal berkisar dari 1 ppm sampai dengan 370 ppm,
dengan nilai tertinggi mencapai 181 ppm berada pada daerah sekitar Batui,
sedangkan di pulau Sumatera mencapai 370 ppm pada daerah Aceh.
Sebaran umum kobal mirip dengan Ni dan Cr; dimana beberapa nilai tinggi
di Pulau Sulawesi Utara terdapat di timur Poso, Batui, Luwuk, dan, Balantak
berasosiasi dengan ofiolit (Gambar C).
kobal
8
Dan di Pulau Sumatera nilai tertinggi terdapat di sepanjang Bukit Barisan,
berasosiasi ultramafik dan basaltik (Gambar C).
unsur kobal
3. Khrom (Cr)
Kadar khrom di Pulau Sulawesi Utara dari bawah batas deteksi 5
ppm hingga 17.510 ppm, nilai tertinggi 17.510 ppm berada di timur Poso
dan Batui. Sedangkan kadar khrom di Pulau Sumatera dari bawah batas
deteksi 3 ppm sampai dengan 40.000 ppm, nilai tertinggi 40.000 ppm berada
di Aceh. (pada tabel)
Sebaran kadar tinggi Cr di Pulau Sulawesi Utara berasosiasi
dengan batuan ofiolit, dimana anomali signifikan dijumpai berasosiasi
dengan mineralisasi khrom, sedangkan sebaran harga tinggi Cr di Pulau
Sumatera berasosiasi dengan batuan ultramafik. Anomali signifikan
kemungkinan berasosiasi dengan mineralisasi khrom.
9
Gambar 5. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (D) Sebaran unsur kromium
4. Tembaga (Cu)
Nilai tembaga di Pulau Sulawesi dan Pulau Sumatera Utara sama,
yakni berkisar dari 2 ppm sampai dengan 2.131 ppm. Kadar tertinggi
tembaga 2.131 ppm di Pulau Sulawesi Utara berasal dari Sungai Bulagidun,
sebelah timur Tolitoli. Sedangkan kadar tertinggi tembaga di Pulau
Sumatera mengelompok di beberapa lokasi di Aceh, Sumatera Barat dan
bengkulu.
10
Anomali signifikan dari tembaga dijumpai di Pulau Sulawesi Utara
daerah Minahasa, Gorontalo dan Boalemo yang menerus ke sekitar Sabang
dan Tinombo. Anomali tembaga pada daerah ini terkait dengan adanya
cebakan tembaga yang ditemukan di Kotabunan, Tombulilato dan
Bulagidun (Gambar E).
11
5. Besi (Fe)
Kandungan besi di Pulau Sulawesi Utara berkisar dari 0,1% sampai
89,9%. Sedangkan di Pulau Sumatera Kandungan besi berkisar 0,007%
sampai 79,6%. Peninggian nilai Fe terutama dijumpai di Sulawesi Utara,
dengan anomali di sekitar Paleleh, Likupang, Taludaa, Bulagidun, Bolaang
Mongondow, dan Minahasa berasosiasi dengan keberadaan mineralisasi
logam lain ( Gambar F).
Anomali besi pada beberapa lokasi di Pulau Sumatera berkaitan
dengan adanya mineralisasi besi. Pola sebaran harga Fe mempunyai
kecenderungan yang meninggi pada daerah dengan harga Sn rendah, atau
sebaliknya cenderung rendah pada daerah peninggian harga Sn (Gambar F).
Gambar 9. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (F) Sebaran unsur besi.
12
6. Kalium (K)
Kandungan kalium di Pulau Sulawesi Utara berkisar dari 60 sampai
dengan 274.000 ppm dan di Pulau Sumatera berkisar dari 47 sampai dengan
75.600 ppm. Daerah peninggian kalium di Pulau Sulawesi Utara yang
berada di zone busur magmatik bagian barat, di daerah Sulawesi Tengah
menempati sebelah timur Palu menerus ke arah utara, berasosiasi dengan
batuan granitik. (Gambar A).
Daerah peninggian kalium di Pulau Sumatera berada di sepanjang
Bukit Barisan bagian tengah dan utara. Sebaran unsur Kalium dan Litium
mempunyai pola yang hampir sama. Harga kandungan unsur kalium
cenderung rendah pada daerah dataran timur Sumatera, kecuali di Daerah
Lubuk Pakam sampai Kisaran, di Provinsi Sumatera Utara mempunyai
harga tinggi (Gambar A).
Gambar 11. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (A) Mineralisasi logam
13
7. Litium (Li)
Li di Pulau Sulawesi Utara mempunyai kisaran nilai dari 1 ppm
sampai dengan 200 ppm, sedangkan di Pulau Sumatera mempunyai kisaran
nilai dari 1 ppm sampai dengan 214 ppm. Nilai tinggi litium di Pulau
Sulawesi Utara dan Pulau Sumatera erat kaitannya dengan batuan terobosan
granitoid dan batuan malihan. Nilai Litium di Pulau Sulawesi Utara yang
relative tinggi yakni di sekitar Pasangkayu, Tolitoli berasosiasi dengan
intrusi granitoid, sementara di Kolaka bagian utara berkaitan dengan batuan
malihan. Nilai litium rendah terdapat di busur magmatik Sulawesi bagian
utara dan jalur ofiolit Sulawesi bagian timur.
Sedangkan Nilai Litium relatif tinggi di Pulau Sumatera yakni di
daerah Aceh dimana dijumpai batuan malihan yang luas, dan setempat-
setempat di sepanjang perbukitan Barisan. Nilai litium rendah terdapat di
daerah morfologi rendah bagian timur Sumatera. Beberapa kelurusan
sebaran nilai litium dengan kandungan relatif tinggi dengan arah barat daya-
timur laut memotong Pulau Sumatera seperti di Daerah Tembesi,
kemungkinan merupakan indikasi adanya sturktur geologi dan adanya
batuan granitoid (Gambar B).
Gambar 13. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (B) Sebaran unsur litium
14
Gambar 14. Peta Sumatera menunjukkan (B) Sebaran unsur litium
8. Mangan (Mn)
Kadar mangan di Pulau Sulawesi Utara berkisar dari 14 ppm sampai
dengan 6.276 ppm dengan rata-rata aritmatik 465 ppm. Sedangkan di Pulau
Sumatera kadar mangan berkisar 10 ppm sampai dengan 20.000 ppm
dengan rata-rata aritmatik 496,21 ppm.
Nilai tertinggi sebara mangan di Pulau Sulawesi Utara berasal dari
Boalemo. Anomali signifikan mangan dijumpai antara lain di Daerah
Bungku, Minahasa, sekitar Tolitoli, dan Ratatotok berasosiasi dengan
keterdapatan mineralisasi emas. Beberapa anomali mangan di busur
magmatik bagian utara Sulawesi berasosiasi dengan mineralisasi emas.
Citra geokimia mangan (Gambar C) juga memberikan nilai tinggi di jalur
ofi olit Sulawesi bagian timur. Kadar mangan rendah terdapat di busur
magmatik Sulawesi bagian barat.
Nilai tinggi sebaran mangan pada beberapa lokasi di Pulau Sumatera
berada pada sepanjang perbukitan Barisan berasosiasi dengan keterdapatan
mineralisasi emas (Gambar C). Citra geokimia mangan dengan nilai rendah
berada di daerah morfologi rendah bagian timur Pulau Sumatera. Kelurusan
harga kandungan mangan relatif agak tinggi di daerah timur Sumatera
terdapat memanjang pada zona patahan Muara Tembesi dan sekitarnya,
kemungkinan sebagai akibat kontrol dari struktur geologi.c.
15
Gambar 15. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (C) Sebaran unsur mangan
9. Nikel (Ni)
Kadar Nikel di Pulau Sulawesi Utara berkisar dari 1 ppm sampai
dengan 4.575 ppm. Sedangkan di Pulau Sumatera berkisar dari 1 ppm
sampai dengan 5.800 ppm.
Nilai tertinggi unsur nikel di Pulau Sulawesi 4.575 ppm, berasal dari
timur Poso ke arah Batui (Gambar D). Sebaran umum Ni mirip dengan
sebaran Cr dan Co, dimana beberapa nilai tinggi berkaitan dengan
keberadaan ofiolit.
Nilai tertinggi nikel di Pulau Sumatera terdapat di beberapa tempat
di perbukitan Barisan (Gambar E). Pola sebaran umum Ni mirip dengan
16
sebaran Cr dan Co, di mana beberapa nilai tinggi berkaitan dengan
keberadaan batuan ultrabasa.
17
Mamuju, dan Pohuwato berkaitan dengan mineralisasi sulfida. Anomali Pb
di sekitar Paleleh diperkuat oleh adanya kontaminasi dari tambang emas
yang dilakukan oleh masyarakat. Secara keseluruhan kandungan nilai
timbal (Gambar E) relatif tinggi pada busur magmatik barat Sulawesi dan
busur magmatik utara Sulawesi.
Peninggian nilai timbal di Pulau Sumatera terdapat pada bagian
barat Sumatera mulai dari Lampung sampai Aceh umumnya berasosiasi
dengan adanya mineralisasi sulfida. Timbal dengan kadar rendah
mempunyai sebaran menerus pada daerah dataran di Sumatera Selatan
sampai Riau (Gambar F).
Gambar 20
. Peta Sumatera menunjukkan (F) sebaran unsur timbal.
18
11. Seng (Zn)
Kandungan seng di Pulau Sulawesi Utara berkisar 3 ppm sampai
dengan 1.979 ppm, rata-rata aritmatik 65,4 ppm. Sedangkan di Pulau
Sumatera kandungan seng berkisar 2 ppm sampai dengan 6.000 ppm, rata-
rata 62,1 ppm. Nilai tertinggi seng di Pulau Sulawesi Utara berasal dari
Kotabunan. Peninggian mencolok di Sulawesi Utara sekitar Minahasa,
sebagian di pantai utara Gorontalo. Citra geokimia seng menunjukkan
adanya daerah anomali di Malala, Paleleh sampai Kwandang, Rataotok,
Likupang dan Manado. Anomali seng berkaitan dengan mineralisasi sulfida
logam dan sebagian akibat kontaminasi dari wilayah tambang rakyat
(Gambar F).
Pola sebaran Zn di Pulau Sumatera mirip dengan pola sebaran Cu,
dan Pb. Hal ini berkaitan dengan adanya mineralisasi sulfida pada daerah
peninggian unsur-unsur tersebut (Gambar C). Kelurusan harga kandungan
seng relatif agak tinggi di daerah timur Sumatera, terdapat memanjang pada
zona patahan Muara Tembesi dan sekitarnya. Pola kelurusan tersebut
merupakan indikasi adanya struktur geologi (Gambar C).
Gambar 21. Peta Sulawesi Bagian Utara menunjukkan (F) Sebaran unsur seng
19
Gambar 22. Peta Sumatera menunjukkan (C) Sebaran
unsur seng
20
Gambar 23. Peta Sumatera menunjukkan (B); Sebaran unsur arsen
21
II.II Mandala Geokimia
Pada daerah sulawesi utara Geokimia regional endapan sungai
menunjukkan adanya beberapa pola sebaran unsur mineral di Sulawesi
bagian utara yang dapat dikelompokkan ke dalam lima mandala geokimia.
Mandala Barat terdapat di bagian barat pulau, Mandala Tengah di sekitar
Daerah Poso, Mandala Timur di Daerah Batui-Luwuk, Mandala utara pada
Daerah Tilamuta melanjut ke Daerah Manado, Mandala tenggara pada
Daerah Batui-Balantak (Gambar 8). Mandala-mandala tersebut sangat
terkait dengan komposisi batuan di bawahnya. Asosiasi unsur Ni-CO-Cr
mencirikan Mandala Timur, kadar rendah sebaran unsur Mn, Zn, dan Fe
mencirikan Mandala Tengah, sedangkan harga unsur K dan Li yang relatif
lebih tinggi terdapat pada Mandala Barat, kandungan K, Li rendah, Mn, Zn
tinggi mencirikan mandala utara, kandungan Mn dan Zn rendah mencirikan
mandala tenggara. Sedangkan,
22
Pada daerah sepanjang perbukitan Barisan terdapat beberapa
anomali signifikan dari beberapa unsur logam. Anomali pada bagian timur
Sumatera terdapat memanjang baratdaya-timur laut di Daerah Muara
Tembesi, pola tersebut kemungkinan akibat kontrol adanya patahan Muara
Tembesi yang memotong Pulau Sumatera. Pola sebaran antara Sn dan Fe
mempunyai kecenderungan nilai yang saling bertolak belakang. Pada
daerah Sn tinggi, kadar Fe rendah, demikian juga sebaliknya. Pola tersebut
dimana peninggian Sn mencerminkan adanya mineralisasi timah dan
peninggian Fe menunjukkan adanya mineralisasi besi, juga merupakan
cerminan batuan yang terdapat pada daerah tersebut. Pada daerah Sn tinggi
terdapat granit tipe S (tipe ilmenit) dengan kandungan besi relatif rendah,
pada daerah dengan kandungan Fe tinggi terdapat kemungkinan
dijumpainya granit tipe I (tipe magnetit), dengan kandungan magnetit (besi)
lebih tinggi. Pola peninggian Sn terdapat dari Daerah Riau sampai Jambi.
Peninggian Fe terdapat di beberapa lokasi di sepanjang Bukit Barisan dan
dan meluas di Daerah Bengkulu sampai Lampung.
23
Kisaran, di Provinsi Sumatera Utara, kemungkinan merupakan akibat
kontaminasi dari kegiatan pertanian. Daerah dengan anomali berupa
peninggian unsur Ag, As, Cu, Pb, Zn, Ag, Mn dan Fe pada di beberapa
lokasi, sebagian terdapat bersamaan dengan dijumpainya mineralisasi
sulfida dan sebagian mineralisasi emas (Gambar 3), anomali pada daerah
lainnya di mana tidak ada data keterdapatan mineralisasi logam dapat
ditafsirkan juga sebagai cerminan adanya mineralisasi logam. Peninggian
kandungan Ni, Cr dan Co di beberapa lokasi di Bukit Barisan terdapat pada
daerah dengan batuan jenis ultrabasa
II.IV Garis Geokimia
Pada daerah Sulawesi Utara Garis geokimia digambarkan oleh
penjajaran unsur-unsur yang bernilai tinggi dalam kimia endapan sungai.
Hal ini diyakini berhubungan dengan pola sebaran batuan, intrusi dan
struktur khususnya sesar. Garis geokimia di Sulawesi bagian utara hanya
tergambarkan di Tambusisi, berupa penjajaran nilai tinggi kobal dan nikel
berarah barat laut tenggara (Gambar 8).
Sedangkan pada pulau Sumatera Garis geokimia digambarkan oleh
penjajaran unsur-unsur yang bernilai tinggi, penjajaran nilai rendah, atau
antara nilai tinggi dan rendah yang membentuk batas tegas dan lurus. Hal
tersebut dapat ditafsirkan berhubungan dengan pola sebaran batuan, intrusi
atau struktur, khususnya patahan. Beberapa kelurusan geokimia Pulau
Sumatera dapat di jumpai memanjang arah perbukitan Barisan dari
Lampung sampai Aceh. Kelurusan-keluruan geokimia dapat dijumpai juga
dengan arah baratdaya-timurlaut memotong Pulau Sumatera.
24
BAB III
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26