Bab II Tinjauan Teori
Bab II Tinjauan Teori
TINJAUAN TEORI
Ketenagaan
Saat ini jumlah dan jenis tenaga keperawatan kurang mampu untuk
memberikan asuhan keperawatan yang profesional. Hal ini terlihat dari
komposisi tenaga dengan jumlah pasien yang harus di layani. Disamping
itu jumlah tenaga keperawatan ruang rawat tidak ditentukan
berdasarkan derajat ketergantungan klien. Pada suatu pelayanan
profesional jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah klien
dan derajat ketergantungan klien. Menurut Douglas (1984) klasifikasi
derajat ketergantungan klien dibagi 3 kategori yaitu : perawat minimal
memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam, perawatan intermediet memerlukan
waktu 3-4 jam/ 24 jam, perawatan maksimal atau total memerlukan
waktu 5-6 jam/ 24 jam. Dalam penelitian Douglas (1975) dalam
Supriyanto (2003) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, di
dapatkan jumlahyang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung
pada tingkat ketergatungan pasien.
Timbang Terima
1) Pengertian
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan klien (Sitorus, Ratna dkk, 2003).
2) Tujuan
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien.
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dan yang belum
dilakukan dalam asuhan keperawatan pada klien.
c. Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan
yang sudah terselesaikan.
d. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh yang
dinas berikutnya.
e. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
(Nursalam, 2002).
3) Manfaat
a. Bagi Perawat
1. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti
oleh perawat pada shift berikutnya.
2. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang
dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya.
3. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada
yang belum terungkap (Nursalam, 2002)
b. Bagi Pasien
1. Mengetahui perkembangan dari kesehatan klien
2. Mendapatkan pelayanan yang komprehensif
3. Mengetahui program/ rencana therapi yang akan dilakukan
4) Metode Pelaporan
a. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung
kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan
kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan
rencana keperawatan.
b. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat
kemudian dilanjutkan dengan ke ruang perawatan pasien (Muninjaya, A.
A. Gde, , 2004).
5) Prosedur Pelaksanaan
a. Kedua kelompok dinas sudah siap.
b. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan
(tanggung jawab)
c. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
1. Identitas klien dan diagnosa medis.
2. Masalah Keperawatan yang masih muncul.
3. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
4. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang lain,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin
dijalankan.
6. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah
ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang
kurang jelas.
f. Penyampaian timbang terima harus jelas, singkat dan padat.
g. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan.
Timbang terima yang baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan
klien secara kontinu dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
perawat, kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.
Ketentuan dalam timbang terima itu adalah sebagai berikut :
c. Perawat pelaksana
Perawat pelaksana yang sift jaga malam menyampaikan Identitas pasien
dan diagnosa medis, masalah keperawatan yang masih muncul, tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan
(secara umum), intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan, rencana
umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif,
pemerikasaan laboratorik/pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk
konsultasi atau terhadap prosedur yang tidak rutin dijalankan, prosedur
rutin yang biasa dilakukan tidak perlu disampaikan di ruang perawatan
klien.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Pada Instalasi Gawat Darurat
RSUD R.A Kartini Jepara
Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Puji Astuti
2. Ida Lusiana
3. Sri Widawati
4. Nikamah
5. Eni Setyaningsih
6. Eny Setyawati
7. Aqida Apsari Nugrahani
8. Ambar Siti Lestari
9. Nuraini
10. Saidah
11. Ratna Suryaning Tyas
A. Latar Belakang
Pengaturan staff (staffing) merupakan salah satu masalah besar pada setiap
organisasi keperawatan, baik itu di rumah sakit, rumah perawatan (nursing home), badan
perawatan kesehatan di rumah, badan rawat jalan, dan jenis fasilitas lainnya. Aydelotte
mengatakan “ Metodologi pengaturan staf keperawatan harus merupakan proses yang
teratur, sistematis, berdasarkan rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis
personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu”. Hasil
akhir adalah perkiraan bentuk dan jumlah staf yang diperlukan untuk memberikan perawatan
pada pasien.
Proses pengaturan staf bersifat kompleks. Komponen proses pengaturan staf ini
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staf,
rencana penjadwalan dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK). SIMK meliputi
kelima elemen berikut ini: 1. Kualitas perawatan pasien yang diberikan dan pengukurannya.
2. Karakteristik pasien dan kebutuhan perawatan mereka. 3. Perkiraan suplai tenaga perawat
yang diperlukan untuk pokok 1&2. 4. Logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya. 5. Evaluasi kualitas perawatan yang diberikan dengan demikian mengukur
keberhasilan pengaturan staf itu sendiri.
Kemajuan teknologi dan tingginya kesadaran masyarakat untuk mendapat pelayanan
kesehatan yang lebih baik memacu dunia keperawatan untuk terus meningkatkan
keprofesionalan melalui peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Upaya yang telah
dilakukan oleh lahan pelayanan keperawatan maupun pendidikan untuk mencapai hal
tersebut antara lain melalui pendidikan berkelanjutan, pembentukan komite keperawatan,
upaya lainnya adalah pengembangan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP),
dimana dengan penerapan metode tersebut akan mampu memberikan kesempatan kepada
dunia keperawatan untuk me-manage pelayanan keperawatan dengan berfokus pada
masalah keperawatan yang ada. Pencapaian sebuah metode yang diterapkan tidak lain
adalah menggunakan analisis manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan disini
adalah sebagai suatu sistem yang menggambarkan serangkaian kejadian yang saling
berhubungan, meliputi informasi, masukan tenaga, dari sejumlah input dan proses dengan
tujuan mengoreksi kegagalan sistem (Gilles,1996).
Menejemen Keperawatan di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntunan profesi dan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Manajemen Keperawatan harus diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan keperawatan yang nyata yaitu di Rumah Sakit dan komunitas
sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya dari manajemen keperawatan
yang berupa perencanaan strategi melalui pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan
langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional serta
melakukan pengawasan serta pengendalian (Nursalam, 2002).
Untuk menjamin tingginya mutu pelayanan keperawatan di sebuah institusi Rumah
Sakit diperlukan upaya dalam penerapan sistem manajemen yang sistematis sesuai sumber
daya yang ada. Berdasarkan pengkajian kelompok didapatkan bahwa di Instalasi Gawat
Darurat RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara model asuhan keperawatan profesional yang
diterapkan adalah metode tim, namun pelaksanaanya secara fungsional. Sehingga perlu
ditelaah lebih lanjut mengenai Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang paling
tepat sehingga dapat terlaksana perberian asuhan keperawatan yang tepat dan tepat.
Selain tujuan tersebut dalam melakukan praktek manajemen keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara adalah untuk meningkatkan
pengetahuan serta mengaplikasikan sistem manajemen keperawatan dalam sebuah Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan prinsip manajemen keperawatan dalam sebuah Model Asuhan Keperawatan
Profesional.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian situasi unit pelayanan keperawatan sebagai dasar untuk menyusun
rencana strategi dan operasional unit
b. Menyusun rencana strategis dan rencana operasional instalasi pelayanan keperawatan
berdasarkan hasil kajian
c. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan sesuai kondisi
instalasi (dengan metode tim)
d. Mengelola kelompok kerja dalam suatu metode penugasan asuhan keperawatan
profesional melalui; ronde keperawatan, pendelegasian, supervisi, sentralisasi obat,
timbang terima, pengarahan, Discharge Planning, serta fungsi kontrol dan evaluasi
C. Manfaat Penulisan
1. Institusi Rumah Sakit
Memberi masukan dalam proses pelayanan keperawatan yang terbaik bagi pasien melalui
manajemen keperawatan operasional dan manajemen asuhan keperawatan profesional
khususnya di Instalasi Gawat Darurat RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara
2. Mahasiswa
Mengaplikasikan dan meningkatkan ketrampilan dalam manajemen keperawatan profesional
3. Perawat
Memberi masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan klinik guna meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan, antara lain;
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, serta perawat dengan pasien dan keluarga pasien
c. Tercapainya kepuasan klien yang optimal
d. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan pelayanan keperawatan sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
BAB II
TINJAUAN TEORI
Ketenagaan
Saat ini jumlah dan jenis tenaga keperawatan kurang mampu untuk memberikan
asuhan keperawatan yang profesional. Hal ini terlihat dari komposisi tenaga dengan
jumlah pasien yang harus di layani. Disamping itu jumlah tenaga keperawatan ruang
rawat tidak ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. Pada suatu pelayanan
profesional jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah klien dan derajat
ketergantungan klien. Menurut Douglas (1984) klasifikasi derajat ketergantungan klien
dibagi 3 kategori yaitu : perawat minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam, perawatan
intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/ 24 jam, perawatan maksimal atau total
memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam. Dalam penelitian Douglas (1975) dalam Supriyanto
(2003) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, di dapatkan jumlahyang dibutuhkan
pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergatungan pasien.
Timbang Terima
7) Pengertian
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien (Sitorus, Ratna dkk, 2003).
8) Tujuan
f. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien.
g. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada klien.
h. Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan yang sudah
terselesaikan.
i. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh yang dinas berikutnya.
j. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
(Nursalam, 2002).
9) Manfaat
c. Bagi Perawat
4. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh perawat pada
shift berikutnya.
5. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan
keadaan klien yang sebenarnya.
6. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang belum
terungkap (Nursalam, 2002)
d. Bagi Pasien
4. Mengetahui perkembangan dari kesehatan klien
5. Mendapatkan pelayanan yang komprehensif
6. Mengetahui program/ rencana therapi yang akan dilakukan
10) Metode Pelaporan
c. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung kepada perawat
penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan kesempatan diskusi yang maksimal
untuk kelanjutan dan kejelasan rencana keperawatan.
d. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat kemudian dilanjutkan
dengan ke ruang perawatan pasien (Muninjaya, A. A. Gde, , 2004).
11) Prosedur Pelaksanaan
h. Kedua kelompok dinas sudah siap.
i. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah,
kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting
lainnya selama masa perawatan (tanggung jawab)
j. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat
khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
k. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
7. Identitas klien dan diagnosa medis.
8. Masalah Keperawatan yang masih muncul.
9. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
10. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
11. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif,
pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi
atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.
12. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
l. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap
keterangan-keterangan yang kurang jelas.
m. Penyampaian timbang terima harus jelas, singkat dan padat.
n. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam kondisi khusus
dan memerlukan keterangan yang rumit.
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan. Timbang terima yang
baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara kontinu dan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi perawat, kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota
tim perawat. Ketentuan dalam timbang terima itu adalah sebagai berikut :