Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Model Asuhan Keperawatan Profesional


a. Pengertian

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu


sistem ( struktur, proses dan nilai-nilai ) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (
Hoffart & Woods, 1996).

Katz, Jacquilile ( 1996 ) mengidentifikasikan 8 model pemberian


asuhan keperawatan , tetapi model yang umum dilakukan di rumah
sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperwatan Primer. Karena setiap
perubahan akan berdampak terhadap suatu strees, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan (Tomey,Mariner 1996) yaitu :

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi


2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan
3. Efisian dan efektif penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat

b. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP )

Menurut Kron. T dan Gray (1997) ada 4 metode pemberian


asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan yaitu :
1. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP )
Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam


pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan
kepada semua oasien di bangsal. Model ini berdasarkan
orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada (Nursalam, 2002)

2. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP ) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh


kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini didasarkan
pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat
bertanggungjawab terhadap asuhan observasi pada pasien
tertentu (Nursalam, 2002)
3. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP )
Primer

Menurut Gillies (1998) perawat yang menggunakan


metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan
keperawatan disebut perawat primer (primery nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya 4 –
6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien
dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggungjawab
untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan
membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perwat
primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain ( associate nurse). Metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggungjawab
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaiatan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan
selama pasien dirawat.

4. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP ) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan


keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaburatif ( Potter, Patricia 1993 ). Model tim didasarkan
pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu
asuhan keperawatan meningkat. Metode ini menggunakan
tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/group
yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam
penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihannya yakni memungkinkan pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim. Sedangkan kelemahannya yakni komunikasi
antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana
sulit melaksanakan pada waktu – waktu sibuk. (Nursalam,
2002)

Penentuan Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP )

Pada penerapan MAKP harus mampu memberikan asuhan


keperawatan profesional dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen
utama :

Ketenagaan

Saat ini jumlah dan jenis tenaga keperawatan kurang mampu untuk
memberikan asuhan keperawatan yang profesional. Hal ini terlihat dari
komposisi tenaga dengan jumlah pasien yang harus di layani. Disamping
itu jumlah tenaga keperawatan ruang rawat tidak ditentukan
berdasarkan derajat ketergantungan klien. Pada suatu pelayanan
profesional jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah klien
dan derajat ketergantungan klien. Menurut Douglas (1984) klasifikasi
derajat ketergantungan klien dibagi 3 kategori yaitu : perawat minimal
memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam, perawatan intermediet memerlukan
waktu 3-4 jam/ 24 jam, perawatan maksimal atau total memerlukan
waktu 5-6 jam/ 24 jam. Dalam penelitian Douglas (1975) dalam
Supriyanto (2003) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, di
dapatkan jumlahyang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung
pada tingkat ketergatungan pasien.

Metode pemberian asuhan keperawatan

Terdapat 4 metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode


fungsional, metode kasus, metode tim dan metode keperawatan primer
(Gillies, 1989). Dari keempat metode ini, metode yang paling
memungkikan pemberian pelayanan profesioanal adalah metode tim dan
primer. Dalam hal ini adanya sentralisasi obat, timbang terima, ronde
keperawatan dan supervisi (Nursalam, 2002)

Timbang Terima

1) Pengertian
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan klien (Sitorus, Ratna dkk, 2003).
2) Tujuan
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien.
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dan yang belum
dilakukan dalam asuhan keperawatan pada klien.
c. Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan
yang sudah terselesaikan.
d. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh yang
dinas berikutnya.
e. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
(Nursalam, 2002).
3) Manfaat
a. Bagi Perawat
1. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti
oleh perawat pada shift berikutnya.
2. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang
dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya.
3. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada
yang belum terungkap (Nursalam, 2002)
b. Bagi Pasien
1. Mengetahui perkembangan dari kesehatan klien
2. Mendapatkan pelayanan yang komprehensif
3. Mengetahui program/ rencana therapi yang akan dilakukan
4) Metode Pelaporan
a. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung
kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan
kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan
rencana keperawatan.
b. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat
kemudian dilanjutkan dengan ke ruang perawatan pasien (Muninjaya, A.
A. Gde, , 2004).
5) Prosedur Pelaksanaan
a. Kedua kelompok dinas sudah siap.
b. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan
(tanggung jawab)
c. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
1. Identitas klien dan diagnosa medis.
2. Masalah Keperawatan yang masih muncul.
3. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
4. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang lain,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin
dijalankan.
6. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah
ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang
kurang jelas.
f. Penyampaian timbang terima harus jelas, singkat dan padat.
g. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan.
Timbang terima yang baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan
klien secara kontinu dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
perawat, kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.
Ketentuan dalam timbang terima itu adalah sebagai berikut :

a. Dilaksanakan pada setiap pergantian shift


b. Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab
c. Diikuti perawat yang akan berdinas
d. Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab
e. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,
menggambarkan keadaan klien saat ini dan tetap menjaga kerahasiaan
klien
f. Timbang terima yang dilakukan harus berorientasi pada permasalahan
keperawatan, rencana, tindakan dan perkemabangan kesehatan klien
g. Timbang terima di kamar pasien menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat pasien
h. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
(Elainne La Monica, 2000).
6) Tugas/ Peran
a. Kepala ruang
Kepala ruang memimpin/ memfasilitasi jalannya timbang terima dengan
membuka pre konferen kemudian menyerahkan kepada ketua tim di
ruang ners station, dan menutup timbang terima dengan memimpin do’a
b. Ketua tim
Ketua tim menyerahkan pada perawat pelaksana yang jaga malam untuk
menyampaikan identitas pasien, jumlah pasien, masalah keperawatan
dan tindakan yang dilakukan serta program lain jika ada di ners station.

c. Perawat pelaksana
Perawat pelaksana yang sift jaga malam menyampaikan Identitas pasien
dan diagnosa medis, masalah keperawatan yang masih muncul, tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan
(secara umum), intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan, rencana
umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif,
pemerikasaan laboratorik/pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk
konsultasi atau terhadap prosedur yang tidak rutin dijalankan, prosedur
rutin yang biasa dilakukan tidak perlu disampaikan di ruang perawatan
klien.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Pada Instalasi Gawat Darurat
RSUD R.A Kartini Jepara

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Puji Astuti
2. Ida Lusiana
3. Sri Widawati
4. Nikamah
5. Eni Setyaningsih
6. Eny Setyawati
7. Aqida Apsari Nugrahani
8. Ambar Siti Lestari
9. Nuraini
10. Saidah
11. Ratna Suryaning Tyas

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


PROGRAM PROFESI NERS
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengaturan staff (staffing) merupakan salah satu masalah besar pada setiap
organisasi keperawatan, baik itu di rumah sakit, rumah perawatan (nursing home), badan
perawatan kesehatan di rumah, badan rawat jalan, dan jenis fasilitas lainnya. Aydelotte
mengatakan “ Metodologi pengaturan staf keperawatan harus merupakan proses yang
teratur, sistematis, berdasarkan rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis
personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu”. Hasil
akhir adalah perkiraan bentuk dan jumlah staf yang diperlukan untuk memberikan perawatan
pada pasien.
Proses pengaturan staf bersifat kompleks. Komponen proses pengaturan staf ini
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staf,
rencana penjadwalan dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK). SIMK meliputi
kelima elemen berikut ini: 1. Kualitas perawatan pasien yang diberikan dan pengukurannya.
2. Karakteristik pasien dan kebutuhan perawatan mereka. 3. Perkiraan suplai tenaga perawat
yang diperlukan untuk pokok 1&2. 4. Logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya. 5. Evaluasi kualitas perawatan yang diberikan dengan demikian mengukur
keberhasilan pengaturan staf itu sendiri.
Kemajuan teknologi dan tingginya kesadaran masyarakat untuk mendapat pelayanan
kesehatan yang lebih baik memacu dunia keperawatan untuk terus meningkatkan
keprofesionalan melalui peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Upaya yang telah
dilakukan oleh lahan pelayanan keperawatan maupun pendidikan untuk mencapai hal
tersebut antara lain melalui pendidikan berkelanjutan, pembentukan komite keperawatan,
upaya lainnya adalah pengembangan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP),
dimana dengan penerapan metode tersebut akan mampu memberikan kesempatan kepada
dunia keperawatan untuk me-manage pelayanan keperawatan dengan berfokus pada
masalah keperawatan yang ada. Pencapaian sebuah metode yang diterapkan tidak lain
adalah menggunakan analisis manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan disini
adalah sebagai suatu sistem yang menggambarkan serangkaian kejadian yang saling
berhubungan, meliputi informasi, masukan tenaga, dari sejumlah input dan proses dengan
tujuan mengoreksi kegagalan sistem (Gilles,1996).
Menejemen Keperawatan di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntunan profesi dan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Manajemen Keperawatan harus diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan keperawatan yang nyata yaitu di Rumah Sakit dan komunitas
sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya dari manajemen keperawatan
yang berupa perencanaan strategi melalui pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan
langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional serta
melakukan pengawasan serta pengendalian (Nursalam, 2002).
Untuk menjamin tingginya mutu pelayanan keperawatan di sebuah institusi Rumah
Sakit diperlukan upaya dalam penerapan sistem manajemen yang sistematis sesuai sumber
daya yang ada. Berdasarkan pengkajian kelompok didapatkan bahwa di Instalasi Gawat
Darurat RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara model asuhan keperawatan profesional yang
diterapkan adalah metode tim, namun pelaksanaanya secara fungsional. Sehingga perlu
ditelaah lebih lanjut mengenai Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang paling
tepat sehingga dapat terlaksana perberian asuhan keperawatan yang tepat dan tepat.
Selain tujuan tersebut dalam melakukan praktek manajemen keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara adalah untuk meningkatkan
pengetahuan serta mengaplikasikan sistem manajemen keperawatan dalam sebuah Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan prinsip manajemen keperawatan dalam sebuah Model Asuhan Keperawatan
Profesional.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian situasi unit pelayanan keperawatan sebagai dasar untuk menyusun
rencana strategi dan operasional unit
b. Menyusun rencana strategis dan rencana operasional instalasi pelayanan keperawatan
berdasarkan hasil kajian
c. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan sesuai kondisi
instalasi (dengan metode tim)
d. Mengelola kelompok kerja dalam suatu metode penugasan asuhan keperawatan
profesional melalui; ronde keperawatan, pendelegasian, supervisi, sentralisasi obat,
timbang terima, pengarahan, Discharge Planning, serta fungsi kontrol dan evaluasi

C. Manfaat Penulisan
1. Institusi Rumah Sakit
Memberi masukan dalam proses pelayanan keperawatan yang terbaik bagi pasien melalui
manajemen keperawatan operasional dan manajemen asuhan keperawatan profesional
khususnya di Instalasi Gawat Darurat RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara
2. Mahasiswa
Mengaplikasikan dan meningkatkan ketrampilan dalam manajemen keperawatan profesional
3. Perawat
Memberi masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan klinik guna meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan, antara lain;
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, serta perawat dengan pasien dan keluarga pasien
c. Tercapainya kepuasan klien yang optimal
d. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan pelayanan keperawatan sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
BAB II
TINJAUAN TEORI

B. Model Asuhan Keperawatan Profesional


c. Pengertian

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem ( struktur,


proses dan nilai-nilai ) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut ( Hoffart & Woods, 1996).

Katz, Jacquilile ( 1996 ) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan


keperawatan , tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan
Tim dan Keperwatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap
suatu strees, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Tomey,Mariner 1996) yaitu :

6. Sesuai dengan visi dan misi institusi


7. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
8. Efisian dan efektif penggunaan biaya
9. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
10. Kepuasan kinerja perawat

d. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP )

Menurut Kron. T dan Gray (1997) ada 4 metode pemberian asuhan


keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan
dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan yaitu :

5. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP ) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan


keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua oasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2002)

6. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP ) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia


dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini didasarkan pendekatan holistik
dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggungjawab terhadap asuhan observasi
pada pasien tertentu (Nursalam, 2002)

7. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP ) Primer

Menurut Gillies (1998) perawat yang menggunakan metode keperawatan


primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primery
nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggungjawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga
akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perwat primer sedang
tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (
associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggungjawab selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaiatan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.

8. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP ) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana


seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaburatif ( Potter, Patricia 1993 ). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan
meningkat. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/group yang terdiri dari tenaga
profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya yakni
memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Sedangkan
kelemahannya yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit
melaksanakan pada waktu – waktu sibuk. (Nursalam, 2002)

Penentuan Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP )

Pada penerapan MAKP harus mampu memberikan asuhan keperawatan profesional


dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama :

Ketenagaan

Saat ini jumlah dan jenis tenaga keperawatan kurang mampu untuk memberikan
asuhan keperawatan yang profesional. Hal ini terlihat dari komposisi tenaga dengan
jumlah pasien yang harus di layani. Disamping itu jumlah tenaga keperawatan ruang
rawat tidak ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. Pada suatu pelayanan
profesional jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah klien dan derajat
ketergantungan klien. Menurut Douglas (1984) klasifikasi derajat ketergantungan klien
dibagi 3 kategori yaitu : perawat minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam, perawatan
intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/ 24 jam, perawatan maksimal atau total
memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam. Dalam penelitian Douglas (1975) dalam Supriyanto
(2003) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, di dapatkan jumlahyang dibutuhkan
pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergatungan pasien.

Metode pemberian asuhan keperawatan

Terdapat 4 metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode fungsional, metode


kasus, metode tim dan metode keperawatan primer (Gillies, 1989). Dari keempat metode
ini, metode yang paling memungkikan pemberian pelayanan profesioanal adalah metode
tim dan primer. Dalam hal ini adanya sentralisasi obat, timbang terima, ronde
keperawatan dan supervisi (Nursalam, 2002)

Timbang Terima

7) Pengertian
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien (Sitorus, Ratna dkk, 2003).
8) Tujuan
f. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien.
g. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada klien.
h. Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan yang sudah
terselesaikan.
i. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh yang dinas berikutnya.
j. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
(Nursalam, 2002).
9) Manfaat
c. Bagi Perawat
4. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh perawat pada
shift berikutnya.
5. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan
keadaan klien yang sebenarnya.
6. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang belum
terungkap (Nursalam, 2002)
d. Bagi Pasien
4. Mengetahui perkembangan dari kesehatan klien
5. Mendapatkan pelayanan yang komprehensif
6. Mengetahui program/ rencana therapi yang akan dilakukan
10) Metode Pelaporan
c. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung kepada perawat
penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan kesempatan diskusi yang maksimal
untuk kelanjutan dan kejelasan rencana keperawatan.
d. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat kemudian dilanjutkan
dengan ke ruang perawatan pasien (Muninjaya, A. A. Gde, , 2004).
11) Prosedur Pelaksanaan
h. Kedua kelompok dinas sudah siap.
i. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah,
kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting
lainnya selama masa perawatan (tanggung jawab)
j. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat
khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
k. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
7. Identitas klien dan diagnosa medis.
8. Masalah Keperawatan yang masih muncul.
9. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
10. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
11. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif,
pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi
atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.
12. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
l. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap
keterangan-keterangan yang kurang jelas.
m. Penyampaian timbang terima harus jelas, singkat dan padat.
n. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam kondisi khusus
dan memerlukan keterangan yang rumit.
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan. Timbang terima yang
baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara kontinu dan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi perawat, kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota
tim perawat. Ketentuan dalam timbang terima itu adalah sebagai berikut :

i. Dilaksanakan pada setiap pergantian shift


j. Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab
k. Diikuti perawat yang akan berdinas
l. Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab
m. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, menggambarkan keadaan klien
saat ini dan tetap menjaga kerahasiaan klien
n. Timbang terima yang dilakukan harus berorientasi pada permasalahan keperawatan, rencana,
tindakan dan perkemabangan kesehatan klien
o. Timbang terima di kamar pasien menggunakan volume suara yang cukup sehingga pasien di
sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia
sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat pasien
p. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di nurse
station.
(Elainne La Monica, 2000).

12) Tugas/ Peran


d. Kepala ruang
Kepala ruang memimpin/ memfasilitasi jalannya timbang terima dengan membuka pre
konferen kemudian menyerahkan kepada ketua tim di ruang ners station, dan menutup
timbang terima dengan memimpin do’a
e. Ketua tim
Ketua tim menyerahkan pada perawat pelaksana yang jaga malam untuk menyampaikan
identitas pasien, jumlah pasien, masalah keperawatan dan tindakan yang dilakukan serta
program lain jika ada di ners station.
f. Perawat pelaksana
Perawat pelaksana yang sift jaga malam menyampaikan Identitas pasien dan diagnosa
medis, masalah keperawatan yang masih muncul, tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif yang
telah dilaksanakan, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemerikasaan laboratorik/pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi
atau terhadap prosedur yang tidak rutin dijalankan, prosedur rutin yang biasa dilakukan
tidak perlu disampaikan di ruang perawatan klien.

Anda mungkin juga menyukai