USULAN PENELITIAN
AHMAD HIDAYAT
140310150020
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.1 Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
1.2. Batasan Masalah ....................................................................................... 5
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
Bab II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................7
2.1. Sinar Kosmik ............................................................................................ 7
2.2. Partikel Muon ........................................................................................... 9
2.3. Partikel Elememter ................................................................................... 9
2.4. Multiproporsional Wire Chamber .......................................................... 11
2.4.1. Interaksi Radiasi dengan Multiwire Chamber ........................................ 12
2.4.2. Kelebihan dan Kekurangan Wire Chamber ............................................ 15
2.5. Komponen Elektronika........................................................................... 16
2.5.1 Transistor Darlington ............................................................................. 16
2.5.2 Resistor ................................................................................................... 18
2.5.3 LED ........................................................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................19
3.1. Rancangan Penelitian ...............................................................................19
3.1.1 Tahap Penelitian ..................................................................................... 19
3.1.2 Persiapam Alat dan Bahan .......................................................................21
3.2 Perancangan alat ......................................................................................22
3.3 Perancangan Penghalang Radiasi ............................................................23
3.4 Rangkaian Penguat Arus ..........................................................................25
BAB IV................................................................................................................29
HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................29
4.1 Hasil perancangan alat detektor ...............................................................29
4.2 Hasil Pengujian Alat ................................................................................30
4.3.1 Hasil Pengujian Alat Detektor Tanpa Penghalang ................................. 32
4.3.2 Hasil Alat Menggunakan Penghalang .................................................... 34
i
4.3 Analisa .....................................................................................................36
BAB V .................................................................................................................37
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................37
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................37
5.2. Saran ............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
partikel atau gelombang. Pancaran ini terjadi karena ketidak stabilan energi pada
inti atom. Radiasi mempunyai dua jenis yaitu Radiasi pengion dan Radiasi non-
pengion. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Radiasi pengion adalah
jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi yang menghasilkan ion positif
dan ion negatif akibat berinteraksi dengan materi. Partikel yang termasuk radiasi
pengion adalah partikel alfa(α), partikel beta (β), partikel gamma (γ), sinar-X, serta
partikel neutron. Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak menyebabkan
1
Radiasi memiliki dua sifat yaitu tidak dapat dideteksi dan dapat
membuat detektor radiasi. Mengingat bahwa panca indra manusia tidak bisa
secara langsung untuk menangkap atau melihat ada tidaknya partikel radiasi.
partikel radiasi. Alat yang digunakan haruslah khusus untuk mengukur radiasi
partikel yang masuk ke dalam detektor [1]. Dengan prinsip kerja detektor
(sensor) yang sedemikiran rupa sehingga tanggap (respon) dari alat akan
sebanding dengan efek radiasi atau sebanding dengan sifat radiasi yang
elektroskup, detektor isian gas, drift chamber hingga time projection chamber
[2]. Pada detektor isian gas terdapat tiga jenis yang bekerja pada daerah yang
2
Multi-wire proporsional chamber telah banyak digunakan untuk melacak inti
listrik.
dapat diakses.
yang berasal dari luar atmosfer bumi. Dalam partikel kosmik ini terdapat sub
atom seperti proton, helium (partikel alpha), dan elektron. Sinar kosmik
radiasi. Jenis radiasi yang ditimbulkan oleh sinar kosmik ini berupa radiasi
partikel. Penting untuk kita mengetahui radiasi yang ditimbulkan oleh sinar
kosmik ini, mengingat setiap saat bumi selalu dihujan oleh Sinar Kosmik.
Pada umumnya sebagian besar partikel yang dihasilkan dalam sinar kosmik
3
Partikel muon (μ) adalah partikel elementer yang ditemukan oleh
Carl Anderson dan Seth Neddermeyer pada tahun 1936. Partikel ini
dihasilkan oleh sinar kosmik ketika menembus ke atmosfer bumi dan dapat
seperti halnya elektron dengan massa 207 kali lebih besar dari massa elektron
dapat kita manfaatkan secara optimal. Pada saat ini di indonesia belum ada
4
1.1 Identifikasi Masalah
partikel kosmik?
partikel.
(MWC).
5
1.4. Tujuan Penelitian
yang berhubungan dengan penelitian ini dalam lingkup yang lebih luas,
6
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
yang akan diteliti yaitu mengenai sinar kosmik, partikel muon, partikel
dapat menembus ke dalam atmosfer bumi (system tata surya) atau bisa
disebut dengan sinar kosmik primer. Interaksi sinar kosmik primer dengan
atom-atom yang ada di atmosfer bumi akan mengalami reaksi inti yang
disebut reaksi tumbukan, reaksi tumbukan dengan inti atom udara akan
menghasilkan partikel serta inti atom baru atau bisa disebut Radiasi kosmik
sekunder. Hasil reaksi Radiasi kosmik sekunder antara lain neutron, proton,
meson, K meson serta inti He-3 (helium), Be-7 (berilium), Na-22 (natrium).
inti atom yang ada di udara, dan menghasilkan partikel sekunder lebih banyak
(cascade). Kemudian p meson meluruh dan berubah menjadi muon atau foton
7
Gambar 2.2 Sinar kosmik yang datang dari luar angkasa
8
2.2. Partikel Muon
negatif dan spin 1/2 . Muon memiliki massa 105,7 MeV/c2 yang mana 207
kali masa elektron, dan bersifat tak stabil. Muon ditemukan oleh Carl D.
Andersonpada tahun 1936. Waktu hidup Muon sekitar 1.5 μs(proper time)
yang diukur dalam kerangka Muon dan bergerak dengan kecepatan 0,994c
keluarga lepton dari fermion. Di bumi muon tercipta ketika pion bermuatan
meluruh. Pion diciptakan di atmosfer oleh radiasi kosmik dan memiliki waktu
dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga efek dilatasi waktu dari
sejumlah kecil partikel yang belum dikenal atau belum terdeteksi bagian-
bagiannya. Entah tersusun dari 1 partikel (partikel tunggal) atau tersusun dari
fundamental boson (spin bulat). Suatu partikel dikatakan sebagai fermion jika
9
kedua gelombang berubah ketika saling bertukaran. Pada umumnya materi
tersusun atas fermion dan boson, lepton dan quark termasuk dalam keluarga
fermion sedangkan pada keluarga boson terdapat partikel gauge bosons serta
higgs bosons. Suatu partikel dikatakan boson identitas jika memiliki spin
bilangan bulat dan fungsi fungsi gelombang dari kedua partikel tidak berubah
boson.[5]
10
2.4. Multiproporsional Wire Chamber
mendeteksi partikel bermuatan dan foton, dengan cara deteksi ionisasi gas
G. Charpak [6] pada 1960-an menandai era "detektor elektronik" dalam fisika
partikel energi tinggi. MWPC tersusun pada satu set kabel anoda dan katoda.
Partikel yang terbaca oleh kabel ini akan menyebabkan gelombang arus pada
kabel. Pada gelombang arus ini akan menghasilkan listrik yang dapat memicu
elektron untuk mengionisasi gas. Pengisian gas biasanya 60% - 90% gas
seperti CO2 atau metana, untuk memastikan pembentukan yang stabil. Gas di
dalam MPWC lebih baik bebas oksigen, karena 0,1% O2 dalam gas
11
2.4.1. Interaksi Radiasi dengan Multiwire Chamber
dengan jarak yang sama yang dipasang pada bingkai tertutup persegi panjang
yang diisi dengan komposisi gas spesifik. Partikel yang terdeteksi akan
gelombang arus pada kabel. Arus ini kemudian dapat dideteksi dan dapat
merupakan inti dari fungsi alat ini. Kita mengetahui bahwa di dalam multi-
wire chamaber terdiri dari satu pelat kabel anoda yang disusun dengan jarak
antar kawat yang sama dan diapit dengan dua pelat kawat katoda. Jarak antara
pelat kabel anoda dan katoda hanya beberapa millimeter saja sehingga setiap
partikel yanng terlewati akan terionisasi dan terdeteksi. Pada ruang kawat ini
pun akan di isi oleh gas spesifik, hal ini memungkinkan agar terjadi proses
12
ionisas dan melihat laju lintasan partikel. Ionisasi adalah proses mengubah
partikel bermuatan seperti elektron atau lainnya. Proses ionisasi pada kawat
wire pun demikian dimana pengion terjadi di dalam tabung wire yang telah
di isi gas memungkinkan elektron yang dihasilkan akan menuju kawat anoda,
pada dasarnya medan listrik pada kawat-kawat pelat anoda dan katoda
gambar 2.7 .
chamber dimulai. Kita mengetahui bahwa partikel muon adalah partikel yang
massa yang lebih besar. proses ionisasi terjadi saat medan listrik dengan
13
keadaan konstan menjadi berbanding terbalik dengan jarak pada kawat,
sehingga ion positif pada kabel anoda bertambah banyak dan bergerak
gambar di setiap elektroda dan menghasikan sinyal negatif pada kawat, yang
14
2.4.2. Kelebihan dan Kekurangan Wire Chamber
Kelebihan
Kekurangan
15
2.5. Komponen Elektronika
dua tipe, yaitu tipe p dan tipe n. Ada dua buah bahan penyusun transistor,
lemah, agar sinyal keluaran yang didapatkan memiliki nilai yang lebih
yang disambungkan secara seri dan akan bertindak sebagai sebuah transistor
Transistor Darlington ini dapat berupa dua buah transistor yang terhubung secara
Individu ataupun satu perangkat tunggal yang dibuat secara komersial dalam satu
kemasan paket dengan standar tiga kaki yaitu Basis, Emitor dan Kolektor .
16
Pada skema gambar terlihat bahwa transistor darlington NPN kedua
dihubungkan dengan basis dari transistor ke dua, hal ini bertujuan agar dapat
untuk arus Basis ib, arus Kolektor β x Ib dimana penguatan atau gain lebih dari satu
Namun arus arus Basis Ib2 adalah sama dengan arus Emitor IE1 TR1, hal ini
Keseluruhan penguatan atau gain dapat dibuat persamaannya seperti pada rumus
dibawah ini :
IC = β1 x IB + β2 x (β1 + 1) x IB (2.4)
Sehingga penguatan atau gain arus yang terjadi (β) berasal dari penguatan transistor
lebih tinggi. Dengan kata lain, sepasang transistor bipolar digabungkan bersama
17
menjadi Transistor Darlington dapat dianggap sebagai sebuah transistor tunggal
dengan nilai β yang sangat tinggi dan juga resistansi input yang tinggi.
2.5.2 Resistor
Resistor digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu
rangkaian. Resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari
hukum ohm diketahui hambatan berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm. Tipe resistor
yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kedua kakinya [9].
Resistor yang digunakan adalah 470 Ohm dan resistor 4,7 nilai resistor yang
kelebihan arus.
2.5.3 LED
terbuat dari bahan semikonduktor jenis dioda yang mampu memancarkan cahaya.
LED adalah salah satu jenis dioda dan memiliki 2 kutub yaitu anoda dan katoda.
LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda menuju katoda. Perlu
tegangan 1,6V – 3,5 V. Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA maka led akan
terbakar. Untuk menjaga agar LED tidak terbakar perlu kita gunakan resistor sebagai
penghambat arus[10].
18
BAB III
METODE PENELITIAN
yang digunakan sebagai pengkonversi sinar kosmik atau radiasi menjadi arus
listik yang terjadi karena terjadi proses ionisasi dan rangkaian penguat
pengambilan data dan analisis data. Alur penelitian dilakukan seperti yang
dimuat pada diagram alir penelitian yang ditunjukan pada Gambar 3.1
19
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
20
3.1.2 Persiapam Alat dan Bahan
1. Pelat Alumunium
2. Pelat Acrylic
3. Kawat Tembaga
4. PCB
6. LED
9. Breadbroard
10. Batre 9V
12. Solder
17. Sterofoam
19. Timah
20. Paperboard
21
3.2 Perancangan alat
informasi yang terdeteksi pada alat detektor yang kemudian akan dikirimkan
22
1. Alat penghalang radiasi dirancang dengan menggunakan material yang
berupa box kardus yang telah dilapisi oleh pelat timbal, kertas karton,
pelat fiber,dan sterofoam. Box kardus ini pun dirancang agar kedap
udara, sehingga alat pendeteksi yang berada di dalam box ini memiliki
menangkap radiasi dengan cara ionisasi pada kawat tembaga dan pelat
dengan memanfaatkan interaksi radiasi dengan materi. Radiasi alpha dan beta
dapat ditahan dengan baik oleh benda yang relative tipis seperti selembar
kertas atau pelat alumunium. Sedangkan radiasi beta yang berenergi tinggi
sinar-X. pada radiasi positron penahan radiasi dilakukan hingga bebas radiasi.
23
Untuk radiasi gamma yang merupakan radiasi langsung berkurang secara
eksponenssial terhadap tebal bahan penahan, hal ini juga bekerja terhadap
materi dan energi radiasi, maka cara penahan yang digunakan juga berbeda.
24
Gamabar 3.4 Alat Penghalang Radiasi
Pelat timbal adalah salah satu materi yang dapat digunakan sebagai proteksi
radiasi dengan sifat timbal dapat menyerap radiasi gamma dan sinar-X serta
menghasilkan nilai arus akibat eksitasi electron yang dikenal sebagai proses
ionisasi. Nilai atau besarnya energi yang dihasilkan tidak dapat diukur secara
langsung karena arus yang dihasilkan terlalu kecil untuk dapat diukur, selain
itu factor lain seperti disipasi energi akan mempengaruhi besar arus sinyal
yang telah dideteksi. Oleh sebab itu diperlukan rangkaian instrumentasi yang
25
menguatkan arus yang kecil menjadi lebih besar yang ditunjukan pada
gambar 3.3
26
Gambar 3.4 Rangkaian Penguat 2 pasang Transistor Darlington
BC457B yang telah dihubungkan ke kawat anoda melewati kaki base, hal ini
membuat arus yang berasal dari kawat anoda telah dikuatkan dan akan
menjadi input ke transistor darlington kedua jenis PNP dengan tipe BC557B
pertama, pada transis darlington kedua ini telah terhubung ke lampu LED.
akan diberikan sumber arus dan memvariasikan nilai arusnya mulai dari 0A-
akan diukur secara langsung menggunakan lampu LED yang menyala dengan
27
menandakan terdapat arus baru yang terbaca oleh rangkaian akibat dari proses
ionisasi.
BC557B masing- masing adalah 450. Hasil ini didapatkan pada datasheet
IC = IC + IC2
IC = 450 x 450
IC = 202,500 X
adalah
𝟏𝟎𝒎𝑨
202,500 =𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕
0.01𝐴
Input Current == 202,500
sekita 0,04 𝝁𝑨
28
BAB IV
perancangan perangkat keras dan juga pembahasan mengenai hasil dari data
Gambar 4.1 menunjukan bentuk dan skema dari alat deteksi radiasi
yang terdiri dari Kawat tembaga, Plat alumunium, Pelat timbal, Box kardus,
Kabel Jumper, Breadboard, LED, 2 Pasang Transistor tipe bc547 NPN dan 2
29
Pasang Transistor tipe bc 557 PNP, Resistor 470 Ohm dan 100 Ohm, Papan
dari gangguan getaran. Pengujian dilakukan pada pukul 21.00 WIB karena
pada waktu tersebut kondisi ruangan sepi dan tidak ada gangguan.
30
Gambar 4.2 Pengujian alat tanpa penghalang dan dengan penghalang radiasi
31
4.3.1 Hasil Pengujian Alat Detektor Tanpa Penghalang
baterai 9V dan uji coba alat dimulai dengan lama waktu pengujian selama 12
jam. Hasil otput dari pengujian ini adalah lamanya lampu LED menyala yang
32
Gambar 4.4 Histogram Pengujian Alat Detektor Tanpa Penghalang Radiasi.
waktu adalah waktu mulai alat detektor mulai menyala mulai dari 0 sampai
5500 dalam satuan detik dengan kenaikan interval tiap 100 detik. Count
adalah banyaknya selisih waktu saat LED menyala dalam tiap interval. Dari
membuat lampu LED menyala dalam waktu yang lama. Nilai rata-rata ∆T
2461,82 s. hal ini menunjukan bahwa alat detektor mendeteksi radiasi asing
sehingga membuat lama waktu LED menyala dalam waktu yang lama.
sehingga membuat arus yang berasal dari proses ionisasi terus mengalir pada
rangkaian dan menyebabkan lampu LED menyala dalam waktu yang lama.
33
4.3.2 Hasil Alat Menggunakan Penghalang
pendeteksi radiasi akan diletakan didalam sebuah kotak yang sudah dibuat
secara khusus untuk mengeliminasi energi radiasi dari luar serta menjaga
34
Gambar 4.6 Histogram Respon Detektor Dengan Penghalang Radiasi
Pada gambar 4.6 menunjukan histogram dari data yang diperoleh selanjutnya.
Dimana interval rentang waktu adalah waktu mulai alat detektor mulai menyala
mulai dari 0 sampai 4400 dalam satuan detik dengan kenaikan interval 100 detik.
Count adalah banyaknya rentang waktu LED menyala. Dari histogram disini
menyala dalam waktu yang sebentar. Nilai rata-rata ∆T pun didapatkan sebesar
1245,09 s . Nilai ini menunjukan banyaknya lampu yang menyala dalam rentang
waktu yang sebentar hal ini mengidentifikasi bahwa alat detektor yang
prinsip penahan radiasi dengan mengurangi untensitas radiasi yang didasrkan pada
interaksi radiasi dengan materi, yaitu dengan mengubah energi radiasi menjadi
energi panas sehingga paparan radiasi dari luar menuju ke alat detektor yang telah
35
4.3 Analisa
Setelah dilakukan uji coba pada alat baik tanpa penghalang maupun
menggunakan penghalang dapat dilihat bahwa alat yang sudah dibuat dapat
mendeteksi radiasi dan partikel kosmik. Alat penghalang radiasi pun dapat
tidak dapat dilihat dari lamanya lampu menyala. Terdapat hasil rata-rata dari
∆T0 dari tanpa penghalang sebesar 2461,82 s , hasil ini didapatkan karena
lamanya rentang waktu lampu LED menyala ke lampu LED mati membuat
data dari detektor partikel tanpa penghalang terbilang sedikit. Selanjutnya alat
lampu LED menyala terbilang lebih singkat karena terdapat eliminasi radiasi
dari alat penghalang radiasi sehingga yang terdeteksi pada alat detektor hanya
partikel muon. Terdapatnya rentang waktu antara lampu LED yang redup dan
menyala terang pada pengujian ini menandakan bahwa alat detektor yang
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
nilai arus baru akibat dari hasil ionisasi, nilai arus baru ini sangatlah kecil
darlington untuk menguatkan nilai arus sehingga lampu LED dapat menyala.
radiasi dan tanpa penghalang radiasi. Pada tanpa penghalang radiasi didapat
kosmik.
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian pada alat detektor radiasi
multiproporsional wire chamber ada beberapa saran terkait alat dan bahan
karakteristik noise current density yang rendah terkait sensitifnya alat yang
lebih kecil dan pemasangan kawat harus berdekatan agar sensitifitas yang
37
DAFTAR PUSTAKA
[2] A.H. Walenta, J. Heintze, B. Schürlein, The multiwire drift chamber, a new
373.
[4] Mulyono, Agus. 2011. Partikel Elementer dan Interaksi Alamiah. Online.(
[9] Ruri, Hartika Zain, Sistem Keamanan Ruangan Menggunakan Sensor Passive Infra
38
Mikrokontroller ATMEGA 8535 dan Real Time Clock DS1307, Jurnal Teknologi
[10] Wibawa, Unggul, 2004. Manajemen Industri – II, Malang : Jurusan Teknik
[11] Fitriawan, Margi. 2014. Kajian Teori Dasar Pada Nanomaterial Timbal
[12] https://www.alldatasheet.com/datasheet-pdf/pdf/422109/KEC/BC547.html
[13] https://www.alldatasheet.com/datasheet-pdf/pdf/95116/FAIRCHILD/BC557.html
39