Anda di halaman 1dari 58

KATA PENGANTAR

Segala puji tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesempatan
agar kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Instrumen ini dengan baik. Makalah
ini kami buat untuk menyelesaikan tugas Analisis Instrumen, dan juga dapat dijadikan
bahan pembelajaran untuk materi alat instrumen yang akan digunakan dalam
praktikum.

Makalah ini meliputi pembahasan mengenai pendahuluan, instrumentasi,


jenis sampel, metode preparasi, metode analisis, serta metode pengolahan data hasil
analisis.

Setelah membaca makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat mengerti,


memahami, serta menguasai semua materi yang dibahas di dalam makalah ini.

Bogor, Juli 2016

Penyusun

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2
FT-IR ....................................................................................................................... 3
A. Pendahuluan ................................................................................................. 4
B. Bagian-bagian Alat ........................................................................................ 5
C. Sistem Kerja.................................................................................................. 6
D. Jenis-jenis Sampel .......................................................................................10
E. Preparasi Sampel.........................................................................................11
F. Metode Analisis ............................................................................................12
GAS CHROMATOGRAPHY ...................................................................................15
A. Pendahuluan ................................................................................................16
B. Prinsip Analisis GC ......................................................................................17
C. Instrumentasi Alat ........................................................................................17
D. Fase pada Kromatografi Gas .......................................................................22
E. Jenis Sampel GC .........................................................................................23
F. Metode Preparasi Sampel (Derivatasi Pada GC) .........................................23
G. Metode Analisis pada GC .............................................................................26
H. PENGOLAHAN DATA ..................................................................................28
GC-MS ...................................................................................................................32
A. Pendahuluan ................................................................................................33
B. Prinsip Dasar ...............................................................................................34
C. Instrumentasi Alat ........................................................................................35
D. Metode Preparasi Sampel ............................................................................37
E. Analisa Kualitatif dan Kuantitatif ...................................................................40
HPLC ......................................................................................................................44
A. Pendahuluan ................................................................................................45
B. Prinsip HPLC ...............................................................................................45
C. Instrumentasi Alat ........................................................................................46
D. Analisa Kualitatif Dan Kuantitatif ..................................................................54
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................58

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 2


FT-IR

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 3


SPEKTROSKOPI FT-IR

A. Pendahuluan

Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya


berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau
dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Dalam catatan
sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu dimana "cahaya tampak"
digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisa kualitatif dan kuantitatif.
Dalam masa modern, definisi spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik
baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak,
tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik dan non-elektromagnetik
seperti gelombang mikro, gelombang radio, elektron, fonon, gelombang suara,
sinar x dan lain sebagainya.
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis
untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau
yang diserap. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi
juga digunakan secara intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh.
Kebanyakan teleskop-teleskop besar mempunyai spektrograf yang digunakan
untuk mengukur komposisi kimia dan atribut fisik lainnya dari suatu objek
astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek astronomi berdasarkan
pergeseran Doppler garis-garis spektral. Salah satu jenis spektroskopi adalah
spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu
molekul.
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0.75 - 1.000 m atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10
cm-1.
Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih
panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio.
Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah
merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi
inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan memiliki panjang gelombang
antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir
William Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang mengadakan

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 4


penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk
mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada
pada daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada Bilangan
Gelombang 13.000 10 cm-1. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama
kali oleh James Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis
merupakan gelombang elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan
vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan.

B. Bagian-bagian Alat

Spektrometer infra merah biasanya merupakan spektrometer berkas ganda


dan terdiri dari:

1. Sumber Radiasi

Radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst dan


Globar. Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi
sekitar 1200C, sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah 1-40
m. Globar merupakan sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst
merupakan batang cekung dari sirkonium dan yttrium oksida yang dipanasi
sekitar 1500C dengan arus listrik. Sumber ini memancarkan radiasi antara
0,4-20 m dan kurang stabil jika dibandingkan dengan Globar.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 5


2. Monokromator

Monokromator ini terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar,
alat pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin
untuk memantulkan dan memfokuskan sinar. Bahan yang digunakan untuk
prisma adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium
fluorida. Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk
monokromator infra merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara
5,0-16 m, tetapi dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0 m.

3. Detektor

Sebagian besar alat modern menggunakan detektor panas. Detektor


fotolistrik tidak dapat digunakan untuk menggunakan infra merah karena
energi foton infra merah tidak cukup besar untuk membebaskan elektron dari
permukaan katoda suatu tabung foton.

Detektor panas untuk mendeteksi infra merah yaitu termokopel,


bolometer, dan sel Golay. Ketiga detektor ini bekerja berdasarkan efek
pemanasan yang ditimbulkanoleh sinar infra merah.

4. Daerah Cuplikan

Daerah cuplikan infra merah dapat terdiri dari 3 jenis yaitu cuplikan
yang berbentuk gas, cairan dan padatan. Gaya intermolekul berubah nyata
dari bentuk padatan ke cairan ke gas dan spektrum infra merah biasanya
menunjukkan pengaruh dari perbedaan ini dalam bentuk pergeseran
frekuensi. Oleh karena itu, sangat penting untuk dicatat pada spektrum cara
pengolahan cuplikan ynag dilakukan.

C. Sistem Kerja

Sinar dari sumber dibagi dalam 2 berkas yang sama, satu berkas melalui
cuplikan dan satu berkas lainnya sebagai baku. Fungsi model berkas ganda
adalah mengukur perbedaan intensitas antara 2 berkas pada setiap panjang
gelombang. Kedua berkas itu dipantulkan pada chopper yang berupa cermin
berputar. Hal ini menyebabkan berkas cuplikan dan berkas baku dipantulkan
secara bergantian ke kisi difraksi. Kisi difraksi berputar lambat, setiap frekuensi
dikirim ke detektor yang mengubah energi panas menjadi energi listrik.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 6


Jika pada suatu frekuensi cuplikan menyerap sinar maka detektor akan
menerima intensitas berkas baku yang besar dan berkas cuplikan yang lemah
secara bergantian. Hal ini menimbulkan arus listrik bolak-balik dalam detektor
dan akan diperkuat oleh amplifier. Jika cuplikan tidak menyerap sinar, berarti
intensitas berkas cuplikan sama dengan intensitas berkas baku dan hal ini tidak
menimbulkan arus bolak-balik, tetapi arus searah. Amplifier dibuat hanya untuk
arus bolak=balik.

Arus bolak-balik yang terjadi ini digunakan untuk menjalankan suatu


motor yang dihubungkan dengan suatu alat penghalang berkas sinar yang
disebut baji optik. Baji optik ini oleh motor dapat digerakkan turun naik ke dalam
berkas baku sehingga akan mengurangi intensitasnya yang akan diteruskan ke
detektor. Baji optik ini digerakkan sedemikian jauh ke dalam berkas baku
sehingga intensitasnya dikurangi dengan jumlah yang sama banyaknya dengan
jumlah pengurangan intensitas berkas cuplikan, jika cuplikan melakukan
penyerapan. Gerakan baji ini dihubungkan secara mekanik dengan pena alat
rekorder sehingga gerakan baji ini merupakan pita serapan pada spektrum
tersebut.

Secara singkat sistem kerjanya seperti ini sebuah cuplikan ynag


ditempatkan di dalam spektrofotometer infra merah dan dikenai radiasi infra
merah yang berubah panjang gelombangnya secara berkesinambungan
menyerap cahaya jika radiasi yang masuk bersesuaian dengan energi getaran
molekul tertentu. Spektrofotometer infra merah memayar daerah rentangan dan
lenturan molekul. Penyerapan radiasi dicatat dan menghasilkan sebuah
spektrum infra merah. Hadirnya sebuah puncak serapan dalam daerah gugus
fungsi sebuah spektrum infra merah hampir selalu merupakan petunjuk pasti
bahwa beberapa gugus fungsi tertentu terdapat dalam senyawa cuplikan.
Demikian pula, tidak adanya puncak dalam bagian tertentu dari daerah gugus
fungsi sebuah spektrum infra merah biasanya berarti bahwa gugus tersebut yang
menyerap pada daerah itu tidak ada.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 7


Spektrofotometer canggih selalu dilengkapi recorder untuk merekam hasil
percobaan. Alat perekam ini mempermudah dan mempercepat pengolahan
data. Data absorbsi mulai dari panjang gelombang 2,5 mikron ( 4000 cm-1)
hingga 25 mikron ( 400 cm-1) direkam secara otomatis. Bahkan
spektrofotometer bisa dilengkapi sistem komputer dibuat sesuai dengan yang
diinginkan.

Spektrofotometer inframerah mempunyai sistem optik yang serupa


dengan ultraviolet atau sinar tampak. Perbedaan utama terletak pada sumber
energi dan sel. Sumber radiasi pada spektrofotometri laser. Oleh karena itu
sinar inframerah mempunyai energi yang lebih rendah dari sinar ultraviolet atau
sinar tampak, maka tebal sel yang dipakai pada spektrofotometer lebih tipis
daripada untuk spektrofotometer lainnya ( 0,002 mm). Sehingga tidak ada
pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar inframerah, maka cuplikan
dapat diukur sebagai padatan atau cairan murninya. Cuplikan padat digerus
dalam mortir kecil bersama kristal KBr kering dalam jumlah sedikit sekali (0,5-2
mg cuplikan + 100 mg KBr kering). Campuran tersebut dipres diantara dua skrup
memakai kunci, kemudian kedua skrupnya dibuka dan band yang berisi tablet
cuplikan tipis diletakkan di tempat sel spektrofotometer inframerah dengan
lubang mengarah ke sumber radiasi

.
Pemadat Cuplikan

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 8


Spektrum infra merah mengandung banyak serapan yang berhubungan
dengan sistem vibrasi yang berinteraksi dalam suatu molekul memberikan pita-
pita serapan yang berkarakteristik dalam spektrumnya. Corak pita ini disebut
sebagai daerah sidik jari.

1. Alkana

Pita utama yang nampak dalam spektra IR alkana disebabkan oleh


stretching C-H di daerah 2850-3000 cm-1, scissoring CH2 dan CH3 di
daerah 1450-1470 cm-1, rocking CH3 pada kurang lebih 1370-1380 cm-1.
Dan pita rocking, pada 720-7725 cm-1. Pita- pita ini tidak dapat dijadikan
patokan karena kebanyakan alkana mengandung gugus-gugus ini.

2. Alkena

Vibrasi stretching C-H alkena terjadi pada panjang gelombang


yang lebih pendek daripada C-H alkana. Ingat bahwa ikatan karbon-hidrogen
alkena mempunyai sifat lebih kuat daripada ikatan karbon-hidrogen alkana.
Makin kuat ikatan, makin sukar bervibrasi dan memerlukan energi yang lebih
tinggi. Jadi alkena yang mempunyai paling sedikit satu hidrogen menempel
pada ikatan rangkap dua biasanya mengabsorpsi di daerah 3050-3150

cm-1

Bentuk stretching C=C alkena terjadi sidaerah 1645-1670 cm-1. pita


ini sangat jelas bila hanya satu gugus alkil menempel pada ikatan rangkap
dua. Semakin banyak gugus alkil yang menempel, intensitas absorpsi
berkurang karena vibrasi terjadi dengan perubahan momen dipol yang lebih
kecil. Untuk alkena-alkena trisubtitusi, tetrasubsitusi C=C sering mempunyai
intensitas yang rendah atau tidak teramati.

3. Alkuna dan Nitrit

Alkuna ujung memperlihatkan pita stretching C-H yang tajam pada


3300-3320 cm-1dan bentuk bending C-H yang jelas pada 600-700 cm-1.
Stretching C=N pada alkuna ujung nampak pada 2100-2140 cm-1 dengan
intensitas sedang (Gambar 28) untuk stretching C=C alkuna dalam berupa
pita lemah yang terjadi pada 2200-2260 cm-1.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 9


4. Alkil halida

Ciri absorpsi alkil halida adalah pita yang disebabkan oleh stretching
C-X. posisi untuk pita-pita ini adalah 1000-1350 cm-1 untuk C-F, 750-850 cm-
1 untuk C-Cl, 500-680 cm-1 untuk C-Br, dan 200-500 cm-1 untuk C-I.
Absorpsi-absorpsi ini tidak berguna untuk diagnosisi.

5. Alkohol dan Eter

Alkohol dan eter mempunyai ciri absorpsi infra merah karena


stretching C-O didaerah 1050-1200 cm-1. oleh karena pita-pita ini terjadi di
daerah spektrum dimana biasanya terdapat banyak pita lain, maka pita-pita
tersebut tidak bermanfaat untuk diagnosis. Akan tetapi stretching O-H alkohol,
yang terjadi di daerah 3200-3600 cm-1, lebih berguna. Gambar 29
memperlihatkan spektrum infra merah t-butilalkohol stretching O-H sangat
kuat yang berpusat pada 3360 cm-1.

T-butil alkohol dilarutkan dalam karbon tetraklorida (karbon tetraklorida


banyak digunakan sebagai pelarut di dalam studi infra merah karenanya relatif
stabil dan transparan terhadap cahaya infra merah pada kebanyakan daerah
spektra yang berguna).

6. Aldehid dan Keton

Ciri absorpsi infra merah aldehid dan keton adalah vibrasi stretching
C=O. oleh karena gugus karbonil polar sekali, strerching ikatan ini
menghasilkan perubahan momen dipol yang cukup besar. Akibatnya
stretching karbonil merupakan spektra yang intensitasnya tinggi. Oleh karena
terjadi di daerah spektrum yang umumnya tidak ada absorpsi lain, maka
stretching karbonil merupakan metode yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis adanya gugus fungsional di dalam suatu senyawa.

D. Jenis-jenis Sampel
1. Sampel Gas
Dimasukkan ke dalam sel inframerah tertentu.
2. Sampel Cair Dipipet, disuntikkan atau diteteskan ke dalam sel inframerah
berjendela kristal NaCl atau KBr.
3. Sampel padat
Partikel kasar cenderung menghasilkan pemencaran radiasi inframerah.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 10


Padatan dihaluskan sampai kurang dari 2 m.
Proses penghalusan dilakukan hati-hati agar tidak merusak struktur
material tertentu (mineral tertentu seperti bentonit menjadi amorf yang
cenderung higroskopis

E. Preparasi Sampel

a) Sampel cai
1. Sampel cair harus bebas air
2. Oleskan sampel pada NaCl Window. Tekanlah kedua NaCl Window
sehingga tidak ada gelembung udara diantara keduanya.
3. Untuk analisis secara kuantitatif masukkan sampel dalam Demountable
Cell.
4. Sampel siap dianalisis.

b) Sampel padat
1. Metode DRS 8000
Sampel padat yang akan dianalisa dicampur dengan serbuk KBr (5 10
% sampel dalam serbuk KBr), kemudian tempatkan pada sampel pan dan siap
untuk dianalisis.
2. Metode Pelet KBr
Campuran sampel padat dengan serbuk KBr (5 10 % sampel serbuk
KBr). Campuran yang sudah homogen kemudian dibuat pellet KBr(pil KBr)
dengan alat MINI HAND PRESS. Setelah terbentuk pil KBr siap untuk
dianalisis.

Metode lain sampel padatan:


Metode Mull Sampel
Disuspensikan ke dalam minyak mineral Nujol (hidrokarbon jenuh berantai
panjang).
Metode Pelet KBr 1-10 mg sampel dihaluskan secara hati-hati dengan 100
mg KBr dan mencetaknya menjadi cakram tipis atau pelet.
Metode Lapis Tipis Sampel disuspensikan dengan cara sonifikasi.
Suspensi kemudian dipipet ke dalam sel jendela Irtran-II (kristal ZnS) atau
kristal NaCl, sehingga 1-5 mg/cm2 dapat dipindahkan ke dalam sel
tersebut. Sampel akan mengering setelah didiamkan pada suhu kamar.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 11


Metode lapis tipis memberikan resolusi spektra inframerah yang cenderung
lebih baik dibandingkan dengan spektra yang dihasilkan metode pelet KBr.
Metode lapis tipis membutuhkan waktu penyiapan sampel yang lebih lama
dibanding pada metode pelet KBr.
Penyiapan Pelet KBr :
1) Timbang serbuk KBr halus 0,1 g.
2) Timbang sampel padat kering (bebas air) 1% dari berat KBR.
3) Campurkanserbuk KBr dan sampel dalam mortal agate, kemudian
gerus sampai halus dan tercampur rata.
4) Siapkan cetakan pelet, cuci bagian sample base dan tablet frame
dengan klorofom.
5) Masukkan campuran dalam set cetakan pelet.
6) Untuk meminimalkan kadar air hubungkan dengan pompa vacum.
Onkan pompa vacum 5 menit.
7) Cetakan diletakkan pada pompa hidrolik, kemudian diberi tekanan
sampai tanda 80.
8) Matikan pompa vacum, kemudian turunkan tekanan dalam cetakan
dengan cara membuka kran udara.
9) Lepaskan pelet KBr yang sudah terbentuk.
10) Tempatkan Pelet KBr pada tablet holder, lakukan pengukuran dengan
alat FTIR (lihat prosedur pengukuran).

Penyiapan Lapis Tipis untuk Sampel Cair


1) Teteskan sedikit cairan sampel (bebas air) yang akan diukur pada satu
bagian window KBr, kemudian pasangkan satu bagian window KBr lagi
sehingga cairan merata pada permukaan window.
2) Siapkan window KBr pada holder, kemudian lakukan pengukuran
dengan alat.

F. Metode Analisis

Analisis Kualitatif IR
Analisis kualitatif dengan IR Sebagai pelengkap untuk memperoleh
informasi struktur dari senyawa melalui interpretasi. Spektrum IR dapat dipakai
tabel korelasi IR (Tabel 8) yang memuat informasi dimana gugus fungsional
menyerap. Ini umumnya berguna untuk mengklasifikasi seluruh daerah kedalam

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 12


tiga sampai empat daerah yang lebar. Salah satu cara ialah dengan
mengkategorikan sebagian daerah IR dekat (0,7-2,5 ); daerah fundamental
(2,5-5,0 ); dan daerah IR jauh (50-500 ). Cara yang lain adalah dengan
mengklasifikasikannya sebagai daerah sidik jari (6,7-14 ). Dari kedua klasifikasi
ini tampak bahwa dalam kategori kedua semua daerahnya adalah fundamental,
dan ini paling banyak digunakan.
a) Daerah ulur hidrogen (3700-2700 cm-1 ). Puncak terjadi karena vibrasi
ulur dari atom hidrogen dengan atom lainnya. Frekuensinya jauh lebih besar
sehingga interaksi dapat diabaikan . Puncak absorpsi timbul pada daerah 3700-
3100 cm-1 karena vibrasi ulur dari O-H atau N-H. ikatan hidrogen menyebabkan
puncak melebar dan terjadi pergeseran kearah bilangan gelombang yang lebih
pendek . Sedangkan vibrasi C-H alifatik timbul pada 3000-2850 cm-1 .
Perubahan struktur dari ikatan C-H akan menyebabkan puncak bergeser kearah
yang maksimum. Ikatan C=H timbul pada 3300 cm-1 . Hidrogen pada gugus
karbonil aldehid memberikan puncak pada 2745-2710 cm-1 . Puncak vibrasi ulur
CH dapat didefinisikan dengan mengamati atom H oleh deuterium.
b) Pada daerah ikatan rangkap tiga (2700-1850 cm-1 ), gugus-gugus
yang mengabsorpsi terbatas, seperti untuk vibrasi ulur ikatan rangkap terjadi
pada daerah 2250-2225 cm-1 (Misal : untuk C=N pada 2120 cm-1 , -C - =N -
pada 2260 cm-1 ). Puncak untuk SH adalah pada 2600-2550 cm-1 untuk pH pada
2240-2350 cm -1 dan SiH pada 2260-2090 cm-1
c) Pada daerah ikatan rangkap dua (1950 1550 cm-1 ), vibrasi ulur dari
gugus karbonil dapat dikarakteristikkan di sini, seperti aldehid, asam, aminola,
karbonat, semuanya mempunyai puncak pada 1700 cm-1 . Ester, halida-halida
asam, anhidrida-anhidida asam, mengabsorpsi pada 1770-1725 cm-1 .
Konjugasi menyebabkan puncak absorpsi menjadi lebih rendah sampai 1700 cm-
1 . Puncak yang disebabkan oleh vibrasi ulur dari C=C- dan C=N terletak pada
1690-1600 cm-1 , berguna untuk identifikasi olefin. Cincin aromatik menunjukkan
puncak dalam daerah 1650-1450 cm-1 , yang dengan derajad substitusi rendah
(low degree of substitution) menunjukkan puncak pada 1600, 1580, 1500, dan
1450 cm-1
d) Daerah sidik jari berada pada 1500-1700 cm-1 , dimana sedikit saja
perbedaan dalam struktur dan susunan molekul, akan menyebabkan distribusi
puncak absorpsi berubah. Dalam daerah ini, untuk memastikan suatu senyawa
organik adalah dengan cara membandingkan dengan perbandingannya. Pita
absorpsi disebabkan karena bermacam-macam interaksi, sehingga tidak
mungkin dapat menginterpretasikan dengan tepat.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 13


Analisis Kuantitatif dengan IR
Dalam penentuan analisis kuantitatif dengan IR digunakan hukum Beer.
Dapat dihitung absortivitas molar () pada panjang gelombang tertentu, dimana
salah satu komponennya mengabsorpsi dengan kuat sedang komponen lain
lemah atau tidak mengabsorpsi. Absorbansi zat yang tidak diketahui jumlahnya
ditentukan pada panjang gelombang ini secara simultan. Hukum Beer tidak dapat
digunakan pada nilai absorbansi yang tinggi. Oleh karena itu digunakan metode
empiris. Metode Base line (gambar) adalah untuk menyeleksi pita absorpsi yang
dianalisa tidak jatuh kembali pada pita komponen yang dianalisis. Jika Po
menunjukkan intensitas sinar yang didapat denagan cara menarik garis lurus
tangensial pada kurva spektrum absorpsi pada pita absorpsi yang dianalisis.
Transmitan P, diukur dari titik absorpsi maksimum. Kurva kalibrasi didapat
dengan cara menyalurkan nilai log (Po/Pt) terhadap konsentrasi. Karena pita IR
yang sempit, menyebabkan deviasi dari hukum Beer (yang dapat menyebabkan
hubungan antara absorbansi dan konsentrasi menjadi tidak linier) kemungkinan
kecil.

Spektroskopi infra merah dapat digunakan untuk menganalisis campuran


hidrokarbon aromatik, seperti C8C10 (mengandung xylena dalam bentuk orto,
meta, para dan etil benzena), dengan sikloheksana sebagai pelarut. Kita ambil
puncak disekitar panjang gelombang 12-15 , kita hitung absorptivitas molar
semua senyawa pada 13,47; 13,01; 12,58; 14,36 yang merupakan daerah
puncak dan menulis empat persamaan simultan untuk menghitung konsentrasi
masing-masing senyawa. Kebanyakan penggunaan spektroskopi infra merah
dalam analisis kuantitatif adalah untuk menganalisis kandungan udara, misalnya
jika udara mengandung polutan seperti CO, metil etil keton, methanol, etilen
oksida dan uap CHCl3. sampel udara yang mengandung polutan atmosfer
dianalisa dengan alat IR. Polutan lain seperti CS2, HCN, SO2, nitrobenzene, vinil
klorida, diboran, kloropena, metil merkaptan, piridin, juga dapat dianalisa secara
kuantitatif dengan spektrofotometer infra merah. Teknik infra merah dalam
analisis kuantitatif mempunyai keterbatasan yang tidak dapat diabaikan. Pertama
tidak adanya hubungan antara hukum Beer dan kompleksitas spektrum sehingga
tumpang- tindihnya puncak-puncak. Kedua, sempitnya puncak, akibat dari sinar
hamburan menyebabkan pemakaian lebar slit menjadi lebih besar. Sel yang
sempit juga tidak banyak digunakan untuk mengerjakan pekerjaan praktik.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 14


GC
GAS
CHROMATOGRAPHY

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 15


GC GAS CHROMATOGRAPHY
A. Pendahuluan

Kromatografi pertama kali dilakukan tahun 1903 oleh ilmuwan


Rusia, Mikhail Semenovich Tswett. Ilmuwan Jerman Fritz Prior mengembangkan
kromatografi fasa padat pada tahun 1947. Archer John Porter Martin, yang
memenangkan hadiah Nobel untuk penelitiannya mengembangkan kromatografi
caircair (1941) dan kromatografi kertas (1944), memberikan dasar
pengembangan kromatografi gas dan dia kemudian memproduksi kromatografi
gascair (1950). Erika Cremer memperkuat dasar yang telah dikembangkan oleh
Fritz Prior.

Kromatografi gas (KG) merupakan jenis kromatografi yang umum


digunakan dalam analisis kimia untuk pemisahan dan analisis senyawa yang
dapat menguap tanpa mengalami dekomposisi. Penggunaan umum KG
mencakup pengujian kemurnian senyawa tertentu, atau pemisahan komponen
berbeda dalam suatu campuran (kadar relatif komponen tersebut dapat pula
ditentukan). Dalam beberapa kondisi, KG dapat membantu mengidentifikasi
senyawa. Dalam kromatografi preparatif, KG dapat digunakan untuk menyiapkan
senyawa murni dari suatu campuran.

Dalam kromatografi gas, fasa gerak berupa gas pembawa, biasanya gas
inert seperti helium atau gas yang tidak reaktif seperti nitrogen. Fasa diam berupa
lapisan cairan mikroskopik atau polimer di atas padatan pendukung fasa diam,
yang berada di dalam tabung kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen
yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut dengan gas
kromatograf (atau "aerograf" atau "pemisah gas").

Senyawa dalam fasa gas yang dianalisa berinteraksi dengan dinding


kolom, yang dilapisi dengan fasa diam. Hal ini menyebabkan masing-masing
senyawa mengalami elusi pada waktu yang berbeda, dan ini dikenal sebagai
waktu retensi senyawa. Perbandingan waktu retensi merupakan keluaran dari
KG yang dapat dianalisis.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 16


Kromatografi gas terdiri dari 2 yaitu :

1. Kromatografi gascair (KGC) :

Fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung


sehingga solut akan terlarut dalam fase diam. Partisi komponen cuplikan
didasarkan atas kelarutan uap komponen bersangkutan pada zat cair (fasa
diam).

2. Kromatografi gas-padat (KGP) :

Fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.


Pada kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan didasarkan atas
fenomena adsorpsi pada permukaan zat padat (fasa diam).

B. Prinsip Analisis GC

Kromatografi gas sama dengan kromatografi kolom (sama juga dengan


kromatografi jenis lain seperti KCKT, KLT), tetapi terdapat beberapa perbedaan
yang perlu dicatat. Pertama, proses pemisahan campuran terjadi antara fasa
diam cairan dan fasa gerak gas, sementara dalam kromatografi kolom, fasa diam
adalah padat dan fasa gerak berupa cairan. (Oleh karena itu, sebutan lengkap
prosedur ini adalah Kromatografi gascair, yang merujuk pada fasa gerak dan
fasa diam.) Kedua, kolom yang dilalui fasa gas terletak di dalam oven dengan
temperatur gas yang dapat dikendalikan, sementara kromatografi kolom
(biasanya) tidak dilengkapi pengendali temperatur. Terakhir, konsentrasi
senyawa dalam fasa gas murni merupakan fungsi dari tekanan uap gas.

C. Instrumentasi Alat

Kromatograf gas adalah instrumen analisis kimia untuk pemisahan bahan


kimia dalam suatu sampel kompleks. Kromatograf gas menggunakan tabung
pendek beraliran yang dikenal sebagai kolom, yang di dalamnya dialirkan gas
(gas pembawa, fasa gerak) sambil membawa konstituen sampel yang mengalir
dengan laju yang berbeda bergantung pada sifat fisika dan kimia komponen
sampel tersebut serta interaksi spesifik dengan pengisi kolom yaitu fasa diam.
Setelah sampel keluar di ujung kolom, hasil pemisahan dideteksi dan
diidentifikasi secara elektronik. Fungsi fasa diam di dalam kolom untuk
memisahkan komponen yang berbeda, mengakibatkan masing-masing keluar
dari kolom pada saat yang berbeda (waktu retensi). Parameter lain yang dapat

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 17


digunakan untuk mengubah urutan atau waktu retensi adalah laju aliran gas
pembawa, panjang kolom dan temperatur.

Dalam analisis KG, sejumlah volume gas atau cairan analit yang diketahui
diinjeksikan ke dalam lubang masuk kolom, biasanya menggunakan
microsyringe (atau serat mikroekstraksi fasa padat, atau sistem pengalih sumber
gas). Saat gas pembawa membawa molekul analit melalui kolom, pergerakan ini
dihambat oleh adsorpsi molekul analit pada dinding kolom atau bahan yang
terikat dalam kolom. Laju progres molekul sepanjang kolom bergantung pada
kekuatan adsorpsi, yang pada gilirannya bergantung pada jenis molekul dan
bahan fasa diam. Oleh karena masing-masing jenis molekul mempunyai laju
progresi yang berbeda, berbagai komponen campuran analit terpisah sesuai
progres sepanjang kolom dan mencapai ujung kolom pada waktu yang berbeda
(waktu retensi). Sebuah detektor digunakan untuk memantau aliran outlet dari
kolom; sehingga, waktu komponen mencapai outlet, jumlah komponen dapat
ditentukan. Umumnya, bahan diidentifikasi (secara kualitatif) berdasarkan urutan
waktu elusi dari kolom dan waktu retensi analit di dalam kolom.

Auto Sampler

Terdapat berbafgai jenis autosampler. Autosampler dapat dikelompokkan


dalam hubungannya dengan kapasitas sampel (auto-injektor vs autosampler),
teknologi robotik (XYZ robot vs. rotating robot yang paling umum), atau
analisisnya.

Cairan

Head-space statis oleh syringe technology

Head-space dinamis oleh transfer-line technology

Ekstraksi mikro fasa padat (En: Solid phase microextraction, SPME)

Pada umumnya, produsen autosampler berbeda dengan produsen KG dan


saat ini tidak ada produsen KG yang menawarkan sejumlah model
autosampler lengkap. Dalam sejarahnya, negara-negara yang aktif dalam
autosampler adalah: Amerika Serikat, Italia, Swiss, dan Inggris Raya.

Inlet

Inlet kolom (atau injektor) berfungsi untuk mengintroduksi sampel ke dalam


aliran kontinu gas pembawa. Inlet adalah perangkat keras yang melekat
pada pangkal kolom.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 18


Jenis-jenis inlet yang umum adalah:

Injektor S/SL (split/splitless). Sampel dimasukkan ke dalam bejana


kecil yang dipanaskan menggunakan syringe melalui septum panas
memfasilitasi penguapan sampel dan matriks sampel. Gas pembawa
kemudian mengangkut keseluruhan (moda splitless) atau sebagian
(moda split) sampel ke dalam kolom. Dalam moda split, bagian campuran
sampel/gas pembawa dalam bejana injeksi dihisap melalui ventilator.
Injeksi split dipilih jika bekerja dengan sampel berkonsentrasi analit tinggi
(>0,1%) sementara injeksi splitless paling baik untuk analisis renik
dengan konsentrasi analit rendah (<0,01%). Dalam moda splitless, katup
pemisah terbuka setelah waktu yang ditentukan untuk pengawakerakan
(En: purge) unsur-unsur yang lebih berat yang berpotensi
mengkontaminasi sistem. Waktu splitless yang sudah ditentukan ini
harus dioptimalkan. Waktu yang lebih pendek (misal: 0,2 menit)
memastikan bahwa tailing akan berkurang, tetapi akah kehilangan
respon. Waktu yang lebih panjang (2 menit) meningkatkantailing tetapi
juga meningkatkan sinyal.

Inlet on-column di sini, sampel diintroduksi seluruhnya langsung ke


dalam kolom, baik dalam kondisi tanpa pemanasan atau di bawah titik
didih pelarut. Temperatur rendah akan mengondensasi sampel ke area
yang lebih sempit. Kolom dan inlet kemudian dipanaskan, mengubah
sampel menjadi fasa gasnya. Hal ini memastikan temperatur terrendah
yang memungkinkan untuk kromatografi dan menjaga sampel agar tidak
mengalami dekomposisi di atas titik didihnya

Injektor PTV sampel suhu terprogram pertama kali diperkenalkan oleh


Vogt pada tahun 1979. Awalnya, Vogth mengembangkan teknik ini
sebagai metode untuk mengintroduksi sampel dalam volume besar (s/d
250 L) dalam kapiler KG. Vogt mengintroduksi sampel ke dalam jalur
dengan laju injeksi terkendali. Temperatur pada jalur dipilih sedikit di
bawah titik didih pelarut. Pelarut bertitik didih rendah menguap secara
kontinu dan dikeluarkan melalui jalur terpisah. Berdasarkan teknik ini, Poy
mengembangkan injektor penguap dengan temperatur terprogram
(En: Programmed Temperature Vapourising, PTV). Dengan
mengintroduksi sampel pada temperatur awal rendah, banyak kerugian
yang dihasilkan dari teknik injeksi panas klasik dapat ditanggulangi.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 19


Inlet sumber gas atau katup pengalih gas sampel gas dalam botol
pengumpul dihubungkan dengan katup pengalih enam porta. Aliran gas
pembawa tidak diputus sementara sampel dapat berekspansi ke
dalam sample loop. Pada pengalihan, isi sample loop dimasukkan ke
dalam aliran gas pembawa.

Sistem pengawakerakan dan pemerangkapan (En: Purge-and-


Trap system, P/T) suatu gas inert digelembungkan ke dalam larutan
sampel sehingga menyebabkan bahan kimia yang mudah menguap tetapi
tidak mudah larut terawakerakan dari matriks. Uap kemudian
"diperangkap" pada kolom penyerap (En: absorbent) (dikenal sebagai
perangkap atau konsentrator) pada temperatur ambien. Perangkap
kemudian dipanaskan dan uapnya diarahkan ke dalam aliran gas
pembawa. Sampel memerlukan prakonsentrasi atau pemurnian agar
dapat diintroduksikan melalui sistem ini.

Pemilihan gas pembawa (fasa gerak) adalah hal penting. Hidrogen


mempunyai rentang laju aliran yang sebanding dengan helium dalam hal
efisiensi. Tetapi, helium lebih efisien dan menghasilkan pemisahan terbaik jika
laju aliran dioptimalkan. Helium bersifat tidak terbakar dan dapat bekerja
dengan banyak detektor maupun instrumen lawas. Oleh karena itu, helium
menjadi gas pembawa yang paling umum digunakan. Meski demikian, harga
helium telah naik sangat banyak beberapa tahun terakhir ini, menyebabkan
peningkatan jumlah kromatografiwan/wati yang beralih ke gas hidrogen.
Pengalaman historis lebih merupakan alasan utama, bukan alasan rasional,
beberapa orang mempertahankan penggunaan helium.

Detektor

Detektor yang paling banyak digunakan adalah detektor ionisasi


nyala (En: Flame Ionisation Detector, FID) dan detektor konduktivitas
termal (En: Thermal Conductivity Detector, TCD). Keduanya sensitif untuk
hampir semua komponen, dan keduanya bekerja pada rentang konsentrasi
yang lebar. Sementara TCD adalah detektor universal dan dapat digunakan
untuk mendeteksi komponen apapun selain gas pembawa (selama
konduktivitas termalnya berbeda dari gas pembawa pada temperatur
detektor), FID peka terutama untuk hidrokarbon, dan kepekaannya melebihi
TCD pada hidrokarbon. Meski demikian, FID tidak dapat mendeteksi air.
Kedua detektor termasuk cukup tegar. Oleh karena TCD bersifat non-

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 20


destruktif, TCD dapat dipasang secara serial sebelum FID (destruktif),
sehingga menghasilkan deteksi yang komplementer untuk analit yang sama.

Detektor lain hanya peka terhadap jenis senyawa tertentu, atau hanya
bekerja dengan baik pada rentang konsentrasi yang lebih sempit. Ini
mencakup:

Detektor konduktivitas termal (Thermal Conductivity Detector, TCD).


Ini merupakan detektor umum yang berdasarkan pada konduktivitas
termal bahan yang melalui filamen tungsten-rhenium berarus listrik. Untuk
detektor ini, helium atau nitrogen berlaku sebagai gas pembawa karena
keduanya memiliki konduktivitas termal yang relatif tinggi sehingga
menjaga filamen tetap sejuk dan mempertahankan resistivitas dan
efisiensi listrik filamen. Meski demikian, ketika molekul analit terelusi dari
kolom, bercampur dengan gas pembawa, konduktivitas termal menurun
dan ini menyebabkan respon detektor. Respon terjadi karena penurunan
konduktivitas termal akibat peningkatan termperatur dan resistivitas
filamen menghasilkan fluktuasi tegangan. Kepekaan detektor proposional
terhadap arus filamen sementara berbanding terbalik (secara
proporsional juga) terhadap temperatur lingkungan detektor akibat laju
aliran gas pembawa.

Detektor ionisasi nyala (Flame Ionisation Detector, FID). Dalam


detektor umum ini, elektrode diletakkan berdampingan dengan nyala api
berbahan bakar hidrogen/udara di dekat outlet kolom, dan ketika senawa
yang mengandung karbon keluar dari kolom, mereka kemudian dipirlisis
oleh nyala api. Detektor ini hanya bekerja untuk senyawa organik atau
mengandung hidrokarbon saja karena kemampuan karbon membentuk
kation dan elektron selama pirolisis, yang menghasilkan arus di antara
elektrode. Kenaikan arus listrik ini diterjemahkan dan muncul sebagai
puncak dalam kromatogram. FID mempunyai limit deteksi rendah
(beberapa pikogram per detik) tetapi tidak mampu menghasilkan ion dari
karbon yang mengandung gugus karbonil.[4] Gas pembawa yang
kompatibel dengan FID antara lain nitrogen, helium, dan argon.[4][5]

Detektor pembakaran katalitik (En: Catalytic Combustion Detector,


CCD). Mengukur hidrokarbon dan hidrogen yang mudah terbakar.

Detektor pelucut ionisasi (En: Discharge Ionisation Detector, DID).


Menggunakan pelucut listrik tegangan tinggi untuk menghasilkan ion.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 21


Detektor penangkap elektron (En: Electron Capture Detektor, ECD)

D. Fase pada Kromatografi Gas

1) Fasa Gerak Kromatografi Gas

Fasa gerak dalam kromatografi gas biasanya disebut juga gas pembawa karena
tujuan utamanya adalah membawa solute ke dalam kolom, karenanya gas
pembawa tidak mempengaruhi selektifitas.

Syarat-syarat gas pembawa adalah :

Tidak reaktif

Murni atau kering

Dapat disimpan dalam tangki bertekanan tinggi (merah untuk hydrogen, abu-
abu untuk nitrogen)

Gas pembawa biasanya mengandung gas helium, nitrogen, hydrogen, atau


campuran argon dan metana.Pemilihan gas pembawa tergantung pada
penggunaan spesifik dan jenis detector yang digunakan, tipe kolom (packing atau
kapiler) serta biaya.Helium merupakan contoh gas pembawa yang sering
digunakan, karena memberikan efisiensi kromatografi yang lebih baik
(mengurangi pelebaran pita).

Gas pembawa dan jenis detector

Gas pembawa Detector

Hydrogen Hantar panas

Helium Hantar panas

Ionisasi nyala

Fotometri nyala

Nitrogen Ionisasi nyala

Tangkap electron

Fotometri nyala

Argon Ionisasi nyala

Argon + Metana 5% Tangkap electron

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 22


Karbon dioksida Hantar panas

Untuk setiap pemisahan dengan KG terdapat kecepatan optimum gas pembawa


yang terutama bergantung pada diameter kolom. Kecepatan alir gas kira-kira 50-
70 ml/menit untuk kolom dengan diameter dalam 6 mm, 25-30ml/menit untuk
kolom dengan diameter dalam 3 mm dan 0,2-2 ml/menit untuk kolom kapiler.

Fasa mobile atau gas pembawa dipasok dari tangki melalui pengatur
pengurangan tekanan.Pada tekanan. Pada tekanan gas pembawa 10-40 psi
akan memberikan laju alir 2-50 cm3/menit.

2) Fasa Diam Kromatografi Gas

Padatan (kromatografi gas-padat) sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon


teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke
dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis.

Cairan (kromatografi gas-cair)Kromatografi gas-cair, biasanya digunakan cairan


bertitik didih tinggi dan proses serapannya lebih banyak berupa partisi. Misalnya
ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi,
silika gel atau penyaring molecular.

E. Jenis Sampel GC

Padatan (kromatografi gas-padat) sejumlah kecil padatan inert misalnya


karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan
ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis.

Cairan (kromatografi gas-cair)Kromatografi gas-cair, biasanya digunakan


cairan bertitik didih tinggi dan proses serapannya lebih banyak berupa partisi.
Misalnya ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina
teraktivasi, silika gel atau penyaring molecular

F. Metode Preparasi Sampel (Derivatasi Pada GC)

Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa


menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan
analisis menggunakan kromatografi gas.

Macam-macam derivatisasi:

Silylation: membuat dengan mudah sample menjadi volatile.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 23


- Alkylation: melindungi hydrogen aktif tertentu
- Acylation: untuk senyawa yang mengandung fluorinated group

Alasan dilakukan derivatisasi adalah :

Senyawa tersebut memungkinkan dilakukan analisis dengan KG terkait


dengan volatilitas dan stabilitasnya.

Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Beberapa


senyawa tidak menhasilkan bentuk kromatogram yang bagus(misal pucak
kroatogram yang tumpang tindih) atau sampel yang dituju tidak terdeteksi,
oleh karena itu diperlukan derivatisasi sebelum dilakukan analisis dengan
kromatografi gas.

Meningkatkan volatilitas, misal senyawa gula. Tujuan utama derivatisasi


adalah untk meningkatkan volatilitas senyawa-senyawa yang tidak mudah
menguap(non-volatil). Senyawa-senyawa dengan dengan berat molekul
rendah biasanya tidak mudah menguap karena adanya gaya tarik menarik
inter molekuler antara gugus-gugus polar, karenanya jika gugus-gugus polar
ini ditutup dengan cara derivatisasi, maka akan mampu meningkatkan
volatilitas senyawa tersebut secara dramatis.

Meningkatkan deteksi, misal untuk kolesterol dan senyawa-senyawa steroid.

Meningkatkan stabilitas. Beberapa senyawa volatil mengalami dekomposisi


parsial karena panas sehingga diperlukan derivatisasi untuk meningkatkan
stabilitasnya.

Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap elektron


(ECD).

Menurunkan volatilitas suatu senyawa yang terlalu volatile.

Senyawa polar yang umumnya akan menyerap permukaan aktif dari column,
dibuat kurang polar dengan derivatisasi.

Cara derivatisasi :

a. Esterifikasi

Digunakan untuk membuat derivat gugus karboksil. Pengubahan gugus


karboksil menjadi esternya akan meningkatkan volatilitas karena akan

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 24


menurunkan ikatan hidrogen. Derivatisasi dengan esterifikasi dapat
dilakukan dengan cara esterifikasi Fisher biasa dalam asam kuat.

Ester metil paling banyak digunakan, meskipun demikian ester etil, propil,
dan butil juga sering dimanfaatkan untuk derivatisasi ini. Ester alifatik yang
lbih panjang dibuat dengan tujuan untuk menurunkan volatilitas,
meningkatkan respon detektor, meningkatkan resolusi atau daya pisah dari
bahan pengganggu, dan meningkatkan resolusi dari senyawa-senyawa yang
mempunyai rumus molekul yang hampir sama.

b. Asilasi

Jika sampel yang diuji mengandung fenol, alkohol, atau amin primer atau
sekunder maka sering digunakan derivatisasi dengan asilasi yang
merupakan reaksi yang paling umum. Derivatisasi dengan cara ini dilakukan
dengan menggunakan asam asetat. Asilasi pada umumnya memberikan
bentuk kromatogram yang baik.Asilasi dilakukan dengan menggunakan
perfluoroanhidrida yang murni atau dalam pelarut, misalnya asetonitril dan
etil asetat.

c. Alkilasi

Digunakan untuk menderivitasi alkohol, fenol, amina primer dan sekunder,


imida, dan sulfhidril.Derivat dapat dibuat dengan sintesis Wiliamson, yakni
alkohol atau fenol ditambah alkil atau benzil halida dengan adanya basa.

d. Sililasi

Derivat silil saat ini digunakan untuk menggantikan eter alkil untuk analisis
sampel yang bersifat polar yang tidak mudah menguap.Derivat yang paling
sering dibuat adalah trimetilsilil.

Derivatisasi dengan cara sililasi mempunyai beberapa keuntungan:

Dapat dilakukan dalam vial kaca dengan tutup bersekrup yang dilapisi
dengan teflon.

Eter silil mudah dibuat untuk banyak gugus fungsi., dll.

e. Kondensasi

Reaksi kondensasi dapat digunakan untuk derivatisasi amina yang mana


pereaksinya mengandung gugus karbonil.Amina primer bereaksi dengan

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 25


keton membentuk enamin atau bereaksi dengan karbon disulida membentuk
isotiosianat.Aseton dan siklobutanon bereaksi dengan amin primer
membentuk enamin yang menghasilkan puncak tunggal dalam KG.

f. Siklisasi

Penutupan gugus polar melalui siklisasi dilakukan pada senyawa yang


mengandung 2 gugus fungsi yang kira-kira sangat mudah dibuat heterosiklis
beratom 5 atau 6.Beberapa heterosiklis yang terbentuk adalah ketal,
boronat, triazin, dan fosfit.Asam amino juga bereaksi dengan anhidrida asam
atau klorida membentuk azlakton yang bersifat lebih volatil.

G. Metode Analisis pada GC

Analisa Kualitatif dan Kuantitatif

Kromatografi gas biasa digunakan untuk menentukan kemurnian campuran


organik.Kontaminasi dinyatakan dengan penampilan additional peak. Teknik ini
berguna untuk mengevaluasi efektivitas dari prosedur tingkat kemurnian.Dalam
teori, retention time digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen
dalam campuran. Namun dalam kenyataannya, aplikasi dari data-data tersebut
terbatas oleh jumlah variabel yang harus dikontrol untuk menghasilkan hasil yang
bersifat reproduible. Walaupun begitu, gas kromatografi merupakan alat yang
menyediakan informasi mengenai ada atau tidaknya senyawa dalam suatu
campuran dengan menggunakan standard referensi. Kromatogram dari suatu
campuran standard dan dengan sampel tidak boleh menghasilkan peak yang
baru dari peak campuran standard. Hubungan antara faktor selektivitas untuk
senyawa A dan B adalah; Jika campuran standard adalah senyawa B dan a
adalah sebuah indeks untuk mengidentifikasi senyawa A, merupakan
perhitungan faktor selektivitas untuk senyawa murni relatif terhadap campuran
standard dan perhitungan ini digunakan untuk menentukan zat terlarut.

Analisis Kuantitatif Kromatografi Gas

Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf dan
semi kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan
perbandingan tinggi dari puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas
kromatografi secara kuantitatif terdapat beberapa metode, yaitu:

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 26


Analisa berdasarkan Tinggi Puncak

Tinggi dari sebuah peak dari suatu kromatorgram merupkan jarak tegak lurus
antara puncak peak terhadap garis hubung peak. Tinggi dari puncak kromatografi
didapatkan dengan menghubungkan baselines pada dua bagian puncak dengan
garis lurus dan semua variabel terkontrol kondisinya harus disesuaikan dengan
temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju injeksi sampel.

Analisa berdasarkan Area Puncak

Luas puncak tidak bergantung pada temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju
injeksi sampel. Oleh karena itu, analisa berdasarkan luas puncak ini lebih baik
digunakan sebagai parameter analisa dibandingkan analisa berdasarkan tinggi
puncak.

Analisa dengan Kurva Kalibrasi dengan Standard

Metode lain untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode kurva
kalibrasi. Dalam metode ini, kromatogram standard dan tinggi puncak di plot
sebagai fungsi konsentrasi. Dimana kurva kalibrasi ini memiliki hubungan yaitu
sumbu x merupakan konsentrasi sedangkan sumbu y adalah tinggi puncak
(peak) sehingga akan terdapat persamaan garis Y = bX + a. dimana slope = b.
(seperti bagian jawaban pemicu).

Metode Internal Standard

Metode terbaik untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode internal
standard, karena ketidakpastian dari pemasukkan dari injeksi sampel dapat
dihindari. Dalam prosedur ini, kuanititas yang ditentukan dalam sebuah standard
internal terbagi menjadi dua, yaitu untuk standard dan sampel. Parameter dari
metode ini adalah rasio luas (tinggi) puncak analit dengan luas (tinggi) dari
puncak standard internal

Analisis dalam kromatografi gas dapat bersifat analisis kualitatif maupun


kuantitatif. Analisis kualitatif berupa pengidentifikasian senyawa yang terkandung
dalam suatu campuran dengan menggunakan perbandingan waktu retensi
antara analit standar dengan sampel. Sedangkan analisis kuantitatif dapat
diaplikasikan untuk mengetahui nilai-nilai yang berhubungan dengan
kromatogram. Nilai-nilai yang dapat diketahui adalah resolusi kolom, konsentrasi
sampel (dengan metode kurva kalibrasi), efisiensi, dan lain-lain. Penggunaan
Gas kromatografi dapat dipadukan dengan spektroskopi massa guna

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 27


memperoleh data yang lebih akurat dalam mengidentifikasi senyawa gas.
Banyaknya variasi hasil mendukung pengolahan data sehingga
pengidentifikasian berlangsung lebih mudah dan baik.

H. PENGOLAHAN DATA

Hal ini juga penting untuk menyadari bahwa untuk hasil yang paling akurat,
salah satu kebutuhan kurva kalibrasi untuk setiap analit menarik. Dengan
detektor yang memiliki respon independen senyawa (seperti FID, untuk sebagian
besar, dan detektor emisi atom), seseorang bisa mendapatkan perkiraan yang
cukup baik dari jumlah satu analit berdasarkan kurva kalibrasi yang dihasilkan
menggunakan analit lain. Namun, bagi sebagian besar detektor GC, respon
dapat bervariasi sedikit untuk analit komposisi molekul yang berbeda dan / atau
ukuran.

Lalu, rentang konsentrasi kalibrasi harus membingkai rentang konsentrasi


yang diharapkan dari analit dalam sampel. Satu tidak harus percaya hasil
kuantitatif untuk sampel analisis yang jatuh di luar rentang kalibrasi, terutama jika
kurva kalibrasi yang non-linear.

Ada beberapa pendekatan untuk kalibrasi. Pilihan tergantung pada


konfigurasi sistem, sifat respon detektor, jenis sampel dan persiapan sampel
protokol, tujuan analisis, dan ketersediaan bahan baku kalibrasi eksternal:
Penggunaan respon vs fungsi jumlah / konsentrasi yang kemudian digunakan
untuk memperkirakan konsentrasi analit dalam sampel secara terpisah dianalisis.

Internal kalibrasi standar: Penggunaan fungsi respon relatif target analit


untuk senyawa referensi lain yang ditambahkan ke sampel sebelum analisis.
Selain standar: Penggunaan fungsi respon berdasarkan penambahan jumlah

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 28


dikenal tambahan dari analit menarik untuk sampel untuk menentukan
konsentrasi analit asli.

Dengan masing-masing pendekatan, kurva kalibrasi dapat linear, non-


linear, atau campuran (biasanya linier di daerah konsentrasi rendah dan
melengkung di wilayah konsentrasi yang lebih tinggi). Hanya melalui prosedur
kalibrasi yang tepat dan evaluasi hasil dapat satu menentukan apa karakteristik
respon yang sebenarnya untuk setiap analit, jenis sistem, dan mengatur kondisi
eksperimental. Jika Anda adalah orang pertama yang menggunakan himpunan
kondisi, Anda harus benar mencirikan sifat tanggapan kalibrasi. Bahkan jika
menggunakan metode yang orang lain divalidasi, itu adalah ide yang baik untuk
memverifikasi bahwa sistem Anda berperilaku sama bukan hanya asumsi bahwa
hal itu, terutama jika ada perbedaan yang dikenal dengan sistem (merek, model,
kapal pilihan, pilihan kolom , dll).

Fungsi kalibrasi linear mengambil bentuk yang sederhana

y = mx + b

di mana y adalah respon detektor (area atau tinggi), m adalah kemiringan kurva
kalibrasi linier, x adalah jumlah atau konsentrasi analit dan b adalah intercept
(offset kurva kalibrasi). Contoh kurva kalibrasi linear ditunjukkan pada Gambar 1.

Dalam kasus yang paling mudah dan paling mudah, respon detektor linier
dengan jumlah analit, kurva kalibrasi melewati 0 [Gambar 1 (A) + (B)], dan tidak
ada efek sampel matriks yang mungkin condong hasil. Dalam kasus yang jarang
terjadi ini, satu hanya perlu melakukan titik kalibrasi tunggal (dekat konsentrasi
diharapkan tertinggi analit).

PRAKTIKUM
Adapun bahan yang digunakan yaitu larutan etanol pro analisis, aquades, sampel
obat eliksir. Sedangkan alat yang digunakan yaitu labu ukur 100 mL, pipet
volumetri 10 mL, injector, piala gelas, alat Gas Chromatography
Sumber sampel adalah obat eliksir yang sudah tersedia di laboratorium
dengan kandungan alkohol di dalamnya sebesar 1% menurut label pada obat
tersebut. Langkah pertama adalah dibuat larutan standar etanol 1% dengan cara
pengenceran dua kali. Pertama etanol pekat dipipet sebanyak 10 mL kemudian
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL (10%). Kedua, larutan 10% dipipet sebanyak
10 mL ke dalam labu ukur 100 mL (1%). Setelah dibuat standar, alat GC diatur
sebagai berikut :

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 29


Suhu injektor : 1300C
Suhu detektor : 1500C
Initial temp : 800C
Initial time : 1 menit
Rate : 50C/menit
Final temp : 800C
Final time : 5 menit
Setelah alat disetting, sampel diinject sebanyak 2,5 ke dalam injection
port. Kemudian klik start, tunggu sampai data keluar pada komputer. Catat data
Height, Time dan Area. Pembacaan dilakukan duplo. Kemudian pembacaan
standar, alat disetting sama dengan sampel. Standar diinjeck sebesar 2,5 ke
dalam injection port, klik start dan tunggu sampai data keluar. Catat Hight, Time
dan Area. Pembacaan standar dilakukan duplo.

Data Pengamatan

No. Nama Area Keterangan

1. Standard Etanol 1108005 H = 63873


5% (1)
T = 2.609

2. Standard Etanol 1158594 H = 77785


5% (2)
T = 2.625

3. Sampel Obat 937729 H = 62511


Eliksir (1)
T = 2.593

4. Sampel Obat 898280 H = 45457


Eliksir (2)
T = 2.662

Tabel 1. Data Pengamatan

Hasil dan Pembahasan

Dari tabel data pengamatan di atas, dapat dihitung konsentrasi sampel. Karena
dilakukan pembacaan duplo, maka area dirata-ratakan dahulu.
937729+898280
area sampel = 2
= 918004.5

1108005+1158594
area standard = 2
= 1133300

Setelah dirata-ratakan, dapat dihitung dengan rumus berikut :

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 30


( )
Csampel =

918004.51
= 1133300

= 0.81%

Diketahui konsentrasi sampel obat eliksir sebesar 0,81%. Sedangkan yang


tercantum pada label kemasan sebesar 1%. Mungkin alkohol tersebut sudah
berkurang karena produk sudah lama terbuka. Pada pembacaan oleh alat, grafik
di komputer menunjukkan puncak yang memiliki ekor, hal ini disebabkan oleh :
a. Difusi Eddy, yang disebabkan perbedaan lintasan yang ditempuh.
b. Difusi molekular, molekul yang bergerak dengan arah yang salah
c. Kesetimbangan yang lambat.
d. Harga Kd yang tidak tetap.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 31


GC-MS

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 32


GAS CHROMATOGRAPHY - MASS SPECTROMETRY

A. Pendahuluan

Gas Chromatography mass spectrometry (GC-MS)/Kromatografi Gas


Masa Spektrofotometri adalah metode analisis yang menggabungkan
kromatografi gas dan spektrofotometri masa untuk memisahkan, mengukur dan
mengidentifikasi substansi yang berbeda dalam suatu sampel.

Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang


menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan
untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan
juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.

Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul


dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang
muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan
magnetik seragam.

Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi


massa. Paduan keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam
pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya.

Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua
proses memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada
perbedaan itik didih (atau tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dari campuran pada skala
besar, sedangkan GC dapat digunakan padaskala yang lebih
kecil (yaitu mikro)(Pavia:2006).

GC-MS terdiri dari dua blok bangunan utama: kromatografi gas dan
spektrometer massa. Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang
tergantung pada dimensi kolom ini (panjang, diameter, ketebalan film) serta sifat
fase (misalnya 5% fenil polisiloksan). Perbedaan sifat kimia antara molekul yang
berbeda dalam campuran dan afinitas relatif mereka untuk fase diam kolom akan
terjadi pemisahan molekul sewaktu sampel bergerak di sepanjang kolom.
Molekul-molekul dipertahankan oleh kolom dan kemudian mengelusi dari kolom
pada waktu yang berbeda (disebut waktu retensi), dan ini memungkinkan

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 33


spektrometer massa untuk menangkap, mengionisasi, mempercepat,
memantulkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah. Spektrometer
massa ini dilakukan dengan memecahkan setiap molekul menjadi fragmen
terionisasi dan mendeteksi fragmen ini menggunakan rasio massa terhadap
muatan mereka.

Kedua komponen, digunakan bersama-sama, memungkinkan tingkat


identifikasi zat yang jauh lebih halus daripada kedua unit tersebut digunakan
secara terpisah. Hal ini tidak mungkin untuk membuat identifikasi akurat dari
molekul tertentu dengan kromatografi gas atau spektrometri massa saja. Proses
spektrometri massa biasanya membutuhkan sampel yang sangat murni
sementara kromatografi gas menggunakan detektor tradisional (misalnya api
ionisasi detektor) tidak bisa membedakan antara beberapa molekul dengan
waktu retensi yang sama atau molekul-molekul yang co-elusi. Kadang-kadang
dua molekul yang berbeda juga dapat memiliki pola yang sama dari fragmen
terionisasi dalam spektrometer massa (spektrum massa). Menggabungkan
kromatografi gas dan spektrofotometri massa mengurangi kemungkinan
kesalahan, karena sangat tidak mungkin bahwa dua molekul yang berbeda akan
berperilaku dengan cara yang sama di kedua kromatografi gas dan spektrometer
massa. Oleh karena itu, ketika sebuah spektrum massa mengidentifikasi muncul
pada waktu retensi karakteristik dalam analisis GC-MS, biasanya meningkatkan
kepastian bahwa analit menarik adalah dalam sampel.

Aplikasi GC-MS mencakup deteksi narkoba, penyelidikan kebakaran,


analisis lingkungan, investigasi bahan peledak, dan identifikasi sampel tidak
diketahui. GC-MS juga dapat digunakan dalam keamanan bandara untuk
mendeteksi zat dalam bagasi atau pada manusia. Selain itu, dapat
mengidentifikasi trace elements dalam bahan yang sebelumnya diduga telah
hancur untuk identifikasi.

B. Prinsip Dasar

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan


perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut
dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul
yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 34


lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam
tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.

Kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kromatografi cair (Liquid


Chromatography), Reverse phase chromatography, High performance liquid
chromatography, Size exclusion chromatography.

C. Instrumentasi Alat

Komponen dasar instrumen kromatografi gas di deskripsikan sebagai berikut:


Carrier gas supply (penyedia gas pembawa)
Gas pembawa haruslah gas yang inert secara kimia seperti He, N2, H2,
Ar. Gas yang dipilih biasanya menunjukkan tipe detektor yang digunakan. Laju
aliran gas ini ditentukan atau diatur oleh regulator tekanan dua sisi pada tabung
gas, dengan tekanan sekitar 10-50 psi dan aliran diatur 1-1000 liter gas per menit.
Katup pengatur aliran diatur oleh pengatup berbentuk jarum terletak pada bagian
bawah penunjuk aliran.

Sample Injection System


Penginjeksian sampel adalah hal yang penting dalam kromatografi gas,
terutama untuk mencegah resolusi yang buruk serta penyebaran sampel yang
tidak sesuai. Alat yang biasa digunakan untuk menginjeksikan sampel adalah
mycrosyringe (penyemprot mikro). Sampel gas atau cair diinjeksikan melalui
diafragma silikon-karet/sekat (septum) menuju penguap cahaya pada kolom
utama (port sampel biasanya sekitar 50oC di atas titik didih komponen sampel
yang paling menguap). Biasanya ukuran sampel bervariasi dari 0.1 L hingga 20
L. Kolum kapiler membutuhkan sampel yang lebih kecil ( ~ 10-3 L).

Kolom
Kolom merupakan jantung kromatografi gas, dimana terjadi pemisahan
kompone-komponen cuplikan. Pada kromatografi gas terdapat dua jenis kolom
yang biasa dipakai, antara lain kolom tertutup dan kolom kapiler. Panjang kolom
kromatografi antara 2-50 meter atau bahkan lebih. Biasanya terbuat dari
stainless steel, gelas, silica gabungan, atau teflon. Agar cocok pada saat
termostating, biasanya dibentuk spiral dengan diameter 10-30 cm. Temperatur
kolom yang optimal tergantung pada titik didih dari sampel serta derajat
pemisahan yang dibutuhkan.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 35


Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas,
packed column dan open tubular column. Secara umum yang paling sering
dipakai adalah packed column.

Variabel yang mempengaruhi efisiensi

Variabel Simbol Satuan


Kecepatan linear fasa mobile u Cms-1
Koefisien difusi fasa mobile DM Cm2s-1
Koefisien difusi fasa DS Cm2s-1
stationary
Capacity factor K -
diameter dp cm
Ketebalan liquid df cm

Detektor
Fungsi detektor adalah untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom
dan merespon perubahan komposisi yang terelusi. Karakteristik dari sebuah
detektor yang ideal adalah
Sensitifitas yang cukup (10-8-10-5 g/s)
Stabilitas serta reproduksibilitas yang baik
Respon linier terhadap larutan yang memiliki beberapa tingkat
magnitudo
Beda temperatur dengan temperatur ruang sedikitnya 400 C
Respon cepat terhadap waktu dan laju alir
Realibilitas yang tinggi serta mudah digunakan
Selektif dalam merespon kelas-kelas larutan yang berbeda
Tidak merusak sample

Detektor yang digunakan dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:


Detektor Konduktivitas Termal
Detektor Flame-Ionization

Recorder
Fungsi recorder adalah sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan
pada sebuah kertas yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak
grafik).

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 36


Akurasi suatu kromatogram pada suatu daerah pembacaan ditentukan
oleh pemilihan pencatat sinyalnya. Respon melewati skala penuh haruslah 1
detik. Kepekaan perekam adalah 10mV dan berjangkauan dari 1-10 mV.
Output dari detektor akan dikirim ke perekam. Sebuah kromatogram khas
ditunjukkan pada detektor tegangan (y-axis) diplot sebagai fungsi dari waktu
(x-axis). Identitas masing-masing puncak dapat ditentukan dengan
menyuntikkan sampel murni dari masing-masing komponen campuran dan
mencatat waktu retensi mereka.

D. Metode Preparasi Sampel

Solid-phase microextraction (SPME)

SPME adalah teknik pengayaan sampel baru yang dapat dengan mudah
mentransfer analit ke inlet GC. Sejak penemuan teknik pada tahun 1989 oleh J.
Pawliszyn aplikasinya telah meningkat secara dramatis. Telah digunakan
terutama untuk analisis air lingkungan. Peralatan dasar SPME sederhana.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, batang leburan silika terhubung ke
tabung stainless steel yang dapat ditarik dalam jarum suntik, setelah
pengambilan sampel, untuk perlindungan dan transfer ke inlet GC, silika dilapisi
dengan film tipis hydrophobic, biasanya dimethylsiloxane. Selama SPME
sampling, serat diturunkan dari jarum suntik dan dimasukkan ke dalam larutan
sampel berbentuk cairan. Serat lapisan terkena sampel diaduk dan analit diserap
ke dalam lapisan serat. Ketika pengambilan sampel selesai, serat yang pertama
ditarik ke dalam jarum suntik dan kemudian ditransfer ke GC inlet dipanaskan.
Analit kemudian diserap secara termal dan dipindahkan ke kolom GC. SPME
mempertahankan semua keuntungan Solid Phase Extraction (SPE) seperti
kesederhanaan, biaya rendah, otomatisasi mudah dan pengambilan sampel di
lokasi. Hal ini juga menghilangkan salah satu kelemahan dari SPE, penggunaan
pelarut organik. Tidak ada peralatan desorpsi termal khusus yang digunakan dan
tidak ada modifikasi dari inlet GC yang diperlukan. SPME mengintegrasikan
persiapan sampel dan GC injeksi ke satu langkah.

Karena SPME adalah proses ekstraksi statis, luas permukaan adalah tidak
penting seperti di SPE dan deteksi konsentrasi serendah ppt sering dilaporkan.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 37


Schematic diagram of SPME assembly

Microwave Assisted Extraction MAE)

MAE adalah metode ekstraksi baru produk terlarut ke dalam cairan dari berbagai
bahan menggunakan energi gelombang mikro. Ini menyediakan teknik dimana
senyawa organik utuh dapat diekstraksi lebih cepat dengan pemulihan yang
sama atau lebih baik, jika dibandingkan dengan proses ekstraksi konvensional.
MAE menggunakan kemampuan beberapa cairan atau padatan untuk mengubah
energi elektromagnetik menjadi panas. Model konversi energi in situ memiliki
banyak atraksi untuk ahli kimia, karena besarnya hanya bergantung pada sifat
dielektrik dari bahan olahan. Hal ini memungkinkan pemilihan molekul spesifik
target dan pengendapan energi ke seluruh sampel, tanpa keterbatasan biasa
konduksi panas dan konveksi. Pelarut yang digunakan dalam MAE sangat
penting karena menentukan: (1) kecepatan pemanasan; dan (2) selektivitas
ekstraksi. Kecepatan pemanasan sebanding dengan rotasi dipol atau konstanta
dielektrik pelarut. Bagi kebanyakan ekstraksi, pelarut merupakan senyawa
organik. Banyak senyawa organik memiliki konstanta dielektrik yang rendah
(Tabel 1) dan ini bisa menyebabkan ekstraksi panjang. Air memiliki konstanta
dielektrik yang tinggi (80,1) dan itu mudah dipanaskan oleh MAE. Sejak MAE
dapat dilakukan pada kedua suhu tinggi dan tekanan (lihat Gambar. 6), efisiensi
ekstraksi harus lebih tinggi dari Soxhlet tradisional dan kocok-termos metode
ekstraksi. Ini telah diverifikasi oleh Ganzler dan et. Al.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 38


Schematic diagram of a microwave assisted extraction vessel

SOLVENTS Dielectric constant (e)

Water 80.1

Ethanol 25.3

Acetone 21.01

Methylene chloride 8.93

Benzene 2.2825

Chloroform 2.2379

Hexane 1.8865

Dielectric constant of common solvents. From Handbook of Chemistry and


Physics (75th edition), CRC Press, Inc.,

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 39


E. Analisa Kualitatif dan Kuantitatif

Kromatografi gas biasa digunakan untuk menentukan kemurnian


campuran organik. Kontaminasi dinyatakan dengan penampilan additional peak.
Teknik ini berguna untuk mengevaluasi efektivitas dari prosedur tingkat
kemurnian.

Dalam teori, retention time digunakan untuk mengidentifikasi komponen-


komponen dalam campuran. Namun dalam kenyataannya, aplikasi dari data-
data tersebut terbatas oleh jumlah variabel yang harus dikontrol untuk
menghasilkan hasil yang bersifat reproduible. Walaupun begitu, gas kromatografi
merupakan alat yang menyediakan informasi mengenai ada atau tidaknya
senyawa dalam suatu campuran dengan menggunakan standard referensi.
Kromatogram dari suatu campuran standard dan dengan sampel tidak boleh
menghasilkan peak yang baru dari peak campuran standard.

Hubungan antara faktor selektivitas untuk senyawa A dan B adalah

tM
`

K B
t RB
k B

K A t RA
tM k
`
A

Jika campuran standard adalah senyawa B dan adalah sebuah indeks


untuk mengidentifikasi senyawa A, merupakan perhitungan faktor selektivitas
untuk senyawa murni relatif terhadap campuran standard dan perhitungan ini
digunakan untuk menentukan zat terlarut.

Analisis Kuantitatif Kromatografi Gas

Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf dan
semi kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan
perbandingan tinggi dari puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas
kromatografi secara kuantitatif terdapat beberapa metode, yaitu:

Analisa berdasarkan Tinggi Puncak


Tinggi dari sebuah peak dari suatu kromatorgram merupkan jarak tegak lurus
antara puncak peak terhadap garis hubung peak. Tinggi dari puncak
kromatografi didapatkan dengan menghubungkan baselines pada dua bagian
puncak dengan garis lurus dan semua variabel terkontrol kondisinya harus
disesuaikan dengan temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju injeksi sampel.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 40


Analisa berdasarkan Area Puncak
Luas puncak tidak bergantung pada temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju
injeksi sampel. Oleh karena itu, analisa berdasarkan luas puncak ini lebih baik
digunakan sebagai parameter analisa dibandingkan analisa berdasarkan tinggi
puncak.

Analisa dengan Kurva Kalibrasi dengan Standard


Metode lain untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode kurva
kalibrasi. Dalam metode ini, kromatogram standard dan tinggi puncak di plot
sebagai fungsi konsentrasi. Dimana kurva kalibrasi ini memiliki hubungan yaitu
sumbu x merupakan konsentrasi sedangkan sumbu y adalah tinggi puncak
(peak) sehingga akan terdapat persamaan garis Y = bX + a. dimana slope = b.
(seperti bagian jawaban pemicu).

Metode Internal Standard


Metode terbaik untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode internal
standard, karena ketidakpastian dari pemasukkan dari injeksi sampel dapat
dihindari. Dalam prosedur ini, kuanititas yang ditentukan dalam sebuah standard
internal terbagi menjadi dua, yaitu untuk standard dan sampel. Parameter dari
metode ini adalah rasio luas (tinggi) puncak analit dengan luas (tinggi) dari
puncak standard internal.
a. sampel darah diambil dari subjek sesegera mungkin oleh petugas yang
berwenang
b. alkohol ataupun desinkfektan organik volatil lainnya tidak boleh digunakan
untuk membersihkan kulit dimana spesimen darah akan diambil. Larutan
benzalkonium klorida ataupun larutan desinfektan lainnya dapat digunakan
c. Pengambilan sampel darah menggunakan jarum kering dan steril atau
menggunakan wadah yang kedap udara dengan jarum steril.
d. Alkohol ataupun pelarut organik volatil lainnya tidak boleh digunakan untuk
membersihkan wadah.
e. Sampel darah harus ditambahkan antikoagulan dan pengawet.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 41


Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC/MS:
1. Sample preparation
2. Derivatisation
3. Injeksi
Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection port.
GC/MS kurang cocok untuk analisa senyawa labil pada suhu tinggi karena
akan terdekomposisi pada awal pemisahan.
4. GC separation
Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju alir tertentu
melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC memiliki
cairan pelapis (fasa diam) yang inert.
5. MS detector
Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang tidak
diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang
diketahui dapat diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak diketahui.
6. Scanning
Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik selama
pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk digunakan
dalam analisis. Spektra massa berupa fingerprint ini dapat dibandingkan
dengan acuan.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 42


Pengolahahn Data

Dari hasil ini kita akan membandingankan antara empat jenis minyak yang
diuji yaitu minyak dari lemak sapi, babi dan ayam dan membandingkan minyak
hewani dari ketiga sampel tersebut dengan minyak nabati dari VCO. Dari hasil
pengamatan dapat di lihat bahwa masing masing profil dari minyak menunjukkan
adanya perbedaan dari masing-masing kandungan terbesar yang di milikinya.
Untuk minyak nabati memiliki kandungan terbesar pada metil laurat sedangkan
untuk ketiga jenis minyak hewani kandungan dari metil lauratnya sangat kecil
kurang dari 1%.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 43


HPLC

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 44


High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

A. Pendahuluan

Umumnya metode kromatografi seperti adsorbsi , partisi dan penukar ion


adalah contoh contoh dari kromatografi kolom. Pada metode kromatografi cair
ini di gunakan kolom tabung gelas dengan bermacam diameter. Partikel dengan
dimensi yang bervariasi di gunakan sebagai penunjang satasioner. Banyaknya
cairan pada kolom jumlahnya sedemikian rupa sehingga hanya cukup
menghasilkan sedikit tekanan untuk memelihara aliran fase bergerak secara
seragam. Secara keseluruhan pemisahan ini memakan waktu lama. Berbagai
usaha telah di lakukan untuk menambah laju aliran tanpa mengubah tinggi
priringan teoritis kolom. Penururnan ukuran partikel penunjang stasioner tidak
selalu menguntungkan. Kromatografi cair kinerja tinggi atau high perfomance
liquid chromatography (HPLC) berbeda dari kromatografi cair klasik. HOLC
menggunakan kolom dengan diameter umumnya kecil, 2-8 mm dengan ukuran
partikel penunjang 50 m, sedangkan laju aliran di pertinggi dengan tekanan
yang tinggi (Khopkar, 2010).
Bila di bandingkan terhadap kromatografi gas-cair/gas liquid cromatograhy
(GLG), maka HPLC lebih bermanfaat utuk isolasi zat tidak mudah menguap
demikian juga zat yang secara termal tidak stabil. Tetapi di tinjau dari kecepatan
dan kesederhanaan, GC lebih baik. Kedua tehnik ini komplementer satu sama
lainnya, keduanya efisien sangat selektif hanya memerlukan sampel berjumlah
sedikit serta keduanya dapat di gunakan untuk analisis kuantitatif (Khopkar,
2010).

B. Prinsip HPLC
luas puncak kromatografi pada kurva elusi di pengaruhi oleh 3 proses
pemindahan massa yaitu difusi Eddy, difusi logitudional, dan transfer massa tidak
seimbang . sedangkan parameter parameter yang menentukan
berlangsungnya proses proses tersebut adalah lahu aliran, ukuran partikel, laju
difusi dari ketebalan stasioner. Van deemeter menghubungkan ke tiga proses di
atas dengan efisiensi kolom dalam suatu persamaan. Persamaan ini telah
terujidengan metode kromatografi gas. Menurut Van deemeter hubungan antara

laju aliran (U) dengan tinggi pirirngan dapat di nyatakan dengan H= A + + C xU

(Khopkar, 2010).
A suatu variable yang berasal dari difusi Eddy, B variable yang
berhubungan dengan difusi longitudional, C menyangkut transfer massa tidak

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 45


seimbang. Hubungan antara diameter partikel rata-rata dengan difusi Eddy (A)
adalah (A)=2 dR, di mana adalah factor penjejalan kolom. Sedangkan difusi
longitudinal (B) ditimbulkan sebagai akibat dari kecenderungan molekul untuk
berpindah dari bagian tengah dari penampang piringan kolom yang
konsentrasinya lebih tinggi kebagian tepi piringan yang konsetrasinya lebih
rendah. Besarnya difusi longitudinal adalah B=2 DM dimana adalah factor
yang merupakan ukuran rentangan suatu molekul bebas untuk berdifusi,
sedangkan Dm adalah koefisien difusi zat terlarut dalam fase bergerak. Transfer
massa tidak setimbang (C) akan melebarkan puncat akibat gerak fase bergerak
yang tinggi. Persamaan Van Deemeter memberikan hubungan laju aliran dengan
tinggi piringan teoretis. Tetapi ternyata pada HPLC, hubungan antara efisien
dengan laju aliran fase bergerak yang diturunkan dari persamaan tersebut tidak
begitu sesuai. Umumnya efisiensi pemisihan lebih baik bila partikel penunjang
berukuran kecil. Untuk menghasilkan laju aliran yang sesuai dapat diatur dengan
suatu pompa bertekan tunggi. Di dalam HPLC, pompa yang canggih yang
dilengkapi pengendali tekanan merupakan komponen terpenting. Komponene
lain yang penting adalah system injeksi sampel (Gritter, 1991).

C. Instrumentasi Alat

Komponen utama dalam KCKT adalah juga komponen dalam kromatografi

lainnya yaitu wadah/kemasan fase gerak, fase gerak, pompa KCKT, kolom, fase

diam, detektor, dan perangkat komponen pendukung lainnya (Gritter, 1991) :

1. Wadah Fase Gerak

Wadah fase gerak dalam KCKT harus terbuat dari bahan yang bersih dan

inert. Wadah ini dapat menampung sekurang-kurangnya 1-2 liter fase gerak, dan

terlebih dahulu harus dibebasgaskan. Kehadiran gas dalam wadah fase gerak ini

akan menimbulkan gelembung gas pada pompa dan detektor yang akan sangat

mengacaukan hasil analisis.

2. Fase Gerak

Fase gerak dalam KCKT harus berupa pelarut, buffer, ataupun reagen dengan

tingkat kemurnian yang sangat tinggi, yaitu suatu cairan yang berderajat KCKT

(HPLC grade). Adanya pengotor dalam fase gerak akan menyebabkan gangguan

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 46


pada sistem kromatografi. Partikel-partikel kecil yang terdapat dalam fase gerak

yang kurang murni dapat mengakibatkan kekosongan kolom KCKT.

Fase gerak atau dikenal juga dengan istilah eluen umumnya merupakan

campuran pelarut yang berperan dalam daya elusi dan resolusi analisis. Daya

elusi dan resolusi KCKT ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas

fase diam, dan sifat-sifat komponen dalam sampel.

Secara umum ada 2 tipe fase gerak (Gritter, 1991):

a. Fase gerak/eluen isokratik, yaitu eluen dengan komposisi pelarut yang

tidak berubah selama percobaan kromatografi

b. Fase gerak/eluen gradien, yaitu fase gerak dengan komposisi pelarut

yang berubah selama masa kromatografi

Berdasarkan kepolaran fase gerak dibandingkan fase diamnya, fase gerak

dibedakan menjadi(Gritter, 1991):

a. Fase normal, yaitu fase diam lebih polar dari fase gerak. Kemampuan

elusinya akan meningkat seiring peningkatan polaritas fase gerak.

b. Fase terbalik, yaitu bila fase diam kurang polar dibanding fase geraknya.

Kemampuan elusi akan menurun seiring peningkatan kepolaran fase

geraknya.

3. Pompa

Pompa KCKT harus terbuat dari bahan yag inert terhadap fase gerak. Bahan

pompa dapat terbuat dari: gelas, baja tahan karat, teflon maupun batu nilam.

Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan hingga 5000 psi

dan mamp mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 3 ml/menit. Untuk

keperluan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase

gerak dengan kecepatan hingga 20 ml/menit (Day, 2001).

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 47


Ada 2 tipe pompa (Day, 2001).:

a. Pompa dengan tekanan konstan

b. Pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Pompa tipe ini lebih

umum digunakan.

4. Kolom

Kolom pada HPLC merupakan bagian yang sangat penting, sebab pemisahan

komponen-komponen sampel yang akan terjadi di dalam kolom. Kolom akan

menjadi penentu keberhasilan pemisahan serta hasil akhir analisis dengan HPLC

(Day, 2001).

Kolom adalah tabung baja stainless dikalibrasi lurus yang panjangnya antara

3 dan 15 cm dan pada dinding bagian dalam kadang-kadang dilapisi dengan

material inert seperti kaca atau PEEK . Kolom bisa terbuat dari sejenis plastik

disebut cartridge, atau terbuat dari stainless steel (Day, 2001).

Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor.

Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk

berlangsungnya proses pemisahan solut/analit (Day, 2001).

Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan

kolom konvensional, yakni (Gritter, 1991):

1. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil

dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor

kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10 -100 l/menit).

2. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor

lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.

3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,

karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel

terbatas misal sampel klinis.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 48


5. Fase Diam

Kebanyakn fase diam berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika

yang tak dimodifikasi atau polimer-polimer stiren dan divinil benzena. Oktadesil

silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan

karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah,

sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai

untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok

sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi

akan memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya

kandungan air yang digunakan (Day, 2001).

6. Detektor

Detektor KCKT dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu detektor yang

bersifat universal, yaitu detektor yang dapat mendeteksi zat secara umum, tidak

bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif. Contoh detektor yang bersifat

universal adalah detektor indeks bias dan spektrometri massa. Dan jenis detektor

lainnya adalah detektor spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara

spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, fluoresensi dan elektrokimia (Day,

2001).

Detektor yang ideal akan mempunyai karakteristik berikut (Gholib, 2007) :

a. Mempunyai respon terhadap analit yang cepat dan reproduksible

b. Mempunyai sensitivitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi analit

pada kadar yang sangat kecil

c. Stabil dalam pengoperasiannya

d. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan

pelebaran pita. Untuk kolom konvensional 8 ul atau lebih kecil dan 1 ul

atau lebih kecil pada kolom mikrobar.

e. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi analit

pada kisaran yang luas

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 49


f. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak

Detektor merupakan bagian integral dari peralatan analitik kromatografi cair

ini. Ada beberapa jenis detektor yang digunakan, dengan pemilihan yang

umumnya didasarkan pada persyaratan sensitivitas, jenis senyawa yang ada

dalam sampel, dan faktor-faktor lain seperti biaya. Detektor yang paling umum

didasarkan pada indeks bias dari eluat kolom, karena hampir semua zat terlarut

akan menghasilkan larutan dengan indeks bias yang berbeda dengan indeks

bias pelarut murni. Detektor ini mampu menginderai perbedaan tersebut dan

menghasilkan sinyal-sinyal listrik yang proporsional yang kemudian diperkuat

dan direkam untuk menghasilkan kromatogram. Batasan utamanya adalah

sensitivitas; batasan pendeteksian akan bervariasi sesuai dengan keadaan, yang

umumnya sekitar satu mikrogram zat terlarut (Gholib, 2007).

Adapun detektor yang digunakan pada HPLC selain detektor dengan eluat kolom
dengan karakteristik detektor seperti berikut :

Detektor Sensitifitas Kisaran Karakteristik


(g/ml) linier

Absorbansi Uv-vis
Sensitivitas bagus, paling
Fotometer filter
5 x 10-10 104 sering digunakan, selektif
Spektrofotometer
5 x 10-10 105 terhadap gugus-gugus dan
spektrometerphoto-
>2x 10-10 105 struktur-struktur yang tidak
diode array
jenuh.
Sensitifitas sangat bagus,
selektif, Tidak peka terhadap
Fluoresensi 10-12 104
perubahan suhu dan
kecepatan alir fase gerak.
Hampir bersifat universal
akan tetapi sensitivitasnya
5x 10-7 sedang. Sangat sensitif
Indeks bias 104
terhadap suhu, dan tidak
dapat digunakan pada elusi
bergradien
Elektrokimia
Konduktimetri 10-8 104

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 50


Amperometri 10-12 105 Peka terhadap perubahan
suhu dan kecepatan alir fase
gerak, tidak dapat digunakan
pada elusi bergradien. Hanya
mendeteksi solut-solut ionik.
Sensitifitas sangat bagus,
selektif tetapi timbul masalah
dengan adanya kontaminasi
elektroda.

7. Tempat penyuntikan sampel

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase

gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat

penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi

dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. Posisi pada saat

memuat sampel Posisi pada saat menyuntik sampel (Day, 2001).

Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase

diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase

diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 51


kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase normal

dan HPLC fase terbalik (Hendayana, 2006).

Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada

sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-

jenis HPLC sebagai berikut (Gholib, 2007) :

1. Kromatografi Adsorbsi

Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam

kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi

adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase

diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini

memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus

hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika

mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat

sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.

2. Kromatografi fase terikat

Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi

secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi

silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana,

oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah

oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase

terbalik.

Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air

atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa

lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka

solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang

terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah

dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya

spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 52


3. Kromatografi penukar ion

KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation

atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di

pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren

resin.

Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan

menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal

digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik.

Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi

oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan

kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan

oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk

gugus penukar ion pada resin.

4. Kromatografi Pasangan ion

Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan

sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada

metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai

muatan yang berlawanan.

5. Kromatografi Eksklusi Ukuran

Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat

digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat

molekul > 2000 dalton.

Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat

porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau

berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih

besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang ukuran

medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan

solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 53


partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran

ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe

kromatografi yang lain.

6. Kromatografi Afinitas

Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi

yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang

hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan

muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam

interaksi antara antigen dan antibodi). Kromatografi jenis ini dapat digunakan

untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang sangat kompleks.

D. Analisa Kualitatif Dan Kuantitatif

Aplikasi analisis HPLC adalah untuk penentuan kualitatif dan penentuan


kuantitatif. HPLC digunakan untuk analisa kualitatif didasarkan pada waktu
retensi untuk identifikasi. Identifikasi dapat diandalkan apabila waktu retensi
sampel dibandingkan dengan larutan standar.
Sedangkan beberapa hal yang harus diperhatikan agar HPLC dapat
dipergunakan untuk penentuan secara kuantitatif adalah:
1. Parameter percobaan sama antara standar dan sampel
2. Penentuan berdasarkan waktu retensi sampel dan standar yang sama
3. Penentuan kadar dilakukan berdasarkan hubungan (korelasi) dengan
menggunakan larutan standar seri pada waktu retensi tertentu. Yaitu
berdasarkan area kromatogram dan tinggi puncak kromatogram.
Hasil analisa HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram. Dalam
kromatogram akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya
jenis komponen dalam sample. Sample yang mengandung banyak komponen
didalamnya akan mempunyai kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak
jarang antar peak saling bertumpuk (overlap). Hal ini akan menyulitkan dalam
identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu biasanya untuk
sample jenis ini dilakukan tahapan preparasi sample yang lebih rumit agar
sample yang siap diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari impuritis.
Sample farmasi biasanya jauh lebih mudah karena sedikit mengandung

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 54


komponen selain zat aktif. Sample ini umumnya hanya melalui proses
pelarutan saja.
Contoh hasil analisa HPLC

Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan jumlah


kompone sedangkan luas peakmenyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja system HPLC
dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC. Efisiensi
kolom biasanya dinyatakan secara matematika dengan istilah plet teori,
konsep yang dipinjam dari teori distilasi. Penerapannya dalam kromatografi,
jumlah teori plat N, untuk kolom ditentukan dari lebar peak dan waktu retensi.
Untuk peak-peak berbentuk simetri seperti terjadi pada kebanyakan
peak-peak kromatografi gas, jumlah teori plat dapat diformulasi sebagai:
5,552
N=
12
2

menyatakan waktu retensi dan 1 menyatakan leher peak pada setengah


2

tinggi. Akan tetapi untuk peak-peak yang tidak simetri disarankan


menggunakan persamaan:
2
41,7 ( )
0,1
=

+ 1,25

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 55


Gambar grafik asimetri:

Peak asimetri dengan parameter A dan B untuk menghitung haraga N.


Berdasarkan gambar, adalah waktu retensi, 0,1 adalah lebar peak pada
ketinggian 10% atau A+B, A adalah lebar sebelah kanan, dan B adalah lebar
setengah peak sebelah kiri.
Tujuan utama dari kromatografi cairan kinerja tinggi sama dengan
kromatografi gas adalah mendapat pemisahan yang sempurna. Derajat
pemisahan (Rs) dalam kromatografi cair kinerja tinggi-pun dinyatakan dengan
istilah resolusi yang di formulasi sebagai berikut:

= ( )( )
+

Berdasarkan persamaan di atas, terlihat bahwa resolusi dipengaruhi


oleh tiga factor yaitu efisiensi (N), selektivitas (), dan retensi (k). lebih
sederhana dari kromatografi gas, di sini selektivitas cukup dinyatakan
sebagai:

=

Dimana:
adalah selektivitas, dan adalah masing-masing factor
kapasitas senyawa 1 dan senyawa 2. Harga selektivitas dapat sama dengan

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 56


satu atau lebih besar dari satu. Bila harga = berarti senyawa 1 dan 2
keluar dari kolom bersama-sama. Dengan kata lain senyawa 1 tidak dapat
dipisahkan dari senyawa 2, sebaliknya bila harga > 1 maka senyawa 1
keluar dari kolom lebih cepat dari pada senyawa 2. Semakin besar harga ,
semakin baik pemisahan.
Efisiensi Pemisahan:
Tingkat efisiensi pemisahan dengan kromatografi tercermin pada pek-
peak kromatogram yang dihasilkan. Semakin lebar suatu peak kromatogram
maka dapat dikatakan pemisahan semakin kurang efisien. Parameter efisiensi
pemisahan dinyatakan dlam bentuk HETP (height equivalent to a theoretical
plate) yang diformulasikan sebagai berikut:

Dimana: H : HETP (height equivalent to a theoretical plate)


L : panjang kolom dalam centimeter
N : jumlah total theoretical plate

Nilai H menunjukkan ukuran efisiensi yang diberikan kolom tiap unit


panjang kolom. Nilai H yang kecil menyatakan kolom yang lebih efisien dan
nilai N yang besar. Objek yang paling penting dalam KCKT adalah
meminimalkan nilai H sehingga nilai N maksimum dan efisiensi kolom paling
tinggi.
Nilai H menurun dengan:
1. Ukuran partikel kolom yang kecil
2. Laju alir fase gerak yang rendah
3. Fase gerak yang kurang kental
4. Pemisahan pada temperature tinggi
5. Molekul-molekul sample yang kecil
6. Meningkatkan panjang kolom.
Jarak diantara puncak maksimal menunjukkan selektivitas system.
Lebar punak kromatografi menunjukkan efisiensi. Efisiensi dan selektivitas
merupakan descriptor pelengkap yang tergantung pada parameter-parameter
kromatografi yang berbeda-beda. Efisiensi lebih tergantung pada kualitas
packing kolom, ukuran partikel, laju alir, dan optimasi instrumental, sedangkan
selektivitas lebih tergantung pada komponen fasa diam dan analit itu sendiri.

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 57


DAFTAR PUSTAKA

Tanpa nama. 2013. HPLC Lengkap. Tanpa kota.


https://www.scribd.com/document/188271567/HPLC-LENGKAP-docx,
diakses pada tanggal 31 Juli 2016 pk. 22.09
Adhi Putra, Dwi. 2013. MAKALAH HPLC (High Performance Liquid
Cromathography).Tanpakota.https://www.academia.edu/10200264/MAK
ALAH_HPLC_High_Performance_Liquid_Cromathography_, diakses pada
tanggal 31 Juli 2016 pk. 22.11
Rositah, Siti. 2016. Teori Dasar HPLC. Tanpa kota.
https://www.scribd.com/doc/311789723/TEORI-DASAR-HPLC-docx,
diakses pada tanggal 31 Juli 2016 pk. 21.59
Muhamad Kartiko, Bagas. 2011. GC/MS. Tanpa kota.
https://www.scribd.com/doc/50364093/GC-MS, diakses pada tanggal 30
Juli 2016 pk 19.07
Tanpa nama. 2015. Laporan Tetap Praktikum Kimia Analitik Instrumen Kromatografi Gas
II. Tanpa kota. https://www.scribd.com/doc/291387006/242148976-98654942-
Kromatografi-Gas-i-docx, diakses pada tanggal 30 Juli 2016 pk. 20.21
Tanpa nama. 2008. Tinjauan Pustaka. Tanpa kota.
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/622/jbptitbpp-gdl-febrinaldo-31070-3-
2008ta-2.pdf, diakses pada tanggal 29 Juli pk. 21.52

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN | FT-IR | GC | GC-MS | HPLC | XII-5 58

Anda mungkin juga menyukai