Segala puji tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesempatan
agar kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Instrumen ini dengan baik. Makalah
ini kami buat untuk menyelesaikan tugas Analisis Instrumen, dan juga dapat dijadikan
bahan pembelajaran untuk materi alat instrumen yang akan digunakan dalam
praktikum.
Penyusun
A. Pendahuluan
B. Bagian-bagian Alat
1. Sumber Radiasi
Monokromator ini terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar,
alat pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin
untuk memantulkan dan memfokuskan sinar. Bahan yang digunakan untuk
prisma adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium
fluorida. Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk
monokromator infra merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara
5,0-16 m, tetapi dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0 m.
3. Detektor
4. Daerah Cuplikan
Daerah cuplikan infra merah dapat terdiri dari 3 jenis yaitu cuplikan
yang berbentuk gas, cairan dan padatan. Gaya intermolekul berubah nyata
dari bentuk padatan ke cairan ke gas dan spektrum infra merah biasanya
menunjukkan pengaruh dari perbedaan ini dalam bentuk pergeseran
frekuensi. Oleh karena itu, sangat penting untuk dicatat pada spektrum cara
pengolahan cuplikan ynag dilakukan.
C. Sistem Kerja
Sinar dari sumber dibagi dalam 2 berkas yang sama, satu berkas melalui
cuplikan dan satu berkas lainnya sebagai baku. Fungsi model berkas ganda
adalah mengukur perbedaan intensitas antara 2 berkas pada setiap panjang
gelombang. Kedua berkas itu dipantulkan pada chopper yang berupa cermin
berputar. Hal ini menyebabkan berkas cuplikan dan berkas baku dipantulkan
secara bergantian ke kisi difraksi. Kisi difraksi berputar lambat, setiap frekuensi
dikirim ke detektor yang mengubah energi panas menjadi energi listrik.
.
Pemadat Cuplikan
1. Alkana
2. Alkena
cm-1
Ciri absorpsi alkil halida adalah pita yang disebabkan oleh stretching
C-X. posisi untuk pita-pita ini adalah 1000-1350 cm-1 untuk C-F, 750-850 cm-
1 untuk C-Cl, 500-680 cm-1 untuk C-Br, dan 200-500 cm-1 untuk C-I.
Absorpsi-absorpsi ini tidak berguna untuk diagnosisi.
Ciri absorpsi infra merah aldehid dan keton adalah vibrasi stretching
C=O. oleh karena gugus karbonil polar sekali, strerching ikatan ini
menghasilkan perubahan momen dipol yang cukup besar. Akibatnya
stretching karbonil merupakan spektra yang intensitasnya tinggi. Oleh karena
terjadi di daerah spektrum yang umumnya tidak ada absorpsi lain, maka
stretching karbonil merupakan metode yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis adanya gugus fungsional di dalam suatu senyawa.
D. Jenis-jenis Sampel
1. Sampel Gas
Dimasukkan ke dalam sel inframerah tertentu.
2. Sampel Cair Dipipet, disuntikkan atau diteteskan ke dalam sel inframerah
berjendela kristal NaCl atau KBr.
3. Sampel padat
Partikel kasar cenderung menghasilkan pemencaran radiasi inframerah.
E. Preparasi Sampel
a) Sampel cai
1. Sampel cair harus bebas air
2. Oleskan sampel pada NaCl Window. Tekanlah kedua NaCl Window
sehingga tidak ada gelembung udara diantara keduanya.
3. Untuk analisis secara kuantitatif masukkan sampel dalam Demountable
Cell.
4. Sampel siap dianalisis.
b) Sampel padat
1. Metode DRS 8000
Sampel padat yang akan dianalisa dicampur dengan serbuk KBr (5 10
% sampel dalam serbuk KBr), kemudian tempatkan pada sampel pan dan siap
untuk dianalisis.
2. Metode Pelet KBr
Campuran sampel padat dengan serbuk KBr (5 10 % sampel serbuk
KBr). Campuran yang sudah homogen kemudian dibuat pellet KBr(pil KBr)
dengan alat MINI HAND PRESS. Setelah terbentuk pil KBr siap untuk
dianalisis.
F. Metode Analisis
Analisis Kualitatif IR
Analisis kualitatif dengan IR Sebagai pelengkap untuk memperoleh
informasi struktur dari senyawa melalui interpretasi. Spektrum IR dapat dipakai
tabel korelasi IR (Tabel 8) yang memuat informasi dimana gugus fungsional
menyerap. Ini umumnya berguna untuk mengklasifikasi seluruh daerah kedalam
Dalam kromatografi gas, fasa gerak berupa gas pembawa, biasanya gas
inert seperti helium atau gas yang tidak reaktif seperti nitrogen. Fasa diam berupa
lapisan cairan mikroskopik atau polimer di atas padatan pendukung fasa diam,
yang berada di dalam tabung kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen
yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut dengan gas
kromatograf (atau "aerograf" atau "pemisah gas").
B. Prinsip Analisis GC
C. Instrumentasi Alat
Dalam analisis KG, sejumlah volume gas atau cairan analit yang diketahui
diinjeksikan ke dalam lubang masuk kolom, biasanya menggunakan
microsyringe (atau serat mikroekstraksi fasa padat, atau sistem pengalih sumber
gas). Saat gas pembawa membawa molekul analit melalui kolom, pergerakan ini
dihambat oleh adsorpsi molekul analit pada dinding kolom atau bahan yang
terikat dalam kolom. Laju progres molekul sepanjang kolom bergantung pada
kekuatan adsorpsi, yang pada gilirannya bergantung pada jenis molekul dan
bahan fasa diam. Oleh karena masing-masing jenis molekul mempunyai laju
progresi yang berbeda, berbagai komponen campuran analit terpisah sesuai
progres sepanjang kolom dan mencapai ujung kolom pada waktu yang berbeda
(waktu retensi). Sebuah detektor digunakan untuk memantau aliran outlet dari
kolom; sehingga, waktu komponen mencapai outlet, jumlah komponen dapat
ditentukan. Umumnya, bahan diidentifikasi (secara kualitatif) berdasarkan urutan
waktu elusi dari kolom dan waktu retensi analit di dalam kolom.
Auto Sampler
Cairan
Inlet
Detektor
Detektor lain hanya peka terhadap jenis senyawa tertentu, atau hanya
bekerja dengan baik pada rentang konsentrasi yang lebih sempit. Ini
mencakup:
Fasa gerak dalam kromatografi gas biasanya disebut juga gas pembawa karena
tujuan utamanya adalah membawa solute ke dalam kolom, karenanya gas
pembawa tidak mempengaruhi selektifitas.
Tidak reaktif
Dapat disimpan dalam tangki bertekanan tinggi (merah untuk hydrogen, abu-
abu untuk nitrogen)
Ionisasi nyala
Fotometri nyala
Tangkap electron
Fotometri nyala
Fasa mobile atau gas pembawa dipasok dari tangki melalui pengatur
pengurangan tekanan.Pada tekanan. Pada tekanan gas pembawa 10-40 psi
akan memberikan laju alir 2-50 cm3/menit.
E. Jenis Sampel GC
Macam-macam derivatisasi:
Senyawa polar yang umumnya akan menyerap permukaan aktif dari column,
dibuat kurang polar dengan derivatisasi.
Cara derivatisasi :
a. Esterifikasi
Ester metil paling banyak digunakan, meskipun demikian ester etil, propil,
dan butil juga sering dimanfaatkan untuk derivatisasi ini. Ester alifatik yang
lbih panjang dibuat dengan tujuan untuk menurunkan volatilitas,
meningkatkan respon detektor, meningkatkan resolusi atau daya pisah dari
bahan pengganggu, dan meningkatkan resolusi dari senyawa-senyawa yang
mempunyai rumus molekul yang hampir sama.
b. Asilasi
Jika sampel yang diuji mengandung fenol, alkohol, atau amin primer atau
sekunder maka sering digunakan derivatisasi dengan asilasi yang
merupakan reaksi yang paling umum. Derivatisasi dengan cara ini dilakukan
dengan menggunakan asam asetat. Asilasi pada umumnya memberikan
bentuk kromatogram yang baik.Asilasi dilakukan dengan menggunakan
perfluoroanhidrida yang murni atau dalam pelarut, misalnya asetonitril dan
etil asetat.
c. Alkilasi
d. Sililasi
Derivat silil saat ini digunakan untuk menggantikan eter alkil untuk analisis
sampel yang bersifat polar yang tidak mudah menguap.Derivat yang paling
sering dibuat adalah trimetilsilil.
Dapat dilakukan dalam vial kaca dengan tutup bersekrup yang dilapisi
dengan teflon.
e. Kondensasi
f. Siklisasi
Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf dan
semi kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan
perbandingan tinggi dari puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas
kromatografi secara kuantitatif terdapat beberapa metode, yaitu:
Tinggi dari sebuah peak dari suatu kromatorgram merupkan jarak tegak lurus
antara puncak peak terhadap garis hubung peak. Tinggi dari puncak kromatografi
didapatkan dengan menghubungkan baselines pada dua bagian puncak dengan
garis lurus dan semua variabel terkontrol kondisinya harus disesuaikan dengan
temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju injeksi sampel.
Luas puncak tidak bergantung pada temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju
injeksi sampel. Oleh karena itu, analisa berdasarkan luas puncak ini lebih baik
digunakan sebagai parameter analisa dibandingkan analisa berdasarkan tinggi
puncak.
Metode lain untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode kurva
kalibrasi. Dalam metode ini, kromatogram standard dan tinggi puncak di plot
sebagai fungsi konsentrasi. Dimana kurva kalibrasi ini memiliki hubungan yaitu
sumbu x merupakan konsentrasi sedangkan sumbu y adalah tinggi puncak
(peak) sehingga akan terdapat persamaan garis Y = bX + a. dimana slope = b.
(seperti bagian jawaban pemicu).
Metode terbaik untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode internal
standard, karena ketidakpastian dari pemasukkan dari injeksi sampel dapat
dihindari. Dalam prosedur ini, kuanititas yang ditentukan dalam sebuah standard
internal terbagi menjadi dua, yaitu untuk standard dan sampel. Parameter dari
metode ini adalah rasio luas (tinggi) puncak analit dengan luas (tinggi) dari
puncak standard internal
H. PENGOLAHAN DATA
Hal ini juga penting untuk menyadari bahwa untuk hasil yang paling akurat,
salah satu kebutuhan kurva kalibrasi untuk setiap analit menarik. Dengan
detektor yang memiliki respon independen senyawa (seperti FID, untuk sebagian
besar, dan detektor emisi atom), seseorang bisa mendapatkan perkiraan yang
cukup baik dari jumlah satu analit berdasarkan kurva kalibrasi yang dihasilkan
menggunakan analit lain. Namun, bagi sebagian besar detektor GC, respon
dapat bervariasi sedikit untuk analit komposisi molekul yang berbeda dan / atau
ukuran.
y = mx + b
di mana y adalah respon detektor (area atau tinggi), m adalah kemiringan kurva
kalibrasi linier, x adalah jumlah atau konsentrasi analit dan b adalah intercept
(offset kurva kalibrasi). Contoh kurva kalibrasi linear ditunjukkan pada Gambar 1.
Dalam kasus yang paling mudah dan paling mudah, respon detektor linier
dengan jumlah analit, kurva kalibrasi melewati 0 [Gambar 1 (A) + (B)], dan tidak
ada efek sampel matriks yang mungkin condong hasil. Dalam kasus yang jarang
terjadi ini, satu hanya perlu melakukan titik kalibrasi tunggal (dekat konsentrasi
diharapkan tertinggi analit).
PRAKTIKUM
Adapun bahan yang digunakan yaitu larutan etanol pro analisis, aquades, sampel
obat eliksir. Sedangkan alat yang digunakan yaitu labu ukur 100 mL, pipet
volumetri 10 mL, injector, piala gelas, alat Gas Chromatography
Sumber sampel adalah obat eliksir yang sudah tersedia di laboratorium
dengan kandungan alkohol di dalamnya sebesar 1% menurut label pada obat
tersebut. Langkah pertama adalah dibuat larutan standar etanol 1% dengan cara
pengenceran dua kali. Pertama etanol pekat dipipet sebanyak 10 mL kemudian
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL (10%). Kedua, larutan 10% dipipet sebanyak
10 mL ke dalam labu ukur 100 mL (1%). Setelah dibuat standar, alat GC diatur
sebagai berikut :
Data Pengamatan
Dari tabel data pengamatan di atas, dapat dihitung konsentrasi sampel. Karena
dilakukan pembacaan duplo, maka area dirata-ratakan dahulu.
937729+898280
area sampel = 2
= 918004.5
1108005+1158594
area standard = 2
= 1133300
918004.51
= 1133300
= 0.81%
A. Pendahuluan
Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua
proses memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada
perbedaan itik didih (atau tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dari campuran pada skala
besar, sedangkan GC dapat digunakan padaskala yang lebih
kecil (yaitu mikro)(Pavia:2006).
GC-MS terdiri dari dua blok bangunan utama: kromatografi gas dan
spektrometer massa. Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang
tergantung pada dimensi kolom ini (panjang, diameter, ketebalan film) serta sifat
fase (misalnya 5% fenil polisiloksan). Perbedaan sifat kimia antara molekul yang
berbeda dalam campuran dan afinitas relatif mereka untuk fase diam kolom akan
terjadi pemisahan molekul sewaktu sampel bergerak di sepanjang kolom.
Molekul-molekul dipertahankan oleh kolom dan kemudian mengelusi dari kolom
pada waktu yang berbeda (disebut waktu retensi), dan ini memungkinkan
B. Prinsip Dasar
C. Instrumentasi Alat
Kolom
Kolom merupakan jantung kromatografi gas, dimana terjadi pemisahan
kompone-komponen cuplikan. Pada kromatografi gas terdapat dua jenis kolom
yang biasa dipakai, antara lain kolom tertutup dan kolom kapiler. Panjang kolom
kromatografi antara 2-50 meter atau bahkan lebih. Biasanya terbuat dari
stainless steel, gelas, silica gabungan, atau teflon. Agar cocok pada saat
termostating, biasanya dibentuk spiral dengan diameter 10-30 cm. Temperatur
kolom yang optimal tergantung pada titik didih dari sampel serta derajat
pemisahan yang dibutuhkan.
Detektor
Fungsi detektor adalah untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom
dan merespon perubahan komposisi yang terelusi. Karakteristik dari sebuah
detektor yang ideal adalah
Sensitifitas yang cukup (10-8-10-5 g/s)
Stabilitas serta reproduksibilitas yang baik
Respon linier terhadap larutan yang memiliki beberapa tingkat
magnitudo
Beda temperatur dengan temperatur ruang sedikitnya 400 C
Respon cepat terhadap waktu dan laju alir
Realibilitas yang tinggi serta mudah digunakan
Selektif dalam merespon kelas-kelas larutan yang berbeda
Tidak merusak sample
Recorder
Fungsi recorder adalah sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan
pada sebuah kertas yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak
grafik).
SPME adalah teknik pengayaan sampel baru yang dapat dengan mudah
mentransfer analit ke inlet GC. Sejak penemuan teknik pada tahun 1989 oleh J.
Pawliszyn aplikasinya telah meningkat secara dramatis. Telah digunakan
terutama untuk analisis air lingkungan. Peralatan dasar SPME sederhana.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, batang leburan silika terhubung ke
tabung stainless steel yang dapat ditarik dalam jarum suntik, setelah
pengambilan sampel, untuk perlindungan dan transfer ke inlet GC, silika dilapisi
dengan film tipis hydrophobic, biasanya dimethylsiloxane. Selama SPME
sampling, serat diturunkan dari jarum suntik dan dimasukkan ke dalam larutan
sampel berbentuk cairan. Serat lapisan terkena sampel diaduk dan analit diserap
ke dalam lapisan serat. Ketika pengambilan sampel selesai, serat yang pertama
ditarik ke dalam jarum suntik dan kemudian ditransfer ke GC inlet dipanaskan.
Analit kemudian diserap secara termal dan dipindahkan ke kolom GC. SPME
mempertahankan semua keuntungan Solid Phase Extraction (SPE) seperti
kesederhanaan, biaya rendah, otomatisasi mudah dan pengambilan sampel di
lokasi. Hal ini juga menghilangkan salah satu kelemahan dari SPE, penggunaan
pelarut organik. Tidak ada peralatan desorpsi termal khusus yang digunakan dan
tidak ada modifikasi dari inlet GC yang diperlukan. SPME mengintegrasikan
persiapan sampel dan GC injeksi ke satu langkah.
Karena SPME adalah proses ekstraksi statis, luas permukaan adalah tidak
penting seperti di SPE dan deteksi konsentrasi serendah ppt sering dilaporkan.
MAE adalah metode ekstraksi baru produk terlarut ke dalam cairan dari berbagai
bahan menggunakan energi gelombang mikro. Ini menyediakan teknik dimana
senyawa organik utuh dapat diekstraksi lebih cepat dengan pemulihan yang
sama atau lebih baik, jika dibandingkan dengan proses ekstraksi konvensional.
MAE menggunakan kemampuan beberapa cairan atau padatan untuk mengubah
energi elektromagnetik menjadi panas. Model konversi energi in situ memiliki
banyak atraksi untuk ahli kimia, karena besarnya hanya bergantung pada sifat
dielektrik dari bahan olahan. Hal ini memungkinkan pemilihan molekul spesifik
target dan pengendapan energi ke seluruh sampel, tanpa keterbatasan biasa
konduksi panas dan konveksi. Pelarut yang digunakan dalam MAE sangat
penting karena menentukan: (1) kecepatan pemanasan; dan (2) selektivitas
ekstraksi. Kecepatan pemanasan sebanding dengan rotasi dipol atau konstanta
dielektrik pelarut. Bagi kebanyakan ekstraksi, pelarut merupakan senyawa
organik. Banyak senyawa organik memiliki konstanta dielektrik yang rendah
(Tabel 1) dan ini bisa menyebabkan ekstraksi panjang. Air memiliki konstanta
dielektrik yang tinggi (80,1) dan itu mudah dipanaskan oleh MAE. Sejak MAE
dapat dilakukan pada kedua suhu tinggi dan tekanan (lihat Gambar. 6), efisiensi
ekstraksi harus lebih tinggi dari Soxhlet tradisional dan kocok-termos metode
ekstraksi. Ini telah diverifikasi oleh Ganzler dan et. Al.
Water 80.1
Ethanol 25.3
Acetone 21.01
Benzene 2.2825
Chloroform 2.2379
Hexane 1.8865
tM
`
K B
t RB
k B
K A t RA
tM k
`
A
Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf dan
semi kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan
perbandingan tinggi dari puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas
kromatografi secara kuantitatif terdapat beberapa metode, yaitu:
Dari hasil ini kita akan membandingankan antara empat jenis minyak yang
diuji yaitu minyak dari lemak sapi, babi dan ayam dan membandingkan minyak
hewani dari ketiga sampel tersebut dengan minyak nabati dari VCO. Dari hasil
pengamatan dapat di lihat bahwa masing masing profil dari minyak menunjukkan
adanya perbedaan dari masing-masing kandungan terbesar yang di milikinya.
Untuk minyak nabati memiliki kandungan terbesar pada metil laurat sedangkan
untuk ketiga jenis minyak hewani kandungan dari metil lauratnya sangat kecil
kurang dari 1%.
A. Pendahuluan
B. Prinsip HPLC
luas puncak kromatografi pada kurva elusi di pengaruhi oleh 3 proses
pemindahan massa yaitu difusi Eddy, difusi logitudional, dan transfer massa tidak
seimbang . sedangkan parameter parameter yang menentukan
berlangsungnya proses proses tersebut adalah lahu aliran, ukuran partikel, laju
difusi dari ketebalan stasioner. Van deemeter menghubungkan ke tiga proses di
atas dengan efisiensi kolom dalam suatu persamaan. Persamaan ini telah
terujidengan metode kromatografi gas. Menurut Van deemeter hubungan antara
laju aliran (U) dengan tinggi pirirngan dapat di nyatakan dengan H= A + + C xU
(Khopkar, 2010).
A suatu variable yang berasal dari difusi Eddy, B variable yang
berhubungan dengan difusi longitudional, C menyangkut transfer massa tidak
C. Instrumentasi Alat
lainnya yaitu wadah/kemasan fase gerak, fase gerak, pompa KCKT, kolom, fase
Wadah fase gerak dalam KCKT harus terbuat dari bahan yang bersih dan
inert. Wadah ini dapat menampung sekurang-kurangnya 1-2 liter fase gerak, dan
terlebih dahulu harus dibebasgaskan. Kehadiran gas dalam wadah fase gerak ini
akan menimbulkan gelembung gas pada pompa dan detektor yang akan sangat
2. Fase Gerak
Fase gerak dalam KCKT harus berupa pelarut, buffer, ataupun reagen dengan
tingkat kemurnian yang sangat tinggi, yaitu suatu cairan yang berderajat KCKT
(HPLC grade). Adanya pengotor dalam fase gerak akan menyebabkan gangguan
Fase gerak atau dikenal juga dengan istilah eluen umumnya merupakan
campuran pelarut yang berperan dalam daya elusi dan resolusi analisis. Daya
elusi dan resolusi KCKT ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas
a. Fase normal, yaitu fase diam lebih polar dari fase gerak. Kemampuan
b. Fase terbalik, yaitu bila fase diam kurang polar dibanding fase geraknya.
geraknya.
3. Pompa
Pompa KCKT harus terbuat dari bahan yag inert terhadap fase gerak. Bahan
pompa dapat terbuat dari: gelas, baja tahan karat, teflon maupun batu nilam.
Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan hingga 5000 psi
b. Pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Pompa tipe ini lebih
umum digunakan.
4. Kolom
Kolom pada HPLC merupakan bagian yang sangat penting, sebab pemisahan
menjadi penentu keberhasilan pemisahan serta hasil akhir analisis dengan HPLC
(Day, 2001).
Kolom adalah tabung baja stainless dikalibrasi lurus yang panjangnya antara
material inert seperti kaca atau PEEK . Kolom bisa terbuat dari sejenis plastik
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor.
Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk
1. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
2. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor
Kebanyakn fase diam berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika
yang tak dimodifikasi atau polimer-polimer stiren dan divinil benzena. Oktadesil
silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan
sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai
untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok
sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi
6. Detektor
bersifat universal, yaitu detektor yang dapat mendeteksi zat secara umum, tidak
bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif. Contoh detektor yang bersifat
universal adalah detektor indeks bias dan spektrometri massa. Dan jenis detektor
lainnya adalah detektor spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara
spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, fluoresensi dan elektrokimia (Day,
2001).
ini. Ada beberapa jenis detektor yang digunakan, dengan pemilihan yang
dalam sampel, dan faktor-faktor lain seperti biaya. Detektor yang paling umum
didasarkan pada indeks bias dari eluat kolom, karena hampir semua zat terlarut
akan menghasilkan larutan dengan indeks bias yang berbeda dengan indeks
bias pelarut murni. Detektor ini mampu menginderai perbedaan tersebut dan
Adapun detektor yang digunakan pada HPLC selain detektor dengan eluat kolom
dengan karakteristik detektor seperti berikut :
Absorbansi Uv-vis
Sensitivitas bagus, paling
Fotometer filter
5 x 10-10 104 sering digunakan, selektif
Spektrofotometer
5 x 10-10 105 terhadap gugus-gugus dan
spektrometerphoto-
>2x 10-10 105 struktur-struktur yang tidak
diode array
jenuh.
Sensitifitas sangat bagus,
selektif, Tidak peka terhadap
Fluoresensi 10-12 104
perubahan suhu dan
kecepatan alir fase gerak.
Hampir bersifat universal
akan tetapi sensitivitasnya
5x 10-7 sedang. Sangat sensitif
Indeks bias 104
terhadap suhu, dan tidak
dapat digunakan pada elusi
bergradien
Elektrokimia
Konduktimetri 10-8 104
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi
dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. Posisi pada saat
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase
diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase
diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada
sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-
1. Kromatografi Adsorbsi
diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini
memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus
hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika
mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat
secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi
oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah
terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air
atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa
lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka
terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah
dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation
atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di
resin.
Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi
oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan
kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan
oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk
metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat
porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau
berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih
medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan
solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara
ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe
6. Kromatografi Afinitas
hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan
muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam
interaksi antara antigen dan antibodi). Kromatografi jenis ini dapat digunakan