KIMIA KLINIK I
PENYUSUN
Aziz Ansori Wahid
Ira Primasari
Assyifa Junitasari
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kenikmatan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Modul Praktikum Kimia Klinik I ini.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan – rekan yang telah
membimbing dan meluangkan waktunya dalam tiap kesempatan sehingga
menyelesaikan Modul Praktikum Kimia Klinik I ni dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya.
Penulis menyadari menyelesaikan Modul Praktikum Kimia Klinik I
ini jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran membangun sangat
penulis harapkan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan
menyelesaikan Modul Praktikum Kimia Klinik I ini. Semoga menyelesaikan
Modul Praktikum Kimia Klinik I ini dapat diterima dan bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
SPEKTROFOTOMETRI ................................................................................. 1
PEMERIKSAAN GLUCOSE GOD FS* ...................................................... 28
PEMERIKSAAN PROFIL LIPID .............................................................. 30
PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT............................................ 10
PEMERIKSAAN SGOT ......................................................................................... 18
PEMERIKSAAN SGPT........................................................................................... 21
PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE (ALP) ............................................ 24
PEMERIKSAAN GAMMA-GT ................................................................. 26
PEMERIKSAAN BUN (BLOOD UREA NITROGEN) .................................... 33
PEMERIKSAAN CREATININ .................................................................. 36
PEMERIKSAAN ASAM URAT ................................................................. 38
PUSTAKA ................................................................................................................... 41
SPEKTROFOTOMETRI
Dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih
terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan
cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan
dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi: “jumlah radiasi
cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau
ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan”.
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila
peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa
sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal
(monokromatis).
4
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan
tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam
satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
6
PENENTUAN PANJANG GELOMBANG DENGAN ABSORBANSI MAKSIMUM
(-max)
Untuk mengetahui panjang gelombang yang tepat untuk mengukur suatu larutan
kimia tertentu dilakukan dengan menentukan panjang gelombang dengan
absorbansi maksimum (-max)
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menentukan panjang gelombang dengan
absorbansi maksimum (-max) antara lain:
- Spektrofotometer UV-Vis - Pengaduk
- Erlenmeyer - Larutan kimia dengan warna
- Kuvet tertentu
- Beaker glass
Cara kerja penentuan panjang gelombang dengan absorbansi maksimum (-
max):
1. Membuat larutan kimia yang berwarna
a. Ambil sedikit bubuk K2Cr2O7 , masukkan ke dalam beaker glass.
b. Tambahkan aquadest.
c. Aduk dengan pengaduk hingga larut.
2. Persiapan spektrofotometer
a. Kabel penghubung dipastikan tersambung ke saklar listrik.
b. Tekan tombol power on.
c. Warming alat selama 15 menit.
d. Atur dalam mode “absorbansi”
3. Menentukan panjang gelombang dengan absorbansi maksimum
a. Atur panjang gelombang
b. Masukkan kuvet yang berisi aquadest (sebagai blanko) ke dalam alat.
c. Tunggu hingga angka berhenti bergerak.
d. Keluarkan kuvet yang berisi aquadest.
e. Masukkan kuvet yang berisi larutan K2Cr2O7.
f. Amati angka yang menunjukkan absorbansinya.
g. Ulangi lagi percobaan dari langkah a-f (dengan mengubah angka
panjang gelombang)
h. Catat angka absorbansi yang di dapat, percobaan dihentikan apabila
sudah didapatkan nilai maksimal absorbansi
8
PENGUKURAN MENGGUNAKAN FOTOMETER
1. End Point:
pengukuran yang dilakukan saat reaksi sudah berhenti
Contoh pemeriksaan: Glukosa, Cholesterol, asam urat, total protein , dll
Rumus umum pada metode End Point:
𝐴𝑏𝑠.𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝐴𝑏𝑠. 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
Kadar = 𝐴𝑏𝑠.𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟−𝐴𝑏𝑠. 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
a. Komposisi
Serum Plasma
Tidak mengandung antikoagulan Mengandung antikoagulan
Tidak mengandung fibrinogen Mengandung fibrinogen
Kemungkinan hemolisis besar Kemungkinan terjadi hemolisis kecil
Serotinin tinggi Tidak mengandung serotinin
b. Cara pembuatan
Serum Plasma
Lakukan pengambilan darah vena Lakukan pengambilan darah vena
sebanyak 3x volume serum yang sebanyak 3x volume plasma yang
dibutuhkan dibutuhkan
Diamkan darah sampai membeku Darah ditampung dalam wadah
pada suhu kamar selama 30 menit berisi anti koagulan yang sesuai
Lakukan pemusingan selama 10- 15
menit pada kecepatan 3000 rpm
Pemisahan serum dilakukan dengan
mikropipet dan bebas dari eritrosit,
dengan catatan:
- Tidak boleh dilakukan Campur darah dan antikoagulan
pemusingan ulang terhadap perlahan – lahan dan merata
sampel yang sama, karena per
ubahan rasio cairan plasma Segera lakukan pemusingan 10 – 15
terhadap sel dapat menit dengan kecepatan 3000 rpm
mempengaruhi konsentrasi
analit, sehingga menyebabkan Pisahkan plasma dari sel darah
kesalahan pada analisis
- Serum yang tidak dapat
dikerjakan dalam 24 jam dapat
disimpan sesuai stabilitas
pemeriksaan
10
Sumber kesalahan pada persiapan sampel:
1. Hemolisis
Definisi:
Pecahnya eritrosit disertai keluarnya zat – zat yang tekandung didalamnya,
sehingga serum/ plasma tampak kemerahan dan dapat menyebabkan
kesalahan dalam analisis
Cara pencegahan:
a. Alat yang digunakan dissposible
b. Punksi vena yang dilakukan harus benar dan segera berhasil
c. Saat memasukkan darah ke dalam tabung/ vial, alirkan perlahan –
lahan melalui dinding tabung/ vial dan tidak boleh disemprotkan
d. Segera dilakukan pemisahan
2. Ikterik
Definisi:
Serum yang berwarna kuning coklat akibat adanya hiperbilirubinemia
(peningkatan kadar bilirubin dalam darah )
Serum ikterik dapat mempengaruhi pengukuran pada panjang gelombang
400 – 500 nm akibat warna kuning coklat dari spesimen, sehingga tidak
mampu dibaca oleh fotometer
3. Lipemik
Definisi: serum yang keruh, putih/ seperti susu karena hiperlipidemia
(peningkatan kadar lemak dalam darah) atau adanya kontaminasi bakteri.
Makanan yang baru dikonsumsi, terutama yang mengandung lemak dan
karbohidrat dapat menyebabkan lipemia ( peningkatan kadar lemak darah
untuk sementara )
1. Puasa 10 – 12 jam
2. Pengambilan darah dilakukan dengan posisi pasien duduk
3. Pengobatan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, dihentikan
sebelum pemeriksaan
12
SPESIMEN / BAHAN PEMERIKSAAN
k. Ras
Contoh: jumlah leukosit dan aktivitas CK pada orang kulit hitan
Amerika lebih rendah daripada orang kulit putihnya.
l. Jenis Kelamin / Gender
Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin
m. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, saat
menginterpretasikan hasil pemeriksaan perlu mempertimbangkan
masa kehamilan wanita tersebut. Pada kehamilan akan terjadi
hemodilusi ( pengenceran darah ) yang dimulai pada minggu ke 10
kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke 35 kehamilan
3. Pengawet
Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar
analit yang akan diperiksa dapat bertahankan kondisi dan jumlahnya
untuk kurun waktu tertentu
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat
mempengatuhi hasil pemeriksaan
Bahan tanbahab yang dipakai harus memenuhi persyaratan, yaitu tidak
mengganggu atau mengubah kadar zat yang diperiksa
Tabel. 2
Spesimen dengan jenis antikoagulan/ pengawet dan wadah yang
dipakai untuk beberapa spesimen laboratorium dengan stabilitasnya
Jenis Spesimen Antikoagulan
Stabilitas
Pemeriksaan Jenis Jumlah / Pengawet
20 - 25°C ( 3 hari )
NaF-Oksalat
4°C ( 7 hari )
Darah 2 ml 4,5mg/ml
Gula Darah -20°C ( 30 hari )
darah
Serum 2 ml - 2-8°C ( 7 hari )
20 - 25°C ( 6 hari )
Kolesterol Serum 1 ml - 4°C ( 6 hari )
-20°C ( 6 bulan )
Bilirubin Serum 1 ml - Segera mungkin
20 - 25°C ( 5 hari )
Amilase Serum 1 ml - 4°C ( 5 hari )
-20°C ( 7 hari )
20 - 25°C ( 5 hari )
Asam Urat Serum 1 ml - 4°C ( 5 hari )
-20°C (6 bulan)
20 - 25°C ( 24 jam )
Lipase Serum 1 ml - 4°C ( 5 hari )
-20°C ( 3 tahun)
20 - 25°C ( 6 hari )
Protein Total Serum 1 ml - 4°C ( 6 hari )
-20°C ( 10 hari )
20 - 25°C ( 14 hari )
Na, K, Cl Serum 1 ml -
4°C ( 14 hari )
20 - 25°C ( > 7 hari
Fosfatase aktivitas turun 1% )
Serum 1 ml -
Alkali 4°C ( 7 hari )
-20°C ( 7 hari )
20 - 25°C ( 10 hari )
Kalsium Serum 1 ml -
4°C ( 10 hari )
4°C ( 24 jam )
Kreatinin Serum 1 ml -
-20°C ( 8 bulan )
20 - 25°C (7 hari )
γ - Glutamil
Serum 1 ml - 4°C ( 7 hari )
Transferase
-20°C ( 7 hari )
20 - 25°C ( > 3 hari
aktivitas turun 10% )
GOT / GPT Serum 1 ml - 4°C (> 3 hari aktivitas
turun 8%)
-20°C ( 7 hari )
4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen untuk pemeriksaan kimia klinik
dilakukan pada pagi hari, karena umumnya nilai normal ditetapkan
pada keadaan basal
5. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan dulu lokasi
pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta; misalnya:
a. Spesimen untuk darah vena, umumnya diambil dari v.cubiti di
daerah siku. Spesimen darah arteri umumnya diambil dari A radialis
di pergelangan tangan atau A. femoralis di daerah lipat paha.
Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau
jari jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3
bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi. Tempat
yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah
seperti cyanosis atau pucat
Sampel untuk pemeriksaan Gas Darah berupa darah heparin yang
diambil dari pembuluh arteri dan kapiler
b. Spesimen untuk pemeriksaan biakan harus diambil di tempat yang
sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak
6. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan lab yang diminta atau dapat mewakili objek yang
diperiksa.
7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar
agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya
a. Darah Vena
1) Posisi lengan pasien harus lurus, jangan membengkokkan siku.
Pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas
2) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3) Pasang torniquet ±10 cm di atas siku
4) Pilih vena bagian median cubital atau chepalic
5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan
alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya
hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan
dipegang lagi
18
6) Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap ke
atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15° ( bila
menggunakan tabung vakum, tekan tabung vakum sehingga
vakumnya bekerja dan darah terisap ke dalam tabung ) Bila
jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk ke dalam
semprit. Bila darah tidak keluar, ganti posisi penusukan ( bila
terlalu dalam, tarik sedikit dan sebaliknya), usahakan darah
dapat keluar dengan satu kali tusuk.
7) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan torniquet dan
pasien diminta membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil ±3 kali jumlah serum / plasma yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan
8) Lepaskan/ tarik jarum dan segera letakkan kapas alkohol 70% di
atas bekas tusukan untuk menekan bagian tersebut selama ±2
menit. Setelah darah berhenti, plester bagian ini selama ±15
menit. Jangan menarik jarum sebelum torniquet dibuka.
b. Darah Kapiler
1) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan
biarkan sampai kering lagi
2) Pegang bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang
3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Pada jari, tusuklah
dengan arah tegak lurus pada garis – garis sidik kulit, jangan
sejajar. Pada daun telinga, tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.
Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan
menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapar cukup darah.
Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan
cairan jaringansehingga menjadi encer dan menyebabkan
kesalahan dalam pemeriksaan
4) Buangklah tetesan darah yanbg pertama keluar dengan
menggunakan segumpal kapas kering, tetes darah berikutnya
boleh dipakai untuk pemeriksaan
C. Pemberian Identitas
Pemnerian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting,
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen
20
b. Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh (
lipemik )
2. Darah EDTA
- Sediakan botol atau tabung berisi 2 mg EDTA
- Alirkan 2 ml darah vena ke dalam botol tersebut dari semprit tanpa
jarum
- Tutuplah botol/ tabung dan dengan segera homogenkan selama 60
detik atau lebih
Ambil darah untuk pemeriksaan langsung dari botol/ tabung
tersebut, tutuplah botol segera. Bila pemeriksaan tidak dapat
dilakukan segera, simpanlah botol/ tabung itu dalam almari es,
biarkan suhu kamar terlebih dahulu sebelum darah tersebut
diperiksa
3. Plasma
a. Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (lipemik)
2. Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil, untuk itu perlu diperhatikan persyaratan
pengiriman spesimen, antara lain:
a. Waktu pengiriman jangan sampai melampaui masa stabilitas spesimen
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratoriium,
termasuk pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan
Infeksius” atau “ Bahan Pemeriksaan Berbahaya”
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
e. Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan mikrobiologi
22
Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan Bidang Kimia Klinik
24
3) 22S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil
pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x +2SD atau x
–2SD. Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan adanya kesalahan
sistematik.
4) R4S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan
antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 SD (satu kontrol diatas +2SD,
lainnya dibawah -2SD). Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan
kesalahan acak.
5) 41S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol
berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x +SD maupun x –SD. Merupakan
“ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak dan sistematik.
6) 10 X
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah. Merupakan “ketentuan
penolakan” yang mencerminkan kesalahan sistematik.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 13S, R4S atau
gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 22S, 41S, 10 x, 13S.
Sumber
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman PraktekLaboratorium
Kesehatan. Jakarta : Direktorat Laboratorium Kesehatan.
Muslim,Muhamad dan Kuntjoro, Tjahjono. 2001. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
PEMERIKSAAN GLUCOSE GOD FS*
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Glukosa pada sampel
serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Glukosa pada sampel
serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Glukosa
pada sampel serum.
METODE
“ GOD-PAP “ : Uji Fotometri Enzimatis
PRINSIP
Penentuan glukosa setelah oksidasi enzimatik oleh oksidase glukosa. Indikator
kolorimetri yang digunakan adalah quinoneimine, yang dihasilkan dari 4-
aminoantipyrine dan phenol oleh hidrogen peroksida pada aksi katalis
peroksidase.
DESKRIPSI
Glukosa dibentuk dari hasil penguraian karbohidrat dan perubahan glikogen dalam
hati. Pemeriksaan glukosa darah adalah prosedur skrining yang menunjukan
ketidakmampuan sel pankreas memproduksi insulin, ketidakmampuan usus
halus mengabsorpsi glukosa, ketidakmampuan sel mempergunakan glukosa
secara efisien, atau ketidakmampuan hati mengumpulkan dan memecahkan
glikogen.
CARA KERJA
Blanko Sampel
Sampel -
Blanko -
Reagent
Campur, inkubasi 20 menit pada suhu 20⁰C-25⁰C atau 10 menit pada 37⁰C.
Baca Absorbansi Sampel dan Blanko dalam waktu maksimal 60 menit
Perhitungan:
𝐴𝑏𝑠.𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝐴𝑏𝑠. 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
Kadar Glukosa = 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴𝑏𝑠.𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟−𝐴𝑏𝑠. 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
INTERPRETASI HASIL
mg/dL mmol/L
Baru Lahir :
Anak-Anak
28
Implikasi klinik:
• Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi glukosa (nilai
puasa > 120 mg/dL) dapat menyertai penyakit cushing (muka bulan), stres
akut, feokromasitoma, penyakit hati kronik, defisiensi kalium, penyakit
yang kronik, dan sepsis.
• Kadar gula darah menurun (hipoglikemia) dapat disebabkan oleh kadar
insulin yang berlebihan atau penyakit Addison.
• Obat-obat golongan kortikosteroid dan anestetik dapat meningkatkan kadar
gula darah menjadi lebih dari 200 mg/dL.
• Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang-ulang > 140 mg/dL, perlu
dicurigai adanya diabetes mellitus.
• Dengan menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya glukosa pada
urin membantu menentukan masalah glukosa dalam ginjal pasien.
Faktor pengganggu:
• Merokok meningkatkan kadar glukosa
• Perubahan diet (misalnya penurunan berat badan) sebelum pemeriksaan
dapat menghilangkan toleransi karbohidrat dan terjadi “false diabetes”
• Kadar glukosa normal cenderung meningkat dengan penambahan umur
• Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dapat menyebabkan glukosa
meningkat secara signifikan pada jam kedua atau spesimen darah
berikutnya
• Penyakit infeksi dan prosedur operasi mempengaruhi toleransi glukosa. Dua
minggu setelah pulih merupakan waktu yang tepat untuk mengukur kadar
glukosa
PROFIL LIPID
( PENENTUAN KADAR KOLESTEROL, TRIGLISERIDA, HDL & LDL )
TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui kadar kolesterol dalam darah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar trigliserida darah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan HDL dan LDL darah.
TINJAUAN PUSTAKA
Kolesterol adalah molekul yang ditemukan dalam sel. Merupakan sejenis atau lipid yang
merupakan molekul atau yang menyerupai. Kolesterol adalah sejenis lipid yang disebut
steroid. Steroid adalah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri dari 4
cicin atom karbon. Semua hormon steroid terdapat dari perubahan struktur dasar kimia
kolesterol. ( Ganong, 2012 )
Total kolesterol menunjukkan jumlah antara HDL kolesterol, LDL kolesterol dan
trigliserida. Jika kadar kolesterol total melebihi 240 mg/dl (6,21 mmol/L ). Pasien harus
waspada terhadap penyakit jantung. Pada kadar kolesterol yang tinggi tidak otomatis
menandakan adanya bahaya kolesterol karena bisa saja yang tinggi adalah HDL kolesterol (
kolesterol baik ) yang justru bermanfaat bagi kesehatan. Normalnya nilai kolesterol dalam
darah adalah 70 – 140 mg tiap 100 ml darah. Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak,
misal ester, kloroform, benzena dan alkohol panas. Endapan kolesterol apabila terdapat
dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena dinding
pembuluh darah makin tebal. Hal ini mengakibatkan berkurangnya elastisitas atau
kelenturan pembuluh darah, maka aliran darah terganggu dan untuk mengatasi gangguan
ini jantung harus memompa lebih keras, hal ini berarti jantung bekerja ekstra keras.
Sedangkan apabila mengalami penurunan kadar kolesterol, menyebabkan hipertensi,
kelaparan dan malabsorbsi. ( Adisty, 2012 )
Kolesterol hanya ditemukan pada lemak hewani. Sumber kolesterol dalam makanan
seperti kuning telur, susu, daging, lemak ( gajih ). Kolesterol yang tinggi bertalian dengan
peningkatan prevalensi penyakit hipertensi. Metabolisme lemak menghasilkan Acetyl – COA.
Dari Acetyl- COA ada jalur metabolisme ke arah sintesa kolesterol melalui asam kynurenat.
Penurunan kadar kolesterol dapat dikurangi dengan cara mengurangi konsumsi lemak
hewani. ( Sediaoetama, 2010 )
HDL ( High Density Lipoprotein ) adalah kompleks lipid dan protein yang didominasi
protein dan berfungsi mengikat kolesterol dan trigliserida dalam sistem sirkulasi darah.
Kolesterol yang berikatan dengan HDL sebagai pembawa memiliki efek positif bagi tubuh,
sehingga disebut kolesterol baik. Kolesterol HDL dapat membersihkan plak yang berada di
arteri dan membawanya ke hati untuk dikeluarkan dan digunakan kembali oleh tubuh. Kadar
HO2-C yang tinggi memberikan efek perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler dari
rendahnya HDL – C ( kurang dari 40 mg/dl ) meningkatkan resiko penyakit jantung. (
sudirman, 2012 )
30
HDL adalah lipoprotein yang mempunyai diameter paling kecil yaitu 5 – 12 nm,
mempunyai densitas 1.063 – 1,21 gram/ml. HDL mengandung 25 – 30 % fosfolipid, 15 – 20
% kolesterol, 3 % trigliserida dan 45 – 59 % protein. ( Adisty, 2012 )
LDL adalah lipoprotein dengan diameter 18 – 30 nm, mempunyai densitas 2.029 – 2.069
/ml. LDL mengandung 35 – 45 kolesterol, 4 % trigliserida, 22 – 25 % fosfolipid dan 22 – 26
% protein. LDL bersikulasi dalam tubuh dibawa ke sel otot, lemak dan sel – sel lainnya.
Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati, karena sebagian reseptor LDL terdapat
di dalam hati. LDL mengangkut paling banyak kolesterol di dalam darah. LDL disebut juga
kolesterol jahat, karena kadar LDL yang tinggi menyebabkan kolesterol didalam arteri. (
Adisty, 2012 )
Trigliserida adalah lemak darah yang dibawa oleh serum lipoprotein. Trigliserida adalah
penyebab utama penyakit – penyakit arteri dan biasanya dengan kolesterol menggunakan
lipoprotein elektroforesis. Bila terjadi peningkatan konsentrasi trigliserida maka terjadi
peningkatan VLDL, yang menyebabkan hiperlipoprotein. Masukan alkohol dapat
menyebabkan peningkatan sementara kadar trigliserida. ( Adisty, 2012 )
Konsumsi karbohidrat yang tinggi dapat sewaktu – waktu meningkatkan kadar trigliserida
dalam darah, tetapi dapat segera menurun kembali. Jadi tidak benar bahwa untuk
mengurangi kadar trigliserida dalam darah orang harus mengkonsumsi karbohidrat rendah.
Padahal konsumsi karbohidrat tinggi dapat secara tidak langsung mengurangi konsumsi
lemak, sehingga ikut mengendalikan kadar lemak dalam darah. ( Winarno, 2008 )
Trigliserida adalah bentuk lemak lain yang bisa berasal dari makanan atau dibentuk
sendiri oleh tubuh. Trigliserida dalam darah yang normal harus di bawah 150 mg/dl.
Beberapa orang yang mempunyai trigliserida tinggi lantaran penyakit lain atau keturunan.
Apabila merupakan faktor keturunan maka harus segera mengubah gaya hidup. Trigliserida
bukan kolesterol melainkan salah satu lemak yang terdapat dalam darah yang dikemas
dalam bentuk lipoprotein. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi tingginya kadar trigliserida
dalam darah seperti kegemukan, makanan berlemak jenuh tinggi serta minuman beralkohol.
( Ganong, 2012 )
Trigliserida merupakan senyawa hasil kondensasi 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam
lemak. Dalam gliserida yang lain yaitu digliserida dan monogliserida hanya terdapat sangat
sedikit pada tanaman. Dalam dunia perdagangan lebih bnyak dikenal digliserida dan
monogliserida yang dibuat dengan sengaja dari hidrolisa tidak lengkap trigliserida dan
banyak dipakai dalam teknologi makanan, misalnya sebagai bahan pengemulsi, penstabil
dan lain lain. Pada kondisi murni, minyak dan lemak tidak mempunyai warna, bau dan rasa.
Dalam larutan alkali trigliserida akan mengalami hidrolisis menjadi komponen penyusunnya
yaitu gliserol dan garam alkali dan lemaknya. ( Ganong, 2012 )
PRINSIP
1. Cholesterol (Metode kolorimetrik enzimatik CHOD-PAP)
Kolesterol ditentukan secara hidrolisis dan oksidasi enzimatik. Indikator kolorimetri
adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4- aminoantipyrine dan fenol dengan
katalisator peroksidase membentuk quinoneimine yang berwarna merah. Intensitas
warna sebanding dengan konsentrasi kolesterol dan dapat ditentukan secara
fotometrik. Absorbansi warna diukur pada panjang gelombang 546 nm.
CHE
Cholesterol ester + H2O Cholesterol + Fatty Acid
CHO
Cholesterol + O2 Cholesterol + Fatty Acid
POD
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + phenol Quinoneimein + 4H2O
2. Trigliserida ditentukan setelah hidrolisa enzimatis dengan gliserol kinase dan enzim
oksidase membentuk peroksida. Quinoneimin yang warnanya stabil terbentuk dari
hidrogen peroksida aminophenazone dan chlorophenol dengan katalisator peroxide.
CARA KERJA
a. Penentuan kadar kolesterol darah
1) Ambil 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi label
“blanko”, “standar”, dan “test”
2) Masing-masing tabung diberi larutan sebagai berikut :
b. Pemeriksaan Trigliserida
1) Ambil 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi label
“blanko”, “standar”, dan “test”
2) Masing-masing tabung diberi larutan sebagai berikut :
c. Pemeriksaan HDL-Kolesterol
Persiapan sampel
1) Pipet ke dalam tabung reaksi 200 L sampel dan 5000 L reagen
presipitasi
2) Campur dan biarkan selama 10 menit pada suhu kamar
3) Sentrifugasi selama 10 menit pada 4000 rpm atau 2 menit pada 12.000
rpm
4) Setelah sentrifugasi, serum harus jernih. Apabila didapatkan serum yang
lipemik, prosedur 1 – 3 diulang dengan terlebihdahulu sampel
diencerkan dengan NaCl 0,9% 1 banding 1, hasil akhir di kalikan 2.
Prosedur pemeriksaan
1) Pipet ke dalam tabung reaksi
Blanko Sampel Standar
Reagen kolesterol 1000 L 1000 L 1000 L
Supernatan - 100 L -
Standar - - 100 L
Aquadest 100 L - -
2) Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar atau 5 menit
pada suhu 37oC
3) Absorbansi campuran tadi dibaca pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 546 nm
4) Hasil absorbansi dicatat dan dihitung kadar HDL-kolesterol
5) Perhitungan:
𝐴𝑏𝑠.𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝐴𝑏𝑠. 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
Kadar Cholesterol= 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴𝑏𝑠.𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟−𝐴𝑏𝑠. 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
Konsentrasi standar adalah konsentrasi total kolesterol pada larutan
standar kolesterol
34
𝑡𝑟𝑖𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑑𝑎)
LDL-kolesterol = 𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − ( ) − (𝐻𝐷𝐿_𝑘𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙)
5
2) Inkubasi selama 5 menit pada suhu kamar atau 5 menit pada suhu
37oC
3) Absorbansi campuran tadi dibaca pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 600 nm dengan blanko aquadest (A0)
4) Di inkubasi lagi selama 5 menit
5) Absorbansi campuran tadi dibaca lagi pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 600 nm dengan blanko aquadest (A1)
6) Hasil absorbansi dicatat dan dihitung kadar LDL-kolesterol
7) Perhitungan:
(𝐴1−𝐴0)𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
LDL-Kolesterol = (𝐴1−𝐴0)𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟(mg/dL)
Nilai normal kadar LDL-kolesterol:
< 100 mg/dL = optimal
100 – 129 mg/dL = mendekati optimal
130 – 159 mg/dL = batas normal tertinggi
160 – 189 mg/dl = tinggi
>190 mg/dl = sangat tinggi
Implikasi klinik :
• Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang mengidap
sirosis alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa, sirosis bilier,
obstruksi bilier, trombosis cerebral, gagal ginjal kronis, DM,
Sindrom Down’s, hipertensi, hiperkalsemia, idiopatik,
hiperlipoproteinemia (tipe I, II, III, IV, dan V), penyakit
penimbunan glikogen (tipe I, III, VI), gout, penyakit iskemia hati
hipotiroidism, kehamilan, porfiria akut yang sering kambuh,
sindrom sesak nafas, talasemia mayor, hepatitis viral dan sindrom
Werner,s
• Penurunan trigliserida dapat terjadi pada obstruksi paru kronis,
hiperparatiroidism, hipolipoproteinemia, limfa ansietas, penyakit
parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi.
• Vitamin C, asparagin, klofibrat dan heparin dapat menurunkan
konsentrasi serum trigliserida.
• Nilai LDL tinggi dapat terjadi pada penyakit pembuluh darah
koroner atau hiperlipidemia bawaan. Peninggian kadar dapat
terjadi pada sampel yang diambil segera. Hal serupa terjadi
pula pada hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb, DM,
hipotiroidism, sakit kuning yang parah, sindrom nefrotik,
hiperlipidemia bawaan dan idiopatik serta penggunaan
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen.
• Penurunan LDL dapat terjadi pada pasien dengan
hipoproteinemia atau alfa-beta-lipoproteinemia.
• Terdapat hubungan antara HDL – kolesterol dan penyakit arteri
koroner
• Peningkatan HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis bilier
primer, tercemar racun industri atau poliklorin hidrokarbon.
Peningkatan kadar HDL juga dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan klofibrat, estrogen, asam nikotinat, kontrasepsi oral
dan fenitoin.
• Penurunan HDL terjadi dapat terjadi pada kasus fibrosis sistik,
sirosis hati, DM, sindrom nefrotik, malaria dan beberapa infeksi
akut. Penurunan HDL juga dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan probucol, hidroklortiazid, progestin dan infus nutrisi
parenteral.
36
PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan bilirubin total direct
dan indirect.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat melakukan pemeriksaan bilirubin total direct dan
indirect.
b. Untuk dapat mengetahui kadar pemeriksaan bilirubin total
direct dan indirect pada suatu sampel serum.
METODE
Jendrassik-Grof yang Dimodifikasi
PRINSIP
Bilirubin bereaksi dengan diazotized sulphanitic acid (DSA) untuk
membentuk larutan azo merah. Absorbsi dari larutan pada 546 nm sesuai
dengan kadar bilirubin dalam sampel. Bilirubin glucoronida yang larut
dalam air bereaksi langsung (direct) dengan DSA sedangkan bilirubin yang
terikat pada albumin bereaksi tak langsung (indirect) dengan DSA dengan
adanya acellerator.
Total bilirubin = bilirubin direct + bilirubin indirect.
DESKRIPSI
Bilirubin terjadi dari hasil peruraian hemoglobin dan merupakan produk
antara dalam proses hemolisis. Bilirubin dimetabolisme oleh hati dan
diekskresi ke dalam empedu sedangkan sejumlah kecil ditemukan dalam
serum. Peningkatan bilirubin terjadi jika terdapat pemecahan sel darah
merah berlebihan atau jika hati tidak dapat mensekresikan bilirubin yang
dihasilkan.
Terdapat dua bentuk bilirubin:
a) tidak langsung atau tidak terkonjugasi (terikat dengan protein).
b) langsung atau terkonjugasi yang terdapat dalam serum.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi lebih sering terjadi akibat
peningkatan pemecahan eritrosit, sedangkan peningkatan bilirubin tidak
terkonjugasi lebih cenderung akibat disfungsi atau gangguan fungsi hati.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
mikropipet
tip
tabung reaksi
rak tabung reaksi
spektrofotometer
Bahan :
serum
aquades
tissue
CARA KERJA
Bilirubin Total
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Di buat formula pada masing – masing tabung dengan
rincian sebagai berikut.
Blanko (µL) Sampel (µL)
Reagen 1 100 100
Reagen 2 - 25
Reagen 3 500 500
Dicampur dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar
Reagen 4 500 500
38
Reagen 2 - 25
NaCl 0,9% 1000 1000
Implikasi klinik :
• Peningkatan bilirubin yang disertai penyakit hati dapat terjadi pada
gangguan hepatoseluler, penyakit sel parenkim, obstruksi saluran
empedu atau hemolisis sel darah merah.
• Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada
anemia hemolitik, trauma disertai dengan pembesaran hematoma
dan infark pulmonal.
• Bilirubin terkonjugasi tidak akan meningkat sampai dengan
penurunan fungsi hati hingga 50%
• Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat terjadi pada
kanker pankreas dan kolelitiasis
• Peningkatan kadar keduanya dapat terjadi pada metastase
hepatik, hepatitis, sirosis dan kolestasis akibat obat – obatan
• Pemecahan bilirubin dapat menyamarkan peningkatan bilirubin.
PEMERIKSAAN SGOT
(SERUM GLUTAMIC–OXALOACETIC TRANSAMINASE)
TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan SGOT pada
serum
b. Mahasiswa mampu memahami teknik/cara pemeriksaan SGOT pada
sampel serum
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar SGOT pada serum
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar SGOT pada serum yang
diperiksa
METODE
Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri UV berdasarkan
IFCC (International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine)
(Modifikasi)
PRINSIP
Aspartat amino transperase (ASAT/AST) mengkatalis transaminase dari L-
aspartate dan 2-oxogluttarate membentuk L-glutamate dan oxaloacetate>
Oxaloacetate direduksi menjadi L-milate oleh enzim malate dehydrogenase
(MDH) dan nicomamide Adenin denodeotide 9NADH) teroksidasi menjadi
NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi berbanding lurus dengan aktifitas
AST dan diukur secara fotometrik pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 340 nm.
DESKRIPSI
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim
yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang
dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai
dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak
dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan meningkat
setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark.
SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark
tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung
40
lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit
hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam
waktu yang lama.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
- Mikropipet
- Blue tip
- Tabung reaksi
- Kuvet
- Spektrofotometri
Bahan:
- Reagen
R1 Tris buffer (pH 7,8) 110 mmol/L
L-Aspartate 340 mmo/L
LDH > 4000 U/L
MDH > 750 U/L
R2 CAPSO 20 mmol/L
2-Oxoglutarat 85 mmol/L
NADH 1,05 mmol/L
- Sampel serum
- Standar
CARA KERJA
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Monoreagen dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1
bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit.
3. Sebanyak 500 µl monoreagen ASAT (GOT) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
4. Ditambahkan 50 µl sampel serum dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang telah berisi reagen.
5. Absorbansi larutan S E G E R A diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm.
6. Absorbansi dibaca setelah 1 menit. Absorbansi dibaca kembali
setelah 1,2 dan 3 menit berikutnya.
7. Hasil data absorbansi sampel dicatat lalu dilakukan perhitungan
kadar SGOT dari sampel serum yang diperiksa.
8. Perhitungan:
SGOT = (A/menit) x Faktor
INTERPRETASI HASIL
Wanita dewasa : < 31 U/L
Laki-laki dewasa : < 35 U/L
Anak-anak
1 – 3 Tahun : < 50 U/L
4 – 6 tahun : < 45 U/L
7 – 9 tahun : < 40 U/L
10 – 12 tahun : < 40 U/L
13 – 15 tahun : < 35 U/L
16 – 18 tahun : < 35 U/L
Implikasi Klinik
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut,
infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis
infeksiosa
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu,
aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau
primer), distrophia muscularis
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark
paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)
42
kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif
atau negatif yang keliru.
PEMERIKSAAN SGPT
(SERUM GLUTAMIC–PYRUVIC TRANSAMINASE)
TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mengetahui prinsip pemeriksaan SGPT/ALAT pada
serum.
b. Mahasiswa mengetahui prosedur pemeriksaan SGPT/ALAT pada
serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan SGPT/ALAT pada
serum.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar SGPT/ALAT pada serum
sampel.
METODE
Uji UV menurut IFCC (International Federation of Clinical Chemistry and Medical
Laboratory)
PRINSIP
Penambahan Pyridoxal-5-phospate (P-5-P) menstabilkan aktivitas transaminase
dan menghindari nilai-nilai palsu rendah dalam sampel mengandung P-5-P,
e.g endogen cukup, misalnya dari pasien dengan infark miokard, penyakit
hati, dan pasien perawatan intensif.
DESKRIPSI
SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim
yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis
destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot
jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi
daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada
proses kronis didapat sebaliknya.
44
Bahan:
Sampel serum (Ni Made Meita Suari, 23 tahun)
Reagen 1
TRIS pH 7,15 140 mmol/L
L-Alanie 700 mmol/L
LDH (Lactate dehydrogenase) 2300 U/L
Reagen 2
2-oxoglutarate 85 mmol/L
NADH 1 mmol/L
Pyridoxal-5-Phosphate FS Buffer pH 9,6 100 mmol/L
Pyridoxal-5-phosphate 13 mmol/L
CARA KERJA
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Monoreagen dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1
bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit.
3. Sebanyak 500 µl monoreagen ALAT (SGPT) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
4. Ditambahkan 50 µl sampel serum dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang telah berisi reagen.
5. Absorbansi larutan S E G E R A diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm.
6. Absorbansi dibaca setelah 1 menit. Absorbansi dibaca kembali
setelah 1,2 dan 3 menit berikutnya.
7. Hasil data absorbansi sampel dicatat lalu dilakukan perhitungan
kadar SGPT dari sampel serum yang diperiksa.
8. Perhitungan:
SGPT = (A/menit) x Faktor
NILAI NORMAL
Laki-laki : 0 - 50 IU/L
Perempuan : 0 - 35 IU/L
IMPLIKASI KLINIK
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis
hati (toksisitas obat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,
sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard
(SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis
Laennec, sirosis biliaris.
46
PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE (ALP)
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami prinsip pemeriksaan Alkaline
Phosphatase (ALP)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Alkaline
Phosphatase (ALP)
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan Alkaline
Phosphatase (ALP)
METODE
Kinetik fotometri tes, metode standar optimal berdasarkan German Society of Clinical
Chemistry (DGKC).
PRINSIP
ALP
p-Nitrophenylphosphate + H2O Phosphate + p-Nitrophencl
DESKRIPSI
osfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati
dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis
ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui
saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis).
Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau
tulang.
Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anak-anak
sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP
agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui,
kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP
juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan
kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan).
Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada sirosis biliar primer,
pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-penyakit radang, regenerasi, dan
obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar sampai 10 x lipat dapat dijumpai pada
obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (misalnya oleh batu) meskipun obstruksi hanya sebagian.
Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada penyakit hati oleh alcohol, hepatitis
kronik aktif, dan hepatitis oleh virus.
Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik (pembentukan
sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada
anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal karena pertumbuhan tulang
(fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP hepar atau tulang. Isoenzim ALP
digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2
menandakan penyakit tulang.
Jika gambaran klinis tisak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-isoenzim lain, maka
dipakai pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan pertumbuhan tulang.
Enzim-enzim itu adalah : 5’nukleotidase (5’NT), leusine aminopeptidase (LAP) dan gamma-GT. Kadar
GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol, karena itu GGT sering digunakan untuk menilai perubahan
dalam hati oleh alcohol daripada untuk pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu.
CARA KERJA
Sampel Standar
Sampel 10 µL -
Standar - 10 µL
Monoreagen 500 µL 500 µL
Campurkan, baca absorbansi setelah 1 menit pada spektrofotometer. Baca
absorbansi kembali setelah 1,2,3 menit
Perhitungan:
ALP = (A/menit) x Faktor
INTERPRETASI HASIL
48
25 oc 30 oc 37 oc
Anak-anak <480 <596 <727
1-12 tahun
Dewasa <170 <211 <258
Implikasi Klinis
PENINGKATAN KADAR : obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis,
hiperparatiroidisme, kanker (tulang, payudara, prostat), leukemia, penyakit Paget, osteitis
deforman, penyembuhan fraktur, myeloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir,
arthritis rheumatoid (aktif), ulkus. Pengaruh obat : albumin IV, antibiotic (eritromisin, linkomisin,
oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa (Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang,
indometasin (Indocin), prokainamid, beberapa kontrasepsi oral, tolbutamid, isoniazid, asam
para-aminosalisilat.
PENURUNAN KADAR : hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vit C),
hipofosfatasia, anemia pernisiosa, isufisiensi plasenta. Pengaruh obat : oksalat, fluoride,
propanolol (Inderal)
TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Gamma-GT
(GGT) pada serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Gamma-GT (GGT)
pada serum.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Gamma-GT (GGT) pada
serum sampel.
METODE
Uji kolorimetri kinetik sesuai dengan metode Szasz / Persijn [2]. Tes ini
standar sesuai dengan metode IFCC [4]. Hasil menurut IFCC ditentukan
dengan menggunakan faktor khusus atau, dalam kasus penggunaan
kalibrator (TruCal U) dengan menggunakan nilai kalibrasi yang diberikan
untuk metode IFCC.
PRINSIP
GGT mengkatalisis transfer asam glutamat ke akseptor seperti, dalam hal
ini, glycylglycine. 4-amino-2-nitrobenzoate dan membebaskan menyerap
cahaya pada 405 nm. Peningkatan absorbansi pada panjang gelombang
ini secara langsung terkait dengan aktivitas GGT.
Reaksi Kimia:
L-Gamma-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide + Glycylglycine Gamma-GT
Gamma-glutamyl-glycylglycine + 5-amino-2-nitrobenzoat
50
ALAT DAN BAHAN
Alat:
Mikropipet dan tip
Spektrofotometer
Tabung serologi
Rak tabung
Beaker glass
Bahan:
Reagen Dyasis Gamma-GT (GGT)
R1 : TRIS Penyangga pH 8,28 135 mmol/L
Glycylglycine 135 mmol/L
R2 : L-Gamma-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide pH 6,00 22
mmol/L
CARA KERJA
INTERPRETASI HASIL
Perempuan Laki-laki
Dewasa < 38 U/L < 55 U/L
Anak-anak/Remaja
1 hari – 6 bulan 15-132 U/L 12-122 U/L
6 bulan – 1 1-39 U/L 1-39 U/L
tahun
1 – 12 tahun 4-22 U/L 3-22 U/L
13 – 18 tahun 4-24 U/L 2-42 U/L
PEMERIKSAAN BUN (BLOOD UREA NITROGEN)
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan BUN
(Blood Urea Nitrogen) pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan BUN (Blood
Urea Nitrogen) pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari
pemeriksaan BUN (Blood Urea Nitrogen) pada sampel serum
METODE
Metode yang digunakan adalah metode Berthelod
PRINSIP
Urea dihidrolisa dengan adanya air dan urease untuk menghasilakan ammoniak
dan CO2. Pada reaksi modifikasi berthelod, ion NH4 akan bereaksi dengan
hipoclorite dan salisilat membentuk warna hijau. Absorbance diukur pada 578
nm sebanding denagan konsentrasi urea dalam sampel.
DESKRIPSI
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati, sampai
pada ginjal tidak mengalami perubahan molekul. Pada orang normal ureum
diekskresikan melalui urine. Konsentrasi nitrogen / urea dalam darah bukan
untuk mengukur fungsi glomerulus yang ideal, karena peningkatannya dalam
darah dipengaruhi oleh banyak faktor diluar ginjal.
Ureum merupakan senyawa ammonia berasal dari metabolisme asam amino
yang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum bermolekul kecil mudah berdifusi
ke cairan ekstra sel, dipekatkan dan diekskresikan melalui urine lebih kurang 25
gr/hari.
Bahan :
Aquadest
Sampel serum
CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Dipipet Blanko Standar Sampel
Sampel - - 1000 ul
Standart - 10 ul -
Reagen 1 1000 ul 1000 ul 1000 ul
INTERPRETASI HASIL
Dewasa
Umum : 17 – 43 mg/dl
Wanita < 50 tahun : 15 – 40 mg/dl
Wanita > 50 tahun : 21 – 43 mg/dl
Laki-laki < 50 tahun : 19 – 44 mg/dl
Laki-laki > 50 tahun : 18 – 55 mg/dl
Anak-anak
1 – 3 tahun : 11 – 36 mg/dl
4 – 13 tahun : 15 – 36 mg/dl
14 – 19 tahun : 18 – 45 mg/dl
PEMERIKSAAN CREATININ
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar kreatinin
dalam serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar kreatinin dalam
sampel serum dengan metode Jaffe.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar kreatinin dalam sampel
serum
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
METODE
Metode yang digunakan adalah metode jaffe reaction
PRINSIP
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali
membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas
warna yang terbentuk setara dengan kadar kreatinin dalam sampel, yang
diukur dengan Fotometer dengan panjang gelombang 490 nm.
CARA KERJA
54
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
INTERPRETASI HASIL
Nilai kreatinin normal pada metode jaffe reaction adalah:
Laki-laki : 0,6 - 1,1 mg / dL
Wanita : 0,5 - 1,9 mg / dL
PEMERIKSAAN ASAM URAT
TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar asam urat
dalam serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar asam urat
dalam sampel serum dengan metode TBHBA.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar asam urat dalam sampel
serum
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan
METODE
Metode yang digunakan adalah enzimatis fotometri menggunakan TBHBA
(2,4,6-tribromo 3-hodroxybenzoic acid)
Prinsip
Prinsip dari reaksi enzimatik fotometri TBHBA adalah asam urat yang
bereaksi dengan air akan dioksidasi menjadi alantoin oleh adanya urikase,
selanjutnya hidrogen peroksida sebagai hasil samping reaksi tersebut akan
bereaksi dengan 4- aminoantipyrine dan 2,4,6–tribomo–3-hydroxybenzoic
acid (TBHBA) membentuk quinimine yang berwarna merah muda dengan
bantuan peroksidase warna yang terbentuk selanjutnya diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang
gelombang maksimal.
Reaksi Kimia:
Uricase
Asam urat + H2O + O2 Allantoin + CO2 + H2O2
POD
TBHBA + 4-aminoantipyrine + 2 H2O2 Quinoneimine + 3H2O
56
ALAT DAN BAHAN
Alat:
Spektrofotometer
Tabung reaksi dan rak tabung
Tip
Mikropipet 10 ul dan 1000 ul
Beaker glass
Kuve
t Bahan:
Serum
Reagen asam urat (R1 dan R2)
Standar asam urat
Aquades
CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko
,standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Aquadest 10 µl - -
Standar - 10 µl -
Sampel - - 10 µl
Monoreagent 500 µl 500 µl 500 µl
58
DAFTAR PUSTAKA
Budiwarsono. 2009. Penyakit Hati hal 14. Surabaya : PIT Pro Prodia Panel
Dharma. 2009. Fosfatase Alkali. (online)
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/fosfatase-alkali.html
Diakses tanggal 8 Januari 2017
60
E.N. Kosasih & A.S. 2008. Kosasih, Tafsiran Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Klinik, Edisi 2, Karisma Publishing Group, Tangerang,
2008.
62
Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta: EGC.