Anda di halaman 1dari 5

BOOK REVIEW

Syamsuriati Syam

(90100116068)

A. Identitas Buku

1. Judul Buku : Buku Induk Ekonomi Islam: Iqtishaduna

2. Pengarang : Muhammad Baqir Ash Shadr

3. Terbitan : Zahra Publishing House, Cet. 1

4. Tahun : 2008

5. Halaman : 600 halaman

B. Deskripsi Isi Buku

Doktrin adalah suatu sistem, sedangkan ilmu adalah suatu penafsiran

(interpretasi). Ekonomi Islam adalah suatu doktrin, bukan ilmu pengetahuan atau

sains. Doktrin ekonomi adalah setiap aturan dasar dalam kehidupan ekonomi

yang berhubungan dengan ideology (keadilan sosial). Sementara ilmu ekonomi

merupakan teori yang menjelaskan realitas kehidupan ekonomi. Secara

fungsional, doktrin ekonomi Islam berfungsi untuk memecahkan masalah-

masalah dalam kehidupan ekonomi, menetapkan konsep halal dan haram dalam

Islam yang dapat meliputi segenap aktivitas manusia dan seluruh perilakunya.

Pada dasarnya distribusi kekayaan berjalan pada dua tingkatan, pertama

adalah distribusi sumber-sumber produksi, sedangkan yang kedua adalah

1
distribusi kekayaan produktif. Dimana yang termasuk sumber-sumber produksi

adalah tanah, bahan-bahan mentah, alat-alat dan mesin yang dibutuhkan untuk

memproduksi beragam barang dan komoditas, yang mana semua berperan dalam

proses produksi pertanian (agrikultural) dan proses produksi industri atau dalam

keduanya.

Dapat dipahami bahwa pada dasarnya tidak ada hak pribadi individual

yang berkaitan dengan kekayaan alam. Seorang individu tidak memiliki sebidang

tanah jika ia tidak menghidupkannya, tidak pula memiliki tambang kecuali bila ia

membukanya, tidak juga hewan liar kecuali jika ia dapatkan dengan berburu,

tidak pula kekayaan alam di permukaan bumi atau di udara kecuali bila ia

memperoleh penguasaan atas kekayaan itu melalui usaha. Kerja merupakan satu-

satunya sumber bagi hak-hak dan kepemilikan penguasaan eksklusif atas

kekayaan alam.

Dalam teori distribusi praproduksi mengenal dua jenis aktivitas (kerja),

pertama adalah utilisasi (pemanfaatan) dan yang kedua adalah monopolisasi.

Dimana utilisasi menurut sifat dasarnya adalah aktivitas ekonomi, sedangkan

monopolisasi dibangun atas dasar kekuatan (kemampuan menguasai) dan tidak

serta merta melibatkan utilisasi.

Pekerja yang melakukan kerja pada kekayaan alam menjadi pemilik dari

hasil kerjanya, yakni peluang untuk memanfaatkan kekayaan alam tersebut.

Usaha memanfaatkan atau mengambil keuntungan dari kekayaan alam apapun,

2
membuat si pelaku usaha memperoleh hak untuk mencegah para individu lain

mengambil alih kekayaan alam tersebut darinya, selama ia terus memanfaatkan

dan melakukan kerja utilisasi pada kekayaan alam tersebut.

Pada saat yang sama, Islam mendorongnya untuk berwasiat atas sepertiga

kekayaan atau propertinya. Islam membujuknya agar memanfaatkan kesempatan

terakhir yang ia miliki untuk menjamin keselamatan masa depannya dan

kehidupannya di akhirat, dengan cara berwasiat agar sepertiga hartanya itu

dimanfaatkan demi kebaikan masyarakat dan keadilan sosial.

Islam tidak meletakkan faktor-faktor produksi yang berbeda pada pijakan

yang sama, tidak pula puas hanya dengan menyerahkan masalah distribusi hasil

produksi pada proporsi yang ditetapkan oleh hukum permintaan dan penawaran

sebagaimana yang berlaku dalam sistem ekonomi kapitalis. Sebaliknya, teori

umum ekonomi Islam tentang distribusi pascaproduksi memandang bahwa hasil

produksi yang berupa bahan mentah alami sepenuhnya menjadi milik si pekerja.

Status manusia dalam pandangan Islam adalah sebagai tujuan, bukan

sarana. Karena itu, dalam hal distribusi produk yang dihasilkan, ia tidak berdiri

sejajar dan tidak pula diatas pijakan yang sama dengan semua material lainnya.

Sebaliknya teori Islam memandang bahwa sarana-sarana produksi material

lainnya merupakan pembantu manusia dalam menjalankan aktivitas produksi,

karena aktivitas produksi ditujukan bagi manusia, dan karena itu pada tataran

teoritis bagian manusia (si pekerja) berbeda dari bagian sarana-sarana material.

3
Teori ekonomi Islam tentang distribusi pascaproduksi memberi pekerja

kepemilikan pribadi atau hak atau wewenang atas setiap kekayaan (wealth) yang

ia hasilkan lewat kerjanya, hanya jika bahan bakunya merupakan kekayaan alam

yang dimiliki individu lain sebagai property pribadinya atau individu itu

memiliki hak atau wewenang atas property tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, apabila bahan baku yang digunakan

dalam aktivitas produksi yang mana pekerja mencurahkan kerja padanya bukan

merupakan milik orang lain (selain si pekerja), maka si pekerja akan memiliki

seluruh produk yang dihasilkan. Sedangkan seluruh kekuatan (faktor) lain yang

ikut serta dalam aktivitas produksi tersebut dipandang sebagai pembantu si

pekerja dan akan mendapat upah darinya.

Sebagaimana Islam menentang kehidupan orang yang tidak produkif dan

mendorongnya untuk bekerja, ia juga menentang keberadaan kekayaan material

yang tidak termanfaatkan, tidak digunakan diranah produktif dan utilisasi yang

menguntungkan. Islam pun mendorong pemanfaatan berbagai potensi alam dan

kekayaannya semaksimal mungkin guna kepentingan produktif demi melayani

manusia dalam ranah produktivitas yang menguntungkan.

Islam menugaskan negara untuk menyediakan jaminan social. Negara

menunaikan kewajibannya dalam dua bentuk. Pertama, negara memberi individu

kesempatan yang luas untuk melakukan kerja produktif, sehingga ia bisa

memenuhi kebutuhan hidupnya dari kerja dan usahanya sendiri. Namun ketika

4
seorang individu tidak mampu melakukan kerja produktif dan memenuhi

kebutuhan hidupnya dari usahanya sendiri, atau ketika ada keadaan khusus

dimana negara tidak dapat menyediakan lapangan kerja, maka berlaku bentuk

kedua dimana negara mengaplikasikan prinsip jaminan social dengan cara

menyediakan uang dalam jumlah yang cukup untuk membiayai kebutuhan

individu tersebut dan untuk memperbaiki standar hidupnya.

C. Analisis Isi Buku

1. Substansi

Pada buku ini cukup jelas dalam pemaparan materi yang dijelaskan,

begitu banyak referensi dari para pemikir ekonomi lainnya yang dijadikan

acuan dalam penulisan buku ini sehingga sangat membantu pembaca, hanya

saja ada beberapa istilah yang mungkin seharusnya disertakan dengan

penjelasan agar pembaca dapat langsung mengetahui maksud dari kata

tersebut, karena bagi orang awam cukup sulit untuk memahami istilah-istilah

atau teori-teori baru tersebut.

2. Metodologi

Dari segi metodologi dapat dilihat bahwa buku ini menggunakan

metode kualitatif yang cenderung menerapkan proses induksi. Dimana, proses

induksi ini menarik kesimpulan dari data atau teori yang telah dikemukakan

oleh para pemikir ekonomi lainnya kemudian diproses menjadi sebuah teori

oleh Baqir Ash Shadr.

Anda mungkin juga menyukai