Anda di halaman 1dari 54

PEMODELAN DAYA TAMPUNG

BEBAN PENCEMARAN AIR DENGAN MODEL


QUAL2KW

Oleh :
Muhamad Komarudin

Disampaikan dalam Kuliah Bersama


Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjajaran
Bandung, 26 April 2018

1
Konsep Daya Dukung
(Khana et. all, 1999, dalam Permen LH 17 Th 2009

KepMenLH No
110 Tahun 2003
Ttg Pedomana
Penetapan DTBP
pada sumber air
KOMPONEN DTBP DAN
ARAHAN ALOKASI BEBAN PENCEMAR
Kondisi Pemantauan Inventarisasi dan Identifikasi
Kondisi Fisik
Hidrologi dan Kualitas Air (manual Sumber Pencemar (IISP)
dan SOSEKBUD
Morfologi DAS dan online) berbasis DAS

Data Kualitas Air Kajian ilmiah


Sungai

Penetapan
Lokasi, Jumlah,
Kelas Air (PKA) Kriteria mutu Jenis kontribusi
air Sumber Pencemar
Baku mutu air

Daya Tampung Beban


Pencemaran (DTBP)

Alokasi Beban Pencemaran (ABP)


Spasial, Sektoral danTemporal
Memenuhi DTBP DTBP terlampaui
Alokasi Beban Pencemaran (ABP) merupakan Alokasi Beban Pencemaran (ABP) merupakan
pengaturan besaran beban pencemaran yang penurunan beban pencemaran:
diperbolehkan dibuang: -Menurut wilayah DAS atau administrasi (spasial)
-Menurut wilayah DAS atau administrasi (spasial) -Menurut sumber pencemar (sektoral)
-Menurut sumber pencemar (sektoral) -Pada waktu tertentu (temporal)
-Pada waktu tertentu (temporal)
Sumber :KLHK, 2017
KOMPONEN DTBP
DAN MANFAAT ALOKASI BEBAN PENCEMAR
Kondisi Pemantauan Inventarisasi dan Identifikasi
Kondisi Fisik
Hidrologi dan Kualitas Air (manual Sumber Pencemar (IISP)
dan SOSEKBUD
Morfologi DAS dan online) berbasis DAS

Data Kualitas Air Kajian ilmiah


Sungai

Penetapan
Lokasi, Jumlah,
Kelas Air (PKA) Kriteria mutu Jenis kontribusi
air Sumber Pencemar
Baku mutu air

Daya Tampung Beban


Pencemaran (DTBP)

Alokasi Beban Pencemaran (ABP)


Spasial, Sektoral danTemporal

1. Penyusunan dan Evaluasi Tata Ruang


2. Pemberian izin lingkungan dan izin lokasi
3. Instrumen ekonomi (Perdagangan kuota &alokasi
beban pencemar & Konpensansi Jasa PPA)
4. Kebijakan (Strategi,Program dan Kegiatan) PPA
5. Mutu air sasaran
Sumber :KLHK, 2017
KEGUNAAN ILMU HIDROLOGI
1. Memperkirakan besarnya banjir
2. Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan
atau dapat dimanfaatkan
3. Memperkirakan jumlah air yang tersedia
DAERAH ALIRAN SUNGAI
DAS adalah sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di
darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan.
1 1
1
1
1 1
2

1 1
2
1 2 1

3
2 1

6
PEMODELAN
Konsep dasar untuk dapat memahami masalah
aliran sungai, akan selalu berangkat dari
pengertian daur hidrologi, yaitu penjelasan
tentang berbagai proses hidrologi yang umum
berlaku pada suatu sistem DAS.

MODEL SIKLUS AIR


MODEL
Model adalah representasi suatu sistem kompleks yang disedehanakan.
Pemodelan dimaksudkan untuk menggantikan kondisi nyata (real world)
sehingga memungkinkan untuk mengukur dan bereksperimen secara mudah
dan murah, sebagai pengganti ekperimen yang tidak mungkin dilakukan di
laboratorium, atau terlalu mahal, atau membutuhkan waktu yang lama (time-
consuming) (Kurniawan 2010).

Pemodelan Numerik adalah tehnik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan


riil di lapangan secara matematik sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan
atau aritmatika.

Pendekatan Spasial adalah tehnik untuk merujuk lokasi obyek penelitian dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG)

8
PENETAPAN LOKASI
Batas Administrasi Batas DAS
PENYUSUNAN BATAS SUB DAS
Peta RBI dan Data BPS SRTM 90 m Peta Megapolitan
Peta
Wilayah Pengaliran Drainase

Data / Informasi Awal Shutlle Radar Topography Peta Megapolitan Skala 1 : Peta Sub DAS untuk
dalam skala 1 : 50.000 – Mission (SRTM) untuk 2000 untuk delineasi batas membatasi zona, pengaliran
1 : 25.000 untuk memperoleh Batas Sub batas wilayah pengaliran sumber pencemar yang
memperoleh lokasi DAS berdasarkan topografi drainase yang dapat masuk ke setiap segmen
penelitian secara berupa bangunan buatan, sungai
menyeluruh berdasarkan seperti : Saluran drainase,
batas administrasi dan dan jalan.
DAS
UNIT ANALISIS : BATAS DAS & ADMINISTRASI
Segmentasi Sungai Pesanggrahan

Kode Jarak dari


No Uraian Wilayah Administrasi
Sampel Hilir (m)

Head Kabupaten Bogor, Kota


1 HW/Sp1 12,401.78
Water Depok
Kabupaten Bogor, Kota
2 Segmen 1 SP3 7,813.77
Depok
Kota Depok
3 Segmen 2 Sp4 6,037.78

Kota Depok
4 Segmen 3 Sp5 1,698.31

Kota Depok
5 Segmen4 Sp6 48.95

Kota Depok, Kota


Tangerang Selatan
6 Segmen 5 Sp7 (0.00)
MODEL KUALITAS AIR
Menurut Kannel et al. (2011) model kualitas air yang banyak digunakan dan tersedia bebas antara lain
adalah SIMCAT (Simulation Catchment), TOMCAT (temporal Overal model for Catchments), WASP7
(Water Quality Analysis Simulation Program), QUASAR (Quality Simulation Along Rivers), QUAL2EU
dan QUAL2Kw.
Model tersebut mempunyai perbedaan dalam hal proses yang mendasari, input, asumsi dan
aplikasinya.
• Model SIMCAT dan TOMCAT merupakan model yang banyak menyederhanakan proses-proses
yang terjadi di dalam sungai sehingga diperoleh hasil prediksi yang cepat, namun kurang akurat.
• Model WASP7 dan QUASAR mensimulasikan proses-proses yang komplek dalam sungai dan
memerlukan banyak data sehingga menimbulkan kesulitan dalam alokasi waktu dan biaya. Lebih
lanjut dikemukakan oleh Kannel et al. (2011)
• Model QUAL2EU dan QUAL2Kw dapat dikategorikan menengah apabila dibandingkan dengan
model SIMCAT dan TOMCAT serta WASP7 dan QUASAR. Model QUAL2Kw memiliki kelebihan
untuk fasilitas konversi kematian alga menjadi carbonaceous BOD (CBOD) sehingga lebih sesuai
untuk perairan yang terdiri dari macrophyte dari pada QUAL2EU.
• Model QUAL2Kw telah diterapkan dibeberapa sungai di dunia, salah satunya pada Sungai Bagmati
di Nepal. Menurut Kannel et al. (2007) hasil penelitian pada Sungai Bagmati menjamin
penggunaan model QUAL2Kw sebagai pilihan untuk menentukan kebijakan kualitas air sungai di
masa depan.

14
PEMILIHAN MODEL BERBASIS QUALITAS AIR
Menurut Kannel et al. (2011) model kualitas air yang banyak digunakan
dan tersedia bebas antara lain adalah SIMCAT (Simulation Catchment),
TOMCAT (temporal Overal model for Catchments), WASP7 (Water Quality
Analysis Simulation Program), QUASAR (Quality Simulation Along
Rivers), QUAL2EU dan QUAL2Kw.
• Model tersebut mempunyai perbedaan dalam hal proses yang
mendasari, input, asumsi dan aplikasinya.
• Model SIMCAT dan TOMCAT merupakan model yang banyak
menyederhanakan proses-proses yang terjadi di dalam sungai
sehingga diperoleh hasil prediksi yang cepat, namun kurang akurat.
• Model WASP7 dan QUASAR mensimulasikan proses-proses yang
komplek dalam sungai dan memerlukan banyak data sehingga
menimbulkan kesulitan dalam alokasi waktu dan biaya.
• model QUAL2EU dan QUAL2Kw dapat dikategorikan menengah
apabila dibandingkan dengan model SIMCAT dan TOMCAT serta
WASP7 dan QUASAR.
• Model QUAL2Kw memiliki kelebihan untuk fasilitas konversi
kematian alga menjadi carbonaceous BOD (CBOD) sehingga lebih
sesuai untuk perairan yang terdiri dari macrophyte dari pada
15
QUAL2EU.
QUAL2Kw
Perangkat lunak QUAL2Kw adalah suatu kerangka kerja
pemodelan yang ditujukan untuk memperbaharui QUAL2E
(Brown dan Barnwell, 1987) yang merupakan standar model
kualitas air United State Environment Protection Agency (US-
EPA). Untuk menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan terkini,
kerangka kerjanya juga memasukkan beberapa fitur baru yang
memungkinkan diaplikasikannya model ini pada aliran dangkal
di hulu sungai (Pelletier et al. 2005).

16
QUAL2Kw
Beberapa Kegunaan Model QUAL2Kw (Pelletier et al., 2005) :
• mensimulasikan perpindahan dan perubahan sejumlah
komponen kualitas air seperti temperatur, carbonaceous
biochemical oxygen demand (CBOD), oksigen terlarut
(DO), phytoplankton dan berbagai bentuk nutrient
phosphorus dan nitrogen.
• mensimulasikan beberapa komponen lain yang tidak
secara tipikal dimasukkan di dalam fasilitas sistem dan
juga mensimulasikan pH, alkalinitas, padatan tersuspensi
(suspended solid), bakteri patogen, dan alga dasar.
• mensimulasikan pengaruh penambahan polutan terhadap
kualitas air sungai.
• Pengguna dapat secara fleksibel memilih kombinasi
parameter untuk optimasi dan menspesifikasi fungsi yang
tepat untuk hasil terbaik.

17
KERANGKA
KERJA QUAL2Kw

Uji
Model

18 Sumber : Zuhri, 2012, dimodifikasi


KOMPONEN KERJA
PERSONIL PERALATAN
Pembagian - Theodolit , Abney Level
Tugas - GPS
- Meteran
- Current Meter
- Pengukur Cuaca
- Pengukur Kualitas Fisik
Air
- Botol Sampel , dll
DATA DAN PETA
• Peta Segmentasi PEDOMAN
• Peta Penggunaan - Penjadwalan
Lahan - Pengukuran Morfologi
• Peta Demografi Sungai
• Peta Kelerangan - Pengambilan Sampel
Air
- Penggunaan GPS

PENDANAAN
KOMPONEN DATA
MODEL QUAL 2 KW
MORFOLOGI SUNGAI
❑ Peta Daerah Aliran Sungai ❑ Kualitas Air sungai
❑ Koordinat latitude dan longitude ❑ Klimatologis,
lokasi pengambilan sampel; ❑ Penggal /reach sungai (reachs)
❑ Penampang Melintang sungai ❑ Inlet Sumber pencemar PS)
❑ Debit aliran sungai, ❑ Dokumentasi

DATA POINT SOURCE


❑ Lokasi outfall Sumber pencemar, Point source (PS) , Debit
Outflall
❑ Dokumentasi kegiatan: foto,

DATA NON POINT SOURCE


❑ Peta Penggunaan Lahan untuk identifikasi
Sumber pencemar, Non Point Sources
(NPS)
❑ Dokumentasi kegiatan: foto, gambaran
penggunaan lahan, dll

POINT ABSTRACTION
❑ Debit Pengambilan / Pemanfaatan
KEBUTUHAN DATA
MODEL QUAL 2 KW
MORFOLOGI SUNGAI
• Penentuan Segmentasi ❑ Peta Daerah Aliran Sungai ❑ Kualitas Air sungai
• Koordinat Atas dan Koordinat Bawah ❑ Koordinat latitude dan longitude ❑ Klimatologis,
lokasi pengambilan sampel; ❑ Penggal /reach sungai (reachs)
• Panjang segmen / reach
❑ Penampang Melintang sungai ❑ Inlet Sumber pencemar PS)
• Debit hulu ❑ Debit aliran sungai, ❑ Dokumentasi

DATA POINT SOURCE


•Koordinat outfall ❑ Lokasi outfall Sumber pencemar, Point source (PS) , Debit
• Debit Outflall
• Konsentrasi ❑ Dokumentasi kegiatan: foto,

DATA NON POINT SOURCE


•Jenis Penggunaan Lahan
• Luas Areal ❑ Peta Penggunaan Lahan untuk identifikasi
• Debit Sumber pencemar, Non Point Sources
• Konsentrasi (NPS)
❑ Dokumentasi kegiatan: foto, gambaran
penggunaan lahan, dll

POINT ABSTRACTION
❑ Debit Pengambilan / Pemanfaatan
KEBUTUHAN DATA
• Kualitas air di hulu dan hilir √
• Elevasi sungai dan posisi geografis √
• Profil hidrolik sungai: Panjang, kecepatan aliran, kedalaman, kemiringan dan
lebar sungai √
• Klimatologi dan meteorologi:Temperatur udara, curah hujan, titik embun, kec.
Angin, tutupan awan, tutupan benda lain dan penyinaran matahari √
• Sumber tertentu/point source (effluent industri, saluran air, drainase, anak
sungai): lokasi, debit, kadar ?
• Sumber tak tentu/non-point source (limbah rumah tangga), pertanian dan
peternakan : lokasi, debit, kadar √
• Pengambilan air sungai (point abstraction) untuk rumah tangga, industri atau
pengolahan air minum: lokasi dan debit ?
• Resapan (seepage) air sungai ke air tanah (non-point abstraction): lokasi dan
debit ?
• Kualitas air beberapa titik (hasil monitoring kualitas air) di sepanjang sungai √
• Peta Administrasi, Peta topografi dan Peta penggunaan lahan √
• Data jumlah penduduk, tutupan lahan, jumlah dan jenis ternak, lokasi dan jenis
industri √
Pengumpulan Data
NO. DATA CARA PENGUMPULAN DATA
1 Kualitas air insitu (temperatur air dan pH) Diukur secara langsung di lapangan dengan
peralatan Portable Water Checker
2 Sampel air sungai untuk parameter BOD, Sampel air diambil secara komposit mewakili
COD dan TSS. lebar dan kedalaman sungai.
Digunakan peralatan berupa botol sampling,
ember, es kristal, kertas label dan alat tulis
3 Morfologi sungai Diukur secara langsung di lapangan dengan
lebar sungai (m) menggunakan peralatan:
kedalaman sungai (m) Meteran dan GPS geodetik untuk lebar
kemiringan sungai (m/m) sungai
Tongkat Meteran untuk kedalaman sungai
Abney level untuk kemiringan sungai
Grap Sample, untuk pengambilan material dasar
sungai (pengamatan material dasar sungai)
4 Kecepatan arus Kecepatan arus diukur menggunakan flow
Data kecepatan arus digunakan untuk Meter atau pelampung jika Flow Meter
menghitung debit sungai (Q). Penghitungan tidak mungkin dipergunakan.
debit menggunakan persamaan: Q = v.A Luas penampang basah (A) dihitungan dengan
dimana v adalah kecepatan arus rata-rata cara mengalikan kedalaman rata-rata dengan
(m/detik) dan A adalah luas penampang lebar sungai.
basah (m2).
………………Pengumpulan Data
NO. DATA CARA PENGUMPULAN DATA
5 Data persentase tutupan Persentase tutupan awan diperkiran dengan
awan, dan shade. menggunakan kuadran yang diarahkan ke langit,
kemudian diperkirakan secara kualitatif
persentase luas kuadran yang tertutup awan.
Angka yang diperoleh dalam kisaran kurang
dari 25%, 25% - 50%, 50% - 75% dan 75% -
100%.
Shade adalah persentase permukaan air
sungai di sekitar tempat pengamatan yang
tertutup oleh pohon, topografi atau bangunan
pada saat pengamatan. Penentuan
persentase shade hanya menggunakan
perkiraan berdasarkan pengamatan lapangan.
6 Koordinat lokasi pengamatan dan elevasi Alat yang digunakan adalah GPS untuk
permukaan air sungai. penentuan koordinat dan altimeter untuk
mengetahui elevasi.
7 Panjang penggal-penggal sungai (reachs) Diukur menggunakan peta digital jaringan
yang menjadi unit analisis, sungai skala 1:50.000 dengan bantuan
peralatan Sistem Informasi Geografis (GIS).
8 Foto kondisi sungai, aktivitas penggunaan Menggunakan Digital Camera
lahan di bantaran sungai serta aktivitas di
badan sungai.
………………Pengumpulan Data
NO. DATA CARA PENGUMPULAN DATA
9 Sumber pencemar titik/SPT (effluent Survei data sekunder ke KLH dan/atau BLH Kota
industri, saluran air, drainase, anak sungai): dan instansi terkait lainnya.
lokasi, debit, kadar
10 Sumber pencemar non titik/SPNT (limbah Survei data sekunder ke Instansi terkait dan
rumah tangga, pertanian dan peternakan) : penelitian sebelumnya
lokasi, perkiraan besar beban pencemar
11 Pengambilan air sungai (point abstraction) Survei data sekunder ke instansi terkait dan
untuk rumah tangga, industri, pertanian atau penelitian sebelumnya
pengolahan air minum: lokasi dan debit
12 Peta Batas Administrasi, peta Rupabumi Survei data sekunder ke instansi terkait,
skala 1:50.000 dan peta Penggunaan Lahan Bakosurtanal, Kementerian Kehutanan,
skala 1:250.000) penelitian sebelumnya
13 Data jumlah penduduk, tutupan lahan, Survei data sekunder ke instansi terkait,
jumlah dan jenis ternak, lokasi dan jenis Bakosurtanal, Baplan Kementerian Kehutanan,
industri. penelitian sebelumnya
14 Laporan hasil penelitian sebelumnya (jika Studi Pustaka, internet browsing
ada)
15 Data iklim (temperatur udara, penyinaran Badan Meteorologi dan Geofisika/Bandara
matahari)
16 Debit aliran (untuk kalibrasi data Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas Provinsi
pengukuran lapangan) PU DKI Jakarta, BWWS Ciliwung-Cisadane, Data
Penelitian terdahulu
PENENTUAN SEGMEN
PERTIMBANGAN :
▪ Batas Ekologi / DAS
▪ Batas administrasi;
▪ kondisi daerah aliran sungai;
▪ keberadaan anak sungai dan lokasi serta kondisi
tata air;
▪ lokasi pemantauan atau titik sampling kualitas air.
PARAMETER YANG DIUKUR
Lokasi,
Lokasi, Debit ,
Debit , Sampel Air
Headwater boundary
Sampel Air 1
Lokasi,Morfologi, Sampel Air
Point source
2 Ketinggian Upstream &
Lokasi, Point abstraction Downstream
Debit , Point abstraction
3
Lokasi,
Point source 4 Ketinggian
5 Non-point
Pendekatan Upstream &
6 abstraction
GIS & Faktor Downstream
Non-point
Emisi 7
source

8 Point source
Downstream boundary

Headwater Route 11
Jefferson Bridge
Sampling
Dam Station 27

Upstream end Downstream end Downstream end


of reach 1 of reach 1
Jefferson City of reach 2
WWTP
PERALATAN PEMETAAN
❑ Menggunakan GPS
❑ Koordinat latitude dan
longitude lokasi
pengamatan
❑ Elevasi lokasi permukaan
terhadap muka laut (mdpl)
PENGAMBILAN SAMPEL AIR
KUALITAS FISIK AIR
Dengan menggunakan
Hana Meter Portable
DOKUMENTASI LAPANGAN
CATATAN LAPANGAN
PENGAMBILAN SAMPEL AIR LIMBAH POINT SOURCE
Suhu udara, titik embun, kecepatan
angin

Dengan menggunakan
Pengukur Cuaca SM-28
Skymaster Portable
Weather
3. Shade atau naungan

❑ Adalah persentase permukaan air


(penampang basah sungai) yang
ada di sekitar lokasi pengamatan
yang tertutup oleh
tanaman/pohon, topografi atau
bangunan
❑ Ditentukan berdasarkan perkiraan
hasil pengamatan
RUNNING MODEL

PELATIHAN PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG


BEBAN PENCEMARAN AIR

35
35
BAHAN
• FILE q2kw_Latihan_BebanPencemar.xls
• Peta Latihan Kerja

36
Latihan (11/2/2014)
7
6

slow-reacting CBOD (mg/L)


5
4
3
2
1
0 distance upstream (Km)
10 5 0
CBODs (mgO2/L) CBODs (mgO2/L) data

Latihan (11/2/2014)
7
6
5
low-reacting CBOD (mg/L)

4
3
2
1
0
12 10 8 6 4 2 0
37 distance upstream (Km)
DAYA TAMPUNG DAN ALOKASI BEBAN PENCEMAR

9
Konsentrasi (mg/lt

Sungai dg Mutu air


Sasaran Kelas II Ʃ Beban Pencemar > DTBP
BOD = 3 mg/lt
3

Ʃ Beban Pencemar < DTBP

Sumber PS NPS PS NPS PS NPS PS NPS PS NPS


Pencemar Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4 Segmen 5
Formulasi DTBP Air
Total Maximum Daily Loads (DTBPs) yaitu
jumlah maksimum beban pencemar yang
diperbolehkan dibuang ke sumber air tanpa
menyebabkan sumber air tersebut tercemar.
Selanjutnya Rumus yang digunakan untuk
menghitung DTBP:
DTBP = RONA AWAL / KUALITAS AIR + SUMBER
TERTENTU + SUMBER TAK TENTU +
FAKTOR PENGAMAN
SKENARIO MODEL
PERHITUNGAN DTBPA
Kualitas air
Sistem Model
Sungai Model

Sumber Kualitas air Uji Model


Sistem Sungai DTBPA
Pencemar Sungai Model Di terima

Model Di
Kalibrasi
Tolak

Skenario Perlakuan di Hulu Output Kualitas


Debit Kualitas Air Beban Pencemar Air
1 Hasil Hasil Pengukuran Input Model Model Beban
Beban Eksisting Pengukuran PS: Data Lapangan Pencemar Eksisting
NPS : Trial and error Model
2 Hasil Kelas II - Input Trial untuk NPS Model DTBPA
Daya Tampung Pengukuran - PS Sesuai Pengukuran Kelas II
CONTOH KASUS
Batas Administrasi Batas DAS
PENYUSUNAN BATAS DAS dan WPD
Peta RBI dan Data BPS SRTM 90 m Peta Megapolitan
Peta
Wilayah Pengaliran Drainase

Data / Informasi Awal Shutlle Radar Topography Peta Megapolitan Skala 1 : Peta DAS dan WPD untuk
dalam skala 1 : 50.000 – Mission (SRTM) untuk 2000 untuk delineasi batas membatasi zona, pengaliran
1 : 25.000 untuk memperoleh Batas DAS batas wilayah pengaliran sumber pencemar yang
memperoleh lokasi berdasarkan topografi drainase yang dapat masuk ke setiap segmen
penelitian secara berupa bangunan buatan, sungai
menyeluruh berdasarkan seperti : Saluran drainase,
batas administrasi dan dan jalan.
UNIT ANALISIS : BATAS DAS & ADMINISTRASI
Segmentasi Sungai Pesanggrahan

Kode Jarak dari


No Uraian Wilayah Administrasi
Sampel Hilir (m)

Head Kabupaten Bogor, Kota


1 HW/Sp1 12,401.78
Water Depok
Kabupaten Bogor, Kota
2 Segmen 1 SP3 7,813.77
Depok
Kota Depok
3 Segmen 2 Sp4 6,037.78

Kota Depok
4 Segmen 3 Sp5 1,698.31

Kota Depok
5 Segmen4 Sp6 48.95

Kota Depok, Kota


Tangerang Selatan
6 Segmen 5 Sp7 (0.00)
Contoh : Segmentasi di S. Pesanggarahan

Sumber : Komarudin, 2015


46
KRITERIA MUTU KELAS SUNGAI

47
SKENARIO DTBP K1

Beban Eksisting

MAKA BEBAN HARUS


DITURUNKAN SUPAYA
KUALITAS AIR
MEMENUHI KRITERIA
Kriteria Mutu MUTU KELAS 1
Kelas 1
SKENARIO DTBP K1
UNTUK MENCAPAI KRITERIA MUTU AIR
SASARAN, DAPAT DICAPAI DENGAN CARA
• MENURUNKAN BEBAN PENCEMAR DARI
SUMBER PENCEMAR
– PS (Debit dan atau Konsentrasi)
– NPS (Debit dan atau Konsentrasi)
• MENAIKAN DEBIT DI HULU
• MENURUNKAN KONSENTRASI DI HULU

49
APABILA DICOBA :
• MENURUNKAN BEBAN HANYA DARI POINT
SOURCE (konsentrasi PS diturunkan) hasilnya
sbb : Jarak dr
POINT SOURCE Titik Nol
DEBIT
(m3/dt)
BOD
(mg/lt)
DEBIT
(m3/dt)
BOD
(mg/lt)
(Hilir)
PS 1 - SUBDAS 12.01 15.00 6.20 15.00 3.00
PS 1 - SU2DAS 10 10.00 5.00 10.00 3.00
PS 2 - USK 9 12.00 6.20 12.00 3.00
PS 3 - PDAM 6 - -
PS 4 - RS 2 2.00 2.00 2.00 2.00
PS 5 1 2.00 2.00 2.00 2.00

Belum
memenuhi
kriteris mutu air
sasaran kelas 1

50
DICOBA LAGI :
• DI TAMBAH MENURUNKAN BEBAN HANYA
DARI NON POINT SOURCE (konsentrasi PS
diturunkan) hasilnya sbb :
Jarak dr
NON POINT DEBIT BOD DEBIT BOD
Titik Nol
SOURCE (m3/dt) (mg/lt) (m3/dt) (mg/lt)
(Hilir)
WPD1L 10.00 2.3240 5.00 2.3240 1.25
WPD1R 10.00 0.7000 5.00 0.7000 1.25
WPD2L 7.81 0.9550 10.00 0.9550 2.5
WPD2R 7.81 0.9510 5.00 0.9510 1.25
WPD3L 6.04 0.7180 5.00 0.7180 1.25
WPD3R 6.04 0.8000 15.00 0.8000 3.75
WPD4L 1.70 1.0280 15.00 1.0280 3.75
WPD4R 1.70 3.12 5.00 3.12 1.25
WPD5L 0.05 0.99 5.00 0.99 1.25
WPD5R 0.05 1.84 5.00 1.84 1.25

Tetap Belum
DITAMBAH TIDAK memenuhi
BOLEH ADA kriteris mutu air
PENGAMBILAN AIR sasaran kelas 1
DARI SUNGAI

51
DICOBA LAGI
• KUALITAS AIR DIHULU HARUS MEMENUHI
MUTU AIR SASARAN KELAS 1 (Konsentrasi di
hulu (headwater) = 2 mg/lt)

Ada penurunan
tetapi Belum
memenuhi
kriteris mutu air
sasaran kelas 1,
daya tampung
masih terlampui

52
DICOBA LAGI
• KUALITAS AIR DIHULU HARUS MEMENUHI
MUTU AIR SASARAN KELAS 1 DAN DEBIT
DINAIKAN 2 X

Ada penurunan
tetapi Belum
memenuhi
kriteris mutu air
sasaran kelas 1,
daya tampung
masih terlampui

53
DICOBA LAGI
• KUALITAS AIR DIHULU HARUS MEMENUHI MUTU
AIR SASARAN KELAS 1 DAN DEBIT SESUAI
PENGUKURAN
• NPS DITURUNKAN 50 %

memenuhi
kriteris mutu air
sasaran kelas 1,
daya tampung
TIDAK terlampui

54
• Ulangi untuk langkah untuk mendapatkan
perhitungan daya tampung

55

Anda mungkin juga menyukai