Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Politik Hukum


1. Perspektif Etimologis
Secara etimologis, istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
Indonesia dari istilah hukum Belanda rechtpolitiek, merupakan bentukan dari dua
kata recht dan politiek. Dalam bahasa Indonesia kata recht berarti hukum. Kata
hukum berasal dari bahasa arab Hukm (kata jamaknya ahkam), yang berarti (
Judgement, verdict, decision ), ketetapan ( provision ), pemerintah ( command ),
pemerintahan ( government ), kekuasaan ( author,power ), hukuman ( sentences ),
dll. kata kerjanya, Hakama-yahkumu, berarti memutuskan, mengadili,
menetapkan, memerintahkan, memerintah, menghukum, mengendalikan, dll.
Adapun dalam kamus bahasa Belanda yang ditulis oleh ven der Tas, kata
politiek mengandung arti beleid. Kata Beleid dalam bahasa Indonesia berarti
kebijakan ( Policy ). Dalam kamus besar bahasa Indonesia kebijakan berarti
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak. Jadi secara
singkat politik hukum berarti merupakan kebijakan hukum.
2. Perspektif Terminologi
a. Padmo Wahjono
Padmo Wahjono dalam bukunya negara Indonesia berdasarkan atas
hukum dan artikelnya di majalah forum keadilan menyimpulkan bahwa politik
hukum adalah kebijakan penyelenggaraan negara yang bersifat mendasar dalam
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang dibentuk dan tentang apa
yang dijadikan criteria untuk menghukum sesuatu.
b. Teuku Mohammad Radhie
Dalam sebuah tulisannya yang berjudul pembaharuan dan politik hukum
dalam rangka pembangunan nasional mendefinisikan politik hukum sebagai suatu
pernyataan kehendak penguasa negara mengenai hukum yang berlaku di
wilayahnya, dan mengenai arah perkembangan hukum yang dibangun.
c. Soedarto
Menurut Soedarto, politik hukum adalah kebijakan dari negara melalui
badan badan negara yang berwenang untukmenetapkan peraturan peraturan yang
dikehendaki, yang diperkirakan akan digunakan untuk mengekspresikan apa yang
terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita citakan.
d. Satjipto Rahardjo
Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih
dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum
tertentu dalam masyarakat.
e. C.F.G Sunaryati Hartono
Sunaryati Hartono melihat politik hukum sebagai suatu alat (tool) atau
sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan
sistem hukum nasional yang dikehendaki dan dengan sistem hukum nasional itu
akan diwujudkan cita cita bangsa Indonesia.
f. Abdul Hakim Garuda Nusantara
Menurut Garuda Nusantara, politik hukum nasional secara harfiah dapat
diartikan sebagai kebijakan hukum ( legal policy ) yang hendak diterapkan atau
dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah negara tertentu.
Berdasarkan elaborasi ragam definisi politik hukum yang telah
dikemukakan diatas, penulis menyimpulkan bahwa politik hukum adalah
kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang
dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai nilai yang berlaku di masyarakat
untuk mencapai tujuan negara yang dicita citakan.
B. Ruang Lingkup Politik Hukum
Dalam bukunya dasar dasar politik hukum, penulis mengambil kesimpulan bahwa ruang
lingkup atau wilayah kajian (domain) disiplin politik hukum adalah meliputi aspek lembaga
kenegraan pembuat politik hukum dan faktor (internal dan eksternal) yang mempengaruhi
pembentukan politik hukum suatu negara. Poltik hukum sendiri menganut prinsip double
movement, yaitu selain sebagai kerangka piker merumuskan kebijakan dalam bidang hukum
(legal policy) oleh lembaga lembaga negara yang berwenang, ia juga dipakai untuk
mengkritisi produk produk hukum yang telah diundangkan berdasarkan legal policy diatas.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis menetapkan ruang lingkup atau wilayah kajian politik
hukum sebagai berikut:
a. Proses penggalian nilai nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh
penyelanggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum
b. Proses perdebatan dan perumusan nilai nilai dan aspirasi tersebut kedalam bentuk
sebuah rancangan peraturan perundang undangan oleh penyelenggara negara yang
berwenang merumuskan politik hukum
c. Penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan politik hukum
d. Peraturan perundang undangan yang mempengaruhi dan menentukan suatu politk
hukum, baik yang akan, sedang dan telah ditetapkan
e. Pelaksanaan dari peraturan perundang undangan yang merupakan implementasi dari
politik hukum suatu negara

Enam masalah itulah yang seterusnya akan menjadi wilayah telaah dari politik
hukum. Dalam hal ini, politik hukum secara umum bermanfaat untuk mengetahui
bagaimana proses yang tercangkup dalam wilayah kajian itu dapat menghasilkan sebuah
legal policy yang sesuai kebutuhan dan rasa keadilan masyarakat. Enam wilayah kajian
itu tentu saja bersifat integral satu sama lain.

C. Hukum dan Politik


Dalam buku dasar dasar poltik hukum, penulis menyinggung mengenai hasil dari
penelitian Moh. Mahfud M.D yang berkesimpulan bahwa suatu proses dan konfigurasi
politik rezim tertentu akan sangat signifikan pengaruhnya terhadap suatu bentuk produk
hukum yang kemudian dilahirkannya, dalam negara yang konfigurasi politiknya demokratis,
produk hukum berkarakter responsive atau populistik, sedangkan di negara yang konfigurasi
politiknya otoriter, produk hukumnya berkarakter ortodoks atau konservatif atau elitis.
Pernyataan tersebut dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut :
Hasil yang kurang lebih sama diperoleh dari penelitian dari Benny K Harman terhadap
hubungan linier antara konfigurasi politik dan kekuasaan kehakiman. Menurutnya, apabila
dalam suatu negara diterapkan suatu konfigurasi politik yang demokratis, karakter kekuasaan
kehakiman yang dihasilkan oleh konfigurasi politik semacam itu adalah karakter kekuasaan
kehakiman yang independen atau otonom. Begitu pula apabila diterapkan konfigurasi politik
otoriter atau totaliter, yang dihasilkannya adalah karakter kekuasaaan kehakiman yang tidak
otonom atau tidak bebas. Pernyataan tersebut dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:

Konfigurasi
• Karakter Kekuasaan Kehakiman
politik

Demokratis • Independen/Otonom

Otoriter • Dependen/Tidak Otonom

Bila diperhatikan secara seksama, baik Mahfud maupun Harman menggunakan asumsi
yang sama, yaitu ada keterkaitan yang erat antara hukum dan politik, tetapi obyek
penelitiannya berbeda. Mahfud lebih menekankan pada aspek keterkaitan antara konfigurasi
politik dan karakter produk hukum, sedangkan Harman lebih menekankan pada aspek
keterkaitan antara konfigurasi politik dan karakter kekuasaan kehakiman, apakah ia bersifat
otonom atau tidak otonom. Dari hasil penelitiannya, keduanya berpendapat bahwa
konfigurasi politik sangat mempengaruhi karakter produk hukum dan karakter kekuasaan
kehakiman.

D. Sistem Hukum Nasional


Sebelumnya kita harus mengerti apa itu politik hukum nasional, politik hukum nasional
adalah kebijakan dasar penyelenggara negara (republik Indonesia) dalam bidang hukum yang
akan, sedang, dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai nilai yang berlaku dimasyrakat
untuk mencapai tujuan negara (Republik Indonesia) yang dicita citakan. Tujuan politik
hukum nasional itu dapat dilihat dari 2 aspek yaitu
 Sebagai suatu alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang dikehendaki,
 Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita cita bangsa Indonesia
yang lebih besar.

Sistem hukum nasional terbentuk dari dua istilah, yaitu sistem dan hukum nasional.
Sistem mengandung pengertian sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan
secara teratur dan merupakan satu keseluruhan (adhole). Sedangkan dalam kamus besar
bahasa Indonesia, kata sistem memiliki tiga arti yaitu : Sekelompok bagian bagian ( alat dan
sebaginya ) yang bekerja sama sama untuk melakukan sesuatu maksud, seperti sistem urat
syaraf dalam tubuh; sistem pemerintahan. Jadi dari dua pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa sistem merupakan sehimpunan unsur yang melakukan suatu kegiatan atau
menyusun skema atau tatacara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan, untuk mencapai
sesuatu atau beberapa tujuan.

Hukum nasional adalah hukum atau peraturan perundang undangan yang didasarkan
pada ideology dan konstitusinal negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 atau hukum yang
dibangun di atas kreativitas atau asas yang didasarkan atas cita rasa dan rekayasa bangsa.
Dari pengertian sistem dan hukum nasional itu dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem hukum
nasinal adalah sebuah sistem hukum (meliputi materiil dan formil; pokok dan sektoral) yang
dibangun berdasarkan ideology negara pancasila dan UUD 1945, serta berlaku di seluruh
Indonesia.

Dalam rangka membangun sistem hukum nasional pemerintah menetapkan kebijakan


untuk memanfaatkan tiga hukum yang eksis ( living law ) di Indonesia, yaitu hukum adat,
Islam dan Barat ( Belanda ) sebagai bahan bakunya. Dalam hukum barat tak selamanya
Indonesia menggunakan hukum barat tersebut karena setiap ilmu pengetahuan hukum selalu
bersifat local atau nasional. Tak ada ilmu pengetahuan hukum yang bersifat universal.
Artinya, sesuai dengan sifat ilmu yang tidak bebas nilai ( non-value free ), maka demikian
pula ilmu hukum. Sebuah teori hukum dibangun atas landasan nilai ( value ) yang diyakini
masyarakat diman teori hukum disusun. Karena ilmu hukum harus dipelajari di pendidikan
tinggi hukum Belanda, dapat dipastikan hukum itu sarat dengan nilai-nilai yang diyakini
eropa pada saat itu.

Dari elaborasi siingkat tersebut tampak bahwa antara ilmu hukum nasional dan
hukum nasional memiliki hubungan yang yaitu keduanya berkelidan satu sama lain karena
aspek pertama ( ilmu hukum nasional ) merupakan ladasan teoritis bagi perumusan dan
pengembangan aspek yang kedua ( hukum nasional ). Menurut Arief tatanan hukum nasional
mengandung ciri :

 Berwawasan kebangsaan dan berwawasan nusantara


 Mampun mengakomodasi kesadaran hukum kelompok etnis kedaerahan dan
keyakinan agama
 Sejauh mungkin berbentuk tertulis dan terunifikasi
 Bersifat rasional yang mencangkup rasionalitas efisiensi, rasionalitas kewajaran (
redelijkheid ), rasionalitas kaidah, dan rasionalitas nilai.
 Aturan procedural yang menjamin transparansi yang memungkinkan kajian rasional
terhadap proses pengambilan putusan oleh pemerintah
 Responsive terhadap perkembangan aspirasi dan eksoektasi masyarakat.

Dan dalam pembangunan hukum nasional haruslah :

 Berlandaskan Pancasila (filosofis) dan UUD 1945 (konstitusional)


 Berfungsi mengayomi, menciptakan ketertiban sosial, mendukung pelaksanaan
pembangunan, dan mengamankan hasil hasi dari pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai