Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FILSAFAT PRIBADI

“ETIKA”

Disusun Oleh :

NAMA : Billy Jean Cosy Surbakti

NIM : 01409180012

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Pokok yang paling mendasar dan yang terpenting dalam menjalankan kehidupan
sebagai manusia yang diciptakan memiliki akal dan pikiran adalah sebuah etika.
Seringkali manusia yang telah jatuh ke dalam dosa menjadikan alasan kecil mereka
untuk menyimpang dari etika yang seharusnya dilakukan. Manusia yang hidup di zaman
yang penuh dengan keinstanan dan kecepatan sekarang ini seakan sudah tidak
memperdulikan adanya perbuatan atau etika yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku
di dalam masyarakat. Salah satu contoh yang dapat dikategorikan dari kemerosotan
etika yang ada sekarang ini adalah penggunaan sosial media yang berlebihan. Banyak
masyarakat yang secara gamblang melakukan tindakan bullying, memberikan komenta-
komentar yang merugikan diri sendiri dan orang lain, penipuan, bahkan tindakan
pembunuhan. Jika dikaji lebih dalam lagi tindakan-tindakan diatas terjadi dikarenakan
tidak adanya etika yang baik dan sesuai nilai yang berlaku di dalam setiap individu.

Adapun alasan saya memilih topik ini dikarenakan saya sebagai mahasiswa dan
calon pendidik Kristen sangat menyadari dan telah merasakan betapa hancurnya dan
merosotnya etika manusia di zaman milenial sekarang ini. Aspek ini juga menjadi bahan
pergumulan saya untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan beretika yang sesuai
dengan nilai-nilai Kristen Alkitabiah yang harus saya tekankan nantinya di dalam setiap
pengajaran yang akan saya lakukan di dalam kelas saat saya menjadi seorang pendidik.
Dalam topik ini pula saya akan mengkaji mengenai etika yang sesungguhnya dan
mencerminkan keserupaan dengan Kristus berdasarkan pengetahuan yang reflektif.
BAB II

PEMBAHASAN

Istilah etika mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga setiap orang. Etika yang
berasal dari bahasa Yunani yang berarti etos dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan
atau adat (Bertens, 2007). Menurut KBBI, etika merupakan ilmu mengenai apa yang
baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiwaban moral atau ahklak. Selain itu,
etika juga berbicara mengenai “Apa yang saya harus lakukan?”, “Apa yang merupakan
hidup yang baik bagi semua orang?”, “Apakah tindakan yang baik itu?” (Knight, 2009).
Manusia yang pada hakekatnya merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan
dengan manusia lainnya sebenarnya tidak dapat menganggap hidup hanya terbatas pada
ilmu pengetahuan saja tanpa mementingkan bagaimana etika yang ada dalam ilmu
pengetahuan itu sendiri. Contoh yang paling mendasar adalah koruptor. Para koruptor
bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki pendidikan tinggi, namun jika kita melihat
kenyataan yang ada sekarang ini banyak dari mereka yang salah mengaplikasikan
kepintaran mereka. Salah satu tindakan yang mereka lakukan adalah korupsi. Contoh
tersebut merupakan salah satu dampak dari ilmu pemgetahuan tanpa adanya sebuah
etika. Etika pada kerangka filsafat hadir sebagai suatu pemahaman maupun ilmu yang
akan mengubah manusia menjadi suatu pribadi yang mengerti akan keberadaan dirinya
dan tahu bagaimana konsep kebenaran yang seutuhnya. Kenyataan sekarang ini, banyak
orang yang memiliki pengetahuan tanpa moral lebih berbahaya dibandingkan orang
yang kurang cerdas namun bermoral (Rukiyati, 2010). Hal tersebut terjadi dikarenakan
adanya ketidakpahaman manusia mengenai standart moral yang tepat dalam menjalani
kehidupan dan cenderung meninggalkan etika yang seharusnya yang berdasarkan norma
dan kaidah kebenaran yang ada.

Manusia merupakan ciptaan yang telah jatuh ke dalam dosa. Oleh sebab itu,
mereka seringkali menganggap bahwa setiap tindakan yang melanggar nilai-nilai etika
merupakan suatu hal yang wajar dan akan merasa kesulitan untuk memperbaikinya. Jika
dikaji lebih dalam lagi, sebenarnya sifat egois yang melekat pada diri manusia
merupakan tujuan dasar yang menciptakan etika yang mengarah pada hal-hal yang
negatif. Selain itu, manusia juga seringkali melakukan setiap hal yang berdasarkan
keinginan mereka dan hanya memikirkan diri sendiri tanpa memperhatikan nilai-nilai
dari etika yang seharusnya dilakukan. Contoh yang paling sering ditemukan pada masa
sekarang ini adalah tidak adanya sikap menghargai orang lain saat berpendapat.
Seringkali manusia apalagi mahasiswa sekarang ini menghilangkan etika yang baik
dalam hal menghargai sesamanya, mereka cenderung menganggap setiap hal yang
orang lain kemukakan hanyalah sebuah kesiasiaan. Hal ini sebenarnya muncul
dikarenakan adanya sikap egois yang melekat dalam diri setiap manusia.

Etika dan sopan santun memang memiliki banyak kaitan, namun terdapat
perbedaan diantara kedua bidang ini. Sopan santun hanya menekankan penyesuaian
lahiriah kepada norma-norma, tetapi etika melibatkan baik perbuatan lahiriah maupun
batiniah yang menjadikan kehidupan manusia dan masyarakat yang lebih utuh
(Brownlee, 2006). Artinya disini etika memiliki peranan yang sangat penting bagi
pengaruh baik buruknya kehidupan manusia melalui setiap peraturan pokok yang
terlibat di dalamnya, baik itu kejujuran, kedamaian, kasih, kesopanan, dan keadilan.
Sebagai orang yang percaya bahwa Allah adalah pusat dan sumber dari semua hal yang
baik sudah seharusnya dijadikan teladan dan role model yang sejati dalam setiap aspek
kehidupan terutama etika itu sendiri. Untuk itu sebagai orang percaya sudah seharusnya
kita melakukan setiap tindakan yang sesuai dengan nila-nilai Kristen yang bersumber
pada Alkitab. Begitu banyak contoh dan teladan yang menekankan konsep etika yang
benar yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Alkitab maupun Kristus sang Juruselamat kita.
Etika yang bersumber di dalam Alkitab sebenanya mengajarkan kita untuk hidup
menyelidiki, mengoreksi, mengontrol atau mengendalikan, dan mengarahkan kita untuk
melakukan segala sesuatu yang memang harus dikerjakan di dalam kehidupan kita baik
dalam sikap dan prilaku. Etika timbul di dalam kehidupan bermasyarakat, artinya
adanya etika dalam praktik itu karena adanya kehidupan bersama antara orang dengan
orang, atau karena manusia itu hidup bermasyarakat (Priyoyuwono, 2008)

Sebagai seorang guru Kristen, hal yang paling utama yang harus kita lakukan
adalah memiliki komitmen kepada Kristus sebagai landasan dalam mengajar siswa
untuk berjalan dalam jalan Tuhan dan bersukacita dalam kesetiaan-Nya (Brummelen,
2006). Maksudnya adalah kita harus terlebih dahulu menunjukkan kasih dan teladan
Kristus dalam setiap pengajaran di dalam kelas sehingga setiap siswa mampu melihat
etika yang kita terapkan sehari-hari. Salah satu contoh yang bisa kita lakukan di dalam
pengajaran adalah memiliki integritas di dalam bersikap, seperti halnya tidak
menggunakan gadget di dalam kelas. Sebagai seorang guru Kristen kita juga harus
mampu memupuk tindakan dan komitmen moral secara bertanggung jawab menjadi
teladan dan menolong para siswa untuk saling memperdulikan dan menghayati setiap
pemberian disiplin (Brummelen H. v., 2008). Tentu saja sebagai seorang guru kita akan
melarang siswa kita untuk tidak bermain gadget saat pembelajaran sedang berlangsung,
namun apakah larangan kita tersebut dapat kita jalankan dengan baik?. Selain itu
sebagai seorang guru Kristen untuk dapat mengajarkan etika yang baik kepada siswa-
siswi kita bukan hanya dengan pemahaman atau teori-teori yang ada, melainkan kita
dapat mengajarkan konsep kebenaran etika melalui sikap dan prilaku yang kita
tunjukkan dengan penuh kasih dan tanggung jawab di dalam pengajaran yang
berlangsung. Hal ini sebenarnya bisa kita lakukan dengan hidup senantiasa
merendahkan diri dan berdoa meminta pertolongan Roh Kudus dalam setiap kepuasan
atau kebijakan yang kita ambil, karena tanpa bantuan dan kemurahan Tuhan tentu saja
kita masih terlalu terikat dengan natur keberdosaan kita sendiri. Dalam Mikha 6:8
dijelaskan bahwa Tuhan senantiasa mengingatkan kita supaya hidup dalam kebaikan
dan kebenaran. Selain itu sebagai seorang pendidik kita juga harus mampu mengajarkan
mereka mengenai sikap bertanggung jawab melalui setiap hal mereka lakukan dan
menumbuhkan komitmen mereka (Palmer, 1998). Ayat ini mengingatkan kita pula
untuk menerapkan etika melalui sikap keadilan, mencintai kesetiaan dan yang terutama
untuk hidup rendah hati dihadapan Allah. Hal ini pula sangat berkaitan dengan peran
kita sebagai calon pendidik Kristen yang nantinya akan memiliki otoritas di dalam
kelas, namun otoritas yang kita miliki tidak dapat menjadikan alasan bahwa kita
senantiasa memiliki etika yang paling sempurna. Berbicara mengenai otoritas, sebagai
seorang guru kita harus mengingat bahwa pemilik wewenang etika diseluruh aspek
pengajaran kita adalah Kristus itu sendiri, dimana Kristus melalui setiap pengajarannya
di dalam Alkitab dapat memberikan kita konsep kebeanaran etika yang sejati dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Moralitas mempunyai nilai yang universal, dimana
seharusnya menjadi spirit landasan tindakan manusia. Norma moral muncul sebagai
kekuatan yang amat besar dalam hidup manusia (Wilujeng, 2013).

Dalam kitab Matius 22:37-40 mengingatkan kita bahwa etika sangat berkaitan
dengan kasih. Kasih yang paling utama yang harus kita terapkan dalam kita beretika
adalah kasih kepada Allah yang kita lakukan dengan segenap hati dan segenap akal
budi. Selain itu hal yang ke dua yang dapat kita lakukan adalah mengasihi sesama
manusia seperti kita mengasihi diri sendiri, karena dengan sikap demikian kita mampu
memancarkan teladan Kristus dalam kita menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, jika
kita mengasihi Tuhan dan tidak megasihi sesama manusia atau sebaliknya adalah sia-
sia. Untuk itu kita harus mengasihi Tuhan dan sesama manusia agar kita selalu
diberkati.

Galatia 5:22-23 juga mengingatkan kita menegenai buah Roh yang sudah menjadi
pendukung kita dalam menjalani kehidupan sesuai dengan etika. Dari ke sembilan buah
Roh itu mengajarkan manusia untuk dapat memahami kehendak Tuhan. Disini kita di
ajarkan untuk menerapkan kebaikan dan kelemah-lembutan yang sebenarnya sudah
mencakup luas dari perintah Allah kepada manusia. Dalam berbuat baik, yang kita harus
lakukan adalah menerapkan kebaikan denga hati yang tulus, datang dari niat sendiri
tanpa ada paksaan dan tidak mengharapkan imbalan. Untuk itu kita dituntut supaya
menghidupi sembilan buah Roh, walaupun banyak kita lihat orang cenderung tidak
menerapkannya tetapi janganlah kita menirunya tetapi menilainya karena jika kita
menilai kita tentu tahu apakah itu baik untuk dilakukan atau tidak sehingga dalam
beretika kita dapat menerapkannya.

Kitab Imamat 19:11-18 terdapat banyak sekali larangan-larangan yang termasuk


ke dalam sikap etika, yaitu mencuri, berbohong, dusta, memeras, merampas, menahan
upah kerja, memasang batu sandunga bagi orang buta, curang dalam peradilan,
memfitnah, mengancam, membenci, menuntut balas, dan rasa dendam. Bisa kita melihat
bahwa sering sekali dalam kehidupan bermasyarakat hal-hal tersebut terjadi karena kita
kurang memperhatikan sikap yang baik dalam beretika yang membawa dampak negatif
kepada diri sendiri dan orang-orang sekitar. Oleh sebab itu kita harus mengasihi sesama
kita seperti kita juga mengasihi diri kita dengan membangun komitmen kita dalam
beretika agar kita tidak melakukan hal-hal seperti itu yang menyebabkan dosa karena
Tuhan tidak senang dengan manusia yang sering berbuat dosa, melainkan senang
dengan manusia yang redah hati.
BAB III

KESIMPULAN

Manusia merupakan ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah manusia
juga diciptakan begitu berharga oleh Allah dengan pemberian akal budi oleh Allah
sendiri. Allah menciptakan manusia begitu amat baik dan memberikan manusia kuasa
yang begitu besar atas ciptaan-ciptaan-Nya. Oleh sebab itu sebagi manusia sudah
seharusnya kita dapat menjadi garam dan terang di tengah kehidupan sekarang ini
melalui Anugerah yang Tuhan telah berikan kepada kita. Salah satu hal yang bisa kita
lakukan adalah dengan beretika sesuai nilai-nilai moral Kristiani. Kita harus mampu
menciptakan relasi yang baik bahkan integritas yang baik pula. Sikap beretika yang kita
harus lakukan haruslah berdasarkan nilai-nilai moral universal yang dapat menyeluruh
ke setiap aspek kehidupan kita. Selain itu, cabang filsafat etika juga mengajarkan kita
untuk dapat hidup sesuai dengan kebenaran yang tertulis di Alkitab. Secara otomatis
kita juga menjadikan Kristus sebagai teladan dalam kita beretika. Alkitab juga
menuliskan bahwa sebagai manusia, etika yang baik kita lakukan sebagai bentuk ucapan
syukur kepada Allah yaitu Yesus Kristus sebagai penebus kehidupan kita. Hal ini
memang tidak mudah untuk kita lakukan akan tetapi dengan bantuan Roh Kudus kita
mampu menjalani kehidupan yang begitu kompleks cakupannya, salah satunya beretika
sesuai perspektif Alkitab.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

brownlee, M. (2006). Pengambilan Keputusan Etis dan faktor-faktor di dalamnya.


Jakarta: Gunug Mulia.

Brummelen, H. v. (2008). Batu Loncatan Kurikulum. Jakarta : Universitas Pelita


Harapan Press.

Brummelen, H. V. (2006). Berjalan Bersama Tuhan di dalam Kelas. Jakarta:


Universitas Pelita Harapan.

Knight, G. R. (2009). Filsafat Dan Pendidikan. Jakarta: Universitas Pelita Harapan


Press.

Palmer, P. J. (1998). The Courage to Teach: Exploring the Inner Landscape of a


Teacher's Life. San Francisco, CA, USA: Jossey-Bass Publishers.

JURNAL:

Wilujeng, S. R. (2013). Upaya Memahami Hakikat Ilmu dalam Konteks Keindonesiaan.


FILSAFAT, ETIKA DAN ILMU , 82.

Rukiyati. (2010). Landasan Filsafat Manusia dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan di


Indonesia. FONDASIA , 90.

Anda mungkin juga menyukai