Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RELASI DENGAN DUNIA

(ALAM, IPTEK & KERJA)

Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah character building

Dosen Pengampuh : Nita Komala Dewi S.I. KOM., M.M

Disusun oleh : 1. Intan Adilah Nasution (202110325380)

2. Muhammad Julda Al Hafiz (202110325400)

3. Muhammad Rafly (202110325295)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah guna untuk tugas kelompok mata
kuliah Character Building dengan materi dari buku Character Building IV: Relasi
dengan Dunia bab I dan II.

Tak lupa saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Nita Komala Dewi S.I. KOM., M.M selaku dosen pengampuh dari mata kuliah
Character Building yang sudah membantu dan membimbing kami. Serta kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang materi “Pengantar Etika Terapan”
dan “Dunia Alam” . Makalah ini tak lepas dari kesalahan dan kekurangan penulis,
untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya dan akan menerima kritik dan
saran dari para pembaca. Semoga makalah yang dapat kami buat dapat bermanfaat
dan bisa menambah ilmu pengetahuan.

Bekasi, 5 Juni 2022

Penyusun
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Etika sebagai pemikiran sistematis tentang moralitas tidak berpretensi untuk
secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Dalam artinya sebagai
ilmu, etika sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang, walaupun setiap orang
membutuhkan moralitas. Alam yang indah dan lestari suatu dambaan umat manusia.
Alam yang indah dan lestari merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup manusia
dan segala lapisan kehidupan yang ada di dalamnya. Namun, kenyataan
memperlihatkan bahwa alam sudah banyak mengalami kerusakan, bahkan sudah
berada di ambang kepunahannya, oleh ulah manusia sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana peranan etika dalam dunia modern ?
2. Kapan etika terapan itu muncul ?
3. Bagaiman pendekatan terhadap etika terapan ?
4. Bagaimana teori etika dalam lingkungan hidup ?
5. Bagaimana kehidupan manusia dengan lingkungan hidupnya ?

6. Ada banyak sekali manfaat yang bisa didapat jika membaca makalah
ini. Para pembaca bisa menambah wawasan dan lebih memahami
materi tentang lingkungan sosial dan masyarakat kebudayaan.

1.3. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita semua dapat mengetahui
dan juga menambah wawasan yang memahami tentang “Etika Terapan dan
Dunia Alam”.
BAB II

Pembahasan

2.1. PENGANTAR ETIKA TERAPAN

A. Penjernihan Istilah

Kata yang sering muncul itu adalah kata 'etiket' dan juga kata 'moral' atau
'moralitas'. Ada juga istilah lain seperti 'amoral' dan 'immoral'. Untuk menghindari
kesalahpahaman, perlu dijelaskan perbedaan dan sekaligus kaitan antara istilah-
istilah itu.

1.Etika dan moral

Kata 'etika' berasal dari bahasa Yunani kuno 'ethos' (bentuk jamaknya 'ta
etha"), yang berarti: adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap, watak, cara
bertindak. Dari kata Yunani itu diturunkan kata ethics (Inggris), etika (Indone sia).
Kata yang cukup dekat dengan 'etika adalah 'moral', yang berasal dari bahasa Latin
'mos' (bentuk jamaknya 'mores'), yang memiliki arti yang kurang lebih sama dengan
ethos dalam bahaya Yunani, yakni: adat kebiasaan. Dari kata Latin itu diturunkan
kata 'moral' (Inggris) yang dalam bahasa Indonesia disebut 'moral' juga.

2.Etika dan Etiket

Etika bukanlah sekadar etiket Etike adalah menyangkut moral, sedangkan


etiket menyangkut sopan santun atau tata krama.

Walau terdapat persamaan arti antara etika dan etiket, na mun terdapat juga
perbedaan penting dan mendasar antar keduanya, yakni:

 Etiket menyangkut cara suatu perbuatan dilakukan; sedangkan etika


menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh
dilakukan. Ketika hendak melakukan suatu perbuatan, etiket memperhatikan
cara yang tepat. yang sesuai dengan kebiasaan dalam kalangan tertentu.
Beda dengan etiket, etika tidak hanya sekadar menyangkut cara suatu
perbuatan hendak dilakukan. Etika menegaskan sesuatu tentang perbuatan
itu sendiri, bahwa suatu perbuatan harus atau tidak boleh dilakukan.
 Etiket hanya berlaku dalam pergaulan; sedangkan etika tetap berlaku,
dengan atau tanpa kehadiran orang lain. Etiket hanya berlaku atau perlu
diperhatikan apabila ada orang lain yang menyaksikan atau dapat melihat
perbuatan kita. Tidak seperti etiket, etika tidak peduli apakah ada atau tidak
ada orang lain. Larangan mencuri tetap berlaku, entah ada atau tidak ada
orang lain yang menyaksikan tindakan itu.
3.Amoral dan immoral

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) yang lama tidak


terdapat kata "amoral" ataupun "immoral". Jadi dalam pemakaian biasa sehari-hari
kata "amoral" dimengerti sebagai tindakan yang bertentangan dengan moral, yang
melawan norma atau prinsip moral. Dalam kamus Concise Oxford Dictionary, kata
"amoral" diterang kan sebagai "unconcerned with out of the sphere of moral, non-
moral", yang artinya: "tidak berhubungan dengan konteks moral", "di luar suasana
etis", "non-moral".Dan Kamus yang sama mengartikan kata "immoral" sebagai "op
posed to morality; morally evil", yang berarti: "bertentangan dengan moralitas yang
baik", "secara moral buruk", "tidak etis". Dengan pembedaan tersebut menjadi jelas
bahwa kata "amoral" sebaiknya diartikan sebagai "netral dari sudut moral" atau
"tidak mempunyai relevansi etis". Berkaitan dengan suatu tindakan, itu berarti
"tindakan yang tidak ada hubungannya dengan masalah moral".

B. Peranan Etika Dalam Dunia Modern

Etika sebagai pemikiran sistematis tentang moralitas tidak berpretensi untuk


secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Dalam artinya sebagai
ilmu, etika sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang, walaupun setiap orang
membutuhkan moralitas. Yang dihasilkan secara langsung dari etika bukanlah
kebaikan, melainkan suatu pemahaman yang lebih mendasar dan kritis tentang yang
dianggap baik dan buruk secara moral.

1.Adanya pluralisme moral

Adalah suatu kenyataan sekarang ini bahwa kita hidup dalam zaman yang
semakin pluralistik, tidak terkecuali dalam hal moralitas. Setiap hari kita bertemu
dengan orang-orang dari suku, daerah, lapisan sosial dan agama yang berbeda.

2.Timbulnya masalah-masalah etis baru

Telah terjadi manipulasi genetis, yakni campur tangan manusia atas


perkembang biakan gen-gen manusia. Ada reproduksi artifisial seperti fertilisasi in
vitro, entah dengan donor atau tanpa donor, entah dengan ibu yang "menyewakan"
rahimnya atau tidak. Bisa terjadi juga adanya eksperimen dengan jaringan embrio
untuk menyembuhkan penyakit tertentu, entah jaringan itu diperoleh melalui
abortus yang disengaja atau abortus spontan.

3.Munculnya kepedulian etis yang semakin universal

Ciri berikutnya yang menandai zaman kita adalah adanya. Suatu kepedulian
etis yang semakin universal. Selain gerakan-gerakan perjuangan moral yang
terorganisir, seperti dalam bentuk kerjasama antar Lembaga lembaga Swadaya
Masyarakat, antar Dewan Perwakilan Rakyat dari beberapa negara atau Serikat-
serikat Buruh, dan sebagainya, juga kita dapat menyaksikan adanya suatu
kesadaran moral universal yang tidak terorganisir tapi terasa hidup dan berkembang
di mana-mana.

4.Hantaman gelombang modernisasi.

Yang dimaksud modernisasi di sini bukan hanya menyangkut barang atau


peralatan yang diproduksi semakin canggih, melainkan juga dalam hal cara berpikir
yang telah berubah secara radikal. Ada banyak cara berpikir yang berkembang,
seperti rasionalisme, individualisme, nasionalisme, sekularisme, materialisme,
konsumerisme, pluralisme religius serta cara berpikir dan pendidikan modern yang
telah banyak mengubah lingkungan budaya, sosial dan rohani masyarakat kita.

5.Tawaran berbagai ideologi.

Di sini etika dapat membantu orang untuk sanggup meng hadapi secara
kritis dan objektif berbagai ideologi yang muncul. Pemikiran kritis dapat membantu
untuk membuat penilaian yang rasional dan objektif, dan tidak mudah terpancing
oleh berbagai alasan yang tidak mendasar.

6.Tantangan bagi agamawan

Etika juga diperlukan oleh para agamawan untuk tidak diri terhadap
persoalan-persoalan praktis kehi dupan umat manusia. Di satu pihak agama
menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, namun
sekaligus diharapkan juga mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan menutup diri
dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang mengalami perubahan
hampir di segala bidang.

C. Munculnya Etika Terapan

1.Muncul dari kepedulian etis yang mendalam.

Etika tampil dalam bentuk etika terapan (applied ethics) atau kadang
disebut filsafat terapan (applied phi losophy). pada awal abad ke 20, etika
dipraktekkan sebagai "metaetika". Ini adalah suatu aliran dalam filsafat moral yang
tidak menyelidiki baik-buruknya perbuatan manusia, melainkan "bahasa moral" atau
ungkapan-ungkapan manusia tentang baik dan buruk.

Di antara beberapa faktor itu dapat disebut faktor penting pertama adalah
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi, khususnya dalam
sektor ilmu-ilmu biomedis. Perkembangan pesat di bidang ini telah menimbulkan
banyak persoalan etis yang besar. Faktor penting kedua adalah terciptanya
semacam "iklim moral" yang mengundang minat baru untuk etika. Iklim baru yang
dimaksud berupa munculnya gerakan hak di berbagai bidang, yang secara khusus
telah mengundang peran aktual dari etika itu sendiri.

Mulai tahun 60-an muncul berbagai gerakan yang merupakan perjuangan


bernuansa etis yang jelas, seperti:
 Munculnya perjuangan civil right (hak-hak warga negara) di Amerika Serikat,
khususnya persamaan hak bagi go longan kulit hitam.
 Di dunia Barat waktu itu terlihat gerakan kuat yang menuntut persamaan hak
antara pria dan wanita.

2.Gambaran keseriusan perhatian pada etika terapan.

Sekedar memberikan gambaran besarnya perhatian tersebut, di sini


dituliskan beberapa fakta yang ada:

 Di banyak tempat di seluruh dunia setiap tahun diadakan kongres dan


seminar tentang masalah-masalah etis.
 Telah didirikan cukup banyak institut, di dalam maupun di luar kalangan
perguruan tinggi, yang khusus mem pelajari persoalan-persoalan moral,
kerap kali dalam kaitan dengan bidang ilmiah tertentu (ilmu kedokteran,
hukum, ekonomi atau yang lainnya).

3.Kaitan etika terapan dengan etika umum.

Penampilan baru etika dalam bentuk etika terapan sekarang ini mempunyai
konsekuensi juga untuk etika teoretis atau etika umum. Perdebatan tentang
masalah-masalah konkrit akhirnya akan memperjelas, menguji dan memper tajam
juga prinsip-prinsip moral yang umum. Sebaliknya, etika terapan sangat
membutuhkan bantuan dari teori etika, sebagai pegangan baginya dalam memasuki
pergumulan dengan masalah-masalah praktis. Di sini ia mempergunakan prinsip-
prinsip dan teori moral yang di sudah mempunyai dasar yang kukuh.

D. Bidang Garapan Etika Terapan

1.Dua wilayah besar yang disoroti oleh etika terapan

Walau ada banyak topik yang menjadi wilayah pembahasan etika terapan,
namun dapat dibedakan dua wilayah besar yang mendapat perhatian khusus dan
serius di dalamnya, yakni wilayah profesi dan wilayah masalah. Cabang etika
terapan yang paling banyak mendapat perhatian dalam zaman kita sekarang ini
dapat disebut dari sudut/ wilayah profesi, yakni: Etika kedokteran dan etika bisnis.
Dari wilayah masalah dapat disebut: Etika tentang perang dan damai (termasuk di
dalamnya masalah persenjataan nuklir) dan etika lingkungan hidup.

2. Pembagian ke dalam makroetika dan mikroetika

Cara lain untuk membagikan etika terapan adalah dengan membedakan


antara makroetika dan mikroetika. Makroetika membahas masalah-masalah moral
pada skala besar. Suatu masalah disebut makroetika apabila masalah itu
menyangkut suatu bangsa seluruhnya atau bahkan seluruh umat manusia.
Mikroetika membicarakan pertanyaan-pertanyaan etis dimana individu terlibat,
seperti kewajiban dokter terhadap pasiennya atau kewajiban pengacara terhadap
kliennya..

3. Pembagian ke dalam etika individual dan etika sosial

Pembagian lain etika terapan adalah pembedaan antara etika individual dan
etika sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri,
sedangkan etika sosial membahas kewajiban manusia sebagai anggota masyarakat.
Masalah bunuh diri, yang dulu disebut sebagai masalah bagi etika individual,
ternyata tindakan tersebut tidak hanya melibatkan seorang individu yang
bersangkutan saja. Tindakan bunuh diri memiliki pengaruh besar atas keluarga,
teman-teman, kerabat, sekolah, lingkungan kerja, dan sebagainya. relavansinya.

E. Pendekatan Etika Terapan

Etika terapan mesti bekerjasama dengan disiplin ilmu-ilmu lain. Kerjasama


ini mutlak diperlukan, karena dia harus membentuk pertimbangan tentang bidang-
bidang yang sama sekali diluar keahliannya. Seorang etikawan akan sulit baginya
memberikan pertimbangan moral yang dapat dipertanggungjawabkan untuk suatu
masalah medis yang sama sekali tidak dimengertinya dengan baik. Dia
membutuhkan penjelasan atau ulasan yang memadai dan lengkap mengenai pilihan-
pilihan tindakan medis beserta berbagai argumen yang ada di belakangnya.

1. Pendekatan multidisipliner

Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang


sama oleh pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang
satu di samping yang lain. Setiap ilmuan dari satu disiplin ilmu akan berusaha
memberi penjelasan yang dapat dipahami juga oleh ilmuwan dari bidang lain.
Multidisipliner merupakan usaha menyoroti suatu masalah tertentu dari berbagai
seginya. Dalam melakukan hal ini, perspektif setiap ilmu tetap dipertahankan dan
tidak harus melebur dengan perspektif-perspektif ilmiah yang lainnya.

2. Pentingnya pendekatan kasuistik

Pendekatan kasuistik yang dimaksud adalah usaha memecahkan kasus-


kasus konkrit di bidang moral dengan menerapkan prinsip-prinsip etika umum.
Pendekatan kasuistik diakui sebagai metode yang efisien untuk mencapai
kesepakatan di bidang moral. Penaralan moral memang berbeda dengan penalaran
matematis, yang selalu dilakukan dengan cara yang sama kapan saja dan di mana
saja, tak terpengaruh oleh faktor faktor dari luar. Dengan pendekatan kasuistik ini,
sifat penaralan moral menunjukkan dua hal: Pertama: Disuatu pihak kasuistik
mengandaikan secara implisit bahwa relativisme moral tidak bisa dipertahankan.
Kasuistik timbul karena ada keyakinan umum bahwa prinsip-prinsip etis itu bersifat
universal dan tidak relatif saja terhadap suatu kegiatan konkret. Kedua: Umum
diterima juga bahwa prinsip-prinsip etis tidak bersifat absolut begitu saja, dan tidak
peduli dengan situasi konkret.

F. Metode Etika Terapan

Etika terapan bukanlah suatu pendekatan ilmiah yang pasti seragam. Etika
terapan tidak menyediakan metode siap pakai yang bisa dimanfaatkan begitu saja
oleh setiap orang yang berkecimpung di bidang ini. Namun demikian, terdapat
empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperanan dalam etika terapan,
betapa pun besarnya variasi yang dapat ditemui didalamnya. Artinya, siapa saja
yang ingin membentuk suatu pendirian yang beralasan tentang problem-problem
etis – juga di luar kerangka etika terapan yang resmi – akan mempunyai empat
unsur ini. Keempat unsur yang dimaksud adalah:

1. Sikap awal

Sikap awal merupakan sikap tertentu seseorang terhadap suatu hal atau
masalah yang dihadapinya. Sikap awal ini pada umumnya merupakan sikap yang
belum direfleksikan. Artinya, orang belum memikirkan mengapa dia bersikap
demikian terhadap masalah itu. Sikap awal ini terbentuk oleh macam-macam faktor
yang ikut memainkan peranan dalam hidup seorang manusia, seperti: pendidikan,
agama, kebudayaan, watak seseorang, pengalaman pribadi, media massa,
kebiasaan, dan lain-lain. Refleksi yang dilakukan selanjutnya dapat saja mengubah
sikap awal tadi atau malah semakin meneguhkannya.

2. Informasi

Kita butuh informasi penting dan obyektif mengenai sesuatu hal, dengannya
kita bisa mengetahui dengan lebih baik tentang sesuatu yang sedang kita hadapi.
Tanpa informasi yang memadai, maka sikap moral kita terhadap sesuatu sulit
dipertanggungjawabkan. Pentingnya mendapatkan informasi yang memadai
merupakan salah satu alasan mendasar mengapa etika terapan harus dijalankan
dalam konteks kerja sama multidisipliner. Dengan kerjasama multidisipliner,
berbagai informasi penting yang sangat kita butuhkan sebagai landasan objektif
pembentukan sikap yang dapat kita pertanggungjawabkan, dapat kita peroleh.

3. Norma-norma moral

Norma-norma moral sudah sedemikian mengakar di tengah-tengah


masyarakat, dan bukan baru diciptakan untuk kesempatan ini saja. Diantara norma-
norma moral yang ada tentu ada di antaranya yang relevan dengan masalah yang
sedang dihadapi. Penerapan norma-norma moral yang ada itu tidaklah berlangsung
seperti penerapan prinsip-prinsip teori mekanika dalam teknik. Norma-norma moral
yang ada bukanlah sesuatu yang sudah siap sedia dan tinggal diterapkan saja tanpa
mempertimbangkan banyak hal lain. Pembentukan penilaian moral bisa saja dimulai
oleh suatu kelompok kecil (semacam pressure group).
4. Logika berpikir

Penerapan prinsip logis-rasional dapat memperlihatkan hubungan antara


kesimpulan dengan premis-premis yang mendahuluinya, dan apakah kesimpulan
yang diambil dapat tahan uji jika diperiksa secara kritis menurut aturan-aturan
logika. Logika juga dapat menunjukkkan kesalahan-kesalahan penalaran beserta
inkonsistensi yang barangkali terjadi dalam argumentasi.

2.2 DUNIA ALAM

Alam yang indah dan lestari adalah suatu dambaan umat manusia. Alam
yang indah dan lestari merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup manusia dan
segala lapisan kehidupan yang ada di dalamnya. Namun, kenyataan memperlihatkan
bahwa alam sudah banyak mengalami kerusakan, bahkan sudah berada di ambang
kepunahannya, oleh ulah manusia sendiri. Untuk menjamin kelangsungan hidup kita
dan kelangsungan hidup generasi yang akan datang dalam suasana baik dan
menyenangkan, dan untuk menjamin kelangsungan berbagai lapisan kehidupan
yang ada di dalam alam, maka mau tak mau kita harus merubah sikap dalam
memandang dan memperlakukan alam.

A. Teori Etika Lingkungan Hidup

Sikap dan perilaku seseorang terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh


bagaimana pandangannya terhadap sesuatu itu. Kalau sesuatu hal dipandang
sebagai berguna dan penting, maka sikap dan perilaku terhadap sesuatu itu lebih
banyak bersifat menghargai. Manusia memiliki pandangan tertentu pada alam, di
mana pandangan itu telah menjadi landasan bagi tindakan dan perilaku manusia
terhadap alam. Apa pun pandangan yang dikembangkan tentang alam, sekarang
sudah semakin umum diterima bahwa sikap dan perlakuan baik manusia terhadap
alam tidak boleh hanya didasarkan pada kenyataan bahwa lingkungan itu penting
dan bermanfaat bagi manusia. Alasannya lebih dari itu. Alam memiliki nilai dalam
dirinya sendiri, yang harus dihargao dan dihormati.

1. Antroposentrisme

Antroposentrisme (antropos = manusia) adalah suatu pandangan yang


menempatkan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Pandangan ini
berisi pemikiran bahwa segala kebijakan yang diambil megenai lingkungan hidup
harus dinilai berdasarkan manusia dan kepentingannya. Kebijakan terhadap alam
harus diarahkan untuk mengabdi pada kepentingan manusia. Pandagan moral
lingkungan yang antroposentrisme disebut juga sebagai human centered ethic,
karena mengandaikan kedudukan moral lingkungan hidup yang terpusat pada
manusia.

Tinjauan kritis atas teori antroposentrisme:


 Antroposentrisme didasarkan pada pandangan filsafatyang mengklaim bahwa
hal yang bernuansa moral hanya berlaku bagi manusia. Manusia diagungkan
sebagai yang mempunyai nilai yang paling tinggi dan paling penting dalam
kehidupan ini, jauh melebihi semua makhluk lain. Manusia adalah satu-
satunya makhluk bebas dan rasional, yang mampu menguasai dan
menggerakkan aktivitasnya sendiri secara sadar dan bebas.

2. Biosentrisme

Biosentrisme adalah suatu pandangan yang menepatkan alam sebagai yang


mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan manusia. Dengan
demekian biosentrisme menolak teori antroposentrisme yang menyatakan bahwa
hanya manusia yang mempunyai nilai dalam intinya sendiri.

Tinjauan kritis atas teori biosentrisme :

 Biosentrisme menekankan kewajiban terhadap alam bersumber dari


pertimbangan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bernilai, baik bagi
kehidupan manusia maupun spesies lain dibumi ini.

3. Ekosentrisme

Ekosentrisme dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari teori etika lingkungan


biosentrisme. Kalau biosentrisme hanya memusatkan perhatian pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan perhatian pada seluruh komunitas
biologis, baik yang hidup maupun yang tidak. Pandangan ini didasarkan pada
pemahaman bahwa secara ekologis, baik makhluk hidup maupun benda-benda
abiotik lainnya saling terkait satu sama lain.

Tinjauan kritis atas teori ekosentrisme :

 Ekosentrisme, yang disebut juga deep emironmental ethics, Semakin


dipopulerkan dengan versi lain yang diperkenalkan oleh Arne Naes, Seorang
filsuf Norwegia, dengan menyebutnya sebagai Deep ecology. Ini adalah
suatu paradigma baru tentang alam dan seluruh isinya.

B. Bumi sebagai Satu Kesatuan Ekosistem

Untuk mengembangkan pandangan yang semakin tepat terhadap


lingkungan hidup diperlukan pemahaman yang semakin baik tentang keadaan dan
keberlangsungan berbagai lapisan kehidupan yang terjadi di bumi ini. Sikap
terhadap lingkungan juga merupakan sikap yang secara langsung atau tidak
langsung, sadar atau tidak sadar, diarahkan kepada diri sendiri dan umat manusia
seluruhnya. hal tersebut terjadi karena bumi merupakan suatu keanekaragaman
hayati yang saling bergantung satu dengan yang lainnya.

1.Ekosistem Bumi
Bumi mengandung didalamnya berbagai lapisan kehidupan, yang dalam
keberlangsungan nya saling terkait satu sama lain titik di dalam laut terdapat
berbagai lapisan kehidupan : ada yang di dekat pantai di tengah laut, di dekat
pemukiman laut atau di kedalamannya. juga ada kehidupan di dalam Sungai. dua di
danau; di dataran; di daerah dingin, daerah panas, daerah kering dan basah dataran
rendah, dataran tinggi dan juga di udara. Keseluruhan lapisan kehidupan tersebut
disebut biosfer (dari kata Yunani bios = hidup dan sphere = bola )Yang terdiri dari
ekosistem ekosistem yang tak terhitung jumlahnya.

2. Manusia hanya sebagai salah satu lapisan

Walaupun Manusia merupakan makhluk yang paling maju, yang memiliki


akal budi dan kehendak bebas, namun manusia hanyalah merupakan salah satu
lapisan kehidupan yang berlangsung di bumi ini tidak lebih dari itu.Manusia tidak
memiliki independensi mutlak dimana tidak mengalami pengaruh langsung atau
tidak langsung dari lingkungan hidup sekitarnya.

3. Peran manusia yang semakin besar

Menurut penyelidikan para ahli kebumian umumnya dikatakan bahwa bumi


kita ini sudah berusia 5 miliar tahun. 2 tahun pertama belum ada kehidupan di
atasnya karena saat itu bumi hanya terdiri dari atas benda-benda tak hidup seperti
batu-batuan, gas dan partikel partikel debu walaupun dikatakan belum ada
kehidupan di atasnya namun sejak semula bumi bersifat dinamis karena adanya
berbagai proses yang berlangsung seperti: proses gerakan dibawah tanah (tektonik),

C. Kehidupan Manusia dengan Lingkungan Hidupnya

1. Pengaruh seleksi alam

Seperti halnya semua makhluk hidup lainnya manusia terus berinteraksi


dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dan
sebaliknya Ia juga dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. manusia, seperti adanya,
yaitu fenotipenya, terbentuk oleh interaksi antara genotipe dan lingkungan hidupnya
genotipe juga tidaklah konstan melainkan terus-menerus mengalami perubahan
karena adanya mutasi pada gen dalam kromosom nya baik mutasi spontan maupun
mutasi karena pengaruh lingkungan.

2. Gambaran kedudukan manusia dalam alam lingkungannya

Tempat kedudukan manusia di tengah lingkungannya dapat dilihat dari dua


segi: Pertama: dari segi struktur perilaku dan kemampuan. Kedua: Dari segi
kedudukan dalam keseluruhan ekosistem.
BAB III

Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan mengenai teori-teori etika tentang lingkungan,


ditambah dengan gambaran mengenai hubungan dan kedudukan manusia dalam
alam semesta perlu dirumuskan suatu pemahaman dan sikap yang semakin baik dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup titik pemahaman yang semakin tepat
adalah pemahaman yang mendorong pada sikap dan perlakuan yang semakin
menjamin keberlangsungan segala proses kehidupan yang terdapat di dalam alam
semesta ini termasuk diantara manusia.

3.2 Saran

Berdasarkan pemaparan materi di atas, saran yang dapat kami berikan


adalah terapkan etika yang baik disekitar lingkungan hidup tempat tinggal kita, baik
itu terhadap sesama manusia, hewan, tumbuhan, dan yang ada diseluruh alam
dunia ini. Karena sekarang sudah semakin umum diterima bahwa sikap dan
perlakuan baik manusia terhadap alam tidak boleh hanya didasarkan pada
kenyataan bahwa lingkungan itu penting dan bermanfaat bagi manusia. Alasannya
lebih dari itu. Alam memiliki nilai dalam dirinya sendiri, yang harus dihargao dan
dihormati.
DAFTAR PUSTAKA

Gea, Atosỡkhi, Antonius dan Antonina Panca Yuni Wulandari. “Relasi dengan Dunia
(alam, Iptek & Kerja)” dalam buku character buildin

Anda mungkin juga menyukai