2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah guna untuk tugas kelompok mata
kuliah Character Building dengan materi dari buku Character Building IV: Relasi
dengan Dunia bab I dan II.
Tak lupa saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Nita Komala Dewi S.I. KOM., M.M selaku dosen pengampuh dari mata kuliah
Character Building yang sudah membantu dan membimbing kami. Serta kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang materi “Pengantar Etika Terapan”
dan “Dunia Alam” . Makalah ini tak lepas dari kesalahan dan kekurangan penulis,
untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya dan akan menerima kritik dan
saran dari para pembaca. Semoga makalah yang dapat kami buat dapat bermanfaat
dan bisa menambah ilmu pengetahuan.
Penyusun
BAB I
Pendahuluan
6. Ada banyak sekali manfaat yang bisa didapat jika membaca makalah
ini. Para pembaca bisa menambah wawasan dan lebih memahami
materi tentang lingkungan sosial dan masyarakat kebudayaan.
1.3. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita semua dapat mengetahui
dan juga menambah wawasan yang memahami tentang “Etika Terapan dan
Dunia Alam”.
BAB II
Pembahasan
A. Penjernihan Istilah
Kata yang sering muncul itu adalah kata 'etiket' dan juga kata 'moral' atau
'moralitas'. Ada juga istilah lain seperti 'amoral' dan 'immoral'. Untuk menghindari
kesalahpahaman, perlu dijelaskan perbedaan dan sekaligus kaitan antara istilah-
istilah itu.
Kata 'etika' berasal dari bahasa Yunani kuno 'ethos' (bentuk jamaknya 'ta
etha"), yang berarti: adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap, watak, cara
bertindak. Dari kata Yunani itu diturunkan kata ethics (Inggris), etika (Indone sia).
Kata yang cukup dekat dengan 'etika adalah 'moral', yang berasal dari bahasa Latin
'mos' (bentuk jamaknya 'mores'), yang memiliki arti yang kurang lebih sama dengan
ethos dalam bahaya Yunani, yakni: adat kebiasaan. Dari kata Latin itu diturunkan
kata 'moral' (Inggris) yang dalam bahasa Indonesia disebut 'moral' juga.
Walau terdapat persamaan arti antara etika dan etiket, na mun terdapat juga
perbedaan penting dan mendasar antar keduanya, yakni:
Adalah suatu kenyataan sekarang ini bahwa kita hidup dalam zaman yang
semakin pluralistik, tidak terkecuali dalam hal moralitas. Setiap hari kita bertemu
dengan orang-orang dari suku, daerah, lapisan sosial dan agama yang berbeda.
Ciri berikutnya yang menandai zaman kita adalah adanya. Suatu kepedulian
etis yang semakin universal. Selain gerakan-gerakan perjuangan moral yang
terorganisir, seperti dalam bentuk kerjasama antar Lembaga lembaga Swadaya
Masyarakat, antar Dewan Perwakilan Rakyat dari beberapa negara atau Serikat-
serikat Buruh, dan sebagainya, juga kita dapat menyaksikan adanya suatu
kesadaran moral universal yang tidak terorganisir tapi terasa hidup dan berkembang
di mana-mana.
Di sini etika dapat membantu orang untuk sanggup meng hadapi secara
kritis dan objektif berbagai ideologi yang muncul. Pemikiran kritis dapat membantu
untuk membuat penilaian yang rasional dan objektif, dan tidak mudah terpancing
oleh berbagai alasan yang tidak mendasar.
Etika juga diperlukan oleh para agamawan untuk tidak diri terhadap
persoalan-persoalan praktis kehi dupan umat manusia. Di satu pihak agama
menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, namun
sekaligus diharapkan juga mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan menutup diri
dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang mengalami perubahan
hampir di segala bidang.
Etika tampil dalam bentuk etika terapan (applied ethics) atau kadang
disebut filsafat terapan (applied phi losophy). pada awal abad ke 20, etika
dipraktekkan sebagai "metaetika". Ini adalah suatu aliran dalam filsafat moral yang
tidak menyelidiki baik-buruknya perbuatan manusia, melainkan "bahasa moral" atau
ungkapan-ungkapan manusia tentang baik dan buruk.
Di antara beberapa faktor itu dapat disebut faktor penting pertama adalah
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi, khususnya dalam
sektor ilmu-ilmu biomedis. Perkembangan pesat di bidang ini telah menimbulkan
banyak persoalan etis yang besar. Faktor penting kedua adalah terciptanya
semacam "iklim moral" yang mengundang minat baru untuk etika. Iklim baru yang
dimaksud berupa munculnya gerakan hak di berbagai bidang, yang secara khusus
telah mengundang peran aktual dari etika itu sendiri.
Penampilan baru etika dalam bentuk etika terapan sekarang ini mempunyai
konsekuensi juga untuk etika teoretis atau etika umum. Perdebatan tentang
masalah-masalah konkrit akhirnya akan memperjelas, menguji dan memper tajam
juga prinsip-prinsip moral yang umum. Sebaliknya, etika terapan sangat
membutuhkan bantuan dari teori etika, sebagai pegangan baginya dalam memasuki
pergumulan dengan masalah-masalah praktis. Di sini ia mempergunakan prinsip-
prinsip dan teori moral yang di sudah mempunyai dasar yang kukuh.
Walau ada banyak topik yang menjadi wilayah pembahasan etika terapan,
namun dapat dibedakan dua wilayah besar yang mendapat perhatian khusus dan
serius di dalamnya, yakni wilayah profesi dan wilayah masalah. Cabang etika
terapan yang paling banyak mendapat perhatian dalam zaman kita sekarang ini
dapat disebut dari sudut/ wilayah profesi, yakni: Etika kedokteran dan etika bisnis.
Dari wilayah masalah dapat disebut: Etika tentang perang dan damai (termasuk di
dalamnya masalah persenjataan nuklir) dan etika lingkungan hidup.
Pembagian lain etika terapan adalah pembedaan antara etika individual dan
etika sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri,
sedangkan etika sosial membahas kewajiban manusia sebagai anggota masyarakat.
Masalah bunuh diri, yang dulu disebut sebagai masalah bagi etika individual,
ternyata tindakan tersebut tidak hanya melibatkan seorang individu yang
bersangkutan saja. Tindakan bunuh diri memiliki pengaruh besar atas keluarga,
teman-teman, kerabat, sekolah, lingkungan kerja, dan sebagainya. relavansinya.
1. Pendekatan multidisipliner
Etika terapan bukanlah suatu pendekatan ilmiah yang pasti seragam. Etika
terapan tidak menyediakan metode siap pakai yang bisa dimanfaatkan begitu saja
oleh setiap orang yang berkecimpung di bidang ini. Namun demikian, terdapat
empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperanan dalam etika terapan,
betapa pun besarnya variasi yang dapat ditemui didalamnya. Artinya, siapa saja
yang ingin membentuk suatu pendirian yang beralasan tentang problem-problem
etis – juga di luar kerangka etika terapan yang resmi – akan mempunyai empat
unsur ini. Keempat unsur yang dimaksud adalah:
1. Sikap awal
Sikap awal merupakan sikap tertentu seseorang terhadap suatu hal atau
masalah yang dihadapinya. Sikap awal ini pada umumnya merupakan sikap yang
belum direfleksikan. Artinya, orang belum memikirkan mengapa dia bersikap
demikian terhadap masalah itu. Sikap awal ini terbentuk oleh macam-macam faktor
yang ikut memainkan peranan dalam hidup seorang manusia, seperti: pendidikan,
agama, kebudayaan, watak seseorang, pengalaman pribadi, media massa,
kebiasaan, dan lain-lain. Refleksi yang dilakukan selanjutnya dapat saja mengubah
sikap awal tadi atau malah semakin meneguhkannya.
2. Informasi
Kita butuh informasi penting dan obyektif mengenai sesuatu hal, dengannya
kita bisa mengetahui dengan lebih baik tentang sesuatu yang sedang kita hadapi.
Tanpa informasi yang memadai, maka sikap moral kita terhadap sesuatu sulit
dipertanggungjawabkan. Pentingnya mendapatkan informasi yang memadai
merupakan salah satu alasan mendasar mengapa etika terapan harus dijalankan
dalam konteks kerja sama multidisipliner. Dengan kerjasama multidisipliner,
berbagai informasi penting yang sangat kita butuhkan sebagai landasan objektif
pembentukan sikap yang dapat kita pertanggungjawabkan, dapat kita peroleh.
3. Norma-norma moral
Alam yang indah dan lestari adalah suatu dambaan umat manusia. Alam
yang indah dan lestari merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup manusia dan
segala lapisan kehidupan yang ada di dalamnya. Namun, kenyataan memperlihatkan
bahwa alam sudah banyak mengalami kerusakan, bahkan sudah berada di ambang
kepunahannya, oleh ulah manusia sendiri. Untuk menjamin kelangsungan hidup kita
dan kelangsungan hidup generasi yang akan datang dalam suasana baik dan
menyenangkan, dan untuk menjamin kelangsungan berbagai lapisan kehidupan
yang ada di dalam alam, maka mau tak mau kita harus merubah sikap dalam
memandang dan memperlakukan alam.
1. Antroposentrisme
2. Biosentrisme
3. Ekosentrisme
1.Ekosistem Bumi
Bumi mengandung didalamnya berbagai lapisan kehidupan, yang dalam
keberlangsungan nya saling terkait satu sama lain titik di dalam laut terdapat
berbagai lapisan kehidupan : ada yang di dekat pantai di tengah laut, di dekat
pemukiman laut atau di kedalamannya. juga ada kehidupan di dalam Sungai. dua di
danau; di dataran; di daerah dingin, daerah panas, daerah kering dan basah dataran
rendah, dataran tinggi dan juga di udara. Keseluruhan lapisan kehidupan tersebut
disebut biosfer (dari kata Yunani bios = hidup dan sphere = bola )Yang terdiri dari
ekosistem ekosistem yang tak terhitung jumlahnya.
3.1. Kesimpulan
3.2 Saran
Gea, Atosỡkhi, Antonius dan Antonina Panca Yuni Wulandari. “Relasi dengan Dunia
(alam, Iptek & Kerja)” dalam buku character buildin