Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

MENGAMATI DAN MEMPELAJARI APLIKASI TRAKTOR DAN


IMPLEMEN PADA PENGOLAHAN LAHAN TEBU

PG Rajawali II RNI Group PG Jatitujuh

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan


Mata Kuliah Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh :
Rifki Adi Pratama
240110110077

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Nama Mahasiswa : Rifki Adi Pratama


NPM : 240110110077
Program Studi : Teknik Pertanian
Fakultas : Teknologi Industri Pertanian
Tempat Praktek : PT. PG. Rajawali II Unit PG. Jatitujuh, Majalengka
Tanggal Praktek : 05 Januari 2015-02 Februari 2015
Mengamati dan Mempelajari Kinerja Traktor dan Implemen
Judul Laporan :
pada Lahan Tebu

Disetujui untuk diajukan sebagai Laporan Praktek Kerja Lapang.


Jatinangor, 06 Februari 2015

Menyetujui,
Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Instansi PKL

Irfan Ardiansah STP.,M.T. Heny S.


NIP. 197809212006041003

Mengetahui,
Koordinator PKL TMIP

Asri Widyasanti, STP., M.Eng.


NIP. 198307252006042001

LEMBAR PENILAIAN PRAKTEK KERJA LAPANG

i
Nama Mahasiswa : Rifki Adi Pratama
NPM : 240110110077
Program Studi : Teknik Pertanian
Tempat Praktek : PT. PG. Rajawali II Unit PG. Jatitujuh, Majalengka
Tanggal Praktek : 05 Januari 2015-02 Februari 2015
Mengamati dan Mempelajari Kinerja Traktor dan
Judul Laporan :
Implemen pada Lahan Tebu
Tanggal Laporan :
Nilai Dosen
:
Pembimbing
Nilai Pembimbing
:
Lapangan
Nilai Akhir
:

Jatinangor, 05 Februari 2015

Menyetujui,
Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Instansi PKL

Irfan Ardiansah STP.,M.T. Heny.S


NIP. 197809212006041003

Mengetahui,
Koordinator PKL TMIP,

Asri Widyasanti, STP., M.Eng.


NIP. 198307252006042001

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Lapangan dan
menyelesaikan laporan dari Praktik Lapangan. Penyusunan laporan ini tidak hanya semata
untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Lapangan saja namun sebagai salah satu
dokumentasi ilmiah yang dilakukan penulis selama 25 hari berada di lokasi Praktik
Lapangan. Selain itu laporan ini dibuat juga untuk para pembaca yang memerlukan
informasi mengenai lokasi tempat Praktik Lapangan yang mudah – mudahan bisa
membantu dan menambah wawasan para pembaca. Kegiatan Praktik Lapangan
dilaksanakan di PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat, yang dimulai
tanggal 5 Januari sampai 2 Februari 2015.
Melalui laporan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar –
besarnya atas segala dukungan dan bantuan nya kepada :
1. Ibu Asri Widyasanti sebagai dosen koordinator mata kuliah Praktek Kerja Lapang
(PKL) yang telah memberikan arahan kepada penulis mulai dari perencanaan,
pencarian tempat PKL hingga penyusunan laporan PKL.
2. Bapak Irfan Ardiansah sebagai dosen pembimbing mata kuliah Praktek Kerja
Lapang yang telah memberikan bimbingan dan nasihat – nasihat yang luar biasa
bermanfaat bagi penulis.
3. Bapak Ade sebagai bagian HRD PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh yang telah
memberikan dukungan pada kami selama PKL.
4. Bapak H. Jukri sebagai sebagai pembimbing lapangan PKL yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta ilmu kepada penulis saat berada di lapangan.
5. Bapak H. Saptari sebagai pembimbing lapangan kedua yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta ilmu kepada penulis saat berada di lapangan.
6. Ibu, Ayah, dan adik kandung penulis yang senantiasa selalu memberikan doa,
dorongan serta kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan laporan PKL ini.
7. Billy Abadinur dan Mumtaz yang sama-sama melaksanakan PKL di PT. Rajawali II
Unit PG Jatitujuh atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Semua pihak yang sudah membantu dan tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala perbuatan baik dari pihak – pihak
yang sudah membantu.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis
sendiri.

Bandung, Februari 2015


Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG i


LEMBAR PENILAIAN PRAKTEK KERJA LAPANG ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud Praktek Kerja Lapang 1
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapang 2
1.5 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapang 2
1.6 Metode Penulisan 3
BAB II MENGAMATI DAN MEMPELAJARI KINERJA TRAKTOR DAN IMPLEMEN
PADA PENGOLAHAN LAHAN TEBU 4
2.1 Jenis Kegiatan 4
2.2 Alat dan Bahan Kegiatan 4
2.3 Tahapan Kegiatan 4
2.3.1 Alat dan Mesin Pertanian Di PG Jatitujuh 4
2.3.2 Traktor Pertanian 5
2.3.3 Perawatan dan Perbaikan Traktor 7
2.4 ALAT BERAT8
2.5 IMPLEMEN 10
BAB III PENUTUP 18
LAMPIRAN 21

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Jumlah Traktor Pertanian............................................................................................6


Tabel 2. Data Alat berat Di PG Jatitujuh...........................................................................................9
Tabel 3. Data Implemen Di PG Jatitujuh.........................................................................................16
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jenis Traktor di PG Jatitujuh................................................................................7


Gambar 2. Perbaikan Traktor.................................................................................................8
Gambar 3. Jenis alat berat di PG Jatitujuh..........................................................................10
Gambar 4. Bajak 5 Piringan dan 4 piringan.........................................................................11
Gambar 5. Bajak Singkal.....................................................................................................12
Gambar 6. Alat Penggaruan.................................................................................................12
Gambar 7. Kair mata 1 dan mata 2......................................................................................13
Gambar 8. FA Kair...............................................................................................................13
Gambar 9. FA ratoon............................................................................................................14
Gambar 10. Chissel..............................................................................................................14
Gambar 11. Jenis trailer di PG Jatitujuh..............................................................................15
Gambar 12. Kerusakan pada Frame Implemen Bajak Piring..............................................16
Gambar 13. Pebaikan Pada Implemen.................................................................................17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Profil PT PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh.....................................................21


Lampiran 2. Surat Tugas Praktek Kerja Lapang..................................................................27
Lampiran 3. Surat Keterangan diterima PKL......................................................................28
Lampiran 4. Lembar Penilaian Pembimbing Lapangan......................................................29
Lampiran 5. Loogbook........................................................................................................30
Lampiran 6. Peta Lahan Perkebunan PG Jatitujuh..............................................................43
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Salah satu produk pangan yang penting di Indonesia adalah gula. Gula merupakan
bahan pangan yang penting bagi rakyat Indonesia dan juga termasuk Sembilan bahan
pokok. Namun pemerintah Indonesia masih mengimpor gula dari Negara lain yang
disebabkan tidak terpenuhinya pasokan gula di Indonesia. Tercatat produksi gula nasional
saat ini hanya 2,3 juta ton. Di sisi lain, konsumsi gula nasional mencapai 5,01 juta ton.
Maka Indonesia sampai saat ini masih mencatat defisit gula hingga 2,7 juta ton
(Indonesianfinancetoday.com 2011).
Sebagai salah satu perusahaan gula terbesar di Indonesia, peran PT PG Rajawali II
sangat penting dalam pemenuhan dan perkembangan industry gula yang ada di Indonesia.
PT PG Rajawali II memiliki beberapa unit dan salah satunya adalah PG Jatitujuh yang
terletak di Majalengka Jawa Barat. PG Jatitujuh merupakan unit yang terbesar yang
dimiliki oleh PT PG Rajawali II dalam industri gula. PG Jatitujuh sudah banyak
menerapkan teknologi dan mekanisasi di dalam budidaya tebu, mulai dari persiapan lahan,
pengolahan, perawatan tanaman, hingga pemanenan.
Penerapan PG Jatitujuh dalam hal teknologi dan mekanisasi dalam industri gula
dapat dijadikan sebagai suatu tambahan wawasan, pengetahuan, pengalaman, serta
informasi dalam bidang mekanisasi. Hal-hal tersebut dapat didapatkan dalam kesempatan
praktik lapanganan yang diadakan oleh perguruan tinggi. Jurusan Teknik dan Manajemen
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran
menekankan pada aspek keteknikan dalam mekanisasi dalam mata kuliah dan aplikasinya.
Maka PG Jatitujuh merupakan tempat yang sangat ideal bagi mahasiswa Teknik Tanah dan
Air yang melakukan praktik lapanganan guna mengetahui aplikasi yang sebenarnya di
dalam dunia keteknikan dan dunia kerja.

I.2 Maksud Praktek Kerja Lapang


Maksud dari dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk
memenuhi syarat akademik. Akan tetapi, selain itu juga kegiatan PKL ini diharapkan dapat
membekali mahasiswa berupa pengalaman bekerja pada suatu perusahaan/instansi, serta
dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam perkuliahan di dunia kerja.

1
I.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang
I.3.1 Tujuan Umum
1. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang kegiatan lapangan,
khususnya di industri pertanian.
2. Mendapatkan pengalaman bekerja pada suatu perusahaan yang berkaitan
dengan bidang teknik pertanian baik secara menyeluruh atau sebagian.
3. Mengaplikasikan kemampuan teoritis yang diperoleh selama kuliah di
Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran pada praktek-praktek nyata di
lapangan.
4. Mendapatkan kemampuan identifikasi dan analisis masalah untuk
menawarkan suatu penyelesaian (solusi) terhadap masalah tersebut.

I.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui berbagai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dalam industri
pertanian, khususnya melakukan pengamatan dan mempelajari kinerja
mesin traktor saat melakukan pengolahan lahan tebu di PT PG Rajawali II
Jati Tujuh.
2. Mempelajari kegiatan dari mulai pemilihan lahan yang akan diolah,
pemilihan traktor dan implemen yang akan di gunakan untuk pengolahan
lahan tebu.
3. Mempelajari kinerja traktor dan implement saat melakukan pengolahan
lahan tebu.

I.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dilakukan dari tanggal 05 Januari 2015 sampai
dengan 02 Februari 2015, bertempat di PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka,
Jawa Barat.

I.5 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Praktek Kerja Lapang ini dilakukan dengan memfokuskan pada pengamatan
langsung di lapangan bagaimana kinerja traktor dan implemen saat melakukan pengolahan
lahan tebu sehingga menghasilkan media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman
tebu.
I.6 Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Langkah awal pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) untuk mengetahui secara
langsung kondisi kegiatan dan sarana-sarana pendukung kegiatan industri di PT.
Rajawali II Unit PG Jatitujuh.
2. Metode wawancara
 Administrator, untuk mengetahui struktur organisasi perusahaan, tingkat
produksi, dan arah pengembangan perusahaan.
 Mekanik dari bagian mekanisasi, untuk mendapatkan informasi bagian mesin
yang digunakan dalm proses budidaya tebu.
 Operator mesin, untuk mengetahui lebih jauh cara pengoperasian dan cara kerja
mesin di lapanganan.
3. Pengambilan Data
Dilakukan sesuai dengan judul yang dikehendaki untuk mengetahui profil
perusahaan bersangkutan.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan sebagai data pelengkap dan pembanding, referensi dan
literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan. Selain itu untuk
memperoleh pembuktian dan alasan-alasan ilmiah dalam melakukan analisis
terhadap berbagai macam permasalahan yang dihadapi di lapanganan.

BAB II
MENGAMATI DAN MEMPELAJARI KINERJA TRAKTOR DAN IMPLEMEN
PADA PENGOLAHAN LAHAN TEBU

II.1 Jenis Kegiatan


Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dan mempelajari langsung di lapangan
bagaimana kinerja traktor dan implemen saat melakukan pengolahan lahan tebu sehingga
menghasilkan media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu. Adapun bentuk
kegiatan yang dilakukan selama PKL adalah
1. Mengamati lingkungan perusahaan secara menyeluruh khususnya dibagian
mekanisasi.
2. Melakukan pengamatan dan mempelajari langsung kinerja traktor dan implement
pada pengolahan tanah primer, pengolahan tanah sekunder, pembuatan kair,
pembuatan got, penanaman, penyiraman, pemeliharaan tanaman, dan perawatan
alat berat.

II.2 Alat dan Bahan Kegiatan


Alat yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Rajawali
II Unit PG Jatitujuh adalah sebagai berikut :
1. Topi
2. Alat Tulis
3. Kamera, untuk dokumentasi
Sedangkan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang di
Rajawali II Unit PG Jatitujuh adalah traktor dan implement.

II.3 Tahapan Kegiatan


II.3.1 Alat dan Mesin Pertanian Di PG Jatitujuh
Penggunaan alat dan mesin pertanian dalam skala industri memang sudah
mutlak diperlukan. Penggunaan alsintan tidak hanya membantu pengerjaan
manusia dalam proses budidaya tanaman tetapi juga akan meningkatkan efisiensi
dan profit dalam proses produksinya. Kondisi lahan yang tidak wajar dan luas
lahan yang sangat besar tidak dimungkinkan dikerjakan oleh manusia, maka peran
alsintan dalam kondisi ini adalah sangat penting dan mutlak dibutuhkan.
PG Jatitujuh sudah menerapkan penggunaan alsintan dalam proses budidaya
tebu. Walaupun belum 100% dikerjakan secara mekanis namun sebagian besar
proses budidaya tanaman tebu sudah dikerjakan secara mekanis. Pengadaan alat
dan mesin pertanian diusahakan oleh pihak PG Jatitujuh melalui pengajuan dari
bagian mekanisasi. Pengajuan oleh bagian mekanisasi tidak menjadi agenda setiap
tahun tetapi dilihat dari kebutuhan pekerjaan lahan dan kondisi keuangan pabrik.
Pembelian alat dan mesin pertanian PG Jatitujuh melalui lelang harga dan para
investor.

II.3.2 Traktor Pertanian


Penggunaan traktor pertanian (wheel tractor) di PG Jatitujuh bertujuan
untuk membantu pengerjaan agar lebih singkat dan efisien, hasil pekerjaan lebih
baik, dan menjamin ketepatan waktu. PG Jatitujuh memiliki berbagai macam merk
traktor seperti Massey Ferguson, Ford, Kubota, John Deere, dan New Holland.
Pada PG Jatitujuh kegunaan traktor dibagi menjadi dua yaitu traktor untuk
pengolahan tanah dan traktor untuk alat angkut/traksi.
Traktor pengolahan tanah berfungsi untuk menarik implemen-implemen
pengolahan tanah. Traktor jenis ini memiliki kondisi yang baik dan daya yang
relatif besar. Traktor jenis ini dibutuhkan dalam kondisi prima karena pekerjaan
nya yang berat dengan luas lahan yang sangat besar. Traktor traksi atau angkut
digunakan untuk menarik alat angkut untuk transportasi tebu, pupuk, bibit, tangki
air, BBM, pipa irigasi, pompa kebun, dan tenaga kerja. Traktor jenis ini
kebanyakan memiliki daya yang relatif lebih kecil dibanding traktor pengolahan
tanah. Sebagian besar traktor traksi juga merupakan bekas traktor pengolahan yang
sudah lama dan tua. Jumlah dan jenis traktor dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Traktor Pertanian


Aplikasi Keguna
Merk/Tipe Daya (hp) Tahun Pengadaan Jumlah Rusak Sisa
Div. Timur Div. Barat Umum an
County TW1164 110 1981 4 0 4 0 0 4 TTR
Ford 6600 79 1980, 1981, 2000 9 1 8 6 2 1 TTR
Ford 6640 90 1996 2 0 2 1 1 0 TPT
Ford 7810 105 1992 4 1 3 2 2 0 TTR
Ford 7840 105 1992 11 2 9 5 6 0 TPT
Ford 8730 163 1990 4 1 3 2 2 0 TPT
John Deere 2040 82 2000 2 0 2 1 1 0 TTR
John Deere 2650 82 1994 3 0 3 0 0 3 TTR
John Deere 4255 120 1991 3 1 2 1 2 0 TPT
John Deere 6020 2010 3 0 3 1 2 0 TPT
John Deere 6405 106 2005 1 0 1 1 0 0 TPT
John Deere 6415 110 2006 2 0 2 1 1 0 TPT
John Deere 6505 110 2001 2 1 1 1 1 0 TPT
John Deere 7020 2010 3 0 3 1 2 0 TPT
John Deere 7505 140 2005 1 0 1 0 1 0 TPT
John Deere 7710 150 1997 1 1 0 1 0 0 TPT
John Deere 8420 269 2003 2 1 1 1 1 0 TPT
Kubota M7500DT 81 1982 & 2001 11 2 9 5 4 2 TTR
Massey Ferguson 290 79 1981, 1982, 2000, & 16 2 14 1 6 9 TTR
2006
Massey Ferguson 399 111 1996-2000 23 2 21 12 11 0 TPT &
TTR
Massey Ferguson 5365 120 2003-2004 4 2 2 2 2 0 TPT
New Holland 8970A 250 2002 2 1 1 1 1 0 TPT
New Holland TM150 150 2007 1 1 0 1 0 0 TPT
Sumber : PG Jatitujuh
TPT : Traktor Pengolahan Tanah
TTR : Traktor Traksi

Gambar 1. Traktor Ford 7840 gambar 2. Taktor john Deere 6505

Gambar 3. New Holland 8970 A Gambar 4. John Deere 4255

Gambar 5. John Deere 8420 Gambar 6. Massey Ferguson


Gambar 7. New Holland TM7020 Gambar 8. New Holland TM150

Gambar 9. Massey Ferguson 399 Gambar 10. John Deere 6415

II.3.3 Perawatan dan Perbaikan Traktor


Perbaikan dan pemeliharaan traktor di PG Jatitujuh dilakukan di bengkel traktor.
PG Jatitujuh memiliki dua tempat bengkel traktor yaitu di bagian timur dan barat. Bagian
timur bengkel berada di wilayah pabrik tepatnya dekat kantor mekanisasi. Di bagian barat
bengkel berada di daerah Balok Guyang. Pembagian bengkel ini bertujuan untuk
menjangkau jarak kebun yang luas dan menangani apabila ada kerusakan. Namun apabila
traktor yang ada di bagian barat mengalamai kerusakan berat dan tidak bisa diperbaiki di
bengkel barat, traktor tersebut akan dibawa ke bengkel timur dengan cara ditarik oleh
traktor lain.
Perawatan preventiv pada traktor dilakukan pada setiap 250 jam kerja traktor.
Setiap sehabis 250 jam maka traktor mengalami perawatan kecil yang berupa penggantian
oli filter, oli mesin, dan pengecekkan air radiator. Selain itu terdapat perawatan harian yang
meliputi pemeriksaan oli mesin, tekanan ban, pelumasan/grease, pengecekan air radiator,
air aki, transmisi, dan hidrolik. Perbaikan hidrolik juga membutuhkan waktu yang cukup
lama dibandingkan perbaikan – perbaikan bagian traktor lainnya. Kegiatan perbaikan
traktor dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar11. Perbaikan Traktor
(sumber : Dokumen Pribadi)

II.4 ALAT BERAT


Alat berat merupakan hal yang penting dalam proses produksi gula. Alat berat
berguna untuk mempermudah pekerjaan di lapanganan yang sulit dan tidak mungkin
dikerjakan oleh manusia. Di PG Jatitujuh terdapat berbagai macam alat berat seperti
bulldozer, excavator, motor grader, wheel loader, mobil crane, grabe loader, cane
harvester, forklift, road roller.
Penggunaan dan manajemen alat berat ini dibawah bagian workshop mekanisasi
langsung. Apabila ada kerusakan pada alat berat, langsung diperbaiki oleh mekanik alat
berat yang ada pada bengkel alat berat di bagian workshop mekanisasi. Kendala yang
dialami pada pengoperasian alat berat adalah alat-alat yang sudah tua sehingga kinerjanya
kurang optimal dan ketertinggalan dengan metoda electrical sistem. Adapun jenis, kondisi,
dan kegunaan dapat dilihat pada tabel dan Tabel 2 dan kegunaan alat berat dapat dilihat
pada Tabel 3, serta Gambar alat berat dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 2. Data alat berat di PG Jatitujuh


Daya Tahun Rusak
No. Nama Alat Jumlah Siap Pakai
(hp) Pengadaan
Ringan Sedang Berat
1 Grabe Ldr Cam.L1600 6 79 1982 5 0 0 1
2 Grabe Ldr SP1800B 4WD 1 100 1992 1 0 0 0
3 Grabe Vanguard V1900 2 100 1996 2 0 0 0
4 Grabe John Deere 1850 1 185 2010 1 0 0 0
5 Harvester Austof 7700 2 240 2002 2 0 0 0
6 Wheel Loader Cat. 930 6 100 1979 1 0 0 5
7 M. Grader Kom.GD505R 4 130 1982 2 1 1 0
8 R.Roller Bomag BW170 3 60 1979 3 0 0 0
9 M. Crane Tad.Hino 2 100 1981 1 0 0 1
10 Forklift 1 1 0 0 0
11 Excavator Kom. PC 120 3 90 1982 3 0 0 0
12 Bulldozer Kom. D60E 6 155 1981 5 0 0 1
TOTAL 37 27 1 1 8
Sumber : PG Jatitujuh

Gambar 1. Jenis alat berat di PG Jatitujuh


(sumber : PG jatitujuh)

Perawatan dan perbaikan alat berat secara umum sama dengan perawatan dan
perbaikan traktor. Perawatan dan perbaikan alat berat hanya dilakukan di bengkel bagian
timur dan disimpan di bengkel timur juga. Perbedaan perbaikan alat berat dengan traktor
hanya kepada perbaikan equipment dan undercarriage. Perbaikan equipment meliputi
pemeriksaan bagian yang aus/retak pada bagian – bagian dalam dan luar alat berat seperti
pin, bushing, sepatu, dan frame. Sedangkan perbaikan undercarriage meliputi perbaikan
roll, track link, dan sprocket.

II.5 IMPLEMEN
Implemen adalah alat proses budidaya tebu yang cara kerjanya ditarik oleh traktor.
Besarnya daya yang dibutuhkan traktor untuk menarik implement tergantung dari
implement itu sendiri. PG Jatitujuh menggunakan banyak jenis implement untuk
digunakan pada pengolahan ataupun alat angkut kebutuhan kebun. Pengadaan implement
ini melalui supplier yang ada di Indonesia dan sebagian besar ada juga yang membuat
sendiri di bengkel. Pembuatan implemen ini didasari dari keluhan kerja yang disampaikan
operator. Pembuatan implemen ada yang hanya memodifikasi dari bentuk yang sudah ada
dan ada juga yang membuat berdasarkan ide sendiri.

a. Bajak Piring
Bajak piring adalah implemen yang berbentuk piringan dan memiliki cekungan
yang digunakan untuk pengolahan tanah. Bajak piring berfungsi untuk memotong,
memecah, dan membalikan tanah dengan perputaran piringan yang ditarik oleh traktor.
Bajak piring cocok digunakan pada lahan keras, berbatu, dan banyak sisa akar - akaran.
Bajak piring digunakan untuk melakukan kegiatan bajak I dan bajak II. Pada PG Jatitujuh
terdapat dua jenis bajak piring yaitu bajak piring dengan 4 piringan dan bajak piring
dengan 5 piringan. Kerusakan yang sering terjadi pada bajak piring adalah di bagian
sambungan pada baut dan pada piringan nya sendiri. Bajak piring dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 2. Bajak 5 Piringan dan 4 piringan


(sumber : Dokumen Pribadi)

b. Bajak Singkal
Bajak singkal (moldboard plough) adalah jenis implemen yang digunakan untuk
bajak I. Alat ini berfungsi untuk menembus, memotong, membalikkan, dan memecah tanah
yang sekaligus akan menutup gulma dan menjadikannya kompos didalam tanah.
Keunggulan alat ini dibanding bajak piring adalah pembalikkan tanah yang lebih
sempurna, baik untuk lahan yang dipenuhi vegetasi, dan pengolahan dapat lebih dalam
yang mencapai 40-50 cm. Namun kekurangan alat ini adalah membutuhkan tenaga yang
lebih besar serta tidak bisa bekerja baik pada tanah yang lengket, berat, berbatu, kering dan
keras.
Sejak tiga tahun terakhir PG Jatitujuh sudah tidak lagi menggunakan bajak singkal.
Hal ini dikarenakan biaya perawatan dan operasi alat yang cukup besar dan kondisi tanah
yang tidak cocok apabila dilakukan pembajakan menggunakan bajak singkal. Pihak
mekanisasi hanya menggunakan bajak piring dan ripper saja untuk proses pengolahan
tanah. Bajak singkal dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 3. Bajak Singkal


(sumber : Dokumen pribadi)
c. Garu
Garu atau harrow digunakan pada kegiatan penggaruan. PG Jatitujuh menggunakan
garu piring dalam proses penggaruan. Garu piring berguna untuk menghaluskan tanah
hasil pengolahan tanah I dengan cara membalikan tanah dengan berlawanan arah agar
tanah bisa lebih hancur. PG Jatitujuh memiliki 4 buah Giant Harrow yang digunakan untuk
proses penggaruan. Salah satunya adalah garu towner yang memiliki 20 buah piringan
scalloped disc yang memiliki pola tandem. Jenis scalloped dapat menembus tanah lebih
baik dibanding dengan sircular disc. Alat ini membalikan tanah ke arah berlawanan yang
menjadikan hasil lebih halus dan rata. Alat penggaruan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 4. Alat Penggaruan


(sumber : Dokumen Pribadi)

d. Pengkair
Pengkair adalah alat yang digunakan untuk membuat alur tanaman dan guludan.
Alat ini bekerja dengan cara ditarik oleh traktor. Alat ini terdiri dari pisau pembelah tanah
dan sayap untuk pembuatan guludan. PG Jatitujuh terdapat dua jenis pengkair yaitu kair
mata satu dan kair mata dua. Kair mata satu digunakan untuk membuat got malang,
sedangkan kair mata dua digunakan untik membuat alur tanaman. Di PG Jatitujuh alat ini
dimodifikasi menjadi FA kair yaitu untuk membuat alur sekaligus pemberian pupuk. Kair
mata satu dan dua dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 5. Kair mata 1 dan mata 2


(sumber : Dokumen Pribadi)
e. FA Kair
FA kair berguna untuk membuat alur tanaman sekaligus untuk pemberian pupuk
agar meningkatkan efektifitas dan mempersingkat waktu. Alat ini merupakan hasil
modifikasi dari kair mata 2. Alat ini memiliki dua hopper yang berguna untuk menampung
pupuk yang akan diberikan ke dalam tanah. Masing – masing hopper memiliki kapasias
1.5 ku, sehingga alat ini memiliki kapasitas pupuk total sebesar 3 ku. Hopper tersebut
dilengkapi oleh agitator untuk alat penjatah pupuk yang digerakkan oleh PTO. Selain itu
juga terdapat tyne dan sayap untuk membelah tanah dan membuat alur. Alat ini digunakan
untuk plant cane atau tanaman tebu pertama. Implemen FA kair dapat dilihat pada Gambar
8.

Gambar 6. FA Kair
(sumber : Dokumen Pribadi)

f. FA Ratoon
FA ratoon merupakan alat yang digunakan untuk pemupukan tanaman ratoon. Alat
ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu tyne, sayap, dan hopper. Tyne berfungsi untuk
membuka tanah yang kemudian akan diberikan pupuk dari hopper melalui selang dan akan
ditutup dengan sayap yang ada di belakang tyne. Kapasitas hopper pada alat ini sama
dengan kapasitas hopper di FA kair. Implemen FA ratoon dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 7. FA ratoon
(sumber : Dokumen Pribadi)

g. Chissel
Chissel merupakan alat budidaya tebu yang berguna untuk memotong akar lama,
menggemburkan tanah, membuat guludan, dan memberantas gulma. Chissel memiliki
bagian utama seperti frame, tyne, dan klem. Cara kerja chissel adalah dengan cara ditarik
oleh traktor dan akan memotong tanah dengan tyne-nya. Pada PG Jatitujuh juga sudah ada
beberapa modifikasi chissel yang digunakan agar lebih meningkatkan efisiensi kerja
seperti pembuatan chissel dengan penyusunan tyne yang zigzag dengan tujuan
menghindari tersangkutnya sampah dan kotoran yang akan mengurangi efisiensi dari alat
tersebut. Dari hasil pengerjaan chissel dapat memudahkan proses pemupukan karena tanah
yang sudah dipecah oleh tyne. Implemen Chissel dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 8. Chissel
(sumber : Dokumen Pribadi)

h. Subsoiler
Subsoiler atau ripper berguna untuk memecah lapisan keras tanah (hardpan) karena
telah terjadi pemadatan tanah akibat lalulintas traktor, truk dan trailer pada saat
pemanenan. Kegiatan ini bertujuan membuat tanah menjadi bongkahan yang masih besar-
besar, menghancurkan guludan dan menembus kedalaman tanah 40-60 cm. Metode belok
yang dilakukan adalah U-shape turning yaitu cara belok dengan membentuk huruf U,
sedangkan metode Ripping disesuaikan dengan kondisi lahan. PG Jatitujuh juga sudah
membuat subsoiler dengan 4 mata yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
lapangan.

i. Alat Angkut (Trailer)


Alat angkut atau trailer digunakan untuk mengangkut atau memindahkan produk
pertanian atau barang yang berkaitan dengan budidaya tanaman dari suatu tempat ke
tempat lain dengan jarak yang jauh. PG Jatitujuh mempunyai berbagai macam trailer di
antaranya trailer pupuk, tangki air, kapur, trailer bukaka, pipa irigasi, BBM, dan trailer alat
berat. Trailer–trailer tersebut ditarik oleh trakor traksi. Terkadang trailer juga mengangkut
pekerja atau buruh yang bekerja dari kebun ke pabrik atau sebaliknya. Macam-macam
trailer dapat dilihat pada Gambar 11. Adapun data Implemen dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 9. Jenis trailer di PG Jatitujuh

(sumber: Dokumen Pribadi)

Tabel 3. Data implemen di PG Jatitujuh


Tahun
No. Nama Implemen / Tipe Jumlah Kegunaan
Pengadaan
1 Disc Plow 5 Disc Baldan ACHR Brazil 9 P.Tanah bajak I/II 1990
2 Disc Plow 4 Disc MF765 (3+1 Disc) 16 P.Tanah bajak I/II 1990
3 Moldboard Plough Merk.Baldan AAFT 4 10 P.Tanah bjk.singkal 1992
4 Giant Harrow Towner T770 Ø 32 " 6 P.Tanah 1981
5 Furower Huard SO270 19 Kairan (Div Barat) NN
6 Fertilizer Applicator kair Kair 10 Pemupukan 1990
7 Fert.App.ratoon Baldan Cace cap.370 ltr(with double hopper) 30 Pemupukan (Div.Tim) 1992
8 Chissel Plow MF24 10 kso usaha m.(2006) 1981
9 Chissel PC Modifikasi 8 Div.Timur NN
10 HD.Subsoiler Ransomes C90 9 Div.Timur 1990
11 Subtiler Ransomes C90 4 Div.Timur 1989
12 Rotaslasher KMT Ex. Muangthai RS60 8 Babad rumput 1991
13 Ripper 3 Tyne 9 Bajak I 2007
14 Dondy Ditcher (Dondy DBR65) 4 Ex.Divisi Timur 1981
15 Trailer Pipa 9 Angkutan pipa 1990
16 Agritrailer 8 Angk.pupuk,tenaga 1992
17 Trailer Bonel 9 Angk.BBM, tenaga 1980
27 Tanki Air 24 Angk. air herbisida 1980
28 Trailer Bukaka 23 Angk.tebu giling 1993
29 Trailer Nippon Sharyo 5 Angk.tebu giling 1982
Jumlah 243
Sumber : PG Jatitujuh

Perbaikan implemen berbeda dengan traktor dan lain nya. Perbaikan implement
tidak memiliki waktu rutin atau jadwal tetapi berdasarkan keperluan dan kerusakan yang
terjadi. Perbaikan implemen dilakukan di bengkel implemen yang terletak di bengkel timur
dan barat. Perbaikan implemen meliputi pengelasan implemen yang patah, perbaikan
bearing, perbaikan implemen yang bengkok dan sebagainya. Kerusakan dan perbaikan
implemen dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. Perawatan yang dilakukan di
bengkel implemen meliputi pemeriksaan baud, mur, bearing, seal, frame dan lainnya.

Gambar 10. Kerusakan pada Frame Implemen Bajak Piring


(sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 11. Pebaikan Pada Implemen
(sumber : Dokumen Pribadi)

BAB III
PENUTUP

Proses dan kegiatan budidaya tebu di PG Jatitujuh sudah dimulai dari tahun 70-an.
Sekitar tahun 1978 proses gilingan sudah dimulai di PG Jatitujuh, sehingga bisa dikatakan
PG Jatitujuh sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan budidaya tebu dan proses
produksi gula serta manajemen pabrik didalamnya. Dengan pengalamannya tersebut PG
Jatitujuh mampu memproduksi gula dengan mapan dan kontinyu. Ditambah lagi produksi
dan rendemen gula pada PG Jatitujuh masih bisa dibilang paling tinggi dibanding unit lain
yang berada dibawah manajemen PT PG Rajawali II. Keberhasilan PG Jatitujuh tidak
terlepas dari peran para karyawan yang ada di dalamnya. Karyawan PG Jatitujuh berasal
dari berbagai daerah yang mencapai jumlah 10114 karyawan termasuk karyawan tetap,
musiman, dan borong. Karyawan-karyawan PG Jatitujuh berasal dari Indramayu,
Majalengka, Cirebon, dan banyak yang dari luar Majalengka untuk tenaga borongannya.
Karyawan borongan memiliki jumlah paling banyak di PG Jatitujuh karena berasal dari
berbagai macam daerah termasuk luar Majalengka. Karyawan borongan akan banyak
berdatangan apabila musim tebang tiba.
Sebagian besar proses budidaya tanaman tebu di PG Jatitujuh menggunakan sistem
mekanis yaitu dengan alsintan yang tersedia di bagian mekanisasi, sehingga kegiatan
proses budidaya dapat dilakukan secara efektif. Kebanyakan alsintan di PG Jatitujuh sudah
berumur tua maka perawatan yang intensif dan perbaikan-perbaikan di bengkel sering
dilakukan untuk menjaga performa dan kinerja dari alsintan tersebut. Proses budidaya di
PG Jatitujuh tidak semua dikerjakan dengan sistem mekanis, hal ini dikarenakan pihak
pabrik masih sangat menghargai tenaga-tenaga manusia yang berada di sekitar pabrik.
Selain itu juga adalah mengenai biaya operasi yang tinggi apabila menggunakan full
mekanis.
Kegiatan yang masih menggunakan tenaga manusia atau manual adalah
penanaman, penebangan, dan pengeprasan. Penanaman masih dilakukan secara manual
dengan cara menaruh bibit tebu di atas alur lalu menutupnya dengan cangkul. Kegiatan ini
memakan waktu yang lama karena bergantung pada jumlah tenaga kerja yang
melaksanakan penanaman dan jam kerja penanaman. Penebangan juga dilakukan secara
manual dengan tenaga tebang manusia yang menggunakan arit yang sangat tajam. Alasan
mengapa pabrik tidak menggunakan chopper harvester untuk penebangan adalah karena
akan banyak tenaga kerja yang menganggur karena perannya tergantikan oleh mesin, serta
pertimbangan biaya yang lebih besar menggunakan mesin dibanding manusia.
Proses dan kinerja alsintan di PG Jatitujuh sangat banyak. Dari mulai pengolahan
tanah, pemupukan, dan pemeliharaan menggunakan alsintan yang tersedia di pabrik.
Masing - masing proses tersebut memiliki kinerja yang berbeda dilapanganan. Dari hasil
pengamatan proses pengolahan tanah primer memiliki efisiensi lapangan cukup rendah
dikarenakan waktu tidak bekerja alat cukup lama, diantaranya digunakan operator untuk
beristirahat, memasang pelindung pakaian dari sinar matahari ditengah - tengah pekerjaan.
pengolahan tanah. Sedangkan untuk pengolahan tanah sekunder atau penggaruan
didapatkan efisiensi yang sangat baik. Hal ini jauh berbeda dengan pengolahan tanah
primer. Perbedaan efisiensi yang jauh ini disebabkan oleh tidak adanya waktu belok bagi
proses penggaruan dan traktor yang digunakan pada proses penggaruan adalah traktor yang
memiliki kabin operator cukup nyaman yang memiliki pendingin udara didalamnya
sehingga operator tidak perlu beristirahat lama dan memasang alat pelindung sinar
matahari.
Pabrik gula Jatitujuh juga memiliki sistem penggolongan tingkat operator di mana
ada tiga tingkatan operator yang didasarkan oleh pengalaman, keahlian, resiko kerja, jenis
dan harga unit dan implemen. Operator tingkat I adalah operator yang paling tinggi
tingkatannya. Adapun keahlian operator tingkat I dapat menjalankan wheel tractor,
bulldozer D50, buldozzer D60, bulldozer D85, harvester, motor grader, big excavator,
excavator kair, harrow, FA kair, FA Ratoon, grabe loader, ditcher, dan secara umum dapat
menjalankan semua unit mekanisasi yang ada di PG Jatitujuh. Keahlian peringkat II adalah
dapat menjalankan grabe loader, wheel tractor, kair, chissel, ditcher, ditcher, subsoiler,
rotashlaher, subsoiler ratoon dan PC, trailer bukaka, trailer Nippon, trailer gandeng, dan
tarikan. Sedangkan keahlian pada operator tingkat III adalah dapat menjalankan angkutan
pupuk, angkutan pompa kebun, angkutan bibit, angkutan material, angkutan tenaga kerja,
dan angkutan tangki air. Sebagian besar fungsi bagian – bagian alsintan di PG Jatitujuh
tidak dalam kondisi yang optimal. Hal ini ditandai dengan terlihatnya kursi operator yang
rusak, kap traktor yang sudah rusak, dan beberapa sistem kendali traktor dan alat berat
yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan oleh unsur alsintan yang
sudah tua, suku cadang yang tidak diganti ataupun memang tidak ada suku cadang dan
lainnya.
Dari hasil wawancara saya dengan salah seorang karyawan mekanisasi dalam hal
perbaikan dan perawatan alsintan di PG Jatitujuh dilakukan secara merata dan sama
perlakuannya, yaitu terdapat perawatan setelah 250 jam kerja, 500 jam kerja, 750 jam
kerja, dan 1000 jam kerja. Kendala dalam hal perbaikan dan perawatan adalah seringkali
kehabisannya stok barang yang rusak dan harus diganti. Hal ini menyebabkan
keterlambatan perbaikan sehingga mesin tidak dapat dipakai dan diistirahatkan lebih lama.
Dari hasil pengamatan dan pembelajaran selama PKL disimpulkan bahwa sebagian
besar kegiatan budidaya tanaman tebu di PG Jatitujuh sudah menggunakan mekanisasi
walaupun ada beberapa yang masih menggunakan manual seperti penanaman, penyiangan,
dan penebangan. Lalu kinerja mesin budidaya tebu di PG Jatitujuh sudah baik namun
masih belum optimal. Seperti pada pengolahan tanah primer yang masih memiliki efisiensi
rendah. Hal ini dikarenakan keadaan mesin yang memang sudah tua, belum adanya SOP
untuk operator dalam hal pemakaian alsintan, serta kurangnya sumber air untuk kebutuhan
irigasi. Serta pekerja – pekerja di bengkel mekanisasi atau mekanik masih tergolong
mampu untuk mengatasi permasalahan alsintan di PG Jatitujuh. Hanya saja mekanik di PG
Jatitujuh tertinggal dalam hal electrical system untuk memperbaiki traktor-traktor keluaran
baru yang menggunakan system computer.

LAMPIRAN

Lampiran 1.Profil PT PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh


1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Pada tahun 1971, pemerintah Indonesia mengupayakan swasembada gula dengan
melakukan kerjasama dengan Bank Dunia dan membentuk Indonesian Sugar Study (ISS).
Program tersebut berisi pembebasan atau pembukaan areal baru yang berorientasi pada
lahan kering. Survei terhadap lapangan terus dilakukan di beberapa wilayah antara lain di
Hutan Loyang, Jati Munggul, dan Jatitujuh. Sebagai salah satu kebijakan pemerintah
dalam menindaklanjuti program tersebut, Menteri Pertanian mengeluarkan SK
No.795/Mentan/VI/1975 pada tanggal 23 Juni 1975 tentang izin prinsip Pabrik Gula di
Jatitujuh yang dikenal sebagai “Proyek Gula Jatitujuh”. Berlanjut dengan keluarnya SK
Menteri Pertanian No.2033/DJ/J/1975 pada tanggal 10 Juli 1975 tentang dasar-darar
pengaturan lebih lanjut mengenai SK Mentan. Setelah Mentan mengeluarkan kembali SK
No. 481/KPTS/UM/1975 pada tanggal 9 Agustus 1976 maka areal Badan Kuasa
Pemangku Hutan (BKPH) Jatimunggul, Cibenda, Kerticala, dan Jatitujuh dibebaskan
untuk dikelola oleh PNP XIV Proyek Gula Jatitujuh.
Pada tahun 1977-1978 dibangun pabrik gula yang ditangani oleh kontraktor
Perancis Five Cail Babcock (FCB) dan Pabrik Gula Jatitujuh diresmikan pada tanggal 5
November 1980 oleh Presiden Soeharto dalam rangka meningkatkan produksi gula dalam
negeri sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula nasional dan mampu merangsang
berdirinya pabrik-pabrik gula baru lainnya. Perkembangan selanjutnya berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1981 tanggal 1 April 1981 PNP XIV diubah menjadi
PTP XIV (Persero) dan Pabrik Gula Jatitujuh menjadi salah satu pabrik yang berada
dibawah naungan PTP XIV (Persero) yang berlokasi di Propinsi Jawa Barat. Selama
perjalanan PTP XIV mengalami banyak gangguan teknis maupun manajemen, sehingga
perusahaan diserahkan kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia. Hal tersebut dilakukan
sebagai upaya penyehatan usaha. Penyerahan perusahaan tersebut berdasarkan SK Menteri
Keuangan No. 1326/MK/013/1988 pada tanggal 30 Desember 1988 sedangkan peralihan
secara tertulis dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 1989.
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu BUMN yang
berada dalam lingkup Departemen Keuangan. Bidang usahanya mencakup perdagangan,
ekspor-impor, produsen obat-obatan, pabrik kulit, dan pabrik gula. Perkembangan
selanjutnya adalah perubahan anggaran dasar perseroan yang tercatat dalam akte No. 94
pada tanggal 28 Agustus 1996 yang dibuat oleh Notaris Achmad Abid, SH. Nama PT
Perkebunan XIV kemudian digantikan menjadi PT Pabrik Gula Rajawali II (Gambar 1)
yang merupakan anak perusahaan dari PT Rajawali Nusantara Indonesia. Saham
perusahaan ini dimiliki seluruhnya bersama pabrik gula lainnya, yaitu PG Tersana Baru,
PG Karangsuwung, PG Sindang Laut, PG Subang, dan Pabrik Spiritus dan Alkohol (PSA)
Palimanan.
PT PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh menjalankan usahanya dalam dua bidang
usaha pokok dan diversifikasi. Dibidang usaha pokok, PG Jatitujuh memproduksi gula
SHS sebagai salah satu produk unggulan dan molasses (tetes) sebagai produk sampingan.
Molasses merupakan salah satu produk sampingan yang diolah menjadi spirtus dan produk
ini merupakan produk yang dapat menghasilkan produktivitas yang cukup tinggi,
sedangkan untuk diversifikasi sampai tahun 2008, PG Jatitujuh mengembangkan usaha
dibidang hortikultura. Tanaman hortikultura yang dibudidayakan antara lain buah mangga,
jeruk, nangka, dan tanaman semusim (cabe, terong, dan tanaman obat-obatan). Bidang ini
bertujuan memanfaatkan lahan-lahan yang kurang produktif untuk tanaman tebu. Selain
usaha tersebut, terdapat juga Pabrik Pakan Ternak bernama Mitra Cane Top yang bergerak
dalam pengolahan limbah pucuk tebu menjadi pakan sapi. Hasil produk ini sebagian besar
diekspor dan sisanya dipakai sebagai konsumsi lokal. Pada tahun 2010 PG Jatitujuh hanya
fokus pada pengolahan tanaman tebu. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan
produktivitas dari tanaman tebu dan produksi gula.

1.2 Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan


1. Visi Perusahaan: menjadi pabrik gula dengan kinerja terbaik agar mampu tumbuh
dan berkembang serta memenuhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan (stake
holder).
2. Misi Perusahaan: mampu mempertahankan hidup perusahaan dalam kondisi
ekonomi terpuruk dalam era globalisasi. Menciptakan lingkungan yang sehat
dengan produktivitas yang tinggi. Mampu meningkatkan secara optimal
kesejahteraan seluruh karyawan.
3. Strategi Perusahaan: melaksanakan usaha berdasarkan program Rencana Kerja dan
Anggaran Pekerjaan (RKAP) dengan iklim kerja yang sehat dan nyaman
berwawasan lingkungan, diharapkan target perusahaan tercapai.

1.3 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan


Pabrik Gula Jatitujuh berlokasi di Desa Sumber, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat. Seluruh areal PG Jatitujuh berada di dua kabupaten, yaitu
Kabupaten Majalengka (48%) dan Kabupaten Indramayu (52%). Secara geografis, PG
Jaitujuh terletak pada 6°36’21.0744” - 6°37’12.936” Bujur Timur dan 108°13’43.8852” -
108°13’53.4612” Lintang Selatan serta berada pada ketinggian 3-50 m dpl.
Batas-batas wilayah PG Jatitujuh adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Cikedung
 Sebelah Selatan : Kecamatan Jatitujuh
 Sebelah Barat : Hutan Loyang
 Sebelah Timur : Kecamatan Tukdana
Areal PG Jatitujuh merupakan areal HGU (Hak Guna Usaha) seluas 11921.56 ha, yang
terdiri atas :
1. SK HGU No. 2 Tahun 2005 (Kab. Indramayu), luas: 6248.52 ha
2. SK HGU No. 1 Tahun 2005 (Kab. Majalengka), luas: 5673.04 ha
Dari luasan 11921.56 ha tersebut areal yang diokupasi untuk tanaman tebu sekitar
8200 ha. Usaha dalam pengembangan kemitraan dengan masyarakat, PG Jatitujuh
sejak tahun 2005 mulai menerima pasokan tebu giling dari kebun Tebu Rakyat
yang sampai saat ini luasnya mencapai 1263 ha.
Areal HGU seluas 11921.56 Ha digunakan untuk:
1. Emplasmen : 135.40 ha
2. Jalan : 682.40 ha
3. Kantong air : 479.00 ha
4. Pertamina : 66.00 ha
5. Hortikultura dan penghijauan : 253.00 ha
6. Sungai / daerah genangan : 1794.76 ha
7. Kebun produksi:
 Tebu Giling : 7200.00 ha
 Tebu Bibit : 1000.00 ha
Selain mempunyai areal pertanaman PG Jatitujuh juga mempunyai beberapa sarana
sosial, seperti:
1. Sarana Perumahan : Type 250 (2 unit) , Type 150 (4 unit), Type 134 (14 unit), Type
100 (11 unit), Type 90 (26 unit), Mess Tamu (1 unit).
2. Sarana Ibadah : Masjid dan Mushola
3. Sarana Pendidikan : Sekolah Taman Kanak-Kanak
4. Sarana Olah Raga : Lapangan Sepak Bola, Lapangan Volley ball, Lapangan Tenis
Lantai, Lapangan Bulutangkis, Lapangan Tenis Meja.
5. Sarana Pertemuan (Graha Sasana Karsa)
6. Sarana Kesehatan berupa Poliklinik
7. Perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Sebagian besar areal tersebut
digunakan untuk perkebunan tebu, dan sebagian areal dijadikan sebagai tempat
berbagai sarana dan prasarana, sebagian areal tersebut untuk mendukung kelancaran
produksi tebu dan produksi gula.

1.4 Keadaan Tanah Dan Iklim


PT PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh memiliki beberapa jenis tanah, yaitu
Aluvial/Inceptiol 148 ha (1.29%), Kambisol/Inceptiol 2591 ha (22.54%),
Mediterian/Alfisol 5441 ha (47.33%), Grumosol/Vertisol 683 ha (5.94%), Podsolik/Ultisol
168 ha (1.45%), Asosiasi 2465 ha (21.44%). Topografi landai bergelombang dengan
ketinggian 3 – 50 meter di atas permukaan laut (dpl). PT PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh
atau sering disebut PG Jatitujuh memiliki tekstur tanah lempung berliat sampai liat berat,
pH tanah berkisar 4.6 – 5.5 serta rendahnya kandungan hara dan bahan organik. Selain itu,
tanahnya memiliki kepekaan terhadap erosi cukup besar dan respon yang baik terhadap
terhadap pemupukan. Wilayah PG Jatitujuh termasuk tipe iklim C dan D dengan rata-rata
curah hujan tahunan 1600 mm dengan suhu udara rata-rata 27 – 28 ºC.
• Suhu minimum : 26.4 ºC pada bulan April
• Suhu maksimum : 28.7 ºC pada bulan Oktober
• Kelembaban udara maksimum : 83.6 % pada bulan Januari
• Kelembaban udara minimum : 63.3 % pada bulan September
• Kecepatan angin maksimum : 8.8 km/jam pada bulan Maret
• Kecepatan angin minimum : 2.0 km/jam pada bulan April

1.5 Struktur Organisasi


Struktur organisansi merupakan suatu komponen yang dapat menjelaskan
kedudukan (pemisahan tanggung jawab dan wewenang) dan hubungan antar bagian satu
dengan yang lain. Diharapkan akan timbul kerjasama dan sinergi yang baik dalam
menjalankan visi dan misi perusahaan.
PG Jatitujuh dipimpin oleh seorang General Manager (GM) yang bertanggung jawab
kepada Direksi PT Rajawali II dan dibantu oleh beberapa Kepala Bagian, yaitu :
1. Kepala Bagian Tanaman, yang bertanggung jawab kepada GM dibidang tanaman.
Tugas-tugasnya mencakup:
 Mengkoordinasikan penyusunan areal tanaman untuk tahun yang akan datang
 Mengadakan pengawasan dan evaluasi pembiayaan pada bidang tanaman termasuk
tebang angkut
 Merencanakan kebun-kebun percobaan dan penelitian
2. Kepala Bagian Instalasi, yang bertanggung jawab dalam pengoperasian alat,
bangunan atau teknik sipil, dan mesin yang digunakan dalam proses produksi.
3. Kepala Bagian Pabrikasi, yang bertanggung jawab kepada GM dalam bidang
pabrikasi. Tugas-tugasnya yaitu:
 Mengkoordinasikan kegiatan di bidang pabrikasi
 Peningkatan efisiensi proses
 Menjaga kelangsungan proses produksi
 Membawahi manajemen IPAL PG jatitujuh
4. Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan (TU & K). Tugas-tugasnya berupa:
 Mengkoordinasikan dan memimpin kegiatan pengelolaan anggaran dan biaya
produksi, kegiatan pembelian dan penjualan
 Mengawasi hasil produksi di gudang gula
5. Kepala Bagian SDM dan Umum bertanggung jawab mengkoordinasikan dan
memimpin kegiatan pengelolaan sumber daya manusia (Tenaga Kerja), serta
administrasi dan hubungan dengan masyarakat.

1.6 Ketenaga Kerjaan


Berdasarkan masa kerja, karyawan PG Jatitujuh diklasifikasikan menjadi empat
macam, yaitu Karyawan Tetap atau Staff, Karyawan Bulanan atau Non Staff, Karyawan
Musimam, dan Karyawan Harian. Berdasarkan SK Menteri Tenaga Kerja No. Kep.
15/BW/PK/1994 tentang tenaga pabrik gula, pada pasal 3 menjelaskan bahwa berdasarkan
sifat hubungan kerja dengan perusahaan karyawan di pabrik gula dibagi menjadi dua
bagian, yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap adalah karyawan
yang mempunyai hubungan dengan perusahaan dalam jangka waktu tidak tertentu, dengan
masa percobaan tiga bulanan sedangkan karyawan tidak tetap adalah karyawan yang
mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan untuk jangka waktu tertentu, dengan
pemilihan dan penempatan karyawan dengan pertimbangan pendidikan, pengalaman, dan
keadaan mental serta pertimbangan usia. Sumber tenaga kerja PG Jatitujuh sebagian besar
berasal dari Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka.
Jumlah total tenaga kerja PG Jatitujuh yang tercatat pada tahun 2010 adalah
sebanyak 5678 orang. Jumlah tersebut terdiri atas tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak
tetap.
 Tenaga Kerja Tetap (Staf) sebanyak 47 orang
 KNS (Karyawan Non Staf) sebanyak 427 orang
 PKWT (Perjanjian Karyawan Waktu Tertentu) atau karyawan kontrak sebanyak
704 orang
 Tenaga Tebang sebanyak 4500 orang
Tenaga kerja di PG Jatitujuh dan unit usaha lain di bawah PT PG Rajawali II
memiliki serikat pekerja yang tergabung dalam SP-BUN (Serikat Pekerja Perkebunan)
PTPG Rajawali II. Serikat pekerja tersebut terdaftar di Departemen Tenaga Kerja Daerah
Tingkat II Kabupaten Cirebon. Segala hal yang mengatur ketenagakerjaan untuk tenaga
kerja tetap diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama, sedangkan untuk tenaga kerja tidak
tetap diatur dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
Lampiran 2. Surat Tugas Praktek Kerja Lapang
Lampiran 3. Surat Keterangan diterima PKL

Lampiran 4. Lembar Penilaian Pembimbing Lapangan


Lampiran 5. Loogbook
Lampiran 6. Peta Lahan Perkebunan PG Jatitujuh

Anda mungkin juga menyukai