Disusun Oleh :
Rifki Adi Pratama
240110110077
Menyetujui,
Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Instansi PKL
Mengetahui,
Koordinator PKL TMIP
i
Nama Mahasiswa : Rifki Adi Pratama
NPM : 240110110077
Program Studi : Teknik Pertanian
Tempat Praktek : PT. PG. Rajawali II Unit PG. Jatitujuh, Majalengka
Tanggal Praktek : 05 Januari 2015-02 Februari 2015
Mengamati dan Mempelajari Kinerja Traktor dan
Judul Laporan :
Implemen pada Lahan Tebu
Tanggal Laporan :
Nilai Dosen
:
Pembimbing
Nilai Pembimbing
:
Lapangan
Nilai Akhir
:
Menyetujui,
Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Instansi PKL
Mengetahui,
Koordinator PKL TMIP,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Lapangan dan
menyelesaikan laporan dari Praktik Lapangan. Penyusunan laporan ini tidak hanya semata
untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Lapangan saja namun sebagai salah satu
dokumentasi ilmiah yang dilakukan penulis selama 25 hari berada di lokasi Praktik
Lapangan. Selain itu laporan ini dibuat juga untuk para pembaca yang memerlukan
informasi mengenai lokasi tempat Praktik Lapangan yang mudah – mudahan bisa
membantu dan menambah wawasan para pembaca. Kegiatan Praktik Lapangan
dilaksanakan di PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat, yang dimulai
tanggal 5 Januari sampai 2 Februari 2015.
Melalui laporan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar –
besarnya atas segala dukungan dan bantuan nya kepada :
1. Ibu Asri Widyasanti sebagai dosen koordinator mata kuliah Praktek Kerja Lapang
(PKL) yang telah memberikan arahan kepada penulis mulai dari perencanaan,
pencarian tempat PKL hingga penyusunan laporan PKL.
2. Bapak Irfan Ardiansah sebagai dosen pembimbing mata kuliah Praktek Kerja
Lapang yang telah memberikan bimbingan dan nasihat – nasihat yang luar biasa
bermanfaat bagi penulis.
3. Bapak Ade sebagai bagian HRD PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh yang telah
memberikan dukungan pada kami selama PKL.
4. Bapak H. Jukri sebagai sebagai pembimbing lapangan PKL yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta ilmu kepada penulis saat berada di lapangan.
5. Bapak H. Saptari sebagai pembimbing lapangan kedua yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta ilmu kepada penulis saat berada di lapangan.
6. Ibu, Ayah, dan adik kandung penulis yang senantiasa selalu memberikan doa,
dorongan serta kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan laporan PKL ini.
7. Billy Abadinur dan Mumtaz yang sama-sama melaksanakan PKL di PT. Rajawali II
Unit PG Jatitujuh atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Semua pihak yang sudah membantu dan tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala perbuatan baik dari pihak – pihak
yang sudah membantu.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis
sendiri.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1
I.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang
I.3.1 Tujuan Umum
1. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang kegiatan lapangan,
khususnya di industri pertanian.
2. Mendapatkan pengalaman bekerja pada suatu perusahaan yang berkaitan
dengan bidang teknik pertanian baik secara menyeluruh atau sebagian.
3. Mengaplikasikan kemampuan teoritis yang diperoleh selama kuliah di
Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran pada praktek-praktek nyata di
lapangan.
4. Mendapatkan kemampuan identifikasi dan analisis masalah untuk
menawarkan suatu penyelesaian (solusi) terhadap masalah tersebut.
BAB II
MENGAMATI DAN MEMPELAJARI KINERJA TRAKTOR DAN IMPLEMEN
PADA PENGOLAHAN LAHAN TEBU
Perawatan dan perbaikan alat berat secara umum sama dengan perawatan dan
perbaikan traktor. Perawatan dan perbaikan alat berat hanya dilakukan di bengkel bagian
timur dan disimpan di bengkel timur juga. Perbedaan perbaikan alat berat dengan traktor
hanya kepada perbaikan equipment dan undercarriage. Perbaikan equipment meliputi
pemeriksaan bagian yang aus/retak pada bagian – bagian dalam dan luar alat berat seperti
pin, bushing, sepatu, dan frame. Sedangkan perbaikan undercarriage meliputi perbaikan
roll, track link, dan sprocket.
II.5 IMPLEMEN
Implemen adalah alat proses budidaya tebu yang cara kerjanya ditarik oleh traktor.
Besarnya daya yang dibutuhkan traktor untuk menarik implement tergantung dari
implement itu sendiri. PG Jatitujuh menggunakan banyak jenis implement untuk
digunakan pada pengolahan ataupun alat angkut kebutuhan kebun. Pengadaan implement
ini melalui supplier yang ada di Indonesia dan sebagian besar ada juga yang membuat
sendiri di bengkel. Pembuatan implemen ini didasari dari keluhan kerja yang disampaikan
operator. Pembuatan implemen ada yang hanya memodifikasi dari bentuk yang sudah ada
dan ada juga yang membuat berdasarkan ide sendiri.
a. Bajak Piring
Bajak piring adalah implemen yang berbentuk piringan dan memiliki cekungan
yang digunakan untuk pengolahan tanah. Bajak piring berfungsi untuk memotong,
memecah, dan membalikan tanah dengan perputaran piringan yang ditarik oleh traktor.
Bajak piring cocok digunakan pada lahan keras, berbatu, dan banyak sisa akar - akaran.
Bajak piring digunakan untuk melakukan kegiatan bajak I dan bajak II. Pada PG Jatitujuh
terdapat dua jenis bajak piring yaitu bajak piring dengan 4 piringan dan bajak piring
dengan 5 piringan. Kerusakan yang sering terjadi pada bajak piring adalah di bagian
sambungan pada baut dan pada piringan nya sendiri. Bajak piring dapat dilihat pada
Gambar 4.
b. Bajak Singkal
Bajak singkal (moldboard plough) adalah jenis implemen yang digunakan untuk
bajak I. Alat ini berfungsi untuk menembus, memotong, membalikkan, dan memecah tanah
yang sekaligus akan menutup gulma dan menjadikannya kompos didalam tanah.
Keunggulan alat ini dibanding bajak piring adalah pembalikkan tanah yang lebih
sempurna, baik untuk lahan yang dipenuhi vegetasi, dan pengolahan dapat lebih dalam
yang mencapai 40-50 cm. Namun kekurangan alat ini adalah membutuhkan tenaga yang
lebih besar serta tidak bisa bekerja baik pada tanah yang lengket, berat, berbatu, kering dan
keras.
Sejak tiga tahun terakhir PG Jatitujuh sudah tidak lagi menggunakan bajak singkal.
Hal ini dikarenakan biaya perawatan dan operasi alat yang cukup besar dan kondisi tanah
yang tidak cocok apabila dilakukan pembajakan menggunakan bajak singkal. Pihak
mekanisasi hanya menggunakan bajak piring dan ripper saja untuk proses pengolahan
tanah. Bajak singkal dapat dilihat pada Gambar 5.
d. Pengkair
Pengkair adalah alat yang digunakan untuk membuat alur tanaman dan guludan.
Alat ini bekerja dengan cara ditarik oleh traktor. Alat ini terdiri dari pisau pembelah tanah
dan sayap untuk pembuatan guludan. PG Jatitujuh terdapat dua jenis pengkair yaitu kair
mata satu dan kair mata dua. Kair mata satu digunakan untuk membuat got malang,
sedangkan kair mata dua digunakan untik membuat alur tanaman. Di PG Jatitujuh alat ini
dimodifikasi menjadi FA kair yaitu untuk membuat alur sekaligus pemberian pupuk. Kair
mata satu dan dua dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 6. FA Kair
(sumber : Dokumen Pribadi)
f. FA Ratoon
FA ratoon merupakan alat yang digunakan untuk pemupukan tanaman ratoon. Alat
ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu tyne, sayap, dan hopper. Tyne berfungsi untuk
membuka tanah yang kemudian akan diberikan pupuk dari hopper melalui selang dan akan
ditutup dengan sayap yang ada di belakang tyne. Kapasitas hopper pada alat ini sama
dengan kapasitas hopper di FA kair. Implemen FA ratoon dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 7. FA ratoon
(sumber : Dokumen Pribadi)
g. Chissel
Chissel merupakan alat budidaya tebu yang berguna untuk memotong akar lama,
menggemburkan tanah, membuat guludan, dan memberantas gulma. Chissel memiliki
bagian utama seperti frame, tyne, dan klem. Cara kerja chissel adalah dengan cara ditarik
oleh traktor dan akan memotong tanah dengan tyne-nya. Pada PG Jatitujuh juga sudah ada
beberapa modifikasi chissel yang digunakan agar lebih meningkatkan efisiensi kerja
seperti pembuatan chissel dengan penyusunan tyne yang zigzag dengan tujuan
menghindari tersangkutnya sampah dan kotoran yang akan mengurangi efisiensi dari alat
tersebut. Dari hasil pengerjaan chissel dapat memudahkan proses pemupukan karena tanah
yang sudah dipecah oleh tyne. Implemen Chissel dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 8. Chissel
(sumber : Dokumen Pribadi)
h. Subsoiler
Subsoiler atau ripper berguna untuk memecah lapisan keras tanah (hardpan) karena
telah terjadi pemadatan tanah akibat lalulintas traktor, truk dan trailer pada saat
pemanenan. Kegiatan ini bertujuan membuat tanah menjadi bongkahan yang masih besar-
besar, menghancurkan guludan dan menembus kedalaman tanah 40-60 cm. Metode belok
yang dilakukan adalah U-shape turning yaitu cara belok dengan membentuk huruf U,
sedangkan metode Ripping disesuaikan dengan kondisi lahan. PG Jatitujuh juga sudah
membuat subsoiler dengan 4 mata yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
lapangan.
Perbaikan implemen berbeda dengan traktor dan lain nya. Perbaikan implement
tidak memiliki waktu rutin atau jadwal tetapi berdasarkan keperluan dan kerusakan yang
terjadi. Perbaikan implemen dilakukan di bengkel implemen yang terletak di bengkel timur
dan barat. Perbaikan implemen meliputi pengelasan implemen yang patah, perbaikan
bearing, perbaikan implemen yang bengkok dan sebagainya. Kerusakan dan perbaikan
implemen dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. Perawatan yang dilakukan di
bengkel implemen meliputi pemeriksaan baud, mur, bearing, seal, frame dan lainnya.
BAB III
PENUTUP
Proses dan kegiatan budidaya tebu di PG Jatitujuh sudah dimulai dari tahun 70-an.
Sekitar tahun 1978 proses gilingan sudah dimulai di PG Jatitujuh, sehingga bisa dikatakan
PG Jatitujuh sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan budidaya tebu dan proses
produksi gula serta manajemen pabrik didalamnya. Dengan pengalamannya tersebut PG
Jatitujuh mampu memproduksi gula dengan mapan dan kontinyu. Ditambah lagi produksi
dan rendemen gula pada PG Jatitujuh masih bisa dibilang paling tinggi dibanding unit lain
yang berada dibawah manajemen PT PG Rajawali II. Keberhasilan PG Jatitujuh tidak
terlepas dari peran para karyawan yang ada di dalamnya. Karyawan PG Jatitujuh berasal
dari berbagai daerah yang mencapai jumlah 10114 karyawan termasuk karyawan tetap,
musiman, dan borong. Karyawan-karyawan PG Jatitujuh berasal dari Indramayu,
Majalengka, Cirebon, dan banyak yang dari luar Majalengka untuk tenaga borongannya.
Karyawan borongan memiliki jumlah paling banyak di PG Jatitujuh karena berasal dari
berbagai macam daerah termasuk luar Majalengka. Karyawan borongan akan banyak
berdatangan apabila musim tebang tiba.
Sebagian besar proses budidaya tanaman tebu di PG Jatitujuh menggunakan sistem
mekanis yaitu dengan alsintan yang tersedia di bagian mekanisasi, sehingga kegiatan
proses budidaya dapat dilakukan secara efektif. Kebanyakan alsintan di PG Jatitujuh sudah
berumur tua maka perawatan yang intensif dan perbaikan-perbaikan di bengkel sering
dilakukan untuk menjaga performa dan kinerja dari alsintan tersebut. Proses budidaya di
PG Jatitujuh tidak semua dikerjakan dengan sistem mekanis, hal ini dikarenakan pihak
pabrik masih sangat menghargai tenaga-tenaga manusia yang berada di sekitar pabrik.
Selain itu juga adalah mengenai biaya operasi yang tinggi apabila menggunakan full
mekanis.
Kegiatan yang masih menggunakan tenaga manusia atau manual adalah
penanaman, penebangan, dan pengeprasan. Penanaman masih dilakukan secara manual
dengan cara menaruh bibit tebu di atas alur lalu menutupnya dengan cangkul. Kegiatan ini
memakan waktu yang lama karena bergantung pada jumlah tenaga kerja yang
melaksanakan penanaman dan jam kerja penanaman. Penebangan juga dilakukan secara
manual dengan tenaga tebang manusia yang menggunakan arit yang sangat tajam. Alasan
mengapa pabrik tidak menggunakan chopper harvester untuk penebangan adalah karena
akan banyak tenaga kerja yang menganggur karena perannya tergantikan oleh mesin, serta
pertimbangan biaya yang lebih besar menggunakan mesin dibanding manusia.
Proses dan kinerja alsintan di PG Jatitujuh sangat banyak. Dari mulai pengolahan
tanah, pemupukan, dan pemeliharaan menggunakan alsintan yang tersedia di pabrik.
Masing - masing proses tersebut memiliki kinerja yang berbeda dilapanganan. Dari hasil
pengamatan proses pengolahan tanah primer memiliki efisiensi lapangan cukup rendah
dikarenakan waktu tidak bekerja alat cukup lama, diantaranya digunakan operator untuk
beristirahat, memasang pelindung pakaian dari sinar matahari ditengah - tengah pekerjaan.
pengolahan tanah. Sedangkan untuk pengolahan tanah sekunder atau penggaruan
didapatkan efisiensi yang sangat baik. Hal ini jauh berbeda dengan pengolahan tanah
primer. Perbedaan efisiensi yang jauh ini disebabkan oleh tidak adanya waktu belok bagi
proses penggaruan dan traktor yang digunakan pada proses penggaruan adalah traktor yang
memiliki kabin operator cukup nyaman yang memiliki pendingin udara didalamnya
sehingga operator tidak perlu beristirahat lama dan memasang alat pelindung sinar
matahari.
Pabrik gula Jatitujuh juga memiliki sistem penggolongan tingkat operator di mana
ada tiga tingkatan operator yang didasarkan oleh pengalaman, keahlian, resiko kerja, jenis
dan harga unit dan implemen. Operator tingkat I adalah operator yang paling tinggi
tingkatannya. Adapun keahlian operator tingkat I dapat menjalankan wheel tractor,
bulldozer D50, buldozzer D60, bulldozer D85, harvester, motor grader, big excavator,
excavator kair, harrow, FA kair, FA Ratoon, grabe loader, ditcher, dan secara umum dapat
menjalankan semua unit mekanisasi yang ada di PG Jatitujuh. Keahlian peringkat II adalah
dapat menjalankan grabe loader, wheel tractor, kair, chissel, ditcher, ditcher, subsoiler,
rotashlaher, subsoiler ratoon dan PC, trailer bukaka, trailer Nippon, trailer gandeng, dan
tarikan. Sedangkan keahlian pada operator tingkat III adalah dapat menjalankan angkutan
pupuk, angkutan pompa kebun, angkutan bibit, angkutan material, angkutan tenaga kerja,
dan angkutan tangki air. Sebagian besar fungsi bagian – bagian alsintan di PG Jatitujuh
tidak dalam kondisi yang optimal. Hal ini ditandai dengan terlihatnya kursi operator yang
rusak, kap traktor yang sudah rusak, dan beberapa sistem kendali traktor dan alat berat
yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan oleh unsur alsintan yang
sudah tua, suku cadang yang tidak diganti ataupun memang tidak ada suku cadang dan
lainnya.
Dari hasil wawancara saya dengan salah seorang karyawan mekanisasi dalam hal
perbaikan dan perawatan alsintan di PG Jatitujuh dilakukan secara merata dan sama
perlakuannya, yaitu terdapat perawatan setelah 250 jam kerja, 500 jam kerja, 750 jam
kerja, dan 1000 jam kerja. Kendala dalam hal perbaikan dan perawatan adalah seringkali
kehabisannya stok barang yang rusak dan harus diganti. Hal ini menyebabkan
keterlambatan perbaikan sehingga mesin tidak dapat dipakai dan diistirahatkan lebih lama.
Dari hasil pengamatan dan pembelajaran selama PKL disimpulkan bahwa sebagian
besar kegiatan budidaya tanaman tebu di PG Jatitujuh sudah menggunakan mekanisasi
walaupun ada beberapa yang masih menggunakan manual seperti penanaman, penyiangan,
dan penebangan. Lalu kinerja mesin budidaya tebu di PG Jatitujuh sudah baik namun
masih belum optimal. Seperti pada pengolahan tanah primer yang masih memiliki efisiensi
rendah. Hal ini dikarenakan keadaan mesin yang memang sudah tua, belum adanya SOP
untuk operator dalam hal pemakaian alsintan, serta kurangnya sumber air untuk kebutuhan
irigasi. Serta pekerja – pekerja di bengkel mekanisasi atau mekanik masih tergolong
mampu untuk mengatasi permasalahan alsintan di PG Jatitujuh. Hanya saja mekanik di PG
Jatitujuh tertinggal dalam hal electrical system untuk memperbaiki traktor-traktor keluaran
baru yang menggunakan system computer.
LAMPIRAN