Anda di halaman 1dari 7

Basuki Abdullah

Aliran seni Basuki Abdullah telah lama dilansir sebagai seorang naturalis. Karya Basoeki
Abdullah dinilai cenderung memperindah realitas yang ada, tetapi di beberapa karyanya
ia tampak menampilkan subjek lukisannya apa adanya, seperti yang dapat dilihat pada
karyanya yang berjudul “Adik dan Kakak”.8

Kakak dan Adik oleh Basuki Abdullah, gambar diperoleh melalui galeri-nasional.or.id

Meskipun Basuki Abdullah terkenal melalui aliran naturalisme, sebetulnya karirnya juga
memperlihatkan berbagai aliran lain yang tidak mengkerucut pada hanya satu mazhab
saja. Melalui karyanya kita dapat merasakan aliran-aliran lain seperti romantisisme dan
realisme. Ia juga sering mengambil subjek dari dongeng, legenda dan mitos. Abdullah
juga melukis karya abstrak di masa hidupnya. Tampaknya Basoeki Abdullah adalah
seorang seniman yang sudah mulai berlayar di gaya seni kontemporer pada masanya.
Ia tidak menganut mazhab tertentu dan terus bereksperimen dengan berbagai aliran
yang diinginkannya. Meskipun begitu pada akhirnya aliran naturalismelah yang paling
mengharumkan namanya.

Selain itu, naturalisme sendiri memiliki beberapa sudut pandang yang berbeda dalam
cabang seni. Dalam seni rupa terdapat pendapat bahwa naturalisme adalah realisme
yang mengungkapkan subjek tidak lebih indah dari yang sebenarnya. Subjek atau objek
ditampilkan apa adanya namun tetap dapat terlihat indah. Sementara di dunia sastra,
naturalisme adalah bentuk realisme yang lebih radikal: Apa adanya tanpa ‘sensor’
dalam artian figur subjek yang dibicarakan digambarkan apa adanya tanpa
mempertimbangkan estetika dan etika secara umum. Keterpurukan sosial biasanya
diceritakan dengan gamblang.

Secara umum lukisan-lukisan Basuki Abdullah berpijak pada tradisi melukis


Romantisisme dan Naturalisme. Gambar dalam kanvas selalu tampak memanjakan
mata dan memperlihatkan kemampuan teknis keindahan secara fisik. Keindahan visual
tampak lebih menonjol pada permukaan kanvas, bukan keindahan isi atau makna.
Keindahan visual dari teknik adalah titik fokus dari karya-karya Basoeki Abdullah.
2. Affandi

Potret diri dan topeng-topeng kehidupan

Potret Diri, oleh Affandi. galeri-nasional.or.id


Potret diri adalah salah satu tema yang paling sering dibawakan oleh Affandi.
Lukisan didominasi oleh wajah seorang tokoh laki-laki. Lukisan ini berfokus pada wajah
sosok laki-laki yang merupakan dirinya sendiri. Terdiri dari garis-garis melengkung,
bergelombang, tebal, berantakan dan bertekstur kasar. Warna yang digunakan sangat
kontras dan hangat.

Lukisan itu menggambarkan sang seniman sendiri, dalam suasana hati yang sangat
spiritual dan emosional (berkontemplasi, bukan marah). Subjeknya adalah cerminan diri
yang sudah tua karena memiliki rambut putih dan kepala yang hampir botak. Potret
tampak sedang menghisap pipa tembakau, yang bisa jadi menunjukan insting self
destruction yang makin menjadi pada usianya yang sudah tidak lagi muda. Meskipun
begitu melalui sapuan, atau tepatnya tumpahan catnya, ia masih menunjukkan gairah
estetis yang membara.
Affandi pernah berkata: “Motif yang paling aku hafal dan paling aku senangi ialah rupaku
dhewe yang elek, mirip Sukrasana ini,” Ia terus menerus mengulang-ulang menggambar
Potret wajahnya sendiri hingga puluhan kali. Namun setiap potret wajah memiliki
ekspresi yang berbeda, meskipun masih dalam satu teknis yang hampir sama.

Terdapat catatan yang Affandi tulis sendiri tentang lukisan potret diri yang berjudul
Oongkol (1946) Ia menulis menulis: “Pernah terdjadi, bahwa saja beberapa bulan tida
bisa melukis, walaupun tiap pagi saja pergi untuk melukis. Pada suatu hari saja pulang
kerumah dengan tangan hampa, tida dapat lukisan. Merasa marah dongkol, sekonjong-
konjong lihat dalam katja muka saja sendiri dengan expressi dongkol ini. Itu waktu djuga
lukisan dibikin. Aneh, berbulan2 tida dapat motiet, sekonjong motiet dekat sekali, muka
sendiri”.

3. Abdullah Suriosubroto

Lukisan Pemandangan Priangan

Abdullah Suriosubroto (Semarang, 1878 - Yogyakarta, 1941) adalah seorang


pelukis Indonesia. Dia adalah anak angkat Wahidin Sudirohusodo, seorang tokoh
gerakan nasional Indonesia. Dia adalah juga ayah pelukis Indonesia
terkenal Sudjono Abdullahdan Basoeki Abdullah.

Mengikuti jejak ayah angkatnya, Abdullah masuk sekolah kedokteran di Batavia (kini
Jakarta). Kemudian dia meneruskan kuliahnya di Belanda. Di sana, dia beralih ke
seni lukis dan masuk sekolah seni rupa. Sepulangnya di Indonesia, dia meneruskan
kariernya sebagai pelukis.

Abdullah dipandang sebagai pelukis Indonesia yang pertama pada abad ke-20.
Benda lukisan kesukaannya adalah pemandangan. Dia dimasukkan dalam aliran
yang dijuluki "Mooi Indie" ("Hindia Indah").

Abdullah mulai menetap beberapa tahun di Bandung agar dekat dengan alam yang
dia suka lukis. Kemudian dia pindah ke Yogyakarta, di mana dia meninggal tahun
1941.
4. Raden Saleh

Kapal dilanda Badai

Lukisan Raden Saleh yang berjudul “Badai” ini merupakan ungkapan khas karya
yang beraliran Romatisme. Dalam aliran ini seniman sebenarnya ingin
mengungkapkan gejolak jiwanya yang terombang-ambing antara keinginan
menghayati dan menyatakan dunia (imajinasi) ideal dan dunia nyata yang rumit dan
terpecah-pecah.

Dalam lukisan “Badai” ini, dapat dilihat bagaimana Raden Saleh mengungkapkan
perjuangan yang dramatis dua buah kapal dalam hempasan badai dahsyat di tengah
lautan. Suasana tampak lebih menekan oleh kegelapan awan tebal dan terkaman
ombak-ombak tinggi yang menghancurkan salah satu kapal. Dari sudut atas secercah
sinar matahari yang memantul ke gulungan ombak, lebih memberikan tekanan
suasana yang dramatis.

Romantisme merupakan aliran seni rupa yang menyajikan nilai-nilai fantastis, irasional,
indah, dan absurd. Biasanya lukisan beraliran ini mengisahkan cerita romantis atau dramatis.
Ciri-cirinya karya seni beraliran romantisme ialah permainan warna yang nampak lebih
meriah, sedikit objek, dan terdapat objek berupa pria yang gagah atau wanita yang lembut.
Tokoh-tokoh yang menganut aliran romantisme antara lain Raden Saleh, Theobore, dan
Gerriwult.
5. Kartika Affandi

Kartika Affandi adalah salah satu dari sekelompok kecil wanita yang dari pertengahan tahun
1980-an telah berhasil memamerkan karyanya secara teratur dan telah memperoleh
pengakuan dari berbagai kalangan termasuk pengamat seni dan kurator. Bahkan dalam
konteks ini, seni Kartika muncul sebagai sesuatu yang unik, mulai seperti halnya dari
konvensional ke subversif.

Mengikuti jejak populis Affandi, Kartika juga memiliki sejarah panjang mengenai tema-tema
lukisannya seperti masyarakat pedesaan, nelayan, petani, buruh dan pengemis. Saat melukis,
dia berinteraksi langsung dengan model nya, kemudian saling bertukar pengalaman, cerita
dan kisah kehidupan.Narasi lukisannya bila dilihat dari dekat larut dengan kedalaman yang
kuat, kesan abstrak dalam plototan serta goresan cat minyak penuh semangat.

Bila kita perhatikan karya-karya Kartika Affandi, dengan jelas terlihat nafas kehidupan di
dalamnya. Sebagai contoh karyanya “Rebirth” dan “The
Beginning”. Rebirt menggambarkan sosok tubuh seorang perempuan yang telanjang dalam
posisi terletang, sementara dari dalam rahimnya mencuat kepala Kartika sampai ke bahu
dengan ekspresi yang mengenaskan. Dari beberapa karyanya, kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa “kehidupan” menjadi tema pokok dalam karya Kartika. Atau
dengan kata lain, Kartika mengangkat tema kehidupan sebagai tema sentral karyanya.
6. Ahmad Sadali

Karya ini dibuat pada 1980 ini merupakan perwujudan dari penggabungan 2 unsur,
yaitu seni dan kereligiusan. Adanya tanda segitiga, konstruksi piramida
memberikan simbol tentang religiusitas. Segitiga melambangkan hubungan antara
Tuhan, manusia, dan alam, juga terdapat guratan-guratan kaligrafi Al-Quran yang
dilelehi oleh emas. Sehingga muncullah nilai religius, misteri dan ketidakabadian
(fana). Memang,Ahmad Sadali adalah seorang seniman yang sangat religius.
Menurut Sadali, daerah seni adalah daerah zikir. Makin canggih kemampuan zikir
manusia, makin peka mata batinnya. Karya Ahmad Sadali ini bisa dibilang
termasuk dalam aliran Bandung, karena terdapat motif garis (berupa segitiga) juga
terdapat abstrak yang merupakan ciri utama Mazhab Bandung.
Mazhab Bandung adalah sebuah aliran seni rupa yang mengarah
pada gaya melukis seniman Bandung yang mengutamakan prinsip-prinsip
formal seni, seperti bentuk, warna,garis. Mazhab Bandung ini juga merupakan
awal perkembangan seni rupa Indonesia yang saat itu masih menganut sistem
yang bersifat tradisional. Aliran ini pertama kali berkembang pada akhir tahun
1950-an, para pelukis Seni Rupa ITB melakukan penyimpangan pada cocok
Realisme. Bisa dibilang, aliran ini meniadakan unsur tradisi dan menggantinya
dengan unsur Abstrak dan Kubistik yang dibawaoleh Ries Mulder.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri Mazhab Bandung adalah
lebih mengutamakan detail bentuk, warna, dan garis. Juga bisa berbentuk
Abstrak dan Kubistik.

Anda mungkin juga menyukai