Anda di halaman 1dari 109

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PROGRAM INTERVENSI GIZI MASYARAKAT (PIGM)

DESA MURUKAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN

JOMBANG

Oleh
Kelompok 2 :

1. Ayu Andarusasi 13.006


2. Ixora Ariani Hanies 13.026
3. Lailatul Nur Farida 13.027
4. Rizky Ayu K. 13.041
5. Erfi Kartikasari 13.067
6. Rena Yuristhia 13.091
7. Rizky Putri 13.094
8. Willy Gersom 13.102

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS KESEHATAN

AKADEMI GIZI SURABAYA

2016

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Laporan Praktek Kerja Lapangan Program Intervensi Gizi

Masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang

Oleh : Kelompok 2

Telah mendapat persetujuan pada tanggal

Menyetujui,

Pembimbing

ANNAS BUANASITA S.KM, M.Gizi


NIP. 19740211 199903 2 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktek Kerja Lapangan Program Intervensi Gizi

Masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang

Oleh : Kelompok 2

Telah mendapat persetujuan pada tanggal

Mengesahkan,

Pembimbing Kepala Kelurahan Murukan

ANNAS BUANASITA S.KM, M.Gizi Yatima


NIP. 19740211 199903 2 002

Mengetahui,
Direktur Akademi Gizi Surabaya

Andriyanto, SH, M.Kes.


NIP. 19660609 199001 1

iii
KATA PENGATAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM) di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat petunjuk dan


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Andriyanto, SH., M.Kes, selaku direktur Akademi Gizi Surabaya.


2. Annas Buanasita, S.KM, M.Gizi., selaku pembimbing PKL PIGM dan
Puskesmas di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
3. Yatima, selaku kepala Desa Murukan.
4. Nur Farida, S.Gz, selaku pembimbing PKL Puskesmas Mojoagung.
5. Khusnul Muvidah, Amd. Keb, selaku Bidan Desa Murukan.
6. Kedua orang tua atas segala doa, kasih sayang serta dukungannya.
7. Teman-teman sekelompok yang selalu membantu dan mendukung dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM) di
Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang ini dan masih jauh
dari sempurna, walaupun demikian semoga hasil yang dituangkan dalam Laporan
ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukan.

Surabaya, April 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ..........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
Daftar Tabel ........................................................................................................................iv
Daftar Gambar .................................................................................................................... v
Daftar Lampiran ..................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 7
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 8
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 8
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 8
BAB II METODOLOGI ................................................................................................... 10
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ....................................................................... 10
2.2 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 10
2.3 Jenis Kegiatan dan Metode Pengumpulan Data Gizi dan Kesehatan....................
(data primer dan data sekunder) ........................................................................ 12
2.4 Alat dan Bahan yang Digunakan Untuk Pengumpulan Data ............................ 14
2.5 Cara Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16
3.1 Gambaran Umum Wilayah Desa ...................................................................... 16
3.1.1 Keadaan dan Letak Geografis ................................................................... 16
3.1.2 Kependudukan ..............................................Error! Bookmark not defined.
3.1.3 Mata Pencaharian Penduduk .........................Error! Bookmark not defined.
3.1.4 Tingkat Pendidikan dan Sarana Pendidikan ..Error! Bookmark not defined.
3.1.5 Agama ...........................................................Error! Bookmark not defined.
3.1.6 Struktur Organisasi Desa ..............................Error! Bookmark not defined.
3.1.7 Sarana Kesehatan ..........................................Error! Bookmark not defined.
3.1.8 Dukungan Lintas Program dan Lintas Sektor ............. Error! Bookmark not
defined.
3.2 Kegiatan Pengumpulan Data Dasar (SMD) ...................................................... 21
3.3 Gambaran Umum Keluarga Balita Responden ................................................. 21

ii
3.4 Gambaran Umum Ibu Hamil Responden ..............Error! Bookmark not defined.
3.5 Gambaran Umum Posyandu di Desa ................................................................ 79
3.6 Analisa Data Keluarga Balita ................................Error! Bookmark not defined.
3.7 Analisa Data Ibu Hamil.........................................Error! Bookmark not defined.
3.8 Analisa Data Hasil Kegiatan Posyandu.................Error! Bookmark not defined.
BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI GIZI ........................................ 24
A. MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA......................................................... 32
B. KEGIATAN PELATIHAN KADER POSYANDU .Error! Bookmark not defined.
C. KEGIATAN PENYULUHAN PERORANGAN DAN KELOMPOK
MASYARAKAT RENTAN GIZI ............................Error! Bookmark not defined.
D. KEGIATAN MITRA GIZI PADA KELUARGA YANG MEMPUNYAI ..............
BALITA KURANG GIZI .........................................Error! Bookmark not defined.
E. KEGIATAN PAMERAN ATAU LOMBA DALAM BIDANG PANGAN DAN
GIZI...........................................................................Error! Bookmark not defined.
F. PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA BIDANG PANGAN DAN GIZI
PADA KEGIATAN MITRA GIZI ...........................Error! Bookmark not defined.
G. KEGIATAN BAKTI SOSIAL ..................................Error! Bookmark not defined.
H. KEGIATAN LAIN YANG DILAKUKAN SELAMA PKL .. Error! Bookmark not
defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 42
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 42
5.2 Saran ................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 44
LAMPIRAN...................................................................................................................... 45

iii
Daftar Tabel

iv
Daftar Gambar

v
Daftar Lampiran

vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini tantangan utama yang dihadapi pembangunan nasional

dalam mencapai kualitas sumber daya manusia yang handal adalah keadaan

status gizi dan kesehatan masyarakat yang masih rendah. Berbagai indikator

yang berkaitan dengan keadaan tersebut, seperti angka kesakitan dan kematian

bayi serta ibu bersalin yang masih tinggi disertai keadaan daya tahan fisik,

perkembangan mental dan kecerdasaan yang rendah, adalah bukti nyata bahwa

status gizi masyarakat masih rendah.

Upaya peningkatan status gizi masyarakat melalui peningkatan

pelaksanaan kegiatan program bina gizi masyarakat menuntut peninkatan

pengetahuan dan keterampilan di dalam pengenalan masalah dan penyebab

terjadinya masalah serta alternatif cara-cara pemecahan masalah, yaitu

meliputi perencanaan, pengelolaan teknis, adminitrasi serta penilaian program

gizi di masyarakat.

Mahasiswa Akademi Gizi Surabaya sebagai calon tenaga Ahli Madya

Gizi dituntut untuk mampu melaksaakan program tersebut mulai dari institusi

pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan mayarakat yaitu Puskesmas

sampai dengan di tingkat Desa. Peran tersebut antara lain trampil di bidang

pengelolaan kegiatan program pelayanaan gizi di tingkat Puskesmas,

mengenal masalah gizi dan merencanakan intervensi gizi di tingkat

masyarakat. Pengetahuan dan ketrampilan tersebut merupakan kebutuhan dan

7
bekal yang sangat penting bagi calon ahli gizi yang nantinya berperan sebagai

pelaksaan Asuhan Gizi Komunitas.

Untuk memenuhi tuntutan di atas, teori-teori yang didapat di bangku

kuliah belum mencukupi. Untuk melengkapi hal tersebut, maka Praktek Kerja

Lapangan di Puskesmas dan Desa mutlak diperlukan untuk melengkapi

pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh di bangku kuliah bagi

mahasiswa Akademi Gizi Surabaya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program

Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM), mahasiswa mampu memahami kegiatan

manajemen pelayanan gizi di Puskesmas serta intervensinya pada masyarakat

di tingkat desa.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program

Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM), mahasiswa Akademi Gizi Surabaya

mampu :

1. Melaksanakan kegiatan pengumpulan data dasar (Survei Mawas Diri)

2. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dalam rangka

persiapan pelaksanaan kegiatan intervensi dan merumuskan kesepakatan

MMD.

3. Melaksanakan dan mengevaluasi program itervensi gizi yang dilakukan

berdasarkan prioritas masalah hasil kesepakatan dalam MMD.

8
4. Melaksanakan pelatihan bagi kader posyandu.

5. Melakukan pengamatan kegiatan posyandu.

6. Melakukan kegiatan mitra gizi pada keluarga yang mempunyai balita

dengan masalah gizi.

9
BAB II METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi yang dijadikan tempat pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja

Lapangan (PKL) adalah Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten

Jombang sesuai petunjuk dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program Intervensi

Gizi Masyarakat (PIGM) dilaksanakan mulai tanggal 11 April 2016 sampai 07

Mei 2016.

2.2 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang diambil dalam survey meliputi 3 sampel, yaitu :

A. Sampel Balita

Populasi yang digunakan pada survey balita ini adalah semua anak usia 0-

60 bulan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang 253

balita. Besar sampel yang digunakan pada survey balita ini adalah sebesar 50

balita. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik Proposional Random

Sampling berdasarkan posyandu pada tiap masing-masing posyandu sebanyak 3

posyandu yaitu posyandu Agave, posyandu Anyelir, dan posyandu Heliconia.

Adapun cara perhitungan pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑃𝑜𝑠𝑦𝑎𝑛𝑑𝑢


Balita di Posyandu = 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝑥 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

112
Balita Posyandu Agave = 253 𝑥 50 = 22

77
Balita Posyandu Anyelir = 253 𝑥 50 = 15

64
Balita Posyandu Helicona = 𝑥 50 = 13
253

10
B. Sampel Ibu Hamil

Populasi yang digunakan pada survey ibu hamil ini adalah semua ibu

hamil yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang

yang berjumlah 43 ibu. Besar sampel yang digunakan pada survey ibu hamil ini

sebesar 20 ibu. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik Proposional

Random Sampling berdasarkan Wilayah pada tiap masing-masing wilayah

sebanyak 3 wilayah yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulungagung.

Adapun cara perhitungan pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑏𝑢 𝐻𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ


Ibu Hamil = 𝑥 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

24
Ibu Hamil Wilayah Murukan Selatan = 43 𝑥 20 = 11

10
Ibu Hamil Wilayah Murukan Utara = 43 𝑥 20 = 5

9
Ibu Hamil Wilayah Mulungagung = 𝑥 20 = 4
43

C. Sampel Kader Posyandu

Populasi yang digunakan pada survey kader posyandu adalah semua kader

yang ada di masing-masing posyandu Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang yang berjumlah 15 kader. Posyandu di Desa Murukan

Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang berjumlah 3 posyandu dimana setiap

masing-masing posyandu terdapat 5 kader. Besar sampel yang digunakan pada

survey kader posyandu ini adalah semua kader yang berjumlah 15 kader.

11
2.3 Jenis Kegiatan dan Metode Pengumpulan Data Gizi dan Kesehatan (data

primer dan data sekunder)

Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan mahasiswa meliputi :

1. Pertemuan di Tingkat Desa

a. Menjelaskan tentang tujuan PKL di Desa

b. Menjelaskan macam kegiatan yang dilakukan.

2. Survei Mawas Diri (SMD)

a. Melaksanakan surevi pengumpulan data gizi dan kesehatan pada

keluarga yang mempunyai balita (50 keluarga balita).

b. Melaksanakan survei pada ibu hamil (maksimal 20 orang). Apabila

jumlah ibu hamil dari 1 desa kurang dari 20 orang maka semuanya

menjadi responden pada survei tersebut.

c. Melaksanakan survei pada kader (maksimal 20 orang). Apabila jumlah

kader dari 1 desa kurang dari 20 orang maka semuanya menjadi

responden pada survei tersebut.

3. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

a. Menyajikan data hasil SMD

b. Menyusun dan menetapkan prioritas masalah

c. Menyusun bentuk kegiatan intervensi yang akan dilakukan

berdasarkan prioritas masalah dan Sumber Daya yang ada.

4. Intervensi Gizi

a. Mengikuti kegiatan posyandu (mulai dari persiapan, pelaksanaan dan

post pelayanan) serta mendiskusikan hasil pengamatan Posyandu

bersama Kader Posyandu.

12
b. Melaksanakan latihan / refreshing Kader Posyandu.

c. Melaksanakan penyuluhan perorangan/kelompok pada kelompok

masyarakat yang rentan masalah gizi (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, anak

SD dan Lansia) dengan berbagai metode, baik pada kegiatan formal

maupun non formal di Desa.

d. Melakukan kegiatan Mitra Gizi pada keluarga yang mempunyai balita

kurang gizi.

e. Melakukan kegiatan pameran / lomba dalam bidang pangan dan gizi.

f. Menerapkan teknologi tepat guna bidang pangan dan gizi pada

kegiatan Mitra Gizi.

g. Melaksanakan kegiatan Intervensi lainnya berupa kegiatan (Bakti

Sosial) yang mendukung pemecahan masalah sesuai prioritas masalah

yang disepakati pada saat MMD.

h. Menyusun Laporan PKL di Desa.

Metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah untuk data menggunakan

kuesioner dan wawancara langsung kepada ibu responden di rumah masing-

masing ibu berdasarkan jumlah sampel perhitungan yang didapatkan di

posyandu.

2. Data tentang status gizi balita menggunakan penimbangan BB dan

pengukuran TB/PB kemudian dihitung dengan perhitungan software WHO

Antropometri. Penimbangan BB didapatkan dari menimbang dengan

mengunakan timbangan digital degan ketelitian 0,1 kg, pengukuran PB

13
mengguakan lengthboard / metline dan pengukuran TB menggunakan

microtoise / metline di rumah ibu responden.

3. Pengumpulan data tentang karakteristik ibu hamil dan pengetahuan ibu hamil

menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada ibu hamil yang

dijadikan responden di rumah masing-masing ibu hamil.

4. Data tentang status gizi ibu hamil menggunakan LILA. Pengukuran LILA

menggunakan pita LILA.

5. Pengumpulan data tentang karakteristik kader dan pengetahuan kader

menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada kader yang

dijadikan responden di rumah masing-masing kader.

2.4 Alat dan Bahan yang Digunakan Untuk Pengumpulan Data

Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :

1. Kuesioner

2. Timbangan Digital dengan ketelitian 0,1 kg

3. Lengthboard

4. Software WHO Antropometri 2005

5. Metline

6. Microtoise

7. Nutrisurvey

8. Food Picture

9. Alat tulis

10. SPSS

14
2.5 Cara Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dientri ke dalam program SPSS 13. Kemudian Data

tersebut dianalisis secara deskriptif, dan disajikan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dan Tabulasi silang.

15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah Desa

3.1.1 Keadaan dan Letak Geografis

Secara topografi Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten

Jombang mempunyai luas wilayah 194 Ha memiliki 2 dusun yaitu Dusun

Murukan, dan Mulangagung. Dusun Murukan dibagi menjadi 2 yaitu Dusun

Murukan Selatan dan Murukan Utara. Setiap Dusun Murukan Utara terdapat 8

RT, untuk Murukan Selatan terdiri atas 9 RT, sedangkan untuk Mulangagung 4

RT.

Secara geografis letak Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten

Jombang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Batas Wilayah Sebelah Utara : Desa Johowinong

b. Batas Wilayah Sebelah Timur : Desa Bejijong Kabupaten Mojokerto

c. Batas Wilayah Sebelah Selatan : Desa Dukuhdimoro

d. Batas Wilayah Sebelah Barat : Desa Betek, Desa Karobellah

3.1.2 Kependudukan

Berdasarkan register Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten

Jombang yang didapatkan pada bulan Desember 2015, jumlah penduduk Desa

Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang seluruhnya berjumlah 3521

jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1797 jiwa dan perempuan 1719 jiwa. Total usia 0-

9 tahun berjumlah 620 jiwa, usia 10-19 tahun sebanyak 874 jiwa, usia 20- 29

tahun sebanyak 792 jiwa, usia 30-49 tahun berjumlah 876 jiwa, usia 50-69 tahun

sebanyak 332 jiwa, dan usia >70 tahun berjumlah 27 jiwa.

16
3.1.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang yaitu petani, wiraswasta/pedagang, pegawai swasta, pegawai

negeri, ABRI, dan pensiunan PNS+ABRI.

 Karyawan :-

 Wiraswasta / Pedagang : 288 orang

 Petani : 2421 orang

 Pegawai Swasta : 88 orang

 Pensiunan : 10 orang

 Nelayan : -

 ABRI : 3 orang

 Pegawai Negeri : 11 orang

3.1.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang yaitu :

1. Taman Kanak-Kanak : 342 orang

2. Sekolah Dasar : 3218 orang

3. SMP/SLTP : 853 orang

4. SMA/SLTA : 361 orang

5. Perguruan Tinggi : 155 orang

3.1.5 Agama

Agama yang dianut oleh masyarakat di Desa Murukan Kecamatn

Mojoagung Kabupaten Jombang yaitu :

- Islam : 3521 orang

17
- Kristen : - orang

- Katholik : - orang

- Hindu : - orang

- Budha : - orang

18
3.1.6 Struktur Organisasi Kelurahan

BPD Lurah Murukan


Ainul Mubin, S.pdi Yatimah S.Sos

Sekretaris

A. Lutfi. R

Pembangunan Bendahara
Rumadi A. Lutfi. R
Kasi Kesejahteraan Kaur Umum Pemerintahan
Rakyat
M. Ariful
Ngatimin

Kadus I Kadus II

Muhammad Nurhadi Masrul Aini

Gambar III.1 Struktur Organisasi Kelurahan

19
3.1.7 Sarana Kesehatan

Berikut ini sarana kesehatan di Desa Murukan :

1. Puskesmas : ada

2. Puskesmas Pembantu : ada

3. UKBM (Posyandu) :3

4. Poslansia :2

5. Poli Klinik / Balai Pelayanan Masyarakat :1

3.1.8 Dukungan Lintas Program dan Lintas Sektor

Di desa Murukan terdapat berbagai macam dukungan lintas sektor antara lain adalah

Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan Koperasi UMKM,

PNPM/P2KP, Babinkantipmas, dan BKKPN.

3.1.9 Potensi yang dapat dikembangkan

Potensi desa yang dapat dikembangkan antara lain dari bidang peternakan karena di

Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang sebagian besar penduduknya

peternak sapi. Hasil residu dari kotoran sapi dapat dijadikan sebagai biogas yang bisa

menghemat biaya produksi pengelolahan susu (pasteurisasi). Selain itu hasil yang diperoleh

dari peternak sapi yaitu susu dapat dijadikan produk lainnya seperti yougourt, dan permen

susu. Selain dapat meningkatkan harga jual juga dapat membuka lapangan kerja untuk ibu

rumah tangga.
3.2 Kegiatan Pengumpulan Data Dasar (SMD)

3.2.1 Gambaran Umum Keluarga Balita Responden

I. Data Identitas Keluarga

a. Usia Orang Tua

Tabel III.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Orang Tua Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Ayah Ibu
Umur (Tahun)
n % n %
1 <20 0 0 1 2,0
2 20-<30 13 26,0 31 62,0
3 30-<40 25 50,0 16 32,0
4 40-<50 12 24,0 1 2,0
5 >50 0 0 1 2,0
Jumlah 50 100,0 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa umur ayah balita yang paling banyak

dengan usia 30-<40 tahun sebanyak 25 orang (50%), sedangkan umur ibu balita yang

tertinggi adalah usia 20-<30 tahun sebanyak 31 orang (62%).

Berdasarkan hasil di atas untuk usia ayah dengan ibu balita memiliki jarak yang jauh
karena yang ditemukan dilapangan banyak ibu-ibu yang menikah diusia muda sedangkan
untuk ayahnya sudah sesuai dengan usia laki-laki yang telah mapan untuk berkeluarga.

b. Pendidikan Orang Tua


Tabel III.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Balita di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Pendidikan Ayah Ibu
n % n %
1 SD/Sederajat 9 18,0 6 12,0
2 SLTP/Sederajat 24 48,0 22 44,0
3 SLTA/Sederajat 16 32,0 20 40,0
4 PT/Sederajat 1 2,0 2 4,0
Total 50 100,0 50 100,0
Berdasarkan tabel III.2 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 24 orang (48%) ayah

memiliki pendidikan terakhir SLTP/Sederajat dan sebanyak 1 orang (2%) ayah memiliki

pendidikan terakhir PT/Sederajat sedangkan sebanyak 22 orang (44%) ibu memiliki

pendidikan terakhir SLTP/Sederajat dan sebanyak 2 orang (4%) ibu memiliki pendidikan

terakhir PT/Sederajat.
Pendidikan mempunyai peran penting dalam menciptakan seseorang yang berkualitas

dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-

cita yang diharapkan. Pendidikan orang tua balita paling banyak adalah tamat SLTP/sederajat

karena di desa Murukan sebagian besar orangtuanya memiliki usaha sendiri yaitu rosokan

dan peternak sapi. Sedangkan untuk ibu balitanya paling banyak dengan pendidikan terakhir

SLTP/sederajat karena ditemukan pada saat dilapangan banyak ibu balita yang tidak bekerja

sehingga merasa pendidikan yang tinggi kurang untuk penting

c. Pekerjaan Orang Tua

Tabel III.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Pekerjaan Ayah Ayah Ibu
n % n %
1 Tidak Bekerja 0 0 40 80,0
2 PNS/TNI/POLRI 1 2,0 0 0
3 Petani 2 4,0 0 0
4 Buruh Tani 6 12,0 0 0
5 Pedagang 9 18,0 1 2,0
6 Karyawan Pabrik 4 8,0 0 0
7 Wiraswasta 14 28,0 6 12,0
8 Lainnya 14 28,0 3 2,0
Total 50 100,0 50 100,0
Berdasarkan tabel III.3 dapat dilihat dari 50 ayah balita bahwa sebanyak 14 orang

(28%) ayah bekerja sebagai wiraswasta dan lain-lainnya. Sedangkan sebanyak 40 orang

(80%) ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga.

Pekerjaan ayah balita yang paling banyak di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang adalah wiraswasta dikarenakan didaerah Desa Murukan terdapat banyak

sapi yang dikelola sendiri oleh pemiliknya sehingga menghasilkan penghasilan yang dapat

digunkana untuk sehari-hari pada keluarga tersebut. Orangtua balita juga banyak yang

bekerja sebagai rongsokan yang dikelola sendiri. Sehingga banyak orangtua balita yang

memiliki pekerjaan dari hasil yang di dapat sendiri. Sedangkan untuk ibu balita yang paling

banyak adalah tidak bekerja, karena yang ditemukan dilapangan sebagian besar ibu mengurus
anaknya dirumah dan yang mencari nafkah untuk kehidupan sehari-harinya adalah ayah

balita.

d. Umur Balita

Tabel III.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Balita di Desa Murukan


Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Umur Balita n %
1 0-6 5 10,0
2 7-12 8 16,0
3 13-24 6 12,0
4 25-36 12 24,0
5 37-60 19 38,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 19 balita (38%) berusia 37-60

bulan, 12 balita (24%) berusia 25-36 bulan, 8 balita (16%) berusia 7-12 bulan, 6 balita (12%)

berusia 13-24 bulan sedangkan sebanyak 5 balita (10%) berusia 0-6 bulan.

Umur balita diketahui berdasarkan hasil wawancara kepada ibu balita mengenai

tanggal lahir balita kemudian dimasukkan ke WHO Antropometri sehingga dapat diketahui

umur balita. Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan

umur akan menyebabkan intepretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan

dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur

yang tepat

Karena balita yang tersampling untuk menjadi sampel Survei Mawas Diri (SMD)

pada balita paling banyak adalah balita usia 37-60 bln

e. Jenis Kelamin

Tabel III.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 22 44,0
2 Perempuan 28 56,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 28 balita (56%) berjenis

kelamin perempuan dan sebanyak 22 balita (44%) berjenis kelamin laki-laki, karena pada

balita yang tersampling untuk menjadi sampel yang paling banyak berjenis kelamin

perempuan.

Dalam SMD ini jenis kelamin responden lebih banyak perempuan. Meskipun

perbandingan jumlahnya tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan responden yang

berjenis kelamin laki-laki. Jenis kelamin juga berperan dalam penentuan status gizi. Laki-laki

dan perempuan memilki Z-score yang berbeda. Sehingga mempengaruhi dalam penentuan

status gizi anak.

f. Urutan Anak

Tabel III.6 Distribusi Responden Berdasarkan Urutan Anak di Desa Murukan


Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Urutan Anak n %
1 1 28 56,0
2 2 18 36,0
3 >2 4 8,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel III.6 dapat dilihat bahwa dari seluruh balita yang kami dapatkan

yaitu anak 1 sebanyak 28 balita dengan prosentase 56 %, dan masih ditemukan ibu dengan

anak >2 sebesar 8%.

Dalam penelitian ini urutan anak sebagian besar adalah anak pertama dan kedua,

dikarenakan ibu-ibu yang menjadi responden kebanyakan berumur 20-<30 tahun. Urutan

anak dapat mempengaruhi ibu dalam mengasuh anaknya. Ibu bisa mendapat pengalaman dari

anak pertamanya dan akan lebih baik dalam mengasuh anak kedua, ketiga dan seterusnya.

Anak kedua cenderung berstatus gizi lebih baik karena ibu sudah berpengalaman dalam

merawat anak.
II. Data Penunjang

a. Jenis Keluarga

Tabel III.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluarga Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Jenis Keluarga n %
1 Keluarga Inti 23 46,0
2 Bukan Keluarga Inti 27 54,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis keluarga kategori bukan keluarga

inti sebanyak 27 (54%) sedangkan untuk jenis keluarga dengan kategori keluarga inti

sebanyak 23 (46%) keluarga merupakan keluarga inti. Karena di Desa Murukan sebagian

besar pasangan yang sudah berkeluarga masih tinggal bersama orang tua atau pun

keluarganya

b. Jumlah Anggota Keluarga

Tabel III.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa


Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Jumlah Anggota Keluarga n %
1 <3 1 2,0
2 3-4 33 66,0
3 >4 16 32,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 33 (66%) keluarga memiliki

jumlah anggota keluarga 3-4 anggota keluarga, sebanyak 16 (32%) keluarga memiliki jumlah

naggota keluarga lebih dari >4 anggota kelaurga sedangan sebanyak 1 (2%) keluarga

memiliki anggota keluarga <3.

Jumlah tanggungan keluarga balita paling banyak dengan tanggungan 3-4 orang,

dimana hal ini menandakan bahwa di dalam keluarga ini merupakan bukan keluarga inti dan

yang paling banyak terdapat 1 balita. Karena memang sebagian besar responden yang telah

diwawancarai pada saat pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD) terdiri atas ayah, ibu, balita

dan keluarga lainnya.


c. Jumlah Balita dalam Satu Keluarga

Tabel III.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Balita dalam Satu Keluarga di
Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Jumlah Balita n %
1 1 28 56,0
2 2 18 36,0
3 >2 4 8,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah balita yang ada di dalam keluarga

berjumlah 1 orang yang paling tinggi yaitu 28 orang (56%), dan yang terendah dengan

jumlah balita yang >2 yaitu 4 orang (8%).

Jumlah balita dalam keluarga sangat mempengaruhi pola asuh karena dengan adanya

balita yang lebih dari 1 di dalam keluarga maka pola asuh akan terbagi dan tidak fokus

menangani 1 balita.

d. Status Rumah yang Ditempati

Tabel III.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Rumah yang Ditempati di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Status Rumah n %
1 Milik Sendiri 25 50,0
2 Milik Orang Tua 25 50,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat status rumah responden yang telah memliki

rumah sendiri dan milik orangtua sebanyak 50% responden sudah memiliki rumah sendiri

dan masih terdapat responden yang memiliki status rumah milik orang tua sebanyak 50%.

Data SMD yang di dapat sesuai dilapangan karena dapat disebabkan oleh

ketidaksiapan secara ekonomi pasangan yang telah menikah. Selain itu ada beberapa budaya

yang terdapat di masyarakat yang masih cukup kental yaitu perempuan yang telah menikah

tidak diijinkan meninggalkan rumah orangtuanya sehingga pasangan tersebut yang harus

tinggal bersama keluarga perempuan.


e. Kondisi Ekonomi

Tabel III.11 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orangtua Balita di Desa


Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Penghasilan n %
1 Pengeluaran Pangan > Pengeluaran Non Pangan 25 50,0
2 Pengeluaran Pangan < Pengeluaran Non Pangan 25 50,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa antara pengeluaran pangan dan

pengeluaran non pangan responden memiliki prosentase yang sama yaitu masing-masing

50%. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat di Desa

Murukan sehingga menyebabkan pendapatan yang diperoleh untuk pengeluaran pangan lebih

besar dibandingkan pengeluaran non pangan. Sedangkan untuk masyarakat yang memiliki

pengeluaran pangan lebih kecil dibandingkan pengeluaran non pangan hasil survei

dilapangan kedua orang tua balita sama-sama bekerja.

III. Status Gizi-Kesehatan Balita dan Ibu

1. Status Gizi Balita

Tabel III.12 Distribusi Responden berdasarkan Z-Score Balita di Desa Murukan


Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Z-Score BB/U TB/U BB/TB
n % n % n %
1 <-3 1 2,0 2 4,0 2 4,0
2 >-3s/d<-2 8 16,0 8 16,0 6 12,0
3 -2s/d+2 41 82,0 39 78,0 41 82,0
4 >+2s/d+3 0 0 1 2,0 1 2,0
Total 50 100,0 50 100,0 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa status gizi balita yang dilihat

berdasarkan BB/U yang terbanyak adalah berada pada angka z-score -2 s/d +2 sd dengan

jumlah balita yang ada pada z-score ini adalah 41 orang balita (82%), indikator status gizi

yang dilihat dari TB/U adalah berada pada angka z-score -2 s/d +2 sd dengan jumlah balita

yang ada pada z-score ini adalah 39 orang balita (78%), indikator status gizi yang dilihat dari

BB/TB adalah 41 orang dengan persentase 82% sehingga dapat disimpulkan bahwa status
gizi balita yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah

normal. Dari staus gizi normal yang ada tetapi masih terdapat balita yang memiliki status gizi

buruk dengan indikator BB/U yaitu sejumlah 1 orang (2%), indikator TB/U dengan status gizi

sangat pendek sejumlah 2 orang (4%), dan dengan indikator BB/TB dengan status gizi sangat

kurus sejumlah 2 orang (4%).

Bedasarkan sumber daya yang dimiliki oleh Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang adalah sebagai peternak sapi perah namun masih ada balita yang

kekurangan zat makro yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan balita seperti

protein sehingga masih ditemukan balita dengan status gizi buruk, sangat pendek, dan sangat

kurus. Bayi dan balita sangat membutuhkan kebutuhan akan zat gizi makro dan mikro yang

penting untuk pertumbuhan terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, karena pada masa

itulah bayi dan balita sedang tumbuh masa jaringan otak atau yang disebut masa emas.

Tabel III.13 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan BB/U Balita di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi Indeks BB/U Jumlah
Umur (Bulan) Gizi Buruk Gizi Kurang Normal
n % n % n % n %
0-6 0 0 0 0 5 100 5 100
7-12 0 0 1 12,5 7 87,5 8 100
13-24 0 0 1 16,7 5 83,3 6 100
25-36 0 0 2 16,7 10 83,2 12 100
37-60 1 5,3 3 15,8 15 78,9 19 100
Total 1 2 7 14 42 84 50 100
Berdasarkan tabel III.13 diatas dapat dilihat bahwa balita usia 37-60 bulan dengan

status gizi normal sebanyak 15 (78,9%) balita dan balita dengan status gizi buruk sebanyak 1

(5,3%) balita. Balita dengan usia 7-12 bulan sebanyak 1 (12,5%) balita berstatus gizi kurang

dan 13-24 bulan sebanyak 1 (16,7%) berstatus gizi kurang.

Ketika balita menginjak usia 7-12 bulan mulai ditemukan balita dengan status gizi

kurang sebanyak 1 orang (12,5%). Usia 7-12 bulan terdapat statgus gizi kurang dikarenakan
kurang tepatnya pemberian MP-ASI, karena pada usia tersebut bayi sudah diberikan MP-ASI

bukan hanya ASI. Pola makan balita yang kurang tepat pada saat ditemukan di lapangan

banyak balita yang hanya mengonsumsi karbohidrat, lauk nabati, dan sayur sehingga zat gizi

yang diperoleh dan diserap balita kurang memenuhi kebutuhan akan zat gizi makro dan

mikro dalam sehari.dan sebagian besar balita jajan chiki-chiki atau wafer-wafer yang

sebenarnya kurang baik jika terlalu banyak dikonsumsi. Pola makan yang tepat dan konsumsi

makanan yang bergizi bisa meningkatkan status gizi balita.

Tabel III.14 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan TB/U Balita di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Status Gizi Indeks TB/U Jumlah


Umur
Sangat Pendek Pendek Normal
(Bulan)
n % n % n % n %
0-6 0 0 0 0 5 100 5 100
7-12 0 0 0 0 8 100 8 100
13-24 0 0 1 16,7 5 83,3 6 100
25-36 1 8,3 1 8,3 10 83,2 12 100
37-60 1 5,3 3 15,8 15 78,9 19 100
Total 1 2 7 14 42 84 50 100
Berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan pada balita di Desa Murukan Kecamatan

Mojoagung Kabupaten Jombang diperoleh data tentang tinggi badan menurut umur balita

bahwa balita usia 37-60 bulan dengan status gizi normal sebanyak 15 (78,9%) balita, status

gizi pendek sebanyak 3 (15,8%) balita dan status gizi sangat pendek terbanyak prosentasenya

pada usia 25-36 bulan yaitu 1 (8,3%) balita.

Anak yang berusia 0-6 bulan tidak terdapat masalah status gizi dengan indikator TB/U

karena pada ASI sudah dapat memenuhi semua kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan dalam 1

hari. Pada balita >6 bulan sampai dengan 60 bulan membutuhkan asupan protein, zink serta

Fe yang sangat penting untuk pertumbuhan balita khususnya untuk tinggi badan seorang

anak. Apabila seorang anak telah menginjak usia >6 bulan maka asupan ASI tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhannya dalam sehari sehingga dibutuhkan MP-ASI yang


mengandung zat gizi makro dan mikro yang memenuhi kebutuhannya dalam 1 hari. Hal

tersebut dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsinya.

Tabel III.15 Distribusi Responden berdasarkan BB/TB Balita di Desa Murukan


Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Status Gizi Indeks BB/TB Jumlah


Umur
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
(Bulan)
n % n % n % n % N %
0-6 0 0 1 20,0 4 80 0 1 5 100
7-12 1 12,5 1 12,5 5 62,5 1 12,5 8 100
13-24 0 0 1 16,7 5 83,3 0 0 6 100
25-36 0 0 2 16,7 10 83,2 0 0 12 100
37-60 1 5,3 1 5,3 17 89,5 0 0 19 100
Total 2 4 6 12 41 82 1 0 50 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa balita usia 37-60 bulan dengan status

gizi normal sebanyak 17 (89,5%) balita, status gizi kurus yang terbanyak pada umur 25-36

bulan sebanyak 2 (16,7%) balita dan status gizi sangat kurus terbanyak 1 (12,5%) balita.

Dalam survei ini penilaian status gizi menggunakan metode antropometri. Data yang

diambil meliputi berat badan dan panjang badan yang menggunakan indeks BB/PB (Berat

Badan menurut Panjang Badan) atau BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan).

2. Status Gizi Ibu Balita

a. Status Gizi Ibu Balita berdasarkan LILA

Tabel III.16 Distribusi Responden berdasarkan LILA Ibu Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Keterangan Nilai
Minimum 23,5
Maximum 38,0
Rata-rata 28,1

Berdasarkan hasil survei terhadap LILA ibu balita yang ada di Desa Murukan

Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah 100 % tidak KEK (Kekurangan Energi

Kronik). LILA ibu balita dikatakan tidak KEK apabila ≥23,5 cm, sehingga dapat
disimpulkan nilai minimum LILA ibu balita adala 23,5 cm dan nilai maximumnya adalah

38cm dengan nilai rata-rata LILA ibu balita yaitu 28,1 cm.

LILA normal merupakan hal penting yang harus di penuhi oleh wanita yang akan

menikah karena LILA normal/23,5cm menggambarkan kecukupan akan cadangan energi

yang akan digunakan sebagai cadangan energi untuk janinnya ketika masa kehamilan.

b. Status Gizi Ibu Balita berdasarkan IMT


Tabel III.17 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan IMT Ibu Balita di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
IMT Status Indeks Massa Tubuh Ibu Balita Jumlah
Kurus Normal Gemuk Sangat Gemuk
n % n % n % n % n %
17-18,4 7 100 0 0 0 0 0 0 7 100
18,5-25,5 0 0 32 100 0 0 0 0 32 100
25,6-26,9 0 0 0 0 2 100 0 0 2 100
>27 0 0 0 0 0 0 9 100 9 100
Total 7 14 32 64 2 4 9 18 50 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 7 (100%) ibu balita berstatus

gizi kurus, sebanyak 32 (100%) ibu balita berstatus gizi normal, sebanyak 2 (100%) ibu balita

berstatus gizi gemuk dan sebanyak 9 (100%) ibu balita berstatus gizi gemuk sekali.

IMT secara genetik akan berpengaruh terhadap BB anak, karena salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi BB anak adalah genetik dari kedua orangtuanya selain itu juga

dapat dipengaruhi oleh pola makan dalam keluarga tersebut.

3. Data Kesehatan Balita


a. Kejadian Sakit

Tabel III.18 Distribusi Kejadian Sakit 3 Bulan Terakhir Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Kategori n %
Ya 41 82,0
Tidak 9 18,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas kejadian sakit 3 bulan terakhir pada balita di Desa Murukan

kecamatan Mojoagung balita yang mengalami sakit terdapat 41 balita (82%). Hal ini
disebabkan karena adanya perubahan cuaca (musim pancaroba) sehingga banyak sekali balita

yang sakit.

Cuaca akan berpengaruh terhadap kesehatan balita jika kesehatan balita tidak di jaga

oleh orang tuanya akan menyebabkan balita sakit, dikarenakan adannya perubahan cuaca

yang terdapat pada daerah tersebut.

b. Frekuensi Sakit
Tabel III.19 Distribusi Frekuensi Sakit pada Balita di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Frekunsi Sakit n %
1 kali 18 36,0
2 kali 16 32,0
>3 kali 7 14,0
Tidak sakit 9 18,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas frekuensi sakit yang paling tinggi adalah 1 kali sebanyak 18

balita (36%), yang paling sedikit dengan frekuensi >3 kali. Hal ini disebabkan karena

perilaku hidup yang kurang bersih dan sehat seperti halnya mencuci tangan sebelum makan

dan menutup pada saat batuk dan bersin. Kebiasaan hal kecil tersebut jika sering dan biasa

dilakukan maka akan menurunkan angka frekuensi sakit anak. Pada dasarnya virus dapat

menyebar melalui kontak fisik tubuh dengan agent firus.

c. Sakit yang diderita Balita

Tabel III.20 Distribusi Sakit yang diderita pada Balita di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Sakit yang diderita n %
Batuk pilek 32 64,0
Diare 1 2,0
ISPA 2 4,0
Lainnya (Typus) 6 12,0
Tidak sakit 9 18,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel di atas sakit yang diderita balita di Desa Murukan yang paling

banyak adalah batuk dan pilek yaitu sebanyak 32 balita (64%), diare yang terjadi di Desa

Murukan hanya ada 1 balita (2%). Sakit yang diderita balita di Desa Murukan yang paling
banyak batuk dan pilek. Hal ini dapat disebabkan karena daya imun yang rendah serta

penyebaran kuman yang sangat cepat yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat

tinggal balita. Frekuensi sakit pada jenis sakit tertentu yang terlalu sering bisa mengakibatkan

kurang gizi jika terjadi terus-menerus.

IV. Pola Pengasuhan Balita

A. Pola Asuh Pemberian Makan

a. Pola Makan

Tabel III.21 Distribusi Pola Makan Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016

Makanan yang diberikan Tepat Kurang tepat Jumlah


n % n % n %
Bentuk makanan utama 43 86,0 7 14,0 50 100,0
Macam bahan makanan 19 38,0 31 62,0 50 100,0
Frekuensi Makan 34 68,0 16 32,0 50 100,0
Pola makan 19 38,0 31 62,0 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari segi bentuk makanan utama yang

diberikan sudah tepat yaitu sebanyak 43 orang balita (86,0%), macam bahan makanan pada

balita yang paling banyak kurang tepat yaitu sebanyak 31 orang balita (62%) dan dari

frekuensi makan yang paling banyak dengan kategori tepat sebanyak 34 orang balita (68,0%).

Sedangkan jika dilihat dari pola makan ada salah satu dari bentuk makanan, macam bahan

makanan dan frekuensi makan yang kurang tepat maka pola makan dapat disimpulan kurang

tepat. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian makanan

yang tepat untuk balita sehingga sebagian besar ibu hanya memberikan makanan yang ada

dirumah kepada balitanya tanpa memperhatikan kebutuhan balita tersebut.

Bentuk makanan utama untuk balita di Desa Murukan kecamatan Mojoagung sudah

tepat sesuai dengan umur tetapi masih ada juga balita yang tidak tepat bentuk makanannya

dikarenakan di Desa Murukan Kabupaten Mojoagung masih adanya kepercayaan/kebiasaan

yang kental dari orangtua tentang pemberian makanan pada balita. Macam bahan makanan
yang diberikan untuk balita ibu menyesuaikan sesuai dengan kesukaan balita bukan sesuai

dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh balita, maka dari itu macam bahan makanan yang

dikonsumsi oleh balita tidak beragam sehingga banyak yang kurang tepat. Dari hasil

frekuensi makan dan selingan sudah sesuai dengan ketepatan frekuensi makan sesuai umur

balita.

2. Pemberian ASI

a. Usia Pertama Balita diberikan Makan

Tabel III.22 Distribusi Usia Pertama Balita diberikan Makan di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Usia Balita n %
<6 bulan 19 38,0
6 bulan 25 50,0
>6 bulan 2 4,0
Belum diberikan makanan 4 8,0
Total 50 100,0

Berdasarkan tabel III.22 dapat dilihat bahwa balita usia pertama diberikan makan

dengan usia 6 bulan yaitu sebanyak 25 orang dengan prosentase 50 %. Balita belum diberikan

makan sebanyak 4 orang dengan prosentase 8%. Hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu

balita yang ada di Desa Murukan baik sehingga para ibu di Desa Murukan mengetahui bahwa

usia pertama kali diberikan adalah usia 6 bulan, tetapi masih terdapat ibu-ibu yang

menerapkan MP-ASI dini karena masih terdapat keluarga yang bukan inti yang dipengaruhi

oleh keluarganya. Balita yang belum diberikan makan karena pada saat SMD masih terdapat

balita yang digunakan sebagai sampel dengan usia <6 bulan.


b. Status Pemberian ASI

Tabel III.23 Distribusi Status Pemberian ASI di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016

Status Pemberian ASI n %


Ya 19 38,0
Tidak 31 62,0
Total 50 100,0

Berdasarkan tabel III.23 status pemberian ASI di Desa Murukan Kecamatan

Mojoagung Kabupaten Jombang untuk saat ini status pemberian ASI yang paling tinggi

adalah sudah tidak ASI sebanyak 31 balita (62%), sedangkan yang masih ASI saat ini 19

balita (38%). Hal ini disebabkan karena usia balita yang menjadi sampel usia >24 bulan

sebanyak 31 balita sehingga balita dengan usia >24 bulan hanya mengkonsumsi makanan

utama dan selingan tanpa bantuan konsumsi dari ASI. Namun masih terdapat balita yang

tidak mendapatkan ASI dikarenakan ada beberapa faktor yaitu ibu merasa ASI tidak cukup,

ibu bekerja, dan ada masalah dengan payudara.

c. Usia Penyapihan

Tabel III.24 Distribusi Usia Penyapihan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung


Kabupaten Jombang Tahun 2016

Usia Penyapihan n %
Tidak ASI sama sekali 3 6,0
1-3 bulan 5 10,0
4-6 bulan 2 4,0
7-9 bulan 1 2,0
10-11 bulan 0 0,0
12-18 bulan 1 2,0
19-24 bulan 2 4,0
>24 bulan 17 34,0
Masih memberikan ASI 19 38,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel III.24 usia penyapihan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang yang paling tinggi adalah masih memberikan ASI sebanyak 19 balita

(38%). Untuk balita usia penyapihan >24 bulan sebanyak 17 balita (34%), sedangkan yang
paling sedikit usia penyapihan pada balita berumur 7-9 bulan dan 12-18 bulan yaitu 1 orang

(2%). Hal ini disebabkan usia penyapihan paling banyak >24 bulan karena ASI diberikan

hingga usia 24 bulan, ketika ASI yang diberikan <24 bulan maka kebutuhan bayi kurang

memenuhi.

d. Alasan Menghentikan ASI

Tabel III.25 Distribusi Alasan Menghentikan ASI di Desa Murukan Kecamatan


Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Alasan Manghentikan ASI n %


Merasa ASI tidak cukup 7 14,0
Anak tidak mau 5 10,0
Ibu bekerja 2 4,0
Ada masalah dengan payudara 2 4,0
Menyapih 15 30,0
Belum menghentikan ASI 19 38,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel III.25 alasan menghentikan ASI di Desa Murukan Kecamatan

Mojoagung Kabupaten Jombang yang paling tinggi adalah belum menghentikan ASI, alasan

menghentikan ASI dengan menyapih sebanyak 15 orang (30%). Alasan menghentikan ASI

yang paling sedikit dikarenakan ibunya bekerja dan ada masalah pada payudara yaitu 2 orang

(4%). Masih terdapat balita yang sampai saat ini belum menghentikan ASI dikarenakan usia

balita yang menjadi sampel usia <24 bulan sebanyak 19 balita sehingga balita dengan usia

<24 bulan masih berhak mendapatkan ASI dari ibunya hingga 24 bulan. Namun masih

terdapat balita yang tidak mendapatkan ASI dikarenakan dari sampel yang digunakan usia

>24 bulan sebanyak 31 balita (68%).

3. Tingkat Konsumsi Balita


a. Tingkat Konsumsi Energi Balita

Tabel III.26 Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Balita di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Tingkat Konsumsi Energi n %


Defisiensi tingkat berat 26 52,0
Defisiensi tingkat sedang 12 24,0
Defisiensi tingkat ringan 7 14,0
Normal 4 8,0
Di atas kecukupan 1 2,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui balita yang energinya defisit tingkat berat

sebanyak 26 balita dengan persentase 52%, balita yang energinya normal sebanyak 4 balita

(8%), balita yang energinya di atas kecukupan sebanyak 1 balita dengan persentase 2%.

Asupan makan yang defisit pada balita yang dijadikan sampel di Desa Murukan

Kabupaten Mojoagung dikarenakan nafsu makan balita yang rendah dan balita lebih banyak

dan sering mengkonsumsi makan makanan ringan seperti chiki, permen, coklat dan wafer

sehingga asupan makannya defisit.

b. Tingkat Konsumsi Protein Balita


Tabel III.27 Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Balita di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Tingkat Konsumsi Protein n %


Defisiensi tingkat berat 21 42,0
Defisiensi tingkat sedang 6 12.0
Defisiensi tingkat ringan 2 4.0
Normal 7 14,0
Di atas kecukupan 14 28,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui balita yang energinya defisit tingkat berat

sebanyak 21 balita dengan persentase (42%), balita yang energinya normal sebanyak 7 balita

(14%), balita yang energinya di atas kecukupan sebanyak 14 balita dengan persentase 28%.

Asupan protein yang defisit pada balita yang digunakan sebagai sampel dikarenakan

balita yang ada di Desa Murukan kecamatan Mojoagung rata-rata mengkonsumsi nasi dan

sayur saja melainkan proteinnya didapatkan dari lauk nabati. Namun ada juga yang tingkat
konsumsinya di atas kecukupan 14 balita (28%) itu dikarenakan konsumsi susu yang

membantu penambahan konsumsi protein.

c. Tingkat Konsumsi Fe Balita


Tabel III.28 Distribusi Tingkat Konsumsi Fe Balita di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Tingkat Konsumsi Fe n %
Kurang 32 64,0
Cukup 18 36,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui balita yang tingkat konsumsi Fe nya

kurang sebanyak 32 balita dengan persentase (64%). Hal ini disebabkan karena di desa

Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang konsumsi untuk protein hewaninya

sangat kurang dan makanan yang dikonsumsi jarang mengandung Fe, sehingga tingkat

konsumsi Fe yang paling tinggi adalah kurang.

d. Tingkat Konsumsi Zn Balita

Tabel III.29 Distribusi Tingkat Konsumsi Zn Balita di Desa Murukan Kecamatan


Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Tingkat Konsumsi Zn n %
Kurang 19 38,0
Cukup 31 62,0
Total 50 100,0
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat konsumsi Zn pada

balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang dengan kategori cukup

yang paling tinggi yaitu 31 balita (62%). Hal ini disebabkan karena konsumsi pada balita

yang ada di Desa Murukan banyak yang mengkonsumsi makanan yang tinggi akan Zn yaitu

Kuning telur ayam dan bayam.


4. Jenis Makanan Balita
Tabel III.30 Distribusi Jenis Makanan Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016

Jenis makanan Permasalahan Upaya jika ada masalah


Ada masalah Tidak ada Ada masalah Tidak ada
n % n % n % n %
Makanan pokok 4 8,0 46 94,0 3 6,0 47 94,0
Sayur 15 30,0 35 70,0 4 8,0 46 92,0
Lauk hewani 7 14,0 43 86,0 0 0 50 100,0
Lauk nabati 7 14,0 43 86,0 2 4,0 48 96,0
Buah 10 20,0 40 80,0 1 2,0 49 98,0
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jenis makanan balita di Desa

Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang dilihat dari makanan pokoknya balita

yang tidak memiliki permasalahan sebanyak 46 balita (94%) tetapi masih ada balita yang

memiliki permasalahan dalam konsumsi jenis makanan pokok yaitu sebanyak 4 balita (8%),

dilihat dari jenis sayurnya balita yang tidak memiliki permasalahan sebanyak 35 balita (70%)

dan balita yang memiliki permasalahan dalam konsumsi makanan pokok yaitu sebanyak 15

balita (70%), dilihat dari jenis lauk hewani dan nabatinya balita yang tidak memiliki

permasalahan masing-masing sebanyak 43 balita (86%) dan balita yang memiliki

permasalahan sebanyak 7 balita (14%), dan dilihat dari jenis buah yang dikonsumsi balita

yang tidak memiliki permasalahan masing-masing sebanyak 40 balita (80%) dan balita yang

memiliki permasalahan sebanyak 10 balita (20%).

Dari permasalahan yang ada pada makanan pokok balita sudah ada upaya yang

dilakukan oleh ibu balita yaitu jika balita tidak mau makan makanan pokok, ibu tetap

berusaha memberikan makanan pokok dengan cara mengajak anak jalan-jalan agar mau

makan. Untuk lauk hewani, tidak ada upaya yang dilakukan oleh ibu balita dikarenakan

kurangnya pengetahuan ibu tentang pengolahan lauk hewani yang dapat meningkatkan nafsu

makan anak. Sedangkan untuk buah dan sayur, ada masalah tapi tidak ada upaya dari ibu

balita dikarenakan oleh kebiasaan makan masyarakat di desa Murukan yang tidak terbiasa
mengkonsumsi buah setiap hari. Hal ini juga disebabkan oleh faktor pendapatan masyarakat

yang sebagian besar merupakan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah.

V. Pola Asuh Perawatan Kesehatan

1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a. Pemeriksaan Kehamilan

Tabel III.31 Distribusi Pemeriksaan Kehamilan di Desa Murukan Kecamatan


Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Pemeriksaan Kehamilan n %
Sesuai 43 86,0
Kurang sesuai 7 14,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 43 (86,0%) ibu pada saat

hamil memeriksakan kehamilannya telah sesuai, namun sebanyak 7 (14,0%) ibu saat hamil

memeriksakan kehamilannya kurang sesuai. Hal tersebut dikarenakan di Desa Murukan

Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang telah memiliki kesadaran yang tinggi tentang

kesadaran kesehatan untuk ibu dan bayi yang ada di dalam kandungan sehingga pemeriksaan

pada saat kehamilannya sesuai dengan jadwal pemeriksaan tetapi juga ada yang kurang sesuai

dikarenakan masih terdapat ibu hamil yang memiliki kesadaran yang rendah tentang

kesehatan ibu dan bayi yang ada di dalam kandungan.

b. Meminum TTD dan Rutinitas minum TTD

Ibu balita yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang

dari 50 sampel yang telah mengikuti survei mawas diri semua ibu balita mendapatkan TTD.

Rutinitas meminum TTD terdapat 28 ibu balita yang tidak rutin mengkonsumsi TTD dan 22

ibu balita rutin mengkonsumsi TTD. Hal ini disebabkan karena berbagai alasan yang

diberikan oleh ibu balita salah satunya karena bosan untuk mengkonsumsi setiap hari, dan

mengkonsumsi TTD dapat menyebabkan mual.


c. Imunisasi TT

Tabel III.32 Distribusi Imunisasi TT di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung


Kabupaten Jombang Tahun 2016

Imunisasi TT n %
Ya 39 78,0
Tidak 11 22,0
Total 50 100,0

Berdasarkan tabel III.32 bahwa yang mendapatkan Imunisasi TT sebanyak 39 ibu

balita (78%), sedangkan yang tidak mendapatkan imunisasi TT yaitu 11 ibu balita (22%). Hal

ini disebabkan karena ibu balita pada saat hamil mempercayakan kepada tenaga kesehatan

sehingga mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan tentang imunisasi TT, tetapi juga

masih terdapat ibu balita yang tidak mendapatkan imunisasi TT.

d. Penolong Persalinan
Tabel III.33 Distribusi Penolong Persalinan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016

Penolong persalinan n %
Dokter spesialis kandungan 10 20,0
Dokter umum 4 8,0
Bidan 36 72,0
Petugas Kesehatan Lainnya 0 0,0
Dukun 0 0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 36 ibu balita (72%) saat

persalinan ditolong oleh bidan, sebanyak 10 ibu balita (20%) saat persalinan ditolong oleh

dokter spesialis kandungan dan sebanyak 4 ibu balita (8%) saat persalinan ditolong oleh

dokter umum, untuk penolong petugas kesehatan lainnya, dan dukun 0. Hal ini disebabkan

karena kesadaran yang tinggi tentang kesehatan yang mempercayai petugas kesehatan untuk

membantu proses persalinan.


e. Penerapan IMD
Tabel III.34 Distribusi Penerapan IMD di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016

Penerapan IMD n %
Ya 35 70,0
Tidak 15 30,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 35 (70%) ibu balita yang ada

di Desa Murukan menerapkan IMD, dan yang tidak menerapkan IMD 15 ibu balita (30%).

Dari hasil diatas dapat diketahui setelah ibu balita mengetahui tentang IMD, banyak ibu balita

yang ingin melakukan IMD hal ini dapat disebabkan karena ibu sudah mengetahui manfaat

tentang IMD.

f. Alasan Tidak Menerapkan IMD


Tabel III.35 Distribusi Alasan Tidak Menerapkan IMD di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Alasan Tidak menerapkan IMD n %


Belum mengerti tentang IMD 9 60,0
Tidak diinformasikan oleh petugas kesehatan 4 26,7
Diinformasikan oleh petugas kesehatan, 2 13,3
tetapi tidak bersedia
Total 15 100,0
Berdasarkan tabel III.35 bahwa alasan tidak menerapkan IMD karena belum mengerti

tentang IMD sebanyak 9 ibu balita (60%), sedangkan tidak diinformasikan oleh petugas

kesehatan sebanyak 4 ibu balita (26,7%), dan untuk yang diinformasikan oleh petugas

kesehatan, tetapi tidak bersedia sebanyak 2 ibu balita (13,3%). Pada hasil diatas dapat

diketahui bahwa yang menyebabkan ibu balita tidak melakukan IMD dikarenakan kurangnya

pengetahuan dan manfaat tentang IMD, dan kurangnya informasi yang didapat pada saat ibu

hamil.
g. makanan atau minuman yang pertama kali diberikan
Tabel III.36 Distribusi Makanan atau Minuman yang Pertama kali diberikan pada
Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang
Tahun 2016

Makanan atau minuman n %


ASI 37 74,0
Susu Formula 13 26,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 37 (74%) makanan atau

minuman yang pertama kali diberikan oleh ibu saat anak baru lahir yaitu ASI, namun

sebanyak 13 (26%) makanan atau minuman yang pertama kali diberikan oleh ibu saat anak

baru lahir yaitu susu formula.

h. Usia Bayi mulai diberikan ASI


Tabel III.37 Distribusi usia Balita mulai diberikan ASI Penolong Persalinan di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Usia bayi mulai diberikan ASI n %


<24 jam 37 74,0
2 hari 13 26,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 37 (74%) ibu memberikan ASI

<24 jam dari setelah melahirkan, namun sebanyak 13 (26%) ibu memberikan ASI 2 hari

setelah melahirkan. Pada hasil diatas dapat diketahui bahwa ibu balita sudah memberikan

ASI setelah anak lahir, hal ini disebabkan sudah baik tentang pengetahuan ibu tentang

manfaat ASI ang keluar pertama.

i. Bantuan Pertama kali memberi ASI

Tabel III.38 Distribusi Bantuan Pertama kali memberi ASI di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Bantuan Pertama kali memberi ASI n %


Ya 41 82,0
Tidak 9 18,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bantuan untuk ibu balita pertama kali

memberi ASI sebanyak 41 ibu balita (82%), dan yang tidak mendapatkan bantuan saat

pertama kali akan memberikan ASI sebanyak 9 ibu balita (18%).

2. Pemberian Imunisasi dan Suplementasi Vitamin A

a. Pemberian Imunisasi

Tabel III.39 Distribusi Pemberian Imunisasi Balita di Desa Murukan Kecamatan


Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Pemberian Imunisasi n %
Sesuai 49 98,0
Kurang sesuai 1 2,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 49 (98%) balita yang imunisasi

diberikan sesuai dengan umurnya, namun sebanyak 1 (2%) balita yang imunisasi kurang

sesuai dengan umurnya. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa pengetahuai ibu tentang

pemberian imunisasi yang diberikan kepada balita baik, dan kesadaran ibu balita tentang

kesehatan balita cukup tinggi hal ini ditandai dengan pemberian imunisasi yang diberikan

kepada balita sesuai dengan waktu dan umur balita.

b. Pemberian Suplementasi Vitamin A

Tabel III.40 Distribusi Pemberian Suplementasi Vitamin A pada Balita di Desa


Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Pemberian Suplementasi Vitamin A n %


Sesuai 42 84,0
Kurang sesuai 3 6,0
Lainnya 5 10,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 42 (84%) balita untuk

pemberian suplementasi vitamin a telah sesuai, sebanyak 3 (6%) balita kurang sesuai untuk

pemberian vitamin a namun sebanyak 5 (10%) balita belum mendapatkan supleman vitamin a

dikarenakan usia belum diatas 6 bulan.


Berdasarkan hasil diatas pada saat pemberian vitamin A yang diberikan kepada balita

sudah sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan. hasil survey yang ada pada saat pemberian

vitamin A sudah sesuai.

3. Pemantauan Pertumbuhan

a. Keikutsertaan balita sebagai anggota posyandu

Tabel III.41 Distribusi Pemberian Suplementasi Vitamin A pada Balita di Desa


Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Terdaftar sebagai anggota posyandu n %


Ya 50 100,0
Tidak 0 0,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 50 balita (100%) terdaftar

sebagai anggota posyandu. Kesadaran orangtua balita untuk mendaftarkan balitanya ke

posyandu di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang sangat bagus karena

semua balita yang dijadikan sampel 50 orang terdaftar semua di posyandu.

b. Umur Balita Mulai Mengikuti Posyandu


Tabel III.42 Distribusi Umur Balita Mulai Mengikuti Posyandu di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Umur Mulai Mengikuti Posyandu n %


0-1 bulan 48 96,0
2-4 bulan 1 2,0
>4 bulan 1 2,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 48 (96%) balita berusia 0-1

bulan mulai mengikuti posyandu, sebanyak 1 (2%) balita berusia 2-4 bulan mulai mengikuti

posyandu dan sebanyak 1 (2%) balita berusia >4 bulan mulai mengikuti posyandu. Hasil

survey diatas dapat diketahui bahwa kesadaran ibu balita sangat tinggi sehingga balita yang

terdaftar di posyandu sejak umur 0-1 bulan. Kesadaran ibu sangat baik dikarenakan balita

umur 0-1 bulan sudah mulai mengikuti posayandu untuk mengetahui perkembangan dan

pertumbuhannya setiap bulan dan mendapatkan imunisasi.


c. Frekuensi Penimbangan 6 bulan terakhir
Tabel III.43 Distribusi Frekuensi Penimbangan 6 bulan terakhir di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Frekuensi Penimbangan 6 bulan n %


terakhir
1-3 kali 16 32,0
4-5 kali 10 20,0
6 kali 24 48,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 24 (48%) balita frekuensi

menimbang 6 kali dalam 6 bulan terakhir, sebanyak 10 (20%) balita frekuensi menimbang 4-

5 kali dalam 6 bulan terakhir dan sebanyak 16 (32%) balita frekuensi menimbang 1-3 kali

dalam 6 bulan terakhir. Dalam jadwal penimbangan yang rutin ketika balita berat badannya

tidak naik 2x maka dapat diberikan penyuluhan oleh kader tentang perkembangan dan

pertumbuhan balita tersebut. Ketika tidak rajin datang ke posyandu maka tidak dapat

mengetahui perkembangan dan pertumbuhan balitanya. Maka jadwal penimbangan posyandu

yang rutin dapat mempengaruhi pengetahuan perkembangan dan pertumbuhan balitanya.

4. Perawatan Saat Anak Sakit

a. Tindakan Penanganan Saat Anak Sakit

Tabel III.44 Distribusi Tindakan Penanganan Anak Saat Sakit oleh Keluarga di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Tindakan Penanganan Anak Saat Sakit oleh Keluarga n %


Ke dokter praktek swasta 11 22,0
Ke puskesmas 5 10,0
Ke bidan 24 48,0
Dibelikan obat 7 14,0
Diberikan pengobatan sendiri 3 6,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 24 (48%) balita saat sakit

dibawa ke bidan, namun sebanyak 3 (6%) balita saat sakit diberikan pengobatan sendiri.

Kesadaran tentang penanganan anak saat sakit di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang sudah bagus sebagian besar sudah memeriksakan kepada petugas
kesehatan, ibu- ibu sudah tanggap bagaimana cara menangani anak sakit, namun masih perlu

ditekankan untuk ibu-ibu yang masih memberikan pengobatan sendiri kepada balitanya. Perlu

dijelaskan efek jika diberikan pengobatan sendiri kepada balita.

b. Pemberian ASI Saat Anak Sakit

Tabel III.45 Distribusi Pemberian ASI Saat Anak Sakit di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Pemberian ASI saat Anak Sakit n %


Tetap diberikan 39 78,0
Dihentikan sementara 4 8,0
Berhenti menyusui 7 14,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 39 (78%) balita saat sakit tetap

diberikan ASI oleh ibu dan sebanyak 4 (8%) balita saat sakit ASI dihentikan sementara oleh

ibu.

c. Makanan yang diberikan Saat Anak Sakit


Tabel III.46 Distribusi Makanan yang diberikan Saat Anak Sakit di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Makanan yang diberikan Saat Anak Sakit n %


Makanan biasa 20 40,0
Menghindari makanan tertentu 11 22,0
Memberikan makanan khusus (padat gizi) 2 4,0
Memberikan makan porsi kecil tapi sering 5 10,0
Tidak diberikan makan karena anak tidak mau 3 6,0
Lainnya 9 18,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 20 (40%) ibu saat anak sakit

diberikan makanan biasa dan sebanyak 2 (4%) ibu saat anak sakit diberikan makanan khusus

(padat gizi).

Pemberian makan pada anak sakit di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang cukup baik karena meskipun anak sakit ibu masih berusaha memberikan

anak makanan biasa.


d. Cara membangkitkan nafsu makan anak setelah sakit
Tabel III.47 Distribusi Cara Membangkitkan Nafsu Makan Anak Setelah Sakit di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Cara Membangkitkan Nafsu Makan Anak n %


Setelah Sakit
Makan sambil main/jalan-jalan 24 48,0
Diberi jamu 1 2,0
Makanan porsi kecil tapi sering 3 6,0
Memberikan makanan yang bervariasi 2 4,0
Memberi makanan dari membeli 1 2,0
Diberi vitamin 6 12,0
Lain-lain 6 6,0
Tidak tahu 7 14,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 24 (48%) ibu balita

membangitkan nafsu makan anak setelah sakit dengan cara mengajak bermain/jalan-jalan dan

sebanyak 1 (2%) ibu balita membangitkan nafsu makan anak setelah sakit dengan cara

memberi jamu

VI. Pola Asuh Perawatan Kesehatan

1. Kebersihan Diri

a. Frekuensi Mandi

Tabel III.49 Distribusi Frekuensi Mandi di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung


Kabupaten Jombang Tahun 2016

Frekuensi mandi n %
1 kali 1 2,0
2 kali 36 72,0
>2 kali 13 26,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat sebanyak 36 (72%) balita dalam sehari mandi 2

kali, sebanyak 13 (26%) balita dalam sehari mandi >2 kali namun sebanyak 1 (2%) balita

dalam sehari hanya mandi 1 kali.


b. Frekuensi Menggunting Kuku
Tabel III.50 Distribusi Frekuensi Menggunting Kuku di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Frekuensi Menggunting Kuku n %


1 kali 12 24,0
2 kali 37 74,0
>2 kali 1 2,0
Total 50 100,0
Berasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 37 (74%) ibu balita saat

menggunting kuku 2 kali dalam seminggu, namun sebanyak 1 (2%) ibu balita saat

menggunting kuku >2 kali dalam seminggu

c. Frekuensi Mengganti Celana/Popok


Tabel III.51 Distribusi Frekuensi Mengganti Celana/Popok di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Frekuensi Mengganti Celana/popok n %


1 kali dalam sehari 1 2,0
2 kali dalam sehari 34 68,0
Segera setelah anak buang air/BAB 15 30,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat baha sebanyak 34 (68%) ibu balita mengganti

celana/popok anak 2 kali dalam sehari, sebanyak 15 (30%) ibu balita mengganti celana/popok

anak segera setelah anak buang air/BAB dan sebanyak 1 (2%) ibu balita mengganti

celana/popok anak 1 kali dalam sehari.

d. Membersihkan Hidung Anak Saat Sakit


Tabel III.52 Distribusi Membersihkan Hidung Anak Saat Sakit di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Membersihkan Hidung Anak Saat Sakit n %


Dengan tangan 14 28,0
Dengan tissu 23 46,0
Dengan sapu tangan/washlap 13 26,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 23 (46%) ibu balita saat

hidung anak sakit membersihkan dengan tissu, sebanyak 14 (28%) ibu balita saat hidung anak
sakit membersihkan dengan tangan dan sebanyak 13 (26%) ibu balita saat hidung anak sakit

membersihkan dengan sapu tangan/washlap

e. Mencuci Tangan Anak

Tabel III.53 Distribusi Mencuci Tangan Anak di Desa Murukan Kecamatan


Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Mencuci Tangan Anak n %


Saat anak mau makan 20 40,0
Saat anak memberi makanan yang dipegang anak 1 2,0
Saat anak selesai bermain 3 6,0
Saat anak mandi 3 6,0
Tidak biasa mencuci tangan anak 10 20,0
Semua kecuali no 6 13 26,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 20 (40%) ibu balita mencuci

tangan anak saat naka mau makan, sebanyak 13 (26%) ibu balita mencuci tangan anak saat

selesai melakukan kegiatan namun sebanyak 10 (20%) ibu balita tidak biasa mencuci tangan

anak tidak biasa mencuci tangan anak.

f. Cara Ibu Mencuci Tangan Anak


Tabel III.54 Distribusi Cara Ibu Mencuci Tangan Anak di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Cara Ibu Mencuci Tangan Anak n %


Di air yang mengalir menggunakan sabun 10 20,0
Di air mengalir tidak menggunakan sabun 35 70,0
Di air tidak mengalir 5 10,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 35 (70%) ibu balita saat

mencuci tangan anak dengan air mengalir namun tidak menggunakan sabun, namun sebanyak

5 (10%) ibu balita saat mencuci tangan tidak dengan air yang mengalir.
2. Kebersihan Diri Ibu

a. Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan

Tabel III.55 Distribusi Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Kebiasaan
Kondisi Ya Kadang-Kadang Tidak
n % n % n %
Saat akan menyusui 18 36,0 18 36,0 14 28,0
Saat memulai memasak makanan 29 58,0 20 40,0 1 2,0
Saat menyiapkan makanan anak 32 64,0 15 30,0 3 6,0
Saat menyuapi makanan anak 37 74,0 13 26,0 0 0,0
Saat setelah BAK/BAB 50 100,0 0 0,0 0 0,0

Berdasarkan tabel diatas, kebiasaan ibu saat akan menyusui masih terdapat ibu yang

tidak mencuci tangan sebesar 28,0%. Kebiasaan ibu mencuci tangan saat memulai memasak

makanan sebagian besar mencuci tangan sebesar 58,0%. Saat menyiapkan makanan anak

sebagian besar ibu mencuci tangan sebesar 64,0%, namun masih ada ibu yang kadang-kadang

mencuci tangan saat menyiapkan makanan anak sebesar 30,0%. Sebagian besar ibu mencuci

tangan saat menyuapi makanan anak sebesar 74,0%, namun masih ada ibu yang kadang-

kadang mencuci tangan saat menyuapi makanan anak. Kebiasaan ibu mencuci tangan saat

setelah BAK/BAB semua responden selalu mencuci tangan.

VII. Pengetahuan Gizi Ibu

a. Kesimpulan Pengetahuan Ibu

Tabel III.56 Distribusi Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Kesimpulan pengetahuan gizi ibu n %


Baik 47 94,0
Kurang baik 3 6,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 47 (94%) ibu balita memiliki

pengetahuan gizi baik dan sebanyak 3 (6%) ibu balita memiliki pengetahuan gizi kurang baik.
b. Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan Gizi Ibu


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Salah 32 0 6 4 35 0 4 30 29 10
Benar 18 50 44 46 15 50 46 20 21 40

VIII. Pengamatan Lingkungan

a. Kesimpulan Lingkungan
Tabel III.57 Distribusi Kesimpulan Lingkungan di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Kesimpulan Lingkungan n %
Kurang 4 8,0
Cukup 26 52,0
Baik 20 40,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 26 (52%) lingkungan rumah

ibu balita masuk dalam kategori cukup, sebanyak 20 (40%) lingkungan rumah ibu balita

masuk dalam kategori baik namun sebanyak 4 (8%) lingkungan rumah ibu balita mausk

dalam kategori kurang.


b. Kondisi Penilaian Lingkungan

50
45
40
35
30
25
20
15
10 Skor 3
5
0 Skor 2
Skor 1

IX. KADARZI

a. Kesimpulan Keluarga Sadar Gizi

Tabel III.58 Distribusi Kesimpulan Keluarga Sadar Gizi di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016

Kesimpulan Keluarga Sadar Gizi n %


Kadarzi 7 14,0
Tidak kadarzi 43 86,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat sebanyak 43 (86%) ibu balita tidak kadarzi dan

sebanyak 7 (14%) ibu balita kadarzi

b. Pencapaian Kadarzi
Tabel III.59 Distribusi Pencapaian Kadarzi di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016

Pencapaian kadarzi Ya Tidak Jumlah


n % n % n %
Frekuensi menimbang 36 72,0 14 28,0 50 100
ASI Eksklusif 29 58,0 21 42,0 50 100
Makan beragam 7 14,0 43 86.0 50 100
Garam beryodium 48 96,0 2 4,0 50 100
Vitamin a 43 86,0 7 14,0 50 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat frekuensi menimbang sebanyak 36 (72%) ibu

balita menimbang secara teratur >4 kali dalam 6 bulan terakhir, ASI eksklusif sebanyak 29

(58%) ibu balita memberikan ASI saja mulai lahir sampai dengan usia 6 bulan, makan

beragam 43 (86%) keluarga ibu balita tidak makan makanan beragam, dan garam yaodium

sebanyak 48 (96%) keluarga ibu balita memakai garam beryodium.

3.2.2 Gambaran Umum Ibu Hamil

I. Identitas Ibu Hamil

1. Usia

Berdasarkan hasil analisa yang ada dapat disimpulkan bahwa kategori usia ibu hamil

yang ada di Desa Murukan yang terbagi menjadi tiga dusun yaitu Murukan Utara, Murukan

Selatan dan Mulangagung adalah sebagian ibu hamil dengan usia >20 – 30 tahun memiliki

angka persentase tertinggi yakni 50% dan ibu hamil dengan usia >30 – 40 tahun

mendapatkan persentase sebesar 35% kemudian yang terakhir adalah ibu hamil dengan usia

<20 tahun adalah 3%, sehingga kemungkinan resiko kerawanan gizi masih dapat terjadi pada

ibu hamil.

Tabel III.60 Distribusi Frekuensi Usia Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016

Katagori n Persentase (%)


< 20 Tahun 3 15
>20 – 30 Tahun 10 50
>30 – 40 Tahun 7 35
Total 20 100

Menurut notoadmojo (2003) umur merupakan periode terhadap pola kehidupan baru

dan harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu

yang dimiliki.
Saat berusia > 20 tahun maka kondisi fisik perempuan sangat prima dan mengalami

puncak kesuburan. Keuntungan hamil diusia > 20 tahun adalah resiko kegugurannya yang

minimal, hal ini disebabkan karena sel telur relative muda sehingga kuat meski pada trimester

pertama. Perlu diakui bahwa usia paling ideal untuk melahirkan adalah usia 20 tahun, karena

pada usia ini tubuh wanita berada pada kondisi optimal untuk menerima perubahan.

Sementara usia 30 – 35 tahun, wanita mengalami masa transisi memasuki fase rawan dalam

kehamilan, namun kondisi ini bisa normal apabila kondisi tubuh dan kesehatan ibu hamil

tetaap terjaga dalam keadaan baik dan sehat. (Detiana, 2010)

Dari hasil survei yang terdapat di Desa Murukan Mojoagung Jombang usia ibu hamil

yang tertinggi terdapat pada usia >20-30 usia tersebut sudah sesuai untuk seorang wanita

yang telah menikah dan mempunyai anak, karena pada usia tersebut angka kejadian resiko

kerawanan gizi pada ibu hamil dapat ditekan. Seorang wanita yang hamil di usia <20 tahun

akan berdampak pada pola pikir untuk pengasuhan anak apabila anak telah lahir, sehingga

pola asuh dapat mempengaruhi status gizi anak.

2. Pendidikan Ibu

Berdasarkan hasil analisa yang ada dapat disimpulkan bahwa kategori pendidikan ibu

hamil yang ada di Desa Murukan adalah sebagian besar adalah tamatan SMA / sederajat yaitu

sebanyak 11 orang dengan persentase sebesar 55%, SMP / sederajat adalah sebanyak 7 orang

dengan persentase sebesar 35%, dan untuk pendidikan SD / sederajat dan perguruaan tinggi

adalah masing – masing sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 5%.

Tabel III.61 Distribusi Frequensi pendidikan ibu hamil di Desa Murukan Tahun 2016
Kategori n Persentase (%)
SD / Sederajat 1 5
SMP / Sederajat 7 35
SMA / Sederajat 11 55
Perguruan Tinggi 1 5
Total 20 100
Berdasarkan penyajian tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil di

Desa Murukan Mojoagung Jombang berpendidikan SMA / Sederajat. Semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu maka semakin memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman. Pada

pendidikan ibu yang berhenti pada tamatan SMA / Sederajat akan lebih luas pengetahuan

serta pengalamannya bila dibandingkan dengan ibu – ibu yang memiliki tingkat pendidikan

sampai SMP, SD / Sederajat karena jika berhenti pada jenjang pendidikan ini relatif kurang

berkembang.

3. Jumlah Anak

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Murukan-Mojoagung Jombang dapat

diketahui bahwa ibu yang belum punya anak dan yang sudah mempunyai anak 1 – 2 orang

anak masing-masing berjumlah 10 orang dengan persentase sebesar 50%.

Tabel III.62 Distribusi Frequensi Jumlah Anak pada Ibu Hamil di Desa Murukan
Tahun 2016
Kategori n Persentase (%)
Belum Punya 10 50
1-2 Orang 10 50
Total 20 100

Jumlah anak yang telah terlahir sangat dipengaruhi oleh usia ibu karena dalam survei

ini ditemukan hampir 50% usia ibu balita adalah berusia > 20 – 30 tahun, pada usia itu adalah

usia yang tepat untuk seorang wanita menikah dan punya mempunyai seorang anak. Tidak

menutup kemungkinan apabila jumlah anak yang lahir telah lebih dari 1 di < 20 tahun, hal

tersebut dapat dipengruhi oleh usia kedua orang tua saat menikah dan usianya saat pertama

kali seorang ibu memiliki anak pertama.


4. Usia Kehamilan Ibu

Tabel III.63 Distribusi Usia Kehamilan Ibu Hamil yang Ada di Desa Murukan.
Kategori n Prosentase (%)
3 1 5
4 1 5
4,5 1 5
6 1 5
7 4 20
7,5 1 5
8 5 25
9 6 30
Total 20 100
Dari hasil yang diteliti di Desa Murukan Mojoagung Jombang, sebagian besar ibu

hamil dengan usia kehamilan yaitu pada usia 9 bulan terdapat 6 orang ibu hamil dengan

prosentase sebesar 30%, pada usia kehamilan 8 bulan terdapat 5 orang ibu hamil dengan

prosentase 25%, pada usia kehamilan 7 bulan terdapat 4 orang ibu hamil dengan prosentase

sebesar 20%, dan pada usia kehamilan 3, 4, 4, 5, 6, dan 7,5 masing – masing terdapat 1 orang

ibu hamil dengan prosentase sebesar 5%.

Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu hamil seharusnya dilakukan minimal 3

kali tiap trimester atau dilakukan tiap bulan, sehingga bila semakin tua usia kehamilan ibu

maka seharusnya pemeriksaan kehamilan minimal yang seharusnya sudah dilakukan adalah 9

kali pemerisaan. Penambahan berat badan apabila berat badan sebelum hamil ibu adalah

normal maka seharusnya penambahannya adalah 11 – 16 kilogram dengan kecepatan

pertambahan berat badan adalah 0,5 kg/ minggu, BB rendah adalah 13 – 18 kilogram dengan

kecepatan pertambahan berat badan adalah 0,4 kg/ minggu, BB lebih adalah 7 – 11 kilogram

dengan kecepatan pertambahan berat badan adalah 0,3 kg/ minggu dan untuk ibu hamil

dengan berat badan obesitas adalah 5 – 9 kilogram dengan kecepatan pertambahan berat

badan adalah 0,2 kg/ minggu.


5. Hamil anak ke.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Desa Murukan khusunya pada

20 ibu hamil dari tiga dusun yang ada maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu

hamil yang ada di Desa Murukan sedang mengandung anak pertama yaitu sebanyak 10 orang

dengan persentase sebesar 50%, sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 30 % adalah

sedaang mengandung anak ke 2 kemudian yang terakhir adalah sebanyak 4 orang sedang

mengandung anak ke 3/4.

Tabel III.64 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak yang Lahir Pada Ibu Hamil di Desa
Murukan Tahun 2016
Kategori n Persentase (%)
1 10 50
2 6 30
3 4 20
Total 20 100
Pada saat survei ditemukan ibu hamil sebagian besar adalah berusia >20 – 30 tahun,

menurut program BKKBN usia minimal untuk perempuan yang akan menikah adalah

minimal 21 tahun karena pada usia tersebut sistem reproduksi wanita dianggap sudah siap

untuk menjalani kehamilan dan dapat menekan angka resiko kematian ibu dan janin. Bukan

hal yang tabu apabila seorang wanita yang sebagian besar berusia > 20 – 30 tahun baru

mengandung anak pertama.

6. Status Gizi

Dari data status gizi ibu hamil yang ada dengan pengukuran yang dilakukan

menggunakan parameter LiLA (Lingkar lengan atas) sehingga di dapatkan hasil analisa yaitu

100% normal, hal ini dapat dikatakan normal apabila nilai lingkar lengan yang terukur adalah

> 23,5 cm sehingga status gizi ibu hamil dapat dikatakn nomal atau/ tidak KEK. Rentang

nilai status gizi (LiLA) ibu hamil yang terendah adalah 23,50 cm dan yang tertinggi adalah

35,50 cm dengan nilai rata – rata LiLA yang ada adalah 27,98.
Tabel III.65 Nilai Minimum, Maximum dan Rata – Rata Status Gizi Ibu Hamil
(LiLA)
Kategori n
Minimum 23,50
Maximum 35,30
Rata – Rata 27,98

Status gizi ibu hamil yang dilihat dari pengukuran lingkar lengan memiliki nilai

normal yaitu 23,5 cm. Ibu hamil yang tidak KEK dapat mengurangi angka kelahiran bayi

yang tidak BBLR, karena pada lingkar lengan atas yang terdapat pada ibu hamil

menunjukkan simpanan cadangan energi yang cukup ketika ibu hamil memasuki usia tiga

bulan pertama dan ibu sedang mengalami mual dan muntah sehingga asupannya berkurang

maka cadangan lemak yang ada di lengaan atas ibu yang diambil untuk kebutuhan zat gizi

janinnya.

7. Riwayat Keguguran

Dari data yang diperoleh saat melakukan survei mawas diri pada ibu hamil tentang

riwayat keguguran yang pernah dialami ditemukan bahwa dari 20 ibu hamil yang ada

ditemukan 2 ibu hamil dengan persentase sebesar 90% pernah mengalami keguguran dan

sisanya adalah 18 orang dengan persentase sebesar 90% tidak pernah mengelami keguguran.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang ada di Desa Murukan

tidak pernah mengalami keguguran.

Tabel III.66 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak yang Lahir Pada Ibu Hamil di Desa
Murukan Tahun 2016
Kategori n %
Pernah 2 10
Tidak Pernah 18 90
Total 20 100

Keguguran merupakan berhentinya tumbuh kembang janin secara spontas pada usia

dini yaitu dibawah usia kehamilan 20 minggu, keguguran dapat terjadi secara berulang dalam

arti kata dapat terjadi lebih dari 1 kali. Keguguran yang berulang akan berbeda dengan
keguguran yang terjadi hanya 1 kali meskipun angka kejadian keguguran berulang adalah

1%. Faktor yang dapat menyebabkan keguguran adalah pengentalan darah hal ini berarti akan

mempengaruhi pasokan zat gizi atau oksigen ke janin melalui plasenta sehingga janin

mengalami keguuran, rahim kurang subur hal ini disebabkan karena emrio melekat pada

rahim dengan kualitas rendah sehingga embrio tidak tumbuh dan melekat dengan baik, mulut

rahim yang lemah hal ini dapat disebabkan karena ulut rahim yang membuka ketika usia

pertengahan kehamilan sehingga mulut rahim tidak dapat bertahan karena desakan janin atau

pergerakan janin, Tekanan mental atau stres yang berlebihan akan mengakibatkan keguguran

yang berulang. Pntingnya mengetahui penyebab keguguran adalah untuk dapat mencagah

atau meminilisir angka keguguran karena keguguraan pada ibu hamil dapat terjadi berulang

bila tidak segera ditangani.

8. Garam Yodium

Dari data penggunaan garam beryodium yang ada pada saat survey lapangan yng ada

dengan melakukan iodina test sehingga didapatkan hasil 100 % ibu hamil yang ada di Desa

Murukan adalah menggunakan garam beryodium. Dapat dikatakan menggunakan garam

beryodium apabila pada saat survey garam – garam yang dipakai oleh ibu hamil adalah

berwarna ungu terang pada saat diteteskan cairan iodina.

Tabel III.67 Distribusi Frequensi Penggunaan Garam Beryodium Di Desa Murukan


Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
Kategori n %
Baik (warna Ungu Terang) 20 100
Kurang (warna ungu sedikit muda) 0 0
Tidak Beryodium 0 0
Total 20 100

Yodium merupakan zat gizi mikro yang juga penting diperlukan oleh ibu hamil selain

ibu menyusui dan balita zat gizi tersebut adalah penting untuk pertumbuhan otak pada janin

serta yodium juga dapat membantu metabolisme karoten menjadi bentuk aktif vitamin A.
Kekurangan zat gizi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami abortus atau anak yang

terlahir menjadi terganggu pertumbuhan tinggi badannya selain itu kekurangaan yodium

pada usia 15 minggu kehamilan akan berakibat pada perkembangan sistem saraf pusat yang

dipengaruhi oleh kelenjar tiroid sebagai akibat gangguan pada kelenjar tiroid.

II. Perawatan Kehamilan

1. Tempat Pemeriksaan Kesehatan

Pada survei yang dilakukan pada 20 ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan yang

dipercaya adalah menunjukkan 20 orang dengan persentase 100% adalah percaya pada

petugas kesehatan dan tidak ada yang memeriksakan kehamilannya pada dukun beranak

meskipun letak serta adat dan kepercaayaan yang ada di Desa Murukan masih kental.

Kepercayaan ibu hamil kepada petugas kesehatan ini adalah sebagai akibat akses kesehatan

yang sudah memadai di desa ini.

Tabel III.68 Distribusi Frekuensi Tempat Pemeriksaan Pada Ibu Hamil di Desa
Murukan Tahun 2016

Kategori n %
Petugas Kesehatan 20 100
Dukun 0 0
Belum Pernah Periksa 0 0
Total 20 100

Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan dan telah dipercayai masyarakat Desa

Murukan adalah 100% percayaa pada tenaga kesehatan yang ada. Tenaga kesehatan seperti

bidan atau mantri yang ada adalah tenaga ahli pada bidangnya khususnya bidan yang benar –

benar mengerti permasalah yang ada pada ibu hamil sehingga kepercayaan kuno yang

mempercayai dukun beranak mulai tersingkirkan seiring perkembangan zaman serta

perolehan sumber informasi yang mudah untuk diakses. Dukun beranak memerik ibu – ibu

hamil berdasarkan ilmu terapan yang dilihat pada nenek moyang sebelumnya namun cara ini
tidaklah benar untuk dilakukan pada ibu hamil dengan masalah kehamilan tertentu karena

dapat berakibat buruk pada ibu dan janin yang dikandungnya.

2. Frekuensi Periksa Sesuai Umur Kehamilan

Pada survei yang telah dilakukan pada 20 ibu hamil yang ada di Desa Murukan

Kecamatan Mojoagung, Kabupaaten Jombang ini menunjukkan bahwa pemeriksaan

kehamilan yang dilakukan pada ibu hamil menunjukkan hasil 65 % dengan 13 orang ibu

hamil yaitu menunjukkan pemeriksaaan kehamilan yang telah sesuai namun sisa persentase

yaitu 35% dengan jumlah 7 orang ibu hamil menunjukkan bahwa pemeriksaannya tidak

sesuai.

Tabel III.69 Distribusi Frekuensi Periksa Sesuai Umur Kehamilan Pada Ibu Hamil di
Desa Murukan Tahun 2016
Kategori n %
Sesuai 13 65
Tidak sesuai 7 35
Total 20 100

Pemeriksaan kehamilan atau yang dalam bahasa medisnya adalah Ante Natal Care

(ANC) sangat disarankan bagi ibu hamil hal ini bertujuan agar kesehatan ibu dan janin yang

dikandungnya tetap dalam keadaan selalu terpantau. Pemeriksaan kehamilan seharusnya

dilakukan secara rutin sehingga dokter atau bidan bisa melakukan tindakan tepat jika terjadi

sesuatu keadaan yang tidak di inginkan. Maanfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk

mempertahankan kondisi fisik dan mental dari ibu hamil, membantu ibu dan janin agar dalam

proses kelahirannya lancar, untuk mengetahui zat gizi penting yang dibutuhkan oleh ibu dan

janin selama masa kehamilan, mendeteksi berbagai masalah yang berkaitan dengan masa

kehamilan yang sering muncul selama masa kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan dalam

masa kehamilan ada tiga tahap yang pertama adalah pemeriksaan kehamilan dini aantara usia

kehamilan 0 – 3 bulan dalam tahapan ini yang diperiksa adalah : daftar riwayat hidup, usia

kehamilan, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara umum. Pada pemeriksaaan

tahap ke dua adalah dilakukan pada usia kehmilan 4 – 6 bulan, yang diperiksa dalam usia
kehamilan ini adalah : anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan

ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan kahamilan tahap ke tiga ini dilakukan pada usia

kehamilan mulai menginjak usia 32 minggu, hal yang diperiksa adalah : anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

3. Imunisasi TT

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari survei mawas diri yang dilakukan di Desa

Murukan dapat diketahui bahwa dari 20 ibu – ibu hamil di Desa Murukan teerdapat 17 orang

dengan persentase yaitu 85% ibu hamil telah mendapatkan imunisasi TT atau yang disebut

sebagai Tetanus Toxoid dan ada 3 orang ibu dengan pesentase sebesar 15% ibu hamil belum

mendapatkan imunisasi TT. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang ada

di Desa Murukan adalah mendapatkan imunisasi TT.

Tabel III.70 Distribusi Imunisasi TT Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016
Kategori n %
Ya 17 85
Tidak 3 15
Total 20 100

Imunisasi TT atau Tetanus Toxoid adalah berfungsi untuk mencegah penyakit tetanus

untuk bayi yang akan dilahirkannya. Tetanus adalah penyekit yang disebabkan kerena bakteri

clostridium tetani yang masuk melalui luka yang terbuka yang menghasilkan racun kemudian

menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini biasanya terdapat di tanah tetapi juga dapat terdapat

pada debu, pupuk, kotoran hewan dan sampah. Penyakit teetanus yang menyerang bayi yang

baru lahir biasa disebut teetanus neonatorum hal ini dapat disebbkan karena kurang steril dari

alat – alat persalinan yang ada dan dapaat juga karena ibu yang terserang tetanus pada saat

kehamilannya. Salah satu beentuk pencegahan firus tetanus untuk ibu hamil adalah dengan

menjaga kebersihan, melahirkan ditolong dengan tenaga yang profesional serta yang

terpenting adalah melakukan imunisasi TT. Perlu diktahui bahwa imunisasi TT dapat

membangun kekebalan sebagai pencegaahan terhadap infeksi tetanus.


4. Jumlah Makanan Saat Hamil, Pantangan Makanan, dan Mengalami Mual atau

Muntah

Hasil dari survei lapangan, dapat diketahui mengenai nafsu makan ibu hamil,

pantangan makan serta kejadian mula dan muntah selama hamil adalah terdapat 11 ibu hamil

nafsu makannya meningkat selama kehamilan namun ada juga ibu yang mengaku mengelami

penurunan nafsu makan selama hamil yaitu sebesar 15% (3 orang), sebagian besar ibu hamil

di Desa Murukan tidak ada pantangan makan namun dari 20 ibu hamil terdapat 1 ibu hamil

yang mengalami pantangan makan yaitu adalah pantangan terhadap kemangi, dari 20 ibu

hamil sebagian besar ibu hamil mengalami mual dan muntah yaitu sebanyak 15 orang dengan

persentase sebesar 75% dan terdapat 5 orang dengan persentase 25% mengaku tidak

mengalami mual dan muntah.

Tabel III.71 Distribusi Jumlah Makanan Saat Hamil Pada Ibu Hamil di Desa Murukan
Tahun 2016
Kategori n %
Lebih Sedikit 3 15
Sama Saja 6 30
Lebih Banyak 11 55
Total 20 100

Nafsu makan ibu hamil yang ada di Desa Murukan adalah sebaagian besar meningkat

karena ibu hamil juga menghidupi janin yang ada di dalam rahimnya ssehingga ibu hamil

cenderung merasakan lapar. Ibu hamil yang ada di Desa Murukan mengaku masih mengalami

mual dan muntah sehingga kejadian ini juga dapat berakibat pada nafsu makan ibu hamil.

Pantangan terhadap makanan tertentu akan berakibat pada asupan makanan yang dimakan

oleh ibu hamil hal tersebut disebabkan karena ibu hamil mengalami pembatasan makanan

selain itu kejadian mual dan muntah juga dapat mempengaruhi nafsu makan ibu hamil.

Asuoan yang diasup oleh ibu hamil sangatlah penting bagi perkembangan janin, pemilihan

makanan yang berkualitas tinggi juga sangat penting. Pada trimester awal kehamilan adalah

masa dimana otak janin mulai tumbuh dan berkembang dengan pesat hal ini ditandai dengan
bentuk pertumbuhan terbesar pada janin pada trimester pertama adalah bagian kepala, dimana

pada trimester ini sangat dibutuhkan makanan dengan kualitas terbaik dapat diberikan

terhadap ibu hamil. Sumber protein hewani seperti daging, ikan dan unggas sangat membantu

dalam pertumbuhan otak janin selama dalam masa pertumbuhan dalam rahim.

5. Pengetahuan tentang IMD dan Rencana Untuk Melakukan IMD

Dari survei yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil

mengenai IMD atau insiasi menyusu dini adalah memeiliki perbandingaan yang sama yaitu

50% dan 50%. Ibu yang tidak mengetahui tentang IMD maka dijelaskan mengenai IMD dan

didapatkan hasil mengenai rencana IMD. Dari 20 ibu hamil yang ada di Desa Murukan

terdapat 19 ibu yang berniat untuk melakukan IMD namun ada juga 1 ibu yang tidak

berencana melaksanakan IMD.

IMD atau inisiasi menyusu dini adalah sebuah tindakan yang sudah banyak dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang membantu persalinan. Kegiatan ini terdapat banyak manfaat salah

satunya adalah membangun batin daan kasih sayang antara ibu dan anak, selain itu bayi yang

baru lahir dan di taruh di dada ibu untuk menyusu akan membentu asi cepat keluar. ASI yang

pertama keluar dari ibu yang biasanya berwarna keruh adalah kolostrum yang banyak

mengandung zat kekebalan bagi bayi sehingga bayi tidak mudah sakit.

6. Rencana Menyusui dan Lama Rencana Menyusui

Berdasarkan hasil SMD yang telah dilakukan pada 20 ibu hamil bahwa 100 % ibu

hamil yang ada di Desa Murukan berencana untuk menyusui anaknya. Ibu – ibu yang

berencana untuk menyusui anaknya memiliki rencana rentang waktu yang berbeda – beda

untuk menyusui sehingga didapatkan tiga golongan lama menyusui anaknya yaitu dibagi

menjadi < 12 bulan, < 24 bulan dan > 24 bulan. Dari hasil survei yang dilakukan hasil

terbanyak adalah menyusui dengan lama rentang waktu yaitu > 24 dengan persentase 85%

yaitu 17 orang ibu hamil. Terbesar keduaa adalah < 12 bulan yaitu dengan persentase 10%
dengan jumlah 2 orang dan yang terakhir adalah < 24 bulan yaitu dengan persentase 5%

dengan jumlah 1 ibu hamil.

Tabel III.72 Distribusi Rencana Menyusui Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun
2016
Kategori Lama Menyusui Total
<12 (n) % < 24 (n) % >24 (n) % n %
Ya 2 10 1 5 17 85 20 100
Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0
Rentang waktu lama menyusui ini berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hasil

penelitiaan menunjukkan bahwa 85% ibu hamil berencana untuk menyusui anaknya hingga

< 12 dan > 24 bulan hal ini memungkinkan ibu untuk melakukan ASI ekslusif namun untuk

ibu yang berencana menyusui anaknya < 12 bulan masih terdapat kemungkinan bahwa ibu

tidak melakukan ASI ekslusif. ASI ekslusif ini penting untuk bayi hingga berusia 6 bulan,

ASI ekslusif ini memiliki arti bahwa anak hanya diberikan air susu ibu tanpa tambahan

makanan atau minuman lain hingga anak berusia 6 bulan, hal ini tidak berati pada anak usia >

6 bulan karena pada usia ini anak membutuhkan makanan pendamping ASI bukan makanan

pengganti ASI sehingga peran ASI juga masih dibutuhkan bayi untuk memenuhi setengah

dari kebutuhannya, ketika anak mulai menginjak usia 1 tahun maka ASI yang diberikan dari

ibu kepada anaknya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sekurang – kurang nya

adalah ¼ dari tingkat kebutuhan sehari yang ada sehingga sisa dari kekurangan yang ada

dapat diasup melalui makan.

III. Pengetahuan Ibu Hamil

1. Pengetahuan Ibu

Berdasarkan data yang ada kemudian dianalisa dan disimpulkan bahwa pengetahuan

ibu hamil mengenai kehamilan serta perawatan kesehatan anak adalah sebagian besar baik

karena dari 20 responden yang ada di dapat 19 responden dengan persentase yaitu 95% baik

dan 1 orang dengan pesentase sebesar 5% memiliki pengetahuan yang kurang.


Tabel III.73 Distribusi Frekuensi Kesimpulan Pengetahuan Ibu Hamil di Desa
Murukan Tahun 2016
Kategori n Persentase (%)
Baik 19 95
Kurang 1 5
Total 20 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu hamil yang ada di Desa

Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah Baik hal tersebut dapat di

pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan

SMA / Sederajat hal tersebut didukung oleh hasil survei mawas diri yang dilakukan pada

kelompok rawan gizi yaitu ibu hamil yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang.

3.2.3 Gambaran Umum Kader Posyandu

I. Gambaran Umum Kader

1. Umur Kader

Umur kader posyandu dari 3 posyandu di wilayah Desa Murukan diketahui melalui

kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel III.74 Distribusi Umur Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan
Mojoagung, Kabupaten Jombang 2016

Umur n %
< 20 tahun 0 0,0
20-30 tahun 4 26,7
30-40 tahun 5 33,3
40-50 tahun 6 40,0
>50 tahun 0 0,0
Total 15 100,0

Dari tabel frekuensi umur dapat dilihat sebagian besar kader posyandu di Desa

Murukan berumur 40-50 tahun sebanyak 6 orang kader (40,0%). Namun perlu diapresiasi

karena regenerasi kader di Desa cukup baik dengan adanya kader yang berumur 20-30 tahun

sebanyak 4 orang (26,7%).


Kondisi fisik maupun psikologis sedang dalam fase terbaik adalah umur yang kurang

dari 35 tahun. Karena pada umur ini, maka dalam melakukan evaluasi yang dilakukannya

akan memberikan hasil yang cukup objektif (Sudarsono, 2010). Dalam pengisian KMS

memerlukan ketelatenan dan kebiasaan kader dalam mengisi KMS, mengisi KMS juga

diperlukan ilmu, ilmu didapat dari pengalaman yang dimiliki oleh kader, maka kader yang

berumur 40-50 tahun diharapkan lebih terampil.

Namun jika usia kader terlalu tua akan sulit untuk melakukan tugas – tugasnya,

seperti memasang dacin, sulit membaca angka pada batang dacin, sulit untuk mem-plot titik

berat badan pada KMS dan hal lainya yang membutuhkan ketelitian, karena kader yang sudah

berusia lanjut mungkin memiliki penglihatan yang menurun. Dengan bertambahnya umur

maka produktifitas akan menurun, hal ini disebabkan karena keterampilan-keterampilan fisik

seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan dan koordinasi akan menurun dengan bertambahnya

umur (Wahyutomo, 2010). Maka dari itu dibutuhkan regenerasi kader posyandu untuk

menggantikan kader yang berusia lanjut

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui

melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel III.75 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Terakhir Kader Posyandu Di


Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang
2014

Tingkat Pendidikan n %
Tidak Sekolah 0 0,0
SD 0 0,0
SLTP 9 60,0
SLTA 4 26,7
PT 2 13,3
Total 15 100,0

Berdasarkan Tabel III.75 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagian besar kader memiliki tingkat pendidikan SLTP/Sederajat sebanyak 9 orang (60,0%)

dan terdapat kader yang memiliki tingkat pendidikan PT/Sederajat sebanyak 2 orang (13,3%).

Dari hasil survey mawas diri, sebagian kader posyandu memiliki pendidikan terakhir

SLTP. Menjadi kader posyandu memiliki kriteria lain yang lebih diutamakan dari pada

pendidikan, karena kriteria kader posyandu diutamakan berasal dari para dermawan dan

tokoh masyarakat, memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi

masyarakat serta bersedia bekerja secara sukarela (Depkes, 2012).

Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyutomo (2010) yang menyatakan bahwa

responden dengan pendidikan dasar (SD/SMP) kurang baik dalam memantau tumbuh

kembang balita, hal ini juga sejalan dengan penelitian Nurayu (2013) yang menyatakan

tingkat pendidikan yang rendah kurang baik dalam pemantauan tumbuh kembang dan dalam

kualitas laporan oleh kader. Karena menjadi kader lebih mengutamakan pengalaman dan

keterampilan yang dimili oleh kader dari pada pendidikan.

Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan dalam menerima informasi baik

dari media massa maupun petugas kesahatan sehingga dapat ikut berperan serta dalam

kegiatan peningkatan kesehatan seperti posyandu. Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan

kinerja kader posyandu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, bisa ditingkatkan

melalui pendidikan non-formal yaitu pelatihan atau penyuluhan secara berkala serta

pembinaan terhadap kader yang lebih sering.

Sebagai seorang kader posyandu meskipun tidak menempuh pendidikan formal yang

tinggi, mereka tetap harus bisa melaksankan tugasnya. Bagi kader posyandu, pendidikan

tidak hanya melalui pendidikan formal saja, tapi bisa didapat dari pengalaman, pelatihan, dan

berbagai penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas ataupun dari instansi lainnya (Ulfaina,

2014).
3. Pekerjaan

Pekerjaan yang dimiliki oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui

kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel III.76 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Kader Posyandu Di Wilayah Desa


Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Pekerjaan n %
IRT 10 66,7
Petani 1 6,7
Pedagang 1 6,7
Lainnya 3 20,0
Total 15 100,0

Berdasarkan tabel III.76 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu, yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.

Sebagian besar kader posyandu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak 66,7

%, terdapat kader yang bekerja sebagai petani sebesar 6,7 % serta kader yang bekerja sebagai

pedagang sebesar 6,7 %.

Kader yang tidak bekerja lebih banyak meluangkan waktu dalam mengikuti kegiatan

posyandu dan bisa menambah pengalaman. Kader yang tidak bekerja bisa lebih optimal

dalam menangani setiap kegiatan di posyandu karena tidak terganggu atau terbebani dengan

pekerjaan yang lainya. Namun untuk kader yang bekerja dan tetap mengikuti kegiatan

sebagai kader perlu diberikan apresiasi karena tidak semua orang yang bekerja mau

meluangkan waktunya untuk mengabdi pada masyarakat dan peduli tentang posyandu.

4. Lama Menjadi Kader

Lama menjadi kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:


Tabel III.77 Distribusi Frekuensi Lama Menjadi Kader Posyandu Di Wilayah Desa
Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Lama Menjadi Kader n %


< 5 tahun 5 33,3
5-10 tahun 6 40,0
>10 tahun 4 26,7
Total 15 100,0

Berdasarkan Tabel III.77 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.

Sebagaian besar telah menjadi kader selama 5-10 tahun sebesar 40 ,0 % dan terdapat 26,7 %

yang telah menjadi kader selama > 10 tahun.

Kader yang menjabat > 5 tahun seharusnya sudah memiliki cukup banyak

pengalaman dan lebih terampil dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu.

Pengalaman yang dimiliki kader menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap

keterampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita (Hamariayana, 2013). Dalam

penelitian Laraeni (2014), kader yang mempunyai lama bekerja 5-10 tahun, katerampilan

dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu akan semakin baik.

Lama mejadi kader menentukan pegalaman kader. Di Desa Murukan masih banyak

kader baru dengan frekuensi lama menjadi kader < 10 th sehingga pengalaman menjadi

kurang. Namun mau mengabdi di masyarakat menjadi seorang kader sudah medapatkan nilai

yang baik karena telah mau mengabdi kepada masyarakat dan peduli dengan pemantauan

status gizi ibu hamil dan balita.

Menurut Wahyutomo (2010) Pengetahuan kader dapat meningkat seiring dengan lama

menjadi kader, pengalaman di lapangan dalam menangani kasus dan pelatihan-pelatihan yang

telah diikuti. Dengan pengetahuan yang bertambah diharapkan dapat memberikan pelayanan

yang lebih baik kepada masyarakat.


Bagi kader yang sudah lama menjabat diharapkan membagi pengalaman selama

menjadi kader posyandu kepada kader yang yang baru menjabat, agar pengalaman dan ilmu

setara dengan kader yang sudah lama menjabat

5. Motivasi Menjadi Kader

Dari hasil survey mawas diri, motivasi kader untuk menjadi kader yang diperoleh

melalui wawancara sebanyak 6 orang kader menjawab ditunjuk, ada kader yang ditunjuk oleh

bidan desa, ketua kader, atau ditunjuk oleh kader lainnya. Adapun kader yang menjawab

motivasi menjadi kader adalah karena tingkat kesadaran ibu balita rendah untuk datang ke

posyandu, maka kader tersebut selalu menjemput ibu balita pada waktu hari buka posyandu.

Ada berbagai macam motivasi yang dimiliki oleh kader untuk menjadi kader salah

satunya karena perkembangan anak perlu dipantau setiap bulan maka dari itu kader tersebut

ikut berperan dalam pemantauan perkembangan anak, serta ikut berperan di desa dan

membantu masyarakat. Motivasi antara kader untuk menjadi kader berbeda-beda, adapun

motivasi kader untuk meningkatkan kesehatan balita dan ada yang mempunyai motivasi ingin

membangun keluarga/masyarakat untuk keluarga berencana, serta mengabdi untuk

masyarakat.

Motivasi untuk menjadi kader sangat penting, karena untuk menjadi harus memiliki

semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat, serta bersedia

bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

6. Pelatihan

Mengikuti pelatihan kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:


Tabel III.78 Distribusi Frekuensi Mengikuti Pelatihan Kader Posyandu Di Wilayah
Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Mengikuti Pelatihan n %
Pernah 11 73,3
Tidak Pernah 4 26,7
Total 15 100,0

Berdasarkan Tabel III.78 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.

Sebagaian besar kader sudah pernah mengikuti pelatihan sebesar 73,3 % dan terdapat kader

yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebesar 26,7%.

Sebagian besar kader sudah pernah mendapatkan pelatihan kader. Pelatihan kader

penting untuk mengingatkan kembali kader bagaimana cara penimbangan yang benar,

pengukuran tinggi badan dan panjang badan, pentingnya 5 meja dan bagaiamana penanganan

diare. Karena meskipun pengalaman kader sudah lama tetap saja biasanya kader masih

sedikit lupa atau meremehkan hal-hal kecil yang sebenarnya penting, Maka dari itu

diperlukan pembinaan terhadap kader.

7. Frekuensi Pelatihan

Frekuensi Pelatihan oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui

kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel III.79 Distribusi Frekuensi Pelatihan Kader Posyandu Di Wilayah Desa


Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Frekuensi Pelatihan n %
1 kali 2 13,3
2 kali 1 6,7
> 3 kali 8 53,3
Tidak Pernah 4 26,7
Total 15 100,0

Berdasarkan Tabel III.79 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagian besar kader (53,3%) yang telah mendapat pelatihan sebanyak > 3 kali dan terdapat

kader (6,7%) yang telah mendapat pelatihan.

Kader yang mendapat pelatihan > 3 kali mampu meningkatkan kemampuan,

meningkatkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh kader, dari pada kader yang

mendapat pelatihan < 2 kali. Kader yang sudah banyak mengikuti pelatihan diharapkan

mampu membagi pengalaman dan pengetahuan yang didapat pada saat mengikuti pelatihan.

Pelatihan yang pernah diikutinya mencermikan kemampuan intelektual dan jenis

keterampilan yang dimilki oleh seseorang yang bersangkutan (Siagaan, 2005).

8. Tingkat Kehadiran dalam 1 tahun

Tingkat kehadiran dalam 1 tahun terakhir oleh kader dari 3 posyandu yang diamati

diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel III.80 Distribusi Tingkat Kehadiran dalam 1 Tahun Terakhir Kader Posyandu
Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang
2014

Frekuensi Tingkat Kehadiran dalam 1 Tahun Terakhir n %


1-5 kali 4 26,7
> 10 kali 11 73,3
Total 15 100,0

Berdasarkan Tabel III.80 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.

Sebagian besar kader (73,3%) yang hadir dalam kegiatan posyandu > 10 kali dalam 1 tahun

dan terdapat kader (26,7%) yang hadir dalam kehadiran 1-5 kali dalam 1 tahun.

Frekuensi tingkat kehadiran kader dalam 1 tahun terakhir sebagian besar hadir >10

kali. Bisa mempengaruhi statifikasi posyandu karena dalam kriteria sratisifakasi dicantumkan

tingkat kehadiran kader lebih dari 8 kali dalam 1 tahun. Jika kader hadir lebih dari 10 kali

maka pengetahuan dan keterampilan kader akan semakin meningkat.


9. Tugas Kader di Posyandu

Tugas kader di posyandu dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel III.81 Distribusi Tugas Kader di Posyandu Di Wilayah Desa Murukan,


Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Tugas Kader di Posyandu n %


Pendaftaran 1 6,7
Penimbangan 4 26,7
Pencatatan 5 33,3
Penyuluhan 2 13,3
Giliran 3 20,0
Total 15 100,0

Berdasarkan Tabel III.81 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.

Sebagian besar kader (33,3%) bertugas pada meja pencatatan dan kader (6,7%) bertugas pada

meja pendaftaran.

Distribusi tugas kader sebagian besar adalah pencatatan. Karena pada tugas kader di

posyandu di Murukan umumnya dilakukan secara rolling, sehingga setiap kader bisa atau

menguasai setiap kegiatan dalam meja di posyandu. Tetapi masih ada yang tidak rolling,

diharapkan osyandu yang tidak mengunakan sistem dilakukan sistem rolling agar setiap kader

bisa menguasi setiap meja di posyandu.

10. Tugas Kader yang Dirasa Paling Sulit

Tugas kader yang dirasa paling sulit dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui

kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Tabel III.82 Distribusi Kader Posyandu yang Dirasa Paling Sulit Di Wilayah Desa
Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Tugas Kader di Posyandu n %


Pendaftaran 0 0,0
Penimbangan 0 0,0
Pencatatan 3 20,0
Penyuluhan 7 46,7
Lainnya 5 33,3
Total 15 100,0

Berdasarkan Tabel III.82 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.

Sebagaian besar kader (46,7%) merasakan kegiatan yang paling sulit adalah kegiatan

penyuluhan serta kader (20,0%) yang merasa kegiatan pencatatan sulit.

Kegiatan kader yang paling sulit saat posyandu sebagian besar adalah penyuluhan.

Pada umumnya kader telah memiliki pengalaman dalam menyuluh, tetapi lama menjadi kader

menjadi modal utama dalam melakukan penyuluhan. Perlu dilakukan pembinaan lebih lanjut

pada meja kegiatan meja 4 yaitu penyuluhan bagi kader karena dianggap menjadi meja yang

paling sulit.

11. Kegiatan yang Dilakukan Setelah Posyandu Selesai

Kegiatan yang dilakukan setelah posyandu selesai oleh kader dari 3 posyandu yang

diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Tabel III.83 Distribusi Kegiatan yang Dilakukan Setelah Posyandu Selesai Kader
Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung,
Kabupaten Jombang 2014

Kegiatan n %
Evaluasi Kegiatan Posyandu 1 6,7
Rencana Kerja untuk Bulan Berikutnya 0 0
Kegiatan Demo Makanan Padat Gizi 5 33,3
Tidak Ada Kegiatan 2 13,3
Lainnya 7 46,7
Total 15 100,0

Berdasarkan Tabel III.83 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.

Sebagaian besar kader (46,7%) melakukan kegiatan lain setelaha posyandu (Arisan) serta

terdapat kader (6,7%) yang melakukan kegiatan evaluasi kegiatan posyandu setealah

posyandu selesasi.

Kegiatan yang dilakukan setelah posyandu selesai sebagian besar kader posyandu

melakukan arisan. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan oleh kader setelah posyandu selesai

adalah arisan, kegiatannya sebenarnya bagus berkumpul setelah posyandu, namun alangkah

baiknya jika kegiatan yang dilakukan adalah evauasi posyandu, rencana kerja berikutnya atau

kegiatan demo makanan padat gizi.

12. Pembinaan Setelah Kegiatan Posyandu

Pembinaan setelah posyandu oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui

melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel III.84 Distribusi Pembinaan Setelah Posyandu Di Posyandu Di Wilayah Desa


Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Pembinaan Setelah Posyandu n %


Ya 12 80,0
Tidak 3 20,0
Total 15 100,0
Berdasarkan Tabel III.84 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan

terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.

Sebagian besar (80,0%) ada pembinaan setelah kegiatan posyandu selesai.

Pembinaan setelah posyandu sebagian besar dilakukn oleh kader. Karena evaluasi

dilnilai sangat penting agar ibu balita dapat mengerti dan melakukan apa yang diajarkan ibu

kader pada saat posyandu. Kegiatan sebenarnya bagus, seharusnya dilakukan lebih sering gar

ilmu kader keterampilan meningkat dan dapat menginggat kembali apa yang dilakukan di

posyandu tadi.

13. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui

kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel III.85 Distribusi Kunjungan Rumah oleh Kader Posyandu Di Wilayah Desa
Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Kunjungan Rumah n %
Ya 9 60,0
Tidak 6 40,0
Total 15 100,0

Berdasarkan tabel III.85 diatas, dapat dilihat bahwa sebagaian besar kader (60,0%)

melakukan kunjungan rumah dan kader lainya (40,0%) tidak melakukan kunjungan rumah.

Kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader sebagian besar kader adalah pembagian

vitamin, jika balita tidak datang ke posyandu.

Kunjungan rumah sebagian besar dilakukan oleh kader. Karena biasanya jika ada ibu

balita yang tidak datang pada saat posyandu akan dilakukan kunjungan rumah oleh kader, dan

pada saat ibu balita tidak datang ke posyandu saat pembagian vitamin atau imunisasi maka

kader akan melakukan kunjungan rumah ke ibu balita. Supaya balita tetap mendapat vitamin

A, dan jika imunisasi akan dijemput oleh kader saat ibu balita tidak datang ke posyandu.
II. Pengetahuan Kader Posyandu

Pengetahuan kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel III.86 Distribusi Pengetahuan Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan,


Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014

Pengetahuan Kader Posyandu n %


Baik 12 80,0
Tidak Baik 3 20,0
Total 15 100,0

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar kader memiliki tingkat

pengetahuan yang baik, dan masih terdapat kader yang memiliki tingkat pengetahuan yang

tidak baik.

Pengetahuan kader sebagian besar mempunyai pengetahuan baik. Pada umumnya

kader telah memiliki pengetahuan dasar hal-hal peting di posyandu. Namun demikian, sikap

dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak sesuai dengan teori dari pengetahuan yang

didapatkan masih kurang. Sebagian kader mengeluh karena KMS yang baru berbeda dari

KMS yang lama. Dan pada pertanyaan “Seorang balita usia 3 bulan, ketika ditimbang

mengalami kenaikan 6 ons dibandingkan bulan lalu. Maka dalam mencata pencatatan anak

tersebut ditulis “N” “, dalam pernyataan tersebut sebanyak 80% kader menjawab “Benar”.

Pernyataan “Setelah anak berumur 1 tahun jenis dan bentuk makanannya bisa disamakan

dengan makanan anggota keluarga lainnya”, sebanyak 53,3% kader menjawab “Salah”.

3.2.4 Gambaran Umum Posyandu di Desa

1. Gambaran Umum Posyandu

Posyandu yang menjadi sasaran kunjungan adalah posyandu anyelir yang bertempat di Balai

Desa Murukan Kecamatan Mojoagung – Kabupaten Jombang. Ada 3 posyandu yang ada di Desa

Murukan yaitu posyandu heliconia adalah posyandu Dusun Mulangagung, posyandu anyelir adalah

posyandu Desa Murukan Utara dan posyandu agave adalah posyandu Desa Murukan Selatan. Setiap
posyandu terdapat 5 orang kader sehingga jumlah kader yang ada di Desa Murukan adalah 15 orang

Kader. Posyandu heliconia terdapat 64 orang balita dengan 5 kader, posyandu anyelir terdapat 77

balita dengan 5 orang kader dan posyandu agave terdapat 112 balita dengan 5 orang kader yang

bertugas setiap bulannya. Posyandu yang ada di Desa Murukan ini berada di bawah naungan

Puskesmas Mojoagung

Struktur Organisasi Posyandu Apel

Ketua

Khalimah

Sekreatris

Umi Aida

Bendahara

Ririn Indrawati

Anggota Anggota

Dewi Amamatus S. Sriati


2. Pengukuran Tingkat Kemandirian Posyandu

a. Kelembagaan Posyandu
Posyandu anyelir sudah memiliki struktur organisasi yang sudah dibentuk

dengan adanya ketua, wakil ketua, bendahara dan anggota. Setiap selesai pertemuan

posyandu maka akan selalu ada pembuatan hasil SKDN dari setiap posyandu bersama

bidan desa.

b. Pengelolaan Posyandu

1. Input

Setiap kader yang ada di posyandu anyelir memiliki tugas dan fungsi masing –

masing serta pembagian tugasnya juga selalu berubah atau rolling bsehingga para kader

yang ada pernah merasakn berada dalam meja yang berbeda, di posyandu anyelir juga

terdapat program kerja serta terdapat peyusunan jenis menu PMT yang berubah – ubah

tiap bulannya.

2. Dukungan Sarana

Saat melakukan pengamatan di posyandu anyelir terdapat alat – alat posyandu

seperti meja, kursi, lenght board, metline, dan baby scale. Alat pengukuran seperti dacin

tersedia namun dalam prakteknya tidak pernah digunakan hal tersebut dilakukan karena

tiang penyangga untuk pemasangan dacin tidak ada sehingga kader – kader yang ada di

Desa Murukan tidak menggunakan dacin. Microtoice atau alat untuk pengukuran

panjang badan tidak tersedia dan pengukuran dilakukan hanya menggunakan metline

sehingga bayi atau balita yang ada di Desa Murukan yang diukur menggunakan metline

cara pengukurannya silakukan dengan menempelkan metline pada badan balita dan tidak

pada penggunaan metline yang benar yaitu metline harus menempel pada tembok yang

rata.

20
Sarana prasarana lain yang ada di posyandu anyelir seperti absensi kader, KMS

dan buku registrasi ini sudah ada sedangkan untuk sarana penyuluhannya sendiri sudah

ada namun buku – buku yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga kader tidak

memberikan penyuluhan terhadap balita yang berat badannya naik – turun. Untuk sarana

tempat pelaksanaan posyandu anyelir ini dilakuakan di tempat yang tetap yaitu di balai

Desa Murukan

3. Dukungan dana dari masyarakat

Untuk keberlangsungan posyandu dana yang didapatkan adalah dari dana

swadaya yang dibayar dengan suka rela oleh setiap ibu hamil yang akan mengambil PMT

4. Dukungan Tenaga

di posyandu anyelir terdapat lima kader yang aktif yaitu ibu Khalimah, Umi

Aida, Ririn Indrawati, Dewi Amamatus, dan Sriati. Pada saat pelaksanaan posyandu yang

ada adalah terdapat tiga kader yang hadir hal tersebut dikarenakan ibu kader yang ada di

Desa Murukan sebagian besar adalah berprofesi sebagai guru sehingga pada

pelaksanaannya ibu kader yang tidak sedang mengajar datang terlebih dahulu untuk

menata posyandu.

5. Proses

Posyandu anyelir dibuka setia bulannya 1 kali sehingga frekuensi posyandu

buka/ tahunnya adalah 12 kali. Untuk kegiatan pelayanannya sendiri ada meja 1, meja 2,

meja 3, meja 5 tapi untuk meja 4 masih belum ada. Pada saat pelaksanaanya meja 1

dirangkap pada meja 3 serta tidak ada alur yang jelas untuk pelaksanaan dari meja 1, 2, 3,

4 dan 5.
6. Output

Rata- rata balita yang ditimbang (D/S) adalah........... sedangkan untuk balita

yang naik BB nya (N/D) sekitar........ Di posyandu anyelir bayi yang di imunisasi lengkap

ada

3. Hasil Pengamatan Posyandu

Posyandu anyelir dilaksanakan setiap bulannya ditempat yang tetap dan tidak

berpindah-pindah sesuai kondisinya namun tetap dilaksanakan di balai Desa Murukan.

Adapun hasil kegiatan posyandunya:

1) Kegiatan Meja I

Kader mampu melakukan pendaftaran sesuai formulir yang ada, pertama

responden yang datang lalu dicatat kemudian ditimbang namun pada saat

pencatatan serta pendaftaran maka kader langsung mencatat di meja itu juga

sehingga meja satu langsung dirangkap menjadi meja tiga. Untuk KMS ibu kader

langsung memberikan kembali KMS balita yang datang dan menimbang sehingga

KMS tidak disimpan oleeh ibu kader.

2) Kegiatan Meja II

Penimbangan dilakukan oleh kader untuk balita dilakukan menggunakan

baby scale dan seca seharusnya penimbangan dilakukan mengunakan dacin

namun pada pelaksanaannya dacin tidak digunakan karena kurang kuatnya tiang

penyangga yang akan digunakan untuk melakukan penimbangan dengan

menggunakan dacin. Pada saat pelaksanaan terdapat balita yang telah berusia

lebih dari 2 tahun yang masih tetap ditimbang menggunakan baby scale meskipun

ada seca hal tersebut karena ibu balita yang ditimbang terbiasa menggunakan

baby scale bukan seca. Alat pengukuran tinggi badan yang digunakan dalam

kegiatan posyandu ini adalah menggunakan lenght board kesalahan yang nampak
pada saat penggunaan lenght board ini adalah ibu kader melapisi lenght board

dengan menggunakan kain serta posisi kepala yang kurang menempel pada papan

lenght board. Penggunaan lenght board tidak biasa digunakan oleh kader, para

kader biasanya menggunakan metline dan pengukuran yang dilakukan

menggunakan metline biasanya diukur dengan posisi anak berdiri dan balita

diukur sesuai dengan menempel pada badan balita bukan metline yang menempel

pada tembok sehingga pengukuran panjang badan bias.

3) Kegiatan Meja III

Petugas kader yang melakukan penimbangan di meja tiga, letaknya

berdekatan dengan meja 2 karena pada pelaksanaan posyandu ini meja 1 dan 3

digabung hal tersebut dikarenakan tenaga kader yang kurang sehingga

pelaksanaannya dirangkap. Beradasarkan hasil pengamatan yang ada di posyandu

anyelir dapat diketahui bahwa pencatatan pada meja ini kader hanya menitik pada

grafik yang ada di KMS tanpa menarik garis dan hanya sebagian KMS saja yang

dituliskan hasil penimbagan berat badan saat itu serta kader juga tidak melakukan

penulisan pada status kenaikan atau tidak naik dari berat badan yang ada.

4) Kegiatan Meja IV

Di posyandu anyelir para kader tidak melakukan penyuluhan karena

meskipun pada saat pelaksanaan posyandu terdapat buku – buku yang dapat

dijadikan bahan referensi untuk melakukan penimbangan. Kesimpulan dari

kegiatan pada meja 4 yang ada di posyandu anyelir adalah tidak ada.

5) Kegiatan Meja V

Untuk pemberian imunisasi balita sudah tepat, imunisasi dilakukan oleh

tenaga medis yang ahli atau dilaksanakan pada bidan desa sehingga pelaksanaan

pada meja 5 telah susuai dengan fungsi pelaksanaannya.


4. Data SKDN

Data SKDN yang dihitung oleh petugas untuk tahun 2016 dalam tiga bulan

terakhir adalah masuk pada bulan Februari, Maret dan April.

Bulan Jumlah S Jumlah K Jumlah D Jumlah N

Februrari

Maret

April
3.2.5 Analisa Data
1. Hubungan antara Status Gizi (BB/TB) dengan Faktor yang
Mempengaruhi

Tabel III.87 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir Rendah


dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan
Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Berat Lahir Baik Tidak Baik
n % n % N %
Tidak BBLR 42 84,0 8 16,0 50 100,0
BBLR 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

42
RR= 0

=0

Kesimpulan: Tidak ada resiko BBLR dengan status gizi anak sekarang

Tabel III.87 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Sakit Anak dan


Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung,
Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Kejadian Sakit Baik Tidak Baik
n % n % N %
Tidak Pernah 9 100,0 0 0,0 9 100,0
Pernah 33 80,5 8 9,5 41 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

100
RR= 80,5 = 1,2 kali

Kesimpulan: Balita yang pernah sakit selama 3 bulan terakhir berpeluang

mempunyai status gizi tidak baik 1,2 kali lebih besar dibandingkan dengan balita

yang tidak pernah sakit selama 3 buan terakhir.


Tabel III.88 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI dan Status
Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung,
Kabupaten Jombang Tahun 2016

Status Gizi
Jumlah
Pemberian ASI Baik Tidak Baik
n % n % n %
ASI eksklusif 22 75,9 7 24,1 29 100,0
Tidak ASI eksklusif 20 95,2 1 4,8 21 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0
75,9
RR= 95,2

= 0,8 kali

Kesimpulan: Balita yang pemberian ASI nya eksklusif berpeluang

mempunyai status gizi baik 0,8 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang

tidak ASI eksklusif.

Tabel III.89 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi


dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan
Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Tingkat Konsumsi Energi Baik Tidak Baik
n % n % N %
Cukup 9 69,2 4 30,8 13 100,0
Tidak Cukup 33 89,2 4 10,8 37 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

69,2
RR= 89,2

= 0,8 kali

Kesimpulan: Balita yang tidak cukup tingkat konsumsi energinya

berpeluang memiliki status gizi tidak normal 0,8 kali lebih besar dibandingkan

dengan balita yang cukup tingkat konsumsi energinya.


Tabel III.90 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein
dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan
Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Tingkat Konsumsi Protein Baik Tidak Baik
n % n % n %
Cukup 20 76,9 6 23,1 26 100,0
Tidak Cukup 22 91,7 2 8,3 24 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

76,9
RR=
91,7

= 0,83 kali

Kesimpulan: Balita yang tidak cukup tingkat konsumsi proteinnya

berpeluang memiliki status gizi tidak baik 0,83 kali lebih besar dibandingkan

dengan balita yang cukup tingkat konsumsi proteinnya.

Tabel III.91 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Zinc


dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan
Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Tingkat Konsumsi Zinc Baik Tidak Baik
n % n % n %
Cukup 25 80,6 6 19,4 31 100,0
Tidak Cukup 17 89,5 2 10,5 19 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

80,6
RR= 89,5

= 1,1 kali

Kesimpulan: Balita yang tidak cukup tingkat konsumsi zinc nya

berpeluang memiliki status gizi tidak baik 1,1 kali lebih besar dibandingkan dengan

balita yang cukup tingkat konsumsi zinc nya.

Tabel III.92 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Fe dan


Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung,
Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Tingkat Konsumsi Fe Baik Tidak Baik
n % n % N %
Cukup 15 83,3 3 16,7 18 100,0
Tidak Cukup 27 84,4 5 15,6 32 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

83,3
RR = 84,4

= 1 kali

Kesimpulan: tidak ada resiko antara tingkat konsumsi Fe dengan status

gizi anak

Tabel III.93 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan Anak dan


Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung,
Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Pola Makan Anak Baik Tidak Baik
n % n % N %
Tepat 18 94,7 1 5,3 19 100,0
Tidak Tepat 24 77,4 7 22,6 31 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

94,7
RR= 77,4
= 1,2 kali

Kesimpulan : balita yang pola makannya tidak tepat akan berpeluang

mempunyai status gizi tidak baik 1,2 kali lebih besar di bandingkan anak yang

pola makannya tidak tepat.

Tabel III.94 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI/Kolostrum


dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan
Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Pemberian ASI/Kolostrum Baik Tidak Baik
n % n % N %
Tepat 31 83,8 6 16,2 37 100,0
Tidak Tepat 11 84,6 2 15,4 13 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

83,8
RR= 84,6
= 1 kali
Kesimpulan: tidak ada resiko antara pemberian ASI/Kolostrum dengan

status gizi anak

Tabel III.95 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi dan


Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung,
Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Pemberian Imunisasi Baik Tidak Baik
n % n % N %
Sesuai 42 85,7 7 14,3 49 100,0
Tidak Tepat 0 0,0 1 100,0 1 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0

100
RR= 14,3

= 7 kali

Kesimpulan: anak yang pemberian imunisasi tidak sesuai dengan umur

akan berpeluang mempunyai status gizi tidak baik 7 kali lebih besar di banding

anak yang pemberian imunisasinya sesuai umur.

Tabel III.96 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ibu dan


Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung,
Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi
Jumlah
Pengetahuan Ibu Baik Tidak Baik
n % n % N %
Baik 40 85,1 7 14,9 47 100,0
Tidak baik 2 66,7 1 33,3 3 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0
85,1
RR= 66,7

= 1,3 kali

Kesimpulan: ibu balita yang memiliki pengetahuan tidak baik akan

berpeluang balita mempunyai status gizi tidak baik 1,3 kali lebih besar

dibandingkan pengetahuan ibu yang tidak baik.


BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI GIZI
4.1 MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah setelah dilakukan Survei

Mawas Diri dan di dapatkan hasil dengan analisa data kemudian dilakukan

pemecahan masalah dengan cara musyawarah dengan perangkat desa setempat,

tokoh masyarakat, bidan desa, ahli gizi, pkk, dan kader posyandu untuk

menentukan langkah yang akan ditempuh setelah di temukan masalah di desa.

4.1.1 Dasar

Dalam rangka merencanakan program gizi, maka perlu adanya suatu

perumusan masalah untuk mendapatkan perencanaan yang tepat. Dalam

merumuskan masalah maka mahasiswa perlu adanya suatu kegiatan yang berupa

pengumpulan data untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan gizi yang

berada dalam suatu wilayah tersebut. Sehingga kegiatan pengumpulan Data Dasar

(Survei Mawas Diri) perlu dilaksanakan oleh mahasiswa di wilayah tertentu.

Dimana hasil dari pengumpulan data Survei Mawas Diri (SMD) tersebut

dilaksanakan kegiatan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) yaitu dengan

memaparkan permasalahan gizi dan kesehatan yang ada di desa, kemudian dari

pemaparan masalah tersebut disepakati kegiatan/intervensi dalam rangka

mengatasi masalah tersebut.

4.1.2 Bentuk Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan adalah dalam bentuk musyawarah yang ditujukan

untuk dapat memecahkan masalah yang ada di Desa Murukan Kecamatan

Mojoagung Kabupaten Jombang sesuai dengan hasil Survei Mawas Diri (SMD)

yang dilaksanakan pada tanggal 11-14 April 2016.


4.1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) diadakan pada Hari Rabu,

tanggal 27 April 2016 pukul 19.00 WIB yang dilaksanakan di Balai Pertemuan

Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.

4.1.4 Peserta
Peserta yang hadir mengikuti Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

sebanyak 14 orang yang terdiri dari :

1. Pembimbing dari Akademi Gizi Surabaya.

2. Pembimbing dari Puskesmas

3. Perangkat Desa, yang meliputi : Kepala Desa , Kasi Kesejahteraan Rakyat,

Pembangunan.

4. Bidan Desa

5. Tokoh Masyarakat

6. Perwakilan Kader Posyandu

7. Ibu PKK

4.1.5 Penyampaian hasil Kegiatan

Penyampaian hasil yang digunakan saat Musyawarah Masyarakat Desa

(MMD) adalah Presentasi ppt dan dilanjutkan dengan diskusi.

4.1.6 Kendala Pelaksanaan

Menentukan hari untuk melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa

(MMD) dengan Kepala Desa, dan mengumpulkan masyarakat untuk

melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


4.2 Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu

4.2.1 Dasar

Kegiatan yang dilakukan saat pelatihan kader adalah memberikan

penyuluhan. Pelatihan kader diadakan karena kurangnya ketrampilan kader dalam

menginterpretasikan hasil penimbangan pada KMS.

4.2.2 Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan saat pelatihan kader adalah sebagai

berikut :

a. Post test dan Pre test

b. Perkenalan dengan menggunakan puzzle gambar dan menjelaskan gambar

yang telah ditemukan

c. Pelatihan pengisian KMS

d. Game puzzel dacin, game PMBA

e. Mempraktekkan Game puzzel dacin tersebut ke dalam penggunaan dacin

yang benar

f. Melakukan tepuk monyet setelah melakukan aktifitas dengan berdiri

menuju duduk.

g. Bernyanyi ASI, PMBA, dan Cuci Tangan

h. Penyuluhan ASI, dan PMBA dan KMS.

4.2.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelatihan kader posyandu diadakan pada hari Kamis, 28 April 2016

pukul 09.00 WIB yang dilaksanakan di Balai Pertemuan Desa Kecamatan

Mojoagung Kabupaten Jombang.


4.2.4 Peserta
Peserta yang hadir mengikuti Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

sebanyak 13 orang yang terdiri dari :

1. Pembinmbing dari Akademi Gizi Surabaya

2. Pembimbing dari Puskesmas

3. Bidan Desa

4. Kader yang hadir sebanyak 10 orang

a. Posyandu Helyconia : 3

b. Posyandu Agave : 4

c. Posyandu Anyelir : 3

4.2.5 Penyampaian hasil Kegiatan

4.2.6 Kendala Pelaksanaan

Pengumpulan Kader karena pada saat pelaksanaa kegiatan latihan kader

terdapat kader yang berhalangan hadir.

4.3 Kegiatan Penyuluhan Perorangan dan Kelompok Masyarakat Rawan

Gizi

4.3.1 Dasar

Penyuluhan di posyandu, balai pertemuan desa, MI MAMBA ‘UL’

ULUM, TK Muslimat NU, dan RA MAMBA ‘UL’ ULUM ini diadakan dengan

dasar yang didapat yaitu banyaknya ibu hamil, anak SD, anak TK, dan ibu balita
kurang mengetahui pentingnya gizi dan makanan apa saja yang baik dikonsumsi,

ketika hamil, menyusui, anak SD, anak TK dan makanan untuk balita.

Dari penyuluhan yang diberikan tersebut diharapkan bahwa yang telah

mendapat penyuluhan tentang materi jajanan sehat, PHBS, gizi ibu hamil, dan gizi

untuk balita terhadap ibu balita para responden bisa merubah pola makan menjadi

makanan sehat dan memenuhi gizi yang dibutuhkan dalam tubuh.

4.3.2 Bentuk Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan dengan judul “Gizi Untuk

Ibu Hamil dan Balita, PHBS, Jajanan Sehat”.

4.3.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

No Kegiatan Tanggal Waktu Tempat


1. Penyuluhan RA MAMBA 29 April 2016 08.00 RA MAMBA ‘UL’
‘UL’ ULUM ULUM
2. Penyuluhan TK Muslimat NU 29 April 2016 08.00 TK Muslimat NU
3. Penyuluhan MI MAMBA ‘UL’ 30 April 2016 08.00 MI MAMBA ‘UL’
ULUM ULUM
4. Penyuluhan Ibu Hamil 30 April 2016 15.00 Balai Pertemuan
Desa
5. Penyuluhan Ibu Balita 2 Mei 2016 09.00 Balai Pertemuan
Desa

4.3.4 Peserta
No Kegiatan Peserta
1. Penyuluhan RA MAMBA ‘UL’ ULUM Seluruh siwa RA yang
masuk pada hari jum’at
2. Penyuluhan TK Muslimat NU Seluruh siwa TK yang
masuk pada hari jum’at
3. Penyuluhan MI MAMBA ‘UL’ ULUM Siswa Kelas 3 dan 4 yang
masuk pada hari sabtu
4. Penyuluhan Ibu Hamil 16 ibu hamil
5. Penyuluhan Ibu Balita 16 ibu balita

4.3.5 Penyampaian hasil Kegiatan

Dari kegiatan penyuluhan di dapat hasil bahwa peserta yang mendapatkan

penyuluhan dapat memahami dan mengerti. Ini dilihat dari antusias para peserta

ketika mendengar dengan serius dan bertanya.

4.3.6 Kendala Pelaksanaan

Pada saat penyuluhan ibu hamil tidak menggunakan proyektor

4.4 Kegiatan Mitra Gizi pada Keluarga yang Mempunyai Balita Kurang

Gizi

4.4.1 Dasar

Penanggulangan KEP di tingkat keluarga agar dapat mencapai hasil yang

optimal. Dalam kegiatan Mitra Gizi keluarga balita diberikan pengetahuan tentang

gizi, PHBS, ketrampilan dalam pembuatan makanan padat gizi dan diharapkan

keluarga tersebut dapat mengubah perilakunya yaitu lebih memperhatikan gizi

keluarga terutama pada anak balitanya.

4.4.2 Bentuk Kegiatan

Kegiatan pendampingan mitra gizi diawali dengan dilakukannya base line

data untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin, menentukan beberapa

masalah baik masalah gizi maupun lingkungan. Dengan ditemukannya masalah,

maka diberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan sumber daya yang

terdapat dalam keluarga mitra gizi tersebut selanjutnya keluarga yang

memutuskan solusi akhir dari masalah tersebut


4.4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pendampingan balita dilakukan di rumah keluarga

yang balitanya termasuk dalam kategori gizi kurang, gizi buruk, pendek, sangat

pendek, kurus,maupun sangat kurus dilihat indikator BB/U, TB/U, dan BB/TB di

Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang mulai tanggal 13

April – 2 Mei 2016.

4.4.4 Peserta
No Nama Mahasiswa Nama Balita
1. Ayu Andarusasi Dafa Ardanas A
2. Lailatul Nur F Diana Natasya
3. Ixora Ariani H M. Wildan
4. Rizky Ayu K Nillam Najwa
5. Erfi Kartikasari Dwi Anjarita
6. Renata Yuristhia Ahmad Danu
7. Rizky Putri M. Fahrillah Al K
8. Willem Gersom Ali Mus’safa

4.5 Lomba Dalam Bidang Pangan dan Gizi

4.5.1 Dasar

Lomba membuat bekal untuk anak paud ini diadakan dengan dasar agar

ibu balita bisa memberikan makanan yang bervariasi kepada balita sehingga

meningkatkan nafsu makan balita dan mengurangi balita jajan di luar.

Lomba membuat bekal untuk anak paud tersebut diharapkan bahwa yang

telah mengikuti lomba ibu balita bisa mengetahui komponen makanan dan

makanan yang sehat dan bergizi untuk balitanya agar ketika berada disekolah

tidak perlu membeli jajan disekolah.


4.5.2 Bentuk Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan adalah untuk membuat bekal anak paud agar

tidak membeli jajan disekolah.

4.5.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Lomba membuat bekal untuk anak paud diadakan pada tanggal 02 Mei

2016 pukul 08.30 di Balai Pertemuan Desa.

4.5.4 Peserta

Peserta yang mengikuti lomba membuat bekal untuk anak paud adalah

ibu-ibu paud sejumlah 21 orang.

4.5.5 Penyampaian hasil Kegiatan

Dari kegiatan lomba membuat bekal untuk anak paud didapatkan hasil

bahwa ibu balita sudah mengerti dan memahami komponen makanan yang tepat

untuk balita, porsi, makanan yang sehat dan bergizi untuk balita.

4.5.6 Kendala Pelaksanaan

Waktu yang diharapkan hadir pada pukul 08.30 tetapi acara dimulai pada

pukul 09.00.

4.6 Demo Masak Jajanan Sehat

4.6.1 Dasar

Demo masak di balai pertemuan desa ini diadakan dengan dasar agar ibu

balita bisa memberikan jajanan yang sehat dan bervariasi kepada balita sehingga

meningkatkan nafsu makan balita dan mengurangi balita jajan di luar.


Dari demo masak tersebut diharapkan bahwa yang telah mengikuti demo

masak ibu balita bisa mengetahui komponen jajanan-jajanan yang sehat dan

bergizi untuk balitanya.

4.6.2 Bentuk Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan adalah demo masak jajanan sehat untuk bekal

sekolah selain nasi.

4.6.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Demo masak jajanan sehat diadakan pada tanggal 02 Mei 2016 pukul

10.00 di Balai Pertemuan Desa.

4.6.4 Peserta

Peserta yang mengikuti adalah ibu balita.

4.6.5 Penyampaian hasil Kegiatan

Dari kegiatan demo masak didapatkan hasil bahwa ibu balita sudah

mengerti dan memahami komponen jajanan sehat dan bergizi untuk bekal anak

sekolah.

4.6.6 Kendala Pelaksanaan

Tidak terdapat kendala

4.7 Kegiatan Bakti Sosial pada Mitra Gizi

4.7.1 Dasar

Bakti sosial ini diadakan dengan tujuan sebagai bentuk kepedulian

terhadap balita yang gizi kurang (Mitra Gizi) untuk makan bersama.
4.7.2 Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan bakti sosial ini adalah dengan makan bersama dan demo

masak.

4.7.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Bakti Sosial diadakan pada tanggal 03 Mei 2016 pukul 16.00 di

Balai Pertemuan Desa.

4.7.4 Peserta

Peserta yang mengikuti adalah ibu balita mitra gizi dan balita mitra gizi,

bidan desa, Kepala Desa Murukan.

4.7.5 Penyampaian hasil Kegiatan

Dari kegiatan demo masak dan makan bersama diharapkan bahwa ibu

balita mitra gizi sudah mengerti dan memahami komponen makanan padat gizi,

jajanan padat gizi.

4.7.6 Kendala Pelaksanaan

Tidak terdapat kendala


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Setelah dilakukan pengumpulan data melalui Survei Mawas Diri (SMD)

didapatkan 50 balita, 20 ibu hamil dan 15 kader posyandu sehingga dapat

diketahui karateristik balita, karakteristik ibu hamil, dan karakteristik

kader posyandu.

2. Dari hasil survei mawas diri (SMD) diketahui bahwa sebagian besar

masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang

bekerja sebagai wiraswasta, pendidikan terakhir orang tua balita sebagian

besar adalah SMP, sehingga pengasilan masyarakat cenderung menengah

kebawah karena kebutuhan pangan lebih besar daripada kebutuhan non

pangan.

3. Masalah gizi yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang adalah balita kurus, balita sangat kurus, balita

pendek, sangat pendek, balita gizi kurang, dan balita gizi buruk.

4. Musyawarah Masyarakat Desa diadakan untuk merumuskan hasil

kesepakata penyelesaian masalah pada masalah yang telah ditemukan dari

hasil Survei Mawas Diri (SMD). Peserta yang hadir dalam Musyawarah

Masyarakat Kelurahan adalah tokoh masyarakat seperti kepala desa,

perangkat desa, kader posyandu, bidan desa, ibu pkk, dan ahli gizi

puskesmas.
5. Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa didapatkan hasil

kegiatan intervensi untuk masalah rawan gizi, demo masak dan lomba

untuk ibu-ibu balita, penyuluhan anak SD, penyuluhan untuk TK,

penyuluhan untuk RA, latihan kader, dan penyuluhan ibu hamil.

6. Pelatihan kader posyandu dilakukan untuk meningkatkan kader kembali

tentang pengisian KMS yang benar, langkah penimbangan, ASI, dan

PMBA.

7. Pendampingan mitra gizi pada balita kurus, sangat kurus, gizi kurang dan

gizi buruk dilakukan oleh 1 mahasiswa 1 balita. Pendampingan mitra gizi

dilakukan untuk memantau pola makan, pola asuh dan antropometri balita

8. Penyuluhan pada kelompok sasaran tertentu dilakukan pada ibu hamil, ibu

balita, anak SD, anak TK dan anak RA. Hal ini dilakukan karena sasaran

tersebut adalah sasaran yang rentan masalah gizi.

9. Kegiatan teknologi tepat guna yang diadakan adalah demo masak untuk

mitra gizi memberikan contoh makanan padat gizi dengan menggunakan

bahan makanan yag murah dan mudah didapatkan.

10. Kegiatan pameran bidang gizi yang diadakan adalah kreasi menu dan

demo masak untuk meningkatkan kreatifitas ibu-ibu balita untuk membuat

jajanan sehat dalam memberikan jajanan yang bervariasi sehingga

meningkatkan nafsu makan balita.

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai