JOMBANG
Oleh
Kelompok 2 :
DINAS KESEHATAN
2016
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Kabupaten Jombang
Oleh : Kelompok 2
Menyetujui,
Pembimbing
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Kabupaten Jombang
Oleh : Kelompok 2
Mengesahkan,
Mengetahui,
Direktur Akademi Gizi Surabaya
iii
KATA PENGATAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM) di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang tepat pada waktunya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.4 Gambaran Umum Ibu Hamil Responden ..............Error! Bookmark not defined.
3.5 Gambaran Umum Posyandu di Desa ................................................................ 79
3.6 Analisa Data Keluarga Balita ................................Error! Bookmark not defined.
3.7 Analisa Data Ibu Hamil.........................................Error! Bookmark not defined.
3.8 Analisa Data Hasil Kegiatan Posyandu.................Error! Bookmark not defined.
BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI GIZI ........................................ 24
A. MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA......................................................... 32
B. KEGIATAN PELATIHAN KADER POSYANDU .Error! Bookmark not defined.
C. KEGIATAN PENYULUHAN PERORANGAN DAN KELOMPOK
MASYARAKAT RENTAN GIZI ............................Error! Bookmark not defined.
D. KEGIATAN MITRA GIZI PADA KELUARGA YANG MEMPUNYAI ..............
BALITA KURANG GIZI .........................................Error! Bookmark not defined.
E. KEGIATAN PAMERAN ATAU LOMBA DALAM BIDANG PANGAN DAN
GIZI...........................................................................Error! Bookmark not defined.
F. PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA BIDANG PANGAN DAN GIZI
PADA KEGIATAN MITRA GIZI ...........................Error! Bookmark not defined.
G. KEGIATAN BAKTI SOSIAL ..................................Error! Bookmark not defined.
H. KEGIATAN LAIN YANG DILAKUKAN SELAMA PKL .. Error! Bookmark not
defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 42
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 42
5.2 Saran ................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 44
LAMPIRAN...................................................................................................................... 45
iii
Daftar Tabel
iv
Daftar Gambar
v
Daftar Lampiran
vi
BAB I PENDAHULUAN
dalam mencapai kualitas sumber daya manusia yang handal adalah keadaan
status gizi dan kesehatan masyarakat yang masih rendah. Berbagai indikator
yang berkaitan dengan keadaan tersebut, seperti angka kesakitan dan kematian
bayi serta ibu bersalin yang masih tinggi disertai keadaan daya tahan fisik,
perkembangan mental dan kecerdasaan yang rendah, adalah bukti nyata bahwa
gizi di masyarakat.
Gizi dituntut untuk mampu melaksaakan program tersebut mulai dari institusi
sampai dengan di tingkat Desa. Peran tersebut antara lain trampil di bidang
7
bekal yang sangat penting bagi calon ahli gizi yang nantinya berperan sebagai
kuliah belum mencukupi. Untuk melengkapi hal tersebut, maka Praktek Kerja
1.2 Tujuan
di tingkat desa.
mampu :
MMD.
8
4. Melaksanakan pelatihan bagi kader posyandu.
9
BAB II METODOLOGI
Mei 2016.
Populasi dan sampel yang diambil dalam survey meliputi 3 sampel, yaitu :
A. Sampel Balita
Populasi yang digunakan pada survey balita ini adalah semua anak usia 0-
balita. Besar sampel yang digunakan pada survey balita ini adalah sebesar 50
112
Balita Posyandu Agave = 253 𝑥 50 = 22
77
Balita Posyandu Anyelir = 253 𝑥 50 = 15
64
Balita Posyandu Helicona = 𝑥 50 = 13
253
10
B. Sampel Ibu Hamil
Populasi yang digunakan pada survey ibu hamil ini adalah semua ibu
yang berjumlah 43 ibu. Besar sampel yang digunakan pada survey ibu hamil ini
24
Ibu Hamil Wilayah Murukan Selatan = 43 𝑥 20 = 11
10
Ibu Hamil Wilayah Murukan Utara = 43 𝑥 20 = 5
9
Ibu Hamil Wilayah Mulungagung = 𝑥 20 = 4
43
Populasi yang digunakan pada survey kader posyandu adalah semua kader
survey kader posyandu ini adalah semua kader yang berjumlah 15 kader.
11
2.3 Jenis Kegiatan dan Metode Pengumpulan Data Gizi dan Kesehatan (data
jumlah ibu hamil dari 1 desa kurang dari 20 orang maka semuanya
4. Intervensi Gizi
12
b. Melaksanakan latihan / refreshing Kader Posyandu.
masyarakat yang rentan masalah gizi (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, anak
kurang gizi.
posyandu.
13
mengguakan lengthboard / metline dan pengukuran TB menggunakan
3. Pengumpulan data tentang karakteristik ibu hamil dan pengetahuan ibu hamil
4. Data tentang status gizi ibu hamil menggunakan LILA. Pengukuran LILA
1. Kuesioner
3. Lengthboard
5. Metline
6. Microtoise
7. Nutrisurvey
8. Food Picture
9. Alat tulis
10. SPSS
14
2.5 Cara Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dientri ke dalam program SPSS 13. Kemudian Data
15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Murukan Selatan dan Murukan Utara. Setiap Dusun Murukan Utara terdapat 8
RT, untuk Murukan Selatan terdiri atas 9 RT, sedangkan untuk Mulangagung 4
RT.
3.1.2 Kependudukan
Jombang yang didapatkan pada bulan Desember 2015, jumlah penduduk Desa
jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1797 jiwa dan perempuan 1719 jiwa. Total usia 0-
9 tahun berjumlah 620 jiwa, usia 10-19 tahun sebanyak 874 jiwa, usia 20- 29
tahun sebanyak 792 jiwa, usia 30-49 tahun berjumlah 876 jiwa, usia 50-69 tahun
16
3.1.3 Mata Pencaharian
Karyawan :-
Pensiunan : 10 orang
Nelayan : -
ABRI : 3 orang
3.1.5 Agama
17
- Kristen : - orang
- Katholik : - orang
- Hindu : - orang
- Budha : - orang
18
3.1.6 Struktur Organisasi Kelurahan
Sekretaris
A. Lutfi. R
Pembangunan Bendahara
Rumadi A. Lutfi. R
Kasi Kesejahteraan Kaur Umum Pemerintahan
Rakyat
M. Ariful
Ngatimin
Kadus I Kadus II
19
3.1.7 Sarana Kesehatan
1. Puskesmas : ada
3. UKBM (Posyandu) :3
4. Poslansia :2
Di desa Murukan terdapat berbagai macam dukungan lintas sektor antara lain adalah
Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan Koperasi UMKM,
Potensi desa yang dapat dikembangkan antara lain dari bidang peternakan karena di
peternak sapi. Hasil residu dari kotoran sapi dapat dijadikan sebagai biogas yang bisa
menghemat biaya produksi pengelolahan susu (pasteurisasi). Selain itu hasil yang diperoleh
dari peternak sapi yaitu susu dapat dijadikan produk lainnya seperti yougourt, dan permen
susu. Selain dapat meningkatkan harga jual juga dapat membuka lapangan kerja untuk ibu
rumah tangga.
3.2 Kegiatan Pengumpulan Data Dasar (SMD)
Tabel III.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Orang Tua Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Ayah Ibu
Umur (Tahun)
n % n %
1 <20 0 0 1 2,0
2 20-<30 13 26,0 31 62,0
3 30-<40 25 50,0 16 32,0
4 40-<50 12 24,0 1 2,0
5 >50 0 0 1 2,0
Jumlah 50 100,0 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa umur ayah balita yang paling banyak
dengan usia 30-<40 tahun sebanyak 25 orang (50%), sedangkan umur ibu balita yang
Berdasarkan hasil di atas untuk usia ayah dengan ibu balita memiliki jarak yang jauh
karena yang ditemukan dilapangan banyak ibu-ibu yang menikah diusia muda sedangkan
untuk ayahnya sudah sesuai dengan usia laki-laki yang telah mapan untuk berkeluarga.
memiliki pendidikan terakhir SLTP/Sederajat dan sebanyak 1 orang (2%) ayah memiliki
pendidikan terakhir SLTP/Sederajat dan sebanyak 2 orang (4%) ibu memiliki pendidikan
terakhir PT/Sederajat.
Pendidikan mempunyai peran penting dalam menciptakan seseorang yang berkualitas
dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-
cita yang diharapkan. Pendidikan orang tua balita paling banyak adalah tamat SLTP/sederajat
karena di desa Murukan sebagian besar orangtuanya memiliki usaha sendiri yaitu rosokan
dan peternak sapi. Sedangkan untuk ibu balitanya paling banyak dengan pendidikan terakhir
SLTP/sederajat karena ditemukan pada saat dilapangan banyak ibu balita yang tidak bekerja
Tabel III.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Pekerjaan Ayah Ayah Ibu
n % n %
1 Tidak Bekerja 0 0 40 80,0
2 PNS/TNI/POLRI 1 2,0 0 0
3 Petani 2 4,0 0 0
4 Buruh Tani 6 12,0 0 0
5 Pedagang 9 18,0 1 2,0
6 Karyawan Pabrik 4 8,0 0 0
7 Wiraswasta 14 28,0 6 12,0
8 Lainnya 14 28,0 3 2,0
Total 50 100,0 50 100,0
Berdasarkan tabel III.3 dapat dilihat dari 50 ayah balita bahwa sebanyak 14 orang
(28%) ayah bekerja sebagai wiraswasta dan lain-lainnya. Sedangkan sebanyak 40 orang
Pekerjaan ayah balita yang paling banyak di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang adalah wiraswasta dikarenakan didaerah Desa Murukan terdapat banyak
sapi yang dikelola sendiri oleh pemiliknya sehingga menghasilkan penghasilan yang dapat
digunkana untuk sehari-hari pada keluarga tersebut. Orangtua balita juga banyak yang
bekerja sebagai rongsokan yang dikelola sendiri. Sehingga banyak orangtua balita yang
memiliki pekerjaan dari hasil yang di dapat sendiri. Sedangkan untuk ibu balita yang paling
banyak adalah tidak bekerja, karena yang ditemukan dilapangan sebagian besar ibu mengurus
anaknya dirumah dan yang mencari nafkah untuk kehidupan sehari-harinya adalah ayah
balita.
d. Umur Balita
bulan, 12 balita (24%) berusia 25-36 bulan, 8 balita (16%) berusia 7-12 bulan, 6 balita (12%)
berusia 13-24 bulan sedangkan sebanyak 5 balita (10%) berusia 0-6 bulan.
Umur balita diketahui berdasarkan hasil wawancara kepada ibu balita mengenai
tanggal lahir balita kemudian dimasukkan ke WHO Antropometri sehingga dapat diketahui
umur balita. Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan intepretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan
dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat
Karena balita yang tersampling untuk menjadi sampel Survei Mawas Diri (SMD)
e. Jenis Kelamin
Tabel III.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 22 44,0
2 Perempuan 28 56,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 28 balita (56%) berjenis
kelamin perempuan dan sebanyak 22 balita (44%) berjenis kelamin laki-laki, karena pada
balita yang tersampling untuk menjadi sampel yang paling banyak berjenis kelamin
perempuan.
Dalam SMD ini jenis kelamin responden lebih banyak perempuan. Meskipun
perbandingan jumlahnya tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan responden yang
berjenis kelamin laki-laki. Jenis kelamin juga berperan dalam penentuan status gizi. Laki-laki
dan perempuan memilki Z-score yang berbeda. Sehingga mempengaruhi dalam penentuan
f. Urutan Anak
yaitu anak 1 sebanyak 28 balita dengan prosentase 56 %, dan masih ditemukan ibu dengan
Dalam penelitian ini urutan anak sebagian besar adalah anak pertama dan kedua,
dikarenakan ibu-ibu yang menjadi responden kebanyakan berumur 20-<30 tahun. Urutan
anak dapat mempengaruhi ibu dalam mengasuh anaknya. Ibu bisa mendapat pengalaman dari
anak pertamanya dan akan lebih baik dalam mengasuh anak kedua, ketiga dan seterusnya.
Anak kedua cenderung berstatus gizi lebih baik karena ibu sudah berpengalaman dalam
merawat anak.
II. Data Penunjang
a. Jenis Keluarga
Tabel III.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluarga Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Jenis Keluarga n %
1 Keluarga Inti 23 46,0
2 Bukan Keluarga Inti 27 54,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis keluarga kategori bukan keluarga
inti sebanyak 27 (54%) sedangkan untuk jenis keluarga dengan kategori keluarga inti
sebanyak 23 (46%) keluarga merupakan keluarga inti. Karena di Desa Murukan sebagian
besar pasangan yang sudah berkeluarga masih tinggal bersama orang tua atau pun
keluarganya
jumlah anggota keluarga 3-4 anggota keluarga, sebanyak 16 (32%) keluarga memiliki jumlah
naggota keluarga lebih dari >4 anggota kelaurga sedangan sebanyak 1 (2%) keluarga
Jumlah tanggungan keluarga balita paling banyak dengan tanggungan 3-4 orang,
dimana hal ini menandakan bahwa di dalam keluarga ini merupakan bukan keluarga inti dan
yang paling banyak terdapat 1 balita. Karena memang sebagian besar responden yang telah
diwawancarai pada saat pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD) terdiri atas ayah, ibu, balita
Tabel III.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Balita dalam Satu Keluarga di
Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Jumlah Balita n %
1 1 28 56,0
2 2 18 36,0
3 >2 4 8,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah balita yang ada di dalam keluarga
berjumlah 1 orang yang paling tinggi yaitu 28 orang (56%), dan yang terendah dengan
Jumlah balita dalam keluarga sangat mempengaruhi pola asuh karena dengan adanya
balita yang lebih dari 1 di dalam keluarga maka pola asuh akan terbagi dan tidak fokus
menangani 1 balita.
Tabel III.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Rumah yang Ditempati di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
No Status Rumah n %
1 Milik Sendiri 25 50,0
2 Milik Orang Tua 25 50,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat status rumah responden yang telah memliki
rumah sendiri dan milik orangtua sebanyak 50% responden sudah memiliki rumah sendiri
dan masih terdapat responden yang memiliki status rumah milik orang tua sebanyak 50%.
Data SMD yang di dapat sesuai dilapangan karena dapat disebabkan oleh
ketidaksiapan secara ekonomi pasangan yang telah menikah. Selain itu ada beberapa budaya
yang terdapat di masyarakat yang masih cukup kental yaitu perempuan yang telah menikah
tidak diijinkan meninggalkan rumah orangtuanya sehingga pasangan tersebut yang harus
pengeluaran non pangan responden memiliki prosentase yang sama yaitu masing-masing
50%. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat di Desa
Murukan sehingga menyebabkan pendapatan yang diperoleh untuk pengeluaran pangan lebih
besar dibandingkan pengeluaran non pangan. Sedangkan untuk masyarakat yang memiliki
pengeluaran pangan lebih kecil dibandingkan pengeluaran non pangan hasil survei
berdasarkan BB/U yang terbanyak adalah berada pada angka z-score -2 s/d +2 sd dengan
jumlah balita yang ada pada z-score ini adalah 41 orang balita (82%), indikator status gizi
yang dilihat dari TB/U adalah berada pada angka z-score -2 s/d +2 sd dengan jumlah balita
yang ada pada z-score ini adalah 39 orang balita (78%), indikator status gizi yang dilihat dari
BB/TB adalah 41 orang dengan persentase 82% sehingga dapat disimpulkan bahwa status
gizi balita yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah
normal. Dari staus gizi normal yang ada tetapi masih terdapat balita yang memiliki status gizi
buruk dengan indikator BB/U yaitu sejumlah 1 orang (2%), indikator TB/U dengan status gizi
sangat pendek sejumlah 2 orang (4%), dan dengan indikator BB/TB dengan status gizi sangat
Bedasarkan sumber daya yang dimiliki oleh Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang adalah sebagai peternak sapi perah namun masih ada balita yang
kekurangan zat makro yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan balita seperti
protein sehingga masih ditemukan balita dengan status gizi buruk, sangat pendek, dan sangat
kurus. Bayi dan balita sangat membutuhkan kebutuhan akan zat gizi makro dan mikro yang
penting untuk pertumbuhan terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, karena pada masa
itulah bayi dan balita sedang tumbuh masa jaringan otak atau yang disebut masa emas.
Tabel III.13 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan BB/U Balita di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Status Gizi Indeks BB/U Jumlah
Umur (Bulan) Gizi Buruk Gizi Kurang Normal
n % n % n % n %
0-6 0 0 0 0 5 100 5 100
7-12 0 0 1 12,5 7 87,5 8 100
13-24 0 0 1 16,7 5 83,3 6 100
25-36 0 0 2 16,7 10 83,2 12 100
37-60 1 5,3 3 15,8 15 78,9 19 100
Total 1 2 7 14 42 84 50 100
Berdasarkan tabel III.13 diatas dapat dilihat bahwa balita usia 37-60 bulan dengan
status gizi normal sebanyak 15 (78,9%) balita dan balita dengan status gizi buruk sebanyak 1
(5,3%) balita. Balita dengan usia 7-12 bulan sebanyak 1 (12,5%) balita berstatus gizi kurang
Ketika balita menginjak usia 7-12 bulan mulai ditemukan balita dengan status gizi
kurang sebanyak 1 orang (12,5%). Usia 7-12 bulan terdapat statgus gizi kurang dikarenakan
kurang tepatnya pemberian MP-ASI, karena pada usia tersebut bayi sudah diberikan MP-ASI
bukan hanya ASI. Pola makan balita yang kurang tepat pada saat ditemukan di lapangan
banyak balita yang hanya mengonsumsi karbohidrat, lauk nabati, dan sayur sehingga zat gizi
yang diperoleh dan diserap balita kurang memenuhi kebutuhan akan zat gizi makro dan
mikro dalam sehari.dan sebagian besar balita jajan chiki-chiki atau wafer-wafer yang
sebenarnya kurang baik jika terlalu banyak dikonsumsi. Pola makan yang tepat dan konsumsi
Tabel III.14 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan TB/U Balita di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Mojoagung Kabupaten Jombang diperoleh data tentang tinggi badan menurut umur balita
bahwa balita usia 37-60 bulan dengan status gizi normal sebanyak 15 (78,9%) balita, status
gizi pendek sebanyak 3 (15,8%) balita dan status gizi sangat pendek terbanyak prosentasenya
Anak yang berusia 0-6 bulan tidak terdapat masalah status gizi dengan indikator TB/U
karena pada ASI sudah dapat memenuhi semua kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan dalam 1
hari. Pada balita >6 bulan sampai dengan 60 bulan membutuhkan asupan protein, zink serta
Fe yang sangat penting untuk pertumbuhan balita khususnya untuk tinggi badan seorang
anak. Apabila seorang anak telah menginjak usia >6 bulan maka asupan ASI tidak cukup
gizi normal sebanyak 17 (89,5%) balita, status gizi kurus yang terbanyak pada umur 25-36
bulan sebanyak 2 (16,7%) balita dan status gizi sangat kurus terbanyak 1 (12,5%) balita.
Dalam survei ini penilaian status gizi menggunakan metode antropometri. Data yang
diambil meliputi berat badan dan panjang badan yang menggunakan indeks BB/PB (Berat
Badan menurut Panjang Badan) atau BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan).
Tabel III.16 Distribusi Responden berdasarkan LILA Ibu Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Keterangan Nilai
Minimum 23,5
Maximum 38,0
Rata-rata 28,1
Berdasarkan hasil survei terhadap LILA ibu balita yang ada di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah 100 % tidak KEK (Kekurangan Energi
Kronik). LILA ibu balita dikatakan tidak KEK apabila ≥23,5 cm, sehingga dapat
disimpulkan nilai minimum LILA ibu balita adala 23,5 cm dan nilai maximumnya adalah
38cm dengan nilai rata-rata LILA ibu balita yaitu 28,1 cm.
LILA normal merupakan hal penting yang harus di penuhi oleh wanita yang akan
yang akan digunakan sebagai cadangan energi untuk janinnya ketika masa kehamilan.
gizi kurus, sebanyak 32 (100%) ibu balita berstatus gizi normal, sebanyak 2 (100%) ibu balita
berstatus gizi gemuk dan sebanyak 9 (100%) ibu balita berstatus gizi gemuk sekali.
IMT secara genetik akan berpengaruh terhadap BB anak, karena salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi BB anak adalah genetik dari kedua orangtuanya selain itu juga
Tabel III.18 Distribusi Kejadian Sakit 3 Bulan Terakhir Balita di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Kategori n %
Ya 41 82,0
Tidak 9 18,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas kejadian sakit 3 bulan terakhir pada balita di Desa Murukan
kecamatan Mojoagung balita yang mengalami sakit terdapat 41 balita (82%). Hal ini
disebabkan karena adanya perubahan cuaca (musim pancaroba) sehingga banyak sekali balita
yang sakit.
Cuaca akan berpengaruh terhadap kesehatan balita jika kesehatan balita tidak di jaga
oleh orang tuanya akan menyebabkan balita sakit, dikarenakan adannya perubahan cuaca
b. Frekuensi Sakit
Tabel III.19 Distribusi Frekuensi Sakit pada Balita di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Frekunsi Sakit n %
1 kali 18 36,0
2 kali 16 32,0
>3 kali 7 14,0
Tidak sakit 9 18,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas frekuensi sakit yang paling tinggi adalah 1 kali sebanyak 18
balita (36%), yang paling sedikit dengan frekuensi >3 kali. Hal ini disebabkan karena
perilaku hidup yang kurang bersih dan sehat seperti halnya mencuci tangan sebelum makan
dan menutup pada saat batuk dan bersin. Kebiasaan hal kecil tersebut jika sering dan biasa
dilakukan maka akan menurunkan angka frekuensi sakit anak. Pada dasarnya virus dapat
Tabel III.20 Distribusi Sakit yang diderita pada Balita di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Sakit yang diderita n %
Batuk pilek 32 64,0
Diare 1 2,0
ISPA 2 4,0
Lainnya (Typus) 6 12,0
Tidak sakit 9 18,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel di atas sakit yang diderita balita di Desa Murukan yang paling
banyak adalah batuk dan pilek yaitu sebanyak 32 balita (64%), diare yang terjadi di Desa
Murukan hanya ada 1 balita (2%). Sakit yang diderita balita di Desa Murukan yang paling
banyak batuk dan pilek. Hal ini dapat disebabkan karena daya imun yang rendah serta
penyebaran kuman yang sangat cepat yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat
tinggal balita. Frekuensi sakit pada jenis sakit tertentu yang terlalu sering bisa mengakibatkan
a. Pola Makan
Tabel III.21 Distribusi Pola Makan Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016
diberikan sudah tepat yaitu sebanyak 43 orang balita (86,0%), macam bahan makanan pada
balita yang paling banyak kurang tepat yaitu sebanyak 31 orang balita (62%) dan dari
frekuensi makan yang paling banyak dengan kategori tepat sebanyak 34 orang balita (68,0%).
Sedangkan jika dilihat dari pola makan ada salah satu dari bentuk makanan, macam bahan
makanan dan frekuensi makan yang kurang tepat maka pola makan dapat disimpulan kurang
tepat. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
yang tepat untuk balita sehingga sebagian besar ibu hanya memberikan makanan yang ada
Bentuk makanan utama untuk balita di Desa Murukan kecamatan Mojoagung sudah
tepat sesuai dengan umur tetapi masih ada juga balita yang tidak tepat bentuk makanannya
yang kental dari orangtua tentang pemberian makanan pada balita. Macam bahan makanan
yang diberikan untuk balita ibu menyesuaikan sesuai dengan kesukaan balita bukan sesuai
dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh balita, maka dari itu macam bahan makanan yang
dikonsumsi oleh balita tidak beragam sehingga banyak yang kurang tepat. Dari hasil
frekuensi makan dan selingan sudah sesuai dengan ketepatan frekuensi makan sesuai umur
balita.
2. Pemberian ASI
Tabel III.22 Distribusi Usia Pertama Balita diberikan Makan di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Usia Balita n %
<6 bulan 19 38,0
6 bulan 25 50,0
>6 bulan 2 4,0
Belum diberikan makanan 4 8,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel III.22 dapat dilihat bahwa balita usia pertama diberikan makan
dengan usia 6 bulan yaitu sebanyak 25 orang dengan prosentase 50 %. Balita belum diberikan
makan sebanyak 4 orang dengan prosentase 8%. Hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu
balita yang ada di Desa Murukan baik sehingga para ibu di Desa Murukan mengetahui bahwa
usia pertama kali diberikan adalah usia 6 bulan, tetapi masih terdapat ibu-ibu yang
menerapkan MP-ASI dini karena masih terdapat keluarga yang bukan inti yang dipengaruhi
oleh keluarganya. Balita yang belum diberikan makan karena pada saat SMD masih terdapat
Tabel III.23 Distribusi Status Pemberian ASI di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016
Mojoagung Kabupaten Jombang untuk saat ini status pemberian ASI yang paling tinggi
adalah sudah tidak ASI sebanyak 31 balita (62%), sedangkan yang masih ASI saat ini 19
balita (38%). Hal ini disebabkan karena usia balita yang menjadi sampel usia >24 bulan
sebanyak 31 balita sehingga balita dengan usia >24 bulan hanya mengkonsumsi makanan
utama dan selingan tanpa bantuan konsumsi dari ASI. Namun masih terdapat balita yang
tidak mendapatkan ASI dikarenakan ada beberapa faktor yaitu ibu merasa ASI tidak cukup,
c. Usia Penyapihan
Usia Penyapihan n %
Tidak ASI sama sekali 3 6,0
1-3 bulan 5 10,0
4-6 bulan 2 4,0
7-9 bulan 1 2,0
10-11 bulan 0 0,0
12-18 bulan 1 2,0
19-24 bulan 2 4,0
>24 bulan 17 34,0
Masih memberikan ASI 19 38,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel III.24 usia penyapihan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang yang paling tinggi adalah masih memberikan ASI sebanyak 19 balita
(38%). Untuk balita usia penyapihan >24 bulan sebanyak 17 balita (34%), sedangkan yang
paling sedikit usia penyapihan pada balita berumur 7-9 bulan dan 12-18 bulan yaitu 1 orang
(2%). Hal ini disebabkan usia penyapihan paling banyak >24 bulan karena ASI diberikan
hingga usia 24 bulan, ketika ASI yang diberikan <24 bulan maka kebutuhan bayi kurang
memenuhi.
Mojoagung Kabupaten Jombang yang paling tinggi adalah belum menghentikan ASI, alasan
menghentikan ASI dengan menyapih sebanyak 15 orang (30%). Alasan menghentikan ASI
yang paling sedikit dikarenakan ibunya bekerja dan ada masalah pada payudara yaitu 2 orang
(4%). Masih terdapat balita yang sampai saat ini belum menghentikan ASI dikarenakan usia
balita yang menjadi sampel usia <24 bulan sebanyak 19 balita sehingga balita dengan usia
<24 bulan masih berhak mendapatkan ASI dari ibunya hingga 24 bulan. Namun masih
terdapat balita yang tidak mendapatkan ASI dikarenakan dari sampel yang digunakan usia
Tabel III.26 Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Balita di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
sebanyak 26 balita dengan persentase 52%, balita yang energinya normal sebanyak 4 balita
(8%), balita yang energinya di atas kecukupan sebanyak 1 balita dengan persentase 2%.
Asupan makan yang defisit pada balita yang dijadikan sampel di Desa Murukan
Kabupaten Mojoagung dikarenakan nafsu makan balita yang rendah dan balita lebih banyak
dan sering mengkonsumsi makan makanan ringan seperti chiki, permen, coklat dan wafer
sebanyak 21 balita dengan persentase (42%), balita yang energinya normal sebanyak 7 balita
(14%), balita yang energinya di atas kecukupan sebanyak 14 balita dengan persentase 28%.
Asupan protein yang defisit pada balita yang digunakan sebagai sampel dikarenakan
balita yang ada di Desa Murukan kecamatan Mojoagung rata-rata mengkonsumsi nasi dan
sayur saja melainkan proteinnya didapatkan dari lauk nabati. Namun ada juga yang tingkat
konsumsinya di atas kecukupan 14 balita (28%) itu dikarenakan konsumsi susu yang
Tingkat Konsumsi Fe n %
Kurang 32 64,0
Cukup 18 36,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui balita yang tingkat konsumsi Fe nya
kurang sebanyak 32 balita dengan persentase (64%). Hal ini disebabkan karena di desa
sangat kurang dan makanan yang dikonsumsi jarang mengandung Fe, sehingga tingkat
Tingkat Konsumsi Zn n %
Kurang 19 38,0
Cukup 31 62,0
Total 50 100,0
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat konsumsi Zn pada
balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang dengan kategori cukup
yang paling tinggi yaitu 31 balita (62%). Hal ini disebabkan karena konsumsi pada balita
yang ada di Desa Murukan banyak yang mengkonsumsi makanan yang tinggi akan Zn yaitu
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang dilihat dari makanan pokoknya balita
yang tidak memiliki permasalahan sebanyak 46 balita (94%) tetapi masih ada balita yang
memiliki permasalahan dalam konsumsi jenis makanan pokok yaitu sebanyak 4 balita (8%),
dilihat dari jenis sayurnya balita yang tidak memiliki permasalahan sebanyak 35 balita (70%)
dan balita yang memiliki permasalahan dalam konsumsi makanan pokok yaitu sebanyak 15
balita (70%), dilihat dari jenis lauk hewani dan nabatinya balita yang tidak memiliki
permasalahan sebanyak 7 balita (14%), dan dilihat dari jenis buah yang dikonsumsi balita
yang tidak memiliki permasalahan masing-masing sebanyak 40 balita (80%) dan balita yang
Dari permasalahan yang ada pada makanan pokok balita sudah ada upaya yang
dilakukan oleh ibu balita yaitu jika balita tidak mau makan makanan pokok, ibu tetap
berusaha memberikan makanan pokok dengan cara mengajak anak jalan-jalan agar mau
makan. Untuk lauk hewani, tidak ada upaya yang dilakukan oleh ibu balita dikarenakan
kurangnya pengetahuan ibu tentang pengolahan lauk hewani yang dapat meningkatkan nafsu
makan anak. Sedangkan untuk buah dan sayur, ada masalah tapi tidak ada upaya dari ibu
balita dikarenakan oleh kebiasaan makan masyarakat di desa Murukan yang tidak terbiasa
mengkonsumsi buah setiap hari. Hal ini juga disebabkan oleh faktor pendapatan masyarakat
a. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan Kehamilan n %
Sesuai 43 86,0
Kurang sesuai 7 14,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 43 (86,0%) ibu pada saat
hamil memeriksakan kehamilannya telah sesuai, namun sebanyak 7 (14,0%) ibu saat hamil
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang telah memiliki kesadaran yang tinggi tentang
kesadaran kesehatan untuk ibu dan bayi yang ada di dalam kandungan sehingga pemeriksaan
pada saat kehamilannya sesuai dengan jadwal pemeriksaan tetapi juga ada yang kurang sesuai
dikarenakan masih terdapat ibu hamil yang memiliki kesadaran yang rendah tentang
Ibu balita yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang
dari 50 sampel yang telah mengikuti survei mawas diri semua ibu balita mendapatkan TTD.
Rutinitas meminum TTD terdapat 28 ibu balita yang tidak rutin mengkonsumsi TTD dan 22
ibu balita rutin mengkonsumsi TTD. Hal ini disebabkan karena berbagai alasan yang
diberikan oleh ibu balita salah satunya karena bosan untuk mengkonsumsi setiap hari, dan
Imunisasi TT n %
Ya 39 78,0
Tidak 11 22,0
Total 50 100,0
balita (78%), sedangkan yang tidak mendapatkan imunisasi TT yaitu 11 ibu balita (22%). Hal
ini disebabkan karena ibu balita pada saat hamil mempercayakan kepada tenaga kesehatan
sehingga mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan tentang imunisasi TT, tetapi juga
d. Penolong Persalinan
Tabel III.33 Distribusi Penolong Persalinan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016
Penolong persalinan n %
Dokter spesialis kandungan 10 20,0
Dokter umum 4 8,0
Bidan 36 72,0
Petugas Kesehatan Lainnya 0 0,0
Dukun 0 0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 36 ibu balita (72%) saat
persalinan ditolong oleh bidan, sebanyak 10 ibu balita (20%) saat persalinan ditolong oleh
dokter spesialis kandungan dan sebanyak 4 ibu balita (8%) saat persalinan ditolong oleh
dokter umum, untuk penolong petugas kesehatan lainnya, dan dukun 0. Hal ini disebabkan
karena kesadaran yang tinggi tentang kesehatan yang mempercayai petugas kesehatan untuk
Penerapan IMD n %
Ya 35 70,0
Tidak 15 30,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 35 (70%) ibu balita yang ada
di Desa Murukan menerapkan IMD, dan yang tidak menerapkan IMD 15 ibu balita (30%).
Dari hasil diatas dapat diketahui setelah ibu balita mengetahui tentang IMD, banyak ibu balita
yang ingin melakukan IMD hal ini dapat disebabkan karena ibu sudah mengetahui manfaat
tentang IMD.
tentang IMD sebanyak 9 ibu balita (60%), sedangkan tidak diinformasikan oleh petugas
kesehatan sebanyak 4 ibu balita (26,7%), dan untuk yang diinformasikan oleh petugas
kesehatan, tetapi tidak bersedia sebanyak 2 ibu balita (13,3%). Pada hasil diatas dapat
diketahui bahwa yang menyebabkan ibu balita tidak melakukan IMD dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan manfaat tentang IMD, dan kurangnya informasi yang didapat pada saat ibu
hamil.
g. makanan atau minuman yang pertama kali diberikan
Tabel III.36 Distribusi Makanan atau Minuman yang Pertama kali diberikan pada
Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang
Tahun 2016
minuman yang pertama kali diberikan oleh ibu saat anak baru lahir yaitu ASI, namun
sebanyak 13 (26%) makanan atau minuman yang pertama kali diberikan oleh ibu saat anak
<24 jam dari setelah melahirkan, namun sebanyak 13 (26%) ibu memberikan ASI 2 hari
setelah melahirkan. Pada hasil diatas dapat diketahui bahwa ibu balita sudah memberikan
ASI setelah anak lahir, hal ini disebabkan sudah baik tentang pengetahuan ibu tentang
Tabel III.38 Distribusi Bantuan Pertama kali memberi ASI di Desa Murukan
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
memberi ASI sebanyak 41 ibu balita (82%), dan yang tidak mendapatkan bantuan saat
a. Pemberian Imunisasi
Pemberian Imunisasi n %
Sesuai 49 98,0
Kurang sesuai 1 2,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 49 (98%) balita yang imunisasi
diberikan sesuai dengan umurnya, namun sebanyak 1 (2%) balita yang imunisasi kurang
sesuai dengan umurnya. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa pengetahuai ibu tentang
pemberian imunisasi yang diberikan kepada balita baik, dan kesadaran ibu balita tentang
kesehatan balita cukup tinggi hal ini ditandai dengan pemberian imunisasi yang diberikan
pemberian suplementasi vitamin a telah sesuai, sebanyak 3 (6%) balita kurang sesuai untuk
pemberian vitamin a namun sebanyak 5 (10%) balita belum mendapatkan supleman vitamin a
sudah sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan. hasil survey yang ada pada saat pemberian
3. Pemantauan Pertumbuhan
posyandu di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang sangat bagus karena
bulan mulai mengikuti posyandu, sebanyak 1 (2%) balita berusia 2-4 bulan mulai mengikuti
posyandu dan sebanyak 1 (2%) balita berusia >4 bulan mulai mengikuti posyandu. Hasil
survey diatas dapat diketahui bahwa kesadaran ibu balita sangat tinggi sehingga balita yang
terdaftar di posyandu sejak umur 0-1 bulan. Kesadaran ibu sangat baik dikarenakan balita
umur 0-1 bulan sudah mulai mengikuti posayandu untuk mengetahui perkembangan dan
menimbang 6 kali dalam 6 bulan terakhir, sebanyak 10 (20%) balita frekuensi menimbang 4-
5 kali dalam 6 bulan terakhir dan sebanyak 16 (32%) balita frekuensi menimbang 1-3 kali
dalam 6 bulan terakhir. Dalam jadwal penimbangan yang rutin ketika balita berat badannya
tidak naik 2x maka dapat diberikan penyuluhan oleh kader tentang perkembangan dan
pertumbuhan balita tersebut. Ketika tidak rajin datang ke posyandu maka tidak dapat
Tabel III.44 Distribusi Tindakan Penanganan Anak Saat Sakit oleh Keluarga di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
dibawa ke bidan, namun sebanyak 3 (6%) balita saat sakit diberikan pengobatan sendiri.
Kesadaran tentang penanganan anak saat sakit di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang sudah bagus sebagian besar sudah memeriksakan kepada petugas
kesehatan, ibu- ibu sudah tanggap bagaimana cara menangani anak sakit, namun masih perlu
ditekankan untuk ibu-ibu yang masih memberikan pengobatan sendiri kepada balitanya. Perlu
Tabel III.45 Distribusi Pemberian ASI Saat Anak Sakit di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
diberikan ASI oleh ibu dan sebanyak 4 (8%) balita saat sakit ASI dihentikan sementara oleh
ibu.
diberikan makanan biasa dan sebanyak 2 (4%) ibu saat anak sakit diberikan makanan khusus
(padat gizi).
Kabupaten Jombang cukup baik karena meskipun anak sakit ibu masih berusaha memberikan
membangitkan nafsu makan anak setelah sakit dengan cara mengajak bermain/jalan-jalan dan
sebanyak 1 (2%) ibu balita membangitkan nafsu makan anak setelah sakit dengan cara
memberi jamu
1. Kebersihan Diri
a. Frekuensi Mandi
Frekuensi mandi n %
1 kali 1 2,0
2 kali 36 72,0
>2 kali 13 26,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat sebanyak 36 (72%) balita dalam sehari mandi 2
kali, sebanyak 13 (26%) balita dalam sehari mandi >2 kali namun sebanyak 1 (2%) balita
menggunting kuku 2 kali dalam seminggu, namun sebanyak 1 (2%) ibu balita saat
celana/popok anak 2 kali dalam sehari, sebanyak 15 (30%) ibu balita mengganti celana/popok
anak segera setelah anak buang air/BAB dan sebanyak 1 (2%) ibu balita mengganti
hidung anak sakit membersihkan dengan tissu, sebanyak 14 (28%) ibu balita saat hidung anak
sakit membersihkan dengan tangan dan sebanyak 13 (26%) ibu balita saat hidung anak sakit
tangan anak saat naka mau makan, sebanyak 13 (26%) ibu balita mencuci tangan anak saat
selesai melakukan kegiatan namun sebanyak 10 (20%) ibu balita tidak biasa mencuci tangan
mencuci tangan anak dengan air mengalir namun tidak menggunakan sabun, namun sebanyak
5 (10%) ibu balita saat mencuci tangan tidak dengan air yang mengalir.
2. Kebersihan Diri Ibu
Tabel III.55 Distribusi Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Kebiasaan
Kondisi Ya Kadang-Kadang Tidak
n % n % n %
Saat akan menyusui 18 36,0 18 36,0 14 28,0
Saat memulai memasak makanan 29 58,0 20 40,0 1 2,0
Saat menyiapkan makanan anak 32 64,0 15 30,0 3 6,0
Saat menyuapi makanan anak 37 74,0 13 26,0 0 0,0
Saat setelah BAK/BAB 50 100,0 0 0,0 0 0,0
Berdasarkan tabel diatas, kebiasaan ibu saat akan menyusui masih terdapat ibu yang
tidak mencuci tangan sebesar 28,0%. Kebiasaan ibu mencuci tangan saat memulai memasak
makanan sebagian besar mencuci tangan sebesar 58,0%. Saat menyiapkan makanan anak
sebagian besar ibu mencuci tangan sebesar 64,0%, namun masih ada ibu yang kadang-kadang
mencuci tangan saat menyiapkan makanan anak sebesar 30,0%. Sebagian besar ibu mencuci
tangan saat menyuapi makanan anak sebesar 74,0%, namun masih ada ibu yang kadang-
kadang mencuci tangan saat menyuapi makanan anak. Kebiasaan ibu mencuci tangan saat
Tabel III.56 Distribusi Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
pengetahuan gizi baik dan sebanyak 3 (6%) ibu balita memiliki pengetahuan gizi kurang baik.
b. Pengetahuan Gizi Ibu
a. Kesimpulan Lingkungan
Tabel III.57 Distribusi Kesimpulan Lingkungan di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
Kesimpulan Lingkungan n %
Kurang 4 8,0
Cukup 26 52,0
Baik 20 40,0
Total 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 26 (52%) lingkungan rumah
ibu balita masuk dalam kategori cukup, sebanyak 20 (40%) lingkungan rumah ibu balita
masuk dalam kategori baik namun sebanyak 4 (8%) lingkungan rumah ibu balita mausk
50
45
40
35
30
25
20
15
10 Skor 3
5
0 Skor 2
Skor 1
IX. KADARZI
Tabel III.58 Distribusi Kesimpulan Keluarga Sadar Gizi di Desa Murukan Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016
b. Pencapaian Kadarzi
Tabel III.59 Distribusi Pencapaian Kadarzi di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Tahun 2016
balita menimbang secara teratur >4 kali dalam 6 bulan terakhir, ASI eksklusif sebanyak 29
(58%) ibu balita memberikan ASI saja mulai lahir sampai dengan usia 6 bulan, makan
beragam 43 (86%) keluarga ibu balita tidak makan makanan beragam, dan garam yaodium
1. Usia
Berdasarkan hasil analisa yang ada dapat disimpulkan bahwa kategori usia ibu hamil
yang ada di Desa Murukan yang terbagi menjadi tiga dusun yaitu Murukan Utara, Murukan
Selatan dan Mulangagung adalah sebagian ibu hamil dengan usia >20 – 30 tahun memiliki
angka persentase tertinggi yakni 50% dan ibu hamil dengan usia >30 – 40 tahun
mendapatkan persentase sebesar 35% kemudian yang terakhir adalah ibu hamil dengan usia
<20 tahun adalah 3%, sehingga kemungkinan resiko kerawanan gizi masih dapat terjadi pada
ibu hamil.
Tabel III.60 Distribusi Frekuensi Usia Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016
Menurut notoadmojo (2003) umur merupakan periode terhadap pola kehidupan baru
dan harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu
yang dimiliki.
Saat berusia > 20 tahun maka kondisi fisik perempuan sangat prima dan mengalami
puncak kesuburan. Keuntungan hamil diusia > 20 tahun adalah resiko kegugurannya yang
minimal, hal ini disebabkan karena sel telur relative muda sehingga kuat meski pada trimester
pertama. Perlu diakui bahwa usia paling ideal untuk melahirkan adalah usia 20 tahun, karena
pada usia ini tubuh wanita berada pada kondisi optimal untuk menerima perubahan.
Sementara usia 30 – 35 tahun, wanita mengalami masa transisi memasuki fase rawan dalam
kehamilan, namun kondisi ini bisa normal apabila kondisi tubuh dan kesehatan ibu hamil
Dari hasil survei yang terdapat di Desa Murukan Mojoagung Jombang usia ibu hamil
yang tertinggi terdapat pada usia >20-30 usia tersebut sudah sesuai untuk seorang wanita
yang telah menikah dan mempunyai anak, karena pada usia tersebut angka kejadian resiko
kerawanan gizi pada ibu hamil dapat ditekan. Seorang wanita yang hamil di usia <20 tahun
akan berdampak pada pola pikir untuk pengasuhan anak apabila anak telah lahir, sehingga
2. Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil analisa yang ada dapat disimpulkan bahwa kategori pendidikan ibu
hamil yang ada di Desa Murukan adalah sebagian besar adalah tamatan SMA / sederajat yaitu
sebanyak 11 orang dengan persentase sebesar 55%, SMP / sederajat adalah sebanyak 7 orang
dengan persentase sebesar 35%, dan untuk pendidikan SD / sederajat dan perguruaan tinggi
Tabel III.61 Distribusi Frequensi pendidikan ibu hamil di Desa Murukan Tahun 2016
Kategori n Persentase (%)
SD / Sederajat 1 5
SMP / Sederajat 7 35
SMA / Sederajat 11 55
Perguruan Tinggi 1 5
Total 20 100
Berdasarkan penyajian tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil di
Desa Murukan Mojoagung Jombang berpendidikan SMA / Sederajat. Semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu maka semakin memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman. Pada
pendidikan ibu yang berhenti pada tamatan SMA / Sederajat akan lebih luas pengetahuan
serta pengalamannya bila dibandingkan dengan ibu – ibu yang memiliki tingkat pendidikan
sampai SMP, SD / Sederajat karena jika berhenti pada jenjang pendidikan ini relatif kurang
berkembang.
3. Jumlah Anak
diketahui bahwa ibu yang belum punya anak dan yang sudah mempunyai anak 1 – 2 orang
Tabel III.62 Distribusi Frequensi Jumlah Anak pada Ibu Hamil di Desa Murukan
Tahun 2016
Kategori n Persentase (%)
Belum Punya 10 50
1-2 Orang 10 50
Total 20 100
Jumlah anak yang telah terlahir sangat dipengaruhi oleh usia ibu karena dalam survei
ini ditemukan hampir 50% usia ibu balita adalah berusia > 20 – 30 tahun, pada usia itu adalah
usia yang tepat untuk seorang wanita menikah dan punya mempunyai seorang anak. Tidak
menutup kemungkinan apabila jumlah anak yang lahir telah lebih dari 1 di < 20 tahun, hal
tersebut dapat dipengruhi oleh usia kedua orang tua saat menikah dan usianya saat pertama
Tabel III.63 Distribusi Usia Kehamilan Ibu Hamil yang Ada di Desa Murukan.
Kategori n Prosentase (%)
3 1 5
4 1 5
4,5 1 5
6 1 5
7 4 20
7,5 1 5
8 5 25
9 6 30
Total 20 100
Dari hasil yang diteliti di Desa Murukan Mojoagung Jombang, sebagian besar ibu
hamil dengan usia kehamilan yaitu pada usia 9 bulan terdapat 6 orang ibu hamil dengan
prosentase sebesar 30%, pada usia kehamilan 8 bulan terdapat 5 orang ibu hamil dengan
prosentase 25%, pada usia kehamilan 7 bulan terdapat 4 orang ibu hamil dengan prosentase
sebesar 20%, dan pada usia kehamilan 3, 4, 4, 5, 6, dan 7,5 masing – masing terdapat 1 orang
kali tiap trimester atau dilakukan tiap bulan, sehingga bila semakin tua usia kehamilan ibu
maka seharusnya pemeriksaan kehamilan minimal yang seharusnya sudah dilakukan adalah 9
kali pemerisaan. Penambahan berat badan apabila berat badan sebelum hamil ibu adalah
pertambahan berat badan adalah 0,5 kg/ minggu, BB rendah adalah 13 – 18 kilogram dengan
kecepatan pertambahan berat badan adalah 0,4 kg/ minggu, BB lebih adalah 7 – 11 kilogram
dengan kecepatan pertambahan berat badan adalah 0,3 kg/ minggu dan untuk ibu hamil
dengan berat badan obesitas adalah 5 – 9 kilogram dengan kecepatan pertambahan berat
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Desa Murukan khusunya pada
20 ibu hamil dari tiga dusun yang ada maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu
hamil yang ada di Desa Murukan sedang mengandung anak pertama yaitu sebanyak 10 orang
dengan persentase sebesar 50%, sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 30 % adalah
sedaang mengandung anak ke 2 kemudian yang terakhir adalah sebanyak 4 orang sedang
Tabel III.64 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak yang Lahir Pada Ibu Hamil di Desa
Murukan Tahun 2016
Kategori n Persentase (%)
1 10 50
2 6 30
3 4 20
Total 20 100
Pada saat survei ditemukan ibu hamil sebagian besar adalah berusia >20 – 30 tahun,
menurut program BKKBN usia minimal untuk perempuan yang akan menikah adalah
minimal 21 tahun karena pada usia tersebut sistem reproduksi wanita dianggap sudah siap
untuk menjalani kehamilan dan dapat menekan angka resiko kematian ibu dan janin. Bukan
hal yang tabu apabila seorang wanita yang sebagian besar berusia > 20 – 30 tahun baru
6. Status Gizi
Dari data status gizi ibu hamil yang ada dengan pengukuran yang dilakukan
menggunakan parameter LiLA (Lingkar lengan atas) sehingga di dapatkan hasil analisa yaitu
100% normal, hal ini dapat dikatakan normal apabila nilai lingkar lengan yang terukur adalah
> 23,5 cm sehingga status gizi ibu hamil dapat dikatakn nomal atau/ tidak KEK. Rentang
nilai status gizi (LiLA) ibu hamil yang terendah adalah 23,50 cm dan yang tertinggi adalah
35,50 cm dengan nilai rata – rata LiLA yang ada adalah 27,98.
Tabel III.65 Nilai Minimum, Maximum dan Rata – Rata Status Gizi Ibu Hamil
(LiLA)
Kategori n
Minimum 23,50
Maximum 35,30
Rata – Rata 27,98
Status gizi ibu hamil yang dilihat dari pengukuran lingkar lengan memiliki nilai
normal yaitu 23,5 cm. Ibu hamil yang tidak KEK dapat mengurangi angka kelahiran bayi
yang tidak BBLR, karena pada lingkar lengan atas yang terdapat pada ibu hamil
menunjukkan simpanan cadangan energi yang cukup ketika ibu hamil memasuki usia tiga
bulan pertama dan ibu sedang mengalami mual dan muntah sehingga asupannya berkurang
maka cadangan lemak yang ada di lengaan atas ibu yang diambil untuk kebutuhan zat gizi
janinnya.
7. Riwayat Keguguran
Dari data yang diperoleh saat melakukan survei mawas diri pada ibu hamil tentang
riwayat keguguran yang pernah dialami ditemukan bahwa dari 20 ibu hamil yang ada
ditemukan 2 ibu hamil dengan persentase sebesar 90% pernah mengalami keguguran dan
sisanya adalah 18 orang dengan persentase sebesar 90% tidak pernah mengelami keguguran.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang ada di Desa Murukan
Tabel III.66 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak yang Lahir Pada Ibu Hamil di Desa
Murukan Tahun 2016
Kategori n %
Pernah 2 10
Tidak Pernah 18 90
Total 20 100
Keguguran merupakan berhentinya tumbuh kembang janin secara spontas pada usia
dini yaitu dibawah usia kehamilan 20 minggu, keguguran dapat terjadi secara berulang dalam
arti kata dapat terjadi lebih dari 1 kali. Keguguran yang berulang akan berbeda dengan
keguguran yang terjadi hanya 1 kali meskipun angka kejadian keguguran berulang adalah
1%. Faktor yang dapat menyebabkan keguguran adalah pengentalan darah hal ini berarti akan
mempengaruhi pasokan zat gizi atau oksigen ke janin melalui plasenta sehingga janin
mengalami keguuran, rahim kurang subur hal ini disebabkan karena emrio melekat pada
rahim dengan kualitas rendah sehingga embrio tidak tumbuh dan melekat dengan baik, mulut
rahim yang lemah hal ini dapat disebabkan karena ulut rahim yang membuka ketika usia
pertengahan kehamilan sehingga mulut rahim tidak dapat bertahan karena desakan janin atau
pergerakan janin, Tekanan mental atau stres yang berlebihan akan mengakibatkan keguguran
yang berulang. Pntingnya mengetahui penyebab keguguran adalah untuk dapat mencagah
atau meminilisir angka keguguran karena keguguraan pada ibu hamil dapat terjadi berulang
8. Garam Yodium
Dari data penggunaan garam beryodium yang ada pada saat survey lapangan yng ada
dengan melakukan iodina test sehingga didapatkan hasil 100 % ibu hamil yang ada di Desa
beryodium apabila pada saat survey garam – garam yang dipakai oleh ibu hamil adalah
Yodium merupakan zat gizi mikro yang juga penting diperlukan oleh ibu hamil selain
ibu menyusui dan balita zat gizi tersebut adalah penting untuk pertumbuhan otak pada janin
serta yodium juga dapat membantu metabolisme karoten menjadi bentuk aktif vitamin A.
Kekurangan zat gizi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami abortus atau anak yang
terlahir menjadi terganggu pertumbuhan tinggi badannya selain itu kekurangaan yodium
pada usia 15 minggu kehamilan akan berakibat pada perkembangan sistem saraf pusat yang
dipengaruhi oleh kelenjar tiroid sebagai akibat gangguan pada kelenjar tiroid.
Pada survei yang dilakukan pada 20 ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan yang
dipercaya adalah menunjukkan 20 orang dengan persentase 100% adalah percaya pada
petugas kesehatan dan tidak ada yang memeriksakan kehamilannya pada dukun beranak
meskipun letak serta adat dan kepercaayaan yang ada di Desa Murukan masih kental.
Kepercayaan ibu hamil kepada petugas kesehatan ini adalah sebagai akibat akses kesehatan
Tabel III.68 Distribusi Frekuensi Tempat Pemeriksaan Pada Ibu Hamil di Desa
Murukan Tahun 2016
Kategori n %
Petugas Kesehatan 20 100
Dukun 0 0
Belum Pernah Periksa 0 0
Total 20 100
Murukan adalah 100% percayaa pada tenaga kesehatan yang ada. Tenaga kesehatan seperti
bidan atau mantri yang ada adalah tenaga ahli pada bidangnya khususnya bidan yang benar –
benar mengerti permasalah yang ada pada ibu hamil sehingga kepercayaan kuno yang
perolehan sumber informasi yang mudah untuk diakses. Dukun beranak memerik ibu – ibu
hamil berdasarkan ilmu terapan yang dilihat pada nenek moyang sebelumnya namun cara ini
tidaklah benar untuk dilakukan pada ibu hamil dengan masalah kehamilan tertentu karena
Pada survei yang telah dilakukan pada 20 ibu hamil yang ada di Desa Murukan
kehamilan yang dilakukan pada ibu hamil menunjukkan hasil 65 % dengan 13 orang ibu
hamil yaitu menunjukkan pemeriksaaan kehamilan yang telah sesuai namun sisa persentase
yaitu 35% dengan jumlah 7 orang ibu hamil menunjukkan bahwa pemeriksaannya tidak
sesuai.
Tabel III.69 Distribusi Frekuensi Periksa Sesuai Umur Kehamilan Pada Ibu Hamil di
Desa Murukan Tahun 2016
Kategori n %
Sesuai 13 65
Tidak sesuai 7 35
Total 20 100
Pemeriksaan kehamilan atau yang dalam bahasa medisnya adalah Ante Natal Care
(ANC) sangat disarankan bagi ibu hamil hal ini bertujuan agar kesehatan ibu dan janin yang
dilakukan secara rutin sehingga dokter atau bidan bisa melakukan tindakan tepat jika terjadi
sesuatu keadaan yang tidak di inginkan. Maanfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk
mempertahankan kondisi fisik dan mental dari ibu hamil, membantu ibu dan janin agar dalam
proses kelahirannya lancar, untuk mengetahui zat gizi penting yang dibutuhkan oleh ibu dan
janin selama masa kehamilan, mendeteksi berbagai masalah yang berkaitan dengan masa
kehamilan yang sering muncul selama masa kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan dalam
masa kehamilan ada tiga tahap yang pertama adalah pemeriksaan kehamilan dini aantara usia
kehamilan 0 – 3 bulan dalam tahapan ini yang diperiksa adalah : daftar riwayat hidup, usia
tahap ke dua adalah dilakukan pada usia kehmilan 4 – 6 bulan, yang diperiksa dalam usia
kehamilan ini adalah : anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan kahamilan tahap ke tiga ini dilakukan pada usia
kehamilan mulai menginjak usia 32 minggu, hal yang diperiksa adalah : anamnesa,
3. Imunisasi TT
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari survei mawas diri yang dilakukan di Desa
Murukan dapat diketahui bahwa dari 20 ibu – ibu hamil di Desa Murukan teerdapat 17 orang
dengan persentase yaitu 85% ibu hamil telah mendapatkan imunisasi TT atau yang disebut
sebagai Tetanus Toxoid dan ada 3 orang ibu dengan pesentase sebesar 15% ibu hamil belum
mendapatkan imunisasi TT. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang ada
Tabel III.70 Distribusi Imunisasi TT Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016
Kategori n %
Ya 17 85
Tidak 3 15
Total 20 100
Imunisasi TT atau Tetanus Toxoid adalah berfungsi untuk mencegah penyakit tetanus
untuk bayi yang akan dilahirkannya. Tetanus adalah penyekit yang disebabkan kerena bakteri
clostridium tetani yang masuk melalui luka yang terbuka yang menghasilkan racun kemudian
menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini biasanya terdapat di tanah tetapi juga dapat terdapat
pada debu, pupuk, kotoran hewan dan sampah. Penyakit teetanus yang menyerang bayi yang
baru lahir biasa disebut teetanus neonatorum hal ini dapat disebbkan karena kurang steril dari
alat – alat persalinan yang ada dan dapaat juga karena ibu yang terserang tetanus pada saat
kehamilannya. Salah satu beentuk pencegahan firus tetanus untuk ibu hamil adalah dengan
menjaga kebersihan, melahirkan ditolong dengan tenaga yang profesional serta yang
terpenting adalah melakukan imunisasi TT. Perlu diktahui bahwa imunisasi TT dapat
Muntah
Hasil dari survei lapangan, dapat diketahui mengenai nafsu makan ibu hamil,
pantangan makan serta kejadian mula dan muntah selama hamil adalah terdapat 11 ibu hamil
nafsu makannya meningkat selama kehamilan namun ada juga ibu yang mengaku mengelami
penurunan nafsu makan selama hamil yaitu sebesar 15% (3 orang), sebagian besar ibu hamil
di Desa Murukan tidak ada pantangan makan namun dari 20 ibu hamil terdapat 1 ibu hamil
yang mengalami pantangan makan yaitu adalah pantangan terhadap kemangi, dari 20 ibu
hamil sebagian besar ibu hamil mengalami mual dan muntah yaitu sebanyak 15 orang dengan
persentase sebesar 75% dan terdapat 5 orang dengan persentase 25% mengaku tidak
Tabel III.71 Distribusi Jumlah Makanan Saat Hamil Pada Ibu Hamil di Desa Murukan
Tahun 2016
Kategori n %
Lebih Sedikit 3 15
Sama Saja 6 30
Lebih Banyak 11 55
Total 20 100
Nafsu makan ibu hamil yang ada di Desa Murukan adalah sebaagian besar meningkat
karena ibu hamil juga menghidupi janin yang ada di dalam rahimnya ssehingga ibu hamil
cenderung merasakan lapar. Ibu hamil yang ada di Desa Murukan mengaku masih mengalami
mual dan muntah sehingga kejadian ini juga dapat berakibat pada nafsu makan ibu hamil.
Pantangan terhadap makanan tertentu akan berakibat pada asupan makanan yang dimakan
oleh ibu hamil hal tersebut disebabkan karena ibu hamil mengalami pembatasan makanan
selain itu kejadian mual dan muntah juga dapat mempengaruhi nafsu makan ibu hamil.
Asuoan yang diasup oleh ibu hamil sangatlah penting bagi perkembangan janin, pemilihan
makanan yang berkualitas tinggi juga sangat penting. Pada trimester awal kehamilan adalah
masa dimana otak janin mulai tumbuh dan berkembang dengan pesat hal ini ditandai dengan
bentuk pertumbuhan terbesar pada janin pada trimester pertama adalah bagian kepala, dimana
pada trimester ini sangat dibutuhkan makanan dengan kualitas terbaik dapat diberikan
terhadap ibu hamil. Sumber protein hewani seperti daging, ikan dan unggas sangat membantu
dalam pertumbuhan otak janin selama dalam masa pertumbuhan dalam rahim.
Dari survei yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil
mengenai IMD atau insiasi menyusu dini adalah memeiliki perbandingaan yang sama yaitu
50% dan 50%. Ibu yang tidak mengetahui tentang IMD maka dijelaskan mengenai IMD dan
didapatkan hasil mengenai rencana IMD. Dari 20 ibu hamil yang ada di Desa Murukan
terdapat 19 ibu yang berniat untuk melakukan IMD namun ada juga 1 ibu yang tidak
IMD atau inisiasi menyusu dini adalah sebuah tindakan yang sudah banyak dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang membantu persalinan. Kegiatan ini terdapat banyak manfaat salah
satunya adalah membangun batin daan kasih sayang antara ibu dan anak, selain itu bayi yang
baru lahir dan di taruh di dada ibu untuk menyusu akan membentu asi cepat keluar. ASI yang
pertama keluar dari ibu yang biasanya berwarna keruh adalah kolostrum yang banyak
mengandung zat kekebalan bagi bayi sehingga bayi tidak mudah sakit.
Berdasarkan hasil SMD yang telah dilakukan pada 20 ibu hamil bahwa 100 % ibu
hamil yang ada di Desa Murukan berencana untuk menyusui anaknya. Ibu – ibu yang
berencana untuk menyusui anaknya memiliki rencana rentang waktu yang berbeda – beda
untuk menyusui sehingga didapatkan tiga golongan lama menyusui anaknya yaitu dibagi
menjadi < 12 bulan, < 24 bulan dan > 24 bulan. Dari hasil survei yang dilakukan hasil
terbanyak adalah menyusui dengan lama rentang waktu yaitu > 24 dengan persentase 85%
yaitu 17 orang ibu hamil. Terbesar keduaa adalah < 12 bulan yaitu dengan persentase 10%
dengan jumlah 2 orang dan yang terakhir adalah < 24 bulan yaitu dengan persentase 5%
Tabel III.72 Distribusi Rencana Menyusui Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun
2016
Kategori Lama Menyusui Total
<12 (n) % < 24 (n) % >24 (n) % n %
Ya 2 10 1 5 17 85 20 100
Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0
Rentang waktu lama menyusui ini berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hasil
penelitiaan menunjukkan bahwa 85% ibu hamil berencana untuk menyusui anaknya hingga
< 12 dan > 24 bulan hal ini memungkinkan ibu untuk melakukan ASI ekslusif namun untuk
ibu yang berencana menyusui anaknya < 12 bulan masih terdapat kemungkinan bahwa ibu
tidak melakukan ASI ekslusif. ASI ekslusif ini penting untuk bayi hingga berusia 6 bulan,
ASI ekslusif ini memiliki arti bahwa anak hanya diberikan air susu ibu tanpa tambahan
makanan atau minuman lain hingga anak berusia 6 bulan, hal ini tidak berati pada anak usia >
6 bulan karena pada usia ini anak membutuhkan makanan pendamping ASI bukan makanan
pengganti ASI sehingga peran ASI juga masih dibutuhkan bayi untuk memenuhi setengah
dari kebutuhannya, ketika anak mulai menginjak usia 1 tahun maka ASI yang diberikan dari
ibu kepada anaknya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sekurang – kurang nya
adalah ¼ dari tingkat kebutuhan sehari yang ada sehingga sisa dari kekurangan yang ada
1. Pengetahuan Ibu
Berdasarkan data yang ada kemudian dianalisa dan disimpulkan bahwa pengetahuan
ibu hamil mengenai kehamilan serta perawatan kesehatan anak adalah sebagian besar baik
karena dari 20 responden yang ada di dapat 19 responden dengan persentase yaitu 95% baik
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu hamil yang ada di Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah Baik hal tersebut dapat di
pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan
SMA / Sederajat hal tersebut didukung oleh hasil survei mawas diri yang dilakukan pada
kelompok rawan gizi yaitu ibu hamil yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang.
1. Umur Kader
Umur kader posyandu dari 3 posyandu di wilayah Desa Murukan diketahui melalui
Tabel III.74 Distribusi Umur Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan
Mojoagung, Kabupaten Jombang 2016
Umur n %
< 20 tahun 0 0,0
20-30 tahun 4 26,7
30-40 tahun 5 33,3
40-50 tahun 6 40,0
>50 tahun 0 0,0
Total 15 100,0
Dari tabel frekuensi umur dapat dilihat sebagian besar kader posyandu di Desa
Murukan berumur 40-50 tahun sebanyak 6 orang kader (40,0%). Namun perlu diapresiasi
karena regenerasi kader di Desa cukup baik dengan adanya kader yang berumur 20-30 tahun
dari 35 tahun. Karena pada umur ini, maka dalam melakukan evaluasi yang dilakukannya
akan memberikan hasil yang cukup objektif (Sudarsono, 2010). Dalam pengisian KMS
memerlukan ketelatenan dan kebiasaan kader dalam mengisi KMS, mengisi KMS juga
diperlukan ilmu, ilmu didapat dari pengalaman yang dimiliki oleh kader, maka kader yang
Namun jika usia kader terlalu tua akan sulit untuk melakukan tugas – tugasnya,
seperti memasang dacin, sulit membaca angka pada batang dacin, sulit untuk mem-plot titik
berat badan pada KMS dan hal lainya yang membutuhkan ketelitian, karena kader yang sudah
berusia lanjut mungkin memiliki penglihatan yang menurun. Dengan bertambahnya umur
maka produktifitas akan menurun, hal ini disebabkan karena keterampilan-keterampilan fisik
seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan dan koordinasi akan menurun dengan bertambahnya
umur (Wahyutomo, 2010). Maka dari itu dibutuhkan regenerasi kader posyandu untuk
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui
melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Tingkat Pendidikan n %
Tidak Sekolah 0 0,0
SD 0 0,0
SLTP 9 60,0
SLTA 4 26,7
PT 2 13,3
Total 15 100,0
Berdasarkan Tabel III.75 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagian besar kader memiliki tingkat pendidikan SLTP/Sederajat sebanyak 9 orang (60,0%)
dan terdapat kader yang memiliki tingkat pendidikan PT/Sederajat sebanyak 2 orang (13,3%).
Dari hasil survey mawas diri, sebagian kader posyandu memiliki pendidikan terakhir
SLTP. Menjadi kader posyandu memiliki kriteria lain yang lebih diutamakan dari pada
pendidikan, karena kriteria kader posyandu diutamakan berasal dari para dermawan dan
tokoh masyarakat, memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyutomo (2010) yang menyatakan bahwa
responden dengan pendidikan dasar (SD/SMP) kurang baik dalam memantau tumbuh
kembang balita, hal ini juga sejalan dengan penelitian Nurayu (2013) yang menyatakan
tingkat pendidikan yang rendah kurang baik dalam pemantauan tumbuh kembang dan dalam
kualitas laporan oleh kader. Karena menjadi kader lebih mengutamakan pengalaman dan
dari media massa maupun petugas kesahatan sehingga dapat ikut berperan serta dalam
kinerja kader posyandu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, bisa ditingkatkan
melalui pendidikan non-formal yaitu pelatihan atau penyuluhan secara berkala serta
Sebagai seorang kader posyandu meskipun tidak menempuh pendidikan formal yang
tinggi, mereka tetap harus bisa melaksankan tugasnya. Bagi kader posyandu, pendidikan
tidak hanya melalui pendidikan formal saja, tapi bisa didapat dari pengalaman, pelatihan, dan
berbagai penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas ataupun dari instansi lainnya (Ulfaina,
2014).
3. Pekerjaan
Pekerjaan yang dimiliki oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui
kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Pekerjaan n %
IRT 10 66,7
Petani 1 6,7
Pedagang 1 6,7
Lainnya 3 20,0
Total 15 100,0
Berdasarkan tabel III.76 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu, yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagian besar kader posyandu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak 66,7
%, terdapat kader yang bekerja sebagai petani sebesar 6,7 % serta kader yang bekerja sebagai
Kader yang tidak bekerja lebih banyak meluangkan waktu dalam mengikuti kegiatan
posyandu dan bisa menambah pengalaman. Kader yang tidak bekerja bisa lebih optimal
dalam menangani setiap kegiatan di posyandu karena tidak terganggu atau terbebani dengan
pekerjaan yang lainya. Namun untuk kader yang bekerja dan tetap mengikuti kegiatan
sebagai kader perlu diberikan apresiasi karena tidak semua orang yang bekerja mau
meluangkan waktunya untuk mengabdi pada masyarakat dan peduli tentang posyandu.
Lama menjadi kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner.
Berdasarkan Tabel III.77 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagaian besar telah menjadi kader selama 5-10 tahun sebesar 40 ,0 % dan terdapat 26,7 %
Kader yang menjabat > 5 tahun seharusnya sudah memiliki cukup banyak
pengalaman dan lebih terampil dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu.
Pengalaman yang dimiliki kader menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap
keterampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita (Hamariayana, 2013). Dalam
penelitian Laraeni (2014), kader yang mempunyai lama bekerja 5-10 tahun, katerampilan
dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu akan semakin baik.
Lama mejadi kader menentukan pegalaman kader. Di Desa Murukan masih banyak
kader baru dengan frekuensi lama menjadi kader < 10 th sehingga pengalaman menjadi
kurang. Namun mau mengabdi di masyarakat menjadi seorang kader sudah medapatkan nilai
yang baik karena telah mau mengabdi kepada masyarakat dan peduli dengan pemantauan
Menurut Wahyutomo (2010) Pengetahuan kader dapat meningkat seiring dengan lama
menjadi kader, pengalaman di lapangan dalam menangani kasus dan pelatihan-pelatihan yang
telah diikuti. Dengan pengetahuan yang bertambah diharapkan dapat memberikan pelayanan
menjadi kader posyandu kepada kader yang yang baru menjabat, agar pengalaman dan ilmu
Dari hasil survey mawas diri, motivasi kader untuk menjadi kader yang diperoleh
melalui wawancara sebanyak 6 orang kader menjawab ditunjuk, ada kader yang ditunjuk oleh
bidan desa, ketua kader, atau ditunjuk oleh kader lainnya. Adapun kader yang menjawab
motivasi menjadi kader adalah karena tingkat kesadaran ibu balita rendah untuk datang ke
posyandu, maka kader tersebut selalu menjemput ibu balita pada waktu hari buka posyandu.
Ada berbagai macam motivasi yang dimiliki oleh kader untuk menjadi kader salah
satunya karena perkembangan anak perlu dipantau setiap bulan maka dari itu kader tersebut
ikut berperan dalam pemantauan perkembangan anak, serta ikut berperan di desa dan
membantu masyarakat. Motivasi antara kader untuk menjadi kader berbeda-beda, adapun
motivasi kader untuk meningkatkan kesehatan balita dan ada yang mempunyai motivasi ingin
masyarakat.
Motivasi untuk menjadi kader sangat penting, karena untuk menjadi harus memiliki
semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat, serta bersedia
6. Pelatihan
Mengikuti pelatihan kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner.
Mengikuti Pelatihan n %
Pernah 11 73,3
Tidak Pernah 4 26,7
Total 15 100,0
Berdasarkan Tabel III.78 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagaian besar kader sudah pernah mengikuti pelatihan sebesar 73,3 % dan terdapat kader
Sebagian besar kader sudah pernah mendapatkan pelatihan kader. Pelatihan kader
penting untuk mengingatkan kembali kader bagaimana cara penimbangan yang benar,
pengukuran tinggi badan dan panjang badan, pentingnya 5 meja dan bagaiamana penanganan
diare. Karena meskipun pengalaman kader sudah lama tetap saja biasanya kader masih
sedikit lupa atau meremehkan hal-hal kecil yang sebenarnya penting, Maka dari itu
7. Frekuensi Pelatihan
Frekuensi Pelatihan oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui
kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Frekuensi Pelatihan n %
1 kali 2 13,3
2 kali 1 6,7
> 3 kali 8 53,3
Tidak Pernah 4 26,7
Total 15 100,0
Berdasarkan Tabel III.79 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagian besar kader (53,3%) yang telah mendapat pelatihan sebanyak > 3 kali dan terdapat
meningkatkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh kader, dari pada kader yang
mendapat pelatihan < 2 kali. Kader yang sudah banyak mengikuti pelatihan diharapkan
mampu membagi pengalaman dan pengetahuan yang didapat pada saat mengikuti pelatihan.
Tingkat kehadiran dalam 1 tahun terakhir oleh kader dari 3 posyandu yang diamati
diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Tabel III.80 Distribusi Tingkat Kehadiran dalam 1 Tahun Terakhir Kader Posyandu
Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang
2014
Berdasarkan Tabel III.80 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagian besar kader (73,3%) yang hadir dalam kegiatan posyandu > 10 kali dalam 1 tahun
dan terdapat kader (26,7%) yang hadir dalam kehadiran 1-5 kali dalam 1 tahun.
Frekuensi tingkat kehadiran kader dalam 1 tahun terakhir sebagian besar hadir >10
kali. Bisa mempengaruhi statifikasi posyandu karena dalam kriteria sratisifakasi dicantumkan
tingkat kehadiran kader lebih dari 8 kali dalam 1 tahun. Jika kader hadir lebih dari 10 kali
Tugas kader di posyandu dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner.
Berdasarkan Tabel III.81 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagian besar kader (33,3%) bertugas pada meja pencatatan dan kader (6,7%) bertugas pada
meja pendaftaran.
Distribusi tugas kader sebagian besar adalah pencatatan. Karena pada tugas kader di
posyandu di Murukan umumnya dilakukan secara rolling, sehingga setiap kader bisa atau
menguasai setiap kegiatan dalam meja di posyandu. Tetapi masih ada yang tidak rolling,
diharapkan osyandu yang tidak mengunakan sistem dilakukan sistem rolling agar setiap kader
Tugas kader yang dirasa paling sulit dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui
kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Tabel III.82 Distribusi Kader Posyandu yang Dirasa Paling Sulit Di Wilayah Desa
Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014
Berdasarkan Tabel III.82 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagaian besar kader (46,7%) merasakan kegiatan yang paling sulit adalah kegiatan
Kegiatan kader yang paling sulit saat posyandu sebagian besar adalah penyuluhan.
Pada umumnya kader telah memiliki pengalaman dalam menyuluh, tetapi lama menjadi kader
menjadi modal utama dalam melakukan penyuluhan. Perlu dilakukan pembinaan lebih lanjut
pada meja kegiatan meja 4 yaitu penyuluhan bagi kader karena dianggap menjadi meja yang
paling sulit.
Kegiatan yang dilakukan setelah posyandu selesai oleh kader dari 3 posyandu yang
diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Tabel III.83 Distribusi Kegiatan yang Dilakukan Setelah Posyandu Selesai Kader
Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung,
Kabupaten Jombang 2014
Kegiatan n %
Evaluasi Kegiatan Posyandu 1 6,7
Rencana Kerja untuk Bulan Berikutnya 0 0
Kegiatan Demo Makanan Padat Gizi 5 33,3
Tidak Ada Kegiatan 2 13,3
Lainnya 7 46,7
Total 15 100,0
Berdasarkan Tabel III.83 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Sebagaian besar kader (46,7%) melakukan kegiatan lain setelaha posyandu (Arisan) serta
terdapat kader (6,7%) yang melakukan kegiatan evaluasi kegiatan posyandu setealah
posyandu selesasi.
Kegiatan yang dilakukan setelah posyandu selesai sebagian besar kader posyandu
melakukan arisan. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan oleh kader setelah posyandu selesai
adalah arisan, kegiatannya sebenarnya bagus berkumpul setelah posyandu, namun alangkah
baiknya jika kegiatan yang dilakukan adalah evauasi posyandu, rencana kerja berikutnya atau
Pembinaan setelah posyandu oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui
melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.
Pembinaan setelah posyandu sebagian besar dilakukn oleh kader. Karena evaluasi
dilnilai sangat penting agar ibu balita dapat mengerti dan melakukan apa yang diajarkan ibu
kader pada saat posyandu. Kegiatan sebenarnya bagus, seharusnya dilakukan lebih sering gar
ilmu kader keterampilan meningkat dan dapat menginggat kembali apa yang dilakukan di
posyandu tadi.
Kunjungan rumah oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui
kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:
Tabel III.85 Distribusi Kunjungan Rumah oleh Kader Posyandu Di Wilayah Desa
Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014
Kunjungan Rumah n %
Ya 9 60,0
Tidak 6 40,0
Total 15 100,0
Berdasarkan tabel III.85 diatas, dapat dilihat bahwa sebagaian besar kader (60,0%)
melakukan kunjungan rumah dan kader lainya (40,0%) tidak melakukan kunjungan rumah.
Kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader sebagian besar kader adalah pembagian
Kunjungan rumah sebagian besar dilakukan oleh kader. Karena biasanya jika ada ibu
balita yang tidak datang pada saat posyandu akan dilakukan kunjungan rumah oleh kader, dan
pada saat ibu balita tidak datang ke posyandu saat pembagian vitamin atau imunisasi maka
kader akan melakukan kunjungan rumah ke ibu balita. Supaya balita tetap mendapat vitamin
A, dan jika imunisasi akan dijemput oleh kader saat ibu balita tidak datang ke posyandu.
II. Pengetahuan Kader Posyandu
Pengetahuan kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar kader memiliki tingkat
pengetahuan yang baik, dan masih terdapat kader yang memiliki tingkat pengetahuan yang
tidak baik.
kader telah memiliki pengetahuan dasar hal-hal peting di posyandu. Namun demikian, sikap
dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak sesuai dengan teori dari pengetahuan yang
didapatkan masih kurang. Sebagian kader mengeluh karena KMS yang baru berbeda dari
KMS yang lama. Dan pada pertanyaan “Seorang balita usia 3 bulan, ketika ditimbang
mengalami kenaikan 6 ons dibandingkan bulan lalu. Maka dalam mencata pencatatan anak
tersebut ditulis “N” “, dalam pernyataan tersebut sebanyak 80% kader menjawab “Benar”.
Pernyataan “Setelah anak berumur 1 tahun jenis dan bentuk makanannya bisa disamakan
dengan makanan anggota keluarga lainnya”, sebanyak 53,3% kader menjawab “Salah”.
Posyandu yang menjadi sasaran kunjungan adalah posyandu anyelir yang bertempat di Balai
Desa Murukan Kecamatan Mojoagung – Kabupaten Jombang. Ada 3 posyandu yang ada di Desa
Murukan yaitu posyandu heliconia adalah posyandu Dusun Mulangagung, posyandu anyelir adalah
posyandu Desa Murukan Utara dan posyandu agave adalah posyandu Desa Murukan Selatan. Setiap
posyandu terdapat 5 orang kader sehingga jumlah kader yang ada di Desa Murukan adalah 15 orang
Kader. Posyandu heliconia terdapat 64 orang balita dengan 5 kader, posyandu anyelir terdapat 77
balita dengan 5 orang kader dan posyandu agave terdapat 112 balita dengan 5 orang kader yang
bertugas setiap bulannya. Posyandu yang ada di Desa Murukan ini berada di bawah naungan
Puskesmas Mojoagung
Ketua
Khalimah
Sekreatris
Umi Aida
Bendahara
Ririn Indrawati
Anggota Anggota
a. Kelembagaan Posyandu
Posyandu anyelir sudah memiliki struktur organisasi yang sudah dibentuk
dengan adanya ketua, wakil ketua, bendahara dan anggota. Setiap selesai pertemuan
posyandu maka akan selalu ada pembuatan hasil SKDN dari setiap posyandu bersama
bidan desa.
b. Pengelolaan Posyandu
1. Input
Setiap kader yang ada di posyandu anyelir memiliki tugas dan fungsi masing –
masing serta pembagian tugasnya juga selalu berubah atau rolling bsehingga para kader
yang ada pernah merasakn berada dalam meja yang berbeda, di posyandu anyelir juga
terdapat program kerja serta terdapat peyusunan jenis menu PMT yang berubah – ubah
tiap bulannya.
2. Dukungan Sarana
seperti meja, kursi, lenght board, metline, dan baby scale. Alat pengukuran seperti dacin
tersedia namun dalam prakteknya tidak pernah digunakan hal tersebut dilakukan karena
tiang penyangga untuk pemasangan dacin tidak ada sehingga kader – kader yang ada di
Desa Murukan tidak menggunakan dacin. Microtoice atau alat untuk pengukuran
panjang badan tidak tersedia dan pengukuran dilakukan hanya menggunakan metline
sehingga bayi atau balita yang ada di Desa Murukan yang diukur menggunakan metline
cara pengukurannya silakukan dengan menempelkan metline pada badan balita dan tidak
pada penggunaan metline yang benar yaitu metline harus menempel pada tembok yang
rata.
20
Sarana prasarana lain yang ada di posyandu anyelir seperti absensi kader, KMS
dan buku registrasi ini sudah ada sedangkan untuk sarana penyuluhannya sendiri sudah
ada namun buku – buku yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga kader tidak
memberikan penyuluhan terhadap balita yang berat badannya naik – turun. Untuk sarana
tempat pelaksanaan posyandu anyelir ini dilakuakan di tempat yang tetap yaitu di balai
Desa Murukan
swadaya yang dibayar dengan suka rela oleh setiap ibu hamil yang akan mengambil PMT
4. Dukungan Tenaga
di posyandu anyelir terdapat lima kader yang aktif yaitu ibu Khalimah, Umi
Aida, Ririn Indrawati, Dewi Amamatus, dan Sriati. Pada saat pelaksanaan posyandu yang
ada adalah terdapat tiga kader yang hadir hal tersebut dikarenakan ibu kader yang ada di
Desa Murukan sebagian besar adalah berprofesi sebagai guru sehingga pada
pelaksanaannya ibu kader yang tidak sedang mengajar datang terlebih dahulu untuk
menata posyandu.
5. Proses
buka/ tahunnya adalah 12 kali. Untuk kegiatan pelayanannya sendiri ada meja 1, meja 2,
meja 3, meja 5 tapi untuk meja 4 masih belum ada. Pada saat pelaksanaanya meja 1
dirangkap pada meja 3 serta tidak ada alur yang jelas untuk pelaksanaan dari meja 1, 2, 3,
4 dan 5.
6. Output
Rata- rata balita yang ditimbang (D/S) adalah........... sedangkan untuk balita
yang naik BB nya (N/D) sekitar........ Di posyandu anyelir bayi yang di imunisasi lengkap
ada
Posyandu anyelir dilaksanakan setiap bulannya ditempat yang tetap dan tidak
1) Kegiatan Meja I
responden yang datang lalu dicatat kemudian ditimbang namun pada saat
pencatatan serta pendaftaran maka kader langsung mencatat di meja itu juga
sehingga meja satu langsung dirangkap menjadi meja tiga. Untuk KMS ibu kader
langsung memberikan kembali KMS balita yang datang dan menimbang sehingga
2) Kegiatan Meja II
namun pada pelaksanaannya dacin tidak digunakan karena kurang kuatnya tiang
menggunakan dacin. Pada saat pelaksanaan terdapat balita yang telah berusia
lebih dari 2 tahun yang masih tetap ditimbang menggunakan baby scale meskipun
ada seca hal tersebut karena ibu balita yang ditimbang terbiasa menggunakan
baby scale bukan seca. Alat pengukuran tinggi badan yang digunakan dalam
kegiatan posyandu ini adalah menggunakan lenght board kesalahan yang nampak
pada saat penggunaan lenght board ini adalah ibu kader melapisi lenght board
dengan menggunakan kain serta posisi kepala yang kurang menempel pada papan
lenght board. Penggunaan lenght board tidak biasa digunakan oleh kader, para
menggunakan metline biasanya diukur dengan posisi anak berdiri dan balita
diukur sesuai dengan menempel pada badan balita bukan metline yang menempel
berdekatan dengan meja 2 karena pada pelaksanaan posyandu ini meja 1 dan 3
anyelir dapat diketahui bahwa pencatatan pada meja ini kader hanya menitik pada
grafik yang ada di KMS tanpa menarik garis dan hanya sebagian KMS saja yang
dituliskan hasil penimbagan berat badan saat itu serta kader juga tidak melakukan
penulisan pada status kenaikan atau tidak naik dari berat badan yang ada.
4) Kegiatan Meja IV
meskipun pada saat pelaksanaan posyandu terdapat buku – buku yang dapat
kegiatan pada meja 4 yang ada di posyandu anyelir adalah tidak ada.
5) Kegiatan Meja V
tenaga medis yang ahli atau dilaksanakan pada bidan desa sehingga pelaksanaan
Data SKDN yang dihitung oleh petugas untuk tahun 2016 dalam tiga bulan
Februrari
Maret
April
3.2.5 Analisa Data
1. Hubungan antara Status Gizi (BB/TB) dengan Faktor yang
Mempengaruhi
42
RR= 0
=0
Kesimpulan: Tidak ada resiko BBLR dengan status gizi anak sekarang
100
RR= 80,5 = 1,2 kali
mempunyai status gizi tidak baik 1,2 kali lebih besar dibandingkan dengan balita
Status Gizi
Jumlah
Pemberian ASI Baik Tidak Baik
n % n % n %
ASI eksklusif 22 75,9 7 24,1 29 100,0
Tidak ASI eksklusif 20 95,2 1 4,8 21 100,0
Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0
75,9
RR= 95,2
= 0,8 kali
mempunyai status gizi baik 0,8 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang
69,2
RR= 89,2
= 0,8 kali
berpeluang memiliki status gizi tidak normal 0,8 kali lebih besar dibandingkan
76,9
RR=
91,7
= 0,83 kali
berpeluang memiliki status gizi tidak baik 0,83 kali lebih besar dibandingkan
80,6
RR= 89,5
= 1,1 kali
berpeluang memiliki status gizi tidak baik 1,1 kali lebih besar dibandingkan dengan
83,3
RR = 84,4
= 1 kali
gizi anak
94,7
RR= 77,4
= 1,2 kali
mempunyai status gizi tidak baik 1,2 kali lebih besar di bandingkan anak yang
83,8
RR= 84,6
= 1 kali
Kesimpulan: tidak ada resiko antara pemberian ASI/Kolostrum dengan
100
RR= 14,3
= 7 kali
akan berpeluang mempunyai status gizi tidak baik 7 kali lebih besar di banding
= 1,3 kali
berpeluang balita mempunyai status gizi tidak baik 1,3 kali lebih besar
Mawas Diri dan di dapatkan hasil dengan analisa data kemudian dilakukan
tokoh masyarakat, bidan desa, ahli gizi, pkk, dan kader posyandu untuk
4.1.1 Dasar
merumuskan masalah maka mahasiswa perlu adanya suatu kegiatan yang berupa
berada dalam suatu wilayah tersebut. Sehingga kegiatan pengumpulan Data Dasar
Dimana hasil dari pengumpulan data Survei Mawas Diri (SMD) tersebut
memaparkan permasalahan gizi dan kesehatan yang ada di desa, kemudian dari
Mojoagung Kabupaten Jombang sesuai dengan hasil Survei Mawas Diri (SMD)
tanggal 27 April 2016 pukul 19.00 WIB yang dilaksanakan di Balai Pertemuan
4.1.4 Peserta
Peserta yang hadir mengikuti Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Pembangunan.
4. Bidan Desa
5. Tokoh Masyarakat
7. Ibu PKK
4.2.1 Dasar
berikut :
yang benar
menuju duduk.
Waktu pelatihan kader posyandu diadakan pada hari Kamis, 28 April 2016
3. Bidan Desa
a. Posyandu Helyconia : 3
b. Posyandu Agave : 4
c. Posyandu Anyelir : 3
Gizi
4.3.1 Dasar
ULUM, TK Muslimat NU, dan RA MAMBA ‘UL’ ULUM ini diadakan dengan
dasar yang didapat yaitu banyaknya ibu hamil, anak SD, anak TK, dan ibu balita
kurang mengetahui pentingnya gizi dan makanan apa saja yang baik dikonsumsi,
ketika hamil, menyusui, anak SD, anak TK dan makanan untuk balita.
mendapat penyuluhan tentang materi jajanan sehat, PHBS, gizi ibu hamil, dan gizi
untuk balita terhadap ibu balita para responden bisa merubah pola makan menjadi
4.3.4 Peserta
No Kegiatan Peserta
1. Penyuluhan RA MAMBA ‘UL’ ULUM Seluruh siwa RA yang
masuk pada hari jum’at
2. Penyuluhan TK Muslimat NU Seluruh siwa TK yang
masuk pada hari jum’at
3. Penyuluhan MI MAMBA ‘UL’ ULUM Siswa Kelas 3 dan 4 yang
masuk pada hari sabtu
4. Penyuluhan Ibu Hamil 16 ibu hamil
5. Penyuluhan Ibu Balita 16 ibu balita
penyuluhan dapat memahami dan mengerti. Ini dilihat dari antusias para peserta
4.4 Kegiatan Mitra Gizi pada Keluarga yang Mempunyai Balita Kurang
Gizi
4.4.1 Dasar
optimal. Dalam kegiatan Mitra Gizi keluarga balita diberikan pengetahuan tentang
gizi, PHBS, ketrampilan dalam pembuatan makanan padat gizi dan diharapkan
maka diberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan sumber daya yang
yang balitanya termasuk dalam kategori gizi kurang, gizi buruk, pendek, sangat
pendek, kurus,maupun sangat kurus dilihat indikator BB/U, TB/U, dan BB/TB di
4.4.4 Peserta
No Nama Mahasiswa Nama Balita
1. Ayu Andarusasi Dafa Ardanas A
2. Lailatul Nur F Diana Natasya
3. Ixora Ariani H M. Wildan
4. Rizky Ayu K Nillam Najwa
5. Erfi Kartikasari Dwi Anjarita
6. Renata Yuristhia Ahmad Danu
7. Rizky Putri M. Fahrillah Al K
8. Willem Gersom Ali Mus’safa
4.5.1 Dasar
Lomba membuat bekal untuk anak paud ini diadakan dengan dasar agar
ibu balita bisa memberikan makanan yang bervariasi kepada balita sehingga
Lomba membuat bekal untuk anak paud tersebut diharapkan bahwa yang
telah mengikuti lomba ibu balita bisa mengetahui komponen makanan dan
makanan yang sehat dan bergizi untuk balitanya agar ketika berada disekolah
Kegiatan yang dilakukan adalah untuk membuat bekal anak paud agar
Lomba membuat bekal untuk anak paud diadakan pada tanggal 02 Mei
4.5.4 Peserta
Peserta yang mengikuti lomba membuat bekal untuk anak paud adalah
Dari kegiatan lomba membuat bekal untuk anak paud didapatkan hasil
bahwa ibu balita sudah mengerti dan memahami komponen makanan yang tepat
untuk balita, porsi, makanan yang sehat dan bergizi untuk balita.
Waktu yang diharapkan hadir pada pukul 08.30 tetapi acara dimulai pada
pukul 09.00.
4.6.1 Dasar
Demo masak di balai pertemuan desa ini diadakan dengan dasar agar ibu
balita bisa memberikan jajanan yang sehat dan bervariasi kepada balita sehingga
masak ibu balita bisa mengetahui komponen jajanan-jajanan yang sehat dan
Kegiatan yang dilakukan adalah demo masak jajanan sehat untuk bekal
Demo masak jajanan sehat diadakan pada tanggal 02 Mei 2016 pukul
4.6.4 Peserta
Dari kegiatan demo masak didapatkan hasil bahwa ibu balita sudah
mengerti dan memahami komponen jajanan sehat dan bergizi untuk bekal anak
sekolah.
4.7.1 Dasar
terhadap balita yang gizi kurang (Mitra Gizi) untuk makan bersama.
4.7.2 Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan bakti sosial ini adalah dengan makan bersama dan demo
masak.
Kegiatan Bakti Sosial diadakan pada tanggal 03 Mei 2016 pukul 16.00 di
4.7.4 Peserta
Peserta yang mengikuti adalah ibu balita mitra gizi dan balita mitra gizi,
Dari kegiatan demo masak dan makan bersama diharapkan bahwa ibu
balita mitra gizi sudah mengerti dan memahami komponen makanan padat gizi,
5.1 Kesimpulan
berikut :
kader posyandu.
2. Dari hasil survei mawas diri (SMD) diketahui bahwa sebagian besar
pangan.
pendek, sangat pendek, balita gizi kurang, dan balita gizi buruk.
hasil Survei Mawas Diri (SMD). Peserta yang hadir dalam Musyawarah
perangkat desa, kader posyandu, bidan desa, ibu pkk, dan ahli gizi
puskesmas.
5. Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa didapatkan hasil
kegiatan intervensi untuk masalah rawan gizi, demo masak dan lomba
PMBA.
7. Pendampingan mitra gizi pada balita kurus, sangat kurus, gizi kurang dan
dilakukan untuk memantau pola makan, pola asuh dan antropometri balita
8. Penyuluhan pada kelompok sasaran tertentu dilakukan pada ibu hamil, ibu
balita, anak SD, anak TK dan anak RA. Hal ini dilakukan karena sasaran
9. Kegiatan teknologi tepat guna yang diadakan adalah demo masak untuk
10. Kegiatan pameran bidang gizi yang diadakan adalah kreasi menu dan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN