Anda di halaman 1dari 8

KASUS DILEMA ETIK

Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah
Sakit di kota Semarang dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 3 Minggu.
Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-
sembuh, dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya
gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan
semula. Tn. A ini merupakan seorang sales marketing yang sering pergi keluar kota
karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang.

Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam karena
kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn.
A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada Dokternya untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang
ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta Dokter tersebut untuk segera memberi
tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB
hasil pemeriksaan telah diterima oleh Dokter tersebut dan telah dibaca oleh dokter.
Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian Dokter
tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A.
Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, Dokter menjelaskan tentang kondisi pasien
dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter
terutama Dokter untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga
takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.

Dokter tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi permintaan
keluarga namun di sisi lain Dokter tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami
oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.
PEMBAHASAN KASUS

Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi Dokter dimana dilema etik itu didefinisikan
sebagai suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan
tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk
menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis
yang dalam konteks kasus ini khususnya pada Dokter karena dia tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson &
Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang Dokter harus bisa
berpikir rasional dan bukan emosional.

Dokter tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan ke dokteran yang sesuai dengan
etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien dan keluarga.
Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai Dokter dalam memenuhi
hak-hak pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau
informasi tentang kondisi dan penyakitnya. Memberikan informasi kepada pasien
merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan
ini penting karena merupakan faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan
kesehatan. Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien
tersebut maka Dokter harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif
tindakan.

Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik Dokter yang merawat
Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :

1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini Dokter harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi
dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi
sebagai berikut :

Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang


dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta Dokter tersebut memberikan informasi
tentang hasil pemeriksaan kepadanya.

Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta Dokter
untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut jika
Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang

Dokter merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus
memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya pasien
untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.

2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral

Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan


permasalahan etik moral jika Dokter tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A
terkait dengan penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.

3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan

Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh Dokter


bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini.
Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain:

a. Dokter akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil
pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang
tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung.
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panik yang berlebihan ketika
mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan
pendekatan-pendekatan oleh Dokter. Selain itu untuk alternatif rencana ini
diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga.
Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga
yang menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan
demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan
support yang ada sehingga Dokter dan tim medis akan menginformasikan kondisi
yang sebenarnya.

Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A


tentang kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka
Dokter tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam
proses tim medis.

Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu Dokter tidak segera


memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun
pada akhirnya Dokter tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika
situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kode
etik kedokteran.

b. Dokter akan melakukan tanggung jawabnya sebagai Dokter dalam memenuhi


hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga
ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan dengan tim medis
maka Dokter akan langsung menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin
dokter.

Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya
sebagai pasien serta Dokter tetap tidak melanggar etika keDokteran. Hal ini juga
dapat berdampak pada psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya
ketika Tn. A secara lambat laun mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari
anggota keluarga yang membocorkan informasi, maka Tn. A akan beranggapan
bahwa tim medis terutama Dokter dan keluarganya sendiri berbohong kepadanya.
Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran bahwa Dokter
dan keluarganya merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
merupakan “aib” yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi
seperti inilah yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa
memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi secara langsung
dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.

Kendala-kendala yang mungkin timbul:

1. Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada Tn. A

Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin
Tn. A frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa
ketika Tn. A tahu dengan sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan
anggapan-anggapan yang bersifat emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa
memperburuk kondisinya. Dokter tersebut harus mendekati keluarga Tn. A dan
menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan hal
tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka Dokter dan tim
medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas
dampak yang terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001
yang mengatakan bahwa Dokter berhak menolak pihak lain yang memberikan
permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan profesi keDokteran.

2. Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang diberikan
Dokter.

Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang sedang
mendapatkan permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Dokter harus tetap
melakukan pendekatan-pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Dokter
juga meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan tidak
menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal ini perlu proses adaptasi
sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat menerima kondisinya dan
mempunyai semangat untuk sembuh.

4. Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan
dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik kedokteran. Sehingga
bisa diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada
pasien dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi
untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan
dalam situasi tertentu (John Stone, 1989 ), yang meliputi :

a Autonomy / Otonomi

Pada prinsip ini Dokter harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan
keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka
Dokter harus mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang
kondisinya.

b. Benefesience / Kemurahan Hati

Prinsip ini mendorong Dokter untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik dan
tidak merugikan Tn. A. Sehingga Dokter bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana
yang paling baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A

c. Justice / Keadilan

Dokter harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn. A
mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut
yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan
konteksnya/kondisinya.

d. Nonmaleficience / Tidak merugikan

Keputusan yang dibuat Dokter tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian pada Tn. A
baik secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.

e. Veracity / Kejujuran

Dokter harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A tentang
penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab Dokter untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.

f. Fedelity / Menepati Janji

Dokter harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan
pemeriksaan yang mengatakan bahwa Dokter bersdia akan menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus
tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap Dokter tersebut nantinya.

g. Confidentiality / Kerahasiaan

Dokter akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keDokteran yaitu menghargai apa
yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang
telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.

Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa diambil


dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara langsung
memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai dan
didiskusikan dengan semua yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien
lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua alternatif tersebut
memiliki kelemahan masing-masing. Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan
sesuai rencana dengan pendekatan-pendekatan dan caring serta komunikasi terapeutik.

5. Mengevaluasi Hasil

Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana


Tn. A beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka
pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan
yang pada intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada
rasa dikucilkan.
A. KESIMPULAN

Dalam upaya mendorong kemajuan profesi kedokteran agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka Dokter harus memanfaatkan nilai-nilai
kedokteran dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam
mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian Dokter yang menerima tanggung
jawab, dapat melaksanakan pelayanan kedokteran secara etis profesional. Sikap etis
profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan
tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap
hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan
kedokteran. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik
kedokteran harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya
tidak merugikan salah satu pihak.

B. SARAN

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang kedokteran
harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih
memahami tentang etika kedokteran sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode
etiknya (kode etik kedokteran).

Anda mungkin juga menyukai