Laporan Magang Dinkes Jember 2016
Laporan Magang Dinkes Jember 2016
Oleh :
Leilya Irwanti
NIM. 122110101093
i
LEMBAR PENGESAHAN
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Magang/ PKL Semester Genap 2015/2016
Menyetujui:
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan
Mengetahui
Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Ketua Bagian
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan magang dan
menyusun laporan kegiatan magang di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yang
berjudul “Gambaran Pelaksanaan Program Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) Untuk Balita Usia 6-24 Bulan Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember”
sebagai kurikulum wajib Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember”.
Penyusunan laporan kegiatan magang ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Irma Prasetyowati, S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.
2. Bapak Eri Witcahyo, S.KM., M.Kes., selaku Koordinator Magang Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
3. Ibu Dr. Farida Wahyu Ningtyias, M.Kes., selaku Kepala Bagian Gizi
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
4. Ibu Ninna Rohmawati, S.Gz., M.PH., selaku Dosen Pembimbing Akademik
Magang yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan perhatian
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesainya penulisan
laporan magang ini.
5. Bapak dr. Bambang Suwartono, MM., selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember.
6. Bapak Dr. Hari Pitono, MARS., selaku Kepala Bidang Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
7. Ibu Dwi Handarisasi, S.PSi., M. Psi., selaku Dosen Pembimbing Lapangan
Magang yang telah bersedia meluangkan waktu dan perhatian untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan pelaksanaan
Magang/PKL ini
Penulis menyadari penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
iii
perbaikan penulisan karya ilmiah yang akan datang. Semoga laporan magang ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2.2 Pendekatan Sistem .................................................................................. 22
2.2.1 Pengertian tentang sistem............................................................ 22
2.2.2 Langkah Pokok Pendekatan Sistem ............................................ 23
BAB 3. METODE KEGIATAN ......................................................................... 26
3.1 Waktu Dan Tempat Magang/PKL .......................................................... 26
3.2 Jadwal Kegiatan ...................................................................................... 26
3.3 Pengelola Program Magang/PKL ........................................................... 27
3.4 Pembimbing Magang/PKL ..................................................................... 27
BAB 4. HASIL KEGIATAN MAGANG/ PKL ................................................ 28
4.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Jember ......................... 28
4.1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember ........... 28
4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................. 29
4.1.3 Program Pembangunan Kesehatan .............................................. 32
4.1.4 Visi dan Misi Dinas Kesehatan ................................................... 34
4.2 Gambaran Input Pelaksanaan Pemberian MP-ASI ................................. 34
4.2.1 Man (Manusia)/ Sumber Daya Manusia (SDM) ......................... 35
4.2.2 Money/ Dana ............................................................................... 35
4.2.3 Materials/ Sarana......................................................................... 35
4.2.4 Methods/ Metode ........................................................................ 36
4.3 Gambaran Proses Pelaksanaan Pemberian MP-ASI ............................... 36
4.3.1 Perencanaan................................................................................. 36
4.3.2 Pengorganisasian ......................................................................... 37
4.3.3 Pelaksanaan ................................................................................. 37
4.3.4 Pengawasan ................................................................................. 38
4.3.5 Pelaporan ..................................................................................... 39
4.4 Gambaran Output Pelaksanaan Pemberian MP-ASI .............................. 39
4.4.1 Cakupan Program Hasil kegiatan (jumlah dan spek minimal) ... 39
BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................... 41
5.1 Gambaran Input Pelaksanaan Pemberian MP-ASI ................................. 41
5.1.1 Man (Manusia)/ Sumber Daya Manusia (SDM) ......................... 41
5.1.2 Money/ Dana ............................................................................... 42
vi
5.1.3 Materials/ Sarana......................................................................... 42
5.1.4 Methods/ Metode ........................................................................ 42
5.2 Gambaran Proses Pelaksanaan Pemberian MP-ASI ............................... 43
5.2.1 Perencanaan................................................................................. 43
5.2.2 Pengorganisasian ......................................................................... 44
5.2.3 Pelaksanaan ................................................................................. 44
5.2.4 Pengawasan ................................................................................. 47
5.2.5 Pelaporan ..................................................................................... 47
5.2.6 Gambaran Output Pelaksanaan Pemberian MP-ASI................... 48
BAB 6. PENUTUP............................................................................................... 50
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 50
6.2 Saran ....................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR BAGAN
ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
dan gizi bayi dan anak. Dalam dokumen RPJMN 2015-2019, telah ditargetkan
penurunan masalah kekurangan gizi pada tahun 2019 setinggi-tingginya 17%.
Dalam mencapai target di atas, dilakukan sejumlah kegiatan yang
bertumpu kepada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi). Melalui penerapan perilaku Keluarga Sadar Gizi, keluarga
didorong untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6
bulan dan memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak
usia 6-24 bulan. Bagi keluarga mampu, pemberian MP-ASI yang cukup dan
bermutu relatif tidak bermasalah. Pada keluarga miskin, pendapatan yang rendah
menimbulkan keterbatasan pangan di rumah tangga yang berlanjut kepada
rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan anak.
Penerapan pola pemberian makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai
anak berusia 2 tahun belum terlaksana dengan baik, salah satunya adalah masih
tingginya pemberian MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Dalam Riskesdas
2010 diketahui 83,2% bayi usia 0-5 bulan telah diberi MP-ASI berupa susu
formula, biskuit, bubur, nasi lembek dan pisang. Berdasarkan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011, terdapat 32,3% bayi usia 0-6 bulan telah
diberi MP-ASI berupa air putih, sari buah, makanan padat atau setengah padat dan
susu formula kepada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan.
Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu
MP-ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI kepada bayi
dan anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin. Secara umum terdapat dua jenis
MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan
yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal. Mengingat
pentingnya aspek sosial budaya dan aspek pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan pemberian MP-ASI, maka Dinas Kesehatan Jember pada tahun 2015
melaksanakan program pemberian MP-ASI lokal yang berupa jajanan lokal.
Pemberian MP-ASI lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain;
ibu lebih memahami dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI dari bahan
pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu
dapat melanjutkan pemberian MP-ASI lokal secara mandiri; meningkatkan
3
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan pemberian Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2015.
1.1.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui gambaran input (terdiri dari sumber daya manusia, dana,
sarana, serta metode) dari pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI di
Dinas Kesehatan Tahun 2015.
2) Mengetahui gambaran proses (terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, dan pelaporan) dari pelaksanaan kegiatan
pemberian MP-ASI di Dinas Kesehatan kabupaten Jember Tahun 2015.
3) Mengetahui gambaran output (cakupan program) dari pelaksanaan
kegiatan pemberian MP-ASI di Dinas Kesehatan kabupaten Jember Tahun
2015.
4
1.3 Manfaat
1.1.3 Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
khususnya bidang Gizi Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember.
b. Memperoleh pengalaman kerja di bidang kesehatan masyarakat
khususnya di bidang Gizi Kesehatan Masyarakat.
1.1.4 Manfaat bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
a. Menambah referensi kepustakaan di bidang Gizi Kesehatan
Masyarakat.
b. Menjalin hubungan kerja antara perguruan tinggi dengan instansi kerja
khususnya instasi kesehatan.
1.1.5 Manfaat bagi Instansi
a. Memperoleh pemecahan masalah serta masukan di bidang kesehatan.
b. Menjalin hubungan kerja sama antara instansi kerja khususnya instansi
kesehatan dengan institusi pendidikan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
5
6
atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan
bubur (Krisnatuti, 2000)
Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu, diperdagangkan
dalam keadaan yang kering dan pre-cooked, sehingga tidak perlu dimasak
lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah ditambah air matang
secukupnya. Bubur susu terdiri dari tepung serealia seperti beras, maizena,
terigu ditambah susu dan gula, dan bahan perasa lainnya. Makanan
tambahan pabrikan yang lain seperti nasi tim yakni bubur beras dengan
tambahan daging, ikan, atau hati serta sayuran wortel dan bayam, dimana
untuk bayi kurang dari 10 bulan nasi tim harus disaring atau diblender
terlebih dahulu. Selain makanan bayi lengkap (bubur susu dan nasi tim)
beredar pula berbagai macam tepuung baik tepung mentah maupun yang
sudah matang (pre-cooked) (Pudjiadi, 2000).
Berikut beberapa bahan makanan yang dapat dijadikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) untuk balita usia 6-24 bulan:
a. Makanan utama, yaitu ASI dan susu formula sebagai pengganti ASI
b. Buah-buahan
Buah-buahan sudah dapat diberikan dengan maksud mendidik bayi
mengenal jenis makanan baru dan sebagai sumber vitamin. Berikan buah
sesuai kebutuhan bayi. Pada awal, biasanya yang bersifat air atau sari seperti:
sari jeruk, sari tomat, dan lainya yang bersifat tidak asam. Pada usia 6 bulan
sudah dapat diberikan buah, seperti pepaya atau pisang.
c. Biskuit
Biskuit diberikan dengan maksud untuk mendidik kebiasaan makan dan
mengenal jenis makanan lain dan bermanfaat untuk penambahan kalori.
Kebanyakan bayi akan menyukai biskuit rasa manis tapi sebagian lagi akan
menyukai rasa asin.
d. Kue atau makanan lain
Pada usia sekitar 6 bulan jenis kue lain dapat diberikan dengan syarat, kue
tersebut harus lembek dan mudah dicerna.
9
e. Bubur
Bubur susu merupakan salah satu makanan pelengkap utama bayi dan
berperan sebagai sumber nutrisi, air, kalori, protein, sedikit lemak dan
mineral. Yang perlu diperhatikan adalah komposisi utamanya harus terdiri dari
tepung, susu dan gula.
f. Nasi tim
Nasi tim sering diberikan pada bayi berusia 6 bulan sampai berusia 9
bulan. Komposisi nasi tim terdiri dari beras atau kentang, protein dari hewan
(hati ayam, daging, telur, ikan tawar, ikan laut, udang). Sayuran yang
diberikan seperti wortel, bayam, kangkung, tahu, tempe, dan kacang-
kacangan. Bahan-bahan tersebut harus dilunakkan (Roesli, 2001).
2.1.4 Pemberian Makanan Balita Usia 0-24 bulan yang Baik dan Benar
Sesuai dengan bertambahnya usia bayi/ anak, perkembangan dan
kemampuan dan menerima makanan, maka pola pemberian makanan pada bayi/
anak usia 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap :
a. Makanan bayi umur 0-6 bulan (ASI Eksklusif)
b. Makanan bayi umur 6-9 bulan (ASI + Makanan Lumat)
c. Makanan bayi umur 9-12 bulan (ASI + Makanan Lunak)
d. Makanan bayi umur 12-24 bulan (ASI + Makanan Padat)
Pada situasi anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/ anak
perlu penanganan secara khusus.
a. Makanan Bayi Usia 0-6 bulan
1) Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI
terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI
saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat
bahwa ASI adalah makanan terbaik untu bayi. Menyusui sangat
baik untuk bayi dan ibu, karena dengan menyusui akan terbina
hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
10
2) Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar hari-hari pertama, kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi
dan zat kekebalan yang dibutuhkan oleh bayi.
3) Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah
ke payudara lainnya. Pemberian ASI dilakukan 8-10 kali setiap hari.
b. Makanan Bayi Usia 6-9 Bulan
1) Pemberian ASI diteruskan
Pada usia 6 bulan alat cerna sudah berfungsi, oleh karena itu bayi
mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari.
2) Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah
sedikit demi sedikit dengan sumber lemak, yaitu santan atau
minyak kelapa/ margarin. Bahan makanan ini dapat menambah
kalori makanan bayi, memberikan rasa enak juga mempertinggi
penyerapan vitamin A dan zat gizi yang larut dalaam lemak.
3) Setiap kali makan berikanlah MP-ASI dengan takaran:
- Usia 6 bulan – beri 6 sendok makan
- Usia 7 bulan – berikan 7 sendok makan
- Usia 8 bulan – berikan 8 sendok makan
- Usia 9 bulan – berikan 9 sendok makan
c. Makanan Bayi Usia 9-12 Bulan
1) Pada usia 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan
keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus
diatur secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus
diatur secara berangsur, mendekati bentuk dan kepadatan makanan
keluarga.
2) Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilih makanan selingan
yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo atau buah.
Usahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya
terjamin.
11
Pemberian makanan padat pertama ini harus memperhatikan kesiapan bayi, antara
lain keterampilan motorik, keterampilan mengecap dan mengunyah serta
penerimaan terhadap rasa dan bau. Untuk itu, pemberian makanan pertama perlu
dilakukan secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indera pengecapnya, berikan
bubur susu satu rasa dahulu, baru kemudian dicoba dengan multirasa (Depkes RI,
2000), (Bowman, BA, et al, 2001 dalam Albertus Setiawan, 2009).
2.1.9 Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi/ anak umur 0-24 bulan
Menurut Depkes RI, 2000 Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi/ anak
umur 0-24 bulan adalah sebagai berikut:
a. Pemberian Makanan Prelaktal (Makanan sebelum ASI keluar)
Makanan prelaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air
teh, madu, pisang, susu formula yang diberikan pada bayi yang baru lahir
sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan
mengganggu keberhasilan menyusui.
b. Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental, dan
berwarna kekuning-kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang tidak
memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum mengandung zat
kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat
gizi tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.
c. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan)
menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya gangguan
pencernaan/ diare. Kalau pemberian MP-ASI terlambat, bayi sudah lewat
usia 6 bulan, dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan anak.
d. MP-ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan
tidak cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan
bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan
santan atau minyak pada makanan anak, dapat menyebabkan anak
14
menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin
penting yang larut dalam lemak.
e. Pemberian MP-ASI sebelum ASI
Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat
menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang
diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan memberikan MP-
ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI
berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat
berakibat anak menderita kurang gizi. Seharusnya ASI diberikan dahulu
baru MP-ASI.
f. Frekuensi pemberian MP-ASI kurang
Ferekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari yang kurang akan berakibat
pada kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.
g. Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja
Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya
frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang
bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen laktasi pada ibu
bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi kalau
pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan.
h. Kebersihan kurang
Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat
menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu
yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa
tutup makanan/ tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan
dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi
seperti diare (mencret) dan lain-lain.
i. Prioritas gizi yang salah pada keluarga
Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota keluarga
yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak
baduta dan bila makan bersama-sama anak baduta selalu kalah.
15
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu analisa sistem yang baik
adalah :
1. Tentukan input dan output dasar dari sistem.
2. Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap.
3. Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan :
- Fersibility : cari yang memungkinkan
- Viability : kelangsungan
- Cost : cari yang harganya murah/ terjangkau
- Effectiveness : dengan input yang sedikit, output besar.
4. Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga.
5. Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru.
Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus Robert
V. (1960) dalam Satrianegara (2009), manajemen mempunyai lima unsur (5M),
yaitu:
a. Man (Manusia)
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-
orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
b. Money
Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu
uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
25
c. Materials
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/ materi-materi
sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan,
tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
d. Machines
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
e. Methods
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan
manajer. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan
orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan
utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
BAB 3. METODE KEGIATAN
26
27
KEPALA DINAS
Sekretariat
Keuangan
Seksi
Seksi Promkes & UKBM Seksi
Seksi Pemberantasan Kefarmasian & Perbekalan
Kesehatan Penyakit Kesehatan
Rujukan&Khusus
Seksi
Info & Litbangkes
Seksi
P3SDM
Seksi
Kesehatan Keluarga Seksi
Kesehatan
Lingkungan
UPT
(1) Puskesmas, (2) GFK, (3) JMC, (4) Labkesling
Sumber data : Subbag Umum dan Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
28
29
4.3.2 Pengorganisasian
Pelaksanaan pemberian MP-ASI di Puskesmas membutuhkan tenaga yang
terdiri dari 50 Koordinator gizi Puskesmas dan 4 orang tenaga gizi Kabupaten
Jember untuk melakukan pendataan sasaran di tingkat desa, di tingkat puskesmas,
dan di lokasi pengungsian.
4.3.3 Pelaksanaan
Tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan dana MP-ASI pada masing-
masing puskesmas yaitu pihak bidan Puskesmas melakukan pendataan sasaran di
tingkat desa, tingkat puskesmas dan lokasi pengungsian. Kemudian pengajuan
rencana kebutuhan MP-ASI, diteliti dan direkap Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
berdasar atas jumlah yang diusulkan oleh seluruh Bidan di Desa di wilayah
puskesmas tersebut. Setelah itu, koordinator Gizi Kabupaten Jember membuat
jadwal kegiatan ke setiap Puskesmas. TPG membuat jadwal rencana penjelasan
untuk Bidan di Desa. Bidan di Desa akan melanjutkan penjelasan tersebut kepada
pelaksana dan keluarga sasaran.
Berdasarkan SK Nomor : 444/7306/414/2015 perihal Usulan PMT
Pemulihan pada tanggal 6 April 2015, pihak dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember pada tanggal 30 Maret 2015 telah menerima bantuan dari provinsi berupa
makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk daerah berdampak bencana sebanyak:
38
Potensi masalah yang dapat terjadi pada proses pendistribusian MP-ASI, antara
lain:
1. Biaya pendistribusian dari kabupaten ke puskesmas sampai sasaran (cukup/
tidak cukup)
2. Jumlah yang didistribusikan terbatas (tidak tepat sasaran, dosis dan lama
pemberian)
3. Jumlah sasaran membengkak
4. Pendampingan kader (dilakukan/ tidak dilakukan)
5. Penyimpanan di tingkat kabupaten/ kota dan puskesmas kurang memadai
(tidak memiliki gudang khusus untuk penyimpanan makanan tambahan,
kondisi gudang kurang bersih/ lembab dan tidak menggunakan palet)
6. Pencatatan dan pelaporan: tidak lancar, sulit memperoleh informasi kemajuan
pemberian makanan tambahan (laporan tersebut selalu diminta auditor)
4.3.5 Pelaporan
Berdasarkan evaluasi laporan pelaksanaan MP-ASI balita usia 6-24 bulan
tahun 2015, didapatkan data sebagai berikut:
Jumlah kasus MP-ASI balita usia 6-24 bulan yang ditangani di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember yaitu sebanyak 5316 kasus.
a. Dari sumber dana DAU = 3000 kasus
b. Dari sumber dana BOK = 1903 kasus
c. Dari sumber dana PKK = 330 kasus
d. Dari sumber dana ADD = 10 kasus
e. Dari sumber dana APBN = 73 kasus
b. Outcome
Meningkatkan status gizi balita dan pengenalan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) bagi balita usia 6-24 bulan.
Tabel 4. 5 Laporan Pelaksanaan MP-ASI Balita Usia 6-24 Bulan Menurut
(BB/U) Kabupaten Jember Tahun 2015
No. BB/U (Sebelum) BB/U (Sesudah) Hasil Keterangan
Sangat Kurang Terjadi peningkatan status gizi terhadap 142 kasus.
1. 142
373 231 (2,67%)
Kurang Terjadi peningkatan status gizi terhadap 1144 kasus.
2. 1144
2216 1072 (21,52%)
Normal Terjadi peningkatan status gizi terhadap 1281 kasus.
3. 1281
2722 4003 (24,1%)
Gemuk Terjadi penurunan status gizi terhadap 5 kasus.
4. 5
5 10 (0,09%)
41
42
oleh bidan dan kader yang bertanggungjawab untuk membelikan jajanan lokal
seharga Rp.3.500,00 untuk 10 kali pemberian makan. Bentuk pemberian MP-ASI
dari dana DAU berupa Makanan Tambahan dengan variasi menu lokal. Namun,
pemberian MP-ASI dapat berupa makanan pabrikan, seperti biskuit yang didapat
dari dana bantuan.
akhir bulan. Setelah didapatkan data tahunan MP-ASI maka dapat dievaluasi
dan dibuat pelaporan pelaksanaan pemberian MP-ASI tahun 2015.
5.2.2 Pengorganisasian
Pelaksanaan pemberian MP-ASI di Puskesmas membutuhkan tenaga yang
terdiri dari 50 Koordinator gizi Puskesmas dan 4 orang tenaga gizi Kabupaten
Jember.
Pada proses pendataan sasaran di tingkat desa, bidan di desa melakukan
pendataan sasaran dengan mengisi formulir Daftar Keluarga Miskin seperti pada
lampiran 2 (PG 8, dalam buku Juknis Program JPS-BK untuk Bidan di Desa) dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas. Setelah itu bidan di Desa membuat rencana
pelaksanaan kegiatan MP-ASI tingkat desa berdasarkan jumlah sasaran.
Pelaksanaan di tingkat puskesmas, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas melakukan pengecekan data sasaran MP-ASI yang dilaporkan oleh
Bidan di Desa. TPG Puskesmas kemudian membuat rencana pelaksanaan kegiatan
MP-ASI tingkat kecamatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: menghitung
jumlah sasaran (balita usia 6-24 bulan), menghitung kebutuhan MP-ASI sesuai
dengan jumlah sasaran, mengajukan usulan kebutuhan MP-ASI, TPG
menginformasikan kepada Bidan di Desa tentang jumlah sasaran dan jumlah MP-
ASI untuk masing-masing desa setiap bulan.
Pelaksanaan di lokasi pengungsian, petugas di lokasi pengungsian (tenaga
kesehatan, LSM, PMI, dll) melakukan registrasi sasaran bayi 6-24 bulan dan
kelompok balita lainnya yang mungkin membutuhkan.
5.2.3 Pelaksanaan
Kegiatan Pemberian MP-ASI adalah serangkaian kegiatan meliputi : 1)
Pengelolaan manajemen MP-ASI yaitu: pendataan sasaran, pelatihan, penyediaan
dana, pemantauan, evaluasi, pencatatan dan pelaporan. 2) Pengelolaan teknis
pembuatan MP-ASI lokal yaitu : pembelian bahan makanan, persiapan,
pemasakan, penyajian dan sampai dikonsumsi sasaran.
Metode MP-ASI Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dilaksanakan dengan
cara swakelola dimana pihak bidan/ kaderlah yang bertanggungjawab membelikan
MP-ASI dalam bentuk jajanan lokal sesuai dengan anggaran yang telah diberikan
45
oleh Dinas Kesehatan kepada sasaran balita usia 6-24 bulan untuk masing-masing
Puskesmas. Pelaksanaan MP-ASI yang sudah baik terdapat di wilayah Puger,
Ledokomobo dan Kaliwates.
Tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan dana MP-ASI pada masing-
masing puskesmas yaitu pihak bidan Puskesmas melakukan pendataan sasaran di
tingkat desa, puskesmas dan di lokasi pengungsiasn. Kemudian pengajuan
rencana kebutuhan MP-ASI, diteliti dan direkap Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
berdasar atas jumlah yang diusulkan oleh seluruh Bidan di Desa di wilayah
puskesmas tersebut. Setelah itu, koordinator Gizi Kabupaten Jember membuat
jadwal kegiatan ke setiap Puskesmas. TPG membuat jadwal rencana penjelasan
untuk Bidan di Desa. Bidan di Desa akan melanjutkan penjelasan tersebut kepada
pelaksana dan keluarga sasaran.
Berdasarkan SK Nomor : 444/7306/414/2015 perihal Usulan PMT
Pemulihan pada tanggal 6 April 2015, pihak dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember pada tanggal 30 Maret 2015 telah menerima bantuan dari provinsi berupa
makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk daerah berdampak bencana sebanyak
50 Coli/ 1680 bungkus, tetapi belum terdistribusi dan akan segera dialokasikan.
Dinas Kabupaten Jember masih menganggap perlu untuk mengusulkan
bantuan PMT karena jumlah sasaran pada tahun 2014 yang dimiliki cukup banyak
yaitu sebanyak 35.144 Balita dan yang diusulkan sebanyak 1.500 anak dengan
minimal expaidate MP-ASI tahun 2016.
MP-ASI lokal diolah di rumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan
makanan yang tersedia di Kabupaten Jember, mudah diperoleh dengan harga
terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi
sasaran. Hari Makan Anak (HMA) yang ditetapkan Kabupaten Jember berdasar
atas jumlah hari bayi dan anak usia 6-24 bulan mendapat MP-ASI lokal yaitu
selama 30 hari berturut-turut disesuaikan dengan dana yang didapat dari
pemerintah pusat.
Pemberian MP-ASI pada balita di Kabupaten Jember diberikan selama 30
hari makan (setiap balita mendapatkan jajanan lokal seharga Rp. 3500,- selama 1
bulan). Apabila mengacu pada standart, lama pemberian MP-ASI yaitu selama 90
46
hari makan. Hal tersebut disesuaikan dengan dana yang didapat dari pusat dengan
jumlah sasaran yang dimiliki, maka pemberian MP-ASI dioptimalkan untuk 10
kali makan dengan tanpa mengurangi kandungan gizi yang dibutuhkan balita usia
6-24 bulan.
Pembelanjaan dana untuk pembelian makanan lokal dilakukan oleh bidan/
kader. Setiap 2 kali dalam seminggu balita usia 6-24 bulan mendapatkan jajanan
lokal yang dikonsumsi di posyandu untuk pemberian 10 kali makan dan bidan
dapat melaporkan hasil kegiatan di akhir kegiatan.
Point yang terpenting adalah adanya konseling dari petugas tentang
makanan balita yang baik bagi kader dan orangtua balita. Tujuannya agar kader
dapat menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dan usia balita,
serta orangtua diharapkan dapat membuat sendiri MP-ASI di rumah. Kebutuhan
MP-ASI bagi balita usia 6-11 bulan yaitu 100 g/hari/bayi dan pada usia 12-24
bulan yaitu 125 g/hari/bayi. Bagi kelompok berumur >2 tahun kebutuhannya
sebesar 150 g/r hari/bayi.
Setiap bayi 6-11 bulan akan mendapat MP-ASI blended food sebanyak
100 gr/hari, anak 12-24 bulan 125 g/hari dan anak diatas 24 bulan 150 g/hari.
Makanan dapat diberikan 3-4 kali sehari.
Cara penyiapan MP-ASI:
5.2.4 Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan diadakannya pemantauan dan evaluasi yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Pendistribusian makanan tambahan
2. Penyimpanan makanan tambahan
3. Pemberian makanan tambahan ke sasaran
4. Pembinaan pelaksanaan distribusi makanan tambahan
Potensi masalah yang dapat terjadi pada proses pendistribusian MP-ASI, antara
lain:
1. Biaya pendistribusian dari kabupaten ke puskesmas sampai sasaran (cukup/
tidak cukup)
2. Jumlah yang didistribusikan terbatas (tidak tepat sasaran, dosis dan lama
pemberian)
3. Jumlah sasaran membengkak
4. Pendampingan kader (dilakukan/ tidak dilakukan)
5. Penyimpanan di tingkat kabupaten/ kota dan puskesmas kurang memadai
(tidak memiliki gudang khusus untuk penyimpanan makanan tambahan,
kondisi gudang kurang bersih/ lembab dan tidak menggunakan palet)
6. Pencatatan dan pelaporan: tidak lancar, sulit memperoleh informasi kemajuan
pemberian makanan tambahan (laporan tersebut selalu diminta auditor)
5.2.5 Pelaporan
Berdasarkan evaluasi laporan pelaksanaan MP-ASI balita usia 6-24 bulan
tahun 2015, didapatkan data sebagai berikut:
Jumlah kasus MP-ASI balita usia 6-24 bulan yang ditangani di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember yaitu sebanyak 5316 kasus.
a. Dari sumber dana DAU = 3000 kasus
b. Dari sumber dana BOK = 1903 kasus
c. Dari sumber dana PKK = 330 kasus
d. Dari sumber dana ADD = 10 kasus
e. Dari sumber dana APBN = 73 kasus
48
3. Dari 4661 kasus status gizi normal menjadi 4861 kasus, terjadi peningkatan
status gizi terhadap 200 kasus sebesar 3,76%
4. Dari 32 kasus status gizi gemuk menjadi 29 kasus, terjadi peningkatan status
gizi terhadap 3 kasus sebesar 0,06%
Berdasarkan Laporan Pelaksanaan MP-ASI Balita Usia 6-24 Bulan
Kabupaten Jember Tahun 2015 didapatkan sebanyak 2962 atau sebesar 55,7%
dari 5316 balita yang mendapatkan MP-ASI naik status gizinya dimana hal
tersebut berbanding lurus dengan kenaikan berat badan. Bila dibandingkan
dengan indikator keberhasilan MP-ASI sebesar 80% maka hal tersebut masih jauh
dibawah target yang ingin dicapai.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a. Gambaran input dari pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI di Dinas
Kesehatan Tahun 2015
1) Sumber Daya Manusia berasal dari 4 staf gizi di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember dan 50 Koordinator gizi Puskesmas dan 4 orang tenaga
gizi Kabupaten Jember.
2) Dana berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang dialokasikan ke
Kabupaten Jember setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. Selain itu
sumber dana MP-ASI bisa didapat dari dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK),
Anggaran Dana Daerah (ADD), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBN).
3) Sarana untuk penyimpanan MP-ASI berupa pabrikan yang berasal dari dana
bantuan disimpan di Gedung Farmasi Kabupaten Jember (GFK Jember).
4) Metode MP-ASI dengan sistem swakelola yang dikelola oleh bidan dan
kader.
b. Gambaran proses dari pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI di Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2015
1) Perencanaan dilakukan dengan penyusunan petunjuk teknis, pertemuan
sosialisasi, bimbingan teknis, waktu pemberian MP-ASI, pelaporan,
evaluasi dan pelaporan.
2) Pengorganisasian untuk pendataan sasaran di tingkat desa, puskesmas dan
pengungsian terdiri dari 50 Koordinator gizi Puskesmas dan 4 orang tenaga
gizi Kabupaten Jember.
3) Pelaksanaan, meliputi: 1) Pengelolaan manajemen MP-ASI yaitu: pendataan
sasaran, pelatihan, penyediaan dana, pemantauan, evaluasi, pencatatan dan
pelaporan. 2) Pengelolaan teknis pembuatan MP-ASI lokal yaitu: pembelian
50
bahan makanan, persiapan, pemasakan, penyajian dan sampai dikonsumsi
sasaran.
4) Pengawasan dengan pemantauan dan evaluasi yang meliputi:
pendistribusian, penyimpanan, pemberian, pembinaan pelaksanaan
distribusi makanan tambahan.
5) Pelaporan dilakukan di akhir kegiatan MP-ASI.
c. Gambaran output dari pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI di Dinas
Kesehatan kabupaten Jember Tahun 2015
1) Cakupan program kasus MP-ASI balita usia 6-24 bulan yang ditangani di
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yaitu sebanyak 5316 kasus dari sumber
dana DAU, BOK, PKK, ADD dan APBN. Ketercapaian program MP-ASI
sebesar 55,7% atau sebanyak 2962 atau dari 5316 balita yang mendapatkan
MP-ASI naik status gizinya.
6.2 Saran
a. Disarankan untuk menambah tenaga gizi di Puskesmas agar pelaksanaan MP-
ASI dapat berjalan optimal.
b. Disarankan pada format laporan MP-ASI balita usia 6-24 bulan disertakan
kolom berapa jumlah sasaran Gakin, BGM dan 2T yang mendapat MP-ASI,
hal ini untuk mempermudah Dinas Kesehatan Kabupaten Jember mengetahui
dan memantau kondisi sasaran sebelum dan sesudah pemberian MP-ASI.
c. Setelah evaluasi kegiatan MP-ASI, sebaiknya Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember membuat laporan akhir hasil kegiatan pemberian MP-ASI pada balita
untuk dapat dijadikan laporan tahunan program perbaikan gizi masyarakat.
51
DAFTAR PUSTAKA
52