Yudi Hendriawan
Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Kalbis Institute
yudi.hendriawan@gmail.com
Abstract : The purpose of this study is to analyze the problem of burn mark defects and
process of decision making is done by the DMAIC method Six Sigma. Six Sigma is a
method used to reduce process variations and can also be used to reduce the level of
defects in production. Burn Mark defects in PVC products are defects that contribute 43%
of the total defects that appear every month or 7,035 DPMO. Analysis of the causes of
problems using fishbone diagrams, process mapping, C&E Matrix to determine the Key
Process Input Variable (KPIV). Burn Mark defects are caused by 4 factors namely material,
temperature, Screw & Barrel and working tools. The causal factor is determined as KPIV
and then by constructing a hypothesis will be tested using Anova and Two proportions to
prove whether it is really a factor that causes Burn Mark defects.
key words : Six Sigma, DMAIC, Fishbone Diagram, KPIV, Process Mapping
Abstrak: Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisa permasalahan cacat produk burn
mark dan pengambilan keputusan yang dilakukan dengan metode DMAIC Six Sigma. Six
Sigma adalah adalah suatu metode yang digunakan untuk mengurangi variasi proses dan
juga dapat digunakan untuk menurunkan tingkat cacat di produksi. Cacat Burn Mark pada
produk PVC merupakan cacat yang memberikan kontribusi 43% dari total cacat yang muncul
setiap bulannya atau 7,035 DPMO. Analisa penyebab masalah menggunakan fishbone
diagram, proses mapping, C&E Matrix untuk menentukan Key Process Input Variable
(KPIV). Cacat Burn Mark disebabkan oleh 4 faktor yaitu material, suhu, Screw & Barrel dan
Alat kerja. Faktor penyebab ditetapkan sebagai KPIV dan kemudian dengan membangun
hipotesa akan diuji dengan menggunakan Anova dan Two proportions untuk membuktikan
apakah benar menjadi faktor yang menyebabkan cacat Burn Mark.
Kata Kunci ; Six Sigma, DMAIC, Fishbone Diagram, KPIV, Process Mapping
produk yang bermutu tinggi. Agar mutu produk dapat terjaga dengan baik
suatu masalah, pengumpulan fakta fakta dan data, penemuan yang matang
yang ada.
yang akurat dan efisien , secara konsep Six Sigma memiliki Langkah-
Improve dan Control atau lebih dikenal dengan DMAIC. Metode Six Sigma
defect dan memaksimasi nilai tambah dari suatu produk. (Gygi et al, 2005).
Cacat produk yang paling sering ditemui adalah Burn Mark pada proses
Injection Molding. Defect Burn Mark memberikan kontribusi 43% dari total
perbulannya adalah 7,035 Defect per million opportunities (DPMO), data pada
ini bertujuan untuk mengurangi cacat burn mark agar produksi dapat
% Burn Mark
Jumlah Produk Jumlah Cacat % Cacat Cacat Burn
Bulan dari Total
yang dihasilkan Produk Produk Mark
Cacat Produk
Januari 3,869,275 53,560 1.38% 25,656 48%
Februari 3,928,210 58,720 1.49% 32,505 55%
Maret 4,148,488 67,857 1.64% 21,655 32%
April 4,153,007 70,784 1.70% 20,346 29%
Mei 4,368,990 59,836 1.37% 25,778 43%
Juni 4,898,200 57,518 1.17% 22,605 39%
Juli 2,504,793 62,277 2.49% 34,327 55%
Rata- Rata Cacat Produk/ Bulan 61,507 1.61% 26,125 43%
METODE
pernyataan-pernyataan hypothesis.
manajemen.
1. Define
pengumpulan data total produksi dan total cacat produk difokuskan pada
moulding cukup tinggi. Jumlah cacat produk rata rata setiap bulannya
1.61%, atau 61,507 batang. Dari total cacat produk tersebut cacat burn
mark merupakan cacat yang paling banyak terjadi yaitu sekitar 43%
atau 26,125 batang dari total cacat produk yang ada. Atau rata rata cacat
Setelah mendapatkan data yang ada saat ini maka di tetapkan target untuk
menurunkan cacat Burn Mark dari 7,035 DMPO menjadi 2,000 DPMO.
2. Measure
Pada tahap ini kita akan menentukan Key Process Input Variable (KPIV)
dengan memetakan proses produksi yang menghasilkan cacat produk
maka hal pertama yang di perlu dilakukan adalah memetakan flowchart
process dari pemasok hingga barang jadi, analisa akan berfokus pada
In-process Injection
Gambar 2. Aliran Proses
Tabel 3. Pemetaan Proses (Process Mapping)
Cause and Effect Matrix untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh key
Score KPIV 75 atau lebih akan dipilih dan di uji dengan menggunakan
3. Analyze
injeksi, bahan tidak meleleh dalam waktu yang bersamaan. Kunci sukses
ini akan memisahkan bubuk dengan material yang digunakan. Uji Hipotesis
dan tanpa proses vakum. Bahan regrind dengan proses vakum akan
regrind tanpa proses vakum. Tes Proporsi 2 akan digunakan untuk menguji
KPIV ini. Pernyataan Hipotesis, Jika nilai P<0.05 maka Ho: Tidak ada
menggunakan vakum dan tanpa vakum, Jika nilai P>0,05 maka Ha: Ada
Hasil yang diperoleh dari uji hipotesa dengan menggunakan uji 2 proportion,
dan hasilnya menunjukkan nilai P <0,05, Ho: Ditolak dan Ha: Diterima.
Berarti, ada penurunan jumlah cacat yang significan karena faktor material
rendah atau lebih tinggi antara parameter pengaturan dan suhu aktual
memiliki dampak signifikan terhadap hasil yang cacat produk (Burn Mark
dan Short Mold). Uji Hipotesis, Periksa perbedaan suhu aktual material dan
bandingkan dengan suhu yang ditargetkan. Tes ANOVA satu arah akan
digunakan untuk menguji KPIV ini. Pernyataan Hipotesis, Jika P<0.05 maka
Ho: Tidak ada perbedaan yang significant antara setting temperature dan
actual temperature. Jika nilai P>0,05 Ha: Ada perbedaan yang significant
KPIV 3. Screw dan Barrel tidak bersih dan aus, Setelah berjalan
untuk jangka waktu lama, screw dan barrel akan aus. Jarak antara screw
mesin tidak stabil. Kunci sukses dari masalah ini adalah dengan
aus dan kondisinya baik. Kondisi screw dan laras yang baik akan
menghasilkan kinerja kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan screw
dan barrel yang aus. Pernyataan Hipotesis, Jika Ho = p1-p2 = 0 dan P Value
> 0.05 maka Ho: tidak ada perbedaan cacat produksi antara menggunakan
srew dan barrel yang aus atau menggunakan srew dan barrel dengan
kondisi baik. Namun Jika Ha = p1-p2 ≠ 0 dan P Value < 0.05 maka Ha: ada
perbedaan cacat produksi antara menggunakan srew dan barrel yang aus
Hasilnya Nilai P<0,05 Ho: Ditolak dan Ha: Diterima, artinya ada perbedaan
KPIV 4. Alat Kerja yang tidak sesuai dengan setting mesin, Alat yang
sama pada mesin yang berbeda tidak selalu memberikan hasil yang sama
baiknya. Alat kerja harus hanya digunakan pada mesin yang tepat. Mold
yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kemampuan mesin akan
hipotesis dengan 2 Proportion Test akan digunakan untuk menguji KPIV ini,
amati jumlah burn mark dari bagian / alat yang sama di 2 mesin yang
berbeda. Pernyataan Hipotesis jika Ho = p1-p2 = 0 dan P Value > 0.05 maka
Ho: tidak ada perbedaan significant hasil cacat burn mark antara
Value < 0.05 maka Ha: ada perbedaan significant dari hasil cacat burn mark
Hasilnya Nilai P<0,05 Ho: Ditolak dan Ha: Diterima, artinya ada perbedaan
yang signifikant dari hasil jumlah cacat burn mark antara 2 mesin.
4. Improve
5. Control
berikut :
merupakan 43% dari total cacat yang ada atau setara dengan 7,035
2. Penyebab terjadi nya cacat Burn Mark pada produk antara lain:
c. Screw dan Barrel tidak bersih dan aus, Setelah berjalan untuk
jangka waktu lama, screw dan barrel akan aus. Jarak antara
d. Alat Kerja yang tidak sesuai dengan setting mesin, Alat yang
sebagai berikut:
a. Perbaikan granulator mesin yang bermasalah
kondisinya aus.