Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH VITAMIN E

Nama : Isdyra Ningsih

Kelas : B 2018

Nim : 1813015177

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang membahas
mengenai Vitamin E.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Samarinda, 17 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metaboisme Vitamin E

Penyerapan vitamin E adalah relatif rendah yakni sekitar 20% sampai 40% oleh
usus kecil. Penyerapan vitamin E ini dihambat oleh asam lemak tak jenuh.
Penghambatan penyerapan vitamin E karena interaksi kimia antara tokoferol dan
asam lemak tak jenuh dalam lumen usus. Dalam sel mukosa usus, semua vitamin E
yang dimasukkan ke dalam kilomikron. Jaringan mengambil sebagian vitamin E dari
kilomikron. Sebagian besar sisa-sisa vitamin E dari kilomikron masuk hati. Protein
yang mengikat a-tokoferol mentransfer a-tokoferol dalam hati, kemudian diekspor
dalam bentuk VLDL (very low density lippoprotein) untuk diserap oleh jaringan.
Hasil dari metabolisme VLDL dalam sirkulasi selanjutnya diubah dalam bentuk LDL
(low-density lipoprotein) dan HDL (high-density lipoprotein). Vitamin E lainnya
yang tidak terikat protein tidak dimasukkan ke dalam VLDL, tetapi dimetabolisme di
hati dan diekskresikan. Karena vitamin E diangkut dalam lipoprotein yang
disekresikan oleh hati maka konsentrasi plasma tergantung pada sebagian besar
plasma lipid. Lipoprotein lipase melepaskan vitamin dengan menghidrolisis
triasilgliserol yang di kilomikron dan VLDL, sedangkan vitamin E yang terikat pada
LDL secara terpisah dimediasi reseptor penyerapan lainnya.

B. Mekanisme Biokimia dari Fungsi Vitamin E


Vitamin E merupakan antioksidan larut lemak dalam sel. Berada pada bagian
lemak dalam membran sel, melindungi fosfolipid unsaturated dalam membran dari
degradasi oksidatif terhadap oksigen reaktif spesies yang tinggi dan radikal bebas
yang lain. Vitamin E mempunyai kemampuan untuk mengurangi radikal bebas
menjadi metabolit yang tidak berbahaya dengan memberikan gugus hidrogennya.
Vitamin E dikenal sebagai komponen penting dari sistem pertahanan antioksidan
seluler, yang melibatkan enzim-enzim yang lain seperti superoksida dismutase
(SODs), glutation peroksidase (GPXs), glutation reduktase (GR), katalase,
tioredoksin reduktase (TR), dan faktor-faktor non enzim (misalnya glutation, asam
urat), yang mana banyak tergantung pada zat gizi esensial yang lain.
Dalam fungsinya sebagai antioksidan vitamin E mengalami oksidasi primer
menjadi tocopherylquinone, prosesnya melalui radikal tocopheroxyl semi stabil.
Oksidasi monovalen tokoferol menjadi radikal tocopheroxyl adalah reaksi yang dapat
kembali, tetapi proses oksidasi selanjutnya satu arah. Tocopherylquinone tidak
mempunyai aktivitas vitamin E, produksinya menggambarkan katabolisme dan
hilangnya vitamin dari sistem. α- tocopherylquinone dapat tereduksi menjadi α-
tocopherylhydroquinone, yang dapat terkonjugasi dengan asam glukoronat
disekresikan dalam empedu, dan kemudian diekskresikan dalam feses, ini merupakan
jalur eliminasi dari vitamin E. Keadaan asupan vitamin E normal, kurang dari 1%
vitamin E yang diabsorbsi dikeluarkan melalui urin.Vitamin E dapat didaur ulang
dengan reduksi radikal tocopheroxyl kembali menjadi tokoferol. Beberapa
mekanisme dikemukakan untuk reduksi in vivo tocopheroxyl oleh beberapa reduktan
intraselular. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa proses ini dapat terjadi dalam
liposom oleh asam askorbat (vitamin C), dalam mikrosom oleh NAD(P)H, dan dalam
mitokondria oleh NADH dan suksinat, dengan dua sistem terakhir menunjukkan
sinergisme dengan glutation tereduksi (GSH).

Vitamin E berperan sebagai antioksidan biologis dengan fungsi pentingnya


memelihara integritas membran semua sel dalam tubuh. Fungsi antioksidan ini
meliputi reduksi radikal bebas, perlindungan terhadap reaksi-reaksi yang berpotensial
merusak seperti SOR. Vitamin E mempunyai kemampuan antioksidan dalam
memutus reaksi rantai di antara Polyunsaturated fatty acids (PUFAs) dalam membran
dimana dia berada, hal ini karena reaktifitas dari phenolic hydrogen pada kelompok
C-6 hidroksil dan kemampuan dari sistem cincin chromanol untuk menstabilkan
elektron yang tidak berpasangan. Kemampuan ini, yang disebut ”penyapu” radikal
bebas, melibatkan donasi hidrogen phenol ke radikal bebas dari asam lemak (atau O2
-
) untuk melindungi serangan senyawa tersebut pada PUFAs yang lain.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai antioksidan, vitamin E berubah
bentuk dari bentuk alkoholnya menjadi suatu bentuk antara radikal semistabil,
radikal tocopheroxyl (atau chromanoxyl). Tidak seperti radikal bebas yang dibentuk
dari PUFAs, radikal tocopheroxyl relatif tidak reaktif sehingga dapat menghentikan
proses penyebarluasan perusakan oleh peroksidase lipid. Tocopheroxyl cukup stabil
bereaksi dengan suatu radikal peroksil yang kedua untuk membentuk senyawa
inaktif, produk nonradikal termasuk tocopherylquinone. Karena α-tokoferol dapat
bersaing dengan radikal peroksil lebih cepat dibanding PUFAs, sejumlah kecil
vitamin mampu untuk memberikan efek proteksi antioksidan dalam jumlah besar.

Sebagaimana vitamin E sebagai proteksi membran, kadar tokoferol plasma


berhubungan berkebalikan terhadap kerentanan terhadap hemolisis oksidatif.
Hubungan ini membuat kadar alfa-tokoferol berguna sebagai parameter status
vitamin E. Kadar ≥ 0,5 mg/dL pada orang sehat berhubungan dengan perlindungan
terhadap hemolisis dan dipakai sebagai indikasi kecukupan nutrisi. Kadar tokoferol
ibu meningkat selama kehamilan, tetapi kadar pada fetus tetap rendah, hal ini
menunjukkan adanya penahan pada aliran transplasental dari vitamin ini.Kadar
vitamin E pada neonatus saat di dalam kandungan hanya sedikit dipengaruhi oleh
asupan vitamin E ibu melalui transfer plasental, mengakibatkan bayi baru lahir
mempunyai kadar yang rendah. Bayi prematur mempunyai risiko kekurangan
vitamin E karena kapasitas absorbsi lemak yang terbatas.Air susu ibu (ASI), terutama
kolustrum mengandung vitamin E konsentrasi tinggi. BCB mempunyai kadar vitamin
E sepertiga dari kadar vitamin E ibunya, dalam 4-6 hari menyusui kadarnya akan
sama dengan kadar vitamin E pada dewasa.(Ostrea dkk,1986)
Vitamin E efektif sebagai terapi pada beberapa kelainan pada manusia.

C. Gambaran Ketika Kekurangan Viamin E

Anda mungkin juga menyukai