Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN INDIVIDU BLOK BIOKIMIA

METABOLISME VITAMIN

Dosen : dr. Subandrate, M. Biomed

Disusun oleh
Nama : Evlin Kohar
NIM

: 04011181419064

Kelas Beta PSPD 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2015

Vitamin Larut Lemak


A. Metabolisme Vitamin A
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin A dalam tubuh
Vitamin A (dalam bentuk ester dan -karoten) diserap dari usus halus
dan sebagian besar disimpan di dalam hati. bentuk karoten dalam tumbuhan
selain , adalah dan -karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari
bahan pangan dalam proses pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus
halus dengan bantuan asam empedu (pembentukan micelle).
Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif,
kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran
limfatik, kemudian bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan ke
hati. Di hati, vitamin A digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan
dalam bentuk retinilpalmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil
palmitat diikat oleh Retinol Binding Protein (RBP), yang disintesis dalam hati.
Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu "transthyretin" untuk diangkut ke
sel-sel jaringan.
Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein
pengikat retinol seluler(celluler retinol binding protein), sebagian diangkut ke
hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan ke
usus halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi
diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urin dalam bentuk asam retinoat.
Karoten diserap oleh usus seperti halnya vitamin A, sebagian dikonversi
menjadi retinol dan metabolismenya seperti di atas. Sebagian kecil karoten
disimpan dalam jaringan adiposa dan yang tidak digunakan oleh tubuh
diekskresikan bersama asam empedu melalui feses.
Pada diet nabati, di lumen usus, oleh enzim -karoten 15,15deoksigenase, -karoten tersebut dipecah menjadi retinal (retinaldehid), yang
kemudian direduksi menjadi retinol oleh enzim retinaldehid reduktase. Pada
diet hewani, retinol ester dihidrolisis oleh enzim esterase dari pankreas,
selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk retinol, sehingga diperlukan garam
empedu.
Proses di atas sangat terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan produksi
vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh karoten dapat
dikonversi menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh dan masuk ke dalam

sirkulasi, hal ini akan digunakan tubuh sebagai antioksidan. Beberapa hal yang
menyebabkan karoten gagal dikonversi menjadi vitamin A, antara lain
penyerapan tidak sempurna, konversi tidak 100%, salah satu sebab adalah
diantara karoten lolos ke saluran limfe, dan pemecahan yang kurang efisien.
Ketika dibutuhkan untuk penglihatan, vitamin akan diangkut oleh
lipoprotein atau retinol binding protein melalui darah, menuju retinal pigmen
epithelium, kemudian berdifusi ke sel epitel, diubah menjadi all-trans retinol
hingga 11-cis-retinal yang bersama rhodopsin menyebabkan perubahan gugus
opsin membentuk neuronal signaling.

Gambar A.1. Mekanisme Melihat


Absorbsi vitamin laurt lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi
normal dari lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke hati dalam
bentuk kilomikron dan disimpan di hati atau dalam jaringan lemak. Di dalam
darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau spesific binding
protein), dan karena tidak larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu,
yang dikeluarkan bersama feses.

B. Metabolisme Vitamin D
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin D dalam tubuh
Senyawa yang memiliki aktivitas biologis vitamin D adalah
cholecalciferol, yang merupakan senyawa yang terbentuk di kulit, dan
ergocalciferol, yang disintesis oleh ultraviolet (UV) radiasi dari ergosterol.

Gambar B.1. Struktur Vitamin D


1. Penyerapan dan Pengangkutan
Vitamin D yang didapat melalui makanan (fortified food berupa
Ergocalciferol sintetik) diserap di usus halus di micels lipid kemudian
ditransfer melalui Kilomikron (CM) menuju ke hati sebagai Chylomicrons
remnant. Vitamin D yang disintesis kulit (berupa Cholecalsiferol) terikat
pada protein pengikat Vitamin D (Vitamin D Binding protein) di plasma
dan dimetabolisme secara bertahap. Vitamin D (baik cholecalsiferol
maupun Ergocalciferol) akan mengalami metabolisme di hati dan ginjal.
Di hati, Vitamin D mengalami 25-hidroksilasi membentuk calcidiol (25hidroxycholecalciferol). Selanjutnya di dalam ginjal, Calcidiol mengalami
1-hidroksilasi untuk menghasilkan metabolit aktif, calcitriol(1,25dihidroxycholecalciferol)
mrnghasilkan

metabolit

atau

mengalami

inaktif,

24-hidroksilasi

24-hidroxycalcidiol

untuk
(24,25-

hidroxycholecalciferol).
2. Ekskresi
Kebanyakan vitamin D dieksresikan dalam empedu. Sekitar 5%
dieksresikan melalui metabolit larut air dalam urin.
C. Metabolisme Vitamin E
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin E dalam tubuh
Ada delapan vitamer vitamin E, dimana tokoferol dipisahkan dari
tokotrienol. Tokoferol memiliki ikatan rangkap pada rantai, dimana
tokotrienol tidak ada. Tokoferol dan tokotrienol juga dapat dibedakan dengan
posisi metil pda cincin chromanol. Tokotrienol ditemukan pada makanan
bebas alkohol dan ester, sedangkan tokoferol ditemukan di makanan bebas

alkohol namun asetat dan ester suksinat digunakan dalam farmasi karena
memiliki stabilitas menangkal oksidasi. Trolox adalah contoh bahan sintesis
larut air yang memiliki aktivitas vitamin E.

Gambar C.1. Struktur Vitamin E


Metabolisme Vitamin E
Absorbsi vitamin E bisa terbilang buruk hanya 20%-40% yang diserap
oleh usus halus dan bercampur dengan misel lipid. Absorbsi ditingkatkan oleh
trigliserida rantai sedang dan dihambat oleh asam lemak tidak jenuh berantai
panjang (polyunsaturated fatty acid/ PUFA) atau hasil peroksidasi produknya
di usus. Ester dihidrolisis di lumen oleh pankreas esterase dan esterase dari
sel mukosa.
Pada mukosa sel intestinal, semua vitamin E diubah menjadi
kilomikron lalu jaringan mengambil vitamin E tersebut, naun sebagian besar
masuk ke liver dalam bentuk sisa kilomikron. -Tocopherol berikatan dengan

protein transfer -Tocopherol di liver lalu diendarkan dalam bentuk


lipoprotein (very-low density lipoprotein / VLDL) untuk ke jaringan. Vitamin
E juga akan ada di HDL (high density lipoprotein) dan LDL (low density
lipoprotein) sebagai hasil metabolisme VLDL. Vitamin yang tak berikatan
dengan protein transfer -Tocopherol akan dimetabolisme oleh hati dan
diekskresikan.
Afinitas dari protein transfer -tocopherol adalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.

RRR--tocopherol = 1
-tocopherol = 0.38
tocopherol = 0.09
-tocopherol = 0.02
SRR--tocopherol = 0.11
-tocotrienol = 0.09
Karena vitamin E ditransportasi melalui lipoprotein, jumlah konsentrasi

vitamin tergantung jumlah lipid di plasma. Pada eritrosit juga terdapat


vitamin E yang setimbang dengan jumlah di plasma. Lipoprotein lipase
jaringan menghidrolisis trigliseria (TGA) VLDL sehingga vtamin lepas,
dimana juga terdapat reseptor untuk vitamin E berikatan dengan LDL.
Tokoferol dapat mengalami oksidasi reversibel menjadi epoksida diikuti
dengan pemutusan cincin membentuk kuinon yang direduksi menjadi
hidrokuinon dan berkonjugasi menjadi glucuronic acid untuk diekskresikan
ke empedu yang menjadi jalan utama ekskresi empedu. Rantai quinon dan
hidrokuinon mungkin dioksidasi oleh -oksidasi dan sejumlah kecil produk
(carboxyethyl-hydroxychromans) dan konjugasinya diekskresikan ke urin.

Gambar C.2. Reaksi Vitamin E dan Lipid Peroksida


D. Metabolisme Vitamin K
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin K dalam tubuh
Phylloquinone adalah vitamin K1, menaquinones adalah vitamin K2, dan
zat hasil sintesis menadione dan menadiol adalah vitamin K3.
Phylloquinone diabsorbsi pada bagian proksimal intestinal tenue
melalui mekanisme yang membutuhkan energi, dan digabungkan dengan
kilomikron. Estrogen meningkatkan daya absorbsi phylloquinone pada hewan
percobaan. Setengah dari plasma vitamin K masih terdapat pada sisa
kilomikron meskipun sudah dikonsumsi setelah 1 malam berpuasa.
Konsentrasi phylloquinone plasma berhubungan dengan variasi genetik pada
apoprotein E, yang menentukan ikatan pada sisa kilomikron ke lipoprotein
reseptor di hepar.
Jaringan ekstrahepatik mengambil phylloquinone dari kilomikron dan
VLDL, dan mensintesis menaquinone-4, vitamer utama di jaringan lain selain
hepar. Beberapa menaquinone juga diabsorbsi ke dalam sistem portal dari
colon.
Melaquinone diabsorbsi terutama dari ileum bagian terminal dimana
terdapat garam empedu, masuk ke vena portal hepatika. Sedikit menaquinone
dibentuk oleh bakteri pada colon dapat diabsorbsi karena menaquinone
tersebut terikat kuat pada bakteri membran sel karena keberadaan garam
empedu. Sekitar 90% kandungan vitamin K pada hepar adalah menaquinone 7

hingga 13. 60-70% dari konsumsi sehari-sehari phylloquinone disekresikan,


terutama sebagai konjugasi pada cairan empedu, dan waktu paruh
phylloquinone adalah sekitar 17 jam. Penumpukan radioaktif phylloquinone
terjadi secara cepat di hepar dan hilang dari tubuh dalam waktu sekitar 1,5
hari. Hal ini menandakan adanya perputaran waktu yang cepat dan simpanan
vitamin K yang sedikit.
Bagaimanapun, tetap akan ada resirkulasi enterohepatik pada konjugasi
cairan empedu yang diekskresi. Sekitar 10% kandungan vitamin K total pada
hepar secara normal ada dalam bentuk epoksi, dibentuk oleh vitamin-K
dependent carboxylase, dan secara normal direduksi kembali membentuk
vitamin aktif.
Menadione secara umumnya diabsorbsi melalui sistem portal, meskipun
beberapa juga diabsorbsi dalam sistem limfatik. Pada hepar, menadione
dialkilasi menjadi menaquinone-4 melalui penambahan geranil-geranil fosfat,
dari pada sebuah langkah pembentukan sisi rantai polyisoprenyl. Presiapan
mikrosomal hepar akan mengkatalisis pembentukan menaquinone-2 (dari
geranyl pyrophosphate), menaquinone-3 (dari farnesyl pyrophosphate), dan
menaquinone-4 pada kecepatan yang sama, bergantung pada isoprenyl
pyrophosphate yang disediakan.
Vitamin K antagonist warfarin menghinhibisi alkilasi pada menadione,
meskipun hal ini bukan merupakan mode mayor. Menadione, yang tidak
dialkilasi, secara cepat dimetabolis, direduksi menjadi menadiol secara besarbesaran, diikuti dengan formasi glucuronide yang disekresikan pada cairan
empedu, dan sulfat dan fosfat konjugasi yang disirkulasikan di pembuluh
darah dan diekskresikan pada cairan empedu dan urin. Metabolisme
menadione sangat cepat sehingga hanya sebagian kecil yang dikonversikan
menjadi menaquinone-4.
Sekitar 20% oral dosis pada phylloquinone diekskresikan di feses tidak
diubah, sedangkan sekitar 80% diabsorbsi. 35%-40% yang radioaktif
dikembalikan ke bentuk asalnya di feses sebagai variasi konjugasi
metabolisme polar yang dibentuk -methyl oxidation rantai samping, diikuti
dengan -oxidation, bersama reduksi cincin quinone, untuk melengkapi sisi
konjugasi dengan asam glucuronic, fosfat, atau sulfat.

Sekitar 75% konjugasi diekskresi di cairan empedu dan sisanya di urin.


Di lumen intestinal, glucuronide dihidrolisis oleh bakteri glucuronidase dan
kelompok karboksil diesterfikasi oleh enzim bakteri, sehingga fecal metabolit
lebih lipofilik dari yang pada mulanya di ekskresikan di cairan empedu.
Setelah administrasi vitamin K antagonis warfarin, terjadi peningkatan
ekskresi metabolit phylloquinon epoksi di urin dan ada penurunan
kompensatori di ekskresi pada feses.

Vitamin Larut Air


A. Metabolisme Vitamin B1 (Thiamin)
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi thiamin dalam tubuh
Vitamin B1 merupakan anggota pertama dari suatu kelompok vitaminvitamin yang disebut B-kompleks. Vitamin B1 larut dalam air, tidak larut
dalam minyak dan dalam zat-zat pelarut lemak, stabil terhadap pemanasan pH
asam, tetapi terurai pada suasana biasa atau netral. Tiamin mudah larut dalam
air, sehingga didalam usus halus mudah diserap kedalam mukosa. Didalam sel
epitel mukosa usus thiamin diphosphorylasikan dengan pertolongan ATP dan
sebagai TPP dialirkan oleh vena portae kehati. Thiamin dieskresikan didalam
urine pada keadaan normal, eskresi ini parallel terhadap tingkat konsumsi,
tetapi pada kondisi defisien hubungan parallel ini tidak lagi berlaku.
Penyerapan:
Tiamina dilepaskan melalui oleh aksi dari fosfatase dan pyrofosfatase di
bagian atas usus halus. Pada konsentrasi rendah, proses ini dimediasi oleh
senyawa pembawa (intermediate compound), dan pada konsentrasi tinggi,
penyerapan terjadi melalui difusi pasif . Transfer aktif paling besar terjadi di
dalam jejunum (bagian tengah dari usus kecil) dan ileum (bagian akhir dari
usus kecil), proses ini dapat dapat dihambat oleh konsumsi alkohol dan
kekurangan folat. Penurunan penyerapan tiamina terjadi pada asupan di atas 5
mg/hari. Sel-sel mukosa pada usus memiliki aktivitas enzim thiamine
pyrophosphokinase, tetapi tidak jelas apakah enzim ini terkait dengan
penyerapan aktif. Mayoritas tiamina ada di dalam usus dalam bentuk ThDP
yang terfosforilasi, tetapi ketika tiamina berada pada bagian serosal usus,
tiamina cenderung dalam bentuk bebas. Penyerapan tiamina oleh sel mukosa
kemungkinan

memiliki

cara

tambahan

untuk

proses

fosforilasi

defosforilasinya. Di sisi serosal usus, bukti menunjukkan bahwa pelepasan


dari vitamin oleh sel tergantung pada enzim Na+-dependent ATPase.
Penyerapan Seluler Tiamina (Vitamin B1):
Penyerapan tiamina oleh sel-sel darah dan jaringan lain terjadi melalui
transfer aktif dan difusi pasif. Otak membutuhkan tiamina pada jumlah yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan sel tubuh lainnya. Banyak tiamina yang
tertelan tidak pernah mencapai otak karena adanya difusi pasif dan penghalang

darah di otak (blood brain barrier). Sekitar 80% dari tiamina intraseluler
terfosforilasi dan sebagian terikat dengan protein. Pada beberapa jaringan,
penyerapan tiamina dan sekresi tampaknya dimediasi oleh transporter yang
larut dalam tiamina, dimana transporter ini tergantung pada Na+ dan gradien
proton transeluler.
Pengangkutan:
Tiamina (Vitamin B1) Terikat pada Protein di dalam Plasma Darah.
Mayoritas tiamina di dalam serum (plasma darah) terikat pada protein,
terutama albumin. Sekitar 90% dari total tiamina pada darah berada di dalam
eritrosit. Sebuah protein pengikat spesifik (specific binding protein) yang
disebut tiamina-binding protein (TBP) telah diidentifikasi pada serum tikus
dan diyakini merupakan hormone-regulated carrier protein yang berperan
penting bagi distribusi tiamina pada jaringan.
Distribusi Tiamina (Vitamin B1) pada Jaringan:
Penyimpanan tiamina pada manusia berjumlah sekitar 25 sampai 30
mg, dengan konsentrasi terbesar berada pada otot rangka, jantung, otak, hati,
dan ginjal. ThMP dan tiamina bebas (unbelum terfosforilasi) hadir di dalam
plasma, susu, cairan serebrospinal, dan diduga, pada semua cairan
ekstraseluler. Berbeda dengan bentuk-bentuk tiamina yang terfosforilasi,
ThMP dan tiamina bebas mampu melintasi membran sel. Kandungan tiamina
pada jaringan manusia lebih sedikit bila dibandingkan dengan organisme
lainnya.
Ekskresi:
Tiamina dan metabolit asamnya (asam 2-metil-4-amino-5-pirimidin
karboksilat,

asam

4-metil-tiazol-5-asetat,

dan

tiamina

asam

asetat)

diekskresikan melalui urin.


B. Metabolisme Vitamin B2 (Riboflavin)
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi riboflavin dalam tubuh
Selain dari susu dan telur, yang mengandung sebagian besar dari
riboflavin bebas terikat dengan binding protein yang spesifik, sebagian besar
dari vitamin dalam makaan adalah sebagai koenzim flavin yang terikat dengan
enzim, kira-kira 60% sampai 90% sebagai FAD.

FAD dan riboflavin fosfat di makanan akan terhidrolisis di lumen


intestinal oleh nukleotida difosfatase dan berbagai fosfatase nonspesifik untuk
menghasilkan riboflavin bebas, yang diabsorpsi oleh intestinum oleh
mekanisme sodium-dependen. Setelah diabsorpsi, riboflavin masuk ke
pembuluh darah sebagai riboflavin fosfat oleh sel mukosa intestinal.
Sebagian besar jaringan mengandung sedikit riboflavin bebas dan
kecuali ginjal yang terdapat sekitar 30% riboflavin fosfat, dan lebih dari 80%
sebagai FAD, hamper semua terikat dengan enzim.
Riboflavin diekskresikan sekitar 25% di ekskresi urin sebagai vitamin
yang tidak berubah, dengan sebagian glycoside dari riboflavin dan sisa
metabolismenya.
C. Metabolisme Vitamin B3
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin B6 dalam tubuh
Niacin terdapat dalam jaringan, dan pada makanan terutama sebagai
nicotinamide nukleotida. Hidrolisis postmortem dari NAD (P) sangat cepat
pada jaringan hewan, dan kemungkinan sebagian besar niacin dalam daging
adalah nicotinamide bebas.
Nukleotida nikotinamida terdapat dalam lumen usus yang dihidrolisis
untuk nicotinamide. Sejumlah bakteri usus memiliki deamidase nicotinamide
aktivitas tinggi, dan proporsi yang signifikan dari nicotinamide diet mungkin
dideaminasi dalam lumen usus. Kedua asam nikotinat dan nikotinamida
diserap dari usus kecil dengan proses penjenuhan tergantung natrium.
Dalam kondisi normal, terdapat sedikit atau tidak ada ekskresi baik
nicotinamide atau asam nikotinat, karena kedua vitamin secara aktif diserap
dari filtrate glomerular. Hanya ketika konsentrasi tinggi mekanisme
transportasi jenuh sehingga terjadi ekskresi yang signifikan.
Metabolit utama nicotinamide adalah N1-methylnicotinamide dan metil
piridin karboksamida. N1-Methylnicotinamide secara aktif disekresi ke dalam
urin oleh tubulus ginjal proksimal. Nicotinamide N-methyltransferase adalah
enzim S-dependent-adenosylmethionine yang hadir di sebagian besar jaringan.
Intake nicotinamide yang tinggi dapat menguras kolam jaringan fragmen satukarbon.

Nicotinamide juga dapat mengalami oksidasi untuk nikotinamida Noksida. Hal ini biasanya metabolit kecil dalam manusia, kecuali dalam jumlah
besar (sekitar 200 mg) dari nicotinamide yang tertelan. Pada tikus,
nicotinamide N-oksida adalah produk ekskretoris utama metabolisme niacin.
Pada tingkat tinggi asupan nicotinamide, beberapa 6-hydroxynicotinamide
juga dapat diekskresikan.
D. Metabolisme Vitamin B6
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin B6 dalam tubuh
Vitamin B6 memiliki enam vitramer : alkohol piridoksin, aldehid
piridoksal, amin piridoksamin dan 5fosfat mereka. Vitamer dapat diubah
menjadi satu sama lain (interconvertible) dengan aktivitas biologis yang
setara.

Gambar D.1. Konversi Vitamin B6


Metabolisme
Vitramer terfosforilasi di defosforilasi oleh alkalin fosfatase di mukosa
usus. Pyridoxal, pyridoxamine dan pyridoxine diabsorbsi melalui difusi
dengan bantuan carrier. Sel mukosa intestinal memiliki pyridoxine kinase dan

pyridoxine phosphate oxidase sehingga terjadi akumulasi pyridoxal phosphate


karena hambatan metabolik. Banyak pyridoxine dlepas ke sirkulasi portal
sebagai pyridoxal setelah defosforilasi di permukaan serosa.
Jaringan mengambil vitamin dengan difusi dengan bantuan carrier
dalam bentuk pyridoxal (atau vitramer tak terfosforilasi) diikuti hambatan
metabolik dengan fosforilasi. Sirkulasi pryridoxal dan pyridoxamine
phosphate dihidrolasi oleh alkalin fosfatase ekstrasel. Semua jaringan
memiliki memiliki pyridoxine kinase namun liver, ginjal, dan otak umumnya
ditemukan pyridoxine phosphatase. Pyridoxine phosphatase oxidase adalah
flavoprotein yang dihambat oleh produknya, pyridoxal phosphate yang
berikatan dengan residu lisin.
Pyridoxine diubah menjadi pyridoxal phosphat di liver dan jaringan
lain. Pyridoxal phosphate tidak melewati membran sl dan eflux vitamin pada
sejulah besar jaringan dalam bentuk pyridoxal. Pyridoxal phosphat dibawa ke
hati melalu albumin dengan berikatan dengan lysine. pyridoxal phosphat
bebas dihidrolisis menjadi pyridoxal dan masuk ke sirkulasi dengan albumin
dan hemoglobin.
Pyridoxal bebas dapat meninggalkan sel atu dioksidasi mejadi 4pyridoxic acid oleh aldehyde dehydogenase dan juga oleh hepatic dan renal
aldehyde oxidase. 4-pyridoxic lalu disekresikan melalui ginjal. Sedikit
pyridoxal dan pyridoxamine juga diekskresikan ke urin walaupun banyak
vitamin B6 difiltrasi dan reabsorbsi ginjal.
E. Metabolisme Vitamin B12
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin B12(folat) dalam tubuh
Pada lumen intestinal, konjugasi folat dihidrolisis oleh glutamat
karboksipeptidase (pteroylpolyglutamate hydrolase, dikenal juga dengan
konjugase), sebuah zinc-dependen enzim dalam cairan pankreas, cairan
empedu, mukosa brush border, dan lisosom pada enterosit dan sel lain.
Konjugase adalah poly- -glutamyl hydrolase umum, dengan spesifikasi
pada separuh pterin. Konjugase aktif secara acak pada -glutamyl group yang
menghilangkan exopeptidase secara sekuen dan sebagai oligo- -glutamyl
peptides yang menghilangkan endopeptidase.

Endopeptidase dan eksopeptidase konjugasi ditemukan di seluruh


jaringan, konjugasi pada makanan dapat berkontribusi menuju hidrolisis folat
poliglutamat yang tidak diketahui jelas mekanismenya. Beberapa makanan
mengandung inhibitor konjugase yang akan berkurang kemampuannya dalam
konjugasi folat.
Karena konjugase merupakan zinc-metallo enzim, kekurangan zinc
dapat menyebabkan gangguan pada absorbsi folat makanan konjugasi, namun
tidak pada folat monoglutamat.
Metil-tetrahidrofolat dari mukosa intestinal berikatan dengan albumin
dan merupakan vitamer utama yang diserap jaringan ekstrahepatik. Jumlah
kecil pada karbon substitusi folat juga bersirkulasi (sekitar 10-15% plasma
folate adalah 10-formyl-tetrahydrofolate) dan ada untuk diserap jaringan.
Ada sangat sedikit kehilangan folate melalui sekresi urin, sekitar 510nmol microbiologicaly active material setiap harinya. Tidak hanya
kebanyakan folat di plasma terikat ke protein (folate binding protein untuk
unsubstituted folate atau albumin untuk methyltetrahydrofolate), folat juga
diproteksi dari filtrasi glomerulus, namun renal brush border juga memiliki
kandungan konsentrasi folat binding protein yang tinggi yang bertindak
sebagai pe-reabsorbsi yang terfiltrasi.
Folate polyglutamate di sel yang tidak berikatan dengan enzim,
mengalami hidrolisis pada -glutamyl side chain, dikatalisis oleh lysosomal
conjugase, menghasilkan folatemonoglutamate, yang kemudian meninggalkan
sel secara bebas.
Karboksipeptidase G dan ferritin mengkatalisis hidrolisis pada C-9
hingga

N-10

ikatan

folat

monoglutamat

hingga

menghasilkan

p-

aminobenzoylglutamate (kebanyakan diasetilasi sebelum ekskresi) dan pterin,


diekskresikan baik tanpa diubah atau sebagai isoxanthopterin dan komponen
inaktif biologis lainnya. Sebagai hasil peningkatan sintesis ferritin dalam
kehamilan, katabolisme folat dan ekskresi p-aminobenzoylglutamat meningkat
secara signifikan, menandakan kebutuhan folat selama kehamilan dan dapat
lebih tinggi dari yang diharapkan sebagai dasar dari kebutuhan fetus.
F. Metabolisme Vitamin C (Asam Askorbat)

Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin C dalam tubuh


Senyawa yang beraktivitas sebagai vitamin adalah asam askorbat dan
dehidroaskorbat.

Gambar F.1. Struktur Vitamin C


1. Penyerapan & Pengangkutan
Sekitar 80% sampai 95% askorbat dari makanan diserap sampai sekitar
100 mg per hari. Askorbat tidak terserap dari dosis tinggi adalah substrat
untuk usus metabolisme bakteri.
Askorbat dan dehydroascorbate diserap ke jaringan oleh mekanisme
terpisah,
dan tidak ada persaingan di antara mereka.
Askorbat memasuki sel dengan cara transporter tergantung

natrium.
Dehidroaskorbat memasuki dengan glukosa transporter (GLUT),
dan direduksi menjadi askorbat intraseluler.

2. Ekskresi
asam askorbat dalam metabolisme manusia akan diekskresi dalam urin,
baik sebagai asam askorbat maupun sebagai dehydroascorbate dan
diketogulonate. Askorbat dan dehidroaskorbat disaring di glomerulus
kemudian diserap oleh proses natrium-independen. Dehidroaskorbat yang
direabsorpsi akan diubah menjadi askorbat pada ginjal. Pada konsentrasi
plasma di atas 85mol/L, sistem transportasi ginjal menjadi jenuh, dan
askorbat akan dieksresikan.

G. Metabolisme Vitamin H
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi vitamin H (biotin) dalam tubuh

Gambar G.1. Metabolisme Biotin

Gambar G. 2. Metabolit Biotin


Biotin merupakan komponen bisiklik dengan ureido yang terfusi dan
cincin thiophene, dan sebagai aliphatik karboksilat side chain. Biotin berikatan
secara kovalen ke enzim oleh formasi ikatan peptida antara side chain group
karboksil dan pembentukan biositin dari lisin group -amino (biotinyl-lysine).
Kebanyakan biotin terdapat dalam bentuk biositin, beserta enzim, yang
dilepaskan melalui proteolisis, lalu dihidrolisis oleh biotinidase di cairan
pankreas dan sekresi mukosa intestinal untuk menghasilkan biotin bebas.
Biositin tidak diabsorbsi secara signifikan.
Biotin uptake dalam eritrosit dilakukan oleh sodium-dependent carrier,
yang juga merupakan transport asam pantothenic dan asam lipoic, namun
diinhibisi biositin dan dethiobiotin. Carrier ditemukan di intestinum tenue dan
colon, sehingga biotin dan asam patonthenic yang disintesis oleh bakteri
intestinal dapat diabsorbsi. Meskipun pada intake yang tinggi (hingga 80
mol), biotin kurang lebih diabsorbsi secara penuh. Kebanyakan biotin
sirkulasi di pembuluh darah berikatan dengan serum glikoprotein, biotinidase

yang tidak hanya bertindak sebagai transport protein, juga bertindak dalam
mengkatalisis hidrolisis biositin dan transfer biotin dari biositin ke dalam
sulfhydryl group histone dan protein lain. Beberapa biotin juga tidak
dispesifikasi berikatan dengan albumin dan - dan -globulin.
Dietary biotin berikatan dengan avidin tidak dapat bereaksi, namun
secara intravena administrasi avidin-biotin aktif secara biologis. Berbeda
dengan vitamin B lainnya, konsertratif uptake ke dalam jaringan dilakukan
dengan facilitated diffusion, diikuti oleh metabolic trapping, biotin yang
berikatan dengan enzim, lambat dan tidak dapat dijadikan sebagai bagian
dalam proses uptake.
Biotin yang berikatan secara kovalen menjadi biotin dependen enzim
sebagai -amino-lysine peptide, biocytin. Dalam katabolisme enzim, biositin
dihidrolisis oleh biotinidase, menyebabkan reutilisasi biotin.
Side chain biotin dapat melalui mitokondrial atau peroksimal oxidation

untuk

menghasilkan

bisnorbiotin

dan

tetranorbiotin.

Pada

mikrosom, biotin dan bisnorbiotin melalui S-oxidation ke sulfoksida, dan


biotin sulfoksida dapat menjalani oksidasi lebih lanjut menjadi sulfone.
Pada intake level fisiologis, sekitar 30% biotin diekskresi tanpa
perubahan dan 50-60% sebagai bisnorbiotin dan bisnorbiotin metil keton,
sulfoksida dan biotin sulfone membentuk yang tersisa. Brush border pada
korteks ginjal memiliki sodium-biotin cotransport sistem mirip dengan
mukosa intestinal, melengkapi reabsorbsi biotin bebas yang di filtrasi dalam
urin. Disaat ketika mekanisme ini menjadi jenuh, akan ada ekskresi biotin
secara signifikan. Sebagai hasil dari resorpsi ini, protein binding plasma biotin
yang mereduksi filtrasi pada glomerulis, renal clearance biotin adalah hanya
40% dari kreatin. Efisien konserfasi biotin bersama dengan siklus ulang biotin
dilepaskan melalui katabolisme biotin yang mengandung enzim dapat
sepenting sintesis vitamin oleh bakteri intestinal dalam menjelaskan
kekurangan yang jarang ada.

H. Metabolisme Asam Folat


Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi folat dalam tubuh
Bentuk aktif asam folat adalah Tetrahidrofolat(THF). Tetrahidrofolat
dapat membawa fragmen-fragmen 1 karbon yang melekat pada:

N-5 (gugus formil, formimino, atau metil)


N-10 (formil)
N-5-N-10 (gugus metilen/metenil)

5-formil-THF lebih stabil dari folat, sehingga digunakan dalam farmasi


(dikenal sebagai asam folinat) atau senyawa sintetik (leukovarin).

Gambar H.1. Struktur Asam Folat


1. Penyerapan & Pengangkutan
Asam folat bebas (dilepas dari aksi konjugasi) diserap oleh mekanisme
carrier-mediated di jejunum. Namun, folat di susu terikat dalam protein
tertentu(yang telah digunakan dalam tes mengikat radioligand untuk folat),
kompleks protein-folat akan diserap secara utuh, terutama di ileum.
2. Ekskresi
Asam folat yang dieksresi melalui urin sangat sedikit(sekitar 510 mmol)
dari mikrobiologis bahan aktif per hari. Hal ini diakibatkan brush border
tubulus ginjal akan mengabsorpsi hampir seluruh folat hasil metabolisme.
Sebagai hasil dari peningkatan sintesis feritin pada kehamilan, katabolisme
folat

dan

ekskresi

p-aminobenzoylglutamate

peningkatan

secara

signifikan, menunjukkan bahwa kebutuhan folat pada kehamilan mungkin


jauh lebih tinggi atas dasar kebutuhan janin
I. Metabolisme Asam Pantoneat
Penyerapan, pengangkutan, dan ekskresi Asam Pantoneat dalam tubuh

Vitamer dari asam pantotenat adalah D-isomer yang merupakan peptida


dari asam pantonik dan -alanine. Asam patotenat bebas dan garam
natriumnya bersifat tidak stabil sehingga digunakan garam kalsium (calcium
dipantothenate). Alkohol, pantothenol, adalah substansi sintetik yang memiliki
aktivitas biologis karena mengoksidasi asam pantotenat.

Gambar I. 1. Metabolisme Asam Pantoneat


Metabolisme
85% asam pantotenat adalam sebagai CoA atau phosphopantetheine.
Pada lumen usus, terjadi hidrolisis menjadi phosphopantetheine, lalu
pantetheine. Mukosa sel usus memiliki aktivitas pantetheinase yang tinggi dan
terus menghidrolisis pantetheine membentuk asam pantotenat.
Absorbsi asam pantotenat dengan

menggunakan

karrier

yang

bergantung pada natrium dalam bentuk biotin dan asam lipoic. Karrier
ditemukan disepanjang traktus intestinal dan sehingga asam pantotenat
disintesis oleh bakteri usus yang ada untuk absorbsi (seperti biotin). Jaringan
lain juga mengamil asam pantotenat dengan mekanisme yang sama dari

sirkulasi. Mekanisme transport tidak secara normal bersaturasi, jadi


penggunaan pantotenat di jaringan akan meningkat dengan naiknya
konsentrasi plasma.
Langkah awal pemanfaatan asam pantotenat adalah fosforilasi.
Pantotenat kinase adala kontrol, berbeda dengan vitamin lain yang
berakumulasi dengan hambatan metabolik. Terdapat akumulasi signifikan dari
asam pantotenat bebas di jaringan. Konsentrasi intrasel dapat tinggi sampai
200-500 mol per L.
Eritrositmengandung 4phosphopantothenic acid dan pantetheine.
Mereka masuk dengan difusi dan fungsinya masih belum diketahui.
Permeabilitas eritrosit terhadao oantonetat dapat terbilang rendah namun
permeabilitas dapat meningkat karena adanya parasit malaria, dimana vitamin
akan digunakan juga oleh parasit.
Asam panthotenat diekskresikan dalam bentuk yang berubah pada
mamalia. Beberapa phosphopantetheine dapat diekskresikan ke urin. Hal ini
kemungkinan adalah hasil dari metabolisme bakteri dan karena bakteri
memiliki pantothenase, amidase spesifik untuk pemutusan asam pantothenat
menjadi -alanin dan asam pantoic. Contoh bakteri nya adalah Pseudomonas
sebagai sumber karbonnya.

Daftar Pustaka
Bender, David A.. 2003. Nutritional Biochemistry of The Vitamins. Second
Edition. London: Cambridge University Press
McGuire, M. and K.A. Beerman. Nutritional Sciences: From Fundamentals to
Foods. 2007. California: Thomas Wadsworth.
Handy Widjaja. tt. Bab 2. http://eprints.undip.ac.id/33645/3/Bab_2.pdf, diunduh
7 Mei 2015 pukul 14.26 WIB

Anda mungkin juga menyukai