Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA

( Makalah Ilmu Ternak Ruminansia )

Oleh

Iin Fatimah
1854141008

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
1. Jelaskan Proses Pencernaan Karbohidrat pada Ruminansia

Jawab :

Proses pencernaan karbohidrat pada ruminansia yang terjadi yang terjadi di


dalam retikulo-rumen oleh mikrooraganisme selanjutnya disebut fermentasi
karbohidrat. Di dalam retikulo rumen tersebut, baik fraksi yang mudah tersedia
(pati, dextrin, dan pektin) maupun fraksi serat (selulosa, hemiselosa) akan
mengalami perombakan menjadi produk yang dapat diabsorbsi dan dicerna di
dalam usus halus.
Karbohidrat yang mencangkup isi sel (gula, pati) dan dinding sel (selulosa dan
hemi selulosa) akan dicerna di dalam retikulo-rumen oleh enzim yang dihasilkan
mikroorganisme rumen menjadi gula sederhana. Mikroorganisme menggunakan
gula sederhana ini sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan menghasilkan
produk akhir yang dimanfaatkan oleh ternak induk semang. Produk akhir
fermentasi karbohidrat meliputi asam lemak terbang (Volatille Fatty Acid =
VFA) dan gas.
1) Asam Lemak Terbang (Volatille Fatty Acid = VFA)
Proses pencernaan karbohidrat melalui dua tahap, yaitu tahap perubahan
karbohidrat menjadi gula sederhana melalui jalur glikolitik kemudian dihasilkan
asam piruvat. Tahap kedua yaitu perubahan asam piruvat menjadi asam lemak
terbang (Volatille Fatty Acid = VFA) melalui lintasan asetyl CoA untuk
pembentukan asetat (C2) dan butirat (C4) sementara untuk pembentukan propionat
melalui lintasan propional CoA atau lintasan sukcinil CoA. Selanjutnya diangkut
ke hati dan ke seluruh jaringan tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi dan
untuk sintesa lemak. Asam butirat di dalam epithel rumen akan dikonversi
menjadi asam b-hidroksibutirat dan asetoasetat, kemudian dalam peredaran darah
dalam bentuk badan-badan keto yang nantinya digunakan sebagai sumber energi
dan sintesa lemak tubuh. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan
oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui
proses eruktasi. Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri,
karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein
bagi ternak ruminansia dimana 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh
ternak ruminansia berasal dari protein mikroba.
 Asetat
Asetat merupakan produk akhir fermentasi serat. Bahan pakan dengan kandungan
serat tinggi namun rendah energi menghasilkan ratio asetat : propionat yang
tinggi. Asetat diperlukan untuk memproduksi lemak susu.
 Propionat
Propionat merupakan produk akhir fermentasi gula dan pati. Sebagian besar
energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi laktosa diperoleh dari
propionat. Bahan pakan dengan kandungan karbohidrat mudah terfermentasi yang
tinggi akan menghasilkan propionat dan butirat relatif lebih tinggi daripada asetat.
 utirat
Butirat dimetabolisme dalam hati menjadi badan keton. Badan keton digunakan
sebagai sumber energi untuk pembentukan asam lemak, otot kerangka, dan
jaringan tubuh lain.

2) Gas
Karbohidrat (CO2) dan methan dihasilkan selama fermentasi karbohdidrat yang
dibuang melalui dinding rumen atau hilang melalui eruktasi atau sendawa, namun
sebagian CO2 dapat digunakan mikroba intestin dan ternak untuk
mempertahankan kandungan bikarbonat saliva. Metagonesis rumen
menggambarkan sebuah mekanisme alternatif melalui penurunan metan yang
setara untuk bakteria fermentasi karbohidrat. Jika metanogenis dihambat,
hidrogen terakumulasi, dehidrogenase terhambat, dan fermentasi bakteria
karbohidrat memanfaatkan mekanisme lain agar pelepasan seimbang (seperti:
dehidrogenase dari produksi propionat). Penambahan biji-bijian pada pakan
ruminansia menyebabkan turunnya metan dan meningkatkan produksi propionat.
Proses pencernaan karbohidrat pada ruminansia yang terjadi yang terjadi di
dalam retikulo-rumen oleh mikrooraganisme selanjutnya disebut fermentasi
karbohidrat. Di dalam retikulo rumen tersebut, baik fraksi yang mudah tersedia
(pati, dextrin, dan pektin) maupun fraksi serat (selulosa, hemiselosa) akan
mengalami perombakan menjadi produk yang dapat diabsorbsi dan dicerna di
dalam usus halus.
Karbohidrat yang mencangkup isi sel (gula, pati) dan dinding sel (selulosa dan
hemi selulosa) akan dicerna di dalam retikulo-rumen oleh enzim yang dihasilkan
mikroorganisme rumen menjadi gula sederhana. Mikroorganisme menggunakan
gula sederhana ini sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan menghasilkan
produk akhir yang dimanfaatkan oleh ternak induk semang. Produk akhir
fermentasi karbohidrat meliputi asam lemak terbang (Volatille Fatty Acid =
VFA) dan gas.
2. Jelaskan Proses Pencernaan Protein pada Ruminansia

Jawab :

Protein pakan di dalam rumen akan mengalami hidrolisis menjadi asam amino dan
oligopeptida. Selanjutnya asam amino mengalami katabolisme lebih lanjut dan
menghasilkan amonia, VFA, dan CO2.
Pada dasarnya, sebagian protein yang masuk ke dalam rumen akan mengalami
degradasi oleh enzim proteolitik yang diproduksi oleh mikroorganisme rumen, enzim
protease bakteri rumen selalu melengket pada sel, namun berada pada bagian
permukaan sel, sehingga menyebabkan terjadi kontak langsung dengan substrat.
Proses proteolitik dan deaminasi asam amino menghasilkan amonia dan tidak ada
kontrol metabolik. Sehingga degradasi protein dan deaminasi terhadap asam amino
akan terus berlangsung, kendatipun telah terjadi akumulasi amonia yang cukup tinggi
di dalam rumen.
Produksi fermentasi berupa VFA dan NH3 erat kaitannya dengan sintesis protein
mikroba rumen yang kemudian akan tersalurkan ke pasca rumen dan menjadi sumber
asam amino bagi ternak induk semangnya dan sekitar 75% VFA diserap ternak dan
dipakai sebagai suber energi utama. Sebagian mikroba dapat memanfaatkan
oligopolisakarida untuk membuat protein tubuhnya, namun sebagian lagi
oligopolisakarida tersebut dihidrolisa lebih lanjut menjadi asam amino. Lebih kurang
82% mikroba rumen dapat menggunakan nitrogen amonia. Karena itu, mikroba lebih
suka merombak asam amino menjadi amonia.
Proses deaminasi asam amino menjadi asam keto Alfa dan amonia berlangsung lebih
cepat dalam proteolisis. Karena itu setiap saat kadar asam amino bebas dalam rumen
selalu rendah.
Penggunaan NPN sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein protein mikroba
rumen akan efektif, jika keadaan ransum rendah kandungan protein dan cukup
tersedia energi serta mineral. Amonia yang dibebaskan didalam rumen selama proses
fermentasi dalam bentuk ion NH4 maupun dalam bentuk tak terion sebagai NH3.
Apabila amonia dibebaskan dengan cepat, maka amonia diabsrobsi melalui dinding
rumen dan sangat sedikit yang dipakai oleh bakteri.
Sumber lain amonia dalam rumen adalah melalui hidrolisa urea yang dapat berasal
dari saliva atau makanan. Amonia yang lepas dari reticulo-rumen tidak dapat
disintesis kembali menjadi protein di dalam bagian posterior saluran pencernaan.
Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu
sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasokan
utama protein bagi ternak ruminansia. Sekita 47% sampai 71% dari nitrogen yang ada
di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikroba.

3. Jelaskan Proses Pencernaan Lemak pada Ruminansia

Jawab :

Lemak dalam pakan ruminansia terdapat dalam pakan hijauan meupun konsentrat.
Pencernaan lemak dalam rumen mengalami 2 proses penting, yaitu:
 Lipolisis
Lemak adatu trigliserida dihidrolisis oleh bakteri rumen menghasilkan gliserol
dan asam lemak serta galaktosa. Gliserol dan galaktosa selanjutnya diubah
menjadi VFA khususnya propionat.
 Biohidrogenase
Asam lemak tidak jenuh oleat (18:1), linoleat (18:2), dan linoleat (18:3)
mengalami penjenuhan dengan penambahan H+ (hidrogenasi) dengan hasil akhir
asam stearat (18:0).
Pada ternak ruminansia, lemak dihidrolisa menjadi asam lemak bebas dan gliserol
oleh mikro organisme rumen sedangkan lesitin dihidrolisa menjadi lisolesitin dan
asam lemak bebas. Kemudian asam lemak bebas, lesitin, dan lisolesitin bergabung
membentuk misel. Di dalam epitelium usus halus, misel terurai kembali menjadi
komponen-komponen pembentuknya. Asam lemak bebas akan menjadi fatty acyl
ko-A yang selanjutnya menjadi trigliserida melalui jalur asam phospotidik.
Trigliserida yang terbentuk ini bergabung dengan lesitin dan lipoprotein
membentuk chilomikron. Dalam bentuk inilah lemak diabsorbsi kedalam
pembuluh limpha dan terus diangkut ke hati.
Di dalam hati, chilomikron diubah menjadi trigliserida yang selanjutnya menjadi
gliserol dan asam lemak bebas. Kedua senyawa ini digunakan sebagai sumber
energi atau diubah kembali menjadi trigliserida dan fosfolipida dilepas kembali ke
aliran darah dan terus diangkut ke jaringan adipose dan disimpan sebagai
trigliserida. Gliserol digunakan oleh hati dan jaringan tubuh lainnya sedangkan
jaringan adipose tidak digunakan karena tidak mempunyai enzim gliserol-kinase
yang dapat merubah gliserol menjadi L-⍺-gliserolfosfat.
 Sistem Transportasi dan Penyimpanan Lipida
Lipida disimpan di jaringan adiposa sebagai triasil gliserol, jumlah penyimpanan
tergantung jumlah dan komposisi pakan. Hati dan jaringan adiposa merupakan
organ yang mengatur homeostasis metabolisme lipida.
Hati mempunyai sistem enzimatik untuk sintesa asam lemak, cholesterol,
pospolipid, dan asam empedu sehingga mengurangi keracunan dan di ekskresi
melalui urine dan feses serta oksidasi asam lemak menjadi CO2 atau benda keton.
Bila akumulasi lipida di hati meningkat maka fungsi hati menurun. Bila hewan
kekurangan energi maka triasil gliserol (TAG) di jaringan adiposa dihidrolisa
menjadi gliserol dan asam lemak. Hasil hidrolisa ini menghasilkan energi untuk
tumbuh. Proses jaringan ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin.
Pada hewan ruminansia komposisi asam lemak di jaringan adipose tidak resposive
terhadap perubahan pakan karena mikroorganisme dalam rumen dapat merubah
dari lemak tak jenuh menjadi jenuh. Triasil gliserol di jaringan adiposa juga dapat
disintesa dari glukosa dan asam asetat. Hormon yang terlibat pada proses sintesa
TAG dan asam lemak adalah insulin melalui proses kenaikan glukosa dalam
membran sel dan menaikkan aktivitas enzim lipogenik. Sedangkan hormon-
hormon epinephirine, glucagon, dan adrenocorticotropic mengakibatkan lipolisis
TAG dan NEFA di jaringan adiposa dan masuk ke plasma darah melalui proses
perubahan ATP menjadi c AMP yang melibatkan enzim lipase.

4. Jelaskan Proses Pencernaan Mineral pada Ruminansia

Jawab :

 Mineral, (kecuali K dan Na), membentuk garam dan senyawa lain yang
relatifsukar larut, sehingga sukar diabsorpsi. Absorpsi mineral sering
memerlukan protein pengemban spesifik (spesific carrier proteins), sintesis
protein ini berperansebagai mekanisme penting untuk mengatur kadar mineral
dalam tubuh.Ekskresi sebagian besar mineral melalui ginjal, ada juga disekresi
kedalam getah pencernaan, empedu dan hilang dalam feses. Kelainan akibat
kekurangan mineral.Kekurangan intake semua mineral esensial dapat
menyebabkan sindromaklinik.Bila terjadi difisiensi biasanya sekunder, akibat
malabsorpsi, perdarahan,

erlebihan (besi), penyakit ginjal(kalsium), atau problem klinis lain. Kelaiananakib
at kelebihan mineral. Kelebihan intake dari hampir semua mineralmenyebabkan
gejala toksik. Sumber dan kebutuhan mineral sehari-hari. Mineralesensial dan
unsur runutan ditemukan dalam sebagian besar makanan, terutama biji-
bijian utuh, buah, sayuran, susu, daging dan ikan. Biasanya dalam makananhanya
dalam jumlah yang sedikit

1.Kalsium
 (Ca)
 Ca diabrospsi duodenum dan jejunum proksimal oleh protein pengikat Ca
yangdisintesis sebagagi respon terhadap kerja 1,25-dihidroksikolekalsiferol (1,25-
dihidroksi vitamin D). Abrospsi dihambat oleh senyawa yang membentuk
garamCa yang tidak larut. Kalsium diekskresi melalui ginjal bila kadarnya diatas
7mg/100 ml. Sejumlah besar diekskresi melalui usus dan hampir
semuanya hilangdalam feses.Pengaturan keseimbangan kalsium,untuk
mempertahankan kadar kalsium dalamkeadaan normal, diperlukan interaksi
beberapa proses antara lain :1. Pemasukan yang berasal dari makanan dan
absorpsi saluran cerna2. Pengeluaran melalui ekskresi urin dan feses3.
Keseimabnan formasi dan resorpsi tulang yang disebut sebagai dinamikatulang
(bone turnover) Untuk menjamin keseimbangan proses-proses diatasdengan baik
diperlukan pengaturan secara hormonal yaitu
• Hormon paratiroid
• Vitamin D
• Kalsitonin
 
2.Fosfat
 Fosfat bebas diabsorpsi dalam jejunum bagian tengah dan masuk aliran
darahmelalui sirkulasi portal. Pengaturan absorpsi fosfat diatur oleh 1 ,
25 – dihidroksikolekalsiferol (1,25-dihidroksivitamin D). Fosfat ikut dalam
pengaturan derivataktif vitamin D. Bila kadar fosfat serum rendah, pembentukan
1,25-dihidroksi vitamin D dalam tubulus renalis dirangsang, sehingga terjadi
penambahanabsorpsi fosfat dari usus.Deposisi fosfat sebagai hidroksiapatit dalam
tulang diatur oleh kadar hormon paratiroid. 1,25-dihidroksi vitamin D, memegang
peranan yang memungkinkanhormon paratiroid melakukan mobilisasi kalsium
dan fosfat dari tulang. Ekskresifosfat terjadi terutama dalam ginjal. 80 persen–  90
persen fosfat plasma difiltrasi pada glomerulus ginjal. Jumlah fosfat yang
diekskresi dalam urin menunjukkan perbedaan antara jumlah yang difiltrasi dan
yang direabsorpsi oleh tubulus proximal dan tubulus distal ginjal. 1,25-
Dihidroksivitamin D merangsangreabsorpsi fosfat bersama kalsium dalam tubulus
proksimal. Hormon paratiroidmengurangi reabsorpsi fosfat oleh tubulus renalis
sehingga mengurangi efek 1,25-Dihidroksivitamin D pada ekskresi fosfat. Bila
tidak ada efek kuat hormon paratiroid, ginjal mampu memberi respon terhadap
1,25-dihidroksi vitamin Ddengan pengambilan semua fosfat yang difiltrasi.
 
3.Natrium
  Natrium diabsorpsi di usus halus secara aktif (membutuhkan
energi), lalu dibawaoleh aliran darah ke ginjal untuk disaring kemudian
dikembalikan ke aliran darahdalam jumlah cukup untuk mempertahankan taraf
natrium dalam darah. Kelebihannatrium akan dikeluarkan melalui urin yang diatur
oleh hormon aldosteron yangdikeluarkan oleh kelenjar adrenal jika kadar natrium
darah menurun.Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan
eksresi ini dilakukanuntuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat
diperlukan untukmempertahankan volume cairan tubuh. Pengeluaran natrium juga
terjadi lewat pengeluaran keringat dan tinja dalam jumlah kecil. Kekuran natrium
dari rute-ruteini dapat mengakibatkan kematian pada kasus berkeringat dan diare
yang berlebihan. Ingesti natrium dipengaruhi oleh rasa dan dorongan homeostatis(
selera terhadap garam) untuk mempertahankan keseimbangan natrium.
Hewanmempunyai dorongan untuk memakan garam yang di picu oleh natrium
plasmayang rendah (Sectiono, 2004).

4.Magnesium
 Rumen merupakan bagian penting pada penyerapan magnesium terutama
padadomba (Thomas dan Potter, 1976b; Field dan Munro, 1977) dan sapi (Greene
etall., 1983b; Khorasani et all., 1997). Kejadian metabolik dalam
rumenkebanyakan ditentukan dari jumlah konsumsi magnesium. Magnesium
diabsorpsimelalui kombinasi transfor aktif dan transfor pasif. Proses utama
normalnyaadalah transport pasif dan dimulai pada membran apikal mukosa
rumen, dimanauptake magnesium diarahkan oleh perbedaan potensial negatif
yang berbeda. Dandihambat oleh konsentrasi tinggi potassium dalam rumen.
Proses carrier-mediatedmemungkinkan terjadinya pertukaran ion magnesium dan
hidrogen dan tidaksensitif terhadap potassium, menjadi proses dominan pada
konsentrasi magnesiumluminal yang tinggi (Martens dan Schweigel, 2000).
Absorpsi magnesiumdiselesaikan oleh proses sekunder melalui transport aktif,
terletak dalam membran basolateral yang dapat disaturasi dan kontrol kealiran
darah (Dua dan Care, 1995).Dalam spesies tertentu, pengaruh utama pada absorpsi
magnesium adalah faktoryang dapat berpengaruh pada kelarutan konsentrasi
magnesium dalam rumen dan perbedaan potensial negatif diseluruh mukosa
rumen. Magnesium sulit difiltrasi digromerulus dibanding kebanyakan
makromineral, tetapi dalam jumlah yang cukupdifiltrasi dan lolos dari reabsorpsi
tubuler yang dikeluarkan melalui urin (Ebel danGunther, 1980).

5.Potassium
 Penyerapan potassium terutama terjadi di usus halus non ruminansia oleh
prosesyang tidak teratur. Pada ruminansia penyerapan potassium diabsorpsi secara
pasifsaat memasuki rumen, selama proses ini terjadi penurunan perbedaan
potensialapikal pada permukaan mukosa. Potassium memasuki aliran darah
sebagian besarmelalui membran basolateral dari mukosa usus.

Membran Transport

 Ada mekanisme yang lebih baik untuk mengangkut potassium melintasi


membrandibandingkan unsur lainnya, tetapi pada dasarnya mempertahankan
konsentrasiintraseluler potassium tetap tinggi. Selain itu, potassium juga sebagai
pompa

ATPase dan co-transporter, terdapat ATPase dari hidrogen/potassium dan


enam jenis saluran potassium, masing-masing mempunyai ciri khasnya masing-
masing(Peterson, 1997). Penyesuaian short-term untuk pasokan fluktuasi
potassium dapatdibuat melalui perubahan fluks potasium kedalam sel, di bawah
pengaruh insulin(Lindeman dan Pederson, 1983). Selanjutnya diperlukan untuk
regulasi yangterletak pada sitotoksitas pada level sirkulasi potassium yang tinggi.

 
Eksresi

 Peraturan status potasium tubuh dilakukan oleh ginjal, dimana reabsorpsi


tubulardibatasi jika berlebihan dibawah pengaruh aldosteron ( Kem dan
Trachwsky,1983). Namun adaptasi terhadap potasium yang masuk dimulai pada
usus, dimanasensor splanknikus memberikan peringatan dini dari jumlah
konsumsi
yang berpotensi mematikan (Rabinowitz, 1988). Respon terhadap sensor melibatk
an peningkatan aktivitas ion ATPase natrium/potassium dan peningkatan jumlah p
emompaan di membran basolateral pada tubulus distal ginjal dan usus yangmenye
babkan peningkatan ekskresi potassium pada rute saluran kemih dan fases.
 
Seksresi

 Pada ruminansia potassium adalah kation utama dalam proses


berkeringat,mungkin karena rasio potasium yang tinggi dibanding natrium pada
diet alamiruminansia dari rumput (Bell, 1995). Kehilangan potasium meningkat
pada suhulingkungan yang banyak terjadi pada bos indicus dibanding bos taurus
(Johnson,1970) pada temperatur tertentu, meskipun tingkat berkeringat lebih
rendah.Potassium juga merupakan kation utama yang disekresi dalam susu;
konsentrasitidak meningkat pada asupan potassium diet tinggi, tetapi menurun
selama terjadikekurangan potassium (Pradhan dan Hemken, 1969). Kehilangan
ekskretori potasium pada anak sapi dapat meningkat oleh stress pada saat
transportasi sebgaiakibat dari peningkatan aktivitas aldosteron (Hutcheson dan
Cole, 1986).

6.Besi (Fe)
 Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
a. Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak
yangdibutuhkan. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi
akanmeningkat. 
b. Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat
menurunkan penyerapan
Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebihmudah
diserap oleh mukosa usus.
c. Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur
dapatmeningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk
ferrimenjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari
makananmelalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200
mg asamaskorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi
sebesar25–  50 persen.
d. Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentukny
kompleks besi fosfat yang tidak dapat diserap.
e. Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe
f. Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe
g. Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat
menurunkan penyerapan Fe.Penyakit infeksi juga dapat menurunkan
penyerapan Fe.Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian
atas melalui proses yangkompleks. Proses ini meliputi tahap

 tahap utama sebagai berikut :


a. Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau
Fe2+mula- mula mengalami proses pencernaan. 
b. Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat
olehgastroferin dan direduksi menjadi Fe2+.
c. Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi FE3+. Fe3+ selanjutnya
berikatandengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin,
membebaskanFe2+ ke dalam plasma darah.
d. Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan
dengantransferitin. Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum
tulang untuk
bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalamkeseimb
angan.
e. Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di
dalamtubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial),
kemudiandioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin
membentukferritin yang kemudian disimpan, besi yang terdapat pada
plasma seimbangdengan bentuk yang disimpan.
 
Pengangkutan dan Penyimpanan Besi
 Ketika besi diabsorbsi dari usus halus menuju ke plasma darah, besi
tersebut bergabung dengan apotransferin membentuk transferin, yang selanjutnya
diangkutdalam plasma darah. Besi dan apotransferin berikatan secara longgar,
sehinggamemungkinkan untuk melepaskan partikel besi ke sel jaringan dalam
tubuh yangmembutuhkan. Absorbsi besi diatur melalui besarnya cadangan besi
dalam tubuh.Absorbsi besi rendah jika cadangan besi tinggi, sebaliknya jika
cadangan besirendah absorbsi besi ditingkatkan.Setelah itu, besi dalam tranferin di
plasma darah masuk ke dalam sumsum tulanguntuk pembentukan eritrosit dan
hemoglobin. Besi yang berlebih akan bergabungdengan protein apoferritin,
membentuk ferritin dan disimpan dalam sistemretikuloendotelial (RE). Oleh
karena apoferritin mempunyai berat molekul besar,460.000, ferritin bisa mengikat
sejumlah besar besi. Besi yang disimpan sebagaiferritin disebut besi cadangan.
Ditempat penyimpanan, terdapat besi yangdisimpan dalam jumlah yang sedikit
dan bersifat tidak larut, yang disebuthemosiderin.Bila jumlah besi dalam plasma
sangat rendah, besi yang terdapat dipenyimpananferritin dilepaskan dengan
mudah ke dalam plasma, dan diangkut dalam bentuktransferin dan kembali ke
sumsum tulang untuk dibentuk eritrosit. Bila umureritrosit sudah habis dan sel
dihancurkan, maka hemoglobin yang dilepaskan darisel akan dicerna oleh sistem
makrofag-monosit. Disini terjadi pelepasan
besi bebas, dan disimpan terutama di tempat penyimpanan ferritin yang akandigun
akan untuk kebutuhan pembentukan hemoglobin baru.

7.Zink 
 Seperti halya besi, zink diabsorpsi relatif sedikit. Dari konsumsi zink 4-
14mg/hari, hanya 10-40 %-nya yang diabsorpsi. Absorpsi menurun dengan
adanyaagen pengikat atau kelat sehingga mineral tersebut tidak terserap. Zink
berikatandengan ligan yang mengandung sulfur, nitrogen atau oksigen. Zink
membentukkompleks dengan fosfat (PO4), klorida (Cl-) dan karbonat (HCO3).
Buffer N-2-hydroxyethyl-pysera-zine- N′-2-ethanesulfonic acid (HEPES) berefek
kecilterhadap ikatan zink dengan ligan tersebut. Zink dapat berikatan dengan
ligantersebut dan diekskresikan melalui feces. Orang yang menderita
geophagicdan/atau yang mengkonsumsi makanan tinggi fitat (khususnya produk
sereal) berresiko defisiensi zink. Oberleas (1993) diacu dalam Berdanier (1998) te
lahmemperhitungkan bahwa diet dengan rasio fitat dan zink lebih besar daripada
10,menyebabkan defisiensi zink, tanpa memperhatikan jumlah total zink dalam
diettersebut. Pada sistem pencernaan, mineral dicerna di usus halus.8.

8. Tembaga
 Unsur tembaga yang terdapat dalam makanan melalui saluran pencernaan
diserapdan diangkut melalui darah. Segera setelah masuk peredaran darah, unsur
tembagaakan berikatan dengan protein albumin. Kemudian diantarkan dan
dilepaskankepada jaringan-jaringan hati dan ginjal lalu berikatan dengan protein
membentukenzim-enzim, terutama enzim seruloplasmin yang mengandung
90 –  94%tembaga dari total kandungan tembaga dalam tubuh. Ekskresi utama
unsur iniialah melalui empedu, sedikit bersama air seni dan dalam jumlah yang
relatif kecil bersama keringat dan air susu. Jika terjadi gangguan-
gangguan pada rute pembuangan empedu, unsur ini akan diekskresi bersama air se
ni (INOUE et al.,2002).

9.Selenium

 Metabolisme selenium
 
Pemecahan antara absorbsi selenium dan ketersediaan selenium
mengakibatkan perbedaan besar dalam post-absorbsi metabolism antara selenomet
hionin dansumber lain selenium (burk et al., 2001). Hal ini menimbulkan efek
pada retensiselenium, ekskresi dan transfer pada plasenta dan mammary.

Jalur terpisah
 Selenomethionin memasuki penyimpanan methionine dan proporsi
variablemenjadi dimana methionine lebih dibutuhkan dibanding selenium, tetapi
konversi parsial menjadi selenocystine (seCys) melalui lyase dan adenosilmethion
inemungkin terjadi (NRC, 2005). seCy dapat dimasukkan ke selenoprotein P
dalamhati dan dibawa ke plasma (Davidson and kennedy, 1993), dimana diambil
dandimasukkan kedalam salah satu dari banyak fungsional
selenophospatsintasedalam jaringan. Selenite dan selenate direduksi menjadi
selenide dan dimasukkanke dalam seleno protein P. dosis oral dan parenteral dari
75 selenomethioninesama- sama di metabolisme setelah melalui hati, clearance
aliran darah sangatlambat (paruh waktu dalam plasma 12 hari).Sebagian besar
disimpan dalam otot (putih et al., 1988) dan seleniumdipertahankan dalam hati
dan ginjal yang berikatan dengan protein (ehlig et al.,1967). Sebaliknya, clearance
selenocytine atau selenium anorganik terlalu cepat.Masuknya seleniumcytin ke
dalam eritrosit cytosolic glutasi peroksidasi(GPX)terjadi pada eritropoiesis dan
terjadi lag sebelum hasil GPX dilepaskan pada alirandarah. Selenomethionin,
disisi lain dapat dimasukkan kedalam eritrosit sebagaimethionin dalam
hemoglobin (beilstein dan whanger, 1986). Beberapa transferselenium dari
selenomethionin ke selenocystine terjadi selama transsilverasi atautransaminasi
kecuali dan sampai hal tersebut terjadi, selenomethionin (bukanselenocystine)
dipengaruhi oleh pasokan dan kebutuhan methionin. Jika konsumsikekurangan
methionin, suplementasi selenomethionin dengan selenomethionindapat
meningkatkan selenium dalam jaringan selama penurunan aktivitasi
GPX(Waschulewski dan sunde, 1988) pada saat kebutuhan methionin tinggi
seperti pada awal laktasi dan masa penyapihan. Pada ruminansia, metabolism sele
nium
akan berlangsung dipengaruhi oleh pengurangan sulfur dan pasokan nitrogen
danfaktor lain yang mempengaruhi sintesis mikroba pada rumen.

5. Jelaskan Proses Pencernaan Vitamin pada Ruminansia

Jawab :

 Vitamin yang larut lemak atau minyak, jika berlebihan tidak dikeluarkan
oleh,tubuh, melainkan akan disimpan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air,
yaituvitamin B kompleks dan C, tidak disimpan, melainkan akan dikeluarkan
olehsistem pembuangan tubuh. Akibatnya, selalu dibutuhkan asupan vitamin
tersebutsetiap hari. Vitamin yang alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk
hewani.Seringkali vitamin yang terkandung dalam makanan atau minuman tidak
beradadalam keadaan bebas, melainkan terikat, baik secara fisik maupun kimia.
Proses pencernaan makanan, baik di dalam lambung maupun usus halus
akan membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus.
Vitamin larutlemak diserap di dalam usus bersama dengan lemak atau minyak
yangdikonsumsi.Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang
berbeda.
Terdapat perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan 
vitaminlarut air. Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan
kemudian didalam dinding usus digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein)
yang kemudiandiserap sistem limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran
darah untukditransportasikan ke hati. Sedangkan vitamin larut air langsung
diserap melaluisaluran darah dan ditransportasikan ke hati. Proses dan mekanisme
penyerapanvitamin dalam usus halus diperlihatkan pada tabel berikut:
Jenis vitamin Mekanisme Penyerapan
Dari micelle, secara difusi pasif,
digabungkan dengan kilomikron,
Vitamin A, D, E, K dan beta-karoten
diserap melalui saluran limfatik.
Difusi pasif (lambat) atau menggunakan
Na+ (cepat)
Vitamin C
Difusi pasif (apabila jumlahnya dalam
rumen usus sedikit). Dengan bantuan
Vitamin B1
Na+ (bila jumlahnya dalam rumen
banyak
Difusi pasif
Vitamin B2 (Riboflavin)
Difusi pasif (menggunakan Na+)
Niasin
Difusi pasif
Vitamin B6 (Piridoksin)
Menggunakan Na+
Folasin
Menggunakan bantuan faktor intrinsik
dari lambung
Vitamin B12

Sumber : Muchtadi, 2009

Daftar Pustaka
http://oktalakumali.blogspot.com/2012/03/pencernaan-karbohidrat-protein-
dan.html?=1

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai