Anda di halaman 1dari 24

RESUME

METABOLISME dan BIOENERGETIKA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“BIOKIMIA”
Dosen pengampu :
Silvia Rahmi Ekasari, S.T. M.T

Disusun Oleh :
1. Erni Novita Sari (12208183064)
2. Binti Musrifah (12208183073)
3. Ali Syafaat (12208183074)
4. Annisa Salsabila Z.I. (12208183132)
5. Galih Prasetyo (12208183192)

TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2019
Metabolisme Protein

A. Pengertian
Metabolisme protein merupakan metabolisme dari asam amino itu sendiri dan
merupakan suatu rangkaian asam amino. Protein tersusun dari asam amino dalam asam
amino terdapat unsur N ( nitrogen). Nitrogen berada dalam tubuh yaitu melalui protein.
Protein tidak bisa disimpan sebagai protein dalam jaringan ,oleh sebab itu harus dipecah
terlebih dahulu. Karena protein merupakan protein kompleks, sebaiknya dipecah dahulu
membentuk molekul-molekul protein. Digesti atau pencernaan protein yaitu pemecahan
protein oleh enzim hidrolease (peptidase dan protease). Peptidase terbagi atas Endopeptidase
dan Eksopeptidase, endopeptidase memecah secara internal kemudian menggabungkan
pecahan itu menjadi frakmen peptida yang besar contohnya pepsin dan tripsin. Yang paling
berperan pada digesti protein adalah endopeptidase. Ia memecah protein terlebih dahulu
menjadi frakmen yang kecil-kecil.

Metabolisme protein meliputi:


1. Degradasi protein (makanan dan protein intraseluler) menjadi asam amino
2. Oksidasi asam amino
3. Biosintesis asam amino
4. Biosintesis protein

Gambar 1. Jalur metabolisme asam amino dalam siklus asam sitrat

Setiap asam amino didegradasi menjadi piruvat atau zat siklus asam sitrat lainnya dan
dapat menjadi prekrusor sintesis glukosa di hepar yang disebut glikogenik atau
glukoneogenik. Untuk beberapa asam amino seperti tirosin dan fenilalanin, hanya sebagian
dari rantai karbonnya yang digunakan untuk mensintesis glukosa karena sisa rantai karbon di
ubah menjadi asetil koa yang tidak dapat digunakan untuk sintesis glukosa (Burnama, 2011).
Metabolisme protein menurut Suparyanto (2010) dalam Mulasari dan Tri (2013) yaitu:
a. Penggunaan Protein Untuk Energi
1. Jika jumlah protein terus meningkat → protein sel dipecah jadi asam amino untuk
dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak.
2. Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses deaminasi atau
transaminasi.
3. Deaminasi merupakan proses pembuangan gugus amino dari asam amino
sedangkan transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi asam keto.
b. Pemecahan protein
1. Transaminasi yaitu mengubah alanin dan alfa ketoglutarat menjadi piruvat dan
glutamate.
2. Diaminasi yaitu mengubah asam amino dan NAD+ menjadi asam keto dan NH3.
NH3 merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal. Maka
harus diubah dulu menjadi urea (di hati) agar dapat dibuang oleh ginjal.
3. Ekskresi NH3
NH3 tidak dapat diekskresi oleh ginjal dan harus diubah dulu menjadi urea oleh
hati. Jika hati ada kelainan (sakit) maka proses pengubahan NH3 akan terganggu
dan akan terjadi penumpukan NH3 di dalam darah yang menyebabkan terjadinya
uremia. NH3 bersifat meracuni otak yang dapat menyebabkan koma. Jika hati
telah rusak maka disebut koma hepatikum.
1. Pemecahan protein
Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein menjadi zat yang
dapat masuk ke dalam siklus Krebs. Zat-zat yang dapat masuk adalah alfa ketoglutarat,
suksinil Ko-A, fumarat, oksaloasetat, dan sitrat.

1. Siklus krebs
Siklus ini merupakan proses perubahan asetil Co-A menjadi H dan CO2. Proses ini
terjadi di mitokondria. Pengambilan asetil Co-A di sitoplasma dilakukan oleh oksaloasetat.
Proses pengambilan ini terus berlangsung sampai asetil Co-A di sitoplasma habis. Oksalo
asetat berasal dari asam piruvat. Jika asupan nutrisi kekurangan karbohidrat maka juga akan
kekurangan asam piruvat dan oksaloasetat.

2. Rantai respirasi
Hydrogen hasil utama dari siklus krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi NADH.
Hydrogen dari NADH ditransfer ke flavoprotein, quinon, sitokrom b, sitokrom c, sitokrom
a3, terus direaksikan dengan O2 membentuk H2O dan energy.
A. Fosforilasi oksidatif
Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energy yang tinggi, energy tersebut ditangkap
oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATP.
B. Keratin dan kreatinin
Keratin disintesa di hati dari metionin, glisin, dan arginin. Dalam otot rangka
difosforilasi fosforilkreatin (simpanan energy). Fosforilkreatin dapat mejadi kreatinin dan
gerak urine.
B. Gangguan Metabolisme protein

1. Defisiensi protein

Bila pemasukan protein kurang maka akan kekurangan kalori disamping defisiensi
asam-asam amino yang diperlukan, mineral dan factor-faktor lain misalnya factor lipotropik.
Akibatnya pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh , pembentukan zat anti dan
serum serum protein akan terganggu. Hal ini nyata pada penderita yang kekurangan protein
dalam makanannya akan mudah terserang penyakit infeksi, luka sukar menyembuh, dam
mudah terkena penyakit.

1. Hypoproteinemi

Biasanya akibat ekskresi protein serum darah berupa albumin yang berlebihan melalui air
kemih. Selain itu juga pembentukan albumin yang terganggu, misalnya penyakit hati, atau
absorbs albumin kurang akibat kelaparan atau karena penyakit usus. Akibat hypoproteinemi
dalam klinik sering ditemukan penyakit ginjal.

2. Pirai (Gouty Arthritis)

Secara klinis penyakit ini merupakan arthritis akut yang sering kambuh secara menahun.
Pada berbagai jaringan ditemukan endapan urat yang merupakan tonjolan-tonjolan yang
disebut thopus biasanya terdapat disekitar sendi, sering juga ditemukan pada tulang rawan
daun telinga. Pengendapan juga terdapat pada ginjal dan jantung. Penyakit ini lebih sering
ditemukan pada pria usia pertengahan atau lebih tua.

3. KEP (Kekurangan Energi Protein)

Penyakit KEP merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di negara-
negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit ini merupakan penyebab terpenting mortalitas
dan morbiditas penyakit pada anak. Penyakit KEP dibedakan menjadi gizi kurang, marasmus,
kwashiorkor, atau campuran marasmus-kwshiorkor. Marasmus dapat terjadi pada segala
umur, akan tetapi lebih sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak
diberi makanan pengganti atau sering terkena diare. Pada anak dengan marasmus, didapatkan
berat badannya < 60% berat badan anak normal seusianya. Penampilannya seperti orang tua
yang keriput dan terlihat sangat kurus. Kwashiorkor terjadi apabila anak kekurangan masukan
protein. Pada anak dengan kwashiorkor, berat badan anak 60-80% berat badan anak normal
seusianya.
Metabolisme Asam Amino
Metabolise merupakan peristiwa pertukaran zat dalam makhluk hidup yang bersifat
kimia yang melibatkan organisme dangan lingkungannya. Secara umum metabolisme terbagi
atas 2 macam, yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah peristiwa penguraian
zat menjadi sebuah molekul yang volumenya lebih kecil dan diolah menjadi energi.
Sedangkan anabolisme adalah reaksi yang ditunjukkan untuk merangkai sebuah senyawa
organik yang berasal dari partikel-partikel tertentu dengan tujuan agar mudah diserap oleh
tubuh individu.
Asam amino merupakan senyawa dengan jenis yang bermacam-macam yang
memiliki manfaat dan tugas yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Biasanya
asam amino bertugas untuk membentuk enzim yang ada dalam tubuh. Dalam perannya, asam
amino tediri dari karbosilat dan gugus amino. Asam amino ini memiliki hubungan yang kuat
dengan metabolisme yang nantinya akan mempengaruhi hormon ataupun sistem imunitas
pada makhluk hidup. Jadi, metabolisme asam amino adalah proses pertukaran senyawa atau
zat yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup secara kimiawi dengan tujuan untuk membentuk
protein dalam tubuh.
Proses Metabolisme Asam Amino
Reaksi yang ditunjukkan oleh metabolisme asam amino pada mulanya akan
melibatkan proses pemindahan gugus amino yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses
mengubah senyawa karbon yang terdapat pada senyawa asam amino. Proses pemindahan
gugus amino ini terbagi atas 2 proses, yaitu proses transaminasi dan deaminasi.
1. Proses Transaminasi
Proses transaminasi merupakan proses katabolisme yang melibatkan proses
pemindahan gugus amino satu dengan yang lainnya. Dalam proses ini, gugus amino akan
dipindah ke salah satu dari tiga senyawa keto, tiga senyawa tersebut adalah asam piruvat,
oksaloasetat dan alpa ketoglutarat. Pada transaminasi terdapat 2 enzim yang mempengaruhi,
yaitu glutamat transaminase dan alanin transaminase. Kedua enzim tersebut berperan sebagai
katalis dalam reaksi transaminsai.
2. Proses Deaminasi
Deaminasi merupakan proses kimiawai pada metabolisme asam amino dengan tujuan
melepaskan gugus amina yang berasal dari senyawa asam amino. Dimana nantinya gugus
amina yang sudah dilepaskan dan diproses akan berubah menjadi amonia. Secara umum,
deaminasi terbagi atas 2 proses, yaitu deaminasi oksidatif dan deaminasi non-oksidatif.

a. Deaminasi Oksidatif
Deaminasi oksidatif merupakan proses metabolisme yang terjadi dalam lingkungan
aerobik yang menghasilkan asam okso. Biasanya deaminasi ini terjadi pada saat malam hari
ketika kita tidur, dan tempat terjadinya terdapat di hati meskipun proses deaminasi asam
glutamat terjadi di ginjal. Asam glutamat menjadi satu-satunya dari asam amino yang
mengalami proses deaminasi oksidatif, hal tersebut dikarenakan asam ini adalah hasil akhir
dari reaksi transaminasi. Pada proses deaminasi oksidatif, asam glutamat yang merupakan
hasil akhir reaksi transaminasi akan dikonversi dalam bentuk asam keton yang akan
mengalami pergantian gugus amina, gugus amina ini berubah menjadi keton. Adapun hasil
dari proses ini adalah nitrogen dan non-nitrogen. Senyawa non-nitrogen nantinya akan diolah
lebih lanjut melalui proses siklus Krebs dan kemudian akan disimpan dalam bentuk glikogen.
b. Deaminasi Non-Oksidatif
Deaminasi non-oksidatif adalah proses perubahan serin menjadi asam piruvat yang
dihasilkan dari proses katalis dengan bantuan serin dehidratase. Selain itu terdapat pula
proses perubahan treonin menjadi alpa ketoburitat yang dilakukan oleh treonin dehidratase.
Deaminasi non-oksidatif memiliki hubungan dengan deaminasi oksidatif, dimana hasil dari
deaminasi non-oksidatif yang berupa asam piruvat akan digunakan dalam proses deaminasi
oksidatif.
Jenis Asam Amino
Asam amino yang ada dalam tubuh dibedakan menjadi 2 macam, yaitu asam amino
esensial dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang dapat
disintesis, sedangkan asam amino non-esensial adalah asam amino yang tidak dapat
disintesis. Masing-masing jenis asam amino juga terdiri atas berbagai macam jenis. Berikut
jenis-jenisnya:
Asam amino esensial terdiri atas :
1. Triptofan
Triptofan adalah jenis asam amino esensial yang biasanya berfungsi untuk
meningkatkan efesiensi vitamin B kompleks dalam tubuh, selain itu triptofan juga berfungsi
untuk menjaga kesehatan syaraf serta menstabilkan emosi. Jenis asam ini dapat ditemukan
pada telur, susu, pisang, keju serta daging.
2. Melatonin
Melatonin adalah jenis asam amino esensial yang memiliki tugas untuk menjaga
kesehatan hati, mencegah alergi, mencegah osteoporosis, menengangkan syaraf yang tegang
dan mecegah terjadinya penggumpalah darah. Biasanya dapat ditemukan pada jenis buah-
buahan, jenis daging seperti ayam, sapi, ikan, berbagai jenis sayuran dan kacang-kacangan.
3. Fenilalanin
Fenilalanin adalah jenis asam amino esensial yang memiliki peran penting dalam
menghasilkan tiroksin pada kelenjar tiroid guna mencegah terjadinya penyakit gondok, selain
itu juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya obesitas. Fenilalanin ini dapat ditemukan
pada ikan, kedelai dan telur.
Asam amino non-esensial terdiri atas :
a. Serin
Serin adalah jenis asam amino non-esensial yang bertugas untuk membantu dalam
produksi sistem imun, pertumbuhan otot serta menjadi peran penting dalam metabolisme
asam lemak.
b. Asam Glutamat
Asam glutamat adalah jenis asam non-esensial yang bertugas untuk mengurangi kadar
kecanduan alkohol serta menstabilkan mental seseorang. Biasanya asam ini dapat ditemukan
dalam bentuk garam yang sering disebut sebagai MSG.
C. Asam Aspartat
Asam aspartat adalah jenis asam non-esensial yang bertugas untuk membantuk dalam
pembentukan RNA ataupun DNA, sebagai pelindung hati dan sebagai senyawa pembangkit
neurotransmiter yang ada di otak serta syaraf otot.
Metabolisme Karbohidrat
1. Pengertian

Metabolisme adalah suatu proses komplek perubahan makanan menjadi energi dan
panas melalui proses fisika dan kimia, berupa proses pembentukan dan penguraian zat
didalam tubuh organisme untuk kelangsungan hidupnya. Metabolisme merupakan rangkaian
reaksi kimia yang diawali oleh substrat awal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi
dalam sel. reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan energi (anabolisme) dan reaksi
penggunaan energi (katabolisme). Dalam reaksi biokimia terjadi perubahan energi dari satu
bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energi kimia dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat
(ATP) diubah menjadi energi gerak untuk melakukan suatu aktivitas seperti bekerja, berlari,
jalan, dan lain-lain (Kistinnah, 2009).
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom
Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa
asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat
diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Hutahalung, 2004).
Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen, hanya dijumpai pada otot dan hati dan
karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan,
karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O melalui proses foto sintese di dalam sel-
sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil). Matahari merupakan sumber
dari seluruh kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai
(Hutagalung, 2004).
a. Proses Metabolisme
Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses penyerapan ini
terjadi di usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah dengan jalan transfer
aktif, sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para ahli sepakat bahwa karbohidrat hanya
dapat diserap dalam bentuk disakarida. Hal ini dibuktikan dengan dijumpainya maltosa,
sukrosa dan laktosa dalam urine apabila mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Akhimya
berbagai jenis karbohidrat diubah menjadi glukosa sebelum diikut sertakan dalam proses
metabolisme. Proses metabolisme karbohidrat yaitu sebagai berikut:
a) Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki 6 atom
C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH, dan ATP. NADH
(Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah koenzim yang mengikat elektron (H),
sehingga disebut sumber elektron berenergi tinggi. ATP (adenosin trifosfat) merupakan
senyawa berenergi tinggi. Setiap pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi. Pada
proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH,
dan 2 ATP (Rochimah, 2009).
Tahapan Glikolisis:
Tahap1: Fosforilasi Glukosa
Tahap pertama adalah fosforilasi glukosa (penambahan gugus fosfat). Reaksi ini
dimungkinkan oleh heksokinase enzim, yang memisahkan satu kelompok fosfat dari ATP
(Adenosine Triphsophate) dan menambahkannya ke glukosa, mengubahnya menjadi glukosa
6-fosfat. Dalam proses satu ATP molekul, yang merupakan mata uang energi tubuh,
digunakan dan akan ditransformasikan ke ADP (Adenosin difosfat), karena pemisahan satu
kelompok fosfat. Reaksi keseluruhan dapat diringkas sebagai berikut:
Glukosa (C6H12O6) + + ATP heksokinase → Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + ADP
Tahap 2: Produksi Fruktosa-6 Fosfat
Tahap kedua adalah produksi fruktosa 6-fosfat. Hal ini dimungkinkan oleh aksi dari
enzim phosphoglucoisomerase. Kerjanya pada produk dari tahap sebelumnya, glukosa 6-
fosfat dan berubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang merupakan isomer nya (Isomer adalah
molekul yang berbeda dengan rumus molekul yang sama tetapi susunan berbeda dari atom).
Reaksi seluruh diringkas sebagai berikut:
Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + Phosphoglucoisomerase (Enzim) → Fruktosa 6-Fosfat
(C6H11O6P1)
Tahap 3: Produksi Fruktosa 1, 6-difosfat
Pada tahap berikutnya, Fruktosa isomer 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1, 6-difosfat
dengan penambahan kelompok fosfat. Konversi ini dimungkinkan oleh fosfofruktokinase
enzim yang memanfaatkan satu molekul ATP lebih dalam proses. Reaksi ini diringkas
sebagai berikut:
Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase (Enzim) + ATP → Fruktosa 1, 6-
difosfat (C6H10O6P2)
Tahap 4: Pemecahan Fruktosa 1, 6-difosfat
Pada tahap keempat, adolase enzim membawa pemisahan Fruktosa 1, 6-difosfat menjadi dua
molekul gula yang berbeda yang keduanya isomer satu sama lain. Kedua gula yang terbentuk
adalah gliseraldehida fosfat dan fosfat dihidroksiaseton. Reaksi berjalan sebagai berikut:
Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2) + Aldolase (Enzim) → gliseraldehida fosfat
(C3H5O3P1) + Dihydroxyacetone fosfat (C3H5O3P1)
Tahap 5: interkonversi Dua Glukosa
Fosfat dihidroksiaseton adalah molekul hidup pendek. Secepat itu dibuat, itu akan
diubah menjadi fosfat gliseraldehida oleh enzim yang disebut fosfat triose. Jadi dalam
totalitas, tahap keempat dan kelima dari glikolisis menghasilkan dua molekul gliseraldehida
fosfat.
Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) + Triose Fosfat → gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)
Tahap 6: Pembentukan NADH & 1,3-Diphoshoglyceric
Tahap keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama adalah pembentukan NADH
dari NAD + (nicotinamide adenin dinukleotida) dengan menggunakan enzim dehydrogenase
fosfat triose dan kedua adalah penciptaan 1,3-diphoshoglyceric asam dari dua molekul
gliseraldehida fosfat yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Reaksi keduanya adalah
sebagai berikut:
Fosfat dehidrogenase Triose (Enzim) + 2 NAD + + 2 H-→ 2NADH (Reduced
nicotinamide adenine dinucleotide) + 2 H +
Triose fosfat dehidrogenase gliseraldehida fosfat + 2 (C3H5O3P1) + 2P (dari sitoplasma) →
2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2)

Tahap 7: Produksi ATP & 3-fosfogliserat Asam


Tahap ketujuh melibatkan penciptaan 2 molekul ATP bersama dengan dua molekul 3-
fosfogliserat asam dari reaksi phosphoglycerokinase pada dua molekul produk 1,3-
diphoshoglyceric asam, dihasilkan dari tahap sebelumnya.
2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2) + + 2ADP phosphoglycerokinase → 2
molekul 3-fosfogliserat acid (C3H5O4P1) + 2ATP (Adenosine Triphosphate)
Tahap 8: Relokasi Atom Fosfor
Tahap delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan relokasi dari
atom fosfor dalam 3-fosfogliserat asam dari karbon ketiga dalam rantai untuk karbon kedua
dan menciptakan 2 - asam fosfogliserat. Reaksi seluruh diringkas sebagai berikut:
2 molekul 3-fosfogliserat acid (C3H5O4P1) + phosphoglyceromutase (enzim) → 2 molekul
asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1)
Tahap 9: Penghapusan Air
The enolase enzim datang ke dalam bermain dan menghilangkan sebuah molekul air
dari 2-fosfogliserat acid untuk membentuk asam yang lain yang disebut asam
phosphoenolpyruvic (PEP). Reaksi ini mengubah kedua molekul 2-fosfogliserat asam yang
terbentuk pada tahap sebelumnya.
2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + enolase (enzim) -> 2 molekul asam
phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + H2O 2
Tahap 10: Pembentukan piruvat Asam & ATP
Tahap ini melibatkan penciptaan dua molekul ATP bersama dengan dua molekul asam
piruvat dari aksi kinase piruvat enzim pada dua molekul asam phosphoenolpyruvic dihasilkan
pada tahap sebelumnya. Hal ini dimungkinkan oleh transfer dari atom fosfor dari asam
phosphoenolpyruvic (PEP) untuk ADP (Adenosin trifosfat).
2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + + 2ADP kinase piruvat (Enzim)
→ 2ATP + 2 molekul asam piruvat.

1) Dekarboksilasi oksidatif
Tahapan Dekarboksilasi Oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi
oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif
ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs. Oleh karena itu,
tahapan ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara glikolisis dengan siklus
Krebs. Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol diubah menjadi
asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria. Pada tahap 1, molekul piruvat (3 atom C)
melepaskan elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah menjadi CO2 dan molekul
berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima elektron) menjadi NADH + H+.
Pada tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga
terbentuk asetil Ko-A. Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH
(Rochimah, 2009).
Berikut gambar di bawah ini reaksi dekarboksilasi oksidatif dan reaksinya.

Gambar reaksi dekarboksilasi oksidatif dan reaksinya.

2) Siklus Krebs
Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan disebut juga siklus asam
trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut menghasilkan senyawa yang
mempunyai gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam isositrat. Asetil koenzim A
hasi dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks mitokondria untuk bergabung dengan
asam oksaloasetat dalam siklus Krebs, membentuk asam sitrat. Demikian seterusnya,
asam sitrat membentuk bermacam-macam zat dan akhirnya membentuk asam
oksaloasetat lagi (Rochimah, 2009).
Berikut ini tahapan-tahapan dari 1 kali siklus Krebs:
1. Asetil Ko-A (2 atom C) menambahkan atom C pada oksaloasetat (4 atom C) sehingga
dihasilkan asam sitrat (6 atom C).
2. Sitrat menjadi isositrat (6 atom C) dengan melepas H2O dan menerima H2O kembali.
3. Isositrat melepaskan CO2 sehingga terbentuk - ketoglutarat (5 atom C).
4. Ketoglutarat melepaskan CO2. NAD+ sebagai akseptor atau penerima elektron) untuk
membentuk NADH dan menghasilkan suksinil Ko-A (4 atom C).
5. Terjadi fosforilasi tingkat substrat pada pembentukan GTP (guanosin trifosfat) dan
terbentuk suksinat (4 atom C).
6. Pembentukan fumarat (4 atom C) melalui pelepasan FADH2.
7. Fumarat terhidrolisis (mengikat 1 molekul H2O) sehingga membentuk malat (4 atom C).
8. Pembentukan oksaloasetat (4 atom C) melalui pelepasan NADH. satu siklus Krebs
tersebut hanya untuk satu molekul piruvat saja.
Sementara itu, hasil glikolisis menghasilkan 2 molekul piruvat (untuk 1 molekul
glukosa). Oleh karena itu, hasil akhir total dari siklus Krebs tersebut adalah 2 kalinya.
Dengan demikian, diperoleh hasil sebanyak 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP (ingat: jumlah ini
untuk katabolisme setiap 1 molekul glukosa).
3) Transfer electron
Sebelum masuk rantai tanspor elektron yang berada dalam mitokondria, 8 pasang atom
H yang dibebaskan selama berlangsungnya siklus Krebs akan ditangkap oleh NAD dan FAD
menjadi NADH dan FADH. Pada saat masuk ke rantai transpor elektron, molekul tersebut
mengalami rangkaian reaksi oksidasi-reduksi (Redoks) yang terjadi secara berantai dengan
melibatkan beberapa zat perantara untuk menghasilkan ATP dan H2O. Beberapa zat
perantara dalam reaksi redoks, antara lain flavoprotein, koenzim A dan Q serta sitokrom yaitu
sitokrom a, a3, b, c, dan c1. Semua zat perantara itu berfungsi sebagai pembawa
hidrogen/pembawa elektron (electron carriers) untuk 1 molekul NADH2 yang masuk ke
rantai transpor elektron dapat dihasilkan 3 molekul ATP sedangkan dari 1 molekul FADH2
dapat dihasilkan 2 molekul ATP (Kistinnah, 2009).
Molekul pertama yang menerima elektron berupa . avoprotein, dinamakan avin
mononukleotida (FMN). Selanjutnya, elektron dipindahkan berturut-turut melewati molekul
protein besi-sulfur (Fe-S), ubiquinon (Q atau CoQ), dan sitokrom (Cyst). Elektron melewati
sitokrom b, Fe-S, sitokrom c1, sitokrom c, sitokrom a, sitokrom a3, dan oksigen sebagai
penerima elektron terakhir. Akhirnya terbentuklah molekul H2O (air). Pada sistem
transportasi elektron, NADH dan FADH2 masingmasing menghasilkan rata-rata 3 ATP dan 2
ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2 NADH hasil dekarboksilasi oksidatif masing-
masing menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6 NADH dan 2 FADH2 hasil siklus Krebs
masing-masing menghasilkan 18 ATP dan 4 ATP. Jadi, sistem transportasi elektron
menghasilkan 34 ATP (Rochimah, 2009).

Setiap molekul glukosa akan menghasilkan 36 ATP dalam respirasi. Hasil ini berbeda
dengan respirasi pada organism prokariotik. Telah diketahui bahwa oksidasi NADH atau
NADPH2 dan FADH2 terjadi dalam membrane mitokondria, namun ada NADH yang
dibentuk di sitoplasma (dalam proses glikolisis). Pada organism eukariotik, untuk
memasukkan setiap 1 NADH dari sitoplasma ke dalam mitokondria diperlukan 1 ATP.
Dengan demikian, 2 NADH dari glikolisis menghasilkan hasil bersih 4 ATP setelah dikurangi
2 ATP. Sementara itu, pada organisme prokariotik, karena tidak memiliki sistem membran
dalam maka tidak diperlukan ATP lagi untuk memasukkan NADH ke dalam mitokondria
sehingga 2 NADH menghasilkan 6 ATP. Akibatnya total hasil bersih ATP yang dihasilkan
respirasi aerob pada organisme prokariotik, yaitu 38 ATP (Sembiring, 2009).
4) Glikogenesis
Kelebihan glukosa dalam tubuh akan disimpan dalam hati dan otot (glikogen) ini
disebut glikogenesis. Glukosa yang berlebih ini akan mengalami fosforilasi menjadi glukosa-
6-phospat. Di otot reakssi ini dikatalis oleh enzim heksokinase sedangkan di hati dikatalis
oleh glukokinase. Glukosa-6-phospat diubah menjadi glukosa-1-phospat dengan katalis
fosfoglukomutase menjadi glukosa-1,6-biphospat. Selanjutnya glukosa-1-phospat bereaksi
ddengan uridin triphospat (UTP) untuk membentuk uridin biphospat glukosa (UDPGlc)
dengan katalis UDPGlc pirofosforilase.
Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikantan glikosidik
dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan UDP. Reaksi
ini dikatalis oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya harus
ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer
protein yang dikenal sebagai glokogenin. Setelah rantai glikogen primer diperpanjang dengan
penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim
pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1 ke 4 (panjang minimal 6 residu
glukosa0 pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1 ke 6 sehingga membuat
titik cabang pad molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan
cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambaah, jumlah
total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehinggaa akan mempercepat glikogenesis
maupun glikogenolisis (Mulasari dan Tri, 2013).

5) Glikogenolisis
Proses perubahan glikogen menjadi glukosa. atau kebalikan dari glikogenesis.
7) Glikoneogenesis
Proses pembentukan glukosa dari senyawa prekursor karbohidrat pada jaringan hewan
(hati), tumbuhan (biji) dan mikroorganisme Pada hewan prekursor penting dalam
glukoneogenesis :piruvat, gliserol dan asam Amino Reaksi glukoneogenesis berlangsung di
semua organisme dengan pola yang sama, perbedaan terjadi pada beberapa senyawa
metabolit dan sistem pengaturannya. Perbedaan utama glikolisis dan glukoneogenesis:
Glikolisis : glukosa menjadi piruvat
Glukoneogenesis : piruvat menjadi glukosa
Pengaturan glikolisis dan glukoneogenesis adalah secara berlawanan. Asetil KoA akan
menghambat secara allosterik pembentukan piruvat menjadi asetil Ko A, tetapi meningkatkan
piruvat menjadi oksaloasetat.

Kelebihan glukosa pada organisme akan diubah menjadi glikogen (pada hewan),
amilum, sukrosa dan polisakarida yang lain (pada tumbuhan) Glukosa akan diubah menjadi
glukosa nukleotida yakni glukosa-UDP (uridin difosfat) yang dikatalisis oleh glikogen
sintetase untuk pembentukan ikatan a1 menjadi 4, untuk pembentukan ikatan 1 menjadi 6
oleh glikosil (1 menjadi 6) transferase atau amilo (1 menjadi 4) menjadi (1 menjadi 6)
transglikosilase Glukosa-UDP juga merupakan substrat bagi sintesis sukrosa sedangkan
glukosa-ADP merupakan substrat bagi sintesis amilum (Najmiatul, 2011).

METABOLISME LEMAK

Lemak merupakan sumber nutrisi yang disimpan dari tubuh dan berasal dari makanan
yang dikonsumsi. Zat gizi ini menyumbangkan 60 % dari total energi yang dibutuhkan pada
saat beristirahat dan juga dibutuhkan dalam jumlah lebih besar saatz berolahraga. Ketika
mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, maka akan terjadi penyimpanan dalam
tubuh. Selain itu jika terdapat kelebihan konsumsi protein dan karbohidrat, maka kedua zat
ini akan dikonversi menjadi lemak. Namun, reaksi ini tidak terjadi sebaliknya, lemak tidak
dapat diubah kembali menjadi protein dan karbohidrat. Lemak, disebut juga lipid, adalah
suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses
metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari
makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai
cadangan energy (Tika, 2011).
A. Metabolisme lemak
Metabolisme Lemak Ada 3 fase:
1. Oksidasi: proses merubah asam lemak menjadi asetil Co-A
2. Siklus Kreb: proses merubah asetil Co-A menjadi H
3. Fosforilasi Oksidatif: proses mereaksikan H + O menjadi H2O + ATP
Metabolisme Lemak:
1. Di mulut, lemak mulai mengalami tahapan pencernaan, terjadi penyesuaian suhu
tertentu pada saat lemak dikunyah di mulut.
2. Pada lambung, lemak mengalami proses pencernaan dengan bantuan asam dan enzim
menjadi bentuk yang lebih sederhana.
3. Selanjutnya lemak akan memasuki hati, empedu, dan masuk ke dalam usus kecil.
4. Dari kantung empedu lemak akan bergabung dengan bile yang merupakan senyawa
yang penting untuk proses pencernaan pada usus kecil. Selanjutnya hasil pemecahan
tersebut akan diubah oleh enzim lipase pankreas menjadi asam lemak dan gliserol
5. Kelebihan lemak kemudian disimpan dalam tubuh, dan sebagai akan bergabung dengan
senyawa lain seperti fiber yang akan di keluarkan melewat usus besar.
B. Jalur Pengangkutan Lemak Dalam Darah
Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur
endogen.
1. Jalur eksogen
Trigliserida & kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam
bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan
membawanya ke dalam aliran darah. Kemudian trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami
penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas dan
kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot untuk
diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan energi. Sedangkan kilomikron remnant
akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol
yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam
usus, berfungsi seperti detergen & membantu proses penyerapan lemak dari makanan.
Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme
menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan
tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya
telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati. Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati
dengan bantuan enzim yang disebut HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke
dalam aliran darah.
2. Jalur endogen
Pembentukan trigliserida dalam hati akan meningkat apabila makanan sehari-hari
mengandung karbohidrat yang berlebihan. Hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak,
kemudian membentuk trigliserida, trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk
Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim
lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Kemudian IDL melalui
serangkaian proses akan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang kaya akan
kolesterol. Kira-kira ¾ dari kolesterol total dalam plasma normal manusia mengandung
partikel LDL. LDL ini bertugas menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang
tidak diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, dimana pertama-tama akan berikatan
dengan HDL (High Density Lipoprotein). HDL bertugas membuang kelebihan kolesterol dari
dalam tubuh. Itulah sebab munculnya istilah LDL-Kolesterol disebut lemak ¯jahat. dan
HDLKolesterol disebut lemak baik. Sehingga rasio keduanya harus seimbang. Kilomikron
membawa lemak dari usus (berasal dari makanan) dan mengirim trigliserid ke sel-sel tubuh.
VLDL membawa lemak dari hati dan mengirim trigliserid ke sel-sel tubuh. LDL yang berasal
dari pemecahan IDL (sebelumnya berbentuk VLDL) merupakan pengirim kolesterol yang
utama ke sel-sel tubuh. HDL membawa kelebihan kolesterol dari dalam sel untuk dibuang
(Tika, 2011).
C. Pencernaan Lemak secara Sederhana
1. Makanan akan melewati kerongkongan menuju lambung, tempat penyerapan lemak
berlangsung. Di sini, 10-20% lemak dari makanan dipecah.
2. Lemak tersebut akan memasuki usus kecil, di mana tetes-tetes lemak besar diuraikan
lebih lanjut oleh kontraksi usus (peristaltik) dan emulsifier (asam empedu dan lesitin)
menjadi tetesan lemak yang lebih kecil.
3. Sebagian besar lemak pada makanan berbentuk trigliserida
4. Trigliserida terdiri dari rangka struktur gliserol dengan tiga asam lemak yang menempel
dan menjadi bentuk molekuler seperti huruf besar E.
5. Enzim lipase gastrointestinal memecah trigliserida yang terdapat di tetesan lemak kecil
menjadi asam lemak bebas dan monogliserida, yang cukup kecil untuk memasuki sel-sel
mukosa dinding usus.
6. Untuk itu, molekulmolekul ini harus dapat larut dalam air.
7. Asam empedu membungkus asam lemak bebas, monogliserida, vitamin yang larut dalam
lemak, lesitin dan kolesterol untuk membentuk tetesan mikroskopik larut air yang disebut
misel.
8. Misel kemudian menuju dinding sel dinding usus, di mana asam lemak bebas dan
monogliserida melewati membran dan memasuki sel.
9. Misel sendiri tidak melewati membran. Setelah memasuki sel mukosa, asam lemak dan
monogliserida bergabung lagi menjadi trigliserida.
10. Proses pencernaan selesai dan lemak dapat diedarkan melalui sistem limfatik menuju
sistem peredaran darah lalu ke seluruh tubuh untuk digunakan sebagai energi atau
disimpan di sel lemak yang disebut dengan adiposity (Tika, 2011).

Lemak yang terdapat dalam diet sebagian besar merupakan lemak netral (trigliserida)
yang tersusun atas molekul gliserol, dan 3 molekul asam lemak. Pelarutan (solubilisasi) hasil
lipolisis di dalam garam empedu. Digesti lemak sudah mulai terjadi di mulut dan lambung
oleh enzim lipase ludah Lipase ludah dihasilkan oleh kelenjar Ebner di pemurkaan dorsal
lidah. Lipase ludah berfungsi untuk hidrolisa asam lemak, proses emulsifikasi dan membantu
kerja lipase pankreas dan lipase lambung. Lipase lambung berfungsi untuk hidrolisa asam
lemak dan gliserol. Namun demikian proses digesti lemak dalam mulut dan lambung sangat
kecil jumlahnya. Tetapi bila pankreas mengalami gangguan fungsi, aktifitas lipase ludah dan
lambung akan meningkat. Digesti lemak sebagian besar terjadi di usus halus yaitu di
duodenum oleh enzim lipase pankreas.Enzim ini melakukan hidrolisa semua trigliserida
hanya dalam waktu beberapa menit. Sel epitel usus halus juga menghasilkan lipase enterik
dalam jumlah kecil. Aktifitas enzim lipase pankreas mencapai puncaknya pada pH 8.0. pH
yang lebih rendah dari 3.0 akan merusak enzim ini (Tika, 2011).
D. Penyimpanan Lemak dalam Tubuh
Lemak yang disimpan dalam tubuh dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. lemak subkutan Lemak subkutan terdapat tepat dibawah jaringan kulit
2. lemak visceral. Lemak visceral terdapat di dekat organ tubuh bagian dalam. Lemak
visceral ini berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh bagian dalam. Kedua jenis
lemak tersebut dapat dikurangi dengan cara yang berbeda. Lemak visceral dapat
dikontrol dengan menjaga pola makan lemak yang tidak berlebihan, sementara lemak
yang terdapat langsung dibawah kulit dapat dikurangi dengan berolahraga. Kelebihan
lemak ini biasanya akan menumpuk pada bagian tertentu pada tubuh seperti perut,
pinggul, dan paha, namun yang paling jelas terlihat pada bagian perut. Faktor lain yang
juga mempengaruhi penumpukan lemak tersebut adalah stress. Stress dapat
mempengaruhi selera makan dan dapat menyebabkan penumpukan lemak semakin
meningkat, secara mudah mekanismenya dapat dijelaskan sebagai berikut: Stress
merupakan stimulus yang dikirimkan ke otak dan kemudian otak akan mengirimkan
sinyal ke tubuh untuk meningkatkan nafsu makan. Hasilnya, kecenderungan untuk
mengonsumsi makanan akan mengalami peningkatan (Tika, 2011).

E. Emulsifikasi Lemak
Tahap pertama dari digesti lemak ialah memecahkan globulus lemak kedalam ukuran
yang lebih kecil sehingga enzim-enzim lipolitik yang larut dalam air dapat bekerja pada
permukaan globulus. Proses ini disebut sebagai proses emulsifikasi lemak, yang berlangsung
di bawah pengaruh empedu yang dihasilkan oleh hati. Empedu tidak mengandung enzim
pencernaan tetapi mengandung garam empedu dan lesitin-fosfolipid yang sangat penting
untuk emulsifikasi lemak. Bila garam empedu di dalam usus meningkat, lemak dan garam
empedu secara spontan membentuk micelles yang merupakan globulus dengan ukuran 3-
6nm yang terdiri dari molekul garam empedu dan molekul lemak yang terutama asam lemak,
monogliserida, dan kholesterol. Pembentukan micelles akan melarutkan lemak yang
selanjutnya memungkinkan lemak tersebut di absorbsi melalui sel epitel usus halus. Setelah
melewati epitel usus halus , monogliserida dan asam lemak akan diproses oleh retikulum
endoplasmik halus ,yang kemudiannya akan dirubah menjadi molekul trigliserida yang baru
dan ditransportasi ke dalam limpe chylomicrons dan mengalir melalui duktus thoracikus
limpatikus dan selanjutnya ke sirkulasi darah.

 Bile + agitation
Fat —————————–> emulsified fat
 Pancreatic lipase
Emulsified fat————————> fatty acids + 2-monoglycerides

Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida menjadi
asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding usus, monogliserida
dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih dahulu dengan garam empedu untuk
membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil diselimuti dengan apa yang disebut villi yang
berfungsi memperluas permukaan, guna mempercepat penyerapan hasil-hasil pencernaan.
Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small lymph vessels , yang disebut lacteal, untuk
kemundian didisstribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke dalam sistim sirkulasi
(Tika, 2011).
BIOENERGETIKA
A. Bioenergetika
Bioenergetika adalah studi tentang proses bagaimana sel menggunakan, menyimpan
dan melepaskan energi. Komponen utama dalam bioenergetika adalah transformasi energi,
atau konversi energi dari suatu bentuk ke bentuk energi yang lain. Organisme hidup tidak
berada dalam keseimbangan, melainkan membutuhkan masukan energi secara kontinyu. Jadi
seluruh sel selalu mentransformasi energi. Sel memiliki jutaan reaksi metabolisme yang
terjadi dalam tubuh. Metabolisme merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang berurutan
yang menghasilkan produk tertentu. Senyawa yang bereaksi, yaitu senyawa intermediet serta
produknya disebut dengan metabolit. Serangkaian reaksi yang terdapat dalam metabolisma
dikelompokkan menjadi 2 , yaitu:
1. Katabolisma, atau reaksi penguraian. Dalam katabolisma senyawa metabolit
kompleks diuraikan menjadi produk yang lebih sederhana dengan membebaskan energi.
Energi yang dibebaskan selama proses ini disimpan dalam bentuk ATP dari ADP dan fosfat
atau digunakan untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH. Keduanya, ATP dan NADPH
merupakan sumber energi utama untuk digunakan dalam jalur anabolisme. Karakteristik
jalur penguraian adalah mengubah berbagai senyawa (karbohidrat, lipid, protein) menjadi
senyawa intermedier umum.yang akan dimetabolisma lebih lanjut dalam jalur oksidatif pusat
yang mengubahnya menjadi beberapa produk akhir.
2. Anabolisma, jalur biosintesis. Jalur ini mempunyai proses kebalikannya. Beberapa
macam metabolit, terutama piruvat, asetil CoA dan senyawa intermedier dalam siklus asam
sitrat berfungsi sebagai senyawa awal untuk biosintesis berbagai produk.
Ada dua sistem penggunaan energi pada makluk hidup yaitu sistem nonbiologik dan
biologik. Sistem nonbiologik dapat menggunakan energi panas untuk melangsungkan
kerjanya. Sedangkan sistem biologik bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk
memberikan tenaga bagi proses kehidupan.
Kemudian, Bioenergetika atau termodinamika biokimia memberikan prinsip dasar
untuk menjelaskan mengapa sebagian reaksi dapat terjadi sedangkan sebagian yang lain
tidak. Sejumlah sistem non biologikdapat menggunakan energipanas untuk melaksanakan
kerjanya, namun sistem biologipada hakekatnya bersifat isotermik dan memakai energi kimia
untuk memberikan tenaga bagi proses kehidupan.
Prinsip reaksi oksidasi reduksi yaitu reaksi pengeluaran dan perolehan elektron
berlaku pada berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi
pemahaman tentang sifat oksidasi biologi.Ternyata banyak reaksi-reaksi oksidasi dalam sel
hidup dapat berlangsung tanpa peran molekul oksigen. Mitokondria sebagai organella
pernapasan sel,dikatakan demikian karena didalamnya berlangsung sebagian besar peristiwa
penangkapan energi yang berasal dari oksidasi dalam rantai pernapasan sel. Sistem dalam
mitokondria yang merangkaikan respirasi dengan produksi ATP sebagai suatu zat antara
berenergi tinggidikenaldengan fosforilasi oksidatif. Fosforilasioksidatif memungkinkan
organisme aerob menangkap energibebas dengan proporsi yang lebih besar bila
dibandingkandengan organisme anaerob.
Bioenergetika atau termo dinamika biokimia menerangkan berbagai macam
perubahan energi yang menyertai reaksi-reaksibiokimia. Energi bebas adalah bahagian energi
total yang dapat digunakan untuk kerja-kerja bermanfaat difungsikan berdasar hukum
thermodinamika pertama dan kedua. Hukum thermodinamika pertama menyatakan jumlah
energi dalam suatu sistem dan lingkungannya adalah tetap. Hukum kedua menyatakan bahwa
suatu proses dapat berlangsung spontan hanya bila jumlah entropi (tingkat kekacauan) suatu
sistem dan lingkungannya bertambah.
Kaidah pertama termodinamika:
Kaidah pertama ini merupakan hukum penyimpanan energi, yang berbunyi: “energi
total sebuah sistem, termasuk energi sekitarnya adalah konstan”. Ini berarti bahwa saat terjadi
perubahan di dalam sistem tidak ada energi yang hilang atau diperoleh. Namun energi dapat
dialihkan antar bagian sistem atau dapat diubah menjadi energi bentuk lain. Contohnya energi
kimia dapat diubah menjadi energi listrik, panas, mekanik dan sebagainya.
Kaidah kedua termodinamika:
Kaidah kedua berbunyi: “entropi total sebuah sistem harus meningkat bila proses
ingin berlangsung spontan”. Entropi adalah derajat ketidakteraturan atau keteracakan sistem.
Entropi akan mencapai taraf maksimal di dalam sistem seiring sistem mendekati keadaan
seimbang yang sejati. Dalam kondisi suhu dan tekanan konstan, hubungan antara perubahan
energi bebas (ΔG) pada sebuah sistem yang bereaksi, dengan perubahan entropi (ΔS),
diungkapkan dalam persamaan:
ΔG = ΔH – TΔS
Keterangan: ΔH adalah perubahan entalpi (panas) dan T adalah suhu absolut.
Di dalam kondisi reaksi biokimia, mengingat ΔH kurang lebih sama dengan ΔE, perubahan
total energi internal di dalam reaksi, hubungan di atas dapat diungkapkan dengan persamaan:
ΔG = ΔE – TΔS
B. Oksidasi biologi
Oksidasi adalah pengeluaran elektron dan reduksi adalah pemerolehan elektron.
Enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi dinamakan enzim
oksidoreduktase. Terdapat 4 kelompok enzim oksidoreduktase yaitu: oksidase,
dehidrogenase, hidroperoksidase dan oksigenase.
Oksidase
Enzim oksidase mengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dengan
menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen. Enzim-enzim tersebut membentuk air atau
hidrogen peroksida. Termasuk sebagai oksidase antara lain sitokrom oksidase, oksidase asam
L-amino, xantin oksidase, glukosa oksidase.
2. Dehidrogenase
Dehidrogenase tidak dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen. Enzim-
enzim ini memiliki 2 fungsi utama yaitu:
Pertama, berperan dalam pemindahan hidrogen dari substrat yang satu ke substrat
yang lain dalam reaksi reduksi-oksidasi berpasangan. Kedua, sebagai komponen dalam rantai
respirasi pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen. Contoh dari enzim dehidrogenase
adalah suksinat dehidrogenase, asil-KoA dehidrogenase, gliserol-3-fosfat dehidrogenase,
semua sitokrom kecuali sitokrom oksidase.
Hidroperoksidase
Enzim hidroperoksidase menggunakan hidrogen peroksida atau peroksida organik sebagai
substrat. Ada 2 tipe enzim yang masuk ke dalam kategori ini yaitu peroksidase dan katalase.
Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa peroksida yang
berbahaya. Penumpukan peroksida menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak membran
sel dan menimbulkan kanker serta aterosklerosis.
Oksigenase
Oksigenase mengkatalisis pemindahan langsung dan inkorporasi oksigen ke dalam
molekul substrat. Enzim ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu monooksigenase dan
dioksigenase.
C. Rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif
Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Di dalam
mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari oksidasi
respiratorik berlangsung. Sistem respirasi dengan proses pembentukan intermediat berenergi
tinggi (ATP) ini dinamakan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif memungkinkan
organisme aerob menangkap energi bebas dari substrat respiratorik dalam proporsi jauh lebih
besar daripada organisme anaerob.
Proses fosforilasi oksidatif
Organisme kemotrop memperoleh energi bebas dari oksidasi molekul bahan bakar,
misalnya glukosa dan asam lemak. Pada organisme aerob, akseptor elektron terakhir adalah
oksigen. Namun elektron tidak langsung ditransfer langsung ke oksigen, melainkan dipindah
ke pengemban-pengemban khusus antara lain nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+) dan
flavin adenin dinukleotida (FAD).
Pengemban tereduksi ini selanjutnya memindahkan elektron ke oksigen melalui rantai
transport elektron yang terdapat pada sisi dalam membran mitokondria (Gambar 3.7).
Gradien proton yang terbentuk sebagai hasil aliran elektron ini kemudian mendorong sintesis
ATP dari ADP dan Pi dengan bantuan enzim ATP sintase. Proses tersebut dinamakan
fosforilasi oksidatif. Dalam hal ini energi dipindahkan dari rantai transport elektron ke ATP
sintase oleh perpindahan proton melintasi membran. Proses ini dinamakan kemiosmosis.
DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Universitas Sumatera Utara: Sumatera Utara


Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta
Najmiatul. 2011. Metabolisme Karbohidrat. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
Poedjiadi, Supriyanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Bandung: UI Press.

Rochmah, Siti Nur. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta

Sembiring, Langkah. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta

Tika. 2011. Makalah Metabolisme Lemak. Universitas Andalas: Padang

Toha. 2001. Biokimia, Metabolisme Biomolekul. Bandung: Alfabeta.

Wirahadikusumah. 1985. Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai