Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH METABOLISME PROTEIN

MATA KULIAH METABOLISME ZAT GIZI MAKRO

Dosen Pengampu :
Adriyan Pramono, S.Gz., M.Si., Ph.D.
dr. Martha Ardiaria, M.Si.Med
Dr.dr. Kusmiyati Tjahjono, M.Kes.

Disusun oleh:
Kelompok 36 Kelas A (Genap)

1. Adristy Bhanulaksmi Lintang Pramastri 22030121140126


2. Kanizzahra Zalianty Adlin 22030121140132

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
A. Protein
Protein merupakan makromolekul yang terbentuk dari asam amino yang terdiri
dari atom nitrogen (N), karbon (C), oksigen (O), dan beberapa jenis asam amino yang
mengandung sulfur (metionin, sistin, dan sistein) yang dihubungkan oleh ikatan peptida.1
Protein merupakan gabungan asam-asam amino dengan cara ikatan peptida, yaitu ikatan
antara gugus amino. Protein disusun oleh 22 macam asam amino, tetapi dari keseluruhan
itu yang berfungsi sebagai penyusun utama protein hanyalah 20 macam.2
Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan manusia.
Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti dan memelihara sel
tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna makanan dan kelangsungan proses normal dalam
tubuh. Sumber protein berasal dari protein nabati dan protein hewani. Sumber protein
nabati contohnya adalah kacang-kacangan dan hasil olahannya, sedangkan protein hewani
contohnya, telur, ikan, daging, susu dan hasil olahannya.3
Dalam makhluk hidup, protein berperan sebagai pembentuk struktur sel dan
beberapa jenis protein memiliki peran fisiologis. Berikut merupakan beberapa fungsi
protein:3
a. Membentuk jaringan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh
b. Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau
mati
c. Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan
metabolisme serta antibodi yang diperlukan
d. Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen, yaitu intraseluler,
ekstraseluler, dan intravaskuler.

B. Asam Amino
Asam amino adalah komponen utama penyusun protein yang memiliki fungsi
metabolisme dalam tubuh. Mutu protein dinilai dari perbandingan-perbandingan asam
amino yang terkandung dalam protein tersebut.4 Struktur asam amino secara umum
adalah satu atom C yang mengikat empat gugus, yaitu gugus amina (NH2), gugus
karboksil (COOH), atom hidrogen (H) dan satu gugus sisa (R atau residue) atau disebut
juga gugus rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino
lainnya.5 Fungsi asam amino dalam tubuh adalah sebagai unsur pembangun bagi protein.
Beberapa fungsi asam amino yang lain adalah meningkatkan massa otot, meningkatkan
hormon pertumbuhan, mengurangi asam laktat, dan mencegah penyusutan otot.6
Asam amino terbagi menjadi dua kelompok, yaitu asam amino esensial dan asam
amino non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat dibuat
oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein. Asam amino non esensial
adalah asam amino yang dapat dibuat oleh tubuh manusia.4 Asam amino esensial terdiri
dari histidin, arginin, treonin, valin, metionin, isoleusin, dan leusin. Asam amino non
esensial terdiri dari asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, alanin, prolin, tirosin, dan
sistein.7

C. Proses Metabolisme dan Biosintesis Asam Amino


1. Metabolisme Asam Amino
Metabolisme adalah suatu proses biokimia yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup yang bertujuan menghasilkan energi untuk aktivitas hidup maupun
pertumbuhan. Metabolisme terdiri dari dua proses yaitu, katabolisme dan anabolisme.
Pada dasarnya pada proses anabolisme memerlukan energi, sedangkan pada proses
katabolisme melepaskan energi. Metabolisme asam amino dapat terjadi pada jalur
anabolisme maupun jalur katabolisme.8 Jalur metabolik utama dari asam-asam amino
terdiri atas produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein
diet serta sintesis asam amino di hati, pengambilan nitrogen dari asam amino,
katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai
proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino, dan sintesis protein dari
asam-asam amino.9

Gambar 1. Metabolisme Protein Secara Umum10


a. Anabolisme
Anabolisme adalah suatu proses pembentukan senyawa kompleks melalui
senyawa sederhana dengan bantuan/rangkaian proses yang saling berhubungan.
Proses Anabolisme biasanya banyak membutuhkan energi sehingga reaksinya
dapat berlangsung cepat dan efisien.11 Senyawa kompleks tersebut biasanya
disebut juga dengan senyawa makromolekul.12
Makromolekul yang terbentuk dapat menjadi asam nukleat, lemak,
karbohidrat serta protein. Anabolisme terdiri dari tiga tahapan dasar, diantaranya
produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida; aktivasi
senyawa-senyawa menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP dan
penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein,
polisakarida, lemak, dan asam nukleat.12
Anabolisme ini adalah suatu lintasan metabolisme yang menyusun
beberapa senyawa organik sederhana tersebut menjadi senyawa kimia atau pun
juga molekul kompleks. Proses tersebut membutuhkan energi dari luar. Energi
yang digunakan dalam reaksi ini dapat atau bisa berupa energi cahaya ataupun
juga energi kimia. Pada proses anabolisme tersebut membutuhkan energi, serta
prosesnya disebut dengan istilah reaksi endogenic.12
Anabolisme mempunyai 3 tahapan dasar, yaitu:12
1) Produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, serta nukleotida.
2) Aktivasi senyawa-senyawa tersebut kemudian menjadi bentuk reaktif dengan
menggunakan energi dari ATP.
3) Penggabungan prekursor tersebut kemudian akan menjadi molekul kompleks,
seperti misalnya polisakarida, protein, lemak, serta juga asam nukleat.
Anabolisme yang memakai energi cahaya tersebut kemudian dikenal dengan
istilah fotosintesis, sedangkan untuk anabolisme yang menggunakan energi
kimia yang dikenal dengan istilah kemosintesis.
b. Katabolisme
Katabolisme merupakan proses perombakan senyawa organik kompleks
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Dalam proses katabolisme
terdapat proses respirasi seluler atau respirasi sel. Respirasi sel merupakan proses
perombakan molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi
produk limbah yang berenergi lebih rendah pada tingkat seluler. Respirasi sel
memiliki empat tahapan yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs dan
transpor elektron.13 Katabolisme (penguraian) dari masing-masing nutrien untuk
menghasilkan energi utama (karbohidrat, lipid dan protein), berlangsung secara
bertahap melalui sejumlah reaksi enzimatik yang berurutan.14

Gambar 2. Katabolisme Asam Amino 10

Hanya sedikit organisme yang dapat mengubah nitrogen bebas (N2)


menjadi senyawa biologis yang berguna seperti NH3, oleh karenanya organisme
umumnya menggunakan nitrogen dari asam amino. Pada umumnya, asam amino
dimetabolisme di hepar. Amonia yang dihasilkan didaur ulang dan digunakan
untuk bermacam-macam proses biosintesis, kelebihannya akan dibuang sebagai
urea.15
Kelebihan amonia yang dihasilkan oleh jaringan ekstrahepatik akan
diangkut ke hepar (dalam bentuk gugus amino) untuk diubah menjadi senyawa
yang bisa diekskresi. Di dalam katabolisme, asam amino glutamat dan glutamin
berperan penting, Gugus amino dari asam amino akan dialihkan ke Į-keto
glutamat membentuk glutamat (terjadi di sitosol). Selanjutnya, glutamat akan
diangkut ke mitokondria dan gugus amino dilepaskan berupa NH4. Kelebihan
amonia jaringan lain akan diubah menjadi glutamin lalu diangkut ke mitokondria
hepar. Kelebihan gugus amino di jaringan otot dialihkan ke piruvat, karenanya
piruvat berubah menjadi alanin yang selanjutnya akan dibawa ke mitokondria
hepatosit untuk dilepas gugus NH4 nya.15
2. Biosintesis Asam Amino
Biosintesis adalah suatu proses banyak-tahap, yang dikatalisis-enzim di mana
substrat diubah menjadi produk yang lebih kompleks dalam organisme hidup. Dalam
biosintesis, senyawa dimodifikasi, diubah menjadi senyawa lain, atau digabungkan
bersama untuk membentuk makromolekul. Proses ini terkadang terdiri dari jalur
metabolik. Beberapa dari jalur biosintesis ini berlokasi di dalam organel sel tunggal,
sementara lainnya melibatkan enzim yang berlokasi di dalam organel sel ganda.
Contoh dari jalur biosintesis ini diantaranya pada produksi komponen membran lipid
dan nukleotida.16
Unsur-unsur yang diperlukan untuk biosintesis meliputi: senyawa prekursor,
energi kimia (misalnya ATP), dan enzim katalitik yang mungkin memerlukan
koenzim (misalnya NADH, NADPH). Elemen-elemen ini menciptakan monomer,
suatu blok pembangun untuk makromolekul. Beberapa makromolekul biologis
penting meliputi: protein, yang terdiri dari monomer asam amino yang bergabung
melalui ikatan peptida, dan molekul DNA, yang terdiri dari nukleotida yang
bergabung melalui ikatan fosfodiester.17
Biosintesis terjadi karena serangkaian reaksi kimia. Agar reaksi kimia dapat
terjadi, diperlukan unsur-unsur berikut:18
1) Senyawa prekursor: senyawa-senyawa ini adalah molekul awal atau substrat
dalam suatu reaksi. Prekursor ini juga dapat dilihat sebagai reaktan dalam proses
kimia tertentu.
2) Energi kimia: energi kimia dapat ditemukan dalam bentuk molekul energi tinggi.
Molekul-molekul ini diperlukan untuk reaksi yang tidak menguntungkan secara
energi. Lebih lanjut, hidrolisis senyawa ini mendorong reaksi ke depan. Molekul
berenergi tinggi, seperti ATP, memiliki tiga fosfat. Seringkali, fosfat terminal
terpecah selama hidrolisis dan dipindahkan ke molekul lain.
3) Enzim katalitik: molekul-molekul ini adalah protein khusus yang mengkatalisis
suatu reaksi dengan meningkatkan laju reaksi dan menurunkan energi aktivasi.
4) Koenzim atau kofaktor: kofaktor adalah molekul yang membantu dalam reaksi
kimia. Kofaktor tersebut mungkin merupakan suatu ion logam, turunan vitamin
seperti NADH dan asetil KoA, atau turunan non-vitamin seperti ATP. Dalam
kasus NADH, molekul mentransfer hidrogen, sedangkan asetil KoA mentransfer
gugus asetil, dan ATP mentransfer fosfat.
D. Siklus Ureum

Gambar 3. Tahapan Siklus Ureum atau Siklus Urea19

Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme asam amino. Ureum adalah
limbah dari pemecahan protein dalam tubuh. Siklus urea (disebut juga siklus ornithine)
adalah reaksi pengubahan amonia (NH3) menjadi urea (CO(NH2)2). Siklus ureum
sebagian besar terjadi di hati. Hati merupakan tempat utama pengubahan amonia menjadi
urea karena fungsi hati adalah untuk menetralkan racun. Urea bersifat toxic atau beracun
sehingga berbahaya jika dibiarkan menumpuk dalam tubuh.20 Urea terbentuk dari amonia
dan karbon dioksida melalui serangkaian reaksi kimia yang membentuk siklus, sehingga
dinamakan sebagai siklus urea. Urea merupakan senyawa yang mudah larut dalam air,
bersifat netral, dan terdapat dalam urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Siklus urea
terdiri atas beberapa tahap reaksi, yaitu sebagai berikut:19
1. Sintesis Karbamoil fosfat
Dalam reaksi pembentukan karbamoil fosfat, 1 mol amonia bereaksi dengan 1
mol karbondioksida dengan bantuan enzim karbamoil fosfat sintetase. Reaksi ini
membutuhkan energi sehingga melibatkan 2 mol ATP yang diubah menjadi ADP.
2. Pembentukan Sitrulin
Karbamoil fosfat yang telah terbentuk akan bereaksi dengan ornitin
membentuk sitrulin. Dalam reaksi ini, bagian karbamoil bergabung dengan ornitin dan
memisahkan gugus fosfat. Lalu, terdapat ornitin transkarbamilase pada bagian
mitokondria sel hati yang berperan sebagai katalis dalam pembentukan sitrulin.
3. Pembentukan Asam Argininosuksinat
Pada tahap ini, sitrulin akan bereaksi dengan asam aspartat membentuk asam
argininosuksinat. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinat
sintetase. Dalam reaksi tersebut, ATP merupakan sumber energi
4. Penguraian Asam Argininosuksinat
Pada reaksi ini, asam argininosuksinat akan terurai menjadi arginin dan asam
fumarat. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinase yang
merupakan suatu enzim yang terdapat dalam hati dan ginjal.
5. Reaksi Penguraian Arginin
Pada reaksi ini, arginin terurai menjadi urea dan ornitin. Enzim yang berperan
sebagai katalis dalam reaksi ini adalah enzim arginase yang terdapat dalam hati.
Ornitin yang merupakan hasil dari reaksi hidrolisis akan bereaksi kembali dengan
karbamoil fosfat untuk membentuk sitrulin. Selanjutnya, reaksi berlangsung secara
berulang berupa suatu siklus. Reaksi keseluruhan siklus urea ini adalah sebagai
berikut:
2NH3 + CO2 + 3 ATP + 2 H2O → Urea + 2 ADP + AMP + 2 PI + Ppi (pirofosfat)

E. Gangguan Metabolisme Protein dan Asam Amino


Gangguan metabolisme protein menyebabkan ketidakseimbangan zat-zat dalam
tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme protein adalah
ditemukannya penyakit yang terjadi karena kekurangan protein. Kekurangan protein
hampir selalu disertai dengan kekurangan energi. Hubungan antara kekurangan protein
dan energi dapat terjadi karena protein merupakan salah satu sumber utama penghasil
energi. Penyakit yang terjadi karena kekurangan energi dan protein biasa disebut dengan
penyakit Kurang Energi Protein (KEP). Penyakit ini ditemukan pada anak-anak dan ibu
hamil, namun juga dapat menyerang orang dewasa, seperti pada orang yang kelaparan
dalam kurun waktu yang lama atau menderita penyakit kronis. KEP terjadi pada anak usia
2 - 5 tahun, atau ketika mereka mulai mengonsumsi makanan tambahan. Ketika KEP
menyerang anak, akan muncul gejala-gejala lain, seperti kekurangan energi (Marasmus)
dan kekurangan protein (Kwashiorkor).21
Gejala yang terlihat pada penderita Marasmus, yaitu berat dan tinggi badan
terganggu, penderita sangat kurus, adanya pembesaran hati, kulit keriput, pada bagian
muka terdapat kulit yang berlipat-lipat, mudah terserang diare, infeksi saluran
pernapasan, dan batuk rejan. Kemudian, gejala yang terlihat pada penderita Kwashiorkor
adalah adanya gangguan pada pertumbuhan berat badan dan tinggi badan, lemah, kurus,
apatis, kulit tampak kering, rambut tipis atau jarang, kehilangan nafsu makan, diare,
adanya pembesaran pada hati, dan anemia.
Selain Marasmus dan Kwashiorkor, hipoproteinemia dan hipo dan
agammaglobulinemia merupakan penyakit yang juga disebabkan oleh gangguan
metabolisme protein. Hipoproteinemia disebabkan oleh ekskresi protein darah yang
berlebihan melalui air kemih, pembentukan albumin yang terganggu, dan absorpsi
albumin berkurang akibat kelaparan, penyakit usus, ataupun penyakit ginjal. Hipo dan
agammaglobulinemia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:21
1. Hipoagammaglobulinemia kongenital: merupakan penyakit herediter, biasanya
menyerang laki-laki berusia 9-12 tahun, mudah terserang infeksi, plasma darah tidak
mengandung gamma protein, dan dapat terjadi penyakit hipersensitivitas.
2. Hipo agammaglobulinemia dapat menyerang pria dan wanita pada semua usia,
ciri-cirinya ditandai dengan penderita mudah terkena infeksi, terjadi hiperplasia
kompensatorik sel retikulum yang mengakibatkan limfadenopati dan splenomegali.
3. Hipoagammaglobulinemia sementara: hanya ditemukan pada bayi, dan merupakan
peralihan pada waktu gamma globulin yang didapat dari ibu habis dan anak harus
membentuk gamma globulin sendiri.
Pada kondisi dimana kelebihan metabolisme protein, belum ditemukan secara
langsung penyakitnya tetapi kelebihan produksi protein dapat disebabkan karena
gangguan kerja insulin, contohnya seperti diabetes melitus dan diabetes insipidus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jufri N. Protein. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017.


2. Rosmawati T. Lama Perebusan Terhadap Kandungan Protein Pada Kerang Darah
(Anadara granosa). Jurnal Biology & Sciences Education. 2013;2(2):103-109.
3. Adriani M, Wirjatmadi B. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2012.
4. Sari EM, Nurilmala M, Abdullah A. Profil Asam Amino dan Senyawa Bioaktif Kuda
Laut Hippocampus comes. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.
2017;9(2):605-617.
5. Gianto, Suhandana M, Putri RMS. Komposisi Kandungan Asam Amino pada Teripang
Emas (Stichoupus horens) di Perairan Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Jurnal Teknologi
Hasil Perikanan. 2017;6(2):186-192.
6. Suprayitno E, Sulistiyati TD. Metabolisme Protein. Malang: UB Press. 2017. 108 p.
7. Sulistyowibowo W, Zaharah TA, Idiawati N, Warsidah. Analisis Asam Amino dan
Mineral Essensial pada Ubur-ubur. JKK. 2013;2(2):101-106.
8. Firdaus A, Hayati N, Awaliya R. Asam Amino non-essential sebagai Penghambat
Pertumbuhan Sel Kanker (Non-essential Amino Acid as an Inhibitor of Cancer Cell
Growth). Proceeding of Chemistry Conferences. 2018;(3):45-51.
9. Sudirga S. Metabolisme Asam Amino. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana.
2016.
10. Yeum J, Russe M. Carotenoid Bioavailability and Bioconversion. Annu.Rev.Nutr.
2002;(22):483-504.
11. Setiawan R. Anabolisme Protein. 2016.
12. Atap. Pengertian Anabolisme: Proses, Ciri, Hormon, dan Penyakitnya. Gramedia Blog.
2021.
13. Sari M, Kiftiah M. Kestabilan Lyapunov Pada Pemodelan Respirasi Seluler Dengan Petri
Net Berwaktu. Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster). 2019;8(1):35-42.
14. Purnamasari A, Laeto A, Khalid N, et al. Fisiologi Manusia dan Zat Gizi. Cendekia
Publisher. 2022.
15. Wahjuni S. Metabolisme Biokimia. Udayana University Press. 2013.
16. Stincone A, Prigione A, Cramer T, et al. "The return of metabolism: biochemistry and
physiology of the pentose phosphate pathway”. Biol Rev Camb Philos Soc.
2015:90(3):927–963.
17. Graupner M, Robert H. "Biosynthesis of the Phosphodiester Bond in Coenzyme F420 in
the Methanoarchaea". Biochemistry. 2001.
18. Alberts B. Molecular biology of the cell. New York: Garland Science. 2007.
19. Sulastri, Erlidawati. Biokimia Dasar Bermuatan Nilai-Nilai Karakter. Aceh: Syiah Kuala
University Press. 2020. 149 p.
20. Loho IKA, Rambert GI, Wowor MF. Gambaran Kadar Ureum pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronik Stadium Non Dialisis. Jurnal e-Biomedik (eBm). 2016;4(2):1-6.
21. Setiarto RHB, Karo MB. Pengantar Biokimia Klinis. Guepedia. 2020. 210 p.

Anda mungkin juga menyukai