Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.
Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi
yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya,
cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema,
bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya
bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan
cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya
novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur.
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek
biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal,
jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti
tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya);
komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat,
krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu
langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang
mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik
dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai
contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum
adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-
cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik.
Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat
mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk
seni manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.

RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas dapat diambil suatu perumusan masalah yaitu Bagaimana
membuat sebuah cerpen yang baik dan benar sesuai dengan aturan dan unsur – unsurnya.

BATASAN MASALAH
Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka saya
membatasi permasalahan pada :
1. Pengertian Cerpen
2. Jenis – jenis Cerpen
3. Aliran – aliran Cerpen
4. Ciri - ciri Cerpen
5. Unsur – unsur Cerpen
BAB 2
ISI

A. PENGERTIAN CERPEN
PENGERTIAN CERPEN SECARA UMUM
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.
Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi
yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya,
cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema,
bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya
bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan
cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya
novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur.
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek
biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal,
jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti
tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya);
komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat,
krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu
langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang
mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik
dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai
contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum
adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-
cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik.
Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat
mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk
seni manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
PENGERTIAN CERPEN MENURUT PARA AHLI
 H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek
harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
 A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita
pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-
20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan.
 Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang
sering disebut kisahan prosa pendek.
 Sumardjo dan Saini mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis
argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja, serta relatif pendek).

Dari berbagai pendapat para ahli, rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak
saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa
cerita pendek atau cerpen adalah cerita rekaan yang pendek. Cerpen merupakan akronim dari
cerita pendek. Karya sastra merupakan wujud dan bentuk dari perilaku yang diciptakan, contoh
karya sastra yang sederhana adalah cerpen. Cerpen merupakan karya sastra yang menarik dan
sederhana. Menceritakan sebuah konflik secara singkat dan lugas, namun memiliki unsur-unsur
sastra yang menarik.

B. JENIS – JENIS CERPEN


JENIS CERPEN BERDASARKAN JUMLAH KATANYA
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dipatok sebagai karya sastra berbentuk prosa fiksi
dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata. Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dapat
dibedakan menjadi 3 tipe, yakni:
____________
Ade Hikmat dan Nani Solihah, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2013), hlm 4.
1. Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750-1.000 buah.
2. Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000-4000 buah.
3. Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah.

JENIS CERPEN BERDASARKAN TEKHNIK MENGARANGNYA


1. Cerpen sempurna (well made short-story), cerpen yang terfokus pada satu tema dengan
plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada umumnya
bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca
dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam tempo kurang dari satu
jam
2. Cerpen tak utuh (slice of life short-story), cerpen yang tidak terfokus pada satu tema
(temanya terpencar-pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat
mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis
berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal, sehingga lajim disebut sebagai cerpen
ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra,
harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca awam
sastra menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.
C. ALIRAN – ALIRAN CERITA PENDEK
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan pengucapan sastra seorang
sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran jenis jenis cerita pendek. Berikut adalah
beberapa di antaranya :
1.Realisme
Adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan secara sesungguhnya. HB
Jasssin menjelaskan dalam realisme digambarkan keadaan seperti yang sebenarnya yang terlihat
oleh mata. Pengarang melukiskan dengan teliti tanpa prasangka, tanpa tercampur tafsiran, tidak
memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan pembacanya. Pengarang sendiri berada di
luar tanpa ikut campur dalam cerita. Ia sebagai penonton yang obyektif. Tidak melukiskan lebih
bagus atau lebih jelek dari kenyataan. Realisme muncul pada abad ke 18 tapi baru berkembang
pada abad 19 dan awal abad 20. Kaum realis menentang romantisme yang mereka anggap
cengeng dan berlebihan. Kaum realis lebih memilih tokoh-tokoh sederhana dan umum. Hal-hal
bersifat ideal ditolak. Itulah sebabnya karya realisme banyak berkisar pada golongan masyarakat
bawah, seperti kaum tani, buruh, gelandangan, pelacur, gangster,dsb.
2. Impresionisme
Impresi berarti kesan. Jadi impresionisme adalah pelahiran kembali kesan-kesan sang pengarang
terhadap sesuatu yang dilihatnya. Sebagaimana kesan, ia biasanya sepintas lalu. Menurut Dr. JS
Badudu, pengarang tak akan melukiskannya sampai sekecil-kecilnya seperti realisme dan
naturalisme. Akan tetapi spontanitas dari penglihatan pertama yang dilukiskan, karena kesan
itulah yang tetap melekat.
3. Naturalisme
Sebenarnya merupakan cabang realisme. JIka realisme menyajikan hal-hal yang nyata dalam
kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung melukiskan segala kenyataan yang ada tanpa
memilih, atau menyeleksinya. Apa yang tampak dan dirasakan itu juga yang dinyatakan. Oleh
sebab itu naturalisme cenderung melukiskan segala yang buruk, jorok bahkan pornografis. Juga
melukiskan kritik sosial secara tajam. Naturalisme amat mementingkan alam semesta, seperti
pengertian awalnya bahwa natura adalah alam. Tokoh-tokoh naturalisme mengungkapkan aspek-
aspek alam semesta yang bersifat fatalis dan mekanis. Ia juga mementingkan gerak dan aktivitas
manusia yang mewujudkan kebendaan serta kehidupan moral yang rendah.
4.Neonaturalisme
Berarti naturalisme baru, yaitu bentuk lanjutan naturalisme. Aliran ini merangkum realisme dan
naturalisme. Yaitu disamping melukiskan hal-hal yang buruk juga kenyataan yang baik. Itu
sebabnya ia dikatakan melukiskan kenyataan yang obyektif. Fiksi awal sastra Indonesia tampil
dalam bentuk realisme yang kuat, melukiskan aspek kehidupan secara nyata dan langsung.
Dalam perkembangannya realisme kurang memuaskan sehingga dalam
banyak hal naturalisme lebih mampu menyatakan ekspresi jiwa pengarang. Akan tetapi
naturalisme pun kurang memuaskan sehingga membutuhkan satu bentuk ekspresi yang lebih
ekstrem yaitu neonaturalisme.

____________
Andini Apriliana, “Aliran – aliran cerpen ”, Bahasa dan Sastra Indonesia, Yogyakarta. (Yogyakarta,
Perpustakaan Fakultas Bahasa dan sastra UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), hlm 21, t,d,
5. Determinisme
Merupakan cabang dari naturalisme, yaitu aliran kesusasteraan yang menekankan pada takdir.
Takdir ini ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan. Berasal dari kata to determine yang
berarti menentukan atau paksaan nasib. Dr. Js. Badudu mengatakan bukan nasib yang ditentukan
oleh Tuhan melainkan nasib yang ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitar, seperti
kemiskinan,penyakit keturunan, dan kesulitan akibat perang. Inti pokoknya adalah penderitaan
seseorang. Jahatkah, melaratkah, penyakitankah, bukan karena takdir Tuhan namun karena
lingkungan yang buruk. Penganutnya berangkat dari paham materialisme dan karenanya tidak
percaya bahwa Tuhanlah yang menakdirkan demikian. Contoh : Tokoh Yah dalam Belenggu,
Armijn Pane. Neraka Dunia, Katak hendak jadi Lembu - Nur St Iskandar. Pada Sebuah kapal -
NH Dini, Atheis Achdiat K Mihardja.

6. Ekspresionisme
Dijelaskan oleh Dr. HB Jassin bahwa sampainya orang pada aliran ekspresionisme karena
manusia dengan jiwanya yang paling dalam cuma bisa dilukiskan oleh seniman yang mengenali
manusia itu sampai pada pikiran dan perasaannya yang paling dalam, kesedihan dan
kesengsaraannya,ketinggian rasa susila, dan kerendahan hawa nafsunya. Untuk melahirkan
manusia yang sebenarnya , si pengarang harus seolah-olah masuk ke dalam tokoh-tokohnya, dan
ia tak bisa meniadakan dirinya sama sekali, tapi turut aktif dalam jiwa tokoh itu. Pada mulanya ia
sebagai penonton pasif, yaitu melihatnya secara obyektif tapi kemudian menjadi aktif sebagai
pemain yang subyektif yang turut menyatakan dirinya. Maka sampailah ia pada ekspresi yaitu
pengucapan jiwanya yang melahirkan ekspresionisme.

7. Romantisme
Mengutamakan perasaan. Ada anggapan romantisme adalah penyakit kaum muda yang belum
banyak mengecap pengalaman dunia. Mereka mengukur segalanya dengan intuisi dan perasaan
tanpa menggunakan otak. Oleh sebab itu romantisme bisa dikatakan aliran yang mementingkan
penggunaan bahasa
yang indah, mengawang ke alam mimpi. karya romantisme ada yang cengeng, yang meluikiskan
kecengengan jiwa remaja yang berlagu tentang kecerahan bulan, menyanyi di lindungan pohon
dengan beribu bunga di taman indah permai. Ada pula karya romatisme yang dewasa karena
ditempa oleh pengalaman dan pengetahuan yang bila dituangkan dalam karya sastra bisa sangat
mengharukan. Karya Shakespeare, Romeo dan Yuliet, misalnya adalah karya yang agung.
Demikian pula Les Mirables, karya Victor Hugo. Juga Daniel Defoe (1660-1731)

8. Idealisme
Drs. sabarudin ahmad dalam pengantar sastra Indonesia (Medan, Saiful 1975) mengatakan
bahwa aliran idealisme adalah aliran romantik yang mendasarkan cita-citanya pada cita-cita si
penulis atau kepada ide pengarang semata. Pengarang idealis mememandang jauh ke depan ke
masa datang dengan segala kemungkinan yang sangat diharapkan akan terjadi. Jadi tak ubahnya
ramalan indah dari seorang penulis. Lukisan yang idealisme sudah tentu umumnya indah dan
menawan. Contoh Tokoh Tuli dalam layar Terkembang. Merasa mampu mewujudkan cita-
citanya mengangkat harkat martabat kaum wanita sebagai mana dicita-citakan RA Kartini.
Umumnya fiksi Indonesia seblum perang banyak yang menunjukkan idealisme kuat, seperti Siti
Nurbaya, Pertemuan Jodoh, Katak hendak jadi lembu.

9. Surealisme
Muncul di Prancis antara PD I dan PD II. Tokoh surealis berusaha menggambarkan suatu dunia
mimpi, tapi penafsirannya mereka serahkan pada pembaca atau audiens. Js Badudu mengatakan
surealisme .realistasnya bercampur dengan angan-angan. malah angan-angan amat memengaruhi
bentuk lukisan. Pelukisan dalam surealisme melompat-lompat .Karena itu amat sulit mengikuti
karya surelaisme. Pembaca harus menyatukan dalam pikirannya lukisan yang seakan-akan
bertaburan apalagi karena pengarang seakan mengabaikan tata bahasa, pikiran tampak meloncat-
loncat,logika seakan hilang , alam benda dan alam pikiran bercampur jadi satu.

D. CIRI – CIRI CERPEN


Masih banyak orang belum mengetahui ciri-ciri sebuah cerita pendek. Mengenai hal
tersebut, di bawah ini penulis kemukakan ciri-ciri cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan
Saini sebagai berikut:
 Bersifat rekaan (fiction) ;
 Bersifat naratif ; dan
 Memiliki kesan tunggal.

Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan
sebagai berikut.
 Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai
kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
 Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
 Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
 Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
E. UNSUR – UNSUR CERPEN
Setiap cerpen memiliki unsur – unsur, sementara itu unsur cerpen di bagi menjadi dua, yaitu
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen
mencakup:
 Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
 Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita
harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita
berlangsung.
 Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau
cerita yang bergerak ke depan terus.
2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu
kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.
Alur meliputi beberapa tahap:
1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal
cerita.
2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita.
3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah
memuncak.
4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan
kekhawatiran mulai hilang.
5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
 Perwatakan, menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari
tiga segi yaitu melalui:
1. Dialog tokoh
2. Penjelasan tokoh
3. Penggambaran fisik tokoh
 Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui
cerita.
 Sudut Pandang (Point of View) adalah cara pengarang menceritakan tentang tokoh.
Sudut pandang dibagi menjadi 2
˃ Sudut Pandang orang pertama ( Aku, Saya, Dia, Kamu, dll )
˃Sudut Pandang orang ketiga ( Nama Orang).
 Gaya Bahasa adalah cara pengarang membahasakan cerita.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
 Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
 Latar belakang kehidupan pengarang
 Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

________
Bandung Mawardi, “unsur – unsur cerpen”, Horison, Desember 2015, hlm 29.
F. CONTOH CERPEN
Anak Kebanggaan
Goresan Tinta AA Navis

Dua Sahabat

Jam 12 siang,Andi dan Tri ingin pergi ke rumah temannya yaitu si Putra,diBogor mereka berdua
adalah sahabat sejati ,mereka kemana-mana berdua ,ketika mereka ingin ke rumah temannya Tri
berangkat bersama Andi menaiki bis menuju stasiun , “Uang aku hilang ” kata Andi.”
Memangnya hilang dimana?” Tri bertanya.
“Aku tidak tahu?” Andi menjawab.” Mungkin kantong kamu bolong?” kata Tri. “Hmm. Iya
kamu benar Tri! Uang aku hilang ! Andi pun merasa sedih.”Yaudah tenang saja ,nanti biar aku
yang bayar semuanya “.Mereka berdua pun membeli tiket dan mereka berdua menunggu
kereta.”Kok keretanya lama sihh?”Tanya Tri.
“Mungkin ada gangguan ? kamu Tanya loket dan penjaga. Kereta tiba pukul berapa?” Andi
menjawab.Tidak lama kemudian Tri bertanya , “Pak Kereta tiba pukul berapa?” Tanya Tri.
Kemudian penjaga menjawab “kereta tiba pukul setengah dua nak “.
Akhirnya jam setengah dua, kereta pun tiba dengan sesak. Mereka berdua naik kereta yang
penuh sesak ditambah hujan deras. Terdapat banyak gangguan di setiap stasiun,akibatnya kereta
terlambat,kami pun mencoba untuk bersabar. Ketika mereka mulai kecapean berdiri ,akhirnya
mereka berdua dapat tempat duduk, baru saja mereka duduk tiba-tiba ada orang tua naik dan
berdiri didepan mereka.
“Ssst.beri kedua orang tua itu tempat duduk!” Sahut Tri membisikan ke Andi. “Yasudah lebih
baik kita mengalah, kasian mereka berdua”Jawab Andi. Ketika itu mereka berdua mengalah dan
akhirnya orang tua itu dapat duduk danmengucapkan “Terima Kasih ya Nak”. “Iya sama-sama
Bu,lagian sesame manusia harus saling berbagi dan mengalah kepada orang yang lebih tua”
Jawab Tri.
“Kedua orang tua itu lalu tersenyum kepada Dua Sahabat itu . Ketika sampai diBogor mereka
berdua berjalan Kerumah Putra, “Rumahnya dimana ?”Andi Bertanya.”Sebentar lagi kok,orang
rumah nya tidak terlalu jauh dari stasiun.”.Ketika mereka berjalan beberapa menit akhirnya
mereka sampai dirumah Putra ,yang dating jauh-jauh dari Jakarta untuk bertemu dengan teman
lamanya.
Ketika sampai dirumah Putra , mereka berdua dijamu dengan baik. “Akhirnya kawan lama
berjumpa lagi dipertemuan yang singkat ini!”Seru Tri. “Betul-betul Tri”kata Andi. Mereka pun
bermain bersama dengan canda dan tawa.
Hari pun semakin sore, akhirnya mereka bertiga berpisah. Putra mengantar mereka ke stasiun,
“Baiklah cukup sampai disini perjumpaan kita,semoga kalian berdua selamat sampai
tujuan!”Sahut Putra dengan merasa agak sedih karena akan berpisah.
“Iya,kamu juga hati-hati dijalan kawan”Kata Andi.”Semoga di lain kesempatan kita masih bisa
bertemu seperti sekarang”Tri menambahkan kata-kata Andi. Kereta pun tiba akhirnya mereka
bertiga berpisah,ketika pintu kereta tertutup rapat Putra berteriak “Sampai jumpa kawan!!
Selamat jalan”.
Andi dan Tri pun tersenyum, sekarang tinggal kita berdua Tri. Tiba-tiba Tri tertidur dikereta
karena kecapean setelah bermain bersama,tetapi Andi tidak bisa ikut karena memikirkan
perjalanan dan kebersamaan temannya itu.
Satu jam perjalanan dan akhirnya mereka sampai di stasiun jam tujuh malam, Andi pun
membangunkan Tri agar bangun dari tidurnya,mereka berdua saling membicarakan kesenangan
dan kebersamaan. Ketika didekat stasiun. Andi berkata “aku sangat lapar, padahal tadi sudah
makan”. “sudah tenang saja, kamu makan saja nanti aku yang bayar kok”Tri menjawab. Sesudah
makan mereka pun berjalan pulang kerumah.
Ketika sampai di pertigaan mereka berdua berpisah. “Aku duluan ya?” kata Tri. “Iya hati-hati”
Andi menjawab. Dan akhirnya mereka berdua pulang kerumah masing-masing. Tidak ada yang
merasa kerugian ataupun penyesalan,semuanya senang walaupun uang Andi hilang.

________
Hamid Patilima, Cerpen Dua Sahabat, (Bandung: Alfabeta 2013), hlm 4.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Dengan makalah ini penulis menyimpulkan bahwa cerpen adalah cerita pendek yang di baca
hanya dalam 10 menit, dan cerpen memiliki beragam jenis. Selain itu penulis juga
menyimpulkan bahwa Cerpen memiliki unsur intrinsik dan unsur ektrinsik yang membangun
cerpen.

SARAN
Dalam pembuatan cerpen yang baik dan benar harus memperhatikan unsur – unsur serta
jenisnya. Agar pembaca dapat menafsirkan isi yang terkandung dalam cerpen.

Anda mungkin juga menyukai