Anda di halaman 1dari 45

UJIAN PRAKTIKUM PUSTAKA

FORMULASI
SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2019/2020
09 Januari 20 20

SOAL UJIAN
10.000 TABLET CARBAMAZEPINE 200mg

Disusun oleh

NAMA : SANDI RUSWANDI


NPM : 24041117051
KELAS :A
NOMOR UNDIAN : 19

FAKULTAS MIPA
PROGRAM STUDI
FARMASI UNIVERSITAS
GARUT
2020
DAFTAR ISI

Contents

2020 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................... i

BAB I TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF ....................................................... 1

1.1 Deskripsi Umum Carbamazepine ................................................................... 1

1.2 Sifat-sifat Fisikokimia ...................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN FARMAKOLOGI ....................................................................... 2

2.1 Deskripsi Umum ............................................................................................... 2

2.2 Indikasi .............................................................................................................. 2

2.3 Mekanisme Kerja Obat.................................................................................... 4

2.4 Farmakokinetik ................................................................................................ 5

2.5 Dosis dan Cara Pemberian .............................................................................. 6

2.6 Kontraindikasi .................................................................................................. 8

2.7 Efek Samping dan Toksisitas .......................................................................... 8

2.8 Interaksi Obat ................................................................................................... 9

BAB III PENGEMBANGAN FORMULA ................................................................ 10

3.2 Pra-Formulasi ................................................................................................. 10

3.2.2 Analisis pemilihan eksipien ........................................................................... 11

3.3 Formulasi, Metode dan Pembuatan Sediaan ............................................... 16

3.3.2 Pengawas Mutu Obat Jadi............................................................................. 25

3.4 Pengemasan dan Penyimpanan Sediaan Akhir ........................................... 28

i
3.4.2 Penyimpanan Sediaan Akhir......................................................................... 29

BAB IV .......................................................................................................................... 31

4.2 Metode Analisis Yang Diusulkan Untuk Pengujian Mutu Bahan Baku
(Zat Aktif Dan Eksipien), Ruahan, dan Obat Jadi ..................................... 31

4.2.2 Pengujian Mutu Produk Ruahan.................................................................. 33

4.3 Pengujian Stabilitas Obat Jadi...................................................................... 33

BAB V REGULASI/PERUNDANG-UNDANGAN .................................................. 43

5.1 Registrasi Obat Jadi ....................................................................................... 43

5.2 Penendaan sesuai Undang-Undang .............................................................. 35

5.3 Distribusi Obat Jadi ....................................................................................... 44

BAB VI INFORMASI OBAT JADI ........................................................................... 45

6.1 Daftar Informasi Jadi .................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 47

ii
BAB I
TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF

1.1 Deskripsi Umum Carbamazepine


a. Nama Obat : Carbamazepin

b. Nama lain : Carbamazepine 5H-dibenzo[b,f]azepine-5-


carboxamide

d. Rumus Molekul : C15H12N2O

e. Berat Molekul : 236,3

f. Pemerian : Serbuk putih sampai hampir putih

1.2 Sifat-sifat Fisikokimia

a. Struktur Carbamazepin

b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan
aseton

c. Kepadatan : 1.266 g/cm3

d. Titik lebur : 198-192 oC

(
e. Penyimpanan F ditempat yang sejuk (15-25oC) dan kering
: Simpan

(Farmakope Indonesia IV hal. 168).

1
BAB II

TINJAUAN FARMAKOLOGI

2.1 Golongan Obat Berdasarkan Farmakoterapi

Antikonvulsan, analgesik spesifik untuk neuralgia trigeminal terkait secara


struktural dengan antidepresan trisiklik. Kelas Antikonvulsan, Lain-lain;
cn400 (VA primer); (AHFS Drug Information Essential, 2011).
2.2 Indikasi
Penggunaan
 Gangguan kejang
Manajemen profilaksis kejang parsial dengan simptomatologi kompleks
(kejang psikomotor atau lobus temporal), kejang tonik-klonik umum (grand
mal), dan pola kejang campuran yang mencakup kejang parsial dengan
gejala kompleks, kejang tonik-klonik umum, atau kejang parsial atau umum
lainnya Peningkatan lebih besar terlihat pada pasien dengan kejang parsial
dengan simptomatologi kompleks dibandingkan dengan jenis kejang
lainnya
Respon pada pasien dengan kejang campuran mungkin bervariasi
Tidak efektif dalam pengelolaan kejang absen (petit mal) atau kejang
mioklonik dan akinetik.
Dapat digunakan bersamaan dengan antikonvulsan lainnya (mis., Fenitoin,
fenobarbital, primidon) .
 Nyeri Neuropatik
Pengobatan nyeri simtomatik terkait dengan neuralgia trigeminal sejati.
Hasil yang bermanfaat juga dilaporkan dalam neuralgia glossopharyngeal.
Pengobatan simtomatik untuk nyeri kronis yang timbul dari sindrom
neuropati perifer lainnya, termasuk nyeri neuropati diabetik.
Bukan analgesik sederhana; jangan gunakan untuk menghilangkan rasa

2
sakit atau nyeri yang sepele.
 Skizofrenia
Penatalaksanaan simtomatik fase akut skizofrenia, sebagai tambahan terapi
dengan agen antipsikotik pada pasien yang gagal merespons uji coba yang
memadai terhadap agen antipsikotik saja. American Psychiatric Association
(APA) menyatakan bahwa, dengan pengecualian pasien skizofrenia yang
penyakitnya memiliki komponen afektif yang kuat, terapi carbamazepine
saja (yaitu, monoterapi daripada terapi tambahan) belum terbukti secara
substansial efektif dalam pengobatan skizofrenia jangka panjang.
 Gangguan Bipolar
Pengobatan dan pencegahan (sendiri atau dalam kombinasi dengan obat
lain [mis., Agen antipsikotik]) dari episode manik akut atau campuran pada
pasien dengan gangguan bipolar; hasil studi klinis tidak konsisten.
APA merekomendasikan untuk memesan untuk pasien yang tidak dapat
mentoleransi atau yang memiliki respon terapeutik yang tidak memadai
terhadap lithium dan valproate (mis., Asam valproat, divalproex) .
 Penggunaan lainnya
Manajemen agresi (misalnya, ledakan kemarahan yang tidak terkendali)
dan / atau kehilangan kontrol (dyscontrol) pada pasien dengan atau tanpa
gangguan kejang yang mendasari (misalnya, sebagai fitur dari gangguan
bahan peledak intermiten, gangguan perilaku, gangguan kepribadian
antisosial, gangguan kepribadian batas, demensia ).Sebuah
 Pengobatan sindrom penarikan alkohol.a
Meringankan nyeri neurogenik dan / atau mengendalikan kejang dalam
berbagai kondisi termasuk rasa sakit "petir" pada tabes dorsalis.a
Menghilangkan rasa sakit dan mengendalikan gejala paroksismal sklerosis
multipel, koreoatetosis paroksismal kinesigenik, sindrom Kluver-Bucy,
mioklonus aksi pasca-hipoksia, dan polineuritis idiopatik akut (sindrom
Landry-Guillain-Barre) .a
Menghilangkan rasa sakit paresthesia posttraumatic dan menghilangkan
kejang hemifacial dan distonia pada anak-anak..(AHFS Drug Information

3
Essential, 2011).
2.3 Mekanisme Kerja Obat
Farmakologi carbamazepine meliputi farmakodinamik dan
farmakokinetiknya, secara biokimiawi diketahui dengan cara menghambat
arus voltage-dependent ion natrium.
Farmakodinamik
Kerja Carbamazepine secara biokimiawi diketahui dengan cara
menghambat arus voltage-dependent ion Natrium melalui dua mekanisme:
Secara sederhana menghambat kanal ion Natrium agar tidak mencapai status
istirahat pada membran potensial yang dihiperpolarisasi. Namun, efek
hambatan ini akan dipercepat ketika potensial membran “istirahat” di
depolarisasikan. Proses penghambatan ini berhubungan erat dengan
penggantian kurva non-aktivasi status stabil dalam arah yang
terhiperpolarisasi
Carbamazepine menghambat arus ion Natrium secara aktif, atau
bergantungan. Efek hambatan akan lebih kuat ketika membran sel secara
repetitif didepolarisasikan pada tingkat frekuensi yang tinggi
Dengan mekanisme tersebut diatas, diperkirakan sebagai kunci utama potensi
obat untuk menghambat aktivitas serangan epileptik. Untuk mengatasi
kejang, diperkirakan obat ini bekerja dengan menurunkan respon polisinaptik,
dan menghambat potensiasi post-tetanik Selanjutnya, dengan menekan reflek
potensial pada thalamus, bulbar, polisinaptik, dan linguomandibular, maka
nyeri yang ditimbulkan akibat stimulasi saraf-saraf pada tempat tersebut,
mampu dihilangkan meski rasa sakit berintensitas tinggi sekalipun.
Kapasitas obat dalam meningkatkan pengeluaran neuron-neuron bersifat
noradrenergik dapat berkontribusi kepada efek anti-epileptiknya. Walau efek
obat menyerupai efek fenitoin, namun terdapat beberapa perbedaan yaitu
carbamazepine lebih efektif daripada fenitoin dalam hal menurunkan
pengeluaran stimulus yang diinduksi pada amigdala.
Efektivitas obat dalam mengatasi neuralgia adalah sebagai hasil dari
penurunan transmisi sinaptik excitatory dalam nukleus spinal trigeminalis.

4
Dengan demikian akan terjadi peningkatan waktu laten dari respon neuron
trigeminal, dan menurunkan jumlah pengeluaran neuron. Metabolit utama
obat memiliki aktivitas anti neuralgia. Mekanisme kerja obat sebagai tersebut
diatas, diketahui dari hasil penelitian pada hewan percobaan.
Carbamazepine secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat anti
konvulsan lainnya, atau obat penghilang nyeri lainnya untuk mengatasi
trigeminal neuralgia. Efek anti-diuretik obat merupakan konsekuensi dari
pengurangan konsentrasi hormon anti-diuretik dalam plasma darah.

2.4 Farmakokinetik
Farmakokinetik carbamazepine meliputi absorpsi yang cukup baik per
oral, hingga distribusinya yang melibatkan protein plasma
Absorpsi
Meski agak lambat, namun penyerapan obat sangat baik setelah dikonsumsi
per oral. Bioavailabilitas tablet extended-release adalah 89%. Konsentrasi
puncak dalam plasma darah terjadi dalam waktu 4─12 jam setelah konsumsi
per oral, namun dapat mencapai hingga 24 jam dalam keadaan overdosis
Distribusi
Carbamazepine berikatan dengan plasma protein sebesar 76%. Obat ini dapat
menembus sawar otak dan plasenta, dan bisa terakumulasi dalam jaringan
fetus. Distribusi obat juga bisa ke dalam air susu ibu dengan konsentrasi
sebesar 60% dari kadar plasma maternal.
Carbamazepine juga mencapai cairan serebrospinal dengan konsentrasi sekitar
15% dari konsentrasi dalam serum darah.
Volume distribusi obat adalah sekitar 0,79─1,4 L/kgBB, yang dapat
meningkat pada pengobatan jangka panjang hingga mencapai kisaran
0,96─2,07 L/kgBB.
Metabolisme
Metabolisme carbamazepineTerjadi di hepar, namun obat ini dapat
menginduksi metabolismenya sendiri. Metabolit aktif utama yang dihasilkan
adalah Carbamazepine epoksid, dimana 50% nya terikat pada plasma protein,
dan mungkin mengikuti siklus enterohepatik. Carbamazepine diinaktivasi

5
melalui proses konyugasi dan hidroksilasi.
Waktu paruh carbamazepine adalah sekitar 30 jam, kisaran 18─60 jam ketika
obat diberikan sebagai dosis tunggal. Namun, setelah diberikan dosis
berulang, atau pemberian jangka panjang, waktu paruh akan memendek
menjadi sekitar 15 jam saja, dengan kisaran 10─35 jam.
Hal ini terjadi karena Carbamazepine merupakan obat yang memiliki efek
induksi kuat terhadap enzim hepar. Waktu paruh pada anak-anak adalah lebih
pendek daripada waktu paruh pada orang dewasa
Eliminasi
Sekitar 72% dosis yang masuk per oral akan diekskresikan kedalam urine, dan
sekitar 28% dieliminasi kedalam feses. Hanya sekitar 1─3% dari dosis total
yang masuk kedalam tubuh diekskresikan kedalam urine dengan bentuk yang
tidak berubah.
Resistensi
Mekanisme resistensi penyakit epilepsi terhadap obat antikonvulsan adalah
kompleks, dan bersifat multi faktorial. Banyak kasus penderita epilepsi kronis
mengalami resisten terhadap obat ini. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan
sensitivitas obat pada kanal ion Natrium, yang diteliti sebagai mekanisme
permulaan, yang mendasari perkembangan resistensi. Selain itu, resistensi
penyakit epilepsi terhadap Carbamazepine berhubungan erat dengan faktor
risiko, seperti genetik, usia penderita, etiologi penyakit epilepsi
( Drugs.com. Carbamazepine).

2.5 Dosis dan Cara Pemberian


Mulai dengan dosis rendah; sesuaikan dosis dengan hati-hati dan perlahan
sesuai dengan kebutuhan dan respons masing-masing. Jangan berhenti
secara tiba-tiba karena risiko peningkatan frekuensi kejang.
Ketika menambahkan rejimen antikonvulsan yang ada, tambahkan secara
bertahap sementara dosis antikonvulsan lain dipertahankan atau disesuaikan
secara bertahap.114 (Lihat Obat, Makanan, dan Tes Laboratorium Khusus
dalam Interaksi.)

6
Dosis tertentu yang diberikan sebagai suspensi oral akan menghasilkan
konsentrasi plasma puncak yang lebih tinggi daripada ketika diberikan
sebagai tablet; memulai terapi dengan suspensi oral dengan dosis rendah,
sering dan meningkat perlahan untuk mengurangi risiko efek samping
(mis., sedasi) .
Untuk mencapai konsentrasi serum carbamazepine terapeutik lebih cepat
(dalam waktu sekitar 2 jam), beberapa dokter merekomendasikan rejimen
dosis pemuatan (sebagai suspensi oral), lebih disukai dalam pengaturan di
mana konsentrasi plasma dan pasien dapat dipantau secara ketat.
Ketika mengubah pasien dari tablet oral menjadi suspensi oral, bagi total
dosis harian yang diberikan sebagai tablet menjadi dosis suspensi yang
lebih kecil dan lebih sering (misalnya, transfer dari tablet dosis yang terbagi
dua kali sehari menjadi tablet suspensi dosis yang dibagi 3 kali sehari) .
Ketika mengubah pasien dari formulasi konvensional, pelepasan segera ke
kapsul atau tablet yang diperpanjang, berikan dosis harian yang sama dalam
2 dosis terbagi.
Batas Peresepan
Pasien Anak
Gangguan kejang
Oral: Anak-anak <6 tahun: Keamanan dosis melebihi 35 mg / kg dalam
periode 24 jam tidak ditetapkan.
Anak-anak usia 6-15 tahun: Umumnya tidak boleh melebihi 1 g setiap hari.
Anak-anak> 15 tahun: Umumnya tidak boleh melebihi 1,2 g setiap hari.114
Orang dewasa
Gangguan kejang
Lisan: Umumnya tidak boleh melebihi 1,2 g setiap hari; namun, beberapa
pasien membutuhkan 1,6-2,4 g setiap hari.114, a
Nyeri Neuropatik
> Trigeminal Neuralgia
Lisan: Maksimum 1,2 g setiap hari.114
Gangguan Bipolar

7
Lisan: Maksimum 1,6 g setiap hari.178
(AHFS Drug Information Essential, 2011)

2.6 Kontraindikasi

• Riwayat depresi sumsum tulang sebelumnya.

• Porfiria intermiten akut.114

• Hipersensitif terhadap carbamazepine atau menunjukkan sensitivitas


terhadap antidepresan trisiklik (mis., Amitriptyline, desipramine,
imipramine, nortriptyline, protriptyline) .

• Saat ini atau baru-baru ini (mis., Dalam 2 minggu) terapi inhibitor
MAO.114 (Lihat Obat Tertentu, Makanan, dan Tes Laboratorium dalam
Interaksi.)

• Penggunaan nefazodone secara bersamaan.209, 213 (Lihat Obat Tertentu,


Makanan, dan Tes Laboratorium di bawah Interaksi.)

Pabrikan vorikonazol menyatakan bahwa penggunaan karbamazepin dan


vorikonazol secara bersamaan dikontraindikasikan.210 (Lihat Obat,
Makanan, dan Tes Laboratorium Tertentu dalam Interaksi.)
(AHFS Drug Information Essential, 2011)

2.7 Efek Samping dan Toksisitas


Penggunaan carbamazepine berpotensi menimbulkan efek samping, seperti:
 Mengantuk
 Ataksia
 Pusing
 Mual
 Muntah
 Mulut kering
 Gagal hati

8
 Sindrom Stevens-Johnson

 Serangan jantung
2.8 Interaksi Obat
Interaksi
Dimetabolisme oleh CYP3A4.114 Menginduksi CYP3A4; menginduksi
metabolisme sendiri.
Antikonvulsan
Farmakokinetik carbamazepine atau antikonvulsan lainnya dapat diubah
dengan penggunaan bersamaan.
Perubahan fungsi tiroid dilaporkan dengan terapi kombinasi antikonvulsan.
Alel HLA-B * 1502 (ditemukan hampir secara eksklusif pada pasien dengan
keturunan di seluruh wilayah Asia) dapat menjadi faktor risiko untuk
pengembangan SJS dan TEN pada pasien keturunan Asia yang menerima
carbamazepine dan beberapa antikonvulsan lain yang terkait dengan reaksi ini.
(misalnya, lamotrigin, fosfenytoin, fenitoin) .
Pertimbangkan untuk menghindari antikonvulsan ini dan obat lain yang terkait
dengan SJS dan TEN pada pasien HLA-B * 1502-positif ketika terapi
alternatif dinyatakan sama-sama dapat diterima .189, 191, 207, 209 (Lihat
Kotak Peringatan dan lihat Reaksi Dermatologis Serius dan Alel HLA-B *
1502 dalam Perhatian.)
Obat-obatan yang mempengaruhi enzim mikrosomal hati
Inhibitor CYP3A4: potensi interaksi farmakokinetik (peningkatan konsentrasi
karbamazepin plasma) .114
Induser CYP3A4: potensi interaksi farmakokinetik (penurunan konsentrasi
karbamazepin dalam plasma) .114
Obat yang Dimetabolisme oleh Enzim Microsomal Hepatik
Substrat CYP3A4: potensi interaksi farmakokinetik (penurunan konsentrasi
substratplasma)
(AHFS Drug Information Essential, 2011)

9
BAB III

PENGEMBANGAN
FORMULA

3.1 Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran


Nama obat :
Bamgetol 200mg
Produsen:
Mersifarma Tirmaku Mercusana
Pendaftar:
Mersifarma Tirmaku Mercusana
Bentuk Sediaan:
Kaptabs salut selaput
Kekuatan:
200 mg
Golongan Obat:
K
Monografi:
KARBAMAZEPIN
Pengemasan dan No registrasi :
Box 10 strip @10 kaplet salut selaput BAMGETOL. 200
DKL9933301009A1
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2017)

3.2 Pra-Formulasi

3.2.1 Analisis pemilihan zat aktif

10
Struktur Carbamazepin

Nama Obat : Carbamazepin


Nama lain :
Carbam
azepine 5H-dibenzo[b,f]azepine-5-carboxamide
Rumus Molekul : C15H12N2O
Berat Molekul : 236,3
Pemerian : Serbuk putih sampai hampir putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
dan aseton
Kepadatan : 1.266 g/cm3
Titik lebur : 198-192 oC
Penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk (15-25oC) dan
kering

3.2.2 Analisis pemilihan eksipien

1. Povidon (PVP)
1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer.
(C6H9NO)n BM = 2500 – 3 juta.
Pemerian : serbuk sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak atau
hampir tidak berbau, higroskopik.
Kegunaan : pensuspensi, pengikat tablet, disintegrant, .

11
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal :
biasa digunakan pada sediaan padat. Larutan povidon dapat digunakan
sebagai coating agent.
Pemakaian :
 Pembawa obat : 10 – 25 %
 Pendispersi : sampai 5%
 Suspending agent : sampai 5%
 Pengikat, pengisi, atau penyalut tablet : 0,5 – 5%
pH : 3,0 – 7,0 untuk larutan 5% b/v
Densitas : 1,17-1,18 g/cm3
Higroskopisitas : sangat higroskopis, sejumlah lembab yang nyata
terabsobsi pada kelembaban relatif yang rendah.
Titik leleh : 150˚C.
Indeks refraksi : nD = 1,54 – 1,59
Kelarutan : larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, metanol, dan
air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan
minyak mineral.
Stabilitas : Povidone stabil dalam siklus pemanasan yang pendek sekitar
110- 130˚C.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup, sejuk, dan kering.
Inkompatibilitas : dengan senyawa amonium kuarterner, garam anorganik,
resin sintetik dan alam.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.519.

2. Laktosa monohidrat
C12H22O11.H2O BM = 360.31
Pemerian : Kristal putih,rasa manis
Kegunaan : Pengisi
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal :
digunakan sebagai pengisi atau pengencer di tablet dan kapsul.
Kelarutan :

12
 Pada suhu 25˚C praktis tidak larut dalam kloroform, etanol dan eter.
 Larut dalam 4,63 bagian air (40˚C)
Densitas : 1.545 g/cm3
Titik leleh : 201-202˚C
Kelembaban : Laktosa monohidrat mengandung air hampir 5% b/b.
Stabilitas : pada penyimpanan, laktosa dapat berubah warna menjadi
coklat.
Inkompatibilitas : reaksi kondensasi antara laktosa dengan gugus amin
primer dapat
menghasilkan produk berwarna coklat. Reaksi ini terjadi lebih
cepat dengan bentuk amorf dibandingkan laktosa kristal.
Penyimpanan : disimpan pada wadah sejuk dan kering, tertutup.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.389.
3. Octadecanoic acid Mg salt (Magnesium stearat)
C36H70MgO4 BM = 591,27
Pemerian : Hablur sangat halus, putih, berbau khas dan berasa
Kegunaan : Lubrikan untuk tablet dan kapsul

Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal :


Digunakan untuk kosmetik, makanan, dan formulasi obat. Biasanya
digunakan sebagai lubrikan pada pembuatan kapsul dan tablet dengan
jumlah antara 0,25 – 5,0 %.
Kelarutan :
 praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan air.
 Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.
Densitas : 1,03 – 1,08 g/cm3.
Sifat aliran : Sulit mengalir, bubuk kohesif.
Polimorfisme : Trihidrat, bentuk asikular dan dihidrat, bentuk lamellar
Titik leleh : 88,5˚ C.
Stabilitas : Stabil.
Inkompatibilitas : Dengan asam kuat,alkali, dan garam besi.

13
Penyimpanan : Disimpan pada wadah sejuk, kering, tertutup.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.280-282
4. Talc
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih sampai putih abu-abu, tidak berbau.
Langsung melekat pada kulit, lembut disentuh.
Kegunaan : Anticaking agent, glidan, pengisi tablet dan kapsul,
lubrikan tablet dan kapsul.
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : Digunakan pada
sediaan
oral padat sebagai lubrikan dan diluen.
Pemakaian :
 Glidan dan lubrikan tablet : 1-10%
 Pengisi tablet dan kapsul : 5-30%

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, larutan
organik.
pH : 7 – 10 untuk larutan dispersi 20% b/v
Kekerasan : 1,0 - 1,5
Higroskopisitas : Talc tidak mengabsorpsi sejumlah air pada suhu 25˚C dan
kelembaban relatif naik hingga 90%.
Distribusi ukuran partikel : Bervariasi
Indeks refraksi : nD = 1,54 – 1,59
Gravitasi spesifik : 2,7 - 2,8
Stabilitas : Stabil, dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160˚C selama
tidak
lebih dari 1 jam.
Inkompatibilitas : Dengan senyawa amonium kuarterner
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5nd ed, 2006, hal.767.
5. Amylum
(C6H10O5)n , dengan n = 300-1000
Pemerian : tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa

14
granul-granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan bentuk
yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.
Kegunaan : glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan
kapsul; pengikat tablet.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin.
Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada 37˚C.
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal: sebagai bahan
tambahan untuk sediaan oral padat dengan kegunaannya sebagai
pengikat, pengisi, dan penghancur. Pada formulasi tablet, pasta amilum
segar dengan konsentrasi 50-25% b/b digunakan pada granulasi tablet
sebagai pengikat. Sebagai penghancur, digunakan amilum dengan
konsentrasi 3-15% b/b.
pH : 5,5 – 6,5
Densitas : 1,478 g/cm30
Suhu gelatinasi : 73º C untuk pati jagung.
Aliran : 10,8-11,7 g/det
Kelembaban : 11% untuk pati jagung.
Distribusi ukuran partikel : 2-32 μm untuk pati jagung.
Suhu pengembangan: 65˚ untuk pati jagung.
Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika dilindungi dari
kelembaban yang tinggi. Jika digunakan sebagai penghancur pada tablet
dibawah kondisi normal pati biasanya inert. Larutan pati panas atau pasta
secara fisik tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme sehingga
menghasilkan turunan pati dan modifikasinya yang berbentuk unik,
( Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994)
6. Sodium Starch Glycolate/ Carboxymethyl starch
Pemerian : serbuk putih, tidak berbau
Kegunaan : desintegrant
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : digunakan
sebagai desintegrant pada tablet.
Titik leleh : 200oC.

15
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etanol ( 95 % ).
Pada konsentrasi 2% b/v natrium glycolate pati menyebar dalam air
dingin dan mengendap di bentuk lapisan yang terhidrasi.
pH : 10 -12
Density : 0.756 g/cm3.
Inkompatibility :terhadap asam askorbat
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5nd ed, 2006, hal.701
I. Alasan pemilihan metode dan zat tambahan
a. Alasan pemilihan metoda

Metode yang digunakan adalah metode granulasi kering. Hal ini di karenakan
zat aktif yang digunakan ( karbamazepin) merupakan zat yang OTT
terhadap lembab.
b. Alasan pemilihan zat tambahan
 Amilum : digunakan sebagai penghancur/desintegran (fase dalam). Dalam
formulasi ini amylum digunakan sebagai disintegran karena memiliki sifat
aliran yang baik.
 PVP : digunakan sebagai pengikat. Pemilihan zat ini sebagai pengikat
karena selain sebagai pengikat, PVP juga dapat berfungsi sebagai pengisi.
 Laktosa : digunakan sebagai pengisi.
 Mg stearat : digunakan sebagai lubrikan. Selain itu Mg stearat juga
dapat meningkatkan sifat aliran dari pati.
 Talk : digunakan sebagai glidan. Pemilihan zat ini sebagai glidan karena
zat ini stabil dalam pemanasan, bersifat basa. selain sebagai glidan, talk
juga dapat berfungsi sebagai bahan pelican, dan bahan hasil pemisah hasil
cetakan.
 Explotab : digunakan sebagai penghancur fase luar saat pertama kali tablet
menyentuh cairan lambung.

3.3 Formulasi, Metode dan Pembuatan Sediaan

3.3.1 Formulasi

16
Metode yang digunakan adalah metode granulasi kering. Hal ini di karenakan zat aktif
yang digunakan ( karbamazepin) merupakan zat yang OTT terhadap lembab.

II.Perhitungan dan penimbangan Prosedur pembuatan


Formula yang akan dibuat :
Tiap tablet mengandung Karbamazepin 200mg
Bobot yang akan dibuat 400mg
Jumlah tablet yang akan dibuat adalah 10.000 tablet.
Untuk tiap tablet:
Fasa dalam : karbamazepin : 200mg
PVP :0,05 x 400mg : 20mg
Amylum : 0,1 x 400mg : 40mg
Laktosa (368-200-20-40) : 108mg +
Fase dalam : 0,92 x 400mg : 368mg

Fase luar : 0,08 x 400mg : 32mg


1
Mg. stearat : 8
x 32mg : 4mg
3
Talk : 8
x 32mg : 12mg
4
Explotab : 8
x 32mg : 10mg

Untuk 10.000 tablet


Fase dalam total : 92% + 2% = 94%
Fase dalam : Karbamazepin : 200mg x 10.000 : 2.000.000mg
PVP : 20mg x 10.000 : 200.000 mg
Amylum : 40mg x 10.000 : 400.000 mg
Laktosa : 108mg x 10.000 : 1.080.000mg
Fase luar yang ditambahkan
4
Mg. Stearat 0,5% : 2
x 10.000 : 20.000
12
Talk 1,5% : 2
x 10.000 : 60.000
----------------------------------------------------------------------------------------------------
--
Jumlah : 80.000 mg

17
BAHAN JUMLAH (mg) JUMLAH 10.000 (mg)
Karbamazepin 200 mg 2.000.000 mg
PVP 200 mg 200.000 mg
Amylum 400 mg 400.000 mg
Laktosa 108 mg 1.080.000 mg
Mg. Stearat 0,5% 2mg 20.000 mg
Talk 1,5% 6 mg 60.000 mg
Explotab 10 mg 100.000 mg

a. Prosedur pembuatan karmabazzepin:


1) Karbamazepin dan zat-zat tambahan lainnya di ayak kemudian di timbang.
2) Fase dalam ( kalium diklofenak, amilum, dan laktosa) yang telah ditimbang di
campur hingga homogen.
3) Kemudian campuran zat tersebut di slug sehingga terbentuk bongkahan.
4) Bongkahan-bongkahan yang telah diperoleh kemudian dibentuk menjadi
granul dengan menggunakan ayakan no 14
5) Dilakukan evaluasi ( daya alir, BJ nyata dan BJ mampat, sudut istirahat)
6) Fasa luar ( Mg stearat, Talk, explotab)dicampurkan kedalam granul yang
diperoleh
7) Dilakukan pencetakan tablet
8) Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang diperoleh.

A. Evaluasi Masa siap cetak


1. Penetapan Kadar air
Sebanyak 2 g granul ditimbang, kemudian disimpan dalam piring dan ratakan,
lalu masukkan ke dalam alat moisture balance. Diamkan beberapa waktu hingga
skala menunjukkan angka yang tetap. Kadar air granul dapat dibaca pada skala
tetap.
2. Pemeriksaan daya alir
Pemeriksaan daya alir serbuk menggunakan alat corong gelas.
Masing – masing serbuk diukur kecepatan alirnya, kemudian diukur sudut
diamnya dengan memakai corong gelas.
Pemeriksaan daya alir serbuk dilakukan untuk mengukur kecepatan
jatuh serbuk yang ditaruh pada corong. Selain itu, percobaan ini dapat sekaligus
menentukan sudut istirahat serbuk, yang dibentuk antara lereng timbunan

18
serbuk dengan bidang datar. Terdapat hubungan antara sudut istirahat dengan
sifat alirannya, yang tersaji dalam tabel berikut:
Sudut istirahat Sifat aliran
<25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup
>40 Buruk

Pada tablet yang dicetak secara langung dibutuhkan kecepatan alir yang sangat baik
hal ini untuk memudahkan proses pencetakan.
a. Pengukuran kecepatan alir
Pengukuran kecepatan alir dilakukan dengan cara: Ditimbang 100g serbuk,
dimasukkan dalam corong yang lubang corong bagian bawah ditutup sebelumnya.
Waktu diamati dengan stopwatch dari mulai pada saat dibukanya lubang corong
hingga seluruh granul melewati lubang corong. Kecepatan alir dinyatakan dalam
gram / detik.
b. Pengukuran sudut istirahat
Diukur pada tinggi dan jari-jari lingkaran alas kerucut serbuk setelah serbuk
mengalir bebas melalui corong.
Tg α = h/r
dimana :
α = sudut diam
r = jari – jari lingkaran alas kerucut
h = tinggi kerucut granul
pengukuran sudut istirahat ini dilakukan untuk mengetahui keruahan dari serbuk.
3. Pengujian kompresibilitas
a. Penetapan bobot jenis sejati
Penetapan ditentukan dalam piknometer 10 ml dengan menambahkan cairan
pendisfersi yang tidak melarutkan serbuk. Penetapan ini dilakukan untuk
mengetahui kelarutan zat aktif.
b. Penetapan Bobot Jenis Mampat, bobot jenis nyata , Kadar
Pemampatan dan porositas.
Sebanyak 100 g (B) granul atau serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 mL,
catat volumenya (V0). Selanjutnya dilakukan pengetukan dengan alat. Volume

19
pada ketukan ke 10, 50, dan 500 diukur, lalu dilakukan perhitungan sebagai
berikut :
BJ nyata = B gr/ml
VO
B
BJ mampat = g/mL
Vmampat

V0  Vmampat
Kadar Pemampatan =  100 0 0
V0
Porositas = (1-BJmampat) x 100%
BJ sejati
Kompresibilitas (%) = [(volume cerah – volume mampat)/volume curah] x 100%
Penafsiran nilai kompresibilitas terhadap sifat aliran serbuk :

Indeks konsolidasi carr (nilai Sifat aliran


kompressibilitas) %
5-12 Sangat baik

17-21 Baik
33 Cukup
22 Buruk
34-38 Sangat buruk

>38 Sangat buruk

B. Evaluasi Tablet
o In Proses Control (IPC )
Proses yang dilakukan pada saat proses pencetekan tablet sedang berlangsung, agar
pada saat terjadi kesalahan pada saat pencetakan bisa dilakukan penanggulangan.

 Uji keseragaman Bentuk dan Ukuran


Menurut farmakope Indonesia III, tablet mempunyai keseragaman ukuran yang
baik bila garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3 tebal
tablet (Depkes RI, 1979). Alat yang digunakan adalah jangka sorong.

20
Pemeriksaan keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan cara: Diambil
sebanyak 20 tablet secara acak, kemudian satu per satu diukur tebalnya dengan
menggunakan jangka sorong. Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebalnya
selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan
pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan. Tablet
diukur dengan jangka lengkung selama proses produksi, supaya yakin ketebalanya
sudah selesai. Maka berbeda bedanya ketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh ukuran
cetakan dan bahan yang dapat dimasukan dari pada oleh tekanan yang diberikan.

 Uji keseragaman Bobot


Alat yang digunakan pada pemeriksaan keseragaman bobot tablet yaitu timbangan.
Pemeriksaan keseragaman bobot tablet dilakukan dengan cara:
Ditimbang bobot tablet satu per satu, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolom B.

Penyimpangan Bobot rata rata (%)


Bobot rata rata
A B
25 mg atau kurang 15 30

26 mg 150 mg 10 20

151 mg 300 mg 7,5 15

Lebih dari 300 mg 5 10

uji ini dilakukan agar bobot pada tablet rata sehingga zat aktif yang
terkandung pun merata.

Jumlah bahan yang diisikan didalam cetakan yang akan dimasukan akan
ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan
(granul/serbuk) yang mungkin masuk dalam cetakan harus disesuaikan beberapa

21
tablet yang diharapkan. Sebenarnya ukuran tablet yang diproduksi tidak hanya
tergantung volume dan berat bahan yang diisikan tapi juga tergantung pada garis
tengah cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan (kompresi).
 Uji kekerasan tablet
Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan dengan cara: Diambil sebanyak 20 tablet
secara acak, skala yang tertera pada alat dibuat nol dan tablet diletakan pada tempat
yang tersedia pada posisi tegak, kemudian penekan diputar perlahan-lahan dan tepat
pada saat pecah penekanan dihentikan, angka yang ditunjukan pada skala tersebut
menunjukan kekerasan tablet dalam satuan kilogram. Menurut Parrot (1971), tablet
yang mempunyai kekerasan 4 – 8 kg atau 3,5 – 7 kg (Dekay, 1955). Alat yang
digunakan adalah hardnertaster.
Tujuan dari uji kekerasan ini :
1) Menjamin agar tablet tidak hancur mulai dari pengemasan, pengangkutan,
penyimpanan dan sampai ketangan konsumen.
2) Menjamin agar tablet hancur pada saat pemakaian
Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan denagn isi die dan gaya
kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambah, maka kekerasan tablet meningkat
sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu, terdapat persyaratan apabola bobot
tablet sampai 300 mg maka kekerasan 4-7 kg/cm2, dan apabila bobot tablet 400-700
mg maka kekerasan tablet 5-12 kg/cm2.

o Evaluasi Sediaan Tablet


 Friabilitas
Friabilitas adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet bila dijatuhkan pada suatu
ketinggian tertentu.
Tujuannya : untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Pada prinsipnya, tablet sering terguling atau terbanting selama proses manufaktur,
dedusting (menghilangkan debu), penyalutan, penanganan transfor dan pengemasan,
dan barang tentu sudah ditangan pasien juga.
Pemeriksaan friabilitas dilakukan dengan cara: Diambil sebanyak 20 tablet secara
acak, dibersihkan dari serbuk yang menempel, kemudian ditimbang seluruhnya
dengan seksama. Dimasukan ke dalam alat putar dengan kecepatan 25 rpm selama 4
menit. Setelah itu tablet dikeluarkan, dibersihkan dengan kuas dan ditimbang

22
kembali. Selisih bobot yang diperoleh menyatakan nilai kerapuhan dari tablet yang
dinyatakan dalam %. Kerapuhan tablet yang diperoleh sekitar 0,5 – 1 % atau kurang
dari 0,8 % (Lachman dkk, 1986).
 Friksibilitas
Friksibilitas adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet bila tablet mengalami
gesekan antar sesama.
Pemeriksaan friksibilitas hampir sama dengan friabilitas, hanya saja alatnya yang
berbeda.

 Uji keseragaman sediaan


Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metoda, yaitu
keragaman bobot atau keragaman kandungan untuk sediaan mengandung zat aktif
dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keragaman bobot
dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang
merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif
lain, jika ada dalam jumlah lebih kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman
kandungan.
Prosedur penetapan keragaman bobot :
Pilih tidak kurang 30 tablet, dari 30 tablet tersebut, timbang 10 tablet satu per satu
dan hitung bobot rata-rata.
Prosedur penetapan keseragaman kandungan :
Pilih tidak kurang dari 30 tablet, dari 30 tablet tersebut, tetapkan kadar 10 tablet satu
per satu dengan cara yang tertera pada monografi, kecuali dinyatakan lain.
Uji ini dilakukan untuk menjamin bahwa setiap tablet mengandung jumlah zat aktif
sesuai spesifikasi dengan variasi yang kecil dalam batch.
Kriteria:
kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman
dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing 10 tablet terletak antara
85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relative (SDR)
lebih kecil atau sama dengan 6%.
Dilakukan uji 20 tablet tambahan jika :
a) 1 tablet terletak diluar rentang 85%-115% kadar dan tidak ada yang terletak antara
75%-125% kadar.
b) SDR>6 %

23
Persyaratan dipenuhi jika :
a) Tidak lebih dari 1 tablet dari 30 tablet yang ada diluar rentang 85%-115% kadar dan
tidak ada yang terletak antara 75%-125% kadar
b) Tidak ada 1 tablet pun yang diluar rentang 75%-125%
c) SDR tidak lebih besar dari 7,8%
Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet digunakan sebagai tablet hisap atau kunyah atau lepas lambat. Serta
untuk komponen obat sepenuhnya tersedia untuk di absorpsi dalam saluran
pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya kedalam cairan tubuh
untuk dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung
bahan obat (seperti antasida dan antidiare) yang dapat dimaksudkan untuk di
absorpsi tetapi lebih banyak bekerja setempat dalam saluran cerna, dalam hal ini
daya hancur tablet memungkinkan partikel obat jadi lebih luas untuk bekerja secara
lokal didalam tubuh. Uji waktu hancur tidak menyatakan jika zat aktif / komponen
lain harus larut sempurna. Tablet dinyatakan hancur sempurna bila sisa yang
tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti jelas.
Prosedur uji waktu hancur adalah :
Masukkan 1 tablet pada masing masing tabung dari keranjang, masukkan 1
cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 370 sebagai media
kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi, angkat
keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pegujian dengan 12 tablet lainnya : tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang di uji harus hancur sempurna.

Uji disolusi
Uji ini dilakukan untuk menentukan kesesuaian persyaratan dengan
persyaratan disolusi yang tertera pada masing-masing monografi. Dalam USP cara
pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan dalam masing masing monografi
obat. Pengujiaan merupakan alat yang objektif dalam menentukan sifat disolusi suatu
obat yang berada dalam sediaan padat. Karena absoropsi dan kemampuan obat berada
dalam tubuh dan tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik
disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan.

24
Dengan bertambahnya perhatian dan pengujiannya disolusi dan penetuanya
bioavaibilitas dari obat dengan bentuk sediaan padat menuju pada pendahuluan dari
sistem yang sempurna bagi analisis dan pengujian disolusi tablet.

Prosedur pengerjaan uji disolusi :

Masukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera dalam masing-
masing monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu
37 derajat dan angkat thermometer. Masukkan satu tablet kedalam alat,

ilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang di uji dan segera jalankan
alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Dalam
interval waktu yang ditetapkan atai pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan
pada daerah pertengahan antara permukaan. Media disolusi dan bagian atas dari
keranjang berputar ataupun daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding
wadah. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi.

3.3.2 Pengawas Mutu Obat Jadi

a. Identifikasi Zat Aktif

Tujuan : untuk menentukan keberadaan zat aktif Nifedipin dalam


sediaan
Prinsip : mengacu pada penetapan kadar zat aktif

Penafsiran Hasil : Waktu retensi puncak utama kromatogram


larutan uji sesuai dengan larutan baku seperti diperoleh pada
penetapan kadar.

b. Penetapan Kadar Zat Aktif

Tujuan : untuk memastikan bahwa sediaan tablet carbamazefin


sesuai dengan persyaratan yang ada dalam Farmakope Indonesia
Edisi III.. Prinsip : penetapan kadar dengan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) seperti yang tertera pada Kromatografi
<931>.

25
1) Fase gerak = air-asetonitril P-metanol P (50:25:25)

2) Larutan baku = carbamazefin dilarutkan dalam metanol P (1


mg/ml), diencerkan dengan fase gerak hingga mencapai kadar
0,1 mg/ml.
3) Pengencer = asetonitril P-metanol P (1:1)

4) Larutan uji = sejumlah tablet setara dengan 420 mg Nifedipin


diserbukkan dan dimasukkan dalam labu ukur 250 mL yang berisi air 130
mL. Encerkan dengan pengencer hingga tanda batas dan kocok selama 30
menit. Sentrifus suspensi dan gunakan beningan. Pipet 3 mL beningan
kedalam labu ukur 50 mL dan encerkan dengan pengencer hingga tanda
batas kemudian disaring.

5) Sistem kromatografi = detector UV 265 nm; kolom 25 cm x 4,6


mm packing L1; laju alir 1 mL/menit; efisiensi kolom tidak
kurang dari 4000, faktor ikutan tidak lebih dari 1,5, dan
simpangan baku relatif saat penyuntikan tidak lebih dari 1,0%

Penafsiran Hasil : Dihitung presentase carbamazzefin dalam tablet


dengan rumusC adalah kadar carbamazefi dalam mg/mL larutan
baku, ru adalah respon puncak larutan uji, dan rs adalah respon
puncak larutan baku.

c. Keseragaman

d. Sediaan Tujuan : Menjamin keseragaman kandungan zat aktif.

Prinsip : Menetapkan carbamazefin dalam 10 tablet satu


per satu sesuai ketentuan keseragaman kandungan.
Penafsiran hasil : Perhitungan nilai penerimaan adalah sebagai
berikut
│M- │+ ks

Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10

26
unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai
penerimaan lebih besar daripada L1%, lakukan pengujian pada 20
sediaan tambahan dan hitung nilai penerimaan. Memenuhi syarat
jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau
sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun yang kurang dari [1-
(0,01)(L2)]M atau tidak satupun unit lebih dari [1+(0,01)(L2)]M. L1
adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.
e. Penetapan Senyawa Sejenis

Tujuan : untuk memastikan jumlah senyawa turunan carbamazefin


tidak melebihi batas yang telah ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia V. Turunan nifedipin nitrofenilpiridin tidak lebih dari
2,0% dan turunan nifedipin nitrosofenilpiridin tidak lebih dari 0,5
%.
Prinsip : mengacu pada penetapan kadar nifedipin.

1) Larutan baku carbamazzefin = cabamazefin dilarutkan dalam


metanol P (1 mg/ml), diencerkan dengan fase gerak hingga
mencapai kadar 0,3 mg/ml.
2) Larutan pembanding A = carbamazefin dilarutkan dalam
metanol P (1 mg/ml), diencerkan dengan fase gerak hingga
mencapai kadar 6 µg/ml.
3) Larutan pembanding B = carbamaazefin dilarutkan dalam
metanol P (1 mg/ml), diencerkan dengan fase gerak hingga
mencapai kadar 1,5 µg/ml.

4) Larutan baku = Pipet masing-masing 5 mL Larutan pembanding


A dan Larutan pembanding B ke dalam wadah dan tambahkan
5,0 mL fasa gerak
f. Uji Disolusi (Uji 4 Disolusi FI)

Tujuan : untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi


yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan yang
digunakan secara oral.

27
Prinsip : dengan menggunakan alat uji disolusi tipe 2 (tipe dayung)
dengan kecepatan 100 rpm.
1) Media disolusi = 900 mL cairan lambung buatan P tanpa
enzim, mengandung natrium lauril sulfat 0,5% pH 1,2.
2) Waktu = 1, 4, 12 jam

3) Penentuan kadar = timbang saksama sejumlah


carbamazefin, larutkan dalam media disolusi hingga kadar lebih
kurang 0,034 mg/mL, bila perlu gunakan methanol P tidak lebih
dari 10% volume akhir untuk membantu melarutkan. Ukur
serapan filtrat alikuot dan larutan baku pada panjang gelombang
serapan maksimum 238 nm menggunakan media disolusi
sebagai blangko.

3.4 Pengemasan dan Penyimpanan Sediaan Akhir

3.4.1 Pengemasan

Sediaan akhir dikemas menggunakan strip. Kemasan strip/blister


merupakan kemasan yang digunakan untuk sediaan padat (tablet, kapsul,
kaplet, dan lain-lain) per oral yang menganut sistem dosis tunggal
(Kurniawan, 2012).

Strip merupakan kemasan yang terdiri atas dua lembar alumunium. Strip
terdiri dari berbagai macam tergantung bahan penyusun dari strip,
seperti Polycellonium, Polycello, dan Polynium.

Polycellonium merupakan bahan strip yang paling umum, dimana


kandungannya adalah polycello/selofan dan alumunium. Selofan adalah
sejenis bahan dari serat selulosa yang berbentu tipis transparan, fungsinya
dalam kemasan adalah untuk menempelkan pewarna sehingga strip bisa
berwarna-warni. Alumunium sendiri berfungsi untuk menjaga obat dari
pengaruh kelembaban. Semakin tebal alumunium yang digunakan akan
semakin membuat tingkat proteksi menjadi lebih baik.. Satu strip dapat

28
memuat 10 tablet carbamazefin 200mg. Kemasan sekunder yang
digunakan berupa dus karton duplex yang dapat memuat sebanyak 10
buah strip.Kemasan sekunder sudah diberi penandaan sesuai dengan
desain kemasan sekunder.Pada kedua kemasan dicantumkan “memenuhi
syarat Uji 4 Disolusi FI”.
Desain kemasan primer :

Desain kemasan sekunder :

3.4.2 Penyimpanan Sediaan Akhir

Tablet BAMGETOL 200mg disimpan dalam wadah tertutup rapat,

29
terlindung cahaya dan disimpan pada suhu ruang terkendali (dibawah 30
°C).

30
BAB IV

PENGUJIAN MUTU SERTA METODE ANALISIS

4.1 Struktur Molekul dan Dasar Analisis Zat Aktif

Carbamazepine 5H-dibenzo[b,f]azepine-5-carboxamide

carbamazefine memiliki jenis ikatan:

a. Ikatan hidrogen: N-H2, O-N

b. Ikatan kovalen: C-C

4.2 Metode Analisis Yang Diusulkan Untuk Pengujian Mutu Bahan


Baku (Zat Aktif Dan Eksipien), Ruahan, dan Obat Jadi
4.2.1 Pengujian Mutu Bahan Baku

a. Carbamazefin
1. Spektrofotometri Infra Merah (IR)
Pada spektrum inframerah serbuk karbamazepin murni terlihat adanya
gugus fungsi pada bilangan gelombang 3400 – 3100 cm-1. Pada serbuk
salut karbamazepn tidak terlihat adanya gugus fungsi baru yang
terbentuk hanya terjadi perubahan panjang gugus fungsinya. Ini
mengindikasikan bahwa tidak terbentuk gugus fungsi baru pada serbuk
salut karbamazepin. Gugus-gugus fungsi yang ada pada serbuk salut

31
karbamazepin seperti 3750 – 3000 cm-1 = N-H; 1000-650 cm-1 = C=C;
1900 – 1650 cm-1 = C=O. (Dachriyanus, 2004).

2. Volumetri

Penetapan kadar nifedipine dapat dilakukan dengan titrasi bebas air.


Prinsip :
Beberapa asam lemah dan basa lemah tidak dapat dititrasi dalam
lingkungan berair, karena reaksi yang terjadi tidak dapat
menunjukkan titik akhir yang tajam. Oleh karena itu dilakukan titrasi
dalam lingkungan bebas air, dimana digunakan pelarut non air yang
dapat bertindak sebagai asam yang lebih kuat atau basa yang lebih
kuat dibandingkan air, sehingga reaksi antara titran dan titer dapat
berlangsung lebih baik dan memberikan titik akhir yang lebih tajam
(FI IV, 1995, hal 61)
3. Kromatografi cair kinerja
tinggi Prinsip :
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan salah satu jenis
kromatografi kolom yang memiliki sistem pemisahan dengan
kecepatan dan efisiensi tinggi karena memiliki kolom yang kecil
dengan tekanan pompa yang besar. Sampel terdistribusi antara fase
diam dan fase gerak dimana mekanisme pemisahan dapat berdasarkan
adsorpsi, partisi, pertukaran ion, dan permeasi gel. Kromatografi ini
terdiri dari fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga, fase
gerak yang dialirkan cepat dengan bantuan tekanan tinggi dan hasil
analisis yang dapat dideteksi dengan detektor (FI IV, hal 931).
4. Evaluasi canning Electron Microscope (SEM)
Morfologi permukaan dari suatu sampel dapat dilihat dengan
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Morfologi dari
suatu sampel dapat dilihat dari tiga sisi yaitu, permukaan atas,
permukaan samping, dan permukaan ruang dalam (Whalley &
Langway, 1980).

32
5. Evaluasi DTA.
Pada serbuk salut karbamazepin dengan polimer HPMC terbentuk
dua puncak endotermik.
Puncak endotermik terbentuk diantara puncak karbamazepin dan
puncak HPMC.
Mempunyai puncak endoterm 17765,41 oC membutuhkan panas
sebesar 188,235 J/Kg.

4.2.2 Pengujian Mutu Produk Ruahan

Pegujian mutu produk ruahan dilakukan IPC yang mencakup


pengujian homogenitas campuran, granulometri, bobot jenis, bilangan
Haussner, laju alir, friksibilitas, friabilitas dan kandungan lembab

Pengujian Mutu Obat Jadi

Pegujian mutu sediaan tablet carbamazefine 200mg yaitu


identifikasi zat aktif, penentuan kadar zat aktif, keseragaman sediaan,
penetapan senyawa sejenis, dan uji disolusi yang sudah dibahas di poin.

4.3 Pengujian Stabilitas Obat Jadi

carbamazefin akan langsung terurai oleh cahaya biasa dan cahaya


buatan pada panjang gelombang tertentu. Cahaya ultraviolet sangat
berpengaruh dalam pembentukan turunan nitrofenilpiridin.Sehingga
penyimpanan harus dilakukan dalam wadah tidak tembus cahaya, tertutup
rapat Selain itu nifedipin dapat membentuk 2 produk yang terdegradi jika
terpapar oleh cahaya, temperature tinggi dan adanya agent radikal bebas
yang dapat menyebabkan oksidasi.

Uji stabilitas yang dilakukan disesuaikan dengan zona iklim dan


persyaratan yang berlaku dinegara masing-masing.Indonesia termasuk
zona iklim ke IV (panas dan lembab).Adapun tujuan dilakukannya
pengujian stabilitas obat adalah untuk menentukan masa edar, yakni
waktu penyimpanan dalam kondisi tertentu dimana produk obat tersebut

33
masih memenuhi spesifik yang telah ditetapkan.
Pengujian stablitas merupakan suatu rangkaian pengujian untuk
memperoleh kepastian mengenai stabilitas suatu produk obat, yakni
kemampuan untuk mempertahankan spesifikasi, apabila dikemas dalam
kemasan tertentu serta disimpan dalam kondisi tertentu selama waktu
yang telah ditetapkan.
Pengujian stabilitas terdiri dari 2 kategori yaitu: pengujian jangka
pendek dan pengujian dipercepat. Berikut adalah kondisi uji stabilitas:
Tipe Uji Stabilitas Kondisi Penyimpanan Interval Waktu Pengujian
Climatic chamber Selama 6 bulan
Suhu : 400 ± 20C Bulan 1,2,3,4,5,6
Dipercepat
Kelembaban : 75 ± 5%
Climatic Chamber
Suhu : 300 ± 20 C
Jangka Panjang Selama 12 bulan
Kelembaban : 75 ± 5%
(Priyambodo, 2007)

34
BAB V
REGULASI/PERUNDANG-UNDANGAN
5.1 Registrasi Obat Jadi

Berdasarkan Permenkes Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang


Registrasi Obat dan Peraturan Kepala Badan POM Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat,.
Prosedur registrasi obat jadi registrasi obat dibagi menjadi dua tahapan,
yaitu:
a. Pra registrasi

Permohonan pra-registrasi obat dilakukan untuk penapisan registrasi


obat, penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi,
penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat.
Paling lama dalam jangka waktu 40 (empat puluh) hari sejak
diterimanya permohonan, Kepala Badan memberikan surat Hasil
Pra- Registrasi (HPR) kepada pendaftar. HPR berlaku selama 1
(satu) tahun sejak tanggal dikeluarkan.
b. Registrasi

Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi.registrasi


diajukan oleh Pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan
dilampiri dengan dokumen registrasi. Terhadap permohonan
registrasi dikenai biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dokumen registrasi terdiri atas:

1) Bagian I : Dokumen Administratif, Informasi Produk, dan


Penandaan
2) Bagian II : Dokumen Mutu

3) Bagian III : Dokumen Non-klinik


4) Bagian IV : Dokumen Klinik

43
5.2 Penendaan sesuai Undang-Undang
"Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi“
Disertai dengan kalimat “HARUS DENGAN RESEP DOKTER” sesuai
dengan SK Menkes R.I. No. 197/A/SK/77 tanggal 15 maret 1977 untuk
mengendalikan dan mengawasi peredaran obat keras.
Nomor registrasi sediaan

D : Obat dengan nama


dagang K : Golongan obat keras
L : Produksi dalam negeri (lokal)

10 : Tahun penandaan obat jadi

99 : Nomor urut pabrik di Indonesia

333 : Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik

01 : Nomor urut sediaan (tablet lepas


terkontrol) A : Kekuatan obat jadi
1 : Kemasan untuk kekuatan obat jadi tersebut (kemasan pertama)
42

5.3 Distribusi Obat Jadi

Pendistribusian obat diatur dalam Cara Distribusi Obat yang Baik


(CDOB).Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI Nomor
HK.00.05.3.2522 tahun 2003 tentang penerapan pedoman cara distribusi
obat yang baik, dijelaskan bahwa distribusi obat yang baik adalah
terselenggaranya suatu sistem jaminan kualitas oleh distributor, yaitu:
a. Menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat diperleh
yang dibutuhkan pada saat diperlukan
b. Terlaksananya pengamanan lalu lintas dan penggunaan obat tepat sampai
kepada pihak yang membutuhkan secara sah untuk melindungi
mesyarakat dari kesalahan penggunaan atau penyalahgunaan

44
c. Menjamin keabsahan dan mutu obat agar obat sampai ketangan
konsumen adalah obat yang efektif, aman dan dapat digunakan sesuai
tujuan penggunaan
d. Menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi yang
dipersyaratkan termasuk selama transportasi

Alur disribusi obat jadi untuk sediaan (termasuk golongan obat


keras):

Pabrik

PBF
(Pedagang Besar Farmasi)

Apotek Rumah sakit Klinik Puskesmas

Pasien

Standar distribusi yang baik diterapkan untuk memastikan kualitas


obat tetap terjaga., digunakan wadah pengiriman yang dapat melindungi
sediaan dari paparan cahaya. Suhu ruangan penyimpanan sediaan harus
dikontrol pada rentang suhu kamar. Selain itu wadah harus tahan terhadap
goncangan agar sediaan tidak rusak.

45
BABVI

INFORMASI OBAT JADI

6.1 Informasi Obat Jadi


Aspek farmakologi

Dosis Anak :15-25 mg/kgBB/hari

Dosis Dewasa : 1000-2000 mg/hari

Indikasi :

karbamazepin merupakan antiepilepsi yang utama. Selain mengurangi kejang,


efeknya nyata pada perbaikan psikis yaitu perbaikan kewaspadaan dan perasaan,
sehingga di pakai juga untuk mengobati kelainan psikiatri seperti mania-bipolar.

Kontra indikasi :

Pada gangguan fungsi hati yang parah serta blokade AV. Sebagai pengimbas
enzim, senyawa ini memperkecil kerja berbagai senyawa yang mengalami
biotransformasi oksidatif, misalnya hormon kelamin wanita. (dinamika obat hal,
261)

Efek samping :

Efek samping yang terjadi setelah pemberian obat jangka lama berupa pusing,
vertigo, ataksia, diplopia, dan penglihatan kabur.

ADME :

Karbamazepin selain bekerja antikonvulsif, juga berkhasiat anti depresif dan


antidiuretik, mungkin berdasarkan penigkatan sekresi di hipofisa atau
penghambatan perombakannya. Reabsorpsinya lambat dan kadar maksimum dalam
plasma dapat tercapai setelah 4-24 jam. Penigkatan proteinnya tinggi, lebih kurang
80%, sedangkan plasma t ½ nya sangat variabel (7-30 jam). Di dalam hati,
karbamazepin dioksidasi menjadi metabolit epoksida yang juga berdaya anti
konvulsif. (obat-obat penting, hal399)

45
Karbamazepin terutama di gunakan pada serangan psikomotorik dan grand-mal
untuk serangan campuran, maka senyawa ini dapat bertindak sebagai basis
teurapetika. Efek psikotropik senyawa ini ditunjukan dengan adanya perubahan
sikap yang diakibatkan oleh epilepsi.

Karena adanya induksi sendiri pada metabolismenya, karbamazepin setelah


penggunaan beberapa kali akan di eliminasi jauh lebih cepat. Waktu paruh
plasmanya 12-24 jam. Hanya sekitar 1-2% di ekresi dalam bentuk semula melalui
urin.(dinamika obat hal,260)

Interaksi obat :

Karbamazepin menurunkan kadar asam valporat, fenobarbital, dan


fenitonin. Fenobarbital dan fenitonin dapat meningkatkan metabolisme
karbamazepin, dan biotransformasi karbamazepin dapat dihambat oleh
eritromisin. Konversi primidon menjadi fenobarbital di tingkatkan oleh
karbamazepin, sedangkan pemberian karbamazepin bersama asam valproat
akan menurunkan kadar asam valproat. (gunawan 2007hal,188)

Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk (15 – 250C) dan kering.
Kemasan

46
47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979.Farmakope Indonesia. Edisi 3. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.
Anonim. 2009. Farmakope Indonesi. Edisi 4. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 2007. The United States Pharmacopeia. Vol 2. Port City Press,
Baltimore
Buhler, Volker. 1998. Generic Drug Formulation.Fine Chemicals 2nd Ed.
BASF.
Reynolds, James E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoiea. Twenty-
eighth Edition. Pharmaceutical Press : London.
Rowe, Raymond. C, Sheskey, Paul J, and Owen Sian C. 2006. Handbook of
Pharmaceutical Excipient. Fifth edition. Pharmaceutical Press : London.
Gunawan, G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : UI –Press
(AHFS Drug Information Essential, 2011).
Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition.London: Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Association.

Sweetman, S.C.. 2009. MartindaleThe Complete Drug Reference


36.
Pharmaceutical Press : London Chicago.

47

Anda mungkin juga menyukai