Anda di halaman 1dari 8

KISI-KISI SOAL UTS

Tahun Pelajaran 2019/2020

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Program : XI
Semester : 1 (Satu)
Kurikulum : 2013

No Kompetensi Materi Pokok Kelas/Sem Indikator Soal Level Bentuk Nomor


Dasar ester Kognitif Soal Soal
1 4.1. Menuliskan XI/1 Disajikan teks C5 Uraian 1
Merancang pernyataan prosedur peserta
pernyataan umum dan didik dapat
umum dan tahapan- menuliskan
tahapan- tahapan teks pernyataan
tahapan dalam prosedur umum dan
teks prosedur tahapan-
dengan tahapan.
organisasi
yang tepat
secara lisan
2 3.2 Menelaah XI/1 Disajikan teks C5 Uraian 2
Menganalisis kebahasaan prosedur,
struktur dan teks prosedur peserta didik
kebahasaan dapat menelaah
teks prosedur kebahasaan teks
prosedur
3 3.4 Mengindentifik XI/1 Disajikan teks C4 Uraian 3
Menganalisis asi struktur eksplanasi,
struktur dan teks eksplanasi peserta didik
kebahasaan dapat
teks eksplanasi mengindentifika
si struktur teks
eksplanasi
4 Menelaah XI/1 Disajikan teks C5 Uraian 4
kebahasaan eksplanasi,
teks ekplanasi peserta didik
dapat menelaah
kebahasaan teks
ekplanasi
5 4.4 Menentukan XI Disajikan teks C2 Uraian 5
Memproduksi pola eksplanasi
teks eksplanasi pengembangan peserta didik
secara lisan dalam menulis dapat
ataustulis teks eksplanasi menentukan
dengan pola
memerhatikan pengembangan
struktur dan dalam menulis
kebahasaan teks eksplanasi
RUBRIK PENILAIAN

Soal Aspek yang Dinilai Skor Skor Maksimal


1 peserta didik dapat menuliskan pernyataan umum dan tahapan- 3 25
tahapan dengan tepat
peserta didik dapat menuliskan pernyataan umum dan tahapan- 2
tahapan kurang tepat
peserta didik dapat menuliskan pernyataan umum dan tahapan- 1
tahapan tidak tepat
2 peserta didik dapat mengindentifikasi struktur teks prosedur dengan 3 20
tepat
peserta didik dapat mengindentifikasi struktur teks prosedur kursng 2
tepat
peserta didik dapat mengindentifikasi struktur teks prosedur tidak 1
tepat
3 peserta didik dapat mengindentifikasi struktur teks eksplanasi dengan 3 20
tepat
peserta didik dapat mengindentifikasi struktur teks eksplanasi kurang 2
tepat
peserta didik dapat mengindentifikasi struktur teks eksplanasi tidak 1
tepat
4 peserta didik dapat menelaah kebahasaan teks ekplanasi dengan tepat 3 25
peserta didik dapat menelaah kebahasaan teks ekplanasi kurang tepat 2
peserta didik dapat menelaah kebahasaan teks ekplanasi tidak tepat 1
5 peserta didik dapat menentukan pola pengembangan dalam menulis 3 10
teks eksplanasi dengan tepat
peserta didik dapat menentukan pola pengembangan dalam menulis 2
teks eksplanasi kurang tepat
peserta didik dapat menentukan pola pengembangan dalam menulis 1
teks eksplanasi tidak tepat
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/1
Guru Mata Pelajaran : Surtiani, S. Pd.

1. Identifikasilah teks prosedur tersebut berdasarkan format tabel berikut! (teks 1)


No Isi Kalimat Singkat
1 Pernyataan Umum
2 Tahapan-tahapan

2. Temukanlah kata kerja imperatif (minimal 5) dan konjungsi (minimal 3), dalam teks
tersebut! (teks 1)
3. Tuliskan dan jelaskan struktur teks eksplanasi!
4. Perhatikan teks eksplanasi yang disajikan, Temukanlah konjungsi yang terdapat dalam
teks tersebut berdasarkan kaidah kebahasaan teks eksplanasi! (teks 2)
5. Perhatikan teks eksplanasi yang disajikan, tentukan pola pengembangan pada teks tersebut
serta berikan alasannya! (teks 3)
KUNCI JAWABAN:

1. Pernyataan umum : wawancara merupakan kesempatan untuk menggali


kualifikasi calon secara mendalam dan wawancara pun menjadi ajang Tanya jawab antara
pewawancara dengan calon.
Tahapan-tahapan : a) melihat kecocokan dengan posisi yang dilamar. b) ketika
berkomunikasi harus berbicara dengan jelas. c) menyimak dengan baik yang disampaikan
pewawancara. d) sikap tubuh harus tegak. e) jadilah diri sendiri. f) hindari komunikasi yang
panjang dan bertele-tele.
2. Kata kerja imperatif : harus, perhatikan, jangan, pastikan, tunjukkan, gunakanlah,
ceritakanlah.
Konjungsi : sementara, selain itu, namun, oleh karena itu, dengan.
3. Struktur teks eksplanasi : a) identifikasi fenomena yaitu tentang mengidentifikasi sesuatu
yang akan diterangkan (latar belakang kejadian). b) proses kejadian yaitu apakah kejadian
tersebut menjelaskan tentang kronologi atau sebab akibat. c) ulasan, berupa komentar atau
penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.
4. Konjungsi yang terdapat dalam teks tersebut adalah: yang, dan, sementara itu, dengan
5. Pola pengembangan proses. Karena menjelaskan tentang urutan dari tindakan-tindakan atau
perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu
kejadian atau peristiwa.
Teks 1

Kiat Berwawancara Kerja

Bagi perusahaan, wawancara merupakan kesempatan untuk menggali kualifkasi calon


pegawai secara lebih mendalam, melihat kecocokannya dengan posisi yang ditawarkan,
kebutuhan dan sifat perusahaan. Wawancara pun menjadi ajang tanya jawab antara pewawancara
dengan calon.
Agar mudah dipahami oleh mitra bicara, kita harus berbicara dengan jelas. Jaga agar kita
tidak berbicara terlalu cepat atau lambat, atur juga suara agar jelas terdengar. Suara yang terlalu
pelan membuat kita terlihat kurang percaya diri, sementara suara yang terlalu keras membuat kita
terlihat agresif. Penggunaan bahasa yang baik juga menjadi suatu keharusan.
Selain itu, perhatikan betul apa yang disampaikan pewawancara agar kita dapat
memerikan jawaban yang relevan. Tak ada salahnya menanyakan kembali atau mencoba
mengulangi pertanyaan yang diajukan untuk memastikan bahwa pemahaman kita sudah benar.
Namun, jangan melakukannya terlalu sering karena justru akan membuat pewawancara
mempertanyakan daya tangkap kita.
Bahasa tubuh pun ikut memegang peranan. Gerakan nonverbal seperti mengangguk atau
sikap tubuh yang agak condong ke depan menunjukkan bahwa kita tertarik pada apa yang
disampaikan si pewawancaraa. Pastikan pula kita menjaga kontak mata dengan pewawancara,
karena kontak mata penting dalam proses komunikasi, termasuk dalam wawancara kerja.
Singkatnya, akan lebih baik jika kita mampu menampilkan sikap yang antusias secara
verbal maupun nonverbal. Oleh karena itu, hindari bahasa tubuh yang dapat diartikan negatif,
seperti menggoyangkan kaki, mengetuk-ngetuk jari, atau menghindari kontak mata. Cara
berbicara yang percaya diri namun tidak terkesan sombong dapat menarik minat pewawancara.
Pada saat berbicara, hindari uraian yang panjang lebar dan berteletele. Cobalah mengemas
kalimat secara singkat dan terfokus, namun tetap menarik. Kita diharapkan mampu menunjukkan
bahwa kita adalah orang yang tepat untuk posisi yang ditawarkan. Ceritakanlah kemampuan atau
pengalaman yang relevan dengan posisi tersebut. Hindari mengkritik atasan atau rekan kerja
sebelumnya karena ini menunjukkan sikap yang tidak professional.
Selama wawancara berlangsung, jadilah diri sendiri. Ungkapan ini mungkin terdengar
klise, namun jauh lebih baik menjadi diri sendiri dan berbicara dengan jujur, daripada mencoba
mengatakan sesuatu yang menurut kita akan membuat pewawancara merasa terkesan. Jangan
melebih-lebihkan kualifkasi kita, apalagi mengelabui dengan memberikan data yang tidak benar.
Cepat atau lambat, pewawancara akan menemukan bahwa data tersebut hanyalah karangan.
Tunjukkan bahwa kita mampu mengenali diri kita sendiri dengan tepat.
Pewawancara biasanya memberikan kesempatan kepada kita untuk mengajukan
pertanyaan di akhir wawancara. Gunakanlah kesempatan ini secara elegan dengan cara
menunjukkan rasa ingin tahu kita tentang lingkup dan deskripsi tugas posisi yang dilamar,
kesempatan pengembangan diri, dan sebagainya. Ini wajar, karena bersikap pasif dan
menyerahkan segala sesuatu kepada pihak perusahaan tidak akan menambah nilai kita di mata
pewawancara.
Calon yang mau bertanya dalam porsi yang tepat menunjukkan kesungguhan minatnya
pada posisi yang ditawarkan dan juga pada perusahaan. Di sesi ini biasanya muncul pula
pembicaraan mengenai gaji dan tunjangan. Pewawancara sangat menghargai kandidat yang
mampu menentukan nominal gaji yang ia harapkan, karena dianggap dapat melakukan penilaian
atas kemampuannya dan tugas-tugas yang akan dilakukan. Tentu saja angkanya harus logis sambil
tetap membuka kesempatan untuk negosiasi.
Dengan persiapan matang dan unjuk diri yang baik saat wawancara, kita telah
meninggalkan kesan yang layak untuk dipertimbangan oleh perusahaan
(Sumber: “Unjuk Diri yang Baik dalam Wawancara Kerja” dalam Kompas dengan pengubahan).

Teks 2

Demonstrasi Massa

Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi di hampir setiap waktu dan terjadi di banyak
sekali tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah
masyarakat kita. Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala kawasan menyatakan bahwa
penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain ialah faktor laparnya masyarakat. Lantas ia
mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, karena kesejahteraan mereka
terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.
Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan
meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak
merasa mempunyai motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa
mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemunkaran yang terjadi
di hadapannya.
Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak mahasiswa
ataupun komponen-komponen masyarakat lainnya? Barangkali kebijaksanaan sang bupati
dikaitkan dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya. Kalau seorang bayi
merasa lapar, ia akan ngamuk: menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila kebijaksanaan sang
bupati dibawa pada konteks yang lebih luas, jelaslah tidak relevan, contohnya membandingkan
dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak menyerupai halnya
rakyat Indonesia yang gampangan.
Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa
yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia,
Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling fundamental
ialah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak ialah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan
tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah
ataupun pihak-pihak lain semoga hak-hak dan eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan,
hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk memberikan jati
dirinya dengan cara berdemonstrasi.
Banyak fakta sanggup membuktikannya. Demonstrasi massa pada awal-awal reformasi di
negeri ini pada tahun 1997-1998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar.
Justru hal itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah
mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di
luar negeri. Dalam beragam skala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal guah lagi bagi negara-
negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah tentu tidak didorong oleh kondisi perut
yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur.
Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat insiden terbaru di Kora Utara. Kondisi
sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan
umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya
itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut
perubahan politik di negerinya. Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi
kemudian hampir seluruh masyarakatnya menunduk hidmat, mengantar mayat pimpinannya ke
liang lahat.
Demikian pula jika kita melihat kembali kondisi masyarakat di negara tersebut.
Kemiskinan sangat dekat di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di banyak sekali
pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melaksanakan demonstrasi: hanya satu dua peristiwa. Justru
yang jauh lebih getol melaksanakan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang
secara umum mereka lebih makmur.
Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk
terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh
kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula
bahwa di sekitarnya sudah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian
melaksanakan protes dan memberikan sejumlah tuntutan.
Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apapun yang terjadi di sekitarnya,
mereka akan menyerupai kerbau dicocok hidung: manggut-manggut dan berkata “ya” pada
apapun tindakan dari impinannya meskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.
(Sumber: Kosasih).

Teks 3

Dalam proses pewarnaan batik tulis, jumlah pencelupan tergantung pada jumlah warna
yang diinginkan. Apabila batik tersebut ingin memiliki tiga warna, maka baik akan dicelupkan
ketiga ember warna yang berbeda. Setelah dicelup dengan satu warna, ain dijemur dan
dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian dilakukan proses pelorodan, yaitu proses mengirik malam
untuk pewarnaan berikutnya. Warna yang telah ada, ditutupi dengan malam atau lilin, kemudian
dilakukan pencelupan dengan warna yang berbeda. Begitu seterusnya hingga seluruh warna yang
diinginkan terpenuhi. Yang terakhir adalah kain batik dicelup ke dalam campuran air dan soda ash
untuk mematikan warna dan menghindari kelunturan. Proses ini dengan perebusan selama dua
kali. Setelah itu kain batik dijemur dan dikeringkan.

Anda mungkin juga menyukai