Abstrak
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana
efektivitas kerja Penyuluh Pertanian dalam pengembangan kelompoktani yang
terdapat di wilayah Kabupaten Kutai Timur, yang akan dicoba dikaji
hubungannya dengan pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
penyuluhan yang diselenggarakan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dilakukan
melalui wawancara dengan 95 responden dan observasi di lokasi penelitian.
Analisis data dilakukan dengan analisis korelasi sederhana (Bivariate
Correlation) dengan metode Pearson (Product Moment Pearson).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pengawasan (X) dan efektivitas kerja Penyuluh Pertanian (Y), dengan koefiesien
korelasi 0,366. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang tidak terlalu
kuat diantara pengawasan dengan efektivitas kerja. Sedangkan arah hubungan
adalah positif karena r positif, berarti semakin tinggi pengawasan maka semakin
baik efektivtas kerja Penyuluh Pertanian pada Badan Penyuluhan Kabupaten
Kutai Timur. Selanjutnya untuk uji signfikansi koefisien korelasi sederhana (uji t)
diketahui nilai signifikasni (0,01<0,05) Ho ditolak, artinya bahwa ada hubungan
secara signifikan antara pengawasan dengan efektivitas kerja Penyuluh
Pertanian. Karena koefisien korelasi nilainya positif, berarti pengawasan
berhubungan positif dan signifikan terhadap efektiitas kerja. Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Pengawasan berhubungan positif terhadap efektivitas kerja
Penyuluh Pertanian pada Badan Penyuluhan Kabupaten Kutai Timur.
Abstract
Issues raised in this research is how the effectiveness of Agricultural
Extension in kelompoktani development located in the East Kutai Regency, which
will be reviewed tried to do with supervision over the implementation of extension
activities are organized.
This study uses a quantitative approach, in accordance with the objectives
to be achieved in this study. Data collection was conducted through interviews
with 95 respondents and observation in the study area. Data analysis was
performed with a simple correlation analysis (bivariate correlation) with the
method of Pearson (Pearson Product Moment).
The results showed that there is a relationship between the control (X)
and the effectiveness of Agricultural Extension (Y), with a correlation of 0.366
koefiesien. This shows that there are not too strong relationship between the
effectiveness of supervision. While the direction of the relationship is positive
because r is positive, it means that the higher the better supervision efektivtas
Agricultural Extension work at the East Kutai Regency Counseling Agency.
Furthermore, for the simple correlation coefficient signfikansi test (t test) known
signifikasni values (0.01 <0.05) Ho is rejected, it means that there is a significant
relationship between supervision of the effectiveness of Agricultural Extension.
Because the correlation coefficient is positive, meaning supervision positively and
significantly related work efektiitas. It can be concluded that the Oversight
positively related to the effectiveness of the Agency for Agricultural Extension
Extension of East Kutai.
Pendahuluan
Sejak berlakunya otonomi daerah, penyelenggaraan penyuluhan pertanian
yang menyangkut aspek-aspek perencanaan, kelembagaan, ketenagaan, program,
manajemen dan pembiayaan menjadi kewenangan wajib dan tanggungjawab
pemerintah Kabupaten / Kota. Sedangkan pemerintah pusat, baik secara langsung
maupun melalui Pemerintah Provinsi mempunyai wewenang untuk memfasilitasi
Pemerintah Kabupaten / Kota untuk melaksanakan pembangunan di bidang
pertanian secara produktif, efektif dan efisien sesuai kebutuhan lokal.
Selama ini, beberapa metode dalam sistem penyelenggaraan penyuluhan
di tingkat Kabupaten / Kota belum berjalan dengan baik dan belum
memperlihatkan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain dan instansi
terkait lainnya seperti institusi penelitian yang merupakan sumber teknologi
(litbang pertanian, perguruan tinggi, LSM dan swasta) menyangkut aspek
koordinasi sinkronisasi program dan integrasi pelaksanaan program penyuluhan
pertanian. Sementara perkembangan wawasan, pengetahuan dan keterampilan
petani semakin meningkat sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.
90
Hubungan Pengawasan dan Efektivitas Kerja Penyuluh Pertanian (Indah Winarni)
91
eJournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2015: 89-98
Kajian Teori
Pengawasan
Menurut Fayol dalam Manullang (1988:136) menjelaskan bahwa
Pengawasan terdiri dari pengujian apakah segala sesuatu berlangsung sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, dengan instruksi yang telah diberikan dan
dengan prinsip yang telah digariskan yang bertujuan untuk menemukan
kelemahan dan kesalahan dengan maksud untuk memperbaikinya dan mencegah
terulang kembali.
Definisi tersebut menegaskan bahwa batasan pengawasan terletak pada
tujuan utama pengawasan itu, yaitu mengusahakan agar apa yang direncanakan
menjadi kenyataan. Agar tujuan tersebut dapat dilaksanakan secara baik, maka
diperlukan pengawasan-pengawasan di bidang kunci tertentu, yang menurut Terry
dan Rue (1992 : 242) antara lain sebagai berikut : 1). Pengawasan kuantitas. 2).
Pengawasan kualitas. 3). Pengawasan waktu. 4). Pengawasan biaya.
Agar pengawasan yang dilakukan seorang atasan bernilai efektif, maka
harus terkumpul fakta-fakta mengenai hal yang diawasi. Guna maksud
pengawasan semacam itu, Manullang (2012 : 178-180) menemukakan beberapa
cara yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan fakta-fakta dalam rangka
pengawasan, yaitu : 1). Interview atau laporan lisan. 2). Laporan tertulis. 3).
Laporan kepada hal-hal yang bersifat khusus.
Efektivitas Kerja
Pengertian efektivitas sebagaimana dikemukakan oleh Gibson dkk (1990 :
27) adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Dengan
demikian, efektivitas merupakan tingkat pencapaian tujuan atau sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh suatu organisasi.
Dalam analisis efektivitas, diperlukan pemahaman tentang perspektif
efektivitas sebagai suatu kesatuan dalam organisasi oleh Gibson dkk (1990 : 29),
yang dijabarkan sebagai berikut : 1). Efektivitas individu, merupakan unit analisis
yang paling dasar dengan fokus pada kinerja atau tingkat produktivitas orang per
orang. 2). Efektivitas kelompok, merupakan jumlah kontribusi efektivitas individu
dalam suatu kelompok kerja atau satuan organisasi tertentu. 3). Efektivitas
organisasi, merupakan keseluruhan kinerja individu / kelompok yang secara
bersamaan dan simultan melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Penjabaran tersebut menunjukkan bahwa efektivitas individu, kelompok
maupun organisasi saling terkait satu sama lain yang terutama pada dasarnya
sangat dipengaruhi oleh perilaku dari individu sebagai anggota organisasi.
Demikian pula terhadap obyek penelitian ini, bahwa efektivitas kerja penyuluh
pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab.
Lebih lanjut Etzioni dalam Sihana (2003 : 34) menyatakan guna
mengatasi berbagai hambatan tersebut, maka perlu diimplementasikan fungsi
manajemen berupa kontrol atau pengawasan. Efektivitas kelompok fungsional
92
Hubungan Pengawasan dan Efektivitas Kerja Penyuluh Pertanian (Indah Winarni)
Penyuluh Pertanian
Penyuluhan pertanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi
merupakan tugas utama dari pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses
belajar, menyediakan informasi ternologi, informasi input dan harga input-output
serta informasi pasar (Badan SDM Pertanian, 2003 : 1).
Dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, penyuluh pertanian dapat
berperan sebagai fasilitator dalam membangun hubungan atau keterkaitan antara
petani dan pelaku agrobisnis lainnya. Fungsi-fungsi dari semua komponen Sistem
Penyuluhan Pertanian itu harus berjalan dan interaksi antar komponen itu juga
harus terjadi agar penyuluhan pertanian yang bermutu dapat terjadi secara
berkelanjutan (www.margonoipb.files.wordpress.com).
Maka dari itu, lebih lanjut Slamet (2013 : 6) menyatakan bahwa individu
penyuluh lapangan memerlukan pengembangan melalui pemberdayaan berupa
peningkatan wawasan, keahlian, kesejahteraan, keberpihakan pada petani, fokus
pemberdayaan petani, tanggungjawab moral kepada petani, kewenangan untuk
berinisiatif dalam menghadapi situasi serta memerlukan sertifikasi tenaga
penyuluh pertanian.
93
eJournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2015: 89-98
Hubungan
pengawasan efektivitas
Pengawasan Pearson Correlation 1 .336**
Sig. (2-tailed) .001
N 95 95
Efektivitas Pearson Correlation .336** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 95 95
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
94
Hubungan Pengawasan dan Efektivitas Kerja Penyuluh Pertanian (Indah Winarni)
95
eJournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2015: 89-98
Kesimpulan
1. Secara keseluruhan, pengawasan yang dilakukan oleh Badan Penyuluhan
Kabupaten Kutai Timur terhadap tenaga penyuluh pertanian tergolong baik,
hal ini dapat dilihat dari jawaban responden pada variabel pengawasan yang
dijabarkan pada lima indikator dan dari jawaban penyuluh pertanian hasilnya
55 responden menyatakan setuju, selanjutnya 37 responden menyatakan
sangat setuju dan sebanyak 3 responden responden menyatakan ragu-ragu.
Dengan demikian pengawasan terhadap tenaga penyuluh pertanian dapat
meminimalisir penyimpangan serta mampu memberikan kepastian
96
Hubungan Pengawasan dan Efektivitas Kerja Penyuluh Pertanian (Indah Winarni)
Saran
1. Badan Penyuluhan Kutai Timur sebagai pihak yang melakukan pengawasan
hendaknya dapat meningkatkan kegiatan pengawasannya dengan
melaksanakan kegiatan pengawasan secara langsung dan tidak langsung
dengan lebih terorganisir melalui adanya jadwal yang sudah tersusun,
perumusan tujuan pengawasan dengan jelas, berdiskusi dan bekerjasama
dengan para penyuluh pertanian, pengamatan terhadap kegiatan penyuluhan,
serta mengadakan tindak lanjut dari hasil pengawasan yang telah
dilaksanakan.
2. Penyuluh pertanian hendaknya memahami dan menyadari manfaat
pengawasan yang dilakukan, yang tujuannya adalah pembinaan untuk
meningkatkan efektivitas yang memiliki dampak besar pada hasil kerja
penyuluh pertanian. Dengan demikian, harus memanfaatkan hasil dan tindak
lanjut pengawasan yang telah dilaksanakan untuk mendorong proses
penyuluhan pertanian agar lebih kreatif dan inovatif.
3. Pemberian Reward (apresiasi) kepada penyuluh pertanian yang memiliki
disiplin kerja serta berdedikasi tinggi sebagai bentuk motivasi dalam
melaksanakan penyuluhan. Serta melengkapi sarana dan prasarana yang
menunjang penyuluh dalam melaksanakan tugasnya. Demikian pula kepada
penyuluh pertanian yang tidak aktif diberikan sanksi (Punishment) sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
4. Bagi peneliti selanjutnya dengan topik yang relevan dengan penelitian ini
diharapkan dapat melakukan pengembangan terhadap penelitian ini.
97
eJournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2015: 89-98
Daftar Pustaka
Badan Pengembangan SDM Pertanian. 2003. Pengembangan Penyuluh Pertanian
Nasional. Departemen Pertanian. Jakarta.
Budiman, Arif. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia. Jakarta.
Gibson, Ivancevic dan Donnelly. 1990. Organisasi dan Manajemen : Perilaku,
Struktur, Proses. Terjemahan Djorban Wahid. Erlangga. Jakarta.
Gibson, Ivancevich, & James, Donnely. 1996. Organisasi Perilaku Struktur
Proses. Jilid Satu. Terjemahan : Nunuk Ardiani. Jakarta: Bina Aksara.
Manullang, M. 2012. Dasar-dasar Manajemen. Cetakan Keduapuluhdua. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan
Aplikasi. Alih Bahasa : Handyana Pujaatmaka. Edisi Kedelapan.
Prenhallindo. Jakarta.
Slamet, Margono. 2013. Menata Sistem Penyuluhan Pertanian Menuju Pertanian
Modern di Era Otonomi Daerah. Makalah Seminar Nasional. Institut
Pertanian Bogor. Diakses dari www.margonoipb.files.wordpress.com.
pada 10 Juni 2013.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan Kesatu.
Alfabeta. Bandung.
Terry, George R. dan Leslie W. Rue. 2012. Dasar-dasar Manajemen. Penerjemah
: G. A. Ticoalu. Cetakan Ketigabelas. Bumi Aksara. Jakarta.
98
PENGARUH SEMANGAT KERJA DAN KONFLIK KERJA
TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN
PADA PT. SURYA BRATASENA PLANTATION
PELALAWAN
Oleh :
Meicha Amelia Putri
Pembimbing : Nuryanti dan Ahmad Rifki
The Effect Spirit Of Work And Conflict Of Work To Effectiveness Work Employees
Part Of Production At PT. Surya Bratasena Plantation Kabupaten Pelalawan
ABSTRACT
The purpose this study was to determine how influence Spirit Of Work And
Conflict Of Work To Effectiveness Work Employees Part Of Production At PT.
Surya Bratasena Plantation Pelalawan. Its Population is all employees part of
production at PT. Surya Bratasena Plantation amounting to 175 people. While
method intake of sampel in this research [is] by using formula of slovin [is] so
that obtained [by] sampel counted 122 people. Data analysis use doubled linear
regression constructively program of SPSS. Pursuant to result of data analysis
known that Spirit of work and conflict of work have an effect on to effectiveness
work employees at PT. Surya Bratasena Plantation Pelalawan, Spirit of work
have an effect on to effectiveness work employees at PT. Surya Bratasena
Plantation Pelalawan, and Conflict of work have an effect on to effectiveness
work employees at PT. Surya Bratasena Plantation Pelalawan. As for given by
suggestion is writer pursuant to result of analysis taken is as follows: To
maximize effectiveness work employees at PT. Surya Bratasena Plantation
Pelalawan, company head shall give motivation and training so that employees
always work effectively and efficient so that this matter will improve effectiveness
work employees, To maximize the spirit of work employees at PT. Surya
Bratasena Plantation Pelalawan, expected to company head so that emphasizing
to all its subordinate to is to assisting each other or cooperate in working.
Keywords : Spirit, Coflict, Expenses Work and Effectiveness
PENDAHULUAN dasar dan unsur yang ikut
menentukan dalam melaksanakan
Semakin ketatnya persaingan di berbagai kegiatan perusahaan
bidang industri menuntut perusahaan tersebut. Keberhasilan perusahaan
harus mampu bertahan dan dalam mencapai tujuan tidak terlepas
berkompetisi. Begitu juga penting dari peran sumber daya manusia
untuk dilihat pemanfaatan sumber dalam hal ini karyawan perusahaan
daya manusianya, dimana manusia tersebut. Karyawan bukan semata
merupakan sebagai salah satu modal objek dalam pencapaian tujuan
Adjusted R
Pengaruh Konflik Kerja Terhadap
R R Square Square Efektivitas Kerja Karyawan di PT.
a
d
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja dan budaya
organisasi terhadap efektivitas kerja karyawan bagian produksi di PT. Aneka
Jasuma Plastik Surabaya Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif dengan model analisis regresi linier berganda. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian,
memberikan kuesioner kepada karyawan bagian produksi di PT. Aneka Jasuma
Plastik Surabaya. Dari hasil analisis dapat di simpulkan bahwa, terdapat
pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja dan budaya organisasi
terhadap efektivitas kerja karyawan bagian produksi di PT. Aneka Jasuma Plastik
Surabaya.
ABSTRACT
This study discusses studying the work environment and cultural organization of
the work of employees at PT. Aneka Jasuma Plastik Surabaya The assessment of
the research used is quantitative wiith a multiple linear regression analysis
model. Data collection techniques are carried out by observing directly on the
object of research, giving questionnaires to production department employees at
PT. Aneka Jasuma Plastik Surabaya From the results of the analysis it can be
concluded that, there is a significant influence between the work environment and
organizational culture on the work effectiveness of production department
employees at PT. Aneka Jasuma Plastik Surabaya.
264
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
PENDAHULUAN
Persaingan dunia usaha di era globalisasi saat ini semakin ketat. Banyak
perusahaan dari berbagai jenis bidang didirikan. Untuk mengimbangi persaingan
yang semakin sulit, setiap perusahaan harus mempunyai daya saing yang kuat
seperti dalam hal pemasaran, pelayanan, perbaikan mutu dan kualitas produk.
Perusahaan menuntut para karyawan bagian produksi untuk meningkatkan
efektivitas kerja untuk mencapai tujuan perusahaan. Bagi perusahaan manufaktur
sumber daya manusia memegang peranan penting dalam melaksanakan segala
kegiatan perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya tenaga kerja maka
kegiatan perusahaan tidak akan dapat berjalan meskipun perusahaan memiliki
sumber daya lainnya. Sumber daya manusia dapat bekerja dengan efektif apabila
didukung dengan adanya kondisi lingkungan kerja yang baik. Suatu kondisi
lingkungan kerja dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik apabila para
karyawan bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal, sehat, aman dan
nyaman.Untuk meningkatkan efektivitas kerja karyawan terdapat faktor-faktor
pendukung yang harus diperhatikan oleh pihak perusahaan yaitu faktor
lingkungan kerja dan budaya organisasi yang ada di perusahaan tersebut.
Dalam hal penelitian ini, peneliti mengambil objek penelitian pada PT.
Aneka Jasuma Plastik Surabaya yang merupakan salah satu perusahaan
manufaktur di kota Surabaya yang bergerak di bidang printing plastik yang
memproduksi plastik kemasan untuk snack, minyak, mie instan, saos, lid cup
minuman gelas, teh dan lain-lain. Dengan adanya pengaruh global berbasis pada
mekanisme pasar yang berdampak pada perkembangan dunia industri, maka
perusahaan harus memiliki keunggulan dalam bersaing. Untuk itu manajamen
perusahaan diharapkan dapat memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi efektivitas kerja para karyawan diantaranya adalah faktor
lingkungan kerja dan budaya organisasi yang ada di perusahaan tersebut guna
tercapainya tujuan perusahaan yang sudah direncanakan. Berdasarkan pengamatan
sementara yang dilakukan oleh peneliti di PT. Aneka Jasuma Plastik Surabaya ada
beberapa permasalahan di bagian produksi yang menarik untuk diteliti.
Peneliti melihat dan menemukan adanya kondisi lingkungan kerja yang
tidak nyaman. Hal tersebut terlihat dari lingkungan kerja yang bersuhu panas pada
saat mesin beroperasional, adanya bau yang ditimbulkan dari bahan-bahan yang
digunakan untuk memproduksi plastik seperti thinner ataupun cat printing, serta
kurang nya fasilitas kesehatan keselamatan kerja (K3) bagi karyawan di bagian
produksi saat bekerja. Selain lingkungan kerja, terdapat beberapa perturan-
peraturan perusahaan yang belum ditaati sepenuhnya oleh karyawan dibagian
produksi. Seperti halnya ada yang tidak memakai seragam sesuai ketentuan
265
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
LANDASAN TEORI
Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti (2011), lingkungan fisik yaitu semua keadaan yang
terdapat disekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Menurut Kasmir (2016), lingkungan kerja
merupakan suasana atau kondisi di sekitar lokasi tempat bekerja. Lingkungan
kerja dapat berupa ruangan, lay out, sarana dan prasarana, serta hubungan kerja
dengan sesama rekan kerja. Jika lingkungan kerja dapat membuat suasana nyaman
dan memberikan ketenangan maka akan membuat suasana kerja menjadi
kondusif, sehingga dapat meningkatkan hasil kerja seseorang menjadi lebih baik,
karena bekerja tanpa gangguan. Namun sebaliknya jika suasana atau kondisi
lingkungan kerja tidak memberikan kenyamanan atau ketenangan, maka akan
berakibat suasana kerja menjadi terganggu yang pada akhirnya akan
mempengaruhi dalam bekerja.
Indikator lingkungan kerja menurut Dessler (2004) dalam Pratiwi et al
(2014), yaitu :
1. Fasilitas dan peralatan kerja
2. Keamanan dan kebersihan lingkungan kerja
3. Pertukaran udara
4. Penerangan
5. Kebisingan
Budaya Organisasi
Menurut Sutrisno (2010), budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai
perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-
asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan
diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan
pemecahan masalah-masalah organisasinya.
266
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
Efektivitas Kerja
Menurut Saxena (1986:07) dalam Indrawijaya (2014), efektivitas suatu
ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah
dicapai. Makin besar target yang dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitas.
Menurut Siagian dalam Misnawati (2016), efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sasaran dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan
yang dijalankan. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran
berarti makin tinggi efektivitas kerja pada organisasi baik swasta maupun
pemerintah maka sasasarannya tertuju pada proses pelaksanaan dan tingkat
keberhasilan yang dilakukan oleh para karyawan itu sendiri.
Indikator untuk mengukur efektivitas kerja menurut Campbell dalam Putri
(2017) meliputi :
1. Kesiapsiagaan
2. Efisiensi
3. Absenteisme
4. Semangat kerja
5. Motivasi
6. Kepuasan
267
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif. Pengukuran variabelnya menggunakan skala Likert, dimana para
responden akan diberikan lima alternatif jawaban yang berbeda. Adapun sumber
datanya berasal dari obyek penelitian ini yaitu PT. Aneka Jasuma Plastik
Surabaya, dan data sekunder berupa jurnal penelitian terdahulu serta undang-
undang tentang persyaratan lingkungan kerja perkantoran dan industri.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan bagian
produksi di PT.Aneka Jasuma Plastik Surabaya sebanyak 74 orang. Dalam
menentukan ukuran sampel dari suatu populasi terdapat bermacam-macam cara,
pada penelitian ini untuk menentukan banyaknya sampel menggunakan rumus
Slovin dengan di dapatkan responden sebanyak 62 orang. Pada penelitian ini,
peneliti mengolah data menggunakan teknik computerizedengan
mengoperasionalkan komputer dengan program Microsoftexcel dan program
statistikSPSS (Statistical Product and Service Solution)versi 23.0.
268
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
Uji Reliabilitas
Adapun hasil uji reliabilitas masing-masing variabel dengan aplikasi SPSS
23 adalah sebagai berikut:
269
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
Cronbach
Variabel Keterangan
Alpha
Lingkungan
0,693 Reliabel
kerja (X1)
Budaya
organisasi 0,712 Reliabel
(X2)
Efektivitas 0,791 Reliabel
kerja (Y)
3. Nilai koefisien regresi variabel budaya organisasi (X2) bernilai positif yaitu
sebesar 0,160 artinya jika budaya organisasi meningkat sebesar satu satuan,
maka efektivitas kerja akan meningkat sebesar 0,160 satuan dan sebaliknya
jika budaya organisasi mengalami penurunan sebesar satu satuan, maka
efektivitas kerja akan turun sebesar 0,160 satuan dengan asumsi variabel
lingkungan kerja(X1) konstan.
Model Summaryb
Std. Error
Mod R Adjusted of the Durbin-
el R Square R Square Estimate Watson
a
1 ,776 ,603 ,589 ,24545 1,852
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi berganda
2
(R ) atau R Squareadalah sebesar 0,603 atau 60,3%, hal ini berarti bahwa
lingkungan kerja (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dapat
271
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 5,395 2 2,698 44,77 ,000b
9
Residual 3,554 59 ,060
Total 8,950 61
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Coefficientsa
Unstandar Standa
dized rdized
s cients Statistics
Std. Tole
Erro ranc
nsta
nt)
272
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Diolah
Pembahasan
1. Pengaruh Simultan
Hasil penelitian membuktikan lingkungan kerja (X1) dan budaya organisasi
(X2) secara simultan berpengaruh terhadap efektivitas kerja(Y) yang ditunjukkan
dengan berdasarkan hasil uji F yaitu nilai F sebesar (44,779) > F
(3,15) dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Berdasarkan uji t yaitu
diperoleh hasil t hitung variabel lingkungan kerja sebesar (6,094) dan variabel
budaya organisasi sebesar (2,149) lebih besar dibandingkan t tabel (2,001). Hal ini
berarti bahwa hipotesis pertama yang diajukan yaitu ”Diduga variabel lingkungan
kerja dan variabel budaya organisasi secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT. Aneka Jasuma Plastik
Surabaya” diterima.
Penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas kerja karyawan PT. Aneka
Jasuma Plastik Surabaya dapat dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan budaya
organisasi yang ada, untuk itu PT. Aneka Jasuma Plastik Surabaya harus terus
meningkatkan serta memperbaiki lingkungan kerja dan budaya organisasi yang
ada di perusahaan agar tujuan perusahaan yang telah direncanakan dapat tercapai.
2. Pengaruh Dominan
273
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan maka dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel lingkungan kerja dan budaya organisasi secara simultan dapat
berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan bagian produksi
di PT. Aneka Jasuma Plastik Surabaya.
2. Variabel lingkungan kerja lebih dominan pengaruhnya terhadap efektivitas
kerja karyawan bagian produksi di PT. Aneka Jasuma Plastik Surabaya. Hal
ini menunjukkan bahwa apabila kondisi lingkungan kerja kondusif, nyaman
dan aman dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan bagian produksi.
Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disarankan sebagai berikut :
1. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan bagian produksi di PT.
Aneka Jasuma Plastik Surabaya maka disarankan untuk melengkapi alat
perlengkapan kerja yang digunakan karyawan pada waktu mengoperasionalkan
mesin seperti masker, penutup rambut, dan sarung tangan supaya pekerjaan
berjalan dengan lancar dan efektif.
2. Disarankan kepada peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut tentang efektivitas
kerja karyawan maka dapat menambahkan variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi efektivitas kerja karyawan seperti variabel disiplin kerja,
274
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, H., Mochklas, M., & Maroah, S. 2017. Efektifitas Penerapan Metode
Feedback Tool For Operations (FTO) Dalam Penilaian Kinerja Untuk
Peningkatan Karir Karyawan Di Pt Hm Sampoerna Pasuruan Jawa Timur.
Jurnal Eksekutif, 14(2), 262-276.
Ghozali, I. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
275
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
Kasmir. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik). Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Matondang. 2008. Kepemimpinan; Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua. Bandung:
Alfabeta.
Murti, N. L., Rahardjo, K., & Riza, M. F. 2013. Pengaruh Motivasi dan Disiplin
Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan (Studi pada karyawan PT. PLN
(persero) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.6 No.2.
Prastyo, E., Hasiolan, L. B., & Warso, M. M. 2016. Pengaruh Motivasi,
Kepuasan, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Honorer
Dinas Bina Marga Pengairan dan ESDM Kabupaten Jepara. Journal Of
Management Vol.02 No.02.
Pratiwi, A., Nuryanti, & Daulay, I. N. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Riau Kepri
Capem Duri. Jom FEKON Vol.1 No.2.
Putri, M. A. (2017). Pengaruh Semangat Kerja dan Konflik Kerja Terhadap
Efektivitas Kerja Karyawan pada PT. Surya Bratasena Plantation
Pelalawan. Jom FEKON Vol.4 No.1.
276
Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 Desember 2018
277
JSIP 1 (1) (2012)
Nur Kholisa
Abstract
___________________________________________________________________
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6838
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: journal@unnes.ac.id
56
Nur Kholisa / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (1) (2012)
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data Apriani, Fajar. 2009. Pengaruh Kompetensi,
dan kesimpulan di atas, maka peneliti Motivasi dan Kepemimpinan Terhadap
mengajukan saran-saran sebagai berikut; Efektivitas Kerja. Jurnal Ilmu Administrasi
(1) Bagi karyawan PT. Safarijunie Textindo dan Organisasi Vol 16 No.1 (13-17).
Industry Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Bagi karyawan yang manajemen waktu dan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
efektivitas kerjanya kurang bagus diharapkan Rineka Cipta.
dapat diperbaiki lagi dengan lebih kedih Atkinson, Philip E. 1991. Manajemen Waktu yang
mendisiplinkan diri dalam setiap tugas, agar Efektif. Jakarta :Binarupa Aksara.
manajemen waktu yang sudah direncanakan Azwar, saifuddin. 2003. Penyusunan Skala
dapat terlaksana dan efektivitas kerja yang Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
baik dapat dicapai. Hendaknya dapat bekerja .2005. Metode Penelitian.
dengan lebih maksimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sedangkan bagi karyawan yang sudah Dharma. 1985. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta
memiliki manajemen waktu dan efektivitas : Rajawali.
kerja yang baik, sebisa mungkin Gibson, JL., Ivancevich, JM., Donnelly, JH.
dipertahankan karena hal itu dapat 1996. Organisasi. Jakarta : Binarupa
menguntungkan baik bagi perusahaan Aksara.
maupun diri sendiri. Gie,TL. 1990. Administrasi Perkantoran Modern.
(2) Bagi PT. Safarijunie Textindo Industry Yogyakarta : Yayasan Studi Ilmu dan
Bagi perusahaan hendaknya membantu Teknologi.
karyawan menetapkan jadwal-jadwal Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik. Yogyakarta:
kegiatan secara bijaksana. Dengan cara Andi.
memahami kepentingan-kepentingan Handoko, Tani. 2003. Manajemen. Yogyakarta :
karyawannya supaya mereka dapat bekerja BPFE UGM.
dengan maksimal dan mendapatkan hasil Hasibuan, Malayu S P. 2001. Manajemen Sumber
yang sesuai dengan target sehingga Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
efektivitas kerja tercapai. Irawaty & Kusumaputri E.S, 2008. Pengaruh
(3) Bagi peneliti selanjutnya Manajemen Diri terhadap Intensitas
Bagi peneliti yang berminat mengadakan Konflik Peran Ganda (Studi pada Wanita
penelitian lebih lanjut, sebaiknya peneliti yang Bekerja di Lembaga Pendidikan).
menyesuaikan instrumen penelitian yang Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan
akan digunakan dengan karakteristik subjek Organisasi vol 10 No.1 (14-33).
penelitian sehingga data yang diambil lebih Jones & Barlett. 2004. Manajemen Stress. Jakarta
akurat. Serta memilih metode yang tepat : Buku Kedokteran.
dalam melakukan analisis dalam penelitian. Jowwad, A. 2004. Manajemen diri panduan sukses
jika diperlukan sebaiknya skala dibacakan dalam organisasi. Bandung : Syaamil Cipta
dan diisikan oleh peneliti guna menghindari Media.
terjadinya pengisian yang asal serta Juriana. 2000. Kesesuaian antara konsep diri
kesalahan atau kekeliruan dalam pengisian nyata dan ideal dengan kemampuan
mengingat penelitian ini menggunakan skala manajemen diri pada mahasiswa pelaku
yang kurang familiar. Skala yang dibuat organisasi. Psikologika No.9 thn V (65-76).
hendaknya disesuaikan dengan variabel yang Komaruddin. 1996. Ensiklopedia Menajemen.
akan diukur supaya dapat mengungkap apa Bandung : Alumni Bandung.
yang sebenarnya terjadi di lapangan.
59
Nur Kholisa / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (1) (2012)
60
JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI DINAMIKA PENDIDIKAN
Vol. V, No. 1, Juni 2010
Hal. 20-32
Ade Rustiana1
Nela Harni Rosmawati2
Abstract: Office layout is a method to formulate spatial, tools, layout, and their physical
environment that aims to provide a means for teachers and internal communications are an
important means to unify the direction and the views and thoughts among teachers and
between teachers with the Head of School, so create cohesion in the work. This research aims:
1) to determine whether there is any spatial effect on the effectiveness of teachers 'work; 2) to
determine whether there is an internal communication influence the effectiveness of teachers'
work; 3) to know how big influence of spatial planning and internal communication on the
effectiveness of working collectively same. The population that became the subject of this
study was the teacher of SMK Negeri 9 Semarang all 44 people who made the research
sample because this study represents a population study. In this study, the independent
variables are spatial and internal communications, while the dependent variable is the
employment effectiveness of teachers. Data collection was performed using a questionnaire
technique, documentation and observation. Data analysis technique used is descriptive
analysis percentages, multiple regression analysis, simultaneous test, partial test, coefficient
of determination and classical assumption. Based on the results of regression analysis
obtained F value of 13.357 with a probability of 0.000 <0.05, which means that there is
significant influence between spatial planning and internal communication on the
effectiveness of teacher working SMK Negeri 9 Semarang. The amount of influence between
spatial planning and internal communication on the effectiveness of teacher working SMK
Negeri 9 for 39.5% of Semarang. Based on this research, the authors suggest that: in drafting
desk should be more loose and in placing the furniture and other equipment should be to take
advantage of the space available, so the staff room and classrooms and teachers more
impressed with a neat move freely when doing academic activities; head schools should pay
more attention to another teacher performance by giving instructions clearly did not even
hesitate to reprimand if proven negligent in completing the job, as an effort to improve the
quality of education, school principals should be willing to open ourselves to receive all
complaints, ideas, or ideas from teachers.
PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu organisasi sekolah dalam mewujudkan tercapainya tujuan secara
efisien tergantung kepada berbagai macam faktor, misalnya pengetahuan serta ketrampilan
yang dimiliki oleh para guru akan banyak membawa pengaruh dalam mencapai tujuan yang
1
Staf pengajar Jurusan Pendidikan Ekonomi FE UNNES
2
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi FE UNNES
Ade Rustiana dan Nela Harni Rosmawati 21
telah ditetapkan. Karena suatu organisasi pada dasarnya merupakan sistem hubungan yang
terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
(Muhammad, 2002:24). Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah
mencapai posisi yang sangat sentral dalam pendidikan manusia, Sekolah tidak lagi berfungsi
sebagai pelengkap pendidikan keluarga melainkan sekolah sebagai sumber inspirasi dalam
segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut dibuktikan bahwa pendidikan sekarang ini telah
berimbas pada pola pikir ekonomi dengan beragam pertimbangan terutama dari efektivitas dan
efisiensi telah menjadi semacam ideologi dalam pendidikan.
Sejalan dengan hal tersebut wajar bahwa manusia merupakan faktor kunci utama dalam
setiap organisasi lebih-lebih di sekolah bahwa guru merupakan salah satu penggerak segala
aktivitas yang ada dalam sekolah yang terkait dengan proses belajar mengajar pada siswa,
karena guru merupakan faktor penentu kearah tercapainya suatu tujuan pendidikan. Dari sisi
lain, guru sering diciptakan memiliki peran ganda yang dikenal sebagai educator, manager,
administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, dinamisator, evaluator dan fasilitator.
Di dalam kantor biasanya guru bekerja sebagai administrator yang melakukan administrasi
sekolah, seperti mengisi buku daftar nilai, buku rapor, administrasi kurikulum, administrasi
penilaian dan sebagainya. Bahkan secara administratif para guru memiliki rencana pengajaran,
program semester dan program tahunan serta yang paling sering dilakukan adalah
menyampaikan rapor atau laporan pendidikan kepada orang tua siswa. Walaupun terkadang
guru juga sering mengerjakan tugas administrasi tersebut tidak hanya di ruangan sekolah juga
biasanya dilakukan di rumah. Sedangkan peran sebagai educator, manager, supervisor,
leader, inovator, dinamisator, evaluator dan fasilitator,biasanya dilakukan guru didalam
proses belajar mengajar di dalam kelas (Suparlan, 2005:29)
Berangkat dari penjelasan diatas, jelas bahwa didalam bekerja baik di kantor maupun di
ruang kelas, hendaknya guru bekerja secara efektif yang ditunjang dengan lingkungan kerja
yang baik dan fasilitas yang mendukung. Sehingga tidak sering mengalami kejenuhan tetapi
sebaliknya justru ruangan kerja dapat memberikan suasana kegembiraan, kenyamanan dan
kondusip yang akhirnya dapat menciptakan efektivitas kerja yang tinggi. Suparlan (2005:88)
dalam bukunya Menjadi guru efektif menyatakan bahwa: ”Guru yang efektif adalah guru yang
menguasai kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang telah di tetapkan dan berhasil
meningkatkan hasil belajar siswanya. Karakteristik guru efektif dapat dilihat dari kinerjanya,
bukan hanya sekedar dari hasil belajar siswa, melainkan juga dari aspek proses
pembelajarannya yang optimal”.
Efektivitas merupakan suatu dasar pembentukan dan penyelenggaraan organisasi
sekolah. Oleh karena itu eksistensi dan pertumbuhan organisasi sekolah akan lebih terjamin
apabila sekolah tersebut dapat mencapai efektivitas kerja para personel yang ada didalamnya.
Dengan terciptanya efektivitas kerja, maka guru akan berusaha untuk mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaannya.
Sebaliknya ketidakefektifan dalam bekerja maka guru akan mudah putus asa bila mendapatkan
kesulitan dalam melaksanakan tugas, sehingga sulit untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Efektivitas itu sendiri paling baik dapat dimengerti jika dilihat dari sudut sejauh
mana organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usahanya
mengejar tujuan operasi dan tujuan operasionalnya (M.Steers, 1985:205)
Tata ruang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja,
dengan tata ruang kantor yang tertata dan tidak membosankan akan dapat membantu proses
pelaksanaan tugas dengan baik yang telah direncanakan oleh organisasi dalam aktivitas atau
kegiatan pencatatan, pengolahan, komunikasi. Adapun yang dimaksud tata ruang dalam hal ini
22 JPE DP, Juni 2010
adalah tata ruang guru dan ruang kelas yang merupakan tempat pelaksanaan proses belajar
mengajar maupun evaluasi. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai, diantaranya adalah menyediakan keterangan-keterangan yang
lengkap dan akurat, terciptanya suasana ruangan yang harmonis dan menyenangkan, mencapai
hasil pekerjaan secara efektif dan efisien, memberikan pelayanan kepada para pengguna
fasilitas sekolah yang optimal serta memberikan kenyamanan dan menciptakan iklim yang
kondusif dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan ruang kelas merupakan tempat interaksi antara guru, siswa dan materi
pelajaran (Ekosiswoyo, 1996:3). Untuk menciptakan ruang kelas yang nyaman dalam proses
belajar mengajar, perlu disusun kembali dalam penataan ruangan, penataan perabot, penataan
alat-alat dan perlu diperhatikan pula lingkungan fisik yang mempengaruhi keefektivitasan
kerja guru didalam melaksanakan tugas sekolah maupun kenyamanan siswa di dalam proses
belajar mengajar. Dengan tata ruang yang baik akan membantu mekanisme pekerjaan dapat
berjalan lancar, menciptakan ketentraman, ketenangan, dan kegairahan kerja yang menjadi
idaman setiap guru yang dapat diperoleh dengan menyusun tata ruang secara baik.
Selain tata ruang, faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja guru adalah
komunikasi. Sebagian ahli seperti menurut Nitisemito mengartikan komunikasi sekedar
sebagai proses pemberitahuan dari satu pihak ke pihak lain, yang dapat berupa rencana-
rencana, instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, saran-saran dan sebagainya. Oleh karena itu
komunikasi dalam hal memiliki makna yang luas dalam proses interaksi kerjasama untuk
pencapai tujuan organisasi, dengan adanya kerjasama yang baik antara kolega,teman sejawat,
pimpinan ataupun dengan siswa itu sendiri dapat menciptakan efektivitas kerja guru dalam
mencapai tujuan yang diharapkan
Lebih jelas bahwa komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi intern
yaitu komunikasi yang diaksanakan oleh guru di dalam lingkungan belajar (sekolah) yang
berhubungan dengan pembagian tugas dalam sekolah, maupun dalam melakukan koordinasi
sebagai sarana untuk dapat bekerjasama dengan personel lainnya di dalam sekolah. Guru akan
terbantu dengan baik dalam menjalankan tugasnya bila koordinasi intern di sekolah sering
berlangsung terutama dengan sekolah dan pihak yang terkait satu dengan pihak yang lainnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, secara formal maupun non formal. Komunikasi
merupakan kekuatan pengikat yang akan memajukan struktur dan stabilitas organisasi, dimana
komunikasi memungkinkan koordinasi antar organisasi, sehingga organisasi sekolah tersebut
dapat berjalan secara efektif (Abizar, 1988:251).
Efektivitas seseorang sebagai guru tidak memandang pekerjaannya, tetapi pada tingkat
tertentu ditentukan oleh kemampuannya untuk mengadakan komunikasi dengan kepala
sekolah maupun personel lainnya yang setingkat. Komunikasi yang efektif merupakan
tanggung jawab dari setiap orang dalam suatu organisasi (Moekijat, 1990:120)
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama melakukan penelitian di SMK
Negeri 9 Semarang, menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi tata ruang dalam sekolah
cukup mendukung, namun masih terdapat ketidakteraturan dalam hal penataan ruangan serta
pemanfaatan ruangan yang ada seperti terlihat tata ruang kantor guru kurang disusun secara
rapi dan agak berhimpit-himpitan serta letak perabot dan alat-alat yang ada dalam ruangan
kantor dalam sekolah yang salah sehingga menimbulkan kesan sempit pada ruangan yang
benar-benar mengurangi keefektifan kerja guru (sumber: pengamatan langsung)
Begitu juga dengan komunikasi internnya yang berlangsung masih kurang efektif.
Seperti terlihat kepala sekolah kadang-kadang saja memberi petunjuk kepada guru untuk
Ade Rustiana dan Nela Harni Rosmawati 23
melakukan tugas yang dibebankan kepadanya. Jika guru dalam menjalankan tugasnya masih
terjadi kekeliruan, kepala sekolah kadang-kadang saja memberi teguran. Selain itu sebagian
guru masih merasa sungkan untuk mengajukan pertanyaan kepada kepala sekolah jika
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Dengan adanya
posisi kantor kepala sekolah dan kantor guru yang terpisah sehingga menjadikan komunikasi
antara kepala sekolah kepada guru sangat sulit dilakukan, serta intensitas kedekatan antara
guru dengan kepala sekolah yang masih kurang sehingga mempengaruhi tingkat kesulitan
dalam menyampaikan informasi (sumber: berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru
setempat).
Sementara diaspek lain bahwa efektivitas kerja guru-guru SMKN 9 tergolong baik dari
kriteria umum, terbukti popularitas SMKN 9 baik dilihat dari prestasi akademik yang dicapai
maupun dari non akademik yaitu performance, motivasi siswa untuk menjadi siswa SMKN
tersebut cukup tinggi, dan prestasi-prestasi lain yang diraihnya. Hal itu semua tidak mungkin
dapat terwujud dengan baik apabila bukan dari kinerja komponen-komponen sekolah, salah
satunya guru.
Adapun Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh tata
ruang terhadap efektivitas kerja; adakah pengaruh komunikasi intern terhadap efektivitas
kerja; serta seberapa besar pengaruh tata ruang dan komunikasi intern terhadap efektivitas
kerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tata ruang terhadap
efektivitas kerja; untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh komunikasi intern terhadap
efektivitas kerja dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tata ruang dan komunikasi
intern terhadap efektivitas kerja dengan kegunaan diharapkan secara teoritis adalah
pembuktian secara analisis ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang perkantoran dengan
kegunaan praktis dapat berguna sebagai masukan bagi guru dan memberikan sumbangan
pemikiran dan perbaikan dalam penanganan masalah penataan ruang kantor ataupun ruang
kelas dalam sekolah dan pelaksanaan komunikasi intern di SMK Negeri 9.
Tata ruang kantor ataupun kelas di sekolah merupakan faktor yang sangat berperan
terhadap guru dalam menjalankan pekerjaannya secara efektif, yang didukung oleh
penyusunan perabot dan pengaturan tempat kerja untuk menjalankan segala aktivitas dalam
sekolah. Dengan tata ruang yang baik dan tepat maka pekerjaan akan berjalan secara harmonis
dan efektif. Jarak yang ditempuh oleh guru pada waktu mondar-mandir ataupun mengajar
dapat dipersingkat sehingga tidak membuang tenaga dan waktu dengan percuma. Selain itu
rasa nyaman dan senang bekerja akan timbul dalam diri guru. Semua itulah yang nantinya
akan mempengaruhi keefektifan guru dalam bekerja. Selain faktor penataan ruang peralatan
dan perabotan, faktor lingkungan fisik yang meliputi penataan cahaya, warna, udara dan suara
didalam ruangan juga merupakan bagian dari tata ruang yang penting.
Begitupula dalam hal pengembangan komunikasi antar personil yang sehat harus
senantiasa dikembangkan, komunikasi intern yang terbina dengan baik akan memberikan
kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan persoalan sekolah yang
menjadi tugas bersama. Komunikasi intern merupakan komunikasi antar personil harus
senantiasa dikembangkan, baik oleh kepala sekolah maupun oleh para guru. Kepala sekolah
mempunyai kewajiban untuk membina komunikasi intern dengan sebaik-baiknya agar para
guru mampu bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan dan kinerjanya (Sutomo,
2006:117).
Upaya membina komunikasi tidak sekedar untuk menciptakan kondisi yang menarik dan
hangat, tetapi akan mendapatkan makna yang mendalam dan berarti bagi pendidikan dalam
suatu sekolah. Dengan demikian setiap guru dapat bekerja dengan tenang dan menyenangkan
24 JPE DP, Juni 2010
serta terdorong untuk berprestasi lebih baik, dan mengerjakan tugas mendidiknya dengan
penuh kesadaran. Dalam bekerja bantuan sesama guru akan senantiasa diperlukan dalam
menyelesaikan pekerjaan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Banyak masalah
yang perlu didiskusikan bersama, misalnya masalah pengajaran, model mengajar yang baru,
pendekatan baru, teknik evaluasi dan lain-lain. Kesemuanya itu perlu adanya diskusi antar
teman untuk menyempurnakan langkah dalam mencapai tujuan sehingga efektif dan efisien
(Sutomo, 2006:118).
Efektivitas dari kegiatan-kegiatan sekolah tergantung pada kemampuan guru untuk
berkomunikasi serta mengemukakan informasi yang relevan. Guru harus mampu
melaksanakan kerja sama dengan guru lainnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah.
Guru juga harus mampu menyesuaikan diri pada lingkungan yang relevan berikut yang
mempengaruhinya, untuk dapat mewujudkan serta mempertahankan keadaan sekolah yang
sedang berjalan. Melalui komunikasi internal, para guru berbagi pesan diantara sesamanya.
Komunikasi internal ini digunakan untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas para guru,
sehingga diharapkan mampu menumbuhkan adanya kesamaan bahasa, pikiran dan tindakan
dalam mewujudkan kepentingan dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dengan tata ruang
yang baik dan komunikasi intern yang efektif dan positif, maka akan memperkuat keseluruhan
organisasi sekolah dalam menjalankan operasinya sehingga dapat meningkatkan efektivitas
kerja guru.Untuk memperjelas uraian tentang pengaruh tata ruang dan komunikasi intern
terhadap efektivitas kerja, maka digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Tata ruang 1 :
a. Penyusunan tata ruang
b. Penyusunan perabot
c. Penyusunan alat-alat
d. Lingkungan fisik
Cahaya, Warna, Udara, Suara
(Richard M Steers) Efektivitas kerja :
a. Kepuasan kerja.
b. Prestasi kerja.
c. Kemampuan
menyesuaikan diri
Komunikasi intern 2 : (Richard M Steers)
a. Komunikasi kebawah : pemberian
perintah, tugas, teguran dan petunjuk
penyelesaian kerja.
b. Komunikasi keatas : penyampaian ide,
saran, laporan, pertanyaan.
c. Komunikasi horisontal : kerjasama
dalam memecahkan masalah,
pemberian informasi.
(Arni Muhammad)
Berdasarkan teori yang peneliti kutip maka hipotesis yang diajukan adalah “ Adakah
pengaruh positif antara tata ruang dan komunikasi intern terhadap efektivitas kerja guru di
SMK Negeri 9 Semarang”.
Ade Rustiana dan Nela Harni Rosmawati 25
METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan data yang akurat maka dalam penelitian ini menggunakan teknik
populasi yaitu seluruh guru SMK Negeri 9 Semarang, dengan jumlah 44 guru. Adapun
variabel penelitiannya adalah variabel bebas (X) dalam penelitian ini terdiri dari: a) tata ruang
(X1) dengan indikator sebagai berikut: 1)Penyusunan tata ruang; 2) Penyusunan perabot;
3) Penyusunan alat-alat; 4) Lingkungan fisik yang meliputi : a) Cahaya; b) Warna; c) Udara;
d) Suara; b) komunikasi intern (X2) dengan indikator sebagai berikut: 1) Komunikasi ke
bawah meliputi: pemberian tugas, perintah, teguran dan petunjuk penyelesaian pekerjaan:
2) Komunikasi ke atas meliputi: penyampaian ide, saran, laporan dan pertanyaan; 3)
Komunikasi horisontal meliputi: kerja sama dalam memecahkan masalah, pemberian
informasi, sedangkan variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel bebas yaitu efektivitas kerja dengan indikator: a) kepuasan
kerja; b) Prestasi kerja; c) kemampuan menyesuaikan diri.
Metode Pengumpulan Data menggunakan metode angket atau kuesioner dan untuk
melengkapi data tambahan yang berupa dokumen atau yang berkenaan dengan idintitas
tentang responden penelitian menggunakan metode dokumentasi. Adapun teknik analisis data
yang digunakan adalah regresi linier berganda.
.75
.50
Expected Cum Prob
.25
0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00
Gambar 1
P-P Plot pengujian normalitas model regresi
26 JPE DP, Juni 2010
Terlihat dari grafik di atas, titik-titik mendekati garis diagonal yang berarti bahwa
model regresi berdistribusi normal. Uji Linieritas, hasil uji linieritas dengan menggunakan
program SPSS dapat dilihat pada lampiran dan terangkum pada tabel berikut.
Tabel 1
Hasil Uji Linieritas tata ruang dan komunikasi intern terhadap efektivitas kerja
Aspek F hitung Dk P value Kriteria
Tata ruang 1,032 26: 16 0,487 > 0,05 Linier
Komunikasi intern 0,760 10: 32 0,665 > 0,05 Linier
Sumber: data primer 2006
Terlihat dari tabel di atas, diperoleh nilai p value dari masing-masing pengujian
melebihi 0,05 yang berarti bahwa model regresi antara tata ruang terhadap efektivitas kerja
bersifat linier, demikian juga antara komunikasi intern terhadap efektivitas kerja bersifat linier.
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah antara variable bebas yaitu
antara tata ruang dan komunikasi inten memiliki hubungan yang sempurna atau tidak. Syarat
diterimanya model regresi ganda apabila antara variable bebas tidak mengandung korelasi
yang sempurna. Pengujian multikolinieritas dapat dilihat dari nilai variance inflance faktor
(VIF) berdasarkan hasil output SPSS. Apabila nilai VIF < 5 dan mendekati 1 dapat
disimpulkan bahwa asumsi adanya multikolinieritas ditolak. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh nilai VIF = 1,108 yang berarti bahwa model regresi tidak mengandung
multikolinieritas.
Uji Heterokedastisitas, hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scater plot
sebagai berikut:
Scatterplot
-1
-2
-3
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Terlihat dari tabel di atas, ternyata titik-titik tersebar tidak teratur dan berada di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu vertikal yang berarti bahwa model regresi tidak
mengandung heteroskedastisitas.
Analisis regresi meliputi uji parsial, uji simultan dan uji asumsi klasik. Berdasarkan
hasil analisis regresi diperoleh koefisien-koefisien regresi seperti tercantum pada tabel berikut.
Ade Rustiana dan Nela Harni Rosmawati 27
Tabel 2
Analisis Regresi
Model Koefisien t Sig. Partial
(Constant) 33.632 3.541 0.001
Tata ruang 0.253 0.293 2.290 0.027 0.337
Komunikasi intern 0.395 0.472 3.687 0.001 0.499
Sumber: data primer 2006
Terlihat pada tabel di atas, koefisien regresi untuk variabel tata ruang sebesar 0,253,
koefisien variabel komunikasi intern sebesar 0,395 dan diperoleh pula konstanta sebesar
33,632, sehingga model regresi yang diperoleh sebagai berikut:
Y = 33,362 + 0,253X1 + 0,395X2
Model tersebut menunjukkan bahwa:
1) Setiap terjadi kenaikan satu skor tata ruang akan diikuti kenaikan efektivitas kerja sebesar
0,253, apabila variabel komunikasi intern dianggap tetap.
2) Setiap terjadi kenaikan satu skor komunikasi intern akan diikuti kenaikan efektivitas kerja
sebesar 0,395, apabila variabel tata ruang dianggap tetap.
Uji Parsial Variabel Tata Ruang, Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji parsial
dengan bantuan program SPSS release 10 diperoleh koefisien regresi sebesar 0,253. Koefisien
regresi ini diuji kebermaknaannya menggunakan uji t diperoleh thitung 2,290 dengan nilai
signifikansi 0,027. Karena nilai signifikansi 0,027 < level of signifikan (0,05) dapat
disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial Ha yang
berbunyi ada pengaruh tata ruang terhadap efektivitas kerja guru diterima. Besarnya kontribusi
tata ruang terhadap efektivitas kerja sebesar (0,337)2 x 100% = 11,36%.
Uji Parsial Variabel Komunikasi Intern, Berdasarkan hasil pengujian dengan
menggunakan program SPSS diperoleh koefisien regresi sebesar 0,395. Koefisien korelasi
tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar 3,687 dengan nilai
signifikansi 0,001. Karena nilai signifikansi 0,001 < level of signifikan (0,05) dapat
disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial Ha yang
berbunyi ada pengaruh yang signifikan komunikasi intern terhadap efektivitas kerja guru
diterima. Besarnya kontribusi komunikasi intern terhadap efektivitas kerja sebesar (0,499) 2 x
100% = 24,90%
Pengujian Hipotesis secara Simultan (uji F), Pengujian hipotesis yang menyatakan ada
pengaruh secara simultan yang menyatakan ada pengaruh tata ruang dan komunikasi intern
terhadap efektivitas kerja guru dapat dilihat dari hasil uji F. Kriteria pengujiannya apabila nilai
p value < 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil uji simultan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 882.372 2 441.186 13.357 .000a
Residual 1354.198 41 33.029
Total 2236.570 43
a. Predictors: (Constant), Komunikasi intern, Tata ruang
b. Dependent Variable: Efektivitas kerja
28 JPE DP, Juni 2010
Hasil uji F diperoleh F hitung = 13,357 dan nilai p value = 0,000. Karena nilai
signifikansi < 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti Ha
yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan secara simultan tata ruang dan komunikasi intern
terhadap efektivitas kerja guru diterima.
Analisis Koefisien Determinasi, Nilai koefisien determinasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan nilai R2. Hasil analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0,395
yang menunjukkan bahwa tata ruang dan komunikasi intern memberikan kontribusi terhadap
efektivitas kerja guru sebesar 39,5%, selebihnya dari faktor lain di luar kedua variabel
tersebut.
Pengaruh Tata Ruang terhadap Efektivitas Kerja Guru Berdasarkan hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh tata ruang terhadap
efektivitas kerja guru di SMK Negeri 9 Semarang diterima, terbukti dari nilai p value=0,027 <
0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi sebesar 0,253 yang berarti
setiap terjadi kenaikan persepsi guru terhadap kualitas tata ruang sebesar satu satuan akan
diikuti kenaikan efektivitas kerjanya sebesar 0,253. Koefisien regresi yang positif tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas tata ruang yang ada di SMK Negeri 9 Semarang
akan diikuti perubahan efektivitas kerja yang semakin positif. Kontribusi tata ruang terhadap
efektivitas kerja sebesar 11,36%, yang berarti masih banyak faktor lain di samping tata ruang
yang mempengaruhi efektivitas kerja.
Tata ruang kantor guru ataupun ruang kelas di sekolah merupakan salah satu faktor
yang berperan terhadap guru dalam menjalankan pekerjaannya secara efektif, yang didukung
oleh penyusunan perabot dan pengaturan tempat kerja untuk menjalankan segala aktivitas
dalam sekolah. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa tata ruang secara
umum dalam kategori baik, terbukti dari 61,36% guru menyatakan bahwa tata ruang di SMK
negeri 9 Semarang tergolong baik bahkan 36,37% menyatakan sangat baik. Tata ruang yang
baik ini ditunjukkan dari penyusunan tata ruang, penyusunan perabot, penyusunan alat-alat
dan kondisi lingkungan fisik yang baik. Dengan tata ruang yang baik dan tepat memungkinkan
guru dapat melaksanakan pekerjaannya secara efektif. Selain itu rasa nyaman dan senang
bekerja akan timbul dalam diri guru. Hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie
(1991:188-189) yang menyatakan bahwa tujuan tata ruang meliputi: 1)segenap ruang baik di
kantor guru maupun di kelas dipergunakan secara efisien untuk keperluan pekerjaan;
2)kesehatan dan kepuasan bekerja guru dapat terpelihara; 3)pengawasan terhadap pekerjaan
guru dapat berlangsung secara memuaskan; 4)pihak luar yang mengunjungi sekolah yang
bersangkutan mendapat kesan yang baik tentang sekolah tersebut dan 5)susunan tempat kerja
dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah diubah sewaktu-waktu diperlukan
Pendapat lain dari Moekijat (2002:117-120) yang menyatakan bahwa dalam mengatur
kursi, pengaturan tembok-tembok dan penempatan ruang kantor semuanya dikoordinasikan
untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian dicapai keindahan dan efektivitas.
Kesenangan dan rasa puas guru dipengaruhi oleh tata ruang. Keadaan yang tidak berdesak-
desakan, kesenangan bagi fasilitas pelayanan guru dan tempat yang sesuai dengan sumber
cahaya merupakan beberapa dari kebutuhan-kebutuhan ini.
Pengaturan perabot yang disusun secara efisien pada letak yang tepat baik di ruang
kantor guru maupun di kelas, dengan meja-meja yang disusun menurut garis lurus dan
menghadap pada jurusan yang sama, perlengkapan lain ditempatkan dekat dengan guru yang
banyak menggunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas kerja guru. Hal ini sesuai dengan
pendapat The Liang Gie (1991:198) yang menyatakan bahwa meja-meja kerja hendaknya
Ade Rustiana dan Nela Harni Rosmawati 29
disusun menurut garis lurus dan menghadap kejurusan yang sama. Hal ini dimungkinkan agar
masing-masing guru tidak mudah terganggu oleh guru yang lain ketika menyelesaikan
pekerjaan di dalam ruangan.
Berkaitan dengan penyusunan alat-alat yang ada di ruang guru maupun di kelas menurut
persepsi guru sudah baik yaitu terlihat rapi dan ruangan yang ada tidak berkesan sempit yang
memberikan kesan lebih nyaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Moekijat (2002:129) yang
menyatakan bahwa alat-alat yang yang ada di kantor jangan hanya di pandang sebagai alat
fisik untuk membantu guru menyelesaikan pekerjaan mereka tetapi juga harus dipandang
sebagai alat pendorong rokhaniah karena alat-alat yang tepat membuat sikap yang positif dan
kerjasama serta membantu menempatkan guru dalam tampat yang tepat untuk bekerjasama
secara efisien.
Lingkungan fisik secara umum dalam kondisi yang baik, terbukti dari 54,55% guru
menyatakan bahwa kondisi lingkungan fisik dalam kategori sangat baik dan 43,18%
menyatakan baik. Penerangan lampu di ruang kantor maupun di ruang kelas menurut persepsi
sebagian besar guru sudah memadai untuk luas ukuran ruangan tempat karena penyinarannya
merata, terang dan tidak menyilaukan mata, sehingga mendukung dalam memberikan hasil
proses belajar mengajar yang lebih baik. Pemakaian warna dinding di ruang kantor guru
maupun di kelas sangat sesuai dengan komposisi warna yang baik dan tidak menyilaukan mata
sehingga meningkatkan semangat dan gairah kerja guru maupun dalam proses belajar
mengajar. Kelembaban udara di ruangan sangat nyaman karena tingkat kelembaban udara
sangat rendah dan suhu udara diruang bersih. Baik di kantor maupun di ruang kelas
dilengkapi dengan alat pengatur suhu udara seperti kipas angin sehingga membantu sirkulasi
udara. Letak sekolah yang agak jauh dari jalan raya sehingga jauh dari suara gaduh baik dari
dalam maupun dari luar ruang kerja baik di kantor maupun di ruang kelas. Sependapat dengan
Moekijat (2002:135) yang menyatakan bahwa perencanaan lingkungan fisik harus
dikoordinasikan secara seksama, tata ruang harus di hubungkan dengan penerangan dan
penggunaan mesin-mesin atau alat-alat dengan pengendalian suara. Sedangkan penerangan
tergantung kepada warna yang dipakai. Dengan adanya perencanaan dikondisikan guru dapat
bekerja secara menyenangkan, enak dan mengakibatkan kebiasaan-kebiasaan pekerjaan yang
baik.
Pengaruh Komunikasi Intern terhadap Efektivitas Kerja Guru, berdasarkan hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh komunikasi intern
terhadap efektivitas kerja guru di SMK Negeri 9 Semarang diterima, terbukti dari nilai p
value=0,001<0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi sebesar 0,395
yang berarti setiap terjadi kenaikan persepsi guru terhadap kualitas komunikasi intern akan
diikuti kenaikan efektivitas kerjanya sebesar 0,395. Koefisien regresi yang positif tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas komunikasi intern yang ada di SMK Negeri 9
Semarang akan diikuti perubahan efektivitas kerja yang semakin positif. Kontribusi
komunikasi intern terhadap efektivitas kerja sebesar 24,90%, yang berarti masih banyak faktor
lain di samping tata ruang yang mempengaruhi efektivitas kerja.
Dalam sekolah komunikasi intern mempunyai peranan sentral karena merupakan sarana
yang diperlukan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan guru ke tujuan dan
sasaran sekolah. Terkait dengan komunikasi ke bawah, kepala sekolah dapat mengambil
tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan komunikasi secara efektif dengan guru yaitu
dengan memberikan tugas mengajar maupun tugas akademik lainnya secara tertulis dan lisan
secara serempak. Hal itu sebagai upaya untuk mengetahui seberapa besar para guru mengerti
dan termotivasi untuk melaksanakan tugas yang dibebankan oleh kepala sekolah. Di samping
30 JPE DP, Juni 2010
itu rapat-rapat yang dilaksanakan untuk menilai hasil kegiatan belajar mengajar merupakan
upaya agar kerja guru tetap sesuai target. Sesuai dengan pendapat M. Steers (1985:177) yang
menyatakan bahwa sebagian besar komunikasi kebawah dalam organisasi dimaksudkan agar
memperlancar peningkatan prestasi tugas melalui penjelasan sasaran dan imbalan yang bisa di
terima untuk pelaksanaan yang memuaskan. Terkait dengan komunikasi ke bawah menurut
persepsi sebagian besar guru sudah dalam kategori baik, terbukti dari 47,73% guru
menyatakan adanya komunikasi ke bawah yang baik, meskipun masih ada 43,18% guru yang
menyatakan kurang baik. Dari data ini maka perlu perhatian yang lebih tentang komunikasi
antara kepala sekolah dengan guru. Keterbukaan antara kepala sekolah dan guru masih perlu
ditingkatkan lagi.
Komunikasi ke atas yang dilakukan oleh guru kepada kepala sekolah yang berupa ide,
saran, laporan dan pertanyaan berpengaruh terhadap efektivitas kerja guru. Hal ini sesuai
dengan pendapat M. Steers (1985:177) yang menyatakan bahwa besarnya jumlah fakta,
pendapat, saran, keluhan dan seterusnya yang disampaikan pada atasan dapat dengan mudah
meningkatkan efektivitas kerja sehingga mampu memecahkan setiap masalah secara cepat dan
tepat berdasarkan informasi yang tepat. Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 59,09%
guru menyatakan bahwa komunikasi ke atas tergolong baik dan 11,36% dalam kategori sangat
baik, namun masih ada 29,55% yang menyatakan kurang baik. secara umum hubungan yang
terjalin antara guru dan kepala sekolah sudah baik. Apabila mempunyai gagasan, ide atau
saran yang berhubungan dengan pekerjaan atau kemajuan sekolah, guru sering menyampaikan
kepada kepala sekolah. Apabila kepala sekolah menghendaki suatu laporan hasil belajar siswa,
guru sering dapat menyerahkan tepat waktu sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan. Walaupun ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan, guru
kadang-kadang saja mengajukan pertanyaan kepada kepala sekolah.
Komunikasi horisontal merupakan komunikasi yang terjadi diantara sesama guru
dengan tujuan untuk melaksanakan kerjasama dalam memecahkan masalah dan saling
memberikan informasi. Berdasarkan persepsi sebagian besar guru menunjukkan bahwa
komunikasi horisontal dalam kategori baik. Apabila di sekolah terjadi suatu masalah, guru
sering bekerjasama untuk meyelesaikan masalah tersebut. Sehubungan dengan adanya
perubahan kurikulum baru maupun informasi penting lainnya dari Depdiknas, guru
mensosialisasikan hal tersebut kepada rekan kerja lain sebagai pengembangan wawasan dari
semua komponen sekolah. Komunikasi yang baik tersebut secara langsung dapat berpengaruh
pada efektivitas kerja yang baik.
Menurut M. Steers (1985:180), jika orang ingin memanfaatkan sumber daya yang
tersedia secara efisien, diperlukan kerja sama yang selaras untuk mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan usaha dari berbagai bagian dan kelompok kerja. Keberhasilan organisasi
dalam mencapai tingkat integrasi dan diferensiasi yang tepat dalam suatu organisasi
tergantung pada efektivitas komunikasi horisontalnya. Selain itu untuk meningkatkan
efektivitas terhadap komunikasi horisontal diperlukan tingkat kepercayaan dan keterbukaan
antar pribadi yang lebih tinggi diantara sesama guru. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi
kecenderungan menyembunyikan informasi yang mungkin berguna bagi guru lain.
sudah tersusun secara tepat sehingga mendukung dalam proses penyelesaian pekerjaan guru
secara efektif. Hal ini menunjukkan bahwa tata ruang berpengaruh secara signifikan terhadap
efektivitas kerja guru SMK Negeri 9 Semarang sebesar 11,36%; 2) komunikasi intern di SMK
Negeri 9 Semarang sudah efektif. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi intern yang terjalin,
baik komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horisontal sudah efektif
sehingga memudahkan guru dalam melakukan koordinasi maupun dalam menyampaikan
informasi sehubungan dengan adanya kebijakan maupun informasi penting lainnya dalam
dunia pendidikan yang dapat meningkatkan efektivitas kerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa
komunikasi intern berpengaruh signifikan tdan komunikasi intern sangat mendukung
terciptanya efektivitas kerja guru, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Hal ini menunjukkan bahwa tata ruang dan komunikasi intern secara simultan berpengaruh
terhadap efektivitas kerja guru di SMK Negeri 9 Semarang sebesar 39,50%.
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut: 1) dalam menyusun
meja kerja, perabot dan alat-alat yang ada hendaknya lebih longgar dan memanfaatkan luas
ruangan yang ada, sehingga terkesan rapi dan guru lebih leluasa bergerak ketika melakukan
aktivitas akademik; 2) kepala sekolah hendaknya lebih memperhatikan lagi kinerja guru
dengan cara memberi petunjuk secara jelas bahkan tidak segan-segan menegur jika terbukti
lalai dalam menyelesaikan pekerjaan, serta kepala sekolah hendaknya mau membuka diri
untuk menerima segala keluhan, ide maupun gagasan dari guru.
DAFTAR REFERENSI
Niti Semito, Alex S. 1992. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia).
Jakarta:Ghalia Indonesia
Sutomo, dkk. 2004. Manajemen Sekolah. Semarang:UPT MKK Universitas Negeri Semarang
Abstract: The objective of research is to find out the implementation of labor division
in improving the effectiveness of employee performance in Human Resource Division
of PT. Pos Indonesia Surakarta in 2010/2011. This research employed a qualitative
approach, descriptive method, and single embedded research strategy. The sampling
techniques used were purposive sampling and snowball sampling. Techniques of
collecting data used were interview, observation, and documentation. The data
validation was done using data and method triangulation. Technique of analyzing data
used was an interactive model of analysis one. Considering the result of research, it
can be concluded The implementation of labor division in Human Resource Division of
PT. Pos Indonesia Surakarta in 2010/2011 includes a labor division implementation
time. The labor division is carried out when the work exists, both routine and incidental
works.
1. Pendahuluan
Organisasi didirikan sebagai alat fungsi, tugas-tugas, tanggung jawab,
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam wewenang, kondisi kerja, dan aspek-
pencapaian tujuan tersebut, perusahaan aspek pekerjaan tertentu lainnya.
berusaha untuk mengerahkan seluruh Dengan adanya pembagian
sumber daya yang dimilikinya. Secara kerja, karyawan dapat dilatih sesuai
umum sumber daya organisasi dibagi dengan bidangnya karena melalui
menjadi dua golongan, yakni sumber keahlian yang dimilikinya tersebut
daya manusia dan sumber daya non sehingga karyawan dapat memberi
manusia. sumbangan maksimal terhadap
Dari keseluruhan sumber daya pencapaian tujuan. Pembagian kerja juga
yang ada dalam suatu perusahaan, dapat membantu dalam penempatan
sumber daya manusialah yang paling karyawan dengan menggunakan prinsip
penting dan sangat menentukan dengan the right man in the right place yaitu
tidak mengabaikan fungsi dari sumber orang yang ditempatkan pada tempat
daya lainnya. Malayu SP. Hasibuan yang tepat berdasarkan pada latar
(2001:10) mengutarakan bahwa Manusia belakang pendidikan, pengalaman kerja,
selalu berperan aktif dan dominan dalam ketrampilan, jenis kelamin, dan lain
setiap kegiatan organisasi karena sebagainya sehingga akan memberikan
manusia menjadi perencana, pelaku, dan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran,
penentu terwujudnya tujuan organisasi. dan efektivitas kerja.
Dalam rangka usaha pencapaian Efektivitas organisasi terjadi jika
tujuan organisasi, setiap karyawan masing-masing karyawan melaksanakan
diberikan tugas yang harus dikerjakan pekerjaannya yang menjadi tanggung
dengan baik dan penentuan tugas bagi jawabya sendiri secara efektif.
masing-masing karyawan tersebut Namun demikian pada saat
dilakukan melalui proses pembagian peneliti mengadakan pra observasi di PT.
kerja. Pos Indonesia Surakarta peneliti
T. Hani Handoko (2000:47) mendapati suatu kendala dalam
Pembagian kerja adalah suatu pelaksanaan pembagian kerja. Kendala
pernyataan tertulis yang menguraikan yang ada di PT. Pos Indonesia Surakarta
1
antara lain terdapat karyawan yang Dengan menggunakan teknik-
menolak adanya pembagian tugas teknik tersebut peneliti berusaha
dikarenakan karyawan merasa sulit memperoleh data dari informan yang
dengan pekerjaan yang diberikan oleh dianggap mengerti permasalahan yang
pimpinan. Selain itu juga timbul diteliti, serta pemilihan informan dapat
pandangan territorial imperative pada berkembang sesuai dengan kebutuhan
karyawan yaitu suatu pandangan bahwa dalam pengumpulan data. Informan juga
pekerjaan yang sudah diemban menjadi dipilih sevariatif mungkin dan kemudian
daerah teritorialnya sendiri sehingga dapat dipilih lagi untuk memperluas dan
tidak dapat dimasuki oleh karyawan yang menambah informasi yang telah
lainnya. diperoleh sehingga dapat saling mengisi.
Sehubungan dengan hal tersebut Dalam penelitian kualitatif, data
di atas, maka pembagian kerja yang dikumpulkan diolah dan diuji
merupakan faktor yang mempengaruhi validitasnya melalui trianggulasi. Lexy J.
efektifitas kerja untuk itu perlu Moleong (2001:178) menjelaskan bahwa
perencanaan dengan baik yang “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
dituangkan dalam daftar perincian tugas. keabsahan data yang memanfaatkan
Dengan pembagian kerja yang tepat, sesuatu yang lain diluar data itu untuk
akan dihasilkan karyawan, yang keperluan pengecekan atau sebagai
mempunyai tanggung jawab yang tinggi pembanding terhadap data itu”.
karena mereka bisa mengambil Dalam penelitian ini, peneliti
keputusan sendiri sebatas wewenang menggunakan trianggulasi data dan
yang dimilikinya. metode. Trianggulasi data, berarti
2. Metodologi Penelitian menggunakan beberapa sumber data
Penelitian ini mengambil lokasi di untuk mengumpulkan data dengan
PT. Pos Indonesia Surakarta di bagian permasalahan yang sama. Dan juga
sumber daya manusia. Bentuk penelitian dengan menggunakan trianggulasi
ini adalah penelitian kualitatif yang metode, artinya bahwa dalam
dilakukan pada variabel mandiri yaitu mengumpulkan data, peneliti
tanpa membuat perbandingan ataupun menggunakan teknik atau metode yang
menghubungkan variabel yang lain. berbeda yang dilakukan dengan cara
Peneliti menggunakan strategi tunggal membandingkan antara hasil wawancara
terpancang. Pada penelitian terpancang, dengan data hasil pengamatan peneliti
peneliti telah memilih dan menentukan dan atau isi dokumen yang berkaitan.
variabel yang menjadi fokus utamanya Teknik analisis data dalam
untuk dikaji sebelum memasuki penelitian ini menggunakan model teknik
lapangan. Sesuai dengan pendekatan analisis interaktif, yang dimulai dari tahap
kualitatif dan jenis sumber data yang pengumpulan data, reduksi data,
digunakan dalam penelitian ini, maka penyajian data, dan penarikan
teknik pengumpulan data yang kesimpulan. Lexy J. Moleong (2001:103)
digunakan meliputi wawancara, Analisis data adalah proses
observasi, dan dokumentasi. Dalam mengorganisasikan dan mengurutkan
penelitian ini, sampel yang diambil tidak data ke dalam pola, kategori, dan satuan
mutlak jumlahnya artinya sampel yang uraian dasar sehingga dapat ditemukan
diambil disesuaikan dengan kebutuhan. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
Teknik pengambilan sampel yang seperti yang disarankan oleh data.
digunakan dalam penelitian ini adalah Dari rumusan di atas, dapat
purposive sampling yang tujuannya ditarik kesimpulan bahwa analisis data
adalah untuk merinci kekhususan yang bermaksud mengorganisasikan data
ada dalam ramuan konteks yang unik. yang diperoleh. Lexy J. Moleong
Selain menggunakan teknik purposive (2001:104) Pengorganisasian dan
sampling, peneliti juga menggunakan pengelolaan data tersebut bertujuan
teknik snowball sampling dengan menemukan tema dan hipotesis kerja
maksud memperoleh data dan informasi yang akhirnya diangkat menjadi teori
yang lengkap. substantif. Analisis penelitian kualitatif
2
biasanya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembagian kerja sudah
proses pengumpulan data yang dilaksanakan karena mengingat banyak
dilakukan di lapangan. Sedangkan model dan kompleksnya pekerjaan yang ada di
analisis yang peneliti gunakan adalah PT.Pos Indonesia Surakarta yaitu
model terjalin atau interaktif. mengurusi dari awal masuk karyawan
Kegiatan utama dalam analisis sampai dengan meninggal semua sudah
data adalah tahap pengumpulan data harus tersedia seluruh hak dan
yang kemudian menyatu dengan kewajiban para karyawan. Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Ketiga pembagian kerja ini harus dapat
alur kegiatan tersebut meliputi dilakukan secara tepat dalam rangka
(1) Reduksi Data (2) Sajian Data (3) meningkatkan efektivitas kerja karyawan
Penarikan Simpulan dan Verifikasi untuk mencapai tujuan dan
Untuk lebih menjelaskan antara mengusahakan tidak mendapati
pengumpulan data, penyajian data, dan komplain dari pelanggan dan karyawan.
penarikan kesimpulan dalam jalinan Adapun di dalam pelaksanaan
siklus analisis data dapat peneliti pembagian kerja di Bagian Sumber Daya
gambarkan pada bagan di bawah ini : Manusia meliputi hal-hal sebagi berikut :
a. Waktu Pelaksanaan Pembagian
3. Hasil dan Pembahasan Kerja
Data yang diperoleh di lapangan Di dalam suatu organisasi, pelaksanaan
perlu didefinisikan secara sistemmatis pembagian kerja pasti memerlukan
sehingga dapat dilakukan suatu analisis waktu yang tepat, dan setiap organisasi
secara cermat kemudian pada akhirnya pasti telah memiliki waktu tertentu untuk
dapat ditarik suatu kesimpulan dari hasil melaksanakan pembagian kerja kepada
pencatatan tersebut. masing-masing karyawan. Para pimpinan
Pelaksanaan pembagian kerja di PT. Pos di dalam setiap organisasi juga sudah
Indonesia Surakarta mempunyai tujuan menentukan waktu yang tepat dalam
agar pekerjaan-pekerjaan dapat memberikan tugas-tugas atau beban
terselenggara dengan lancar dan dapat kerja kepada masing-masing karyawan
diketahui dengan jelas karyawan mana yang menjadi bawahannya. Dengan
yang bertanggungjawab atas adanya perencanaan waktu yang tepat
terselesainya suatu pekerjaan. dalam organisasi untuk melaksanakan
Pembagian kerja juga memberikan pembagian kerja, maka akan terjadi
batasan yang jelas dalam pelaksanaan keteraturan dan kelancaran di dalam
tugas, wewenang, dan tanggung jawab pelaksanaan tugas dan pekerjaan
masing-masing karyawan, sehingga karyawan sehari-hari. B. Siswanto
dapat dihindari adanya tumpang tindih Sastrohadiwiryo (2003:127), pekerjaan
dalam pelaksanaan pekerjaan. adalah sekumpulan atau sekelompok
Dengan adanya pembagian kerja tugas dan tanggung jawab yang akan,
itu pula, maka karyawan dapat memiliki sedang, dan telah dikerjakan oleh tenaga
kesempatan untuk mempelajari kerja dalam kurun waktu tertentu. Waktu
ketrampilan dan keahlian pada pekerjaan pelaksanaan pembagian kerja di Bagian
tertentu yang telah menjadi wewenang Sumber Daya Manusia PT. Pos
dan tanggung jawab mereka. Karyawan Indonesia Surakarta tersebut dilakukan
dapat terfokus pada beberapa pekerjaan pada saat pekerjaan itu ada dan pada
saja yang telah menjadi tugas dan saat karyawan pertama kali masuk atau
tanggung jawabnya masing-masing menjalani mutasi. Pelaksanaan
sehingga hal tersebut dapat pembagian kerja selain dilakukan pada
memudahkan karyawan dalam saat karyawan pertama kali masuk di
melaksanakan pekerjaannya, sehingga Bagian Sumber Daya Manusia tersebut,
efektivitas kerja karyawan dapat tercapai juga dilaksanakan setiap saat pada
dan akhirnya tujuan organisasipun waktu pekerjaan itu ada, baik pekerjaan
tercapai. rutin yang dilakukan setiap harinya
Dari hasil wawancara dan observasi maupun pekerjaan insidental.
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
3
b. Hal-hal Yang Diperhatikan dalam antara kemampuan dengan pekerjaan
Melakukan Pembagian Kerja yang dikerjakan. Pekerjaan yang
diberikan kepada setiap karyawan sudah
Pelaksanaan pembagian kerja yang merupakan tanggung jawab karyawan itu
dilakukan di Bagian Sumber Daya sendiri sehingga karyawan lain tidak
Manusia PT. Pos Indonesia Surakarta, dapat mencampuri pekerjaan karyawan
memperhatikan hal-hal tersebut dalam satu dengan yang lain. Jika memang
pelaksanaan pembagian kerja adalah dibutuhkan bantuan maka karyawan lain
sebagai berikut : hanya mampu membantu pekerjaan
1) Penempatan karyawan yang tepat yang bersifat umum.
Dalam menjalankan penempatan para 4) Penciptaan Sistem Informasi
karyawan di PT Pos Indonesia Surakarta Manajemen
memperhatikan kemampuan seseorang PT. Pos Indonesia Surakarta dalam
tersebut apakah pantas untuk meningkatkan efektivitas kerja maka
melaksanakan pekerjaan tersebut. diciptakan sistem informasi manajemen
Dengan demikian efektivitas kerja dan sumber daya manusia untuk lebih cepat
produktivitas kerja dapat dicapai, yang dalam pengawasan kerja tiap karyawan
pada akhirnya tujuan yang telah serta untuk kejelasan identitas setiap
ditetapkan perusahaan sebelumnya juga karyawan yang bekerja di PT. Pos
dapat tercapai. Indonesia Surakarta. Karena dengan
2) Rincian aktivitas adanya SIM SDM dapat digunakan untuk
Dengan telah dimilikinya daftar rincian memonitor seluruh kerja para karyawan
aktivitas yang jelas dan alur kerja yang secara cepat dan tepat. Melalui SIM
harus dilakukan, maka di Bagian Sumber SDM dapat terdeteksi secara mendetail,
Daya Manusia PT. Pos Indonesia sehingga para karyawan tidak dapat
Surakarta dapat dihindarkan terjadinya memanipulasi atau dalam pekerjaannya
karyawan yang bekerja dengan tanpa dan juga dapat segera diketahui bila
arahan atau petunjuk, sehingga setiap terjadi suatu permasalahan sehingga
karyawan dapat menyelesaikan dengan cepat mendapat penanganan
pekerjaan dengan lancar untuk mencapai dari supervisor yang bersangkutan.
tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, Dengan demikian maka efektivitas kerja
struktur organisasi juga dibuat untuk karyawan dapat tercapai dan secara
dapat memahami dengan siapa otomatis tujuan organisasi dapat
karyawan tersebut bekerja serta terlaksana.
mempertanggungjawabkan hasil
pekerjaannya serta garis komando yang Selain memperhatikan hal-hal
telah disepakati. Dengan demikian maka dalam pembagian kerja, suatu organisasi
efektivitas dan efisiensi kerja dapat dalam setiap melaksanakan pekerjaan
terpenuhi. yang menjadi tanggungjawabnya agar
3) Beban Pekerjaan berjalan dengan tertib dan lancar sesuai
Pada PT. Pos Indonesia Surakarta ini dengan wewenangnya masing-masing,
beban kerja yang merata tidak berarti maka perlu adanya pedoman dasar yang
bahwa setiap karyawan yang ada harus dijadikan petunjuk suatu organisasi dan
tepat sama jumlah aktivitasnya atau karyawan dalam melaksanakan
jumlah tugasnya. Di Bagian Sumber pembagian kerja. Karena dengan adanya
Daya Manusia PT. Pos Indonesia pedoman pembagian kerja di dalam
Surakarta, supervisor selalu meninjau suatu organisasi, maka akan dapat
terhadap setiap karyawan, sehingga membantu ketepatan tugas dan
supervisor dapat mengetahui segala tanggungjawab yang diberikan kepada
peristiwa yang terjadi seperti mampu masing-masing karyawan serta
tidaknya karyawan dalam menjalankan membantu pula didalam efektivitas kerja
beban pekerjaan tersebut. karyawan.
Dalam pemberian beban kerja di PT. Pos Kendala-kendala Pelaksanaan
Indonesia Surakarta sudah pasti Pembagian Kerja dalam Meningkatkan
disesuaikan dengan kemampuan Efektivitas Kerja Karyawan
sehingga tidak terjadi hal yang mencolok
4
Adapun kendala-kendala yang terjadi penyelesaiannya. Jika seorang karyawan
dalam pelaksanaan pembagian kerja semua mempunyai pemikiran seperti itu
adalah sebagai berikut: maka tidak akan ada yang mau
a. Karyawan Menolak mengerjakan pekerjaan yang rumit dan
Pemberian Tugas Karena Merasa Sulit harus menggunakan pemikiran dalam
Dari hasil wawancara diketahui bahwa penyelesaiannya. Hal seperti itu sedikit
kendala yang dapat menghambat dalam demi sedikit akan membuat organisasi
pelaksanaan pembagian kerja di Bagian mengalami kemunduran secara teratur
Sumber Daya Manusi PT. Pos Indonesia karena tidak dapat berkembang. Untuk
Surakarta adalah adanya penolakan mengatasi hal itu maka PT. Pos
tugas oleh karyawan karena karyawan Indonesia Surakarta ini memberikan
merasa sulit dengan tugas, wewenang, diklat atau pelatihan terhadap karyawan,
serta tanggung jawab yang diberikan dan karena dengan adanya pelatihan ini
karyawan memilih untuk ditukar posisi sangat penting untuk dilaksanakan,
dengan pekerjaan yang lebih mudah. Hal karena dengan pelatihan tersebut dapat
ini dapat menjadikan pemborosan waktu meningkatkan kemampuan karyawan.
supervisor dan karyawan lain untuk Sehingga, jika dengan diklat ini setiap
menangani pergantian posisi tersebut, karyawan dapat meningkatkan
sehingga efektivitas kerjapun akan kemampuannya, maka efektivitas dan
terhambat. efisiensi kerja akan tercapai dan
b. Timbul Pandangan Territorial organisasi akan cepat berkembang
Imperative dengan adanya karyawan yang
Berdasarkan hasil wawancara kendala mempunyai kualitas tinggi.
yang menghambat dalam pelaksanaan b. Meningkatkan Kerjasama
pembagian kerja di Bagian Sumber Daya Ada kalanya pembagian kerja secara
Manusi PT. Pos Indonesia Surakarta melembaga menimbulkan persepsi
adalah adanya pandangan teritorrial bahwa sudah memadai apabila para
imperative oleh karyawan karena pelaku dalam satuan kerja tertentu
karyawan merasa tidak mengerti dengan berusaha untuk menyelesaikan tugas
tugas karyawan lainnya, sehingga fungsionalnya dengan baik. Dengan kata
karyawan yang sudah menyelesaikan lain, karyawan hanya menjalankan tugas
pekerjaannya dengan cepat dan tidak yang diberikan kepada dirinya dan jika
mempunyai pekerjaan lagi, tetap tidak pekerjaan sudah selesai tidak
mau membantu jika tidak diminta untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, meski
membantu oleh karyawan yang melihat ada karyawan yang masih
bersangkutan. mengerjakan tugas belum selesai.
Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Karyawan tidak mempunyai inisiatif untuk
Mengatasi Kendala- kendala membantu dengan dikerjakan secara
Pelaksanaan Pembagian Kerja dalam bersama. Hal itu bisa terjadi karena
Meningkatkan Efektivitas Kerja karyawan menganggap itu bukan
Karyawan tanggung jawabnya dan takut jika
Permasalahan yang ada pada PT. Pos melakukan kesalahan karena bukan
Indonesia Surakarta merupakan efek dari wilayah pekerjaannya. Upaya untuk
suatu aktivitas atau pekerjaan. Dengan mengatasi hambatan pelaksanaan
adanya hambatan pelaksanaan pembagian kerja dalam meningkatkan
pembagian kerja untuk meningkatkan efektivitas kerja karyawan adalah dengan
efektivitas kerja karyawan, maka upaya- cara meningkatkan kerja sama diantara
upaya yang dilakukan oleh PT. Pos para karyawan agar pekerjaan-pekerjaan
Indonesia Surakarta khususnya di dapat diselesaikan dengan efektif untuk
Bagian Sumber Daya Manusia adalah mencapai tujuan yang telah
sebagai berikut : direncanakan sebelumnya.
a. Dilaksanakan Pelatihan dan
Pengarahan Kerja 4. Simpulan
Seluruh karyawan cenderung memilih Berdasarkan hasil penelitian dapat
pekerjaan yang mudah agar cepat dalam disimpulkan bahwa (I) Pelaksanaan
5
pembagian kerja dalam meningkatkan pekerjaan segera dapat teratasi, tidak
efektivitas kerja karyawan di Bagian harus melapor ke Divre Semarang. (2)
Sumber Daya Manusia PT. Pos Bagi Karyawan sebaiknya mempelajari
Indonesia Surakarta sudah dilakukan pekerjaan baru dengan job description
dengan baik. Yang meliputi (a) Waktu yang telah diberikan kepada atasan,
Pelaksanaan Pembagian Kerja dilakukan Karyawan sebaiknya juga mempelajari IT
pada saat pekerjaan itu ada dan ketika yang di gunakan dalam PT. Pos
karyawan pertama kali masuk atau Indonesia sehingga pada saat menjalani
sedang menjalani mutasi. (b) Hal-Hal mutasi dan mendapatkan pekerjaan yang
Yang Diperhatikan Dalam Melakukan baru berhubungan dengan IT maka
Pembagian Kerja adalah : (1) dapat melaksanakannya demi
Penempatan karyawan yang tepat pada kelancaran penyelesaian pekerjaan dan
tempat yang tepat. (2) Rincian aktivitas Karyawan sebaiknya selalu
yang jelas akan dapat melancarkan alur meningkatkan kerja sama dengan
pekerjaan yang harus dikerjakan membudayakan saling membantu
karyawan satu dengan yang lainnya. (3) diantara para karyawan khususnya bagi
Beban kerja yang merata diantara para karyawan yang sudah selesai
karyawan. (4) Penciptaan Sistem menyelesaikan pekerjaan untuk
Informasi Manajemen yang dapat membantu karyawan yang pekerjaannya
mempermudah dalam pengawasan belum selesai sesuai dengan
seluruh karyawan yang bekerja. (II) kemampuan yang dimiliki. (3) Bagi
Kendala – kendala pelaksanaan Peneliti Lain dapat dijadikan sebagai
pembagian kerja dalam meningkatkan bahan acuan dalam melaksanakan
efektivitas kerja karyawan Bagian penelitian selanjutnya.
Sumber Daya Manusia PT. Pos
Indonesia Surakarta, adalah sebagi
berikut (a) Karyawan Menolak Pemberian
Tugas Karena Merasa Sulit. (b) Timbul
Pandangan Territorial Imperative. (III) 5. Daftar Pustaka
Upaya – upaya yang dilakukan untuk
mengatasi kendala – kendala Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen
pelaksanaan pembagian kerja dalam Personalia dan Sumber Daya Manusia.
meningkatkan efektivitas kerja karyawan Yogyakarta: BPFE
(a) Dilaksanakan Pelatihan dan
Pengarahan Kerja (b) Meningkatkan Hasibuan, Malayu S.P. 2003.
Kerja Sama. Manajemen sumber Daya
SARAN Manusia. Jakarta: Bumi
Adapun saran untuk mendapatkan hasil Aksara
yang lebih baik di waktu yang akan
datang ajukan adalah (1) Bagi Pimpinan Lexy, J. Moleong. 2001. Metodologi
sebaiknya memberikan wewenang Penelitian Kualitatif. Bandung:
kepada supervisor dalam pelaksanaan Remaka Rosdakarya
pembagian kerja terhadap karyawan
yang ada di bawahnya sehingga jika Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2003.
ternyata karyawan tidak sesuai dengan Manajemen Tenaga Kerja
kemampuan dalam mengerjakan Indonesia. Jakarta: Bumi
pekerjaan maka permasalahan dalam Aksara
6
PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA
KELURAHAN BAHU
Joseph Mundung
Daicy Lengkong
Femmy Tulusan
Abstract : Economic progress, organizations and government agencies are increasingly rapidly these
days makes human resources becomes a very important element for the progress of the organization
in terms of human resources such as, obedience work, the effectiveness and performance and
discipline will be of benefit to an organization in the government when the led by a leader in order to
achieve organizational goals. basically work discipline in the effectiveness of the organization has a
goal to steer the behavior of subordinates with a number of regulations that support the achievement
of objectives.
Formulation of the problem in this research are: leadership influence what is being implemented
by the employer in accordance with the perception of employees on the municipality's shoulder, how
the effectiveness of employees working on the municipality's shoulder, how much influence the
leadership of the effectiveness of employees on keluraha shoulder. netode research used in this
research use descriptive research method. descriptive method qualitative research aims to describe
and understand carefully the phenomena that will be made in research for hypothesis testing
purposes or to answer research questions and as a tool to control the variables that affect the
research. the results of this study include: communication, responsibility, coaching and motivation
can be concluded that concludes the influence of leadership to the staff of the shoulder, very
influential in the spirit and work effectiveness due to the influence of environmental leadership in the
ravine the shoulder can make the effectiveness of the work in the shoulder become more disciplined,
responsible for employment and more courteous in serving the community.
1
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan penelitian untuk keperluan pengujian hipotesis atau
kesungguhan serta waktu. Motivasi karyawan untuk untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai
bekerja, mengembangkan kemampuan di masa lalu alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh
dan pengembangan. Kinerja mengacu pada prestasi dalam penelitian.
karyawan yang diukur berdasarkan standar/kriteria
yang ditetapkan oleh organisasi. Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah pendekatan
Pada dasarnya disiplin kerja dalam efektivitas kualitatif.Pendekatan ini menghasilkan data yang
organisasi mempunyai tujuan untuk mengarahkan tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diamati
tingkah laku para bawahan dengan sejumlah (Suyanto, 2006:166). Dalam penelitian ini dalam
peraturan yang menunjang pencapaian tujuan memperoleh data dengan terjun langsung ke
perusahaan. Untuk menciptakan suasana agar lapangan. Pendekatan ini bertujuan agar peneliti
bawahan dapat berdisiplin tinggi,selain itu dapat mengamati orang-orang dalam situasi sehari-
perusahaan bukan hanya memberikan ancaman atau hari yang menjadi tujuan penelitian (Harison,
hukuman bagi yang melakukan tindakan indisipliner 2010:86).
tetapi juga memberikan balas jasa yang sesuai
dengan kerja keras dan pekerjaan yang telah 2. Informan Penelitian
karyawan berikan terhadap organisasi seperti tingkat
kesejahteraan yang cukup, rewards, tunjangan, Dengan metode Purposive Sampling maka dipilih
promosi dan lain-lain sebagai motivasi. informan yang dianggap memahami dan dapat
Sebagaimana hal diatas maka dapat dirumuskan memberikan informasi yang benar menyangkut
masalah sebagai berikut, Pengaruh kepemimpinan fokus dalam penelitian ini, yaitu : Semua individu
apa yang dilaksanakan oleh atasan menurut persepsi dan Unit-unit yang menjadi target peneliti.
pegawai pada kelurahan bahu ?, Bagaimana tingkat
efektivitas kerja pegawai pada kelurahan bahu ?, dan 3. Teknik Pengumpulan Data
Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap
efektivitas kerja ?. penelitian ini dilakuakn untuk Untuk keperluan tersebut, maka penulis
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dalam menggunakan jenis-jenis penelitian
kepemimpinan dengan pengaruhnnya terhadap
efektivitas kerja ?, Mengetahui pengaruh sebagai berikut:
kepemimpinan yang dilaksanakan atasan menurut
persepsi pegawai pada kelurahan bahu ?, 1.Penelitian Lapangan (Field research)
Mengetahui seberapa besar pengaruh dari pengaruh
kepemimpinan terhadap efektivitas kerja pada Penulis terjun langsung ke lapangan yang menjadi
kelurahan bahu ? objek penelitian dengan meneliti secara langsung di
tempat pelaksanaan kerja.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian 2. Observasi
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Penelitian yang dilakukan secara langsung oleh
ini menggunakan metode penelitian deskriptif. peneliti dengan cara melihat, mengamati objek
Penelitian metode deskriptif kualitatif bertujuan penelitian guna melengkapi data yang diperoleh
untuk mendeskripsikan dan memahami dengan sehingga dapat dipertanggungjawabkan
cermat fenomena yang akan dilakukan dalam kebenarannya.
2
3. Wawancara High Performance dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab mereka di kelurahan.
Penulis mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan - Komunikasi
terlebih dahulu secara tertulis maupun secara lisan Komunikasi adalah suatu proses dalam mana
mengenai masalah yang akan diteliti kepada seseorang atau beberapa orang ,kelompok,
pemimpin perusahaan. organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan
4. Kuesioner lingkungan dan orang lain.
- Tanggung Jawab
Data yang diperoleh dengan cara menjabarkan suatu Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia
daftar pertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya.
tentang objek yang diteliti pada responden. Data Sehingga bertanggungjawab menurut kamus umum
yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer bahasa indonesia adalah kewajiban menanggung,
yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis sehingga memikul, menanggung segala segala sesuatunya,
dapat ditarik kesimpulan. dan menanggung akibatnya. Jadi tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
4. Studi Kepustakaan akan kewajiban.
- Pembinaan
Studi kepustakaan (library research) yaitu, Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan
Mengumpulkan data dengan cara membaca, yang di lakukan secara efisien dan efektif untuk
mempelajari dan menganalisa buku-buku yang ada memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan biasa
hubungannya dengan masalah yang diteliti. di lakukan jika dalam suatu organisasi ada pegawai
atau kariawan yang kurang efektif dalam menjalakan
D. Pembahasan tugas dan tanggung jawab
-Motivasi
Pemimpin dalam hal ini Lurah sangat penting untuk
Motivasi menurut ahli organisasi seperti Robins and
berperan sebagai ”agent of change” dalam
Judge dalam bukunya perilaku organisasi adalah
membentuk kepiawaian dalam meningkatkan
proses yang menjelaskan arah, intensitas dan
”Kualitas Pribadi” masing-masing pegawai, melalui
ketekunan individu untuk mencapai tujuannya.
Personal “Quality Management to Development of
Pemimpin dalam hal ini Lurah sangat penting
Motivasi and Job Satisfaction” sehingga dapat
untuk berperan sebagai ”agent of change” dalam
mencapai High Performance. Lurah dalam
membentuk kepiawaian dalam meningkatkan
memimpin suatu kelurahan sangatlah besar tanggung
”Kualitas Pribadi” masing-masing pegawai, melalui
jawabnya karena jika lurah tidak dapat menjalankan
Personal “Quality Management to Development of
tugas dan tanggung jawabnya itu maka suatu
Motivasi and Job Satisfaction” sehingga dapat
kelurahan tidak akan dapat menjalakan tugas dan
mencapai High Performance. Lurah dalam
fungsinya, untuk itu lurah juga harus mempunyai
memimpin suatu kelurahan sangatlah besar tanggung
jiwa pemimpin agar dapat memimpin para pegawai
jawabnya karena jika lurah tidak dapat menjalankan
di kelurahan dan lurah juga harus membangun
tugas dan tanggung jawabnya itu maka suatu
hubungan yang baik dan harmonis dengan pegawai,
kelurahan tidak akan dapat menjalakan tugas dan
karena jika tidak ada hubungan baik dan harmonis
fungsinya, untuk itu lurah juga harus mempunyai
antara pegawai dan lurah selaku pimpinan di dalam
jiwa pemimpin agar dapat memimpin para pegawai
kelurahaan, maka pegawai tidak akan mencapai
di kelurahan dan lurah juga harus membangun
hubungan yang baik dan harmonis dengan pegawai,
3
karena jika tidak ada hubungan baik dan harmonis Selain itu dalam melaksanakan fungsi-fungsi
antara pegawai dan lurah selaku pimpinan di dalam kepemimpinan, maka akan berlangsung aktivitas
kelurahaan, maka pegawai tidak akan mencapai kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-
High Performance dalam menjalankan tugas dan pilah, akan terlihat gaya kepemimpinan dengan
tanggung jawab mereka di kelurahan. polanya masing-masing. Gayakepemimpinan
Banyak sekali pegawai yang sangat sulit memiliki tiga pola dasar, yaitu :
beradaptasi dengan pimpinannya, hal itu timbul 1) Gaya kepemimpinan yang berpola pada
karena sifat, cara kerja, atitude pemimpin itu tidak kepentingan pelaksanaan tugas.
baik atu tidak terlalu disukai pegawainya, oleh 2) Gaya kepemimpinan yang berpola pelaksanaan
karena itu maka tidak akan ada keharmonisan antara hubungan kerjasama.
pegawai dan pimpinan. 3) Gaya kepemimpinan yang berpola pada
Dalam hal ini lurah sabagai pimpinan harus kepentingan hasil yang dicapai.
peka melihat sifat, karakter, skill, dan kemampuan Dalam hubungannya dengan perilaku
pegawainya dalam membagi tugas dan tanggung pemimpin ini, ada dua hal yang biasanya dilakukan
jawab. ada beberapa faktor yang harus di penuhi oleh pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya,
pimpinan dalam memimpin pegawai dalam suatu yakni : perilaku mengarahkan dan perilaku
kelurahan. mendukung.
Faktor – faktor itu pemimpin harus mempunyai Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan sebagai
jiwa kepemimpinan, bertanggung jawab, peka sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri
terhadap bawahan ( pegawai ), teliti, pekerja keras, dalam komunikasi satu arah.
disiplin terhadap pekerjaan dan kepada pegawai. Bentuk pengarahan dalam komunikasi satu
Selain itu untuk mendapatkan hasil kerja yang arah ini antara lain, menetapkan peranan yang
baik dalam kinerja pegawai dan mempunyai korelasi seharusnya dilakukan pengikut, memberitahukan
antara pimpinan/lurah dan pegawai, maka pegawai tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan, dimana
juga harus memenuhi beberapa faktor. melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya
Faktor – faktor untuk memenuhi dan dapat dan melakukan pengawasan secara ketat kepada
menimbulkan hubungan kerja yang baik antara pengikutnya.
pegawai dan pimpinan sebagai berkut: Perilaku mendukung adalah sejauh mana
- Bertanggung jawab seorang pemimpin melibatkan diri dalam
- Rajin komunikasi dua arah, misalnya mendengar,
- Sopan menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan
- Berperilaku baik interaksi dan melibatkan para pengikutnya dalam
- Berwibawa pengambilan keputusan.
- Disiplin Gaya kepemimpinan yang terdapat dalam
- Menurut kepada atasan, tapi dalam hal ini setiap organisasi dipandang sebagai suatu proses
pegawai harus peka dan subjektif dalam melihat kunci bagi keberhasilan organisasi yang
perinta dan tugas yang di terima dari atasan. bersangkutan. Gaya kepemimpinan merupakan
Karena kebanyakan dalam pemerintahan perilaku pimpinan terhadap pengikutnya, atau cara
sampai ke kelurahan pegawai sering sekali menjadi yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi
korban dari pimpinan yang tidak bertanggung jawab para pengikutnya.
pegawai sering menjadi tameng/ perisai buat Dalam kepemimpinan lurah penulis melihat
pimpinan untuk melakukan Kolusi,Korupsi,dan bahwa lurah harus mempunyai banyak pengetahuan
Nepotisme. tetang kepemimpinan dan harus banyak mengetahui
teori teori tentang kepemimpinan, di bawah ini
4
penulis menguraikan tentang teori teori harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan
kepemimpinan. individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi
Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses yang berlangsung.
kelompok 6. Teori pertukaran
Mumfrrord (1906-1907) : “kepemimpinan adalah Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang
keunggulan seseorang atau bebrapa individu dalam anggota untuk menempati status yang cukup tinggi
kelompok, dalam mengontrol gejala-gejala sosial “. merupakan manfaat yang besar bagi dirinya.
Cooley (1902) : “pemimpin selalu merupakan inti Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya
dari tendensi dan di lain pihak, seluruk gerakan bila para anggota tidak lagi sepenuh hati
sosial bila diuji secara teliti akan terdiri atas berbagai melaksanakan segala kewajibannya.
tendensi yang mempunyai inti tersebut”. Sifat Dasar Kepemimpinan
Redl (1942) : “pemimpin adalah figur sentral yang Sebelum membahas lebih lanjut apa itu
mempersatukan kelompok” kepemimpinan dan bagaimana menjadi pemimpin
Brown (1936) : “pemimpin tidak dapat dipisahkan yang efektif, kita perlu tahu apa arti dari
dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai kepemimpinan itu sendiri.
suatu posisi Kepemimpinan telah menjadi topik yang
Teori Kepemimpinan sangat menarik dari para ahli sejarah dan
1. Teori orang-orang terkemuka filsafatsejak masa dahulu. Sejak saat itu para ahli
Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne telah menawarkan 350 definisi
menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan tentangkepemimpinan. Salah seorang ahli
sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter. menyimpulkan bahwa “Kepemimpinan merupakan
2. Teori lingkungan salah satu fenomena yang paling mudah di
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul observasi tetapi menjadi salah satu hal yang paling
oleh kemampuan dan keterampilan yang sulit dipahami” (Richard L. Daft,1999).
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial Mendefinisikan kepemimpinan merupakan
dalam keadaan tertekan, perubahan dan adaptasi. suatu masalah yang kompleks dan sulit, karena sifat
Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat
tidak terletak dalam darir individu melainkan kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini
merupakan fungsi dari suatu peristiwa. telah membawa banyak kemajuan sehingga
3. Teori personal situasional pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih
Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan sistematis dan objektif.
dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat Definisi Kepemimpinan
kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan
anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada konsep yang berdasarkan pengalaman. Arti kata-kata
kelompok. ketua atau raja yang dapat ditemukan dalam
4. Teori interaksi harapan beberapa bahasa hanyalah untuk menunjukan adanya
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi pembedaan anatara pemerintah dari anggota
kedudukan individu dalam kelompok maka masyarakat lainnya.
aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting
anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi. dalam manajerial, karena dengan kepemimpinan
5. Teori humanistik maka proses manajemen akan berjalan dengan baik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan dan pegawai akan bergairah dalam melakukan
merupakan proses yang saling berhubungan dimana tugasnya. Defenisi kepemimpinan secara luas
seseorang pemimpin harus memperhitungkan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
5
tujuan organisasi, memotivasi perilaku bawahan Demikian juga pemimpin dimanapun letaknya
dalam mencapai tujuan, mempengaruhi untuk akan selalu mempunyai beban untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya.
juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa- Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
peristiwa para bawahannya, mencapai sasaran, memberikan pengarahan kepada karyawan apalagi
memelihara hubungan kerjasama dan kerja pada saat-saat sekarang ini dimana semua serba
kelompok dan kerjasama orang-orang di luar terbuka, maka kepemimpinan yang dibutuhkan
kelompok. Menurut Robbins & Judge (2008 : 315) adalah pemimpin yang bisa memberdayakan dan
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah memotivasi karyawannya. Kepemimpinan yang bisa
kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju menumbuhkan motivasi kerja karyawan adalah
pencapaian sasaran. kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa
Selanjutnya Thoha (1995) mengatakan percaya diri para karyawan dalam menjalankan
kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi tugasnya masing-masing.
prilaku orang lain, atau seni mempengaruhi prilaku
manusia Banyaknya konsep defiisi kepemimpinan
baik perorangan maupun kelompok. Menurut Rivai yang berbeda hampir sebanyak jumlah orang yang
(2007): “Kepemimpinan adalah proses mengarahkan telah berusaha untuk mendefinisikannya. Untuk
dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada lebih mempermudah pemahaman kita, maka akan
hubungannya dengan pekerjaan para anggota diacuh satu definisi yang kiranya mampu menjadi
kelompok landasan untuk membahas konsep kepemimpinan itu
Sedangkan Boone dan kurtz (1994) dalam sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan
Suwatno dan Priansa (2011:140) kelompok yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan
tindakan memotivasi orang lain atau menyebabkan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya
orang lain melakukan tugas tertentu dengan tujuan (Joseph C. Rost.,1993).
untuk mencapai tujuan spesifik. Dengan demikian Unsur kunci dari definisi ini dirangkum pada
maka kepemimpinan pada dasarnya meliputi gambar dibawah ini. Kepemimpinan melibatkan
penggunaan pengaruh seseorang kepada orang lain hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di
yang didalamnya terdapat proses komunikasi dan antara orang-orang yang menginginkan perubahan
tujuan yang ingin dicapai. Sehingga dapat dikatakan signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan
bahwa kepemimpinan yang efektif adalah tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan
kepemimpinan yang berhubungan dengan tujuan- pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam
tujuan individu, kelompok dan organisasi. Literatur- hal ini berarti hubungan di antara pemimpin dan
literatur tentang kepemimpinan senantiasa pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi
memberikan penjelasan bagaimana menjadi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa
pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang sesuai paksaan.
dengan situasi kepemimpinan, dan syarat-syarat Dengan demikian kepemimpinan itu sendiri
pemimpin yang baik. Suatu organisasi akan berhasil merupakan proses yang saling mempengaruhi.
atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh Unsur-unsur pokok dalam kepemimpinan Pemimpin
kepemimpinan. Karenanya pemimpinlah yang mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya.
bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan suatu Orang-orang yang terlibat dalam hubungan
pekerjaan. Hal ini menunjukkan suatu kesimpulan tersebut menginginkan sebuah perubhan sehingga
yang medudukkan posisi pemimpin dalam suatu pemimpin diharapkan mampun menciptakan
organisasi pada posisi yang terpenting. perubahan yang signifikan dalam organisasi dan
6
bukan mempertahankan status quo. Selanjutnya, Banyaknya konsep definisi mengenai
perubahan tersebut bukan merupakan sesuatu yang kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak
diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan jumlah orang yang telah berusaha untuk
(purposes) yang diinginkan dan dimiliki bersama. mendefinisikannya. Sekali pun demikian terdapat
Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan, Apa yang Terdapat dalam Kepemimpinan Pemimpin
yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan Keinginan/Niat Tanggung jawab Tujuan bersama
sehingga tujuan ini menjadi motivasi utama visi dan Perubahan Pengikut Pengaruh banyak kesamaan di
misi organisasi. antara definisi-definisi tersebut yang memungkinkan
Pemimpin dalam suatu organisasi perlu adanya skema klasifikasi secara kasar.
memberikan motivasi yang dapat mendorong
kegairahan dalam bekerja para KESIMPULAN DAN SARAN
karyawannya/pegawai, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas kerja para pegawai di A. Kesimpulan
kelurahan Bahu. Disiplin kerja merupakan faktor Setelah melihat data - data, wawancara di atas
penting yang diperlukan oleh oragnisasi sebagai penulis menyimpulkan bahwa pengaruh
ketentuan dan konsekuensi seseorang dalam bekerja. kepemimpinan kepada pegawai di lingkungan bahu,
Dengan disiplin kerja yang baik, maka akan dapat sangat berpengaruh besar dalam semangat dan
meningkatkan kelancaran organisasi dan kelancaran efektifitas kerja karena pengaruh kepemimpinan
kinerja terhadap tugas dan tanggung jawab yang lurah di lingkungan bahu dapat membuat efektifitas
merupakan kewajiban bagi para pegawai. efektivitas kerja di lingkungan bahu menjadi lebih disiplin,
kerja pegawai juga dipengaruhi oleh kesesuaian bertanggung jawab dalam kerja dan lebih sopan
pengaruh kepemimpinan. dalam melayani masyarakat . Pegawai di lingkungan
Dalam pengaruh kepemimpinan yang bahu juga sangat bersemangat dan peuh percaya diri
diharapkan dapat menciptakan efektivitas kerja dalam menjalankan tugas dan Tanggung jawab kerja
pegawai/karyawan, organisasi perlu memahami Mereka masing – masing.
karakteristik dan potensi atau kemampuan dari setiap
B. Saran
individu didalam perusahaan tersebut.
Kiranya Lurah dapat mempertahankan gaya atau
Pemimpin mempengaruhi pengikutnya cara kepemimpinan dalam menjalankan tugas
untuk mencapai perubahan berupa hasil yang dantanggung jawab di lingkungan Bahu. Agar
diinginkan bersama. Kepemimpinan merupakan efektifitas pegawai tidak menurun, tetapi semakin
aktivitas orang-orang, yang terjadi di antara orang- bertambah.
orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk
orang-orang sehingga kepemimpinan melibatkan
pengikut (followers). DAFTAR PUSTAKA
Proses kepemimpinan juga melibatkan ,
keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara Chung, Kae H., Leon C. Megginson, Orgazational
pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang Behavior, Developing Managerial Skills, Harper &
diinginkan bersama. Row Publishers, New York, 1981
Dengan demikian, baik pemimpin atau pun pengikut .
mengambil tanggung jawab pribadi (personal Drucker, P.F. 1964, Managing For Results, Harper
responsibility) untuk mencapai tujuan bersama & Row, New York
tersebut.
7
Gibson, James L et al, (1996),____ Organisasi dan Siagian, Sondong. P. 2002. Kiat Meningkatkan
Manajemen: Perilaku, Struktur,Proses, Edisi Produktivitas Kerja. PT Rineka Cipta.Jakarta.
Keempat, Terjemahan, Erlangga, Jakarta. Suwatno dan Donni Juni Priansa. 2011. Manajemen
Hersey, P. & K. Blanchard. (1992).Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis.
Perilaku Organisasi(terjemahan oleh Agus Bandung: Alfabeta
Dharma).Erlangga. Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi. Gunung
Kartono Kartini,2006, Pemimpin dan Agung. Jakarta. 2002
Kepemimpinan, PT Raja Grafindo Persada, Kbbi.web.id Kamus Besar Bahasa Indonesia
Jakarta. Daring.
Marihot Tua Efendi Hariandja, 2002.__ Manajemen Thoha Miftah, 2004, Pemimpin dan Kepemimpinan
SDM. Jakarta. PT Grasindo. Dalam Management, Penerbit
Rivai, Veithzal. & Sagala, E.J. (2009). Manajemen Alumni, Bandung
Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Tangkisilan, Hesen Nogi S. 2007. Manajemen
Rajagrafindo Persada. Publik, PT. Grasindo, Jakarta.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Tampubolon, Biatna. D. 2007. Analisis Faktor Gaya
Manusia untuk Perusahaan; dari Teori ke Praktek. Kepemimpinan Dan Faktor Etos Kerja Terhadap
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Kinerja Pegawai Pada Organisasi 19-9001-2001.
Robbins, Stephen. 2008. Perilaku Organisasi. Jurnal Standardisasi. No 9. Hal: 106-115.
Jakarta : Salemba Empat Wasisitiono, Sadu, 2002. Pola Pendelegasian
Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Kewenangan dan Hubungan.
Jakarta: Salemba Empat Hal 22. Jakarta.
Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku organisasi. Winardi, 2000. Kepemimpin Dalam Management,
Edisi Bahasa Indonesia. PT Indeks Kelompok Rineka Cipta. Jakarta.
GRAMEDIA. Jakarta. Sumber Lain :
Robbins, Stephen. P. dan Mary Coulter. 2005. www.Google.com
Manajemen. PT INDEKS Kelompok Gramedia. http//.co.id. Kepemimpinan dan
Jakarta. Organisasi.com
Siagian, Sondang. 1983. Organisasi, Kepemimpinan Internet search & website kepustakaan
dan Perilaku Adminsitrasi, PT.Gunung Agung,
Jakatra
8
Peningkatan Efektivitas Kerja Melalui Komitmen,
Perubahan dan Budaya Organisasi
Resi Yudhaningsih
Politeknik Negeri Semarang
Abstract: The organization is a tool to achieve the goals that should be able
to give clarity to one's status within the organization, both in terms of bonding,
the position and role. One effort to improve the effectiveness of work is the
attention to commitment, and changing organizational culture.Organizational
commitment is a psychological bond for employees to the organization,
willingness to work hard and the desire to maintain membership. Enhancing
the ability of the organization requires organizational change with changes in
system variables, strategic objectives and control systems, interpersonal
relationships. In this environment there is an organization that is a culture of
organizational culture, norms and practices that apply daily. Organizational
commitment, organizational change, and organizational culture are the three
things that are needed on the effectiveness of the work.
PENDAHULUAN
Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak
ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme juga komitmen terhadap bidang yang
ditekuninya. Suatu komitmen organisasional menunjukkan suatu daya dari sesorang
dalam mengidentifikasikan keterlibatan dalam suatu organisasi. Oleh karena itu komitmen
organisasional akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja
terhadap organisasi. Terjadinya perubahan-perubahan dalam organisasi juga mempunyai
dampak pada terjadinya perubahan dalam tugas dan kewajiban pegawai. Para pegawai
diharapkan menjadi lebih kreatif mencari cara baru untuk memperbaiki efektivitas dan
efisiensi kerja di organisasi. Ketika organisasi mengurangi jumlah pegawai, organisasi itu
akan lebih tergantung pada pegawai yang tetap tinggal untuk melakukan hal-hal melebihi
apa yang ditugaskan kepada mereka.
Demikian halnya dengan sikap pada budaya organisasi yang juga dipandang
sebagai faktor yang memberi pengaruh terhadap peningkatan efektivitas organisasi.
Budaya organisasi memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang
ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan
di masa yang akan datang. Budaya organisasi dapat dibentuk oleh mereka yang terlibat
dengan organisasi dengan mengacu pada etika organisasi, peraturan kerja, dan struktur
organisasi. Bersama-sama dengan struktur organisasi, budaya organisasi membentuk
dan mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku pegawainya. Berkaitan dengan nilai
profesional yang dianut, maka pegawai seharusnya adaptif terhadap perubahan-
perubahan nilai budaya organisasi. Sikap terhadap budaya organisasi menjadi lebih
bermakna dalam mempercepat atau memperlambat kemampuan adaptif ini. Apabila
pegawai memiliki nilai individual yang bertentangan dengan budaya organisasi, hal ini
menunjukkan tingkat afeksi yang rendah, demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini harus
ada fakta yang jelas bagaimana sikap pegawai terhadap budaya organisasi yang berlaku.
EFEKTIVITAS KERJA
a. Pengertian Efektivitas Kerja
KOMITMEN ORGANISASI
a. Pengertian Komitmen Organisasi
Menurut Mahis dan Jackson (2000) dalam Sopiah (2008: 155) memberikan definisi,
“Organizational Commitment is the degree to which employees believe in and accept
organizational goals and desire to remain with the organization”. (Komitmen
organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan
organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi).
Menurut Mowday (1982) dalam Sopiah (2008: 155) Komitmen kerja sebagai istilah
lain dari komitmen organisasional. Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku
penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan
sebagai anggota organisasi. Komitmen organisasional merupakan identifikasi dan
keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasional
adalah keinginan anggota organisasi untuk mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Lincoln (1994) dalam Sopiah, (2008: 155), komitmen organisasional
mencakup kebanggaan anggota, kesetiaan anggota, dan kemauan anggota pada
organisasi. Blau dan Boal (1995) dalam Sopiah, (2008: 155) komitmen organisasional
didefinisikan sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari
karyawan terhadap organisasi.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi
adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya:
1. Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari
organisasi,
2. Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna
kepentingan organisasi,
3. Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.
PERUBAHAN ORGANISASI
a. Pengertian Perubahan Organisasi
Dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Hammer dan Champy (1994) dalam
Mustofa (2001) menuliskan bahwa ekonomi global berdampak terhadap 3 C, yaitu
customer, competition, dan change. Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak,
dan perubahan menjadi konstan. Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun
walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi, karena hakikatnya
memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan
dampak dari perubahan tersebut mengarah pada titik positif.
Menurur Robbins, (1996) dalam Juniarti (2005: 16) bahwa perubahan adalah
membuat sesuatu menjadi lain. Adapun perubahan terencana merupakan kegiatan
perubahan yang disengaja dan berorientasi tujuan. Tujuan dari perubahan terencana: (1)
perubahan itu mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan dalam lingkungan (2) perubahan itu mengupayakan perubahan
perilaku karyawan.
b. Fokus Perubahan
Bennis (1969) dalam Juniarti (2005: 16), pengembangan organisasi hampir selalu
berfokus pada nilai (values), sikap, kepemimpinan, iklim organisasi dan variabel manusia.
Golembiewski (1993), Srinivas (1994) dalam Juniarti (2005: 16), mengemukakan bahwa
pengembangan organisasi mengkonsentrasikan pada perasaan (feelings) dan emosi
(emotions), ide dan konsep, menempatkan pentingnya pertimbangan pada keterlibatan
individual dan partisipasi.
BUDAYA ORGANISASI
a. Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Hofstede (1980) dalam Chairuman (2002: 2) menurunkan konsep budaya
dari program mental yang dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu:
Menurut Robin (1994) dalam Sopiah, (2008: 128) member pengertian budaya
organisasi antara lain:
1. Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi;
2. Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan;
3. Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu;
4. Asumsi dan kepercayaan yang terdapat pada anggota organisasi.
Budaya organisasi menurut Kempton (1995) dalam Sopiah (2008: 128) terbentuk,
dikembangkan, diperkuat, atau bahkan diubah, memerlukan praktik yang dapat
membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai budaya organisasi. Praktik
tersebut dilakukan melalui induksi atau sosialisasi, yaitu melalui proses transformasi
budaya organisasi. Menurut Luthans (1995) dalam Sopiah (2008: 128) terdapat beberapa
langkah sosialisasi yang dapat membantu mempertahankan budaya organisasi adalah
melalui seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penilaian
kinerja dan pemberian penghargaan. Hal ini akan memperkuat budaya organisasi dan
memastikan pegawai akan bekerja sesuai dengan budaya organisasi menurut Peters
(1997) dalam Sopiah (2008: 128) Sosialisasi yang efektif menghasilkan kepuasan kerja,
komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan serta
kemungkinan keluar dari pekerjaan.
PENUTUP
Komitmen organisasi terhadap efektivitas kerja memiliki implikasi bahwa suatu
kekuatan relatif setiap pegawai memiliki kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian
tugas-tugas. Perubahan organisasi berperan terhadap efektivitas kerja berarti bahwa
setiap peningkatan perubahan organisasi satu satuan akan berpengaruh terhadap
peningkatan efektivitas kerja.
Tidak semua pegawai dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan organisasi
maka setiap perubahan organisasi selalu menghadapi berbagai masalah, terutama
adalah penolakan atas perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan
tidak selalu muncul dalam bentuk standar (eksplisit) dan segera misalnya mengajukan
protes, mengancam mogok, demontrasi dan sejenisnya tetapi juga ada penolakan secara
eksplisit dan lambat laun seperti loyalitas pada organisasi menurun, motivasi berkurang,
kesaahan kerja meningkat, kedisipilnan berkurang dan lain-lain. Kultur atau kebiasaan
memiliki implikasi terhadap kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian pekerjaan.
Budaya organisasi yang sehat berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Armia Chairumam, 2002, Pengaruh Budaya Terhadap Efektivitas Organisasi: Dimensi Budaya
Hofstede
Eflina Purba dan Seniati Linche, 2004, Pengaruh Kepribadian dan komitmen organisasi terhadap
Organizational Citizenzhip Behavior.
Gary Dessler, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia.Penerbit: PT Indeks.
Handoko, Hani, 2003, Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Kinicki, Angelo dan Robert Kreitner, 2000,Organizational Behavior edisi Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat.
Mustofa Hasan, 2001, Manajemen Perubahan: Modul Pembelajaran.
Juniarti Indira, Ashari Bunyaanudin, 2006, Pengaruh Komitmen Organisasi dan Keterlibatan Kerja
Islam Dengan Sikap terhadap Perubahan Organisasi.
Dosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Garut
aceng.u@fisip.uniga.ac.id
Abstrak
Tema sentral masalah penelitian ini tercermin dalam perumusan sebagai berikut:
budaya kerja di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Garut belum sepenuhnya
didukung faktor-faktor yang mempengaruhi Budaya, sehingga berpengaruh
terhadap efektivitas kerja pegawai.
Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode survai deskriptif,
sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 58 orang dengan menggunakan
rumus slovin (dalam Bungin. 2010:115)
1 Pendahuluan
Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting bagi setiap organisasi, sebab tanpa
sumber daya manusia tujuan dan sasaran organisasi tidak akan tercapai sesuai yang
direncanakan. Oleh karena itu pada suatu organisasi peranan sumber daya manusia sangat
penting dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan organisasi adalah budaya kerja yang baik.
Seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.53 tahun 2010
tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil pada bab II (pasal 3 dan 4). Dalam PP tersebut jelas
tercantum kejawiban dan larangan pegawai terutama pegawai negeri sipil (PNS). Hal ini
berkaitan dengan budaya kerja pada suatu organisasi yang tergantung pada sumbar daya
manusianya (SDM).
Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
merubahnya, maka itu perlu adanya pembenahan-pembenahan yang dimulai dari sikap dan
tingkah laku pemimpinnya kemudian diikuti para bawahannya, terbentuknya budaya kerja
diawali tingkat kesadaran pemimpin atau pejabat yang ditunjuk dimana besarnya hubungan
antara pemimpin dengan bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang
dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau organisasi. Maka dalam hal ini budaya kerja
terbentuk dalam satuan kerja atau organisasi itu berdiri, artinya pembentukan budaya kerja
terjadi ketika lingkungan kerja atau organisasi belajar dalam menghadapi permasalahan, baik
yang menyangkut masalah organisasi.
Berdasarkan penelitian penulis, dapat dikemukakan bahwa budaya kerja di kantor Dinas
Kesehaan Kabupaten Garut masih belum dapat merubah perilaku pegawai, sehingga kinerja
pegawai masih belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari penerapan budaya kerja di kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut yang belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan permasalahan-
permasalahan yang ditemukan di lapangan sebagai berikut :
1. Masih banyak pegawai (60%) yang tidak disiplin waktu, dapat dilihat dari kebanyakan
pegawai yang telat masuk setelah jam istirahat habis. Hal ini dibuktikan dengan
presentasi absen kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
2. Ada bebera papegawai (10%) yang memanfaatkan jam kerja untuk berjualan makanan
dan pakaian di lingkungan kantor, hal ini sangat menyalahi aturan kepegawaian karena
menghalangi dan menghambat tugas sebagai pegawai.
3. Masih banyak pegawai (40%) yang tidak memanfaatkan waktu kerja dengan efektivitas
yang seharusnya, akan tetapi mengisi jam kerja dengan bersantai dan seolah tidak ada
pekerjaan yang berarti.
4. Masalah manajemen waktu dan disiplin kerja yang tidak sesuai seperti : jam kerja,
mereka masuk kerja setelah jam 09.00 WIB dan pulang sebelum jam 16.00 WIB, belum
lagi di antara waktu tersebut dijumpai beberapa pegawai yang berkeliaran diluar kantor
hanya sekedar berbelanja keperluan pribadi.
Persoalan efektivitas sebenarnya tidak terbatas pada keadaan yang bersifat konstitusional saja
melainkan terdapat pada seluruh aspek kehidupan manusia dengan berbagai atributnya.
Berdasarkan fenomena diatas diduga salah satu faktor yang dapat menghambat efektivitas kerja
pegawai adalah budaya kerja Dines Kesehatan Kabupaten Garut yang belum optimal . budaya
kerja sangat penting untuk di implementasikan dalam kegiatan organisasi atau instansi, karena
dalam setiap organisasi atau instansi dibutuhkan budaya kerja guna mencapai efektivitas kerja
pegawai.
2. Kajian Teori
Miller (dalam Sutrisno, 2011:4) mengemukakan bahwa jika nilai-nilai yang positif dalam setiap
organisasi dikelola dengan baik, maka dapat menjadi budaya kerja yang baik yang dapat
merubah perilaku anggota organisasi kearah yang baik pula. Salah satu perubahan tersebut
adalah dapat menjadi organisasi yang positif, dan akan mengakibatkan efektivitas kerja.
Menurut Steers (dalam Sutrisno 2010: 133), “Pada umumnya efektivitas hanya dikaitkan dengan
tujuan organisasi, yaitu laba yang cenderung mengabaikan aspek terpenting dan keseluruhan
22
prosesnya, yaitu sumber daya manusia. Dalam peneltian mengenai efektivitas organisasi SDM
(sumber daya manusia) dan perilaku manusia seharusnya selalu muncul menjadi fokus primer,
dan usaha – usaha untuk meningkatkan efektivitas seharusnya selalu dimulai dengan meneliti
perilaku manusia di tempat kerja”.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode survey deskriptif dengan teknik
pengumpulan data melalui penelitian ke lapangan yang meliputi observasi, wawancara dan
angket. Sedangkan dalam alat ukur penelitian, penulis menggunakan berupa koesioner yang
sudah disusun secara terstruktur yang memuat sejumlah item pertanyaan yang bersifat tertutup
berikut alternatif jawaban yang telah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pengukuran kuisioner dalam penelitian
menggunakan model Skala Likert.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
yang berjumlah 137 orang kemudian diambil sampel menjadi 58 orang . Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Stratified random sampling. Teknik sampling
Stratified random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi secara
acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya
hiterogen (tidak sejenis). (Riduwan, 2006:19).Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel
menggunakan rumus Slovin (dalam Bungin, 2010 : 115)
Agar hasil perhitungan koefesiensi korelasi rank spearman dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan, maka dilakukan pengujian signifikansi = 0,05 dengan menggunakan derajat
kebebasan (d f ) n 2
Pada umunya budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM
(sumber daya manusia) yang ada agar dapat meningkatkan evektivitas kerja untuk menghadapi
berbagai tantangan di masa yang akan datang. Hal ini sudah cukup baik namun masih banyak
kekurangan dan hambatan yang menimpa yang merupakan suatu hal yang harus diperbaiki.
Misalnya kurang disiplinnya pegawai dalam menjalankan pekerjaan, kerja sama antar pegawai
yang masih harus ditingatkan, dan peningkatan hasil kerja yang masih kurang sehingga
mengakibatkan kurang maksimalnya pencapaian efektivitas kerja pegawai dalam mencapai
tujuan organisasi.
Untuk mengetahui kondisi Variabel budaya kerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, maka
dilakukan pengukuran dengan menggunakan angket yang terdiri dari 18 pertanyaan yang
masing-masing disertai 5 kemungkinan jawaban yang harus dipilih dan yang dianggap sesuai
dengan menurut responden. Hal ini sesuai dengan teori Ndraha, (2007: 138) bahwa Budaya
Kerja adalah sikap pegawai terhadap pekerjaan dan perilaku pegawai pada waktu bekerja.
Secara ringkas budaya kerja merpakan strategi pencapaian efektivitas kerja pegawai dalam
organisasi.
23
Seringkali dikemukakan bahwa batu ujian yang sebenarnya untuk manajemen yang baik ialah
kemampuan mengorganisasi dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam tugas untuk
mencapai dan memelihara suatu tingkat operasi yang efektif.
Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas organisasi,
maka tidaklah mengherankan jika terdapat sedemikian banyak pertentangan pendapat
sehubungan dengan cara-cara meningkatkan efektivitas ini dalam suatu organisasi yang sedang
berjalan.
Untuk mengukur tingkat efektivitas kerja pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, maka
penulis menggunakan angket sebagai alat ukur penelitian yang terdiri dari 12 pernyataan yang
masing-masing disertai 5 jawaban yang harus dipilih dan dianggap sesuai dengan responden.
Hal ini dilakukan sesuai dengan teori Rosjidi (dalam Iskandar, 2010:330) menjelaskan bahwa
efektivitas dalam suatu organisasi pemerintah pertama-tama harus dilihat dari sesuai atau
tidaknya dengan peraturan yang ada, dan keduanya sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya baik menyangkut sumber daya manusia, biaya, materi maupun prosedur.
Berdasarkan pemaparan kondisi budaya kerja sebagai mana diuraikan sebelumnya, tampak
bahwa budaya kerja berada pada kriteria yang cukup baik yaitu dengan presentase 65%,
sementara itu efektivitas kerja pegawai pun berada pada tataran yang cukup baik pula dengan
presentase 64%. Kondisi ini menunjukan bahwa keterkaitan pengaruh dan hubungan antara
budaya kerja terhadap efektivitas kerja pegawai. Hasilnya kemudian dihitung dengan
menggunakan metode uji satatistika dengan menggunakan program Microsoft excel 2010 untuk
mendapatkan hubungan pengaruh antara kedua variabel.
Dari uraian tersebut di atas dapat penulis gambarkan besarnya pengaruh variabel (X) budaya
kerja (Y) efektivitas kerja pegawai adalah sebagai berikut sebagai berikut:
Pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul
timbulnya istilah pelayanan publik. Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai pelayanan
publik,maka penelitiakan menguraikan terlebih dahulu pengertian pelayananpublik.
Gambar 1: Gambaran Besarnya Pengaruh variabel (X) Budaya Kerja dengan variabel (Y)
Efektivitas Kerja Pegawai
Berdasarkan uraian pada gambar di atas maka dapat di simpulkan besarnya pengaruh budaya
kerja terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sudah sangat
baik, dengan besaran pengaruh 43,56% sedangkan 56,44% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak penulis teliti. Dengan demikin untuk meningkatkan efektivitas kerja pegawai di Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut maka budaya kerja harus dibuat dengan baik karena budaya kerja
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam efektivitas kerja pegawai.
5. Kesimpulan
24
1. Berdasarkan hasil rekapitulasi kriteria item pada variabel Budaya Kerja yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Garut memperoleh hasil dari tanggapan responden
berada pada posisi cukup baik yaitu dengan hasil prosentase sebesar 61,49% hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa Budaya Kerja yang dilakukan kurang dilaksanakan secara
optimal, terlihat masih banyak kekurangan dalam tanggung jawab bekerja dan arahan
pimpinan selain itu disiplin juga belum dilaksanakan secara baik meskipun sudah
ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.
2. Berdasarkan hasil rekapitulasi kriteria item pada variabel Efektivitas Kerja Pegawai di
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, hasil tanggapan responden berada pada posisi cukup
baik dengan persentase sebesar 64%. Hal ini dapat di interpretasikan bahwa Efektivitas
Kerja Pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten Garut cukup baik. Masih ada beberapa
yang harus di tingkatkan lagi dalam upaya menunjang Efektivitas Kerja Pegawai supaya
lebih meningkat lagi. Serta dapat lebih memaksimalkan budaya kerja yang baik.
3. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan ketentuan tingkat kesalahan α = 0, 05
diperoleh thitung = 3,719148 > ttabel = 2,003241 sehingga kaidah keputusannya adalah thitung
≥ ttabel artinya ada pengaruh cukup besar antara variabel Budaya Kerja Terhadap
Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
6. Rekomendasi
Berlatar belakang dari hasil pembahasan dan kesimpulan maka penulis mengajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. Dalam menjalankan budaya kerja yang baik, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut harus
memastikan setiap pegawai melaksanakan pekerjannya sesuai tugas sehingga sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai tidak membutuhkan waktu yang lama dan tepat sasaran.
2. Dalam mengimplementasikan Budaya Kerja yang baik, Dinas Kesehatan Kabupaten
Garut masih sangat memerlukan pengawasan dalam hal disiplin kerja. Adapun disiplin
kerja sangat berpengaruh terhadap budaya kerja, dimana disiplin kerja menjadi salah satu
tolok ukur untu menentukan baik buruknya budaya kerja pada suatu organisasi. Dalam
meningkatkan budaya kerja, pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Garut harus lebih
menyadari pentingnya disiplin kerja.
3. Dalam menjalankan budaya kerja yang baik, para pelaksana pegawai harus memiliki
kejujuran yang kuat dalam bekerja untuk mendukung efektifnya pencapaian tujuan.
Kejujuran merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap pegawai untuk menunjang
keberhasilan individu dalam bekerja dan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan.
4. Untuk mencapai efektivitas kerja pegawai, Dinas Kesehatan harus lebih meningkatkan
kekuatan kelompok dalam bekerja dan meningkatkan kerjasama antar pegawai agar tepat
sasaran dalam mencapai tujuan.
Dalam mengimplementasikan budaya kerja yang baik, Para pegawai harus berorientasi pada
pencapaian hasil kerja yang sesuian dengan rencana atau tujuan yang sudah ditetapkan agar
pegawai bekerja dengan efektif Dinas Kesehatan Kabupaten Garut juga harus lebih mengurangi
keterlambatan dalam bekerja atau dalam menjalankan pekerjaan untuk meningkatkan waktu
dalam mencapai tujuan dan sasaran.
Sebagai ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada kepala Dinas dan seluruh stap Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut yang sudah membantu dalam memberikan informasi dan data
penyelesaian penelitian ini
25
Daftar Pustaka
26
Pengaruh Kompetensi, Motivasi dan
Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja
FAJAR APRIANI1
1
FISIP Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur
Abctract. The role of lecturers, as a professional force appointed legally in Higher Education, has
three major functions, i.e. education, research, and contributing to society – known as Tridharma
Perguruan Tinggi (The Three Principles of Higher Education). Considering the importance of the
lecturer’s position, role, and function as educational force in Higher Education, we need to be
consistent in implementing Tridharma Perguruan Tinggi in order to achieve the goal of improving
the quality of our human resources. The research aims to examine the influence of competence,
motivation, and leadership toward the effectiveness of the implementation of Tridharma Perguruan
Tinggi by the lecturers in Mulawarman University. The result of the research shows that
competence, motivation and leadership are strongly and significantly related to the implementation
of Tridharma Perguruan Tinggi by Mulawarman University’s lecturers.
Hardjo, Rainingsih. 2005. Mencari Sosok Salam, Dharma Setyawan. 2002. Manajemen
Pemimpin yang Ideal. Jurnal Ilmu Pemerintahan Daerah. Jakarta :
Administrasi dan Organisasi, Bisnis Djambatan.
& Birokrasi. Vol. 13, No. 1
(Januari). Siswanto, Bejo. 1987. Manajemen Tenaga
Kerja. Bandung : Sinar Baru.
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002.
Manajemen Sumber Daya Manusia Soeling, Pantius. 2005. Mendorong
: Pengadaan, Pengembangan, Munculnya Gagasan-gagasan
Pengkompensasian dan Inovatif bagi Eksistensi dan Daya
Peningkatan Produktivitas Pegawai. Saing Bisnis. Jurnal Ilmu
Jakarta : Grasindo. Administrasi dan Organisasi, Bisnis
& Birokrasi. Vol. 13, No. 1 Diassociating the “Liking” from the
(Januari). “Wanting” System in Humans,
Motivation and Emotion. Vol. 32,
Waugh, Christian E. dan Ian H. Gotlib. 2008. No. 4 (December).
Motivation for Reward as a
Function of Required Effort :
METODE
PENELITIANADMINISTRASI PUBLIK
(Teori & Desain)
DI SUSUN OLEH:
ALFIAN
18 110 007
1. EFEKTIVITAS KERJA
a) Pengertian Efektivitas Kerja
Robbins (1990: 49) dalam Chairumam (2002: 10) mendefinisikan
efektivitas organisasi sebagai suatu tingkat untuk dapat merealisasikan tujuannya.
Sedangkan menurut Handoko, (1997) dalam Zuliyanti (2005: 26) Efektivitas kerja
terdiri dari kata efektivitas dan kerja. Efektivitas merupakan kemampuan untuk
memilih tujuan atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan
b) Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja
Faktor yang mempengaruhi tercapainya efektivitas kerja, menurut
Zuliyanti, (2005:26), yaitu:
Karakteristik Organisasi. Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan
teknologi organisasi. Struktur merupakan cara untuk suatu organisasi
menyusun orang-orangnya untuk menciptakan sebuah organisasi yang
meliputi jumlah spesialisasi pekerjaan, desentralisasi pengendalian untuk
penyelesaian pekerjaan. Teknologi merupakan suatu organisasi untuk
mengubah masukan mentah menjadi keluaran jadi.
Karakteristik Lingkungan. Lingkungan mencakup dua aspek yang
berhubungan yaitu lingkungan intern dan ekstern. Lingkungan intern
dikenal dengan iklim organisasi yang meliputi atribut lingkungan kerja
seperti kepuasan dan prestasi. Lingkungan ekstern menyangkut kekuatan
yang timbul diluar batas organisasi yang mempengaruhi tindakan dalam
organisasi seperti adanya peraturan pemerintah.
Karakteristik Pekerja. Pekerja mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan
dan kemampuan yang berbeda-beda sehingga akan menyebabkan
perbedaan perilaku antara orang satu dengan orang lain. Prestasi
merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar
terhadap efektivitas, sebab meskipun teknologi yang dipergunakan
canggih jika tanpa prestasi tidak ada gunanya.
Kebijakan dan Praktek Manajemen. Manajer memegang peranan sentral
dalam keberhasilan suatu organisasi melalui perencanaan, koordinasi dan
memperlancar kegiatan. Sehingga manajer berkewajiban menjamin
struktur organisasi konsisten dan menguntungkan untuk teknologi dan
lingkungan yang ada. Selain itu manajer juga bertanggungjawab untuk
menetapkan suatu sistem imbalan yang pantas sehingga dapat memuaskan
kebutuhan pekerja dan tujuan pribadinya dalam mengejar sasaran
organisasi.
c) Indikator Efektivitas Kerja
Indikator untuk mengukur efektivitas kerja menurut Richard dan M. Steers
(1980:192) dalam Zuliyanti, (2005: 29) meliputi:
Kemampuan Menyesuaikan Diri. Kemampuan manusia terbatas dalam
segala hal, sehingga dengan keterbatasannya itu menyebabkan manusia
tidak dapat mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama
dengan orang lain. Hal ini sesuai pendapat Ricard M. Steers yang
menyatakan bahwa kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam
pencapaian tujuan. Setiap organisasi yang masuk dalam organisasi dituntut
untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja di dalamnya
maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Jika kemampuan
menyesuaikan diri tersebut dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat
tercapai.
Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu
mengacu (Hasibuan 2001: 94) dalam Zuliyanti, (2005: 29). Dari pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah hasil yang dicapai
pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan mutu dan sasaran serta
batas waktu yang telah ditentukan. Karakteristik organisasi terdiri dari
struktur dan teknologi organisasi. Struktur merupakan cara untuk suatu
organisasi menyusun orang-orangnya untuk menciptakan sabuah
organisasi yang meliputi jumlah spesialisasi pekerjaan, desentralisasi
pengendalian untuk penyelesaian pekerjaan. Sedangkan teknologi
merupakan suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi
keluaran jadi.
Kepuasan Kerja. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2001: 202).
Pendapat lain kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan
seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi (Steers, 1980:
45) dalam Zuliyanti, (2005: 30). Menurut Handoko (1998:
dalam Zuliyanti, (2005: 30) kepuasan kerja suatu keadaan emosional yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan dimata karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaan mereka.
2. LINGKUNGAN KERJA
Menurut Sedarmayanti (2011), lingkungan fisik yaitu semua keadaan yang
terdapat disekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Menurut Kasmir (2016), lingkungan kerja
merupakan suasana atau kondisi di sekitar lokasi tempat bekerja. Lingkungan
kerja dapat berupa ruangan, lay out, sarana dan prasarana, serta hubungan kerja
dengan sesama rekan kerja. Jika lingkungan kerja dapat membuat suasana nyaman
dan memberikan ketenangan maka akan membuat suasana kerja menjadi
kondusif, sehingga dapat meningkatkan hasil kerja seseorang menjadi lebih baik,
karena bekerja tanpa gangguan. Namun sebaliknya jika suasana atau kondisi
lingkungan kerja tidak memberikan kenyamanan atau ketenangan, maka akan
berakibat suasana kerja menjadi terganggu yang pada akhirnya akan
mempengaruhi dalam bekerja.
Indikator lingkungan kerja menurut Dessler (2004) dalam Pratiwi et al
(2014), yaitu :
Fasilitas dan peralatan kerja
Keamanan dan kebersihan lingkungan kerja
Pertukaran udara
Penerangan
Kebisingan
3. BUDAYA ORGANISASI
Menurut Sutrisno (2010), budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai
perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-
asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan
diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan
pemecahan masalah-masalah organisasinya.
Pengukuran budaya organisasi menurut Boke dan Nalla dalam Susetyoet al
(2014), terdapat 5 indikator pengukuran yaitu :
Peraturan
Jarak dengan atasan
Kepercayaaan
Profesionalisme
Integrasi