Laporan Tugas Besar SI 3131 Irigasi Dan Bangunan Air 15010071 PDF
Laporan Tugas Besar SI 3131 Irigasi Dan Bangunan Air 15010071 PDF
Dosen :
Asisten :
Idham Ahraf
15009114
Disusun Oleh :
15010071
2012
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan air ini telah diperiksa dan disetujui serta memenuhi
ketentuan layak untuk dikumpulkan guna kelulusan mata kuliah SI-3131 Irigasi dan
Bangunan Air Semester Ganjil Tahun Akademik 2011/2012.
Idham Ahraf
15009114
i
ABSTRAK
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan ini menggunakan Sungai Bedadung di Jawa
Timur, untuk perencanaan pekerjaan pengairannya. Sungai Bedadung melewati beberapa
kota, diantaranya Kota jember, Bondowoso, dan lainnya. Tepatnya berada pada koordinat
113° 20’ 00’’– 113° 50’ 00’’ Bujur Timur dan diantara 8° 00’ 00” – 9° 30’ 00” Lintang
Selatan. Adapun DAS dari Sungai ini yang dihitung menggunakan metoda Polygon
Thiessen berdasarkan stasiun Tamanan, Jember dan Semboro, adalah 417.25 km2.
Dengan luas pengaruh dari masing-masing stasiun yaitu, 21.60 km2 untuk daerah
Semboro, 311.69 km2 untuk daerah Jember ,dan 83.96 km2 untuk daerah Tamanan.
Petak sawah rencana yang akan diairi oleh Sungai Bedadung memiliki luas total
sekitar 2000 hektar. Dengan besar debit 1.87 l/dt/ha yang diperoleh dari curah hujan.
Namun berdasarkan perhitungan, Sungai Bedadung ini dapat mengaliri petak-petak
sawah dengan luas maksimum 15,491.12 hektar.
i
PETA LOKASI STUDI
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Besar Irigasi dan Bangunan Air ini. Pembuatan laporan tugas besar ini bertujuan untuk
merancang suatu saluran pada jaringan irigasi, dan merencanaan petak sawah serta
ketersediaan dan kebutuhan air jaringan sawah, serta memahami konsep perencanaan
daerah irigasi pada umumnya. Laporan ini juga penulis buat sebagai syarat kelulusan
mata kuliah SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air.
Proses penyelesaian Laporan Tugas Besar ini pun tidak terlepas dari berbagai
hambatan dan kendala. Kesulitan dalam pemahaman materi, kesulitan mencari data dan
peta serta kesibukan lainnya dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik
merupakan salah satu kendala yang terjadi. Namun, dengan selalu memberikan usaha
yang terbaik dalam hambatan apapun, penulis dapat mengatasi berbagai hambatan dan
kendala tersebut.
Pembuatan laporan ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
membantu dengan bantuan, saran dan kritik yang membangun penulis. Sehingga, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada
penulis.
2. Dosen Mata Kuliah SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air, yaitu Bapak Joko
Nugroho ST, MT, Phd.
3. Asisten Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air, Idham Ahraf.
4. Teman-teman yang selalu memberi bantuan dan semangat.
5. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan tugas besar ini masih belum sempurna dan
masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran
yang membangun demi hal yang lebih baik. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan semoga laporan praktikum ini bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... ii
v
BAB 3 DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BEDADUNG ....................................... 3-1
3.1. Lokasi dan Topografi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bedadung.............. 3-1
3.2. Luas DAS Kali Bedadung ............................................................................ 3-1
3.3. Stasiun Pengukuran Curah Hujan ................................................................. 3-2
3.4. Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS Bedadung .................................... 3-3
vi
BAB 6 BANGUNAN BAGI SADAP PADA SALURAN SEKUNDER DAN
TERSIER BENDUNG KALI BEDADUNG ................................................ 6-1
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Petak Kuarter ..................................2-19
Gambar 4.1 Skema petak, saluran dan bangunan air .................................................... 4-5
viii
DAFTAR GRAFIK
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Curah Hujan Stasiun Tamanan, Jember, dan Semboro Tahun 1956 .............. 4-6
Tabel 4.2 Curah Hujan Lengkap Stasiun Tamanan, Jember, dan Semboro ................... 4-7
x
Tabel 4.16 Alternatif DR ............................................................................................4-22
xi
Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air
BAB 1
PENDAHULUAN
Satu hal yang cukup krusial dalam merekayasa lahan adalah jaringan irigasi. Hal
ini karena baik tanaman maupun padi (khususnya untuk bidang agraris), membutuhkan
air yang mencukupi agar pertumbuhannya baik. Namun ketersediaan air yang ada untuk
tanaman tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan air bagi tanaman tersebut untuk tumbuh
dengan baik. Sehingga diperlukan jaringan yang menyediakan kebutuhan air bagi lahan
tersebut. Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan saluran irigasi
untuk menunjang ketersediaan air, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi
walaupun lahan tersebut jauh dari sumber air permukaan.
Ruang lingkup penyusunan laporan tugas besar ini yaitu perencanaan irigasi
daerah Sungai Bedadung, Jember, Jawa Timur. Adapun Ruang lingkup penulisan laporan
ini meliputi :
Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan yang
tertulis diatas adalah sebagai berikut :
1. Membuat DAS dan perencanaan daerah irigasi dari peta yang diberikan
2. Menyusun jaringan
3. Perhitungan dari data-data yang diperoleh melalui studi pustaka di
laboratorium.
Adapun hasil akhir dari tugas besar ini adalah sebuah perencanaan jaringan
irigasi pada daerah Sungai Bedadung, Jember, Jawa Timur yang meliputi data kebutuhan
air, dimensi pada tiap saluran serta tinggi muka air pada saluran.
1.5. Sistematika
Berikut ini adalah sistematika penulisan dari tugas besar Irigasi dan Bangunan
Air :
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang penyajian studi pustaka, teori dasar dan dasar pemikiran
tentang irigasi serta acuan yang dipakai dalam perencanaan saluran irigasi.
Diantaranya yaitu menjelaskan mengenai sistem irigasi, tahap perencanaan
irigasi, data pengukuran dan penyelidikan, saluran irigasi, sistem tata nama,
jaringan irigasi, perencanaan dan penentuan kebutuhan air, perencanaan petak
sawah, dan perencanaan saluran.
Bab ini berisi perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air.
Bab ini berisi tentang hasil analisis berupa kesimpulan dan saran dari
perencanaan sistem irigasi di daerah Sungai Bedadung.
BAB 2
SUNGAI BEDADUNG
Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 3 jenis sistem irigasi yang biasa
digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :
3. Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi
yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut
air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang
mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk
Adapun untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama, yaitu :
1. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi
melalui permukaan tanah.
2. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, tanah dialiri melalui
bawah permukaannya. Air dialirkan melalui saluran-saluran yang ada di sisi
petak sawah. Akibat adanya air ini, muka air tanah pada petak-petak sawah
akan naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah perakaran secara
kapiler. Dengan demikian tanaman akan memperoleh air. Persyaratan :
a. Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup
tinggi.Lapisan tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada
kedalaman 1.5 sampai 3 meter.
b. Permukaan tanah sangat datar
c. Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah.
d. Organisasi pengatur berjalan dengan baik.
3. Pemberian air dengan cara irigasi siraman. Pada sistem ini air akan
disalurkan melalui jaringan pipa, kemudian disemprotkan ke permukaan
tanah dengan kekuatan mesin pompa air. Sistem ini lebih efisien
dibandingkan dengan cara gravitasi dan irigasi bawah tanah.
4. Pemberian air dengan cara tetesan, air irigasi disalurkan lewat jaringan pipa
dan diteteskan tepat di daerah perakaran tanaman. Irigasi ini juga
menggunakan mesin pompa air sebagai tenaga penggerak. Cara pemberian
air irigasi semacam inipun belum lazim di Indonesia. Perbedaan dengan
sistem irigasi siraman :
a. Pipa tersier jalurnya melalui pohon.
b. Tekanan yang dibutuhkan kecil, karena hanya diteteskan dengan
tekanan lapangan 1 atm.
Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui
bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis yaitu :
1. Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas
Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya
minimum 50 ha, dan dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas
150 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi.
Petak tersier mendapat air dari satu bangunan sadap pada saluran
sekunder. Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan petak tersier
adalah:
e. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, gerakan air
dalam petak harus sama.
g. Dalam tiap bidang salah satu petak harus dapat mempergunakan air
dengan baik.
2. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima
air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi
yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa
berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah.
3. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil
air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran
primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya
sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini
menghasilkan dua petak primer.
1. Saluran Pembawa
Berfungsi membawa air dari sumber ke petak sawah. Dilihat dari
tingkat percabangannya, dapat dibedakan menjadi:
a. Saluran Primer
Berfungsi membawa air dari sumbernya dan membagikannya ke
saluran sekunder. Air yang dibutuhkan untuk saluran irigasi didapat
dari sungai, danau atau waduk. Pada umumnya pengairan yang
didapat dari sungai jauh lebih baik dari yang lainnya. Air dari sungai
mengandung banyak zat lumpur yang biasanya merupakan pupuk
bagi tanaman sehingga gunanya terutama ialah menjaga agar
tanaman tidak mati kekeringan dalam musim kering. Untuk saluran
primer ini harus merupakan saluran trance (saluran garis tinggi) oleh
b. Saluran Sekunder
Dari saluran primer air disadap oleh saluran-saluran sekunder
untuk mengairi daerah-daerah yang sedapat mungkin dikelilingi oleh
saluran-saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air
hujan dan air yang kelebihan. Untuk mengairi petak sekunder yang
jauh dari bangunan penyadap, kita gunakan saluran muka supaya
tidak perlu membuat bangunan penyadap, sehingga diperlukan
saluran sekunder.
Fungsi utama dari saluran sekunder adalah membawa air dari
saluran primer dan membagikannya ke saluran tersier. Sedapat
mungkin saluran pemberi merupakan saluran punggung sehingga
dengan demikian kita bisa membagi air pada kedua belah sisi. Yang
dimaksud dengan saluran punggung adalah saluran yang memotong
atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa sehingga
melalui daerah (titik tertinggi) dari daerah sekitarnya.
c. Saluran Tersier
2. Saluran pembuang
Saluran pembuang intern harus sesuai dengan kerangka kerja saluran
pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk:
mengeringkan sawah , membuang kelebihan air hujan, membuang
kelebihan air irigasi.
Saluran pembuang kuarter biasanya berupa saluran buatan yang
merupakan garis tinggi pada medan terjal atau alur alamiah kecil pada
medan bergelombang. Kelebihan air ditampung langsung dari sawah di
daerah atas atau dari saluran pembuang cacing di daerah bawah. Saluran
pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter
dan sering merupakan batas antara petak-petak tersier. Saluran pembuang
tersier biasanya berupa saluran yang mengikuti kemiringan medan. Jarak
antara saluran irigasi dan pembuang hendaknya cukup jauh agar
kemiringan hidrolis tidak kurang dari 1 : 4.
1. Bendung
a. Pengambilan bebas
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi
kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari
kegunaannya, waduk dapat bersifat manunggal dan multi guna. Apabila
salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet
dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pemberian air
sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.
c. Stasiun Pompa
a. Bangunan Bagi
b. Bangunan sadap
c. Bangunan bagi-sadap
Bangunan yang berupa bangunan bagi, dan bersama itu pula sebagai
bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan kombinasi dari
bangunan bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran
primer atau saluran sekunder yang memberi air ke saluran tersier).
4. Bangunan Pembawa
c. Evapotranspirasi
Keterangan:
WS = Water surplus
ln = infiltrasi
1. Evapotranspirasi potensial
ET = c.( w . Rn + ( 1 - w ) . f(u) . ( ea - ed ) )
= ( 1 - ) . Rs = ( 1 - ) . ( 0.25 + n/N ) . Ra
Rnl : f(t).f(ed).f(n/N)
ed : ea . Rh/100
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan diambil 80% dari
curah hujan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%. Curah
hujan efektif ini didapat dari analisis curah hujan. Analisis curah hujan dilakukan
dengan maksud untuk menentukan:
1. Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu “n” tahun dari
beberapa stasiun curah hujan yang terdekat dengan daerah rencana
pengembangan irigasi. Minimal diperlukan 3 stasiun curah hujan.
2. Merata-ratakan data curah hujan dari beberapa stasiun yang diperoleh.
3. Mengurutkan (sorting) data curah hujan per bulan tersebut dari yang terkecil
hingga terbesar.
4. Mencari R80 dengan acuan R80 adalah data yang ke “M” .
5. Dimana M = (N/5) + 1
6. N : jumalah data curah hujan yang digunakan perbulan
7. Menghitung Re dimana Re = 0.7 * R80
3. Pola tanam
Pola tanam seperti yang diusulkan dalam tahap studi akan ditinjau dengan
memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil-hasil survey. Kalau perlu diadakan
penyesuaian-penyesuaian. Dalam membuat pola tanam ini yang sangat perlu
diperhatikan adalah curah hujan yang terjadi. Baik curah hujan maksimum ataupun
minimum. Dengan melihat kondisi curah hujan tersebut akan bisa direncanakan
berbagai pola tanam dengan masing-masing keuntungan dan kekurangan.
4. Koefisien tanaman
Harga-harga koefisien tanaman padi dan kedelai diberikan pada tabel sebagai berikut :
Nedeco/Prosida FAO
Bulan Varietas Varietas Varietas Varietas Kedelai
Biasa Unggul Biasa Unggul
0,5 1,2 1,2 1,1 1,1 0.5
1 1,2 1,27 1,1 1,1 0.75
1,5 1,32 1,33 1,1 1,05 1
2 1,4 1,3 1,1 1,05 1,0
2,5 1,35 1,3 1,1 0,95 0,82
3 1,24 0 1,05 0 0.45
3,5 1,12 0,95
4 0 0
Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah dimana tanah dalam
keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data
mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitiian kemampuan tanah. Tes kelulusan
tanah akan merupakan bagian dari penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di
daerah proyek maka pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah.
Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan berkisar
antaara 1 sampai 3 mm/hari. Didaerah-daerah miring, perembesan dari sawah ke
sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan
kemiringan diatas 5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi
dan renbesan. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju
perkolaasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan
dan dianjurkan pemakaiannya. Pada tugas saya ini digunakan nilai perkolasi rata-rata
yaitu 2 mm/hari
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan
adalah 1.5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin,
jangka waktu 1 bulan dapat dipertimbangkan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan
sawah (puddling) bisa diambil 250 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan
penggenangan sawah, pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan 50 mm lagi.
Angka 250 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur berat, cocok
digenangi dan bahwa lahan itu belum ditanami selama 2,5 bulan. Jika tanah itu
dibiarkan berair lebih lama lagi maka diambil 300 mm sebagai kebutuhan air untuk
penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk
persemaian.
Dalam penentuan kebutuhan air, dibedakan antara kebutuhan air pada masa
penyiapan lahan dan kebutuhan air pada masa tanam. Penjelasannya sebagai berikut :
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat
ditentukan berdaarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Untuk
perhitungan kebutuhan air total selama penyiapan lahan digunakan metode
yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut
didasarkan pada laju air yang konstan l/dt selama periode penyiapan lahan
dan menghasilkan rumus sebagai berikut :
IR = M.ek / (ek - 1)
dimana :
M : Eo + P
Eo : 1.1 * Eto
P : perkolasi
k : M.T/S
T = 30 hr T = 45 hr
Eo + P (mm/hr)
S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5 11.1 12.7 8.4 9.5
5.5 11.4 13 8.8 9.8
6 11.7 13.3 9.1 10.1
6.5 12 13.6 9.4 10.4
7 12.3 13.9 9.8 10.8
7.5 12.6 14.2 10.1 11.1
8 13 14.5 10.5 11.4
8.5 13.3 14.8 10.8 11.8
9 13.6 15.2 11.2 12.1
9.5 14 15.5 11.6 12.5
10 14.3 15.8 12 12.9
10.5 14.7 16.2 12.4 13.2
11 15 16.5 12.8 13.6
Adapun kebutuhan air total untuk penyiapan lahan sawah dihitung dengan
prosedur sebagai berikut :
I. Menghitung kebutuhan air total seperti yang sudah diterangkan diatas (LP).
DR = ( LP - Re ) / ( 0.65 * 8.64 )
dengan :
0.65 adalah perkalian harga efisiensi saluran tersier, sekunder dan primer (0.8 x
0.9 x 0.9)
a) Menghitung curah hujan efektif ( Re) dengan cara seperti yang sudah
diterangkan diatas.
c) Mencari data perkolasi (P) , jangka waktu penyiapan lahan (T). dan
kebutuhan penjenuhan (S).
Eo = 1.1 * Eto
d) Menghitung M = Eo + P
e) Menghitung K = M * T/S
f) Menghitung LP = ( M * ek)/(ek - 1)
g) Menghitung kebutuhan bersi air di sawah untuk padi (NFR)
NFR = LP – Re
IR = NFR/0.65
Secara umum unsur-unsur yang mempengaruhi kebutuhan air pada masa tanam
adalah sama dengan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan. Hanya ada tambahan
yaitu :
a. Menghitung curah hujan efektif ( Re) dengan cara seperti yang sudah
diterangkan diatas.
d. Menghitung
Etc = Eto * c
IR = NFR/0.64
DR = IR/8.64
P = Ro + Eaa± ΔStt
Keterangan:Keterangan:
Boks tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam,
mulai dan boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2, dan seterusnya. Boks
kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut jarum jam, mulai dari boks kuarter
pertama di hilir boks nomor urut tertinggi K1, K2, dan seterusnya.
Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak di
antara kedua boks, misalnya (T1 - T2), (T3 – K1). Petak kuarter diberi nama sesuai
dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi
diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut arah jarum jam. Saluran irigasi kuarter diberi
nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya al,
a2, dan seterusnya. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter
yang dibuang airnya, diawali dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya. Saluran
pembuang tersier diberi kode dt1, dt2, juga menurut arah jarum
Gambar 2.1 Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Petak Kuarter
BAB 3
3.1. Lokasi dan Topografi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bedadung
Lokasi studi dalam laporan ini yaitu daerah irigasi Bedadung. Daerah irigasi
bedadung merupakan hilir dari Sungai Bedadung, terletak di Kota Jember, Jawa Timur.
Hulu sungai ini bermuara ke Samudera Hindia. DAS ini bermuara dari Gunung Malang,
Gunung karangsela, Gunung Pinggang, Gunung Kukusan. Perbedaan kontur pada DAS
Sungai Bedadung Cukup bervariasi mulai dari dataran tinggi sampai rendah.
Daerah Aliran sungai (DAS) merupakan daerah tempat mengalirnya air dari
anak-anak sungai yang mengarah kepada sungai yang menjadi sungai perencanaan DAS
Irigasi kita. DAS dibatasi pada kontur atau ketinggian daerah yang menjadi muara sungai
kita. Adapun luas Daerah Aliran Sungai Kali Bedadung yang menjadi daerah
perencanaan irigasi adalah sebesar 417.25 km2. Luas DAS ini dihitung dengan
menggunakan perhitungan luas area pada aplikasi AutoCAD.
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1973 24.8 24.8 24.6 24.7 24 24.6 23.7 24.3 24.2 25.3 24.4 24.5
1974 24.2 23.5 24 24.2 24.4 23.8 23 23.8 24.2 24.4 24.3 24.3
1975 23.7 24.2 24.1 24.7 23.6 23.1 23.3 23.1 23.9 23.8 23.6 23.6
1976 21.3 23.8 23.6 23.9 23.5 23 22.1 23 23.1 24.3 24.4 24.4
1977 23.9 23.6 23.7 24 24.1 23.3 21.7 21.5 22.6 24.2 24.9 24.1
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1973 44 59 50 65 60 84 76 83 68 82 55 55
1974 43 46 62 73 81 85 85 83 78 73 67 61
1975 48 45 42 55 67 91 88 78 70 51 55 48
1976 55 63 53 77 87 88 89 86 92 71 61 75
1977 57 80 56 73 77 73 90 87 77 87 82 52
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1973 84 82 84 82 83 76 78 75 79 74 81 79
1974 77 84 79 78 76 74 75 76 77 80 83 85
1975 78 79 87 87 88 83 84 83 87 90 88 86
1976 83 84 84 77 74 73 73 72 71 77 80 80
1977 84 84 85 80 78 82 77 76 74 72 75 83
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1973 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 5 4
1974 5 4 5 3 4 4 5 5 4 3 4 3
1975 3 4 2 3 4 4 4 4 4 2 3
1976 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
1978 4 3 4 3 9 4 5 4
BAB 4
Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui
bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis yaitu :
1. Petak primer
Yaitu petak atau gabungan petak-petak sekunder yang mendapat air
langsung dari saluran induk. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil airnya langsung dari sumber air. Daerah di sepanjang
saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara
menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati
sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani
langsung dari saluran primer.
2. Petak sekunder
Yaitu kumpulan dari beberapa petak tersier yang mendapat air langsung
dari saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan
bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak
sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misalnya
saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda tergantung dari
situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak di punggung medan, mengairi
kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran
sekunder boleh juga direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi
lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.
3. Petak tersier
Yaitu petak-petak sawah yang mendapat air dari bangunan sadap.
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier.
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap tersier yang menjadi tanggung jawab dinas pengairan, Bangunan sadap
tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
1. Petak mempunyai batas yang jelas pada tiap petak sehingga terpisah
dari petak sekunder yang lain dan sebagai batas petak adalah saluran
drainase.
2. Bentuk petak sedapatnya bujur sangkar, uasaha ini untuk
meningkatkan efisiensi.
3. Tanah dalam suatu petak sekunder sedapat mungkin harus dapat
dimiliki oleh satu desa atau paling banyak tiga desa.
4. Desa, jalan, sungai diusahakan menjadi batas petak
5. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dan gerak
pembagi ditempatkan di tempat tertinggi.
6. Petak sekunder harus diletakkan sedekat mungkin dengan saluran
pembawa ataupun bangunan pembawa.
Saluran Pembawa
Saluran pembawa terdiri dari 3 macam :
1. Saluran Primer
Saluran ini berfungsi membawa air dari sumber dan mengalirkannya ke
saluran sekunder. Air yang dibutuhkan untuk saluran irigasi diperoleh
dari sungai, danau, atau waduk. Air dari sungai mengandung banyak zat
lumpur yang biasanya merupakan pupuk bagi tanaman sehingga dapat
menjaga tanaman tidak mati kekeringan di musim kemarau. Saluran
primer ini mengalirkan air langsung dari bendung yang telah dibuat.
Saluran ini dibuat memanjang mengikuti kontur yang ada.
2. Saluran Sekunder
Saluran sekunder menyadap air dari saluran primer untuk mengairi daerah di
sekitarnya. Saluran sekunder dibuat tegak lurus terhadap saluran primer dan
mengikuti kontur yang ada
3. Saluran Tersier
Saluran ini berfungsi untuk membawa air dari saluran sekunder dan
membagikannya ke petak-petak sawah dengan luas maksimum 150 hektar.
Saluran Pembuang
Saluran ini berfungsi untuk membuang air berlebihan dari petak-petak
sawah ke sungai. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk: mengeringkan sawah,
membuang kelebihan air hujan, membuang kelebihan air irigasi.
menentukan tinggi muka air yang harus ada pada bendung agar
kebutuhan air untuk seluruh wilayah cakupan pengairan dapat terpenuhi.
4. Perhitungan dimensi saluran ini ada dua tahap yaitu tahap penentuan
dimensi untuk setiap ruas saluran dan tahap perhitungan ketinggian muka
air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil perhitungan tersebut lebih efisien
ditampilkan dalam bentuk tabel dimana urutan pengerjaan sudah
diurutkan per kolom.
Bangunan irigasi yang dipakai adalah bangunan utama, dalam hal ini
bendung (untuk meninggikan tinggi muka air di sungai sampai ketinggian yang
diperlukan sehingga air dapat dialirkan ke lahan di sekitarnya). Selain itu, dalam
sistem irigasi daerah Sungai Cacaban ini juga digunakan :
- Bangunan bagi
- Bangunan sadap
Kali Bedadung
BDD SK B1 Bendung
BDD SK C1 BDD SK A1
BDD TS B1 KA
100 0.220887
BDD TS C1 KA BDD TS C1 KI BDD TS A1 KA BDD TS A1 KI
100 0.220887 100 0.220887 BDD SK B2 100 0.220887 100 0.220887
BDD SK A2
BDD SK C2
BDD TS B2 KA BDD TS B2 KI BDD TS A2 KI
100 0.220887 100 0.220887 100 0.220887
Intake BDD SK A3
BDD TS C2 KA
Bangunan bagi/sadap 100 0.220887
Saluran tersier
BDD TS C3 KA
Bendung 100 0.220887 BDD TS A4 KA
BDD TS C5a KA BDD TS C4a KA BDD SK C4 100 0.220887
Arah aliran air 100 0.22089 100 0.220887 BDD SK A5
TS Tersier BDD TS A6 KI
100 0.220887
SUNGAI-SAL-POSISI
A (hektar) Q (m3/s)
Tabel 4.1 Curah Hujan Stasiun Tamanan, Jember dan Semboro Tahun 1956
Dengan
= rerata stasiun 1
= rerata stasiun 2
= rerata stasiun 3
Perhitungan :
Tabel 4.2 Curah Hujan Lengkap Stasiun Tamanan, Jember, dan Semboro
Nomer 8.00
Nama Tamanan
Nomer 13.00
Nama Jember
Nomer 20.00
Nama Semboro
Dengan
= rerata stasiun
= Luas daerah 1
= Luas daerah 2
Rank Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des P
1.00 604.70 478.54 448.93 406.54 298.35 160.16 312.52 194.79 152.22 379.99 467.01 599.68 0.09
2.00 460.86 377.13 444.97 224.51 219.48 140.37 170.83 128.33 81.28 211.61 319.22 401.89 0.18
3.00 445.77 343.24 353.14 205.23 201.10 102.18 108.56 84.08 73.51 143.34 311.80 362.73 0.27
4.00 423.17 305.77 290.86 187.05 139.46 93.48 98.60 46.60 57.43 137.95 212.22 337.98 0.36
5.00 401.46 287.30 286.42 166.07 106.73 90.00 40.76 44.82 43.78 114.29 200.59 331.39 0.45
6.00 366.91 286.09 268.04 151.53 104.91 73.91 35.67 42.78 36.40 86.61 198.36 325.26 0.55
7.00 345.40 250.17 221.38 140.53 94.05 37.60 24.36 33.11 32.36 61.80 148.34 244.53 0.64
8.00 336.68 208.90 200.00 112.13 77.55 10.56 16.17 25.49 29.32 52.89 112.71 187.04 0.73
9.00 117.79 200.49 134.54 79.07 19.59 6.73 14.45 17.18 20.97 52.52 108.50 181.68 0.82
10.00 107.80 190.42 125.98 71.56 8.80 5.12 0.00 0.00 1.50 19.90 106.02 125.60 0.91
Nilai R80 tersebut diperoleh dari interpolasi nilai-nilai curah hujan yang sudah
diurutkan sesuai probabilitasnya.
/bln
Rainfall Bulan
(m/s) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
R80 0.0000000623 0.0000000780 0.0000000570 0.0000000331 0.0000000120 0.0000000029 0.0000000057 0.0000000073 0.0000000087 0.0000000203 0.0000000422 0.0000000705
Debit Bulan
m3/s Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Q80 18.21 22.78 16.64 9.66 3.51 0.84 1.67 2.12 2.55 5.93 12.32 20.59
Keterangan:
Bulan
Rank
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 386 393 357 193 249 294 117 69 124 263 273 480
2 320 261 324 151 245 75 85 63 113 102 265 320
3 300 206 296 145 237 66 37 50.52 112 100 248 245
4 284 204 265 143 232 51 26 5 82 95 177 241
5 239 156 239 137 158 47 0 0 29 83 177 225
6 237 150 200 113 135 11 0 0 15 30 157 218
7 228 149 187 89 111 0 0 0 8 30 142 181
8 217 134 139 87 21 0 0 0 8 11 126 175
9 169 127 94 85 15 0 0 0 0 0 67 141
10 125 78 39 46 9 0 0 0.00 0 0 48 47
mm/bln
Hasil dari perhitungan curah hujan efektif ditampilkan dalam tabel dan grafik
berikut,
Rainfall Bulan
(mm/2bln) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
R50 119.00 119.00 76.50 76.50 109.75 109.75 62.50 62.50 73.25 73.25 14.50 14.50 0.00 0.00 0.00 0.00 11.00 11.00 28.25 28.25 83.50 83.50 110.75 110.75
R80 89.30 89.30 64.20 64.20 51.50 51.50 42.70 42.70 8.10 8.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.80 0.80 1.10 1.10 39.40 39.40 73.90 73.90
Rainfall Bulan
(mm/15 hari) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Re50 5.55 5.55 3.57 3.57 5.12 5.12 2.92 2.92 3.42 3.42 0.68 0.68 0.00 0.00 0.00 0.00 0.51 0.51 1.32 1.32 3.90 3.90 5.17 5.17
Re80 4.17 4.17 3.00 3.00 2.40 2.40 1.99 1.99 0.38 0.38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.04 0.05 0.05 1.84 1.84 3.45 3.45
a. Data klimatologi:
Temperatur : T = 23.64°C
Kelembaban udara : Rh = 82.43%
Penyinaran matahari : n/N = 47.86%
Kecepatan angin : U = 4 knots = 2.1 m/s
Grafik 4.4 T vs ea
Contoh perhitungan :
ea = 29,52 mmHg
81%
d. Selisih ea dan ed :
Contoh perhitungan :
W = -0,0002 x (23,582 ) + 0,0171*23,58 + 0,4139 = 0,8
W = 0,8
g. 1-W
f (T)
20
15
y = 0.1965x + 10.816
10 f (T)
R² = 0.9966
Linear (f (T))
5
0
0 10 20 30 40
0.54
p. Menghitung Rn :
q. Evapotranspirasi ETo :
Permulaan penanam padi dapat dilihat dari grafik Re80 kita sebelumnya,
dimana dipilih bulan yang mengalami kenaikan curah hujan, sehingga pada kasus
ini dipilih bulan November sebagai awal permulaan. Waktu dimulainya
penanaman juga dibagi ke dalam tiga golongan. Golongan-golongan tersebut
yakni Golongan A yang dimulai pada waktu yang kita pilih, Golongan B yang
dimulai pada h+15 dari waktu yang kita pilih, dan Golngan C yang dimulai pada
h+30 dari waktu yang kita pilih. Adapun pola tanam padi unggul I, Padi Unggul
II dan Palawija sebagai pilihan tanaman. Berikut skema tanam dengan koefisien
tanam sesuai masa tanam dan jenis tanamannya :
Kebutuhan air untuk pengairan lahan dapat dihitung dengan Net Field
Requirement (NFR).
Contoh perhitungan field requirement dengan data rata-rata Bulan Januari :
f. Menghitung Etc :
Dengan,
1.22
g. Menghitung NFR
h. Menghitung DR
l/s/ha
Setelah memperoleh nilai DR untuk Golongan A, B, dan C, kita dapat mencari alternative lain untuk pola tanam lahan kita.
4.4.1. Alternatif DR
Nilai DR dihitung untuk setiap bulan sepanjang tahun. Kemudian dengan menggeser-geser waktu tanam, akan diperoleh 6
alternatif pilihan pola tanam. Alternatif pola tanam tersebut dapat dilihat pada table-tabel berikut.
Bulan Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Jul Agt Sept Okt
Periode 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Alt 1 Golongan A 1.73 1.73 1.40 0.95 0.74 0.89 0.64 0.32 0.00 1.51 1.62 1.62 1.40 1.38 1.63 1.13 0.97 0.72 0.73 0.89 0.86 0.68 0.22 0.00
Alt 2 Golongan B 0.00 1.73 1.40 1.40 0.75 0.74 1.17 0.64 0.39 0.00 1.62 1.62 1.87 1.40 1.48 1.63 1.14 0.97 0.76 0.73 0.84 0.86 0.57 0.22
Alt 3 Golongan C 0.06 0.00 2.01 2.01 1.22 0.75 1.21 0.97 0.68 0.19 0.00 1.62 1.87 1.87 1.49 1.48 1.64 1.14 0.47 0.76 0.67 0.84 0.77 0.57
Alt 4 Golongan A+B 0.86 1.73 1.40 1.17 0.75 0.81 0.90 0.48 0.20 0.76 1.62 1.62 1.63 1.39 1.56 1.38 1.06 0.85 0.74 0.81 0.85 0.77 0.39 0.11
Alt 5 Golongan B+C 0.03 0.86 1.70 1.70 0.99 0.75 1.19 0.81 0.54 0.10 0.81 1.62 1.87 1.63 1.49 1.56 1.39 1.06 0.61 0.74 0.75 0.85 0.67 0.39
Alt 6 Golongan A+B+C 0.60 1.15 1.60 1.45 0.90 0.79 1.01 0.64 0.36 0.57 1.08 1.62 1.71 1.55 1.53 1.41 1.25 0.94 0.65 0.79 0.79 0.79 0.52 0.26
Alt 7 Golongan A+C 0.89 0.86 1.70 1.48 0.98 0.82 0.93 0.64 0.34 0.85 0.81 1.62 1.63 1.63 1.56 1.31 1.31 0.93 0.60 0.82 0.77 0.76 0.49 0.29
Setelah kita mendapatkan DR dari keenam pola tanam yang berbeda selanjutnya akan dicari pola tanam manakah yang akan
memberikan luasan maximum untuk penanaman,berikut adalah hasil tabulasi dari alternative pola tanam.
Bulan Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Jul Agt Sept Okt
Periode 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Alt 1 Golongan A 7139.93 7139.93 14744.42 21666.60 24655.85 20438.85 35438.46 72305.11 MAKS 10995.51 5961.41 5961.41 2518.34 2543.88 517.73 746.57 1710.23 2313.43 2927.38 2395.13 2961.73 3776.41 27488.71 MAKS
Alt 2 Golongan B MAKS 7139.93 14744.42 14744.42 24180.78 24655.85 19529.96 35438.46 42608.34 MAKS 5961.41 5961.41 1875.97 2518.34 571.07 517.73 1468.57 1710.23 2797.14 2927.38 3045.34 2961.73 10393.83 27488.71
Alt 3 Golongan C 195168.24 MAKS 10241.56 10241.56 14915.92 24180.78 18776.26 23471.10 24290.70 85500.69 MAKS 5961.41 1875.97 1875.97 565.53 571.07 1018.23 1468.57 4542.48 2797.14 3814.57 3045.34 7744.81 10393.83
Alt 4 Golongan A+B 14279.86 7139.93 14744.42 17547.51 24416.00 22350.17 25182.16 47564.45 85216.67 21991.01 5961.41 5961.41 2150.20 2531.05 543.10 611.44 1580.22 1966.62 2860.78 2634.64 3002.95 3319.82 15084.15 54977.41
Alt 5 Golongan B+C 390336.47 14279.86 12087.25 12087.25 18450.59 24416.00 19145.69 28239.21 30941.74 171001.37 11913.21 5961.41 1875.97 2150.20 568.29 543.10 1202.63 1580.22 3462.29 2860.78 3386.83 3002.95 8875.89 15084.15
Alt 6 Golongan A+B+C 20663.83 10709.89 12859.76 14176.51 20140.18 22928.78 22610.78 35438.46 46412.62 29227.79 8938.51 5961.41 2050.30 2267.15 550.37 597.37 1334.67 1766.88 3263.51 2686.67 3232.19 3222.99 11463.15 22626.23
Alt 7 Golongan A+C 13775.89 14279.86 12087.25 13908.66 18587.22 22152.91 24546.90 35438.46 48581.41 19485.19 11913.21 5961.41 2150.20 2159.46 540.58 647.13 1276.48 1796.63 3560.32 2580.57 3334.48 3371.70 12084.79 20787.66
Selanjtunya kita mengelompokkan luas lahan minimum dari masing-masing alternative, untuk setiap pola penanaman sehingga
diperoleh hasil alternative yang akan kita pilih dengan penjumlahan nilai luasan tadi dan dipilih nilai terbesar.
Minimum
Alternatif Jumlah
Padi U1 Padi U2 Palawija
Alt 1 Golongan A 7139.93 517.73 2313.43 9971.09
Alt 2 Golongan B 7139.93 517.73 2797.14 10454.80
Alt 3 Golongan C 10241.56 565.53 2797.14 13604.24
Alt 4 Golongan A+B 7139.93 565.53 1966.62 9672.08
Alt 5 Golongan B+C 12087.25 543.10 2860.78 15491.12
Alt 6 Golongan A+B+C 10709.89 550.37 1766.88 13027.15
Alt 7 Golongan A+C 12087.25 540.58 1796.63 14424.46
Dari Tabel diatas dapat dilihat, luas lahan maksimum yang dapat di airi
ada pada alternative 5 golongan B+C. Sehingga kita akan menggunakan DR
maks dan maksimum lahan yang dapat diairi dari Alternatif 5 Golongan B+C.
BAB 5
3. Menentukan DR
Nilai DR didapatkan dari perhitungan pada bab 4.
Q n
m
m3/s (b/h)
0.00-0.15 1 1
0.15-0.30 1 1
0.30-0.40 1.5 1
0.40-0.50 1.5 1
0.50-0.75 1 1
0.75-1.50 2 1
1.50-3.00 2.5 1.50
3.00-4.50 3 1.50
4.50-6.00 3.5 1.50
6.00-7.50 4 1.50
7.50-9.00 4.5 1.50
9.00-11.00 5 1.50
11.00-15.00 6 1.50
15.00-25.0 8 1.50
faktor
debit
kekasaran
m3/dt k
0.15 - 0.30 35
0.30 - 0.50 35
0.50 - 0.75 35
0.75 - 1.00 35
1.00 - 1.50 40
1.50 - 3.00 40
3.00 - 4.50 40
4.50 - 5.00 40
10.00 - 11.00 45
11.00 - 15.00 45
15.00 - 25.00 45
25.00 - 40.00 45
7. Menentukan nilai b
8. Menghitung nilai h
h b n
k R2 3
i1 2
Nilai b’ dapat ditemtukan setelah didapatkan nilai b dari hasil iterasi lalu
dibulatkan ke atas satu angka di belakang koma.
h b n
’ 2
R2 3
Tinggi muka air dari setiap saluran dapat dihitung dengan langkah-langkah
berikut:
Dimana:
Z = kenaikan air setelah melewati pintu romijn (m)
Dimana:
I = kemiringan saluran
Sedangkan nilai tinggi muka air dekat pintu ukur pada hilir dapat dihitung
dengan rumus:
Untuk TMA di ujung saluran pada hulu dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
Untuk TMA di ujung saluran pada hilir dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
- DR = 1.87 l/s/ha
- Efisiensi saluran = 0.9
1. Menghitung nilai Q
luas daerah layanan R
e isiensi saluran
1900 1 8
3 9 m3 s
4. Menghitung nilai b
Nilai b diasumsikan terlebih dahulu, misalnya 1 m
5. Menghitung nilai h
3m
7. Menghitung nilai P
8. Menghitung nilai R
R=
R 1 31 m
k R2 3
i1 2
0 1 312 3
0 00151 2
1 85 m s
1 5 1 85
30 525 m3 s
Nilai b’ dapat ditemtukan setelah didapatkan nilai b dari hasil iterasi lalu
dibulatkan ke atas satu angka di belakang koma. Sehingga
b’ = 2. m
h b n
2
h
3
h 09m
3 95 3 59
1 1m s
’ 2
R2 3
11 2
2 3
0 0
0 001 8 0 0015
Tinggi muka air dari setiap saluran dapat dihitung dengan langkah-
langkah berikut:
Dengan melihat peta, letak tertinggi muka air untuk saluran primer
adalah sebesar 16,5 m.
- H max = 0.5 m
- Kapasitas = 0.9 m3/s
- Lebar pintu = 1.5 m
ma
3
05
3
01 m
umlah pintu
kapasitas
3 95
umlah pintu
09
Hasil perhitungan untuk setiap saluran ditampilkan dalam bentuk tabel berikut:
BAB 6
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 2 mengenai bangunan penting pada suatu
jaringan irigasi, bangunan bagi sadap merupakan bangunan yang berupa bangunan bagi,
dan bersama itu pula sebagai bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan
kombinasi dari bangunan bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran
primer atau saluran sekunder yang memberi air ke saluran tersier).
Bangunan bagi sadap terdiri dari bangunan sadap tersier; bangunan/pintu sadap
ke saluran sekunder dengan kelengkapan pintu sadap dam alat ukur; serta
bangunan/pimtu pengatur muka air. Tata letak dari bangunan bagi sadap ini bisa dibuat 2
alternatif, yaitu :
a. Bentuk menyamping
b. Bentuk numbak
Bentuk seperti ini mempunyai kelebihan kecepatan datang aliran untuk setiap
bangunan adalah sama. Sehingga bentuk ini sangat cocok diterapkan untuk
Berikut hasil perhitungan pendimensian saluran pada jaringan irigasi Kali Bedadung :
Gambar Layout yang akan dibuat adalah gambar bangunan bagi sadap pada saluran BDD
SK A1-BDD SK A2 dan pada saluran BDD TS A1 KI-KA.
- b’ = 1.8 m
- h’ = 0. 5 m
- m = 1.5
- n = 2.5
- I = 0.00143
1. Menentukan nilai freeboard (W)
Dengan Q sebesar 1.85 m3/s, diperoleh nilai W dari tabel sebesar 0.5 m
Q (m3/s) W(m)
0,15-1 0.4
1-5 0.5
5-10 0.6
10-40 0.75
= W + h’
= 0.5 m + 0.75 m
= 1.25 m
= b’ + (2 (h’ m))
= 5.55 m
Setelah didapat dimensi tersebut, barulah dapat digambarkan layout dari bangunan bagi
sadapnya.
BAB 7
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air ini
yaitu:
1. Perencanaan irigasi pada tugas besar yang kurang/tidak aktual karena data-
data hidrologi dan klimatologi yang didapatkan merupakan data lama dan
sebagian besar sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Oleh karena itu
perlu dilakukan aktualisasi data-data hidrologi dan klimatologi agar tugas
besar ini lebih aktual.
2. Pemilihan stasiun hujan yang terlalu jauh untuk mengolah sistem irigasi
Bedadung ini, sehingga sebaiknya harus dipilih sedekat mungkin agar akurasi
hasil dapat mendekati kesempurnaan.
3. Karena sistem yang digunakan irigasi gravitasi, maka bagi yang petak
sawahnya lebih tinggi dari saluran, maka tidak bisa menggunakan pompa.
xi
LAMPIRAN
xii
LAMPIRAN A
Nomer 8.00
Nama Tamanan
Nomer 13.00
Nama Jember
Nomer 20.00
Nama Semboro
xiii
DATA CURAH HUJAN LENGKAP (Telah diisi menggunakan metode rasional)
Nomer 8.00
Nama Tamanan
Nomer 13.00
Nama Jember
Nomer 20.00
Nama Semboro
xiv
PERHITUNGAN RERATA REGIONAL MENGGUNAKAN POLYGON THIESSEN
xv
DATA RERATA REGIONAL HASIL PERHITUNGAN MENGGUNAKAN POLGON
THIESSEN
RERATA REGIONAL THIESSEN
Curah Hujan (mm) Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1955.00 423.17 286.09 221.38 140.53 106.73 140.37 312.52 128.33 152.22 137.95 467.01 244.53
1956.00 366.91 305.77 134.54 112.13 77.55 160.16 98.60 194.79 73.51 143.34 319.22 599.68
1957.00 345.40 377.13 268.04 166.07 104.91 5.12 170.83 42.78 36.40 19.90 108.50 362.73
1958.00 107.80 190.42 444.97 224.51 139.46 102.18 108.56 25.49 81.28 86.61 106.02 401.89
1959.00 460.86 343.24 286.42 71.56 219.48 37.60 35.67 44.82 29.32 52.89 112.71 337.98
1960.00 336.68 478.54 290.86 205.23 201.10 73.91 40.76 46.60 43.78 211.61 311.80 187.04
1961.00 401.46 250.17 125.98 79.07 298.35 10.56 24.36 0.00 20.97 61.80 212.22 181.68
1962.00 445.77 208.90 200.00 406.54 19.59 90.00 16.17 84.08 32.36 114.29 200.59 331.39
1963.00 604.70 200.49 448.93 151.53 8.80 6.73 0.00 17.18 1.50 52.52 148.34 325.26
1964.00 117.79 287.30 353.14 187.05 94.05 93.48 14.45 33.11 57.43 379.99 198.36 125.60
Rank Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des P
1 604.70 478.54 448.93 406.54 298.35 160.16 312.52 194.79 152.22 379.99 467.01 599.68 9%
2 460.86 377.13 444.97 224.51 219.48 140.37 170.83 128.33 81.28 211.61 319.22 401.89 18%
3 445.77 343.24 353.14 205.23 201.10 102.18 108.56 84.08 73.51 143.34 311.80 362.73 27%
4 423.17 305.77 290.86 187.05 139.46 93.48 98.60 46.60 57.43 137.95 212.22 337.98 36%
5 401.46 287.30 286.42 166.07 106.73 90.00 40.76 44.82 43.78 114.29 200.59 331.39 45%
6 366.91 286.09 268.04 151.53 104.91 73.91 35.67 42.78 36.40 86.61 198.36 325.26 55%
7 345.40 250.17 221.38 140.53 94.05 37.60 24.36 33.11 32.36 61.80 148.34 244.53 64%
8 336.68 208.90 200.00 112.13 77.55 10.56 16.17 25.49 29.32 52.89 112.71 187.04 73%
9 117.79 200.49 134.54 79.07 19.59 6.73 14.45 17.18 20.97 52.52 108.50 181.68 82%
10 107.80 190.42 125.98 71.56 8.80 5.12 0.00 0.00 1.50 19.90 106.02 125.60 91%
Rainfall Bulan
(mm/bln) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
R80 161.56 202.17 147.63 85.68 31.18 7.50 14.80 18.84 22.64 52.60 109.34 182.75
Rainfall Bulan
(m/s) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
R80 0.0000000623 0.0000000780 0.0000000570 0.0000000331 0.0000000120 0.0000000029 0.0000000057 0.0000000073 0.0000000087 0.0000000203 0.0000000422 0.0000000705
Debit Bulan
m3/s Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Q80 18.21 22.78 16.64 9.66 3.51 0.84 1.67 2.12 2.55 5.93 12.32 20.59
xvi
CURAH HUJAN EFEKTIF (Re)
Nomer 103
Nama Tamansari
Bulan
Rank P
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 386 393 357 193 249 294 117 69 124 263 273 480 9.09%
2 320 261 324 151 245 75 85 63 113 102 265 320 18.18%
3 300 206 296 145 237 66 37 50.52 112 100 248 245 27.27%
4 284 204 265 143 232 51 26 5 82 95 177 241 36.36%
5 239 156 239 137 158 47 0 0 29 83 177 225 45.45%
6 237 150 200 113 135 11 0 0 15 30 157 218 54.55%
7 228 149 187 89 111 0 0 0 8 30 142 181 63.64%
8 217 134 139 87 21 0 0 0 8 11 126 175 72.73%
9 169 127 94 85 15 0 0 0 0 0 67 141 81.82%
10 125 78 39 46 9 0 0 0.00 0 0 48 47 90.91%
Rainfall Bulan
(mm/2bln) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
R50 119.00 119.00 76.50 76.50 109.75 109.75 62.50 62.50 73.25 73.25 14.50 14.50 0.00 0.00 0.00 0.00 11.00 11.00 28.25 28.25 83.50 83.50 110.75 110.75
R80 89.30 89.30 64.20 64.20 51.50 51.50 42.70 42.70 8.10 8.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.80 0.80 1.10 1.10 39.40 39.40 73.90 73.90
Rainfall Bulan
(mm/15 hari) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
R50 7.93 7.93 5.10 5.10 7.32 7.32 4.17 4.17 4.88 4.88 0.97 0.97 0.00 0.00 0.00 0.00 0.73 0.73 1.88 1.88 5.57 5.57 7.38 7.38
R80 5.95 5.95 4.28 4.28 3.43 3.43 2.85 2.85 0.54 0.54 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 0.05 0.07 0.07 2.63 2.63 4.93 4.93
Rainfall Bulan
(mm/15 hari) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Re50 5.55 5.55 3.57 3.57 5.12 5.12 2.92 2.92 3.42 3.42 0.68 0.68 0.00 0.00 0.00 0.00 0.51 0.51 1.32 1.32 3.90 3.90 5.17 5.17
Re80 4.17 4.17 3.00 3.00 2.40 2.40 1.99 1.99 0.38 0.38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.04 0.05 0.05 1.84 1.84 3.45 3.45
xvii
DATA KLIMATOLOGI
Stasiun Univ. Brawijaya Malang
Posisi 070 57'S - 1120 37'S
xviii
EVAPOTRANSPIRASI PENMAN MODIFIKASI
xix
Tabel Hubungan Suhu (T) dengan nilai ea (mbar), W, (1-W) dan f(t)
xx
Tabel PN.2 Besaran nilai anggota (Ra) dalam Evaporasi Ekuivalen (mm/hari) dalam
hubungan dengan letak lintang (untuk daerah Indonesia, antara 5 LU – 10 LS)
xxi
Tabel PN. 8 Besaran angka koreksi (c) bulanan untuk rumus Penman (berdasarkan
perkiraan perbandingan kecepatan angina siang/malam di Indonesia
xxii
Tabel PN.4 Hubungan antara (ea) dan (ed) untuk berbagai keadaan (RH) guna
penggunaan rmus Penman
xxiii
LAMPIRAN B
CROP PATTERN
Golongan A
Bulan Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
C1 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C2 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C3 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.32 0.00 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.48 0.42 0.75 0.92 0.94 0.76 0.42 0.15
Golongan B
Bulan Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
C1 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C2 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C3 0.45 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 1 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.8 1.00 1.00 0.82
C 0.15 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.32 0.00 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.48 0.42 0.75 0.92 0.94 0.76 0.42
Golongan C
Bulan Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
C1 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C2 0.45 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.8 1.00 1.00 0.82
C3 0.82 0.5 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.1 1 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.8 1.00 1.00
C 0.42 0.15 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.32 0.00 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.48 0.42 0.75 0.92 0.94 0.76
xxiv
FIELD REQUIREMENT
Golongan A
Bulan Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
C1 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C2 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C3 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.32 0.00 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.48 0.42 0.75 0.92 0.94 0.76 0.42 0.15
Eto 5.56 5.56 5.25 5.25 4.89 4.89 5.26 5.26 4.72 4.72 4.98 4.98 4.72 4.72 4.88 4.88 4.91 4.91 5.43 5.43 5.69 5.69 5.97 5.97
Eo 6.12 6.12 5.77 5.77 5.38 5.38 5.79 5.79 5.20 5.20 5.48 5.48 5.19 5.19 5.37 5.37 5.41 5.41 5.97 5.97 6.26 6.26 6.57 6.57
P 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Re50 0.00 0.00 0.51 0.51 1.32 1.32
Re80 1.84 1.84 3.45 3.45 4.17 4.17 3.00 3.00 2.40 2.40 1.99 1.99 0.38 0.38 0.00 0.00 0.00 0.00
WLR 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10
M 8.12 8.12 7.77 7.20 7.48 7.48
K 1.22 1.22 1.17 1.08 1.12 1.12
Etc 11.53 11.53 11.29 5.69 5.21 4.97 3.51 1.67 0.00 10.90 11.09 11.09 5.11 5.04 4.96 3.25 2.38 2.05 4.07 4.98 5.35 4.31 2.53 0.90
NFR 9.69 9.69 7.84 5.34 4.15 5.00 3.61 1.77 0.00 8.50 9.10 9.10 7.84 7.76 9.16 6.35 5.48 4.05 4.07 4.98 4.84 3.79 1.21 0.00
IR 14.91 14.91 12.07 8.21 6.38 7.70 5.55 2.72 0.00 13.07 13.99 13.99 12.06 11.93 14.10 9.78 8.42 6.23 6.27 7.66 7.44 5.84 1.86 0.00
DR 1.73 1.73 1.40 0.95 0.74 0.89 0.64 0.32 0.00 1.51 1.62 1.62 1.40 1.38 1.63 1.13 0.97 0.72 0.73 0.89 0.86 0.68 0.22 0.00
Golongan B
Bulan Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
C1 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C2 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C3 0.45 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82
C 0.15 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.32 0.00 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.48 0.42 0.75 0.92 0.94 0.76 0.42
Eto 5.56 5.56 5.25 5.25 4.89 4.89 5.26 5.26 4.72 4.72 4.98 4.98 4.72 4.72 4.88 4.88 4.91 4.91 5.43 5.43 5.69 5.69 5.97 5.97
Eo 6.12 6.12 5.77 5.77 5.38 5.38 5.79 5.79 5.20 5.20 5.48 5.48 5.19 5.19 5.37 5.37 5.41 5.41 5.97 5.97 6.26 6.26 6.57 6.57
P 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Re50 5.55 0.00 0.51 0.51 1.32 1.32
Re80 1.84 1.84 3.45 3.45 4.17 4.17 3.00 3.00 2.40 2.40 1.99 1.99 0.38 0.38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
WLR 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10
M 8.12 7.77 7.77 7.48 7.48 7.19
K 1.22 1.17 1.17 1.12 1.12 1.08
Etc 0.83 11.53 11.29 11.29 5.30 5.21 5.35 3.51 1.50 0.00 11.09 11.09 10.90 5.11 5.21 4.96 3.28 2.38 2.26 4.07 5.22 5.35 4.52 2.53
NFR 0.00 9.69 7.84 7.84 4.23 4.15 6.55 3.61 2.19 0.00 9.10 9.10 10.52 7.84 8.31 9.16 6.38 5.48 4.26 4.07 4.71 4.84 3.20 1.21
IR 0.00 14.91 12.07 12.07 6.51 6.38 10.08 5.55 3.37 0.00 13.99 13.99 16.18 12.06 12.78 14.10 9.81 8.42 6.56 6.27 7.24 7.44 4.93 1.86
DR 0.00 1.73 1.40 1.40 0.75 0.74 1.17 0.64 0.39 0.00 1.62 1.62 1.87 1.40 1.48 1.63 1.14 0.97 0.76 0.73 0.84 0.86 0.57 0.22
xxv
Golongan C
Bulan Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
C1 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
C2 0.45 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82
C3 0.82 0.45 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00
C 0.42 0.15 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.32 0.00 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.48 0.42 0.75 0.92 0.94 0.76
Eto 5.56 5.56 5.25 5.25 4.89 4.89 5.26 5.26 4.72 4.72 4.98 4.98 4.72 4.72 4.88 4.88 4.91 4.91 5.43 5.43 5.69 5.69 5.97 5.97
Eo 6.12 6.12 5.77 5.77 5.38 5.38 5.79 5.79 5.20 5.20 5.48 5.48 5.19 5.19 5.37 5.37 5.41 5.41 5.97 5.97 6.26 6.26 6.57 6.57
P 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Re50 3.90 3.90 3.45 3.45 0.51 0.51 1.32 1.32
Re80 4.17 4.17 3.00 3.00 2.40 2.40 1.99 1.99 0.38 0.38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
WLR 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10
M 7.77 7.77 7.38 7.48 7.19 7.19
K 1.17 1.17 1.11 1.12 1.08 1.08
Etc 2.35 0.83 11.29 11.29 11.02 5.30 5.61 5.35 3.15 1.50 0.00 11.09 10.90 10.90 5.29 5.21 5.00 3.28 2.63 2.26 4.27 5.22 5.62 4.52
NFR 0.35 0.00 11.29 11.29 6.85 4.23 6.81 5.45 3.85 1.09 0.01 9.10 10.52 10.52 8.39 8.31 9.20 6.38 2.63 4.26 3.76 4.71 4.30 3.20
IR 0.55 0.00 17.37 17.37 10.55 6.51 10.48 8.39 5.92 1.68 0.01 13.99 16.18 16.18 12.91 12.78 14.15 9.81 4.04 6.56 5.78 7.24 6.61 4.93
DR 0.06 0.00 2.01 2.01 1.22 0.75 1.21 0.97 0.68 0.19 0.00 1.62 1.87 1.87 1.49 1.48 1.64 1.14 0.47 0.76 0.67 0.84 0.77 0.57
IRRIGATEABLE FIELD
DR ALTERNATIF
Alternatif
Bulan Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Jul Agt Sept Okt
Periode 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Alt 1 Golongan A 1.73 1.73 1.40 0.95 0.74 0.89 0.64 0.32 0.00 1.51 1.62 1.62 1.40 1.38 1.63 1.13 0.97 0.72 0.73 0.89 0.86 0.68 0.22 0.00
Alt 2 Golongan B 0.00 1.73 1.40 1.40 0.75 0.74 1.17 0.64 0.39 0.00 1.62 1.62 1.87 1.40 1.48 1.63 1.14 0.97 0.76 0.73 0.84 0.86 0.57 0.22
Alt 3 Golongan C 0.06 0.00 2.01 2.01 1.22 0.75 1.21 0.97 0.68 0.19 0.00 1.62 1.87 1.87 1.49 1.48 1.64 1.14 0.47 0.76 0.67 0.84 0.77 0.57
Alt 4 Golongan A+B 0.86 1.73 1.40 1.17 0.75 0.81 0.90 0.48 0.20 0.76 1.62 1.62 1.63 1.39 1.56 1.38 1.06 0.85 0.74 0.81 0.85 0.77 0.39 0.11
Alt 5 Golongan B+C 0.03 0.86 1.70 1.70 0.99 0.75 1.19 0.81 0.54 0.10 0.81 1.62 1.87 1.63 1.49 1.56 1.39 1.06 0.61 0.74 0.75 0.85 0.67 0.39
Alt 6 Golongan A+B+C 0.60 1.15 1.60 1.45 0.90 0.79 1.01 0.64 0.36 0.57 1.08 1.62 1.71 1.55 1.53 1.41 1.25 0.94 0.65 0.79 0.79 0.79 0.52 0.26
Alt 7 Golongan A+C 0.89 0.86 1.70 1.48 0.98 0.82 0.93 0.64 0.34 0.85 0.81 1.62 1.63 1.63 1.56 1.31 1.31 0.93 0.60 0.82 0.77 0.76 0.49 0.29
xxvi
LUAS LAHAN ALTERNATIF
Bulan Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Jul Agt Sept Okt
Periode 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Alt 1 Golongan A 7139.93 7139.93 14744.42 21666.60 24655.85 20438.85 35438.46 72305.11 MAKS 10995.51 5961.41 5961.41 2518.34 2543.88 517.73 746.57 1710.23 2313.43 2927.38 2395.13 2961.73 3776.41 27488.71 MAKS
Alt 2 Golongan B MAKS 7139.93 14744.42 14744.42 24180.78 24655.85 19529.96 35438.46 42608.34 MAKS 5961.41 5961.41 1875.97 2518.34 571.07 517.73 1468.57 1710.23 2797.14 2927.38 3045.34 2961.73 10393.83 27488.71
Alt 3 Golongan C 195168.24 MAKS 10241.56 10241.56 14915.92 24180.78 18776.26 23471.10 24290.70 85500.69 MAKS 5961.41 1875.97 1875.97 565.53 571.07 1018.23 1468.57 4542.48 2797.14 3814.57 3045.34 7744.81 10393.83
Alt 4 Golongan A+B 14279.86 7139.93 14744.42 17547.51 24416.00 22350.17 25182.16 47564.45 85216.67 21991.01 5961.41 5961.41 2150.20 2531.05 543.10 611.44 1580.22 1966.62 2860.78 2634.64 3002.95 3319.82 15084.15 54977.41
Alt 5 Golongan B+C 390336.47 14279.86 12087.25 12087.25 18450.59 24416.00 19145.69 28239.21 30941.74 171001.37 11913.21 5961.41 1875.97 2150.20 568.29 543.10 1202.63 1580.22 3462.29 2860.78 3386.83 3002.95 8875.89 15084.15
Alt 6 Golongan A+B+C 20663.83 10709.89 12859.76 14176.51 20140.18 22928.78 22610.78 35438.46 46412.62 29227.79 8938.51 5961.41 2050.30 2267.15 550.37 597.37 1334.67 1766.88 3263.51 2686.67 3232.19 3222.99 11463.15 22626.23
Alt 7 Golongan A+C 13775.89 14279.86 12087.25 13908.66 18587.22 22152.91 24546.90 35438.46 48581.41 19485.19 11913.21 5961.41 2150.20 2159.46 540.58 647.13 1276.48 1796.63 3560.32 2580.57 3334.48 3371.70 12084.79 20787.66
Minimum
Alternatif Jumlah Jumlah (padi)
Padi U1 Padi U2 Palawija
Alt 1 Golongan A 7139.93 517.73 2313.43 9971.09 7657.66
Alt 2 Golongan B 7139.93 517.73 2797.14 10454.80 7657.66
Alt 3 Golongan C 10241.56 565.53 2797.14 13604.24 10807.10
Alt 4 Golongan A+B 7139.93 565.53 1966.62 9672.08 7705.46
Alt 5 Golongan B+C 12087.25 543.10 2860.78 15491.12 12630.35
Alt 6 Golongan A+B+C 10709.89 550.37 1766.88 13027.15 11260.27
Alt 7 Golongan A+C 12087.25 540.58 1796.63 14424.46 12627.83
maksimum : 12630.35
Alternatif 5,
Golongan B+C
xxvii
DR ALTERNATIF TERPILIH
Bulan Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Jul Agt Sept Okt
DR Maks
Periode 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Alt 5 Golongan B+C 0.03 0.86 1.70 1.70 0.99 0.75 1.19 0.81 0.54 0.10 0.81 1.62 1.87 1.63 1.49 1.56 1.39 1.06 0.61 0.74 0.75 0.85 0.67 0.39 1.87
IRRIGATEABLE FIELD
Minimum
Alternatif Jumlah Satuan
Padi U1 Padi U2 Palawija
ALT 5 Golongan B+C 12087.25 543.10 2860.78 15491.12 hektare Luas Daerah yang bisa teraliri 15491.12 hektare
xxviii
LAMPIRAN C
DIMENSI SALURAN
xxix
TINGGI MUKA AIR
Pertamb TMA dekat pintu
Sawah Tertinggi TMA Pintu Romijn TMA ujung saluran
ahan Debit Jumlah Lebar ukur TMA max
No. Jenis Saluran Nama Saluran Sawah i b (m) z (m) L (m) i*L (m)
Elevasi Tinggi (m3/s) Pintu Pintu (m)
Jarak (m) (m) Tipe Hmax (m) Kapasitas (m3/s) Hilir Udik Hilir Udik
(m) Muka Air:
1 Primer BDD PM 1 16.5 1800 16.65 0.001476033 2.66 3.95 2.70 RVI 0.50 0.9 0.166667 5 1.5 19.31 19.47 19.47 1800 2.656859 22.13 22.30
2 Sekunder BDD SK A1 16.5 1500 16.65 0.001463005 2.19 1.85 1.80 RVI 0.50 0.9 0.166667 3 1.5 18.84 19.01 19.01 1500 2.194508 21.21 21.37
3 Tersier BDD TS A1 KI 15 0 15.15 0.001383627 0.00 0.29 0.55 RII 0.50 0.3 0.166667 1 0.5 15.15 15.32 15.32 0 0 15.32 15.48
4 Tersier BDD TS A1 KA 15 0 15.15 0.001383627 0.00 0.29 0.55 RII 0.50 0.3 0.166667 1 0.5 15.15 15.32 15.32 0 0 15.32 15.48
5 Sekunder BDD SK A2 12.8 0 12.95 0.001497597 0.00 1.54 1.65 RVI 0.50 0.9 0.166667 2 1.5 12.95 13.12 13.12 0 0 13.12 13.28
6 Tersier BDD TS A2 KI 12.5 0 12.65 0.001404771 0.00 0.32 0.75 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 12.65 12.82 12.82 0 0 12.82 12.98
7 Sekunder BDD SK A3 12.5 600 12.65 0.001495746 0.90 1.43 1.45 RVI 0.50 0.9 0.166667 2 1.5 13.55 13.71 13.71 600 0.897447 14.61 14.78
8 Tersier BDD TS A3 KA 12.5 0 12.65 0.001473903 0.00 0.36 0.75 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 12.65 12.82 12.82 0 0 12.82 12.98
9 Sekunder BDD SK A4 12.5 1000 12.65 0.001476247 1.48 1.27 1.40 RVI 0.50 0.9 0.166667 2 1.5 14.13 14.29 14.29 1000 1.476247 15.77 15.94
10 Tersier BDD TS A4 KA 12.5 0 12.65 0.001429849 0.00 0.40 0.80 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 12.65 12.82 12.82 0 0 12.82 12.98
11 Sekunder BDD SK A5 10.4 1000 10.55 0.001487614 1.49 1.06 1.30 RVI 0.50 0.9 0.166667 2 1.5 12.04 12.20 12.20 1000 1.487614 13.69 13.86
12 Tersier BDD TS A5 KI 10.4 0 10.55 0.001393387 0.00 0.44 0.85 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 10.55 10.72 10.72 0 0 10.72 10.88
13 Tersier BDD TS A5 KA 10.1 0 10.25 0.001393387 0.00 0.44 0.85 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 10.25 10.42 10.42 0 0 10.42 10.58
14 Sekunder BDD SK A6 8 1000 8.15 0.00142175 1.42 0.39 0.80 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 9.57 9.74 9.74 1000 1.42175 11.16 11.33
15 Tersier BDD TS A6 KI 8 0 8.15 0.00146214 0.00 0.49 0.85 RIV 0.50 0.6 0.166667 1 1 8.15 8.32 8.32 0 0 8.32 8.48
16 Primer BDD PM 2 16.5 0 16.65 0.001489037 0.00 2.54 2.00 RVI 0.50 0.9 0.166667 3 1.5 16.65 16.82 16.82 3700 5.509437 22.33 22.49
17 Sekunder BDD SK B1 16.5 0 16.65 0.001430375 0.00 0.77 1.25 RVI 0.50 0.9 0.166667 1 1.5 16.65 16.82 16.82 1200 1.71645 18.53 18.70
18 Tersier BDD TS B1 KA 16.2 0 16.35 0.001404771 0.00 0.32 0.75 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 16.35 16.52 16.52 0 0 16.52 16.68
19 Sekunder BDD SK B2 16.2 1000 16.35 0.001463135 1.46 0.57 0.90 RIV 0.50 0.6 0.166667 1 1 17.81 17.98 17.98 1000 1.463135 19.44 19.61
20 Tersier BDD TS B2 KA 14.5 0 14.65 0.001473903 0.00 0.36 0.75 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 14.65 14.82 14.82 0 0 14.82 14.98
21 Tersier BDD TS B2 KI 14.5 0 14.65 0.001401376 0.00 0.45 0.85 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 14.65 14.82 14.82 0 0 14.82 14.98
22 Primer BDD PM 3 16.5 3600 16.65 0.001485406 5.35 2.06 1.85 RVI 0.50 0.9 0.166667 3 1.5 22.00 22.16 22.16 3600 5.347463 27.51 27.68
23 Sekunder BDD SK C1 16.5 1300 16.65 0.001461101 1.90 2.28 1.95 RVI 0.50 0.9 0.166667 3 1.5 18.55 18.72 18.72 1300 1.899431 20.62 20.78
24 Tersier BDD TS C1 KA 16 0 16.15 0.001473903 0.00 0.36 0.75 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 16.15 16.32 16.32 0 0 16.32 16.48
25 Tersier BDD TS C1 KI 14.9 0 15.05 0.001473903 0.00 0.36 0.75 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 15.05 15.22 15.22 0 0 15.22 15.38
26 Sekunder BDD SK C2 14 4900 14.15 0.001482688 7.27 1.90 1.80 RVI 0.50 0.9 0.166667 3 1.5 21.42 21.58 21.58 4900 7.265173 28.85 29.01
27 Tersier BDD TS C2 KA 13.5 0 13.65 0.001429849 0.00 0.40 0.80 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 13.65 13.82 13.82 0 0 13.82 13.98
28 Sekunder BDD SK C3 12 3200 12.15 0.001481407 4.74 1.76 1.75 RVI 0.50 0.9 0.166667 2 1.5 16.89 17.06 17.06 3200 4.740504 21.80 21.96
29 Tersier BDD TS C3 KA 8.5 0 8.65 0.001393387 0.00 0.44 0.85 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 8.65 8.82 8.82 0 0 8.82 8.98
30 Sekunder BDD SK C4 7.9 500 8.05 0.001453391 0.73 1.57 1.70 RVI 0.50 0.9 0.166667 2 1.5 8.78 8.94 8.94 500 0.726695 9.67 9.84
31 Sekunder BDD SK C4a 7.1 1000 7.25 0.001459953 1.46 1.31 1.50 RVI 0.50 0.9 0.166667 2 1.5 8.71 8.88 8.88 1000 1.459953 10.34 10.50
32 Tersier BDD TS C4a KA 7.1 0 7.25 0.001431152 0.00 0.54 0.90 RIV 0.50 0.6 0.166667 1 1 7.25 7.42 7.42 0 0 7.42 7.58
33 Sekunder BDD SK C5a 5.1 1000 5.25 0.001422131 1.42 0.97 1.30 RVI 0.50 0.9 0.166667 2 1.5 6.67 6.84 6.84 1000 1.422131 8.26 8.43
34 Tersier BDD TS C5a KA 5.1 0 5.25 0.001405929 0.00 0.60 0.95 RV 0.50 0.75 0.166667 1 1.25 5.25 5.42 5.42 0 0 5.42 5.58
35 Tersier BDD TS C5a KI 5.1 0 5.25 0.001405929 0.00 0.60 0.95 RV 0.50 0.75 0.166667 1 1.25 5.25 5.42 5.42 0 0 5.42 5.58
36 Sekunder BDD SK C4b 7.1 1600 7.25 0.001403496 2.25 0.44 0.80 RIII 0.50 0.45 0.166667 1 0.75 9.50 9.66 9.66 1600 2.245594 11.91 12.07
38 Tersier BDD TS C4b KA 6 0 6.15 0.001431152 0.00 0.54 0.90 RIV 0.50 0.6 0.166667 1 1 6.15 6.32 6.32 0 0 6.32 6.48
xxx
LAMPIRAN D
Kali Bedadung
BDD SK B1 Bendung
BDD SK C1 BDD SK A1
BDD TS B1 KA
100 0.187318
SUNGAI-SAL-POSISI BDD TS C1 KA BDD TS C1 KI BDD TS A1 KA BDD TS A1 KI
A (hektar) Q (m3/s) 100 0.187318 100 0.187318 BDD SK B2 100 0.187318 100 0.187318
BDD SK A2
BDD SK C2
BDD TS B2 KA BDD TS B2 KI BDD TS A2 KI
100 0.187318 100 0.187318 100 0.187318
Intake BDD SK A3
BDD TS C2 KA
Bangunan bagi/sadap 100 0.187318
Saluran tersier
BDD TS C3 KA
Bendung 100 0.187318 BDD TS A4 KA
BDD TS C5a KA BDD TS C4a KA BDD SK C4 100 0.187318
Arah aliran air 100 0.18732 100 0.187318 BDD SK A5
TS Tersier BDD TS A6 KI
100 0.187318
xxxi
LAYOUT BANGUNAN BAGI-SADAP SALURAN SEKUNDER BDD SK A1-2 DAN TERSIER BDD TS A1 KA-KI TIPE
MENYAMPING
xxxii
LAYOUT PENAMPANG SALURAN
SALURAN PRIMER
SALURAN SEKUNDER
SALURAN TERSIER
xxxiii