Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengendalian Internal

Untuk tercapainya tujuan suatu perusahaan, di butuhkan suatu aturan atau

prosedur dan kebijakan yang menjadi pengendalian internal dalam suatu

perusahaan. Dengan begitu aktivitas operasional tetap terarah dan perusahaan

akan mudah dalam melakukan perbaikan.

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (2011) Pengendalian

internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris manajemen,

dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai

tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini (a) keandalan pelaporan

keuangan (b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan terhadap hukum

dan peraturan yang berlaku.

Pengertian pengendalian internal menurut Bodnar (2010) adalah sebagai

berikut :

“internal control is a process effected by an entity’s board of director,


management, and the other personel, designed to provide reasonable assurance
regarding achievement of objectives in the following categories:
1. Reliability of financial reporting
2. Effectiveness and efficiency of operation
3. Compliance with applicable laws and regulation”

7
8

MenurutTugiman (2006) pengendalian internal adalah suatu proses dari

aktivitas operasional organisasi dan merupakan bagian intergral dari proses

manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

2.1.1 Tujuan Pengendalian Internal

Adanya pengendalian internal dalam suatu perusahaan untuk dijadikan

acuan atau pedoman dalam melaksanakan aktivitas operasional. Dengan

pengendalian internal juga perusahaan dapat dengan mudah melakukan perbaikan

atas segala kekurangan yang ada di perusahaan. Sehingga perusahaan dapat

mencapai tujuannya.

Menurut COSO (2005) tujuan pengendalian internal adalah :

1. Keandalan pelaporan keuangan

Untuk dapat menjalankan operasi usahanya, manajemen memerlukan

informasi yang akurat. Manajemen bertanggungjawab untuk menyiapkan

laporan keuangan bagi investor, kreditor, pemegang saham, dan pengguna

lainnya. Adanya pengendalian internal diharapkan dapat menyediakan

data-data yang dipercaya dan diandalkan, sehingga memungkinkan

tersusunnya laporan keuangan yang dapat diandalkan.

2. Efektivitas dan efisiensi operasi

Setiap perusahaan menginginkan hasil yang terbaik dari aktivitas yang

dilakukannya dengan biaya yang kecil. Itu berarti efektivitas dan efisiensi

operasi sangat diperlukan oleh perusahaan. Adanya pengendalian internal

diharapkan dapat mengurangi pemborosan yang tidak perlu dalam seluruh


9

aspek usaha serta dapat mencegah penggunaan sumber daya yang tidak

efisien.

3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

pengendalian internal dimaksudkan untuk meningkatkan kepatuhan

karyawan terhadap hukum-hukum dan peraturan yang telah ditetapkan

merupakan alat pengendalian dari berbagai kegiatan-kegiatan perusahaan

yang harus ditaati dan dijalankan oleh setiap unit organisasi

menurut Arens et al (2008) menyatakan bahwa tujuan dari pengendalian

intern adalah :

“management typicall has the following three concern, or broad


objectives, in designing an effective control system :
1. reliability of financial reporting. Management is responsible for
preparing financial statement for investors, creditors, and other
users. Management has both legal and professional responsibility
to be sure that information is fairly prepared in accordance with
reporting requirements such as GAAP .
2. efficiency and effectiveness of operations.Control within an
organization are mean to encourage efficient and effective use of its
resources, including personel, to to optimize the company’s goals.
An important part of these control its accurate information for
internal decision making. Another important part of effectiveness
and efficiency safe guarding asset and the record.
3. Compliance with Sarbanes-oxley act and other applicable laws and
regulation. The Sarbanes oxley act of 2002 requires all public
companies to issue an “ internal control report” that include the
following :
a. A statement that management is responsible for establishing and
maintaining an adequate internal control structure and
procedure for financing reporting
b. An assessment of the effectiveness of the internal control
structure and procedures for financial reporting as of the end of
the company fiscal years.
Management’s evaluating must be based on a recognized
control framework that has established following a due-process
10

procedure that allows for public, private, and not for profit
organization are required to follow many laws and regulation.
Tujuan pengendalian intern adalah untuk menjamin ketepatan dan

keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi perusahaan dan

mendorong ketaatan kepada kebijakan yang telah digariskan oleh pimpinan

perusahaan. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan pengendalian intern

adalah untuk menunjang organisasi agar efektif dan efisien dalam tujuannya dan

pengendalian intern dikatakan baik apabila telah memenuhi syarat dan dapat

menguntungkan perusahaan.

2.1.2 Unsur-Unsur Pengendalian Internal

Dalam menerapkan pengendalian internal pada perusahaan agar dapat

terlaksana dengan baik, harus mengacu pada beberapa komponen atau unsur

pendukung untuk pengendalian internal yang memadai.

Menurut Sunarto (2009) terdapat lima komponen struktur pengendalian intern

yang saling berkaitan, yaitu :

1. Lingkungan pengendalian

2. Perhitungan risiko

3. Informasi dan komunikasi

4. Aktivitas pengendalian

5. Pemonitoran
11

Setiap komponen meliputi sejumlah kebijakan dan prosedur pengendalian

yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan pada ketiga kategori tujuan

yang telah disebutkan di atas, yaitu : pelaporan keuangan, kesesuaian dan operasi.

Setiap komponen struktur pengendalian intern akan dijelaskan dalam

uraian di bawah ini. Penjelasan akan difokuskan pada hubungan antara masing-

masing komponen dengan tujuan perusahaan dan pengendalian intern yang

bersangkutan pada setiap kategori yang paling relevan terhadap audit laporan

keuangan.

2.1.2.1 Lingkungan Pengendalian

Mempengaruhi suasana suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran tentang

pengendalian kepada orang-orangnya.

Lingkungan pengendalian dalam suatu perusahaan terdiri dari berbagai

faktor, yaitu :

1. Integritas dan Nilai-nilai etika.

2. Komitmen terhadap Kompentensi.

3. Dewan Komisaris dan Komite Audit.

4. Falsafah Manajemen dan Gaya Operasi.

5. Struktur Organisasi.

6. Perumusan Kewenangan dan Tanggung Jawab.

7. Kebijakan dan Praktik tentang Sumber Daya Manusia.


12

1. Integritas dan Nilai-nilai Etika

Pentingnya etika profesi dalam profesi akuntansi. Meningkatnya pelaku

dalam perusahaan seperti karyawan, pelanggan, pemasok, dan masyarakat

luas, menuntut pula adanya standar yang tinggi untuk integritas dan nilai-

nilai etika dari para manajer bisnis.

Untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai-nilai etika di antara

para personel suatu organisasi, manajemen puncak harus :

- Menciptakan iklim dengan member contoh, yaitu dengan menunjukan

integritas dan berperilaku dengan standar etika yang tinggi.

- Mengomunikasikan kepada semua karyawan, secara lisan dan melalui

kebijakan serta aturan-aturan perilaku tertulis, bahwa semua dintuntut

hal yang sama, bahwa semua karyawan mempunyai tanggung jawab

untuk melaporkan tentang semua pelanggaran yang diketahuinya atau

dicurigainya kepada atasannya, dan bahwa pelanggaran bisa dikenai

hukuman.

- Memberi pedoman moral kepada semua karyawan yang karena latar

belakangnya moralnya yang buruk, membuat mereka tidak bisa

membedakan antara baik dan buruk.

- Mengurangi atau menghilangkan dorongan dan godaan yang bisa

membuat orang menjadi tidak jujur, melanggar hukum, dan bertindak

tidak etis.
13

2. Komitmen terhadap kompetensi

Untuk mencapai tujuan satuan usaha, karyawan pada setiap jenjang

organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaannya secara efektif. Komitmen terhadap

kompetensi meliputi perkembangan manajemen tentang pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan, dan perpaduan antara intelegensia,

keterampilan, dan pengalaman yang diminta untuk pengembangan

kompetensi.

3. Dewan Komisaris dan Komite Audit

Komposisi dewan komisaris dan komite audit memiliki dampak yang

besar terhadap lingkungan pengendalian. Faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas dewan komisaris dan komite audit meliputi

independensi mereka dari manajemen yang berkaitan dengan proporsi

anggota dewan yang berasal dari luar, pengalaman serta tingginya

kedudukan mereka, seberapa jauh keterlibatan dan ketajaman pengamatan

atas aktivitas manajemen, ketepatan tindakan yang diambil, seberapa sulit

pertanyaan yang diajukan kepada manajemen, dan sifat serta luasnya

interaksi dengan auditor intern maupun auditor ekstern. Komite audit yang

hanya beranggotakan dari luar akan memberi sumbangan yang besar bagi

perusahaan dalam memenuhi sumbangan yang besar bagi perusahaan

dalam memenuhi tujuan pelaporan keuangan melalui pengawasan dan

mendorong independensi auditor ekstern.


14

4. Falsafah Manajemen dan Gaya Operasi

Banyak karakteristik, yang membentuk falsafah manajemen dan gaya

operasinya, dan memiliki dampak terhadap lingkungan pengendalian.

Karakteristik tersebut meliputi:

- Pendekatan untuk mengambil dan memonitor risiko bisnis.

- Penekanan terhadap kontak-kontak informal langsung dengan manajer-

manajer kunci atau pada sistem kebijakan tertulis yang formal,

indikator-indikator kerja, dan laporan penyimpangan.

- Kebiasaan dan tindakan terhadap pelaporan keuangan.

- Pemilihan prinsip akuntansi alternatif yang tersedia secara konservatif

atau agresif.

- Kehati-hatian dalam mengembangkan taksiran-taksiran akuntansi.

- Kebiasaan dalam mengolah informasi, fungsi akuntansi dan personalia.

5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam

memenuhi tujuannya, karena struktur organisasi memberikan kerangka

menyeluruh untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, serta

pemonitoran aktivitas perusahaan. Pengembangan struktur organisasi

perusahaan menyangkut perumusan kewenangan dan tanggungg jawab

serta alur pelaporan. Struktur organisasi perusahaan biasanya dituangkan

dalam bentuk bagan organisasi yang secara tepat menggambarkan

hubungan kewenangan dan pelaporan. Auditor perlu memahami hubungan

tersebut agar dapat menilai lingkungan pengendalian pada perusahaan


15

klien dan dampak terhadap efektifitas kebijakan dan prosedur

pengendalian.

6. Perumusan Kewenangan dan Tanggung Jawab

Perumusan kewenangan dan tanggung jawab merupakan lanjutan dari

pengembangan struktur organisasi. Hal ini menyangkut tentang bagaimana

dan kepada siapa kewenangan dan tanggung jawab diberikan. Adanya

perumusan kewenangan dan tanggung jawab akan membuat setiap

individu mengetahui :

1. Bagaimana tindakannya berkaitan dengan pihak lain dalam upaya

pencapaian tujuan perusahaan, dan

2. Untuk hal apa masing-masing individu harus bertanggung jawab.

Selain itu perusahaan menyusun suatu deskripsi jabatan yang

menggambarkan dengan jelas tugas-tugas spesifik masing-masing jabatan

dan hubungan pelaporannya.

7. Kebijakan dan Praktik Tentang Suber Daya Manusia

Konsep dasar pengendalian intern ialah dipengaruhi dan dilaksanakan oleh

manusia. Oleh Karena itu efektif tidaknya struktur pengendalian intern

akan sangat bergantung pada kebijakan dan praktik tentang sumber daya

manusia yang dianut, yang akan menentukan apakah personel perusahaan

memiliki tingkat integritas yang diharapkan, nilai-nilai etika dan

kompetensi. Praktik-praktik yang sehat mengenai hal ini menyangkut

kebijakan rekrutmen yang baik serta proses skrining dalam pengangkatan


16

karyawan, orientasi pegawai baru terhadap kultur perusahaan dan sifat

operasi perusahaan, kebijakan pelatihan, tindakan pendisiplinan atau

pelanggaran, evaluasi, konseling, dan promosi berdasarkan kinerja yang

lalu; dan program kompensasi yang memotivasi dan member penghargaan

atas prestasi kinerja sumber daya manusia.

2.1.2.2 Penaksiran Risiko

Ditunjukan untuk pelaporan keuangan adalah identitas, analisis, dan

pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan,

sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum.

Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus

terhadap risiko yang timbul dari perubahan keadaan, seperti :

a) Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi

yang belum pernah dikenal

b) Perubahan standar akuntansi

c) Hukum dari peraturan baru

d) Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi bantu

yang digunakan untuk pengolahan informasi

e) Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi

pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat

didalam fungsi tersebut.


17

2.1.2.3 Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan,

yang mencakup akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang digunakan untuk

mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisis, menggolongkan, mencatat, dan

melaporkan transaksi perusahaan dan menyelenggarakan pertanggung jawaban

atas aktiva dan kewajiban yang bersangkutan.

Komunikasi menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran

dan tanggung jawab individu berkenaan dengan struktur pengendalian intern atas

pelaporan keuangan.

Fokus utama sistem akuntansi adalah pada transaksi. Transaksi terdiri dari

pertukaran barang dan jasa antara perusahaan dengan pihak luar, termasuk pula

penyerahan atau penggunaan aktiva dan jasa dalam perusahaan sendiri. Sejalan

dengan itu, maka fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang

berkaitan dengan sistem akuntansi ialah bahwa transaksi harus ditangani sehingga

dapat mencegah salah saji dalam asersi manajemen di laporan keuangan. Oleh

karena itu, suatu sistem akuntansi yang efektif harus:

- Mengidentifikasi dan mencatat hanya transaksi-transaki perusahaan

yang sah yang terjadi pada periode berjalan (asersi keberadaan atau

keterjadian).

- Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi perusahaan yang sah

yang terjadi pada periode berjalan (asersi kelengkapan).


18

- Menjamin bahwa aktiva dan kewajiban yang dicatat adalah hasil dari

transaksi-transaksi yang menghasilkan hak perusahaan atas sesuatu,

kewajiban perusahaan untuk membayar kepada pihak tertentu.

- Mengukur nilai transaksi dengan cara tertentu yang memungkinkan

pencatatan nilai moneternya secara tepat dalam laporan keuangan.

- Mendapatkan informasi yang cukup rinci dari semua transaksi

sehingga memungkinkan untuk menyajikannya secara tepat dalam

laporan keuangan, termasuk penggolongan dan pengungkapan yang

diharuskan.

Sistem akuntansi perusahaan harus menghasilkan alur audit atau alur

transaksi yang lengkap untuk setiap transaksi. Alur transaksi adalah rangkaian

bukti yang diperoleh dengan pengodean, referensi silang, dan pendokumentasian

yang menghubungkan saldo rekening dengan data asli transaksi. Alur transaksi

penting artinya, baik bagi manajemen maupun auditor. Contoh, manajemen

menggunakan alur tersebut dalam member jawaban atas pertanyaan yang diajukan

oleh konsumen atau pemasok tentang saldo rekening.

Komunikasi berarti menyakinkan bahwa personel yang terlibat dalam

sistem pelaporan keuangan mengerti bagaimana kegiatan yang dilakukannya

berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan orang lain, baik orang dari dalam

maupun dari luar organisasi.


19

2.1.2.4 Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dijalankan.Kebijakan dan prosedur

tersebut membantu menyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah

dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Aktivitas pengendalian yang relavan pada suatu audit laporan keuangan

bisa dikelompokan dengan berbagai cara. Salah satu cara adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian pengelolaan informasi

a. Pengendalian umum

b. Pengendalian aplikasi

- pengotorisasian secara tepat

- dokumentasi dan catatan

- Pengecekan independen

2. Pembagian tugas

3. Pengawasan fisik

4. Review kerja

1. Pengendalian pengelolaan informasi

Dalam suatu audit hal yang paling relevan adalah pengendalian

pengolahan informasi yang diarahkan pada risiko yang berkaitan dengan

pemberian otorisasi, kelengkapan, dan ketelitian transaksi. Perusahaan

kebanyakan menggunakan komputer untuk mengolah informasi untuk


20

berbagai keperluan terutama dalam sistem akuntansi. Dalam hal,

pengendalian pengolahan informasi sering dikelompokan sebagai berikut :

a. Pengendalian umum (general control)

Yang berhubungan dengan pengoperasian pusat data secara

keseluruhan yang antara lain meliputi pengorganisasian pusat data,

perangkat keras, dan penerapan sistem perangkat lunak beserta

pemeliharaannya, termasuk juga prosedur back-up.

b. Pengendalian aplikasi (application control)

Yang berhubungan dengan pengolahan jenis transaksi tertentu, seperti

pembuatan faktur untuk pelanggan, pembayaran kepada pemasok, dan

penyiapan daftar gaji.

Pengendalian yang berhubungan dengan pengolahan transaksi-

transaksi tertentu, baik dilakukan dengan menggunakan komputer

maupun dikerjakan secara manual, dapat juga dikelompokan sebagai

berikut :

1) Pengotorisasian yang tepat

2) Dokumen dan catatan lain

3) Pengecekan independen

- Pengotorisasian yang tepat

Tujuan utama prosedur pengotorisasian yang tepat adalah untuk

menjamin bahwa transaksi telah diotorisasi oleh personel manajemen

yang berwenang. Otorisasi umum berhubungan dengan kondisi umum

yang menaungi transaksi yang diotorisasi, seperti daftar harga standar


21

produk dan kebijakan kredit dalan penjualan yang tidak dilakukan

secara tunai. Otorisasi khusus berhubungan dengan pemberian

transaksi untuk kasus-kasus tertentu. Hal ini diberlakukan, misalnya

karena transaksi demikian tidak bersifat rutin, seperti misalnya dalam

hal pemberian otorisasi pembelian aktiva tetap, atau penerbitan saham.

- Dokumen dan catatan

Dokumen merupakan bukti terjadinya transaksi berikut harga, sifat,

dan syarat-syarat transaksi. Contoh dokumen-dokumen yang banyak

dijumpai adalah faktur, cek, dan kontrak. Apabila dokumen harus

ditandatangani atau dicap, maka dokumen juga bisa merupakan dasar

untuk menetapkan pertanggungjawaban atas pelaksanaan dan

pencatatan transaksi. Dokumen-dokumen yang bernomor urut tercetak

bermanfaat dalam menjaga pengendalian dan pertanggungjawaban.

Penomoran pada dokumen akan berguna untuk menjamin bahwa :

1) Semua transaksi telah dicatat, dan

2) Perusahaan menggunakan dokumen bernomor,

maka semua dokumen yang dibatalkan karena rusak atau salah tulis

harus disimpan untuk pertanggungjawaban.

- Pengecekan independen

Pengecekan independen menyangkut verifikasi atas :


22

1) Pekerjaan yang dilakukan sebelumnya oleh orang lain atau bagian

lain,atau

2) Kebenaran penilaian dari jumlah yang dicatat.

Contoh pengecekan independen dan asersi yang berhubungan dengan

pengecekan tersebut adalah :

- Pegawai bagian pengiriman melakukan verifikasi mengenai kecocokan

antara barang yang diterima dari gudang dengan tembusa order

penjualan yang telah diotorisasi sebelum mengirimkan barang (asersi

keberadaan atau keterjadian, dan kelangkaan).

- Pengawas di bagian penjualan mencocokan harga yang tercantum

dalam faktur yang dibuat oleh petugas pembuat faktur dengan daftar

harga yang telah diotorisasi manajemen, sebelum ia mengirimkan

faktur tersebut kepada pembeli (asersi penilaian dan pengalokasian).

- Bendahara membandingkan jumlah rupiah yang tercantum dalam cek

yang dibuat oleh pegawai di bagian utang, dengan jumlah rupiah yang

tercantum dalam dokumen pendukung sebelum menandatangani cek.

- Pengawas di bagian akuntansi melakukan verifikasi mengenai

kecocokan antara jumlah yang tercantum dalam bukti setoran ke bank

yang diterima dari kasir dengan hasil cetakan komputer yang berisi

jumlah total yang diposting ke piutang dagang dan kas untuk

penerimaan kas harian dari debitur (asersi keberadaan atau keterjadian,

kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian).


23

2. Pembagian tugas

Pembagian tugas dimaksudkan untuk menjamin bahwa seseorang tidak

melakukan perangkapan tugas yang tidak boleh dirangkap. Tugas-tugas

dipandang tidak bisa dirangkap dari sudut pengendalian apabila terdapat

kemungkinan seseorang melakukan kekeliruan atau ketidakberesan dan

dalam posisi lain mempunyai kemungkinan untuk menyembunyikannya.

3. Pengawasan fisik

Pengawasan fisik berhubungan dengan pembatasan dua jenis akses

terhadap aktiva dan catatan penting, yaitu

1) Akses fisik secara langsung

2) Akses tidak melalui pembuatan atau pengolahan dokumen, seperti

order penjualan yang memberi persetujuan untuk menggunakan

atau menjual aktiva.

Pengendalian ini terutama berhubungan dengan alat dan aturan

pengamanan atas aktiva, dokumen, catatan, dan program komputer.

Alat pengamanan menckup tempat penyimpanan seperti lemari anti-

api, gudang berkunci, dan pengamanan di luar perusahaan seperti

penitipan barang atau dokumen di bank atau gudang sewaan yang

memiliki sertifikat keamanan. Aturan lain mencakup pembatasan akses

masuk gudang hanya pada orang-orang yang diberi wewenang oleh

perusahaan. Semacam ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko

terjadinya pencurian, relevan untuk asersi keberadaan dan keterjadian.


24

4. Review kerja

Review kerja meliputi review oleh manajemen dan analisis atas :

- Laporan yang berisi rincian saldo rekening seperti daftar umur piutang,

atau laporan kegiatan penjualan yang disajikan menurut wilayah,

divisi, petugas penjualan, jenis produk.

- Hasil sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran atau dengan data

periode lalu.

- Hubungan antara berbagai data yang berada seperti antara data

keuangan dengan data non-keuangan. Contoh, perbandingan antara

data statistik hunian hotel dengan data pendapatan.

2.1.2.5 Pemonitoran

Pemonitoran (monitoring) adalah proses penilain kualitas kinerja struktur

pengendalian intern. Hal itu menyangkut penilaian tentang rancangan dan

pelaksanaan operasi pengendalian oleh orang yang tepat untuk setiap periode

waktu tertentu.

Pemonitoran bisa terjadi atas aktivitas yang sedang berlangsung. Sebagai

contoh, masalah yang berhubungan dengan struktur pengendalian intern bisa

menjadi perhatian manajemen karena adanya pengaduan yang diterima dari

konsumen mengenai kesalahan pembuatan faktur, atau dari pemasok yang

berkaitan dengan masalah pembayaran. Pemonitoran bisa juga dilakukan dengan

evaluasi akhir periode. Sebagai contoh, auditor intern biasanya melakukan

penilaian atas bagian dari SPI pada berbagai akhir interval waktu tertentu dan
25

melaporkan kelemahan yang ditentukan kepada manajemen atau komite audit

beserta rekomendasi untuk perbaikan.

2.1.3 Keterbatasan Pengendalian Internal

Menurut Sunarto (2009) keterbatasan pengendalian internal diantaranya :

1. Kesalahan dalam pertimbangan

Seringkali terjadi, manajemen dan personel lainnya melakukan

pertimbangan yang kurang matang dalam pengambilan keputusan

bisnis, atau dalam melakukan tugas-tugas rutin karena kekurangan

informasi, keterbatasan waktu, atau penyebab lainnya.

2. Kemacetan

Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena

petugas salah mengerti dengan instruksi atau melakukan kesalahan

karena kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan.Perpindahan

personel sementara atau tetap atau perubahan sistem atau prosedur,

bisa juga mengakibatkan kemacetan.

3. Kolusi

Kolusi atau persekongkolan yang dilakukan oleh seorang pegawai

dengan pegawai lainnya, atau dengan pelanggan, atau pemasok, bisa

tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern. Sebagai contoh,

misalnya kolusi yang dilakukan oleh tiga pegawai perusahaan, masing-

masing dari bagian personalia, produksi, dan bagian penggajian, untuk

melakukan pembayaran gaji kepada pegawai fiktif.


26

4. Pelanggaran oleh manajemen

Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan atau prosedur-

prosedur untuk tujuan-tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi,

atau membuat laporan keuangan menjadi tampak baik.

5. Biaya dan manfaat

Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seyogyanya

tidak melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan

pengendalian intern tersebut.

2.1.4 Peran dan Tanggung Jawab

Menurut Sunarto (2009) Setiap orang dalam organisasi memiliki tanggung

jawab terhadap struktur pengendalian intern organisasi, dan merupakan bagian

dari struktur tersebut. Selain itu, berbagai pihak tertentu seperti akuntan publik

dan instansi tertentu bisa member informasi yang berharga terhadap organisasi

dalam meningkatkan efektivitas pengendalian, walaupun mereka tidak

bertanggung jawab atas efektivitas pengendalian, dan bukan merupakan bagian

dari SPI. Pihak SPI dan peranannya sebagai berikut :

- Manajemen

Penetapan dan pemeliharaan suatu struktur pengendalian intern yang efektif

merupakan tanggung jawab manajemen. Manajemen puncak wajib menciptakan

iklim yang kondusif pada setiap bagian perusahaan dengan menunjukan kesadaran
27

yang tinggi terhadap perlunya pengendalian. Manajer-manajer senior dari setiap

unit organisasi harus bertanggung jawab untuk mengawasi aktivitas unit

organisasi yang dipimpinnya.

- Dewan Komisaris atau Komite Audit

Sebagai bagian dari tanggung jawab dewan, anggota dewan komisaris harus

menentukan apakah manajemen telah memenuhi tanggung jawabnya dalam

penetapan dan pemeliharaan struktur pengendalian intern. Komite audit harus

mengawasi kemungkinan manajemen melakukan kecurangan dan mendeteksi

kecurangan pelaporan keuangan, serta mengambil langkah yang diperlukan.

- Auditor Intern

Auditor intern harus memeriksa dan mengevaluasi kecukupan struktur

pengendalian intern perusahaan secara periodik dan membuat rekomendasi

tentang perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

- Personel Perusahaan Lainnya

Peran dan tanggung jawab personel perusahaan lainnya yang harus

memberikan informasi untuk struktur pengendalian intern dan yang akan

menggunakan informasi yang dihasilkan oleh SPI harus dirumuskan dengan jelas

dan menyadari perannya. Sebagai contoh, semua personel harus mengerti bahwa

mereka memiliki tanggung jawab untuk mengomunikasikan dengan SPI.


28

- Akuntan Publik

Hasil dari prosedur audit atas laporan keuangan, auditor ekstern bisa

menemukan adanya kelemahan dalam pengendalian intern. Informasi tentang hal

tersebut dikomunikasikan kepada manajemen, dewan komisaris, atau komite

audit, beserta rekomendasi untuk perbaikan yang diperlukan. Akuntan publik bisa

mendapat penugasan atestasi yang terpisah untuk memeriksa dan melaporkannya

kepada pihak luar tentang struktur pengendalian intern suatu perusahaan.

2.2. Pengertian Piutang

Menurut Martani dkk (2012) piutang merupakan klaim suatu perusahaan

pada pihak lain. Hampir semua entitas memiliki piutang kepada pihak lain baik

yang terkait dengan transaksi penjualan/pendapatan maupun merupakan piutang

yang berasal dari transaksi lainnya. Untuk perusahaan dagang dan manufaktur

jenis piutang yang muncul adalah piutang dagang dan piutang lainnya. Entitas

menyebutkan piutang terkait dengan pendapatan sebagai piutang usaha.

Menurut Warren (2006) piutang (Receivable) meliputi semua klaim dalam

bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau

organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total

aktiva lancar perusahaan.

Menurut Kieso et al (2007) pengertian piutang sebagai berikut :

“Receivable are claims held agains customer and other for money, goods, and

services”
29

Menurut Mulyadi (2008) dalam bukunya “ Sistem Akuntansi “ pengertian

piutang usaha adalah sebagai berikut :

“ piutang usaha merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa
yang dapat diterima dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, atau dalam 1 siklus
kegiatan perusahaan. Pada umumnya disajikan dalam neraca dalam dua
kelompok, yaitu piutang usaha dan non usaha.Piutang usaha adalah piutang yang
timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal
perusahaan.Piutang usaha ini umumnya merupakan jumlah yang material dalam
neraca jika dibandingkan dengan piutang non usaha.Piutang non usaha timbul
seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang
klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang deviden dan bunga. “

Pengertian piutang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) yaitu :

“ Tagihan uang perusahaan kepada para pelanggan yang diharapkan akan dilunasi

dalam waktu paling lama satu tahun sejak tanggal keluarnya tagihan ”

2.2.1 Klasifikasi Piutang

Klasifikasi piutang menurut Kieso et al (2007) yaitu :

“ for financial purposes, receivables are classified as either current (short term)
or non current (long term). Current receivables are expected to be collected
within a year or during the current operating cycle, whichever is longer. All other
receivables are classified as non current. Receivables are futher classified an the
balance sheet as either trade or nontrade receivables. Trade receivables are
amounts owed by customer for goods sold and services rendered as part of
normal business operations. Trade receivables, usually the most significant an
enterprise prosenness, may be subsclassified into account receivables and notes
receivables. Nontrade receivables arise from a variety of transaction and can be
written promises either to pay or to deliver. "

Pengklasifikasian piutang ini sangat penting, karena dengan adanya

pengklasifikasian ini perusahaan dapat mengukur seberapa jauh timbulnya piutang

akibat adanya operasi normal perusahaan dan akibat dari bukan operasi normal

perusahaan.
30

Berdasarkan uraian dan definisi piutang yang dimaksud dalam skripsi ini

adalah:

1. Piutang timbul melalui penjualan barang dan jasa dalam aktivitas normal

peusahaan yang dilakukan secara kredit.

2. Piutang merupakan hak kepada pihak lain yang penyelesaiannya

diharapkan dalam bentuk penerimaan uang tunai.

2.2.2 Tujuan Pengendalian Internal Piutang

Menurut Arens (2008) tujuan pengendaliann internal atas piutang adalah

1. Kecocokan saldo

2. Keberadaan

3. Kelengkapan

4. Akurasi

5. Klasifikasi

6. Pisah batas

7. Nilai yang dapat direalisasi

8. Hak dan kewajiban

9. Penyajian dan pengungkapan

2.2.3 Dokumen-Dokumen

Menurut Mulyadi (2008) dokumen yang dilakukan dalam transaksi

pencadangan kerugian piutang yaitu :


31

1. Bukti memorial

2. Daftar umur piutang

2.2.4 Fungsi Piutang

Menurut Mulyadi (2008) unit organisasi yang terkait dengan piutang dalam

organisasi yaitu :

1. Fungsi pemberi otorisasi kredit, dalam transaksi penghapusan piutang,

fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat bukti memorial atas dasar

surat keputusan manajer yang berwenang untuk penghapusan piutang yang

sudah tidak dapat ditagih

2. Fungsi pencatat piutang, dalam transaksi penghapusan piutang, fungsi ini

betanggung jawab untuk mencatat berkurangnya piutang karena transaksi

penghapusan piutang yang tidak tertagih.

3. Fungsi akuntansi umum, dalam transaksi penghapusan piutang, fungsi ini

bertanggung jawab untuk mencatat transaksi penghapusan piutang dalam

jurnal umum.

2.3. Pengertian Penjualan

Penjualan adalah aktivitas operasional paling penting dalam perusahaan

perdagangan. Karena dengan adanya aktivitas penjualan makan tujuan perusahaan

dalam mendapatkan laba akan terwujud.


32

Menurut Kotler (2000) penjualan adalah sebagai berikut :

“ Sales is business transaction involving the delivery of a commodity, an item of


merchandise of property, a right, or a service, in exchange for (the receipt of)
cash, a promise to pay, or money equivalent, or for any combination of these item,
it is recorded and reported in terms of amount of such cash, promise to pay, or
money equivalent. “

2.3.1 Pengertian Kredit

Menurut Hasibuan (2007) kedit adalah, semua jenis pinjaman yang harus

dibayar kembali bersama bunganya oleh pinjaman sesuai dengan perjanjian yang

telah disepakati.

Menurut Mulyono (2001) kredit adalah, kemampuan untuk melaksanakan

suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji

pembayarannya akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang

disepakati.

2.3.2 Pengertian Penjualan Kredit

Weygandt (2007) menyatakan bahwa penjualan kredit adalah janji lisan

dari pembelian untuk membayar barang dan jasa yang dijual, biasanya dapat

ditagih 30-60 hari dan merupakan piutang terbuka yang berasal dari perluasan

kredit jangka pendek.


33

2.3.3 Tujuan Penjualan

Menurut Pertiwi (2013) tujuan penjualan kredit yaitu :

1. Untuk meningkatkan penjualan.

Perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit, akan mampu menjual

leih banyak barang dibandingkan dengan perusahaan yang menuntut

pembayaran tunai, tetapi perlu diperhatikan juga biaya yang timbul karena

banyaknya piutang.

2. Untuk meningkatkan laba.

Investasi dalam piutang diharapkan akan meningkatkan penjualan. Dengan

penjualan yang lebih tinggi maka diharapkan akan memberikan laba yang

lebih besar bagi perusahaan. Ini akan terjadi bilamana kontribusi marginal

barang-barang masih lebih besar daripada biaya-biaya sebagai akibat

kebijakan kredit yang ditempuh perusahaan.

3. Untuk memenuhi syarat persaingan.

Dikatakan adanya penjualan kredit merupakan syarat untuk memenuhi

persaingan, karena bilamana perusahaan sejenis lainnya menjual secara

kredit maka perusahaan juga harus menempuh kebijakan serupa. Hal ini

disebabkan pelanggan atau konsumen cenderung untuk membeli barang

yang syarat pembayarannya ringan, misalnya jangka waktu pembayaran

yang lebih lama. Jadi penjualan kredit juga dilaksanakan untuk menarik

konsumen.
34

2.3.4 Tujuan Pengendalian Internal Penjualan Kredit

Tujuan pengendalian internal penjualan menurut Arens & Loebbecke yang

diterjemahkan oleh Jusuf (2008) adalah sebagai berikut :

1. Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman, yang dilakukan kepada

pelanggan non-fiktif.

2. Transaksi penjualan diotorisasi sebagaimana mestinya.

3. Seluruh penjualan yang ada telah dicatat.

4. Penjualan yang dicatat adalah jumlah yang dikirim dan ditagih telah

tercatat dengan benar.

5. Transaksi penjualan telah diklasifikasikan dengan tepat.

6. Penjualan dicatat pada tepat waktu

7. Transaksi penjualan dimasukan dengan benar dalam buku tambahan dan

telah diikhtisarkan dengan benar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pengendalian internal penjualan menitikberatkan pada keberadaan, kelengkapan,

otorisasi, akurasi, tepat waktu, serta posting dan pengikhtisaran dari setiap catatan

transaksi penjualan yang terjadi di perusahaan. Dengan terlaksananya tujuan

tersebut maka dapat terlaksanakan pula tujuan pengendalian internal secara umum

yaitu meningkatkan kegiatan operasi yang efektif dan efisien, keandalan laporan

keuangan, kesesuaian hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


35

2.3.5 Fungsi Penjualan Kredit

Menurut Mulyadi (2008) unit organisasi yang terkait dengan penjualan

kredit adalah sebagai berikut :

1. Fungsi penjualan

Dalam sistem penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab menerima

surat order dari customer, mengedit order dari customer untuk menambah

informasi yang belum ada pada surat order tersebut (seperti spesifikasi

barang dan rute pengiriman), meminta otorisasi kredit, menentukan

tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan

mengisi surat order pengiriman. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk

membuat “ back order “ pada saat diketahui tidak tersedianya sediaan

untuk memenuhi order dari customer dan memo kredit untuk retur

penjualan. Dalam sistem penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab

untuk membuat faktur penjualan tunai yang memungkinkan fungsi

penerimaan kas menerima kas dari customer dan yang merupakaan

perintah kepada fungsi pengiriman untuk menyerahkan barang kepada

customer.

2. Fungsi kredit

Fungsi ini berada di bawah departemen keuangan yang bertanggung jawab

untuk meneliti status kredit customer dan memberikan otorisasi pemberian

kredit kepada customer. Karena hampir semua penjualan perusahaan

manufaktur merupakan penjualan kredit, maka sebelum order dari


36

customer dipenuhi, harus lebih dahulu diperoleh otorisasi penjualan kredit

dari fungsi pemberi otorisasi kredit. Fungsi ini juga bertanggung jawab

untuk membuat bukti memorial atas dasar surat keputusan direktur

keuangan untuk penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih.

3. Fungsi gudang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan

barang yang dipesan oleh customer, serta menyerahkan barang ke fungsi

pengiriman.

4. Fungsi pengiriman

Dalam sistem penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk

menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya

dari fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menjamin

bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otoriasasi

dari yang berwenang. Otorisasi pengiriman barang dapat berupa surat

order pengiriman yang telah ditandatangani oleh fungsi penjualan, memo

debit yang ditandatangani oleh fungsi pembelian untuk barang yang

dikirimkan kembali kepada pemasok (retur pembelian), dan surat perintah

kerja dari fungsi produksi mengenai penjualan/ pembuangan aktiva tetap

yang sudah tidak dipakai lagi.

5. Fungsi penagihan

Fungsi ini bertanggung jawab membuat dan mengirimkan faktur penjualan

kepada customer, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan


37

pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi pencatatan piutang, fungsi

akuntansi biaya, fungsi akuntansi umum.

6. Fungsi pencatatan piutang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari

transaksi penjualan kredit, mencatat berkurangnya piutang karena

transaksi retur penjualan, penerimaan kas dari piutang, penghapusan

piutang yang tidak tertagih, dan membuat serta mengirimkan pernyataan

piutang kepada para debitur

7. Fungsi akuntansi biaya

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat kos produk jadi yang dijual

alam buku pembantu sediaan dan mencatat kos produk yang dikembalikan

oleh customer dalam transaksi retur pembelian.

8. Fungsi akuntansi umum.

Fungsi ini bertanggung jawab mencatat transaksi penjualan kredit dan

penjualan tunai dalam jurnal penjualan, dan transaksi retur penjualan,

pencadangan kerugian piutang, dan penghapusan piutang dalam jurnal

umum.

9. Fungsi penerimaan barang

Fungsi ini bertanggung jawab menerima barang, baik yang berasal dari

transaksi pembelian maupun yang berasal dari transaksi retur penjualan.


38

2.3.6 Dokumen-Dokumen

Menurut Mulyadi (2008) Dokumen yang digunakan dalam transaksi

penjualan kredit dibagi menjadi dua golongan: dokumen sumber (source

documents), yaitu dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam

catatan akuntansi, dan dokumen pendukung (corraborating documents atau

dokumen penguat), yaitu dokumen yang membuktikan validitas terjadinya

transaksi. Berbagai dokumen yang digunakan dalam transaksi penjualan kredit

yaitu:

Surat order pengiriman merupakan dokumen penting untuk memproses

pejualan kredit kepada customer. Berbagai tembusan surat order pengiriman

terdiri dari :

1. Surat order pengiriman

2. Tembusan kredit (credit copy)

3. Surat pengakuan (acknowledgment copy)

4. Surat muat (bill of lading)

5. Slip pembungkus (packing slip)

6. Tembusan gudang (warehouse copy)

7. Arsip pengawasan pengiriman (sales order follow-up copy)

8. Arsip indeks silang (cross-index file copy)

Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk

mencatat timbulnya piutang. Berbagai tembusan faktur penjualan terdiri dari :


39

1. Faktur penjualan (customer’s copies)

2. Tembusan piutang (account receivable copy)

3. Tembusan jurnal penjualan (sale journal copy)

4. Tembusan analisis (analysis copy)

5. Tembusan wiraniaga (salesperson copy)

2.4. Piutang Tak Tertagih

Menurut Warren et al (2006) Perusahaan berupaya membatasi nilai

piutang tak tertagih dengan menerapkan beragam perangkat pengendalian.

Pengendalian yang paling penting di sini berhubungan dengan fungsi pengesahan

kredit. Pengendalian ini biasanya melibatkan penyelidikan atas kredibilitas

pelanggan, dengan menggunakan referensi dan pemeriksaan atas latar belakang

pelanggan.

Menurut Reeve et al (2009) Sebagian pelanggan mungkin tidak akan

membayar utang mereka, hal ini dapat menyebabkan sebagian piutang menjadi tak

tertagih. Tanpa melihat bagaimana kebijakan yang dipakai dalam memberikan

kredit dan prosedur penagihan yang digunakan, sebagian dari penjualan secara

kredit tidak akan bisa ditagih. Beban operasi yang dicatat dari piutang tak tertagih

disebut beban piutang tak tertagih (Bad Debt Expense). Istilah lainnya beban

piutang ragu-ragu.

Menurut Reeve et al (2009) terdapat dua metode akuntansi untuk piutang

tak tertagih : metode penghapusan langsung dan metode penyisihan. Metode

penghapusan langsung (Direct write-off method) mencatat beban piutang tak


40

tertagih hanya pada saat suatu piutang dianggap benar-benar tak tertagih. Metode

penyisihan (Allowance method) mencatat beban piutang tak tertagih dengan

mengestimasi jumlah piutang tak tertagih pada akhir periode akuntansi.

1. Metode penghapusan langsung untuk piutang tak tertagih

Kadang-kadang, beberapa piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih.

menurut Stice et al (2009) Cara paling sederhana untuk mengakui kerugian

dari akun yang tak tertagih ini adalah mendebit akun beban, seperti beban

piutang ragu-ragu (Doubtfull account expense), beban piutang sangsi (Bad

debt expense), atau beban piutang tak tertagih (Uncollectible Account

expense), serta menngkredit piutang usaha pada saat ditetapkan bahwa suatu

piutang tidak dapat ditagih. Pendekatan ini disebut sebagai metode

penghapusan langsung (direct write-off method) dan sering kali digunakan

oleh bisnis kecil karena kemudahannya.

Menurut Kieso et al (2007) Pendukung metode penghapusan langsung

(Direct write-off method) berpendapat bahwa yang dicatat haruslah fakta,

bukan estimasi. Metode ini mengasumsikan bahwa dari setiap penjualan akan

dihasilkan piutang usaha yang baik, dan kejadian selanjutnya membuktikan

bahwa piutang tertentu ternyata tidak tertagih serta menjadi tidak bernilai.

Dari sudut pandang praktis, metode ini sederhana dan mudah diaplikasikan

metode penghapusan langsung secara teoritis memiliki kelemahan karena

biasanya gagal menandingkan biaya dengan pendapatan pada periode

bersangkutan, atau menghasilkan piutang yang ditetapkan pada estimasi nilai


41

yang dapat direalisasi di neraca. Karenanya, pemakaian metode penghapusan

langsung tidak dipandang tepat, kecuali kalau jumlah piutang tak tertagih tidak

material.

Menurut Reeve et al (2009) Pada metode penghapusan langsung, beban

piutang tak tertagih tidak akan tidak akan dicatat sampai piutang pelanggan

dianggap benar-benar tidak bisa ditagih. Pada saat itu, piutang pelanggan akan

dihapus.

Apabila piutang usaha yang telah dihapus, ternyata kemudian dapat

ditagih, maka piutang akan dicatat kembali dengan sebuah ayat jurnal yang

membalik ayat jurnal penghapusan piutang, kas yang diterima dalam pembayaran

kemudian dicatat sebagai penerimaan atas pembayaran piutang.

2. Metode penyisihan untuk piutang tak tertagih

Menurut Stice et al (2009) Ketika menggunakan metode penyisihan,

jummlah piutang yang diestimasi menjadi tak tertagih dicatat sebagai debit

piutang tak tertagih dan kredit untuk penyisihan piutang tak tertagih. Terdapat

beberapa istilah untuk kedua akun ini, sebagai contoh, kemungkinan penyisihan

piutang tak tertagih adalah penyisihan piutang sangsi (Allowance for bad debts)

dan penyisihan piutang ragu-ragu (Allowance for doubtful accounts). Judul akun

beban biasanya konsisten dengan akun penyisihan.

Menurut Kieso et al (2007) Pendukung metode penyisihan (Allowance

method) merasa yakin bahwa beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode

yang sama seperti penjualan untuk mendapatkan penanding yang tepat atas beban

dan pendapatan serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas piutang
42

usaha. Mereka mendukung pendapat bahwa, walaupun melibatkan estimasi,

namun persentase piutang yang tidak akan tertagih dapat diamalkan dari

pengalaman masa lalu , kondisi pasar berjalan, dan analisis atas saldo yang

beredar. Banyak perusahaan membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan

piutang tak tertagih dalam persentase tertentu.namun dalam kenyataannya, banyak

yang merasa bahwa kegagalan untuk mencapai persentase ini berarti bahwa

perusahaan telah kehilangan penjualan akibat kebijakan kredit yang terlalu

restriktif.

Menurut Reeve et al (2009) Prinsip akuntansi yang diterima umum

mengharuskan perusahaan dengan jumlah piutang besar menggunakan metode

penyisihan. Metode penghapusan langsung mencatat beban piutang tak tertagih

hanya saat piutang tersebut diputuskan tidak dapat ditagih lagi. Sebaliknya,

metode penyisihan mengestimasi jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dan

mencatat beban piutang tak tertagih berdasarkan estimasi tersebut setiap akhir

periode akuntansi. Berdasarkan estimasi tersebut, beban piutang tak tertagih

kemudian dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian.

Menurut Warren et al (2006) Piutang usaha diperoleh dari hasil penjualan

kredit. Oleh karenanya, jumlah penjualan kredit selama suatu periode bisa

digunakan untuk mengestimasi jumlah beban piutang tak tertagih. Jumlah estimasi

ini ditambahkan ke saldo yang telah ada pada akun penyisihan piutang tak

tertagih.
43

2.4.1 Pengakuan Pendapatan

Menurut Stice et al (2009) Pengakuan pendapatan pada umumnya

berhubungan dengan pengakuan piutang usaha. Oleh karena pendapatan

umumnya dicatat ketika proses menghasilkan selesai dan janji pembayaran yang

valid (atau pembayaran itu sendiri) diterima, maka selanjutnya piutang usaha yang

timbul dari penjualan barang secara umum diakui ketika kepemilikan barang

dialihkan ke pembeli yang terpercaya.

2.4.2 Manajemen Piutang

Menurut Syamsuddin (2002) Untuk dapat mempertahankan langganan-

langganan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik langganan-langganan

baru, perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit. “Credit

term” atau persyaratan-persyaratan kredit mungkin berbeda dari satu jenis usaha

lainnya, tetapi untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam jenis usaha

yang sama biasanya memberikan atau memperlakukan para langganan dengan

persyaratan-persyaratan kredit yang sama atau tidak terlalu jauh berbeda satu

sama lain. Tetapi tentu saja dalam hal ini masih terdapat pengecualian-

pengecualian karena seringkali supplier memberikan persyaratan kredit yang

lunak kepada langganan-langganan tertentu baik dalam rangka membantu

langganan tersebut maupun untuk menariknya agar mau menjadi langganan tetap

perusahaan.
44

Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau

piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan-

persyaratan kredit yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang seringkali

tidak tepat pada waktu yang sudah diterapkan, namun sebagian besar dari piutang

tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari satu tahun. Maka

alasan itulah piutang dimasukan sebagai salah satu komponen aktiva lancar

perusahaan.

Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari

aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar

perkiraan piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin. Apabila

semakin cepat suatu perusahaan mengumpulkan piutang-piutangnya maka akan

semakin kecil jumlah operating cash yang dibutuhkan.

Menurut Stice et al (2009) Sebagai ganti dari menilai piutang usaha pada

nilai sekarang yang didiskontokan, piutang dilaporkan sebagai nilai realisasi

bersih (net realizable value), yaitu nilai kas yang diharapkan. Hal ini berarti

bahwa piutang usaha harus dicatat sebagai jumlah bersih dari estimasi piutang tak

tertagih dan diskon dagang. Tujuannya adalah untuk melaporkan piutang sejumlah

klaim dari pelanggan yang benar-benar diperkirakan dapat diterima secara tunai.

Menurut Syamsuddin (2002) sehubungan dengan jumlah uang yang

tertanam dalam perkiraan tersebut ada tiga aspek penting dari piutang. Aspek-

aspek tersebut adalah standar kredit, persyaratan-persyaratan kredit atau credit

terms, dan kebijakan pengumpulan piutang.


45

1. Standar Kredit

Standar kredit dari suatu perusahaan didefinisikan sebagai kriteria minimum

yang harus dipenuhi oleh seorang langganan sebelum dapat diberikan kredit.

Hal-hal seperti nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau

pembayaran utang-utang dagangannya baik kepada perusahaan sendiri

maupun kepada perusahaan-perusahaan lain, referensi-referensi kredit, rata-

rata jangka waktu pembayaran untuk dagang dan beberapa rasio finansial

tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu dasar

penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan

kredit.

2. Persyaratan Kredit

Persyaratan kredit atau credit term menunjuk kepada termyn pembayaran

yang disyaratkan kepada para langganan yang membeli secara kredit,

misalnya hal tersebut mungkin dinyatakan sebagai berikut : 2/10 net 30.

Persyaratan ini mengandung arti bahwa pembeli akan menerima potongan

tunai cash discount sebesar 2% apabila pembayaran kredit dilakukan

dalam waktu paling lama 10 hari setelah awal ditawarkan (tidak membayar

dalam waktu 10 hari) maka keseluruhan jumlah utangnya (piutang bagi

perusahaan penjual) harus dibayar dalam waktu paling lambat 30 hari

sesudah awal periode kredit. Karena hal tersebut, persyaratan kredit atau

credit term meliputi tiga hal, yaitu :


46

1. Potongan tunai atau cash discount.

2. Periode potongan tunai (dalam contoh di atas 10 hari).

3. Periode kredit (dalam contoh di atas 30 hari).

3. Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang

Kebijaksanaan pengumpulan piutang suatu perusahaan adalah merupakan

prosedur yang harus diikuti dalam mengumpulkan piutang-piutang

bilamana sudah jatuh tempo. Sebagian dari keefektifan perusahaan dalam

menerapkan kebijaksanaan pengumpulan piutangnya dapat dilihat dari

jumlah kerugian piutang atau bad debt expenses, karena jumlah piutang

yang dianggap sebagai kerugian tersebut tidak hanya tergantung pada

kebijaksanaan pengumpulan piutang tetapi juga kepada kebijaksanaan-

kebijaksanaan penjualan kredit yang ditetapkan.

Sejumlah teknik pengumpulan piutang biasanya dilakukan oleh

perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai

dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:

a. Melalui Surat.

Bilamana waktu pembayaran utang dari langganan sudah lewat beberapa

hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat

mengirim surat dengan nada “ mengingatkan “ (menegur) langganan yang

belum membayar tersebut bahwa utangnya sudah jatuh tempo. Apabila

utang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan

maka dapat dikirimkan surat kedua yang nadanya lebih keras.


47

b. Melalui Telepon.

Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata utang-utang tersebut

belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan dan

secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari

hasil pembicaraan tersebut ternyata misal langganan mempunyai alasan yang

dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan

sampai suatu jangka waktu tertentu.

c.Kunjungan Personal.

Teknik pengumpulan piutang dengan jalan melakukan kunjungan secara

personal atau pribadi ke tempat langganan seringkali digunakan karena

dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha pengumpulan piutang.

d.Tindakan Yuridis.

Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka

perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan

mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

2.4.3 Aging Schedule ( umur skedul)

Menurut Hanafi (2004) Aging Schedule atau skedul umur memecah lebih

lanjut informasi piutang dagang berdasarkan umur dari masing-masing rekening

piutang dagang. Skedul umur menunjukan informasi yang lebih terinci. Informasi

skedul umur diperoleh dari buku besar piutang dagang, karena itu manajer

keuangan bisa memfokuskan pada 10% yang tidak membayar tepat waktu, karena

informasi mengenai 10% tersebut bisa digali lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai