Anda di halaman 1dari 1

Imajinasiku

Senja yang selalu kau halangi, saat aku ingin menikmatinya dari kediamanku. Walaupun cahaya
senjanya hanya memancarkan sedikit, aku akan selalu menikmatinya. Bayangan itu selalu muncul di
hari yang senja. Apakah kau memang benar-benar nyata, sepertinya angan-angan tentang kamu telah
menghampiri imajinasiku. Aku mulai terus mendekati bayangan itu, lalu kuberkata;

“Sebenarnya kau ini siapa ?”

“Aku dulu seorang kaum putri.”

“kaum putri....maksudmu apa itu?”

“Aku dulu kaum putri perjuangan dalam era orde lama.”

“Oh.. gitu...”“trus kenapa kau selalu datang saat hari yang senja?”

“Aku ini suka melihat senja sampai relah menunggu senja itu berlalu.”

“Hmmm berarti sama dong”

“Oh ia... Aku ngak bisa lama-lama berbicara denganmu. Sedikit lagi senjanya berlalu aku harus
kembali”

“ Loh kok gitu! Tapi sabar dulu... Ada satu hal yang ingin aku tanyakan sebelum kau tinggalkan
imajinasiku. Kenapa kau bisa menghilang dari dunia ini ?”

“Sebenarnya aku diancam oleh topeng-topeng sampai menutup hidupku yang ternyata perbuatan itu
seperjuanganku” “kamu tahu... Manusia juga dapat dimanfaatkan bukan hanya benda. Hal ini demi
sesuatu yang mereka inginkan”

“ia betul... pasti kaum putri ada yang melanjutkan jasa-jasamu yang kau tinggalkan.” “Okelah
mungkin sampai disini pembicaraan kita kamu mau pergi kan?” “sekarang juga sudah magrib.”

“ia betul... Tapi saya juga ingin bertanya pada kamu sebelum aku meninggalkan imajinasimu.
Bagaimana kabar kaum putri sekarang ?”

“ Kaum putri sekarang baik – baik saja.”

“Oh Syukurlah.. Aku pergi dulu. Selamat Tinggal”

“selamat tinggal juga”

Hari yang beruntung sekali, walaupun percakapan kita hanya sebentar saja. Aku seperti sudah
menganggapnya bukan bayangan lagi, melainkan teman hidup dalam imajinasiku.

Anda mungkin juga menyukai