Anda di halaman 1dari 71

duestinae89.blogspot.

com

Translated into Indonesia


by
Enoey
duestinae89.blogspot.com

Thanks to Richelle Mead who write this beautiful story.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

ADA SEBUAH PERBEDAAN BESAR ANTARA surat ancaman kematian


dengan surat cinta – meskipun orang yang menulis surat ancaman kematian ini
masih menyatakan kalau ia sesungguhnya mencintaimu. Tentu saja,
mempertimbangkan satu kali upaya pembunuhan yang pernah kucoba lakukan
kepada orang yang kucintai, mungkin aku tidak berhak untuk menghakiminya.

Surat hari ini sangatlah tepat waktu, bukanlah sesuatu yang harusnya tidak terlalu
kuharapkan. Aku sudah membacanya sebanyak empat kali sejauh ini, dan meskipun
aku akan terlambat, aku tidak bisa menolak membaca untuk yang kelima kalinya.

Roseku tersayang,
Satu dari beberapa sisi yang tidak menguntungkan dari menjadi yang
dibangkitkan adalah kami tidak lagi membutuhkan tidur; karena itulah kami
juga tidak lagi bermimpi. Ini memalukan, karena jika aku bisa tidur, aku tahu
aku akan memimpikanmu. Aku akan memimpikan bagaimana aroma tubuhmu
dan bagaimana rambutmu yang hitam terasa seperti sutra diantara jemariku.
Aku akan memimpikan bagimana halusnya kulitmu dan buasnya bibirmu saat
kita berciuman.
Tanpa mimpi-mimpi itu, aku harus mengisi diriku dengan imajinasiku sendiri –
yang rasanya hampir sama menyenangkannya. Aku bisa membayangkan semua
hal itu dengan sempurna, sesempurna saat semua ini terjadi ketika aku
mengambil hidupmu dari dunia ini. Sesuatu yang kusesali untuk dilakukan, tapi
kau membuatku tidak lagi meiliki pilihan. Penolakkanmu untuk bergabung
denganku dalam kehidupan abadi dan cinta tidak meninggalkan jalan lain, dan
aku tidak bisa mengizinkan seseorang sebahaya dirimu untuk hidup. Lagipula,
meskipun aku memaksamu untuk bangkit, kau sekarang terlalu banyak memiliki
musuh diantara para Strigoi yang satu diantaranya akan membunuhmu. Jika
kau harus mati, maka kematianmu haruslah ditanganku. Bukan orang lain.
Meskipun demikian, aku harap kau akan bertindak hebat saat kau menjalani
ujianmu – bukan karena kau perlu keberuntungan. Jika mereka benar-benar
membuatmu melawan mereka, itu hanya akan membuang waktu setiap orang.
Kau yang terbaik dalam tim, dan mulai malam ini kau akan mengenakan tanda
janjimu. Tentu saja, itu berarti kau akan menjadi lebih menantang saat kita
bertemu lagi – yang nantinya akan sangat kunikmati.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Dan kita akan bertemu lagi. Dengan kelulusan, kau akan keluar dari Akademi,
dan sekali kau berada di luar ruangan, aku akan menemukanmu. Tidak ada satu
tempat pun di dunia ini yang bisa menyembunyikanmu dariku. Aku
mengawasimu.

Dengan cinta,

Dimitri

Sekalipun dalam “doanya yang hangat”, aku tidak menemukan surat ini bisa
mengispirasiku saat aku melemparkannya ke tempat tidur dan dengan mengantuk
meninggalkan ruangan. Aku mencoba untuk tidak membiarkan kata-katanya
merasuki diriku, meskipun sangat tidak mungkin untuk tidak takut terhadap hal
seperti itu. Tidak ada satu pun tempat di dunia ini yang bisa menyembunyikanmu
dariku.

Aku tidak meragukannya. Aku sudah tahu Dimitri memiliki mata-mata. Sejak
mantan instruktur-sekaligus kekasihku itu telah berubah menjadi sesosok iblis,
vampir yang tidak bisa mati, dia juga menjadi semacam pemimpin di antara mereka
- sesuatu yang merupakan hasil dari campur tanganku ketika aku membunuh
mantan bosnya, Aku menduga banyak dari mata-matanya adalah manusia,
mengintaiku saat aku melangkah keluar dari batas sekolahku. Tidak ada Strigoi yang
bisa tinggal mengintai selama 24 jam. Manusia bisa, dan aku baru-baru saja
mempelajari kalau sebagian manusia bersedia untuk mengabdi kepada Strigoi
dengan imbalan dijanjikan akan diubah suatu hari nanti. Manusia-manusia itu
menganggap hidup abadi itu setimpal dengan menjual jiwa mereka dan membunuh
manusia lain untuk tetap bisa bertahan hidup. Manusia-manusia seperti itu
membuatku mual.

Tapi bukan manusia-manusia itu yang membuat langkah ku terputus-putus ketika


aku berjalan melalui rerumputan yang berubah warna menjadi hijau cerah dengan
sentuhan musim panas. Dimitrilah yang bisa melakukannya. Selalu Dimitri. Dimitri,
lelaki yang kucintai. Dimitri, sesosok Strigoi yang ingin kuselamatkan. Dimitri,
seekor monster yang harus kubunuh. Cinta yang kami bagi selalu membara dalam
tubuhku, tidak peduli seberapa sering aku mengingatkan diriku untuk
melupakannya, tidak peduli seberapa banyak dunia berpikir kalau aku harus
melupakannya. Dia selalu bersamaku, selalu dalam pikiranku, selalu membuatku
menanyakan diriku sendiri.

“Kau terlihat seolah siap menghadapi satu pasukan tempur.” Aku mengalihkan
pikiran kelamku. Aku terlalu dalam memikirkan Dimitri dan suratnya saat aku
berjalan menyebrangi kampus, terlupa pada dunia, dan tidak menyadari keberadaan
sahabatku, Lissa, mensejajarkan langkahnya denganku, sebuah senyuman menggoda
di wajahnya. Sangat jarang sekali ia menangkap basah aku yang terkejut karena
dirinya, karena kami berbagi ikatan batin, yang selalu membuatku waspada dengan
kedatangannya dan perasaannya. Pikiranku pastilah sedang terganggu sehingga

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
tidak menyadari kehadirannya, dan jika pernah ada sebuah gangguan yang terjadi
dalam hidupku, itu pastilah seseorang yang ingin membunuhku.

Aku memberikan Lissa sebuah senyuman yang kuharap bisa meyakinkan dirinya.
Dia sudah tahu apa yang telah terjadi pada Dimitri dan bagaimana dia menunggu
untuk membunuhku sekarang setelah aku pernah gagal – membunuhnya. Meskipun
begitu, surat-surat yang aku terima dari Dimitri setiap minggu membuat Lissa
khawatir, dan dia sudah cukup berat menghadapi hidupnya sendiri tanpa ditambah
lagi dengan penguntitku-yang-tidak-bisa-mati dalam daftarnya.

“Aku memang sedang bersiap menghadapi satu pasukan,” aku menunjuk. Malam
masih belum larut, tapi musim panas yang terlambat masih menemukan sang
matahari di atas langit Montana, memandikan kami dengan cahaya emas saat kami
berjalan. Aku suka ini, tapi sebagai Moroi – seorang vampir hidup yang damai –
Lissa biasanya menjadi lemah dan tidak nyaman dengan semua ini.

Dia tertawa dan menyampirkan rambut pirang-platinanya ke bahunya. Matahari


menyinari warna pucat menjadi warna cemerlang sang bidadari.

“Kurasa. Aku tidak berpikir kau akan menjadi sangat khawatir.” Aku bisa memahami
alasannya. Bahkan Dimitri sudah pernah mengatakan kalau hal ini hanya
menghabiskan waktuku. Tapi tetap saja, aku menghilang ke Rusia untuk mencarinya
dan telah bertemu Strigoi asli – membunuh sebagian dari mareka sendirian.
Mungkin aku tidak seharusnya takut dengan test yang akan segera kuhadapi ini,
namun semua keriuhan dan harapan mendadak menekan diriku. Detak jantungku
meningkat. Bagaimana jika aku tidak bisa melakukannya? Bagaimana jika aku
ternyata tidak sebagus yang aku kira? Para penjaga yang akan menantangku disini
mungkin bukanlah Strigoi yang sebenarnya, tapi mereka semua terlatih dan sudah
pernah bertarung lebih lama dari diriku. Kesombongan bisa membawaku dalam
banyak masalah, dan jika aku gagal, aku akan melakukannya di depan semua orang
yang peduli padaku. Semua orang yang percaya padaku. Satu hal yang juga menjadi
pikiranku.

“Aku khawatir kalau nilai tes ini akan berdampak pada masa depanku.” kataku. Itu
yang sebenarnya. Ujian adalah tes terakhir untuk seorang novis pengawal seperti
aku. Mereka yakin kalau aku bisa lulus dari Akademi Vladimir dan mengambil
posisiku dengan para penjaga yang sebenarnya yang melindungi Moroi dari Strigoi.
Ujiannya benar-benar mempengaruhi pilihan Moroi mana yang akan ditugaskan
untuk para pengawal.

Melalui ikatan batin kami, aku merasakan rasa kasihan Lissa – dan
kekhawatirannya.
“Alberta pikir kalau kita punya kemungkinan besar untuk bisa tetap bersama –
kalau kau masih akan menjadi pengawalku.”

Aku menyeringai. “Kurasa Alberta mengatakan kalau ia ingin menahanku di


sekolah.” Aku keluar dari sekolah untuk memburu Dimitri beberapa bulan yang lalu
dan kemudian kembali – sesuatu yang tidak terlihat bagus dalam catatan
akademisku. Ada juga kenyataan kecil kalau sang ratu Moroi, Tatiana, membenciku
dan mungkin akan melakukan segala cara yang ia bisa untuk mempengaruhi
penugasanku – tapi itu cerita lain.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

“Kurasa Alberta tahu kalau satu-satunya cara mereka untuk melindungimu adalah
jika aku merupakan pengawal terakhir di bumi ini. Dan saat itu tiba, rintanganku
sudah semakin sedikit.”

Dihadapan kami, gemuruh suara kerumunan semakin nyaring. Satu dari lapangan
olahraga sekolah sudah berubah menjadi sebuah arena yang sama dengan sesuatu
yang berasal dari zaman gladiator Roma. Tempat duduk di stadion sudah di bangun,
diubah dari tempat duduk kayu sederhana menjadi bangku dengan sofa mewah dan
dengan tenda untuk melindungi Moroi dari matahari. Bendera-bendera mengelilingi
lapangan, warna mereka yang cerah terlihat dari sini saat mereka melambai. Aku
belum melihatnya, tapi aku sudah tahu bahwa ada sejenis barak yang dibangun di
dekat pintu masuk stadion, tempat dimana para novis menunggu, gelisah. Lapangan
sendiri sudah dirubah menjadi sebuah rangkaian rintangan tes berbahaya. Dan dari
suara semangat yang memekakan telinga, sebagian besar sudah berada disana untuk
menyaksikan acara ini.

“Harapanku tidak akan menyerah,” kata Lissa. Melalui ikatan kami, aku tahu dia
bersungguh-sungguh. Itulah satu hal yang mengagumkan dari dirinya – sebuah
kesetiaan untuk percaya dan rasa optimis yang ia berikan di saat-saat cobaan
terburuk. Sangat bertolak belakang dengan sikap sinisku. “Dan aku punya sesuatu
yang bisa membantumu hari ini.”

Dia mendekatiku kemudian berhenti dan meraih sesuatu ke dalam kantung jeans
nya, mengambil sebuah cincin perak kecil dengan batu-batu kecil yang tersebar di
sekitarnya sehingga terlihat seperti peridot. Aku tidak butuh ikatan apapun untuk
mengetahui apa yang ia berikan.

“Oh Liss... Aku tidak tahu. Aku tidak ingin hal semacam , um, keuntungan yang tidak
adil.” Lissa memutar bola matanya.

“Itu bukan masalah, dan kau tahu itu. Yang ini aman, aku bersumpah.”

Cincin yang ia berikan adalah sebuah jimat, yang telah dimasukkan tipe sihir langka
yang ia punya. Semua Moroi mengontrol satu dari lima elemen: tanah, udara, air,
atau roh. Roh adalah elemen yang paling langka – sangat langka, yang sudah
terlupakan selama berabad-abad. Lalu kemudian Lissa dan beberapa orang muncul
dengan kemampuan ini. Tidak seperti elemen yang lain, yang lebih condong bersifat
alami dan fisik, roh terikat dengan pikiran dan semua fenomena gaib. Tidak satupun
orang mereka yang benar-benar bisa memahaminya.

Membuat jimat dengan roh adalah sesuatu yang baru-baru ini Lissa coba – dan dia
tidak terlalu bagus dalam hal ini. Kemampuan roh terbaiknya adalah
menyembuhkan, jadi dia terus mencoba untuk membuat jimat penyembuh. Yang
terakhir adalah sebuah gelang yang tergantung di tanganku.

“Yang satu ini bekerja. Hanya sedikit, tapi benda ini akan menolong untuk
menjauhkan kegelapan selama tes.” Dia berbicara dengan ringan, tapi kami berdua
tahu keseriusan dari makna kata-katanya.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Dengan semua anugerah yang diberikan sihir roh, maka ada harga yang harus
dibayarkan: kegelapan yang ditunjukkan sekarang dengan kemarahan dan
kebingungan, dan bahkan terkadang mengarah ke arah kegilaan. Kegelapan yang
terkadang mengalir kepadaku melalui ikatan kami. Lissa dan aku pernah
membicarakan tentang jimat dan kekuatan penyembuhnya, kami bisa melawan ini
semua. Yang juga merupakan sesuatu yang harus kami kuasai.

Aku memberinya senyuman yang lemah, bergerak demi menanggapi perhatiannya,


dan menerima cincin itu. Benda ini tidak membakar tanganku yang berarti tanda-
tanda yang menjanjikan. Cincin ini kecil dan hanya muat untuk jari kelingkingku.
Aku tidak merasakaan hal apapun saat aku memakainya. Terkadang hal itu terjadi
dengan jimat penyembuh. Atau ini berarti cincin ini benar-benar tidak ada gunanya.
Sepanjang ini tidak ada hal yang menyakiti terjadi.

“Trims,” kataku. Aku merasa kebahagian menyapu diriku melalui pikirannya dan
kami melanjutkan perjalanan kami.

Aku mengangkat tanganku, mengagumi bagaimana batu-batu hijau berkerlap-kerlip.


Perhiasan bukanlah ide yang bagus untuk dilibatkan dalam aktivitas fisik yang akan
kuhadapi, tapi aku bisa memakai sarung tangan untuk menutupinya.

“Sulit rasanya mempercayai setelah semua ini, kita akan berakhir disini dan akan
segera keluar ke dunia nyata,” aku merenung terlalu keras, tidak terlalu
mempertimbangkan kata-kataku sendiri.

Di sampingku, tubuh Lissa mengeras, dan aku mendadak menyesali ucapanku.


‘Keluar ke dunia nyata’ maksudnya Lissa dan aku akan berada di bawah kendali
sebuah tugas yang pernah dia -- dengan berat hati – janjikan untuk menolongku
beberapa bulan yang lalu.

Saat di Siberia, aku mempelajari kalau ada kemungkinan untuk mengembalikan


Dimitri menjadi seorang dhampir lagi seperti aku. Kesempatannya kecil – mungkin
hanya sebuah kebohongan – dan mempertimbangkan bagaimana dia mencoba untuk
membunuhku, aku tidak memiliki ilusi kalau aku memiliki pilihan lain selain
membunuh dia jika kematian menimpanya atau diriku. Tapi jika ada sebuah cara
yang memungkinkan diriku untuk menyelamatkannya sebelum hal tersebut terjadi,
aku harus menemukannya.

Sayangnya, satu-satunya cara bagi kami untuk membuat keajaiban ini menjadi nyata
harus lah melalui tindak kriminal. Tidak hanya melalui orang kriminal juga: Victor
Dashkov, seorang Moroi bangsawan yang telah menyiksa Lissa dan melakukan
segala tindak kekejaman yang membuat kehidupan kami terasa seperti di neraka.
Keadilan sudah ditegakkan dan Victor telah terkunci jauh di penjara, namun
sebenarnya merupakan hal yang rumit. Kami menyadari sepanjang keberadaannya
yang ditakdirkan untuk hidup di belakang jeruji tahanan, dia merasa tidak memliki
alasan untuk berbagi apa yang dia tahu tentang saudara laki-laki tirinya –seseorang
yang pernah diduga menyelamatkan seorang Strigoi. Aku memutuskan – mungkin
secara tidak logis – kalau Victor mungkin akan menyerahkan informasi itu jika kami
menawarkan kepadanya satu hal yang tidak bisa diberikan orang lain: kebebasan.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Ide ini bukanlah sesuatu yang konyol untuk bisa dilakukan dengan banyak alasan.
Pertama, aku tidak yakin kalau rencana itu bisa berhasil. Hal ini sejenis sebuah
rencana yang besar. Kedua, aku sama sekali tidak tahu bagaimana cara
mementaskan adegan sebuah pembobolan penjara, bahkan kami tidak tahu dimana
penjaranya. Dan terakhir, sebuah fakta kalau kami harus melepaskan musuh abadi
kami.

Hal in cukup menghancurkanku, membiarkan Lissa sendirian. Apalagi ada banyak


masalah yang dihadirkan ide ini untuknya – dan percayai aku, memang begitu – dia
telah bersumpah akan menolongku.

Aku sudah menawarkan untuk membebaskannya dari sumpahnya itu berlusin-lusin


kali di beberapa bulan terakhir ini, tapi dia tetap bersikeras. Tentu saja,
mempertimbangkan kami bahkan tidak memiliki cara untuk menemukan
penjaranya, sumpahnya mungkin tidak akan menjadi masalah pada akhirnya.

Aku mencoba mengisi keheningan yang canggung diantara kami, langsung


menjelaskan kalau aku bersungguh-sungguh untuk bisa merayakan ulang tahunnya
dengan gaya minggu depan.

Usahaku itu diinterupsi oleh Stan, satu dari instruktur lamaku.


“Hathaway!” Dia menyalak, datang dari arah lapangan. “Senang melihat kau
bergabung dengan kami. Masuk kau sekarang!”

Pikiran tentang Victor menghilang dari pikiran Lissa. Lissa memberikan pelukan
kilat untukku.

“Semoga berhasil,” dia berbisik. “Tapi kamu tidak memerlukannya.”

Ekspresi Stan mengatakan padaku kalau ucapan perpisahan-sepuluh-detik ini lebih


lama dari kenyataannya. Aku menyeringai pada Lissa sebagai ucapan terimakasih,
dan kemudian dia pergi untuk mencari teman-teman kami yang berada di tempat
penonton saat aku mengekori Stan.

“Kau beruntung karena tidak menjadi salah satu yang mendapat giliran pertama,”
dia menggeram. “Orang-orang bahkan membuat taruhan apakah kau muncul atau
tidak.”
“Benarkah?” aku bertanya senang. “Rintangan apa yang ada disana? Karena aku bisa
saja merubah pikiranku dan mengambil uang taruhanku. Untuk menambah sedikit
uang saku.”

Matanya yang tajam mengarah padaku, memperingatkan kalau tidak ada lagi kata-
kata yang dibutuhkan saat kami memasuki area tempat menunggu untuk ke
lapangan, berseberangan dari tempat penonton. Hal ini selalu membuatku
terkagum-kagum di masa lalu tentang bagaimana jerih upaya untuk bisa sampai ke
ujian ini, aku rasa kagumku tidak berkurang sekarang saat aku menatapnya lebih
dekat.

Barak tempat para novis menunggu dibangun dari kayu, lengkap dengan atapnya.
Bentuknya terlihat seolah merupakan bagian dari stadion in sejak lama. Bangunan

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
ini dibangun dengan sangat cepat and juga akan dengan sangat cepat di hancurkan
sesaat setelah ujian ini selesai. Sebuah pintu masuk seluas tiga orang berjajar
memberikan celah untuk melihat ke lapangan, dimana satu dari teman sekelasku
tengah menunggu dengan cemas, menunggu namanya dipanggil. Segala rintangan
sudah diatur disini, tantangan tes keseimbangan dan koordinasi saat tengah
bertarung dan menghindari para pengawal dewasa yang bisa saja bersembunyi di
sekitar benda-benda dan sudut. Dinding kayu telah dibangun di sisi lapangan,
menciptakan jalan-jalan yang memusingkan. Jaring-jaring dan panggung yang
bergoyang-goyang menggantung di sepanjang area, dirancang untuk mengetes
seberapa baik kami bertarung di bawah kondisi yang sulit.

Beberapa novis lain berkerumun di pintu masuk, berharap mendapat keuntungan


dengan menonton yang sudah lebih dulu masuk dari mereka. Tidak termasuk aku.
Aku akan masuk kesana dengan kondisi buta, yakin untuk menghadapi apa pun yang
mereka lempar padaku. Mempelajari lapangan sekarang hanya akan membuatku
terlalu banyak berpikir dan panik. Tenang adalah satu-satunya hal yang aku
butuhkan sekarang.

Jadi aku bersandar di satu dari dinding barak dan memperhatikan sekelilingku.
Kelihatannya aku benar-benar akan muncul paling terakhir dan aku menduga-duga
berapa banyak orang yang kehilangan uangnya karena bertaruh atas kehadiranku.
Beberapa teman sekelasku berbisik-bisik dalam kelompok. Beberapa sedang
melakukan latihan pemanasan dan perenggangan.

Yang lain berdiri dengan para instruktur yang menjadi mentor. Guru-guru itu
berbicara dengan sungguh-sungguh kepada murid-murid mereka, memberikan kata-
kata nasihat terakhir. aku terus mendengar kata fokus dan tenang.

Melihat para instruktur itu membuat jantungku sesak. Begitulah yang kubayangkan
dulu tentang hari ini. Aku membayangkan Dimitri dan aku berdiri bersama,
bersamanya yang terus mengatakan padaku untuk menganggap hal ini serius dan
tidak kehilangan ketenanganku saat aku berada di lapangan. Alberta telah
memberikan latihan yang lumayan untukku sejak aku kembali dari Rusia, tapi
sebagai kapten, dia berada di lapangan sekarang, sibuk dengan segala macam hal
yang berbau tanggung jawab. Dia tidak punya waktu untuk datang kesini dan
menggenggam tanganku.

Teman-temanku yang mungkin menawarkan kehangatan – Eddie, Meredith, dan


yang lainnya – tengah berpegangan dalam ketakutan mereka bersama. Aku
sendirian.

Tanpa Lissa atau dimitri – atau, siapapun – aku merasakan rasa sakit yang
mengejutkan dari kesendirian yang membanjiri tubuhku. Ini tidak benar. Aku tidak
seharusnya sendirian. Dimitri harusnya disini bersamaku. Itulah yang seharusnya
terjadi. Aku menutup mataku, membiarkan diriku sendiri berpura-pura kalau dia
ada disini, hanya beberapa inci saat kami berbicara.

“Jangan khawatir, komrad. Aku bisa melakukan semua ini dengan menutup mata.
Hei, mungkin aku benar-benar bisa melakukannya. Apa kau punya sesuatu yang bisa
aku gunakan? Jika kau baik padaku, aku bahkan akan membiarkanmu
mengikatkannya sendiri padaku.” Mengingat fantasi ini terjadi setelah kami tidur

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
bersama, ada kemungkinan besar dia mau membantu membukakan penutup
mataku – daripada hal yang lain.

Aku bisa dengan jelas membayangkan gelengan jengkel kepalanya yang kupuroleh
oleh ulahku. “Rose, aku bersumpah, terkadang setiap hari bersamamu terasa seperti
ujian personal bagi diriku sendiri.”

Tapi aku tahu dia tersenyum dan ada rasa bangga yang ia perlihatkan serta dorongan
yang ia berikan padaku saat aku melangkah ke lapangan adalah satu-satunya hal
yang aku perlukan untuk melalui ujian itu –

“Apa kau sedang meditasi?”


Aku membuka mataku, heran dengan suara itu. “Ibu? Apa yang kau lakukan disini?”

Ibuku, Janine Hathway, berdiri di depanku. Dia hanya beberapa inci lebih pendek
dariku tapi sudah cukup memiliki pengalaman bertarung untuk seseorang yang
ukurannya dua kali lipat dari badanku. Tampilan berbahaya dari wajah
kecokelatannya berani mengahadapi siapapun yang membawa tantangan. Dia
memberikanku senyuman masam dan meletakkan satu tangannya ke pinggulnya.

“Sejujurnya, apa kau merasa aku tidak akan datang melihatmu?”


“Aku tidak tahu,” aku mengakui, merasa sedikit bersalah karena meragukan
kehadirannya. Dia dan aku tidak terlalu sering berhubungan selama beberapa tahun,
dan tes ini adalah kesempatan terbaru kami --- sebagian besar merupakan
kesempatan yang buruk – untuk memulai membangun kembali hubungan kami.

Selama sebagian besar hidupku, aku masih tidak tahu bagaimana perasaanku
mengenai dirinya. Aku terombang-ambing diantara gadis kecil yang membutuhkan
kehadirannya sebagi seorang ibu yang selalu tidak ada dan kemarahan seorang
remaja karena merasa dibuang. Aku juga tidak benar-benar yakin apakah aku sudah
memaafkannya pada saat secara ‘tidak sengaja’ ia memukulku dalam sebuah
pertarungan pura-pura.

“Aku pikir kau punya, kau tahu kan, banyak hal penting yang harus dilakukan.”
“Tidak mungkin aku melewatkan acara ini.” Dia mencondongkan kepalanya ke arah
barisan penonton, membuat rambut pirang keritingnya bergoyang. “Begitu juga
ayahmu.”
“APA?”
Aku segera menuju ke arah pintu masuk dan mengintip ke arah lapangan.
Pandanganku ke arah penonton tidaklah sangat bagus, terima kasih kepada semua
rintangan di lapangan, tapi cukup baik. Disanalah dia: Abe Mazur. Dia mudah
terlihat, dengan janggut dan kumis hitamnya, sebagus skarf rajut hijau jamrud
berpadu padan dengan kemejanya. Aku bahkan bisa melihat kilauan dari anting
emasnya. Dia mungkin akan meleleh dengan hawa panas disini, tapi aku menduga
dia membutuhkan lebih dari sekedar keringat untuk menjinakkan selera dandanan
nya yang mewah.

Jika hubunganku dengan ibuku cukup sederhana, hubunganku dengan ayahku


kenyataannya tidak pernah ada. Aku pernah bertemu dengannya di bulan Mei dan
bahkan setelah itu aku tidak tahu, tidak sampai aku kembali dan mengetahui kalau
aku adalah putrinya.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Semua dhampir memiliki satu orang tua Moroi, dan dia adalah orang tuaku. Aku
masih tidak yakin bagaimana perasaanku padanya. Kebanyakan dari latar
belakangnya masih merupakan misteri, tapi ada banyak gosip yang mengatakan
kalau ia terlibat bisnis ilegal. Orang-orang juga bertingkah seolah dia adalah tipe
pematah lutut seseorang. Di Rusia, mereka memanggilnya Zmey: sang ular.

Saat aku menatapnya dengan heran, ibuku berjalan kesampingku.


“Dia akan senang kau melakukannya tepat waktu,” katanya. “Dia bertaruh banyak
kalau kau akan muncul. Dia bertaruh uang untukmu, jika itu bisa membuatmu
merasa lebih baik.”

Aku mengerang “Tentu saja. Tentu saja dia akan menjadi bandar dari semua itu.
Harusnya aku sudah tahu sesegera –“ rahangku terasa jatuh. “Apa dia sedang
berbicara dengan Adrian?”

Yup. Seseorang yang sedang duduk di samping Abe, Adrian Ivashkov – pacar lebih
atau kurangku. Adrian adalah seorang Royal bangsawan – dan pengguna sihir roh
seperti Lissa. Dia tergila-gila padaku (Dan seringnya hanya gila) sejak pertama kali
kami bertemu, tapi mataku hanya untuk Dimitri. Setelah kegagalanku di Rusia, aku
kembali dan berjanji memberikan Adrian sebuah kesempatan. Yang mengagetkanku,
segala hal ... berjalan dengan baik diantara kami. Bahkan sangat baik. Dia telah
menuliskan sebuah proposal mengapa mengencaninya terdengar sebagai keputusan.
Proposal itu termasuk hal-hal seperti ‘aku akan berhenti merokok, kecuali aku
benar-benar, sungguh-sungguh membutuhkannya’ dan ‘aku akan memberikan
kejutan romantis setiap minggu, seperti: sebuah piknik mendadak, mawar-mawar,
atau sebuah perjalanan ke Paris – tapi bukan satu dari beberapa hal tersebut karena
mereka tidak lagi merupakan kejutan sekarang.

Bersamanya tidak seperti saat aku bersama Dimitri, tapi kemudian, aku menduga
kalau tidak ada dua hubungan yang bisa-bisa terasa sama. Ada dua laki-laki berbeda.
Aku masih terbangun sepanjang waktu, kesakitan atas hilangnya Dimitri dan cinta
kami. Aku menyikasa diriku sendiri atas kegagalanku membunuhnya di Siberia dan
membebaskannya dari kondisi tidak-bisa-mati. Meskipun begitu, rasa kehilangan itu
tidak mengartikan kalau kehidupan romantisku telah berakhir – terkadang aku
membutuhkan waktu untuk menerimanya.

Melupakan sangatlah sulit, tapi Adrian telah membuatku bahagia. Dan untuk
sekarang, semua yang ia berikan cukup bagiku. Tapi itu bukan berarti aku ingin dia
bersantai-santai dengan ayah mafiaku juga.

“Dia itu pengaruh buruk!” Aku protes.


Ibuku mendengus. “Aku ragu Adrian akan bisa banyak mempengaruhi Abe.”
“Bukan Adrian! ABE! Adrian sedang belajar berperilaku baik. Abe akan
mengacaukan semaunya.” Bersamaan dengan merokok, Adrian sudah bersumpah
untuk berhenti minum dan semua sifat buruk lain dalam proposal berkencannya.
Aku mengerling ke arah Adrian dan Abe di seberang padatnya penonton, mencoba
menduga topik apa yang bisa menjadi sangat menarik.

“Apa yang sedang mereka bicarakan?”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Kurasa topiknya paling tidak masalah-masalahmu sekarang.” Janine Hathway
bukan siapa-siapa dalan hal yang tidak berhubungan dengan yang berbau praktek.
“Jangan terlalu mengkhawatirkan mereka dan lebih khawatirkan ujiannya.”
“Apa kau rasa mereka sedang membicarakan aku?”
“Rose!” Ibuku memberikan pukulan ringan dilenganku dan aku kembali menarik
fokus mataku ke arahnya.
“Kau harus menganggap hal ini seirus. Tetaplah tenang dan fokusmu jangan
teralihkan.”

Kata-katanya sangat mirip dengan apa yang dikatakan Dimitri dalam imajinasiku,
membuat sebuah senyuman perlahan muncul di wajahku. Aku tidak sendirian disini
ternyata.

“Apa yang lucu?” dia bertanya khawatir.


“Bukan apa-apa,” kataku, memeluknya. Dia menegang awalnya dan kemudian
badanya terasa santai, sebenarnya memelukku balik sebentar dan melepaskannya.
“Aku senang kau ada disini.”

Ibuku bukanlah seseorang yang bisa menunjukkan rasa kasih sayangnya dan aku
mendapatkannya lengah. “Baiklah,” katanya, jelas sekali terlihat bingung, “Aku
sudah bilang padamu kalau aku tidak akan melewatkannya.”

Aku melirik kembali ke arah penonton. “Abe, sebaliknya, aku tidak terlalu yakin.”
Atau ... tunggu. Sebuah ide aneh datang padaku. Tidak, sebenarnya tidak terlalu
aneh. Curang atau tidak, Abe memiliki koneksi – seseorang yang cukup berkuasa
untuk menyelipkan sebuah pesan ke Victor Dashkov di penjara.

Abe adalah seseorang yang pernah dimintai informasi tentang Robert Doru, Saudara
laki-laki Victor yang menguasai roh, sebagai kebaikan hatinya untukku. Ketika Victor
sudah mengirim balik suratnya dan mengatakan kalau dia tidak memiliki alasan
untuk menolong Abe untuk apa yang ia butuhkan, aku dengan cepat mengubah
pemikiran dari meminta bantuan ayaku dan melompat ke ide membobol penjara.
Tapi sekarang –

“Rosemarie Hathaway!”
Alberta yang memanggilku, suaranya memekik dan kencang. Terdengar seperti
terompet, sebuah panggilan untuk bertarung. Semua pikiran tentang Abe dan Adrian
– dan ya, bahkan Dimitri – menghilang dari pikiranku. Kurasa ibuku mengharapkan
agar aku berhasil, tapi kata-kata tepatnya sudah tidak terdengar lagi saat aku berdiri
menghadapi Alberta dan lapangan. Gelombang adrenalin menggelora dalam diriku.
Semua perhatianku sudah berada pada apa yang ditempatkan di depanku: Ujian
yang akhirnya akan menjadikanku seorang pengawal.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

UJIANKU TERASA TERLIHAT SAMAR.


Kau pasti berpikir, mengingat ujian ini merupakan bagian paling penting dalam
kehidupan pendidikanku di ST. Vladimir, sehingga aku harusnya mengingat
segalanya dalam kesempurnaan, detil yang mengagumkan. Namun pikiran
terbaruku sepertinya menyadarkanku. Bagaimana bisa semua ukuran ini sebanding
dengan apa yang pernah aku alami? Bagaimana bisa pertempuran pura-pura ini
dibandingkan dengan kepungan Strigoi yang pernah menyerbu sekolah kami? Aku
harus berdiri memunggungi perasaan aneh yang melimpah, tidak mengetahui jika
dia yang kucintai masih hidup atau telah mati.

Dan bagaimana bisa aku takut pada pertarungan yang menhadapi satu dari
instruktur sekolahku setelah mengalami perkelahian dengan Dimitri? Dia sangat
mematikan saat menjadi dhampir dan tambah parah saat menjadi Strigoi. Tidak
satupun dari semua yang aku maksudkan itu bisa ditandingi oleh ujian ini. Ujian ini
serius. Banyak novis yang gagal dalam ujian ini selama ini, dan aku menolak untuk
menjadi salah satu dari mereka. Aku telah diserang dari segala sisi, oleh para
pengawal yang telah bertarung dan melindungi Moroi sejak sebelum aku lahir.
Arena pertarungan tidak datar, yang artinya begitu rumit di segala bagian. Mereka
memenuhi arena dengan alat-alat aneh dan banyak rintangan, balok dan pijakan
yang menguji keseimbanganku – termasuk sebuah jembatan yang telah
mengingatkanku secara menyakitkan tentang malam terakhir aku melihat Dimitri.
Aku mendorongnya setelah menancapkan sebuah pasak perak ke jantungnya –
sebuah pasak yang jatuh saat ia terjerembab ke dalam sungai di bawah jembatan.

Jembatan di arena sedikit berbeda dengan jembatan kayu yang kuat seperti tempat
dimana Dimitri dan aku berkelahi di Siberia. Jembatan yang ini reyot, jalan kecil
dengan konstruksi yang buruk yang terbuat dari potongan kayu dengan hanya ada
tali yang memagari sebagai dukungan terhadap jembatan itu. Setiap langkah
membuat seluruh jembatan bergoyang dan mengayun, dan lubang-lubang di papan
menunjukkan padaku dimana tempat para mantan teman sekelasku (dengan tidak
beruntung bagi mereka) menemui titik kelemahan.

Ujian yang mereka tugaskan untukku di jembatan mungkin adalah yang paling
buruk diantara semuanya. Tujuanku adalah untuk mendapatkan “Moroi” dan
menjauhkannya dari kelompok “Strigoi” yang sedang mengejar. Moroi sedang
diperankan oleh Daniel, pengawal baru yang datang bersama pengawal lain ke
sekolah untuk menggantikan para pengawal yang terbunuh dalam penyerangan. Aku
tidak terlalu mengenalnya, tapi untuk ujian kali ini, dia berperan sungguh sangat
jinak dan tidak berguna – bahkan sedikit ketakutan, sama seperti Moroi manapun
yang mungkin akan ku kawal kelak.

Dia memberiku sedikit perlawanan saat menginjak jembatan itu, dan aku
menggunakan keahlian ketenanganku, lebih banyak menggunakan suara membujuk
agar membuatnyapada akhirnya mau berjalan di depanku. Sebenarnya mereka
sedang menguji keahlian orang-orang sama baiknya dengan keahlian bertarung.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Tidak jauh di belakang kami di jalan itu, aku telah tahu para pengawal yang berperan
sebagai Strigoi akan datang. Danial melangkah dan aku membayanginya, masih
memberikan jamina kemanan saat semua inderaku terus dalam kondisi waspada.
Jembatan berayun menggila, mengatakan padaku dengan sebuah sentakan kalau
para pengejar kami sudah bergabung. Aku melirik ke belakang dan melihat tiga
“Strigoi” mendatangi kami. Para pengawal yang memainkan peran Strigoi telah
melakukan pekerjaan yang mengagumkan – bergerak dengan ketangkasan dan
kecepatan yang sama dengan Strigoi asli bisa lakukan. Mereka akan menyusul kami
jika kami tidak bergerak maju.

“Kau mekakukannya dengan bagus sekali,” kataku pada Daniel. Sangat sulit untuk
tetap menjaga nada suaraku dengan tepat. Berteriak kepada Moroi mungkin akan
membuat mereka syok. Terlalu benayak kelembutan membuat mereka berpikir kalau
in tidak seirus. “Dan aku tahu kau bisa bergerak lebih cepat lagi. Kita perlu
mendahului mereka – mereka semakin dekat. Aku tahu kau pasti bisa
melakukannya. Ayolah.”

Aku harus melewati bagian membujuk dari ujian ini karena dia jelas mempercepat
langkahnya – tidak cukup cepat untuk menandingi kecepatan empat pengejar kami,
tapi itu hanyalah awalnya. Jembatan bergerak menggila lagi. Daniel memekik
dengan meyakinkan dan membeku, mencengkarm sisi tali dengan kuat. Di depan
dia, aku melihat pengawal lai – sebagai- Strigoi menunggu di sisi berlawanan dari
jembatan. Aku yakin namanya adalah Randall, instruktur baru yang lain. Aku seperti
roti lapis diantara dia dan gerombolan di belakangku. Tapi Randall tetap diam,
menunggu di kayu pertama jembatan sehingga dia bisa menggoyangkan jembatan ini
dan membuatnya semakin sulit bagi kami.

“Terus berjalan,” aku mendorongnya, pikiranku berputar. “Kau bisa melakukannya.”


“Tapi ada Strigoi disana! Kita terjebak,” Daniel berteriak.
“Jangan khawatir. Aku akan melawannya. Bergerak saja.”
Suaraku terdengar hebat kali ini, dan Daniel merangkak maju, terdorong oleh
perintahku. Saat-saat berikutnya aku memerlukan perhitungan waktu yang tepat.
Aku harus mewaspadai “Strigoi” di kedua sisi kami dan tetap membuat Daniel
bergerak, semua itu dilakukan saat aku memperhitungkan dimana kami berada di
jembatan. Ketika kami sudah berada hampir di tiga per lima jalan menyebrang, aku
mendesis, “Berhenti di langkah keempat sekarang! cepat!”

Dia menurut, bersiap berhenti. Aku berlutut, masih berbicara dengan nada rendah:
“Aku akan berteriak padamu. Acuhkan saja.” dengan suara keras, agar mendapatkan
keuntungan dari mereka yang mengejar kami, aku berseru, “Apa yang kau lakukan?
Kita tidak bisa berhenti!”

Daniel tidak peduli, dan aku kembali berbicara dengan suara kecil. “Bagus. Lihat
dimana tali itu terhubung dengan dasar pagar? Pegang tali-tali itu. Pegang sekuat
yang kau bisa, dan jangan lepaskan, apapun yang terjadi. Belitkan di tanganmu jika
itu perlu. Lakukan sekarang!”

Dia menurut. Jam terus berdetik dan aku tidak ingin membuang waktu lagi. Dalam
satu gerakan, ketika masih dalam posisi membungkuk, aku berbalik dan memotong
tali dengan sebuah pisau yang diberikan sepaket dengan pasakku. Mata pisaunya
begitu tajam, terima kasih Tuhan. Para pengawal yang bertugas dalam ujian ini tidak

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
pernah mengacaukannya. Pisau ini tidak serta merta mengiris talinya, tetapi aku
memotongnya dengan cepat sehingga si “Strigoi” di sisi kami yang lain tidak punya
waktu untuk bereaksi.

Talinya bergemertaak saat aku kembali mengingatkan daniel untuk terus


berpegangan. Jembatan yang membagi dua berayun menuju sisi dari tangga kayu,
terbawa oleh beratnya orang-orang yang berada di atasnya. Sebenarnya, berat kami
lah yang paling tidak membuat keadaannya jadi begitu. Daniel dan aku telah bersiap-
siap. Ketiga pengejar di belakang kami tampaknya belum siap. Dua dari mereka
jatuh. Satu hanya berusaha memegang sebuah papan, tergelincir sedikit sebelum
memperbaiki pegangannya. Jarak jatuhnya sebenarnya setinggi enam kaki, tapi aku
sudah di peringatkan untuk tetap menganggapnya berjarak 50 kaki – sebuah jarak
yang mungkin akan membunuhku dan Daniel jika kami terjatuh.

Mengesampingkan semua keanehan, daniel masih berpegangan pada tali. Aku juga
berpegangan sebaik mungkin, dan sekali tali dan kayu itu rebah datar memunggungi
sisi tangga-tangga itu, aku mulai berjuang mnaikinya seolah yang kuinjak itu tangga.
Tidak mudah untuk memanjat dengan menggunakan daniel, tapi aku melakukannya,
memberiku satu kesempatan lagi untuk mengatakan padanya agar terus bertahan.
Randall, yang menunggu di depan kami, belum terjatuh. Dia berhasil memijakkan
kakinya saat aku memotong jembatannya, dan cukup kaget saat ia kehilangan
keseimbangannya. Pulih dengan cepat, dia bergoyang-goyang di tali, mencoba
menaiki permukaan yang aman di atas. Dia lebih dekat dengan permukaan itu
ketimbang aku, tapi aku menangkap kakinya dan menghentikannya. Aku menyentak
dirinya ke arahku. Dia mencoba memperbaiki pegangannya pada jembatan, dan
kami sama-sama berjuang. Aku tahu kecil kemungkinan aku bisa menjatuhkannya,
tapi aku mampu untuk memperdekat jarak kami. Akhirnya, aku melepaskan pisau
yang terus kupegang dan berusaha mengambil pasak dari ikat pinggangku – sesuatu
menguji keseimbanganku. Posisi Randall yang canggung memberiku kesempatan
untuk menusuk jantungnya, dan aku melakukannya.

Untuk ujian, kami diberikan pasak yang tumpul, tidak akan melukai kulit tetapi saat
digunakan, pasak ini cukup kuat untuk meyakinkan lawan kita kalau kita tahu apa
yang sedang kita lakukan. Posisiku sangat sempurna, dan Randall, mengakui kali ini
merupakan pukulan yang membunuhnya, melepaskan pegangannya dan jatuh dari
jembatan.

Meninggalkan tugas yang menyakitkan untuk membujuk daniel naik. Butuh waktu
yang cukup lama, tapi lagi-lagi, tingkahnya tidak mirip dengan karakter bagaimana
seorang Moroi yang ketakutan berperilaku. Aku hanya bersyukur karena dia tidak
memutuskan kalau Moroi yang sesungguhnya mungkin tidak akan bertahan untuk
bertahan dan akan jatuh.

Setelah semua rintangan yang datang semakin banyak, tetapi aku terus melawan,
tidak pernah memperlambat seranganku atau membiarkan rasa lelah
menggangguku. Aku masuk dalam tipe siap berperang, semua inderaku fokus
terhadap insting terdasarku: lawan, menghindar, bunuh.

Dan saat terus mendengarkan insting itu, aku masih harus berinovasi dan untuk
tidak dalam ketenangan. Sebaliknya, aku tidak akan mampu untuk bereaksi
terhadapa sebuah kejutan seperti di jembatan tadi. Aku mengatur semuanya,

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
melawan dengan satu-satunya pikiran untuk terus mendahulukan tugasku daripada
diriku sendiri. Aku mencoba untuk tidak berpikir kalau para instrukturku adalh
orang-orang yang sduah aku kenal. Aku memperlakukan mereka seperti aku
memperlakukan Strigoi. Aku menark tanpa memukul.

Ketika ujian ini akhirnya berakhir, aku hampir tidak menyadarinya sama sekali. Aku
terus saja berdiri di tengah-tengah arena tanpa adanya penyerang yang
mendatangiku. Aku sendirian. Perlahan, aku menjadi lebih waspada dengan setiap
detilnya. Para penonton di pinggir arena bersorak. Beberapa instruktur saling
menganggukkan kepala saat mereka bergabung.

Jantungku berdetak keras.


Detakannya ridak berhenti sampai Alberta dengan seringaiannya menyentuh
tanganku yang akhirnya menyadarkanku kalau ujian ini sudah selesai. Ujian yang
akku tunggu selama ini, berakhir serasa dalam sekejap mata saja.

“Ayo,” katanya, merangkulkan tangannya di bahuku dan membimbingku ke arah


pintu keluar.
“Kau perlu minum dan duduk.”

Bingung, aku membiarkannya membimbingku keluar dari arena, orang-orang di


sekeliling kami masih bersorak dan meneriakkan namaku. Di belakang kami, aku
mendengar orang-orang berkata kalau mereka harus istirahat dan memperbaiki
jembatannya.

Alberta membawaku kembali ke ruang tunggu dan dengan lembut mendorongku ke


sebuah kursi panjang. Seseorang duduk di sampingku dan menyerahkan sebotol air.
Aku berpaling dan aku menemukan ibuku disampingku. Wajahnya mengekspresikan
sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya: tulus, kebanggan yang luar biasa.

“Hanya itu?” tanyaku akhirnya.


Dia mengejutkanku lagi dengan tawa gelinya.

“Hanya itu?” dia mengulangi perkataanku. “Rose, kau ada di sana hampir selama
satu jam. Kau melewati ujian ini dengan warna berbeda – mungkin satu dari ujian
terbaik yang pernah diperlihatkan di sekolah ini.”

“Benarkah? Hanya saja ini terasa ...” mudah bukanlah kata yang cukup tepat. “
Terasa membingungkan, hanya itu.”

Ibuku meremas tanganku. “Kau luar biasa. Aku sangat sangat bangga padamu.”

Semua kenyataan ini benar-benar, benar-benar menyadarkanku kemudia, dan aku


merasakan sebuah senyuman mekar di bibirku.
“Sekarang apa yang akan terjadi?” tanyaku
“Sekarang kau menjadi pengawal.”

Aku sudah sering kali ditato, tapi tidak satupun dari acara itu bisa disamakan dengan
upacara dan keriuhan yang terjadi saat mendapatkan tanda sumpahku.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Sebelum aku mendapatkan tanda molinja karena telah melakukan pembunuhan
yang tidak kuharapkan, kekacauan yang targis: bertarung dengan Strigoi di Spokane,
penyerangan sekolah, dan misi penyelamatan yang mneyebabkan duka cita, bukan
perayaan.

Setelah semua pembunuhan itu, kami tidak lagi bisa menghitung jumlahnya, dan
saat pelukis tato masih mencoba untuk menghitung setiap orang yang dibunuh,
mereka akhirnya memberiku sebuah tanda berbentuk bintang yang dengan cara
hebat menyatakan kalau kami tidak lagi bisa menghitung berapa Strigoi yang sudah
kubunuh.

Membubuhkan Tato bukan proses yang cepat, meskipu kau hanya mendapatkan
ukuran yang kecil, dan seluruh teman sekelasku yang lulus mendapatkannya.
Upacaranya berlokasi dia gedung yang biasanya menjadi ruang makan Akademi,
sebuah ruangan yang mampu dengan mengagumkan diubah menjadi sesuatu yang
semewah dan seluas ruangan yang pernah kami temukan di istana.

Para undangan – teman-teman, keluarga, dan para pengawal – memenuhi ruangan


saat Alberta memanggil nama kami satu persatu dan membacakan nilai kami saat
kami mendekati penato. Nilai ini sangat penting. Nilai ini diumumkan dan
bersamaan dengan keselurahan peringkat kami, jumlah nilainya akan
mempengaruhi penugasan kami selanjutnya. Moroi bisa meminta nilai khusus agar
bisa menjadi pengawalnya. Lissa sudah memintaku, tentu saja, tapi meski dengan
nilai terbaik di dunia sekalipun, nilai itu tidak akan bisa dibandingkan dengan
semua nilai kelakuan buruk di dalam catatanku.

Tidak ada Moroi dalam upacara ini, meskipun begitu ruangan ini dipenuhi oleh
orang-orang yang diundang sebagai tamu oleh para lulusan baru. Kelompok lain
yang berkumpul adalah para dhampir: baik yang sudah menjadi pengawal maupun
yang akan menjadi pengawal seperti aku.

Para tamu duduk di bagian belakang, dan para pengawal senior duduk di depan.
Teman-teman sekelasku dan aku berdiri sepanjang acara, mungkin sebagai ujian
terakhir dalam hal daya tahan.

Aku tidak keberatan. Aku sudah mengganti pakaianku yang sobek dan kotor menjadi
pakaian kedur dan sebuah sweater, pakaian yang terlihat resmi saat masih
merasakan perasaan khidmat. Pakaian ini cukup enak dikenakan karena udara di
dalam ruangan dipenuhi ketegangan, semua ekspresiwajah merupakan campucaran
dan kebahagian karena keberhasilan kami tap juga rasa khawatir tentang peran baru
dan mematikan kami di dunia. Aku menonton dengan mata bersinar saat teman-
temanku dipanggil naik, terkejut dan terkesan dengan beberapa nilai temanku.

Eddi Castile, seorang teman dekatku, mendapatkan sebuah nilai tingi khusu dalam
perlindungan Moroi satu lawan satu. Aku tidak bisa menahan senyum saat melihat
penato memberikan Eddie tatonya.
“Aku penasaran bagaimana ia menangani Moroinya di atas jembatan,” aku berbisik
dengan nada rendaj. Eddie cukup cerdik biasanya. Disampingku, temanku yang lain,
Meredith, menatapku bingung.

“Apa yang sedang kau bicarakan?” Suaranya juga sama rendahnya.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Saat kita kejar di jemabatan dengan Moroi kita. Moroiku adalah Daniel.” Dia masih
terlihat bingung, dan aku menambahkan. “Dan mereka menempatkan Strigoi di
masing-masing sisinya?”

“Aku melintasi jembatan,” dia berbisik, “Tapi hanya aku sendiri yang dikejar. Aku
menempatkan Moroiku melalu jalan memutar.”

Sebuah tatapan dari teman sekelas di dekat kami membuat kami diam, aku
menyembunyikan ekspresi ketidaksukaanku. Munkin bukan aku satu-satunya yang
kebingungan melewati ujian ini. Meredith mendapatkan kenyataan kalau ia
mengacau dalam tesnya sendiri.

Saat namaku dipanggil, aku mendengar beberapa suara decak kagum saat Alberta
membacakan nilaiku. Aku mendapakan nilai tertinggi sejauh ini. Aku senang dia
tidak menyebutkan nilai akademikku. Mereka pasti akan menarik kembali
kekaguman di sisa penampilanku. Aku selalu menyelesaikan kelas bertarungku
dengan baik, tapi matematika dan sejarah ... sebenarnya, kedua hal itu sangat
memprihatinkan, khususnya sejak aku keluar masuk dari sekolah.

Rambutku digelung ketat, dengans etiap helainya dijepit sehingga penato tidak akan
menemukan gangguan saat ia bekerja. I membungkukkan tubuhku dan memberinya
pemandangan bagus dan mendengar sungutan keterkejutan. Leher belakangku telah
ditutupi banyak sekali tanda, dia harus lebih cerdik menempatkan tanda baruku.
Biasanya, pengawal baru memberikan kanvas kosong. Pria ini cukup pintar dan pada
akhirnya menempatkan tandaku dengan hati-hati di tengah-tengah leherku. Tanda
sumpah itu terlihat berbentuk huruf S yang memanjang dan renggang dengan
bentuk ikal diujungnya. Dia menemppatkannya diantara tanda molinja,
membiarkannya terlihat seperti dikelilingi seolah seperti depeluk. Proses tatonya
menyakitkan, tapi aku tetap menjaga wajahku agar tetap tanpa ekspresi, tidak
membiarkan wajahku mengerutkan dahi. Hasil akhirnya ditunjukkan padaku dari
sebuah kaca sebelum dia menutupnya dengan perban sehingga luka tato ini bisa
sembuh dengan bersih.

Setelah itu, aku bergabung kembali dengan teman-teman sekelasku dan menonton
sisa dari mereka yang akan menerima tato. Ini artinya berdiri untuk dua jam lagi,
tapi aku tidak keberataan. Otakku masih berputar mengingat semua yang terjadi hari
ini. Aku telah menjadi pengawal. Pengawal yang akan membaw kebaikan yang tulus
sungguhan. Dan bersamaan dengan pemikiran tentang itu munculah banyak
pertanyaan, Apa yang akan terjadi sekarang? Akankah nilaiku cuku baik untuk
menghapus catatan kelakuan burukku? Akankah aku menjadi pengawal Lissa? Dan
bagaimana tentang Viktor? Bagaimana dengan Dimitri?

Perasaanku berubah menjadi ttidak nyaman saat efek penuh dari upacara pengawal
ini menimpaku. Semua ini bukan hanya tentang Dimitri dan Viktor. Ini tentang aku
– tentang sisa hidupku. Kehidupan sekolah telah berakhir. Aku tidak akan lagi
memiliki guru yang mengikuti setiap gerakanku atau memperbaiki saat aku
melakukan kesalahan. Semua keputusan akan bergantung pada diriku sendiri saat
aku melindungi seseorang. Moroi dan dhampir yang lebih muda akan
menganggapku memiliki kekuasaan. Dan aku tidak lagi mendapakan kemewahan
dari latihan bertarung satu meit dan bersantai di kamarku setelah itu. Tidak ada lagi
jeda istirahat saat kelas berlangsung.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Aku akan bertugas sepanjang waktu. Pemikiran itu menakutkanku, tekanannya
hampir terlalu menyenangkan. Aku selalu menyamakan kelulusan dengan
kebebasan. Sekarang, aku tidak lagi yakin. Bentuk baru seperti apa yang akan
diambil dalam hidupku? Siapa yang akan memutuskan? Dan bagaimana aku bisa
menjangkau Victor jika aku ditugaskan untuk menjaga seseorang selain Lissa?

Di seberang ruangan, aku menemukan mata Lissa diantara para penonton. Kedua
mata itu terbakar dengan kebanggaan yang sama dengan milik ibuku, dan dia
menyeringai saat pandangan kami bertemu.

Coba lihat wajahmu, dia menghakimiku melalui ikatan kami. Kau tidak boleh
terlihat gelisah seperti itu, tidak hari ini. Kau perlu merayakannya.

Aku tahu dia benar. Aku bisa menangani apa yang terjadi. Kekhawatiranku, yang
begitu banyak, bisa menunggu satu hari lagi – khusunya sejak suasana hati yang
gembira dari teman-teman dan keluarga yang meyakinkanku untuk merayakannya.
Abe, dengan pengaruh itu, selalu terlihat bisa melakukannya, telah mengamankan
sebuah ruangan banquet kecil dan melemparkan sebuah pesta untukku yang terlihat
lebih cocok untuk acara debutnya kalangan bangsawan, bukan untuk kalangan
bawah, para dhampir yang ugal-ugalan.

Sebelum acara itu, aku kembali bergati pakaian. Pakaian pesta yang lebih cantik
sekarang terlihat lebih pantas daripada kostum acara resmi molinja. Aku
mengenakan sebuah atasan berlengan pendek, gaun ketat berwarna hijau jamrud
dan menggantungkan nazar ku di leher, meskipun benda ini terlihat tidak cocok.
Nazar ini adalah sebuah anting-anting kecil yang terlihat seperti sebuah mata,
dengan corak yang berbeda dari warna biru yang mengelilinginya. Di Turki, tempat
Abe berasal, benda ini dipercayai bisa memberikan perlindungan. Dia
memberikannya kepada ibuku beberapa tahun yang lalu, dan kemudian ibuku
memberikannya padaku.

Sepanjang waktu, aku mengenakan perias wajah dan menyisir rambutku yang kusut
menjadi panjang, bergelombang hitam (karena perban tatoku sama sekali tidak
cocok dengan gaunku), aku tidak ter;ihat seperti seseorang yang mampu melawan
monster-monster atau bahkan melemparkan pukulan. Tidak – hal itu bahkan tidak
terlalu benar, aku menyadarinya sesaat kemudian. Menatap lurus ke arah cermin,
aku terkejut melihat tatapan menghantui dalam mata cokelatku. Ada rasa sakit
disana, sakit dan kehilangan yang bahkan tidak bisa ditutupi oleh gaun yang sangat
bagus dan riasan sekalipun.

Aku mengabaikannya dan bersiap untuk pesta itu, dengan cepat berlari ke tempat
Adrian secepat yang aku bisa untuk melangkahkan kaki saat keluar dari asramaku.
Tanpa sepatah kata, dia merengkuhku dalam dekapannya dan melimpahiku dengan
sebuah ciuman. Aku jelas tidak waspada. Itu dapat diperhitungkan.

Makhluk yang tidak mati tidak bisa mengagetkanku, tapi satu orang Moroi yang
sembrono bisa melakukannya. Dan kali ini adalah sebuah ciuman yang
sesungguhnya, satu dari yang membuatku merasa bersalah karena tenggelam di
dalamnya.
Aku telah memikirkan kapan kencan pertama dengan Adrian, tapi sebagian besar
dari pikiran itu telah menghilang seiring berjalannya waktu. Setelah melihatnya

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
menggoda tanpa rasa malu dan tidak beranggappan serius untuk waktu yang lama,
aku tidak pernah mengira untuk melihat semacam kesetian darinya dalam hubungan
kami. Aku juga tidak mengharapkan untuk menemukan perasaanku yang tumbuh
untuknya –yang kelihatannya sangat bertolak belakang mengingat aku masih
mencintai Dimitri dan membuat jalan yang tidak mungkin untuk
menyelamatkannya.

Aku tertawa ketika Adrian melepaskannku. Disekitarkami, beberapa Moroi muda


berhenti menonton kami. Moroi yang berpacaran dengan dhampir adalah hal yang
sangat-sangat tidak umum di usia kami, tapi seorang dhampir yang terkenal dengan
nama yang buruk yang mengencani keponakan kesayangan sanga ratu Moroi?
Adalah hal yang tidak pernah terjadi – khususnya sejak begitu jelas betapa ratu
Tatiana membenciku. Ada begitu banyak bukti saat terakhir kali aku bertemu
dengannya, saat dia berteriak padaku untuk menjauhi Adrian, tetapi kata seperti itu
selalu saja menghilang ditelan waktu.

“Seperti sebuah pertunjukkan?” aku menanyai penonton kami. Menyadari kalau


mereka telah gagal, anak-anak Moroi itu bergegas melanjutkan langkah mereka. Aku
berpaling ke arah Adrian dan tersenyum.

“Apa maksudnya yang tadi? Sejenis ciuman besar yang melemparkanku ke tengah
tontonan publik.”
“Itu,”dia berkata dengan senang, “adalah hadiah untuk tendangan yang begitu bayak
kau berikan di ujian tadi.” Dia terdiam sejenak. “Itu juga karena kau jelas sekali
terlihat sangat seksi dengan pakaian ini.”

Aku memberinya tatapn masam. “Hadih, huh? Pacar Meredith memberinya


sepasang anting berlian.” Dia memegang tanganku dan mengangkat bahu saat kami
berjalan ke arah pesta.
“Kau ingin berlian? Aku akan memberikanmu banyak berlian. Aku akan
memandikanmu dengan berlian. Aku akan membuatkanmu gaun dari berlian. Tapi
gaunnya tidak akan cukup menutupi badan.”

“Kurasa aku cukup mendapatkan ciuman itu saja,” kataku, membayangkan Adrian
mendandaniku seolah aku modl pakaian renang. Atau penari galah. Perhiasan juga
mendadak membawaku pada kenangan yang tidak kuinginkan. Saat Dimitri
menawanku di Siberia, membuaiku dengan kebahagian sendiri karena gigitannya, ia
juga memandikanku dengan perhiasan juga.

“Aku tahu kau hebat,” lanjut Adrian. Kehangatan musim panas bertiup sepoi-sepoi
mengibarkan rambut cokelatnya yang selalu ia atur setiap harinya dengan sungguh—
sungguh, dan dengan tangannya yang bebas, dia tanpa berpikir lagi mencoba
mengaturnya kembali ketempatnya.

“Tapi aku tidak sadar berpa banyak sampai aku melihatmu menjatuhkan para
pengawal disana.”

“Apakah itu maksudnya kalau kau akan menjadi lebih baik padaku?” godaku.

“Aku sudah begitu baik padamu,” katanya dengan angkuh. “Apa kau tahu betapa
inginnya sebatang rokok sekarang? Tapi tidak. Aku dengan berani telah bertahan

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
melalui penarikan diri dari nikotin – semuanya untukmu. Tapi kupikir melihatmu di
luar sini membuatku harus sedikit berhati-hati untuk berada di sekitarmu. Ayahmu
yang gila itu sejenis orang yang membuatku harus berhati-hati juga.”

Aku mengerang, mengingat kembali bagaimana Adrian dan Abe duduk bersama.
“Tuhan. Apa kau benar-benar harus bergaul dengannya?”
“Hey, dia mengagumkan. Sedikit sensitif, tapi mengagumkan. Kebersamaan kami
menyenangkan.” Adrian membukakan pintu bangunan yang kami cari. “Dan dia
hebat dengan cara dia sendiri juga. Maksudku, Seorang pria lain yang mengenakan
scarf seperti itu? Dia akan ditertawakan di sekolah ini. Tapi bukan Abe. Dia melawan
seseorang hampir seburuk yang akan kau lakukan. Kenyatannya ...” Suara Adrian
berubah gugup. Aku terkejut menatapnya.

“Kenyatannya apa?”
“Well, Abe bilang dia suka padaku. Tapi dia juga dengan jelas menyampaikan padaku
jika aku menyakitimu atau melakukan sesuatu yang jahat padamu.” Adrian
meringis. “Kenyatannya, dia mendeskripsikan apa yang bisa dia lakukan dengan
detil gambarannya. Kemudian, hanya dengan seperti itu, dia menggantinya dengan
topik lain, acak, dan menyenangkan. Aku suka pria itu, tapi dia menakutkan.”

“Dia sudah keluar batasan!” Aku tertegun tepat di depan ruangan pesta. Melalui
pintu itu, aku mendengar bunyi percakapan. Kami sepertinya merupakan yang
terakhir datang. Kurasa itu artinya aku harus membuat sebuah langkah masuk yang
berana dan pantas untuk menghargai para undangan.

“Dia tidak punya hak mengancam pacarku. Usiaku sudah delapan belas tahun. Aku
sduah dewasa. Aku tidak butuh bantuannya. Aku bisa mengancam pacarku sendiri.”
Kejengkelanku membuat Adrian geli, dan membuatnya tersenyum malas padaku.
“Aku setuju denganmu. Tapi itu bukan berarti aku tidak akan mendengarkan
‘sarannya’ dengan serius. Wajahku terlalu tampan untuk menempuh resiko itu.”

Wajahnya memang tampan, tapi itu tidak menghentikanku untuk menggoyangkan


kepalaku dalam kejengkelan. Aku menggapai pemegang pintu, namun Adrian
menarikku.

“Tunggu,” katanya.
Dia menarikku lagi ke dalam pelukannya, bibir kami bertemu dalam ciuman panas
berikutnya. Tubuhku menempel keras padanya, dan aku menemukan diriku sendiri
bingung dengan perasaanku senderi dan kesadaran bahwa aku mencapai sebuah titik
dimana aku mungkin ingin lebih dari sekedar ciuman.

“Ok,” kata Adrian saat kami akhirnya selesai, “Sekarang kita bisa masuk.”

Dia masih memiliki nada ringan yang sama dalam suaranya, tapi mata hijau
gelapnya, aku melihat hasrat yang menayal. Aku bukan satu-satunya yang berpikir
tentang sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman. Sejauh ini, kami menghindari
diskusi tentang seks, dan dia sesungguhnya sangat baik dengan tidak menekanku.
Kurasa ia tahu kalau aku belum siap setelah Dimitri, tapi di saat seperti ini, aku bisa
melihat betapa sulitnya Adrian untuk menahan diri.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Hal ini melembutkan sesuatu di dalam diriku, dan aku berdiri di atas jari kakiku, aku
memberikannnya ciuman yang lain.

“Apa maksudnya itu?” tanyanya beberapa saat kemudian.


Aku menyeringai. “Hadiahmu.”

Saat kami akhirnya sampai ke pesta itu, semua orang di ruangn itu menyelamatiku
dengan sorakan dan senyuman bangga. Dahulu kala, aku tumbuh dengan baik
sebagai pusat dari perhatian. Hasrat itu perlahan memudar, tapi sekarang, aku
memasang wajah percaya diri dan menerima pujian kekasihku dengan angkuh dan
bahagia. Aku mengangkat tanganku dengan perasaan berjaya, menghasilkan lebih
banyak tepuk tangan dan persetujuan.

Pestaku juga hampir sekabur ujianku. Kau tidak benar-bear sadar berapa banyak
orang yang peduli padamu hingga mereka semua berbali mendukungmu. Ini
membuatku merasa rendah hati dan hampir menangis. Aku menyimpanperasaan itu
untukku sendiri. Aku bisa mulai menangis dia pesta kemenanganku sendiri.

Semua orang ingin berbicara padaku, dan aku terus terkejut dan senang setiap kali
orang yang baru menghampiriku. Tidak terlalu sering bagiku untuk bisa menemui
semua orang yang begitu aku cintai dalam satu tempat, dan dengan gelisah, aku
menyadari bahwa kesempatan ini mungkin tidak akan pernah datang lagi.

“Sebenarnya, kau akhirnya telah mendapatkan izin untk membunuh. Ini cuma
masalah waktu.”
Aku berbalik dan bertemu mata jahil Christian Ozera, seseorang yang pernah begitu
menyebalkan yang berubah menjadi seorang teman baik. Sangat menyenangkan,
kenyatannya, dalam semangat kebahagianku, aku menarinya dan memeluknya –
sesuatu yang sudah pasti tidak ia harapkan. Aku telah mengejutkan setiap orang hari
ini.

“Whoa, whoa,” katanya melangkah mundur, wajahnya memerah. “Sangat terlihat.


Kau satu-satunya cewek yang bisa begitu emosi tentang pikiran membunuh. Aku
bahkan tidak ingin berpikir tentang apa yang akan terjadi ketika kau dan Ivashkov
cuma tinggal berdua.”

“Hey, lihat siapa yang sedang bicara. Kau yang sudah tidak sabar untuk keluar sana.”
Christian mengangkat bahu, setuju. Ini adalah aturan baku dalam dunia kami:
Pengawal melindungi Moroi. Moroi tidak ikut serta dalam pertarungan. Namun
setelah serangan Strigoi yang baru-baru ini terjadi, banyak dari Moroi – meskipun
bukan mayoritas – telah mulai memperdebatkan kalau inilah saatnya bagi Moroi
untu melangkah maju dan mulai membantu para pengawal. Pengguna api seperti
Christian sesungguhnya sangat bernilai mengingat metode membakar adalah satu
dari car terbaik untuk membunuh satu Strigoi (bersama dengan memasak dan
pemenggalan kepala). Sekarang pergerakan untuk mengajari Moroi bertarung –
dengan sengaja – terhenti di pemerintahan Moroi; tapi hal tersebut bukan berarti
bisa menghentikan beberapa Moroi yang berlatih dalam kerahasiaan. Christian
adalah satu diantaranya. Melirik kesamping dirinya, aku mengerjap dengan heran.
Ada seseorang bersamanya, seseorang yang tidak aku sadari keberadaanya. Jill
Mastrano menungu didekatnya seperti sebuah bayangan. Moroi yang baru masuk –

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
sebenarnya, sebentar lagi menjadi siswa tingkat kedua – Jill maju sebagai seseorang
yang ingin bertarung. Dia menjadi murid Christian.

“Hey, Jill,” kataku, memberikanya senyuman hangat. “Trims sudah datang.” Wajah
Jill memerah. Dia memutuskan untuk belajar melindungi dirinya sendiri, tapi dia
semakin menjadi kebingungan di antara yang lain – khususnya diantara ‘selebritis’
seperti aku.

Bertele-tele adalah reaksinya ketika ia gugup. “Aku memang harus datang,” katanya,
menyampingkan rambut cokelat muda panjangnya yang menjuntai di wajahnya.
Seperti biasa, jalinannya terlihat keriting. “Maksudku,apa yang telah kau lakukan itu
sangat keren. Di ujian. Semua orang kagum. Aku dengar satu dari pengawal berkata
kalau mereka belum pernah melihat yang seperti dirimu, jadi saat Christian
menanyaiku apakah aku akan datang, tentu saja aku harus datang. Oh!” Mata hijau
mudanya melebar. “Aku bahakan lupa mengucapkan selamat padamu. Maafkan aku,
Selamat ya.”

Disampingnya, Christian berjuang untuk menjaga agar ekspresi wajahnya tidak


berubah. Aku tidak berusaha sama sekali untuk menahannya dan tertawa sambil
memeluk Jill juga. Aku akan berada dalam masalah serius jika berubah menjadi
hangat dan berbulu. Status pengawalku bisa langsung dicabut jika aku masih seperti
ini. “Terima kasih. Apa kalian berdua sudah siap menangani pasukan Strigoi?”

“Segera,” sahut Christian. “Tapi kami mungkin memerlukan bantuanmu.” Dia tahu
benar sama seperti aku kalau Strigoi adalah jalan keluar dari persekutuan mereka.
Sihir apinya sangat membantuku, tapi kalau dia hanya sendiri? Akan menjadi cerita
yang berbeda. Dia dan Jill mengajari diri mereka sendiri untuk menggunakan sihir
sebagai alat perlawanan, dan saat aku punya waktu diantara dua kelas, aku
mengajari mereka beberapa gerakan bertarung.

Wajah Jill sedikit memuram. “Latihan ini akan berhenti ketika Christan pergi.”
Aku berbalik ke arah Christian. Bukan hal yang mengejutkan kalau ia akan pergi.
Kami semua akan pergi.

“Apa yang akan kau lakukan dengan dirimu?” tanyaku.


Dia mengangkat bahu. “Pergi ke istana bersama kalian. Bibi Tasha bilang kami harus
membicarakan masa depanku.” Dia meringis. Apapun rencana yang ia miliki,
sepertinya tidak sama dengan rencana milik Tasha. Sebagian besar Moroi
bangsawan akan pergi ke kampus elit. Aku tidak yakin apa yang adalam pikiran
Christian sekarang. Adalah sebuah latihan standar setelah kelulusan untuk pengawal
baru untuk mergi ke istana Moroi bangsawan untuk orientasi dan mendapatkan
tugas mereka. Kami semua akan meninggalkan tempat ini dalam beberapa hari.
Mengikuti tatapan Christian, aku melihat bibinya yang melintasi ruangan, dan
tolonglah aku, dia sedang berbicara dengan Abe.

Tasha Ozera berusia dua puluh tahunan, dengan rambut hitam berkilau yang sama
dan mata biru yang dimiliki Christian. Namun, wajah cantinya telah dirusak oleh hal
yang mengerikan di satu sisi wajahnya – hasil dari luka yang diakibatkan oleh orang
tua Christian. Dimitri telah menjadi Strigoi melawan kehendaknya, tapi Ozera
dengan sengaja memilih untuk berubah menjadi Strigoi agar hidup abadi. Ironisnya
harga hidup mereka terlalu sebentar setelah para pengawal memburu dan

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
menjatuhkan mereka. Tasha membesarkan Chrsitian (saat dia tidak berada di
sekolah) dan merupakan satu dari pemimpin utama dari pergerakan yang
mendukung Moroi untuk bertarung melawan Strigoi.

bekas luka atau bukan, aku mengaguminya dan masih berpikir kalau ia begitu cantik.
Dari tingkah yang ditunjukkan ayahku, dia juga terlihat berpikir begitu. Dia
menuangkan segelas champagne untuk tasha dan berkata sesuatu yang membuat
wanita itu tertawa. Dia memajukan tubuhnyam seolah sedang mengatakan sebuah
rahasia, dan kemudian tertawa sabagai balasannya. Rahangku jatuh.

Bahkan meskipun dari melihatnya dari jauh, sangat jelas sekali kalau mereka sedang
saling menggoda.

“Oh Tuhan,” aku menucapkannya dengan ngeri, tergesa-gesa berbalik ke arah


Christian dan Jill. Wajah Christian terpecah antara puas karena ketidaknyamananku
dan kegelisahannya sendiri melihat seorang wanita yang ia hormati seperti ibunya
sendiri terperangkap serangan seorang pria mafia pembajak. sesaat kemudia,
ekspresi Christian melembut saat ia berbalik ke arah Jill dan melanjutkan
perbincangan kami.

“Hey, kau tidak perlu aku,” katanya. “Kau akan menemukan yang lain di sekitar sini.
Kau akan mendapatkan klub superheromu sendiri sebelum kamu menyadarinya.”

Aku mendapati diriku tersenyum lagi, tapi rasa kesenangan mendadak hancur
dengan sentakan kecemburuan. Kaget, aku melirik ke sekitarku dan mendapati
dirinya di seberang ruangan, memberikan tatapan kematian saat Christian berbicara
pada Jill.

Bisa dibilang cukup bernilai jika mengingtkan kalau Christian dan Lissa pernah
berpacaran. Lebih dari sekedar berpacaran. Mereka benar-benar jatuh cinta dengan
sangat dalam, dan sejujurnya, mereka masih merasakannya. sayangnya, kejadian
yang baru-baru saja terjadi dengan sangat burut memporak-porandakan hubungan
mereka, dan Christian memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Dia masih
mencintai Lissa namun telah kehilangan kepercayaan padanya.

Lissa berbalik tidak terkontrol saat pengguna roh lain yang bernama Avery Lazar
mencoba mempengaruhinya. Kami sebenarnya telah menghentikan Avery, dan kabar
terakhir yang kudengar adalah kalau dia saat ini telah dikurung jauh di institusi sakit
jiwa. Sekarang Christian sudah tahu alasan perilaku buruk Lissa, namu kerusakan
telah selesai. Pada awalnya Lissa depresi, namun penderitaannya telah berubah
menjadi kemarahan sekarang. Dia menyatakan kalau dia tidak ada urusan lagi
dengan Christian, namun ikatan kami mengatakan hal sebaliknya. Dia selalu
cemburu pada setiap gadis yang diajak Christian mengobrol – khususnya Jill,
seseorang yang telah menghabiskan banyak waktu bersamanya. Aku tahu pada
kenyataannya tidak ada hal romantis yang terjadi diantara keduanya. Jill
mengidolakannya sebagai guru yang bijak, tidak lebih. Jika dia jatuh cinta pada
seseorang, maka Adrian lah orangnya, yang selalu memperlakukannya seperti
seorang adik kecil. Kami semua melakukannya, sungguh.

Christian mengikuti pandangan mataku dan ekspresinya mengeras. Menyadari


dirinya mendapatkan tatapan Christian, Lissa segera berpaling dan mulai mengobrol

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
dan lelaki pertama yang ia temukan, seorang dhampir ganteng dari kelasku. Dia
mengaktifkan pesona godaannya yang muncul dengan mudah bagi seorang
pengguna roh seperti dia, dan segera, mereka berdua tertawa dan mengobrol serupa
Abe dan Tasha. Pestaku telah berubah menjadi sekumpulan kencan kilat.

Christian berpaling kearahku, “Baiklah, sepertinya terlihat kalau dia mendapatkan


banyak hal untuk membuatnya sibuk.” Aku memutar mataku. Lissa bukan satu-
satunya yang cemburu disini. Sama seperti ketika Lissa menjadi marah kapanpun
Christian bergaul dengan gadis lain, Christian berubah menjadi berduri saat Lissa
berbicara dengan laki-laki lain. Semua ini membangkitkan amaran. Bukannya
mengakui kalau mereka masih sama-sama memiliki perasaan dan hanya perlu
memperbaiki dan mencocokan masalah yang ada, dua orang idiot ini malah terus-
terusan menunjukkan peperangan diantara keduanya.

“Maukah kau menghentikan semua ini dan mencoba untuk berbicara padanya
seperti orang yang waras suatu saat?” aku mengerang.
“Tentu,” katanya pahit. “Hari dimana dia bisa mulai bertingkah sepertin orang yang
waras.”

“Oh Tuhan. Kalian berdua hanya akan membuatku menjambak rambutku sendiri.”
“Hal itu hanya akan menyia-nyiakan rambut yang bagus,” sahut Christian. “Lagipula,
dia membuat sikapnya terlihat sangat jelas.”
Aku mulai menunjukkan ketidaksetujuanku dan mengatakan betapa idiotnya dia,
tapi dia tidak tertarik dengan berdiri di sekitar sini dan mendengarkan kuliah yang
telah aku berikan lusinan kali.

“Ayo, Jill,” katanya. “Rose perlu sedikit bergaul dengan yang lain.” dengan capat ia
menjauh dan aku separuh memikirkan untuk membalas ungkapannya itu saat
sebuah suara baru berbicara.
“Kapan kau akan memperbaiki hal ini?” Tasha telah berdiri di sampingku,
menggoyangkan kepalanya ke arah mundurnya Christian. “Mereka berdua harus
kembali bersama.”

“Aku tahu hal itu. Kau juga sudah tahu. Tapi mereka tidak terlihat bisa
memikirkannyya dengan benar di dalam kepala mereka.”
“Well, kau yang sebaiknya melakukannya,” katanya. “Jika Christian pergi kuliah di
negeri lain, semuanya akan terlambat.” Ada nada kering – dan gusar – dalam
suaranya saat menyebutkan masalah Christian yang akan kuliah.

Lissa akan kuliah di Leigh, sebuah universitas yang dekat dengan istana, sengan
sebuah perjanjian dengan Tatiana. Lissa akan memasuki universitas yang lebih besar
dari yang biasa dimasuki oelh Moroi kebanyakan, dengan penukaran mengahbiskan
waktunya di istana dan belajar politik istana.

“Aku tahu,” sahutku juga dengan gusar. “Tapi kenapa aku yang harus memperbaiki
ini?”
Tasha menyeringai. “Karena kau satu-satunya yang cukup kuat untuk membuat
mereka melihat alasannya.”

Aku memutuskan untuk membiarkan keangkuhan Tasha berlanjut, lebih banyak


karena saat dia berbicara padaku berarti dia tidak berbicara dengan Abe. melirik

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
keseberang ruangan, aku mendadak mengeras. Sekarang dia sedang berbicara
dengan ibuku. Percakapan mereka terputus-putus sampai di pendengaranku melalui
suara ribut di pesta.

“Janine,” katanya dengan suara tenang, “kau tidak terlihat menua sedikitpun. Kau
bisa menjadi kakak Rose. Apa kau ingan malam di Cappadocia?”
Ibuku tertawa kecil. Aku tidak pernah mendengar ia tertawa seperti itu sebelumnya.
Aku memutuskan untuk tidak ingin mendengarnya lagi. “Tentu saja. Dan aku ingat
seberapa inginnya kamu menolongku saat tali gaunku rusak.”

“Oh Tuhan,” kataku. “Dia tidak terhentikan.”


Tasha terlihat bingung sampai dia melihat apa yang sedang aku bicarakan. “Abe? Dia
sebenarnya sangat menarik.”

Aku mengerang. “Permisi.”

Aku melangkah kearah kedua orang tuaku. Aku terima kalau mereka pernah
mengalami kisah romantis dulu – kejadian yang mengarah ke arah pembentukkanku
– tapi itu bukan berarti aku ingin melihat mereka menghidupkan kisah itu kembali.
Mereka sedang mengingat peristiwa di pantai saat aku sampai di tempat mereka.

Aku segera menarik lengan Abe. Dia berdiri terlalu dekat dengan ibuku.
“Hey, bisa aku bicara padamu?” tanyaku.

Dia terlihat kaget tapi tanpak tak acuh. “Tentu.” Dia memberi ibuku sebuah
senyuman isyarat. “Kita bicara lagi nanti.”

“Apa tidak ada wanita yang aman disini?” aku menuntutnya saat aku
membimbingnya menjauh.
“Apa yang sedang kau bicarakan?”
Kami sampai di tempat mangkuk punch. “Kau menggoda setiap wanita yang ada di
ruangan!”

Tuduhanku tidak mengganggunya. “Well, ada banyak wanita canti disini ... apa itu
yang ingin kau bicarakan padaku?”

“Bukan! Aku ingin membicarakan tentang kau yang mengancam pacarku. Kau tidak
punya hak melakukannya.”
Alis hitamnya naik. “Apa? Itu? Itu bukan apa-apa. Hanya seorang ayah yang menjaga
putrinya.”
“Kebanyakan ayah tidak mengancam untuk mengeluarkan isi perut pacar putrinya.”
“Itu tidak benar. Dan ngomong-ngomong, bukan itu yang aku ucapkan. Sebenarnya
lebh buruk dari itu.”
Aku mendesah. Dia terlihat senang dengan kegelisahanku.
“Pikirkan ini sebagai sebuah kado kelulusan. Aku bangga padamu. Semua orang
sudah tahu kalau kau hebat, tapi tidak ada yang tahu kalau kau bisa sehebat itu.” Dia
mengedip. “Mereka jelas sekali tidak mengharap kau akan menghancurkan properti
mereka.”
“Properti apa?”
“Jembatannya.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Aku mengerutkan dahi. “Aku harus melakukannya. Itu jalan yang paling efektif saat
itu. Tuhan, itu adalah tantangan jebakan. Bagaimana nilai yang lain? Apa mereka
tidak benar-benar bertarung di tengah-tengah benda itu?”
Abe menganggukkan kepalanya, senang dengan setiap menit dari pengetahuan
supernya.
“Tidak satupun dari peserta lain yang berada dalam situasi itu.”
“Tentu saja mereka juga mengalaminya. Kami semua menghadapi tes yang sama.”
“Kecuali kau. Saat merencanakan ujian, para pengawal memutuskan kalau kau perlu
sesuatu yang ... lebih. Sesuatu yang spesial. Lagi pula, kau telah bertarung di duna
nyata di keadaan sebenarnya.”
“Apa?” tingakt suaraku menarik perhatian beberapa orang. Aku menurunkan
suaraku dan kata-kata Meredit sebelumnya datang kembali menghampiriku. “Itu
tidak adil!”

Dia tidak terlihat memperhatikan. “Kau luar biasa dibandingkan yang lain. Membuat
kau melakukan hal mudah lah yang tidak adil.”
Aku menghadapi banyak sekali hal konyol dalam hidupku, tapi hal ini luar biasa
konyol.

“Jadi mereka malahan membuatku melakukan adegan gila ketangkasan di


jembatan? Dan jika mereka kaget karena aku memotong benda itu, lalu hal bodoh
apa yang mereka harapkan untuk kulakukan? Cara lain apa yang harusnya
kulakukan agar bisa bertahan?”

“Hmm.” Dia memegang dagunya tanpa sadar. “Sejujurnya aku tidak yakin mereka
tahu caranya.”
“Oh, Tuhan. Ini sangat tidak bisa dipercaya.”
“Mengapa kau begitu marah? Kau telah lulus.”
“Karena mereka meletakanku pada sebuah situaasi yang bahkan mereka sendiri
tidak tahu bagaimana cara menanganinya.” Aku menatapnya dengan curiga. “Dan
bagaimana kau bahakan bisa tahu tentang hal ini? Ini semua urusan para pengawal.”

Sebuah ekspresi yang tidak aku suka muncul di wajahnya. “Ah, sebenarnya, aku
bersama ibumu malam sebelumnya dan –“

“Whoa, baiklah. Hentikan saja,” aku memotong perkatannya. “Aku tidak ingin
mendengan apa yang kau dan ibuku lakkan malam tadi. Kurasa hal itu lebih
mengerikan dari pada kejadian di jembatan.”

Dia menyeringai. “Keduanya adalah hal yang telah lewat, jadi jangan khawatir
sekarang. Nikmati kesuksesanmu.”

“Aku coba. Cukup dengan tidak melakukan apapun lagi dengan Adrian, ok?
Maksudku, aku senang kau datang dan mendukungku, tapi itu sudah lebih dari
cukup.”

Abe menatapku dengan tatapan licik, mengingatkanku dengan betapa angkuh


dirinya sebagai lelaki yang licin dan berbahaya. “Kau lebih bahagia karena aku
melakukan sesuatu untukmu setelah kembali dari Rusia.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Aku meringis. Dia mendapatkan maksdnya, melihat ia telah mengaturkan untuk
mendapatkan pesan ke dalam penjara dengan pengamanan super ketat. Meskipun
pembicaraanku sama sekali tidak mengarah ke arah itu, dia masih bisa mendapatkan
intinya.

“Baik,” aku mengakui. “Itu sangat mengesankan. Dan aku sangat bersyukur. Aku
masih belum tahu bagaimana kau bisa melakukannya.” Mendadak, seperti sebuah
mimpi yang kau ingat sehari kemudian, aku ingat pikiran yang aku pikirkan sebelum
ujianku. Aku merendahkan suaraku. “Kau tidak benar-benar pergi kesana kan?”

Aku mendengus. “Tentu idak. Aku tidak akan melangkahkan kakiku di tempat
seperti itu. Aku cukup menggerakkan jaringanku.”
“Dimana tempat itu?” tanyaku, berharap aku terdengar lembut.
Dia tidak tertipu. “Mengapa kau ingin tahu?”
“Karena aku penasaran! Kriminal terhukum selalu menghilang tanpa bekas. Aku
pengawal sekarang dan aku bahkan tidak tahu apapun tentang sistem penjara kita.
Apa hanya ada satu penjara? Apa ada banyak?”

Abe tidak langsung menjawabnya. Dia tengah mempelajariku baik-baik. Dalam


bisnisnya, dia mencurigai maksud tersembunyi setiap orang. Sebagai putrinya, aku
mungkin bisa curiga dua kali lipat. Ada di dalam genku.

Dia pastilah meremehkan potensi ketidakwarasanku karena dia berbicara pada


akhirnya, “Ada lebh dari satu. Victor adalah satu dari yang terburuk. Penjaranya
dinamakan Tarasov.”
“Dimana itu?”
“Sekarang?” dia mempertimbangkan. “Di Alaska, kurasa.”
“Apa maksudmu dengan sekarang?”
“Penjara itu berpindah sepanjang tahun. Sekarang di Alaska. Nanti, mungkin di
Argentina.” dia memberiku sneyum licik, sebenarnya sedang mengira-ngira seberapa
cerdik diriku. “Bisa kau tebak mengapa?”
“Tidak, aku – tunggu. Cahay matahari.” Itu membuat dugaan sempurna. “Alaska
hampir mendapatkan siang terus-terusan di sepanjang tahun – tapi malam terus-
terusan di musim dingin.” Kurasa dia lebih bangga dengan kesadaranku dari pada
ujianku.
“Beberapa tahanan yang mencoba untuk kabur akan mendapatkan kesulitan.”
Dengan terus bermandikan cahaya Matahari. tidak ada Moroi yang bisa kabur jauh.
“Tidak satupun yang bisa kabur dengan tingkat keamanaan itu.” Aku mencoba
mengabaikan bagaimana informasi itu tedengar seperti ramalan. “Seolah mereka di
letakan cukup jauh di utara di Alaska,” kataku, berharap bisa mengeluarkan lokasi
yang tepat secara tidak langsung. “Kau bisa mendapatkan banyak cahaya dengan
seperti itu.”

Dia tetawa kecil. “Meskipun begitu, aku tidak akan mengatakannya padamu.
Informasi ini di jaga para pengawal untuk tetap menjadi rahasia, terkubur di dalam
markas mereka.”

Aku membeku. Markas....


Abe, meskipun biasanya memindai seseorang, tidak menyadari reaksiku. Matanya
menatap seseuatu di seberang ruangan. “Apa itu Renee Szelsky? Oh, oh, ... dia tubuh
menjadi cantik setelah bertahun-tahun.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Denga enggan aku menyikngkir darinya, sebagian besar karena aku ingin mengejar
rencana baru ini di dalam pikiranku – dan karena Renee bukanlah seseorang yang
benar-benar aku kenal, yang membuatnya terkena kejutan perempuan itu.
“Well, jangan biarkan aku menghentikanmu. Pergilah pikat lebih banyak lagi wanita
dalam jaringmu.”

Abe tidak membutuhkan banyak dorongan. Sendirian, aku membiarkan otakku


berputar, mengira-ngira apakah skema penemuanku memiliki kesempatan untuk
sukses. Kata-kata Abe memercikkan rencana baru dalam pikiranku. Rencana kali nin
tidak segila rencana ku yang lain. Di seberang ruangan, aku bertemu mata hijau
zamrud Lissa lagi. Dengan Christian di luar pandangan, suasana hatinya meningkat.
Dia menikmati keadaan dirinya sendiri dan sedang sangat senang tentang
petualangan yang akan kami lakukan, sekarang kami bebas dan ke dunia luar.

Pikiranku melayang kembali ke rasa sakit yang ku rasakan di pagi hari. Kami
mungkin bebas sekarang, namun kenyataan akan menangkap kami segera. Jam
berdetik. Dimitri menunggu, mengintai. Aku mengira-ngira dengan berani jika aku
masih mendapatkan surat mingguannya, sekarang aku akan meninggkalkan sekolah.

Aku tersenyum padanya, merasa sedikit bersalah karena telah menghancurkan


suasana hatinya saat aku mengatakan padanya kalau sekarang kami mungkin
memiliki kesempatan yang sesungguhnya untuk menerobos penjara Victor Dashkov.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

BEBERAPA HARI KEMUDIAN terasa aneh. Aku dan para novis yang lain mungkin
memang mengalami acara kelulusan yang megah, tapi bukan hanya kami satu-
satunya yang lulus dari St. Vladimir. Para Moroi juga mendapatkan acara kelulusan
mereka, dan segera dipenuhi para pengunjung.

Kemudian, hampir secepat kedatangan mereka, para orang tua menghilang –


sembari membawa serta putera dan puteri mereka. Bangsawan Moroi pergi untuk
menghabiskan musim panas dengan para orang tua mereka di kediaman yang
mewah – kebanyakan di bagian selatan Hemisphere, dimana siang hari lebih pendek
disetiap tahunnya. Moroi ‘biasa’ pergi bersama orang tua mereka juga, kebanyakan
bersembunyi di rumah sederhana, terkadang pula mendapatkan pekerjaan musim
panas sebelum kuliah.

Dan tentu saja karena sekolah libur pada musim panas, semua siswa juga pergi.
Beberapa yang tidak memiliki keluarga untuk pulang, biasanya para dhampir, tetap
tinggal, mengambil mata pelajaran khusus, namun mereka jumlahnya sedikit.
Kampus menjadi kosong setiap harinya saat aku dan teman-teman sekelasku
menunggu hari dimana kami akan dbawa ke istana. Kami mengucapkan perpisahan
kepada yang lain, para Moroi yang akan pergi atau para dhampir yang segera akan
mengikuti jejak kami.

Seseorang yang membuatku sedih karena harus berpisah adalah Jill. Aku bertemu
dengannya saat aku berjalan menuju asrama Lissa sehari sebelum perjalanku ke
istana. Ada seorang wanita yang berjalan bersama Jill, kurasa dia adalah ibunya.
Mereka berdua membawa banyak kotak. Jill mengangkat wajahnya saat melihatku.

“Hei Rose! Aku sudah mengucapkan salam perpisahan kepada semua orang tapi aku
tidak bisa menemukanmu,” dia mengatakannya dengan jelas.
Aku tersenyum. “Well, aku senang kau menemukanku.” Aku tidak bisa mengatakan
kalau aku akan mengucapakan salam perpisahan juga. Aku menghabiskan sisa-sisa
hariku di St. Vladimir berjalan kesemua tempat yang kukenal, mulai dari kampus
dasar dimana Lissa dan aku pertama kali bertemu di taman kanak-kanak. Aku
menjelajahi tiap runagan dan sudut asramaku, berjalan-jalan di kelas favoritku, dan
bahkan mengunjungi kapel. Aku juga banyak melewatkan waktu ku di tempat yang
dipenuhi oleh kenangan suka duka, seperti tempat latihan dimana aku pertama kali
mengenal Dimitri. Jalur tempat dimana ia pernah menyuruhku berlari mengelilingi
lapangan. Kabin, tempat dimana kami akhirnya menyerah satu sama lain. Itu
merupakan satu dari malam yang paling mengagumkan dalam hidupku, dan
memikirkannya selalu membawaku ke dalam perasaan bahaia dan sakit.

Meskipun begitu, Jill tidak perlu direpotkan oleh hal seperti itu. Aku berpaling ke
arah ibunya dan menawarkan tanganku untuk bersalaman sampai aku sadar kalau di
tidak bisa menyalamiku dengan tangan yang penuh dengan kotak.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Aku Rose Hathaway. Mari, biarkan aku membawanya.” Aku mengambilnya sebelum
ia bisa protes karena aku yakin dia akan melakukannya.
“terima kasih,” jawabnya, terkejut senang. Aku mengiringi bersama mereka saat
mereka mulai berjalan lagi.

“Aku Emily Mastrano. Jill sudah seringkali bercerita tentangmu.”


“Oh, benarkah?” tanyaku sambil menggoda Jill dengan senyuman.
“Tidak banyak. Hanya bagaimana aku terkadang jalan keluar bersamamu.” Ada
sedikit peringatan di mata hijau Jill, dan ini membuatu berpikir kalau Emily
mungkin tidak tahu tentang latihan terlarang formasi sihir membunuh Strigoi di
waktu senggang putrinya itu.

“Kami suka bersama Jill,”kataku, tidak membuka rahasianya. “Dan satu dari yang
kami lakukan beberapa hari terakhir adalah mengajarinya untuk menjinakkan
rambut itu.”
Emily tertawa. “Aku sudah mencoba hampir selama lima belas tahun. Semoga
beruntung.” Ibu Jill sangat mempesona. Keduanya tidak terlalu mirip, paling tidak
ukurannya berbeda. Rambut Emily yang berkilau lurus dan hitam, matanya
berwarna biru dengan bulu mata yang panjang. Dia bergerak dengan kerampingan
yang anggun, sangat berbeda dengan cara berjalan Jill yang hanya peduli pada
dirinya sendiri. Namun, aku bisa melihat gen yang dibagikannya kepada Jill, bentuk
wajah hati dan bibir yang berbentuk. Jill masih muda, dan saat ia tumbuh menjadi
dirinya yang menonjol, dia akan menjadi penghancur hatinya sendiri suatu saat
nanti – sesuatu yang mungkin ia lupa sekarang. Semoga kepercayaan dirinya akan
tumbuh.

“Dimana rumah untuk kalian?” tanyaku.


“Detrout,” sahut Jill, merubah ekspresinya sendiri.
“Tidak seburuk itu,” ibunya tertawa.
“Tidak ada gunung. Hanya jalan raya.”
“Aku bagian dari kelompok balet disana,” Emily menjelaskan. “Jadi kami tinggal di
tempat dimana kami bisa membayar tagihan.” Kurasa aku lebih terkejut mendengar
orang-orang ini pergi ke tempat balet di Detroit daripada mendengar Emily adalah
seorang balerina. Akan cukup menyenangkan menontonnya, dan sungguh, dengan
tubuhnya yang tinggi dan ramping, Moroi adalah penari ideal sejauh manusia
memperhatikan.

“Hey, itu kota besar,” kataku pada Jill. “Nikmati kegembiraan saat kau bisa sebelum
kau kembali ke tengah-tengah kebosanan antah berantah ini.” Tentu saja, latihan
bertarung terlarang dan penyerangan Strigoi susah untuk dikatakan membosankan,
tapi aku ingin membuat Jill merasa lebih baik.
“Dan itu tidk akan lama.” Perjalan musim panas Moroi paling tidak sekitar dua bulan.
Orang tua biasanya tidak sabar untuk mengembalikan anak-anak mereka ke tempat
yang aman di akademi.
“Kurasa seperti itu,” sahut Jill, tidak terdengar yakin. Kami sampai di mobil mereka,
dan aku memasukkan kotak ke dalam bagasi.
“Aku akan mengirimimu e-Mail saat aku sempat,” janjiku. “Dan aku bertaruh
Christian juga akan melakukannya. Mungkin aku bahakan bisa meminta Adrian
melakukannya juga.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Wajah Jill berbinar, dan aku senang melihatnya kembali ke sifat hebohnya yang
biasa.
“Benarkah? Itu bagus sekali. Aku ingin mendengar semua yang terjadi di istana. Kau
mungkin akan melakukan hal-hal keren bersama Lissa dan Adrian, dan aku bertaruh
Christian akan menemukan beberapa hal...tentang sesuatu.”

Emily terlihat tidak sadar dengan usaha konyol Jill mengedit ucapannya dan
langsung memberiku sebuah senyuman manis. "Terimakasih untuk pertolonganmu,
Rose. Senang bertemu denganmu.”
“Senang bertemu denganmu juga – umph!” Jill melemparkan dirinya ke arahku
dengan sebuah pelukan. “Semoga beruntung dengan segalanya,” katanya. “Kau
sangat beruntung – kau akan mendapatkan hidup yang bahagia sekarang!”

Aku memeluknya kembali, tidak bisa menjelaskan bagaimana irinya aku padanya.
Kehidupannya masih aman dan lugu. Dia mungkin akan marah karena
menghabiskan musim panasnya di Detroit, tapi hal itu tidak akan lama, segera dia
akan kembali ke dunia yang familiar dan mudah di St. Vladimir. Dia tidak akan
keluar ke dunia yang tidak diketahui dan berbahaya.

Baru setelah dia dan ibunya pergi aku bisa mendorong diriku untuk merespon
komentarnya. “Aku harap juga begitu,” guman ku, memikirkan apa yang akan terjadi
nanti.
“Aku harap begitu.”

Teman sekelasku dan moroi terpilih terbang di pagi hari berikutnya, meninggalkan
pegunungan berbatu Montana di belakang menuju bukit berderet Pennsylvania.

Istana bangsawan masih sama seperti yang kuingat, dengan bangunan


mengesankan dan kuno yang sama dengan St. Vladimir dengan bangunan-
bangunan menara dan arsitektur batu yang rumit. Namun saar sekolah juga terlihat
memamerkan hawa bijaksana dan ketekunan, istana ternyata lebih pamer lagi.
Seolah bangunan ini mencoba memastikan bahwa kami mnyadari kalau bangunan
ini merupakan keukasaan dan kebangsawanan dinatara para Moroi. Istana bangsawa
ini menginginkan kami untuk terkagum-kagum dan mungkin sedikit takut.

Dan meskipun aku pernah ke tempat ini sebelumnya, aku masih mereasa kagum.
Pintu-pintu dan jendela di bangunan batunya berukir timbul dan dibingkai dengan
emas murni. Mereka tidak terlihat secerah bangunan yang pernah kulihat di Rusia,
tapi aku sadar kalau desain istana ini meniru bangunan-bangunan tua dari Eropa itu
– benteng-benteng dari istana St. Petersburg. St. Vladimir memiliki bangku-bangku
dan jalan-jalan setapak di lapangan dan halaman, namu istana ini memiliki yang
lebih dari itu. Sejumlah air mancur dan patung-patung berbentuk rumit dari
penguasa terdahulu menghiasi rumput, karya marmer indah yang tersembunyi di
balik salju.

Sekarang, di dalam pergolakan musim panas, benda-benda seni itu terlihat bersinar
dan memamerkan dirinya. Dan dimanapun, dimana-mana ada pohon-pohon
berbunga, semak-semak, jalan-jalan kecil – sangat mempesona.

Masuk akal jika pengawal baru mengunjungi pusat administrasi pengawal, tapi ini
terjadi di tengah musim panas. Mereka ingin aku dan teman-teman sekelasku

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
melihat semua ini, membuat kami kewalahan dan menghargai saat dimana kami
bertarung. Melihat wajah-wajah dari para lulusan baru ini, aku tahu taktik mereka
berkerja seperti yang direncanakan. Sebagian besar dari temanku tidak pernah
kesini sebelumnya. Lissa dan Adrian satu penerbangan denganku, dan kami bertiga
berkelompok saat berjalan bersama kelompok yang lain. Nuansanya sehangat
Montana, tapi kelembabannya lebih tebal terasa. Aku merasa berkeringat setelah
sedikit berjalan-jalan santai.

“Kau sudah membawa gaun kali ini, kan?” tanya Adrian.


“Tentu saja,” jawabku. “Gaun-gaun itu layak mendapatkan kemewahan saat kita
mengenakannya untuk pergi. Meskipun, mereka mungkin memberiku nuansa hitam-
putih saat mengenakannya.”

Dia menganggukan kepala dan aku menyadari tangannya bergerak masuk ke


kantongnya sebelum dengan ragu dia tarik kembali. Dia mungkin memiliki
kemajuan untuk berhenti merokok, tapi aku cukup yakin kalau alam bawah sadarnya
memerintahkannya secara otomatis untuk mengambil benad itu saat udara luara
tersa sulit untuk disingkirkan dengan cepat.

“Maksudku untuk malam ini. Untuk makan malam.”

Aku melirik Lissa dengan penuh tanda tanya. Jadwalnya di istana selalu berfungsi
sebagai tanda bahwa ‘orang biasa’ tidak diundang. Dengan statusku yang baru dan
tidak pasti ini, aku tidak yakin aku akan pergi bersamanya. Aku merasakan
kebingunagnnya melalui ikatan kami dan dia tidak tahu menahu tentang rencana
makan malam spesial.

“Makan malam apa?” tanyaku.


“Makan malam yang aku atur bersama keluargaku.”
“Makan malam yang kau –“ aku berhenti dengan mata terbelalak, tidak suka dengan
seringaian di wajahnya. “Adrian!” beberapa teman-teman lulusanku menatap kami
dengan penasaran dan kemudian melanjutkan jalan-jalan mereka di sekitar kami.

“Ayolah, kita sudah pacaran beberapa bulan. Bertemu orang tua adalah bagian dari
ritual berpacaran. Aku sudah bertemu ibumu. Aku bahkan sudah bertemu ayajmu
yang menakutkan. Sekarang adalah giliranmu. Aku jamin tidak satupun dari
keluargaku akan beranggapan seperti yang ayahmu lakukan.”

Sebenarnya aku sudah pernah bertemu ayah Adrian sebelumnya. Atau, sebenanrnya
aku melihat dirinya di sebuah pesta. Aku ragu dia tahu siapa diriku – di samping
reputasi gilaku. Aku khampir tidak tahu menahu tentang ibunya Adrian. Dia
sebenarnya jarang sekali membicarakan anggota keluarganya – weel, hampir semua
keluarganya.

“Hanya Orang tuamu?” tanyaku hati-hati. “Ada keluarga lain yang harus kukenal?”
“Sebenarnya ...” tangan Adrian menejang algi. Kupikir ini saatnya ia menginginkan
rokok sebagai perlindungannya dari nada peringatan di dalam suaraku.

Lissa, menurut pandanganku, terlihat geli dengan semua ini. “Tanteku mungkin
akan mampir.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Tatiana?” aku berseru. Untuk beratus-ratus kali, aku bertanya-tanya bagaimana
bisa aku begitu beruntung bisa berpacaran dengan lelaki yang memiliki ikatan
keluarga dengan pemimpin dari seluruh dunia Moroi. “Dia membenciku! Kau tahu
apa yang terjadi saat terakhir kali aku berbicara dengannya.”

Kebangsawanannya ini tanggalkan saat berhadapan denganku, berteriak tentang


bagaimana aku begitu tak sederajat berhubungan dengan keponakannya dan
bagaimana dia memiliki ‘rencana’ besar untuk Adrian dan Lissa.
“Kurasa dia hanya akan mampir sebentar.”
“Oh, ayolah.”
“Tidak juga,” Adrian hampir terlihat seperti akan mengatakan yang sesungguhnya.
“Aku berbicara pada ibuku suatu hari, dan ... aku tidak tahu. Tante Tatiana tidak
terlihat begitu membencimu.”
Aku cemberut, dan kami bertiga mulai berjalan lagi.
“Mungkin dia mengangumi hasil kerja main hakimmu sendiri,” goda Lissa.
“Mungkin,” kataku. Tapi aku tidak benar-benar mempercayainya. Jika begitu, aku
akan akan bertindak nakal dan harus membuat diriku semakin hina di mata sang
ratu. Aku merasa dikhinatai saat Adrian membawakan makan malam ini untukku,
tapi tidak ada apapun yang bisa kulakukan tentang hal ini sekarang. Sisi terangnya
hanyalah aku mendapatkan perasaan kalau isu kedatangan tantenya itu hanyalah
untuk menggodaku.

Kubilang padanya kalau aku akan pergi, dan keputusanku membuatnya berada
dalam suasana hati yang baik sehingga dia bertanyak banyak saat Lissa dan aku
mengatakan kalau kami akan melakukan “hal kami’ siang nanti. Teman-teman
sekelasku mendapatkan sebuah tur di istana dan ini sebenarnya sebagai bagian dari
rencana indoktrinasi mereka, tapi aku sudah pernah melihatnya dan bisa
berlenggang santai karenanya. Aku dan Lissa meletakkan barang-barang kami di
kamar dan kemudian pergi kesisi yang lebih jauh dari istana, dimana tidak terlalu
banyak masyarakat bangsawan tinggal.

“Apa kau sudah bisa mengatakan padaku apa bagian lain dari rencanamu ini?” tanya
Lissa.
Semenjak Abe menjelaskan tentang penjara Victor, aku telah membuat daftar
imajiner dari masalah yang akan kami lakukan saat melakukannya. Terutama dua
hal, yang salah satunya akan berkurang jika dari awal aku berbicara dengan Abe.
Bukan hal yang benar-benar bisa dianggap mudah. Pertama, kami sama sekali tidak
memiliki bayangan dibagian Alaska mana Victor berada. Kedua, kami tidak tahu
bentuk pertahanan dan rancangan bangunannya seperti apa. Kami tidak tahu apa
yang akan kami lalui.

Namun, sesuatu memberitahuku kalau semua dari pertanyaan ini bisa ditemukan di
satu sumber, yang artinya aku benar-benar hanya memerlukan satu masalah
mendesak saja: bagaimana cara mendapatkan sumber tersebut, Untungnya, aku
mengenal seseorang yang mungkin bisa membantu kami kesana,

“Kita akan menemui Mia,” kataku padanya.


Mia Rinaldi adalah Moroi bekas teman sekelas kami – bekas musuh, sebenarnya.
Dia juga seorang poster berjalan dalam hal makeover penampilan. Dia menghilang
dari sikap menjadi seorang wanita jalang licik yang bersedia menghancurkan – dan
tidur dengan – siapa pun yang menhalanginya mencapai popularitas menjadi wanita

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
yang bersahaja, gadis yang percaya diri untuk belajar mempertajhankan dirinya
sendiri dan orang lain dari serangan Strigoi. Dia tinggal disini, di istana, bersama
ayahnya.

“Kau pikir Mia tahu caranya melewati sebuah penjara?”


“Mia itu baik, tapi aku tidak merasa kalau dia sebaik iyu. Dia mungkin bisa
membantu kita untuk mendapatkan orang dalam.”
Lissa mengerang. “Aku tidak percaya kalau kau baru saja menggunakan kata-kata
‘orang dalam’. Ini benar-benar berubah menjadi film mata-mata,” dia berbicara
sembrono, tapi aku bisa merasakan nada kekhawatiran di dalam dirinya. Nada
suaranya yang ringan menutupi ketakutannya, kegelisahannya masih terasa
mengingat kebebasan Victor, meskipun ia telah berjanji padaku.

Orang-orang bukan bangsawan yang bekerja dan melakukan hal-hal biasa di dalam
kehidupan istana tinggal di apartemen, jauh dari daerah Ratu dan aula penerimaan.
Aku telah mendapatkan alamat Mia sebelumnya dan kami keluar menyebrangi tanah
yang terawat sempurna, mengerang satu sama lain tentang beytapa panasnya hari ini.
Kami menemukan Mia di rumahnya, mengenakan busana kasual dengan celana jean,
kaos , dan es loli di tangannya. Matanya melebar saat dirinya melihat kami berada di
balik pintu rumahnya.
“Baiklah, aku akan dikutuk,” katanya.
Aku tertawa. Itu adalah sejenis respon yang aku biasa berikan. Senang bertemu
denganmu juga. Bisa kami masuk?”
“Tentu saja!” di melangkah mundur. “Apa kalian ingin es loli?”

Pernah kah aku menolak? Aku mengambil rasa anggur dan duduk dengan Mia dan
Lissa di ruang tamu kecilnya. Tempat ini sangat jauhjika dibandingkan dengan ruang
tamu bangsawan yang mewah, tapi tempatnya bersih dan nyaman dan tidak di
ragukan lagi merupakan tempat yang dicintai oleh Mia dan ayahnya.
“Aku tahu teman sekolah akan datang,” kata Mia, menyisir helaian rambut pirang
ikalnya dari wajahnya. “Tapi aku tidak yakin apakah kalian datang bersama mereka
atau tidak. Apa kau bisa lulus?”

“Sudah,” kataku. “Aku mendapatkan tanda sumpahku dan sebagainya.” Aku


mengangkat rambutku sehingga dia bisa melihat perbannya.

“Aku kaget karena mereka mengizikanmu kembali setelah kepergianmu untuk


bersenang-senang membunuh Strigoi. Atau kau mendapatkan tambahan nilai karena
hal itu?”
Kelihatannya Mia telah mendengarkan dongen panjang yang sama tentang
petualanganku seperti yang didengar setiap orang. Bagiku tidak apa-apa. Aku tidak
ingin mengatakan yang sesungguhnya. Aku tidak ingin berbicara tentang Dimitri.

“Apa kau pikir seseorang bisa menghentikan Rose untuk melakukan apa yang ia
inginkan?” tanya Lissa sambil tersenyum. Dia sedang mencoba menjaga kami untuk
tidak terlalu detil membicarakan tentang kisah lalu ku itu, dan aku sangat
berterimakasih karenanya. Mia tertawa dan mengoyangkan segelas besar es lemon.
Heran juga kenapa otaknya tidak beku karena semua yg ia makan.

“Benar.” Senyumnya menghilang saat dia menagkap sesuatu dari kedatangan kami.
Mata birunya, selalu terlihat cerdik, mempelajariku dalam diam beberapa saat.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

“Dan Rose menginginkan sesuatu sekarang.”


“Hey, kami hanya senang bertemu denganmu,” kataku.
“Aku percaya padamu. Tapi aku juga percaya kalau kau punya motif tersembunyi.”
Senyum Lissa merekah. Dia geli melihatku tertangkap basah dalam permainan mata-
mataku sendiri. “Apa yang membuatmu mengatakan hal itu? Bisakah kau membaca
Rose dengan baik atau hanya karena kau selalu percaya kalau dia selalu memliki
motif tersembunyi?”
Sekarang Mia tersenyum lagi. “Keduanya.” Dengan cepat ia mendekati sofa,
menatapku dengan tatapan serius. Sejak kapan ia tumbuh menjadi sangat cepat
mengerti?

“Oke. Tidak ada gunanya membuang waktu. Bantuan apa yang kau perlukan dariku?”
Aku menarik nafas panjang, kalah. “Aku perlu masuk ke dalam kantor utama
penjaga keaamanan.”

Di sampingku, Lissa seperti mengeluarkan suara tercekik. Aku merasa bersalah


padanya. Saat ia bisa menyembunyikan pikirannya dariku pada beberapa hal, tidak
terlalu banyak yang bisa ia lakukan atau katakan sehingga tidak bisa menjadi kejutan
yang sebenarnya. Aku? Aku terus menerus membuatnya buta di sisiku. Dia tidak
tahu menahu apa yang akan terjadi di separuh waktu perjalanan kami, namun
sejujurnya jika kami sedang merencanakan pembebasan seorang kriminal tersohor
keluar dari penjara, jadi menerobos ke dalam kantor pengaman harusnya bukanlah
menjadi kejutan yang besar.

“Wow,” kata Mia. “Kau tidak membuang waktu untuk jal yang kecil.” Seringaiannya
mengejang sedikit. “Tentu saja kau tidak akan datang padaku untuk hal yang kecil.
Kau bisa melakukannya sendiri.”

“Bisakah kau memasukkan kami kesana?” tanyaku. “Kau berteman dengan beberapa
penjaga disii ... dan ayahmu memiliki akses ke banyak tempat. ...” Aku tidak terlalu
tahu apa sebenarnya pekerjaan Tuan Rinaldi, tapi kupikir ada kaitannya dengan hal
itu.

“Apa yang sedang kau cari?” tanyanya. Dia mengangkat satu tangannya saat aku
akan membuka mulutku untuk protes. “Tidak. Tidak. Aku tidak butuh rinciannya.
Hanya gagasan umumnya sehingga aku bisa mengira-ngira. Aku tahu kau tidak
kesana hanya untuk bertamasya di sana.”
“Aku hanya memerlukan beberapa data,” jelasku.
Alisnya naik. “Anggota pengawal? Mencoba mendapatkan pekerjaan sendiri?”

“Aku – tidak.” Hah. Itubukanlah adalah ide yang buruk, menimbang posisiku yang
sekarang cukup genting tentang apakah akan ditugaskan menjaga Lissa. Tapi tidak.
Satu masalah untuk satu waktu.

“Aku memerlukan beberapa data tentang pengamanan luar di tempat lain – sekolah,
rumah bangsawan, penjara.” Aku mencoba agar mimik wajahku terlihat biasa saat
aku menyebutkan hal yang terakhir.

Mia telah mengalami banyak hal gila, namu bahkan dia pun memiliki batas. “Aku
menebak mereka pastilah menyimpan hal-hal tersebut dia kantor itu?”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Memang,” jawabnya. “Tapi sebagian besar beberbentuk elektronik. Dan bukannya
meremehkan, tapi hal itu kemungkinan besar jauh berada di atas kemampuanmu.
Meskipun kita bisa mendapatkan satu dari komputer mereka, semuanya dilindungi
oleh password. Dan jika mereka pergi, mereka akan mengunci komputer mereka.
Aku menebak kalau kau belum pernah menjadi hacker sejak terakhir kali aku
melihatmu.”

Tidak, kelas tidak. Dan tidak seperti pahlawan dia film-film mata-mata yang Lissa
katakan untuk menggodaku, aku tida memiliki teman dengan kemampuan teknologi
canggih yang bisa datang untuk menembus jenis enskripsi dan pengamanan. Sial.
Aku manatap kakiku dengan muram, berandai-andai kalau saja aku punya
kesempatan lagi untuk mendapatkan informasi lebih dari Abe.

“Tapi,” kata Mia, “jika informasi yang kau butuhkan tidak terlalu mutakhir,
kemungkinan informasi tersebut masih berupa kertas.”
Aku menghentakkan kepalaku. “Dimana?”
“Mereka memiliki ruang penyimpanan data, terselip jauh di salah ruang bawah
tanah. Berkas dan berkas. Masih memerlukan gembok dan kunci – namun mungkin
lebih mudah untuk mendapatkannya dari pada bertarung melawan komputer. Lagi,
tergantung dengan apa yang kau butuhkan. Seberapa tua hal ini.”

Abe memberikan kesan kalau Penjara Tarasov pernah berada di sekitar sini selamam
beberapa lama. Tentu saja ada catatan tenang semua ini di arsip. Aku tidak
meragukan para penjaga telah memperbaharui data dengan digital beberapa waktu
yang lalu, yang berarti kami mungkin tidak dapat menemukan rincian keamanaa
penjara itu dalam beberapa menit, namun aku bisa membereskannya dengan cetak
biru.
“Itu mungkin yang kami butuhkan. Bisakah kau membuat kami masuk kesana?”
Mia dia selama beberap detik, dan aku bisa melihat pikirannya menderu.
“Mungkin.” Dia melirik ke Lissa. “Masih bisakah kau memaksa seseorang untuk
menjadi budakmu?”

Lissa meringis. “Aku tidak suka memikirkannya seperti itu, tapi ya, aku masih bisa.”
Itu adalah keunggulan lain dari pengguna roh.
Mia mempertimbangkan selama beberapa saat lagi dan kemudian memberikan
anggukan cepat.

“Oke. Datang kembali sekitar jam dua, dan kita lihat apa yang bisa kita lakukan.”
Jam dua di siang hari adalah masa beristirahat di duni yang berarti tengah malam
untuk Moroi, yang melakukan kegitan di malam hari. Keluar dia tengah hari tidak
terasa seperti melakukan hal dengan diam-diam, tapi aku menduga rencana Mia
disini didasari atas fakta bahwa hanya beberapa orang yang menggunakan waktu
siang disini.

Aku sedang mencoba jika kami bisa lebih bersosialisai atau keluar saat sebuah
ketukan menginterupsi pikiranku. Mia tersentak dan mendadak terlihat tidak
nyaman. Dia bangkit dan menghampiri pintu, dan sebuah suara yang familiar
mengalir turun ke arah kami.
“Maaf aku datang terlalu cepat, tapi aku –“

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Christian masuk ke dalam ruang tamu. Dia mendadak diam saat melihat Lissa dan
aku. Semua orang terlihat membeku, jadi sepertinya ini tergantung padaku untuk
berpura-pura kalau ini bukanlah situasi canggung yang mengerikan.

“Hey, Christian,” kataku dengan ceria. “Bagaimana kabarmu?”


Matanya menatap Lissa dan butuh beberapa saat untuk mengubahnya ke arahku.
“Baik”. Dia melirik Mia. “Aku bisa kembali lagi ...”

Lissa terburu-buru berdiri. “Tidak,” katanya, dengan sura dingin dan terdengar
seperti seorang putri.
“Rose dan aku memang sudah saat pergi.”
“Ya,” aku setuju, mengikuti perintahnya. “Kami punya ... hal ... untuk dilakukan. Dan
kami tidak ingin menggangu apa yang kalian ...” Sial, aku tidak tahu apa yang akan
mereka lakukan. Tidak yakin kalau aku ingin tahu.

Mia menemukan suaranya kembali. “Christian ingin melihat beberapa gerakan yang
aku latih bersama penjaga kampus.”
“Keren.” Aku tetap menahan senyum di wajahku saat Lissa dan aku bergerak menuju
pintu. Lissa melangkah sejauh yang ia bisa dari Christian. “Jill akan cemburu.”

Dan bukan hanya Jill. Setelah seri salam perpisahan berikutnya, aku dan Lissa pergi
dan kemba;i menyebrangi jalan kami tadi. Aku bisa merasakan rasa marah dan
cemburu terpancar melalui ikatan kami.

“Ini hanya tentang klub bertarung mereka, Lissa,” kataku, tidak perlu menunggunya
bicara untuk memulai perbincangan kami. “Tidak ada yang terjadi. Mereka akan
membicarakan tentang pukulan dan tendangan dan hal-hal membosankan yang lain,”
Sebenarnya hal itu benar-benar manis tapi aku tidak akan memuji bagaimana
Christian dan Mia menghabiskan waktu bersama. “Mungkin sekarang tidak ada yang
terjadi,” dia meneram, menatap beku ke depan.
“Tapi siapa yang yahu apa yang akan terjadi? Mereka menghabiskan waktu bersama,
mempraktekkan beberapa gerakan fisik, yang satu akan membimbing yang lain –“
“Itu konyol,” kataku. “Hal seperti tidak ada romantis-romantisnya sama sekali.”
Kebohongan yang lain, mengingat begitulah bagaimana hubunganku bermulai
dengan Dimitri. Lagi, lebih baik tidak menyebutkan hal itu. “Lagi pula, Christian
tidak bsa terus berhubungan dengan setiap gadis yang ia ajak bergaul. Mia, Jill –
bukan bermaksud kasar, tapi dia benar-benar buka tipe pria playboy.”
“Dia itu tampan,” Lissa mendebat, perasaan gelap itu masih mengitarinya.
“Ya,” aku mengakui, menjaga mataku memperhatikan jalan dengan hati-hati. “Tapi
itu membutahkan lebih dari sekedar tampan. Dan lagi pula, kupikir kau tidak lagi
peduli dengan apa yang ia lakukan.”
“Aku tidak peduli,” dia setuju, bahkan tidak untuk meyakinkan dirinya sendiri,
membiarkan ku sendiri. “Tidak sama sekali.”

Usahaku untuk mengacaukan apa yang ia yakini cukup sia-sia selama sisa hari. Kata-
kata Tasha kembali lagi padaku : Mengapa kau tidak memperbaiki ini?
Karena Lissa dan Christian terlalu sial tanpa alasan, mereka berdua terperangkan
dalam kemarahan mereka sendiri yang membuatku kesal juga sebagai kebalikannya.
Christian akan sangat membantu salam petualnagn gilaku, namu aku harus menjaga
jarak demi Lissa.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Aku akhirnya meninggalkan Lissa dengan suasana hatinya yang buruk saat waktu
makan malam tiba. Membandingkan dengan situasi romantisnya, hubunganku
dengan playboy bangsawan separo-manja dari keluarga yang tidak menerimaku
terlihat jauh dari optimis. Begitu sedih dan mengerikannya dunia ini sekarang. Aku
meyakinkan Lissa kalau akan akan langsung kebali setelah makan malam dan kami
akan menemui Mia bersama. Menyebut Mia membuat Lissa tidak bahagia, namun
pikiran tentang jalan keluar yang potensial cukup mengalihkan perhatiannya dari
Christian.

Gaun yang kupakai untuk makan malam ini berwarna marun, membuat bahan
tipisnya bercahaya sehingga terlihat bagus untuk musim panas. Garis lehernya
terlihat sopan dengan lengan baju yang tertutup sedikit memberikan nuansa
berkelas. Rambutku diikat ekor kuda pendek sehingga dapat menutupi tatoku yang
sedang dalam masa penyembuhan dengan rapi, aku hampir terlihat seperti seorang
pacar yang terhormat --- yang hanya muncul untuk menunjukkan bagaimana
penampilan itu bisa memperdayai orang lain, mengingat aku adalah bagian dari
sebuah rencana gila dalam misi membawa pacar ku yang sebelumnya kembali dari
kematian.

Adrian menilaiku dari kepala sampai ujung kaki saat aku tiba di rumah mewah orang
tuanya. Mereka membuat sebuah kediaman permanen disini, di istana. Senyuman
kecil di wajahnya mengatakan kalau dia menyukai apa yang ia lihat.

“Kau menyukainya?” tanyaku sambil berputar.


Dia menyisipkan satu lengannya ke pinggangku. “Sayangya, iya. Padahal aku
berharap kau akan tampil dengan sesuatu yang lebih liar. Sesuatu yang bisa
membuat skandal di antara kedua orang tuaku.”
“Terkadang kau terdengar seperti tidak peduli kalau aku adalah manusia,” aku
memberikan pengamatanku saat kami berjalan masuk. “Seolah kau hanya
menggunakanku untuk nilai kejutan saja.”
“Sebenarnya keduanya, dhampir kecil. Aku peduli padamu, dan aku
menggunakanmu untuk nilai kejutan.”

Aku menyembunyikan senyumanku saat pelayan keluarga Ivashkov mengantar kami


menuju ruang makan. Istana sebenarnya memiliki restoran dan kafe yang disisipkan
ke dalam bangunan ini, namun bangsawan seperti orang tua Adrian akan
beranggapan kalau mereka akan terlihat lebih berkelas dengan memiliki ruang
makan mewah di dalam rumah mereka sendiri. Diriku, aku akan lebih memilih
keluar ke tengah orang banyak. Lebih banyak pilihan untuk melarikan diri.

“Kau pastilah Rose.” Penilaianku terhadap jalan keluar terganggu saat seorang
wanita Moroi yang sangat tinggi, sangat elegan, masuk ke dalam ruangan. Dia
mengenakan gaun satin panjang berwarna hijau gelap yang seolah membuatku
menjadi bukan bagian dari tempat ini dan gaun itu sangat cocok dengan matanya ---
mata Adrian.

Rambut hitamnya disanggul dan dia tersenyum padaku saat menyalamiku dengan
kehangatan yang tidak dibuat-buat.
“Aku Daniella Ivashkov,” katanya. “Senang sekali akhirnya aku bisa bertemu
denganmu.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Benarkah? Tanganku secara otomatis menjabat tangannya. “Senang bertemu
denganmu juga, Nyonya Ivashkov.”

“Tolong panggil aku Daniella saja.” Dia berbalik ke arah Adrian dan bertanya sambil
merapikan kerah kemeja yang tidak Adrian kancing. “Sejujurnya, sayang,” katanya.
“Apa kau bahkan sudah melihat ke kaca sebelum kau keluar dari pintu? Rambutmu
berantakan.”

Adrian mengelak saat ibunya itu meraih kepalanya. “Apa kau bercanda? Aku
menghabiskan berjam-jam di depan kaca untuk membuatnya terlihat seperti ini.”

Dia mendesah tersiksa. “Suatu hari aku tidak akan bisa memutuskan apakah aku
beruntung atau tidak untuk tidak memiliki anak selain dirimu.” Di belakang Daniella,
pelayan yang diam menyiapkan makanan di meja. Uap naik dari piring-piring besar
dan perutku bergemuruh. Kuharap tidak ada yang mendengar. Daniella melirik ke
seluruh aula entah kemana.
“Nathan, bisakah kau bergegas? Makanannya akan segera dingin.”
Beberapa saat kemudian, suara langkah berat terdengar di lantai kayu berhias, dan
Nathan Ivashkov berayun memasuki ruangan. Seperti istrinya, dia berpakaian resmi,
dasi satin birunya bercahaya di samping setelan jas berat berwarna hitam gelap yang
terlihat dingin. Aku senang mereka punya AC disini, atau pria ini akan segera
meleleh dengan kain yang berat. Perawakannya yang sedang berdiri adalah yang
paling aku ingat sebelumnya: rambut perak yang jelas terlihat dan berkumis. Aku
penasaran apakah rambut Adrian akan terlihat seperti itu ketika ia bertambah tua.
Ah, aku tidak akan pernah tahu. Adrian mungkin akan menyemir rambutnya saat
pertama kali melihat rambut abu-abu – atau perak itu. Kenyataannya, dia terlihat
benar-benar kaget melihatku.

“Ini adalah, ah, teman Adrian, Rose Hathway,” kata Daniella lembut. “Kau ingat ---
dia bilang dia akan membawanya malam ini.”
“Senang bertemu dengamu, Tuan Ivashkov.”
Tidak seperti istrinya, dia tidak menawarkanku untuk memanggilnya dengan nama
depannya, yang membuatku sedikit lega. Strigoi yang mengubah Dimitri secara
paksa juga bernama Nathan, dan itu bukanlah nama yang ingin kuucapkan dengan
nyaring.

Ayah Adrian melihat keseluruhan tampilanku, namun tidak dengan apresiasi seperti
yang Adrian lakukan sebelumnya. Rasanya aku lebih terlihat seperti makhluk aneh.
“Oh. Gadis dhampir.” Dia sebenarnya tidak kasar, hanya tidak tertarik. Maksudku,
dia tidak memanggilku dengan sebutan pelacur darah atau semacamnya. Kami
semua duduk untuk makan dan meskipun Adrian menahan tipikal senyuman peduli
setan di wajahnya, aku kembali mendapatkan firasat kalau dia sungguh, sungguh-
sungguh memerlukan rokok. Mungkin alkohol keras juga. Kebersamaan dengan
orang tunya merupakan sesuatu yang tidak bisa ia nikmati. Saat satu dari pelayannya
menungkan wine kepada kami, Adrian terlihat sangat lega dan tidak menahan diri
lagi. Aku menembaknya dengan tatapan waspada yang ia acuhkan.

Nathan mampu mendapatkan medali untuk melahap babi dengan sempurna namun
masih bisa terlihat elegan dan sopan. “Jadi,” katanya, perhatian terfokus ke Adrian,
“Sekarang Vasilisa telah lulus, apa yang akan kau lakukan dengan dirimu sendiri?

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Kau tidak akan terus ikut melarat dan bersenang-senang dengan anak SMA kan?
Tidak ada alasan lagi untukmu berada disana.”

“Aku tidak tahu,” kata Adrian malas. Ia menggelengkan kepalanya, semakin


mengusutkan rambutnya yang telah kusut dengan hati-hati itu. “Aku senang bergaul
dengan mereka. Mereka berpikir kalau aku lebih lucu daripada aku yang sebenarnya.”

“Tidak mengejutkan,” jawab ayahnya. “Kau tidak lucu sama sekali. Ini waktunya
untukmu melakukan hal yang lebih bermanfaat. Jika kau tidak ingin kembali ke
kampus, kau harusnya paling tidak mulai duduk di dalam beberapa pertemuan
bisnis keluarga. Tatiana memanjakanmu, tapi kau bisa belajar banyak dari Rufus.”

Aku cukup tahu tentang politik bangsawan dengan mengenali nama mereka.
Anggota tertua dari setiap keluarga biasanya merupakan ‘pangeran’ atau ‘putri’
mereka dan menduduki Dewan Bangsawan --- dan memiliki peluang untuk menjadi
raja atau ratu. Saaat Tatiana naik tahta, Rufus menjadi pangeran dari keluarga
Ivashkov karena dia anggota keluarga yang tertua berikutnya.

“Benar,” sahut Adrian dengan mimik muka yang tidak berubah. Dia tidak terlalu
makan dan hanya memainkan makananya saja. “Aku benar-benar ingin tahu
bagaimana ia bisa merahasiakan dua gundiknya dari sang istri.”
“Adrian!” tegur Daniella, rona merah memenuhi pipinya yang pucat. “Jangan
katakan hal seperti itu di meja makan kita --- dan tentu saja tidak di depan seorang
tamu.”

Nathan terlihat menyadari kehadiranku lagi dan mengangkat bahu tidak peduli.
“Wanita ini bukan masalah.” Aku menggigit bibirku, menahan keinginan peluang
jika aku bisa melelmparkan piring cina dengan gaya Frisbee dan memukulnya tepat
di kepala. Aku memutuskan untuk tidak melakukannya. Tidak hanya akan
mengacaukan makan malam, namun piringnya mungkin tidak akan melayang sepeti
yang aku inginkan. Nathan kembali menatap marah kearah Adrian. “Tapi kau lah
yang bermasalah. Aku tidak ingin melihat kau duduk tanpa melakukan apa pun ---
menggunakan uang kita untuk membiayai apa yang kau lakukan.”

Sesuatu mengatakan padaku untuk menjauh dari hal ini, tapi aku tidak bisa diam
saja melihat Adrian direndahkan oleh ayahnya yang menyebalkan ini. Adrian
memang hanya duduk-duduk saja dan membuang-buang uang, Tapi Nathan tidak
punya hak untuk membuatnya menjadi bahan celaan. Maksudku, tentu saja aku juga
telah sering melakukannya. Tapi itu adalah hal yang berbeda.

“Mungkin kau bisa pergi ke Lehigh bersama Lissa,” aku menawarkan. “Melanjutkan
belajar roh dengannya dan kemudian ... melakukan apa pun yang pernah kau
lakukan saat kau kuliah ...”
“Minum dan membolos,” sambung Nathan.
“Seni,” jawa Daniella. “Adrian mengambil kelas seni.”
“Benarkah?” tanyaku, berbalik ke arah Adrian dengan kaget. Entah bagaimana, aku
bisa membayangkan dirinya sebagai lelaki bertipe seni. Cocok sekali degan sikap
tidak menentunya. “Kalau begitu ini sempurna. Kau bisa mengambilnya lagi.”
Adrian mengangkat bahu dan menghabiskan gelas wine keduanya.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Aku tidak tahu. Kampus itu mungkin memiliki masalah yang sama dengan kampus
terakhir yang pernah kumasuki.”
Aku merengut, “Apa itu?”
“PR.”
“Adrian,” Ayahnya mengeram.
“Tidak apa-apa,” jawab Adrian riang, dia mengistirahatkan lengannya dengan santai
di meja. “Aku tidak benar-benar butuh sebuah pekerjaan atau uang tambahan.
Setelah Rose dan aku menikah, anak-anak dan aku akan hidup dari bayaran Rose
sebagai pengawal.”

Kami semua membeku, bahkan aku. Aku tahu benar kalau ia hanya bercanda.
Maksudku, meskipun ia memang mempunyai fantasi untuk menikah dan memiliki
anak-anak (dan aku yakin dia tidak memilikinya), gaji yang kecil sebagai pengawal
tidak akan pernah cukup untuk menghidupinya di dalam kemewahan hidup yang ia
perlukan.

Namun, ayah Adrian jelas tidak berpikir kalau ia sedang bercanda. Daniella terlihat
tidak bisa memutuskan. Aku, aku hanya merasa tidak nyaman. Ini merupakan topik
yang sangat, sangat buruk untuk dibicarakan di acara makan malam seperti ini, dan
aku tidak percaya kalau Adrian bisa berbicara seperti itu. Aku bahkan tidak berpikir
kalau wine yang ia minum patut dipersalahkan. Adrian hanya sangat suka menyiksa
ayahnya seperti itu.

Keheningan tumbuh semakin tebal dan tebal. Naluri keberanianku ingin mengisi
percakapan hampa yang penuh kemarahan ini, namun sesuatu menyuruhku untuk
tetap diam. Tekanan meningkat. Saat bel pintu berbunyi, kami berempat hampir
meloncat dari kursi kami masing-masing.

Pelayannya, Torrie, menjawab dengan cepat dan aku bernafas lega. Seorang
pengunjung tidak diharapkan akan menolong untuk mengurangi ketegangan.

Atau mungkin tidak.

Torrie membersihkan kerongkongannya saat ia kembali, jelas terlihat bingung saat


melihat dan mengubag tatapannya dari Daniella ke Nathan. “Yang mulia Ratu
Tatiana ada disini.”
Tidak, mungkin.

Ketiga Ivashkov berdiri mendadak, dan setengah detik kemudian, aku bergabung
bersama mereka. Aku tidak mempercayai perkataan Adrian sebelumnya yang
megatakan kalau Tatiana mungkin akan datang. Dari wajahnya, dia terlihat cukup
kaget juga sekarang. Namun cukup jelas, dia berada disana. Dia berayun masuk ke
dalam ruangan, anggun untuk sesuatu yang berkaitan dengan bisnis santai untuknya:
celana panjang hitam yang dipadukan dengan jaket berbahan sutra merah dan blus
berenda di bagian bawah. Jepit rambut permata kecil berkilau di rambut gelapnya,
dan mata angkuhnya mengintip ke bawah, kearah kami semua saat kami
membungkuk dengan tergesa-gesa. Bahkan keluarganya sendiri mengikuti
formalitas itu.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Bibi Tatiana,” kata Nathan, memaksakan sebuah senyuman di wajahnya. Aku tidak
yakin dia sering melakukannya. “Maukah kau bergabung bersama kami untuk
makan malam?”

Dia melambaikan tangannya dengan acuh. “Tidak, tidak. Aku tidak bisa tinggal. Aku
dalam perjalanan untuk bertemu dengan Priscilla tapi kupikir aku bisa berhenti
sebentar saat aku mendengar Adrian telah kembali.” Pandangannya jatuh kepada
Adrian. “Aku tidak percaya kau disini seharian dan tidak datang mengunjungiku.”
Suaranya dingin namun aku bersumpah ada binar geli di matanya. Mengerikan. Aku
tidak bisa membayangkan dirinya hangat dan berbulu. Seluruh pengalaman melihat
penampilannya berada di luar di salah satu ruang upacaranya benar-benar terasa
tidak nyata.

Adrian menyeringai ke arahnya. Dia jelas sekali adalah orang yang paling terlihat
nyaman di ruangan ini sekarang. Untuk alasan yang tidak pernah aku pahami.
Tatiana mencintai dan memanjakan Adrian. Bukan berarti aku mengatakan kalau
dia tidak mencintai anggota keluarganya yang lain, hanya seja jelas sekali kalau
Adrian adalah favoritnya. Hal ini selalu mengagetkanku, mempertimbangkan betapa
begajulannya Adrian kadang-kadang.

“Aw, kupikir kau punya hal yang lebih penting dari pada melihatku,” kata Adrian
padanya, “Lagipula, aku sudah berhenti merokok, jadi sekarang kita tidak bisa lagi
pergi merokok sembunyi-sembunyi di belakang ruang takhta bersama.”

“Adrian!” bentak Nathan, wajahnya berubah merah. Terpikir olehku bahwa aku bisa
memggunakan permainan minum untuk taruhan sekitar berapa kali ia berseru
menyebut nama anaknya dengan tidak setuju. “Bibi, aku minta ---“

Tatiana mengangkat sebelah tangannya lagi, “Oh, diamlah Nathan. Tidak satu pun
orang yang ingin mendengarnya.” Aku hampir tersedak. Berada di ruangan yang
sama dengan sang ratu sudah cukup mengerikan, tapi hal itu sebanding dengan
melihat ia mengucapkan tamparan-kasar kepada Tuan Ivashkov.

Tatiana kembali lagi kepada Adrian, wajahnya kembali ramah. “Kau sudah berhenti
merokok? Itu hanya soal waktu. Aku menduga kalo ini adalah kerjaanmu?”

Butuh waktu beberapa saat untukku menyadari kalau dia sedang berbicara padaku.
Sampai detik itu, aku berharap kalau dia tidak menyadari keberadaanku.
Kelihatannya satu-satunya penjelasan mengapa ia tidak berteriak kepada mereka
untuk menghilangkan sikap pemberontak pelacur-darah ini. Mengejutkan. Suaranya
pun tidak terdengar menuduh juga. Suaranya terdengar ... kagum.

“Se-sebenarnya, itu bukan saya Yang Mulia,” jawabku, kelemahlembutanku ini jauh
dari perilakuku pada pertemuan terakhir kami. “Adrian sendiri yang, eh,
menetapkan hati untuk melakukannya.”

Jadi tolonglah aku, Tatiana terkikik. “Sangat diplomatis. Mereka harusnya


menugaskanmu untuk mengawal seorang politisi.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Nathan tidak suka perhatiannya beralih padaku. Aku tidak yakin aku menyukainya
juga, separuh senang atau tidak. “Apa kau dan Pricillia akan melakukan bisnis
malam ini? Atau hanya makan malam bersama sahabat?”

Tatiana menarik tatapannya dariku. “Keduanya. Ada beberapa percekcokan antar


keluarga yang terjadi. Tidak terbuka untuk umum, tapi berita ini sudah keluar.
Orang-orang ribut tentang keamanan. Beberapa orang telah bersiap untuk mulai
berlatih dari sekarang. Yang lain masih berpikir apakah para pengawal masih bisa
bekerja tanpa tidur.” Dia memutar matanya. “ Dan itu adalah saran yang paling
lemah dari semua saran.”

Tidak ada pertanyaan tentang hal ini. Kunjungan ini menjadi lebih menarik.
“Kuharap kau menutup mulut mereka yang ingin menjadi calon militan,” rutuk
Nathan. “Kita bertarung bersama para penjaga adalah hal yang konyol.”

“Yang konyol,” kata Tatiana, “adalah memiliki perselisihan di kalangan kelas istana.
Itulah yang ingin kututup mulutnya.” Nada suaranya menjadi agung, sangat
terdengar keratuannya. “Kita adalah pemimpin diantara kaum Moroi. Kita harus
menjadi contoh. Kita perlu bersatu untuk bertahan hidup.”

Aku mempelajarinya dengan penasaran. Apa maksudnya ini? Dia setuju atau tidak
setuju dengan pernyataan Nathan tentang Moroi yang bertarung. Dia hanya
menyebutkan berdirinyya kedamaian diantara orang-orangnya. Tapi bagaimana?
Apakah metodenya adalah dengan mendorong gerakan baru ini atau
menghancurkannya? Keamaanan adalah perhatian yang besar untuk setiap orang
setelah penyerangan dan hal ini jatuh kepadanya untuk dipikirkan.

“Terdengar sulit untukku,” kata Adrian, jelas masih bermain-main dengan masalah
yang serius ini. “Jika kau ingin merokok setelahnya, aku akan membuat
pengecualian.”

“Aku akan mengatur waktu untukmu, agar kau melakukan kunjungan yang pantas
besok.” Katanya masam. “Tinggalkan rokoknya di rumah.” Dia melirik ke arah gelas
wine Adrian yang telah kosong. “Dan yang lainnya.” Sebuah kilatan tekad baja
menyeberangi tatapannya, dan meskipun itu mencair secepat ia datang, aku hampir
merasa lega. Itu adalah Tatiana dingin yang kukenal.

Adrian menghormat. “Kucatat itu.”


Tatiana memberi kami tatapan singkat. “Semoga malam kalian menyenangkan,”
adalah satu-satunya salam perpisahannya. Kami menunduk lagi dan kemudian di
kembali melalui pintu depan. Setelah ia keluar, aku mendengar suara ribut dan
bisikan. Aku baru menyadari kalau ia sedang berjalan dengan sebuah rombongan,
dan meninggalkan mereka semua di serambi saat ia mengucapkan helo untuk Adrian.

Suasana makan malam menjadi lebih sunyi setelah itu. Kunjungan Tatiana telah
meninggalkan perasaan heran di kepala kami semua. Paling tidak hal ini membuatku
tidak harus mendengarkan percekcokkan Adrian dan ayahnya lagi. Daniella yang
paling banyak memperbaiki situasi ini dengan percakapan kecil, berusaha
menyelidiki tentang ketertarikanku dan aku sadar dia sama sekali tidak berbicara
selama kunjungan singkat Tatiana tadi. Daniella harus menikah dengan Ivashkovs,
dan aku bertanya-tanya apakah dia merasakan intimidasi sang ratu.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

Saat waktu untuk kami pergi tiba, Daniella terus tersenyum sedangkan Nathan pergi
untuk melanjukan pekerjaannya.

“Datanglah lebih sering,” katanya pada Adrian, merapikan rambut anaknya itu di
tengah protes Adrian. “Dan kau diterima kapanpun, Rose.”
“Terima kasih,” sahutku heran. Aku terus menganalisis wajahnya untuk melihat
apakah ia sedang berbohong, namun kurasa tidak. Ini tidak masuk akal. Moroi tidak
menyetujui hubungan jangka panjang dengan dhampir. Khususnya bangsawan
Moroi. Dan bangsawan Moroi yang memiliki ikatan keluarga dengan sang ratu sudah
pasti tidak boleh, paling tidak sepeti itu lah pengalaman yang terjadi yang
mengindikasikan terhadap kesimpulan tersebut.

Adrian mengeluh. “Mungkin jika dia (ayahnya) tidak ada disini. Oh sial. Itu
mengingatkanku. Aku meninggalkan jasku disini terakhir kali aku kesini --- aku
ingin pergi terlalu cepat saat itu.”
“Kau punya lima puluh jas,” aku menegurnya.
“Tanya Torrie,” kata Daniella. “Dia akan tahu dimana tempatnya.”
Adrian pergi untuk mencari si pelayan, meninggalkanku dengan ibunya. Aku
harusnya bersikap sopan, sedikit berbasa-basi, namun rasa penasaranku lebih besar
dalam diriku.

“Makan malam yang enak,” kataku jujur. “Dan kuharap Anda tidak salah
paham,...tapi maksudku ... sebenarnya, Anda terlihat baik-baik saja melihat saya dan
Adrian berpacaran.”

Dia mengangguk dengan jelas. “Memang.”


“Dan ...” Ini harus dikatakan. “Tat --- Ratu Tatiana terlihat menerima dengan hal ini
juga.”
“Memang.”
Aku harus meyakinkan diriku untuk tidak menjatuhkan rahangku ke lantai. “Tapi ...
maksud saya, terakhir kali saya berbicara dengannya, dia sangat marah. Dia terus
dan terus berkata pada saya bagaimana dia tidak akan pernah mengizinkan kami
bersama di masa depan atau menikah atau sesuatu yang sejenis dengan hal itu.” Aku
meringis mengingat candaan Adrian. “Kupikir Anda merasakan hal yang sama. Tuan
Ivashkov terlihat tidak menerimaku. Anda tidak benar-benar ingin anak Anda akan
bersama dengan seorang dhampir selamanya.”

Senyum Daniella terlihat tulus namun masam. “Apa kau berencana untuk
bersamanya selamanya? Apa kau berencana untuk menikahinya dan tetap diam dan
tinggal seperti itu selamanya?”

Pertanyaan itu benar-benar meruntuhkan pertahanan diriku. “Saya ... tidak ...
maksud saya, bukan bermaksud menyakiti Adrian. Saya hanya tidak pernah ---“
“Berencana untuk tetap diam dan tinggal seperti itu sama sekali?” Dia mengangguk
bijak. “Itulah yang aku pikirkan. Percayalah padaku, aku tahu Adrian tidak serius
mengatakan hal tadi. Setiap orang melompat untuk menyimpulkan sesuatu yang
bahkan tidak akan terjadi. Aku sudah mendengar semua tentangmu Rose --- setiap
orang sudah pernah mendengar tentangmu. Dan aku mengagumimu. Dan
berdasarkan dari apa yang aku pelajari, aku menebak kalau kau bukan tipe orang
yang akan berhenti menjadi pengawal untuk menjadi ibu rumah tangga.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Kau benar,” aku mengakui.
“Jadi aku tidak melihat masalah disini. Kalian berdua masih muda. Kalian masih
boleh bersenang-senang dan melakukan apa yang kalian inginkan, tapi aku --- kau
dan aku – tahu bahwa meskipun jika kau melihat Adrian keluar dan masuk ke dalam
sisa hidupmu, kau tidak akan menikah atau tinggal berdiam diri bersamanya. Ini
tidak ada hubungannya dengan perkataan Nathan atau siapa pun. Ini adalah jalan
kehidupan. Ini adalah jenis dirimu yang sesungguhnya. Aku bisa melihatnya di
matamu. Tatiana menyadarinya juga, dan karena itulah ia melunak. Kau perlu keluar
sana untuk bertarung, dan itulah yang akan kau lakukan. Paling tidak jika kau
memang benar-benar ingin menjadi seorang pengawal.”

“Aku memang seperti itu.” Aku menatapnya heran. Sikapnya sangat mengagumkan.
Dia adalah bangsawan pertama yang aku temui yang tidak mendadak sinting dan
gila dengan ide Moroi dan dhampir berpasangan. Jika orang lain berbagi pandangan
dengannya, itu akan membuat hidup menjadi lebih mudah. Dan dia memang benar.
Ini tidak ada hubungannya dengan apa yang Nathan pikirkan. Ini bahkan bukan
masalah jika Dimitri ada di luar sana. Yang perlu di garis bawahi adalah aku dan
Adrian tidak akan bersama selama sisa hidup kami karena aku akan selalu berada
dalam tugas sebagai pengawal, tidak terus bersantai seperti yang ia lakukan.
Menyadari hal itu membuat bebanku menjadi bebas ... namun ini membuatku
sedikit sedih juga.

Di belakangnya, aku bisa melihat Adrian turun ke tempat kami. Daniella merunduk
ke arahku, merendahkan nada suaranya kepadaku. Ada nada sedih dalam kata-
katanya saat ia berbicara, nada dari rasa perhatian seorang ibu.
“Tapi Rose, karena aku menerima kalian berdua berpacaran dan berbahagia, tolong
cobalah untuk tidak menghancurkan hatinya terlalu dalam saat waktunya tiba.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

MENURUTKU, DENGAN TIDAK MENYEBUT-NYEBUT PEMBICARAANKU TERHADAP


IBUNYA adalah hal yang tepat untuk kulakukan terhadap Adrian. Aku tidak
membutuhkan kekuatan gaib untuk merasakan perasaannya yang
bercampur baur saat kami berjalan menuju kamar tamu. Ayahnya
membuatnya kesal, namun penerimaan ibunya terlihat mampu
membangkitkan semangatnya. Aku tidak ingin merusaknya dengan
membiarkannya tahu kalau ibunya menerima kami berpacaran karena dia
menduga kalau hubungan kami hanya sementara, cuma sebatas
kesenangan.
“Jadi kau akan pergi dengan Lissa?” tanyanya saat kami sampai ke kamarku.
“Yup, maafkan aku. Kau tahu -- hal-hal cewek.” Dan dengan kata ‘hal-hal
cewek’, maksudku adalah berpisah dan masuk. Adrian terlihat sedikit
kecewa, tapi aku tahu dia tidak akan cemburu dengan persahabatanku
dan Lissa. Dia tersenyum kecil dan melingkarkan tangannya di pinggangku,
merunduk untuk menciumku. Bibir kami bertemu, dan kehangatan yang
selalu mengejutkanku mengalir ke dalam tubuhku. Setelah beberapa saat
yang manis, kami berpisah, namun tatapan matanya mengatakan kalau hal
ini tidak mudah untuknya.
"Sampai jumpa lagi," kataku. Dia memberiku satu ciuman cepat dan
kemudian kembali ke kamarnya.
Aku segera menemui Lissa, yang sedang santai di kamarnya. Dia sedang
menatap sebuah sendok perak dengan tajam, dan melalui ikatan kami, aku
bisa merasakan apa maksudnya melakukan hal itu. Dia sedang mencoba
memasukkan kompulsi roh ke dalam sendok itu, jadi siapa pun yang
memegangnya akan merasa bahagia. Aku menebak-nebak apakah dia
melakukannya untuk dirinya sendiri atau hanya melakukan percobaan
secara acak. Aku tidak menggali pikirannya untuk mencari tahu.
"Sebuah sendok?" tanyaku geli. Dia mengangkat bahu dan meletakkan
sendoknya.
"Hey, tidak mudah untuk membuat roh masuk ke dalam perak. Aku harus
menggunakan apa yang bisa aku dapatkan."
"Well, benda itu dibuat untuk pesta makan malam yang menyenangkan,"
dia tersenyum dan meletakkan kakinya di atas meja kopi eboni yang berada
di tengah-tengah ruang tamu kecil mewahnya. Setiap kali aku melihatnya,
aku tidak bisa menolak untuk tidak mengingat barang-barang berwarna
hitam dan mengkilat yang berada di ruangan tahanan mewahku dulu di
Rusia. Aku telah melawan Dimitri dengan sebuah pasak yang terbuat dari
kaki meja yang memiliki bentuk yang sama.
"Ngomong-ngomong, bagaimana pesta makan malammu?"
"Tidak seburuk yang aku bayangkan," aku mengakui. "Meskipun aku tidak
pernah mengira seberapa kurang ajarnya ayah Adrian. Tapi ibunya

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
sebenarnya cukup keren. Dia tidak masalah mengetahui kalau aku dan
Adrian berpacaran."
"Ya, aku sudah pernah bertemu dengannya. Dia baik, meskipun aku tidak
pernah berpikir kalau dia cukup baik untuk menerima hubungan skandal.
Tebakanku yang mulia tidak datang, kan?" Lissa bercanda, jadi responku
mengagetkannya.
"Dia datang, dan ... sebenarnya tidak terlalu buruk juga."
"Apa? Apa kau baru saja bilang 'tidak terlalu buruk'?"
"Aku mengerti, mengerti. Terdengar gila memang. Sebenarnya itu hanya
kunjungan cepat untuk Adrian, dan dia bereaksi seolah bukan masalah
melihatku ada disana." Aku tidak menyebutkan tentang pandangan politik
Tatiana tentang para Moroi yang berlatih untuk bertarung. "Tentu saja, siapa
yang bisa tahu apa yang akan terjadi jika dia bertahan lebih lama lagi saat
tu? Mungkin dia akan berubah menjadi dirinya yang biasa. Aku mungkin
memerlukan satu set perlengkapan perak kalau begitu -- untuk
menghentikanku melemparkan pisau kearahnya."
Lissa mengerang. "Rose, kau tidak bisa membuat lelucon dari hal seperti itu."
Aku menyeringai. "Aku mengucapkan hal yang tidak berani kau ucapkan."
Ucapanku mengembalikan senyuman di wajah Lissa.
"Sudah lama aku tidak mendengarnya," katanya lembut.

Perjalananku ke Rusia telah meretakkan persahabatan kami -- yang berakhir


dengan menunjukkan betapa berartinya persahabatan itu untukku. Kami
menghabiskan sisa waktu santai kami dengan membicarakan Adrian dan
gosip yang lain. Aku lega melihatnya mulai lupa dengan perasaannya
tentang Christian, namun selama waktu berlalu, rasa pusingnya tumbuh
karena misi tertuda kami bersama Mia.

“Ini akan baik-baik saja,” kataku saat waktunya tiba. Kami sedang menuju
halaman istana, berpakaian jeans dan kaos yang nyaman.
Rasanya menyenangkan bebas dari jam malam sekolah, dan lagi , keluar di
bawah sinar matahari yang cerah tidak membuatku merasa sangat
tersamarkan.
“Hal ini akan mudah.”

Lisa menatapku namun tidak berkata apa pun. Para pengawal adalah
penjaga yang keras dan kuat dalam dunia kami, dan ini adalah markas
besar mereka. Menerobos masuk tidak akan menjadi apa pun selain menjadi
hal yang mudah.

Mia terlihat telah menetapkan hati saat kami bertemu dengannya, namun
begitu, aku merasa terdorong oleh sikapnya -- dan dia mengenakan
pakaian serba hitam. Benar, pakaian itu tidak akan bekerja terlalu banyak di

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
bawah sinar matahari, namun seragam itu membuat semuanya terasa lebih
resmi. Aku hampir mati penasaran karena ingin tahu apa yag terjadi dengan
Christian, dan Lissa juga merasakannya. Lagi-lagi hal itu merupakan satu dari
banyak topik yang lebih baik dibiarkan untuk tidak dijelaskan.

Namun, Mia menjelaskan rencananya pada kami, dan sejujurnya aku


merasa hanya 65 persen kesempatannya kalau hal ini akan berhasil. Lissa
merasa tidak nyaman dengan perannya karena memasukkan kompulsi di
dalamnya, tapi dia adalah berperan sebagai seorang pengaman dan setuju
melakukanya. Kami mempersiapakan segalanya secara rinci beberapa kali
dan kemudian mlali bergerak ke arah bangunan yang merupakan tempat
para penjaga beroperasi. Aku pernah sekali kesana, saat Dimitri
membawaku untuk melihat Victor di sekat sel yang berdekatan dengan
penjaga. Aku tidak pernah menghabiskan banyak waktu di kantor pusat
sebelumnya, dan seperti yang telah diprediksikan Mia, hanya ada sedikit staf
di siang hari.

Saat kami masuk, kami langsung bertemu dengan wilayah penerima tamu
seperti yang sering kalian temui di kantor-kantor administrasi yang lain.
Seorang pengawal yang terlihat galak duduk di sebuah meja dengan
komputer, rak berkas, dan meja disekelilingnya. Dia mungkin tidak memiliki
banyak hal untuk dilakukan di malam hari, tapi dia jelas masih dalam tingkat
kewaspadaan yang tinggi. Dibelakang ada sebuah pintu, dan itu menarik
perhatianku. Mia telah menjelaskan sebelumnya kalau pintu itu adalah jalan
masuk ke semua rahasia pengawal, catatan-catatan mereka dan kantor
utama -- dan merupakan daerah pengawasan yang mengawasi daerah-
daerah beresiko tinggi di istana.

Galak atau tidak, laki-laki itu tersenyum kecil untuk Mia. “Bukankah
sekarang sudah sedikit malam untukmu? Kau tidak berada disini untuk
belajar, kan?”

Mia menyeringai balik. Dia pastilah satu dari pengawal yang akrab
dengannya selama di istana. “Ah, hanya berjalan-jalan dengan beberapa
teman dan ingin menunjukkan tempat disekitar sini.”

Dia mengangkat alisnya saat melihatku dan Lissa. Dia memberikan tundukan
hormat kecil tanda mengenal. “Putri Dragomir. Pengawal Hathaway.”

Sepertinya reputasi kami telah mendahului kami. Itu adalah pertama kalinya
aku dipanggil dengan gelar baruku. Itu mengejutkanku dan membuatku

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
merasa sedkit bersalah karena mengkhianati kelompok dimana aku baru
saja masuk di dalamnya.

“Ini Don,” kata Mia. “Don, Sang putri ingin meminta bantuan.” Dia menatap
Lissa penuh arti. Lissa menarik napas panjang dan kemudian aku merasakan
terbakarnya sihir kompulsi melalui ikatan kami saat ia memfokuskan
tatapanya ke arah Don.

“Don,” katanya sungguh-sungguh, “berikan kami kunci dan kode untuk


berkas catatan di bawah. Dan kemudian pastikan kamera-kamera di
daerah tersebut telah mati.”

Dia merengut. “Mengapa aku harus --“ namun saat mata Lissa terus
menatapnya, aku bisa merasakan kompulsi itu menguasainya. Garis-garis di
wajahnya perlahan berubah penuh kerelaan, dan aku menghembuskan
nafas lega. Beberapa orang cukup kuat untuk menolak kompulsi --
khususnya Moroi biasa. Kompulsi Lissa lebih kuat karena roh, meskipun kau
tidak pernah tahu jika seseorang mungkin saja bisa melawannya.

“Tentu saja,” katanya, berdiri. Dia membuka sebuah laci meja dan
menyerahkan satu set kunci kepada Mia yang dengan cepat ia serahkan
kepadaku.
“Kodenya adalah 4312578.”

Aku memasukkannya dalam ingatanku dan ia memberi isyarat kepada kami


untuk mengikutinya melalui semua pintu yang berkuasa. Di belakangnya,
koridor menyebar di semua arah. Dia menunjuka kepada satu koridor di
sebelah kanan kami.

“Di bawah sana. Belok ke kiri di ujung lorong, turun dua kali dan pintunya
tepat di sebelah kanan.” Mia melirik ke arahku, memastikan kalau aku
mengerti. Aku mengangguk dan dia kembali berpaling pada Don. “Dan
sekarang pastikan pengawasan wilayah itu dimatikan.”

“Bawa kami kesana,” kata Lissa kuat.


Don tidak bisa menolak perintahnya dan kemudian Lissa dan Mia
mengikutinya, meninggalkanku sendiri. Ini adalah bagian rencana yang
hanya ada aku sendiri di dalamnya, dan aku bergegas turun ke ruangan.
Fasilitasnya mungkin dikelola dengan ringan saja, namun aku masih bisa
ditangkap seseorang -- dan tidak memiliki kompulsi yang bisa membantuku
bicara untuk keluar dari masalahku.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

Petunjuk arah yang dberikan Don memang tepat, tapi aku masih harus
bersiap jika ada kemungkinan akan memukul kotak kode dan masuk ke
brangkas tempat penyimpanan. Baris demi baris lemari pengarsipan
berderet ke bawah di ruangan besar. Aku tidak bisa melihat dimana
ujungnya. Laci-laci bersusun hingga lima tingkat, pencahayaan fluorescent
samar dan keheningan menakutkan memberikan suasana seram, hampir
terasa seperti dihantui. Semua informasi para pengawal jauh sebelum zaman
digital sekarang. Hanya Tuhan yang tahu seberapa panjang deretan arsip ini
dari zaman dulu. Hingga masa-masa pertengahan di Eropa? Aku mendadak
merasa takut dan berandai-andai apakah aku bisa melalui ini semuanya.

Aku berjalan ke arah lemari pertama di sebelah kiri, merasa lega melihat rak
tersebut diberi label. Labelnya terbaca sebagai AA1. Dibawahnya AA2 dan
terus selanjutnya. Oh Tuhan. Hal ini membuatku harus mengambil beberapa
lemari bahkan untuk keluar dari rak ‘AS’. Aku bersyukur pengorganisasian
arsip sesederhana petunjuk alpabet, namun sekarang aku memahami
mengapa lemari-lemari ini terus berlanjut selamanya. Aku harus berbali lebih
dari tiga perempat dari jalan ke bawah ruangn untuk mendapatkan file ‘TS’.
Dan itu tidak akan tercapai hingga aku mendapatkan lac TA27 yang telah
ku temukan untuk arsip Tarasov Prison (Penjara Tarasov).

Aku mengap-mengap. Berkasnya tebal, dipenuhi oleh semua jenis dokumen.


Ada halaman-halaman tentang sejarah penjara dan pola migrasi, sebaik
tatanan lantai untuk setiap lokasinya. Aku hampir susah untuk percaya.
Begitu banyak informasi .... tapi apa yang aku butuhkan? Apa yang akan
berguna nantinya? Jawabannya datang dengan cepat:
Semuanya! Aku menutup lacinya dan mengapit foldernya di bawah
lenganku. Oke. Waktunya keluar dari sini. Aku berbalik dan mulai menuju
jalan keluar di berjalan perlahan. Sekarang apa yang aku dapatkan adalah
apa yang aku butuhkan, cara melarikan diri yang mendesak ini menekanku.
Aku hampir sampai saat aku mendengar bunyi klik kecil dan pintu terbuka.
Aku membeku sama seperti dhampir tak ku kenal yang baru saja masuk. Dia
juga membeku, jelas sekali terheran-heran, dan aku menganggapnya
sebagai berkah kecil karena ia tidak langsung mengunciku ke dinding dan
mulai mengintrogasiku.

“Kau Rose Hathaway,” katanya. Tuhan begitu baik. Apa tidak ada orang
yang tidak kenal dengan ku sebelumnya?
Aku menegang, tidak yakin apa yang akan terjadi sekarang, namun
berbicara disaat pertemuan kami disini membuatnya sedikit terlihat masuk
akal. “Ya begitulah seperti yang terlihat. Kau siapa?”
“Mikhail Tanner,” katanya, masih bingung. “Apa yang kau lakukan disini?”
“Melaksanakan perintah,” kataku lembut. Aku menunjukkan berkasnya.
“Pengawal yang bertugas di sana membutuhkan sesuatu.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Kau berbohong,” katanya. “Aku lah pengawal yang bertugas untuk urusan
berkas. Jika seseorang memerlukan sesuatu, mereka akan mengirimku untuk
melakukannya.”
Oh, sial. Rencana berbicara dengan baik-baik gagal. Namun saat aku
berdiri disana, pikiran yang aneh datang padaku. Penampilannya tidak
kukenal sama sekali: rambut cokelat keriting, tinggi rata-rata, usia dua
puluhan akhir. Cukup tampan, sungguh. Namun namanya ... sesuatu
tentang namanya ....
“Nona Karp,” aku terkesiap. “Kau lah ... kau terlibat dengan Nona Karp.”
Dia membeku, mata birunya menatap tajam dengan hati-hati. “Apa yang
kau tahu tentang itu?”

Aku menelan ludah. Apa yang telah aku lakukan -- atau yang aku coba
lakukan adalah demi Dimitri -- bukanlah tanpa panutan. “Kau mencintainya.
Kau pergi untuk membunuhnya setelah dia ... setelah dia berubah.”

Nyonya Karp telah menjadi seorang guru kami beberapa tahun yang lalu.
Dia adalah seorang pengguna sihir roh, dan sebagaik efek penggunaanya,
ia mulai menjadi gila, dia melakukan satu-satu nya hal yang bisa ia lalukan
untuk menyelamatkan kewarasannya: menjaidi seorang Strigoi. Mikhail,
kekasihnya, telah melakukan satu-satunya hal yang ia tahu untuk mengakhiri
keadaan mengerikan itu: mencari dan membunuhnya. Terpikir olehku
sekarang kalau aku tengah berhadapan dengan pahlawan dari sebuah
kisah cinta yang hampir sedramatis kisah cintaku.

“Tapi kau belum menemukannya,” kataku lembut. “Iya kan?”


Lama sekali ia belum bisa menjawab pertanyaanku, matanya dengan berat
mempertimbangkanku melalui tatapnnya. Aku menebak-nebak apa yang
sedang ia pkirkan. Nona Karp? Rasa sakitnya sendiri? Atau sedang
menganalisisku?

“Tidak,” katanya akhirnya. “Aku harus berhenti. Para pengawal lebih


membutuhkanku.” Dia berbicara dengan tenang, terkontrol sebagaimana
seorang pengawal yang memang harus menguasainya, namun di dalam
matanya, aku melihat kesedihan -- sebuah kesedihan yang lebih kupahami.
Aku ragu sebelum mengambil sebuah kesempatan yang aku punya untuk
tidak di tangkap dan berakhir di dalam sel penjara.

“Aku tahu ... Aku tahu kau punya semua alasan untuk menyeretku keluar dari
sini dan menangkapku. Harusnya kau melakukannya. Itulah yang memang
seharusnya kau lakukan -- apa yang juga akan ku lakukan. Tapi sebenarnnya
adalah, ini ...” aku kembali menganggukan kepalaku ke arah berkas yang
kupegang. “Sebenarnya, aku sedang mencoba melakukan apa yang
pernah kau lakukan sebelumnya. Aku sedang mencoba menyelamatkan
seseorang.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Dia diam. Dia mungkin sedang menebak siapa yang aku maksud dan
mengasumsikan kata ‘menyelamatkan’ dengan ‘membunuh’. Jika dia
mengenal siapa aku sebelumnya, dia pastilah tahu siapa mentorku
sebelumnya. Beberapa orang telah mengetahui hubungan romantisku
bersama Dimitri, tapi tentang aku yang mempedulikan Dimitri mungkin
menjadi kesimpulan yang lebih dulu muncul.

“Itu sia-sa, kau tahu,” Mikhail berkata pada akhirnya. Kali ini suranya pecah
sedikit. “Aku telah mencoba ... aku telah mencoba sangat keras untuk
menemukannya. Namun saat mereka menghilang ... saat mereka tidak ingin
ditemukan ...” dia menggelengkan kepalanya. “Tidak ada yang bisa kita
lakukan. Aku mengerti mengapa kau ingin melakukannya. Percalah padaku,
aku sungguh-sungguh memahaminya. Namun itu tidak mungkin. Kau tidak
akan pernah menemukannya jika dia tidak ingin ditemukan olehmu.”

Aku menimbang-nimbang seberapa banyak yang bisa aku katakan kepada


Mikhail -- seberapa banyak yang seharusnya kukatakan. Terpikir olehku
kemudian bahwa jika ada orang lain di dunia ini yang akan memahami apa
yang tengah aku lalui sekarang, orang itu pastilah pria ini. Lagipula, aku tidak
punya banyak pilihan disini.

“Hal itu, kurasa aku bisa menemukannya,” kataku perlahan. “Dia sedang
mencariku.”
“Apa?” alis Mikhail naik. “Bagaimana kau tahu?”
“Karena dia, um, mengirmiku surat tentang hal itu.”
Tatapan sengit pejuang tiba-tiba kembali dalam matanya. “Jika kau
mengetahuinya, jika kau bisa menemukannya ... kau harusnya meminta
bantuan untuk membunuhnya.”

Aku tersentak ketka mendengar kata terakhir itu dan kembali takut terhadap
apa yang harus kukatakan selanjutnya.

“Apa kau memepercayaiku jika kukatakan kalau ada sebuah cara untuk
menyelamatkannya?”
“Maksudmu dengan menghancurkannya.”
Aku menggelengkan kepalaku. “ Bukan ... maksudku benar-benar
menyelamatkannya. Sebuah cara untuk mengembalikannya ke
keadaannya semula.”
“Tidak,” kata Mikhail cepat. “Itu tidak mungkin.”
“Itu mungkin. Aku mengenal seseorang yang telah melakukannya -- yang
mengubah kembali seorang Strigoi.” Oke, itu adalah kebohongan kecil. Aku
sebenarnya tidak mengenal orang itu, tapi aku sedang mengikuti alur dari
seseorang yang mengetahui seseorang yang telah mengenal seseorang.

“Itu tidak mungkin,” kata Mikhail lagi. “Strigoi itu telah mati. Tidak pernah mati.
Perbedaan yang sama.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Bagaimana jika memang ada sebuah kesempatan?” kataku. Bagaimana
jika hal ini bisa dilakukan? Bagaimana jika Nona Karp -- jika Sonya -- bisa
kembali menjadi Moroi lagi? Bagaimana jika kalian bisa kembali bersama
lagi?” Ini juga berarti dia akan kembali gila, tapi hal itu adalah sebuah
masalah teknis yang bisa dipikrkan nantinya.

Rasanya seperti seabad menunggunya menjawab dan rasa pusingku


semakin membesar. Lissa tidak bisa mengkompulsi seseorang selamanya,
dan kukatakan pada Mia kalau aku akan menyelesaikan bagianku dengan
cepat. Rencana ini akan hancur jika aku tidak segera keluar. Namun,
melihatnya berusaha berhati-hati, aku bisa melihat topengnya mulai
menghilang. Selama ini, dia masih mencintai Sonya-nya.

“Jika apa yang kau katakan itu benar -- dan aku tidak mempercayainya --
maka aku akan ikut denganmu.”
Whoa, tidak. Tidak dalam rencana ini. “Kau tidak bisa ikut,” kataku cepat.
“Aku sudah punya orang.” Kebohongan kecil yang lain. “Menambah lagi
hanya akan mengacaukan rencananya. Aku tidak melakukannya sendirian,”
kataku, memotong apa saja yang mungkin bisa menjadi argumennya
selanjutnya.
“Jika kau sungguh-sungguh ingin membantuku -- benar-benar ingin
mengambil kesempatan untuk mengembalikan Sonya -- kau harus
membiarkanku pegi.”
“Tidak mungkin hal seperti itu bisa menjadi kebenaran,” ulangnya. Namun
ada keraguan dalam suaranya, dan aku memainkannya.

“Bisakah kau mengambil kesempatan?”


Keheningan lagi. Aku mulai berkeringat sekarang. Mikhail menutup matanya
sesaat dan mengambil nafas dalam. Kemudian dia bergeser dan
memberikan isyarat ke arah pintu. “Pergilah.”

Aku hampir melorot karena lega dan segera meraih tungkai pintu.
“Terima kasih. Sungguh terima kasih.”
“Aku bisa saja mendapatkan banyak masalah karena hal ini,” katanya letih.
“Aku masih tidak percaya kalau hal ini mungkin.”
“Tapi kau berharap kalau ini mungkin.” Aku tidak butuh responya untuk
mengetahui kalau aku benar. Aku membuka pintu, namun sebelum aku
melaluinya, aku berhenti sejenak dan meliriknya. Kali ini, dia tidak lagi
menyembunyikan kesedian dan rasa sakit di wajahnya.
“Jika kau serius ... jika kau ingin membantu ... ada satu hal yang bisa kau
lakukan.”

Bagian lain dari kepingan puzzle mulai tersusun sendiri untukku, jalan lain
yang mungkin bisa kami lakukan. Aku menjelaskan apa yang aku butuhkan
darinya dan terkejut mengetahui betapa cepatnya ia setuju. Aku tersadar
kalau ia benar-benar mirip aku. Kami berdua telah mengetahui ide kalau

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
mengembalikan Strigoi itu tidak mungkin .. namun kami sangat, sangat ingin
mempercayainya bisa terjadi.

Aku kembali ke atas sendirian setelah itu. Don tidak ada di mejanya dan aku
berandai-andai apa yang Mia lakukan padanya. Aku tidak menunggu untuk
mengetahuinya dan langsung keluar. Mia dan Lissa sudah menunggu
disana, berjalan bolak balik. Tidak lagi terganggu oleh rasa pusing, aku
membuka diriku ke dalam ikatan kami dan merasakan kegelisahan Lissa.

“Terima kasih Tuhan,” katanya saat melihatku. “Kami pikir kau telah
tertangkap.”

“Sebenarnya ... ceritaya panjang.” Satu hal yang tidak ingin kuungkit-ungkit.
“Aku mendapatkan apa yang kubutuhkan. Dan ... sebenarnya aku
mendapatkan keseluruhannya. Kupikir kita bisa melakukannya.”

Mia menatapku dengan pandangan masam sekaligus sedih. “Aku benar-


benar berharap bisa tahu apa yang sedang kalian lakukan.”
“Aku menggelengkan kepala saat kami bertiga berjalan pulang. “Tidak,”
jawabku. “Aku tidak yakin kalau kau perlu mengetahuinya.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

AKU MEMUTUSKAN KALAU LEBIH BAIK jika aku dan Lissa menunggu sampai
malam saat kami kembali ke kamar Lissa, membaca dokumen-dokumen itu
dengan rajin. Perasaan Lissa campur aduk saat kuceritakan tentang
pertemuanku dengan Mikhail --- yang tidak kuceritakan pada Mia. Reaksi
Lissa pada awalnya adalah kaget, tapi ada hal lain juga. Ketakutan
terhadap masalah yang bisa kudapatkan. Sedikit kehangatan romantis
terhadap apa yang aku dan Mikhail lakukan dengan penuh kerelaan untuk
orang yang kami cintai. Bertanya-tanya apakah dirinya -- Lissa -- akan
melakukan hal yang sama jika Christian berada di dalam situasi yang sama.

Secara instan dia memutuskan kalau dia bisa melakukannya; cintanya pada
Christian masih begitu kuat. Kemudian dia mengatakan pada dirinya sendiri
kalau dia sebenarnya sudah tidak peduli lagi tentang Christian, yang kurasa
menyebalkan untuk kudengarkan sekarang jika aku tidak sedang pusing.

“Ada apa?” tanyanya.

Aku menghela nafas dengan cemas tanpa sadar saat aku membaca
pikiran Lissa. Tidak ingin ia tahu kalau aku baru saja membaca pikirannya,
aku menunjuk ke arah kertas-kertas yang berhamburan di atas tempat
tidurnya. “Hanya mencoba membuat semua ini masuk akal.” Pernyataan
yang tidak terlalu jauh dari kenyataan.

Bentuk penjaranya rumit. Tiap sel terdiri dari dua lantai dan kecil -- hanya
satu narapidana dalam satu sel. Kertas-kertas itu tidak menjelaskan
mengapa, namun alasannya jelas sangat terlihat. Hal ini sejalan dengan apa
yang telah dikatakan Abe tentang menjaga para penjahat agar tidak
berubah menjadi Strigoi. Jika aku terkunci di dalam penjara selama
bertahun-tahun, aku bisa memahami godaan untuk menghancurkan dan
membunuh teman sekamarku untuk menjadi Strigoi dan kabur. Sel nya juga
di letakkan dia pusat bangunan, dikeliling oleh para pengawal, ruang-runag
kantor, “ruang-ruang latihan”, sebuah dapur, dan sebuah ruang makan -
ruang khusus untuk mengigit para sukarelawan. Dokumen-dokumen itu
menjelaskan perputaran para pengawal, begitupula dengan jadwal maka
para tahanan. Kelihatannya, para tahanan itu di kawal ke tempat
sukarelawan bergiliran, dengan pengawalan ketat, dan hanya dizinkan
untuk mengisap sedikit darah. Lagi-lagi semuanya dibuat untuk menjaga
agar para tahanan tetap lemah dan mencegah mereka untuk berubah
menjadi Strigoi.

Semua itu adalah informasi yang bagus, namun aku tidak memiliki alasan
kuat untuk percaya bahwa semua informasi itu adalah informasi terkini,

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
mengingat dokumen-dokumen ini sudah berusia lima tahun. Dan sepertinya
sekarang penjara telah memiliki berbagai peralatan pengaman baru di
tempat tersebut. Kemungkinan satu-satunya hal yang bisa kami yakini tetap
sama adalah lokasi penjara dan latar belakang bangunan.
“Seberapa yakin perasaan mu tetang keahlian pembuatan- jimatmu?”
tanyaku pada Lissa.

Meskipun dia belum mampu untuk meletakkan banyak roh penyembuh ke


dalam cicinku seperti yang dilakukan oleh wanita yang ku kenal bernama
Oksana, aku telah menyadari kalau kegelapan dalam diriku menjadi sedikit
tenang. Lissa membuatkan sebuah cincin untuk Adrian juga, meskipun aku
tidak yakin apakan benda itu membantunya untuk mengontrol sifat
buruknya kahir-akhir ini -- sifat buruk uang biasanya muncul setelah
mengendalikan roh. Dia mengangkat bahu dan berguling dengan
punggungnya. Keletihan memenuhi dirinya, namun dia sedang mencoba
untuk tetap bangun demi diriku.

“Lebih baik. Kuharap aku bisa bertemu Oksana.”


“Mungkin suatu hari,” kataku samar-samar. Aku tidak yakin Oksana mau
meninggalkanSiberia. Dia kabur dengan pengawalnya dan ingin tetap tidak
diketemukan. Selain itu, aku tidak ingin Lissa segera pergi kesana setelah
siksaan yang kudapatkan.

“Pernahkah kau mencoba untuk meletakkan sesuatu selain penyembuhan?”


sesaat kemudian, aku menjawan sendiri pertanyaanku. “Oh, benar.
Sendoknya!”

Lissa meringis, namun ringisannya berubuah menjadi kuap. “Aku tidak yakin
kalau benda itu benar-benar bekerja.”
“Hmm.”
“Hmm?”
Aku melirik lahi cetak biru. “Aku sedang berpikir jika kau bisa membuat
beberapa jimat kompulsi lagi, benda tersebut akan sangat membantu
dalam hal n. Kita perlu membuat orang-orang melihat apa yang kita ingin
mereka lihat.” Tentu saja jika Victor -- yang memiliki kekuatan kompulsi yang
berada entah dimana dekat dengannya -- telah membuat sebuah jimat
gairah, Lissa bisa melakukan apa yang aku perlukan. Lissa hanya perlu
banyak berlatih. Dia memahami prinsip dasarnya namun terhalang saat
membuat efek yang ia nginkan terakhir kalo. Satu-satunya masalah adalah
memintanya untuk melakukan hal ini, aku sedang membuatnya agar
menggunakan roh lebih banyak lagi.

Meskipun efek sampingnya tidak muncul saat itu juga, mereka bisa saja
datang menghantui masa depannya. Lissa meliriku dengan penasaran,
namun saat aku melihat ia menguap lagi, aku mengatakan padanya untuk
tidak usah mengkhawatirkan hal ini. Aku akan menjelaskannya besok. Dia
tidak menolak, dan setelah sebuah pelukan cepat, kami beristirahat di kasur

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
kami masing-masing. Kami tidak akan mendapatkan tidur yang cukp, tapi
kami harus mendapatkan apa yang kami bisa dapatkan. Besok adalah hari
besar.

Aku pernah memakai pakaian resmi pengawal berwarna hitam-putih saat


aku pergi ke pengadilan Victor. Dalan situasi normal pengawal, kami
mengenakan pakaian kasual biasa. Namun untuk acara mewah, mereka
menginginkan kami terlihat segar dan profesional. Pagi hari setelah istirahat,
aku menggunakan cita rasa fashion pengawalku untuk pertama kalinya.

Aku mengenakan pakaian saat pengadilan Victor namun dengan pakaian


resmi pengawal, dijahit sesuai dengan ukuranku: celana panjang lurus
berwarna hitam, blus putih dengan kancing hingga leher, dan jaket gaun
hitam yang muat dengan sangat sempurna ditubuhku. Pakaian ini jelas
bukan bermaksud untuk terlihat seksi, tapi caranya memeluk perut dan
pinggangku membuat tubuhku terlihat bagus sekali. Aku merasa puas
melihat pantulan diriku sendiri di cermin, dan setelah berpikir selama
beberapa menit, aku mengikat rambutku dengan kepang tinggi ke atas
sehingga menunjukkan tanda molinjaku. Kulitnya masih terlihat merah,
namun paling tidak perbannya sudah tidak ada lagi. Aku terlihat sangat ...
profesional. Aku seolah mengingatkan diriku pada Sydney. Dia seorang
Alkemis -- manusia yang bekerjasama dengan Moroi dan dhampir untuk
menyembunyikan vampir dari dunia. Dengan cita rasa sempurnanya
terhadap fashion, dia selalu terlihat siap untuk pertemuan bisnis. Aku selalu
ingin mengiriminya sebuah koper untuk natal. Jika hari-hari tersebut adalah
waktuku untuk berlagak, hari ini adalah harinya. Setelah ujian dan kelulusan,
ini adalah langkah terbesar berikutnya untuk menjadi seorang pengawal.
Hari ini adalah jamuan makan siang yang dihadiri oleh semua lulusan baru,
para Moroi yang memenuhi syarat untuk memiliki pengawal baru juga
datang, berharap untuk mengambil para kandidat.

Nilai kami dari sekolah dan ujian akan menjadi pengetahuan umum dari
sekarang, dan ini adalah kesempatan untuk para Moroi bertemu dengan
kami dan menawar siapa yang mereka inginkan untuk mengawal mereka.
Alaminya, kebanyakn para tamu adalah para bangsawan, namun
beberapa Moroi penting juga memiliki kualifikasi untuk ikut.

Aku tidak memiliki minat untuk menunjukkan kemampuanku dan di tawar


oleh keluarga kaya. Lissa adalah satu-satunya yang ingin kujaga. Namun,
aku tetap harus membuat kesan yang baik. Aku perlu membuat hal ini jelas
bahwa aku adalah orang yang tepat untuk ada bersama Lissa.

Lissa dan aku berjalan berkeliling ruang pesta bersama. Ini adalah satu-
satunya tempat yang cukup besar untuk menampung kami semua,
mengingat lebih dari lulusan St. Vladimir yang hadir, semua sekolah di
Amerika telah mengirim lulusan mereka yang baru, dan untuk sesaat, aku
menemukan lautan hitam dan putih yang memusingkan kepalaku. Sedikit

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
warna -- para bangsawan yang mengenakan pakaian terbaik mereka --
menghidupkan sedikit kanvasnya. Di sekitar kami, lukisan dinding dengan cat
air berwarna lembut membuat dinding terlihat bersinar.

Lissa tidak mengenakan gaun pesta atau apapun, namun dia terlihat
sangat anggun dengan gaun pas badan yang terbuat dari sutra. Para
bangsawan bergaul dengan dorongan sosial yang dibesarkan bersama
mereka, namun teman-temanku bergerak dengan sangat tidak nyaman.
Tidak seorang pun terlihat keberatan. Bukanlah pekerjaan kami untuk
mencari yang lain; kami yang akan didekati. Semua lulusan mengenakan
label nama -- di ukir di bahan logam. Tidak ada stiker HELO, NAMAKU
ADALAH ... disini. Label tersebut membuat kami dikenali sehingga para
bangsawan dapat datang menghampiri kami dan melakukan negosiasi. Aku
tidak mengharapkan seseorang kecuali temanku untuk berbicara padaku,
jadi Lissa dan aku berjalan ke arah lemari dan kemudian diam di sudut
ruangan untuk menguyah cemilan dan caviar kami. Sebenarnya, Lissa yang
memakan caviar. Benda itu terlalu mengingatkanku pada Rusia.

Adrian, tentu saja, yang melihat kami untuk pertama kalinya. Aku
menyeringai ke arahnya.
“Apa yang kau lakukan disini? Aku tahu kau tidak memenuhi syarat untuk
seorang pengawal.”
Tanpa rencana konkrit untuk masa depannya, dapat diasumsikan kalau
Adrian akan tinggal di istana. Dan dalam hal sepert itu, dia tidak
memerlukan proteksi luar -- meskipun dia jelas memiliki kualifikasi jika dia
memilih untuk pergi ke dunia luar.

“Itu benar, tapi aku sulit untuk tidak menghadiri sebuah pesta,” katanya. Dia
memegang segelas sampanye di tangannya dan aku bertanya-tanya
apakag efek dari cincin yang diberkan Lissa tidak ia pakai. Tentu saja, minum
sekali-sekali bukanlah akhir dari dunia, dan janji saat lamaran sebelum
berkencan tidak termasuk hal itu. Isinya lebih banyak tentang rokok yang
aku ingin ia jauhi.

“Apakah kau sudah ditemui oleh lusinan orang-orang yang berharap


padamu?”
Aku menggelengkan kepalaku. “Siapa yang menginginkan Rose Hathway
yang ugak-ugalan? Orang yang putus sekolah tanpa peringatan untuk
melakukan apa yang ia inginkan?”
“Banyak,” katanya. “Aku yakin banyak. Kau menang di pertarungan, dan
ingat -- semua orang berpikir kalau kau pergi untuk jalan-jalan melakukan
perburuan Strigoi. Beberapa mungkin berpikir kalau ini sesuai dengan
karakter gilamu.”

“Dia benarm” sebuah suara tiba-tiba berkata. Aku menatap asal suara itu
dan melihat Tasha Ozera berdiri didekat kamii, sebuah senyuman kecil di
wajahnya yang memilki bekas luka. Bukannya berpikir kalau luka tersebut

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
membuatnya terlihat jelek, aku malah menganggap kalau dia terlihat cantik
hari ini -- lebih bangsawan dari yang pernah kulihat didirinya. Rambut hitam
panjangnya berkilau dan dia mengenakan rok biru laut dan atasan terbuka
berenda. Dia bahkan mengenakan sepatu berhak tinggi dan perhiaan --
sesuatu yang aku yakin belum pernah kulihat ia pakai sebelumnya.

Aku bahagia melihatnya; aku tidak tahu kalau dia datang ke istana. Pikiran
yang aneh menyerangku.

“Apakah mereka sudah mengizinkanmu untuk memiliki seorang pengawal?”


Para bangsawan memiliki banyak cara yang tenang, cara sopan untuk
menghindari orang -orang yang dianggap tidak hormat. Dalam kasus Ozera,
jatah pengawal mereka telah dihentikan sebagai bagian hukuman untuk
apa yang telah orang tua Christian lakukan. Hal tersebut sungguh-sungguh
tidak adil. Para keluarga Ozera layak untuk mendapatkan hak yang sama
seperti keluarga bangsawan yang lain.

Dia mengangguk. “Kupikir mereka berharap kalau hal ini akan membuatlu
diam tenyang Moroi yang bertarung bersama para dhampir. Sejenis
sogokan.”
“Kau tidak akan menyerah untuk hal itu, aku yakin.”
“Tidak. Hal ini hanya memberiku seseorang untuk berlatih.” Senyumnya
menghilang dan dia menatap tak pasti diantara kami. “Aku harap kau tidak
akan merasa terganggu ... tapi aku ingin memintamu untuk menjadi
pengawalku, Rose.:

Lissa dan aku bertukar pandangan kaget.


“Oh.” Aku tidak tahu apa yang bisa aku ucapkan.
“Aku berharap mereka akan mengizikanmu bersama Lissa,” Tasha segera
menambahkan, jelas merasa tidak enak. “Tapi sang ratu terlihat sangat keras
terhadap pilihannya sendiri. Jika hal itu terjadi ...”
“Tidak apa-apa,” kataku. “Jika aku tidak bisa bersama Lissa, makan aku pasti
akan memilih bersamamu.” Ucapanku sungguh-sungguh. Aku menginginkan
lissa lebih dari siapapun di dunia ini, namun jika mereka memisahkan kami,
maka aku jelas akan memilih Tasha daripada bangsawan angkuh lain. Tentu
saja, aku sangat yakin kalau penugasanku bersamanya akan menjadi pilihan
seburuk penugasanku bersama Lissa. Mereka yang marah padaku karena
melarikan diri akan melakukan apa yang mereka bisa untuk meletakkanku
pada situasi yang tidak menyenangkan sebisa mungkin. Dan meskipun dia
sudah dijanjikan seorang pengawal, aku punya firasat kalau pilihan Tasha
tidak akan menjadi prioritas tertinggi. Masa depanku masih menjadi tanda
tanya besar.

“Hey,” seru Adrian, kesal karena aku tidak menyebutkan namanya sebagai
pilihan keduaku.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Aku menggelengkan kepalaku padanya. “Kau tahu mereka akan
menugaskanku dengan seorang wanita. Lagi pula, kau harys melakukan
sesuatu dengan hidup mu untuk mendpatkan seorang pengawal.” Aku
bermaksud bercanda, namun sebuah rengutan membuatku berpikir, aku
mungkin telag menyakiti perasaanya. Sementara itu, Tasha terlihat lega.

“Aku senang kau tidak keberatan. Sebelum hal itu terjadi, aku akan
melakukan yang aku bisa untuk menolong kalian berdua.” Dia memutar
matanya. “Opiniku tidak banyak membantu.”

Berbagi perasaan kuatir dengan Tasha karena masalah penugasan terlihat


sia-sia. Daripada hal itu, aku ingin berterima kasih padanya untuk
tawarannya, namun kami kedatangan pengunjung baru. Daniella Ivashkov.

“Adrian,” dia berucap dengan lembut, seubah senyuman kecil di wajahnya,


“kau tidak bisa menyimpan Rose dan Vasilisa sekaligus untuk dirimu.” Dia
berbalik ke arah Lissa dan aku. “Sang ratu ingin bertemu kalian berdua.”

Menyenangkan. Kami berdiri, namun Adrian memilih untuk duduk, tidak


memiliki keinginan untuk mengunjungi bibinya. Tasha pun sepertinya tidak
ingin bergabung dengan kami. Melihat Tasha, Daniella menganggu sopan
dan kaku. “Nyonya Ozera.” Kemudian daniella berjalan menjauh,
mengganggap kami mengikutinya. Aku menemukan ironi saat Daniella
terlihat ikhlas menerimaku namun masih menyimpan prasangka menyisihkan
Ozera. Kurasa kebaikannya hanya pergi terlalu jauh.

Namun Tasha telah tumbuh dengan daya tahan yang kuat dari sikap
tersebut. “Selamat bersenang-senang,” katanya. Dia berbalik menatap
Adrian. “Sampanye lagi?”

“Nyonya Ozera,” katanya hormat, “kau dan aku adalah dua akal dengan
satu pemikiran.”

Aku ragu sebelum mengikuti Lissa untuk bertemu Tatiana. Aku terfokus pada
penamplan anggun Tasha namun hanya tertarik pada sesuatu. “ Itu semua
adalah perhiasan perakmu?” tanyaku.

Dia tanpa sadar menyentuh kalung oval yang melingkari lehernya. Jarinya
dihiasi dengan tiga cincin.
“Ya,” jawabnya bingung. “Kenapa?”
“Ini mungkin terdengar aneh ... well, mungkin tidak bisa dibandingkan
dengan keanehanku biasanya. Tapi bisakah kami, um, meminjam semua itu?”
Lissa menatapku dan tibatiba menebak apa maksudku. Kami memerlukan
lebih banyak jimat dan haruslah terbuat dari perak. Tasha menaikan alisnya,
tapi sama seperti banyak temanku, dia memiliki kemampuan mengagumkan
untuk setuju dengan ide yang aneh.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Tentu,” jawabnya. “Tapi bisakan aku memberikannya padamu nanti? Aku
tiidak ingin mencopot semua perhiasanku di tengah-tengah pesta .”
“Todak masalah.”
“Aku akan mengirimkannya ke kamarmu.”
Setelah hal itu beres, Lissa dan aku berjalan ke tempat dimana Tatiana
dikelilingin oleh para pengagum dan mereka yang ingin mencari muka.
Daniella pastinya salah dengan mengatakan kalau Tatiana ingin melihat
kami berdua. Ingatan saat dia meneriaki tentang Adrian masih membara di
kepalaku, dan makan malam di kediaman Ivashkovs tidak bisa
membodohiku untuk berpikir kalau sang ratu dan aku mendadak menjadi
sahabat.

Namun, herannya, saat ia menatap aku dan Lissa, dia tersenyum. “Vasilissa.
Dan Rosemarie.” Dia memberi isyarat agar kami mendekat, dan grup yang
mengelilinginya bubar. Aku mendekatinya bersama Lissa, langkahku kaku.
Apakah aku akan diteriaki di depan semua orang ini?

Sepertinya tidak. Selalu ada bangsawan baru untuk ditemui, dan Tatiana
memperkenalkan Lissa untuk pertamakalinya pada mereka. Setiap orang
penasaran terhadap putri Dragomir. Aku pun diperkenalkan juga, meskipun
sang ratu tidak menggunakan kebiasaannya untuk mendendangkan
kekagumannya seperti yang ia lakukan terhadap Lissa. Namun masih saja,
menjadi orang yang diakui terasa menyenangkan.

“Vasilissa,” kata Tatiana, setelah basa-basinya selesa, “Aku sedang berpikir


kalau kau harusnya segera mengunjungi Lehigh. Pengaturan perjanjian
kunjunganmu telah dibuat, oh, mungkinselama satu setengah minggu. Kami
pikir itu merupakan perlakukan yang bagus sebagai hadiah ulang tahunmu.
Serena dan Grant akan ikut bersamamu, dan aku mungkin akan mengirim
beberapa orang lagi.” Serena dan Grant adalah pengawal yang
mengantikan Dimitri dan aku sebagai pelindung Lissa di masa depan. Tentu
saja mereka akan pergi bersamanya. Kemudian, Tatiana mengucapakn hal
yang paling mengaggetkan dari semua hal. “ Dan kau bisa pergi juga jka
kau mau, Rose. Vasilisa tidak bisa merayakannya tanpamu.”

Lissa merasa melayang. Universitas Lehigh. Iming-iming yang membuat ia


mau menerima untuk tinggal di istana. Lissa memohon untuk mendapatkan
pengetahuan sebanyak yang bisa ia dapatkan, dan sang ratu
memberikannya kesempatan untuk mendapatkannya. Kemungkinan untuk
dikunjungi sungguh membuatnya dipenuhi hasrat dan kegembiraan --
khususnya jika dia bisa merayakan ulang tahun kedelapanbelasnya
bersamaku disana. Hal itu cukup untuk membuatnya melupakan Victor dan
Christia, yang artinya sesuatu.

“Terima kasih, yang mulia. Hal itu sangat bagus.”


Aku tahu ada kemungkinan kuat, kalau kami -- tidak mungkin kemana-
mana dalam jadwal kunjungan ini -- tidak jika rencanaku untuk Victor

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
berkerja. Namun aku tidak ingin mengacaukan kebahagiaan Lissa -- dan
aku jugaa tidak mungkin menyebut-nyebut hal itu di tengah keramaian
bangsawan seperti ini. Aku pun seperti membeku setelah mengetahui aku
juga diundang. Setelah menyampaikan undangan tersebut, sang ratu idak
berbicara apa-apa lagi padaku dan melanjutkan pembicaraannya dengan
yang lain disekitarnya. Namun, dia terlihat puas -- untuk nya, paling tidak --
saat menyebutkan namaku, sama seperti yang ia lakukan di kediaman
ivashkov. Tidak terasa seperti keramahan seorang sahabat tapi jelas bukan
perempuan jalang yang gila. Mungkin Daniella benar.

Semakin banyak bangsawaan yang ikut-ikutan saat setiap orang mulai


berbicara dan mencoba menarik perhatian sang ratu, dan hal ini
menjelaskan bahwa aku tidak lagi diperlukan. Melirik ke sekitar ruangan, aku
menemuka seseorang yang kuperlukan utnuk bicara dan tanpa perlawanan
memisahkan diriku sendiri dari group, menyadari kalau Lissa bisa menjaga
dirinya sendiri.

“Eddie,” panggilku, mencapaisisi alin dari ruangan ini. “Sendiri akhirnya.”


Eddie Castile, teman lamaku, menyeringai saat ia melihatku. Dia juga
seorang dhampir, tingg dengan wajah tirus yang manis, kelaki-lakian
terpancar dari wajahnya. Dia telah mengecat rambut hitamnya menjadi
pirang-pucat sebagai perubahannya. Lissa pernah berharap aku dan Eddi
berkencan, namu aku dan Eddie hanyalah teman.

Sahabatnya adalah Mason, cowok manis yang tergila-gila padaku dan


yang telah dibunuh oleh Strigoi. Setelah kematiannya, Eddie dan aku telah
menambahkan sikap saling melindungi satu sama lain. Dia kemudian pernah
diculik saat penyerangan di St. Vladimir dan pengalamnnya membuatnya
menjadi pengawal yang serius dan tegas -- terkadang menjadi sangat serius.
Aku ingin dia mendapatkan kesenangan dan aku bahagia melihat kilatan
kebahagiaan di mata hijaunya sekarang.

“Kurasa setiap bangsawan di ruangan inti telah mencoba menyogok mu,”


godaku. Itu tidak sepenuhnya gurauan. Aku telah memperhatikannya
selama pesta, dan selalu ada seseorang bersamanya. Catatannya telah
mendapatkan bintang. Bertahan hidup daru kejadian yang mengerikan
dalam hiduonya yang mungkin menakutinya, namun semua itu terlihat
dalam kemampuannya. Dia memiliki nilai yang tinggi dan skor yang sangat
baik dalam ujan. Dan yang paling penting, dia tidak memiliki reputasi yang
menyimpang. Dia adalah tangkapan yang bagus.

“Yah sepertinya begitu.” Dia tertawa. “Aku benar-benar tidak menyangka.”


“Kau sangat rendah hati. Kau itu adalah hal terpanas di ruangn ini.”
“Tidak jika dibandingkan denganmu.”
“Ya. Dari sejumlah orang yang berbaris berbicara padaku. Setahuku, hanya
Tasha Ozera yang menginginkanku. Dan Lissa, tentu saja.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
Garis kerutan saat ia berpikir terpampang di wajah Eddie. “Bisa jadi lebih
buruk.”
“Ini akan menjadi lebih buruk. Tidak mungkin sepertinya aku bersama
dengan salah satu dari mereka.”

Kami terdiam, dan rasa pusing mendadak memenuhiku. Aku datang untuk
meminta bantuan Eddie, dan ini tidak lagi terdengar sebagai ide yang
bagus. Eddie sedang berada di batas karis yang ersinar. Dia adalah teman
yang setia, dan aku yakin dia akan menolongku sesuai dengan apa yang
aku butuhkan ... namun mendadak aku tdak ingin memintanya menolongku.
Namun seperti Mia,Eddie adalah seorang pengintai.

“Ada apa, Rose?” Suaranya berubah kuatir -- sifat alami protektifnya muncul.

Aku menggelengkan kepalu. Aku tidak bisa melakukannya. “Tidak apa-apa.”


“Rose,” katanya memperingatkan.
Aku membuang muka, tidak bisa menatap matanya. “Ini tidak penting.
Sungguh.” Aku akan menemukan jalan lain, orang lain.

Yang mengagetkanku, dia meraih untuk menyentuh daguku dan


mengangkat kepalaku agar kembali menatapnya. Tatapannya
memerangkapku, tidak mengizinkanku untuk kabur.
“Apa yang kau butuhkan?”
Aku menatapnya lama. Aku sangat egois, mengambl risiko dari kehidupan
dan reputasi teman yang aku pedulikan. Jika Christian dan Lissa tidak
sedang bertengkar, aku akan meminta bantuannya juga. Namun Eddie
adalah yang tersisa untukku.

“Aku membutuhkan sesuatu ... sesuatu yang cukup ekstrim.”


Wajahnya masih terlihat serius, namun bibirnya telah berubah menjadi
senyum yang masam.
“Apapun yang kau lakukan selalu ekstrim, Rose.”
“Tidak kalin. Ini ... sebenarnya, adalah hal yang bis saja menghancurkan
segalanya untukmu. Kau bisa tertimpa masalah. Aku tidak bisa
melakukannya untukmu.”
Senyum separuh itu menghilang. “Tidak apa-apa,” katanya hangat. :Jika kau
membutuhkanku, aku akan melakukannya. Apapun hal itu.”
“Kau tidak tahu tenatng apa ini.”
“Aku mempercayaimu.”
“Ini ilegal. Bahkan termasuk pengkhianatan.” Kata-kata itu membuatnya
ragu sebentar, namun dia kembali nampak yakin. “Apapun yang kau
inginkan. Aku tidak peduli. Aku akan mendukungmu.” Aku sudah
menyelamatkan nyawa Eddie dua kali, dan aku tahu kalau dia sungguh-
sungguh dengan ucapannya. Dia merasa berhutang padaku. Dia akan
pergi kemanapun aku minta, bukan karena percintaan romantis, tapi karena
persahabatan dan kesetiaan.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Ini pelanggaran,” aku mengulangi. “Kau harus sembunyi-sembunyi keluar
dari istana ... malam ini. Dan aku tidak tahu kapan kita akan kembali.”
Sunggu sangan mungkin kalau kami tidak akan kembali. Jika kami
menerobos masuk dengan penjagaan penjara ... sebenarnya, mereka
mungkin akan melakukan ukuran kematian untuk melaksanakan tugas
mereka. Itulah untuk kam semua dilatih. Tapi aku tidak bisa menimpakan
semua rencana penerobosan ini dengan hanya mengandalkan kompulsi
Lissa. Aku perlu petarung lain yang akan mendukungku.

“Cukup katakan padaku kapan waktunya.”


Dan itulah yang membuat ini terjadi. Aku tidak mengatakan padanya
keseluruhan detil rencana kami, tapi aku memberinya lokasi tempat kami
berkumpul nanti malam dan mengatakan padanya untuk membawa apa
saja yang diperlukan. Dia tidak pernah bertanya padaku. Dia berkata kalau
dia akan ada disana.

Bangsawan baru datang untuk berbicara dengannya setelah itu, dan


kemudian aku meninggalkannya, mengert bahwa a akan datang nanti, Ini
sulit tapi aku mendorong keluar perasaan bersalahku yang mungkin akan
membahayakan seluruh masa depannya.

Eddie datang persis seperti apa yang ia janjikan, saat rencanaku terkuak
kemudian malam ini. Lissa juga datang. Lagi, malam berarti ‘siang hari bagi
masyarakat awam’. Aku merasakan rasa pusing yang sama saat kami diam-
diam keluar bersama Mia. Sinar matahari membuat semua hal bercahaya,
namun sebagian besar orang telah tidur. Lissa, Eddie, dan aku masih
bergerak melalui lapangan istana setersembunyi yang kami bisa, bertemu
dengan Mikhail sebagai bagian tambahan yang bertugas membawa
segala jenis alat-alat garasi. Garasi itu merupakan bangunan besi besar
yang terlihat seperti bangunan industri dipinggiran istana, dan tidak ada
orang lain yang terlihat keluar.

Kami masuk ke dalam garasi yang telah diindikasikan Mikhail malam kemarin,
dan aku lega karena tidak menemukan satu orang pun disana. Dia
memandang kami bertiga, terlihat kaget dengan “tim penyerangku,’ namun
dia tidak bertanya dan tidak membuat usaha lebih lanjut untuk bergabung
bersama kami. Lebih banyak perasaan bersalah merasukiku. Adalagi orang
yang telah membahayakan masa depannya untukku.

“Akan menjadi cukup sempit dan berimpitan.” Gumamnya.


Aku memaksakan diri untuk tersenyum. “Kita semua teman disini.”
Mikhail tidak tertawa terhadap candaanku namun langsung membuka peti
berisikan Dodge Charger hitam. Dia tidak bercanda dengan ungkapan
cukup sempit dan berimpitan. Ini adalah benda terbaru yang lebih kecil.
Model yang terdahulu lebih besar, namun para pengawal hanya
menyimpan benda terbaik untuk dibawa.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Saat kita sudah cukup jauh, aku akan menariknya dan membiarkan kalian
keluar,” katanya.
“Kami akan baik-baik saja,” aku meyakinkannya. “Ayo kita lakukan.”

Lissa, Eddia, dam aku merangkak ke dalam peti itu. “Oh Tuhan,” Lissa
bergumam, “Aku berharap tidak ada yang mendertita clautrophobia disini.”

Rasanya seperti permainan buruk dari arena Twister. Peti itu cukup besar
untuk beberapa barang bawaan tapi tidak untuk tiga orang. Kami terjepit
bersamam dan ruang pribadi tidak ada. Kami semua sangat dekat.

Puas melihat kami semua meringkuk, Mikhail menutup petinya dan


kegelapan menelan kami. Mesin berbunyi beberapa menit kemudian, dan
aku merasakan mobilnya bergerak.

“Menurutmu berapa lama sampai kita berhenti?” tanya Lssa. “Atau mati
karena keracunan Karbon Monoksida?”
“Kita bahkan belum keluar dari istana,” catatku. Dia mendesah.

Mobil melaju, dan tidak lama setelah itu kamipun berhenti.


Mikhlai partinya sudah sampai di pintu gerbang dan berbicara dengan
pengawal. Sebelumnya dia pernah berkata padaku kalau dia harus memiliki
beberapa alasan atau untuk menjalankan tugas lainnya, dan kami tidak
memili alasan untuk mempercayai kalau para pengawal akan menanyainya
atau mencari mobilnya. Istana tidak pedul dengan orang-orang yang
sembunyi-sembunyi keluar, seperti yang terjadi pada sekolah kami.
Perhatian terbesar adalah ketika ada orang-orang yang masuk. Satu
menittelah lewat, dan aku merasa tidak nyaman menduga kalau ada
masalah yang terjadi. Kemudian mobil bergerak lagi, dan kami bertiga
menarik nafas lega. Kami melaju dengan kecepatan tinggi dan setelah aku
menduga kalau kami sudah melalu satu mil atau lebi, mobilnya menepi dan
berhenti. Petinya terbuka, dan kami bertumpahan keluar dari peti itu. Aku
tidak pernah merasa bersyukur untuk udara yang segar. Aku duduk di kursi
penumpang di samping Mikhail, Lissa dan Eddie duduk di belakang. Setelah
kami tenang, Mikhail kembali menyetir tanpa sepatah kata pu.

Aku mengizinkan diriku sendiri beberapa kali untuk mereasa bersalah


terhadap orang-orang yang terlibat namun kemudian kubiarkan perasaan
bersalah itu lewat. Sudah sangat terlambat untuk khawatir sekarang. Aku
juga membiarkan persaan bersalahku terhadap Adrian. Dia akan menjadi
sekutu yang baik, tapi aku sulit untuk meminta pertolongnannya dalam hal
ini. Dan dengan semua hal itu, aku menenangkan diri dan mengubah
pikiranku ke pekerjaan yang akan kami lakukan. Perlu waktu sekitar satu jam
untuk mencapai bandara dan dar sana kami bertiga terbang ke Alaska.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com

“KAU TAHU APA YANG KAMI BUTUHKAN?”


Aku sedang duduk diantara Eddie dan Lissa, dalam penerbangan kami dari
Seattle ke Fairbanks. Sebagai pemilik tubuh yang paling pendek – sedikitnya
– dan otak dari rencana ini, aku terjebak di kursi tengah.

“Rencana baru?” tanya Lissa.


“Sebuah keajaiban?” tanya Eddie.
Aku termenung dan memelototi mereka berdua sebelum merespon. Sejak
kapan mereka berdua jadi komedian disini? “Tidak. Barang. Kita perlu
perangkat keren jika kita ingin melepaskan ini.” Aku mengetuk-ngetuk cetak
biru penjara yang selalu ada di pangkuanku hampir disetiap perjalan kami
selama ini. Mikhail telah mengantar kami ke bandara kecil yang satu jam jam
jauhnya dari Istana. Kami menaiki penerbangan cepat dan berputar-putar
dari sana ke Philadelphia, dan kemudian lanjut ke Seattle dan sekarang ke
Fairbanks. Hal ini mengingatkanku tetang sedikit penerbangan gila yang
kualami dari Siberia kembali ke Amerika. Perjalanan itu juga transit di Seattle.
Aku mulai mempercayai bahwa kota tersebut merupakan pintu masuk
untuk mengaburkan keberadaan suatu tempat.
“Kupikir satu-satunya alat yang kita perlukan adalah akal kita,” Eddie
termenung. Dia bisa jadi serius dengan pekerjaan sebagai pengawalnya
sepanjang waktu, namun dia juga bisa mengaktifkan rasa humornya yang
renyah di saat santai. Bukan saja ia benar-benar merasa nyaman dengan
misi disini, sekarang dia jadi lebih banyak tahu (tapi tidak semua) detil dari
rencana ini. Aku tahu dia akan kembali siaga saat kami mendarat. Dapat
dimengerti ketika ia kaget saat aku mengatakan kalau kami akan
membebaskan Victor Dashkov. Aku tidak mengatakan pada Eddie apapun
tentang Dimitri atau roh, hanya membuat Victor muncul dan memainkan
peranan yang lebih baik. Kepercayaan Eddie padaku sangat tersirat
sehingga ia mempercayai kata-kataku dan tidak mengejar keterangan lebih
jauh. Aku tidak tahu bagaimana reaksinya seandainya dia mempelajari
kebenarannya.

“Pada akhirnya, kita akan memerlukan sebuah GPS,” kataku. “Hanya ada
garis lintang dan bujur disini. Tidak ada petunjuk yang sesungguhnya.”
“Harusnya tidak sulit,” kata Lissa, mengubah sebuah gelang terus dan terus di
tangannya. Dia membuka bakinya dan menyebarkan perhiasan Tasha di
atasnya.
“Bahkan Alaska memiliki teknologi yang lebih canggih, aku yakin itu.” Lissa
juga berubah menjadi lebih lucu, bahkan dengan perasaan gelisah yang
terpancar melalui ikatan kami.
Perasaan nyaman Eddie mulai sedikit memudar. “Kuharap kau tidak berpikir
tentang senjata atau sesuatu yang serupa.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Tidak. Tentu saja tidak. Jika benda ini bekerja seperti yang kita inginkan,
tidak ada satupun yang akan tahu kalau kita disana.” Konfrontasi secara fisik
pasti ada, tapi aku berharap bisa meminimalisasi luka serius.

Lissa menarik nafas dan menyerahkan gelang itu. Dia khawatir karena
sebagian besar rencana ku bergantung pada jimatnya – secara harfiah dan
metafora. “Aku tidak tahu apakah ini akan bekerja, tapi benda ini mungkin
akan memberikanmu daya tahan lebih.”

Aku mengambil gelang itu dan memasangnya di pergelangan tanganku.


Aku tidak merasakan apa pun, namun aku hanya jarang menggunakan
objek jimat.

Aku meninggalkan Adrian sebuah catatan yang mengatakan kalau aku


dan Lissa ingin kabur dengan alasan kalau kami sedang menuju ‘pintu
gerbang wanita’ sebelum tugasku dan kunjungan kuliah Lissa. Aku tahu dia
akan tersakiti. Sudut pandang wanita bisa membawa begitu banyak beban
berat, namun dia akan merasa terluka karena tidak diundang dalam
perjalanan menegangkan ini – jika dia benar-benar percaya kalau kami
memang melakukannya. Dia mungkin memahami diriku dengan baik
dengan menebak bahwa kebanyakan aksiku memiliki motif tersembunyi.
Aku berharap kalau dia akan menyebarkan cerita kepada para pegawai
istana saat ketidakhadiran kami sudah terdeteksi. Kami tetap akan
mendapatkan masalah, namun cerita tentang akhir minggu yang liar lebih
baik dari pada cerita tentang membatu seseorang kabur dari penjara. Dan
sejujurnya, bagaimana bisa hal-hal menjadi semakin buruk untukku? Satu
kelemahanku disini adalah kalau Adrian masih bisa mengunjungi mimpi-
mimpiku dan memeriksa tampilanku dalam mimpi itu untuk mengetahui apa
yang sebenarnya sedang terjadi. Itu adalah salah satu hal yang semakin
menarik – dan kadang-kadang menyebalkan – dari kemampuan roh.

Lissa belum mempelajari bagaimana cara berjalan dalam mimpi, namun dia
telah mengira-ngira untuk memahami prinsp-prinsp dasarnya. Antara hal itu
dengan kompulsi, dia mencoba untuk memantrai sebuah gelang yang bisa
menghalangi kekuatan Adrian saat aku tidur nanti.

Pesawat kami mulai turun di Fairbanks, dan aku menatap jejeran cemara-
cemara tinggi dan tanah hijau yang membentang dari luar jendela. Dalam
pikiran Lissa, aku membaca bagaimana ia setengah berharap adanya
gletser dan gundukan-gundukan salju, daripada mengetahui bahwa tempat
ini sedang musim panas. Setelah Siberia, aku telah belajar untuk tetap
membuka pikiran tentang stereotip lokal. Fokus terbesarku adalah
mataharinya. Matahari tengah terik saat kami meninggalkan Istana, dan
karena perjalanan kami membawa kami ke arah barat, perbedaan zona
waktu mengartikan bahwa sang matahari tetap akan bersama kami.
Sekarang, meskipun sudah hampir jam sembilan malam, kami disambut
langit biru cerah, terima kasih kepada garis lintang utara kita. Ini seperti

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
selimut pengaman raksasa. Aku belum menyebutkan hal ini kepada Lissa
atau Eddie, namun sepertinya Dimitri memiliki mata-mata dimana-mana. Aku
tidak tersentuh saat berada di St. Vladimir dan di Istana,namun surat Dimitri
jelas menyatakan bahwa ia akan menunggu saat aku meninggalkan batas-
batas aman tersebut. Aku tidak tahu sejauh apa tingkat logistik yang
dimilikinya, namun manusia yang memata-matai Istana di siang hari tidak
akan mengejutkanku. Dan meskipun aku pergi dengan bersembunyi di
dalam sebuah truk, ada kemunkinan kuat kalau Dimitri tahu dan telah siap
untuk mengejar. Namun kenyataan bahwa para penjaga penjara akan
membuat kami aman juga cukup meringankan bebanku. Paling tidak kami
memiliki beberapa jam di malam hari untuk waspada, dan jika kami bisa
berhasil menyelesaikan hal ini dengan cepat, kami akan keluar dari Alaska
dalam kondisi seburuk apapun dan kapanpun. Tentu saja, hal itu bukan lah
hal yang bagus. Kami kalah dengan matahari.

Permasalahan pertama kami datang segera setelah kami mendarat , kami


mencoba untuk menyewa sebuah mobil. Eddie dan aku sudah berusia
delapan belas tahun, tapi tidak ada satu pun perusahaan penyewaan mobil
yang mau menyewakan mobil untuk siapa pun yang masih dianggap begitu
muda. Setelah penolakan untuk ketiga kalinya, kemarahanku mulai
memuncak. Siapa yang pernah berpikir kalau rencana kami akan tertunda
karena alasan yang begitu konyol? Akhirnya, pada penyewaan keempat,
seorang wanita dengan ragu mengatakan pada kami kalau ada seorang
pria yang tinggal sekitar 1 mil dari bandara yang mungkin mau menyewakan
mobilnya untuk kami jika kami memiliki sebuah kartu kredit dan memberi
deposit yang cukup besar.

Kami berjalan kaki dalam cuaca yang nyaman, namun aku bisa katakan
kalau sang matahari mulai mengganggu Lissa sepanjang perjalanan kami
mencapai tujuan. Bud – dari Penyewaan mobil Bud – tidak terlihat cukup
kokoh, sekokoh yang kami harapkan dan jelas ia akan menyewakan mobil
untuk kami jika kami punya banyak uang. Dari sana, kami mendapatkan
sebuah hotel sederhana dan kembali kepada rencana awal kami.

Semua informasi yang kami miliki mengindikasikan kalau penjara itu berjalan
sesuai jadwal vampir, yang berarti sekarang adalah waktu mereka tengah
aktif beraktivitas. Rencana kami adalah tetap tinggal di hotel sampai besok
hari, saat malam bagi para “Moroi” datang, dan tidur sebelum berangkat.
Ini memberikan waktu lebih bagi Lissa untuk melatih sihirnya. Kamar kami
memiliki pertahanan yang rendah. Tidurku bebas dari Adrian, sehingga
membuatku merasa bersyukur karena berarti dia telah menerima kalau kami
sedang dalam perjalanan khusus cewek atau karena ia tidak bisa
menembus kekuatan dari gelang buatan Lissa.

Di pagi hari, kami segera menghabiskan bebeerapa donut untuk sarapan


dan memakannya dengan mata yang masih setengah terbuka. Berpacu
mengejar jadwal vampir, cukup membuat kami semua sedikit lupa diri. Gula

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
membantu kami untuk memulai dengan semangat. Aku dan Eddie
meninggalkan Lissa sekitar jam sepuluh untuk melakukan beberapa
pengintaian. Kami telah membeli GPS yang kudambakan dan beberapa
benda di toko olahraga di pinggir jalan dan menggunakannya untuk
menunjukkan jalanan kota terpencil yang kelihatannya tidak mengarah
kemanapun. Saat GPS menunjukkan kalau kami berada satu mil dari lokasi
penjara berada, kami keluar ke arah jalan kecil yang kotor dan mengendap-
endap dengan berjalan melintasi sebuah lapangan yang dipenuhi
rerumputan tinggi yang membentang tak ada habis-habisnya menutupi
kami.

“Kupikir Alaska adalah area tundra,” kata Eddie, berjalan sambil


menghentakkan kaki melalui batang-batang yang tinggi. Langit berwarna
biru dan cerah lagi, dengan hanya beberapa awan yang tdak bisa
melakukan apapun untuk menjauhkan sang matahari. Awalnya aku
mengenakan jaket yang tipis tapi sekarang aku mengikatkannya ke
pinggangku karena keringat yang mulai mengucur. Kadang-kadang kami
disambut embusan angin berputar melalui permukaan rumput yang
mendera disekitar rambutku.

“Kurasa tidak di semua bagian. Atau mungkin kita harus pergi lebh jauh ke
arah utara. Oh, hey, ini terlihat menjanjikan.”

Kami berhenti di depan sebuah pagar kawat berduri tinggi dengan sebuah
tanda raksasa yang bertuliskan DAERAH PRIBADI – PERSONIL YANG TIDAK
MEMILIKI IZIN DILARANG MASUK. Tulisannya berwarna merah, sepertinya
untuk meyakinkan kalau mereka benar-benar serius. Kalau aku pribadi, aku
akan menambahkan sebuah gambar tengkorak dan tulang menyilang jika
ingin meninggalkan pesan mendesak di rumah.

Aku dan Eddie mempelajari pagar itu beberapa saat, kemudian kami saling
bertatapan mengisyaratakan untuk mundur. “Lissa akan membantu
menyembuhkan luka apapun yang akan kita dapatkan,” kataku dengan
penuh harapan.

Menaiki pagar kawat berduri bukanlah hal yang tidak mungkin, tapi tetap
saja tidak menyenangkan. Kulemparkan jaketku ke atas kawat yang akan
kupanjat supaya bisa melindungiku, tapi aku masih saja mendapatkan
beberapa goresan dan pakaian yang sedikit terkoyak. Saat aku sudah
berada di atas, aku melompat ke bawah, memilih langsung melompat saja
daripada harus memanjat pagar itu untuk turun. Eddie melakukan hal yang
sama, menyeringai saat terkena benturan keras.

Kami berjalan lebih cepat dan kemudian bayangan hitam bangunan


nampak dipandangan kami. Kami berdua kemudian berhenti dan berlutut,
mencari apa yang bisa menutupi kami di dalam rerumputan. Data penjara
memberikan indikasi kalau mereka memiliki kamera pengintai di bagian luar,

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
yang artinya kami bisa terdeteksi jika terlalu dekat. Aku membawa teropong
canggih dengan GPS dan menggunakannya sekarang, mempelajari bagian
luar bangunan.

Teropongnya bagus – sangat bagus -- sangat sepadan dengan harganya.


Detil yang diberikannya sangat mengagumkan. Seperti banyak kreasi Moroi
yang lain, bangunannya merupakan sebuah perpaduan antara antik dan
modern. Dindingnya terbuat dari blok-blok batu abu-abu yang menakutkan
dan dari keseluruhannya hampir tidak menunjukkan bahwa bangunan ini
adalah sebuah penjara dengan atapnya yang baru saja terlihat seperti
terbuka. Sepasang benda bergerak bolak-balik disepanjang dinding bagian
atasnya, mata yang mengawasi melalui kamera. Tempat itu terlihat seperti
sebuah bentengm tak tertembus dan tak terelakkan. Benar-benar panta
berada di atas jurang berbatu-batu, dengan langit hitam mengancam
dibelakangnya. Lapangan dan matahari tidak terlihat disini.

Aku menyerahkan teropong itu pada Eddie. Dia melakukan penilaian sendiri
dan menunjuk ke arah kir. “Disana.”
Sambil menyipitkan mata, aku baru saja melihat sebuah truk atau SUV
dikendarai menuju penjara. Kendaraan itu berputar ke arah belakang dan
kemudian menghilang dari pandangan.
“Satu-satunya jalan masuk kita,” aku berguman, mengingat kembali cetak
birunya,. Kami sudah tahu kalau kami tdak punya kesempatan untuk
memanjat dinding atau bahkan mendekat dengan berjalan kaki tanpa
diketahui. Kami perlu berjalan melalui pintu depan dan disitulah rencana
kami menjadi sedikit samar.

Eddie menurunkan teropongnya dan melirik kearah ku dengan alis berkerut.


“Kau tahu? Aku sungguh-sungguh dengan apa yang sudah aku katakan.
Aku mempercayaimu. Apapun alasan kau melakukan hal ini, aku yakin pasti
dengan alasan yang baik. Tapi sebelum kita mula bergerak, apa kau yakin
kalau hal ini yang kau inginkan?”

Aku tertawa kasar. “Ingin? Tidak. Tapi ini adalah hal yang perlu kita lakukan.”
Dia mengangguk. “Cukup baik.”

Kami mengamati penjara itu sedikit lebih lama, bergerak disekitarnya untuk
mendapatkan sudut pandang yang berbeda sambil tetap menjaga
batasnya. Skenario rencananya seperti apa yang sudah kami harapkan,
namun memiliki penglihatan tiga dimensi tetap saja masih sangat membantu
untuk dilakukan.

Setelah sekitar setengah jam, kam kembali ke hotel. Lissa duduk sambil
menyilangkan kakinya di salah satu tempat tidur, masih mengerjakan
jimatnya. Perasaan yang datang darinya terasa hangat dan puas. Roh selalu
bisa membuatnya merasa nyaman – bahkan jika dia mendapatkan efek
sampingnya nanti – dan dia rasa dia sudah membuat kemajuan.

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always
duestinae89.blogspot.com
“Adrian menelponku dua kali,” katanya saat kami masuk.
“Tapi kau tidak menjawab?”
“Tidak. Kasihan sekali.”
Aku mengangkat bahu. “Lebih baik seperti itu.”

Just a fan made for others Vampire Academy fans. Love our Vampire and Dhampir. Always

Anda mungkin juga menyukai