Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
yang memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan
sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan
tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh yang berada di antara
thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia dan vertebrata lainnya. Pada arthropoda, abdomen
adalah bagian paling posterior tubuh, yang berada di belakang thorax atau cephalothorax
(sefalotoraks). Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula disebut dengan perut. Bagian yang
ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas abdominalis atau rongga perut.
Sedangkan pengertian dari bayi itu sendiri adalah manusia atau individu yang baru lahir sampai
umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Bayi merupakan makhluk hidup mungil
calon manusia yang terbentuk dari pertemuan sperma dan sel telur di dalam rahim seorang
wanita. Seorang filsuf Perancis bernama Jean Jacques Rosseau member definisi bayi baru lahir
sebagai makhluk tolol yang sempurna, seperti robot atau patung tanpa gerak dan hamper tidak
memperlihatkan adanya perasaan. Definisi bayi menurut G. Stanley Hall, seorang Psikolog
Amerika, lebih ekstrim lagi. Hall melihat seorang bayi yang baru lahir sebagai makhluk dengan
mata juling, perut buncit, kaki bengkok, dengan tangisan suram, dan kulit kemerah-merahan
yang keriput. Psikolog lain yang bernama William James sama sekali tidak memberi
penghargaan tinggi pada bayi. Beliau mengatakan bahwa bayi tidak lebih dari sebuah makhluk
yang punya mata, telinga, hidung, dan kulit, yang bingung merasakan segala sesuatu di
sekitarnya. Dan balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak
awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Oleh karena itu, pemeriksaan fisik abdomen pada bayi dan balita adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis yang memeriksa tubuh bayi dan balita untuk menemukan tanda klinis
penyakit pada bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis yang
dilakukan pada individu yang baru lahir sampai umur 12 bulan dan pada periode usia manusia
setelah bayi sebelum anak awal.
Pada masa dan periode ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap
kematian, oleh karena itu pemeriksaan fisik yang benar dan teliti sangat perlu diperhatikan.
Salah satunya pemeriksaan pada bagian abdomen, karena hasil buruk yang di dapat pada saat
pemeriksaan abdomen dapat menjadi indikator terjadinya berbagai bentuk kelainan pada tubuh
bayi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan mengidentifikasi definisi, tekhnik, serta penilaian hasil
pemeriksaan fisik bagian abdomen pada bayi dan balita.
1.2.2 Tujuan Khusus
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Mengetahui dan memahami definisi dan tujuan serta tekhnik
pemeriksaan fisik
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik bagian abdomen
pada bayi
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik bagian abdomen
pada balita
BAB II
ISI

2.1 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan
klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian
fisik adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem
muskuloskeletal, maka pemeriksa mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
kepemeriksaan.
<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Empat teknik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar pemeriksa dapat membedakan warna,
bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran
tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian
tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher,
kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah
instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur,
turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat dan kering

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kuku jari pemeriksa harus dipotong pendek.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.

Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.


<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Pemeriksa menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di
daerah paru-paru pada pneumonia.
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi
daerah jantung, perkusi daerah hepar.
<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih
berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :


<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-
saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada
klien pneumonia, TBC.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat
inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya
pada edema paru.
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai
pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti
suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :


<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai
dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas.
<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda
vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem
pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat
membantu pemeriksa untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian
khusus.
<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Pemeriksa mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi
kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi
kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-
istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-
pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Doengoes (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan,
hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi
sosial, penyuluhan / pembelajaran.

2.2 Pemeriksaan Abdomen Pada Bayi


Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk
memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Pengkajian ini dapat
ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di
luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar
bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak
sehat.
<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Prinsip Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan
tindakan
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Pastikan pencahayaan baik
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg
akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera
selimuti kembali dengan cepat
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Peralatan Dan Perlengkapan


<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Kapas
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Senter
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Termometer
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Stetoskop
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->selimut bayi
<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->bengkok
<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->timbangan bayi
<!--[if !supportLists]-->8. <!--[endif]-->pita ukur/metlin
<!--[if !supportLists]-->9. <!--[endif]-->pengukur panjang badan

<!--[if !supportLists]-->C. <!--[endif]-->Prosedur


<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan
pemeriksaan
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik,
faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Susun alat secara ergonomis
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir,
keringkan dengan handuk bersih
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Memakai sarung tangan
<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Letakkan bayi pada tempat yang rata

<!--[if !supportLists]-->D. <!--[endif]-->Penilaian Hasil Pemeriksaan Abdomen


<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan
dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-
splenomegali atau tumor lainnya
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis
vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten

2.3 Pemeriksaan Abdomen Pada Balita


Pemeriksaan fisik merupakan cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang
(sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan pemeriksaan fisik, Urutan proses
pemeriksaan tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya
dilakukan dengan petunjuk anamnesis dan PD. Bayi dan anak Tumbuh dan berkembang, perlu
perhatian pada PD (Physic Diagnostik). Di daerah terpencil pemeriksaan fisik penyakit hanya
dari anamnesis dan PD.
<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Pemeriksaan fisik bagian abdomen pada balita meliputi:
<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Inspeksi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Normal pada anak, perut agak membuncit oleh karena otot

abdomen tipis
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Distensi abdomen simetris / tidak simetris

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Umbilikus

<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Auskultasi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Bising Usus (suara peristaltik) terdengar tiap 10 - 30 detik

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Frekuensi Pada Diare atau hilang pada ileus paralitik atau

peritonitis
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Nada tinggi (metalic sound) pada ileus obstruktif

<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Perkusi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Normal bunyi timpani pada seluruh abdomen kecuali didaerah
hati dan limpa
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Untuk menentukan adanya cairan (asites) atau udara

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Asites ditentukan dengan :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Shifting Dulness


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Undulasi
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Batas daerah pekak - timpani
<!--[if !supportLists]-->d) <!--[endif]-->Palpasi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Bagian terpenting pada abdomen

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Nyeri dapat dilihat dari perubahan mimik anak

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Defans musculair (ketegangan otot perut) peritonitis

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Kelainan atau penyakit yang terjadi pada bagian abdomen :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Hati
Pembesaran hati (Hepatomegali) dinyatakan dalam cm dibawah arcus costae.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Limpa
Splenomegali diukur dengan cara Schuffner yaitu dengan menarik garis dari arcus costae - pusat
- lipat paha sampai pusat S IV dan sampai lipat paha S VIII.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Massa Intra abdominal
Tumor, Skibala, Hernia
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik abdomen pada bayi dan balita adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis yang memeriksa tubuh bayi dan balita untuk menemukan tanda klinis penyakit pada
bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis yang dilakukan pada
individu yang baru lahir sampai umur 12 bulan dan pada periode usia manusia setelah bayi
sebelum anak awal.
Dalam pemeriksaan fisik pada bayi dan anak ini berbeda dengan orang dewasa seperti posisi
untuk berbagai bagian pemeriksaan selama masa bayi dan masa anak-anak awal tidak harus
mengikuti posisi seperti pemeriksaan orang dewasa yang di anjurkan. Beberapa bagian dapat
dilakukan pada pasien atau pada pengakuan anda dengan posisi bayi terlentang atau duduk.
Posisi terlentang pada pemeriksaan meja penting memeriksa abdomen, pinggul, genital, dada
rektum serta mulut dan telinga jika bayi sukar kooperatif.
Masa bayi dan anak-anak awal. Tidak ada urutannya khusus kecuali pada pemeriksaan oral dan
telinga, abduksi pinggul, dan pemeriksaan rektal (jika diperlukan) harus dilakukan terakhir,
karena pemeriksaan ini biasanya membuat bayi menangis. Carilah kesempatan dan dengarkan
pada jantung dan paru-paru serta lakukan palpasiabdomen ketika bayi tenang. Masa kanak-kanak
akhir. Gunakan pesanan pemeriksaan yang sama seperti pada pemeriksaan orang dewasa, kecuali
pada pemeriksaan area yang paling menyebabkan sakit.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan
ketrampilan maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi pengembangan penulisan
selanjutnya. Dan untuk senantiasa mencari tahu lebih dalam dan memperbaharui pengetahuan
mengenai ilmu kebidanan khususnya mengenai pemeriksaan fisik karena ilmu pengetahuan akan
terus berkembang dari waktu ke waktu.
Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Dan Balita

Pemeriksaan fisik pada bayi terdiri atas beberapa hal yang menyangkut fungsi
pada sistem tubuh bayi.

Pemeriksaan fisik pada bayi


Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk
menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir,
dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya
bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah
kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai
status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri
serta mencari kelainan pada bayi. Adapun petneriksaan fisik yang dapat dilakukan pada
bayi antara lain sebagai berikut:

Hitung Frekuensi Napas


Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan
dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila
frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara
merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2.500 gram
atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi
dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara periodik, maka masih
dikatakan dalam batas normal.

Lakukan Inspeksi pada Warna Bayi


Pemeriksaan ini berfungsi untuk inengetahui apakah ada warna pucat, ikterus, sianosis
sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat
dibandingkan bayi dalam keadaan preterm, mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.

Hitung Denyut Jantung Bayi dengan Menggunakan Stetoskop


Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan vang
menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak
normal, perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan
normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali per menit, dalam keadaan normal
apabila di atas 60 kali per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali
per hari, dan terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami distres.

Ukur Suhu Aksila


Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi dalam
keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi antara 36,5-37,5 derajat
celcius.

Kaji Postur dan Gerakan


Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi tubuh yang
berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung ke depan, adanya
kejang/ spasme, serta tremor. Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila
dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semi
fleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang
dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi letak
sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul
atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut. Selanjutnya
gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai dengan
gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.

Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi


Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran di
mana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tones otot yang
lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar (tidur yang
dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal
dengan tingkat kesadaran mulai dari diam hingga sadar penuh serta bayi dapat
dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.

Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal,
asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis
tangan), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.

Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau
pembengkakan, postula (kulit melepult), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal
pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya main popok (bercak merah terang dikulit
daerah popok pada bokong). Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema
toksikum(titik merah dan pusat putih kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari
kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama.

Pemeriksaan Tali Pusat


Pemeriksaan ini unluk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau,
atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih
kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan lepas pada hari
ke-7 hingga ke-10.

Pemeriksaan Kepala dan Leher


Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut:
1. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo terutama
pada daerah bahu dan punggung.

2. Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang
tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau tidak. Ada
tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi,
batasnya tidak tegas, serta menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa
hari). Adanya cephal hematom terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari
pertama karena tertutup oleh caput succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi,
berbatas tegas pada tepi hilang tengkorak, tidak menyeberangi sutura,dan apabila
menyeberangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang
sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya perdarahan yang terjadi karena pecahnya
vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak
tegas, sehingga bentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk menilai
adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai fontanella
dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior
dapat dilihat proses penutupannya setelah usia 2 bulan, dan fontanel anterior menutup
saat usia 12-18 bulan.

3. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi
gerakan mata yang belum sem purna. Cara memeriksanya adalah dengan
menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka,
kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap
cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan
adanya epicantus melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom down. Pada
glaukoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.
Katarak kongenital dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila
ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan konjungtiva,
retina, dan lain-lain.

4. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.


Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak
terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

5. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila
bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas
karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan
gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila sekret
mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan
kemungkinan lain.

6. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada
mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks
mengisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya
kemungkinan kecacatan kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan
pipi bisanya disebut sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa untuk menilai
adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.

7. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi


keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang
leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.

Pemeriksaan Abdomen dan Punggung


Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat
bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit dapat diduga
kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada
perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa
teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan
pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam
keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis
tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Adanya
pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau
trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara
pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba
sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina
bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis dan
selaput otak menonjol).

Pengukuran Antropometri
Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan,
dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan
berat badan kurang Bari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan
lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila ditemukan bavi dengan berat badan lahir lebih
dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam kelompok makrosomia. Pengukuran
antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal, panjang badan
bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35
cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter
kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan
apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut
mengalami mikrosefalus.

Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh
labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila
ditemukan sstu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret
pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering
didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3
cm untuk lebaruya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang
merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya.
Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsinn penis.

Pemeriksaan Urine dan Tinja


Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare serta
kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses
cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya
lendir atau darah. Adanya perdarahan per vaginam pada bayi baru lahir dapal terjadi
selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan.
BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri perut pada anak sering dijumpai dalam kehidupan sehari – hari. Kadang – kadang timbulya
mendadak, tetapi sering pula perlahan – lahan. Rasa nyerinya dapat bervariasi dari yang paling
ringan sampai yang paling berat, dapat terlokalisir di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan
dapat menjalar ke tempat lain. Rasa nyeri dapat pula nyeri tumpul (seperti di tusuk – tusuk) dan
dapat pula seperti dililit – lilit yang tidak jarang menyebabkan penderita berguling –guling.
Penyebab nyeri perut dapat bermacam – macam mulai dari yang berasal dalam perut sendiri
maupun di luar perut.1

Nyeri abdomen akut pada anak menampakkan dilema dalam diagnostik. Meskipun banyak kasus
dalam akut abdomen adalah suatu yang tidak membahayakan, namun beberapa kasus
memerlukan diagnosis dan penanganan yang cepat untuk meminimalisir angka kesakitan.
Penyebab tersering untuk nyeri akut abdomen adalah gastroenteritis dan untuk kasus yang
memerlukan tindakan pembedahan terbanyak adalah appendicitis. Pada kebanyakan instansi,
penegakan diagnosis dapat berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik saja.2

Pada pembedahan nyeri abdomen akut, nyeri yang dirasakan umumnya disertai dengan keluhan
muntah yang sebenarnya juga bisa didapat pada kondisi non-bedah. Diare selalu dihubungkan
dengan gastroenteritis dan keracunan makanan. Dengan ini, para klinisi diharapkan mampu
mensintesis riwayat dan data fisik dengan pertimbangan anatomis dan fisiologik. 2

Mencari pembenaran dalam sebuah tindakan pembedahan terhadap nyeri abdomen pada anak
adalah seperti mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami 3. Nyeri perut yang berlangsung
akut lebih sering dihubungkan dengan kelainan organic, sedangkan nyeri perut yang berlangsung
kronis atau berulang lebih sering merupakan suatu kelainan non organic. Pada keadaan yang
meragukan, “alarm symptoms” atau “signal sign” dapat digunakan sebagai dasar pendekatan
tatalaksana. Pendekatan diagnosis yang cermat dan tepat sangat diperlukan untuk memberikan
tatalaksana yang optimal.1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Akut
abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi secara tiba
– tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. 1
Akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen dapat terjadi karena masalah bedah dan
non bedah. Secara definisi pasien dengan akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen
yang terjadi tiba – tiba dan berlangsung kurang dari 24 jam. Pada beberapa pasien dengan akut
abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera. Indikasi awal yang penting apakah
kasus yang dihadapi ini adalah kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan
operasi harus segera dilakukan.4

2.2. Anatomi dan Patofisiologi

Perkembangan anatomi cavitas abdomen dan organ viscera yang menentukan struktur
normal dapat mempengaruhi patogenesis dan manifestasi klinis pada hampir semua penyakit
abdomen. Peritoneum dan inervasi persarafan sensoris organ visceral merupakan hal yang
penting dalam mengevaluasi akut abdomen. Setelah 3 minggu perkembangan janin, primitive gut
terbagi menjadi foregut, midgut, dan hindgut. Arteri mesenterika superior mensuplai darah di
idgut (duodenum hingga pertengahan colon transversa). Foregut meliputi pharynx, esophagus,
perut dan proximal duodenum, dimana hindgut meliputi distal colon dan rectum. Serabut saraf
afferent yang mengikuti pembuluh darah menyediakan inervasi sensoris ke saluran cerna dan
peritoneum visceral yang terkait. 5

Penyakit pada bagian proximal duodenum (foregut) merangsang celiac axis afferent dan
menimbulkan nyeri epigastrik. Stimulus pada caecum dan appendix (midgut) mengaktifkan
nervus afferent yang berjalan bersama arteri mesenterika superior dan menyebabkan nyeri
periumbilical dan stimuli pada colon distal yang berjalan bersama arteri mesenterika inferior
mengaktifkan serat afferent dan menyebabkan nyeri suprapubic. Nervus phrenikus dan serat
afferent dari dermatom C3, C4 dan C5 berjalan bersama arteri phrenikus menginervasi
diagfragma dan perioneum di bawahnya. Stimulus pada diagfragma menyebabkan referred pain
ke bahu. Peritoneum parietal, dinding abdomen, dan jaringan lunak retroperitoneal menerima
inervasi somatic yang berhubungan dengan segmental nerve roots. 5

Daerah peritoneum parietal menjadi lebih sensitif jika banyak terdapat inervasi. Daerah
permukaan peritoneum parietal secara jelas akan menggambarkan stimuli nyeri di daerah
tersebut. Jika terjadi inflamasi visceral pada permukaan peritoneum parietal akan menimbulkan
nyeri local. Gejala peritoneal berguna untuk mengetahui diagnosis klinis pada akut abdomen di
daerah ini. 5

Serabut saraf perifer akan menyebabkan nyeri yang tajam, tiba – tiba dan terlokalisir.
Sedangkan saraf afferent sensoris yang meliputi abdomen intraperitoneal menyebabkan nyeri
yang bersifat tumpul, perasaan tidak nyaman, tidak terlokalisir. Nervus vagus tidak
mentransmisikan nyeri di gut. Saraf afferent dari kapsul hepar, ligamen hepar, daerah tengah
diagfragma, kapsul spleen, dan pericardium mengantarkan nyeri ke CNS melalui saraf C3 dan
C5. Spinal cord dari T6 hingga T9 menerima stimulus nyeri dari tepi diagfragma, gallbladder,
perut, pancreas, dan usus halus. Serat saraf dari colon, appendix dan organ visceral di pelvis
mengantarkan stimuli ke CNS melalui T10 dan T11. Colon sigmoid, rectum, renal, ureter dan
testis mengantarkan stimuli nyeri ke CNS melalui T11 dan L1. Kandung kemih dan colon
rectosigmoid mengantarkan stimulus nyeri ke spinal cord melalui S2 hingga S4. 5
Nyeri abdomen dapat berupa nyeri visceral, parietal atau referred. Nyeri visceral bersifat
tumpul dan tidak terlokalisir biasanya pada nyeri epigastrium, region periumbilical atau region
suprapubik. Pasien dengan nyeri visceral biasanya mengalami keringat banyak, tidak bisa
istirahat, dan nausea. Stimulus nyeri visceral dapat berupa distensi saluran cerna atau organ intra
abdomen, traksi pada mesenterikum, inflamasi dan iskemik. 6

Nyeri parietal atau nyeri somatic berhubungan dengan gangguan intra abdomen yang
mungkin lebih sering dan terlokalisasi dengan baik. Penyebabnya adalah iritasi pada peritoneum
dengan tanda cardinal :

1. Nyeri
2. Defence muscular
3. Rebound
4. Hilangnya bising usus

Referred pain merupakan nyeri yang berasal dari sumber stimulus yang jauh dari daerah nyeri.
Contohnya iritasi pada diagfragma akan menyebabkan nyeri pada bahu. Penyakit pada saluran
empedu atau kandung empedu dapat menyebabkan nyeri pada bahu. Distensi pada usus halus
dapat menyebabkan nyeri pada punggung. 6

Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri akut abdomen yaitu : 6

1. Usia
2. Kondisi vaskularisasi
3. Kehamilan
4. Kondisi patologis CNS
5. Neutropenia

2.3 Etiologi

Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit bisa berupa kegawatan bedah atau
kegawatan non bedah. Kegawatan non bedah antara lain pancreatitis, ileus paralitik dan kolik
abdomen. Kegawatan bedah antara lain peritonitis general akibat suatu proses dari luar maupaun
dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu trauma, sedang proses dari dalam
misalnya karena appendicitis perforasi.

Secara umum kondisi akut abdomen dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Lesi intrabadomen yang memerlukan intervensi bedah secepat mungkin setelah resusitasi
dan stabilisasi pasien
2. Kondisi masalah medis dan kondisi bedah yang tidak memerlukan intervensi bedah
dalam waktu cepat
3. Masalah medis dan bedah yang menstimulasi akut abdomen

Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain appendicitis, kolik bilier, kolisistitis,
diverticulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pancreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis
mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang menyebabkan akut abdomen antara lain
nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis diabetikum, inflamasi
eurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung dan herpes zoster.

Berdasarkan Standar Pediatric Surgery Textbook penyebab terjadinya akut abdomen dijelaskan
dalam tabel berikut :

Alexander et al, 2003. Acute Abdominal Pain in Children

2.4 Epidemiologi

Insiden terjadinya nyeri akut abdomen pada anak yang datang ke instalasi gawat darurat
rumah sakit cukup tinggi. Di Amerika, salah satu penelitian memaparkan angka kedatangan
pasien anak dengan nyeri akut abdomen satu tahunnya berkisar 1.100 orang dengan kisaran umur
2 – 12 tahun. Dan dari jumlah tersebut hanya 1,5% yang merupakan kasus bedah, dimana dari
jumlah tersebut kasus terbanyak adalah appendicitis (13 dari 16 laparotomi).3

Penelitian lain menyebutkan bahwa terdapat 371 kasus pada anak yang datang ke unit
instalasi gawat darurat dengan keluhan nyeri abdomen. Gastroenteritis dan nyeri abdomen non-
spesifik berjumlah 60% dari semua kasus. Penyakit traktus respiratorius seperti pharyngitis,
astma, otitis dan pneumonia terdapat 12%. Serta untuk kasus yang memerlukan tidakan bedah
seperti appendicitis, obstruksi saluran cerna, trauma abdomen, intususepsi, hernia strangulata,
cholelhitiasis dan malrotasi hanya berjumal 6,5% dari semua kasus.3

2.4 Gambaran Klinis

Dalam mengevaluasi nyeri abdomen pada anak – anak, suatu anamnesa sangat diperlukan
untuk menentukan penyebab nyeri abdomen yang terjadi. Evaluasi dini mengenai anamnesa yang
dikuti dengan pemeriksaan fisik dapat menegakkan suatu diagnosa.2

Umur. Umur merupakan faktor yang sangat penting untuk mengevaluasi nyeri abdomen
yang terjadi, karena pada beberapa penyakit hanya bisa terjadi untuk kelompok umur tertentu.

Alexander et al, 2003. Acute Abdominal Pain in Children

Riwayat nyeri. Anak – anak tidak dapat menjelaskan secara verbal mengenai kondisi
nyeri yang dialaminya. Mereka memiliki kelemahan dalam menjelaskan onset dan lokasi
nyerinya. Pemahaman lama mengenai nyeri alih biasanya dikaitkan dengan appendicitis. Pada
anak yang tidak dapat menjelaskan secara verbal, gejala muntah dan nyeri periumbilical biasanya
tidak dapat di diagnosis dengan pasti dan mereka akan kembali dengan keluhan nyeri pada
bagian yang lain. Namun, pada beberapa anak yang mengeluh nyeri kuadran kanan bawah akan
dicurigai menderita appendicitis. Oleh karena itu, mengetahui lokasi, onset, tipe, keparahan,
durasi dari nyeri sangat penting namun tetap dalam konteks berdasarkan umur pasien2.

Trauma. Adanya suatu trauma yang dialami pasien sebelum masuk rumah sakit
merupakan suatu informasi yang dapat dihubungkan dengan terjadinya suatu nyeri akut
abdomen2.

Faktor presipitasi. Nyeri parietal akan semakin memburuk jika pasien bergerak.
Sedangkan nyeri yang berkurang setelah pergerakan usus dapat bersumber dari colon dan nyeri
yang berkurang setelah muntah dihubungkan dengan gastrointestinal bagian atas2.

Gejala lain. Pada pembedahan nyeri akut abdomen, nyeri biasanya disertai dengan
keluhan muntah. Beberapa anak terjadi bilious vomiting yang dapat diasumsikan bahwa terjadi
obstruksi pada saluran pencernaannya. Diare selalu dihubungkan dengan terjadinya
gastroenteritis ataupun keracunan makanan, namun keluhan ini juga bisa didapat pada kondisi
lainnya. Diare yang berdarah pasti dihubungkan dengan irritable bowel syndrome atau
enterocolitis infeksius. Dan masih banyak lagi gejala lain yang dapat ditemui pada pasien dengan
nyeri akut abdomen2.

2.5 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum. Secara umum, pasien dengan nyeri visceral akan mengeluh sakit
(menggeliat) selama terjadinya gelombang peristaltic namun tidak sama dengan pasien yang
terjadi peritonitis dimana saat dan sesudah gerakan peristaltic sama saja. Status hidrasi pada
pasien juga harus dinilai jangan sampai pasien mengalami dehidrasi.

Vital sign. Demam yang dialami dapat diindikasikan terjadinya suatu infeksi ataupun
inflamasi. Takikardi dan hipotensi kemungkinan terjadinya hipovolemia.

Pemeriksaan Abdomen. Pemeriksaan abdomen pada anak – anak harus dilakukan


dengan hati – hati. Pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksa
harus memeriksa Rovsing’s sign yaitu ketika diberi penekanan pada kuadran kiri bawah, pasien
akan mengeluh nyeri pada kuadran kanan bawah. Anak – anak yang mengalami appendicitis
biasanya akan meloncat tiba – tiba karena merasa sakit saat dilakukan pemeriksaan abdomen.
Palpasi yang dalam juga perlu dilakukan untuk meraba adanya suatu massa ataupun pembesaran
suatu organ2,3.

Pemeriksaan rectal dan pelvis. Pemeriksaan rectal dapat memberikan informasi


mengenai tenderness, tonus dari spinter ani, dan adanya massa, serta adanya melena. Pada anak
laki – laki, pemeriksaan genital eksterna juga dapat memberikan data mengenai abnormalitas
yang terjadi pada penis ataupun skrotum. Sedangkan pemeriksaan pada anak perempuan dapat
melihat adanya vaginal discharge, atresia vaginal ataupun hymen imperforate.
2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksaan secara langsung diberikan pada pasien yang sudah diketahui penyebabnya.
Untuk penatalaksanaan yang berhubungan dengan tindakan pembedahan maka dapat
memperhatikan indikasi sebagai berikut :

Alexander et al, 2003. Acute Abdominal Pain in Children

Pemberian analgesic pada pasien dengan nyeri akut abdomen tidak dianjurkan karena
dapat mengganggu penegakan diagnosa. Namun, pada beberapa penelitian secara acak
didapatkan bahwa pemberian antibiotic dapat diberikan jika pasien yang mengalami nyeri
abdomen secara akut dapat memberikan informasi yang kooperatif kepada pemeriksa.

BAB III

KESIMPULAN

Nyeri akut abdomen yang terjadi pada anak – anak dapat berasal dari banyak penyebab yang
dapat kita lihat dan golongkan berdasarkan usia dari anak tersebut. Penggolongan kasus nyeri
akut abdomen yang terjadi dapat kita bagi menjadi kasus bedah ataupun kasus non bedah.
Dimana pada kasus bedah perlunya intervensi segera untuk menanggulangi penyakit yang
dialami oleh penderita. Pentingnya anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk penegakan suatu
diagnose dan penatalaksanaan yang dilakukan harus sesuai dengan indikasi khususnya untuk
penatalaksaan dengan tindakan pembedahan.

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan
untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan
penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat
ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.

1. PRINSIP PEMERIKSAAN PADA BAYI BARU LAHIR


Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
Pastikan pencahayaan baik
Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika
bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti
kembali dengan cepat
Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

2. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


a) Kapas
b) Senter
c) Termometer
d) Stetoskop
e) selimut bayi
f) bengkok
g) timbangan bayi
h) pita ukur/metlin
i) pengukur panjang badan

3.PROSEDUR
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,
sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
Susun alat secara ergonomis
Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
bersih
Memakai sarung tangan
Letakkan bayi pada tempat yang rata

4. PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
a). Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
b). Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit
dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.

c). Ukur lingkar kepala


Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
d). Ukur lingkar dada
ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran
dilakukan melalui kedua puting susu)

5. PEMERIKSAAN FISIK
a). Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala
tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali.
Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan
yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara
fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma,
perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya

b). wajah
wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma
lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.

3
c). Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down

d). Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini
kemungkinan adanya sifilis kongenital
Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan

e). Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari
dasar mulut)
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan
lunak
Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi
akibatvEpistein’s pearl atau gigi
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau
tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
4
f). Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal

g). Leher
Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus
baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus
brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.

h). Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir
dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur

i). Tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke
bawah
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan

j). Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal

5
k). Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada
saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten

l). Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang
uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)

m). Anus dan rectum


Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar
kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan

n). Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan
adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki

p). Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut
yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra

q). Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
Periksa adanya pembekakan
Perhatinan adanya vernik kaseosa
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan

6
B. DIAGNOSIS FISIK PADA ANAK

Diagnosis fisik cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang


(sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan diagnosis fisik, Urutan
proses diagnostik tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
penunjang hanya dilakukan dengan petunjuk anamnesis dan PD. Bayi dan anak
Tumbuh dan berkembang, perlu perhatian pada PD (Physic Diagnostik). Di daerah
terpencil diagnosis fisik penyakit hanya dari anamnesis dan PD

1. ANAMNESIS
Wawancara langsung pasien (Autoanamnesis) atau orang lain (Heteroanamnesis)
dimana Diagnosis penyakit anak + 80 % dari anamnesis sehingga hal ini Merupakan
bagian yang sangat penting dalam pemeriksaan klinis. Pemeriksa harus waspada akan
terjadinya “Bias”. Menggunakan bahasa awam, Harus dilakukan pada saat yang tepat
dan suasana yang memungkinkan. Heteroanamnesis dilakukan kepada orang yang
dekat dengan anak. Pemeriksa harus bersikap empati, menyesuaikan diri dengan yang
diwawancarai, Pada kasus gawat darurat anamnesis terbatas pada keadaan umum dan
yang penting saja, anak harus segera ditolong, Anamnesis harus diarahkan oleh
pemeriksa, supaya tidak ngelantur

2. IDENTITAS
Supaya tidak keliru anak lain berakibat fatal
a) Nama, Umur
b) Jenis kelamin
c) Nama orang tua (ayah, ibu)
d) Alamat (lengkap)
e) Umur, Pendidikan Orang tua
f) Pekerjaan Orang tua
g) Agama, Suku bangsa

3. RIWAYAT PENYAKIT
a) Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat
Tidak selalu keluhan yang pertama diucapkan orang tua/pengantar
Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi pasien dan kemungkinan diagnosis
Riwayat Perjalanan Penyakit
Disusun cerita yang kronologis terinci dan jelas
Dimulai dengan perincian keluhan utama
Diperinci mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat

7
b) Perincian gejala mencakup
Lamanya keluhan
Terjadinya gejala-gejala mendadak, terus menerus, hilang timbul
Berat ringannya keluhan menetap, bertambah berat
Keluhan baru pertama atau pernah sebelumnya
Apakah ada saudara/serumah yang mempunyai keluhan sama
Upaya pengobatan yang dilakukan dan obat yang diberikan
Keluhan utama yang sering dijumpai: Panas badan, Sesak nafas, mencret, muntah,
kejang, tidak sadar, bengkak, kuning, perdarahan
Dari riwayat penyakit diperoleh gambaran kemungkinan diagnosis dan diagnosis
banding

4. RIWAYAT KEHAMILAN
Kesehatan Ibu selama hamil
Kunjungan antenatal
Imunisasi TT
Obat yang diminum
Makanan ibu
Kebiasaan merokok, minuman keras
5. RIWAYAT KELAHIRAN
Siapa yang menolong
Cara kelahiran, masa hamil
Tempat melahirkan
Keadaan setelah lahir (nilai APGAR)
BB & Panjang badan Lahir
Keadaan anak minggu I setelah lahir

6. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Dilihat kurva BB terhadap Umur (KMS)
Dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik,

7. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Ditanyakan patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus,
sosial, bahasa

8. RIWAYAT IMUNISASI
Status imunisasi ditanya BCG, Hep B, Polio, DPT, Campak, dan tanggal / umur waktu
imunisasi
Imunisasi lain ditanya kalau ada

9. RIWAYAT MAKANAN
Ditanyakan makanan mulai bayi lahir sampai sekarang
Harus dapat gambaran tentang kwantitas dan kwalitas makanan

10. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Untuk mengetahui hubungan penyakit sekarang dengan penyakit yang diderita
sebelumnya

11. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Penting untuk mendeteksi penyakit keturunan atau penyakit menular

12. RIWAYAT SOSIO EKONOMI KELUARGA


Penghasilan Orang tua
Jumlah keluarga
Keadaan perumahan dan lingkungan
Kebersihan diri dan lingkungan
13. PEMERIKSAAN FISIK
Cara pendekatan tergantung umur dan keadaan anak
Kehadiran orang tua mengurangi rasa takut anak
Pada bayi < 4 bulan pendekatan mudah, juga pada anak besar
Pemeriksa bersifat informal dan komunikatif
Pada anak sakit berat langsung diperiksa
Dimulai dengan Inspeksi (melihat), Palpasi (raba), Perkusi (ketuk), dan Auskultasi
(dengar)
Tempat periksa cukup tingginya, terang dan tenang
Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien
Bayi dan anak kecil sebaiknya diperiksa tanpa pakaian

a. Inspeksi
Dapat diperoleh kesan keadaan umum anak
Inspeksi lokal, dilihat perubahan yang terjadi
b. Palpasi
Menggunakan telapak tangan dan jari tangan
Palpasi Abdomen Flexi sendi panggul dan lutut Abdomen tidak tegang
Dapat menentukan bentuk, besar, tepi, permukaan, konsistensi organ
c. Perkusi
Jari II, III tangan kiri diletakkan pada bagian yang diperiksa (landasan untuk mengetuk)
jari II-III tangan kanan untuk mengetuk (engsel pergerakan pada pergelangan tangan)
Dilakukan pada dada, abdomen
Suara Perkusi
Sonor (pada paru normal)
Tymphani (pada abdomen / lambung)
Pekak (pada otot)
Redup (antara sonor - pekak)
Hipersonor (sonor - tympani)

d. Auskultasi
Menggunakan Stetoskop
Mendengar suara nafas, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, aliran darah
Stetoskop pediatrik dapat digunakan untuk bayi dan anak
Sisi membran mendengar suara frekwensi tinggi
Sisi mangkok mendengar suara frekwensi rendah bila ditekan lembut pada kulit
Mendengar suara frekwensi tinggi, bila ditekan keras pada kulit
Bising presistolik, mid-diastolik nada rendah

9
14. KEADAAN UMUM
Dapat diperoleh kesan keadaan sakit dan keadaan gawat darurat yang memerlukan
pertolongan segera
Kesan keadaan sakit tidak identik dengan serius tidaknya penyakit
Selanjutnya perhatikan kesadaran pasien
Komposmentis (CM)
Sadar sepenuhnya
Apatis
Sadar tapi acuh terhadap sekitarnya
Somnolen
Tampak mengantuk dan ingin kembali tidur
Memberi respons terhadap stimulus agak keras kemudian tidur lagi
SoporSedikit respon terhadap stimulus yang kuat
Refleks pupil cahaya positif
Koma
Tidak bereaksi terhadap stimulus apapun
Reflek pupil negatif
Delirium
Kesadaran menurun disertai disorientasi
GCS (Glasgow Coma Scale)
Spontan Terhadap nyeri
Respon Verbal
Orientasi ada
Bingung
Kata-kata tidak dimengerti
Hanya suara
ResponMotorik
Selain kesadaran juga dinilai status mental (tenang, gelisah, cengeng)
Posisi pasien perlu dinilai dengan baik
Fasies pasien
Status Gizi

15. TANDA VITAL


a). Frekwensi Nadi
Paling baik dihitung dalam keadaan tidur / tenang
Meraba A.Radialis dengan ujung jari II, III, IV tangan kanan, ibu jari berada di bagian
dorsal tangan anak
Pada bayi dengan penghitungan Heart Rate (denyut jantung)
Penghitungan 1 menit penuh
Tekanan darah
Anak berbaring telantang dengan lengan lurus disamping badan atau duduk dengan
lengan bawah diatas meja Lengan atas setinggi jantung
Alat sfignomanometer air raksa
Lebar manset 1/2 - 2/3 panjang lengan atas
Pasang manset melingkari lengan atas dengan batas bawah kira-kira 3 cm dari siku

10
Manset dipompa sampai denyut a. brakhialis difossa cubiti tidak terdengar dengan
stetoskop. Teruskan pompa sampai 20 - 30 mmHg lagi, kosongkan manometer pelan-
pelan dengan kecepatan 2 - 3 mm/detik
Pada penurunan air raksa akan terdengar bunyi korotkof
Bunyi korotkof I : bunyi pertama yang terdengar Tekanan sistolik
Tekanan Diastolik : saat mulai terdengarnya bunyi korotkof IV yaitu bunyi tiba-tiba
melemah

b). Frekwensi pernapasan


Dihitung satu menit penuh melalui inspeksi/palpasi/auskultasi
Bayi tipe abdominal
Anak tipe torakal
Takipneu
Pernapasan yang cepat
Dispneu
Kesulitan bernapas
Didapatkan Pch, Retraksi interkostal suprasternal
Disertai takipneu, sianosis
Ortopneu
Sulit bernapas bila berbaring, berkurang bila duduk
Pernapasan Kussmaul
Napas cepat dan dalam
Frekuensi pernapasan normal per menit
Umur Range Rata-rata waktu tidur
Neonatus 30 - 60 35
1 bulan - 1 tahun 30 - 60 30
1 tahun - 2 tahun 25 - 50 25
3 tahun - 4 tahun 20 - 30 22
5 tahun - 9 tahun 15 - 30 18
10 tahun atau lebih 15 - 30 15
c). Tekanan Darah Pada Bayi dan Anak
Usia Sistolik ±SD Diastolik ±SD
Neonatus 80 ± 16 46 ± 16
6 - 12 bulan 89 ± 29 60 ± 10
1 tahun 96 ± 30 66 ± 25
2 tahun 99 ± 25 64 ± 25
3 tahun 100 ± 25 67 ± 23
4 tahun 99 ± 20 65 ± 20
5 - 6 tahun 94 ± 14 55 ± 9
6 - 7 tahun 100 ± 15 56 ± 8
7 - 8 tahun 102 ± 15 56 ± 8
8 - 9 tahun 105 ± 16 57 ± 9
9 - 10 tahun 107 ± 16 57 ± 9
10 - 11 tahun 111 ± 17 58 ± 10

11
11 - 12 tahun 113 ± 18 59 ± 10
12 - 13 tahun 115 ± 18 59 ± 10
13 - 14 tahun 118 ± 19 60 ± 10

d). Frekuensi Denyut Jantung / Nadi Normal Pada Bayi dan Anak
Frekuensi denyut per menit

Umur Istirahat Istirahat Aktif


(bangun) (tidur) /demam
Baru lahir 100 - 180 80 - 160 sampai 220
1 mgg - 3 bln 100 - 220 80 - 200 sampai 220
3 bln - 2 thn 80 - 150 70 - 120 sampai 200
2 thn - 10 thn 70 - 110 60 - 90 sampai 200
> 10 tahun 55 - 90 50 - 90 sampai 200

e). Suhu Tubuh


Menggunakan termometer badan
Umumnya suhu axilla
Sebelumnya air raksa diturunkan < 35 0C dengan mengibaskan termometer
Dikepitkan di axilla ± 3 menit
Normal 36 - 37 0C
Suhu rektum core temperatur lebih tinggi 1 0C > tinggi dari suhu Axilla ato 0,5 0C >
tinggi dari suhu mulut

16. DATA ANTROPOMETRIK


a) Berat Badan
Bayi: Timbangan bayi
Anak:Timbangan berdiri
Sebelum menimbang cek dulu apakah mulai nol
b) Tinggi Badan
Bayi Tidur terlentang. Ukur verteks - tumit
Anak Berdiri tanpa alas kaki, punggung bersandar ke dinding
Lingkar Kepala (LK)
Bayi < 2 thn rutin LK
Alat pengukur meteran yang tidak mudah meregang
Ukur glabella - atas alis- protoberensia oksipitalis eksterna
Lingkar Lengan Atas (LLA)
Menggunakan pita pengukur
Mengukur pertengahan lengan kiri antara akromion dan olecranon

17. KULIT
a). Anemi
Paling baik dinilai pada telapak tangan / kaki, kuku, mukosa mulut dan conjunctiva
b). Ikterus
Sebaiknya dinilai dengan sinar alamiah
Paling jelas terlihat di sklera, kulit, selaput lendir
Harus dibedakan dengan karotenemia

12
c) Sianosis
Warna kebiruan pada kulit dan mukosa
Sianosis sentral oleh karena penyakit jantung, paru
Sianosis perifer oleh karena kedinginan, dehidrasi, syok
d) Edema
Akibat cairan extraseluler abnormal
Pitting edema : meninggalkan bekas
Edema minimal cenderung dijaringan ikat longgar (palpebra)
Edema lebih banyak kaki sakrum, skrotum
Edema hebat Anasarka
Edema Lokal alergi, trauma
e) Lain-lain yang perlu dilihat
- Ptechiae - Purpura
- Eritema - Haemangioma
- Sclerema - Turgor kulit

18. KEPALA
Bentuk : ukuran kepala
Rambut : Warna, Kelebatan, Rontok
Ubun-ubun besar
Normal : Rata / sedikit cekung
Umur ±18 bulan - menutup
Wajah
Mata : Palpebra,Conjungtiva, Sklera, Kornea, Pupil, Bola mata
Telinga
Bentuk daun telinga
Sekret telinga
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Mukosa hidung, Sekret
Epistaksis
Mulut
Trismus, Halitosis
Bibir : Labioskisis, Keilitis ,warna mukosa bibir
Mukosa pipi : Oral thrush, Bercak koplik spots’
Palatum : Palatoskisis
Lidah : Makroglossi, lidah kotor
Gigi : Caries
Salivasi : Hipersalivasi
Faring, tonsil : Hiperemi, Edem, Eksudat, Abses

19. LEHER
Tekanan vena jugularis
Edema - Bullneck - Parotitis
Tortikolis
Kaku kuduk
Massa : Kelenjar Getah Bening, Tiroid

13
20. DADA
Inspeksi
Bentuk, simetris
Gerakan dada, Retraksi

21. PARU - PARU


a) Inspeksi
Tercakup pada inspeksi dada
b). Palpasi
Simetri
Kel. Axilla
Fremitus Suara
Meraba getaran pada dada
pada konsolidasi paru jika ada cairan
c). Perkusi
Mulai supraklavikula ke bawah, bandingkan kanan dan kiri
Normal : Sonor
Hipersonor : Emfisema, pneumothorax
Redup : Pneumonia, tumor, cairan
d). Auskultasi
Dilakukan pada seluruh dada atas, bawah, kanan, kiri
Suara Napas Normal Vesikuler
Inspirasi > Ekspirasi
Suara napas tambahan
Ronki basa Cairan
Halus : Alveolus, bronkiolus
Sedang : Bronkus
Nyaring : Nyata terdengar oleh karena melalui benda padat
Ronki kering menyempit
Jelas pada fase ekspirasi
Wheezing

22. JANTUNG
a). Inspeksi
Denyut Apex (Apex / ictus cordis) biasanya sulit dilihat
b). Palpasi
Menentukan letak apex / ictus cordis
NormalICS IV MCL sinistra pada bayi, anak kecil
Anak besar ICS V
Kardiomegali bergeser kebawah, lateral
Getaran bising (thrill) bising jantung (murmur) derajat IV
VSD di ICS III - IV sternum kiri
RHD di Apex (insufisiensi mitral)
c). Perkusi
Perifer ketengah
Kesan besarnya jantung sulit dilakukan pada anak . Inspeksi, Palpasi lebih baik untuk
menentukan besarnya jantung

14
d). Auskultasi
Bunyi, murmur Sisi mangkok stetoskop
4 daerah auskultasi
• Apex Mitral
Parasternal kiri bawah Trikuspid
ICS II sternum kiri Pulmonal
ICS II sternum kanan Aorta
• Bunyi jantung I
Fase sistolik
Bersamaan dengan ictus cordis
Paling jelas di apex
Penutupan katup atrioventrikular
• Bunyi jantung II
Fase diastolik
Penutupan katup semilunar (aorta, pulmonal)
Paling jelas di ICS II sternum sinistra
• Bunyi jantung III, IV
Bernada rendah
Sulit didengar
Akibat deselerasi darah
Irama derap (Gallop)
Bunyi jantung III, IV terdengar jelas + takikardi
Adanya gagal jantung
Bising jantung
Akibat turbulensi darah melalui jalan yang sempit
• Bising sistolik
Terdengar antara S I - S II
Pada VSD, MI, TI
• Bising Diastolik
Terdengar antara S II - S I Pada AI, PI
• Bising Kontinyu Pada PDA
Derajat Bising
1: Sangat lemah, hanya terdengar oleh pemeriksa yang berpengalaman, ditempat
tenang
2: Lemah tapi mudah didengar
3: Keras, tidak disertai thrill
4: Keras disertai thrill
5: Sangat keras
6: Paling keras, terdengar meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada

23. ABDOMEN
a). Inspeksi
Normal pada anak, perut agak membuncit oleh karena otot abdomen tipis
Distensi abdomen simetris / tidak simetris
Umbilikus

15
b). Auskultasi
Bising Usus (suara peristaltik) terdengar tiap 10 - 30 “
Frekuensi Pada Diare atau hilang pada ileus paralitik atau peritonitis
Nada tinggi (metalic sound) pada ileus obstruktif
c). Perkusi
Normal bunyi timpani pada seluruh abdomen kecuali didaerah hati dan limpa
Untuk menentukan adanya cairan (asites) atau udara
Asites ditentukan dengan :
- Shifting Dulness
- Undulasi
- Batas daerah pekak - timpani
d). Palpasi
Bagian terpenting pada abdomen
Nyeri dapat dilihat dari perubahan mimik anak
Defans musculair (ketegangan otot perut) peritonitis
• Hati
Pembesaran hati (Hepatomegali) dinyatakan dalam cm dibawah arcus costae
• Limpa
Splenomegali diukur dengan cara Schuffner
Tarik garis dari arcus costae - pusat - lipat paha
Sampai pusat S IV
Sampai lipat paha S VIII
Massa Intra abdominal
Tumor, Skibala, Hernia
• Anus
Anus Imperforata
Fisura ani . Polip Rektum
Diaper Rash
Colok Dubur
• Genetalia
Pada neonatus melihat kel. Kongenital
Inspeksi, Palpasi, kadang Transluminasi
Laki-laki: Phymosis, Hipospadia, Skrotum, Testis
• Extremitas
Memperhatikan sikap anggota gerak, jari-jari, warna kuku, deformitas
Pemeriksaan otot
Kekuatan, Tonus
• Atrofi
Pemeriksaan sendi
Radang sendi (artritis)

16

24. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS


Tanda rangsang Meningeal
Kaku Kuduk
Brudzinski I, II
Kernig
Kekuatan Otot
Pada anak yang kooperatif
5: Normal
4: Dapat melawan tekanan
3: Dapat menahan berat - tidak dapat melawan tekanan
2: Hanya dapat menggerakkan anggota badan
1: Teraba gerakan konstraksi otot, tidak dapat bergerak
0: Tidak ada konstraksi
Reflek tendon
KPR, BPR
Pada Tumor batang otak, hipokalsemia, hipertiroid
pada malnutrisi
Reflek
Babinski, oppenheim
Klonus hiperrefleksi, reflek patologis (+)
Pemeriksaan saraf otak
N.I–XIINeurologi

25. PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS


1. setelah lahir
Menilai APGAR Score
Menentukan Prognosa
Mencari kelainan kongenital
Menentukan perawatan selanjutnya
Yang perlu diperhatikan
Mengetahui Riwayat kehamilan dan persalinan
Bayi telanjang dibawah lampu penghangat
Menjaga kebersihan tangan dan lain-lain
Bila ada kelainan kongenital sindroma APGAR
Tindakan
Prognosis
2. pemeriksaan lanjutan
Warna kulit, keadaan kulit
Keaktifan, suhu badan
Tangis bayi
Wajah neonatus
Gizi (BB, TB)
Kepala
Dada

17
Bentuk dada, apnea
Fraktur clavicula
Bunyi jantung
Abdomen
Distensi abdomen
Tali pusat
Anus , Genetalia
Atresia ani
Skrotum, Testis
Extremitas
Polidaktili, Sindaktili
CTEV
Claw hand
Pemeriksaan Neurologis
Reflek moro
Rooting Reflek

What is it?

Bowleg (or genu varum) is a condition where the legs are bowed outwards in
the standing position. The bowing usually occurs at or around the knee, so
that on standing with the feet together, the knees are far apart.

Knock-knee (or genu valgum) is a condition where the legs are bowed
inwards in the standing position. The bowing usually occurs at or around the
knee, so that on standing with the knees together, the feet are far apart.

Fig I: Knock-knee (genu valgum)


intermalleolar distance
Fig II: Bowleg (genu varum) intercondylar
distance

What causes it?

Most people have some degree of bowleg or knock-knee and is considered


within the limits of normal structure and function. During development in the
first few years of life, because of rapid and differential growth around the
knees, most children are bowlegged from birth till age 3, then become
knock-kneed till age 5, then straighten up by age 6 or 7. In most children,
even as they grow through these phases, the bowleg and knock-knee are
not severe, and do not engender concern on the part of the parents. In
some instances, the bowleg or knock-knee gets quite obvious, and becomes
worrisome for the parents.

Fig: Normal evolution from bowlegs


(age 2) to knock-knees (age 3) to
normal valgus (age 5)

There are, of course, more serious causes of bowleg and knock-knee. They
include the following:

1. Blount’s disease - a condition of severe bowleg that occurs usually in


black children that is progressive, and may require surrgery.
2. Growth disturbance - or epiphyseal dysplasia, which may be a part of a
generalized bone growth disturbance.
3. Post-trauma - where injury to the knee causes damage to the growth
plate (also called the epiphyseal plate) and abnormal growth around
the knee.
4. Rickets. Lack of vitamin D intake, or inability to metabolize Vitamin D
due to kidney disease can cause growth disturbance of the bones in
the body, including the knee.

What does your doctor do about it?

In the majority of children with bowlegs or knock-knees, the cause is


physiological, if they fall within the age range mentioned above. A good rule
of thumb to follow is the measure of the intercondylar distance for bowlegs
and the intermalleolar distance for knock-knees. In a young child, if the
distance is less than 2 inches, there is no need for concern that something is
amiss. Periodic observation and measurements are all that is needed.

More detailed work up may be needed under the following circumstances:

1. If the bowleg or knock-knee appears outside the age range mentioned


above, i.e., bowleg beyond age 3 and knock-knee beyond age 7.
2. If it is unilateral.
3. If the intercondylar or intermalleolar distance is more than 2 inches, or
is rapidly progressing, i.e., more than ½ inch within six months.
4. Associated symptoms like pain or limp, or signs of Blount’s disease,
rickets, or other disease syndromes.
5. PENDEKATAN KLINIS PASIEN PENYAKIT GINJAL
6. PENDEKATAN KLINIS PASIEN
DENGAN PENYAKIT GINJAL

PENDAHULUAN
Langkah awal pendekatan diagnostik penyakit ginjal di mulai dengan
menggolongkan gejala dan tanda atau kelainan pasien ke dalam salah satu atau
lebih sindrom tertentu (lihat tabel 1).pada pemeriksaan selanjutnya di usahakan
mencari etiologi sindrom tersebut, serta mencari fakta-fakta lain.
Tabel 1. sindrom klinis pada penyakit ginjal
1 sindrom urin asimtomatik
2 sindrom nefrotik
3 sindrom nefrotik akut
4 kelainan glomerulo-vaskular
5 hipertensi
6 gagal ginjal akut
7 gagal ginjal kronik
8 batu ginjal / saluran kemih
9 infeksi saluran kemih
10 kelainan tubula-interestisial
11 kelainan elektrolit

ANAMNESIS
Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan kencing seperti nyeri pada saat kencing (dysuria), rasa ingin kencing
(urgency), sebentar-sebentar kencing (frequency), dan rasa nyeri pada daerah
suprasimpilis umumnya timbul karena iritasi mukosa kandung kencing atau uretra,
yang sering di akibatkan oleh infeksi kandung kemih.
Edema
Edema dapat terjadi pada gagal ginjal oleh karena ginjal tidak cukup memproduksi
urin, seperti pada penurunan fungsi ginjal, pada keadaan kehilangan albumin yang
banyak (sindrom nefrotik), retensi garam dan air oleh karena asupan garam yang
berlebihan, pemakaian obat diuretik, dan lain-lain. Perlu di ingat bahwa tidak
semua penyebab terjadinya edema dapat di ketahui.
Nyeri
Rasa nyeri dapat di timbulkan akibat kelinan sepanjang saluran kencing dari ginjal
sampai uretra.
Nyeri yang berasal dari ginjal dapat berupa rasa pegal atau nyeri di belakang
(pinggang) atau di depan ginjal (perut), yang di akibatkan peregangan kapsul dan
jaringan perinefrik. Hal ini dapat terjadi pada insfeksi akut, obstruksi, batu ginjal,
trombosis,vena dan emboli, yang semuanya juga dapat tak bergejala.
Nyri juga dapat berupa kolik uretra, umumnya di sebabkan batu ginjal, tetapi
dapat di akibatkan pula oleh bekuan darah, pus, obstruksi parsial, atau nekrosis
papila.
Penurunan fungsi ginjal
Pada gagal ginjal akut (GGA) pra renal di dapatkan riwayat kehilangan cairan,
penurunan tekanan darah, perdarahan, trauma luas dan lain-lain. Pada GGA
obstruktif / pasca renal terdapat riwayat penurunan produksu urin, nyeri kolik,
batu ginjal, keganasan urogenital dan lain-lain. Pada GGA renal atau parenkimal di
dapat riwayat pemakaian obat,obat yang nefrotoksik, jamu tradisional, atau zat
kimia (nefrotoksin), atau penyakit imunologis / glomerulonefritis.
Pada gagal ginjal kronik, sering di temukan polakisuria (sering kencing). Atau
oliguria.
Hematuria
Sindrom glomerulo-vaskular (glomerulonefritis atau vaskulitis); urin bewarna
merah / darah, jumlah kencing berkurang, dengan (pada SNA) atau tanpa gejala
hipertensi (pada GN).urin pada kelainan ini berwarna merah muda sampai coklat
tua sedangakan perdarahan pada awal atau akhir kencing menunjukkan kelainan
yang berasal dari uretra atau kandung kencing.
Hematuria yang di sertai dengan infeksi tenggorokkan atau kulit kemungkinan di
sebabkan glomerulonefritis pasca streptokok, apabila infeksi telah terjadi 2-4
miggu sebelumnya.sedangkan apabila timbulnya pada waktu yang bersamaan hal
ini mungkin di sebabkan nefropati IgA.
Penyakit yang Pernah di Derita
Penyakit masa lampau sangat penting di tanyakan, seperti infeksi kulit, alergi,
feringitis/tonsilitis, (penyebab glomerulonefritis). Penyakit sistemik seperti gout,
lupus, diabetes melitus, hipertesi, untuk mencari penyebab/etiologi penurunan
fungsi ginjal, atau gagal ginjal kronik.perlu di tanyakan juga riwayat kehamilan,
adanya hipertensi pada kehamilan, abortus (sindrom fosfolipid, LES,gagal
ginjal)atau tindakan operasi atau riwayat pemasangan kateter (pada infeksi
berulang)
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penting dalam keluarga seperti hipertensi, batu ginjal, penyakit ginjal
polikistik, diabetes melitus, gout, keganasan, gagal ginjal, lupus dan lain-lai perlu
di perhatikan untuk mencari etiologi penyakit.

PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan jasmani harus di lakukan secara menyeluruh sesuai dengan cara-cara
pemeriksaan di bidang penyakit dalam pada umumnya.
Pemeriksaan tekanan darah di lakukan pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri.
Selain itu juga di periksa pada kedua lengan dan tungkai (kanan dan kiri).
Kelainan yang tampak di kulit seperti warna pucat (anemia), turgor yang
mengurang (tanda dehidrasi), aekskresi keringat (berkurang pada gangguan ginjal
kronik dengan gangguan saraf otonom), rash, bintik atau bercak-bercak/bintik
perdarahan pada kulit (purpura/petekie), dan lain-lain.
Pada pemeriksaan abdomen pelu di perhatikan adanya benjolan pada daerah
abdomen (hidronefrosis, ginjal polikistik, tumor ginjal, atau retensio urin).pada
pemeriksaan palpasi ginjal, sebaiknya di klakukan juga sewaktu pasien dalam
keadaan berdiri, terutama pada pasien dengan keluhan sakit pinggang atau kolik
atau nyeri pada bagian perut. Pemeriksaan ini di lakukan secara bimanual yaitu
dengan meletakkan jari-jari tangan di bagian depan perut, pad posisi ginjal,
sedangkan jari-jari tangan yang lain di letakkan di belakang badan.dengan
menekan jari tangan di belakang badan berulang-ulang akan terasa pada jari-jari
tangan yang lain sentuhan atau ballotement massa ginjal.
` Nyeri ketok pada daerah kostovertebra di periksa dengan menekan atau
mengetok (tidak perlu kuat) pada daerah sudut yang terbentuk oleh kosta terakhir
dan vertebra.
Bruit atau bising sistolik dan diastolik arteri renalis dapat terdengar pada daerah
perut bagian depan (epigastrium) atau pada punggung apabila ada penyempitan
arteri renalis.
Pada pasien pria, selain pemeriksaan alat kelamin, di lakukan juga pemeriksaan
colok dubur untuk menilai pembesaran prostat.
Pemeriksaan neurologis penting pada pasien gagal ginjal kronik antara lain adanya
paresis, polineuropati, dan neuropati autonom dengan segala akibatnya.

Anda mungkin juga menyukai