Anda di halaman 1dari 108

PEMERIKSAAN

NEUROLOGI
Preseptor: dr. Media Yuni K, Sp.S
Presentan: Kelompok 15B

SMF NEUROLOGI
RSUD CIBABAT CIMAHI
PEMERIKSAAN
KESADARAN
KUANTITATIF & KUALITATIF
Preseptor:
dr. Media Yuni Kurniawati, Sp.S

Selma Hanifa – 12100118516

SMF NEUROLOGI RSUD CIBABAT


PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE (GCS)
PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE (GCS)
CARA PEMERIKSAAN KUALITATIF

TINGKAT KESADARAN
COMPOS MENTIS Sadar penuh
SOMNOLEN Mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara
SOPOR Dengan rangsangan kuat masih memberi
respon gerakan
KOMA – RINGAN Refleks kornea, pupil masih baik
KOMA Tidak memberikan respon
Tanda Meningeal
dan Refleks Patologis
Anisya Nur Aulia Sutrisno – 12100118617
Preceptor : dr. Media Yuni, Sp.S

RSUD Cibabat
Program P3D – Ilmu Syaraf
Fakultas Kedokteran UNISBA
Tahun 2019 6
Kaku Kuduk (Neck Stiffness)

Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepa


la pasien yang sedang berbaring, kemudian ke
pala ditekukkan ( fleksi) dan diusahakan agar
dagu mencapai dada. Selama penekukan diper
hatikan adanya tahanan.

Bila terdapat kaku kuduk, kita dapatkan


tahanan dan dagu tidak dapat mencapai
dada.

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
7
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
8
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Kernig Sign
Pasien berbaring dan difleksikan pahanya pad
a persendian panggul sampai membuat sudut
90 derajat. Setelah itu tungkai bawah dieksten
sikan pada persendian lutut sampai membent
uk sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha.

Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau k


urang dari sudut 135 derajat , maka dikatakan kernig
sign positif.
Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
9
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
10
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Brudzinski Sign

• Tanda leher menurut Brudzinski (Brudzinski I)


• Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski (Brudzinski II
• Tanda pipi menurut Brudzinski (Brudzinski III/Brudzinski cheek phe
nomenon)
• Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski (Brudzinski IV)

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
11
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Tanda leher menurut Brudzinski (B
rudzinski I)

Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepala disus


ul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul k
edua tungkai secara reflektorik.

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
12
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski (
Brudzinski II)
Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fl
eksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan pang
gul ini menandakan test ini postif.

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
13
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Tanda pipi menurut Brudzinski (Brudz
inski III/Brudzinski cheek phenomeno
n)
Penekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah os zygomaticus aka
n disusul oleh gerakan fleksi secara reflektorik dikedua siku denga
n gerakan reflektorik keatas sejenak dari kedua lengan.

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
14
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski (
Brudzinski IV)

Penekanan pada simfisis pubis akan disusul oleh timbulnya


gerakan fleksi secara reflektorik pada kedua tungkai disendi lutut da
n panggul.

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
15
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
PEMERIKSAAN REFLEKS
PATOLOGIS

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
16
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Babinski
Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari
posterior ke anterior.
Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan(fanning) j
ari – jari kaki.

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
17
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Oppenheim
Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke
distal
Respons : seperti babinski

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
18
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Gordon
Stimulus : penekanan betis secara keras
Respons : seperti babinski

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
19
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Chaddock
Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolu
s lateralis dari posterior ke anterior.

Respons : seperti babinski

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
20
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Schaffer
Stimulus : memencet tendon achilles secara keras
Respons : seperti babinski

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
21
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Gonda
Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat
Respons : seperti babinski

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
22
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Stransky
Stimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelima
Respons : seperti babinski

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
23
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Rossolimo
Stimulus : pengetukan pada telapak kaki
Respons : fleksi jari – jari kaki pada sendi interphalangealnya

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
24
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Mendel - Bechterew
Stimulus : pengetukan dorsum pedis pada daerah os cuboideum
Respons : seperti rossolimo

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
25
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Hoffman
Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya berefleks
i

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
26
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
- Tromner
Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respons : seperti Hoffman

Campbell, WW. 2005. The Mental Status Examination dalam De Jong’s The Neurologic Examinati
27
on. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
PHYSICAL
EXAMINATION

MELVYANTI NUR FAUZIAH - 12100118699


CRANIAL NERVE
EXAMINATION
CN I : NERVUS OLFAKTORIUS
TUJUAN PEMERIKSAAN
Untuk mendeteksi adanya gangguan
menghidu. Selain itu, untuk mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan
oleh gangguan saraf atau penyakit hidung
lokal.
CARA PEMERIKSAAN:
- periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau
kelainan tidak.
- Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari-hari, misalnya
kopi, teh, tembakau, jeruk, dll.
- Jangan gunakan zat yang dapat merangsang mukosa
hidung seperti mentol, amoniak, alkohol, dan cuka.
CN II : NERVUS OPTIKUS
◦TUJUAN PEMERIKSAAN:
1. Mengukur ketajaman penglihatan
dan menentukan penyebab
kelainan visus
2. Mempelajari lapangan pandang
3. Memeriksa keadaan papil optik
◦CARA PEMERIKSAAN:
CN III : NERVUS OKULOMOTORIS
CN IV : NERVUS TROKHLEARIS
CN VI : NERVUS ABDUSEN

◦TUJUAN PEMERIKSAAN :
fungsi CN III, IV, VI saling berkaitan dan
diperiksa secara bersamaan. Fungsinya
ialah mneggerakkan otot mata ekstraokular
dan mengangkat kelopak mata.
◦CARA PEMERIKSAAN:
Selagi berwawancara dengan
pasien, perhatikan  ptosis,
eksoftalmus, enoftalmus, dan
strabismus.
Selanjutnya pemeriksaan lebih
lanjut, yaitu besar pupil, refleks cahaya
pupil, reaksi akomodasi, gerakan bola
mata, dan nistagmus.
CN V : NERVUS TRIGENIMUS
◦PEMERIKSAAN CN. V TERMASUK:
- Evaluasi refleks kornea
- Sensasi pada wajah dan scalp
- Fungsi motor
- Jaw jerk refleks
Evaluasi refleks kornea
◦ pemeriksa mengambil kapas lalu tarik ujungnya
membentuk ujung runcing yang halus
◦ pasien diminta untuk melihat ke atas dan lalu kapas
diarahkan dari posisi lateral dan perlahan sentuhkan ke
korna
◦ hasil: aplikasinya harus terjadi penutupan pada kedua
mata pasien. Respon dibandingkan pada kedua sisi
Sensasi pada wajah dan scalp
◦ Pasien diminta untuk menutup mata dan merespon pada
sentuhan
◦ Kapas disentuhkan pada salah satu sisi dahi, diikuti dengan
disentuhkan pada posisi yang sama pada sisi lainnya. Lalu,
pada kedua sisi pipi, dan kedua sisi rahang.
◦ Perhatikan tanggapan pasien dan tanyakan apakah
sensasi terasa sama pada kedua sisi wajah.
◦ Tes yang sama diulangi menggunakan sharp pin dengan
lembut
Fungsi motor
◦ Pemeriksa menempatkan jarinya pada otot temporalis
pasien. Pasien diminta untuk menggigit atau
mengunyah dan jari pemeriksa merasakan kontraksi
pada otot temporalis di kedua sisi.
◦ tes yang sama dilakukan pada otot masseter
Tes jaw jerk reflex
◦Pemeriksa mengetuk anterior rahang bawah
dengan palu refleks
◦respon normal adalah pergerakan sedikit keatas
dari mandibula, pada keadaan abnormal
pergerakan mandibula yang berlebihan
PEMERIKSAAN
CRANIAL NERVE
Oleh :
Addinil Haq Muliyana
12100118561

Preseptor :
Media Yuni Kurniawati, dr., SpS

SMF NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020
Cranial Nerve VII (Nervus Facialis)
1. Pemeriksaan Fungsi Motorik
a. Perhatikan wajah pasien simetris atau tidak
b. Minta pasien mengangkat alis dan mengerutkan dahi
c. Minta pasien memejamkan mata dan pemeriksa mencoba membukanya
d. Minta pasien menyeringai / tersenyum sambil memperlihatkan gigi
e. Minta pasien bersiul dengan menggembungkan pipidan perhatikan sudut bibir
Cranial Nerve VII (Nervus Facialis)

Pemeriksaan Fungsi Motorik


Cranial Nerve VII (Nervus Facialis)
2. Pemeriksaan Fungsi Sensorik
◦ Dilakukan pada 2/3 bagian lidah depan.
◦ Pasien diminta menjulurkan lidah , kemudian letakan pada lidah bubuk
gula, kina, asam itrat atau garam secara bergiliran
◦ Minta pasien menyatakan pengecapan yang dirasakan

3. Pemeriksaan Sekresi Air Mata


◦ Menggunakan Schirmer test ( lakmus merah )
◦ Ukuran : 0,5 cm x 1,5 cm
◦ Warna berubah menjadi Biru : Normal: 10 – 15 mm selama 5 menit.
Cranial Nerve VIII (Nervus Kokhlearis)
1. Pemeriksaan Saraf Kokhlearis
a. Rinne Test
 Membandingkan konduksi tulang dan
konduksi udara
 Menggunakan Garpu Tala yang di
letakan di tulang mastoid
Minta pasien mendengarkan bunyinya
Jika tidak terdengar lagi, garpu tala
dekatkan ke telinga
 (+) : pasien masih dapat mendengar
 (-) : pasien tidak dapat mendengar
Cranial Nerve VIII (Nervus Kokhlearis)
b. Weber Test
 Garpu tala dibunyikan dan diletakan
pangkalnya di dahi pasien
Minta pasien menentukan bunyi pada
telinga mana lebih keras terdengar
 normal : keras bunyi sama
 tuli sensorineural : bunyi keras pada
telinga sehat
Tuli konduktif : bunyi lebih keras pada
telinga tuli
Cranial Nerve VIII (Nervus Kokhlearis)
c. Swabach Test
 Membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa
 garpu tala di bunyikan dan ditempatkan ditelinga pasien
Jika sudah tidak terdengar, garpu tala ditempatkan ditelinga pemeriksa
 jika masih terdengar bunyi oleh pemeriksa : swabach memendek (konduksi uduara)
Cranial Nerve VIII (Nervus
Vestibularis)
1. Tes Kalori
 untuk menilai adanya nystagmus, menentukan keadaan labirin
Kepala pasien menengadah 60 o
 semprotkan air dingin/panas dengan tabung suntik ke liang telinga
Perhatikan arah gerak bola mata pasien
Lakukan pada telinga lain (setelah 5 menit)
Nilai frekuensi dan lamanya nystagmus
Cranial Nerve VIII (Nervus
Vestibularis)
2. Past Pointing test
 Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya, kemudian dengan
mata tertutup pasien diminta untuk mengulangi.
 Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
Cranial Nerve VIII (Nervus
Vestibularis)
3. Tes Romberg dipertajam
 pasien berdiri dengan satu kaki
didepan kaki lainnya
Tumit kaki yang satu berada di jari-jari
kaki yang lain
Lengan dilipat kedada
Mata ditutup
Normalnya : dapat berdiri > 30 detik
Cranial Nerve VIII (Nervus
Vestibularis)
4. Stepping test
Pasien diminta berjalan ditempat
dengan mata tertutup (50 langkah)
Pasien diminta untuk tidak beranjak
dari tempat
 abnormal : beranjak > 1 meter dari
tempat semula, badan berputar > 30 o
Cranial Nerve IX & X (Nervus
Glossofaringeus & Nervus Vagus)
Pemeriksaan Sensori
Pemeriksaan sensasi rasa di 1/3 lidah posterior
Cranial Nerve IX & X (Nervus
Glossofaringeus & Nervus Vagus)
Gag Reflex
Pemeriksa menggoreskan atau menyentuh dinding pharynx kanan dan kiri dan bila ada
gangguan sensibilitas maka tidak terjadi refleks muntah.
Cranial Nerve IX & X (Nervus
Glossofaringeus & Nervus Vagus)
Pemeriksaan Fungsi Motorik
Pasien di minta menyebutkan “aaa”
 abnormal : disfonia
Pasien diminta mengucapkan “ari lari di lorong-lorong lurus”
Abnormal : disartria
Pasien diminta untuk menelan makanan / air
 abnormal : disfagia
Cranial Nerve IX & X (Nervus
Glossofaringeus & Nervus Vagus)
Pemeriksaan Fungsi Motorik
 Pasien diminta membuka mulut
Perhatikan palatum molle dan faring
Minta pasien menyebutkan “aaa”
Bandingkan saat istirahat dan saat menyebutkan “aaa”
 abnormal : pallatum molle, uvula, arkus faring sisi yang lumpuh letaknya lebih rendah
dari yang sehat
Abnormal : saat bergerak, uvula tertarik ke bagian sehat
Cranial Nerve XI (Nervus Aksesorius)
 Gerakan kepala, leher dan bahu.
◦ M. Sterno KL. Mastoideus
 minta pasien menoleh, pemeriksa
menahan dibagian dagu
◦ M. Trapezius
 pemeriksa meletakan kedua tangan
dibahu pasien
Minta pasien mengangkat bahunya
Cranial Nerve XII ( Nervus
Hipoglossus)
 Minta pasien menjulurkan lidah
Nilai apakah ada fasikulasi, atrofi
Lidah simetris/tidak
Lidah menyimpang ke sisi yang lumpuh
REFLEKS FISIOLOGIS
& REGRESI
TIARA ANGGRAINI
12100118704

Preseptor:
dr. Media Yuni Kurniawati,
Sp.S
Refleks fisiologis (refleks tendon atau
periosteum)
1. Refleks Bisep
2. Refleks Trisep
3. Refleks Brakhioradialis (Refleks Radius)
4. Refleks Ulna
5. Refleks Kuadrisep Femoris (refleks tendon lutut, refleks patella)
6. Refleks Trisep Sure (Refleks tendon achiles)
7. Jaw Refleks
Refleks Bisep
◦ Pegang lengan px lalu fleksikan siku
◦ Letakkan telunjuk pemeriksa di bisep dan ketuk

◦ Normal: fleksi lengan bawah

◦ Pusat reflex:n. musculucutaneus ( c 5-6


)
Refleks Trisep
◦ Pegang lengan pasien lalu siku fleksikan
◦ Sambil angkat siku sedikit
◦ Ketuk tendon tricep

◦ Normal: ekstensi lengan bawah


Pusat reflex:n. radialis ( C 6-7-8 )
Refleks Brakhioradialis (Refleks
Radius)
◦ Lengan bawah di semifleksi
◦ semipronasikan
◦ Ketuk prosesus stiloideus radius

◦ Normal: fleksi lengan bawah dan supinasi

◦ Pusat reflex: n. radialis ( C 5-6 )


Refleks Ulna
◦ Lengan bawah di semifleksikan
◦ semipronasikan
◦ Ketuk prosesus stiloideus ulna

◦ Normal: pronasi lengan bawah


◦ Pusat reflex: : n. ulnaris ( C B-T1 )
Refleks Kuadrisep Femoris (reflex
patella)
◦ Fleksikan kaki px pada sendi lutut
◦ Ketuk tndon patella pd sendi lutut

◦ Normal: ekstensi tungkai bawah


Efferent : n. femoralis ( L 2-3-4 )
Refleks tendon achiles
◦ Tungkai bawah di fleksikan
◦ Pegang ujung kaki px
◦ Ketuk tendon Achilles

◦ Normal: plantar fleksi kaki akibat kontraksi m.


gastrocnemius
◦ Efferent : n. tibialis (S1, S2 )
Jaw refleks
◦ Pasien mengistirahatkan rahangnya
◦ pemeriksa meletakkan 1 jari pada dagu pasien
◦ Ketuk jari dengan palu refleks

◦ Normal: reaksi lemah/tdk ada


◦ Meningkat: lesi UMN
◦ Pusat reflex: Pons
Refleks superficial
1. Refleks Kornea
2. Refleks Kremaster
3. Refleks Abdominal
4. Refleks Anus Superfisialis
Refleks Anus
Superfisialis
◦ Gores sekitar anus
◦ Respon:ontraksi otot sfingter eksternus
◦ Efferent: S2-S4,S5
Refleks Kornea
◦ Sentuh kornea dgn ujung kapas yg runcing
◦ Respon: berkedip akibat m.orbicularis okuli
Abdominal refleks
◦ Menggores dinding perut ujung hammer
◦ Respon:pusar bergerak kearah otot berkontraksi
◦ atas: inervasi T 7, T9
◦ Tengah: T9, T11
◦ Bawah: T11,lumbal atas
Refleks
Kremaster
◦ Menggoreskan/menyentuh pangkal paha
◦ Respon: skrotum akan berkontraksi
◦ efferentL L1,L2
◦ Hasil -: lesi traktus piramidalis, usia lanjut,
◦ Hidrokokel,verikokel, epididimitis
Regressi reflex
1. Glabela reflex
2. Palmo-mental reflex
3. Snout reflex
4. Grasp reflex
Refleks Glabela
◦ pemeriksa mengketuk daerah glabella/supraorbitalis
◦ Normal: kontraksi singkat m.orbicularis(berkedip)

◦ Refleks : lesi nervus facialis


◦ Refleks : Parkinson
◦ Pusat reflex: Pons


Snout refleks
◦ Ketuk antara bibir atas dan hidung

◦ respon: kontraksi otot – otot sekitar bibir


◦ (mulut mencucu)
Grasp refleks
Menekan/menempatan jari
pemeriksa pada telapak tangan
pasien

Respons: tangan pasien mengepal


Palmo-mental
reflex
◦ Goreskan daerah lateral metacarpal
◦ dari ibu jari dari proksimal ke distal

kontraksi otot mentalis dan


◦ Respon:
orbicularis oris ipsilateral.
PEMERIKSAAN
MOTORIK
Aditya Krishna Widarmin
Heriansyah
Pemeriksaan sitem motorik dilakukan
secara berurutan:
1.Inspeksi
2.Palpasi
3.Gerakan aktif
4.Gerakan pasif
INSPEKSI
◦ Sikap (berdiri, duduk, berbaring, bergerak, berjalan)
◦ Bentuk
◦ Ukuran
◦ Gerak Abnormal (yang tidak dapat dikendalikan)
(tremor, khorea, dystonia, balismus, spasme,tik, fasikulasi,
miokloni)
PALPASI

◦ PALPASI
◦ Nyeri tekan
◦ Pengukuran Besar Otot
◦ Kontraktur
◦ Konsistensi
Konsistensi otot yang meningkat
terdapat pada:

 Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP
 Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas)
 Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas)
 Kontraktur otot
Konsistensi otot yang menurun
terdapat pada:
Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.
Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di ”motor end plate”.
GERAKAN VOLUNTER/ AKTIF
 Pada pemeriksaan ini kita menilai kekuatan (kontraksi) otot:
Anggota Gerak Atas

Jari-jari di ekstensikan, kemudian kelingking digerakan menuju


ibu jari

Sepotong kertas dijepit antara ibu jari dan telapak tangan

Telunjuk, jari manis, dan kelingking dalam posisi abduksi lalu


diaduksikan (sambil beri tahanan)
Pemeriksaan abduksi ibu jari 1. arah palmar, 2. arah radial

Jari diekstensikan pada persendian metakarpo-falang (sambil


beri tahanan)

Lengan atas yang berada pada posisi horizontal dan diaduksikan

Lengan berada diposisi depan lalu di aduksikan (sambil beri


tahanan)
Pasien mendorong Mengabduksikan lengan yang
dengan lengan yang berada posisi diangkat kearah
direntangkan (sambil lateral (sambil beri tahanan)
beri tahanan)

Lengan bawah, yang berada dalam posisi fleksi pada siku, di


ekstensikan

Lengan bawah yang berada dalam posisi supinasi, lalu


difleksikan (sambil beri tahanan)
Anggota Gerak Bawah

Lutut di ekstensikan

Pasien terlentang sambil lutut difleksikan

Pasien berbaring pada sisinya dan lutut diekstensikan, kemudian


ekstremitas bawah di aduksi
Pasien dalam posisi tengkurap, kemudian lutut difleksikan

Pasien dalam posisi tengkurap, kemudian memfleksikan plantar


kakinya

Jari kaki diplantar fleksikan


Cara menilai kekuatan otot :

Dengan menggunakan angka dari 0-5.


0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot,
lumpuh total
1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak
didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus
digerakkan oleh otot tersebut
2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak
mampu melawan gaya berat gravitasi
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya
berat
4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat
pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.
5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)
Dengan menggunakan angka dari 0 – minus 4
Nilai 0 -1
-2 -3 -4
Gerakan bebas + + +
+ -
Melawan gravitasi + + +
- -
Melawan pemeriksa + +/- - -
-

Nilai O berarti normal, -1 = parese ringan, -2 = parese


moderat, -3= parese hebat, -4 paralisis.
TONUS OTOT
 Pasien diminta untuk melemaskan ekstremistas
 Digerakan secara fleksi dan ekstensi pada siku dan
lutut.
 Gerakan dibuat mula-mula bervariasi cepat dan lambat.
 Dalam keadaan normal tidak ditemukan tahanan
Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( dijumpai pada kelumpuhan LMN)
Hipotoni : tahanan berkurang
Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan , ini dijumpai
pada kelumpuhan UMN
Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada
Parkinson
PEMERIKSAAN
KOORDINASI
◦ Definisi
Koordinasi merupakan penggunaan normal faktor
motorik, sensorik dan sinergik dalam melakukan
gerakan.

◦ Tujuan
Untuk menilai aktivitas cerebellum
◦ Tes Keseimbangan ◦ Tes Koordinasi
1. Tes Romberg 1. Rebound Test
2. Tes Romberg dipertajam 2. Diadokokinesis
3. Tes Tandem Gait 3. Finger to Nose Test
4. Tes Fukuda 4. Heel to Shin Test
TEST ROMBERG

◦ Pemeriksa berada di belakang pasien


◦ Pasien berdiri tegak dengan kedua tangan di dada, kedua
mata terbuka
◦ Diamati selama 30 detik
◦ Setelah itu pasien diminta menutup mata dan diamati
selama 30 detik
◦ Jika pada keadaan mata terbuka pasien sudah jatuh 
kelainan serebelum
◦ Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi
 vestibuler/propioseptif
T E S T R O M B E R G D I P E R TA J A M

◦ Tes sama dengan tes romberg tetapi posisi tumit pasien


berada di depan ibu jari kaki yang lainnya
◦ Apabila dalam keadaan mata terbuka pasien sudah jatuh,
menandakan ada kelainan serebelum (Central)
◦ Apabila dalam keadaan mata tertutup pasien cenderung
jatuh ke satu sisi, menandakan kelainan vestibular
(propioseptif).
◦ Respon normal: pasien dapat menjaga postur tanpa
pergerakan kaki
TEST TANDEM GAIT

◦ Pasien diminta berjalan dengan sebuah garis lurus, dengan


menempatkan tumit di depan jari kaki sisi yg lain secara
bergantian
◦ Pada kelainan serebelar  pasien tidak dpt melakukan jalan
tandem dan jatuh kesatu sisi
◦ Pada kelainan vestibular  pasien akan mengalami deviasi
ke sisi lesi
T E S T F UK UD A

◦ Pemeriksa berada di belakang pasien


◦ Tangan diluruskan ke depan, mata pasien ditutup
◦ Pasien diminta berjalan ditempat 50 langkah
◦ Tes fukuda dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi > 30⁰
atau maju/ mundur > 1 meter
◦ Tes fukuda ini menunjukkan lokasi kelainan disisi kanan atau
kiri
R E B O UN D T E S T

◦ Pasien duduk didepan pemeriksa, berhadapan


◦ Minta pasien mengangkat tangan dan menekukkannya
pada siku dan kepalkan tangannya
◦ Pemeriksa menarik lengan bawah tersebut dan pasien
diminta untuk menahannya
◦ Lepaskan tangan pasien secara tiba-tiba.
◦ Normal respon: tangan pasien akan segera kembali pada
posisi awal, tanpa ada gerakan abnormal.
◦ Perlu diingat, pemeriksa juga harus meletakkan tangan lain di
depan muka pasien supaya bila pasien memang memiliki lesi
di serebelum, muka atau badan pasien tidak terpukul oleh
lengan pasien sendiri.
DIADOKOKINESIS

◦ Minta pasien meletakan tangannya diatas paha


◦ Minta pasien untuk menggerakkan kedua tangannya
bergantian pronasi dan supinasi dalam posisi siku diam
dengan cepat.
◦ Pemeriksaan ini dilakukan baik dengan mata terbuka
maupun tertutup.
◦ Pada pasien dengan gangguan serebelum atau lobus
frontalis, gerakan pasien akan melambat atau menjadi kikuk
FINGER TO NOSE TEST

◦ Minta pasien menyentuh hidungnya


◦ Lalu pasien diminta untuk menyentuh ujung jari pemeriksa dan kemudian kembali
menyentuh hidungnya, secara perlahan.
◦ Jari pemeriksa dapat diubah baik dalam jarak maupun dalam bidang gerakan.
◦ Respon Normal: pasien akan menyentuh jari pemeriksa dan menyentuh
hidungnya kembali secara cepat.
HEEL TO SHIN TEST

◦ Pemeriksaan ini lebih mudah dilakukan bila pasien dalam keadaan berbaring.
◦ Minta pasien untuk menggerakkan tumit kakinya ke arah lutut kontralateral,
kemudian tumit digerakkan atau didorong ke arah jari kaki kontralateral.
◦ Respon Normal: pasien dapat menggerakan kakinya secara halus tanpa ataxia,
terpatah-patah.
PEMERIKSAAN
FUNGSI LUHUR
Mini Mental Status Examination
(MMSE)
Nilai:
24 -30: Tidak ada gangguan kognitif
17 -23: Probable gangguan kognisi
0 - 16: Definite gangguan kognisi
Keterbatasan MMse
◦ Dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, usia dan budaya

◦ Tidak dapat dipakai sebagai alat tunggal untuk diagnosa


demensia, harus dihubungkan dengan pemeriksaan klinis

Anda mungkin juga menyukai