Laporan Pendahuluan SNNT
Laporan Pendahuluan SNNT
A. Definisi
isi
Struma
Struma disebut
disebut juga goiter adalah suatu pembeng
pembengkaka
kakan
n pada leher oleh
karena
karena pembesar
pembesaran
an kelenja
kelenjarr tiroid
tiroid akibat
akibat kelainan
kelainan glandula
glandula tiroid dapat
dapat berupa
berupa
gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial
kelen
kelenjar
jar tiroid
tiroid terdap
terdapat
at trakea
trakea dan
dan esopha
esophagu
gus.
s. Struma
Struma dapat
dapat mengar
mengarah
ah ke dalam
dalam
sehin
sehingga
gga mendo
mendoron
rong
g trakea
trakea,, esopha
esophagus
gus dan pita
pita suara
suara sehing
sehingga
ga terjad
terjadii kesuli
kesulitan
tan
bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan
oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi
bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas
dan disfagia.
B. Klasifikasi
Berdasakan fisiologisnya struma nodosa dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(ehman, dkk, !""#$ %
a. &utiroidisme
&uti
&utiro
roid
idis
isme
me adal
adalah
ah suat
suatu
u kead
keadaa
aan
n hipe
hipert
rtro
rofi
fi pada
pada kele
kelenj
njar
ar tiro
tiroid
id yang
yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di ba'ah normal sedangkan kelenjar
hipofisis menghasilkan SH dalam jumlah yang meningkat. Struma nodosa atau struma
semacam ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang
jika terjadi secara
secara berlebihan
berlebihan dapat mengakibatkan
mengakibatkan kompresi
kompresi trakea.
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sint
sintes
esis
is dari
dari horm
hormon
on tiro
tiroid
id menj
menjad
adii berk
berkur
uran
ang.
g. Kega
Kegaga
gala
lan
n dari
dari kele
kelenj
njar
ar untu
untuk
k
memp
memper
erta
taha
hank
nkan
an kada
kadarr plas
plasma
ma yang
yang cuku
cukup
p dari
dari horm
hormon
on.. Bebe
Bebera
rapa
pa pasi
pasien
en
hipotiroidisme
hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar
tiroid akibat pembedahan)ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun
yang beredar dalam sirkulasi. *ejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan,
sensit
sensitif
if terha
terhadap
dap udara
udara dingin
dingin,, demen
dementia
tia,, sulit
sulit berko
berkonse
nsentr
ntrasi
asi,, geraka
gerakan
n lamba
lamban,
n,
konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu
dan penurunan kemampuan bicara.
c. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tiroto+icosis atau *raes yang dapat didefenisikan sebagai
respon
respon jarin
jaringan
gan-ja
-jarin
ringan
gan tubuh
tubuh terhad
terhadap
ap pengar
pengaruh
uh metab
metaboli
olik
k hormo
hormon
n tiroi
tiroid
d yang
yang
berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah
yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan
tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. *ejala hipertiroidisme berupa berat badan
menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, lebih suka udara
dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada
tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalamus$, diare, haid tidak teratur, rambut
rontok, dan atrofi otot.
C. Etiologi
0enyebab utama struma nodosa ialah karena kekurangan yodium (Black and Ha'ks,
!""$. Defisiensi yodium dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar.
Hal tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan SH dalam jumlah yang
berlebihan. SH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam
jumlah yang besar ke dalam folikel, dan kelenjar menjadi bertambah besar. 0enyebab
lainnya karena adanya cacat genetik yang merusak metabolisme yodium, konsumsi
goitrogen yang tinggi (yang terdapat pada obat, agen lingkungan, makanan, sayuran$,
kerusakan hormon kelenjar tiroid, gangguan hormonal dan ri'ayat radiasi pada kepala
dan leher (ehman dkk, !""#$.
Hal yang mendasari pertumbuhan nodul pada struma nodosa non toxic adalah
respon dari sel-sel folikular tiroid yang heterogen dalam satu kelenjar tiroid pada tiap
indiidu. Dalam satu kelenjar tiroid yang normal, sensitiitas sel-sel dalam folikel
yang sama terhadap stimulus SH dan faktor perumbuhan lain (*6 dan &*6$
sangat berariasi. erdapat sel-sel autonom yang dapat bereplikasi tanpa stimulasi
SH dan sel-sel sangat sensitif SH yang lebih cepat bereplikasi. Selsel akan
bereplikasi menghasilkan sel dengan sifat yang sama. Sel-sel folikel dengan daya
replikasi yang tinggi ini tidak tersebar merata dalam satu kelenjar tiroid sehingga
akan tumbuh nodul-nodul.
D. Patofisiologi
7odium merupakan bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tiroid. Bahan yang mengandung yodium diserap usus, masuk kedalam
sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar,
yodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimulasikan oleh Tiroid
Stimulating Hormon (SH$ kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi
pada fase sel koloid. Senya'a yang terbentuk dalam molekul diyodotironin
membentuk tiroksin (8$ dan molekul triiodotironin (9$. iroksin (8$ menunjukan
pengaturan umpan balik negatif dari seksesi SH dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedangkan 9 merupakan hormon metabolik yang tidak aktif.
1kibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan 8 dan 9,
ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar
9""-:"" gram. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis,
pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (8$ dan
melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan SH oleh kelenjar
hipofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Biasanya tiroid
mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat
de'asa. Karena pertumbuhannya berangsurangsur, struma dapat menjadi besar
tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma
nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan. ;alaupun sebagian struma
nodosa tidak mengganggu pernafasan karena menonjol kebagian depan, sebagian
lain dapat menyebabkan penyempitan trakea bila pembesarannya bilateral.
E. Manifestasi Klinis
Beberapa penderita struma nodosa non toxic tidak memiliki gejala sama sekali. /ika
struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan
pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
0eningkatan seperti ini jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan
cuaca dingin, dan kelelahan. Beberapa diantaranya mengeluh adanya gangguan
menelan, gangguan pernapasan, rasa tidak nyaman di area leher, dan suara yang serak.
0emeriksaan fisik struma nodosa non toxic berfokus pada inspeksi dan palpasi leher
untuk menentukan ukuran dan bentuk nodular. nspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang
berada di depan penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi
atau leher sedikit terbuka. /ika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan
beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler
kecil$, gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan
pembengkakan. 0emeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk
duduk, leher dalam posisi fleksi. 0emeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid
dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita. Struma nodosa
tidak termasuk kanker tiroid, tapi tujuan utama dari ealuasi klinis adalah untuk
meminimalkan risiko terhadap kanker tiroid.
F. Pee!i"saan Pen#n$ang
a. nspeksi
nspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada
pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. /ika
terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu
lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil$, gerakan pada
saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.
b. 0alpasi
0emeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher
dalam posisi fleksi. 0emeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid
dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
c. es 6ungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi
tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan
triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. iroksin bebas serum
mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar SH
plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik. Kadar SH plasma sensitif
dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien
hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di ba'ah normal pada pasien
peningkatan autoimun (hipertiroidisme$. <ji ini dapat digunakan pada a'al
penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. es ambilan yodium
radioaktif (1$ digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap dan mengubah yodida.
d. 6oto ontgen leher
0emeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau
menyumbat trakea (jalan nafas$.
e. <ltrasonografi (<S*$
1lat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar
=. <S* dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya
kista)nodul yang mungkin tidak terdeteksi 'aktu pemeriksaan leher. Kelainan-
kelainan yang dapat didiagnosis dengan <S* antara lain kista, adenoma, dan
kemungkinan karsinoma.
f. Sidikan (Scan$ tiroid
>aranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-
m dan yodium3!:)yodium393 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam
kemudian berbaring di ba'ah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa
menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk
lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
g. Biopsi 1spirasi /arum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi
aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel
ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena
lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan
preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli
sitologi.
%. Penatala"sanaan
1da beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma antara
lain sebagai berikut %
a. 0emeriksaan radiologi
6oto rontgen dapat memperjelas adanya deiasi trakea, atau pembesaran
struma yang pada umumnya secara klinis sudah bisa diduga, foto rontgen pada
leher lateral diperlukan untuk ealuasi kondisi jalan nafas.
b. 0emeriksaan ultrasonografi (<S*$. ?anfaat <S* dalam pemeriksaan tiroid %
• <ntuk menentukan jumlah nodul
• Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik
• Dapat mengukur olume dari nodul tiroid.
• Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap
yodium, dan tidak terlihat dengan sidik tiroid
• <ntuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan
biopsi terarah
• 0emeriksaan sidik tiroid. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah
tentang ukuran, bentuk, lokasi dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian
tiroid.
c. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy $. Biopsi ini
dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
0enatalaksanaan Konseratif
a. 0emberian iroksin dan obat 1nti-iroid.
iroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bah'a
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon SH. @leh karena itu untuk
menekan SH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (8$ ini juga
diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. @bat anti-tiroid (tionamid$ yang digunakan saat ini
adalah propiltiourasil (0<$ dan metimasol)karbimasol.
b. erapi 7odium adioaktif .
7odium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. 0asien yang tidak mau dioperasi
maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar :" A.
7odium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil
penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. erapi ini tidak meningkatkan resiko
kanker, leukimia, atau kelainan genetik. 7odium radioaktif diberikan dalam bentuk
kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat ini ini biasanya
diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.
c. iroidektomi
indakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid adalah
tiroidektomi, meliputi subtotal ataupun total. iroidektomi subtotal akan
menyisakan jaringan atau pengangkatan :)# kelenjar tiroid, sedangkan
tiroidektomi total, yaitu pengangkatan jaringan seluruh lobus termasuk istmus
(Sudoyo, 1., dkk., !""$. iroidektomi merupakan prosedur bedah yang relatie
aman dengan morbiditas kurang dari : A.
?enurut 5ang (!"3"$, terdapat # jenis tiroidektomi, yaitu %
• 5obektomi tiroid parsial, yaitu pengangkatan bagian atas atau ba'ah satu
lobus
• 5obektomi tiroid, yaitu pengangkatan seluruh lobus
• 5obektomi tiroid dengan isthmusectomy, yaitu pengangkatan satu lobus
dan istmus
• Subtotal tiroidektomi, yaitu pengangkatan satu lobus, istmus dan
sebagian besar lobus lainnya.
• otal tiroidektomi, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar
• iroidektomi total radikal, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar dan
kelenjar limfatik serikal.
Setiap pembedahan dapat menimbulkan komplikasi, termasuk
tiroidektomi. Komplikasi pasca operasi utama yang berhubungan dengan
cedera berulang pada saraf laring superior dan kelenjar paratiroid.
Deaskularisasi, trauma, dan eksisi sengaja dari satu atau lebih kelenjar
paratiroid dapat menyebabkan hipoparatiroidisme dan hipokalsemia, yang
dapat bersifat sementara atau permanen. 0emeriksaan yang teliti tentang
anatomi dan suplai darah ke kelenjar paratiroid yang adekuat sangat penting
untuk menghindari komplikasi ini. 4amun, prosedur ini umumnya dapat
ditoleransi dengan baik dan dapat dilakukan dengan cacat minimal (Bliss et
al, !"""$.
Komplikasi lain yang dapat timbul pasca tiroidektomi adalah perdarahan,
thyrotoxic strom, edema pada laring, pneumothoraks, hipokalsemia,
hematoma, kelumpuhan syaraf laringeus reccurens, dan hipotiroidisme
(*race Borley, !""C$. indakan tiroidektomi dapat menyebabkan keadaan
hipotiroidisme, yaitu suatu keadaan terjadinya kegagalan kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon dalam jumlah adekuat, keadaan ini ditandai dengan
adanya lesu, cepat lelah, kulit kering dan kasar, produksi keringat berkurang,
serta kulit terlihat pucat. anda-tanda yang harus diobserasi pasca
tiroidektomi adalah hipokalsemia yang ditandai dengan adanya rasa kebas,
kesemutan pada bibir, jari-jari tangan dan kaki, dan kedutan otot pada area
'ajah (<rbano, 65, !"""$. Keadaan hipolakalsemia menunjukkan perlunya
penggantian kalsium dalam tubuh. Komplikasi lain yang mungkin terjadi
adalah kelumpuhan nerus laringeus reccurens yang menyebabkan suara
serak. /ika dilakukan tiroidektomi total, pasien perlu diberikan informasi
mengenai obat pengganti hormon tiroid, seperti natrium leotiroksin
(Synthroid $, natrium liotironin (Cytomel $ dan obat-obatan ini harus diminum
selamanya.
H. Ko&li"asi
b. *angguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif
( jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh$
!. 0emeriksaan 6isik
a. Keadaan umum
0ada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-
tanda ital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher
0ada klien dengan pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid. 0ada post operasi
thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa
steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobserasi dalam
dua sampai tiga hari.
c. Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau
karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistim 4eurologi
0ada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi 'ajah
yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
e. Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat
anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
f. 1ktiitas)istirahat
nsomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
g. &liminasi
<rine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
h. ntegritas ego
?engalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
i. ?akanan)cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
j. asa nyeri)kenyamanan
4yeri orbital, fotofobia.
k. Keamanan
idak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin
digunakan pada pemeriksaan$, suhu meningkat di atas 9C,8">, diaforesis, kulit halus,
hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus % retraksi, iritasi pada
konjungtia dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial$ yang menjadi
sangat parah.
l. Seksualitas
5ibido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.
. Diagnosa Ke&e!aatan
3. esiko tinggi terjadi ketidakefektian bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
!. *angguan komunikasi erbal berhubungan dengan cedera pita suara)kerusakan laring,
edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
9. esiko tinggi terhadap cedera)tetani berhubungan dengan proses pembedahan,
rangsangan pada sistem saraf pusat.
8. *angguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap
jaringan)otot dan edema pasca operasi.
:. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai
dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
#. 0otensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah
sekunder terhadap pembedahan.
*. Inte!+ensi "e&e!aatan
a. esiko tinggi terjadi ketidakefektian bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngeal.
3. ujuan%
/alan nafas klien efektif
!. Kriteria%
idak ada sumbatan pada trakhea
9. encana tindakan%
?onitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
@bserasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
1tur posisi semifo'ler
Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
?elakukan suction pada trakhea dan mulut.
0erhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
8. asional
?engetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
onchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
ndikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
?emberikan suasana yang lebih nyaman.
?emudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan entilsassi
Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
?ungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, ?arilynn &, dkk. !""". encana 1suhan Kepara'atan. &*> % /akarta.
Harna'aty, dalam http%))nersgeng.blogspot.com) !"")":)asuhan-kepera'atan-pasien-
struma.html Senin, "G 4oember !"3".
?ansjoer, arif dkk. !""". Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga jilid 3. ?edia 1esculapius %
/akarta.
Syarifuddin, drs. 1?K. !""#. 1natomi 6isiologi untuk mahasis'a kepera'atan, edisi 9.
&*> % /akarta.