BAB I
PENDAHULUAN
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid. Toksik dan non toksik merujuk pada
ada tidaknya kelainan fisiologi seperti hipertiroidisme. Nodusa atau diffusa
merupakan gambaran anatomi struma. Struma nodusa non toxic adalah
pembesaran kelenjar tiroid berbatas jelas yang tanpa disertai dengan
hipertiroidisme.
Strumaa nod
Strum nodos
osaa terut
t erutama
ama di temukan
temukan di daerah pegunung
pegu nungan
an kare
k arena
na defi
d efisie
siensi
nsi
iodium. Struma endemik ini dapat dicegah dengan pemberian iodium. Diluar daerah
endemik, struma nodosa ditemukan secara insidental atau pada keluarga tertentu.
Etiologinya umum nya multifaktorial. Biasanya tiroid sudah membesar sejak usia
muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Struma multinodosa biasanya ditemukan pada wanita berusia lanjut yang berusia
lebih dari 50 tahun, dan perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia
sampai bentuk involusi. Kebanyakan struma multinodosa dapat dihambat oleh
tiroksin.. Penderita struma nodo
tiroksin nodosa
sa biasanya
bias anya tidak mengalami
mengala mi keluhan karena
tidak ada hipotiroidis
hipotir oidisme
me atau hipertiroi
hipert iroidi
disme.
sme. Nodul
Nod ul mungkin tunggal,
tungga l, te
teta
tapi
pi
kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi.
Degenerasi
Degenera si jarin
jaringan
gan menyebabkan
menyeba bkan kista atau aden
adenoma.
oma.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi
karena folikel-folikel terisi koloid secara berlebihan Setelah bertahun-tahun
sebagian folikel tumbuh semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar
tersebut menjadi noduler. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran
kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai
tanda-tanda hipertiroidisme.
B. Embriologi
Glandula thyroidea mula-mula berkembang dari penonjolan
endodermal pada garis tengah dasar pharynx, diantara tuberculum impar dan
copula. Nantinya penebalan ini berubah menjadi divertikulum yang disebut
ductus thyroglossalis. Dengan berlanjutnya perkembangan, duktus ini
memanjang dan ujung distalnya menjadi berlobus dua. Duktus ini merubah
menjadi tali padat dan bermigrasi menuruni leher, berjalan di sebelah anterior,
atau posterior terhadap os hyoideum yang sedang berkembang.
Pada minggu ke tujuh, tiba pada posisi akhirnya di dekat larynx dan
trachea. Sementara itu tali padat yang menghubungkan glandula thyroidea
dengan lidah, terputus dan lenyap. Tempat asal ductus tyroglossalis pada lidah
2
C. Anatomi
Glandula thyroidea terdiri atas lobus kiri dan kanan yang dihubungkan
oleh isthmus yang sempit. Setiap lobus berbentuk buah avokad, dengan
puncaknya ke atas sampai linea oblique cartilaginis thyroidea dan basisnya
terdapat dibawah, setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5. Glandula thyroidea
merupakan organ yang sangat vascular, dibungkus oleh selubung yang berasal
dari lamina pretrachealis. Selubung ini melekatkan kelenjar ini ke larynx dan
trachea. Juga sering didapatkan lobus piramidalis, yang menjalar ke atas dari
isthmus, biasanya ke kiri garis tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan
embryonic thyroid yang ketinggalan pada waktu migrasi jaringan ini ke bagian
anterior di hipofaring. Bagian atas dari lobus ini dikenal sebagai pole atas dari
kelenjar tiroid, dan bagian bawah disebut sebagai pole bawah. Suatu pita
fibrosa atau muscular sering menghubungkan lobus piramidalis dengan os
hyoideum; jika ia muscular disebut sebagai m. levator glandulae thyroidea.
Berat tiroid pada orang dewasa normal adalah 20-30 gram tergantung
kepada ukuran tubuh dan suplai Iodium. Lebar dan panjang dari isthmus
sekitar 20 mm, dan ketebalannya 2-6 mm. Ukuran lobus lateral dari pole
3
superior ke inferior sekitar 4 cm. Lebarnya 15-20 mm, dan ketebalan 20-39
mm. Kelenjar tiroid terletak antara fascia colli media dan fascia prevertebralis.
Di dalam ruangan yang sama terdapat trakea, esophagus, pembuluh darah
besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrachealis
dan melingkari 2/3 bahkan sampai 3/4 lingkaran.
A. carotis communis, v. jugularis interna, dan n. vagus terletak
bersama di dalam suatu ruang tertutup di laterodorsal tiroid. N. recurrens
terletak di dorsal sebelum masuk ke laring. N. phrenicus dan truncus
symphaticus tidak masuk ke dalam ruang antara fascia media dan
prevertebralis. Limfe dari kelenjar tiroid terutama dicurahkan ke lateral, ke
dalam nl. cervicales profundi. Beberapa pembuluh limfe berjalan turun ke nl.
paratracheales. Seluruh cincin tiroid dibungkus oleh suatu lapisan jaringan
yang dinamakan true capsule. Sedangkan extension dari lapisan tengah fascia
servicalis profundus yang mengelilingi tiroid dinamakan false capsule atau
surgical capsule. Seluruh arteri dan vena, plexus limphaticus dan kelenjar
paratiroid terletak antara kedua kapsul tersebut. Ligamentum Berry menjadi
penghubung di bagian posterior antara kedua kapsul tersebut. Ligamentum
Berry menjadi penghubung di bagian posterior antara kedua lobus tiroid. Aa.
carotis superior dextra et sinistra, dan kedua aa. thyroidea inferior dextra et
sinistra memberikan vaskularisasi untuk tiroid. Kadang kala dijumpai a. ima,
cabang truncus brachiocephalica. Sistem vena berjalan bersama arterinya,
persarafan diatur oleh n. recurrens dan cabang dari n. laryngeus superior,
sedangkan sistem limfatik yang penting menerima aliran limfe tiroid terdiri
dari pembuluh limfe superior yang menerima cairan limfe dari pinggir atas
isthmus, sebagian besar permukaan medial lobus lateral, dan permukaan
ventral dan dorsal bagian atas lobus lateral dan pembuluh limfe inferior yang
menerima cairan limfe dari sebagian besar isthmus dan bagian bawah lobus
lateral.
Pada pembedahan tiroid penting memperhatikan jalan arteri pada pool
atas kanan dan kiri, karena ligasi tinggi pada arteri tersebut dapat mencederai
n. laryngeus superior, kerusakan nervus ini dapat mengakibatkan perubahan
suara menjadi parau yang bersifat sementara namun dapat pula permanen.
4
D. Fisiologi
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat
menyerap iodin
menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin
ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah
menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal
pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah
hormon-hormon lain seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga
(ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak
aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati
dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus
yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH
(thyroid releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). Hormon-
hormon ini membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)-
kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian
merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan
merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang
mengganggu jalur di atas akan menyebabkan produksi T3 dan T4
Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam
pengeluaran hormone tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat
adanya sel parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk
mengatur metabolism kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum
terhadap tulang.
5
6
F. Histologi
Kelenjar tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-
folikel kecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan jaringan ikat.
Folikel-folikel tiroid dibatasi oleh epitel kubus dan lumennya terisi oleh
koloid. Kelenjar tiroid mengandung 2 tipe sel utama yaitu thyroid follicular
cells dan C cells (parafollicular cells).
G. Etiologi
7
H. Klasifikasi
8
I. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
9
K. Diagnosis
10
11
12
13
trakaea biasanya mudah diraba di garis tengah. Cincin trakea yang lebih
kaudal makin sukar diraba karena trakea mengarah ke dorsal. Pada gerakan
menelan, seluruh trakea bergerak naik turun. Satu-satunya struktur lain yang
turut dengan gerakan ini adalah kelenjar tiroid atau sesuatu yang berasal dari
kelenjar tiroid. Sekitar 5% struma nodosa meng
mengalami
alami keganasan.
Di klinik perlu dibedakan nodul tiroid jinak dan nodul ganas yang
memiliki karakteristik:
1. Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan
sukar digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi
kistik dan kemudian menjadi lunak.
2. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun
nodul yang mengalami kalsifikasi dapat dtemukan pada hiperplasia
adenomatosa yang sudah berlangsung lama.
3. Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupakan tanda keganasan,
walaupun nodul ganas tidak selalu mengadakan infiltrasi. Jika ditemukan
ptosis, miosis dan enoftalmus (Horner syndrome) merupakan tanda
infiltrasi atau metastase ke jaringan sekitar.
4. 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang
ganas, tetapi nodul multipel dapat ditemukan 40% pada keganasan tiroid
5. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurgai ganas
terutama yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba
membesar progresif.
6. Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah
bening regional atau perubahan suara menjadi serak.
7. Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus sternokleido
mastoidea karena desakan pembesaran nodul
14
15
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan
yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi
NaCl per oral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium
radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3
bentuk seperti telah disinggung diatas:
1. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.
16
Dari hasil pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dibedakan apakah yang kita
hadapi itu suatu keganasan atau sesuatu yang jinak. Keganasan biasanya terekam
sebagai nodul dingin dan soliter tetapi tidak berarti bahwa semua nodul dingin
adalah keganasan. Liecthy mendapatkan bahwa 90% dari nodul dingin adalah
jinak dan 70 % dari semua nodul
nodul jinak adalah juga nodul ding
dingin.
in.
Nodul yang hangat biasanya bukan keganasan. Namun Alves dkk pada
penelitiannya mendapatkan 2 keganasan di antara 24 nodul hangat. Apabila
ditemukan nodul yang panas ini hampir pasti bukan suatu keganasan.
Gambran USG yang didapat dibedakan atas dasar kelainan yang difus atau
fokal yang kemudian juga dibedakan atas dasar derajat ekonya yaitu hipoekoik,
isoekoik atau campuran. Kelainan- kelainan yang dapat didiagnosis secar USG
ialah:
17
Adanya halo dikaitkan dengan sesuatu yang jinak (adenoma) tetapi sekarang
ternyata bahwa halo dapat pula ditemukan keganasan.
Pada masa sekarang dilakukan dengan jarum halus biasa yitu Biopsi
Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau Fine Needle Aspiration (FNA) (FNA)
mempergunakan jarum suntik no.22-27. Cara ini mudah aman dapat dilakukan
dengan berobat jalan. Dibandingkan dengan biopsi cara lama (jarum besar) ,
biopsi jarum halus tidak nyeri tidak menyebabkan dan hampir tidak ada bahaya
penyebaran sel-sel ganas. Ada beberapa kerugian pada biopsi, jarum ini yaitu
dapat memberikan hasil negatif
negatif palsu atau positif palsu. Negatif palsu b
biasanya
iasanya
karena lokasi biopsi yang kurang tepat , teknik biopsi yang kurang benar atau
preparat yang kurang baik dibuatnya. Hasil positif palsu dapat terjadi karena
Petanda Tumor ( T um
umo
or M aker )
18
Tampaknya tidak ada korelasi yang jelas antara kelainan histopatologik dan kadar
Tg serum.
L. Penatalaksanaan
Pilihan terapi nodul tiroid:
1. Terapi supresi dengan hormon
hormon levotirosin
2. Pembedahan
3. Iodium radioaktif
4. Suntikan etanol
5. US Guided
Guided Laser
Laser Therapy
6. Observasi, bila yakin
yakin nodul tidak ganas.
19
d. struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya karena
metastase luas ke mediastinum, sukar eksisinya biarpun telah dilakukan
sternotomi, dan bila dipaksakan akan memberikan mortalitas yang tinggi
dan sering hasilnya tidak radikal.
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB (
Biopsi Jarum Halus). Ada 2 kelompok
kelompok hasil yang mungkin
mungkin didapat y
yaitu
aitu :
1. Hasil FNAB suspek maligna, ³foliculare Pattern´ dan ³Hurthle Cell´. Dilakukan
tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.
diatas .
20
2. Hasil FNAB benigna. Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax
selama 6 bulan kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti
dengan tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak ada perubahan atau
bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan
pemeriksaan potong beku seperti diatas.
tumor limfedematosa.
Teknik pembedahan
21
inferior yang meninggalkan arteria thyroidea inferior utuh. Bagian kelenjar yang
dieksisi merupakan sisi anterolateral tiap lobus, isthmus dan lobus pyramidalis.
Pada beberapa pasien dengan peningkatan sangat jelas dalam penyediaan darah ke
kelenjar, arteria thyroides inferior dapat diligasi kontinu atau ditutup sementara
dengan klem kecil sampai reseksi dilengkapi. Tujuan lazim untuk melindungi dan
mengawetkan nervus laryngeus recurrens, glandula paratiroid, dan mecegah
hipotiroidisme.
Lobektomi Total
Lobektomi total dilakukan untuk tumor ganas glandula tiroid dan bila
penyakit unilobaris yang mendasari tak pasti. Beberapa ahli bedah
bedah juga lebih
senang melakukan tindakan ini pada satu sisi bagi penyakit mulinodularis dan
meninggalkan sisa agak lebih besar dalam lobus yang lain.
Thyroi
Th yroide
decto
ctom
my proce
procedure
dure R em
emova
ovall of: I nd
ndicat
ications
ions
(nodulectomy,
Partial (nodulectomy, margin of normal
Nodule + margin normal tissue
tissue Benign lesio
lesion
n
lumpectomy)
lumpectomy)
Subtotal More than one half of the
the thyroid Benign lesion
lesion
gland
and isthmus
isthmus
22
Lobectomy (=
(= hemithyroidectomy
hemithyroidectomy)) One entire lobe and isthmus
isthmus Standard initial treatment for all
indeterminate
nodules
nodules
Near-total Lobectomy on one side,
side, Papillary carcinoma
carcinoma in a low-risk
isthmectomy and patient,
subtotal resection
resection of contralateral
contralateral not requiring radioiodine ablation
ablation
lobe
lobe
otal Both lobes and
and isthmus
isthmus Any other type
type of thyroid
carcinoma
carcinoma
Komplikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi
1. Perdarahan
Perdarahan.. Resiko ini minimum tetapi harus hati-hati dalam
mengamankan hemostasis dengan penggunaan diam yang
bijaksana. Perdarahan selau mungkin terjadi setelah tiroidektomi. Bila ia
timbul biasanya ia suatu kedaruratan bedah, tempat diperlu secepat
mungkin dekompresi leher segera dan mengembalikan pasien ke kamar
operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara
udara..
Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif intermiten
dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini harus minimum dan cukup
jarang terjadi.
3. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.
recurrens . Ia menimbulkan paralisis
sebagian atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang
adekuat dan kehati-hatian pada operasi seharusnya mencegah cedera pada
saraf ini atau pada nervus laryngeus superior.
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal
abnormal ke dalam sirkulasi
dengan tekanan.
tekanan. Hal ini dirujuk pada „throtoxic storm‟, yang sekarang
jarang terlihat karena persiapan pasien yang adekuat menghambat glandula
glandula
tiroid overaktif dalam pasien yang dioperasi karena tirotoksikosis.
23
5. Sepsis
Sepsis.. Juga komplikasi ini tidak boleh terlihat dalam klinik bedah saat ini.
Antibiotika tidak diperlukan sebagai profilaksis. Perhatian bagi hemostasis
adekuat saat operasi dilakukan dalam kamar operasi berventilasi tepat
dengan peralatan yang baik dan ligasi harus disertai dengan infeksi yang
dapat diabaikan.
24
M. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah perubahan kearah keganasan ( Ca tiroid)
tiroid )
N. Prognosis
Tergantung jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel).
konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras, nyeri pada penekanan,
perlekatan dengan sekitarnya, pembesaran kelenjar getah bening di sekitar
tiroid.
25
BAB III
STATUS PENDERITA
A. Identitas
Nama : Nn.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Nangoh
B. Anamnesis
• Keluhan Utama : Benjolan di leher depan sejak 1 bulan yang lalu.
26
27
Status Lokalis
Inspeksi : a/r Orbita
Exofthalmus (-)
28
D. Resume
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 52 tahun dengan keluhan
tumor pada daerah colli anterior, dengan tumor doubling time belum dapat
ditentukan. Benjolan tidak nyeri. Tidak ada disfagia, disfonia, sufokasi,
dispneu, dan hemoptisis. Tidak ada cefalgia, tidak ada nyeri pada tubuh,
Tidak ditemukan tanda dan gejala hipertiroid atau hipotiroid
Pada status lokalis a/r colli anterior dari inspeksi : tampak tumor sebesar
bola pingpong, warna
war na sesuai kulit sekitarnya, tidak tampak adanya bekas
luka, benjolan terlihat ikut bergerak saat pasien menelan. Pada palpasi
Teraba massa konsistensi kenyal, permukaan licin, berbatas tegas, mobile,
tepi reguler, tidak nyeri, dan ikut bergerak saat pasien menelan ludah,
dengan ukuran sebesar bola pingpong. Pada auskultasi tidak terdengar
bunyi bruit.
29
H. Penatalaksanaan
Subtotal Tiroidektomi
I. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : bonam
30
BAB V
KESIMPULAN
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas
jelas dan tanpa gejala-gejala hipertiroidi. Klasifikasi dari struma nodosa non
toksik didasarkan atas beberapa hal yaitu berdasarkan jumlah nodul, berdasarkan
kemampuan menangkap iodium aktif dan berdasarkan konsistensinya. Etiologi
dari struma nodosa non toksik adalah multifaktorial namun kebanyakan struma
diseluruh dunia diakibatkan oleh defisiensi yodium langsung atau akibat makan
goitrogen dalam dietnya. Gejala klinis tidak khas biasanya penderita datang
dengan keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan tanpa keluhan hipo
atau hipertiroidi. Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesa. Pemeriksaan sidik
tiroid, pemeriksaan USG, Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Bajah), termografi, dan
petanda Tumor (tumor marker). Penatalaksanaan meliputi terapi dengan l-
thyroksin atau terapi pembedahan yaitu tiroidektomi berupa reseksi subtotal atau
lobektomi total dll. Komplikasi dari tindakan pembedahan (tiroidektomi)
meliputi perdarahan, terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara,
trauma pada nervus laryngeus recurrens, sepsis dan hipotiroidisme.
Nn.R 52 tahun datang dengan keluhan tumor pada daerah colli anterior, dengan
tumor doubling time belum dapat ditentukan. Benjolan tidak nyeri. Tidak ada
disfagia, disfonia, sufokasi, dispneu, dan hemoptisis. Tidak ada cefalgia, tidak ada
nyeri pada tubuh, Tidak ditemukan tanda dan gejala hipertiroid atau hipotiroid.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan status generalis dalam
dal am batas normal.
Pada status lokalis a/r colli anterior dari inspeksi : tampak tumor sebesar bola
pingpong, warna
warna sesuai kulit sekitarnya, tidak tampak adanya bekas luka, benjolan
terlihat ikut bergerak saat pasien menelan. Pada palpasi Teraba massa konsistensi
kenyal, permukaan licin, berbatas tegas, mobile, tepi reguler, tidak nyeri, dan ikut
bergerak saat pasien menelan ludah, dengan ukuran sebesar bola pingpong. Pada
auskultasi tidak terdengar bunyi bruit. Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada
maka secara klinis Ny. R sesuai dengan klinis yang ditemukan pada orang dengan
31
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Barrett, E.J. The thyroid gland. In Boron WF, Boulpaep EL. Medical
physiology.A cellular and molecular approach. Ist Edition. Saunders.
Saunders.
Philadelphia. 2003 : 1035- 1048.
2. Magner JA : Thyroid stimulating hormone: biosynthesis, cell biology and
bioactivity. ndocr Rev 1990; 11:354
11:354
3. Glinoer D. Regulation of maternal thyroid during pregnancy. J Clin Endocrinol
Metab 1990;71: 276
4. Wall JR. Autoimmune thyroid disease. Endocrinol Metab Clin North Am
1987;229:1
5. Wilkin TJ. Mechanism of disease : receptor autoimm
autoimmunity
unity in endocrine disorders.
N Eng J Med 1990;
1990; 323: 1318
6. Surks MI. American thyroid association guidelines for use of laboratory test in
thyroid disorders. JAMA 1990; 263:1529
7. Solomon B. Current trend in the management of Graves disease. J Clin
Endocrinol Metab 1990 ; 70:1518
8. Fenzi G. Clinical approach to goiter. Clin Endocrinol Metab 1988 ; 2: 671
9. Yeh TS, Jan YY, Hsu BR, Chen KW, Chen NIE (2000) Video-assisted
endoscopic thyroidectomy.
thyroidectomy. Am J Surg 180:82 – 85
85
10. Gagner M, Inabnet WB III (2001) Endoscopic thyroidectomy
thyroidectomy for solitary thyroid
nodules. Thyroid 11:161 – 163
163
11. https://www.ncbi.nlm
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article
.nih.gov/pmc/articles/PMC4847104/
s/PMC4847104/
12. https://www.ncbi.nlm
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article
.nih.gov/pmc/articles/PMC2994260
s/PMC2994260//
13. De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 2004., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.,
EGC., Jakarta.
15. Thyroid The Updated AJCC/TNM Staging System for Differentiated and
Anaplastic Thyroid Cancer (8th edition): What changed and why? (DOI:
10.1089/thy.2017.0102)
10.1089/thy.2017.0102)
32