Anda di halaman 1dari 159

c

-I
SSN2
541
-44
72 e
-IS
SN2
541
-44
88 Vo
lume3No
mor3
,Ok
tob
er2
018

Me
kani
smePe
net
apa
nDe
saWi
sat
adi
Kab
upa
tenPono
rog
o
YusufAdam Hi
lman,DebiHerlianto

Bu
day
aNas
iDanMa
sya
rak
atKo
rea
EuisSul
astri
Volume 3, No. 3 ISSN: 2541 - 447X (cetak)
Oktober 2018 2541 - 4488 (online)

Publikasi empat bulanan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta yang didukung
oleh Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Himpunan Lembaga Pendidikan
Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari), Association for Tourism Research and Education
on Indonesia (ATREI).

SUSUNAN REDAKTUR
PENANGGUNGJAWAB

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid


Ka. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

EDITOR AHLI

Prof. Dr. Ir. I.Gde Pitana, M.Sc Prof. Dr. Kohar Sulistyadi, MSIE
Founder Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta
Prof. Azril Azahari, Ph.D Dr. Nugroho, B Sukamdani, MBA, BET
Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta
Prof. Marie Cristine Bonneau Dr. Tonny Hendratono
L’ Universite d’Angers Perancis Universitas Bunda Mulia (ICPI)
Prof. Phillippe Violer Dr. Sylvine Pickel Chevalier
L’ Universite d’Angers Perancis L’ Universite d’ Anger France (ATREI)
Devi Roza Krisnandhi Kausar, PhD Hera Oktadiana, Ph.D, CHE
Universitas Pancasila (ICPI) Universitas Bina Nusantara (ICPI)
Prof. Dr. Kholil, M.Kom Jacob Ganef Pah, MS
Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Prof. Dr. Ir. Giyatmi, M.Si Nana Trianasari, Ph.D
Universitas Sahid Jakarta Ganesha University of Education
I. Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA Munawaroh, SE, MM
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (ICPI) Swiss German University
Dr. Yohanes Sulistyadi Prof. Dr. I. Nyoman Darma Putra, M.Litt

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Univeritas Udayana

PENYUNTING PELAKSANA SEKRETARIAT DAN PEMASARAN


Canda Fitriona FX Setiyo Wibowo
Dr. Asep Parantika Kadek Wiweka Sekretaris Distribusi
Ketua Wakil Ketua Anggota Ramon Hurdawaty Baskoro Harwindito
Dr. Derinta Entas Budi Setiawan Manajemen naskah Manajemen Naskah
Wakil Ketua Penyunting Anggota Bambang Widodo Heru Suheryadi
Darmawan Damanik Nenny Wahyuni IT Versi Online Manajemen Naskah
Anggota Anggota Aang Sunarto Mulyati
Kusmayadi Murhadi IT Versi Online Keuangan
Anggota Anggota DITERBITKAN OLEH:
Maryetti Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Anggota Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
ALAMAT REDAKTUR
Jl. Kemiri Raya No. 22, Pamulang Tangerang Selatan
Tel: 021 7402329, 740 2339 Fax: 021 7428152 e-mail:
jurnal@stpsahid.ac.id, website: http://journal.stpsahid.ac.id

i J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Volume 3, No. 3 ISSN: 2541 - 447X (cetak)
Oktober 2018 2541 - 4488 (online)

DARI REDAKTUR

Jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP) merupakan nama baru dari Jurnal Sains
Kepariwisataan dan Pengetahuan Umum (SKPU) yang mulai terbit Pebruari 2002.
Perubahan nama ini didasarkan atas perkembangan ilmu pariwisata di Indonesia
yang sudah diakui sebagai ilmu mandiri sejak tahun 2008.

J-STP hadir sebagai wahana studi inovatif yang berkontribusi terhadap pemahaman
teoritis dan praktis bagi para akademisi dan mahasiswa serta peminat pariwisata
termasuk hospitaliti didalamnya. Secara khusus J-STP bertujuan untuk berkontribusi
terhadap penyebaran pengetahuan melalui publikasi artikel studi literatur, hasil
penelitian dan praktik baik penggunaan metodologi dalam penyelesaian masalah.
Selain itu jurnal ini diharapkan mampu berperan penting dalam pariwisata ASEAN
dan Internasional.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan J-STP, kritik dan saran kami harapkan dari pembaca demi perbaikan
jurnal kami untuk kedepannya.

Jakarta, Oktober 2018

Ir. Kusmayadi, MM

ii J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Volume 3, No. 3 ISSN: 2541-447X(cetak)
Oktober 2018 2541-4488 (online)

DAFTAR ISI

i Susunan Redaktur
ii Dari Redaktur
iii Daftar Isi
285 Budaya Nasi dan Masyarakat 344 Pengembangan Pariwisata di
Korea Perkampungan Betawi Setu
Babakan Jagakarsa Jakarta
Selatan
Euis Sulastri Anik Yuniati, Nuryadina Augusrini
295 Mekanisme Penetapan Desa 355 Determinasi Faktor-Faktor
Wisata di Kabupaten Ponorogo Yang Mempengaruhi Turnover
Intention Karyawan Hotel
Berbintang 4 di Kota Padang

Yusuf Adam Hilman, Debi Herlianto Feri Ferdian , Hijriyantomi


Suyuthie
306 Ayam Ingkung Sebagai 368 Pengaruh Ketersediaan Bentuk
Pelengkap Upacara Adat di Format Posting Pada Social
Bantul Yogyakarta Network Site Instagram
Terhadap Kengininan
Membuat User-Generated
Content
Nurul Sukma Lestari, Kresensia Arief Budiman, Hanesman Alkhair
Ektyani Nautiska Pratami
321 Preferensi Wisatawan Terhadap 379 Pemetaan Perjalanan
Pemilihan Hotel Pengunjung Pada Dieng
(Studi Kasus Hotel Budget di Culture Festival Dengan
Jakarta) Menggunakan Mobile
Ethnography
Ramon Hurdawaty, Reni Sonny Agustiawan, Dini Anggraeni
Sulistiyowati Sirad, Yudho Hartono

iii J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


391 Geowisata: Solusi Pemanfaatan 409 Analisis Ruang Komersial
Kekayaan Geologi Yang Bagi Pedagang Kaki Lima
Berwawasan Lingkungan di Kawasan Hutan Kota Rawa
Dongkal, Kelurahan Cibubur,
Jakarta Timur
Hary Hermawan, Yosef Abdul Ghani Kadek Wiweka, Yulianti, Ni Luh
Putu Trisdyani

iv J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

BUDAYA NASI DAN MASYARAKAT KOREA


RICE CULTURE AND KOREAN SOCIETY

Euis Sulastri¹

¹Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea


Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: euis.sulastri@gmail.com

ABSTRACT
This research discusses the rice culture and Korean society. Rice for Korean society is not just
food, it has more and a very deep connection with the culture itself since a long time ago. In this
research, which is conducted with qualitative method by focusing on study of literature from related
books and articles, the author seeks to find the answers about the starting point of the period when
Korean society consumed rice for the first time, the importance of rice for Korean society, and the
history of rice in the lives of Korean society. Rice or ‘bap’ which is also has a part in Korean culture
appears in poems, proverbs, idioms, and various other Korean literary works. The result of this
study indicates that rice has a very close relationship with Korean society and Korean culture for a
very long time, even able to describe the condition of the society in specific period throughout its
history.

Keyword: rice; bap; Korean society; Korean culture

ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang budaya nasi dan masyarakat Korea. Nasi bagi masyarakat Korea
bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga memiliki keterkaitan yang amat dalam dengan
kebudayaan Korea sejak dahulu. Dalam penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif dengan
mengedepankan studi literatur dari buku dan artikel terkait, penulis berusaha menemukan jawaban
mengenai asal mula masyarakat Korea mengkonsumsi nasi, pentingnya nasi bagi masyarakat Korea,
dan sejarah nasi dalam kehidupan masyarakat Korea. Nasi atau ‘bap’ yang juga memiliki bagian di
dalam kebudayaan Korea banyak muncul di dalam puisi, peribahasa, idiom serta berbagai karya
sastra Korea lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nasi memiliki hubungan yang
sangat dekat dengan masyarakat Korea dan kebudayaan Korea, bahkan juga mampu
menggambarkan keadaan sosial masyarakat pada zaman tertentu.

Kata kunci: nasi; bap; masyarakat Korea; kebudayaan Korea

Riwayat Artikel :
Diajukan: 10 Agustus 2018
Direvisi: 22 September 2018
Diterima: 15 Oktober 2018

285 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

PENDAHULUAN Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa


‘pab’ atau nasi merupakan hal yang sangat
Makan adalah kegiatan sehari-hari yang penting bagi masyarakat Korea.
dilakukan oleh seluruh makhluk hidup Penulis melakukan penelitian ini
termasuk manusia. Bagi manusia, makan berdasarkan ketertarikan terhadap budaya
atau mengkonsumsi makanan dapat makan masyarakat Korea. Penelitian ini
menghasilkan energi untuk melakukan dilakukan dengan menggunakan metode
kegiatan sehari-hari. Setiap negara memiliki kualitatif berupa studi literatur untuk
budaya makannya masing-masing, termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut,
budaya makan Korea yang memiliki “Sejak kapan masyarakat Korea
karakteristik tersendiri. mengkonsumsi nasi? Seberapa pentingkah
Penelitian ini adalah penelitian nasi bagi masyarakat Korea? Bagaimanakah
mengenai budaya makan orang Korea. sejarah ketiadaan nasi yang membuat
Makanan pokok masyarakat Korea adalah kehidupan masyarakat Korea begitu sulit?
nasi. Ada beberapa kata yang digunakan Bagaimana nasi dilihat dari perspektif
untuk merujuk kata ‘makan’ dalam Bahasa kebudayaan Korea?” dan berbagai
Korea. Kata-kata ini bervariasi, tergantung pertanyaan terkait lainnya dari sudut
kepada siapa lawan bicaranya, contohnya: pandang kebudayaan Korea. Selain itu,
pab (밥), jinji (진지), sura (수라), siksa penelitian ini juga menggunakan buku,
(식사), dan lain sebagainya. artikel daring, dan lainnya untuk
Salah satu kalimat sapaan yang mengumpulkan informasi terkait.
digunakan oleh orang Korea ketika
bertemu adalah pertanyaan seperti, “sik-sa
ha-syeoss-o-yo? (apakah sudah makan?)”, KONSEP BUDAYA MAKAN
atau “pab meok-oss-o? (apakah sudah DAN KARAKTERISTIK
makan nasi?)”. Barangkali di dalam budaya MAKANAN KOREA
negara lain, pertanyaan tersebut diberikan
hanya sebelum makan untuk mengajak Budaya makan, atau yang dalam
lawan bicara makan bersama. Akan tetapi, Bahasa Korea disebut dengan ‘sik mun-
hal berbeda terjadi di Korea. Dalam hwa’ adalah perpaduan dari kata ‘sik saeng-
Bahasa Korea, ada banyak pertanyaan yang hwal’ yang berarti kegiatan makan dan
hanya digunakan sebagai sapaan. Dahulu ‘mun-hwa’ yang memiliki arti budaya.
ketika Korea berada dalam masa Merujuk kepada kamus Naver, ‘sik mun-
kemiskinan dan kelaparan, pertanyaan hwa’ adalah sebuah kegiatan yang
mengenai apakah sudah makan atau belum berhubungan dengan kegiatan
begitu lazim digunakan oleh masyarakat mengkonsumsi makanan.1 ‘Mun-hwa’ atau
Korea sebagai sapaan. Pertanyaan- budaya adalah istilah dalam kehidupan
pertanyaan seperti, “sik-sa ha-syeoss-o-yo?” bermasyarakat yang berhubungan dengan
atau “pab meok-oss-o?” sering digunakan kebiasaan dan berbagi untuk mewujudkan
oleh masyarakat Korea untuk mengganti tujuan atau hidup ideal yang terlepas dari
penggunaan kata ‘pab (nasi)’. Dalam hal ini, keadaan alamiah, yang di dalamnya
pertanyaan ‘pab meok-oss-o?’ bukanlah termasuk proses untuk menciptakan
pertanyaan yang berarti apakah seseorang
sudah makan nasi yang terbuat dari beras, 1

melainkan memiliki arti apakah seseorang https://ko.dict.naver.com/search.nhn?query=%EC


tersebut sudah makan atau tidak. %8B%9D%EC%83%9D%ED%99%9C&kind=all

286 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

keuntungan materi dan psikologis. 2 mewujudkan harmonisasi dari nutrisi


Menurut Lee Seong-woo (1999), ‘sik mun- makanan, warna, ukuran, dan suhunya.
hwa’ adalah bentuk perilaku yang secara Makanan pokok terbuat dari berbagai padi-
umum dapat dikaitkan dengan kebiasaan padian seperti beras atau bori atau jawawut,
makan di daerah tertentu.3 makanan pendamping atau banchan terbuat
Semua tindakan dan perilaku manusia dari sayur, daging, ikan atau bahan lainnya,
yang memasak makanan dari bahan dan bahan makanan fermentasi atau bahan
mentah, mengkonsumsi, dan mencernanya makanan kering seperti kimjang (kimchi
merupakan bentuk struktur sosial dari musim dingin), jang, jeotgal (makanan yang
budaya makan. Seringkali kecintaan diasinkan), sayuran kering dan lainnya
terhadap makanan dikaitkan dengan dibuat dan digunakan sebagai bahan dasar
budaya yang disebabkan oleh kesalahan lauk dan bumbu masak.5
dalam mekanisme budaya. Berdasarkan Hansik adalah sebuah kesatuan
kolektivitas sosial seperti keluarga dan makanan yang terdiri dari berbagai jenis
teman, makan sebagai kegiatan paling bahan makanan, warna, bahan, bumbu,
mendasar dalam budaya makanan bagi yang melebur menjadi satu. Di daerah Asia
manusia adalah hal yang sangat penting. Timur, konsep kosmologi Yin dan Yang
Akan tetapi, pada kenyataannya hal ini adalah sebuah konsep filosofi yang sangat
tidaklah begitu penting. Dari sudut pandang penting. Hansik merupakan perwujudan
holistik, budaya makanan tidak hanya dari konsep Yin dan Yang tersebut. Lima
dilihat dari satu sisi saja. Akan tetapi, perlu bentuk rasa dasar atau disebut juga omi
dilihat pula hubungan natural antara budaya yang terdiri dari rasa asam, pahit, manis,
makanan dengan aspek budaya lainnya.4 pedas, dan asin telah hidup di dalam
Setiap negara memiliki karakteristik masyarakat Korea sejak lama dan
budaya makan masing-masing. Hansik atau harmonisasi dari semua rasa tersebut
makanan Korea yang mementingkan sangatlah penting. Selain itu, harmonisasi
perilaku dan perasaan dari pemasaknya warna yang disebut juga dengan o-bang-saek
adalah satu diantaranya. Hal ini karena terdiri dari lima warna yaitu merah, biru,
hansik mencerminkan ketulusan dan usaha kuning, putih, dan hitam merupakan hal
yang besar. Hansik dikembangkan dalam penting yang berhubungan dengan estetika
bentuk pab atau nasi sebagai makanan di dalam pembuatan makanan. Warna
pokok, banchan atau lauk sebagai makanan hitam dan putih yang termasuk dalam lima
pendamping. Perpaduan makanan tersebut warna di o-bang-saek diklasifikasikan
dilakukan secara rasional dengan sebagai warna yang penting. Pun, konsep
lima bentuk dasar ini juga berlaku untuk
2 bahan makanan yang melambangkan lima
https://ko.dict.naver.com/detail.nhn?docid=14437 jenis biji-bijian yang disebut dengan o-gok,
200 terdiri dari beras, jelai, kacang, jawawut
(foxtail millet), proso millet; o-gwa untuk
lima jenis buat yaitu persik, prem, aprikot,
3
이성우, 식생활과 문화, 수학사, 1999, p. 41. kastanye, jujube; o-chuk untuk lima jenis
hewan (lima jenis hewan yang dipelihara
4
오재복, 식사예젃의 변첚사에 관핚 연구 –
근세근대현대 중심으로–, 석사학위논문, 2003, 5
장젓옥, 싞미경, 윢계숚, 젓재홍, 세계의
p.8. 식생활과 문화, 보문각, 2012, p.154.

287 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

oleh orang di rumah yaitu sapi, kambing, Pada masa Tiga Kerajaan, penanaman
babi, anjing, ayam) yang sangat bervariasi. berbagai macam jenis sayuran juga dapat
Kombinasi dan harmoni dari rasa dan dilakukan seiring dengan perkembangan
estetika yang tidak dominan kepada satu sisi sistem bercocok tanam. Pada masa Silla
saja adalah yang paling utama. Pada Bersatu, bahan makanan terlebih dahulu
umumnya, berbeda dengan dunia Barat dikelompokkan menjadi biji-bijian, ikan,
yang mementingkan sistem suhu yang daging, sayuran, buah-buahan, bumbu,
terbagi menjadi panas dan dingin, alkohol, daging kering, garam, minyak dan
masyarakat Korea mengenal lima jenis suhu madu. Kemudian pada zaman kerajaan
yaitu han (dingin), yeol (panas), on (hangat), Goryeo akhir, bentuk pembagian makanan
ryang (sejuk), pyeong (tenang) untuk jusik dan busik dengan nasi sebagai bahan
mendeskripsikan panas, hangat, dingin, makanan pokok dan berbagai macam lauk
tenang yang digunakan untuk membedakan sebagai makanan pendamping mulai
rasa. Selain itu, rasa makanan juga harus diperkenalkan. Sistem ini kemudian
disesuaikan dengan musim, misalnya pada digunakan untuk memfasilitasi periode
rasa asam harus dominan di musim semi, tradisional kegiatan makan pada zaman
musim panas identik dengan rasa pahit, kerajaan Joseon. Zaman kerajaan Joseon
rasa pedas harus lebih banyak muncul di awal dilihat sebagai periode ketika makanan
musim gugur, dan rasa asin harus lebih Korea atau hansik berkembang, sementara
dominan di musim dingin.6 penyempurnaannya terjadi pada zaman
kerajaan Joseon akhir. Oleh karena itu,
zaman kerajaan Joseon dianggap sebagai
zaman keemasan bagi perkembangan
Budaya Nasi dan
budaya makanan Korea atau hansik.
Masyarakat Korea
Setelah itu, masa ketika dibukanya
Sejarah Nasi Korea pelabuhan Korea, masa penjajahan Jepang,
dan masa modernisasi menjadi awal
Sejarah kegiatan makan masyarakat munculnya kebudayaan makanan modern
korea sudah dimulai sejak zaman di Korea.7
Paleolitikum di semenanjung Korea. Akan Lalu, sejak kapan masyarakat Korea
tetapi, pengelompokkan makanan jusik dan mulai memakan nasi? Tidak ada yang
busik berupa beras sebagai makanan pokok dapat memastikan periode mengenai hal
(jusik) dan berbagai macam bahan tersebut. Namun, banyak cendekiawan yang
makanan atau banchan yang dijadikan lauk berpendapat bahwa biasanya konsumsi nasi
atau makanan pendamping (busik) baru dimulai ketika sekelompok manusia
dimulai sejak akhir zaman Neolitikum menempati suatu daerah tertentu dan mulai
seiring berkembangnya sistem bercocok untuk bertani dan menggunakan peralatan
tanam. Seiring dengan berkembangnya besi. Hal ini disebabkan karena sebelum
sistem tersebut, hewan ternak mulai adanya beras, biji-bijian seperti jelai atau
dipelihara dan dikonsumsi, jenis ikan yang jawawut memiliki butiran yang keras dan
dapat dikonsumsi juga meningkat seiring sulit untuk dimakan sehingga diperlukan
dengan berkembangnya teknik memancing.

6
젓혜경, 오세영, 김미혜, 안효짂, 식생활과 7
박홍현, 싞민자, 이영남, 공저, 밥과 핚국읶,
문화, 교문사, 2013, p. 198. 도서출판 효읷, 2008, p. 7.

288 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

gerabah yang dapat digunakan untuk langka sebab biasanya nasi hanya dapat
memasaknya. dinikmati ketika upacara peringatan
Beras menjadi makanan pokok berupa kematian, hari besar, atau ketika sedang
nasi dari zaman Tiga Kerajaan ketika menyambut tamu. Selain itu, beras
pertanian dikembangkan. Cara memasak memiliki nilai komoditas yang tinggi jika
nasi yang kita kenal saat ini dengan dihargai dengan uang. Oleh karena itu,
menuangkan air ke beras kemudian mengkonsumsi nasi dapat mencerminkan
menanaknya di dandang besar (sot) dengan tingkat kekayaan seseorang.9
tutup yang pas diketahui berasal dari Sebelum menjadi negara maju seperti
periode akhir dari zaman Tiga Kerajaan, saat ini, Korea telah melalui berbagai masa
tepatnya sekitar abad keempat atau kelima. seperti Perang Korea dan bencana
Oleh karena itu, Menanak nasi tersebar kemiskinan yang membuat masyarakatnya
luas ketika nasi dari beras menjadi sulit untuk mengkonsumsi nasi. Pada masa
makanan pokok dalam kegiatan makan ini, jawawut dan kentang umumnya menjadi
masyarakat Korea. Selain itu, penggunaan makanan pokok (jusik). Pun karena harga
dandang besar dengan tutup yang pas beras sangat mahal, pertanian dan
umum dilakukan setelah sebelumnya perdagangan menjadi hal yang sangat sulit
kegiatan memasak butiran biji-bijian dengan untuk dilakukan. Orang-orang kaya adalah
metode rebus (jeung-suk-bob) dilakukan di pihak yang mampu membeli dan
gerabah kukus. Metode rebus (jeung-suk- mengkonsumsi nasi. Akan tetapi,
bob) masih digunakan hingga kini dan masyarakat Korea masa kini sangat
contoh makanannya adalah yaksik. 8 Pada menganggap penting posisi nasi dalam
zaman dahulu, menanak nasi dengan cara kegiatan makan sehari-hari. Tanpa adanya
yang biasa dilakukan saat ini tidak nasi, kegiatan makan dianggap kurang
memungkinkan karena tutup dandang tidak lengkap. Hilangnya nasi dari meja makan
ada. Sebuah dandang besar dengan tiga tidak akan memberikan sensasi kenyang di
kaki digali dari geum-nyeong-chong yang dalam perut mereka. Hal ini terlihat dari
disebut Go-bun dari abad keenam. berbagai restoran di Korea yang sangat
Penemuan dandang besar ini menandakan menganjurkan untuk mengkonsumsi nasi
bahwa beras dimasak dengan cara ditanak walaupun kita telah memesan daging atau
hingga menjadi nasi. Oleh karena itu, dapat jenis makanan lainnya. Kebiasaan makan
dikatakan bahwa masyarakat Korea mulai nasi sejak dulu telah dirasakan oleh banyak
memakan nasi sejah dua ribu tahun yang orang di Korea sebagai bagian dari
lalu. kehidupan mereka. Nasi selalu ada di
Akan tetapi, masyarakat Korea dalam menu makanan masyarakat Korea.
sebenarnya baru-baru ini saja dapat
mengkonsumsi nasi sebagai makanan Pentingnya Nasi bagi
sehari-hari. Hingga tahun 1960-an, nasi Orang Korea
menjadi makanan yang cenderung disukai
tetapi tidak dapat dinikmati terlalu sering. Nasi menjadi bagian yang sangat
Bagi masyarakat tradisional Korea, penting dalam kehidupan masyarakat
mengkonsumsi nasi adalah hal yang sangat

8
Yaksik adalah ketan yang dikukus dengan 9
젓수현, 젓경조, 손맛으로 보는 핚국읶의 문화,
campuran kastanye, jujube, kacang pinus, minyak
wijen, madu, gula merah, atau kecap, dan dikukus 삼읶, 2014, p. 13.
kembali untuk mendapatkan tekstur yang lengket.
289 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

Korea. Mereka selalu mengaitkan nasi Nasi dalam Kebudayaan


dengan kepercayaan mereka. Pada zaman Korea
dahulu, ketika masyarakat Korea panen,
mereka berdoa dengan memberikan Ketika mencapai usia tiga puluh tahun,
persembahan sebagai tanda terima kasih masyarakat Korea menggunakan kata ‘bap’
kepada leluhur dan tuhan. Pentingnya atau nasi sebagai sapaan, contohnya seperti
beras bagi masyarakat Korea dapat dilihat kalimat, ““pab meok-oss-o? (apakah sudah
dari cara mereka membuat makanan yang makan nasi?)”. Pertanyaan ini
terbuat dari beras seperti Songpyeon atau sesungguhnya tidak membutuhkan jawaban
Tteokguk pada hari besar seperti Chuseok apakah lawan bicara sudah makan atau
atau Tahun Baru. belum, melainkan hanya sebagai sapaan.
Beras bukan hanya jenis makanan Namun, apabila sapaan ini dialamatkan
untuk dimakan, tetapi juga menyangkut kepada orang asing yang tidak memahami
seluruh kehidupan, termasuk kelahiran dan budaya Korea, salah paham bisa saja
kematian bagi masyarakat Korea. Sebelum terjadi. Beberapa orang asing dapat
seorang bayi lahir, sanmi (nasi untuk ibu menyampaikan salam ini untuk
hamil selama persalinannya) disiapkan menanyakan apakah mereka benar-benar
untuk menghilangkan zat asing dari dalam sudah makan atau apakah mereka ingin
tubuh dan jerami diletakkan di tempat bayi makan sehingga bisa makan bersama.
dilahirkan. Nasi adalah hal pertama yang Tetapi, jika kita mengetahui budaya Korea,
manusia masukkan ke dalam mulut setelah kesalahpahaman tersebut tidak akan terjadi.
tidak lagi menyusui dengan ibu. Selain itu, Kata ‘bap’ tidak hanya ditemukan di
sesendok nasi juga ditempatkan di mulut kata sapaan saja tetapi juga di kebudayaan
orang yang telah meninggal dunia. Sejak di Korea lainnya. Kata ‘bap’ juga digunakan di
dalam kandungan hingga di dalam kubur, puisi, petuah (go-sa-seong-o), peribahasa,
masyarakat Korea memulai hidupnya dan idiom. Dalam kehidupan sehari-hari,
melalui nasi dan menandai akhir dalam hampir tidak ada yang melebihi
hidupnya juga melalui nasi.10 penggunaan kata ‘bap’ diantara kata benda
Nasi adalah sumber energi dan baik umum lainnya dalam Bahasa Korea. Hal
untuk kesehatan. Selain itu, nasi tidak ini karena eksistentsi kata ‘bap’ terjaga dan
mengandung kolesterol, kaya vitamin, baik memiliki ikatan yang erat dalam kehidupan
untuk tekanan darah tinggi, dapat masyarakat. Terdapat perubahan nasi
mencegah kanker, memperkuat hati, dan menjadi makanan pendamping dalam
mencegah sembelit. Nasi juga memiliki 176 kegiatan makan di beberapa kelas sosial
kilokalori, 3,3 grams protein, 0-gram masyarakat Korea. Akan tetapi, eksistensi
karbohidrat, 0-gram lemak, 49 miligram kata ‘bap’ dalam kehidupan berbahasa
kalsium, dan 0 miligram zat besi.11 masyarakat Korea tetap terjaga. Kata ‘bap’
berdiri sendiri di tengah budaya makanan
Korea dan tercermin dalam berbagai aspek
10 seperti agama, ideologi, tata krama, dan
pendidikan.
http://food.chosun.com/site/data/html_dir/2013/0
Ada banyak idiom yang menggunakan
1/17/2013011701428.html?related_all kata ‘bap’, diantaranya ‘bap-geok-jeong’,
‘bap-do-deok’, ‘bap-beol-I’ dan lain
11
https://klinikgizi.com/2015/03/20/manfaat-dan- sebagainya. Seperti makna harfiahnya yaitu
komposisi-kandungan-nutrisi-dan-gizi-nasi/ ‘khawatir dengan nasi’, ‘bap-geok-jeong’
adalah idiom yang sering digunakan untuk
290 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

mengungkapkan keadaan ketika khawatir dan mewah. Selain itu, ada pula ju-ju-gaek-
atau cemas mengenai makanan. Ekspresi ban ( 主 酒 客 飯 ) yang memperlihatkan
ini sangat umum digunakan ketika semua kehangatan dalam berbagi makanan antara
masyarakat pada zaman dahulu mengalami tamu dan tuan rumah. Sang tuan rumah
kelaparan. Selanjutnya, ‘bap-do-deok’ menuangkan minuman beralkohol kepada
adalah idiom yang sering digunakan untuk tamu dan tamu menawarkan makanan ke
menggambarkan orang yang tidak bekerja tuan rumah. Ada pula sib-si-il-ban (十匙一
dan hanya mencari ‘bap’ atau nasi untuk 飯 ) yang memiliki arti harfiah sepuluh
dimakan. Selain itu, idiom ini dianggap sendok makan nasi dapat menjadi
sebagai idiom yang sangat negatif terutama semangkok nasi. Ungkapan ini bermakna
ketika Korea sedang berada pada masa sedikit ketulusan pun apabila digabungkan
kelaparan. Oleh karena kata ‘bap’ bagi dapat membantu orang lain.12
masyarakat Korea sebagian besar Penggunaan kata ‘bap’ atau nasi juga
membicarakan kehidupan itu sendiri atau tercermin di dalam puisi dan karya sastra
berhubungan langsung dengan kehidupan, lainnya dan memiliki hubungan yang sangat
idiom tentang ‘bap’ sangat sering digunakan erat dengan kehidupan masyarakat Korea.
dan idiom seperti contoh tersebut hingga Kata ‘bap’ digunakan di dalam banyak puisi
kini masih umum digunakan masyarakat Korea, tetapi dalam tulisan ini, penulis akan
Korea. menampilkan satu diantaranya.
Go-sa-seong-o yang berasal dari hanja
(karakter Cina) memiliki implikasi dalam
memperkaya kehidupan berbahasa banyak 밥이 하느님
masyarakat dan masuk ke dalam kehidupan 김연대
masyarakat Korea. Seperti yang selalu
disebutkan sebelumnya, keberadaan ‘bap’
atau nasi bagi masyarakat Korea bagaikan 나는 자정을 넘어 돌아 와서도
tali penyambung kehidupan. Oleh karena 꼭 밥을 먹는다
itu, ada banyak go-sa-seong-o yang
menggunakan kata ‘bap’ di dalamnya. Akan 밥을 먹지 않으면
tetapi, go-sa-seong-o yang berhubungan
잠도 편치 않고
dengan kata ‘bap’ pada umumnya
berhubungan dengan kemiskinan. Sebagai 꿈도 편치 않다
contoh, jo-ban-seok-juk ( 朝飯夕粥 ) yang
움직이는 것
berarti kehidupan sangat miskin karena
hanya mampu makan di pagi hari; ada pula 말하는 것
dan-sa-du-gaeng (簞食豆羹) atau dan-sa-ho-
생각하는 것
jang (簞食壺漿) yang berarti makanan yang
dikonsumsi kurang layak walaupun mampu 나의 모든 것은 밥이 해준다
memakan nasi. Contoh di atas memang
menunjukkan kemiskinan, tetapi ada pula 나는 밥이 아니면 아무것도 할
go-sa-seong-o yang memiliki makna 수 없고
sebaliknya. Chwi-geum-chan-ok (炊金饌玉)
yang memiliki arti harfiah yaitu nasi yang
terbuat dari emas dan lauk dari giok ini
digunakan untuk mengekspresikan orang- 12
박홍현, 신민자, 이영남, 공저, 전게서, p. 197.
orang yang memiliki makanan yang banyak

291 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

밥이 아니면 아무것도 될 수 밥에 합장한다


없다 거룩한 밥이여!
내게는 밥이 하느님이고 내가 밥이고 밥이 나인 고마운
밥이 부처님이다 밥이여!
그래서 나는 밥을 먹을 때 나는 또 누구의 밥이소서.
Semua yang lakukan adalah
Tuhan Nasi memasak nasi
Aku tidak bisa melakukan apa-
Kim Yeon-dae apa tanpa nasi
Aku tidak bisa menjadi apa-apa
Walau aku pulang lewat dari tanpa nasi
tengah malam Bagiku, nasi adalah tuhan
Aku tetap harus makan nasi Nasi adalah Buddha
Jika aku tidak makan nasi Karena itulah ketika aku makan
Aku tidak bisa tidur Aku makan nasi
Aku tidak bisa bermimpi Nasi yang suci!
Tidak bisa bergerak Terima kasih, nasi!
Tidak bisa berbicara Untuk siapa lagi aku makan
Tidak bisa berpikir
di dalam ungkapan berbahasa Korea,
sehingga jika kita ingin mengenal bangsa
Sesuai dengan puisi yang ditulis tersebut, kita harus mengetahui
oleh Kim Yeon-dae, nasi muncul ke peribahasanya. Namun, jika kita tidak
permukaan kehidupan sebagai mengerti peribahasa, kita tidak akan bisa
kepercayaan. Dalam puisi ini, penyair melihat kehidupan sesungguhnya dari
menganggap nasi sebagai sosok yang sangat orang-orang dengan status sosial yang
berharga dan patut untuk disyukuri. Oleh rendah. Sokdam ini merupakan warisan
karena itu, keberadaannya sangat bahasa yang sangat berharga karena secara
diperlukan dalam kehidupan manusia. implisit menggambarkan sulitnya
Karya sastra seperti ini yang sangat indah kehidupan masyarakat Korea di masa lalu.
dan memiliki nilai spiritual tersendiri Oleh karena itu, ada banyak sokdam atau
mungkin memang sedikit sulit untuk peribahasa dalam bahasa Korea yang
dipadukan dengan kata ‘bap’ yang sangat berhubungan dengan nasi.
mendasar dan dekat dengan kehidupan Beberapa diantara peribahasa yang
sehari-hari. Akan tetapi, kata ‘bap’ ini berhubungan dengan nasi masih digunakan
digunakan untuk menyampaikan perasaan hingga kini. Contohnya ‘kkeong-bap-eul-
mengenai kehidupan yang sebenarnya meok-da’ merupakan peribahasa yang
dengan gambaran yang lebih nyata. muncul di masa penjajahan Jepang untuk
Sokdam atau peribahasa adalah menggambarkan masyarakat yang
ungkapan tradisional yang ada dalam mengkonsumsi setengah campuran kacang
kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. dan jawawut. Dengan kata lain, peribahasa
Peribahasa ini merupakan cerminan dari ‘kkeong-bap-eul-meok-da’ hingga kini
kebijaksanaan bangsa Korea yang telah masih banyak digunakan untuk
menjadi pengalaman kehidupan dalam menggambarkan kehidupan penjara. Selain
waktu yang sangat lama. Sokdam berpadu itu, ada pula peribahasa yang berbunyi
292 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

‘deo-un-bap-meok-go-heot-so-ri-han-da’. bagian di dalam kebudayaan Korea. Oleh


Dalam peribahasa ini, ‘deo-un-bap’ berarti karena itu, kata ‘bap’ banyak muncul di
nasi yang dimasak dan disiapkan dengan puisi, peribahasa, idiom dan berbagai karya
baik dan ‘heot-so-ri’ memiliki arti omongan sastra Korea lainnya. Hal ini menunjukkan
yang tidak perlu. Secara keseluruhan, bahwa nasi memiliki hubungan yang sangat
peribahasa ini memiliki makna yaitu ketika dekat dengan masyarakat Korea dan
memakan nasi yang sudah dimasak dengan kebudayaan Korea.
baik, itu berarti kita harus mengatakan hal Melalui penelitian ini, penulis
yang jujur, bukan malah mengatakan hal- berharap para pembaca dapat lebih
hal yang tidak penting. Terakhir, ‘sik-eun- mengerti tentang budaya Korea, khususnya
bap-sin-se-da’ merupakan peribahasa yang kebudayaan makanan Korea. Walaupun
mencerminkan perlakuan tidak adil yang penelitian ini masih jauh dari kata
diterima seseorang bagaikan nasi dingin sempurna, tulisan ini dapat membantu
yang tidak enak rasanya.13 pembaca untuk dapat mengerti kebudayaan
makanan Korea dengan lebih dalam.

KESIMPULAN

Penelitian ini merupakan penelitian DAFTAR PUSTAKA


tentang budaya nasi dan masyarakat Korea.
Buku
Penulis melakukan penelitian ini karena
nasi merupakan hal yang penting dan dari
박홍현, 신민자, 이영남, 공저. (2008).
segi budaya sangat erat dalam kehidupan
masyarakat Korea. Secara singkat, isi dari 밥과 한국인, 한국: 도서출판
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagian pertama yaitu pendahuluan 효일 (Park, Hong-hyeon, Shin,
yang menjelaskan alasan dilakukannya
min-ja, Lee, Young-nam, Gong, Jeo.
penelitian dengan topik ini. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode (2008). Babgwa hangugin. Korea:
kualitatif melalui studi literatur dari sumber
Doseochulphan Hyoil).
buku dan artikel yang terkait.
Bagian kedua menjelaskan konsep 장정옥, 신미경, 윤계순, 정재홍. (2012)
budaya makanan beserta karakteristiknya.
Bagian ini diperlukan untuk mempelajari 세계의 식생활과 문화. 한국:
lebih lanjut mengenai konsep budaya
makanan dan karakteristik makanan Korea 보문각 (Jang, Jeong-ok, Shin, Mi-
sebelum dibahas lebih lanjut di bagian kyeong, Yun, Kye-sun, Jeong, Jae-
pembahasan.
Bagian ketiga membahas tentang hong. (2012). Segyeui
sejarah nasi di Korea, pentingnya nasi bagi siksaenghwalgwa munhwa. Korea:
masyarakat Korea, dan nasi di dalam
kebudayaan Korea. Nasi bukan hanya Bomungak).
sekedar makanan, tetapi juga memiliki 정수현, 정경조. (2014). 손맛으로 보는

13 한국인의 문화. 한국: 삼인 (Jeong,


박홍현, 싞민자, 이영남, 상게서, p. 223-224
Su-hyeon, Jeong Kyeong-jo. (2014).
293 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 285-294

@STPS 2018, All Rights Reserved

Sonmateuro boneun hanguginui [Naver Korean Dictionary]. Style Sheet.


munhwa. Korea: Samin) http://krdic.naver.com/detail.nhn?d
정혜경, 오세영, 김미혜, 안효진. (2013). ocid=14437200 (diakses pada

식생활과 문화. 한국: 교문사 tanggal 11 Desember 2017, pukul

(Jeong, Hye-gyeong, Oh, Se-young, 23.30 WIB).

Kim, Mi-hye, Ahn, Hyo-Jin (2013). [Naver Korean Dictionary]. Style Sheet.

Siksaenghwalgwa munhwa. Korea: http://krdic.naver.com/search.nhn?

Gyomunsa). query=%EC%8B%9D%EC%83%9
D%ED%99%9C&kind=all (diakses
오재복. (2003). 식사예절의 변천사에
pada tanggal 11 Desember 2017,
관한 연구 –근세근대현대
pukul 23.15 WIB).
중심으로– 석사학위논문 (Oh,
[Manfaat dan Komposisi Kandungan
Jae-bok. (2013). Siksayejolui
Nutrisi dan Gizi Nasi]. Style Sheet.
Byeoncheonsa e gwanhan yeongu –
https://klinikgizi.com/2015/03/20/m
Geunsegeundaehyeondae
anfaat-dan-komposisi-kandungan-
jungsimeuro - Seoksa Hakwi
nutrisi-dan-gizi-nasi/ (diakses pada
Nonmun).
tanggal 19 Desember 2017, pukul
이성우. (1999). 식생활과 문화. 한국: 04.00 WIB).
수학사 (Lee, Seong-Wu. (1999).
Siksaenghwalgwa munhwa. Korea:
Suhaksa)

Internet

[Hanguginui Boyak – Bap]. Style Sheet.


http://food.chosun.com/site/data/ht
ml_dir/2013/01/17/2013011701428
.html?related_all (diakses pada
tanggal 19 Desember 2017.12.19,
pukul 03.30 WIB).

294 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

MEKANISME PENETAPAN DESA WISATA DI KABUPATEN PONOROGO

Yusuf Adam Hilmanˡ *, Debi Herlianto²

ˡ ² Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Program Studi Ilmu Pemerintahan


*adamhilman@umpo.ac.id

ABSTRACT
Development of growth in the region brings logical consequences on the implementation of public
affairs, in the hope that welfare can be felt fairly and equitably, efforts that can be done in one area
is the development of natural potential, specifically the village is a government system that may be
optimized its role, one example is the development of tourist villages, in recent years the tourist
village became an outbreak because the villages are competing to develop tourism, but there is the
impression that the implementation of many problems and less optimal, so many villages that fail.
Actually how is the process of determining a tourist village, this study aims to find out how the
process of determining tourist village, and what are the parameters. This research is qualitative with
the taking of data in the form of interview and documentation. The proposed village tourism
process proposed by the village government, then submitted to the cultural and tourism
departments at the level, districts / municipalities, provinces until the ministry, but before going
through the process of checking and validation, the village must go through several stages of
preparation, including: a). Preparation, b). Determination of definitions and parameters
qualitatively and quantitatively, c). Identification and inventory of villages, d) Confirmed village
identification, e). Scoring, f). Compile a list of tourist village locations.

Keyword : Endorsment, Tourist Village, Social Welfare.

ABSTRAK
Perkembangan pembangunan di daerah membawa konsekuensi logis pada penyelenggaraan urusan
– urusan publik, dengan harapan kesejahteraan bisa dirasakan secara adil dan merata, upaya yang
bisa dilakukan di daerah salah satunya adalah pengembangan potensi alam, secara khusus desa
merupakan sistem pemerintahan yang mungkin bisa dioptimalkan peranannya, salah satu
contohnya adalah pengembangan desa wisata, dalam beberapa tahun terakhir desa wisata menjadi
sebuah wabah karena desa berlomba – lomba untuk mengembangkan pariwisata, namun ada kesan
penyelenggaraanya banyak menimbulkan persoalan dan kurang optimal, sehingga banyak desa yang
mengalami kegagalan. Sebenarnya bagaimanakah proses penetapan sebuah desa wisata, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penetapan desa wisata, dan apa saja yang
menjadi parameternya. Penelitian ini kualitatif dengan pengambilan data berupa wawancara dan
dokumentasi. Proses pengajuan desa wisata diusulkan masyarakat melalui pemerintahan desa,
kemudian di ajukan kepada dinas kebudayaan dan pariwisata di tingkat, kabupaten/kota, provinsi
hingga kementrian, namun sebelum melalui proses pengecekan dan validasi, desa harus melalui
beberapa tahapan persiapan, diantaranya: a). Persiapan, b).Penetapan definisi dan parameter secara
kualitatif dan kuantitatif, c). Identifikasi dan inventarisasi desa-desa, d).Konfirmasi desa
teridentifikasi, e). Scoring, f). Menyusun daftar lokasi desa wisata.

Kata Kunci : Penetapan, Desa Wisata, Kesejahteraan Sosial.

295 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

Riwayat Artikel : orgamisasi lainnya. Selain itu, beberapa


Diajukan: 18 September 2018 faktor pendukung seperti makanan khas,
Direvisi: 30 September 2018 sistem pertanian, budaya, agama dan sistem
Diterima: 15 Oktober 2018 sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa
wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, alam
dan lingkungan yang masih asli dan terjaga
dapat mendorong pedesaan dalam
PENDAHULUAN
mewujudkan salah satu faktor terpenting
Pariwisata adalah sebuah bangunan dari sebuah kawasan tujuan wisata.(Zakaria
yang termasuk dalam bagian dari fasiltas 2014)
yang dapat di nikmati dari segi Desa Wisata sangatlah ramai
keindahannya.Macam-macam pariwisata diperbincangkan pada ahir-ahir ini di
alam, religi, agrowisata, buatan budaya dan beberapa kabupaten-kabupaten di Jawa.
lain-lainnya. Pengembangan sebuah tempat Pemanfaatan potensi alam, budaya dan
pariwisata perlu adanya sebuah kreatifitas kekhasan sebuah wilayah saat ini sangatlah
dan inovasi baru untuk membuatnya.Jadi menarik untuk di perbincangkan.
bagaimana sebuah wisata di buat Penalaran sebuah ide-ide kreatif dari
berdasarkan inovasi yang menarik dan ada kalangan orang-orang pedesaan seperti
rasa nuansa baru di dalam sebuah objek pemuda, tokoh masyarakat, maupun kepala
wisata tersebut. desa yang mewakili pemerintahan desa
Pariwisata adalah sebuah kegiatan tersebut. Potensi desa bias muncul apabila
manusia yang terencana untuk melakukan digali maupun di cari dengan cara kreatif
sebuah perjalanan atau persinggahan untuk maka hampir semua desa akan mempunyai
tidak menetap dari tempat tinggalnya, satu sebuah potensi-potensi yang dapat
atau beberapa tempat tujuan di luar diungulkan desa tersebut. Tentunya antara
lingkungan tempat tinggal yang didorong desa satu dengan desa yang lain akan
oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud berbeda potensinya karena dipengaruhi
mencari nafkah. Pariwisata merupakan beberapa faktor seperti goegrafi, sosial,
salah satu penggerak perekonomian yang budaya maupun ras dan agama. Potensi
perlu ada sebuah perhatian yang lebih agar adalah sebuah bahan atau bekal yang masih
dapat berkembang dengan baik. Sejalan mempunyai perkembangan menuju hal
dengan dinamika, gerak perkembangan yang baik melalui proses-proses
pariwisata merambah dalam berbagai penyempurnaan secara teknis maupun
terminologi seperti, sustainable tourism nonteknis. Pedesaan terkesan sebagai
development, rural tourism, ecotourism, tempat yang terpingirkan dan sangat jauh
merupakan pendekatan pengembangan dari hiruk pikuk keramain kota sehingga
kepariwisataan yang berupaya untuk proses pembanguna di pedesaan juga
menjamin agar wisata dapat dilakukan di lambat. Akan tetapi desa mempunyai
daerah tujuan wisata bukan perkotaan. banyak keunggulan yang berbeda antar
Salah satu pendekatan pengembangan desa-desa yang ada, maka di sini terdapat
wisata alternatif adalah desa wisata untuk sebuah potensi yang perlu digali dan di
pembangunan desa yang berkembang kembangkan. Kebanyakan saat ini adalah
dalam bidang pariwisata.Desa wisata adalah potensi desa wisata, hal ini terbentuk jika
sebuah pedesaan yang mempunyai potensi dapat memanfaatkan sumber daya alam
wisata berupa alam, budaya religi maupun (SDA) dan sumber daya manusia (SDM)
buatan yang dikelola berdasarkan invasi yang ada. Hanya saja bagaimana cara kita
dan kreatifitas oleh sebuah badan maupun memanfaatkan sebuah potensi tersebut dan

296 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

bagaimana cara kita mengembangkan Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah


potensi itu. Dalam pengembangkan perlu dan bertanggung jawab kepada Bupati
adanya sebuah inovasi baru dan kreatifitas melalui Sekretaris Daerah. 2). Dinas
yang menarik agar mendapatkan hasil Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah
dengan baik. Raga mempunyai tugas membantu Bupati
Pengembangan desa Pariwisata perlu dalam melaksanakan urusan pemerintahan
ada penanganan yang terstruktur agar daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
proses pengembangan berjalan dengan pembantuan di bidang kebudayaan,
baik, maka perlu adanya dukungan semua Pariwisata, pemuda dan olah raga.
pihak yaitu warga masyarakat itu sendiri Sedangkan Fungsi nya yakni: 1).
maupun pemerintah. Karena pembuatan Perumusan kebijakan teknis di bidang
pariwisata merupakan salah satu bentuk kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah
pembangunan yang baik.Pembangunan raga, 2). Penyelenggaraan urusan
daerah merupakan salah satu bagian dari pemerintahan dan pelayanan umum di
pembangunan nasional yang tidak dapat di bidang kebudayaan, Pariwisata, pemuda
pisahkan dari prinsip otonomi daerah. Agar dan olah raga, 3). Pembinaan dan
penyelenggaraan otonomi daerah berjalan pelaksanaan tugas di bidang kebudayaan,
maka dibutuhkan kewenangan yang luas, Pariwisata, pemuda dan olah raga, 4).
nyata, dan bertanggung jawab di daerah- Penyelenggaraan dan pengelolaan
daerah . Sebagai tindak lanjut administrasi dan urusan rumah tangga
penyelenggaraan otonomi daerah dengan Dinas, 5). Pelaksanaan koordinasi dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 lembaga pemerintah/swasta yang berkaiatan
Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dengan lingkup tugas di bidang
yang merupakan kebijakan yang lahir dalam kebudayaan, Pariwisata, pemuda dan olah
rangka menjawab dan memenuhi tuntutan raga, 6). Pelaksanaan tugas – tugas lain yang
reformasi dan semangat pembaharuan diberikan Bupati. (diakses dari :
tentang demokratisasi antara hubungan http://keindahanponorogo.blogspot.co.id/2
pusat dan daerah serta upaya 015/01/profil.html?m=1 pada 05 April
pemberdayaan daerah. Negara Indonesia 2018)
merupakan salah satu negara berkembang Peraturan Bupati Ponorogo nomor 48
yang memiliki berbagai macam potensi tahun 2017 tentang Pedoman Penetapan
pariwisata, baik wisata alam, religi maupun Desa Wisata menunjukkan Pemerintah
wisata budaya karena Indonesia memiliki Kabupaten Ponorogo mendukung
bermacam-macam suku, adat- istiadat, dan peningkatan perkembangan pembangunan
kebudayaan serta karena letak geografis kepariwisataan khususnya wilayah pedesaan
negara Indonesia sebagai negara tropis yang yang berbasis potensi kearifan lokal,
menghasilkan keindahan alam dan satwa pengembangan dan pemasaran destinasi
yang bermacam macam.(Sefira Ryalita pariwisata, pemberdayaan dan pelestarian
Primadany 2013). alam serta budaya di Kabupaten Ponorogo
Tugas pokok dan Fungsi Dinas yang kemudian dilakukan penetapan
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah sebagai desa wisata. Peran dari pemerintah
Raga Kabupaten Ponorogo, antara lain. sangat dibutuhkan oleh desa di dalam
Tugas nya yakni: 1). Dinas Kebudayaan, mengembangkan desa wisata ini. Potensi
Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga desa wisata di Ponorogo sangat lah banyak
merupakan unsure pelaksana otonomi sekali hampir semua desa mempunyai
daerah di bidang kebudyaaan, pariwistaa, potensi desa seperti wisata alam, religi
pemuda dan olah raga yang dipimpin oleh maupun buatan.Pemerintah daerah melalui

297 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

Dinas Pariwisata harus benar-benar suatu struktur kehidupan masyarakat yang


meperhatikan potensi yang ada saat ini menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
sebagai mewujudkan pembangunan desa berlaku. Suatu desa wisata memiliki daya
yang modern.Sehingga harus dilihat sejauh tarik yang khas (dapat berupa keunikan
mana peran dari pemerintah daerah di fisik lingkungan alam perdesaan, maupun
dalam memperhatikan hal semacam ini, kehidupan sosial budaya masyarakatnya)
pariwisata mempunyai dampak yang sangat yang dikemas secara alami dan menarik
luas bagi daerah maupun masyarakat dari sehingga daya tarik perdesaan dapat
segi ekonomi. Untuk masyarakat dapat menggerakkan kunjungan wisatawan ke
meningkatkan perekonomian masyarakat desa tersebut. (I Gede Sunarjaya 2018)
dan untuk desa bisa menambah pemasukan Pariwisata adalah berbagai macam
pendapatan asli desa (PADes). Maka perlu kegiatan wisata dan didukung berbagai
dilihat sejauh mana kesiapan dari dinas fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
pariwisata Ponorogo di dalam menghadapi masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
potensi tersebut, Apakah yang perlu di Pemerintah Daerah. Wisata adalah
siapkan oleh pemerintah melalui dinas kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
periwisata yang mewakili. seseorang atau sekelompok orang dengan
Perlu adanya sebuah pedoman dan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
parameter di dalam menetukan kelayakan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
sebuah tempat wisata yang sudah di mempelajari keunikan daya tarik wisata
tetapkan oleh pemerintah. Adapun teknis yang dikunjungi dalam jangka waktu
lainnya yang diperlukan adalah adanya sementara.(Galang Hendry Syahriar 2015)
semacam sosialisai, pelatihan, struktur
organisasi dan anggaran yang memadai
untuk sebuah pembangunan objek wisata. METODE
Mengingat adanya masalah tersebut
menjadi bahan pertimbangan bagi penulis Penelitian bertempat di Kabupaten
untuk mengambil judul, tentang: Ponorogo, penelitian ini menggunakan
“Mekanisme Penetapan Desa Wisata Di metode penelitian kualitatif, dengan model
Kabupaten Ponorogo“, seperti apakah pengumpulan data menggunakan purposive
proses penetapan desa-desa wisata yang ada sampling, sedangkan data diperoleh dengan
di kabupaten Ponorogo. menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian ini mendeskripsikan yaitu
TINJAUAN PUSTAKA
menggambarkan serta dijelaskan dalam
Pariwisata adalah pergerakan manusia bentuk uraian dan analisis yang mendalam
yang bersifat sementara ke tujuan – tujuan tentang suatu keadaan dan situasi nyata
wisata di luar tempat kerja dan tempat mengenai perburuan harimau sumatera.
tinggalnya sehari – hari, dimana aktivitasnya Penelitian kualitatif tidak bertujuan
dilaksanakan selama tinggal dalam tempat mengadakan pengukuran atau
tujuan wisata, dan untuk itu disediakan menggunakan prosedur data-data statistik
fasilitas supaya dapat memenuhi kebutuhan dalam menjelaskan hasil penelitian, akan
mereka.(Hilman 2017) tetapi lebih mementingkan pada penjelasan
Desa wisata merupakan suatu bentuk mengenai hubungan antara gejala yang
integrasi antara atraksi, akomodasi, dan diteliti dan sasaran yang diteliti. (Irawan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam 2014)

298 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

HASIL DAN PEMBAHASAN pemerintah yang baik, sesuai dengan


kehendak masyarakat. selain itu, daerah
Profile Kabupaten diberi kewenangan untuk melakukan
Ponorogo penataan dan pengaturan terhadap segala
hal yang berkaitan dengan kondisi yang ada
Kondisi Geografis Kabupaten di daerah. khusunya di bidang pembinaan
Ponorogo terletak di wilayah barat Propinsi dan pengembangan potensi wisata, melalui
Jawa Timur dengan luas wilayah 1.371,78 dinas Kebudayaan dan pariwisata di dorong
km2 yang secara administratif terbagi ke untuk mencari dan memanfaatkan potensi
dalam 21 Kecamatan dan 305 desa/ tersebut, sehingga untuk melaksanakan hal
kelurahan. Menurut keadaan geografisnya, tersebut diperlukan upaya untuk
Kabupaten Ponorogo terletak antara mengembangkan sumberdaya di kawasan
111o17’ – 111o52’ Bujur Timur (BT) dan tersebut yang sekiranya kedepannya
7o49’ – 8o20’ Lintang Selatan (LS) dengan memiliki prospek yang baik serta
ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 menjanjikan. Selain itu masyarakat juga
meter di atas permukaan laut yang dibagi harus mengusulkan permohonan desa
menjadi 2 sub area, bahwa area dataran wisata kepada Menteri Kebudayaan dan
tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Pariwisata secara tertulis dengan
Sooko, Pudak dan Ngebel dan tujuh belas melampirkan profil desa wisata melalui
Kecamatan lainnya merupakan daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
dataran rendah.(BAPEDA 2015) Proses Kabupaten/Kota dan Dinas Kebudayaan
Inventarisasi Desa Wisata dan Pariwisata Provinsi. (Dinas Pariwisata
Menurut Marjudi: “Cara inventarisasi Ponorogo, 5-12-2017, 11.30)
desa-desa wisata yaitu sebuah desa dapat Berikut beberapa dokumentasi pada
masuk terdaftar menjadi desa wisata, harus saat penulis melakukan pengabdian di desa
memenuhi parameter yang telah ditetapkan wisata :
oleh pemerintah”. Hal ini selaras dengan Gambar Atraksi Reog Ponorogo
fungsi dinas kebudayaan dan pariwisata, sebagai salah satu atraksi di desa wisata.
yang diamanatkan oleh pemerintahan pusat
kepada kami, yaitu melakukan pencarian Pemerintah Kabupaten Ponorogo
potensi yang ada di wilayah Ponorogo. menetapkan parameter desa wisata dengan
Dalam tupoksi juga dijelaskan bahwa dinas melakukan inventarisasi data, sesuai dengan
kebudayaan dan pariwisata mempunyai regulasi sebagai berikut :
tupoksi yakni, merumuskan kebijakan dan
melaksanakan kegiatan operasional
dibidang pariwisata. (Dinas Pariwisata
Ponorogo, 5-12-2017, 10.30)
Menurut Tri Setyo Hadi Cahyono,
Berkata: “Adapun proses pembuatan
parameter apada awalnya melalui
DinasPariwisata merekomendasikan
kepada Bapeda kemudian pihak Bapeda
mengesahkan”. Regulasi yang ada dalam
Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Otonomi daerah, diterangkan
bahwa daerah diberikan kewenangan yang
luas untuk melaksanakan penyelenggaraan

299 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

No Potensi Sko Infrastrukt Sko Fasum Sko Status Sko Potensi Sko SDM Sko Paket Sk
Wisata r ur r r Lahan r Pendukung/Pr r r Wisata or
oduk
Unggulan
1 Wisata 4 Jalan MCK 4 Desa 4 Produk Buah 2 Admin 4 Ada 10
Alam poros desa istrasi
2 Wisata 3 Baik 3 Mushola 3 Kabupa 3 Produk Sayur 2 Jukir 3 Tidak 0
Religi/Bu ten Ada
daya
3 Wisata 3 Jelek 2 Klinik 3 Perhuta 2 Susu Kambing 1 Medis 2
Buatan Kesehata ni/MO Etawa/Sapi
n U Perah
Jalan Pribadi/ 1 Pengrajin 2 Peman 1
kabupaten peroran du
gan wisata
Baik 3 Aneka kripik 2
buah/pengina
pan/hotel
Rumah 1
makan/pengin
apan/hotel
Tot 10 10 10 10 10 10 10
Skor
Data Sumber : Peraturan Bupati Ponorogo No.48 Tahun 2017
Secara umum proses penetapan desa wisata dapat dijelaskan melalui skema sebagai berikut:

Gambar 1 Skema proses penetapan desa wisata

Penetapan desa wisata

Pemberkasan dan penilaian

Dinas Kebudayaan dan


Proses Pengajuan desa Diterima sesuai
Pariwisata Kabupaten/Kota
wisata dilakukan oleh paramater
masyarakat melalui Dinas Kebudayaan dan
desa Pariwisata Provinsi
Ditolak tidak sesuai
Kementrian Kebudayaan dan paramater
Pariwisata

Perbaikan kembali hingga sesuai dengan parameter yang ada

Sumber : diolah dari hasil penelitian tahun 2018

300 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

a. Persiapan
Teknis penetapan b. Penetapan definisi dan parameter secara
inventarisasi desa wisata kualitatif dan kuantitatif
c. Identifikasi dan inventarisasi desa-desa
Berdasarkan Peraturan Bupati d. Konfirmasi desa teridentifikasi
Ponorogo Nomor 48 Tahun 2017, yakni: e. Scoring
Berangkat dari banyaknya potensi yang ada f. Menyusun daftar lokasi desa wisata
di wilayah pedesaan kemudian hal tersebut
dapat dijadikan sebagai komoditas wisata Pelaksanaan kegiatan identifikasi lokasi
unggulan dimana keindahan dan keunikan desa wisata dilakukan dengan 2 arah
alam akan menjadi wisata alam. Menu pendekatan :
makanan dan minuman khas tradisional a. Top-down merupakan arah
yang unik dari bahan rasa dan penyajiannya perencanaan yang bergerak dari atas ke
yang unik juga dapat menambah destinasi bawah. Pendekatan dari atas harus
wisata kuliner wilayah ini, selain itu dilakukan terutama pada kegiatan review
kerajinan tangan khas nan unik bisa dan acuan kebijakan yang telah
dijadikan destinasi wisata suvenir, baik ditetapkan terkait dengan lokasi desa
komoditi unggulan hasil bumi buah, sayur, wisata.
dan didukung pasar tradisional akan sangat b. Bottom-up merupakan aspirasi muncul
banyak mendatangkan keuntungan dari bawah. Pendekatan dari bawah
ekonomi bagi warga sekitar. Selain hal harus dilakukan terutama pada kegiatan
tersebut wilayah pedesaan harusdidukung identifikasi karakteristik permasalahan
dnegan infrastruktur yang memadai, akses dan potensi tiap lokasi. Dengan
jalan yang mudah dilalui dan ketersediaan demikian maka gambaran karakteristik
fasilitas umum (listrik, air, jaringan yang diperoleh ini merupakan hasil yang
komunikasi, tempat ibadah, pos kesehatan) valid, akurat dan sesuai dengan aspirasi
serta adanya paket wisata lainnya sangatlah masyarakat.
layak untuk dikembangkan menjadi desa Secara umum proses identifikasi lokasi
wisata. Pengembangan kawasan desa wisata desa wisata meliputi :
merupakan salah satu solusi penerapan a. Input, yaitu aktifitas menjabarkan
aktifitas konservasi lahan yang saat ini (identifikasi) seluruh lokasi yang masuk
sering melanda suatu daerah yang dalam lingkup wilayah untuk dikaji
disebabkan perubahan iklim global melalui sebagai masukan untuk kemudian
sektor pariwisata.Kegiatan identifikasi disaring/diindikasi :
kawasan desa wisata melalui berbagai 1) Identifikasi Kecamatan
parameter dengan menampilkan destinasi 2) Identifikasi Unit Lokasi Kajian; Desa-
wisata unggulan yang dimiliki menjadi desa
prioritas utama dalam menentukan lokasi 3) Verifikasi data dan Informasi Level
pariwisata yang unggulan.Sasaran Kecamatan
identifikasi kawasan desa wisata yaitu b. Proses, yaitu aktifitas penyaringan
tersusunnya daftar lokasi desa dengan (screening) terhadap semua input (daftar
urutan prioritas mulai dari wilayah desa lokasi yang diidentifikasi) menggunakan
yang mempunyai potensi wisata sampai perangkat (instrumen/tools) yang ada
dengan paket wisata sebagaimana berupa indikator untuk menghasilkan
parameter penilaian desa wisata.Lingkup suatu output (daftar lokasi yang
substansi kajian yang akan dilakukan dalam terindikasi)
identifikasi lokasi desa meliputi : 1) Rumusan Kriteria dan Parameter

301 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

2) Rumusan Instrumen Penilaian Pembangunan Daerah, Penelitian


(Scoring Tools) dan Pengembangan atau Bagian
c. Output, yaitu aktifitas penyimpulan Hukum Sekretariat Daerah.
keluaran berupa daftar lokasi terindikasi
yang telah dihasilkan dari proses Tata cara
penyaringan (screening)
Inventarisasi data sekunder dilakukan
1) Daftar Lokasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
2) Peta Lokasi 1) Menyiapkan checklist data dan
informasi yang dibutuhkan.
Sebelum melakukan inventarisasi data 2) Menyampaikan maksud dan tujuan
dan informasi sebagai bahan analisa untuk Peliputan melalui Surat Permohonan
menyaring desa-desa yang masuk kriteria kepada instansi tertuju.
desa wisata, terlebih dahulu perlu dilakukan 3) Menemui pihak yang berwenang
inventarisasi daftar desa-desa yang terdapat mengeluarkan data.
dalam kabupaten. Keseluruhan desa-desa 4) Meliput Data dan Informasi yang
dalam kabupaten ini selanjutnya dibutuhkan, dengan cara
merupakan input, dan kesemuanya akan menggandakan, merekam dan
didata serta dinilai sesuai dengan perangkat mencatat.
penilaian yang telah ditetapkan.
Peliputan sekunder merupakan Peliputan Primer merupakan peliputan
inventarisasi data dan informasi data dan informasi secara langsung pada
menggunakan data-data sekunder yang sumbernya, menggunakan metode
telah ada wawancara, jajak pendapat, pengukuran
dan pengamatan. Inventarisasi data primer
Sumber Data dilakukan pada sumber-sumber terkait
sesuai dengan data dan informasi yang
Inventarisasi data sekunder dilakukan dibutuhkan, antara lain:
pada instansi-instansi terkait sesuai dengan
data yang dibutuhkan, antara lain : Gambaran Umum dan Rencana
1) Data Statistik (misalnya : Profil Pembangunan tingkat Kabupaten, antara
Kecamatan) dapat diperoleh dari lain:
Badan Pusat Statistik (BPS). 1) Gambaran Pembangunan
2) Data Infrastruktur dapat diperoleh Infrastruktur Kabupaten (dalam
dari Dinas Pekerjaan Umum dan konteks desa).
Penataan Ruang serta Dinas 2) Gambaran Umum Karakteristik
Perumahan dan Kawasan Kabupaten (dalam konteks desa).
Permukiman. 3) Gambaran Permasalahan
3) Data Penataan Ruang (misalnya : Pembangunan Kabupaten (dalam
RTRW dan RDTR, dll) dapat konteks desa).
diperoleh dari Dinas Pekerjaan 4) Gambaran Potensi Kabupaten (dalam
Umum dan Penataan Ruang atau konteks desa).
Badan Perencanaan Pembangunan 5) Gambaran Perekonomian (dalam
Daerah, Penelitian dan konteks desa).
Pengembangan. 6) Gambaran Pendidikan (dalam
4) Data Kebijakan Pembangunan konteks desa).
(misalnya : RPJMD) dapat diperoleh 7) Gambaran Produktifitas (dalam
dari Badan Perencanaan konteks desa).

302 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

Instansi Kecamatan, terkait dengan melakukan penataan dan pengaturan


kebutuhan data dan informasi mengenai terhadap segala sesuatu yang ada di
Gambaran Umum dan Keadaan daerahnya. Kewenangan tersebut antara
Masyarakat di Kecamatan antara lain : lain adalah berupa pembinaan dan
1) Gambaran Umum Kecamatan pengembangan potensi wisata. Hal ini
(dalam konteks desa). mendorong Dinas Pariwisata Kabupaten
2) Gambaran Sarana dan Prasarana Ponorogo untuk mencari dan
Kecamatan (dalam konteks desa). memanfaatkan potensi yang ada di
3) Gambaran Perekonomian daerahnya. Salah satunya adalah
Masyarakat (dalam konteks desa). mengembangkan potensi kawasan wisata.
4) Gambaran Pendidikan Masyarakat Sejalan dengan itu maka perlu adanya
(dalam konteks desa). pengembangan dari sumber daya tersebut,
5) Gambaran Produktifitas Masyarakat terutama pada sumber daya yang
(dalam konteks desa). mempunyai potensi kawasan wisata yang
6) Gambaran Potensi Kecamatan menjanjikan, pengembangan suatu kawasan
(dalam konteks desa). wisata pada suatu tempat erat kaitannya
dengan pengembangan suatu daerah dan
Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo
negara dimana kawasan wisata itu berada.
merupakan dinas yang telah diserahkan
Secara teknis proses inventarisasi
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah
potensi desa wisata sesuai dengan undang –
daerah dan menjadi kewenangan daerah.
undang dan peraturan pelaksana yang ada
Hal ini mendorong pemerintah daerah
di daerah, seperti diwilayah Ponorogo,
untuk mencari dan mengembangkan serta
yakni Peraturan Bupati Ponorogo Nomor
memanfaatkan potensi ada dalam daerah
48 Tahun 2017, bisa dilihat melalui skema
Kabupaten Ponorogo. Dinas Pariwisata
berikut ini.
Kabupaten Ponorogo mempunyai tugas
pokok dan fungsi dibagian pariwisata sesuai
dengan aturan yang berlaku. Untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi
Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo
berfungsi merumuskan kebijakan dan
melaksanakan kegiatan teknis operasional
dibidang pariwisata dan dilaksanakan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo.
Dinas ini berada dibawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Bupati Kabupaten
Ponorogo. Seiring dengan pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang
memberikan otonomi penuh kepada
daerah memungkinkan daerah
menyelenggarakan pelaksanaan
pemerintahan daerah yang serius dengan
aspirasi dan kehendak masyarakat
setempat.
Disisi lain memberikan kewenangan
penuh kepada pemerintah daerah untuk

303 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

2 Skema Teknis proses inventarisasi potensi desa wisata

Persiapan

Penetapan definisi dan parameter


secara kualitatif dan kuantitatif

Identifikasi dan inventarisasi


desa-desa
Inisiasi dari
masyarakat model Pengajuan
Bottom up
Konfirmasi desa teridentifikasi

Scoring

Menyusun daftar lokasi desa


wisata

Sumber : diolah dari hasil penelitian

KESIMPULAN satunya adalah mengembangkan potensi


kawasan wisata. Sejalan dengan itu maka
Berdasarkan hasil penelitian dan perlu adanya pengembangan dari
analisa data yang telah dilakukan maka sumber daya tersebut, terutama pada
dapat disimpulkan, sebagai berikut: sumber daya yang mempunyai potensi
1. Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo kawasan wisata yang menjanjikan,
merupakan dinas yang telah diserahkan pengembangan suatu kawasan wisata
oleh pemerintah pusat kepada pada suatu tempat erat kaitannya dengan
pemerintah daerah dan menjadi pengembangan suatu daerah dan negara
kewenangan daerah. Untuk dimana kawasan wisata itu berada.
melaksanakan tugas pokok dan fungsi 3. Pengajuan desa wisata diusulkan
Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo masyarakat melalui pemerintahan desa,
berfungsi merumuskan kebijakan dan kemudian di ajukan kepada dinas
melaksanakan kegiatan teknis kebudayaan dan pariwisata di tingkat,
operasional dibidang pariwisata dan kabupaten/kota, provinsi hingga
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kementrian, namun sebelum melalui
Kabupaten Ponorogo. Dinas ini berada proses pengecekan dan validasi, desa
dibawah dan bertanggung jawab langsung harus melalui beberapa tahapan
kepada Bupati Kabupaten Ponorogo. persiapan, diantaranya : a). Persiapan,
2. Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo b).Penetapan definisi dan parameter
untuk mencari dan memanfaatkan secara kualitatif dan kuantitatif, c).
potensi yang ada di daerahnya. Salah Identifikasi dan inventarisasi desa-desa,

304 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 295-305

@STPS 2018, All Rights Reserved

d).Konfirmasi desa teridentifikasi, e). Kawasan Taman Nasional Bukit


Scoring, f). Menyusun daftar lokasi desa
Tiga Puluh Kabupaten Indragiri
wisata.
Hulu ’’." Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu
SARAN DAN UCAPAN
TERIMAKASIH Politik, 2014: 1 - 12.

Kami haturkan trimakasih untuk Sefira Ryalita Primadany, Mardiyono,


Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Riyanto. "Fakultas Ilmu
khususnya Program studi Ilmu
Pemerintahan, FISIP. Atau dukungannya Administrasi, Universitas Brawijaya,
hingga artikel ini selesai dibuat. Malang E-mail:." administrasi
publik, 2013: hal 136.
Susanto, Irwan. "Perencanaan
DAFTAR PUSTAKA
Pembangunan Pariwisata di Daerah
BAPEDA. "Gambaran umum kondisi (Studi Pelaksanaan Program pada
daerah." 2015: 17-60. Dinas Pemuda Olahraga dan
Galang Hendry Syahriar, Darwanto. Pariwisata Kabupaten Pekalongan)."
"Modal sosial dalam pengembangan Jurnal Ilmiah Administrasi Publik
ekonomi pariwisata (kasus daerah (JIAP), 2016: 1-9.
obyek wisata Colo Kabupaten Zakaria, Faris. "Institut Teknologi Sepuluh
Kudus)." Eko - Regional, 2015: 126 Nopember (ITS) Surabaya."
- 138. JURNAL TEKNIK POMITS ,
Hilman, Yusuf Adam. "Kelembagaan 2014: 245.
Kebijakan Pariwisata di level desa." Hasil Wawancara dengan dinas
Jurnal Ilmu Pemerintahan, 2017: kebudayaan dan pariwisata
150-163. kabupaten ponorogo.
I Gede Sunarjaya, Made Antara, Dewa
http://keindahanponorogo.blogspot.co.id
Putu Oka Prasiasa. "Kendala
/2015/01/profil.html?m=1 diakses
Pengembangan Desa Wisata
dari pada 05 April 2018
Munggu, Kecamatan Mengwi,
Badung." Jurnal Magister Pariwisata
(JUMPA), 2018: 215 - 227.
Irawan, Refi Elky. "Motif Perburuan
Terhadap Harimau Sumatera Pada

305 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

AYAM INGKUNG SEBAGAI PELENGKAP UPACARA ADAT DI BANTUL


YOGYAKARTA

Nurul Sukma Lestari1, Kresensia Ektyani Nautiska Pratami2

12
Hotel Management Department, Faculty of Economic and Communication
Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 11480
Corresponding email: nurul.lestari@binus.edu*

ABSTRACT
Yogyakarta has a long history and is full of customs that developed into a culture that has been
rooted for a long time. His culture makes Yogyakarta become one of the areas that have the
potential to become a tourist destination. Culture has many kinds, one of which is traditional food
used in traditional ceremonies. In Yogyakarta, it is famous for one of the foods that are the
requirements of a ceremony, namely Ayam Ingkung. Where Ingkung Chicken is used as a
complement in various traditional ceremonies that take place such as weddings, harvest
thanksgiving, and others. The purpose of this research is to find out the history of chicken ingkung
and provide knowledge about Ingkung chicken so that it can be appreciated more. The research
method used is descriptive-qualitative method with data collection techniques through interviews
and questionnaires. The results showed that Ingkung chicken was rarely found in traditional
ceremonies and needed to be preserved and introduced to the younger generation

Keywords: tradition, traditional dish, Ayam Ingkung, celebration.

ABSTRAK

Yogyakarta memiliki sejarah yang panjang dan sarat akan adat istiadat yang berkembang menjadi
suatu budaya yang sudah berakar sejak lama. Budaya yang dimilikinya menjadikan Yogyakarta
menjadi salah satu daerah yang sangat berpotensi menjadi daerah tujuan wisata. Budaya banyak
macamnya salah satunya yang adalah makanan tradisional yang digunakan dalam upacara adat
istiadat. Di Yogyakarta terkenal salah satu makanan yang menjadi syarat dari suatu upacara, yaitu
Ayam Ingkung. Dimana Ayam Ingkung digunakan sebagai pelengkap dalam berbagai upacara adat
yang berlangsung seperti pernikahan, syukuran panen, dan lain-lain. Tujuan dari penelitan ini
adalah untuk mengetahui sejarah dari ayam ingkung dan nilai budaya yang terkandung pada Ayam
Ingkung sehingga dapat lebih diapresiasi keberadaanya. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif-kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ayam Ingkung sudah jarang ditemukan pada upacara adat
dan perlu untuk dilestarikan serta dikenalkan kepada generasi muda.

Kata Kunci: budaya, makanan tradisional, ayam ingkung, perayaan

306 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

pada perayaan kematian. Ayam ingkung


Riwayat Artikel : adalah makanan yang berbahan dasar ayam
Diajukan: 14 September 2018 yang dimasak secara utuh dengan bumbu-
Direvisi: 2 Oktober 2018 bumbu tertentu (Dewi 2012). Ayam
Diterima: 25 Oktober 2018 ingkung pada awalnya adalah makanan
yang dipergunakan untuk sesaji dan bukan
untuk di konsumsi (Sabandar 2016).
Makna dari ayam ingkung adalah agar
PENDAHULUAN manusia dapat berperilaku seperti ayam
yang memilah-milah makanannya antara
Indonesia merupakan negara yang
yang baik dan yang buruk, dimana manusia
terdiri dari berbagai macam suku dan tiap-
mengambil/mengikuti yang baik dan
tiap suku memiliki adat istiadat yang
meninggalkan yang buruk (Sari 2012).
berbeda-beda. Menurut (Sanyoto and
Berdasarkan uraian di atas, dapat
Widodo 2015) seni budaya Jawa
diketahui bahwa potensi makanan
merupakan salah satu seni budaya di
tradisional merupakan salah satu faktor
Indonesia dimana Yogyakarta sebagai
mengapa keberadaan wisata kuliner dapat
pusatnya dan memiliki kekhususan
berkembang dengan pesat. Karena
tersendiri. Salah satu ciri khas dari kota
menurut (Maulana dan Prasetia 2015)
Yogyakarta yang sulit untuk ditemukan di
makanan khas dari suatu negara dapat
kota lain adalah budayanya (Faturochman
membentuk identitas negara tersebut di
2013). Yogyakarta dikenal juga sebagai
luar negeri, dan dapat menjadi bagian dari
kota perjuangan, kota kebudayaan, kota
daya tarik wisata serta menjadi lahan bisnis
pelajar, dan kota pariwisata. Dan sebagai
yang menguntungkan bagi semua pihak.
kota pariwisata salah satu yang dapat
Namun wisata kuliner masih sangat
diandalkan adalah wisata kuliner. Makanan
memerlukan perhatian dan pengembangan
tradisional dapat dijadikan tujuan wisata
dari pemerintah, pihak-pihak pengelola di
kuliner yang dapat mengangkat citra dari
bidang tersebut, dan juga masyarakat
suatu daerah (Octivia, Tanudjaja and B
Indonesia. Dengan apa yang terjadi pada
2013). Suatu budaya yang telah dikenal
saat ini, masyarakat sangat rendah dalam
secara luas dan disertai oleh keberadaan
mengapresiasi masakan lokal. Dari latar
kuliner yang mempunyai makna filosofis
belakang diatas, peneliti ingin menggali
dan historis dapat dijadikan sebagai
lebih dalam mengenai sejarah dan nilai
destinasi wisata (Indrahti, Maziyah and
budaya yang dimiliki oleh Ayam Ingkung
Alamsya 2017).Wisata kuliner dapat dijadi
yang banyak digunakan sebagai pelengkap
salah satu alternatif wisata yang dapat
dalam upacara adat di Bantul-Yogyakarta.
ditawarkan kepada wisatawan disamping
Diharapkan dengan menggali dan
pilihan jenis wisata lainnya(Besra 2012).
mengangkat gastronomi makanan
Kuliner tradisional Yogyakarta terkenal
tradisional khususnya ayam ingkung dapat
dengan rasanya yang enak dan unik, baik
membantu orang Indonesia untuk semakin
dari warna maupun tampilannya, dimana
mengenal warisan bangsa Indonesia.
mengandung unsur-unsur simbolisme atau
perlambang dan peranannya dalam jenjang
ekonomi dalam masyarakat(Septarina and TINJAUAN PUSTAKA
Pratama 2014). Salah satu kuliner khas
Yogyakarta yang ada kaitannya dengan Yogyakarta
perayaan-perayaan adalah Ayam Ingkung.
Ayam Ingkung biasa dipergunakan pada Yogyakarta merupakan salah satu dari
saat perayaan pernikahan, khitanan, bahkan 32 provinsi yang ada di Indonesia. Menurut

307 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

UU No.13 Th.2012 menguatkan status Upacara adat merupakan pencerminan


keistimewaan kota Yogyakarta, yang dilihat semua perencanaan dan tindakan yang
salah satunya adalah dari segi budaya yang diatur dalam tata nilai luhur dan diwariskan
tertuang pada Pasal 7 ayat 2c (Jaweng secara turun-temurun (Nurmawati 2013).
2013). Karena keistimewaan kultur dan Upacara adat itu juga sebuah peneguhan
budayanya Yogyakarta dianugerahi gelar bahwa kehadiran individu itu penting, tetapi
Daerah Istimewa dengan sebutan Daerah individu yang saling menjaga,
Istimewa Yogyakarta (DIY) (Tengker mengingatkan, dan merekatkan (Santoso
2017). Wisatawan saat ini banyak yang 2016). Dalam pelaksanaannya upacara
memilih untuk berkunjung ke Yogyakarta, adat dilakukan secara bersama-sama di
karena budayanya yang khas dan ingin dalam lingkungan masyarakat, mulai dari
mencoba masakan khas Yogyakarta yang persiapan hingga pelaksanaan upacara
unik (Suwono and Fedryan 2017). (Rivasintha and Juniardi 2017).
Yogyakarta sangat terkenal akan adat
istiadat yang kental serta berkaitan dengan Makanan Tradisional
kuliner khasnya (Gardjito, Kuliner Yogyakarta
Yogyakarta - Pantas dikenang sepanjang
masa 2017). Di Yogyakarta makanan Makanan tradisional adalah makanan
dibedakan menjadi makanan yang disantap dan minuman juga jajanan berikut dengan
sehari-hari, dan makanan yang dibuat bahan-bahan campurannya yang telah
sebagai ubarampe upacara atau sebagai digunakan secara tradisional dan
suguhan dalam suatu upacara keraton berkembang di daerah atau masyarakat
(Gardjito, Kuliner Yogyakarta - Pantas Indonesia (Eliazer, Bahruddin and Aziz
dikenang sepanjang masa 2017). Wisata 2013). Makanan tradisional atau lebih
kuliner berpotensi besar untuk dapat dikenal dengan makanan lokal merupakan
dikembangkan, tetapi memerlukan suatu ciri khas dari suatu masyarakat yang
penanganan dan pengelolaan yang lebih mudah untuk ditemukan dan dikenali
baik dan dilakukan secara professional (Tyas 2017). Makanan yang digunakan
(Kurniawan 2010). sebagai sesaji selalu berciri kedaerahan atau
makanan setempat, hal ini disebabkan oleh
Upacara Adat Yogyakarta keyakinan dan harapan serta makna, yang
dimiliki berupa harapan dan keinginan para
Masyarakat Yogyakarta sama halnya pelaku upacara terhadap Tuhannya
dengan masyarakat Jawa, dimana (Nurhayati, et al. 2014).
kehidupan mereka lekat sekali dengan adat
istiadat yang berlaku. Segala tingkah laku Ingkung
masih sangat mencerminkan budaya yang
kental. Budaya Jawa identik dengan simbol Tidak ada yang mengetahui secara jelas
sehingga dikatakan budaya Jawa adalah tentang sejarah asal mulanya Ayam
budaya simbolis (Windyarti 2015). Ingkung, tetapi masyarakat Jawa sudah
Kebudayaan Jawa tersebut begitu tersohor mengenal masakan ayam ingkung secara
tidak hanya karena keunikan dan turun temurun. Dan untuk masyarakat
keindahannya, tetapi juga karena Jawa ayam memiliki posisi penting dalam
mengandung nilai-nilai dan filosofi hidup di kehidupan sehari-hari terutama untuk
dalamnya (Melani 2017). Pada umumnya, kegiatan ritual (Kevin 2018). Ayam
upacara tradisi ini dilakukan untuk Ingkung salah satu hidangan yang pasti ada
menghormati, memuja, mensyukuri dan di setiap perayaan atau acara-acara tertentu
meminta keselamatan pada leluhur pada tradisi masyarakat Jawa, dimana pada
(Gumilang, Haryono and Budiati 2016). perayaan tersebut menyajikan sesajen dan

308 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

hidangan khas lainnya (Atmojo 2016). Pada acara dan kegiatan kuliner seperti festival dan
umumnya yang digunakan untuk masakan kunjungan kuliner (Sukenti 2014). Gastronomi
Ayam Ingkung adalah ayam Jago (Jati telah menjadi salah satu sumber daya tarik
2014).Ingkung adalah ayam utuh yang utama di daerah tujuan wisata (Gálvez, et al.
2017). Menurut Gillespie di dalam (Guzel and
dimasak dengan keadaan kaki dan kepala
Apaydin 2016) gastronomiadalah pengakuan
yang diikat sehingga berbentuk seperti berbagai faktor yang relevan dengan makanan
orang yang sedang bersujud, yang memiliki dan minuman yang dikonsumsi oleh suatu
makna agar kita manusia senantiasa kelompok, di suatu wilayah, atau bahkan suatu
bersujud dan berzikir sesuai dengan ajaran bangsa.
dari Rasulullah (Pambudi 2014). Selain
dari maknanya yang berarti mengikuti
ajaran dari rasul, ayam Ingkung juga
merupakan suatu makanan simbolik, yaitu METODE
menyimbolkan laki-laki, yang mempunyai 3
sifat buruk, sehingga ayam ingkung diikat Jenis Penelitian
tiga agar sifat buruknya tidak muncul
(Sulistiyaningsih and Lastariwati 2017). Pada penelitian ini penulis akan
Berdasarkan bentuknya yang menyiratkan menggunakan metode penelitian kualitatif
posisi orang yang sedang bersujud/suatu deskriptif, yang bertujuan untuk mengurai
posisi penyerahan diri kepada Tuhan Yang dan mencari makna dari situasi yang sedang
Maha Esa, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi, sikap dan pandangan di dalam suatu
makna simbolik dari ayam Ingkung sebagai masyarakat, pertentangan antar dua atau
bagian dari sesaji adalah wujud lebih, hubungan antar variable, cara
persembahan untuk para leluhur yang telah pandang yang berbeda akan keadaaan yang
memberi keselamatan dan kemakmuran sedang terjadi dan bagaimana pengaruhnya
(Prabawa 2012). Karenanya bagi terhadap suatu kondisi di dalam masyarakat
masyarakat Jawa ayam Ingkung merupakan (Prasetyo 2016). Penelitian ini
makanan dan sesaji yang sangat istimewa menggunakan pendekatan deskriptif, yang
pada setiap perayaan (Nurazizah 2016). memandu peneliti untuk mengeksplorasi
dan memotret situasi sosial yang akan
Gastronomi diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam(Sugioyono 2017).
Menurut Upaboga Indonesia, gastronomi
adalah suatu proses secara keseluruhan dari Tempat dan Waktu
memasak dan bagaimana menikmati makanan Penelitian
(Ketaren 2017). Sedangkan menurut (Maligan
2013), gastronomy adalah suatu studi yang Lokasi penelitian ini dilakukan di
menjelaskan hubungan antara budaya dan Yogyakarta khususnya daerah Bantul, pada
makanan, dengan makanan sebagai pusatnya. rumah makan Ayam Goreng Mbah
Gastronomi adalah suatu ilmu yang Cemplung, Ingkung Ayam Warung Ndeso,
mempelajari hubungan bagaiman cara Ingkung Kuali Kalakijo, Dinas Pariwisata
menikmati makanan yang dikonsumsi oleh
DIY, dan Dinas Kebudayaan DIY. Waktu
seseorang, termasuk didalamnya adalah sejarah,
riwayat, legenda, cara pembuatan, cara penelitian adalah Maret-Juni 2018.
menyajikan, serta cara menikmati hidangan
tersebut (Gardjito, Putri, and Dewi, Kuliner Teknik Pengumpulan Data
Indonesia - Profil Struktur, Bumbu, dan Bahan
Dalam Kuliner Indonesia 2018). Gastronomi Teknik pengumpulan data yang
tidak hanya kegiatan yang berkaitan dengan digunakan adalah:
makanan dan minuman, tetapi juga dengan

309 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

1. Observasi adalah proses keterlibatan pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta dan


peneliti dalam situasi sosial, kemudian 2 responden berasal dari dinas pariwisata
peneliti mengungkapkan seluruh apa Daerah Istimewa Yogyakarta dan dinas
yang dilihat, dialami, dan dirasakan kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
langsung oleh peneliti (Sugioyono Berikut adalah tabel yang berisi profil
2017). Narasumber.
2. Wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga Tabel 1. Tabel Profil Narasumber
dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu (Sugioyono 2017). Narasumber Pekerjaan Alamat
3. Dokumentasi adalah salah satu metode Ibu Anti Pegawai Dinas
Pariwisata DIY
pengumpulan data kualitatif dengan Malioboro
– Informasi
melihat atau menganalisis dokumen- Turis
dokumen yang dibuat oleh subjek Bapak Ka. Sie. Adat
sendiri atau oleh orang lain tentang Markus dan Istiadat
subjek (Sugioyono 2017). Dinas Cendana
4. Kuestioner merupakan teknik Kebudayaan
pengumpulan data yang dilakukan DIY
dengan cara memberi seperangkat Bapak Pemilik Ayam
Sendang
pertanyaan atau pernyataan tertulis Dayat Goreng Mbah
Semanggi
kepada responden untuk dijawabnya Cemplung
(Sugioyono 2017). Bapak Yudi Pemilik
Karangber,
5. Sudi pustaka, berkaitan dengan kajian Ingkung Ayam
Pajangan
Warung Ndeso
teoritis dan referensi lain yang terkait
Bapak Pemilik Kalakijo,
dengan nilai, budaya, dan norma yang
Sukar Ingkung Kuali Pajangan
berkembang pada situasi sosial yang Bapak Abdi Dalem
diteliti (Sugioyono 2017). Rotowijayan,
Warso Keraton
Panembahan
Ngayogyakarta
Teknik Analisis Data Sumber: Penulis 2018
Teknik analisa data dalam penelitian
Hasil Wawancara
ini ialah menggunakan teknik dari Miles
dan Huberman yang terdiri dari 3 1. Sejak kapan ayam ingkung dikenal
komponen yaitu :1) Reduksi data, 2) masyarakat Yogyakarta
Penyajian data dan 3) Penarikan Dari hasil wawancara dengan
kesimpulan dan verifikasi (Sugioyono narasumber Ayam Ingkung ini telah
2017). dikenal masyarakat Yogyakarta sejak jaman
dulu pada waktu jaman kerajaan Hindu dan
Buddha, yang dimana biasanya dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN ditemukan hampir di semua sesaji di
upacara adat di Yogyakarta. Ayam ingkung
Profil Narasumber merupakan salah satu komponen pokok
dalam tumpeng sehingga sejarahnya pun
Penelitian mengenai Ayam Ingkung ini tidak terlepas dari sejarah perkembangan
dilakukan dengan observasi dan wawancara tumpeng. Diyakini bahwa awal adanya
secara mendalam kepadalima Narasumber. tradisi tumpeng (termasuk ayam ingkung)
Narasumber yang didapatkan berdasarkan adalah antara 5-15 abad yang lalu karena
rekomendasi dari website asli dinas faktanya pada saat itu kerajaan Jawa
310 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

dipengaruhi oleh agama Hindu (Kevin Jawalah yang berperan besar dalam
2018). Sementara itu simbol-simbol di mengenalkan ayam ingkung. Karena mulai
tumpeng seperti beras gunung berbentuk, dari Jawa Barat(Sunda), Solo, Jawa Timur
warna dan bahan-bahan yang dikenal (Banyuwangi) dan terutama masyarakat
merupakan refleksi dari agama Hindu Yogyakarta daerah Pajangan di Bantul
(Kevin 2018). menggunakannya dalam upacara adat.

2. Apakah keberadaan ayam ingkung 5. Mengapa disebut ayam ingkung?


karena pengaruh budaya dari etnis Dari hasil wawancara dengan
maupun bangsa tertentu? narasumber, sebagian besar mengatakan
Dari hasil wawancara dengan bahwa dinamakan ayam ingkung karena
narasumber, Ayam ingkung ini merupakan makanan ini berciri khas dari bentuknya
makanan asli dan khas Yogyakarta yang yang selalu di sajikan secara utuh dan
terpengaruh oleh kerajaan Hindu dan manengkung. Manengkung itu diartikan
Buddha. Karena fungsi utama ayam seperti posisi tengkurap yang harus
ingkung yang merupakan sesaji pada disajikan secara utuh.
upacara adat di Yogyakarta, yang dimana
kerajaan Hindu dan Buddha yang selalu 6. Apa makna dari ayam ingkung?
menggunakan sesaji didalam setiap upacara Dari hasil wawancara dengan
keagamaannya yang secara tidak langsung narasumber yang mengetahui tentang
memberikan pengaruh kepada Indonesia keberadaan ayam ingkung. Ayam ingkung
melalui itu semua. ini merupakan bentuk simbol pengorbanan
dalam bentuk ayam kampung Jawa. Ayam
3. Bagaimana posisi ayam ingkung di ingkung berwujud seperti manengkung,
masyarakat Yogyakarta pada saat ini? yang diibaratkan seperti orang sujud dengan
Dari hasil wawancara dengan maksud menyembah kepada sang Pencipta.
narasumber, bisa terlihat jelas bagaimana Dimana makanan ini menjadi simbol suatu
posisi ayam ingkung sekarang di masyarakat hasrat atau kemauan untuk mencapai suatu
Yogyakarta. Posisi ayam ingkung sekarang keinginan yang tinggi yang bisa di sejajarkan
masih digunakan pada upacara adat juga sebagai ucapan syukur kita kepada
tertentu. Namun dengan berjalannya waktu, Tuhan yang Maha Esa atas keselamatan,
kedudukan Ayam Ingkung sudah rejeki, kelancaran acara, dan lain
berkurang kesakralannya. Sekarang ini sebagainya. Ayam ingkung memiliki bentuk
sudah banyak warung/rumah makan yang kepala yang menoleh kebelakang yang
menjual ayam ingkung sebagai makanan merupakan simbol bahwa manusia harus
sehari-hari. Tidak seperti dulu, dimana selalu ingat tentang apa yang sudah dijalani
harus menunggu upacara atau hajatan agar senantiasa memiliki rasa syukur
untuk mendapatkan ayam ingkung tersebut. terhadap sesuatu yang telah dimiliki.
Perbedaannya adalah ayam ingkung yang
digunakan di upacara adat perlu didoakan 7. Upacara adat apa yang menggunakan
terlebih dahulu, sedangkan yang dijual ayam ingkung?
bebas tidak ada acara didoakan. Dari hasil wawancara dengan
narasumber, diketahui bahwa ayam
4. Kelompok masyarakat yang ingkung ini hampir terdapat pada setiap
mempunyai peran besar dalam upacara adat yang ada di Yogyakarta. Ayam
mengenal ayam ingkung ini? ingkung bersifat sebagai pelengkap dalam
Dari hasil wawancara hampir semua upacara tersebut. Berikut daftar upacara
narasumber menyatakan bahwa masyarakat yang menggunakan ayam ingkung dari hasil
wawancara dengan narasumber
311 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

a. Rasulan di Gunung Kidul,


merupakan upacara dalam rangka 9. Apa resep asli ayam ingkung?
mengucapkan terima kasih kepada Dari hasil wawancara dengan
Tuhan yang Maha Esa atas panen narasumber resep asli ayam ingkung
yang diterima. berbahan dasar bumbu – bumbu lokal
b. Upacara Cembengan, merupakan Indonesia. Antara lain adalah bawang
upacara rutin setiap tahun sehabis merah, bawang putih, kemiri, daun salam,
panen tebu dalam rangka meminta lengkas, sereh, ketumbar, jahe, garam dan
permohonan agar proses gula jawa.
penggilingan dan suling tebu di
pabrik gula Madukismo berjalan 10. Apakah bahan utama yang digunakan
dengan lancar tanpa suatu pada ayam ingkung?
hambatan apapun. Dari hasil wawancara dengan
c. Upacara Nyadran/Ruwahan, narasumber, bahan utama yang digunakan
merupakan upacara rutin yang pada ayam ingkung adalah ayam kampung
dilakukan masyarakat Jawa sebelum jawa yang berumur 9 bulan atau 1 tahun
memulai bulan Ramadhan, dalam sehingga ukurannya pas besarnya dan
maksud membersihkan diri. haruslah ayam jago (ayam Jantan). Seekor
d. Upacara Pernikahan – Midodaremi, ayam kampung jantan merupakan simbol
merupakan upacara satu hari dari keperkasaan dan kekuatan, kekuatan
sebelum menikah yang biasanya untuk memohon perlindungan kepada
dilakukan dalam bentuk siraman Tuhan agar hidupnya selamat,
dan membawa sesaji salah satunya menyimbolkan supaya mencapai kekuatan
ayam ingkung. keseimbangan lingkungan kecilnya agar
e. Dan upacara – upacara lain seperti tidak terganggu sehingga bisa hidup dengan
Kendurian, yang merupakan tentram. Tetapi disamping itu ayam jago
upacara permohonan apabila kita juga memiliki sifat yang kurang baik,
ingin menikah, mantu, khitanan, diantaranya adalah angkuh, congkak dan
dan selametan untuk orang tidak setia, sehingga menyembelih ayam
meninggal. jantan memiliki makna untuk mengjindari
Doa yang biasanya diucapkan adalah sifat-sifat buruk tersebut.
“Ya Allah, semoga Engkau mengabulkan
doa hamba. Semoga saya diberi umur 11. Bagaimana cara pembuatan ayam
Panjang, rizki yang melimpah dan ingkung?
membawa berkah. Diberikan keteguhan Dari hasil wawancara dengan
dalam iman, serta keteguhan dalam narasumber, dapat disimpulkan bahwa cara
menjalankan ibadah.” pembuatan ayam ingkung dimulai dengan,
ayam kampung jawa yang di potong dan
8. Apakah ayam ingkung dijadikan dibersihkan sesuai dengan standar, beserta
hidangan sehari-hari? dengan jeroan yang diikat dan dimasukan
Dari hasil wawancara dengan ke bagian dalam ayam. Kemudian haluskan
narasumber dengan banyaknya bumbu dan lumuri bumbu tersebut
warung/restoran yang menjual menu ayam didalam dan diluar badan ayam, lalu
ingkung, maka dapat dikatakan bahwa siapkan tali iratan bambu untuk mengikat
sekarang ayam ingkung sudah menjadi ayam tersebut sehingga berwujud seperti
makanan sehari – hari. Namun ayam orang sujud atau manengkung. Diikat
ingkung yang dijual di restoran cara menggunakan tali bambu supaya
pembuatannya pun berbeda dari yang biasa mengkondisikan ayam tersebut agar tetap
digunakan dalam upacara. cantik dalam bentuk manengkung. Karena
312 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

panasnya api membuat otot-otot ayam ayam ingkung. Cara yang pertama adalah
tersebut meregang, maka ayam tersebut seperti yang dilakukan oleh dinas pariwisata
diikat agar bentuknya tetap sama. setiap tahunnya yaitu dengan mengadakan
Selanjutnya siapkan kuali dan masak santan lomba kuliner ayam ingkung di daerah
yang berasal dari perasan kelapa dengan Bantul. Cara kedua dengan tetap menjalani
sebagian bumbu yang telah di haluskan upacara adat dan tradisi -tradisi yang
tadi, masak hingga menindih, masukkan menggunakan ayam ingkung. Cara ketiga
ayam dan masak ayam tersebut kurang adalah dengan dikembangnya restoran
lebih 2 jam – 2.30 jam, prosesnya lama tentang ayam ingkung seperti contohnya
karena menggunakan kayu bakar. yang ada di Pajangan, Kayuban, Seyegan,
dan Sewon.
12. Bagaimana teknik khusus dalam
pembuatan ayam ingkung? 15. Apakah ayam ingkung merupakan daya
Dari hasil wawancara dengan tarik pariwisata Daerah Istimewa
narasumber, sebagian besar mengatakan Yogyakarta?
tidak ada teknik khusus dalam pembuatan Dari hasil wawancara dengan
ayam ingkung. Hanya diperlukan ketepatan narasumber, ayam ingkung merupakan
waktu dan ketepatan suhu. Karena apabila daya tarik pariwisata Daerah Istimewa
suhu kurang panas tekstur ayamnya masih Yogyakarta. Karena sifat awalnya yang
keras dan bumbunya belum meresap, kalau sakral dan hanya bisa dimakan pada saat
suhunya terlalu panas nanti ayamnya tertentu, sehingga membuat para wisatawan
mudah hancur. penasaran dan tertarik untuk mencobanya.
Dengan banyaknya restoran ayam ingkung
13. Bagaimana cara penyajian ayam di Yogyakarta dapat mempermudah para
ingkung? wisatawan untuk mendapatkannya. Dan
Dari hasil wawancara dengan dengan adanya upacara – upacara adat yang
narasumber, cara penyajian ayam ingkung bersifat besar seperti Upacara Cembengan
ada beberapa jenis. Jenis yang pertama di Pabrik Gula Maudiksmo, masyarakat
adalah ayam ingkung disajikan bersama dapat melihat bagaimana upacara itu
nasi tumpeng (nasi gurih) diatas tambir yang berjalan seperti contohnya yang dialami
adalah anyaman bambu, dialasi daun oleh peneliti yaitu dengan melihatnya
pisang, lalu bersama juga dengan sambal proses pawai manten tebu lanang dan tebu
kedelai, lalapannya (kemangi dan timun), wedok yang berasal dari desa Jogonalan
sambal goreng tempe, kering kentang, telur Lor hingga mengelili pabrik tersebut, yang
dadar, dan ikan teri/gereh pethek. Jenis diiringi langsung dari abdi dalam di
kedua yaitu ayam ingkung di sajikan sendiri Keraton Yogyakarta.
diatas tambir yang dialasi dengan daun
pisang beserta dengan lalapan (ketimun dan Hasil Kuisioner :
kemangi) dan sambal kedelainya. Jenis
ketiga ayam ingkung disajikan didalam box Penelitian tentang Ayam Ingkung ini
yang berisikan suwiran ayam ingkung, nasi juga menggunakan kuesioner sebagai
gurih, lalapan (kemangi dan timun) dan materi pendukung untuk mengukur
sambal kacang, yang biasanya digunakan pengetahuan masyarakat mengenai Ayam
untuk hajatan misalnya selametan orang Ingkung. Penelitian ini menyebarkan
meninggal. kuesinoner kepada masyarakat yang
berdomisili di Yogyakarta yang merupakan
14. Bagaimana pelestarian ayam ingkung? pusat asli dari Ayam Ingkung. Kuesioner
Dari hasil wawancara dengan ini mendapatkan 72 responden. Berikut
narasumber, banyak cara melestarikan
313 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

hasil mayoritas dari kuesioner yang sudah


disebarkan ke masyarakat Yogyakarta.

Tabel 2. Tabel Hasil Kuisioner

Usia 18-35 tahun


Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa
Tempat Tinggal Yogyakarta
Responden mengenal Dari 58 responden, 45 responden mengetahui Ayam Ingkung, 13
Ayam Ingkung responden tidak mengetahui.
Responden Pernah Dari 58 responden, 41 responden pernah mencoba Ayam Ingkung, 17
Mencoba Ayam responden tidak pernah mencoba.
Ingkung
Responden yang Dari 18 responden, 15 responden beralasan tidak pernah mencoba
Tidak Pernah karena tidak tahu tempat yang menjualnya, 3 responden beralasan
Mencoba Ayam karena tidak suka pada Ayam Ingkung.
Ingkung
Tempat Responden Lebih banyak responden yang mencoba di restoran dan anggota
Mencoba Ayam keluarga yang memasak dirumah, dibandingkan di upacara adat yang
Ingkung dimana merupakan fungsi utama dari ayam ingkung itu sendiri.
Tempat Responden Berdasarkan kuesioner pihak keluarga mempunyai peran besar dalam
Mengenal Ayam proses pengenalan ayam ingkung dibandingkan media sosial atau pun
Ingkung media cetak.
Responden Sulit Dari 42 responden, 30 responden sulit menemukan Ayam Ingkung, 12
Menemukan Ayam responden tidak
Ingkung
Ayam Ingkung Perlu 41 responden setuju bahwa Ayam Ingkung perlu dilestarikan.
di Lestarikan
Sumber : Peneliti 2018
di Yogyakarta. Diantaranya adalah upacara
Pembahasan : Rasulan di Gunung Kidul, Upacara
Cembengan (setelah panen Tebu), Upacara
Dari hasil wawancara diatas dapat Nyadran/Ruwahan (sebelum bulan
dilihat sejarah dan makna dari ayam Ramadhan), Upacara Pernikahan –
ingkung yang sangat erat kaitannya dengan Midodareni, dan kendurian yang intinya
budaya di Yogyakarta dan Jawa pada meminta perlindungan dari yang maha
umumnya. Seperti yang dikemukakan oleh Kuasa.
nara sumber bahwa ayam ingkung diyakini Dari bahan utama yang dipergunakan
asal muasalnya bersamaan dengan awal juga sudah memiliki makna tersendiri.
tradisi adanya tumpeng, yaitu antara 5-15 Bahan utama adalah ayam kampung jantan,
abad yang lalu, dan pada masa kerajaan dimana dengan menyembelih ayam jantan
Jawa dipengaruhi oleh agama Hindu yang dimaksudkan agar manusia dapat terlepas
banyak memperkenalkan simbol-simbol, dari pengaruh sifat-sifat buruk seperti yang
seperti yang tertuang dalam pembuatan dimiliki oleh ayam jantan, yaitu congkak,
tumpeng(Kevin 2018). Dilihat dari segi angkuh, mau menang sendiri dan tidak
budaya, ayam ingkung masih sangat terikat setia (Wulandriani 2017). Jika dilihat dari
erat dalam upacara-upacara yang diadakan bentuknya ayam ingkung berwujud seperti

314 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

manengkung, yang diibaratkan seperti KESIMPULAN


orang sujud dengan maksud menyembah
kepada sang Pencipta. Dimana ini menjadi Masyarakat Jawa memiliki pandangan
simbol suatu hasrat atau kemauan untuk segala sesuatu banyak yang tidak terucap
mencapai suatu keinginan yang tinggi yang tetapi tersirat lewat berbagai macam simbol
bisa di sejajarkan juga sebagai ucapan tertentu, begitu juga makanan yang dipakai
syukur kita kepada Tuhan yang Maha Esa dalam upacara-upacara adat, diantaranya
atas keselamatan, rejeki, kelancaran acara, adalah ayam ingkung. Disebut ayam
dan lain sebagainya karena ayam ingkung ingkung karena bentuknya yang manekung
dipergunakan didalam upacara-upacara dan bentuk kepala yang menoleh
adat. kebelakang yang merupakan simbol bahwa
Dari hasil wawancara dengan manusia harus selalu ingat tentang apa yang
narasumber, pada saat ini ayam ingkung sudah dijalani agar senantiasa memiliki rasa
yang dijual secara komersil memiliki cara syukur terhadap sesuatu yang telah dimiliki.
pembuatan yang berbeda. Pada restoran Ada tiga cara penyajian untuk ayam
Ingkung Ayam Warung Ndeso cara ingkung; (1) Cara pertama ayam ingkung
pembuatan ayam ingkung menggunakan disajikan bersama dengan nasi tumpeng
presto dengan bahan bakar kompor gas, (nasi gurih) diatas tambir yang adalah
yang memakan waktu 30 menit dalam anyaman bambu yang dialasi daun pisang
proses memasaknya. Sedangkan pada Bersama denan lauk lainnya, (2) Cara
restoran Ingkung Kuali Kalakijo cara kedua ayam ingkung disajikan dengan
pembuatan ayam ingkung menggunakan menggunakan tambir yang dialasi dengan
kuali dengan bahan bakar kayu, yang daun pisang beserta dengan lalapan
memakan waktu 2 atau 2 jam 30 menit (ketimun dan kemangi) dan sambal
dalam proses memasaknya. Dan untuk kedelainya, dan (3) Cara ketiga adalah ayam
Ayam Goreng Mbah Cemplung, ingkung disajikan didalam box yang
menggunakan panci yang dalam dengan berisikan suwiran ayam ingkung, nasi gurih,
bahan bakar kayu, yang memakan waktu 4 lalapan (kemangi dan timun) dan sambal
jam dalam proses memasaknya, kemudian kacang, yang biasanya digunakan untuk
ayam tersebut ditiriskan semalam penuh hajatan misalnya selametan orang
dan keesokan paginya direbus lagi untuk meninggal.
menghilangkan lemak pada ayam.
Cara pembuatan yang berbeda tentu
saja akan mempengaruhi rasa dan tekstur SARAN
yang dihasilkan dari ayam ingkung. Ayam
ingkung yang dimasak dengan presto lebih Ayam Ingkung yang merupakan makanan
cepat jadi dan tekstur ayamnya lebih khas tradisional Yogyakarta ini merupakan
empuk. Ayam ingkung yang dimasak kuliner yang perlu kita lestarikan, karena
dengan bahan bakar kayu juga memiliki keberadaannya yang masih belum terlalu
tekstur yang empuk walaupun proses populer, antara lain dengan: (1) Menjaga dan
terus menjalankan tradisi / upacara adat yang
memasaknya yang lebih lama, dan
ada sehingga Ayam Ingkung ini keberadaanya
keuntungan menggunakan bahan bakar tidak punah, (2) Perlu adanya tindakan nyata
kayu cita rasa ayamnya tetap terjaga dan dari pemerintah dalam melestarikan makanan
bumbunya lebih meresap dan tidak tradisional Yogyakarta di karenakan masih
terkontaminasi dengan bau dari kompor banyak masyarakat yang kurang tahu tentang
gas itu sendiri. ayam tersebut, (3) Dan mengikutsertakan dan
memperkenalkan Ayam Ingkung ini melalui
event – event makanan nusantara.

315 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

DAFTAR PUSTAKA NAL%20-

Atmojo , Suparmo Paku . 2016. %20Pertumbuhan%20Kota%20Yog

"Penerapan Strategi Pemasaran yakarta.pdf.

Ayam Ingkung Di Kawasan Usaha


Pajangan Bantul." Jurnal Pendidikan Gálvez, Jesús ClaudioPérez, Tomás López

Teknik Boga 11-19. Guzmán, Franklin Cordova Buiza,


and Miguel JesúsMedina Viruel.

Besra, Eri. 2012. "Potensi Wisata Kuliner 2017. "Gastronomy as an element of

Dalam Mendukung Pariwisata Di attraction in a tourist destination:

Kota Padang." Jurnal Riset the case of Lima, Peru." Journal of

Akuntansi Dan Bisnis 12 (1): 74- Ethnic Foods 254-261.

101.
Gardjito, Murdijati. 2017. Kuliner

Dewi, Tresna Purnama. 2012. Yogyakarta - Pantas dikenang

"Perpustakaan Digital Budaya sepanjang masa. Yogyakarta:

Indonesia." Ayam Ingkung. Juli 10. PT.Gramedia Pustaka Utama.

Accessed Agustus 23, 2018.


https://budaya- Gardjito, Murdijati, Rhaesfaty Galih Putri,,

indonesia.org/AYAM-INGKUNG. and Swastika Dewi. 2018. Kuliner


Indonesia - Profil Struktur, Bumbu,

Eliazer, Stefanus Lutfi, Muh Bahruddin, dan Bahan Dalam Kuliner

and Abdul Aziz. 2013. "Pembuatan Indonesia. Yogyakarta: UGM

Buku Makanan Tradisional PRESS,.

Surabaya Sebagai Upaya Pelestarian


Produk Lokal." Jurnal Desain Gumilang, Jatmiko Suryo, Haryono, and

Komunikasi Visual 88-95. Atik Catur Budiati. 2016.


"EKSISTENSI TOKOH ADAT

Faturochman. 2013. "Pertumbuhan Kota Upacara Sedekah Gunung Merapi

Yogyakarta-Kondisi Sosio- di Desa Lencoh Kecamatan Selo

Psikologis Yogya Unik." JURNAL- Kabupaten Boyolali." Jurnal Analisa

Pertumbuhan-Kota-Yogyakarta 1-6. Sosiologi 1-13.

http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/JUR

316 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

Guzel, Berrin, and Müge Apaydin. 2016. ayam-ingkung-dalam-ritual-adat-


"Gastronomy Tourism: Motivations jawa/.
and Destinations." In Global Issues
and Tends in Tourism, by Berrin Kurniawan, Fajri. 2010. Potensi Wisata
Güzel, 394-404. Turkey: St. Kuliner dalam Pengembangan
Kliment Ohridski University Press,. Pariwisata di Yogyakarta. Laporan
Tugas Akhir, Surakarta: Universitas
Indrahti, Sri, Siti Maziyah, and Alamsya. Sebelas Maret.
2017. "Ragam Kuliner Sesaji Dalam
Upacara Tradisi Di Kabupaten Maligan, Jaya Mahar. 2013. Indonesian
Jepara ." Jurnal Sejarah Citra Lekha Gastronomy (Food, Culture, &
61-74. Local Wisdom). Report
Laboratorium Nutrisi Pangan dan
Jati, Ignasius Radix A.P. 2014. "Local Hasil Pertanian, Malang:
wisdom behind Tumpeng as an Universitas Brawijaya.
icon of Indonesian traditional
cuisine." Nutrition & Food Science Maulana, Imam, and Arus Reka Prasetia.
324-334. doi:DOI: 10.1108/NFS- 2015. "Strategi Kreatif Usaha
11-2013-0141. Kuliner Indonesia Untuk
Memperluas Pasar Ke Kawasan
Jaweng, Robert Endi. 2013. "Keistimewaan Asia Tenggara Dalam Era
Yogyakarta: Babak Baru yang Masyarakat Ekonomi Asean (Mea)."
Menyisakan Sejumlah Catatan." Seminar Nasional Strategi
Jurnal Ilmu Pemerintahan 105-119. Indonesia Kreatif Menghadapi
ASEAN Economic Community.
Ketaren, Indrakarona . 2017. Gastronomi Bandung. doi:DOI:
Upaboga Indonesia. Jakarta: 10.13140/RG.2.1.3886.8563.
Indonesian Gastronomy
Association. Melani , Yulia . 2017. Ilmuseni.com.
https://ilmuseni.com/seni-
Kevin, Ninda Rahayu. 2018. Budaya Jawa. budaya/kebudayaan-jawa.
Januari 8. Accessed Agustus 30,
2018. https://budayajawa.id/sejarah-
317 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

Nurazizah, Nunik Sri. 2016. "The Next


Muslim Scientist." Kuliner Pambudi, Oki Setya. 2014. Upaya
Nusantara. Desember 10. Accessed Pelestarian Tradisi Baritan Dalam
Agustus 30, 2018. Upacara Adat Sedekah Bumi Di
https://nuniksrinurazizah.wordpress. Desa Kedungwringin Kecamatan
com/2016/12/10/ayam-ingkung- Sempor Kabupaten Kebumen.
makanan-tradisional-khas-jawa-yang- Skripsi, Purworejo: Universitas
melegenda/. Muhammadiyah Purworejo.

Nurhayati, Endang, Mulyana, Venny Indria Prabawa, Benny. 2012. Nilai Filosofi
Ekowati, and Avi Meilawati. 2014. Upacara Daur Hidup Mitoni Di
"Inventarisasi Makanan Tradisional Dusun Kedung I, Desa
Jawa Unsur Sesaji Di PasarPasar Karangtengah, Kecamatan
Tradisional Kabupaten Bantul." Wonosari, Kabupaten
Jurnal Penelitian Humaniora 124- Gunungkidul. Skripsi, Yogyakarta:
140. Universitas Negeri Yogyakarta.
Prasetyo, Agung . 2016. Linguistikid.com.
Nurmawati, Ella. 2013. "Kajian Folklor Juni 07. Accessed Agustus 31, 2018.
Upacara Adat Saparan Pundhen http://www.linguistikid.com/2016/09
Joko Kasihan Di Desa Cacaban /pengertian-penelitian-deskriptif-
Kidul Kecamatan Bener Kabupaten kualitatif.html.
Purworejo." Jurnal Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Rivasintha, Emusti, and Karel Juniardi.
Jawa_Universitas Muhammadiyah 2017. "Pergeseran Nilai-Nilai
Purworejo 66-76. Budaya Dalam Upacara Adat Gawai
Dayak Ditinjau Dari Sosial
Octivia, Milka, Bing Bedjo Tanudjaja, and Ekonomi Masyarakat Kota
Baskoro Suryo B. 2013. Pontianak." Jurnal Pendidikan
"Perancangan Buku Panduan Sosial 4 (1): 1-10.
Wisata Kuliner Makanan
Tradisional Khas Makassar." Jurnal Sabandar, Switzy. 2016. liputan 6.
Desain Komunikasi Visual November 28. Accessed Agustus
Adiwarna 1-11. 23, 2018.
318 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

https://www.liputan6.com/regional/r Penelitian Evaluasi. Jakarta:


ead/2663988/ayam-ingkung-sesaji- Alfabeta.
yang-jadi-makanan-favorit-turis.
Sukenti, Kurniasih. 2014. "Gastronomy
Santoso, Satmoko Budi. 2016. "ISI MAJE Tourism in Several Neighbor
EDISI 1 - 2017." Taman Budaya Countries of Indonesia: a Brief
Yogyakarta. Accessed Agustus 28, Review." Journal of Indonesian
2018. Tourism and Development Studies
http://tamanbudayayogyakarta.com/ 55-63.
assets/uploadsck/files/ISI%20MAJE
%20EDISI%201%20-%202017.pdf. Sulistiyaningsih, Christiyana, and
Badraningsih Lastariwati. 2017.
Sanyoto, Amie, and Pribadi Widodo. 2015. "Makna Simbolik Makanan Pada
"Museum Seni Budaya Yogyakarta." Upacara Tradisional Pager Bumi
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Rebo Wekasan Di Dusun Pulesari,
Senirupa dan Desain 1-10. Sleman." E-Journal Student PEND.
Sari , Shelia Windya. 2012. "Pergeseran TEKNIK BOGA 3-11.
Nilai-nilai Religius Kenduri Dalam
Tradisi Jawa Oleh Masyarakat Suwono, Joane, and Fedryan. 2017.
Perkotaan." Jurnal Candi. "Kualitas Pengalaman Kuliner
YOGYAKARTA Dan
Septarina, Sri Wahyuning, and Octavianus Pengaruhnya Terhadap Kepuasan
Arnanto Pratama. 2014. "Mengenal Dan Niat Berperilaku Wisatawan
Kuliner Tradisional Yogyakarta Domestik Dan Mancanegara."
Dalam Bentuk Perangko." Jurnal Jurnal Hospitality dan Manajemen
Ruparupa Program Studi Desain Jasa Universitas Kristen Petra 419-
Komunikasi Visual Universitas 421.
Bunda Mulia 87-92.
Tengker, V. 2017. Ngelencer Ke
Sugioyono. 2017. Metode Penelitian Yogyakarta Resep Khas dan unik
Kebijakan: Pendekatan Kuantitatif, dari Keraton, Pasar Beringharjo,
Kualitatif, Kombinasi, R&D dan dan sekitarnya. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
319 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved

Tyas, Agnes Siwi Purwaning. 2017.


"Identifikasi Kuliner Lokal
Indonesia dalam Pembelajaran
Bahasa Inggris." Jurnal Pariwisata
Terapan 1-14.

Windyarti, Retno. 2015. "Makna Simbolik


Serah-serahan Dalam Upacara
Perkawinan Adat Jawa di Desa
Tanjung Belit Kecamatan Siak Kecil
Kabupaten Bengkalis Provinsi
Riau." Jurnal Online Mahasiswa
FISIP 1-15.

Wulandriani, Irma. 2017. IDN Times.


Agustus 26. Accessed September
14, 2018.
https://www.idntimes.com/life/inspir
ation/irma-wulandriani/filosofi-
hidup-dari-nasi-tumpeng-c1c2/full.

320 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP PEMILIHAN HOTEL


(STUDI KASUS HOTEL BUDGET DI JAKARTA)

Ramon Hurdawaty1, Reni Sulistiyowati2

12
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

ABSTRACT

The city of Jakarta as one of the largest cities in Indonesia and is the capital city of the country is a
city that is the target of the arrival of travelers, both tour operators and industry players. Jakarta has
the potential of natural beauty and cultural uniqueness that are in demand by both foreign tourists
and domestic tourists. The tourism sector has managed to become a major source of tourism
revenue in Jakarta. Currently the budget hotel is one type of hotel that is growing rapidly in various
big cities, one of which is Jakarta. Budget hotels are hotels with limited facilities and are usually
located in the middle of the city. Usually this hotel is much sought after by those who work while
traveling.
The purpose of this study was to find out tourist preferences in choosing a budget hotel. These
factors are seen in terms of product, tariff / price, advertisement, location, service, process, physical
facilities, and people. This research was carried out for 1 year in DKI Jakarta using quantitative
descriptive method using a questionnaire instrument.
From the results of the research note that the factors that influence tourists in the decision to use
budget hotel services in Jakarta partially are price, process and people. But simultaneously products,
rates / prices, advertisements, locations, services, processes, physical facilities, and people can
influence the decision to use budget hotel services in Jakarta.

ABSTRAK

Kota Jakarta sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia dan merupakan ibu kota negara
merupakan kota yang menjadi sasaran kedatangan para pelaku perjalanan, baik itu para pelaku
perjalanan wisata maupun pelaku industri. Jakarta memiliki potensi keindahan alam serta keunikan
budaya yang diminati oleh wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara. Sektor
pariwisata telah berhasil menjadi sumber utama pendapatan pariwisata di Jakarta. Saat ini hotel
budget merupakan salah satu jenis hotel yang berkembang pesat di berbagai kota besar salah
satunya Jakarta. Hotel budget adalah hotel dengan fasilitas terbatas dan biasanya berada di tengah
kota. Biasanya hotel ini banyak dicari oleh mereka yang bekerja sambil melakukan perjalanan
wisata.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui preferensi wisatawan dalam memilih hotel budget. Faktor-
faktor tersebut dilihat dari segi produk, tarif/harga, iklan, lokasi, pelayanan, proses, sarana fisik, dan
people. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 tahun di DKI Jakarta dengan menggunakan metode
kuantitatif deskriptif dengan menggunakan instrumen kuesioner.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan dalam keputusan
penggunaan layanan hotel budget di Jakarta secara parsial adalah harga, proses dan people. Tetapi
secara simultan produk, tarif/harga, iklan, lokasi, pelayanan, proses, sarana fisik, dan people dapat
mempengaruhi keputusan penggunaan layanan hotel budget di Jakarta.

Keywords : Tourism, Hotel, Budget Hotel

321 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Riwayat Artikel: merupaka sumber daya alam yang terbatas


Diajukan : 12 Oktober 2018 dan tidak dapat diperbaharui. Sebagai
Direvisi : 29 Oktober 2018 sumber daya alam yang terbatas dan tidak
Diterima : 31 Oktober 2018 dapat diperbaharui maka seiring perjalanan
waktu, sumber daya alam tersebut akan
habis. Mencermati hal tersebut, pemerintah
PENDAHULUAN Indonesia harus mencadangkan atau
mencari sumber-sumber lain yang dapat
Indonesia merupakan negara yang kaya menjadi pemasukan bagi negara.
akan sumberdayanya. Baik sumber daya Kota Jakarta sebagai salah satu kota
alam berupa pertambangan, minyak bumi terbesar di Indonesia dan merupakan ibu
dan gas, hutan, keindahan alam, kesuburan kota negara merupakan kota yang menjadi
tanah. Indonesia juga negara besar yang sasaran kedatangan para pelaku perjalanan,
memilki sumber daya manusia yang baik itu para pelaku perjalanan wisata
melimpah, termasuk dalam lima besar maupun pelaku industri. Jakarta memilki
penduduk yang terbanyak di dunia.Sebagai potensi keindahan alam serta keunikan
sebuah negara yang harus menghidupi budaya yang diminati oleh wisatawan baik
kehidupan bernegara dan mensejahterakan mancanegara maupun wisataawan
rakyatnya maka Indonesia harus mengelola nusantara. Sektor pariwisata telah berhasil
kekayaan alam yang dimilikinya serta menjadi sumber utama pendapatan
memberdayakan sumber daya manusianya. pariwisata di Jakarta
Pada masanya kekayaan alam berupa Jumlah wisatawan yang berkunjung ke
pertambangan, minyak bumi dan gas Jakarta juga meningkat setiap tahunnya, hal
merupakan sumber daya yang menjadi ini terlihat dari jumlah tamu yang menginap
andalan sebagai pemasukan pendapatan di hotel dan akomodasi lainnya.
atau devisa negara, tetapi perlu diingat
bahwa sumber daya alam tersebut

Sumber : BPS, 2014


Gambar 1. Jumlah tamu yang menginap tahun 2010-2014

322 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Saat ini hotel budget merupakan salah e. Adakah pengaruh lokasi terhadap
satu jenis hotel yang berkembang pesat di pemilihan hotel budget dan
berbagai kota besar salah satunya Jakarta. seberapa besar pengaruhnya ?
Hotel budget adalah hotel dengan fasilitas f. Adakah pengaruh pelayanan
terbatas dan biasanya berada di tengah kota. terhadap pemilihan hotel budget
Biasanya hotel ini banyak dicari oleh dan seberapa besar pengaruhnya ?
mereka yang bekerja sambil melakukan g. Adakah pengaruh proses terhadap
perjalanan wisata.Melihat perkembangan pemilihan hotel budget dan
hotel budget yang sedemikian pesat di seberapa besar pengaruhnya ?
Jakarta, dan kami juga melihat bahwa hotel h. Adakah pengaruh saran fisik
dengan chain internasional pun membuka terhadap pemilihan hotel budget
hotel budget seperti Fave Hotel yang dan seberapa besar pengaruhnya ?
merupakan bagian dari Aston Hotel and
Resort, maka kami tertarik untuk
mengangkat permasalahan mengenai hotel
budget dan pemilihan masyarakat terhadap TINJAUAN PUSTAKA
keputusan menginap di hotel budget, untuk
itu peneliti mengangkat penelitian dengan Pariwisata
judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi
wisatawan dalam memilih hotel Budget di Kegiatan pariwisata dimulai ketika ada
Jakarta”. pergerakan manusia yang bergerak dari
Perumusan masalah dalam penelitian daerah asal wisatawan ke daerah tujuan
ini adalah sebagai berikut : wisata. Daerah tujuan wisata merupakan
a. Faktor-faktor apa saja yang ujung tombak dari kegiatan pariwisata,
mempengaruhi wisatawan dalam karena pada daerah tujuan wisata itu
memilih hotel budget? kegiatan wisata berlangsung.Di daerah
b. Adakah pengaruh produk tujuan wisata terdapat berbagai industri
terhadap pemilihan hotel budget pariwisata, yang utama adalah daya tarik
dan seberapa besar pengaruhnya? wisata, yang bisa berupa daya tarik alam,
c. Adakah pengaruh tarif terhadap daya tarik budaya, maupun daya tarik
pemilihan hotel budget dan buatan manusia, dan juga industri
seberapa besar pengaruhnya ? penunjang pariwisata seperti akomodasi,
d. Adakah pengaruh iklan terhadap industri makan minum, transpotasi dan
pemilihan hotel budget dan sebagainya.
seberapa besar pengaruhnya ? Pergerakan wisatawan beserta wilayah
geografi yang melingkupinya terdapat dalam
bagan yang tercantum di bawah ini.

Lingkungan: Sumber Daya Manusia, Sosio Budaya,


Ekonomi,Teknologi, Politik, Hukum

Keberangkatan

Daerah
DaerahAsal Daerah Transit
Tujuan
Wisatawan
Wisata

Kedatangan

323 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Sumber : Ismayanti, 2010


Gambar 2. Pergerakan Wisatawan

Hotel Budget biasanya berkisar di


Wisatawan rentangan harga Rp200.000,00 sampai
dengan Rp400.000,00, ada pula yang
Wisatawan merupakan pelaku utama memasang tarif dibawah itu. Oleh karena
dalam suatu kegiatan pariwisata. Wisatawan itu, setiap manajemen Hotel Budget
menurut UU No 10 tahun 2009 adalah menyusun strategi masing-masing dalam
orang yang melakukan kegiatan wisata. menekan biaya operasional maupun biaya
perawatan.
Hotel budget semakin tren karena
Hotel Budget okupansinya yang tinggi. Selain praktis dan
efisien, hotel ini tidak membutuhkan
Hotel Budget atau hotel kelas ekonomi banyak biaya maintenance tinggi untuk
adalah sebuah penyedia layanan dan jasa kolam renang dan ballroom, yang biasanya
penginapan dengan tarif relatif terjangkau. dibebankan pada konsumen dalam tarif
Oleh karena ketatnya anggaran, Hotel kamar. Manajemen cukup menyiapkan
Budget dirancang dengan kebutuhan kamar berukuran minimal 16 m2,
seminimal mungkin dan sefungsional dilengkapi dengan kasur single atau twin,
mungkin dalam operasinya. Hotel Budget toilet dan kamar mandi dengan shower,
tidak memiliki fasilitas selengkap ataupun AC, TV kabel, dan jaringan internet dengan
semewah hotel internasional pada biaya terjangkau (Adhi, 2010).
umumnya. Hotel Budget biasanya hanya
dilengkapi fasilitas untuk menginap dan
sarapan. Tetapi ada pula Hotel Budget yang Pemasaran Jasa
tidak memiliki restoran atau area makan
didalamnya karena pihak hotel hanya Menurut Zeithaml dan Bitner ( 2009 ) :
menghidangkan sarapan pagi untuk tamu di “jasa adalah mencakup semua aktifitas
kamar masing-masing. Berdasarkan ekonomi yang keluarannya bukanlah
penjelasan diatas, terdapat dua pokok produk atay kosntruksi fisik, yang secara
pikiran dalam pemahaman Hotel Budget umum konsumsi dan produksinya
diantarnya berupa (Mulyadi, dkk 2017): dilakukan secara bersamaan dan nlai
tambah yang diberikannya dalam bentuk
Pelayanan berupa akomodasi dan sarapan (kenyamanan, hiburan, kecepatan dan
Hotel Budget memberikan pelayanan keselamatan ) ang secara prinsip intagible
berupa tempat untuk menginap serta bagi pembeli pertamnya”
layanan makanan dan minuman. Fasilitas Jasa dengan barang memiliki
minimal dalam memenuhi kebutuhan ini perbedaan, antara lain dalam hal kegiatan
adalah kamar berisikan tempat tidur, transaksi, kebutuhan dan fungsinya. Pada
tempat untuk membersihkan diri, serta area jasa terdapat dua aspek penting, yaitu aspek
untuk makan dan minum. sosial dan aspek fisik dimana keduanya
sangat berpengaruh terhadap kepuasan
Pelayanan dengan tarif rendah konsumen. Sehingga kedua hal teresbut
Sebagai daya tarik tarif Hotel Budget sangat berpengaruh terhadap kepuasan
relatif rendah. Oleh karena itu fasilitas yang konsumen.
disediakan juga relatif terbatas, dimana Penerapan bauran pemasaran barang
fasilitas tidak semewah atau selengkap berbeda dengan jasa. Hal ini terkait dengan
dengan fasilitas hotel pada umumnya. Tarif perbedaan karakteristik antara barang dan

324 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

jasa. Bauran peamsaran pada barang mengatakan bahwa konsumen membuat


meliputi berbagai hal, yaitu produk, tarif, pilihan berdasarkan hasil yang mereka
promosi dan tempat. Sedangkan untuk jasa harapkan dari keputusan mereka.
meliputi orang, proses dan sarana fisik. Konsumen dilihat sebagai seorang pembuat
Produk adalah sekumpulan atribut keputusan yang rasional, yang hanya
yang nyata dan tidak nyata untuk ditawarkan memikirkan kepentingan mereka sendiri
ke calon pembeli, didalamnya sudah (Schiffman dan Kanuk, 2007).
tercakup tarif, kemasan dan prestis serta Schiffman dan Kanuk (2007)
pelayanan yang mungkin diterima oleh mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
pembeli agar merasa puas. perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam
Tarif adalah sejumlah uang yang mencari, membeli, memakai, mengevaluasi,
dibebankan untuk pembelian jasa. Yang dan membuang barang dan jasa yang
dimaksud tarif hotel , yaitu tarif jual per mereka harapkan dapat memenuhi
kamar dengan fasilitas dan pelayanan yang kebutuhan mereka.
didapat.
Iklan merupakan salah satu kegiatan
promosi yang dilakukan oleh pengusaha Konsep Gaya pengambilan
melalui media, bertujuan untuk keputusan wisatawan
mempengaruhi tamu hotel agar mereka
mengenal produk yang ditawarkan. Iklan Pada 1980-an Sproles dan Kendall
bisa dalam bentuk brosur, website, atau (1986) mengembangkan metodologi yang
tayangan media elektronik. mengakui jenis perilkau belanja dan
Lokasi strategis merupakan salah satu pengambilan keputusan pembelian
keuntungan bagi perusahaan karena mudah konsumen secara universal. Mereka
terjangkau oleh konsumen. mendefinisikan gaya pengambilan
Pelayanan adalah setiap tindakan yang keputusan konsumen sebagai “Orientasi
ditawarkan oleh pihak hotel yang bersifat jiwa yang mencirikan pendekatan
intangible dan tidak menghasilkan konsumen untuk membut pilihan” (Sproles
kepemilikan. Hotel melayani para tamu dan Kendall, 1986). Mereka
dengan keramahan dan cakap sehingga para menyimpulkan dari studi mereka di
tamu merasa nyaman. Amerika Serikat bahwa ada delapan gaya
Proses merupakan kombinasi semua pengambilan keputusan konsumen :
aktifitas, meliputi prosedur, jadwal
pekerjaan, mekanisme, aktifitas dan hal-hal 1. Gaya pengambilan keputusan
rutin dimana saja dihasilkan dan perfeksionis.
disampiakan kepada konsumen Konsumen yang berkualitas tinggi dan
Sarana fisik merupakan bagian dari yang menginginkan sesuatu yang
bukti fisik, karakteristik yang menjadi sempurna, sifat ini ditandai dengan
persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen akan melakukan pencarian
konsumen dalam perusahaan jasa yang untuk mendapatkan kualitas tertinggi
memiliki karakter. Sarana fisik merupakan atau yang paling baik dalam produk yang
berbagai fasilitas pendukung untuk diinginkan.
memberikan nilai lebih pada hotel tersebut.
2. Gaya pengambilan keputusan brand
conscious.
Perilaku Konsumen Konsumen yang berorientasi untuk
membeli merek dengan harga yang
Model yang paling umum dalam sudut paling mahal, mereka percaya bahwa
pandang ini adalah ‘Teori Utilitas’, yang harga yang paling mahal berarti
325 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

mempunyai kualitas yang paling baik. 8. Gaya pengambilan keputusan yang loyal
Mereka juga menilai bahwa merek terhadap merek tertentu.
dengan penjualan terlaris, dan iklan yang Konsumen yang memiliki merek-merek
paling baik menunjukan kualitas dari favorit yang selalu di beli dan toko-toko
merek tersebut. yang selalu dikunjungi secara berulang.

3. Gaya pengambilan keputusan novelty. 9. Gaya pengambilan keputusan variety


Konsumen yang menemukan hal-hal seeking.
baru yang menyenangkan. Konsumen ini Konsumen yang bosan dalam
cenderung berbelanja dengan kurang mengkonsumsi produk guna memenuhi
hati-hati dan lebih impulsif dan tidak kebutuhannya, sehingga konsumen akan
sensitif dengan harga yang ditawarkan. mencari variasi yang diwujudkan dengan
beralih merek.
4. Gaya pengambilan konsumen yang
hedonis.
Konsumen yang memandang bahwa
berbelanja hanya sebagai rekreasi dan METODE
hiburan. Konsumen ini menemukan
kegiatan yang menyenangkan dengan Penelitian ini dilaksanakan di DKI
berbelanja dan menganggap berbelanja Jakarta.Unit analisis yang digunakan dalam
hanya untuk bersenang-senang. penelitian ini adalah wisatawan Nusantara
yang pernah berkunjung lebih dari 1 (satu)
5. Gaya pengambilan keputusan price malam ke DKI Jakarta dan pernah
conscious. menginap di hotel budget.
Konsumen yang mencari harga yang Metode yang digunakan dalam
lebih rendah pada umumnya dengan penelitian ini adalah metode penelitian
melakukan perbandingan antara toko deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
satu dengan yang lain atau merek Metode kuantitatif digunakan karena untuk
tertentu dengan merek lain untuk mendapatkan data dari responden peneliti
mendapatkan penawaran harga yang menggunakan instrumen kuisioner untuk
terbaik sesuai dengan yang diinginkan. mengetahui faktor yang paling dominan
dalam wisatawan memilih hotel budget
6. Gaya pengambilan keputusan impulsif. menjadi akomodasi pilihannya selama
Konsumen yang ceroboh dan berbelanja berkunjung di Jakarta.
secara impulsif, konsumen dengan gaya Sumber data dalam penelitian ini
pengambilan keputusan ini sering tidak adalah data primer dan data sekunder. Data
melekukan rencana pembelian dan primer diperoleh penulis dari wisatawan
mereka tidak peduli dengan berapa yang menginap di hotel budget dan didapat
banyak uang yang mereka habiskan melalui dengan kuesioner penulis lakukan.
untuk membeli barang tersebut. Selain itu penulis juga melakukan observasi
lapangan dan mengumpulkan data.Data
7. Gaya pengambilan keputusan yang sekunderdiperoleh baik wawancara,
bingung oleh pilihan yang banyak. maupun dari observasi langsung
Sifat yang mencirikan konsumen yang kelapangan. Penulis juga menggunakan data
bingung mengenai kualitas merek yang sekunder hasil studi pustaka.
berbeda-beda dan bingung dengan Populasi yang digunakan dalam
informasi yang tersedia. penelitian ini adalah wisatawan yang
mengunjungi DKI Jakarta. Sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

326 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). dengan pertimbangan tertentu yaitu


Teknik sampel yang digunakan yaitu non responden yang memenuhi kriteria yang
probability sampling yaitu teknik telah ditetapkan oleh peneliti (Sekaran,
pengambilan sampel dengan tidak 2006).
memberikan kesempatan yang sama bagi Penentuan jumlah minimal sampel
setiap unsur atau anggota populasi untuk menurut Rao Purba (2006) dapat dihitung
menjadi sampel secara berulang. dengan rumus :
Sedangakan teknik pengambilan sampel

𝑍2
𝑛=
4(𝑀𝑜𝑒)2

Dimana:
n = Jumlah sampel
Z = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan
Moe = Margin of error
Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% atau Z = 1,96 dan Moe = 10% (0,1) maka :
(1,96)2
𝑛=
4 (0,1)2
𝑛 = 96,4

Analisis dimulai dengan instrumen


penelitian, dilakukan uji validitas dan Usia
reliabilitas, setelah itu dilanjutkan dengan uji
asumsi klasik pada kuesioner. Kemudian Usia dalam kategori 21-30 tahun
hasil kuesioner diolah lebih lanjut dengan merupakan usia yang paling banyak
menggunakan statistik deskriptif dan diisi oleh para responden sebesar 58
statistik inferensial dengan analisis regresi responden. Hal ini menunjukkan
linier berganda dan uji hipotesis (uji t dan bahwa para responden termasuk dalam
uji F). Data yang diperoleh dalam penelitian usia produktif. Bagi mereka hotel
ini diolah dengan menggunakan program Budget bisa menjadi salah satu pilihan
Statistical Program for Social Science menginap untuk keperluan bekerja
(SPSS) 20 for Windows (Santoso,2015). antar kota maupun untuk tempat
singgah dalam berwisata.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Kelamin

Karakteristik Responden Responden yang mengisi kuesioner


lebih banyak berjenis kelamin
Gambaran umum responden yang perempuan, yaitu 64 responden. Hotel
menjadi obyek dalam penelitian ini, yaitu Budget menjadi pilihan perempuan
wisatawan yang menginap di Hotel Budget dalam melakukan perjalanan. Hal ini
Jakarta. Jumlah kuesioner yang disebarkan dikarenakan ada beberapa hotel budget
kepada responden sebanyak 96 kuesioner. yang memiliki lokasi dekat dengan
pusat perbelanjaan, dekat dengan akses
transportasi umum, sehingga mudah
bepergian seperti Fave Hotel di Blok
M Jakarta Selatan.
327 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

terjangkau tanpa mengurangi harapan


para tamu ketika menginap.
Status Pernikahan

Responden terbanyak adalah Tempat tinggal /


mereka yang belum menikah sebanyak domisili
71 responden. Dari data tersebut di
atas peneliti dapat membuat suatu Responden terbesar yang memilih
analisis bahwa hotel budget merupakan hotel budget di Jakata adalah mereka
pilihan bagi mereka yang belum yang tinggal di daerah Depok sebesar
menikah. Dalam penelitian ini dapat 21 responden. Depok merupakan
dikatakan bahwa mereka yang memilih wilayah yang berbatasan langsung
hotel Budget adalah perempuan dengan kota Jakarta, tepatnya wilayah
bekerja dalam kategori dewasa yang Jakarta Selatan.
melakukan perjalanan..

Tujuan menginap di
Pendidikan Terakhir hotel budget

Responden yang memilih hotel Responden yang mengisi kuesioner


budget adalah mereka yang memiliki adalah mereka yang memiliki tujuan
pendidikan setingkat Diploma. Dapat pribadi sebanyak 40 responden.
peneliti simpulkan bahwa responden Tujuan pribadi ini dapat berupa tujuan
dalam penelitian ini adalah mereka berwisataa, kunjungan teman atau
yang masuk dalam golongan terpelajar, keluarga.
memiliki tingkat pendidikan cukup
tinggi sebesar 38 responden.
Analisis Data

Pekerjaan Uji Validitas

Responden yang memilih hotel Uji validitas ini dilakukan pada 30


bugdet dalah para pekerja yang bekerja responden dengan menghitung korelasi
di instansi swasta. Sebanyak 48 orang. antara masing-masing pernyataan dengan
Hotel budget menjadi pilihan mereka skor total menggunakan uji statistik Pearson
karena selain harganya terjangkau Product Moment. Perhitungan dilakukan
tetapi dapat memenuhi harapan dengan bantuan program SPSS 20.
mereka dalam masa menginap yang Pertanyaan dikatakan valid, bila nilai
tidak lebih lama dari 3 hari. korelasi tiap-tiap item pertanyaan tersebut (r
hitung) lebih besar dari r tabel. Nilai r tabel
untuk 30 sampel dengan taraf signifkan 5%
Pendapatan Perbulan adalah sebesar 0,361.
Hasil pengujian validitas item
Responden yang memilih hotel kuesioner menunjukkan bahwa terdapat 8
budget adalah mereka yang memiliki item pernyataan dalam variabel X yang
pendapatan di atas Rp. 3.500.000,- memiliki nilai korelasi di bawah 0,361
sebanyak 53 orang adalah mereka yang sehingga item pertanyaan tersebut tidak
termasuk dalam kategori golongan dapat digunakan untuk penelitian utama.
masyarakat menengah. Hotel budget Sisanya 26 item pernyataan memiliki nilai
dipilih karena harga per nett dapat korelasi di atas 0,361 sebagai nilai batas
328 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

suatu item kuesioner penelitian dikatakan untuk variabel Y (keputusan menginap)


dapat digunakan (valid). diperoleh sebesar 0,590, sehingga dapat
Hasil pengujian validitas item disimpulkan bahwa item pernyataan
kuesioner menunjukkan bahwa terdapat 6 kuesioner X dan Y reliable.
item pernyataan dalam variabel Y yang
memiliki nilai korelasi di bawah 0,361 Deskripsi Variabel
sehingga item pertanyaan tersebut tidak
dapat digunakan untuk penelitian utama. Deskripsi variabel penelitian adalah
Sisanya 4 item pernyataan memiliki nilai gambaran mengenai distribusi frekuensi
korelasi di atas 0,361 sebagai nilai batas jawaban responden atas kuesioner yang
suatu item kuesioner penelitian dikatakan telah dikumpulkan, meliputi variabel
dapat digunakan (valid). produk, tarif/harga, iklan/promosi, lokasi,
pelayanan, proses, dan sarana fisik, serta
Uji Reliabilitas keputusan menginap yang merupakan
obyek penelitian. Adapun jawaban
Hasil koefisien alpha untuk variabel X responden dapat dijelaskan pada uraian
(produk, tarif/harga, iklan/promosi, lokasi, berikut ini :
pelayanan, proses, dan sarana fisik)
diperoleh sebesar 0,900, koefisien alpha

Tabel 1. Tabel Deskripsi Variabel

Std. Kategori Rata-


N Min Maks Mean Deviation rata
Produk (X1)
Hotel budget menyediakan paket 96 1 5 3.73 .774 Setuju
pertemuan (meeting room)
Hotel budget menampilkan suasana 96 1 5 3.64 .822 Setuju
dan tata ruang yang menarik dan
nyaman
Tarif/Harga (X2)
Harga yang ditawarkan sesuai dengan 96 2 5 3.95 .655 Setuju
pelayanan dan fasilitas kamar yang
didapat
Harga yang tercantum pada menu 96 1 5 3.79 .767 Setuju
makanan dan minuman hotel budget
sesuai dengan kualitas yang
dihidangkan
Iklan / Promosi (X3)
Hotel budget dipromosikan melalui 96 2 5 4.21 .560 Setuju
jejaring sosial/internet
Hotel budget mengiklankan 96 3 5 4.18 .543 Setuju
promosinya dikemas dengan menarik
dan mudah dipahami
Hotel budget mempromosikan 96 1 5 3.82 .740 Setuju
keunggulan layanan hotel
Lokasi (X4)
Hotel budget terletak ditempat 96 1 5 3.78 .897 Setuju
strategis di Jakarta

329 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Lalu lintas dari dan menuju hotel 96 2 5 3.66 .779 Setuju


budget lancar
Hotel budget berada di lingkungan 96 2 5 3.78 .784 Setuju
yang aman dan nyaman
Pelayanan (X5)
Ketersediaan amenities lengkap 96 2 5 3.75 .858 Setuju
(sabun, handuk, sikat gigi, dll)
Hotel budget memberikan pelayanan 96 2 5 3.97 .640 Setuju
yang sesuai dengan prosedur yang
seharusnya diberikan
Security hotel budget memberikan 96 2 5 4.00 .649 Setuju
rasa aman dan nyaman terhadap
pengunjung yang datang
Keluhan dari para tamu selalu 96 2 5 3.77 .688 Setuju
direspon dengan baik oleh pihak hotel
Proses (X6)
Ketersediaan sarana booking melalui 96 2 5 4.09 .697 Setuju
aplikasi booking hotel
Proses check in dan check out hotel 96 2 5 4.01 .641 Setuju
budget mudah
Proses pembersihan dan persiapan 96 1 5 3.73 .718 Setuju
kamar hotel oleh housekeeping di
hotel budget cekatan dan tepat waktu
Proses penyajian menu makan pagi di 96 1 5 3.74 .771 Setuju
hotel budget tepat waktu
Sarana Fisik (X7)
Hotel budget memiliki fasilitas lengkap 96 1 5 3.69 .944 Setuju
(tv, minibar, wifi/internet acces, air
panas untuk mandi, water heater)
dengan kualitas baik
Kamar hotel budget indah, bersih dan 96 2 5 3.86 .690 Setuju
nyaman
Tersedia lobi yang nyaman untuk 96 2 5 3.85 .711 Setuju
tempat menunggu
Fasilitas keluarga (kolam renang, 96 2 5 3.66 .819 Setuju
restoran, café) yang nyaman
Tersedia fasilitas parkir yang memadai 96 2 5 3.78 .797 Setuju
People (X8)
Karyawan hotel budget baik dan 96 2 5 3.86 .734 Setuju
ramah
Karyawan hotel budget berpenampilan 96 2 5 3.91 .666 Setuju
sopan dan menarik
Karyawan hotel budget memiliki 96 1 5 3.92 .763 Setuju
perilaku yang baik dan jujur
Karyawan hotel budget cepat 96 2 5 3.77 .688 Setuju
menanggapi sesuatu (fast respon)
Keputusan Menginap (Y)
Sebelum menginap di Hotel Budget, 96 3 5 4.10 .552 Setuju
saya membandingkan antar Hotel
Budget sesuai dengan kebutuhan saya
Saya mengetahui Hotel Budget melalui 96 1 5 3.80 .705 Setuju
sumber pribadi atau referensi

330 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Saya pernah menginap di Hotel 96 2 5 3.69 .701 Setuju


Budget
Saya merasa puas setelah menginap di 96 2 5 3.79 .664 Setuju
Hotel Budget
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)

Tabel 1 ini menunjukkan hasil booking melalui aplikasi booking hotel


penilaian untuk masing-masing indikator dengan nila rat-rata 4,09. Indikator sarana
variabel. Indikator produk yang menurut fisik tertinggi menurut responden adalah
responden tertinggi adalah Hotel budget Kamar hotel budget indah, bersih dan
menampilkan suasana dan tata ruang yang nyaman dengan nilai rata-rata 3,86.
menarik dan nyaman dengan nilai rata-rata Indikator people tertinggi adalah Karyawan
3,64. Indikator tarif/harga menurut hotel budget memiliki perilaku yang baik
responden tertinggi adalah Harga yang dan jujur dengan nilai rata-rata 3,92.
ditawarkan sesuai dengan pelayanan dan Indikator keputusan menginap tertinggi
fasilitas kamar yang didapat dengan nilai menurut responden adalah Sebelum
rata-rata 3,95. Indikator iklan/promosi nilai menginap di Hotel Budget, saya
rata-rata tertinggi menurut responden membandingkan antar Hotel Budget sesuai
adalah Hotel budget dipromosikan melalui dengan kebutuhan saya dengan nilairata-rata
jejaring sosial/internet dengan nilai 4,21. 4,10.
Indikator lokasi terdapat jawaban yang sama
terhadap 2 indikator yaitu Hotel budget
terletak ditempat strategis di Jakarta dan Uji Normalitas
Hotel budget berada di lingkungan yang
aman dan nyaman dengan nilai rata-rata Dari hasil analisis data dengan SPSS,
3,78. Indikator pelayanan tertinggi menurut diperoleh hasil pada Gambar 3. Dari
responden adalah Security hotel budget Gambar tersebut terlihat titik-titik menyebar
memberikan rasa aman dan nyaman disekitar garis diagonal serta penyebarannya
terhadap pengunjung yang datang dengan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat
nilai rata-rata 4,00. Indikator proses disimpulkan bahwa model regresi yang
tertinggi adalah Ketersediaan sarana digunakan memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 2. Grafik Normal Plot Hasil Uji Normalitas

331 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Analisis Koefisien
Regresi Berganda

Analisis Regresi Linier Dari hasil pengujian dengan program


Berganda statistik SPSS diperoleh data sebagai berikut
:

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.148 1.914 3.212 .002
Produk -.088 .114 -.067 -.774 .441
Harga .147 .153 .086 .963 .338
Promosi -.090 .147 -.066 -.613 .542
Lokasi -.119 .118 -.109 -1.011 .315
Pelayanan -.062 .111 -.067 -.559 .578
Proses .361 .103 .375 3.497 .001
Sarana .165 .087 .256 1.891 .062
Fisik
People .221 .098 .267 2.263 .026
a. Dependent Variable: TotalY
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)

Rumus persamaan regresi linier berganda adalah Y = a + β₁ X₁ + β₂ X₂ + β3X3 + β4X4 +


β5X5 + β6X6+ β7X7 + β8X8. Dari Tabel 15 dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
Y = 6,148 - 0,088X1 + 0,147X2 – 0,090X3 – 0,119X4 – 0,062X5 + 0,361X6 + 0,165X7 + 0,221X8

variabel produk, tarif/harga, iklan/promosi,


Analisis Koefisien lokasi, pelayanan, proses, sarana fisik dan
Korelasi Sederhana people (X) dengan keputusan menginap
(Y). Hasil analisis data dengan SPSS
Nilai koefisien korelasi sederhana mengenai koefisien korelasi dapat dilihat
digunakan untuk menentukan kuat atau pada Tabel dibawah ini :
lemahnya hubungan masing–masing antara

Tabel 3. Hasil Analisis Pearson Correlation


Correlations
Sarana Keputusan
Produk Harga Promosi Lokasi Pelayanan Proses fisik People Menginap
Produk Pearson 1 .030 .017 .220* -.016 .126 .145 .151 .036
Correlation
Sig. (2-tailed) .772 .866 .031 .874 .222 .158 .142 .726
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Harga Pearson .030 1 .268** .085 .224* .322** .195 .094 .238*
Correlation
Sig. (2-tailed) .772 .008 .410 .029 .001 .058 .364 .019

332 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
**
Promos Pearson .017 .268 1 .459** .341** .334** .580** .442** .275**
i Correlation
Sig. (2-tailed) .866 .008 .000 .001 .001 .000 .000 .007
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Lokasi Pearson .220* .085 .459** 1 .521** .408** .528** .414** .217*
Correlation
Sig. (2-tailed) .031 .410 .000 .000 .000 .000 .000 .033
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Pelayan Pearson -.016 .224* .341** .521** 1 .516** .637** .531** .373**
an Correlation
Sig. (2-tailed) .874 .029 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Proses Pearson .126 .322** .334** .408** .516** 1 .501** .545** .568**
Correlation
Sig. (2-tailed) .222 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Sarana Pearson .145 .195 .580** .528** .637** .501** 1 .665** .490**
Fisik Correlation
Sig. (2-tailed) .158 .058 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
People Pearson .151 .094 .442** .414** .531** .545** .665** 1 .530**
Correlation
Sig. (2-tailed) .142 .364 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Keputu Pearson .036 .238* .275** .217* .373** .568** .490** .530** 1
san Correlation
mengin Sig. (2-tailed) .726 .019 .007 .033 .000 .000 .000 .000
ap N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)

Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi


Inteval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Berdasarkan Tabel 3, dapat dianalisis antara produk dengan keputusan


sebagai berikut : menginap.
1) Nilai koefisien korelasi produk (X1) 2) Nilai koefisien korelasi harga (X2) dengan
dengan keputusan menginap (Y) adalah keputusan menginap (Y) adalah 0,238
0,036 artinya keeratan produk dengan artinya keeratan harga dengan keputusan
keputusan menginap adalah sebesar 0,036 menginap adalah sebesar 0,238 dan
dan apabila koefisien korelasi maka apabila koefisien korelasi maka termasuk
termasuk dalam interval koefisien 0,00 – dalam interval koefisien 0,20 – 0,399,
0,199, maka dapat disimpulkan bahwa maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
terdapat hubungan yang sangat rendah
333 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

hubungan yang rendah antara harga 7) Nilai koefisien korelasi sarana fisik (X7)
dengan keputusan menginap. dengan keputusan menginap (Y) adalah
3) Nilai koefisien korelasi promosi (X3) 0,490 artinya keeratan sarana fisik dengan
dengan keputusan menginap (Y) adalah keputusan menginap adalah sebesar 0,490
0,275 artinya keeratan promosi dengan dan apabila koefisien korelasi maka
keputusan menginap adalah sebesar 0,275 termasuk dalam interval koefisien 0,40 –
dan apabila koefisien korelasi maka 0,599, maka dapat disimpulkan bahwa
termasuk dalam interval koefisien 0,20 – terdapat hubungan yang sedang antara
0,399, maka dapat disimpulkan bahwa sarana fisik dengan keputusan menginap.
terdapat hubungan yang rendah antara 8) Nilai koefisien korelasi people (X8) dengan
promosi dengan keputusan menginap. keputusan menginap (Y) adalah 0,530
4) Nilai koefisien korelasi lokasi (X4) dengan artinya keeratan people dengan keputusan
keputusan menginap (Y) adalah 0,217 menginap adalah sebesar 0,530 dan
artinya keeratan lokasi dengan keputusan apabila koefisien korelasi maka termasuk
menginap adalah sebesar 0,217 dan dalam interval koefisien 0,40 – 0,599,
apabila koefisien korelasi maka termasuk maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
dalam interval koefisien 0,20 – 0,399, hubungan yang sedang antara people
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dengan keputusan menginap.
hubungan yang rendah antara lokasi
dengan keputusan menginap.
5) Nilai koefisien korelasi pelayanan (X5) Analisis Koefisien
dengan keputusan menginap (Y) adalah Korelasi Berganda
0,373 artinya keeratan pelayanan dengan
keputusan menginap adalah sebesar 0,373 Nilai atau koefisien korelasi berganda
dan apabila koefisien korelasi maka digunakan untuk menentukan kuat atau
termasuk dalam interval koefisien 0,20 – lemahnya hubungan antara produk,
0,399, maka dapat disimpulkan bahwa
tarif/harga, iklan/promosi, lokasi,
terdapat hubungan yang rendah antara
pelayanan dengan keputusan menginap. pelayanan, proses, sarana fisik dan people
6) Nilai koefisien korelasi proses (X6) dengan sebagai variabel independen dengan
keputusan menginap (Y) adalah 0,568 keputusan menginap sebagai variabel
artinya keeratan proses dengan keputusan dependen. Hasil analisis pada Tabel 5
menginap adalah sebesar 0,568 dan diperoleh koefisien korelasi secara
apabila koefisien korelasi maka termasuk menyeluruh R adalah 0,657 (R ≥ 0,5)
dalam interval koefisien 0,40 – 0,599, berarti hubungan antara produk, tarif/harga,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat iklan/promosi, lokasi, pelayanan, proses,
hubungan yang sedang antara proses sarana fisik dan people dengan keputusan
dengan keputusan menginap. menginap adalah kuat.

Tabel 5. Hasil Analisis Koefisien Korelasi Berganda

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .657 .432 .379 1.581
a. Predictors: (Constant), TotalX8, TotalX2, TotalX1,
TotalX4, TotalX3, TotalX6, TotalX5, TotalX7
b. Dependent Variable: TotalY
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)

334 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

c) Koefisien determinasi variabel


Analisis Koefisien promosi (X3) terhadap keputusan
Determinasi menginap (Y).
Nilai r pada Tabel3 adalah 0,275,
Analisis Koefisien sehingga koefisien determinasi :
Derterminasi Sederhana KP = r2 x 100 %
= 0,2752 x 100 %
Untuk menyatakan besar kecilnya = 0,0759 x 100 %
sumbangan atau kontribusi masing-masing = 7,59 %
variabel Xterhadap Y, digunakan analisis Dengan demikian koefisien
koefisien determinasi (KP) dengan rumus determinasi (KP) adalah 7,59 %
KP = r2 x 100 %. Analisis koefisien artinya keputusan menginap di
determinasi dari masing-masing variabel hotel budget dipengaruhi oleh
sebagai berikut : variabel promosi sebesar 7,59 %,
a) Koefisien determinasi variabel sisanya 92,41 % ditentukan oleh
produk (X1) terhadap keputusan variabel lain selain promosi.
menginap (Y). d) Koefisien determinasi variabel
Nilai r pada Tabel3adalah 0,036, lokasi (X4) terhadap keputusan
sehingga koefisien determinasi : menginap (Y).
KP = r2 x 100 % Nilai r pada Tabel3 adalah 0,217,
= 0,0362 x 100 % sehingga koefisien determinasi :
= 0,001296x 100 % KP = r2 x 100 %
= 0,13 % = 0,2172 x 100 %
Dengan demikian koefisien = 0,0471 x 100 %
determinasi (KP) adalah 0,13 % = 4,71 %
artinya keputusan menginap di Dengan demikian koefisien
hotel budget dipengaruhi oleh determinasi (KP) adalah 4,71 %
variabel produk sebesar 0,13 %, artinya keputusan menginap di
sisanya 99,87 % ditentukan oleh hotel budget dipengaruhi oleh
variabel lain selain produk. variabel lokasi sebesar 4,71 %,
b) Koefisien determinasi variabel sisanya 95,29 % ditentukan oleh
harga (X2) terhadap keputusan variabel lain selain lokasi.
menginap (Y). e) Koefisien determinasi variabel
Nilai r pada Tabel3adalah pelayanan (X5) terhadap
0,238, sehingga koefisien keputusan menginap (Y).
determinasi : Nilai r pada Tabel3adalah 0,373,
KP = r2 x 100 % sehingga koefisien determinasi :
= 0,2382 x 100 % KP = r2 x 100 %
= 0,0566 x 100 % = 0,3732 x 100 %
= 5,66 % = 0,1391 x 100 %
Dengan demikian koefisien = 13,91 %
determinasi (KP) adalah 5,66 % Dengan demikian koefisien
artinya keputusan menginap di determinasi (KP) adalah 13,91 %
hotel budget dipengaruhi oleh artinya keputusan menginap di
variabel harga sebesar 5,66 %, hotel budget dipengaruhi oleh
sisanya 94,34 % ditentukan oleh variabel pelayanan sebesar 13,91
variabel lain selain harga. %, sisanya 86,09 % ditentukan
oleh variabel lain selain
pelayanan.
335 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

f) Koefisien determinasi variabel


proses (X6) terhadap keputusan
menginap (Y). Analisis Koefisien
Nilai r pada Tabel3adalah 0,568, Determinasi Berganda
sehingga koefisien determinasi :
KP = r2 x 100 % Dalam penelitian ini koefisien
= 0,5682 x 100 % determinasi berganda digunakan untuk
= 0,3226 x 100 % mengetahui besarnya variasi variabel
= 32,26 % independen yaitu produk, tarif/harga,
Dengan demikian koefisien iklan/promosi, lokasi, pelayanan, proses,
determinasi (KP) adalah 32,26 % sarana fisik dan people yang dapat
artinya keputusan menginap di dijelaskan variasi variabel dependen Y
hotel budget dipengaruhi oleh (keputusan menginap). Berdasarkan Tabel
variabel proses sebesar 32,26 %, 5 diperoleh koefisien determinasi (R
sisanya 67,74 % ditentukan oleh Square) sebesar 0,432 atau 43,2 %. Artinya
variabel lain selain proses. keputusan menginap tamu di hotel Budget
g) Koefisien determinasi variabel dipengaruhi oleh variabel produk,
sarana fisik (X7) terhadap tarif/harga, iklan/promosi, lokasi,
keputusan menginap (Y). pelayanan, proses, sarana fisik dan people
Nilai r pada Tabel3adalah 0,490, secara bersama-sama atau simultan sebesar
sehingga koefisien determinasi : 43,2 %, dan sisanya 56,8% dipengaruhi oleh
KP = r2 x 100 % faktor lain di luar kedelapan variabel
= 0,4902 x 100 % tersebut.
= 0,2401 x 100 %
= 24,01 %
Dengan demikian koefisien Uji Hipotesis
determinasi (KP) adalah 24,01 %
artinya keputusan menginap di Uji Parsial (Uji t)
hotel budget dipengaruhi oleh
Pengujian koefisien regresi dengan uji t
variabel sarana fisik sebesar 24,01
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
%, sisanya 75,99 % ditentukan
variabel independen secara parsial.
oleh variabel lain selain sarana
Langkah pengujiannya sebagai berikut :
fisik.
h) Koefisien determinasi variabel
Rumusan Hipotesis :
people(X8) terhadap keputusan
menginap (Y).
Produk (X1)
Nilai r pada Tabel3 adalah 0,530,
H0 : β1 = 0, Persepsi tamu hotel
sehingga koefisien determinasi :
terhadap produk tidak berpengaruh
KP = r2 x 100 %
positif signifikan terhadap keputusan
= 0,5302 x 100 %
penggunaan layanan hotel budget
= 0,2809 x 100 %
= 28,09 % H1 : β1≠0, Persepsi tamu hotel terhadap
Dengan demikian koefisien produk berpengaruh positif signifikan
determinasi (KP) adalah 28,09 % terhadap keputusan penggunaan
artinya keputusan menginap di layanan hotel budget
hotel budget dipengaruhi oleh
variabel peoplesebesar 28,09 %, Harga (X2)
sisanya 71,91 % ditentukan oleh H0 : β2 = 0, Persepsi tamu hotel
variabel lain selain people. terhadap harga tidak berpengaruh

336 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

positif signifikan terhadap keputusan signifikan terhadap keputusan


penggunaan layanan hotel budget penggunaan layanan hotel budget
H1 : β2≠0, Persepsi tamu hotel terhadap
harga berpengaruh positif signifikan Saranan Fisik (X7)
terhadap keputusan penggunaan H0 : β7 = 0, Persepsi tamu hotel
layanan hotel budget terhadap sarana fisik tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap keputusan
Promosi (X3) penggunaan layanan hotel budget
H0 : β3 = 0, Persepsi tamu hotel H1 : β7 ≠ 0, Persepsi tamu hotel terhadap
terhadap promosi tidak berpengaruh sarana fisik berpengaruh positif
positif signifikan terhadap keputusan signifikan terhadap keputusan
penggunaan layanan hotel budget penggunaan layanan hotel budget
H1 : β3 ≠ 0, Persepsi tamu hotel
terhadap promosi berpengaruh positif People (X8)
signifikan terhadap keputusan H0 : β8 = 0, Persepsi tamu hotel
penggunaan layanan hotel budget terhadap people tidak berpengaruh
Lokasi (X4) positif signifikan terhadap keputusan
H0 : β4 = 0, Persepsi tamu hotel penggunaan layanan hotel budget
terhadap lokasi tidak berpengaruh H1 : β8 ≠ 0, Persepsi tamu hotel
positif signifikan terhadap keputusan terhadap people berpengaruh positif
penggunaan layanan hotel budget signifikan terhadap keputusan
H1 : β4 ≠ 0, Persepsi tamu hotel penggunaan layanan hotel budget
terhadap lokasi berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan Dalam penelitian ini menggunakan uji
penggunaan layanan hotel budget satu sisi kanan dengan taraf nyata (α) sebesar
5% atau tingkat keyakinan 95% sedangkan
Pelayanan (X5) df = n – k - 1, dengan n adalah ukuran
H0 : β5 = 0, Persepsi tamu hotel sampel yaitu : 96 - 9 - 1 = 86, maka
terhadap pelayanan tidak berpengaruh diperoleh t tabel (α/2;df) = 1,9879
positif signifikan terhadap keputusan
penggunaan layanan hotel budget Kriteria pengujian :
H1 : β5 ≠ 0, Persepsi tamu hotel
terhadap pelayanan berpengaruh positif Apabila t hitung > t tabel (1,9879), maka H0
signifikan terhadap keputusan ditolak dan H1 diterima.
penggunaan layanan hotel budget
Apabila t hitung < t tabel (1,9879), maka H0
Proses (X6) diterima dan H1 ditolak.
H0 : β6 = 0, Persepsi tamu hotel
terhadap proses tidak berpengaruh Berdasarkan perhitungan dengan
positif signifikan terhadap keputusan program SPSS, maka diperoleh nilai t
penggunaan layanan hotel budget hitung dan signifikansinya seperti pada
H1 : β6 ≠ 0, Persepsi tamu hotel Tabel6sebagai berikut :
terhadap proses berpengaruh positif

337 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Tabel 6. Pengujian Hipotesis Uji t

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.148 1.914 3.212 .002
Produk -.088 .114 -.067 -.774 .441
Harga .147 .153 .086 .963 .338
Promosi -.090 .147 -.066 -.613 .542
Lokasi -.119 .118 -.109 -1.011 .315
Pelayanan -.062 .111 -.067 -.559 .578
Proses .361 .103 .375 3.497 .001
Sarana .165 .087 .256 1.891 .062
Fisik
People .221 .098 .267 2.263 .026
a. Dependent Variable: TotalY
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)

Pengujian Hipotesis Variabel Produk signifikan terhadap keputusan


Dari Tabel6diperoleh nilai t hitung penggunaan layanan hotel budget.
variabel produk (X1) = -0,774, t tabel
1,9879 berarti nilai t hitung (-0,774) < t Pengujian Hipotesis Variabel Lokasi
tabel (1,9879), maka H0 diterima dan Dari Tabel6diperoleh nilai t hitung
H1 ditolak. Hal ini menunjukkan variabel lokasi (X4) = -1,011, t tabel
bahwa persepsi tamu hotel terhadap 1,9879 berarti nilai t hitung (-1,011) < t
produk tidak berpengaruh positif tabel (1,9879), maka H0 diterima dan
signifikan terhadap keputusan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan
penggunaan layanan hotel budget. bahwa persepsi tamu hotel terhadap
lokasi tidak berpengaruh positif
Pengujian Hipotesis Variabel Harga signifikan terhadap keputusan
Dari Tabel6 diperoleh nilai t hitung penggunaan layanan hotel budget.
variabel harga (X2) = 0,963, t tabel
1,9879 berarti nilai t hitung (0,963) > t Pengujian Hipotesis Variabel
tabel (1,9879), maka H0 ditolak dan Pelayanan
H1 diterima. Hal ini menunjukkan Dari Tabel 6 diperoleh nilai t hitung
bahwa persepsi tamu hotel terhadap variabel pelayanan (X5) = -0,559, t
harga berpengaruh positif signifikan tabel 1,9879 berarti nilai t hitung (-
terhadap keputusan penggunaan 0,559) < t tabel (1,9879), maka H0
layanan hotel budget. diterima dan H1 ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa persepsi tamu
Pengujian Hipotesis Variabel Promosi hotel terhadap pelayanan tidak
Dari Tabel6diperoleh nilai t hitung berpengaruh positif signifikan terhadap
variabel promosi (X3) = -0,613, t tabel keputusan penggunaan layanan hotel
1,9879 berarti nilai t hitung (-0,613) < t budget.
tabel (1,9879), maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Hal ini menunjukkan Pengujian Hipotesis Variabel Proses
bahwa persepsi tamu hotel terhadap Dari Tabel6diperoleh nilai t hitung
promosi tidak berpengaruh positif variabel proses (X6) = 3,497, t tabel
1,9879 berarti nilai t hitung (3,497) > t
338 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

tabel (1,9879), maka H0 ditolak dan


H1 diterima. Hal ini menunjukkan Rumusan Hipotesis :
bahwa persepsi tamu hotel terhadap
proses berpengaruh positif signifikan H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = β8 =0
terhadap keputusan penggunaan Persepsi tamu hotel terhadap Produk,
layanan hotel budget. tarif/harga, iklan/promosi, lokasi,
pelayanan, proses, sarana fisik dan people
Pengujian Hipotesis Variabel Sarana secara simultan tidak berpengaruh positif
Fisik signifikan terhadap keputusan penggunaan
Dari Tabel6diperoleh nilai t hitung layanan hotel budget.
variabel sarana fisik (X7) = 1,891, t
tabel 1,9879 berarti nilai t hitung H0 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ β7 ≠ β8 ≠0
(1,891) < t tabel (1,9879), maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini Persepsi tamu hotel terhadap Produk,
menunjukkan bahwa persepsi tamu tarif/harga, iklan/promosi, lokasi,
hotel terhadap sarana fisik tidak pelayanan, proses, sarana fisik dan people
berpengaruh positif signifikan terhadap secara simultan berpengaruh positif
keputusan penggunaan layanan hotel signifikan terhadap keputusan penggunaan
budget. layanan hotel budget.

Pengujian Hipotesis Variabel People Dengan menggunakan tingkat


Dari Tabel6diperoleh nilai t hitung kepercayaan 95 % (α = 5%) derajat
variabel people(X8) = 2,263, t tabel kebebasan pembilang / df1 = (jumlah
1,9879 berarti nilai t hitung (2,263) > t variabel - 1) = (9 - 1) = 7, derajat kebebasan
tabel (1,9879), maka H0 ditolak dan penyebut /df2 = (n – k – 1) = (96 – 9 – 1) =
H1 diterima. Hal ini menunjukkan 86, maka F tabel = 2,12
bahwa persepsi tamu hotel terhadap
peopleberpengaruh positif signifikan Kriteria pengujian :
terhadap keputusan penggunaan
layanan hotel budget. Apabila F hitung > F tabel (2,12), maka H0
ditolak dan H1 diterima.

Uji Simultan (Uji F) Apabila F hitung < F tabel (2,12), maka H0


diterima dan H1 ditolak.
Pengujuan ini digunakan untuk
menguji ada tidaknya pengaruh variabel Berdasarkan perhitungan dengan
independen (produk, tarif/harga, program SPSS, maka diperoleh nilai F
iklan/promosi, lokasi, pelayanan, proses, hitung dan signifikansinya seperti pada
sarana fisik dan people) secara simultan Tabel 7 sebagai berikut :
terhadap keputusan menginap tamu di
hotel budget Jakarta (Y) dengan
menggunakan uji F. Langkah pengujiannya
adalah sebagai berikut

Tabel 7. Pengujian Hipotesis Uji F

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.

339 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

1 Regression 165.203 8 20.650 8.259 .000b


Residual 217.537 87 2.500
Total 382.740 95
a. Dependent Variable: TotalY
b. Predictors: (Constant), TotalX8, TotalX2, TotalX1, TotalX4, TotalX3, TotalX6,
TotalX5, TotalX7
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)

Berdasarkan Tabel7 didapatkan nilai F demikian dapat disimpulkan bahwa


hitung sebesar 8,259, F tabel 2,12, maka F hipotesis kedua yang menyatakan
hitung (8,259) > F tabel (2,12) atau nilai dugaan adanya pengaruh yang
signifikansi dibawah 0,05, berarti H0 ditolak signifikan antara harga terhadap
dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan keputusan penggunaan layanan
bahwa Persepsi tamu hotel terhadap hotel budget dapat diterima.
Produk, tarif/harga, iklan/promosi, lokasi,
pelayanan, proses, sarana fisik dan people c. Variabel promosi terbukti tidak
secara simultan berpengaruh positif mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan penggunaan signifikan terhadap keputusan
layanan hotel budget. penggunaan layanan hotel budget
Jakarta. Dalam hal ini adalah
wisatawan menilai bahwa promosi di
hotel budget tidak menjadi alasan
KESIMPULAN untuk menginap. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis
Berdasarkan hasil pembahasan ketiga yang menyatakan dugaan
penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai adanya pengaruh yang signifikan
berikut : antara promosi terhadap keputusan
a. Variabel produk terbukti tidak penggunaan layanan hotel budget
mempunyai pengaruh yang tidak dapat diterima.
signifikan terhadap keputusan
penggunaan layanan hotel budget d. Variabel lokasi terbukti tidak
Jakarta. Dalam hal ini adalah mempunyai pengaruh yang
wisatawan menilai bahwa produk di signifikan terhadap keputusan
hotel budget bukan menjadi alasan penggunaan layanan hotel budget
utama untuk menginap. Dengan Jakarta. Dalam hal ini adalah
demikian dapat disimpulkan bahwa wisatawan menilai bahwa lokasi di
hipotesis pertama yang menyatakan hotel budget tidak menjadi alasan
dugaan adanya pengaruh yang untuk menginap. Dengan demikian
signifikan antara produk terhadap dapat disimpulkan bahwa hipotesis
keputusan penggunaan layanan keempat yang menyatakan dugaan
hotel budget tidak dapat diterima. adanya pengaruh yang signifikan
antara lokasi terhadap keputusan
b. Variabel harga terbukti mempunyai penggunaan layanan hotel budget
pengaruh yang signifikan terhadap tidak dapat diterima.
keputusan penggunaan layanan
hotel budget Jakarta. Dalam hal ini e. Variabel pelayanan terbukti tidak
adalah wisatawan menilai bahwa mempunyai pengaruh yang
harga di hotel budget menjadi alasan signifikan terhadap keputusan
utama untuk menginap. Dengan penggunaan layanan hotel budget

340 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Jakarta. Dalam hal ini adalah alasan utama untuk menginap.


wisatawan menilai bahwa pelayanan Dengan demikian dapat
di hotel budget tidak menjadi alasan disimpulkan bahwa hipotesis
untuk menginap. Dengan demikian kedelapan yang menyatakan dugaan
dapat disimpulkan bahwa hipotesis adanya pengaruh yang signifikan
kelima yang menyatakan dugaan antara people terhadap keputusan
adanya pengaruh yang signifikan penggunaan layanan hotel budget
antara pelayanan terhadap dapat diterima.
keputusan penggunaan layanan
hotel budget tidak dapat diterima.

f. Variabel proses terbukti mempunyai SARAN


pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan penggunaan layanan Berdasarkan hasil penelitian dan
hotel budget Jakarta. Dalam hal ini kesimpulan di atas, maka peneliti
adalah wisatawan menilai bahwa merekomendasikan untuk penelitian
proses di hotel budget menjadi selanjutnya sebagai berikut :
alasan utama untuk menginap. a. Dikarenakan ruang lingkup
Dengan demikian dapat penelitian yang terlalu luas di area
disimpulkan bahwa hipotesis Jakarta, maka untuk penelitian yang
keenam yang menyatakan dugaan akan datang disarankan untuk area
adanya pengaruh yang signifikan objek penelitian lebih spesifik, agar
antara proses terhadap keputusan dapat memberikan gambaran yang
penggunaan layanan hotel budget jelas.
dapat diterima.
b. Mengambil spo-spot hotel budget
g. Variabel sarana fisik terbukti tidak yang berbeda lokasi untuk melihat
mempunyai pengaruh yang karakteristik responden
signifikan terhadap keputusan
penggunaan layanan hotel budget c. Melakukan wawancara yang lebih
Jakarta. Dalam hal ini adalah mendalam untuk mendapatkan data
wisatawan menilai bahwa sarana yang lebih jelas.
fisik di hotel budget tidak menjadi
alasan untuk menginap. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis ketujuh yang menyatakan DAFTAR PUSTAKA
dugaan adanya pengaruh yang
Adhi, R. (2010, Agustus 20). Ramai-ramai
signifikan antara sarana fisik
terhadap keputusan penggunaan Bangun Budget Hotel.
layanan hotel budget tidak dapat
Kompas.com. Diambil dari
diterima.
http://properti.kompas.com/index.p
h. Variabel people terbukti
hp/read/2010/08/20/15454110/Ram
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan ai-ramai.Bangun.Budget.Hotel-12
penggunaan layanan hotel budget
Jakarta. Dalam hal ini adalah
wisatawan menilai bahwapeople
(karyawan) di hotel budget menjadi
341 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Analysis. The Asian Manager


Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif (February – March).
dan Kualitatif. Jakarta: Gaung
Persada Press. Santoso, Singgih. (2015). SPSS20 Pengolah
Data Statistik di Era Informasi.
Ismayanti ( 2010) Pengantar Jakarta : PT Elex Media
Pariwisata,Jakarta: Gramedia Komputindo.

Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran. Schiffman dan Kanuk. (2007). Perilaku


Jakarta: Gramedia. Konsumen. Edisi Kedua. Jakarta :
PT Indeks Gramedia.
Kotler, P., & Armstrong, G. (1997). Prinsip-
Prinsip Pemasaran (1 ed.). Jakarta: Sekaran, Uma. (1992) :Reseacrh Methods
Erlangga. For Business: A Skill Building
Approach, Second Edition, New
Mulyadi,dkk. (2017). Perancangan Jersey : John Willey&Sons Inc.
Furniture dan Aksesoris pada Hotel
Budget di Jakarta. School of Design Sekaran, Uma. (2006) :Metodologi
Universitas Bina Nusantara. Penelitian Untuk Bisnis, Jakarta :
Salemba Empat.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry,
L. L. (1988). SERVQUAL: A Sproles, G.B., & Kendal, E. L,,(1986).A
Multiple-Item Scale for Measuring Methodology for Profiling
Consumer Perceptions of Service Consumers Decision Making Styles,
Quality. Journal of Retailing, 64(1), Universtity of Arizona
12–37.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Peraturan Pemerintah RI. (2009). Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Wisatawan. UU No. 10 Tahun CV Alfabeta.
2009.
Sulastiyono, A. (2008). Manajemen
Rao Purba. (2006).Measuring Consumer Penyelenggaraan Hotel. Bandung:
Perception Through Factor Alfabeta.
342 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 321-343

@STPS 2018, All Rights Reserved

Yoeti, O. A. (2001). Ilmu Pariwisata:


Sejarah, Perkembangan dan
Prospeknya. Jakarta: Pertja

Zeithaml. Valarie, Bitner & Gremler.


(2009).Services Marketing -
Integrating Customer Focus Across
the Firm. New York: McGraw Hill.

343 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PERKAMPUNGAN BETAWI SETU BABAKAN


JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

Anik Yuniati1, Nuryadina Augusrini2

12
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
anikyuniati_girl@yahoo.com

ABSTRAK:
Perkampungan Betawi Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan betawi yang
lingkungan alam dan budayanya yang masih terjaga secara baik. Wisatawan yang berkunjung ke
kawasan cagar budaya ini akan disuguhi panorama pepohonan rindang yang akan menambah
suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat
melihat rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan
keasliannya.Yang tak kalah menarik, di perkampungan ini juga banyak terdapat warung yang
banyak menjajakan makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, ketupat , kerak telor, ketupat
sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, nasi uduk, dodol
betawi,kue apem, toge goreng, tahu gejrot, bir pletok,es potong, es goyang es duren,es kelapa
muda, cincau.Wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran seni
budaya Betawi, antara lain tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor,
gambang kromong, dan ondel-ondel yang sering dipentaskan di sebuah panggung terbuka pada
setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung juga dapat menyaksikan melihat
para pemuda dan anak-anak latihan menari dan silat khas Betawi.Sebagai sebuah kawasan cagar
budaya, Setu Babakan tidak hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga
menawarkan jenis wisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata danau. Dua danau, yakni
Mangga Bolong dan Babakan, di perkampungan ini biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk
memancing atau sekedar bersenda gurau dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau. Selain itu,
wisatawan juga dapat menyewa perahu untuk menyusuri dan mengelilingi danau.Wisatawan yang
berkunjung ke perkampungan ini juga dapat berkeliling ke perkebunan, pertanian, serta melihat
tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran rumah-rumah penduduk. Apabila berkunjung ke
pelataran rumah penduduk, tak jarang pengunjung akan dipetikkan buah sebagai tanda
penghormatan. Jika wisatawan tertarik untuk memetik dan berniat membawa pulang buah-buahan
tersebut, maka pengunjung dapat membelinya dengan terlebih dulu bernegosiasi harga dengan
pemiliknya. Buah-buahan yang tersedia di perkampungan ini antara lain belimbing, rambutan,
buni, jambu, dukuh, menteng, gandaria, mengkudu, kecapi, durian, jengkol, kemuning, dan masih
banyak lagi.Yang baru dari Setu Babakan adalah telah dibangunnya dua jembatan gantung, sehingga
pengunjung dapat menyinggahi pulau buatan di tengah Setu Babakan. Selain itu Setu babakan
adalah salah satu tempat favorit bersepeda dan jalan santai di Jakarta Selatan.

Riwayat Artikel:
Diajukan : 12 Oktober 2018
Direvisi: 22 Oktober 2018
Diterima : 02 November 2018

344 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Kekayaan alam dan budaya Pengertian dan Ruang


merupakan komponen penting dalam Lingkup Pariwisata
pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia
memiliki kombinasi iklim tropis, terdiri Menurut etimologi kata “pariwisata”
dari 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya diidentikkan dengan kata “travel” dalam
tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang bahasa Inggris yang diartikan sebagai
ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni perjalanan yang dilakukan berkali–kali dari
Eropa. Indonesia juga merupakan negara satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu
kepulauan terbesar dan berpenduduk pula dengan melihat situasi dan kondisi saat
terbanyak di dunia. Pariwisata juga ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu
merupakan sektor ekonomi penting di perjalanan terencana yang dilakukan secara
Indonesia.Sektor pariwisata merupakan individu atau kelompok dari satu tempat ke
sektor yang potensial untuk dikembangkan tempat lain dengan tujuan untuk
sebagai salah satu sumber pendapatan mendapatkan kepuasan dan kesenangan.
daerah. Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata Indonesia selalu berupaya Pariwisata adalah kegiatan yang
melakukan pengembangan-pengembangan bertujuan menyelenggarakan jasa
di bidang pariwisata untuk meningkatkan pariwisata, menyediakan atau
jumlah Wisatawan ke Indonesia. mengusahakan objek dan daya tarik wisata,
Kegiatan pariwisata yang dilakukan di usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang
dalam sebuah negara disebut pariwisata terkait di bidang tersebut. Sesuai dengan
domestik, di Indonesia disebut wisata Undang-undang RI No.9 Tahun 1990
Nusantara, sedangkan kegiatan pariwisata tentang kepariwisataan, usaha pariwisata
yang dilakukan sampai ke luar negara atau digolongkan ke dalam:
dari negara lain, disebut pariwisata a. Usaha Jasa Pariwisata terdiri dari:
internasional atau pariwisata 1) Jasa Biro Perjalanan Wisata;
mancanegara.Sesungguhnya kegiatan 2) Jasa Agen Perjalanan Wisata;
pariwisata telah dilakukan manusia sejak 3) Jasa Pramuwisata;
berabad-abad yang lampau. Namun sebagai 4) Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif
industri, kegiatan pariwisata baru dimulai dan Pameran;
terutama sejak Revolusi Industri. Hak cuti 5) Jasa Impresariat;
yang diperoleh berkat usaha gerakan kaum 6) Jasa Konsultan Pariwisata;
buruh telah menyebabkan acara liburan 7) Jasa Informasi Pariwisata.
keluarga menjadi suatu kebiasaan dalam
perilaku manusia. Industri pariwisata makin b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik
lama menjadi makin kompleks karena Wisata dikelompokkan dalam:
secara langsung berkaitan dengan banyak 1) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik
bidang usaha seperti agen dan biro Wisata Alam;
perjalanan, sarana angkutan wisata, hotel 2) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik
dan jenis akomodasi lainnya, restoran, Wisata Budaya;
objek wisata dan sarana hiburan, toko 3) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik
cendera mata dan industri kerajinan. Itulah Wisata Minat Khusus.
sebabnya industri pariwisata dapat memberi
sumbangan besar bagi pemasukan devisa c. Usaha Sarana Pariwisata yang
suatu negara. dikelompokkan dalam:
1) Penyediaan Akomodasi;

345 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

2) Penyediaan Makanan dan Minuman; 6) Jasa konsultasi pariwisata adalah


3) Penyediaan Angkutan Wisata; jasa berupa saran dan nasehat yang
4) Penyediaan Sarana Wisata Tirta; diberikan untuk penyelesaian
5) Penyediaan Kawasan Pariwisata. masalah-masalah yang timbul mulai
dan penciptaan gagasan,
Sesuai ketentuan, batasan pengertian dari pelaksanaan operasinya dan disusun
masing-masing bidang usaha: secara sistematis berdasarkan
a. Usaha Jasa Pariwisata: disiplin ilmu yang diakui serta
1) Jasa biro perjalanan wisata adalah disampaikan secara lisan, tertulis
kegiatan usaha yang bersifat maupun gambar oleh tenaga ahli
komersial yang mengatur, profesional;
menyediakan dan 7) Jasa informasi pariwisata adalah
menyelenggarakan pelayanan bagi usaha penyediaan informasi,
seseorang, atau sekelompok orang penyebaran dan pemanfaatan
untuk melakukan perjalanan informasi kepariwisataan.
dengan tujuan utama untuk
berwisata;
2) Jasa agen perjalanan wisata adalah b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik
badan usaha yang Wisata:
menyelenggarakan usaha perjalanan 1) Pengusahaan obyek dan daya tarik
yang bertindak sebagai perantara di wisata alam merupakan usaha
dalam menjual dan atau mengurus pemanfaatan sumber daya alam dan
jasa untuk melakukan perjalanan; tata lingkungannya yang telah
3) Usaha jasa pramuwisataadalah ditetapkan sebagai obyek dan daya
kegiatan usaha bersifat komersial tarik wisata untuk dijadikan sasaran
yang mengatur, mengkoordinir dan wisata;
menyediakan tenaga pramuwisata 2) Pengusahaan obyek dan daya tarik
untuk memberikan pelayanan bagi wisata budaya merupakan usaha
seseorang atau kelompok orang seni budaya bangsa yang telah
yang melakukan perjalanan wisata; dilengkapi sebagai obyek dan daya
4) Usaha jasa konvensi, perjalanan tarik wisata untuk dijadikan sasaran
insentif dan pameran adalah usaha wisata;
dengan kegiatan pokok 3) Pengusahaan obyek dan daya tarik
memberikan jasa pelayanan bagi wisata minat khusus merupakan
satu pertemuan sekelompok orang usaha pemanfaatan sumber daya
(misalnya negarawan, usahawan, alam dan atau potensi seni budaya
cendekiawan) untuk membahas bangsa untuk dijadikan sasaran
masalah-masalah yang berkaitan wisatawan yang mempunyai minat
dengan kepentingan bersama; khusus.
5) Jasa impresariatadalah kegiatan
pengurusan penyelenggaraan
hiburan baik yang mendatangkan, c. Usaha Sarana Pariwisata:
mengirimkan maupun 1) Penyediaan akomodasi adalah
mengembalikannya serta usaha penyediaan kamar dan
menentukan tempat, waktu dan fasilitas lain serta pelayanan yang
jenis hiburan; diperlukan;

346 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

2) Penyediaan makanan dan minuman maka wisatawan sama artinya dengan kata
adalah usaha pengolahan, “traveler” karena dalam bahasa Indonesia
penyediaan dan pelayanan makanan sudah merupakan kelaziman memakai
dan minuman yang dapat dilakukan akhiran “wan” untuk menyatakan orang
sebagai bagian dari penyediaan dengan profesinya, keahliannya,
akomodasi ataupun sebagai usaha keadaannya jabatannya dan kedudukan
yang berdiri sendiri; seseorang (Irawan, 2010:12).
3) Penyediaan angkutan wisata adalah Adapun pengertian wisatawan antara
usaha khusus atau sebagian dari lain:
usaha dalam rangka penyediaan
angkutan pada umumnya yaitu 1) Menurut Smith (dalam
angkutan khusus wisata atau Kusumaningrum, 2009:16),
angkutan umum yang menyediakan menjelaskan bahwa wisatawan adalah
angkutan wisata; orang yang sedang tidak bekerja, atau
4) Penyediaan sarana wisata tirta adalah sedang berlibur dan secara sukarela
usaha penyediaan dan pengelolaan mengunjungi daerah lain untuk
prasarana dan sarana serta jasa yang mendapatkan sesuatu yang lain.
berkaitan dengan kegiatan wisata
tirta (dapat dilakukan di laut, sungai, 2) Menurut WTO (dalam
danau, rawa, dan waduk), dermaga Kusumaningrum, 2009:17) membagi
serta fasilitas olahraga air untuk wisatawan kedalam tiga bagian yaitu:
keperluan olahraga selancar air,
selancar angin, berlayar, menyelam a) Pengunjung adalah setiap orang
dan memancing; yang berhubungan ke suatu
5) Penyediaan kawasan pariwisata Negara lain dimana ia mempunyai
adalah usaha yang kegiatannya tempat kediaman, dengan alasan
membangun atau mengelola melakukan pekerjaan yang
kawasan dengan luas tertentu untuk diberikan oleh Negara yang
memenuhi kebutuhan pariwisata. dikunjunginya.

b) Wisatawan adalah setiap orang


Pengertian Wisatawan yang bertempat tinggal di suatu
Negara tanpa tanpa memandang
Wisatawan merupakan bagian yang tak kewarganegaraannya, berkunjung
terpisahkan dari dunia pariwisata. kesuatu tempat pada Negara yang
Wisatawan sangat beragam , tua-muda, sama untuk waktu lebih dari 24
miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya jam yang tujuan perjalanannya
mempunyai keinginan dan juga harapan dapat diklasifikasikan sebagai
yang berbeda. berikut:
Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan”
yang berasal dari kata “wisata” maka 1. Memanfaatkan waktu luang
sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti untuk rekreasi, liburan,
kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu kesehatan, pendidikan,
berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” keagamaan dan olahraga.
yang berarti “perjalanan” yang sama atau 2. Bisnis atau mengunjungi kaum
dapat disamakan dengan kata “travel” keluarga.
dalam bahasa Inggris. Jadi orang
melakukan perjalanan dalam pengertian ini,

347 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

c) Darmawisata atau excursionist yang tinggal setidaknya selama 24


adalah pengunjung sementara yang jam dan selama– lamanya 6 bulan
menetap kurang dari 24 jam di dalam tahun yang sama”.
Negara yang dikunjungi, termasuk
orang yang berkeliling dengan g) Di dalam Instruksi Presiden RI
kapal pesiar. No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam
Irawan, 2010:13) dijelaskan bahwa
d) Menurut Komisi Liga Bangsa– “…wisatawan ialah setiap orang
bangsa 1937 (dalam Irawan, yang bepergian dari tempat tinggal
2010:12), “…wisatawan adalah untuk berkunjung ke tempat lain
orang yang selama 24 jam atau dengan menikmati perjalanan dan
lebih mengadakan perjalanan di kunjungan itu”.
negara yang bukan tempat
kediamannya yang biasa.” Wisatawan yang berkunjung ke suatu
daerah biasanya benar-benar ingin
e) U.N Confrence on Interest Travel menghabiskan waktunya untuk bersantai,
and Tourism di Roma 1963 menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin
(dalam Irawan, 2010:12), melepaskan diri dari rutinitas kehidupan
menggunakan istilah pengunjung sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan
(visitor) untuk setiap orang yang wisatawan adalah seseorang yang
datang ke suatu negara yang bukan melakukan perjalanan dari suatu tempat
tempat tinggalnya yang biasa untuk lain yang yang jauh dari rumahnya bukan
keperluan apa saja, selain dengan alasan rumah atau kantor
melakukan perjalanan yang digaji. (Kusumaningrum, 2009: 17).
Pengunjung yang dimaksudkan Wisatawan menurut sifatnya
meliputi 2 kategori : (Kusumaningrum, 2009:18):

1. Wisatawan yaitu : pengunjung 1. Wisatawan modern Idealis, wisatawan


yang datang ke suatu negara yang sangat menaruh minat pada
yang dikunjunginya tinggal budaya multinasional serta eksplorasi
selama 24 jam dan dengan alam secara individual.
tujuan untuk bersenang– 2. Wisatawan modern Materialis,
senang, berlibur, kesehatan, wisatawan dengan golongan
belajar, keperluan agama dan Hedonisme (mencari keuntungan)
olahraga, bisnis, keluarga, secara berkelompok.
utusan dan pertemuan. 3. Wisatawan tradisional Idealis,
2. Excurtionist, yaitu : wisatawan yang menaruh minat pada
pengunjung yang hanya tinggal kehidupan sosial budaya yang bersifat
sehari di negara yang tradisional dan sangat menghargai
dikunjunginya tanpa sentuhan alam yang tidak terlalu
bermalam. tercampur oleh arus modernisasi.
4. Wisatawan tradisional Materialis,
f) Defenisi UN. Convention wistawan yang berpandangan
Concerning Costums Fasilities for konvensional, mempertimbangkan
Touring (dalam Irawan, 2010:12), keterjangkauan, murah dan keamanan.
“…setiap orang yang datang ke
suatu negara karena alasan yang
sah, selain untuk berimigrasi dan
348 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Setu Babakan atau Danau Babakan


terletak di Srengseng Sawah, kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan. Pada awal
pembangunanya, danau ini berfungsi
sebagai penampung air resapan,
tetapi seiring berjalannya waktu, danau ini
kemudian berfungsi sebagai pusat
pelestarian warisan budaya Jakarta yang
umum disebut dengan perkampungan
Budaya Betawi dan jugatempat wisata.Setu Gambar 2
Babakan merupakan danau buatan dengan Danau Setu Babakan
area 32 hektar (79 akre) memiliki
kedalaman 1 hingga 5 meter, dimana airnya
berasal dari sungai ciliwung.
Setu Babkan merupakan sebuah
kawasan perkampungan betawi yang
ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai
Perkampungan Budaya Betawi, ini pertama
kali diresmikan oleh Bapak Sutiyoso yang
pada saat itu menjabat sebagai Gubernur
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yaitu
pada tanggal 18 agustus tahun 2000.
Gambar 3
Zona A

Di dalam Zona A, Terdapat museum,


tempat pertunjukan, ruang diklat, home
stay, dan kantor pengelola.
Di Setu Babakan terdapat beberapa
wanana seperti, tempat memancing, perahu
angsa atau bebek air, dayung, Wisata
Kuliner, Wisata Budaya Betawi.
Tiket masuk di Danau Setu Babakan
“GRATIS”, hanya cukup membayar biaya
parkir saja. Biaya Parkir untuk sepeda
Gambar 1
motor hanya Rp. 2000 dan biaya parkir
Pintu Masuk Setu Babakan
untuk mobil Rp. 5000.

Wisata Air Perahu Angsa


atau Bebek (Sepeda Air)

Perahu Angsa adalah perahu dengan


bentuk replika seekor Angsa atau Bebek.
Nah, perahu ini disewakan untuk wisatawan
349 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

yang ingin berkeliling di tengah danau. sederhana yaitu ketan, gula merah, gula
Perahu ini bisa digunakan berdua secara pasir dan santan tapi rasanya sangat enak.
berpasangan. Jadi apabila datang ke tempat
ini bersama pasangan maupun keluarga,
sangat rugi apabila kamu tidak mencoba
naik perahu Angsa ke tengah Danau. Harga
sewa perahu Angsa ini relatif murah,
digolongkan berdasarkan usia yaitu: Anak-
anak (3-12 tahun) Rp 6.000 per orang,
Dewasa (13 tahun) Rp 8.000 per orang,
Dewasa (diatas 13 tahun) Rp 10.000 per
orang.

Gambar 5
Dodol Betawi

Gambar 4
Perahu Angsa atau Bebek Air

Wisata Kuliner

Sekitar danau juga banyak penjual yang


menawarkan berbagai macam makanan dan Gambar6
minuman. Makanan yang umum di jajakan Kerak Telor
di danau Setu Babakan yaitu makanan khas
betawi diantaranya Arum Manis, Kerak
Telor, Toge Goreng,Laksa, Nasi Uduk,
Rujak Bebek, Nasi Ulam,dodol betawi dan Wisata Budaya Betawi
lain-lain. Sedangkan minuman yang umum
di jajakan di Setu Babakan yaitu bir pletok, Setiap wisatawan yang hendak
es potong, es duren, es kelapa muda, berkunjung ke Danau Setu Babakan
cincau dan lain-lain. berkesempatan untuk menyaksikan Budaya
Diantara berbagai macam makanan Betawi di kampung Babakan. Berawal dari
tersebut,Oleh – oleh yang paling favorit di pintu gerbang masuk menuju danau,
Danau Setu Babakan adalah Dodol Betawi. wisatawan dapat melihat rumah adat Betawi
Makanan yang proses pembuatanya di kiri kanan sepanjang jalan menuju danau.
memakan waktu hingga 8 jam ini memiliki Ciri khas rumah adat Betawi yaitu adanya
3 rasa orisinil yaitu ketan putih, ketan hitam hiasan di bagian atap rumah, dan di bagian
dan durian. Meskipun bahan baku nya depan terdapat teras keluarga yang

350 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

sederhana. Salah satu manfaat teras


keluarga di rumah adat betawi adalah
menjaga keharmonisan hubungan antar
anggota keluarga.

Gambar9
Gambar 7 Ondel-ondel
Rumah Adat Betawi

Kesenian Betawi

Gambar 10
Kesenian Tanjidor

Gambar 8
Tari Lenggang Nyai

Gambar 11
Lenong Betawi

351 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

Event sesuai dengan lima kota dan satu kabupaten


administratif yang ada di Jakarta. Di luar
Betawi Fashion Week area gedung pertunjukan, pengunjung dapat
2016
berjalan-jalan di bazar kuliner yang
Diselenggarakan pada Tanggal : 14 – ditempatkan di sepanjang pinggir setu.
17 September2016Tempat : Setu Babakan Makanan yang dijual beraneka ragam,
Zona A, Jakarta mulai dari yang tradisional Betawi seperti
Konten Event : kerak telor hingga makanan sehari-hari.
 Bazaar Makanan
 Lelang Barang Bekas
 Kuliner Kunjungan Atlet Asian
 Layar Tancep
Games
 Lenong
 Lomba Adu Bacot
Setu Babakan juga menjadi destinasi
 Lomba Pantun
wisata para Atlet Asian Games 2018.
Kampung Wisata Budaya Betawi Setu
Babakan menyiapkan festival tari untuk
Lebaran Betawi
menyambut kunjungan atlet Asian Games
Mulai 2017, Lebaran Betawi selalu 2018 pada 26 Agustus 2018. Kepala Unit
Pengembangan Kawasan Perkampungan
digelar di Setu Babakan. Sejak tahun 2008
Budaya Betawi, telah disiapkan 1.000 orang
Lebaran Betawi mulai digelar tetapi acara untuk menari Betawi saat kunjungan atlet di
tersebut biasanya dilakukan di tempat- kawasan Setu Babakan.
tempat berbeda di setiap wilayah
administrasi Jakarta.Dalam beberapa tahun
terakhir, Festival Lebaran Betawi digelar
secara bergantian di Lapangan Monas dan
Lapangan Banteng. Pada penyelenggaran
Lebaran Betawi , selain bisa menyaksikan
berbagai macam kesenian khas Betawi,
pengunjung dapat mendatangi stan-stan
pameran perwakilan kecamatan yang ada di Gambar 12
Tiga legenda pemain sepak bola
seluruh Jakarta. Stan-stan pameran itu
liverpool menari
menampilkan berbagai macam barang-
barang khas Betawi, dari mulai makanan Tarian di sekitar bantaran Situ
seperti dodol Betawi atau bir pletok hingga Babakan, disiapkan sejumlah panggung di
pernak pernik. Stan kecamatan sekitar bantaran untuk lokasi menari.
ditempatkan berdasarkan wilayah daerah Adapun tarian yang telah disiapkan
administratifnya. Wilayah administratif merupakan koreografer baru tari Betawi
yang khas Setu Babakan.Selain disuguhkan
ditandai dengan keterangan tulisan yang
tarian, atlet Asian Games juga diajarkan
dipasang di tiap rumah adat Betawi yang membatik khas Betawi, cara membuat
ada di lokasi tersebut. Di Setu Babakan, kuliner Betawi, dan mengenalkan mereka
ada enam rumah adat Betawi. Jumlah itu pada kebudayaan serta kesenian Betawi
seperti gambang kromong, tanjidor dan
352 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

lainnya. "Semua kebudayaan, kesenian dan rumah panggung berarsitektur khas Betawi
kuliner Betawi bakal kami tunjukan”. yang masih dipertahankan keasliannya.
] Yang tak kalah menarik, di
perkampungan ini juga banyak terdapat
warung yang banyak menjajakan makanan-
makanan khas Betawi, seperti ketoprak,
ketupat , kerak telor, ketupat sayur, bakso,
laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam,
soto mie, roti buaya, nasi uduk, dodol
betawi,kue apem, toge goreng, tahu gejrot,
bir pletok,es potong, es goyang es duren,es
kelapa muda, cincau.
Wisatawan yang berkunjung ke Setu
Gambar 13 Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran
seni budaya Betawi, antara lain tari cokek,
Atlet Asian Games 2018 tertawa dan tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus,
bertepuk tangan saat menyaksikan aksi lenong, tanjidor, gambang kromong, dan
palang pintu yang dilakoni dua bocah ondel-ondel yang sering dipentaskan di
Para atlet yang menjadi tamu diterima sebuah panggung terbuka pada setiap hari
di Zona A yang menjadi kawasan utama Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni,
Setu Babakan. Saat mau masuk kawasan, pengunjung juga dapat menyaksikan
kata dia, para atlet bakal disambut silat melihat para pemuda dan anak-anak latihan
Palang Pintu Betawi.Selain itu, di sekitar menari dan silat khas Betawi.
kawasan pun disediakan tenda untuk bazar Sebagai sebuah kawasan cagar
berbagai kuliner Betawi bagi pengunjung budaya, Setu Babakan tidak hanya
yang datang. Persiapan menyambut tamu menyajikan pagelaran seni maupun budaya,
mancanegara tersebut telah dimatangkan melainkan juga menawarkan jenis wisata
oleh pemerintah melalui Dinas Pariwisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata
dan Inasgoc, serta telah dirapatkan oleh danau. Dua danau, yakni Mangga Bolong
Perwakilan wilayah dengan Wali Kota dan Babakan, di perkampungan ini
Jakarta Selatan. biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan
untuk memancing atau sekedar bersenda
gurau dan menikmati suasana sejuk di
SIMPULAN DAN SARAN pinggir danau. Selain itu, wisatawan juga
dapat menyewa perahu untuk menyusuri
Simpulan dan mengelilingi danau.
Wisatawan yang berkunjung ke
Perkampungan Betawi Setu Babakan perkampungan ini juga dapat berkeliling ke
adalah sebuah kawasan perkampungan perkebunan, pertanian, serta melihat
betawi yang lingkungan alam dan tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran
budayanya yang masih terjaga secara baik. rumah-rumah penduduk. Apabila
Wisatawan yang berkunjung ke kawasan berkunjung ke pelataran rumah penduduk,
cagar budaya ini akan disuguhi panorama tak jarang pengunjung akan dipetikkan
pepohonan rindang yang akan menambah buah sebagai tanda penghormatan. Jika
suasana sejuk dan tenang ketika wisatawan tertarik untuk memetik dan
memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, berniat membawa pulang buah-buahan
pengunjung juga dapat melihat rumah- tersebut, maka pengunjung dapat
membelinya dengan terlebih dulu
353 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 344-354

@STPS 2018, All Rights Reserved

bernegosiasi harga dengan pemiliknya. https://megapolitan.kompas.com/read/2018


Buah-buahan yang tersedia di
/08/26/10540811/kunjungi-setu-
perkampungan ini antara lain belimbing,
rambutan, buni, jambu, dukuh, menteng, babakan-atlet-asian-games-tertawa-
gandaria, mengkudu, kecapi, durian,
lihat-aksi-palang-pintu.
jengkol, kemuning, dan masih banyak lagi.
Yang baru dari Setu Babakan adalah
telah dibangunnya dua jembatan gantung
Kusumaningrum, Dian. 2009. Persepsi
dan Zona A. Di Jembatan gantung sehingga
pengunjung dapat menyinggahi pulau Wisatawan Nusantara Terhadap
buatan di tengah Setu Babakan. Selain itu
Daya Tarik Wisata Di Kota
Setu babakan adalah salah satu tempat
favorit bersepeda dan jalan santai di Jakarta Palembang. Tesis PS. Magister
Selatan.Di dalam Zona A, Terdapat
Kajian Pariwisata. Universitas
museum, tempat pertunjukan, ruang diklat,
home stay, dan kantor pengelola. Gadjah Mada.

Saran

Perkampungan Betawi Setu Babakan,


lebih ditingkatkan lagi dalam hal fasilitas
umum diantaranya toilet umum, dan
parkiran. Toilet umum, perlu adanya
penambahan supaya para pengunjung tidak
antri bila ke toilet. Parkiran perlu ada
tempat khusus parkir supaya pengunjung
tidak parkir sembarangan dipinggir danau,
karena akan menimbulkan kemacetan.

DAFTAR PUSTAKA

https://megapolitan.kompas.com/read/2017
/07/25/17380691/mulai-2017-
lebaran-betawi-selalu-digelar-di-setu-
babakan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017
/07/29/19124531/ada-apa-saja-di-
lebaran-betawi-2017-.

354 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

DETERMINASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TURNOVER


INTENTION KARYAWAN HOTEL BERBINTANG 4 DI KOTA PADANG

Feri Ferdian 1, Hijriyantomi Suyuthie2

1,2
Dosen Jurusan Pariwisata
12
Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang
email: feri_ferdian@fpp.unp.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the determination of the factors that influence the turnover
intention of 4-star hotel employees in Padang City. This type of research is Exploratory Research to
find several factors that influence the turnover intention of 4-star hotel employees in Padang City.
The population in this study was 796 people consisting of all 4-star hotel employees in Padang City.
The number of samples is 251 people using proportional random sampling technique. Data
analysis technique used is path analysis to analyze the influence of Exogenous variables toward
Endogenous variables, through intervening variables. The results of the research show that: (1)
There is a significant influence between compensation financial to job satisfaction of 4-star hotel
employees in Padang City. (2) There is a significant influence between the work environment and
the job satisfaction of 4-star hotel employees in Padang City. (3) There is a significant influence
between compensation for turnover intention of 4-star hotel employees in Padang City directly or
indirectly through job satisfaction as an intervening variable. (4) There is a significant effect between
the work environment on the turnover intention of 4-star hotel employees in Padang City directly or
indirectly through job satisfaction as an intervening variable. (5) There is a significant effect of job
satisfaction on the turnover intention of 4-star hotel employees in Padang City. This job satisfaction
variable is a variable that has the biggest influence on the turnover intention of 4-star hotel
employees in Padang City.

Keywords: determination, turn over intention, employeee.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis determinasi faktor-faktor yang mempengaruhi
turnover intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang. Jenis penelitian ini adalah
Exploratory Research untuk menemukan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi turnover
intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
796 orang yang terdiri dari seluruh karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang. Jumlah sampel 251
orang dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) untuk menganalisis pengaruh variabel Exogenous
(penyebab), terhadap variabel Endogenous (akibat), melalui variabel perantara (intervening
variable).Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara
kompensasi finansial terhadap kepuasan kerja karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang. (2)

355 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

Terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan hotel
berbintang 4 di Kota Padang. (3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap
turnover intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang secara langsung maupun tidak
langsung melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. (4) Terdapat pengaruh yang signifikan
antara lingkungan kerja terhadap turnover intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang
secara langsung maupun tidak langsung melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. (5)
Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan hotel
berbintang 4 di Kota Padang. Variabel kepuasan kerja ini merupakan variabel yang memiliki
pengaruh terbesar terhadap turnover intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang.

Kata kunci: determinasi, turn over intention, karyawan.

yang dibutuhkan oleh wisatawan dalam


melakukan kegiatannya, namun bukan hanya
Riwayat Artikel :
jasa dari penginapan saja yang di butuhkan
Diajukan: 12 Oktober 2018
wisatawan, namun jasa-jasa penunjang lainnya
Direvisi: 25 Oktober 2018
juga mempengaruhi kebutuhan para
Diterima: 31 Oktober 2018
wisatawan. Sehingga penginapan yang
menyediakan jasa lainnya dalam menunjang
PENDAHULUAN perjalanan wisatawan sangat dibutuhkan juga,
salah satu akomodasi tersebut adalah Hotel.
Kemajuan perkembangan dunia usaha Hotel telah menjadi kebutuhan yang
saat ini mengalami peningkatan yang sangat penting bagi masyarakat apabila berkunjung
pesat dibandingkan dengan era sebelumnya, ke suatu daerah ataupun suatu negara sebagai
hal ini dapat dilihat dari segi kontribusi tempat beristirahat. Usaha perhotelan tidak
perusahaan terhadap perekonomian hanya pada kegiatan penginapan saja
Indonesia. Dalam menghadapi persaingan melainkan jasa restaurant, convention,
dunia, maka setiap perusahaan harus meeting package. Menurut Peraturan Menteri
memiliki cara khusus agar keberadaan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik
perusahaan berjalan lancar dan tujuan Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 1,
perusahaan dapat tercapai secara maksimal hotel adalah penyedian akomodasi berupa
terutama mengelola sumber daya manusia kamar-kamar di dalam suatu bangunan yang
yang dimiliki perusahaan. dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan
Kota Padang merupakan salah satu makan dan minum, kegiatan hiburan dan
tujuan wisata yang dianggap akan tumbuh dan fasilitas lainya secara harian dengan tujuan
berkembang pesat, apalagi kota ini lagi memperoleh keuntungan.
berbenah untuk mengembangkan industri Manajemen SDM merupakan aktivitas
pariwisatanya hal ini terlihat dari banyaknya yang penting dalam sebuah organisasi.
acara-acara yang diadakan pemerintah kota Organisasi perlu mengatur SDM untuk
ini. Pemerintah Kota Padang mengharapkan mencapai tujuan secara efektif, dengan
dengan segala potensi yang dimiliki dapat senantiasa melakukan dengan senantiasa
menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk melakukan investasi untuk penerimaan,
berkunjung dan pada akhirnya bisa penyeleksian, dan mempertahankan SDM
meningkatkan perekonomian kota ini. yang potensial agar tidak berdampak pada
Dalam melakukan kegiatan pariwisata, perpindahan karyawan (Anis et al.,2003).
wisatawan membutuhkan akomodasi yang Pada kenyataannya, mengelola SDM bagi
akan mendukung kegiatan wisatawan tersebut. perusahaan bukanlah suatu hal yang mudah
Penginapan merupakan salah satu akomodasi untuk dilakukan, banyak masalah-masalah

356 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

pengelolaan SDM ditemukan pada Hotel Kyriad


3 33,70 %
praktiknya. Salah satu permasalahan yang Bumiminang
sering terjadi pada suatu perusahaan adalah 4 Hotel Grand Inna 3,39 %
berkaitan dengan turnover atau tingkat keluar 5 Hotel Premier Basko 16,30 %
masuknya karyawan dalam sebuah 6 Hotel Mercure 24,39 %
perusahaan, permasalahan ini secara terus 7 Hotel Pangeran Beach 3,31 %
menerus dapat menimbulkan masalah baru Sumber : HRD Setiap Hotel Berbintang 4 Di
yang disebut dengan turnover intention atau Kota Padang, Januari 2018
kecendrungan karyawan melakukan keluar
masuk pada perusahaan.
Saeed, et al (2014), mengatakan bahwa Dari Tabel 1 di atas ditemukan bahwa
turnover intention adalah hal serius yang saat tingkat turnover di hotel berbintang 4 di Kota
ni terjadi, yang mana karyawannya berminat Padang termasuk tinggi karena melebihi
meninggalkan organisasi atau organisasi yang angka 10%. Persentase yang dikategorikan
berminat memecat karyawannya. Turnover angka turn over masih rendah hanya 2 hotel
yang dilakukan karyawan secara suka rela dari 7 hotel berbintang 4 di Kota Padang yaitu
adalah ketika karyawan beniat untuk Hotel Grand Inna Padang dan Hotel
berencana keluar dari organisasi atau Pangeran Beach. Sedangkan 6 hotel lainya
perusahaan untuk memilih jalur alternatif memiliki angka turn over tinggi dengan
terbaik bagi masa depannya. Sedangkan melebihi persentase 10 %.
turnover secara tidak suka rela yaitu, ketika Angka turnover tahunan yang terbilang
organisasi atau perusahaan tidak puas dengan tinggi merupakan kasus dimana perusahaan
turnover intention karyawan dan memutuskan sulit untuk mengembangkan program retensi
untuk memberhentikannya. karyawan. Program retensi menurut Mathis
Ada pendapat yang mengatakan bahwa (2006), merupakan suatu program yang
rasio turnover karyawan sebuah perusahaan dimiliki oleh perusahaan untuk
diluar batas toleransi ketika mencapai angka mempertahankan karyawan potensial yang
10% atau lebih dalam waktu satu tahun. dimiliki perusahaan untuk tetap loyal kepada
Menurut Roseman (1981), salah satunya perusahaan. Tujuan dari perusahaan itu
yaitu, jika turnover tahunan dalam sebuah adalah adalah untuk mempertahankan
perusahaan mencapai angka 10%, maka karyawan yang dianggap berkualitas dari
kategori turnover perusahaan tersebut dapat perusahaan atas kehendak dari karyawan itu
dikatakan tinggi. Berikut ini merupakan data sendiri.
kondisi turnover karyawan di hotel bintang 4 Faktor-faktor berikut ini disebutkan oleh
yang berada di Kota Padang sebagai berikut: (Pasewark dan Strawser (1996) dalam (Toly,
2001) sebagai determinan dari turnover
Tabel 1. intention salah satunya adalah kepuasan kerja
Persentase Turnover Karyawan di Hotel dan juga dipengaruhi oleh kompensasi
Berbintang 4 di Kota Padang finansial dan lingkungan kerja. Kompensasi
finansial dan lingkungan kerja sebagai faktor
No Nama Hotel Presentase yang mempengaruhi kepuasan kerja dan juga
turnover berpengaruh langsung terhadap turnover
intention.
1 Hotel Rocky Plaza 17,95 % Tujuan dari penelitian ini menganalisis
2 Hotel Axana 19,42 % determinasi faktor-faktor yang mempengaruhi
turnover intention karyawan hotel berbintang
4 di Kota Padang.

357 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

3) keinginan untuk meninggalkan


organisasi.
TINJAUAN PUSTAKA Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa kinerja karyawan dalam penelitian
Turnover Intention adalah suatu fenomena atau kondisi anggota
suatu organisasi yang memiliki rencana untuk
Menurut Saeed et al (2014), turnover meninggalkan anggota organisasinya untuk
intention adalah keadaaan dimana karyawan pindah keorganisasi lain atas keinginan dari
sebuah organisasi memiliki perencanaan individu itu sendiri pada penelitian ini bagi
untuk meninggalkan pekerjaan, atau kondisi karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang.
dimana organisasi memliki rencana untuk
memutuskan hubungan kerja dengan
karyawan. Menurut pendapat lainnya, Siregar Kepuasan Kerja
(2006:214) turnover intention adalah,
”kecenderungan atau niat karyawan untuk Dalam penelitian ini peneliti
berhenti bekerja dari pekerjaannya secara menggunakan definisi Robbins & Judge
sukarela menurut pilihannya sendiri”. (2013) yang menjelaskan kepuasan kerja
Robbins (2006) mendefinisikan turnover merupakan perasaan positif tentang pekerjaan
sebagai pemberhentian pegawai yang bersifat seseorang yang dihasilkan dari evaluasi
permanen dari perusahaan baik yang karakteristik pekerjaan tersebut. Pendapat
dilakukan oleh pegawai itu sendiri maupun serupa oleh Noe et al., (2014), yang
yang dilakukan oleh perusahaan. menyatakan kepuasan kerja merupakan
Turnover intention menurut pendapat perasaan menyenangkan yang dihasilkan dari
salah satu ahli, Mobley (2002:44): ”suatu persepsi bahwa pekerjaan seseorang
fenomena penting dari kehidupan memenuhi atau memungkinkan dalam
berorganisasi”. Booth dan Hamer (2007) pemenuhan nilai-nilai penting pekerjaan
berpendapat bahwa, turnover intention seseorang. Karyawan menjadi pelaku yang
dampak terburuk dari ketidak mampuan menunjang tercapainya tujuan organisasi,
suatu organisasi dalam mengelola suatu mereka mempunyai pikiran, perasaan, dan
prilaku individu sehingga individu merasa keinginan berbeda yang dapat mempengaruhi
memliki niatan untuk pindah kerja yang sikap-sikapnya terhadap pekerjaan.
tinggi. Dengan demikian, menurut parah ahli Salah satu sikap karyawan yang sering
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menjadi perhatian adalah kepuasan kerja.
pengertian dari turnover intention adalah Sikap ini dapat menentukan kinerja, prestasi
suatu fenomena atau kondisi anggota suatu kerja, dan dedikasi karyawan terhadap suatu
organisasi yang memiliki rencana untuk pekerjaan. Pendapat tersebut didukung oleh
meninggalkan anggota organisasinya untuk Mosadeghrad et al., (2008), yang menyatakan
pindah keorganisasi lain atas keinginan dari kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang
individu itu sendiri, atau kondisi dimana orang miliki tentang pekerjaan mereka dan
organisasi berniat untuk mengakhiri organisasi di mana mereka melaksanakan
hubungan kerja dengan anggotanya tersebut pekerjaan tersebut. Pendapat lain menyatakan
karena organisasi merasa tidak puas dengan kepuasan kerja sebagai perilaku yang terjadi
kinerja anggotanya”. akibat hasil dari pengalaman yang bertambah
Menurut Chen dan Francesco (1978) saat melakukan pekerjaan (Aydogdu & Baris,
dalam Widodo (2010),indikator pengukuran 2011). Organisasi sudah seharusnya menjaga
turnover intention terdiri atas:1) pikiran untuk kepuasan kerja karyawan demi efektivitas
keluar, 2) keinginan mencari pekerjaan lain, kinerja dan pencapaian tujuan organisasi.
358 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

Dari beberapa teori diatas dapat perkakas dan bahan yang dihadapi,
disimpulkan bahwa kepuasan kerja lingkungan sekitarnya dimana seseorang
merupakan perasaan positif tentang pekerjaan bekerja, meteode kerjanya, serta pengaturan
seseorang yang dihasilkan dari evaluasi kerjanya baik sebagai perseorangan maupun
karakteristik pekerjaan tersebut. sebagai kelompok. Hal serupa juga
diungkapkan Nitisemito (1996) yang
mendefinisikan lingkungan kerja sebagai
Kompensasi Finansial segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
Penelitian ini fokus membahas menjalankan tugas yang dibebankan. Oleh
kompensasi finansial yang diduga memiliki karena itu, penentuan dan penciptaan
pengaruh signifikan bagi kepuasan kerja. lingkungan kerja yang baik akan sangat
Berdasarkan hasil penelitian Syah (2013) menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
kompensasi finansial memberikan pengaruh organisasi.
positif signifikan terhadap kepuasan kerja. Lingkungan kerja merupakan tempat
Kompensasi finansial merupakan kompensasi dimana seseorang melakukan aktifitas
yang paling banyak dipertimbangkan oleh kerjanya setiap hari. Lingkungan kerja yang
karyawan dalam memilih sebuah pekerjaan. kondusif, memungkinkan seseorang untuk
Apabila kompensasi finansial yang berupa bekerja secara lebih optimal. Sims dan
gaji, bonus, dan tunjangan yang diterima Kroeck (1994) dalam Rego & Cunha (2008)
ternyata tidak sesuai dengan harapan, maka menyatakan bahwa penentu kinerja individu
hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan dalam organisasi adalah faktor individu dan
dalam diri karyawan. Salah satu hal yang faktor lingkungan, mereka juga menjelaskan
mungkin terjadi adalah menurunnya motivasi bahwa seseorang memilih bekerja di sebuah
dan kepuasan kerja karyawan tersebut, organisasi/perusahaan dengan iklim kerja
karyawan menjadi malas melakukan tugas- yang cocok bagi hasratnya. Lingkungan kerja
tugas yang diberikan atasan, sering bolos atau yang nyaman bagi karyawan dapat
bahkan karyawan tersebut akan keluar dari meningkatkan semangat kerja dan
perusahaan untuk mencari pekerjaan yang mendorong kinerja yang lebih baik dan
lebih dapat memenuhi harapan. Kompensasi karyawan tetap bertahan. Sedarmayanti
finansial yang didapat karyawan dapat (2011) menyatakan bahwa secara garis besar,
mempengaruhi seberapa keras mereka akan jenis lingkungan kerja dibagi menjadi 2, yakni
berusaha menyelesaikan pekerjaan.Dalam lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja
penelitiannya Syah (2013) mendefinisikan non fisik
gaji/upah, bonus, dan tunjangan sebagai Berdasarkan teori di atas dapat
bagian dari kompensasi disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah
Dari beberapa teori diatas dapat segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja
disimpulkan bahwa kompensasi adalah total yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
seluruh imbalan dalam bentuk finansial yang menjalankan tugas yang dibebankan.
diterima karyawan sebagai pengganti jasa yang
telah mereka berikan.
METODE

Penelitian ini dilakukan dengan


Lingkungan Kerja pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
ex post facto, yakni suatu penelitian yang
Sedarmayanti (2011) mengungkapkan
bertujuan untuk menganalisis pengaruh
lingkungan kerja adalah keseluruhan alat
359 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

variabel Exogenous (penyebab), yakni 0,81 0,78


kompensasi finansial dan lingkungan KOMPENSASI
terhadap variabel Endogenous (akibat), yakni FINANSIAL
(X1)
turnover intention karyawan hotel berbintang 0,235
0,391
4 di Kota Padang melalui variabel perantara
KEPUASAN
(intervening variable) yaitu kepuasan kerja. KERJA TURNOVER
INTENTION
(X3) 0,296
Dalam penelitian ini jumlah populasi 0,254 (Y)
adalah 796 orang yang terdiri dari seluruh 0,264
karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang, LINGKUNGAN
KERJA (X2)
dengan penentuan sampel didasarkan pada
jenis probability sampling yang digunakan
adalah proportional random sampling,
Penentuan besarnya sampel didasarkan Gambar 1. Struktur Analisis Jalur
kepada pendapat Slovin (Umar, 2011: 78)
pada  5 %. dari hasil perhitungan diperoleh Uraian hasil pengolahan di atas dapat
diringkas sebagaimana tertera pada Tabel 4 di
sampel sebanyak 251 orang.
bawah ini:
Jenis dan sumber data dalam penelitian
ini menggunakan data primer dan data
Tabel 2. Ringkasan Pengaruh Langsung Dan
sekunder. Teknik pengumpulan data data
Tidak Langsung Variabel Penelitian
dalam penelitian ini dilakukan melalui
kuesioner dan dokumentasi. Instrumen
dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner dengan skala likert. Sebelum
kuesioner digunakan, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan uji realibitas.
Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis jalur (path analysis) .
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji
t dan signifikansi  = 0,05.

HASIL DAN

PEMBAHASAN

Sebelum menggunakan analisis jalur


dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas uji
heteroskedastisitas, dan uji mulitkolinieritas.
Dari uji normalitas diperoleh data
terdistribusi normal. Kemudian uji
heteroskedastisitas diperoleh hasil bahwa
varian dari masing-masing variabel terhindar
kasus heteroskedastisitas. Dari hasil uji
tersebut memenuhi syarat untuk
menggunakan analisis jalur dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

360 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

Pengaruh
Pengaruh kepuasan kerja sebesar 0,391 satuan begitu
No Keterangan Tidak Total
Langsung
Langsung
juga sebaliknya. Maka dapat dikatakan
Pengaruh Langsung semakin tinggi kompensasi finansial yang
1
Kompensasi Finansial
Terhadap Turnover Intention 5,5%
diterima karyawan Hotel Berbintang 4 di
karyawan Hotel berbintang 4 di Kota Padang maka semakin tinggi pula tingkat
Kota Padang
kepuasan kerja karyawan Hotel Berbintang 4
Pengaruh Tidak Langsung
Kompensasi Finansial di Kota Padang. Hal ini berarti kompensasi
2
Terhadap Turnover Intention
2,7% finansial berpengaruh signifikan terhadap
Karyawan Hotel Berbintang 4
di Kota Padang Melalui kepuasan kerja karyawan Hotel Berbintang 4
Kepuasan Kerja di Kota Padang, karena kompensasi finansial
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung Kompensasi mampu meningkatkan kepuasan kerja
3
Finansial Terhadap Turnover
8,2% karyawan Hotel Berbintang 4 di Kota Padang.
Intention Karyawan Hotel
Berbintang 4 di Kota Padang Hasil penelitian ini sesuai dengan
Melalui Kepuasan Kerja penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung
Pengaruh Langsung
Lingkungan KerjaTerhadap
Ngurah Bagus Dhermawan, I Gde Adnyana
4 Turnover Intention Karyawan 7,0% Sudibya, dan I Wayan Mudiartha Utama
Hotel berbintang 4 di Kota
Padang
tentang Pengaruh Motivasi, Lingkungan
Pengaruh Tidak Langsung Kerja, Kompetensi, Dan Kompensasi
Lingkungan KerjaTerhadap
Turnover Intention Karyawan
Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja
5 2,0 %
Hotel Berbintang 4 di Kota Pegawai Di Lingkungan Kantor Dinas
Padang Melalui Kepuasan
Kerja
Pekerjaan Umum Provinsi Bali yang
Pengaruh Langsung dan Tidak menyatakan terdapat pengaruh positif
Langsung Lingkungan
KerjaTerhadap Turnover
kompensasi terhadap kepuasan kerja.
6 9,0%
intention karyawan hotel
berbintang 4 di Kota Padang
Melalui Kepuasan Kerja
Pengaruh Langsung Kepuasan Pengaruh Lingkungan
Kerja Terhadap Turnover
7
Intention Karyawan Hotel
8,8% 8,8% Kerja Terhadap Kepuasan
Berbintang 4 di Kota Padang
Kerja Karyawan Hotel
74,0
8 Pengaruh Variabel Lain
% Berbintang 4 di Kota
TOTAL 100%
Padang.

Lingkungan kerja berpengaruh secara


positif terhadap kepuasan kerja karyawan
PEMBAHASAN Hotel Berbintang 4 di Kota Padang dengan
koefisien jalur 0,254, artinya jika terjadi
Pengaruh Kompensasi peningkatan nilai lingkungan kerja sebesar
Finansial Terhadap satu satuan maka akan meningkatkan
Kepuasan Kerja Karyawan kepuasan kerja sebesar 0,244 satuan begitu
Hotel Berbintang 4 di Kota juga sebaliknya. Maka dapat dikatakan
Padang. semakin baik lingkungan kerja maka semakin
tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan Hotel
Kompensasi finansial berpengaruh secara Berbintang 4 di Kota Padang yang meliputi
positif terhadap kepuasan kerja karyawan lingkungan kerja fiisk dan non fisik akan
Hotel Berbintang 4 di Kota Padang dengan memberikan dampak karyawan puas
koefisien jalur 0,391 ini berarti jika terjadi melakukan pekerjaan. Ini juga berarti
peningkatan nilai kompensasi finansial lingkungan kerja berpengaruh signifikan
sebesar satu satuan maka akan meningkatkan terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel
361 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

Berbintang 4 di Kota Padang, karena Hasil penelitian juga menunjukan


lingkungan kerja yang baik akan kontribusi variabel kompensasi finansial
meningkatkan kepuasan kerja karyawan Hotel terhadap turnover intention karyawan Hotel
Berbintang 4 di Kota Padang. Berbintang 4 di Kota Padang secara langsung
Hasil penelitian ini sesuai dengan yaitu sebesar 5,5% dan secara tidak langsung
penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung melalui kepuasan kerja sebesar 2,7%. Total
Ngurah Bagus Dhermawan, I Gde Adnyana pengaruh langsung dan tidak langsung sebesar
Sudibya, dan I Wayan Mudiartha Utama 8,2%. Jadi kompensasi yang adil dan layak
tentang Pengaruh Motivasi, Lingkungan diterima oleh karyawan yang diikuti oleh
Kerja, Kompetensi, Dan Kompensasi kepuasan kerja akan mengurangi turnover
Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja intention karyawan Hotel Berbintang 4 di
Pegawai Di Lingkungan Kantor Dinas Kota Padang. Variabel kepuasan kerja
Pekerjaan Umum Provinsi Bali yang berfungsi sebagai mediasi untuk memperbaiki
menyatakan terdapat pengaruh positif angka turnover intention karyawan Hotel
lingkungan terhadap kepuasan kerja. Berbintang 4 di Kota Padang.
Penelitian ini sesuai dengan teori faktor-
faktor yang mendorong timbulnya kepuasan
Pengaruh Kompensasi pada pekerjaan. Luthans (2002) dalam
Finansial Terhadap Kaswan (2012) salah satunya berupa
Turnover Intention kompensasi yang pada akhirnya karyawan
Karyawan Hotel bertahan dalam perusahaan. Kemudian
Berbintang 4 di Kota penelitian Rita Andini pada tahun 2006
tentang Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji,
Padang
Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional
Kompensasi finansial berpengaruh secara Terhadap Turnover Intention (Studi Kasus
positif terhadap turnover intention karyawan Pada Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Hotel Berbintang 4 di Kota Padang dengan Semarang) yang menyatakan kompensasi
koefisien jalur 0,235 artinya jika terjadi berpengaruh signifikan terhadap turnover
peningkatan nilai kompensasi finansial intention. Hal ini didukung juga dengan hasil
sebesar satu satuan maka akan memperbaiki penelitian Ni Luh Mita Sri Devi dan Gede
turnover intention karyawan sebesar 0,235 Adnyana Sudibia tahun 2015 tentang Analisis
satuan begitu juga sebaliknya. Maka dapat Pengaruh Job Insecurity, Dan Kompensasi
dikatakan semakin baik kompensasi Finansialterhadap Kepuasan Kerja Dan
finansial yang diberikan kepada karyawan Turnover Intention: (Studi Pada Karyawan
Hotel Berbintang 4 di Kota Padang maka Kontrak Di Bali Dynasty Resort) yang
akan meminimalisir tingkat turnover intention menyatakan bahwa kepuasan kerja di
dari karyawan tersebut, yang meliputi pikiran pengaruhi oleh kompensasi finansial dan juga
untuk keluar, pikiran untuk mencari turnover intention dipengaruhi oleh
lowongan, dan keinginan untuk meninggalkan kompensasi finansial.
organisasi . Hal ini berarti kompensasi
kompensasi finansial berpengaruh signifikan
terhadap turnover intention karyawan Hotel
Berbintang 4 di Kota Padang, karena
kompensasi finansial mampu mengurangi
turnover intention karyawan Hotel
Berbintang 4 di Kota Padang.

362 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

Pengaruh Lingkungan SULSELBAR yang menyatakan bahwa


Kerja Terhadap Terhadap turnover intention dipengaruhi oleh
Turnover Intention lingkungan kerja dan kepuasan kerja juga
Karyawan Hotel dipengaruhi oleh lingkungan kerja.
Berbintang 4 di Kota
Padang
Pengaruh Kepuasan Kerja
Lingkungan kerja berpengaruh secara Terhadap Turnover
positif terhadap turnover intention karyawan Intention Karyawan Hotel
Hotel Berbintang 4 di Kota Padang dengan Berbintang 4 di Kota
koefisien jalur 0,264, ini berarti jika terjadi Padang
peningkatan nilai lingkungan kerja sebesar
satu satuan maka akan memperbaiki turnover Kepuasan kerja berpengaruh secara
intention karyawan sebesar 0,264 satuan positif terhadap turnover intention karyawan
begitu juga sebaliknya. Maka dapat dikatakan hotel berbintang 4 di Kota Padang dengan
semakin baik lingkungan kerja non fisik dan koefisien jalur 0,296, artinya jika terjadi
fisik yang dirasaka individu maka akan peningkatan nilai kepuasan kerja sebesar satu
semakin baik maka akan semakin nyaman satuan maka akan memperbaiki turnover
karyawan bekerja sehingga turnover intention intention karyawan sebesar 0,296 satuan
juga semakin baik yang berarti terjadi begitu juga sebaliknya. Maka dapat dikatakan
penurunan tingkat turnover. Ini berarti semakin tinggi kepuasan kerja dari karyawan
lingkungan kerja berpengaruh signifikan hotel berbintang 4 di Kota Padang yang dapat
terhadap turnover intention karyawan Hotel dilihat dari suka akan pekerjaan, puas akan
Berbintang 4 di Kota Padang, karena pekerjaan, dan senang akan pekerjaan maka
lingkungan kerja yang tidak baik akan memperbaiki turnover intention karyawan
meningkatkan keinginan karyawan untuk Hotel Berbintang 4 di Kota Padang.
keluar. Hasil penelitian juga menunjukan
Hasil penelitian juga menunjukan kontribusi variabel kepuasan kerja terhadap
kontribusi variabel lingkungan kerja terhadap turnover intention karyawan Hotel
turnover intention karyawan Hotel Berbintang 4 di Kota Padang secara langsung
Berbintang 4 di Kota Padang secara langsung yaitu sebesar 8,8%. Hal ini berarti semakin
yaitu sebesar 7,0% dan secara tidak langsung baik kepuasan kerja karyawan dilihat dari
melalui kepuasan kerja sebesar 2,0%. Total suka akan pekerjaan, puas akan
pengaruh langsung dan tidak langsung sebesar pekerjaan,dan senang akan pekerjaan maka
9,0%. Jadi lingkungan kerja yang kondusif akan memperbaiki angka turnover di hotel.
diikuti oleh kepuasan kerja akan Penelitian ini sesuai dengan pendapat
memperbaiki angka turnover intention (Pasewark dan Strawser (1996) dalam (Toly,
karyawan Hotel Berbintang 4 di Kota Padang. 2001) yang menyatakan bahwa turnover intention
karyawan dapat dipengaruhi oleh kepuasan kerja
Variabel kepuasan kerja berfungsi sebagai
kerja. Kemudian penelitian ini sesuai dengan
mediator untuk memperbaiki turnover penelitian yang dilakukan oleh (Calisir,
intention karyawan Hotel Berbintang 4 di 2011)Calisir pada tahun 2011 dengan judul
Kota Padang. Affecting intention to quit among IT professionals
Penelitian ini sesuai dengan penelitian in Turkey yang menyatakan bahwa kepuasan
Andi Caezar To Tadampali, dkk tahun 2016 kerja berpengaruh positif terhadap turnover
tentang Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap intention karyawan.
Turnover Intention Melalui Kepuasan Kerja Dari pembahasan di atas maka dapat
Sebagai Variabel Intervening Pada PT Bank disimpulkan bahwa kompensasi finansial
363 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

akan lebih berdampak secara langsung (5,5%) 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
daripada secara tak langsung melalui kompensasi finansial terhadap turnover
kepuasan kerja (2,7%) dan lingkungan kerja intention karyawan hotel berbintang 4 di
juga akan lebih berdampak secara langsung Kota Padang baik secara langsung
(7,0%) dari pada secara tak langsung melalui maupun tidak langsung melalui kepuasan
kepuasan kerja (2,0%). Pengaruh langsung kerja. Manajemen kompensasi finansial
kepuasan kerja terhadap turnover intention yang adil dan layak bagi karyawan yang
karyawan sebesar (8,8%). Kemudian dapat diikuti kepuasan kerja akan memperbaiki
juga disimpulkan bahwa kepuasan kerja turnover ntention karyawan hotel
mampu memoderasi kompensasi finansial berbintang 4 di Kota Padang. Variabel
dengan turnover intention karyawan hotel kepuasan kerja berfungsi sebagai mediator
berbintang 4 di Kota Padang dan juga mampu untuk meningkatkan turnover intention
memoderasi lingkungan kerja dengan karyawan hotel berbintang 4 di Kota
turnover intention karyawan hotel berbintang Padang.
4 di Kota Padang. Dalam penelitian ini 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel yang dominan mempengaruhi lingkungan kerja terhadap turnover
turnover intention karyawan adalah kepuasan intention karyawan hotel berbintang 4 di
kerja dengan besar pengaruh 8,8%. Hal ini Kota Padang baik secara langsung
berarti kepuasan kerja yang baik di hotel maupun tidak langsung melalui kepuasan
berbintang 4 di Kota Padang dapat kerja. Lingkungan kerja yang kondusif
memperbaiki turnover intention karyawan. diikuti kepuasan akan memperbaiki
turnover intention karyawan hotel
berbintang 4 di Kota Padang. Variabel
kepuasan kerja berfungsi sebagai mediator
KESIMPULAN untuk meningkatkan turnover intention
karyawan hotel berbintang 4 di Kota
Berdasarkan hasil penelitian maka ada Padang.
beberapa kesimpulan yang dapat diambil 5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
sebagai berikut: kepuasan kerja terhadap turnover
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara intention karyawan hotel berbintang 4 di
kompensasi finansial terhadap kepuasan Kota Padang. Kepuasan kerja yang baik
kerja karyawan hotel berbintang 4 di Kota akan memperbaiki angka turnover
Padang. Kompensasi finansial yang intention karyawan hotel berbintang 4 di
diberikan kepada karyawan akan Kota Padang. Variabel kepuasan kerja
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja merupakan variabel yang mempengaruhi
karyawan dalam bekerja di hotel terbesar dalam memperbaiki turnover
berbintang 4 di Kota Padang. Dengan intention karyawan hotel berbintang 4 di
dilakukan manajemen kompensasi Kota Padang.
finansial yang layak dan adil bagi
karyawan hotel, maka kepuasan kerja
yang dirasakan juga meningkat.
SARAN
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja Berdasarkan hasil penelitian, maka ada
karyawan hotel berbintang 4 di Kota beberapa saran yang penulis ajukan kepada
Padang. Lingkungan kerja yang kondusif manajemen hotel untuk memperbaiki tingkat
akan meningkatkan kepuasan kerja turnover, sebagai berikut :
karyawan dalam melakukan pekerjaan.

364 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

1. Mengelola kompensasi finansial Organizational Commitment and


dengan baik agar karyawan termotivasi
Turnover intention, 1(3), 43–53.
untuk tetap bertahan seperti:
a. Memberikan besaran gajiyang adil
dan layak pada setiap karyawan
Chen, C.-F. 2006. Job satisfaction,
sesuai beban kerja masing-masing
karyawan. organizational commitment, and flight
b. Memberikan tunjangan dan bonus
attendants’ turnover intentions: A
yang sesuai.
2. Selalu membangun lingkungan kerja note. Journal of Air Transport
yang kondusif melalui penekanan
Management, 12(5), 274–276.
sasaran dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan kerja doi:10.1016/j.jairtraman.2006.05.001
non fisik yang harmonis.
b. Memperhatikan lingkungan kerja
fisik karyawan dalam bekerja. Devi, Ni Luh Mita Sri; Sudibia, Gede
3. Selalu mengevaluasi tingkat kepuasan
Adnyana. Analisis Pengaruh Job
kerja karyawan melalui penekanan
sasaran dengan cara: Insecurity, Dan Kompensasi
a. Survei kepuasan kerja
Finansialterhadap Kepuasan Kerja
b. Mengadakan pertemuan dalam
evaluasi kepuasan kerja Dan Turnover Intention: (Studi Pada
c. Memotivasi karyawan.
Karyawan Kontrak Di Bali Dynasty
Resort). E-Jurnal Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Universitas Udayana, [S.l.], v. 4, n. 4,

Andini , Rita (2006).Analisis Pengaruh apr. 2015. ISSN 2302-8912. Available

Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, at:

Komitmen Organisasional Terhadap <https://ojs.unud.ac.id/index.php/Man

Turnover Intention (Studi Kasus Pada ajemen/article/view/11586>. Date

Rumah Sakit Roemani accessed: 04 oct. 2018.

Muhammadiyah Semarang). Masters


thesis, Program Pasca Sarjana Dhermawan, Anak Agung Ngurah Bagus;

Universitas Diponegoro. Sudibya, I Gde Adnyana; Utama, I


Wayan Mudiartha. Pengaruh

Aydogdu, S., & Baris, A. 2011. International Motivasi, Lingkungan Kerja,

Review of Management and Kompetensi, dan Kompensasi

Marketing An Empirical Study of the Terhadap Kepuasan Kerja dan

Relationship Among Job Satisfaction , Kinerja Pegawai di Lingkungan

365 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

Kantor Dinas Pekerjaan Umum of Human Resources Management


Provinsi Bali. Matrik : Jurnal (5th ed.). Mc Graw Hill.
Manajemen, Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan, [S.l.], aug. 2012. Robbins, S. P., & Judge, T. A. 2013.
ISSN 2302-8890. Available at: Organizational Behavior (15th ed.).
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/jmb New Jersey: Pearson Education, Inc.
k/article/view/2203>. Date accessed:
04 oct. 2018 Roseman, E. 1981. Managing Employee
Turnover: APositive Approach. New
Kaswan. 2012. MSDM untuk Keunggulan York: AMACOM.
Bersaing Organisasi.
Saeed, Iqra., Waseem, Momina., Sikander,
Mathis, Robert L., dan John H., 2006. Sidra., Rizwan, Muhammad. 2014.
Manajemen Sumber Daya Manusia, The relationship of Turnover
PT.Salemba Emban Patria, Jakarta intention with job satisfaction, job
performance, Leader member
Mosadeghrad, A. M., Ferlie, E., & exchange, Emotional intelligence and
Rosenberg, D. (2008). A study of the organizational commitment.
relationship between job satisfaction, International Journal of Learning &
organizational commitment and Development, 2014, Vol. 4, No. 2.
turnover intention among hospital
employees. Health Services Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia
Management Research  : An Official dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Journal of the Association of Mandar Maju.
University Programs in Health
Administration / HSMC, AUPHA, Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan
21(4), 211–27. Produktivitas Kerja. Bandung:
doi:10.1258/hsmr.2007.007015 Mandar Maju.

Noe, R. A., Hollenbeck, J. R., Gerhart, B., & Syah, H. 2013. Pengaruh Kompensasi
Wright, P. M. (2014). Fundamentals Finansial Terhadap Kepuasan Kerja

366 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 355-367

@STPS 2018, All Rights Reserved

Dan Motivasi Kerja Karyawan Pada Pt


. Graha Raja Empat Harits Syah
Jurusan Manajemen , Fakultas
Ekonomi , Universitas Negeri
Surabaya Kampus Ketintang Surabaya
60231. Jurnal Ilmu Manajemen, 1,
462–471.

Toly, A. A. 2001. Analisis faktor-faktor yang


mempengaruhi. Jurnal Akuntansi &
Keuangan.

Umar, Huesin. 2011. Metode Penelitian


Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: PT.
Grafindo Persada

367 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

PENGARUH KETERSEDIAAN BENTUK FORMAT POSTING PADA SOCIAL


NETWORK SITE INSTAGRAM TERHADAP KENGININAN MEMBUAT USER-
GENERATED CONTENT

Arief Budiman1, Hanesman Alkhair2

1, 2
School of Business and Economics, Universitas Prasetiya Mulya
*riefa.man@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is wanting to find out the relationship between the form of the
message format available on the Social Network Sites like Instagram can strengthen tourist intention
to share in order to create a user-generated that share the experience of the journey. Dieng as a
tourist destination come into an interesting context to investigate since this event is always run every
year with a high number of visitors. This research uses an explanatory research design with
confirmatory factor analysis method to see the relationship amongst variables that relate to the
dependent variable of intention to share. The novelty in the research contribution in is by making
modifications of replication studies have been conducted in a tourism context.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mencari tahu hubungan antara bentuk format pesan yang
tersedia pada Social Network Sites seperti Instagram dapat memperkuat keinginan user untuk
melakukan unggahan dalam rangka membuat user-generated untuk menceritakan pengalaman
kunjungan. Dieng sebagai tujuan wisata menjadi konteks yang menarik diteliti sehubungan dengan
adanya kegiatan Festival Budaya Dieng setiap tahunnya. Peneliti menggunakan pendekatan desain
riset eksplanatori dengan metode analisis Confirmatory Factor Analysis untuk melihat besar
hubungan dari variabel-variabel yang mempengaruhi hubungan terhadap variabel dependent
intention to share. Adapun sumbangan kebaruan dalam penelitian in adalah dengan melakukan
modifikasi dari replikasi penelitian yang telah dilakuan dalam konteks pariwisata.

Keywords:user-generated content, social network sites, form of post.

Riwayat Artikel :
Diajukan: 13 Oktober 2018
Direvisi: 20 Oktober 2018
Diterima: 31 Oktober 2018

368 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

PENDAHULUAN informasi dari Kelompok Sadar Wisata


Pandawa melalui interfiew lewat telepon
Dieng Culture Festival (DCF) atau dengan saudara Alif diketahui bahwa
Festival Budaya Dieng telah menjadi daya kelompok ini telah berhasil menjual paket
tarik yang telah membawa banyak untuk akses penuh kepada seluruh obyek
wisatawan dari berbagai daerah maupun di wisata, pertunjukan festival budaya itu
manca negara untuk datang. Pada sendiri dan pertunjukan music serta
perhelatan tahun 2017 lalu, DCF telah penerbangan lampion sebanyak 3.500
berlangsung untuk gelarang acara yang ke paket. Berikut juga dengan souvenir kain
delapan kalinya, ini menunjukan batik, kaos dan topi caping. Bahkan saat
keberlangsungan sebuah acara festival yang puncak acara ruwatanpada hari Minggu
telah memiliki penggemar dari segmen jumlah pengunjung dapat mencapai
penikmat budaya yang selalu mencari 100,000 orang yang datang dari berbagai
pagelaran dengan tema pertunjukan kabupaten sekitar Wonosobo dengan
budaya. Pada acara DCF ini tersaji antara mengendarai sepeda motor. Sebuah festival
lain pertunjukan music “Jazz Diatas yang menyajikan pengalaman yang unik dan
Awan”yang diselenggarakan pada tanggal 4 lengkap telah menjadi pilihan bagi turis (M.
hingga 6 Agustus 2017 yang juga bertepatan Van Winkle et al. 2016).
dengan saat bulan purnama penuh, Berdasarkan data pada
penerbangan lampion oleh pengunjung, penyelenggaraan DCF ke-7 tahun 2016,
ditutup pada puncak acara hari minggu pengalaman pengunjung dapat ditemui
dengan pawai kirab budaya Dieng untuk pada situs jejaring sosial atau Social
mengarak anak kecil yang belum akil balik Network Sites (SNS) Instagram melalui
menuju upacara ruwatan potong rambut hashtag #DCF2016. Situs jejaring sosial
gimbal. Tradisi ruwatan ini memiliki filosifi adalah salah satu bentuk web 2.0 yang dapat
yang dalam bagi masyarakat Dieng mewadahi Consumer Generated media
mengajarkan sebagai manusia atau platform social media yang digunakan
untukmenjaga keharmonisan hubungan oleh turis untuk memberitahukan
manusia dengan Tuhan,hubungan manusia keberadaan mereka saat berpergian (Ayeh
dengansesama manusia, dan hubungan 2015). Bentuk lain dari web 2.0 antara lain
manusia dengan alam sekitar(Harmawati, adalah Virtual Communities (sepertilonely
Abdulkarim, and Rahmat 2016). Masih planet), Media Sharing Tools
menurut Harmawati, Abdulkarim, and (missalYouTube), Blogs (contohBlogger),
Rahmat 2016 masyarakat Dieng yakin jika Microblog (sepertiTwitter) danReview Sites
sang anak sudah diruwat dan dipotong (sepertiTripAdvisor) (Ukpabi 2016).
rambutnya, sang anak telah terbebas dari Sebagai turis menurut M. Van Winkle et al.
sukerta (malapetaka) yang dititipkan oleh 2016, melakukan aktifitas selama perjalanan
Mbah Kolodete. Ketenangan hati dapat mereka seperti mengirimkan pesan kepada
dirasakan para orang tua yang sudah teman mereka, membagikan pengalaman
meruwat dan memotong rambut sang anak saat perjalalan, memberitahukan turis lain,
yang gimbal. mengabarkan teman mereka tentang acara
Beragam makanan tradisional khas secara detil, selain pastinya membagikan
Dieng seperti mie ongklo, manisan carica foto menggunakan telpon selular mereka.
dantempe kemuldapat menjadi sajian yang Menurut Kang and Schuett 2013 turis
dapat dinikmati oleh para turis. Grafik membagikan pengalaman mereka melalui
pengunjung DCF yangterus meningkat cerita, pendapat dan juga kekecewaan
setiap tahunnya(Retno Dyah Kusumastuti berupa keluh kesah, dalam bentuk beragam
and Anjang Priliantini 2017),berdasarkan berupa text, foto dan, audiovisual.

369 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

Instagram telah menarik perhatian para memiliki pengakuan atas pengalaman


pengguna situs jejaring sosial terutama perjalanan mereka saat itu. Pada penelitian
dikalangan wisatawan muda untuk terdahulu oleh Ukpabi 2016; Ukpabi and
mengunggah foto-foto mereka (Fatanti and Karjaluoto 2018 menemukan bahwa
Suyadnya 2015 )terutama saat ajang festival keinginan untuk menggunakan SNS dalam
budaya seperti DCF 2017 yang konteks kegiatan pariwisata dan jalan-jalan
memungkinkan wisatawan untuk membuat didorong oleh kemudahan dalam
sebuah kreasi user-generated content, istilah penggunaan SNS dan adanya anggapan
user-generated content yang dimaksud posting dapat memberikan manfaat bagi
adalah merujuk pada penyebaran wisatawan lain. Lebih lanjut, dalam
pengalaman wisata yang di unggah oleh penelitian oleh Kang and Schuett 2013
wisatawan (Kang and Schuett 2013). Sebagai mendapati bahwa anggapan kesenangan
salah satu SNS, Instagram dapat karena menggunakan SNS juga memiliki
menampilkan gambar, video dan juga cerita hubungan yang signifikan dengan keinginan
melalui caption (Hunt, Lin, and Atkin berbagi pengalaman perjalanan di SNS.
2014)kepada teman-teman dala jejaring Instagram memiliki fasilitas tidak hanya
social mereka. dalam bentuk membagikan secara visual
Berdasarkan fenomena kegiatan dalam bentuk foto tetapi juga
membagikan pengalaman berkunjung memungkinkan pertukaran pesan diantara
melalui media social Instagram saat teman anggota jaringan sosial mereka
berkunjung ini membawa kepada ataupun pengikut mereka, dan juga dapat di
pertanyann riset bahwa elemen apa sajakan angga sebagai sebuah blog pribadi (Lo et al.
yang dapat mempengaruhi seorang turis 2011). Turis biasanya mengungah foto
berkeingnan membuat user-generated terkait perjalanan sebagai bukti bahwa
content terkait penggunaan salah satu jenis mereka telah mengunjungi sebuah tempat
SNS yaitu Instagram dan apakah bentuk wisata (Kang and Schuett 2013) dan
pesan yang tersedia pada situs SNS selanjutnya jika turis ini menulis sebuah
mempengaruhi keinginan mereka untuk ulasan berupa rekomendasi tentang sebuah
membuat user-generated content. daerah tujuan wisata yang telah mereka
kunjungi seperti pada DCF ini maka ulasan
tersebut memiliki nilai kepercayaan tinggi
TINJAUAN PUSTAKA sebagai bagian dari bukti bahwa wisatawan
tersebut memang telah berkunjung.
Wisatawan membuat unggahan melalui Wisatawan menyampaikan kepuasan
Instagram memiliki beberapa motivasi maupun kekecewaan mereka lewat sebuah
seperti untuk menyimpan kenangan saat konten dan membagikannya. Konten yang
berpergian dan membagikannya secara dimaksud adalah khusus berpusat pada
online (Ukpabi and Karjaluoto 2018) terkait interaksi antara pengunjung atau antar
pengalaman kunjungan di sebuah daerah pengunjung terhadap tujuan wisata (Oliveira
wisata.Dalam hal motivasi membagikan and Panyik 2015). Penggunaan tagar oleh
post, Munar and Jacobsen 2014 juga wisatawan juga merupakan kreasi dari
mengidentifikasi bahwa wisatawan didorong pengunjung dalam mengungkapkan
oleh motivasi yang berasal dari dalam diri pengalaman kunjungan mereka. Tagar atau
mereka sendiri, seperti keinginan untuk hashtag adalah keywords atau kata kunci
berkontribusi yang dapat berguna buat atau berupa topik yang diawali oleh tanda
mereka pada masa mendatang, ataupun baca # (Oliveira and Panyik 2015) tanpa
motivasi karena keinginan mengungkapkan spasi diantaranya. Dalam hal pemilihan
perasaan mereka, dan juga agar lebih penggunaan tagar ini, wisatawan

370 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

dipengaruhi oleh konten yang akan analisis SEM. Variabel yang akan
dibagikan. Hal ini digunakan dengan tujuan dinyatakan dapam penelitian ini adalah
agar posting mereka dapat menjangkau berupa variabel variabel independen,
diluar jaringan mereka dengan dependen dan juga variabel moderasi
menggunakan tagar atau hashtag, contohnya seperti digambarkan dalam gambar 1.
#DCF2017
Pada penelitian terdahulu yang Gambar 1. Model hipisesa confirmatory
dilakukan oleh Munar and Jacobsen factor
2014yang memiliki beberapa tujuan untuk
mempelajari pengaruh keinginan wisatawan
untuk membagikan sebuah user-generated
contentpada situs jejaring sosial
berupadimana dan kapan saja wisatawan
membagikan gambar, dan ingin mengetahui
juga tipe media yang digunakan saat
memposting pengalaman mereka. Para turis
biasanya membagikan foto sebagai bagian
dari konten visual pada SNS adalah secara
langsung pada saat mereka sedang berada di
daerah tujuan wisata tersebut. Selain foto
wisatawan juga membagikan dalam bentuk Variabel independent terdiri dari
video pendek yang juga diunggah di variabel Trust, Ease of use. Sedangkan
Instagram. Hal ini menggantikan kebiasaan variabel Enjoyment dan form of stories
umum untuk membagikan kesan menjadi variabel interverning yang akan
pengalaman selama perjalanan wisata memperkuat atau memperlemah
berupa cerita dalam bentuk teks pada pengukuran terhadap hasil keinginan
bentuk SNS lain seperti Twitter. Dalam membagikan posting di SNS sebagai
penelitian ini juga disebutkan bentuk lain variabel dependen. Model ini merupakan
dari format yang digunakan yaitu antara lain replikasi yang dimodifikasi dari penelitian
mengirimkan surel terkait perjalanan sebelumnya dimana model awal yang terdiri
mereka, mengirimkan kartu pos dari dari hipotesa H1, H3, H4, H6, H7, dan H8
tempat wisata tersebut, menulis ulasan pada merupakan replikasi dari penelitian
SNS seperti Trip Advisor, membuat catatan terdahuluSukhu, Zhang, and Bilgihan 2015.
perjalanan berupa diary di dinding Sedangkan hipotesa H5 berasal dari
Facebook, membuat tweet di Tweeter, atau penelitian Munar and Jacobsen 2014 dan
bahkan membuat halaman blog pada web hipotesa H2 merupakan replikasi dari
seperti Blogger untuk dapat dilihat oleh penelitian Hunt, Lin, and Atkin 2014.
semua orang. Metode pengumpulan data
menggunakan survei form of quantitative
research design to take a documentation of
tourist posting characteristic that represent
METODE their behavior, a form of post that usually
used, and experience using SNS to a
Desain penelitian ini adalah bersifat
particular group of people that currently
konfirmatory analisis untuk menjawab experiencing the festival and doing post in
masalah yang ditanyakan pada dua Instagram.
pertanyaan riset dalam bentuk uji hubungan
yang bersifat sebab akibat menggunakan alat

371 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

Study sites, Population prakteknya peneliti menggunakan data


and Sample survey valid sebanyak 180.
Data dikumpulkan terhadap populasi
keseluruh pengunjung DCF 2017 ke-8 pada Instruments
saat berlangsungnya festival selama tiga hari.
Untuk kepentingan kecukupan data peneliti Sebelum melaksanakan riset
menggunakan jumlah minimum sample sesungguhnya, instrument penelitian juga
sebanyank 10 kali jumlah indicator dilakukan pre-test pada 30 pengunjung awal
(Weston and Gore 2006) sebanyak 15 buah yang tiba lebih awal dengan hasil seperti
yaitu 150 responden, namun dalam terdapat pada table 1.

Table: 1Instruments of survey, validation and reliability


Stand Cronb
Ccom
ardize ach's
posite
Construct Variables Authors d AVE Alpha
Reliab
Loadi (N=30
ility
ngs )
Enjoyment For me, using this social Anupa 0,860 0.822 0,612 0,788
networking site is fun. ma
I enjoy using social Sukhu, 0,859
networking site. Tingting
Using social networking (Christi 0,600
sites exites me. na)
Trust I believe this social Zhang 0,770 0.729 0,475 0,566
networking site is honest & Anil
to its users. Bilgihan
I believe this social (2015) 0,665
networking site would
keep its commitments.
I believe this social 0,624
networking site is
genuine.
Ease of use My interaction with this 0,737 0.769 0,526 0,882
social networking site is
clear and understandable.
It is easy for me to 0,723
become skillful at using
this social networking
site.
I find this social 0,716
networking site easy to
use.
Intention I will share my travel 0,829 0.853 0,660 0,809
to Share experiences with my
network more frequently
in the future.

372 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

I will always share my 0,840


pictures, comments, and
reviews with my network
in the future.
I will always share my 0,766
experience from travel
activities with my network
in the future.
I archive the experience 0,905
in series of photo or
comment or review as my
archetypal experience on
this social network site.
I re-telling the experience 0,748
in a different story as my
archetypal experience on
this social networking
site.
Form of I will share on this social Munar, 0,746 0.750 0,503 0,767
stories network site in a form of A. M.,
story in regards of &
impression, belief or an Jacobse
attitude describes my n, J. K.
experience at this S.
destination. (2014),
I will share on this social Burman 0,777
network site in a form of n, C.
photo describes my (2010).
experience at this
destination.
I will share on this social 0,591
network site in a form of
audio-visual describes my
experience at this
destination.
tersebut dapat dinyatakan reliabel, kecuali
Dari hasil tabel 1. menunjukan bahwa untuk variabel trust.
seluruh instrument memikiki angka
composite reliability yang signifikan dan
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai Data Analysis
alat ukur masing-masing variabel. Demikian
pula dengan angka standerdize loading Structure Equation model (SEM)
masing-masing instrument telah berada digunakan sebagia alat analisis untuk
diatas dari batas minimum 0,5 dan menguji hubungan antar hipotesis terhadap
dinyatakan valid untuk digunakan sebagai variabel laten yang diteliti (Weston and
alat ukur. Angka Cronbach Alpha Gore 2006). SEM digunakan untuk
digunakan untuk mengukur reliabilitas memetakan jalur yang hubungan structural
seluruh valriabel, manakala jika ingin yang paling kuat agar dapat udah dipahami
dilaukan penelitian ulang, jika angka dari seluruh variabel yang diamati seraca
tersebut lebih dari 0,6 maka variabel bersamaan.

373 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

HASIL DAN PEMBAHASAN juga memberikan hasil yang menunjukkan


model lolos.
Hasil merupakan evaluasi dari model Sedangkan pada pengukuran nilai
pengukuran seperti pada gambar 1. signifikansi jalur dari masing masing
Berdasarkan standar yang diguakan untuk hipotesa menunjukan hasil yang beragam
mengukur sebuah model SEM dapat seperti terlihat pada table 2. Indikator nilai
digunakan atau tidak maka digunakan signifikansi yang digunakan adalah p-
pengukuran model of fit yang terdiri antara value<= 0,05. Dengan menggunakan alat
lain adalah GFI yang mengukur seberapa pengukuran tersebut maka dapat
bagus model cocok terhadap data yang ada disimpulkan bahwa hipotesa H3, H6 dan
dengan nilai indeks >=0,9, kemudian H7 tidak signifikan dan dapat digunakan
AGFI>= 0,8, RMR< 0,05, RMSEA< 0,08 untuk mengukur kuatnya keinginan turis
dan CFI>= 0,9. Dari seluruh indicator fit dalam melakukan posting pada SNS
model yang dibutuhkan menunjukan mereka. Adapun hipotesa lainnya yaitu H1,
indicator yang telah dilampaui oleh model H2, H4, H5, dan H8 memiliki nilai
yang diuji, kecuali pada indicator AGFI signifikansi diatas dari ambang batas
yang masih sedikit dibawah standar. Untuk signifikansi dan dapat digunakan untuk
angka chi-square/dfyang diharapkan adalah interpretasi hasil lebih lanjut.
< = 2.0, dari hasil penelitian yang diperoleh

Figure 7. Structural CFA result

374 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

Table: 2. Standardized path coefficient and p-value for the structural model.
Standardize
Hypo
Path Authors path p-val Test result
thesis
coeficient
Sukhu, Tingting
(Christina)
H1 easy <- trust 0.62 *** Supported
Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
Hunt, D. S.,
form_in_SN Lin, C. A., &
H2 <- easy 0.64 *** Supported
S Atkin, D. J.
(2014).
Sukhu, Tingting
(Christina)
H4 enjoy <- easy 0.64 *** Supported
Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
Sukhu, Tingting
(Christina) Not
H7 enjoy <- trust 0.13 0.222
Zhang & Anil supported
Bilgihan (2015)
Sukhu, Tingting
Intention to (Christina)
H8 <- Enjoy 0.35 0.001 Supported
share Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
Munar, A. M., &
Jacobsen, J. K.
Intention to form_in_S
H5 <- S. (2014), 0.53 0.000 Supported
share NS
Burmann, C.
(2010).
Sukhu, Tingting
Intention to (Christina)
H3 <- Easy 0.01 0.970 Not supported
share Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
Sukhu, Tingting
Intention to (Christina)
H6 <- Trust 0.07 0.474 Not supported
share Zhang & Anil
Bilgihan (2015)

berbeda, dimana hanya hipotesis H1, H4,


PEMBAHASAN dan H8 yang dapat diterima, sedangkan
hipotesis H3, H6, dan H7 tidak dapat
Hasil dari penelitian dengang diterima.
menggunakan sampel dari turis pengunjung Berdasarkan penelitian dari Oliveira
DCF 2017 yang menggunakan media social and Panyik 2015 menunjukan hasil bahwa
Instagram memberikan hasil yang berbeda konteks dimana turis berada akan
dari penelitian sebelumnya yaitu pada memberikan pengaruh pada konten yang
peelitian Sukhu, Zhang, and Bilgihan 2015, akan di unggah sesuai dengan apa yang
dimana seluruh hipotesa H7, H4, H6 dan dirasakan. Dalam hal ini responden dalam
H8 diterima atau lolas dari uji signifikansi, penelitian ini memberikan respons yang
kecuali untuk hipotesis H3 yang tidak langsung sesuai saat pengambilan data
disupport oleh signifikansi yang cukup. survey dilakukan sesuai dengan pengalaman
Sedangkan dalam penelitian replikasi yang mereka saat menggunakan SNS di lokasi
dimodifikasi ini menghasilkan temuan yang festival, dibandingkan dengan penelitian

375 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

yang dilakukan oleh Sukhu, Zhang, and menguatkan keinginan turis untuk
Bilgihan 2015 yang tidak real-time dengan melakukan unggahan. Untuk pertanyaan
mengirimkan link kuisioner melalui surel. riset kedua, apakah bentuk pesan yang
Untuk memberikan kebaruan dari tersedia pada situs SNS mempengaruhi
penelitian ini juga dimasukan variabel keinginan mereka untuk membuat user-
interferning yaitu bentuk pesan yang generated content, pada penelitian ini telah
terdapat pada SNS dapat mempengaruhi berhasil menemukan bahwa bentuk pesan
keinginan untuk membagikan pengalaman seperti foto, ataupun cerita berupa caption
saat berkunjung yang diwakili oleh hipotesa dan audio visual pada Instagram dapat
H2 dan H5, hasil ini sejalan dengan memperkuat keinginan turis untuk dapat
penelitian yang dilakukan terdahulu oleh membagikan pengalaman perjalanan
Hunt, Lin, and Atkin 2014; Munar and mereka di Instagram.
Jacobsen 2014.
Melalui analisis jalur yang ada terlihat
bahwa variabel ease of use dan trust tidak UCAPAN TERIMA KASIH
memiliki dukungan koefisien yang cukup
besar dan signifikan untuk mendorong turis Penelitian ini menggunakan dana dari
melakukan post sesuai pengalaman mereka peerintah Republik Indonesia dari skema
menggunakan SNS. Berdasarkan jalur Peneliti Dosen Pemula (PDP) DIKTI pada
penelitian terdahulu yang direplikasi maka tahun 2018.
keinginan untuk melakukan sharing pda
SNS perlu melalui tahapan trust -> ease of
use -> enjoyment -> intention to share. DAFTAR PUSTAKA
Dalam fungsinya sebagai variabel
interferning, enjoyment dan bentuk format Ayeh, Julian K. 2015. “Travellers’
pesan sama-sama memberikan penguatan
hubungan terhadap keinginan turis untuk Acceptance of Consumer-Generated
melakukan posting. Perbedaannya ada pada Media: An Integrated Model of
nilai koefisien variabel bentuk format pesat
yang lebih besar yaitu 0,53 dibandingkan Technology Acceptance and Source
dengan variabel enjoyment sebesar 0,35. Credibility Theories.” Computers in
Human Behavior 48. Elsevier Ltd:
KESIMPULAN
173–80.
Untuk menjawab pertanyaan riset di https://doi.org/10.1016/j.chb.2014.12.
awal yaitu pertama elemen apa sajakan yang
dapat mempengaruhi seorang turis 049.
berkeingnan membuat user-generated
content terkait penggunaan salah satu jenis
SNS yaitu Instagramadalah trust, ease of Fatanti, Megasari Noer, and I. Wayan
use, enjoyment dan bentuk format pesan. Suyadnya. 2015. “Beyond User Gaze:
Namun untuk karena nilai koefisien jalur
yang mengukur kekuatan hubungan How Instagram Creates Tourism
langsung kepada variabel dependent Destination Brand?” Procedia -
intention to share tidak ada nilai koefisien
jalur yang lebih kuat dari variabel bentuk Social and Behavioral Sciences 211
format pesan. Hal ini memberikan bukti (September). Elsevier B.V.: 1089–95.
bahwa variabel bentuk format pesan
memliki fungsi interferning yang

376 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015. https://doi.org/10.1016/j.tourman.201
11.145. 0.06.001.

Harmawati, Yuni, Aim Abdulkarim, and M. Van Winkle, Christine, Amanda Cairns,
Dan Rahmat. 2016. “Nilai Budaya Kelly J. MacKay, and Elizabeth A.
Tradisi Dieng Culture Festival Halpenny. 2016. “Mobile Device Use
Sebagai Kearifan Lokal Untuk at Festivals: Opportunities for Value
Membangun Karakter Bangsa.” Creation.” International Journal of
Jurnal of Urban Society’S Art 3 (2): Event and Festival Management 7 (3):
82–95. 201–18.
https://doi.org/10.1108/IJEFM-04-
Hunt, Daniel S., Carolyn A. Lin, and David 2016-0025.
J. Atkin. 2014. “Photo-Messaging:
Adopter Attributes, Technology Munar, Ana María, and Jens Kr Steen
Factors and Use Motives.” Jacobsen. 2014. “Motivations for
Computers in Human Behavior 40. Sharing Tourism Experiences
Elsevier Ltd: 171–79. through Social Media.” Tourism
https://doi.org/10.1016/j.chb.2014.07. Management 43. Elsevier Ltd: 46–54.
030. https://doi.org/10.1016/j.tourman.201
4.01.012.
Kang, Myunghwa, and Michael A. Schuett.
2013. “Determinants of Sharing Oliveira, Eduardo, and Emese Panyik.
Travel Experiences in Social Media.” 2015. “Content, Context and Co-
Journal of Travel and Tourism Creation: Digital Challenges in
Marketing 30 (1–2): 93–107. Destination Branding with References
https://doi.org/10.1080/10548408.201 to Portugal as a Tourist Destination.”
3.751237. Journal of Vacation Marketing 21 (1):
53–74.
Lo, Iris Sheungting, Bob McKercher, Ada https://doi.org/10.1177/13567667145
Lo, Catherine Cheung, and Rob Law. 44235.
2011. “Tourism and Online
Photography.” Tourism Management Retno Dyah Kusumastuti, and Anjang
32 (4). Elsevier Ltd: 725–31. Priliantini. 2017. “Dieng Culture

377 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 368-378
@STPS 2018, All Rights Reserved

Festival: Media Komunikasi Budaya https://doi.org/10.1016/j.tmp.2018.03


Mendongkrak Pariwisata Daerah.” .006.
JURNAL STUDI KOMUNIKASI 1
(July): 163–85. Ukpabi, Dandison C. 2016. “The
https://doi.org/10.25139/jsk.v1i2.182. Antecedents of Consumer-Generated
Media Adoption for Travel
Sukhu, Anupama, Tingting (Christina) Planning  : A Literature Review.”
Zhang, and Anil Bilgihan. 2015. Proceedings of the 29th Bled
“Factors Influencing Information- EConference Digital Economy, no.
Sharing Behaviors in Social June: 199–210.
Networking Sites.” Services https://domino.fov.uni-
Marketing Quarterly 36 (4): 317–34. mb.si/proceedings.nsf/Proceedings/A
https://doi.org/10.1080/15332969.201 343BB941B5EC319C125800D003F
5.1076697. BEAA/$File/2_Ukpabi.pdf.

Ukpabi, Dandison C., and Heikki Weston, Rebecca, and Paul A. Gore. 2006.
Karjaluoto. 2018. “What Drives “A Brief Guide to Structural
Travelers’ Adoption of User- Equation Modeling.” The Counseling
Generated Content? A Literature Psychologist 34 (5): 719–51.
Review.” Tourism Management https://doi.org/10.1177/00110000062
Perspectives, no. September 2017. 86345.
Elsevier: 0–1.

378 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

PEMETAAN PERJALANAN PENGUNJUNG PADA DIENG CULTURE


FESTIVAL DENGAN MENGGUNAKAN MOBILE ETHNOGRAPHY

Sonny Agustiawan1, Dini Anggraeni Sirad2, Yudho Hartono3.

123
Universitas Prasetiya Mulya
* sonny.agustiawan@pmbs.ac.id

ABSTRACT

Visitor’s experience has become more and more important to be analyzed not only to see the
success of festival’s organizer in fulfilling visitor’s expectation but also in improve the event quality
in the future. The research aims to create visitor’s journey visualization through touchpoints and
identify findings to describe visitor’s expectation. The research used a software which is able to map
visitor’s journey. Using mobile ethnography, The visitors were asked to download an application
called the experience fellow into their smartphone to describe their journey visiting Dieng Culture
Festival. The visitors were not directed in deciding their touchpoints resulting touchpoints variety
depending on the customer’s experience. Dieng Culture Festival was chosen considering the rise of
cultural festival in Indonesia as an attraction for Indonesian tourism. The research has succeed in
describing the the visitor’s experience that could be used as insight to improve festival in general
especially for Dieng Culture Festival organization

ABSTRAK

Pengalaman pengunjung pada festival semakin lama menjadi semakin penting untuk ditelititidak
hanya untuk melihat keberhasilan penyelenggaraan festival dalam memenuhi ekspektasi
pengunjung tetapi juga akan berdampak kepada peningkatan kualitas event tersebut di masa yang
akan datang.Penelitian ini sendiri memiliki tujuan untuk membuat visualisasi perjalanan
pengunjung melalui touchpoints dengan melakukan identifikasi temuan pada touchpoints dan
mendeskripsikan perjalanan pengunjung.Penelitian ini dibantu dengan penggunaan software yang
dapat memetakan perjalanan pengunjung dalam sebuah festival. Metode pengumpulan data ini
disebut juga dengan mobile ethnography, dimana penelitian ini meminta pengunjung menggunakan
aplikasi experience fellow untuk menggambarkan pengalaman mereka selama menghadiri Dieng
Culture Festival. Pengunjung tidak diarahkan dalam pemilihan touchpoints sehingga touchpoints
pada masing-masing pengunjung berbeda sesuai dengan pengalaman yang dirasakan. Dieng Culture
Festival dipilih dengan mempertimbangankan semakin meningkatnya festival budaya di Indonesia
sebagai atraksi yang menjadi kekuatan pariwisata Indonesia. Penelitian ini berhasil menggambarkan
pengalaman pengunjung yang dapat dijadikan masukan bagi penyelanggara festival secara umum
dan penyelenggara Dieng Culture Festival secara khusus.

Keywords: Perjalanan pengunjung ;Festival; Mobile ethnography; Festival budaya Dieng ;


Pengalaman Pengunjung (Visitor’s journey : Festival; Mobile ethnography; Dieng culture festival;
Visitor’s experience)

379 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

Riwayat Artikel :
Diajukan: 13 Oktober 2018
Direvisi: 20 Oktober 2018
Diterima: 31 Oktober 2018
pengalaman menarik kepada
pengunjungnya yang berbeda-beda.
Pengalaman positif ataupun negatif
PENDAHULUAN merupakan sebuah bentuk penilaian
terhadap pengalaman yang dirasakan oleh
Berdasarkan aktivitas yang dilakukan pengunjung ketika mengunjugi sebuah
oleh para wisatawan selama 2010 – 2015, festival. Pengalaman positif dan sangat
ada beberapa sektor pariwisata yang paling berkesan terhadap festival tersebut tentunya
banyak dituju oleh para wisatawan yaitu adalah harapan semua penyelenggara
sektor Atraksi dan sektor Seni Budaya dan festival, namun tidak sedikit pula
Peninggalan Bersejarah. Kedua sektor pengunjung yang mendapatkan pengalaman
tersebut dapat disentuh oleh negatif. Sebagai contoh, salah satu
penyelenggaraan sebuah festival. Itulah pengalaman negtif tersebut dapat ditelusuri
sebabnya terjadi peningkatan jumlah festival pada Artikel Pikiran Rakyat tanggal 20 Juli
baru belakangan ini yang diciptakan dengan 2016mengonfirmasi beberapa pengalaman
memadukan unsur seni budaya dan negatif yang dirasakan oleh pengunjung
peninggalan bersejarah yang kemudian seperti “pengaturan lalu lintas sangat buruk
dipromosikan sebagai salah satu atraksi hingga terjadi kemacetan parah dan
untuk menarik wisatawan baik lokal beberapa hal lainnya”.
maupun internasional (Duran et all, 2014) Tujuan penelitan yang dilakukan
Salah satu festival yang menjadi tujuan adalah untuk mengidentifikasikan dan
wisata unggulan Indonesia adalah Dieng mendeskripsikan touchpoints para
Culture Festival (DCF). Dikatakan sebagai pengunjung DCF 2017,serta
unggulan, menurut Alif Fauzi ketua DCF memvisualisasikan peta perjalanan para
VII, DCF 2016 ini berhasil mendatangkan partisipan selama mengikuti acara DCF
sekitar 90 ribu wisatawan baik dari dalam 2017.
maupun dari luar negeri yang datang dan
memenuhi venue yang dinamai Negeri di
Atas Awan.DCF sendiri merupakan
pergelaran pesta rakyat tahunan yang TINJAUAN PUSTAKA
diadakan satu tahun sekali, dimana pada
acara ini terdapat kegiatan inti yang Pine dan Gilmoure (1998) dalam
merupakan tradisi warisan leluhur tulisannya mengenai experience economy
masyarakat Dataran Tinggi Dieng yang menjelaskan bahwa saat ini konsumen lebih
telah menjadi budaya yaitu pemotongan mencari pengalaman dibandingkan hanya
rambut anak gimbal atau masyarakat sekedar mencari produk dan layanan saja.
menyebutnya dengan kegiatan meruwat Dengan penekanan yang lebih besar pada
rambut gimbal anak Dieng. Sebagai salah konsumen atau visitor, Lane (2007) melihat
satu atraksi yang dinantikan oleh banyak bahwa bidang pariwisata belum
pengunjung, festival seperti DCF juga menjadikannya prioritas dan masih
mampu menghadirkan wahana wisata alam terkesan lambat di dalam menempatkan
disekitar tempat pelaksanaan festival dan mantra “customer first” sebagai
juga wisata kuliner. pedomansehingga industri pariwisata perlu
Banyaknya acara yang diselenggarakan memahami derajat emosi yang dilalui oleh
oleh DCF memberikan banyak

380 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

konsumen melalui sebuah perjalanan dapat gambaran mengenai highlight dari kondisi
memenuhi kebutuhan mereka. mengenai pain-points antara konsumen
Perjalanan Konsumen dengan kita. Peta ini berguna untuk
Gambaran untuk memahami mendorong perbaikan yang bersifat
bagaimana suatu layanan yang berhubungan incremental dalam membangun
dengan pengalaman konsumen disebut juga pengalaman konsumen.
sebagai peta perjalanan konsumen dimana
pengalaman konsumen dalam menikmati
sebuah atraksi harus dapat dikelola dengan 2. Day-in the life
baik oleh penyelenggara sebuah atraksi
dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, Penggunaan peta perjalanan konsumen
menyimpan dan menggunakan kembali yang lebih menekankan aktivitas
data yang relevan dari pengalaman keseharian, baik konsumen ini terlibat
pelanggan. Peta ini secara visual dengan perusahaan ataupun tidak. Hal in
menggambarkan touchpoint di mana idikarenakan peta ini lebih difokuskan pada
interaksi konsumen dengan penyedia pain point yang terdapat dalam kehidupan
layanan dapat dijelaskan ke dalam sebuah konsumen. Peta ini menjadi berguna di
perjalanan atau “journey”.Dalam bukunya, dalam mendorong terjadinya inovasi.
Solis (2015) menyebutkan bahwa pemetaan
perjalanan konsumen dapat dijelaskan
melalui hal-hal seperti di bawah ini: 3. Future State
1. Peta Perjalanan Konsumen ini
adalah sebuah langkah untuk Peta ini mengilustrasikan mengenai
apa yang konsumen ingin lakukan, pikirkan
memahami perjalanan konsumen
dan rasakan ketika ia berinteraksi dengan
melalui “touchpoint” baik bersifat
perusahaan pada titik tertentu di masa yang
fisik maupun digital.
akan datang. Hal ini menjadi berguna
2. Peta ini juga merupakan sebuah
untuk mengkomunikasikan mengenai visi,
langkah riset yang berguna di dalam
produk atau layanan yang baru dan juga
membuat sebuah chart perjalanan
pengalaman yang dapat berjalan dengan
konsumen berbasiskan digital dan
baik.
tren dalam perilaku konsumen ke
depannya.
Dalam pembuatan perjalanan
4. System
konsumen ini, diagram yang detail akan
dapat menghasilkan beberapa multi titik Biasa dikenal juga dengan service
yang tentunya turut ikut dalam proses blueprint. Biasa dilakukan dan dapat
penciptaaan moment of truth. Bodine membantu mengidentifikasi akar
(2014) membagi empat hal yang terkait permasalahan dari kondisi pain point yang
dengan pemetaan perjalanan konsumen, dirasakan konsumen pada saat ini. Apabila
yaitu: digunakan untuk keperluan masa yang akan
datang tentunya dapat membantu
menciptakan sebuah sistem yang dapat
1. Existing state digunakan untuk mendukung pengalaman
yang ingin diciptakan.
Dalam peta ini mengilustrasikan
mengenai apa yang dipikirkan, dilakukan
dan dirasakan oleh konsumen selama
mereka berinteraksi dengan bisnis yang
sekarang berjalan. Peta ini berisikan

381 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

5. Mobile Ethnography bahwa berbeda dengan penelitian dan


pengambilan data yang bersifat kuantitatif,
Ethnography berasal dari bidang penelitian dengan menggunakan mobile
antroplogi dan menyediakan berbagai ethnography tidak mendesain pertanyaan
metode seperti studi buku harian, protokol dan kategori di awal persiapan penelitian
observasi, rekaman video, observasi foto, tetapi menyerahkan kepada konsumen
petunjuk budaya dan cerita langsung. untukmenentukan touchpoint selama
Mobile ethnography sendiri merupakan perjalanan mereka di dalam berinteraksi
proses dimana peneliti mengumpulkan dengan penyedia layanan dalam hal ini
informasi menggunakan teknologi adalah event atau festival itu sendiri
ethnographi, sedangkan enthnograper (Stickdorn and Zehrer, 2010; Stickdorn
klasik melakukan perjalanan ke lokasi and Schneider, 2010; Stickdorn and
untuk berpartisipasi pada kehidupan sehari- Zehrer, 2009). Sebuah touchpoint adalah
hari masyarakat yang dituju. interaksi apapun yang membuat pelanggan
Penggunaan mobile ethnography dapat merasakan product, merk, bisnis atau
merupakan proses dimana di dalam jasa (Patterson, 2009).
melakukan pengumpulan data peneliti
dibantu dengan teknologi yang langsung
digunakan oleh informan (Frischhut et al.,
2012; Stickdorn and Zehrer, 2010). METODE
Kekuatan dari mobile ethnography ini
adalah kemampuannya untuk melakukan Pada penelitian ini, peneliti memilih
aktivitas secara online dan real time menggunakan software berbasis aplikasi
sehingga dengan kelebihannya inilah maka mobile yang bernama“experience fellow”
mobile ethnography dianggap sangat yang merupakan salah satu dari sebuah
berpihak kepada konsumen. (Frischhut et aplikasi mobile ethnography. Partisipan
al., 2012; Stickdorn and Schneider, 2010; riset ini menggunakan mengunduh aplikasi
Stickdorn and Zehrer, 2009) mengatakan tersebut kedalam ponsel mereka. Alur
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Alur Metode Penelitian

382 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

HASIL DAN PEMBAHASAN partisipan mereka juga diminta untuk


memberikan tanggapan terhadap
Dalam penelitian yang dilakukan pada touchpoints melalui aplikasi Experince
DCF 2017 pada tanggal tanggal 4 Agustus Fellow yang telah diunduh pada ponsel
2017 hingga 6 Agustus 2017, peneliti masing-masing. Dalam aplikasi Experience
mendapatkan 37 partisipan yang dipilih Fellow partisipan dapat menentukan
secara acak di lokasi penelitian, seluruh touchpoints yang menarik perhatian
partisipan merupakan peserta atau partisipan, selain itu partisipan juga dapat
wisatawan yang mengunjungi acara DCF menyimpan pengalamannya secara visual
2017. Sebelum melakukan kegiatan melalui fitur foto dan atau video, kemudian
pengumpulan data, seluruh partisipan di partisipan dapat juga mengungkap
berikan penjelasan mengenai cara pendapat atau komentarnya dalam bentuk
mengumpulkan data dengan menggunakan narasi. Namun hal yang penting untuk
aplikasi Experince Fellow yang digunakan dilakukan oleh partisipan adalah
sebagai alat bantu untuk merekam memberikan tanggapan atau respon
touchpoints, pengalaman atau momen yang terhadap touchpoints yang menarik bagi
dialami partisipan selama mengikuti acara para partisipan. Dalam upaya memberikan
DCF 2017. ketegasan dalam tanggapan atau respon
Dalam proses penelitian, para terhadap touchpoints, partisipan dapat
partisipan dapat mengikuti dan menikmati memberikan respon positif, sangat positif,
acara seperti biasa pada umumnya netral, negatif, ataupun sangat negatif.
wisatawan lainnya, namun sebagai

Gambar 4.1 Data Responden DCF 2017

Dari gambar 4.1 diatas dapat diketahui pengalamannya dengan menggunakan


bahwa penelitian yang dilakukan selama 3 aplikasi Experince Fellow. Dalam 77
hari dari tanggal 4 Agustus 2017 hingga 6 touchpoints dapat diketahui hal apa saja
Agustus 2017 menghasilkan data sebanyak yang menjadi perhatian para partisipan,
77 touchpoints dari 37 partisipan yang barikut adalah touchpoints yang berhasil
terdaftar dalam penelitian ini, namun hanya dikumpulkan dengan menggunakan
sebanyak 15 partisipan yang membagikan aplikasi Experience Fellow yaitu:

383 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

22. Rangkaian kegiatan prosesi potong


1. Loket tiket rambut gimbal (permintaan anak-
2. Ticket inclusion (goodie bag) anak gembel)
3. Tiket masuk elektronik 23. Interaksi dengan orang tua dari
4. Akses jalan menuju lokasi acara anak yang rambutnya akan dipotong
5. Pintu masuk lokasi acara (petunjuk 24. Pembatas jalan
arah) 25. Acara yang dihadiri oleh Gubernur
6. Pintu masuk area utama candi Jawa Tengah (tamu undangan)
arjuna 26. Ketertiban pengunjung
7. Welcoming cake 27. Prasasti Purna Pugar Candi Arjuna
8. Lokasi acara 28. Tempat parkir
9. Suasana lokasi (Atmosfer) 29. Stand makanan
10. Pertunjukan Jazz di atas awan 30. Kinerja panitia
11. Pertunjukkan kembang api 31. Lokasi camping ground
12. Pertunjukan kirab budaya 32. Antrian masuk ke acara
13. Pertunjukan kesenian daerah 33. Kebersihan
14. Aktifitas mengecat caping 34. Kualitas udara di lokasi acara
15. Pertunjukan musik akustik 35. Mie Ongklok
16. Kerumunan pengunjung 36. Branding Event
17. Kegiatan prosesi potong rambut 37. Tempat penginapan (Fasilitas air
gimbal panas)
18. Toko Merchandise 38. Monitor / Layar untuk melihat
19. Kegiatan penerbangan lampion acara dari kejauhan
20. Lokasi Photo Shoot 39. Rundown acara
21. Fasilitas mushola dan toilet 40. Street Musicians
41. Pertunjukkan kembang api

Gambar 4.2 Data Overview Responden DCF 2017


Pada Gambar 4.2 dapat dilihat dengan distribusi tanggapan para partisipan
jelas bahwa setiap partisipan memiliki terhadap touchpoints cukup bervariasi, dari
jumlah touchpoints yang berbeda dan dari 77 touchpoints terdapat respon sangat
data tersebut juga dapat diketahui bahwa positif sebesar 18,18% dan positif sebesar

384 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

41,56%. Namun tidak hanya respon positif kepanasan pada saat prosesi pembukaan
yang diberikan oleh para partisipan, dan area parkir motor yang tidak
terdapat juga respon sangat negatif sebesar dipersiapkan dengan baik oleh panitia.
7,79% dan respon negatif sebesar 15,58%. Respon negatif juga terjadi dalam hal
Dari data yang terkumpul juga dapat kerumunan pengunjung yang terlalu banyak
diketahui bahwa tidak semua partisipan pada saat kegiatan Jazz di atas awan dan
memberikan komentar terhadap kegiatan prosesi, selain dari segi jumlah
touchpoints yang menarik perhatian dari respon negatif dalam hal pengunjung juga
partisipan. dikarenakan tidak tertibnya para
Terdapat 6 respon sangat negatif yang pengunjung selama mengikuti kegiatan
diberikan oleh partisipan, respon tersebut DCF seperti menyalakan lampion tidak
dalam hal kegiatan pelepasan lampion, pada waktunya, tidak teraturnya antrian ke
kerumunan pengunjung, lokasi camping lokasi kegiatan dan membuang sampah
ground, kebersihan di area acara DCF, tidak pada tempatnya. Selain dalam hal
dan perilaku pengunjung acara DCF. lokasi dan pengunjung, respon negatif juga
Partisipan memberikan respon yang sangat diberikan partisipan dalam hal kinerja
negatif pada kegiatan pelepsan lampion panitia acara DCF dalam hal
karena kegiatan tersebut dilakukan mempersiapkan topi caping yang sempat
ditengah-tengah kerumunan pengunjung, kehabisan sehingga pengunjung
sehingga partisipan merasa terganggu membutuhkan waktu untuk
dengan asap yang dikeluarkan oleh mendapatkannya dan dalam hal komitmen
lampion dan juga karena merasa ketakutan terhadap waktu yang berada rundown
apabila terdapat lampion yang gagal terbang acara.
sehingga mengenai pengunjung lainnya. Pada data yang yang dapat dilihat pada
Respon sangat negatif berikutnya yaitu aplikasi Experience Fellow terdapat 14
mengenai kerumunan pengunjung yang respon yang sangat positif, yaitu dalam hal
terlalu penuh sehingga membuat tidak suasana yang keren dan dapat dinikmati
nyaman partisipan, hal ini disebabkan oleh oleh seluruh lapisan masyarakat. Kemudian
banyaknya pengunjung yang bebas masuk dalam hal pertunjukkan respon partisipan
tanpa memiliki tiket. Selain hal tersebut sangat positif untuk pertunjukkan kembang
respon sangat negatif juga diberikan oleh api yang bagus dalam acara penutupan,
partisipan dalam hal kebersihan proses potong rambut gimbal yang cukup
dikarenakan banyaknya sampah yang khidmat, pertunjukkan jazz di atas awan
berada di area acara DCF dan juga dalam yang membuat partisipan merasa sangat
hal jauhnya lokasi camping ground dengan senang, dan acara penerbangan lampion.
area acara DCF. Selain dalam hal suasana dan
Selain respon sangat negatif dari data pertunjukkan, dari data partisipan dapat
yang diberikan partisipan dengan diketahui bahwa respon sangat positif juga
menggunakan aplikasi Experience Fellow, diberikan oleh partisipan dalam hal aktifitas
terdapat juga respon negatif sebanyak 12 yang dilakukan selama acara DCF. Aktifitas
respon dalam hal atmosfir lokasi acara, yang menyenangkan selama mengikuti
kerumunan pengunjung, area pintu masuk, acara yaitu mengecat topi caping dan
area parkir kendaraan, kebersihan, interaksi dengan pengisi acara. Mengecat
ketertiban pengunjung, dan kinerja panitia topi caping disenangi karena partisipan
acara DCF. Lokasi acara mendapatkan dapat menghias topi capingnya masing-
respon negatif terutama pada saat prosesi masing sesuai dengan keinginan dan selera
pembukaan acara DCF dan area parkir partisipan. Interaksi dengan pengisi acara
motor, hal ini dikarenakan cuaca yang merupakan hal yang disenangi partisipan
panas sehingga pengunjung merasakan karena pertispan dapat berbincang dengan
385 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

orang tua anak gimbal beserta anaknya Fellow tidak hanya memberikan data atau
untuk mengetahui proses persiapan informasi mengenai respon dan komentar
sebelum prosesi diadakan, dengan para partisipan terhadap touchpoints
demikian partisipan dapat mengetahui latar namun dengan menggunakna aplikasi
belakang serta permintaan anak gimbal Experience Fellow peneliti juga dapat
yang beragam. mengetahui titik lokasi touchpoints
Pada hasil yang diperoleh melalui berdasarkan GPS yang ada di ponsel para
aplikasi Experience Fellow terdapat 32 partisipan. Berdasarkan data yang
respon yang positif, respon tersebut dalam terkumpul, sebaran lokasi titik touchpoints
hal loket tiket, tiket inclusion, welcoming para partisipan cukup bervariatif, sebagian
cake, tiket masuk elektronik, pintu masuk besar touchpoints yang menjadi perhatian
area utama candi arjuna, toko merchandise, partisipan berada di area utama acara DCF
lokasi photo shoot, fasilitas mushola dan dilaksanakan, namun juga terdapat
toilet, mie ongklok, akses jalan menuju beberapa titik touchpoints yang berada di
lokasi acara, suasana lokasi, pertunjukan luar area utama acara DCF seperti di
kirab budaya, pertunjukan musik akustik, daerah pemukiman penduduk dan di jalan
kegiatan prosesi potong rambut gimbal, raya. Dari gambar 4.3 dapat dilihat dengan
rangkaian kegiatan prosesi rambut gimbal, detail sebaran touchpoints yang terjadi pada
pertunjukkan jazz di atas awan, street penelitian ini, touchpoints responden
musician, tamu undangan, kualitas udara di berada mulai dari area parkir hingga tempat
lokasi acara, dan ketertiban pengunjung. penginapan.
Penelitian menggunakan mobile
ethnography dengan aplikasi Experience

Gambar 4.3. Pemetaan Berdasarkan Touchpoints Responden DCF 2017

386 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

Dengan menggunakan aplikasi video seperti yang dapat dilihat pada


Experience Fellow selain memberikan gambar 4.4 dibawah ini:
pemetaaan terhadap titik touchpoints,
aplikasi ini juga memberikan data
pengalaman responden terhdap touchpoints
dalam bentuk deskripsi, ekspresi kepuasan,
dan rekaman visual berupa foto dan atau

Gambar 4.4. Tampilan Data salah satu Responden DCF 2017

Akan tetapi, penggunaan aplikasi juga


membutuhkan komitmen yang tinggi dari
KESIMPULAN pengunjung sebagai responden untuk
meluangkan waktu dalam membagi
Dari data yang didapatkan, terlihat pengalamannya secara terus menerus ketika
bahwa perjalanan konsumen tidak hanya menikmati acara yang sedang berlangsung.
berpusat pada acara festival tapi juga Hambatan teknis seperti koneksi jaringan
mencakup kondisi sebelum acara, internet, keterbatasan daya dan spesifikasi
lingkungan sekitar dan setelah acara. Para ponsel pintar yang dimiliki responden juga
penyelenggara festival dapat menggunakan harus diperhatikan oleh peneliti yang ingin
aplikasi ini untuk megetahui hal-hal apa saja menggunakan aplikasi ini. Penelitian ini
yang menjadi perhatian para pengunjung. berhasil melakukan pemetaan existing state
Pengisian data secara langsung, dari perjalanan pengujung melalu gambaran
memungkinkan pengunjung memberikan sebaran touchpoints pengunjung pada
tanggapannya secara real time sehingga Dieng Cultural Festival 2017. Penelitian ini
perasaan dan pengalaman yang dibagikan juga berhasil menangkap pengalaman
meruapan pengalaman alami dan apa konsumen secara lebih komprehensif
adanya. Berbeda dengan evaluasi yang melalu foto dan kata-kata yang diberikan
dilakukan setelah acara berlangsung. sendiri oleh pengunjung. Penyelenggara
Pengunjung harus mengingat kembali festival dapat lebih mudah mengidentifikasi
perasaan dan pengalaman yang dirasakan dan memaknai hal-hal positif dan negatif
sehingga ada kemungkinan terjadi bias. yang dimaksud oleh pengunjung.
387 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

Pengalaman konsumen ini dapat digunakan Tourism and Hospitality Research,


oleh penyelenggara festival untuk
Vol. 8 Issues: 2, pp.173-193.
melakukan perbaikan di kemudian hari
serta meningkatkan hal-hal yang dinilai
positif oleh para pengunjung.
Frischhut, B., Stickdorn, M. and Zeher, A.
(2012). Mobile ethnography as a new
DAFTAR PUSTAKA research tool for customer-driven
Bodine, K. (2014). The 4 types of customer destination management – a case
journey maps. Download in February, study of applied service design in St.
2017. https://kerrybodine.com/the-4- Anton.Austria, in CAUTHE (Ed.),
types-of-customer-journey-maps/ Book of Proceedings – The New
Golden Age of Tourism and
Dieng culture festival 2016 dipadati ribuan
Hospitality, Book 2, CAUTHE,
wisatawan, artikel ini di Kompas.com
Melbourne, pp. 160 – 166.
pada 9 Agustus 2016. Download in
Mei, 2017.
Lane, M. (2007). The visitor journey: the
https://travel.kompas.com/read/2016/
new road to success. International
08/09/080300627/Dieng.Culture.Festi
Journal of Contemporary Hospitality
val.2016.Dipadati.Ribuan.Wisatawan
Management, Vol. 19 Issue: 3,
pp.248-254.
Dieng culture festival ritual potong rambut
gimbal, artikel tayang di Pikiran-
Matthias, M., Birgit, M., Zehrer, A., and
rakyat.com pada 20 July 2016.
Raechel, J. (2013). Generation Y:
Download in Mei, 2017.
Evaluating service experiences
http://www.pikiran-
through mobile ethnography.
rakyat.com/nasional/2016/07/20/dien
Tourism Review, Vol. 68 Issue: 3,
g-culture-festival-ritual-potong-rambut-
pp.55-71.
gimbal-375233

Patterson, L (2014). Using touch point


Duran, E., Hamarat, B., and Ozkul, E.
effectiveness analysis to improve the
(2014). A sustainable festival
customer experience. Download in
management model: the case of
March, 2014.
international troia festival.
http://www.refresher.com/alrpmtouch
International Journal of Culture,
point.html

388 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

Stickdorn, M. and Schneider, J. (2010).


Patterson, L. (2009). Managing touch point This is Service Design Thinking, BIS
value: 10 steps to improve customer Publisher, Amsterdam.
engagement. Download in March,
2017. Stickdorn, M. and Zehrer, A. (2009).
http://customerthink.com/manage_to Service design in tourism: customer
uchpoint_value_10_steps_improve_c experience driven destination
ustomer _engagement/ management, paper presented at the
First Nordic Conference on Service
Pine II, B.J. and Gilmore J.H. (1998). Design and Service Innovation, Oslo.
Welcome to the experience
economy. Harvard Business Review, Stickdorn, M. and Zehrer, A. (2010).
76 (4): 97-105. Mobile ethnography: how service
design aids the tourism industry to
Solis, B. X: The Experience When cope with the behavioral change of
Business Meets Design. Hoboken: social media, Touchpoint – The
Wiley, 2015. Journal of Service Design, Vol. 2 No.
1, pp. 82-85.

389 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved

LAMPIRAN 1
Tabulasi rawa data

LAMPIRAN 2
Kompilasi data berdasarkan respon

390 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

GEOWISATA : SOLUSI PEMANFAATAN KEKAYAAN GEOLOGI YANG


BERWAWASAN LINGKUNGAN

Hary Hermawan1, Yosef Abdul Ghani2

1
STP AMPTA Yogyakarta
2
Universitas BSI
*Korespondensi: yosef.ylb@bsi.ac.id

ABSTRACT

This article tries to realize a solution how to make use of geology for eco-tourism and economic
activities at the site management level. The paradigm in the management of geowisata is how the
management of tourism is able to optimize the potential of nature (geology) to be added value for
the economic welfare of local communities, as well as able to minimize the potential of natural
damage. Therefore, this article attempts to recommend a geotourism management model. The
management of geo-tourism is in five main focuses, including: formulating the natural potential that
can be used for geotourism activities, formulating criteria of geo-tourism destinations, geo-tourism
management, formulating activities in geo-tourism activities, and finally on indicators of success or
from geo-tourism output.

ABSTRAK

Artikel ini mencoba mewujudkan sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan pada
tingkatan manajemen tapak. Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan
pariwisata mampu mengoptimalkan potensi alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi
kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi
kerusakan alam. Oleh karena itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan
geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam lima fokus utama, yaitu : merumuskan potensi alam
yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata, merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata,
manajemen geowisata, merumuskan aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai
indikator keberhasilan atau dari output geowisata.

Keywords:Geotourism, nature tourism, tourism geology

Riwayat Artikel :
Diajukan: 18September 2018
Direvisi: 22 September 2018
Diterima: 15 Oktober 2018

391 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

PENDAHULUAN Kegiatan kepariwisataan selama ini memang


banyak terkait dengan alam, terutama yang
Letak Negara Indonesia secara berkaitan dengan pengembangan atraksi
geografis sangat istimewa. Pertama, wisata. Semuanya erat hubunganya dengan
Indonesia berada di antara tiga lempang masalah lingkungan yang alami, yang tidak
benua besar, yaitulempeng Eurasia, terlepas dari nuansa geologi, khususnya juga
lempeng pasifik, dan juga lempeng terkait dengan daya dukung
Australia. Kedua, Indonesia berada di lingkungan.Daya dukung lingkungan erat
dalam dua kawasan laut dangkal meliputi kaitanya dengan ekosistem. Keduanya
dangkalan Sahul dan dangkalan Sunda. merupakan satu jaringan sistem yang saling
Ketiga, Wilayah Negara Indonesia memiliki terkait (interdependensi) dengan hukum
dua deretan pegunungan besar, yaitu alam yang membentuk tempat manusia
Pegunungan Mediterania dan Sirkum bermukim serta membentuk suatu tata alam
Pasifik. Letaknya sangat strategis, membuat tempat manusia bermasyarakat. Dalam
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya masyarakat inilah, manusia mampu
alam yang sangat besar, terutama kekayaan mengambangkan kehidupan sosial,
alam non hayatinya, berupa ekonomi, dan budaya. Dengan dukungan
keanekaragaman fenomena geologi yang sosial ekonomi yang mantap, maka budaya
membentang dari Sabang sampai Merauke. manusia dapat menciptakan berbagai
Bentang alam yang pegununngan yang macam tata binaan yang mau tidak mau
sangat indah beserta segala bentukan khas mengacu matra ruang, waktu, dan ilmu
geologinya yang unik merupakan segala pengetahuan termasuk juga teknologi
bentuk potensi alam yang sudah dimiliki (Ahman Sya, 2012).
(Hermawan & Brahmanto, 2018). Tidak Berdasarkan konsep diatas, maka
berlebihan jika Negara Indonesia disebut segala bentuk destinasi wisata, baik alam,
sebagai negara megageodiversity, mengingat budaya maupun minat khusus pada
besarnya kekayaan geologi seperti yang hakikatnya merupakan pariwisata ekologi
telah disebutkan diatas (Hendratno, 2004). (alam). Sementara itu, ekologi merupakan
Akan tetapi, kenyataan menunjukan perpaduan ilmu mengenai alam atau IPA
bahwa kekayaan geologi tersebut belum dengan Ilmu sosial (IPS), dengan disiplin
mampu tergarap secara optimal hingga saat ilmu pengetahuan geologi yang paling kuat
ini. Kekayaan geologi kita mayoritas masih pengaruhnya (Ahman Sya, 2012).Dalam hal
dieksploitasi untuk kegiatan pertambangan pengembangan daya tarik wisata alam, perlu
serta sebagai bahan baku pendukung dalam perhatian bahwa tidak semua daya tarik
industri manufaktur. Pengembangan wisata alam cocok dengan pola
infrastuktur fisik, industri, dan pengembangan pariwisata masal, yaitu
pengembangan urban area di pusat kota, pariwisata yang berusaha mendatangkan
semua ini sangat ditunjang oleh bahan wisatawan sebanyak-banyaknya. Karena
galian yang merupakan sumber daya geologi tinggi rendahnya daya dukung lingkungan
dari berbagai daerah. Dampaknya, tidak akan sangat tergantung pada topografi
sedikit dari kegiatan industri tersebut justru medan dan bertumpu pada tata geologinya.
menimbulkan berbagai efek negatif berupa Budaya manusia bersumber pada
penurunan bahkan kerusakan fungsi hukum alam dan bermuara pada kinerja
ekologis (tata alam) di daerah-daerah bekas binaanya yang keseluruhanya tidak lepas
pertambangan geologi. Pariwisata dari pengaruh sifat dan gejala alam yang ada
diharapkan mampu menjadi alternatif solusi di bumi. Oleh karena itu, disiplin ilmu
pemanfaatan potensi geologi secara pengetahuan geologi sebagai sumber daya
ekonomis yang sedikit berbeda dari kepariwisataan perlu sekali digunakan
pemanfaatan aset-aset geologi sebelumnya. untuk menghasilkan daya tarik wisata alam
392 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

geologi yang berkelanjutan. Daya tarik geowisata, dan terakhir mengenai indikator
wisata berkelanjutan dapat tercipta dengan keberhasilan atau dari output geowisata.
pengelolaan yang bijak yang sesuai dengan
daya dukung lingkunganya yang dapat digali
menurut pendekatan ilmu geologi dengan
manajemen pengelolaan pariwisata yang TINJAUAN PUSTAKA
baik.
Geowisata mencoba dihadirkan di Konsep Ilmu Geologi
Indonesia sebagai sebuah solusi bagaimana
memanfaatkan kekayaan geologi beserta Tinjauan Geologi merupakan ilmu
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata pengetahuan yang berfokus untuk
dan ekonomi yang berwawasan lingkungan. memperlajari materi penyusun kerak bumi,
Konsep ini telah populer dipromosikan proses berlangsungnya (sebelum, selama
sebagai cara mendamaikan konservasi dan setelah) pembentukanya beserta segala
fenomena geologi dan geomorfologi dengan bentuk mahluk hidup yang pernah ada atau
pembangunan ekonomi, khususnya di hidup di sekitarnya (Ahman Sya, 2012).
negara-negara berkembang (Camp, Selain itu geologi pun dikatakan sebagai
2016).Geowisata menjadi salah satu alat ilmu yang erat kaitannya dengan bumi, yang
paling kuat untuk melindungi lingkungan. titik fokus utamanya dapat diteliti
Geowisata merupakan alternatif solusi sejarahnya dengan kehidupan yang sudah
peningkatan atas pariwisata massal atau ada, berbagai gaya yang bekerja padanya,
"lama" yang menyediakan hubungan sektor susunan keraknya, serta evolusi yang
yang lebih baik, mengurangi kebocoran dialaminya (Bumi) Purbohadiwijoyo (1967),
manfaat dari suatu negara, menciptakan ilmu geologi modern terbagi menjadi 2 dan
lapangan kerja lokal, dan menumbuhkan saling terkait satu sama lainnya yaitu:
pembangunan berkelanjutan (Khan, 1997). dinamic geology & historycal geology.
Akan tetapi, geowisata masih termasuk Keduanya bahkan dianggap sebagai dua
fenomena baru dalam paradigma macam ilmu yang berbeda/ terpisah. ilmu
pengembangan pariwisata, khususnya di geologi yang mempelajari sebab-sebab atau
Indonesia (Khan, 1997). Oleh karena itu, proses-proses yang berhubungan dengan
artikel mencoba untuk ini mengkaji perubahan bumi atau dinamika bumi
bagaimana mengelola potensi geologi disebut dengan Dinamic Geology atau
menjadi daya tarik wisata alam pada Physical Geology, sedangkan ilmu geologi
tingkatan manajemen tapak yang ideal serta yang mempelajari perubahan-perubaha
berkelanjutan, melalui kajian pada lapisan-lapisan bumi khususnya kerak
literatur.Paradigma baru yang hendak bumi dari masa ke masa, dan hubungan
dibangun dalam geowisata adalah antara perkembangan dunia organik dengan
“Bagaimana pengelolaan geowisata mampu lapisan kulit (kerak) bumi disebut
mengoptimalkan potensi alam menjadi Historycal Geology
bernilai tambah bagi kesejahteraan Beberapa peneliti menekankan bahwa
ekonomi masyarakat lokal, sekaligus ilmu geologi yang dipelajari memiliki objek
mampu menekan seminimal mungkin dari permukaan bumi ke bawah, sedangkan
potensi kerusakan alam?” dan difokuskan bumi kita ini seutuhnya memiliki lapisan-
dalam lima fokus utama, yaitu : lapisan, diantaranya: (1) Lithosfer, objek
merumuskan potensi alam yang dapat kajian geologi berupa lapisan-lapisan batuan
digunakan untuk kegiatan geowisata, yang menyusun bumi; (2) Hidrosfer, objek
merumuskan kriteria-kriteria destinasi kajian geologi yang meliputi lapisan air; (3)
geowisata, manajemen geowisata, Biosfer objek kajian geologi pada lapisan
merumuskan aktifitas dalam kegiatan tempat hidup organisme; (4) Atmosfer

393 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

objek kajian geologi berupa lapisan udara Penelitian terdahulu menyebutkan


(Ahman Sya, 2012).Ruang lingkup ilmu bahwa daya tarik wisata terbukti menjadi
geologi yang sangat luas dan pada akhirnya salah satu faktor utama yang wajib
ilmu-ilmu tersebut berkembang menjadi diperhitungkan dalam perencanaan
ilmu yang berdiri sendiri untuk dipelajari destinasi wisata, karena akan sangat
seperti, Mineralogi; petrologi; paleontologi; menentukan kepuasan wisatawaan dalam
geologi struktur; geomorfologi; geologi berkunjung ke destinasi wisata (Naidoo
terapan; stratigrafi (Ahman Sya, 2012; dkk., 2011; Adom dkk., 2012; Basiya &
Hermawan & Brahmanto, 2018). Rozak, 2012; Stevianus, 2014; Darsono,
2015; dan Hermawan, 2017).
Konsep Ilmu Pariwisata
Konsep Geowisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa
sangsekerta yang terdiri dari 2 kata yaitu Tom Hose merupakan ilmuan yang
“pari’ berarti keliling atau bersama dan kata pertama aktif memperkenalkan istilah
“wisata” yang berarti perjalanan (I. Pitana, geowisata (geotourism) di Geological
2009). Menurut Undang-Undang Nomor Society pada 1996 suatu makalah berjudul
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, “Geotourism, or can tourists become casual
yang dimaksud dengan pariwisata adalah rock hounds: Geology on your doorstep”
berbagai macam kegiatan wisata yang (Dirgantara, 2012).Istilah geowisata di
didukung oleh berbagai fasilitas serta Indonesia diperkenalkan dalam seminar
layanan yang disediakan oleh masyarakat, Nasional tentang geowisata, pada tahun
pengusaha, pemerintah dan pemerintah 1990 sebagai kegiatan pariwisata yang
daerah. Destinasi adalah tempat yang memanfaatkan seluruh aspek geologi
dikunjungi dengan waktu yang signifikan dengan ruang lingkup mengenai unsur
selama perjalanan wisata seseorang abiotik seperti bentang alam, batuan,
dibandingkan dengan tempat lain yang mineral, fosil, tanah, air dan proses,
dilalui selama perjalanan, misalnya daerah termasuk didalamnya sejarah geologi.
transit (Pitana, 2009).Dalam kajian sosiologi Geowisata (geotourism) merupakan
pariwisata, minat wisatawan berkunjung pariwisata minat khusus yang
disuatu destinasi alam salah satunya memanfaatkan seluruh potensi SDA di
ditentukan faktor-faktor ektrinsik, yaitu suatu tempat, dan perlu peningkatan
faktor-faktor luar yang melekat pada pengayaan pengetahuan dan proses –proses
destinasi wisata alam (I. G. Pitana & Putu, fenomena fisik dari alam (Nainggolan,
2009). Salah satu faktor ektrinsik tersebut 2016)
adalah atraksi, atau sering disebut daya tarik Jadi secara sederhana dapat
wisata.Menurut Pendit (2002), daya tarik disimpulkan bahwa geowisata merupakan
wisata didefinisikan sebagai segala sesuatu bentuk kegiatan pariwisata minat khusus
yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi yang fokus utamanya pada kenampakan
dan dilihat. Kemudian secara lebih spesifik, geologis permukaan bumi maupun yang
daya tarik wisata alam dijelaskan sebagai terkandung didalamnya dalam rangka
segala sesuatu yang memiliki keunikan, mendorong pemahaman akan lingkungan
keindahan, keaslian, dan nilai yang berupa hidup, alam dan budaya, lebih lanjut
keanekaragaman kekayaan alam yang sebagai bentuk apresiasi, dan kegiatan
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan konservasi, serta memiliki kepedulian
wisatawan (Undang-Undang Nomor 10 terhadap kelestarian kearifan lokal.
Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
2009).

394 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

Konsep dan ada, adapaun tahapan - tahapan dalam


Pengembangan Geowisata melakukan systematic review ini adalah
sebagai berikut: Memformulasikan
Istilah geowisata berasal dari kata pertanyaan penelitian; melakukan
dalam bahasa Inggris yaitu geotourism. pencarian pada sumber literatur baik di
Yang merupakan gabungan dari dua kata, perpustakaan, buku, hasil penelitian baik
yaitu geo yang bermakna bentuk geografis, cetak ataupun online; melakukan seleksi
geomorfologi dan juga sumber daya alam artikel mana saja yang cocok; melakukan
lainya, dan tourism atau pariwisata yang analisis dan sintesis temuan-temuan
bermakna kunjungan ke kawasan wisata Kualitatif; lalu menyusunnya.
untuk apresiasi dan pendidikan (R. K.
Dowling & Newsome, 2006). Geowisata
adalah pendekatan holistik untuk pariwisata
berkelanjutan yang berfokus pada semua HASIL DAN PEMBAHASAN
poin yang dapat didefinisikan untuk
menciptakan pengalaman perjalanan yang Merumuskan Potensi Alam
otentik (Stokes, Cook, & Drew, 2003). yang Dapat digunakan
Kegiatan geowisata, diharapkan untuk kegiatan Geowisata
mampu menjadi bentuk apresiasi terhadap
makna dan keunikan terhadap Permintaan wisatawan untuk
keanekaragaman warisan geologi yang mengunjungi situs-situs alami yang penting
terkandung dalam suatu area untuk dari sudut pandang geologis atau
meningkatkan kesadaran lingkungan geomorfologi telah dipraktekkan sejak lama
melalui upaya konservasi (Chen, Lu, & Ng, (R. K. Dowling & Newsome, 2006). Oleh
2015).Geowisata merupakan bentuk karena itu, pengembangan geowisata akan
kegiatan pariwisata minat khusus yang fokus menawarkan konsep wisata alam yang
utamanya pada kenampakan geologis menonjolkan keindahan, keunikan,
permukaan bumi maupun yang terkandung kelangkaan, serta keajaiban suatu fenomena
didalamnya dalam rangka mendorong alam yang berkaitan erat dengan gejala-
pemahaman akan lingkungan hidup, alam gejala geologi yang dijabarkan dalam bahasa
dan budaya, lebih lanjut sebagai bentuk populer atau sederhana (Kusumahbrata,
apresiasi, dan kegiatan konservasi, serta 1999 dalam Hidayat, 2002). Fenomena
memiliki kepedulian terhadap kelestarian geologi pada dasarnya sangat beragam,
kearifan lokal (Ginting & Sasmita, 2018; masing-masing membentuk lansekap
Wood, 2002; dan Chen, Lu, & Ng, 2015). pemandangan yang memiliki nilai,
eksotisme, dan keunikan tersendiri, yang
cocok dikelola sebagai daya tarik wisata (R.
K. Dowling, 2011). Diantara fenomena
METODE geologis tersebut diantaranya :

Metode yang digunakan guna (1) Struktur geologi, struktur geologi


menjawab hal-hal yang telah di rumuskan merupakan bangunan alam nonhayati baik
dalam latar belakang penelitian ini adalah di bawah maupun diatas permukaan bumi
menggunakan metode Systematic Review yang dibangun oleh tenaga yang bekerja di
meta-sintesis dengan pendekatan meta- dalam dan diatas permukaan bumi.Tenaga
etnografi yang dalam penelitian ini peneliti yang berkerja di bawah permukaan bumi
memiliki tujuan untuk mengembangkan disebut tenaga endogen, sedang yang
teori baru agar dapat bekerja diatas permukaan bumi disebut
melengkapi/menambah teori yang sudah tenaga eksogen. Pegunungan Himalaya

395 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

merupakan contoh keindahan struktur


geologi mancanegara yang populer sebagai
daya tarik wisata geologi, serta menjadi
lokasi pendakian yang cukup menantang
bagi para pecinta alam.

Gambar 2
Keindahan Daya Tarik Stratifigrafi di
Green Canyon Pangandaran, Jawa Barat,
sumber: www.google.co.id, diakses 18
November 2017

(3) Topografi merupakan bentukan dari


bentang alam. Secara ilmu geologi,
topografi dibentuk oleh tenaga endogen dan
eksogen dan oleh karena itu topografi selalu
berubah, contohnya : kubah magma
Gambar 1
berubah akibat letusan beru gunung berapi,
Pegunungan Himalaya sebagai Contoh
sungai membentuk alur baru akibat banjir,
Keindahan Struktur Geologi Mancanegara
gelombang laut merubah garis pantai,
yangPopuler, sumber: www.google.co.id,
gempa menimbulkan gerakan tanah dan
diakses 18 November 2017
beberapa lainya. Topo grafi pada
pegunungan karst menjadi salah satu contoh
Indonesia juga memiliki kekayaan
fenomena geologis yang dapat dikelola
struktur geologi yang cukup melimpah dan
menjadi daya tarik wisata.
tidak kalah eksotis, misalnya: Danau Toba,
Danau Karimutu, Gunung Tangkuban
Perahu dan lain sebagainya.

(2) Stratifigrafi, stratifigrafi merupakan


lapisan batuan degan segala macam jenis
batuan, struktur, sifat dan gejala yang
ditimbulkan berdasarkan gambaran
perlapisanya (Ahman Sya, 2012).
Stratifigrafi terkadang menjadi fenomena
geologi yang sangat menarik dan unik. Jawa
barat, memiliki salah satu bentuk stratifigrafi Gambar 3
yang populer sebagai daya tarik wisata, yaitu Topografi pada Pegunungan Kars, sumber:
Green Canyon di Pangandaran. www.google.co.id, diakses 18 November
2017
(4) Kandungan mineral di dalam perut
bumi juga mampu menjadi daya tarik
geowisata yang bernilai edukatif dan sangat

396 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

menarik untuk dipelajari, baik namanya, wisata yang menantang atau tidak biasa
sejarah dan proses terbentunya, sifat dan (Hermawan, 2017), dalam bahasa
unsur-unsur kimianya, beserta kegunaanya keilmuanya sering disebut wisatawan drifter
dalam kehidupan manusia sehari- (I. G. Pitana & Putu, 2009). Wisatawan
hari.Pariwisata pada dasarnya terjadi karena jenis ini tidak akan puas berkunjung ke
adanya kecenderungan manusia untuk destinasi wisata alam hanya untuk melihat-
mencari hal dan lingkungan baru, atau lihat panorama alam saja, atau sekedar
sering disebut sebagai ritual inversi dalam berfoto selfi, sebagaimana pola mayoritas
ilmu sosiologi (I. G. Pitana & Putu, kunjungan wisatawan saat berwisata saat ini.
2009).Perbedaan unsur alam, budaya Destinasi wisata yang dipilih mereka adalah
masyarakat, dan unsur binaan di setiap destinasi yang mampu memuaskan hasrat
belahan bumi merupakan hal yang mampu mereka untuk berpetualang, serta destinasi
merangsang seseorang atau sekelompok yang mampu menambah pengkayaan diri
orang untuk mewisatainya (Darsoprajitno, berupa pengalaman dan wawasan baru.
2002). Oleh karena itu, wisatawan atau Alam geologi di Indonesia sangat
calon wisatawan akan cenderung mencari cocok untuk dikembangkan menjadi daya
tempat-tempat baru yang memiliki lansekap tarik pariwisata geologi.Oleh karena itu,
alam yang indah, unik, alami, serta berbeda dibutuhkan rumusan-rumusan dalam
dari tempat biasanya mereka hidup. pengelolaan geowisata yang dapat
Ilustrasinya sebagai berikut : diimplementasikan di bergai daerah. Akan
“Orang kota memiliki kecenderungan tetapi, berbagai literatur mengenai
untuk senang berwisata ke desa yang pengembangan geowisata masih jarang
memiliki lingkungan tenang dan asri, juga ditemukan di Indonesia.
untuk melihat bentang alam yang unik dan
indah, misalnya wisata pendakian ke Merumuskan Kriteria-
Gunung Merapi, melihat bentang alam Kriteria Destinasi
Kawasan Kars Pegunungan seribu dan Geowisata
tempat-tempat berbasis geologi yang
menarik lainya.” Artikel ini mencoba
Walaupun ada kemungkinan berlaku merekomendasikan pedoman dalam
sebaliknya, misanya : “Orang-orang yang penentuan kriteria daya tarik geowisata
selamanya hidupnya di desa terkadang dengan mengadaptasi dari kriteria daya tarik
berkeinginan untuk berwisata di kota, wisata alam yang telah ada sebelumnya.
melihat kemegahan gedung-gedung atau Kriteria daya tarik alam setidaknya
keramaian mall.” mencakup hal-hal berikut :
Kaitanya dengan geologi adalah,
kecenderungan ritual inversi wisatawan di a. Adanya aspek informasi
Indonesia telah didukung oleh potensi alam Geotourism adalah pariwisata
yang dimiliki, beserta segala bentuk berkelanjutan dengan fokus utama pada
fenomena geologinya. Kesesuaian kedua pengalaman geologi Bumi. Oleh karena itu
faktor diatas menjadi pendorong untuk dibutukan fitur berupa sarana informasi
pengembangan pariwisata berbasis alam yang memupuk pemahaman lingkungan
geologi, atau dikenal dengan geowisata. dan budaya, apresiasi dan konservasi secara
Selain faktor diatas, perkembangan lokal mengalami geologi Bumi. Juga
geowisata juga didukung oleh meningkatnya informasi yang mampu memupuk
permintaan wisata minat khusus.Wisatawan pemahaman lingkungan dan budaya,
minat khusus biasanya adalah wisatawan- apresiasi dan konservasi dan bermanfaat
wisatawan yang menyukai destinasi wisata secara lokal. Kualitas informasi merupakan
yang tidak umum, serta menyukai aktifitas faktor utama yang dibutuhkan bagi

397 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

wisatawan, karena pada dasarnya motif Selain menikmati wisata alam dapat
utamanya adalah mencari sesuatu hal yang juga untuk melakukan penelitian,
baru sebagai upaya pengkayaan diri. Oleh pendidikan, dan konservasi alam terdapat
karena itu, geowisata perlu memiliki sarana minat khusus yang bersifat petualangan,
informasi yang informatif (Pásková, 2012). sehingga perlu adanya kawasan yang benar-
Bagi wisatawan dengan motif benar masih alami, tanpa adanya atraksi
petualangan aspek informasi juga menjadi yang bersifat artificial atau buatan yang
syarat mutlak bagi penyelenggaraan wisata justru mengganggu aktifitas mereka.
alam, karena mereka selalu membutuhkan
informasi tentang gejala alam untuk e. Tersedianya ekosistem yang alami
mengntisipasi timbulnya bahaya. Aspek Suatu atraksi alam hendaknya tetap
informasi juga berhubungan dengan faktor menyediakan kawasan dengan ekosistem
keselamatan, contohnya dalam pemasangan yang masih alami. Ekosistem yang alami
alat transmiter yang dipasang di daerah berarti sebuah ekosistem alam yang berjalan
Dieng Jawa Tengah. Melalui alat transmiter alami, bukan hasil sebuah rekayasa buatan
tersebut, suhu gas pada kawah Dieng dapat manusia atau artificial.
ditransmisikan oleh radio ke pusat data, Kriteria daya tarik wisata yang diajukan
selanjutnya data ditampilkan dipintu masuk diatas seringkali telah dimiliki kawasan
objek wisata sehingga pengunjung atau geologi yang memiliki status sebagai
pengelola wisata bisa waspada dalam geopark Nasional. Karena, sebuah geopark
berwisata dengan melihat informasi yang tentu sudah melewati tahap-tahap asesment,
ditampilkan alat tersebut. atau penilaian dengan standarisasi ketat dari
berbagai organisasi yang berwenang
b. Daya tarik wisata alam hendaknya termasuk UNESCO. Geopark merupakan
memiliki aspek keanekaragaman. wilayah kawasan lindung berskala nasional
Destinasi wisata geologi yang baik yang mengandung sejumlah situs warisan
setidaknya banyak memiliki alternatif daya geologi penting, yang memiliki daya tarik
tarik baik flora maupun fauna yang dapat keindahan dan kelangkaan tertentu, yang
dinikmati wisatawan. Hal ini akan menjadi dapat dikembangkan sebagai bagian dari
nilai unggul destinasi karena pengembangan konsep integrasi konservasi, pendidikan
aktifitas wisata dilokasi dapat dikembangkan dan pengembangan ekonomi lokal
lebih leluasa dan lebih beragam. Dengan (UNESCO, 2006).
begitu, diharapkan wisatawan tidak jenuh Untuk dapat bergabung dalam wadah
dan mampu menambah lama tinggal. Global Geopark Nerwork (GGN),
UNESCO menetapkan beberpa kriteria
c. Ada nilai keindahan dan keunikan yang sebelumnya harus dipenuhi,
Atraksi alam terbentuk karena proses diantaranya : (1) Ukuran parameter daerah.
fenomena alam serta hanya terjadi pada saat Ukuran parameter daerah yang akan
tertentu maka tidak ada kemiripan antara dijadikan geopark harus memiliki batas
suatu kawasan dengan kawasan wisata lain, yang jelas, luas permukaan cukup besar
sehingga atraksi alam memiliki keunikan untuk mencakup aktivitas pengembangan
tersendiri dibandingkan dengan atraksi budaya dan ekonomi. Selain itu, kawasan
budaya dan atraksi buatan, terlebih karena yang diajukan sebagai geopark harus
atraksi alam hanya dapat dinikmati secara memiliki situs warisan geologi yang penting
utuh di ekosistemnya. dan berskala internasional, memiliki
kelangkaan, nilai ilmiah dan keindahan.
d. Adanya potensi petualangan lintas Termasuk adanya integrasi dengan kearifan
alam, motif wisatawan tata budaya masyarakat lokal sekitar; (2)
Adanya manajemen pengelolaan. Prasarat
398 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

geopark termasuk adanya badan penting untuk mendukung pendikikan


manajemen dan sebuah rencana publik; (5) Aspek konservasi lingkungan.
pembangunan yang komprehensif; (3) Selain sebagai kawasan lindung, geopark
Pembangunan ekonomi. Salah satu tujuan adalah sarana pembangunan sosio-ekonomi
strategis dari pembentukan geopark adalah lokal. Pengelola kawasan geopark
merangsang kegiatan ekonomi dan bertanggung jawab untuk memastikan
mempromosikan pembangunan perlindungan warisan geologi telah
berkelanjutan. Seperti halnya tujuan dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai tradisi
pariwisata yang selalu digadang-gadang lokal dan sesuai ketentuan yang berlaku.
menjadi pilar pembangunan ekonomi Pencagaran fenomena geologi yang
nasional; (4) Aspek pendidikan. Sebuah memiliki nilai historis sangat diperlukan
geopark harus menyediakan dan dalam pengelolaan geopark.
mendukung peralatan dan kegiatan untuk Kedua kriteria, daya tarik wisata alam
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dan kriteria geopark dapat diambil jalan
pengetahuan geo-science dan konsep tengahnya sebagai kriteria daya tarik
perlindungan kepada publik. Beberapa geowisata. Sehingga kriteria daya tarik
infrastruktur dasar, seperti pusat informassi, geowisata diajukan seperti tabel berikut :
museum, serta pengembangan rute gropark

Tabel 1. Perumusan Kriteria Geowisata

Kriteria daya tarik wisata Kriteria geopark Geowisata


alam
Aspek informasi Aspek pendidikan (geo- Adanya aspek informasi dan
science) pengkayaan ilmu pengetahuan
kegeologian (geo-science)
Keanekaragaman daya tarik Ukuran parameter daerah Adanya keanekaragaman daya
tarik dalam satu kawasan
Keindahan, keaslian dan Ukuran parameter daerah : Keindahan, keaslian, nilai ilmiah,
keunikan alam memiliki kelangkaan, nilai dan keunikan alam
ilmiah dan keindahan
Potensi petualangan - Petualangan berbasis alam
geologi
Ekosistem yang alami Aspek konservasi Adanya ekosistem yang alami
lingkungan dan dijaga melalui kegiatan/
menajemen wisata berbasis
konservasi
- Adanya manajemen Adanya manajemen pengelolaan
pengelolaan
- Pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi
berkelanjutan berkelanjutan

Melihat tabel diatas, dapat disimpulkan wisata alam dengan keriteria geopark telah
bahwa pada prinsipnya kriteria daya tarik memiliki kemiripan satu sama lain, hanya
399 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

saja masih terdapat satu dua aspek yang kelestarianya, serta kepedulian untuk
tidak dimiliki satu sama lain. Oleh karena mendukung konservasi sumber daya alam
itu, perumusan kriteria geowisata langka dalam kasus fenomena geologi
melengkapi kekurangan dari kriteria daya tertentu; (4) Adventuring, pariwisata yang
tarik wisata alam secara umum. Perumusan dirancang dan dikemas sehingga terbentuk
kriteria geowisata juga melengkapi wisata petualangan.
kekurangan dari kriteria geopark yang telah Kekeliruan yang umum dalam
diajukan oleh UNESCO. perencanaan destinasi alam konvensional
adalah menambah berbagai kemudahan
Manajemen Geowisata bagi wisatawan dengan membangun fasilitas
wisata disana-sini pada saat destinasi wisata
Dalam operasional kegiatan geowisata mulai laku. Meskipun penting
dapat mengadaptasi pola wisata minat pembangunan fasilitas wisata juga perlu
khusus. Pada prinsipnya, pariwisata minat dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
khusus adalah pariwisata yang mempunyai hati-hati, fakta menujukan bahwa wisatawan
kaitan dengan petualangan (adventure) serta petualang justru tidak terlalu peduli
unsur pengkayaan wisatawan berupa terhadap sarana wisata saat berkunjung ke
pengetahuan dan pengalaman baru. Unsur- destinasi wisata alam, melainkan
unsur wisata minat khusus yang diajukan pengalaman dari sajian daya tarik yang
oleh Fandeli dalam Sudana (2013) sebagai cukup menantang menjadi alasan utama
berikut : (1) Learning, pariwisata mereka untuk berwisata (Hermawan,
menekankan pada unsur belajar sebagai 2017).Dalam hal ini, pembagunan sarana
daya tarik utamanyanya. Dalam kasus wisata sebaiknya disesuaikan dengan
geowisata, yang dipelajari dapat berupa kebutuhan pokok wisatawan. Apakah
bentang alam geologi : baik struktur fasilitas yang dimaksud memang diperlukan
geologinya, stratifigrafi, topografinya, jenis wisatawan? atau dengan berbagai
batuanya, kandunngan mineralnya dan lain kemudahan (sarana wisata) justru
sebagainya. Wisatawan juga dapat diajak menghilangkan aspek petualangan yang
untuk mempelajari porses-proses dicari wisatawan dan justru merusak
terbentuknya fenomena geologi diatas, serta kealamiahan lingkungan.
mempelajari keterkaitanya dengan pola Pada saat ini, jumlah wisatawan yang
kehidupan masyarakat dan sebagainya; mencari pengalaman lebih dalam dari situs
(2)Enriching, pariwisata yang memasukkan atau daerah yang dikunjungi semakin
peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan bertambah. Pengunjung tipe ini ingin tahu
antara wisatawan dengan masyarakat. lebih banyak tentang situs atau daerah dan
Wisata di kawasan geopark, tidak isu-isu terkait kegeologian. Informasi ini
selamanya berinteraksi dengan benda mati tidak hanya mencakup ilmu bumi tetapi
(alam non hayati), akan tetapi interaksi juga aspek historis, arkeologi, ekologi atau
dengan masyarakat lokal sekitar juga cukup artistik dari situs geologi. Jika suatu area
penting, sehingga mampu memberikan atau situs dilindungi, mereka ingin
pengalaman yang lebih bernilai bagi memahami alasannya (Kubalíková &
wisatawan; (3)Rewarding, pariwisata yang Kirchner, 2016).Geowisata dapat dijadikan
memasukkan unsur pemberian media bagi sosialisasi ilmu pengetahuan
penghargaan. Idealnya dalam kegiatan alam, pendidikan lingkungan, serta
geowisata, aktifitas tour yang ditawarkan pelestarian alam berbasis geologi yang pada
adalah paket wisata yang mampu akhirnya diharapkan akan terwujud
menumbuhkan kesadaran (awareness) bagi pembangunan pariwisata yang
wisatawan serta tuan rumah wsiata untuk berkelanjutan.
lebih mencintai alam, menjaga

400 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan sumber daya sedemikian rupa, sehingga


dalam perencanaan, pengembangan dan ekonomi, sosial, dan kebutuhan estetika
pengelolaan geowisata yang harus menjadi dapat terpenuhi dengan tetap menjaga nilai-
pedoman manajemen sebagai berikut: (1) nilai kearifan budaya, perlindungan ekologis
Prinsip pertama, objek geologi yang penting, keragaman unsur biologi serta
dijadikan sebagai daya tarik geowisata sistem pendukung kehidupan lainya (Insula
benar-benar merupakan bentukkan hasil dalam Berno & Bricker, 2001).(3) Prinsip
proses geologi. Geowisata membutuhkan ketiga, upaya menjadikan geowisata sebagai
bentang alam yang asli dan alami, bukan kegiatan pariwisata minat khusus dengan
alam buatan hasil rekayasa manusia atau memanfaatkan seluruh potensi sumber daya
artifisial. Keaslian dalam daya tarik berbasis alam, sehingga diperlukan peningkatan
alam telah disinggung dalam kriteria daya pengayaan wawasan dan pemahaman
tarik wisata alam yang telah disampaikan proses fenomena fisik alam. Contoh objek
sebelumnya. Bahwa kriteria daya tarik geowisata adalah gunung berapi, danau, air
wisata alam haruslah memiliki nilai keaslian panas, pantai,sungai, dan lain-lain.yang di
(originalitas dan otentisitas). Aspek fisik dalamnya tentu saja memiliki aspek dalam
yang dijadikan daya tarik wisata tersebut bidang pendidikan sebagai pengetahuan
dapat berupa kondisi geologis, jenis-jenis geodiversity keragaman warisan bumi yang
batuan beserta kandungan mineral perlu dilestarikan (Nainggolan, 2016a).
didalamnya, atau hal lain yang masih Untuk itu, destinasi geowisata sebaiknya
berhubungan dengan geologi.(2)Prinsip dilengkapi dengan sistem informasi yang
kedua, pengelolaan geowisata harus jelas dan mudah dipahami. Dengan sistem
suistanable,artinya pengembangan dan informasi yang baik, diharapkan wisatawan
pengelolaan geowisata haruslah paham akan proses proses alam yang
berkelanjutan agar kelestariannya dapat terjadi. Dengan informasi yang baik,
terjaga. Tidak hanya dalam pariwisata, masyarakat juga diharapkan sadar untuk
dalam bisnis manapun kelangsungan jangka tidak merusak keindahan lingkungan di
panjang merupakan pertimbangan utama sekitar geowisata. Education Tour
dalam pengeloalaanya. Konsep merupakan bentuk pengemasan tour yang
pembangunan jangka panjang yang cocok dengan geowisata. Education Tour
dimaksud adalah pembangunan yang merupakan suatu perjalanan wisata yang
berkelanjutan. Pembangunan yang dimaksudkan untuk memberikan
berkelanjutan adalah pembangunan untuk gambaran, studi perbandingan ataupun
memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa pengetahuan mengenai bidang pendidikan
merusak atau menurunkan kemampuan atau ilmu yang dikunjunginya. Education
generasi mendatang dalam memenuhi tour ini dilakukan untuk mengembangkan
kebutuhan hidupnya (World Commission wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para
on Environmenoutal and Development, pelakunya. Pelaku yang melakukan
1987 dan Komisi PBB untuk perjalanan wisata pendidikan biasanya tidak
Pembangunan Berkelanjutan 1999). terlalu mementingkan kemewahan yang
Rumusan yang lebih spesifik dalam berlebihan dalam melakukan kegiatan
pariwisata berkelanjutan adalah memenuhi perjalanan. Namun menuntut pengkayaan
kebutuhan wisata saat ini sekaligus diri yang lebih, berupa ilmu pengetahuan
melindungi dan meningkatkan peluang dan pengalaman baru.(4) Prinsip keempat
pemenuhan kebutuhan pariwisata masa adalah locally beneficial atau bermanfaat
depan, sekaligus terjaga kelangsungan alam, secara lokal. Yang bermakna bahwa
adil bagi ekonomi dan sosial budaya keberadaan geowisata diharapkan mampu
masyarakat. Prinsip ini dipertimbangkan memberikan manfaat bagi masyarakat/
dalam manajerial untuk mengelola semua komunitas yang berada di sekitarnya (N
401 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

Ginting dkk., 2017). Manfaat tersebut dapat dapat memberikan kepuasan lahir dan batin
berupa kontribusi dampak positif yang bagi wisatawan yang mengunjunginya.
dapan dinikmati seperti : pertumbuhan Kepuasan wisatawan dapat diperoleh
ekonomi, kemajuan nilai sosial-budaya, dengan tata kelola wisata yang bagus,
peningkatan kualitas lingkungan atau setidaknya mampu menyajikan daya tarik
lainnya (Hermawan, 2016;Hermawan, wisata yang indah, unik, asli dan bernilai
2016a).Dengan pengelolaan geowisata edukasi disertai dengan sarana prasarana
diharapkan proses pembangunan di daerah pendukung yang tepat guna dan didukung
wisata tersebut semakin meningkat, dan pelayanan prima (Hermawan, 2017).
manfaatnya dapat dirasakan secara nyata Peningkatan keselamatan juga dianggap
oleh masyarakat lokal. Salah satu model tata sebagai upaya yang sangat tepat dalam
kelola atau sistem manajemen yang cocok menjamin kepuasan wisatawan terhadap
untuk geowisata yaitu mengadopsi destinasi wisata.Untuk mendukung
pariwisata berbasis kerakyatan atau keselamatan wisatawan dapat dilakukan
masyarakat, yang dikenal dengan dengan upaya minimalisasi risiko bahaya
Community Based Tourism (CBT).Konsep dan kecelakaan dengan mengadaptasi
CBT, mensyaratkan bahwa pariwisata anjuran dalam guidelines for safe
sebaiknya diinisiasi bersama masyarakat recreational water (2003). Pencegahan
lokal, dikembangkan oleh masyarakat lokal, resiko kecelakaan dapat dilakukan dengan
dan benefit dari pariwisata diharapkan peningkatan keselamatan. Peningkatan
dapat dinikmati masyarakat lokal sendiri keselamatan tersebut dapat diintervensi
(“Kyrgyz Community Based Tourism,” dengan lima pendekatan yaitu : (1)
n.d., diakses tanggal 15 Agustus 2016); Pekerjaan/ perekayasaan (engineering); (2)
(ASEAN Community Based Tourism Memperkuat (enforment); (3) Pendidikan
Standart 2016).(5) Prinsip kelima adalah (education); (4) Tindakan untuk
Tourist satisfaction (R. Dowling & memberanikan (encouragement); dan(5)
Newsome, 2010). Mewujudkan kepuasan Kesiapan bahaya (emergency
wisatawan berarti pengelolaan geowisata preparadness).

402 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

Manajemen Geowisata :
Struktur Geologi
1.Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi lingkungan;
2.Pembangunan pariwisata berkelanjutan & keterlibatan
masyarakat; 3. Safety manajement; 4.service excelent disertai
sarana prasarana pendukung yang tepat guna

Stratifigrafi

Syarat destinasi
Aktifitas Geowisata :

1.Adanya aspek informasi dan


pengkayaan ilmu pengetahuan 1.Pembelajaran kegeologian sebagai daya tarik utama;
kegeologian (geo-science); 2.Pengkayaan pengetahuan (wisatawan-masyarakat);
2.Adanya keanekaragaman daya 3.Penghargaan dan pelestarian alam; 4.Petualangan lintas alam
tarik dalam satu kawasan;
3.Keindahan, keaslian, nilai
ilmiah, dan keunikan alam
(geologi); 4.Peluang untuk
petualangan alam; 5.Adanya
ekosistem yang alami dan dijaga
melalui kegiatan/ menajemen
Topografi wisata berbasis konservasi
Output

Peningkatan pengetahuan dan Kepuasan wisatawan, Kelestarian


lingkungan, Kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, Pariwisata
yang berkelanjutan

Batuan &
kandungan
mineral

Gambar 4.

Bagan Alur Proses

Bagan diatas menunjukan bahwa, Keempat fenomena diatas


pengeloaan geowisata berada dalam lima hendaknya memenuhi kriteria-kriteria
fokus utama, yaitu merumuskan potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi
alam yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata. Kriteria destinasi geowisata
geowisata (bisa memakai kawasan yang sebagai berikut : (1) Adanya aspek
berstatus geopark), merumuskan kriteria- informasi dan pengkayaan ilmu
kriteria destinasi geowisata, manajemen pengetahuan kegeologian (geo-science); (2)
geowisata, merumuskan aktifitas dalam Adanya keanekaragaman daya tarik dalam
kegiatan. satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai
ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4)
Indikator keberhasilan Peluang untuk petualangan alam; (5)
atau dari output Adanya ekosistem yang alami dan dijaga
geowisata. melalui kegiatan/ menajemen wisata
berbasis konservasi
Potensi atau fenomena geologi yang
dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi :
(1) struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3)
topografi, (4) termasuk juga batuan, fosil,
dan material yang terkandung didalamnya.
403 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

Aktifitas dalam Kegiatan geowisata. Kriteria destinasi geowisata


Geowisata sebagai berikut : (1) Adanya aspek
informasi dan pengkayaan ilmu
Aktifitas Geowisata yang dapat pengetahuan kegeologian (geo-science); (2)
dikembangkan di destinasi meliputi : (1) Adanya keanekaragaman daya tarik dalam
Pembelajaran kegeologian; (2) Kegiatan satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai
yang mampu memberi pengkayaan ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4)
pengetahuan (wisatawan-masyarakat) Peluang untuk petualangan alam; (5)
khususnya terkait dengan aspek kegeologian Adanya ekosistem yang alami dan dijaga
yang menjadi daya tarik wisata (3) Kegiatan melalui kegiatan/ menajemen wisata
penghargaan dan pelestarian atau berbasis konservasi
konservasi alam (4) Petualangan lintas Aktifitas Geowisata yang dapat
alam. Hal ini harus diriringi dengan dikembangkan di destinasi meliputi : (1)
pengelolaan oleh manajemen profesional Pembelajaran kegeologian; (2) Kegiatan
dalam hal (1) Pengembangan atraksi yang mampu memberi pengkayaan
geowisata & Konservasi lingkungan; (2) pengetahuan (wisatawan-masyarakat)
Pembangunan pariwisata berkelanjutan & khususnya terkait dengan aspek kegeologian
keterlibatan masyarakat; (3) Safety yang menjadi daya tarik wisata (3) Kegiatan
manajement; (4) Service excelent disertai penghargaan dan pelestarian atau
sarana prasarana pendukungAktifitas konservasi alam (4) Petualangan lintas
geowisata diharapkan dapat memberi alam. Hal ini harus diriringi dengan
output manfaat yang meliputi : (1) Manfaat pengelolaan oleh manajemen profesional
pada kelestarian alam, dan fenomena dalam hal (1) Pengembangan atraksi
geologi yang menjadi daya tarik wisata; (2) geowisata & Konservasi lingkungan; (2)
Tercapainya kepuasan wisatawan melalui Pembangunan pariwisata berkelanjutan &
pengalaman bewisata dan pengkayaan keterlibatan masyarakat; (3) Safety
pengetahuan yang didapat selama berwisata; manajement; (4) Service excelent disertai
(3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi sarana prasarana pendukung.
masyarakat; (4) Terwujudnya pengelolaan Aktifitas geowisata diharapkan dapat
pariwisata yang berkelanjutan. memberi output manfaat yang meliputi : (1)
Bagan diatas menunjukan bahwa, Manfaat pada kelestarian alam, dan
pengeloaan geowisata berada dalam lima fenomena geologi yang menjadi daya tarik
fokus utama, yaitu merumuskan potensi wisata; (2) Tercapainya kepuasan wisatawan
alam yang dapat digunakan untuk kegiatan melalui pengalaman bewisata dan
geowisata (bisa memakai kawasan yang pengkayaan pengetahuan yang didapat
berstatus geopark), merumuskan kriteria- selama berwisata; (3) Peningkatan
kriteria destinasi geowisata, manajemen kesejahteraan ekonomi masyarakat; (4)
geowisata, merumuskan aktifitas dalam Terwujudnya pengelolaan pariwisata yang
kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai berkelanjutan.
indikator keberhasilan atau dari output
geowisata.
Potensi atau fenomena geologi yang
dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi : KESIMPULAN
(1) struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3)
topografi, (4) termasuk juga batuan, fosil, Geowisata mencoba dihadirkan
dan material yang terkandung sebagai sebuah solusi bagaimana
didalamnya.Keempat fenomena diatas memanfaatkan kekayaan geologi beserta
hendaknya memenuhi kriteria-kriteria berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata
untuk dikembangkan sebagai destinasi dan ekonomi yang berwawasan

404 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

lingkungan.Paradigma dalam pengelolaan Pembangunan pariwisata berkelanjutan &


geowisata adalah bagaimana pengelolaan keterlibatan masyarakat; (3) Safety
pariwisata mampu mengoptimalkan potensi manajement; (4) service excelent disertai
alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi sarana prasarana pendukung. Aktifitas
kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, geowisata diharapkan dapat memberi
sekaligus mampu menekan seminimal output manfaat yang meliputi :
mungkin potensi kerusakan alam.Oleh (1) Manfaat pada kelestarian alam, dan
karena itu, artikel ini mencoba fenomena geologi yang menjadi daya tarik
merekomendasikan model pengelolaan wisata;
geowisata. Pengeloaan geowisata berada (2) Tercapainya kepuasan wisatawan
dalam lima fokus utama, yaitu merumuskan melalui pengalaman bewisata dan
potensi alam yang dapat digunakan untuk pengkayaan pengetahuan yang didapat
kegiatan geowisata (bisa memakai kawasan selama berwisata;
yang berstatus geopark), merumuskan (3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi
kriteria-kriteria destinasi geowisata, masyarakat;
manajemen geowisata, merumuskan (4) Terwujudnya pengelolaan pariwisata
aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan yang berkelanjutan.
terakhir mengenai indikator keberhasilan
atau dari output geowisata.Potensi atau
fenomena geologi yang dapat dijadikan daya
tarik wisata meliputi : (1) struktur geologi; DAFTAR PUSTAKA
(2) stratifigrafi; (3) topografi, (4) termasuk
juga batuan, fosil, dan material yang Adom, Y. A., Jussem, B., Pudun, J., &
terkandung didalamnya.Keempat fenomena Azizan, Y. (2012). Factors that
diatas hendaknya memenuhi kriteria-
kriteria untuk dikembangkan sebagai Influence Visitor’s Satisfaction
destinasi geowisata. Kriteria destinasi Toward Kuching Waterfront.
geowisata sebagai berikut : (1) Adanya
aspek informasi dan pengkayaan ilmu Journal for the Advancement of
pengetahuan kegeologian (geo-science); (2) Scient & Art, 45.
Adanya keanekaragaman daya tarik dalam
satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai
ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4) Ahman Sya, M. (2012). Geologi Pariwisata.
Peluang untuk petualangan alam; (5)
Adanya ekosistem yang alami dan dijaga Bandung: Universitas BSI Press.
melalui kegiatan/ menajemen wisata
berbasis konservasiAktifitas Geowisata yang
dapat dikembangkan di destinasi meliputi : ASEAN Community Based Tourism
(1) Pembelajaran kegeologian; (2) Kegiatan Standart. (2016). Jakarta: ASEAN
yang mampu memberi pengkayaan
pengetahuan (wisatawan-masyarakat) Secretariat.
khususnya terkait dengan aspek kegeologian
yang menjadi daya tarik wisata (3) Kegiatan
penghargaan dan pelestarian atau Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012). Kualitas
konservasi alam (4) Petualangan lintas Daya Tarik Wisata, Kepuasan dan
alam. Hal ini harus diriringi dengan
pengelolaan oleh manajemen profesional Niat Kunjungan Kembali
dalam hal (1) Pengembangan atraksi Wisatawan Mancanegara di Jawa
geowisata & Konservasi lingkungan; (2)
405 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

Tengah. Jurnal Ilmiah Dinamika Dowling, R. K., & Newsome, D. (2006).


Kepariwisataan, 11(2). Geotourism. routledge.
Dowling, R., & Newsome, D. (2010).
Berno, T., & Bricker, K. (2001). Chapter 1. Geotourism: A global
Sustainable Tourism Development: activity. Global Geotourism
The Long Road from Theory to Perspectives. Goodfellow London.
Practice. International Journal of
Economic Development, 3(3), 1–18. Ginting, N., Rahman, N. V., & Sembiring,
G. (2017). Tourism Development
Chen, A., Lu, Y., & Ng, Y. C. Y. (2015). Based on Geopark in Bakkara
The Principles of Geotourism. Caldera Toba, Indonesia. In IOP
Springer. Conference Series: Materials
Science and Engineering (Vol. 180,
Darsono, R. (2015). Pengaruh Kualitas p. 12086). IOP Publishing.
Daya Tarik Wisata terhadap
Tingkat Kepuasan Wisatawan, Studi Ginting, N., & Sasmita, A. (2018).
Kasus di Waduk Jatiluhur- Developing Tourism Facilities
Kabupaten Purwakarta. JURNAL Based on Geotourism in Silalahi
NASIONAL PARIWISATA, 5(1), Village, Geopark Toba Caldera. In
14–22. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science (Vol. 126, p.
Darsoprajitno, S. (2002). Ekologi 12163). IOP Publishing.
Pariwisata. Bandung: Penerbit
Angkasa. Guidelines for Safe Recreational Water.
Volume 1, Coastal and Fresh
Dirgantara, A. R. (2012). Peran Interpreter Waters. (2003). Risk Management
dalam Kegiatan Geowisata: Studi (Vol. 1).
Kasus Gunung Tangkuban Perahu.
Hermawan, H. (2016a). Dampak
Dowling, R. K. (2011). Geotourism’s Pengembangan Desa Wisata
Global Growth. Geoheritage, 3, 1– Nglanggeran Terhadap Ekonomi
13. Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata,
3(2), 105–117.
406 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

Hermawan, H. (2016b). Dampak Assessment as A Tool For


Pengembangan Desa Wisata Geoconservation and Geotourism
Nglanggeran Terhadap Sosial Purposes: A Case Study from
Budaya Masyarakat Lokal. In Vizovicka Vrchovina Highland
Seminar Nasional Ilmu (Eastern Part of The Czech
Pengetahuan dan Teknologi Republic). Geoheritage, 8(1), 5–14.
Komputer Nusa Mandiri Pertama
Tahun 2016 (Vol. 1, pp. 426–435). Kyrgyz Community Based Tourism. (2017).
SNIPTEK Nusa Mandiri.
Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., &
Hermawan, H. (2017). Pengaruh Daya Seegoolam, P. (2011). An
Tarik Wisata, Keselamatan dan Assessment of Visitor Satisfaction
Sarana Wisata Terhadap Kepuasan with Nature-Based Tourism
serta Dampaknya terhadap Loyalitas Attractions.
Wisatawan  : Studi Community
Based Tourism di Gunung Api Nainggolan, R. (2016a). Informasi Geologi
Purba Nglanggeran. Wahana Lingkungan Berbasis Partisipasi
Informasi Pariwisata  : Media Masyarakat debagai Kawasan
Wisata, 15(1), 562–577. Geowisata Danau Toba di
Kabupaten Samosir. Jurnal
Hermawan, H., & Brahmanto, E. (2018). Penelitian Pendidikan Sosial Dan
GEOWISATA  : Perencanaan Humaniora, 1(1), 22–28.
Pariwisata Berbasis Konservasi. Jawa
Tengah: Jawa Tengah: PT Nasya Nainggolan, R. (2016b). Informasi Geologi
Expanding Management. Lingkungan Berbasis Partisipasi
Masyarakat sebagai Kawasan
Hidayat, N. (2002). Analisis Pengelolaan Geowisata Danau Toba di
Kawasan Eksokarst Gunungkidul Kabupaten Samosir. Jurnal
sebagai Kawasan Geowisata. Institut Penelitian Pendidikan Sosial Dan
Pertanian Bogor. Humaniora, 1(1), 22–28.

Kubalíková, L., & Kirchner, K. (2016).


Geosite and Geomorphosite
407 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408

@STPS 2018, All Rights Reserved

Pásková, M. (2012). Environmentalistika Stokes, A. M., Cook, S. D., & Drew, D.


Cestovního Ruchu. Czech Jounal of (2003). Geotourism: The New
Tourism, 1(2). Trend in travel. Travel Industry
America and National Geographic
Pendit, N. S. (2002). Ilmu Pariwisata. Traveler.
Jakarta: P.T Pradnya Paramita.
Sudana, I. P. (2013). Strategi
Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Pengembangan Desa Wisata
Yogyakarta: andi. Ekologis Di Desa Belimbing,
Kecamatan Pupuan Kabupaten
Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi Tabanan. Analisis Pariwisata, 13(1),
Pariwisata. Yogyakarta: Andi. 11–31.

Purbohadiwijoyo, M. M. (1967). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009


Hydrogeology of Strato-volcanoes: Tentang Kepariwisataan, Sekretariat
A Geomorphic Approach. In Negara. Jakarta § (2009). Indonesia.
Memoires IAH Congress 1965 (pp.
293–298). UNESCO. (2006). Guidelines and Criteria
for National Geoparks seeking
Seminar Nasional Tentang Geowisata. UNESCO’s assistance to join the
(1990). In Seminar Nasional Global Geoparks Network (GGN).
Tentang Geowisata. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi (P3G)  : Wood, M. (2002). Ecotourism: Principles,
Departemen Energi dan Mineral practices and policies for
Republik Indonesia. sustainability. UNEP.

Stevianus, S. (2014). Pengaruh Atraksi World Commission on Environmenoutal


Wisata, Fasilitas Dan Kualitas and Development. (1987) (Our
Pelayanan Terhadap Kepuasan Common). Oxford University Press.
Pengunjung Di Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Bisnis, 19(3).

408 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

ANALISIS RUANG KOMERSIAL BAGI PEDAGANG KAKI LIMA


DI KAWASAN HUTAN KOTA RAWA DONGKAL, KELURAHAN CIBUBUR,
JAKARTA TIMUR

Kadek Wiweka1, Yulianti2, Putu Pramania Adnyana3, Ni Luh Putu Trisdyani4

12
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid
3
Universitas Indonesia
3
Universitas Hindu Indonesia
kadek.wiweka@stpsahid.ac.id

ABSTRACT

Jakarta residents often travel outside the city on holidays. In fact, the city of Jakarta also has the
potential for diverse tourist attractions. One of the potential of natural tourism in this city is the
Rawa Dongkal City Forest located in Cibubur Village. Utilization of urban forest as a tourist
attraction has basically been protected in terms of legality, but in reality, the problem that often
occurs is that most urban forests have not been properly utilized. The purpose of this study was to
analyze the use of commercial space for street vendors in the Rawa Dongkal City Forest area. It is
hoped that street vendors will no longer be considered a threat, but can be involved and support
conservation through tourism activities. This research uses qualitative methods which are translated
into three stages. First is the orientation or description of the potential and characteristics of Green
Open Space, second is the reduction in determining internal and external factors in involving street
vendors, and the last is selection in analyzing the use of commercial space in the Rawa Dongkal
City Forest area. The study found that the main strength of tourism products in the Rawa Dongkal
City Forest is related to natural potential. Therefore, supporting facilities for natural tourism
attractions based on the principles of sustainable tourism are suitable to be developed, such as
commercial centers that are used as culinary centers. The concept that can be implemented is the
Zoning Concept used is the concept of Tripartite Attraction Design Model. This concept is an
alternative to the potential of natural tourism and local communities complement each other in
developing tourism activities in the Rawa Dongkal City Forest area.

Keywords: Utilization, Commercial Space, Street vendors, City Forest Rawa Dongkal, Cibubur

ABSTRAK

Penduduk Jakarta kerap melakukan perjalanan ke luar Kota Jakarta pada hari libur. Faktanya, Kota
Jakarta juga memiliki potensi daya tarik wisata yang beragam. Salah satu potensi wisata alam yang
ada di Kota Jakarta adalah Hutan Kota Rawa Dongkal yang terletak di Kelurahan Cibubur.
Pemanfaatan hutan kota sebagai daya tarik wisata pada dasarnya telah dilindungi dari sisi legalitas,
namun dalam kenyataannya, permasalahan yang sering terjadi adalah sebagian besar hutan kota
belum dimanfaatkan secara tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pemanfaatan

409 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

ruang komersial bagi pedagang kaki lima di kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal. Sehingga PKL
tidak lagi dianggap menjadi ancaman, namun dapat terlibat dan mendukung pelestarian melalui
kegiatan pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dijabarkan menjadi tiga
tahapan. Pertama adalah orientasi atau deskripsi potensi dan karakterstik Ruang Terbuka Hijau,
kedua adalah reduksi dalam menentukan faktor-faktor internal dan eksternal dalam melibatkan
PKL, dan yang terakhir adalah selection dalam melakukan analisa pada pemanfaatan ruang
komersial di kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal.Penelitian ini menemukan bahwa kekuatan
produk wisata di Hutan Kota Rawa Dongkal yang sebagian besar memanfaatkan potensi alam maka
akan sangat cocok untuk mengembangkan fasilitas pendukung atraksi wisata alam yang berdasarkan
pada prinsip-prinsip wisata berkelanjutan, seperti sentra komersial yang dimanfaatkan sebagai pusat
kuliner, karena akan dapat melindungi sumber daya alam yang dimilki. Adapun konsep yang dapat
diimplementasikan adalah Konsep Zonasi yang digunakan adalah konsep Tripartite Attraction
Design Model. Konsep ini menjadi alternatif bagi potensi wisata alam dan masyarakat lokal saling
melengkapi dalam mengembangkan kegiatan wisata di kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal.

Kata Kunci: Pemanfaatan, Ruang Komersial, Pedagang kaki lima, Hutan Kota Rawa Dongkal,
Cibubur

Riwayat Artikel : Bangka, Lombok dan berbagai kota tujuan


Diajukan: 02 September 2018 wisata lainnya, mengalami peningkatan yang
Direvisi: 27 September 2018 signifikan (Airmagz, 2017).
Diterima: 19 Oktober 2018 Kecenderungannya adalah, masyarakat di
Kota Jakarta sebagian besar mencari daya
tarik wisata yang bernuansa alam, baik
pegunungan, pantai, danau, dan laut.
PENDAHULUAN Besarnya pasar potensial tersebut tentu
tidak akan berpengaruh banyak pada
Pertumbuhan wisatawan lokal (visitor) perkembangan wisata di Kota Jakarta itu
sering kali belum menjadi target utama bagi sendiri apabila pemerintah dan
pembangunan pariwisata nasional maupun stakeholders tidak mempersiapkan daya
lokal. Sedangkan pada kenyataannya tarik yang bisa “memikat” minat wisatawan
wisatawan lokal cenderung lebih lokal. Mengingat daya dukung (carrying
memberikan dampak langsung (direct capacity) beberapa daya tarik wisata utama
impact) bagi masyarakat lokal karena yang terbatas, dimana dilihat dari
efisiensi jalur penghubung antar keduanya penumpukan (over capacity) beberapa
(konsumen dan produsen).Kota Jakarta, tempat wisata pada hari libur (detik.com,
dengan jumlah penduduk (2016) 2017). Maka kecenderungan warga Jakarta
10.199.700 jiwa, atau hampir 4% dari total (wisatawan potensial) untuk berwisata ke
penduduk Indonesia, serta 7.670.587 luar Kota Jakarta semakin meningkat.
diantaranya berada pada usia produktif (15 Fenomena tersebut pada dasarnya
tahun ke atas), dengan tingkat memberi peluang bagi daya tarik wisata
pengangguran 7,2%, merupaka pasar pendukung (supporting tourist attraction)
potesial. Tidak mengherankan apabila pada sebagai tujuan alternatif warga Jakarta untuk
waktu akhir pekan (sabtu dan minggu), menghabiskan waktu luas mereka. Dengan
serta pada waktu libur nasional, akses jalan adanya 14,94 persen atau 9.896,8 hektare
dan kereta dari Jakarta menuju kota-kota Ruang Terbuka Hijau dari total luas
disekitarnya seperti Bogor dan Bandung wilayah Kota Jakarta, maka peluang
mengalami kemacetan (Liputan6, 2017), menciptakan daya tarik wisata pendukung
begitu pula dengan angka penumpang semakin terbuka. Dimana daya tarik wisata
pesawat terbang dari Jakarta menuju ini akan menyerap “tumpahan” pasar
destinasi wisata seperti Bali, Jogyakarta, wisatawan lokal yang tidak terserap oleh

410 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

daya tarik utama. Namun, permasalahan hayati. Sedangkan dari sisi pengelolaan
klasik dan utama dari daya tarik tersebut (pasal 21 dan 22), hutan kota yang berada
adalah pada pengelolaan yang kurang pada tanah negara dapat dilakukan oleh
optimal, sehingga kurang mampu menarik pemerintah dan masyarakat, adapun ruang
minat wisatawan untuk berkunjung. lingkupnya terdiri dari penyusunan rencana
Umumnya permasalah yang ada terkait pengelolaan, pemeliharaan, perlindungan,
dengan tata kelola, kebersihan, dan pemanfaatan, dan pengawasan. Dalam
keamanan. Salah satu isu yang sering pasal 27 juga disebutkan secara tegas bahwa
muncul adalah keberadaan Pedagang Kaki hutan kota dapat dimanfaatkan untuk
Lima (PKL) yang “terkesan” mengganggu berbagai keperluan, termasuk diantaranya
kawasan daya tarik wisata karena dapat pariwisata alam, rekreasi dan atau olahraga,
menimbulkan pencemaran (kebersihan), pendidikan hingga pelestarian alam.
kesehatan dan keamanan bagi wisatawan, Berdasarkan peraturan tersebut, maka
terutama bagi bidang usaha yang terkait pemanfaatan hutan kota sebagai daya tarik
kuliner atau makanan dan minuman. wisata dapat dilakukan pemerintah daerah
Salah satu potensi wisata alam yang ada atau dengan cara melibatkan masyarakat
di Kota Jakarta, khususnya Jakarta Timur lokal. Namun dalam kenyataannya,
adalah Hutan Kota Rawa Dongkal yang permasalahan yang sering terjadi adalah
terletak di Kelurahan Cibubur. Area ini sebagian besar hutan kota belum
merupakan salah satu lahan terbuka hijau dimanfaatkan secara tepat sehingga
dengan luas 32.812 m², dan merupakan terkesan tidak terawat atau bahkan ada yang
daerah resapan air hujan di sekitar Jakarta dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan
Timur. Potensi dan karakteristik alam sampah sementara (Kompas, 2017).
seperti ini tentu sudah sangat sulit Sedangkan, pada kawasan Hutan Kota
ditemukan di Kota Jakarta, dimana lebih Rawa Dongkal pada dasarnya telah
didominasi oleh gedung-gedung bertingkat dikunjungi oleh masyarakat sekitar dan
dan modern. Oleh karenanya tidak heran mampu menjadi daya tarik, adapun
jika Hutan Kota ini menjadi daya tarik kegiatan yang dilakukan pengunjung
tersendiri bagi masyarakat di kelurahan diantaranya adalah mulai dari berekreasi,
Cibubur dan sekitarnya. Umumnya memancing, piknik, bahkan berwisata
pengunjung yang datang untuk menikmati kuliner. Namun, keberadaan para
pemandangan, namun adapula yang Pedagang Kaki Lima (PKL) cenderung
memanfaatkan danau tersebut sebagai area dapat mengancam kelestarian alam dan
pemancingan. menimbulkan pencemaran, terutama dari
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. sampah buangan makanan. Hal ini tentu
63 Tahun 2002 pasal 1 tentang Hutan Kota bertolak belakang dengan manfaat
menjelaskan bahwa hutan kota adalah pariwisata terhadap lingkungan, dimana
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lingkungan dan pariwisata memiliki
lahan berisi sumber daya alam hayati yang hubungan yang kompleks dan saling
didominasi pepohonan dalam persekutuan melengkapi (simbiosis mutualisme).
alam lingkungannya, yang satu dengan Pariwisata dapat mengambil keuntungan
lainnya tidak dapat dipisahkan, sera terletak dari pemanfaatan sumber daya alam, dan
di dalam wilayah perkotaan, baik pada sebaliknya keuntungan dari kegiatan
tanah negara maupun tanah hak. Adapun pariwisata juga dapat digunakan untuk
fungsinya adalah untuk memperbaiki dan menjaga (preservation) dan mengkonservasi
menjaga iklim mikro dan nilai estetika, (conservation) lingkungan itu
meresap air, menciptakan keseimbangan sendiri.Berdasarkan permasalahan tersebut,
dan keserasian lingkungan fisik kota, serta maka fokus penelitian ini adalah untuk
mendukung pelestarian keanekaragaman merencanakan desain pengelolaan ruang
410 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

komersial bagi pedagang kaki lima di dalam pengembangan pariwisata yang


kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal, berkelanjutan.
Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur melalui Secara umum, beberapa isu kerusakan
konsep zonasi. Sehingga PKL tidak lagi lingkungan dapat disebabkan oleh beberapa
dianggap menjadi ancaman, namun dapat faktor diantaranya, pembangunan yang
terlibat dan mendukung pelestarian melalui tidak tepat (inappropriate development),
kegiatan pariwisata. pembangunan yang berlebihan (over-
Penelitian ini bertujuan untuk development), dan pembangunan yang
mengetahui potensi yang dimiliki kawasan tidak terselesaikan (unfinished
Hutan Kota Rawa Dongkal sebagai daya development).
tarik wisata, faktor-faktor kekuatan, Pembangunan yang tidak tepat adalah
kelemahan, peluang, serta tantangan dalam pembangunan yang dilakukan tidak sesuai
melibatkan PKL pada kawasan Hutan Kota dengan tata ruangnya. Sebagai contoh,
Rawa Dongkal sebagai pendukung daya pembangunan pada jalur hijau atau bahkan
tarik wisata, serta bagaimana desain pembangunan akomodasi pada bibir pantai
pengelolaan ruang komersial yang sesuai yang merupakan zona inti atraksi wisata.
bagi pedagang kaki lima di kawasan Hutan Pembangunan yang berlebihan adalah
Kota Rawa Dongkal, melalui konsep pembangunan yang tidak mengindahkan
zonasi. kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip daya
dukung (carrying capacity) suatu destinasi
wisata.
Pembangunan yang tidak terselesaikan
TINJAUAN PUSTAKA adalah pembangunan yang tidak sesuai
dengan perencanaan yang telah dilakukan.
Daya Tarik Wisata Alam Umunya dengan alasan tertentu,
pembangunan tidak dilanjutkan lagi setelah
Cooper et al. (1993: 81) menjabarkan proses pengerjaan dilakukan. Hal ini
atribut “amalgam” destinasi wisata ke dalam mengakibatkan adanya infrastruktur yang
empat komponen, yang dikenal dengan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal,
empat As. Yang diantaranya adalah: (i) dan mengurangi produktifitas lahan.
Attractions (atraksi); (ii) Accessibilities
(aksesibilitas); (iii) Amenities (amenitas atau Hutan Kota
fasilitas penunjang pariwisata); (iv) Ancillary
service (organisasi penunjang kegiatan Peraturan pemerintah republik
pariwisata). Sedangkan, Buhalis (2000: 98) indonesia nomor 63 tahun 2002 tentang
mengembangkan komponen tersebut hutan kota, menyatakan bahwa hutan kota
menjadi enam elemen, dimana ia adalah suatu hamparan lahan yang
menambahkan dua elemen, yang terdiri bertumbuhan pohon-pohon yang kompak
dari (i) Activities dan (ii) Available dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik
packages. Namun dalam pada tanah negara maupun tanah hak, yang
perkembangannya, terkait dengan ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat
kesadaran pariwisata akan prinsip-prinsip yang berwenang. Adapun pada pasal 14
sustainability (keberlanjutan), masyarakat diatur tipe taman kota diantarnya tipe
lokal (local community) juga mendapatkan kawasan permukiman; tipe kawasan
perhatian yang cukup signifikan dalam industri; tipe rekreasi; tipe pelestarian
komponen pariwisata. Sehingga, plasma nutfah; tipe perlindungan; dan tipe
keterlibatan masyarakat (community pengamanan.
involvement) menjadi isu yang penting

411 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Pedagang Kaki Lima Analisis SWOT dan


Konsep Zonasi dalam
Pedagang adalah orang atau insitusi Menentukan Strategi
yang memperjualbelikan produk atau Pengelolaan Ruang
barang kepada konsumen baik secara
langsung maupun tidak langsung (Damsar, Pada tahapan pengumpulan data,
1997 : 106). Sedangkan Perda No. 8 Tahun penelitian ini akan mengidentifikasi
2007 menyatakan pedagang kaki lima berbagai faktor-faktor internal (kekuatan
adalah seseorang yang melakukan kegiatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal
usaha perdagangan dan jasa yang (peluang dan ancaman) dalam melibatkan
menempati tempat-tempat prasarana kota PKL pada kawasan Hutan Kota Rawa
dan fasilitas umum baik yang mendapatkan Dongkal sebagai pendukung daya tarik
izin dari pemerintah daerah maupun yang wisata. Setelah mengumpulkan semua
tidak mendapatkan izin pemerintah daerah informasi, tahap selanjutnya adalah
antara lain badan jalan, trotoar, saluran air, menggunakan semua informasi tersebut
jalur hijau, taman, bawah jembatan dan pada model perumusan strategi, dimana
jembatan penyeberangan. Sedangkan model yang digunakan adalah matrik
dalam pelaksanaannya, PKL diwajibkan SWOT dan Matriks Grand Strategy.
bertanggung jawab terhadap ketertiban, Setelah melakukan formulasi melalu
kebersihan dan menjaga kesehatan matriks SWOT, maka tahapan selanjutnya
lingkungan serta keindahan di sekitar adalah menentukan strategi alternatif yang
tempat berdagang (pasal 26). sesuai untuk merencanakan desain
Sedangkan Perpres No. 125 Tahun pengelolaan ruang komersial bagi pedagang
2012 tentang koordinasi penataan dan kaki lima di kawasan Hutan Kota Rawa
pemberdayaan pedagang kaki lima, Dongkal, Kelurahan Cibubur, Jakarta
memperkuat dengan menyatakan bahwa Timur melalui konsep zonasi. Adapun
PKL adalah pelaku usaha yang melakukan konsep Zonasi yang digunakan adalah
usaha perdagangan dengan menggunakan konsep Tripartite Attraction Design Model
sarana usaha bergerak maupun tidak (Gunn, 1997:55), yang merupakan suatu
bergerak, menggunakan prasarana kota, konsep perencanaan fisik yang membagi
fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan suatu obyek dan daya tarik wisata menjadi 3
bangunan milik pemerintah dan/atau swasta bagian atau elemen penting yaitu Zona Inti
yang bersifat sementara/tidak menetap. (Nucleus) yang merupakan komponen
PKL dalam pemberdayaannya juga utama dari suatu daya tarik wisata yang
didukung melalui beberapa kegiatan, mencerminkan image, Zona Penyangga
diantaranya adalah penyuluhan, pelatihan (Inviolate Belt) adalah daerah yang
dan/atau bimbingan sosial; peningkatan berfungsi sebagai pelindung bagi kondisi
kemampuan berusaha; pembinaan dan fisik kawasan atau daya tarik wisata tersebut,
bimbingan teknis; fasilitasi akses sedangkan Zona Pemanfaatan (Zone of
permodalan; pemberian bantuan sarana Closure) adalah zona yang terletak pada sisi
dan prasarana; penguatan kelembagaan luar daya tarik wisata. Pada zona
melalui koperasi dan kelompok usaha pemanfaatan dilakukan pengembangan
bersama; fasilitasi peningkatan produksi; yang bersifat menunjang aktivitas-aktivitas
pengolahan, pengembangan jaringan dan wisata, seperti fasilitas, prasarana dan sarana
promosi; fasilitasi kerja sama antar daerah; wisata.
mengembangkan kemitraan dengan dunia
usaha.

412 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

wisata. Serta tahap ketiga proses selection


dimana peneliti menguraikan fokus
METODE penelitian secara lebih rinci. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi potensi
Sumber data yang digunakan daya tarik wisata Hutan Kota Rawa
diantaranya adalah data primer, dimana Dongkal, mengidentifikasi faktor-faktor
informan (Sugiyono, 2007: 298) yang kekuatan, kelemahan, peluang, serta
diwawancarai dalam penelitian diplilih tantangan dalam melibatkan PKL pada
melalui tehnik purposive sampling kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal sebagai
diantaranya dari kalangan pemerintah Suku pendukung daya tarik wisata, dan
Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kelurahan merencanakan desain pengelolaan ruang
Cibubur, Pihak Kecamatan Ciracas dan komersial yang sesuai bagi pedagang kaki
dari sejumlah RW dan RT disekitar Hutan lima di kawasan Hutan Kota Rawa
Kota Rawa Dongkal. Informan dari industri Dongkal, melalui konsep zonasi.
berasal dari sejumlah PKL yang ada di Selanjutnya data dan informasi
kawasan Hutan Kota Rawa dianalisa dengan teori-teori yang terkait
Dongkal.Sedangkan sumber data sekunder dengan fokus permasalahan. Dalam
dalam penelitian ini adalah didapatkan penelitian ini, desain pengelolaan ruang
melalui buku-buku teks atau referensi yang komersial dirancang dengan menggunakan
berkaitan dengan pengelolaan ruang konsep Tripartite Attraction Design Model
komersial, Perencanaan daya tarik wisata, (Gunn, 1997). Sedangkan permasalahan
dan yang berkaitan dengan objek dalam melibatkan PKL pada kawasan
penelitian secara khusus, data jumlah Hutan Kota Rawa Dongkal sebagai
kunjungan wisatawan, dokumen-dokumen pendukung daya tarik wisata akan
mengenai sejarah serta gambaran umum, digunakan alat formulasi strategi yaitu
peta kawasan dan stuktur organisasi analisis SWOT. Tahapan ini akan
pengelola kawasan tersebut.Sedangkan menghasilkan kesimpulan dalam bentuk
intrumen penelitian digunakan dalam narasi serta desain pengelolaan ruang
penelitian ini adalah pedoman wawancara, komersial pada kawasan Hutan Kota Rawa
panduan observasi, kamera, dan alat-alat Dongkal.
untuk mencatat.
Metode analisis data yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif (Kaelan.
2005: 58). Sedangkan paradigma yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah interpretatif ilmu sosial
(Jennings, 2001: 38). Adapun proses Danau Rawa Dongkal Cibubur pada
penelitian kualitatif (Sugiyono, 2007: 29-32) saat musim hujan berfungsi sebagai tempat
terdiri dari: Tahap pertama orientasi atau penampungan air agar tidak meluap
deskripsi (grand tour question). Pada menggenangi seluruh permukaan tanah,
tahapan ini, data yang diperoleh berupa isu dan bila musim kemarau tiba, danau ini
tentang potensi dan karakteristik Ruang menjadi tempat penampungan air bagi
Terbuka Hijau, khususnya Hutan Kota kawasan sekitar Cibubur yang dekat dengan
Rawa Dongkal, serta aktivitas PKL yang ada lokasi Danau Dongkal.Berdasarkan
disekitar daya tarik wisata tersebut.Tahap informasi dari masyarakat sekitar dan pihak
kedua reduksi atau fokus, dimana pada kelurahan cibubur, bahwa Danau ini
tahap ini fokus penelitian adalah bagaimana merupakan danau buatan, dimana pada
menentukan strategi dalam melibatkan masa yang lampau lokasi ini merupakan
PKL pada kawasan Hutan Kota Rawa bekas rawa dekat lapangan tembak untuk
Dongkal sebagai pendukung daya tarik latihan tentara dan pernah dijadikan sebagai

413 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

hutan perkebunan tanaman duku, yang optimal. Dalam perkembangannya


rambutan dan pohon karet di daerah RTH juga menyediakan sarana rekreasi
kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Saat ini dan ruang publik.
kawasan seluas 32.812 meter persegi masih Dalam sudut pandang pariwisata,
cukup terjaga keasriannya dengan potensi wisata dapat dijabarkan kedalam
dikelilingi oleh berbagai jenis tanaman elemen-elemen destinasi yang dikenal
hijau. dengan empat As. Yang diantaranya adalah
Posisi Danau Rawa Dongkal saat ini attractions (atraksi), dimana Hutan Kota
telah dikelilingi oleh berbagai kawasan Rawa Dongkal memang tidak terlalu luas,
perumahan dan pertokoan di daerah namun daya tarik dari hutan kota ini yaitu
Cibubur. Selain sebagai penampungan air pemandangan alam danau yang sangat
sementara, Hutan Kota ini juga berfungsi menakjubkan dan ketersediaan sarana
sebagai paru-paru kota ditengah penunjang kuliner yang merakyat. Selain itu
menurunnya wilayah hijau di kelurahan kawasan memiliki potensi wisata buatan
Cibubur atau bahkan di Jakarta Timur. manusia seperti perahu sampan atau
Lokasi ini juga kerap dimanfaatkan sebagai perahu kecil tematik (berbentuk bebek dan
tempat rekreasi oleh masyarakat sekitar aktivitas wisata lainnya) yang dapat
kelurahan Cibubur yang ingin menikmati digunakan wisatawan untuk berkeliling
suasana tenang sambil menikmati jajanan menikmati pemandangan alam di
yang ditawarkan Pedagang Kaki Lima sekitardanau. Saat ini aktivitas wisata yang
disekitar kawasan. Kehadiran PKL seperti dapat dilakukan wisatawan yaitu
sekeping mata uang yang memiliki dua sisi, memancing dengan membawa
di satu sisi kehadiran PKL dirasakan sangat perlengkapan pancing sendiri dan wisata
bermanfaat bagi masyarakat yang kuliner.
berkunjung ke danau tersebut. Namun Sedangkan accessibilities
disisi lain, PKL yang tidak tertata dan (aksesibilitas)hanya dapat dijangkau melalui
terkordinasi dapat memberikan dampak jalur darat dengan menggunakan sepeda
pada kelestarian lingkungan disekitar hutan motor, mobil atau angkutan umum.
kota. Lebih jauh kehadiran PKL yang tidak Kondisi jalan di sekitar Hutan Kota Rawa
terata dapat mengganggu pemandangan Dongkal juga sudah sangat baik. Jalannya
untuk meningkmati keindahan Danau sudah beraspal dan tidak ditemukan jalan
tersebut. yang rusak. Sarana transportasi tersedia dan
beroperasi lancar. Namun sayangnya,
Potensi yang dimiliki sarana jalan yang digunakan sebagai joging
kawasan Hutan Kota Rawa treck masih kurang terawat dimana
Dongkal sebagai daya sebagian besar jalan masih terhalang oleh
tarik wisata tanaman liar sehingga menyulitkan
pengunjung yang ingin berolahraga disekitar
Salah satu potensi yang dimiliki oleh area danau. Akses ke atraksi wisata Hutan
Hutan Kota Rawa Dongkal adalah sebagai Kota Rawa Dongkal cuku dekatpintu Tol
Ruang Terbuka Hijau atau RTH yang bisa keluar Cibubur. informasi mengenai Hutan
diakses oleh mayarakat baik secara Kota Rawa Dongkal juga tersedia pada
langsung dalam kurun waktu terbatas media sosial seperti facebook, twitter,
maupun secara tidak langsung dalam kurun youtube, path dan instagram.
waktu tertentu. Fungsinya adalah untuk Amenities atau sarana dan prasarana
menjaminnya ketersediaan oksigen, yang ada disekitar atraksi wisata Hutan Kota
terciptanya iklim yang sehat, terciptanya Rawa Dongkal atau kelurahan Cibubur
suasana yang teduh, nyaman, indah, dan diantaranya 2 tempat parkir dengan lahan
bersih, serta terkendalinya sistem tata air parkir yang terbatas, dan posisinya berada
414 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

tepat di pinggir jalan Jambore, dekat khusus oleh Suku Dinas Pertanian dan
dengan pintu masuk. Adapun tempat Kehutanan Jakarta Timur. Maka
istirahat pengunjung berupa tempat duduk pengelolaan dan pengawasan danau ini
yang terbuat dari kayu namun jumlahnya bersama-sama dilakukan oleh kecamatan
masih terbatas, hanya dua. Satu diantaranya Ciracas dan Kelurahan Cibubur.
berada persis di depan jalan raya dan yang Masyarakat lokal di sekitar danau belum
lainnya berada di pintu masuk dan tidak ada yang terlibat, baik secara langsung
cukup untuk menampung pengunjung maupun tidak langsung. Hanya saja
disaat ramai. Sedangkan tempat penjual sementara ini pemanfaatan sebagian laha
makanan, terdapat dua area, yang pertama telah dilakukan terutama olah para PKL.
berada di area pintu masuk, dan tempat Faktor-faktor kekuatan,
yang lainnya berada di area sekitar jalan kelemahan, peluang,
Jambore. Makanan yang biasanya dijual serta tantangan dalam
yaitu makanan tradisional seperti ketoprak, melibatkan PKL pada
mie ayam, es buah, es kelapa muda, kawasan Hutan Kota Rawa
batagor. Tempat jualan makanan dibuat Dongkal sebagai
seadanya, dan terlihat tidak dikelola secara pendukung daya tarik
baik dimana kurang memperhatikan wisata
kebersihan dan kelestarian lingkungan di
sekitar atraksi wisata Hutan Kota Rawa Analisis faktor-faktor
Dongkal. Fasilitas seperti tempat internal dan eksternal
pembuangan akhir yang sangat dekat
dengan pintu masuk danau mempengaruhi Untuk mendapatkan informasi
aroma sekitar atraksi wisata dan tidak jarang mengenai kekuatan, kelemahan, peluang
juga mengganggu pengunjung yang sedang dan ancaman yang dimiliki oleh kawasan
menikmati wisata kuliner. Adapun fasilitas Hutan Kota Rawa Dongkal, peneliti
pendukung pariwisata di sekitar Kelurahan melakukan FGD, wawancara, dan
Cibubur seperti 3 rumah sakit, 1 observasi. Data yang diperoleh selanjutnya
puskesmas, 3 apotik, dan 7 klinik. Selain itu akan dianalisis untuk menentukan strategi
pada area ini terdapat beberapa tempat yang tepat dalam pengembangan kawasan
ibadah diantaranya 29 Masjid, 52 Musholla, komersial di Hutan Kota Rawa Dongkal
dan 4 Gereja. Selain faslitias umum, pada dengan menggunakan analisis SWOT. Dan
kelurahan Cibubur juga terdapat beberapa berikut ini peneliti memaparkan hasil
daya tarik wisata pendukung Hutan Kota faktor-faktor SWOT tersebut :
Rawa Dongkal, diantaranya areal perikanan
dengan luas 14.025 m yang terdiri dari 80 Kekuatan (Strenghts)
kolam perikanan dan 70 sarana produksi
ikan yang menghasilkan 57.670.000 ikan air Dari sisi attractions (atraksi), Hutan
tawar kolam. Sedangkan dari sisi teknologi, Kota Rawa Dongkal memiliki potensi
area ini terdapat 50 warnet dan 25 menara wisata yang sebagian besar memanfaatkan
telekomunikasi. Area ini juga dilengkapi 1 potensi alam yang sangat hijau,
kantor pos dan 2 Bank umum. pemandangan yang sangat indah, serta air
Dari sisi ancillary service (organisasi yang cukup jernih sehingga dapat
penunjang kegiatan pariwisata), Hutan Kota dimanfaatkan sebagai atraksi wisata di Kota
Rawa Dongkal merupakan kawasan Jakarta. Selain itu, aksesibilitastergolong
berbadan hukum Hutan Kota cukup strategis sehingga mempermudah
11.0905.0101.001996 atas pengawasan bagi wisatawan untuk menuju beberapa
pemerintah daerah DKI Jakarta melalui atraksi yang ada di dalam kawasan Hutan
Dinas kelautan dan Pertanian, secara Kota Rawa Dongkal. Adapun amenities

415 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

didukung dengan fasilitas pendukung yang memanfaatkan potensi alam di Kota


pariwisata yang cukup memadai dan sangat Jakarta. Besarnya penduduk Jakarta yang
lengkap, mulai dari tempat penginapan memilih untuk berwisata ke luar Jakarta
berupa Airy Eco Cibubur Jambore SMP seperti Bogor dan Puncak untuk menikmati
147 dengan kisaran harga 239.888, Sky wisata alam.Trend berfoto di objek wisata
Residence Cibubur 1 Jakarta dengan baru di kalangan generasi millenial
kisaran harga 245.480, dan Apartemen khususnya objek wisata alam agar dapat
Cibubur Village dengan kisaran harga diposting di media sosial.Dengan
450.000. Dari sisi pengelolaan (Ancillary ditetapkan Rawa Dongkal sebagai Hutan
service) diharapkan pengembangan daya Kota berbadan hukum
tarik ini mendapat dukungan dari beberapa 11.0905.0101.001996 atas pengawasan
pihak penentu kebijakan (pemerintah). pemerintah daerah DKI Jakarta melalui
Dinas kelautan dan Pertanian, secara
Kelemahan (Weaknesses) khusus oleh Suku Dinas Pertanian dan
Kehutanan Jakarta Timur, maka kelestarian
Adapun kelemahan dati atraksi wisata di masa yang akan datang dapat lebih
yang dimilki Hutan Kota Rawa Dongkal terjamin dan terpelihara.
kurang dirawat atau dikelola secara Hutan Kota Rawa Dongkal juga
maksimal, kurang dikemas secara menarik memiliki letak yang sangat strategis, serta
dan minimnya kegiatan promosi. mulai gencarnya pembangunan berbagai
Sedangkan aksesibilitas didalam dan sekitar fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan.
area Hutan Kota Rawa Dongkal kurang Selain itu perbaikan sistem sarana
terawat dan beberapa sudah rusak. Tidak transportasi yang dilakukan pemerintah
hanya itu, fasilitas Hutan Kota Rawa Jakarta guna menanggulangi kemacetan dan
Dongkal yang sudah rusak juga memberi kenyamanan bagi masyarakat,
memerlukan perbaikan agar tampak lebih turut membuka ases kawasan ini. Kegiatan
baik. Perlu memiliki kerjasama dengan wisata juga dapat memberikan peluang bagi
Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat sekitar dalam hal kesempatan
meningkatkan sumber daya manusia yang kerja guna berperan serta dalam mengelola
ahli dan profesional dalam pengelolaan dan Hutan Kota Rawa Dongkal.
pengembangan wisata air. Area ini juga
minim rambu-rambu atau tanda-tanda Ancaman (Threats)
keamanan dan keselamatan.Pengelolaan
yang bertumpu pada pemerintah, dalam hal Adapun beberapa ancaan atau
ini Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan tantangan dalam pengembangan kawasan
Jakarta Timur, kecamatan Ciracas dan ini sebagai daya tarik wisata dinataranya;
Kelurahan Cibubur, perlu diperkuat pembangunan kawasan perkotaan yang
dengan keterlibatan masyarakat yang aktif, terjadi di Kota Jakarta dapat mengancam
dimana masyarakat lokal dapat berperan keberadaan jalur hijau atau hutan kota;
dalam pemanfaatan terutama sebagai daya terjadinya kemacetan pada ruas tol (jalan
tarik wisata. bebas hambatan) dan jalan umum yang ada
disekitar Hutan Kota Rawa Dongkal,
Peluang (Opportunities) terutama pada saat akhir pekan;
pengembangan fasilitas yang tidak
Penelitian ini menemukan beberapa terencana dan tidak terintegrasi.
peluang diantaranya Hutan Kota Rawa Ancillary service (organisasi penunjang
Dongkal sangat cocok bagi masyarakat Kota kegiatan pariwisata); minimnya sumber
Jakarta yang telah jenuh dengan kehidupan daya manusia yang tersedia terutama terkait
perkotaan, masih minimnya atraksi wisata pariwisata.

416 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Matriks SWOT adalah beberapa strategi yang dapat


diterapkan dalam mengatasi dan
Berdasarkan analisis SWOT di atas mengoptimalkan faktor-faktor tersebut
terdapat beberapa strategi yang bisa diatas:
diterapkan untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman serta memaksimalkan kekuatan
dan peluang yang terdapat di atraksi wisata
di Hutan Kota Rawa Dongkal. Berikut

Tabel 01

Matriks SWOT Hutan Kota Rawa Dongkal

Faktor Internal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)


1. Atraksi wisata yang sebagian besar 1. Hutan Kota Rawa Dongkal kurang
memanfaatkan potensi alam yang
dirawat atau dikelola secara maksimal.
sangat hijau dan pemandangan yang
sangat indah. 2. Minimnya kegiatan promosi.
2. Danau alami dengan air yang cukup 3. Atraksi kurang dikemas secara
menarik.
jernih sehingga dapat dimanfaatkan
4. Aksesibilitas didalam dan sekitar area
sebagai atraksi wisata Hutan Kota Rawa Dongkal kurang
terawat dan beberapa sudah rusak.
3. Letaknya cukup strategis
5. Fasilitas Hutan Kota Rawa Dongkal
4. Didukung dengan fasilitas
yang sudah rusak sehingga
pendukung pariwisata yang cukup
memerlukan perbaikan agar tampak
memadai dan sangat lengkap, seperti
lebih baik.
tempat penginapan
6. Sarana prasarana yang ada di objek
5. pengelolaan yang dikoordinasikan
wisata Hutan Kota Rawa Dongkal
antara Suku Dinas Pertanian dan
belum lengkap dan kurang memadai.
Kehutanan Jakarta Timur, kecamatan
7. Belum memiliki kerjasama dengan
Ciracas dan Kelurahan Cibubur,
Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta
maka diharapkan pengembangan
8. Minimnya tanda-tanda larangan
daya tarik ini dapat mendapat
keamanan
dukungan dari beberapa pihak
9. Kurangnya sumber daya manusia yang
penentu kebijakan (pemerintah).
ahli dan profesional dalam
pengelolaan dan pengembangan
wisata air.
Faktor Eksternal 10. Pengelolaan yang hanya bertumpu
pada pemerintah
Peluang (Opportunities) SO WO
1. cocok bagi masyarakat Kota 1. memanfaatkan potensi alam maka 1. Melakukan perbaikan atau renovasi
Jakarta yang telah jenuh akan sangat cocok untuk terhadap atraksi dan fasilitas wisata
dengan kehidupan perkotaan. mengembangkan fasilitas pendukung 2. Memberikan pengarahan bagi para

417 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

2. minimnya atraksi wisata yang atraksi wisata alam yang berdasarkan Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk
memanfaatkan potensi alam di pada prinsip-prinsip wisata memberikan pelayanan yang terbaik
Kota Jakarta. berkelanjutan, seperti sentra 3. Memberi pelatihan-pelatihan bagi
3. Masyarakat Jakarta yang komersial yang dimanfaatkan Pedagang Kaki Lima (PKL)
memilih untuk berwisata ke sebagai pusat kuliner, karena akan 4. Memaksimalkan sarana promosi
luar Jakarta seperti Bogor dan dapat melindungi sumber daya alam
Puncak untuk menikmati yang dimilki. Selain itu besarnya
wisata alam jumlah penduduk Jakarta sangat
4. Trend berfoto di objek wisata berpeluang sebagai wisatawan
baru di kalangan generasi potensial yang selama ini mencari
millenial khususnya objek keindahan wisata alam di luar Kota
wisata alam agar dapat Jakarta.
diposting di media sosial 2. menambah beberapa fasilitas seperti
5. letak yang sangat strategis sarana wisata air, spot pemancingan,
6. Pembangunan berbagai fasilitas olahraga, joging trek, dan
fasilitas umum seperti pusat pusat kuliner yang ramah dengan
perbelanjaan lingkungan.
7. Perbaikan sistem sarana 3. mempromosikan produk wisata
transportasi mereka dengan media promosi yang
8. peluang bagi masyarakat lebih modern, terutama melalui
sekitar dalam hal kesempatan media sosial
kerja guna berperan serta 4. untuk menjaga kelesatarian alam
dalam mengelola Hutan Kota yang dimilki
Rawa Dongkal
Ancaman (Threats) ST WT
1. Pembangunan kawasan 1. Memberikan pengetahuan kepada 1. Melakukan promosi
perkotaan yang terjadi di Kota pengunjung tentang pentingnya 2. Melakukan perencanaan yang baik
Jakarta dapat mengancam menjaga kelestarian lingkungan pada ruang komersial
keberadaan jalur hijau 2. Melakukan promosi produk wisata 3. Pengelolaan sumber daya manusia
2. kemacetan pada ruas tol (jalan dengan menunjukan keunikan atau
bebas hambatan) dan jalan ciri khas atraksi wisata yang dimilki
umum 3. Melakukan pengembangan atraksi
3. Pengembangan fasilitas yang wisata yang lebih terarah dan
tidak terencana dan tidak berkelanjutan
terintegrasi 4. Melakukan perencanaan jangka
4. Minimnya sumber daya panjang dalam mengembangkan
manusia sarana dan prasaran
5. Memberi pelatihan bagi para penjual

410 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

makanan (pedagang Kaki Lima) dan


masyarakat sekitar

kota. Dimana peran serta masyarakat


Desain pengelolaan ruang dilakukan sejak penunjukan,
komersial yang sesuai pembangunan, penetapan, pengelolaan,
bagi pedagang kaki lima pembinaan dan pengawasan. Adapun
di kawasan Hutan Kota ketentuan tentang tata cara peran serta
Rawa Dongkal, melalui masyarakat diatur lebih lanjut dengan
konsep zonasi Peraturan Daerah. Lebih lanjut pada Pasal
34, dinyatakan bahwa peningkatan peran
Regulasi pemanfaatan serta masyarakat dilakukan melalui:
Hutan Kota pendidikan dan pelatihan; penyuluhan; dan
bantuan teknis dan insentif. Sedangkan
Desain pengelolaan ruang komersial pada Pasal 35 dijelaskan peran tersebut
yang sesuai bagi pedagang kaki lima di dapat berbentuk: penyediaan lahan untuk
kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal, penyelenggaraan hutan kota; penyandang
melalui konsep zonasi dikaji dengan dana dalam rangka penyelenggaraan hutan
mempertimbangkan berbagai dasar kota; pemberian masukan dalam
peraturan yang ada, diantaranya adalah penentuan lokasi hutan kota; pemberian
berdasarkan Peraturan pemerintah bantuan dalam mengidentifikasi berbagai
Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2002 potensi dalam masalah penyelenggaraan
Tentang Hutan kota, dimana pada Pasal 2 hutan kota; kerjasama dalam penelitian dan
terkait tujuan penyelenggaraan hutan kota pengembangan; pemberian informasi,
adalah untuk kelestarian, keserasian dan saran, pertimbangan atau pendapat dalam
keseimbangan ekosistem perkotaan yang penyelenggaraan hutan kota; pemanfaatan
meliputi unsur lingkungan, sosial dan hutan kota berdasarkan peraturan
budaya, yang di Pasal 12 ditekankan bahwa perundang- undangan yang berlaku;
penyusunan berdasarkan kajian dari aspek bantuan pelaksanaan pembangunan;
teknis, ekologis, ekonomis, sosial dan bantuan keahlian dalam penyelenggaraan
budaya setempat. Adapun pada Pasal 14, hutan kota; bantuan dalam perumusan
ditentukan tipe rekreasi sebagai salah satu rencana pembangunan dan pengelolaan;
bentuk pengelolaan Hutan Kota, yang dan menjaga, memelihara dan
secara khusus pada Pasal 27 disebutkan meningkatkan fungsi hutan kota.
Hutan kota dapat dimanfaatkan untuk Selain mempertimbangkan dari sisi
keperluan pariwisata alam, rekreasi dan pengelolaan Hutan Kota, penelitian ini juga
atau olah raga. Serta dapat dilakukan menggunakan Peraturan Presiden Republik
sepanjang tidak mengganggu fungsi hutan Indonesia Nomor 125 Tahun 2012
kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Tentang Koordinasi Penataan dan
Dalam pengembangan fungsi Hutan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Kota, perlu juga dipertimbangkan peran sebagai dasar pertimbangan pengelolaan
masyarakat lokal dalam melestarikan dan ruang komersial bagi pedagang kaki lima.
menjaga lingkungan. Hal ini tercatat pada Dimana pada Pasal 3, dinyatakan bahwa
Pasal 33 Tentang peran serta masyarakat, koordinasi penataan PKL sebagaimana
dimana dinyatakan bahwa Pemerintah, dimaksud dalam Pasal 2, dilaksanakan
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah melalui: pendataan dan pendaftaran PKL;
Kabupaten/ Kota mendorong peran serta penetapan lokasi PKL; pemindahan dan
masyarakat dalam penyelenggaraan hutan penghapusan lokasi PKL; peremajaan
411 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

lokasi PKL; dan perencanaan penyediaan Nomor 63 tahun 2002 Tentang Hutan kota
ruang bagi kegiatan PKL. Sedangkan dan Peraturan Presiden Republik
pendataan dan pendaftaran PKL yang Indonesia Nomor 125 Tahun 2012
dimaksud meliputi: lokasi; jenis tempat Tentang Koordinasi Penataan dan
usaha; bidang usaha; modal usaha; dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
volume penjualan. Adapun penetapan digunakan sebagai dasar pertimbangan
lokasi PKL merupakan lokasi binaan yang dalam perancangan pengelolaan ruang
terdiri atas lokasi permanen dan lokasi komersial bagi pedagang kaki lima pada
sementara yang ditetapkan sesuai dengan kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal. Hal
rencana tata ruang wilayah. ini dimaksudkan agar pengelolaan tersebut
Dalam rangka meningkatkan telah sesuai dengan paraturan yang berlaku
partisipasi masyarakat lokal dalam yang didukung oleh kajian akademis,
mengelola ruang komersial, khususnya bagi khususnya melalui konsep zonasi.
para PKL di Hutan Kota Rawa Dongkal. Analisa konsep zonasi
Pemberdayaan PKL sesuai dengan Pasal 7 Konsep Zonasi yang digunakan adalah
tentang koordinasi pemberdayaan PKL konsep Tripartite Attraction Design Model
melalui: penyuluhan, pelatihan dan/atau (Gunn, 1997:55), yang merupakan suatu
bimbingan sosial; peningkatan kemampuan konsep perencanaan fisik yang membagi
berusaha; pembinaan dan bimbingan suatu obyek dan daya tarik wisata menjadi 3
teknis; fasilitasi akses permodalan; bagian atau elemen penting yaitu Zona Inti
pemberian bantuan sarana dan prasarana; (Nucleus) yang merupakan komponen
penguatan kelembagaan melalui koperasi utama dari suatu daya tarik wisata yang
dan kelompok usaha bersama; fasilitasi mencerminkan image, Zona Penyangga
peningkatan produksi; pengolahan, (Inviolate Belt) adalah daerah yang
pengembangan jaringan dan promosi; berfungsi sebagai pelindung bagi kondisi
fasilitasi kerja sama antar daerah; fisik kawasan atau daya tarik wisata tersebut,
mengembangkan kemitraan dengan dunia sedangkan Zona Pemanfaatan (Zone of
usaha. Closure)
Kedua landasan hukum ini, baik
Peraturan pemerintah Republik Indonesia

410 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Gambar 01
Peta Hutan Kota Rawa Dongkal melalui Google Maps

Sumber: googlemaps, 2018


Gambar diatas merupakan zona ini tidak dapat dijadikan sebagai ruang
penggambaran wilayah Hutan Kota Rawa komersial karena dikhawatirkan akan
Dongkalmelalu satelit googlemaps. mengganggu ekosistem yang ada; Zona
Kawasan ini kemudian akan dibagi menjadi Penyangga (Inviolate Belt)yang berwarna
tiga zona, diantaranya;Zona Inti (Nucleus) hijau adalah daerah yang berfungsi sebagai
yang berwarna merah merupakan pelindung bagi kondisi fisik kawasan atau
komponen utama dari suatu daya tarik daya tarik wisata tersebut yang
wisata yang mencerminkan image, zona ini direpresentasikan oleh kawasan sekeliling
umunya difungsikan sebagai area Nucleus yang secara fungsional guna lahan
konservasi. Dimana konservasi merupakan dan estetikanya memberikan pengenalan
zona perlindungan yang didalamnya bagi objek dan atraksi wisata yang dituju.
terdapat zona preservasi dan penyangga Pada Hutan Kota Rawa Dongkal, zona
dapat dimanfaatkan secara terbatas yang penyangga didesain sebagai jalur tracking
didasarkan atas pangaturan yang ketat bagi yang ramah lingkungan dengan
pemanfaatan ruang. Pada aera ini zona inti menggunakan material yang temporer atau
adalah luasan area danau yang memang bukan permanen;
dilindungi kelestariannya. Oleh karenanya

410 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Gambar 02

Implementasi konsep Zonasi Inti di Hutan Kota Rawa Dongkal

Sumber: modifikasi googlemaps, 2018

410 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Sedangkan Zona Pemanfaatan (Zone of merupakan zona perlindungan setempat


Closure) yang berwarna kuning adalah zona seperti sempadan danau. Zona
yang terletak pada sisi luar daya tarik wisata. pemanfaatan yang kemudian sebagai ruang
zona pemanfaatan dapat dilakukan secara komersial, direncanakan sebagai daya tarik
intensif namun pertimbangan daya dukung pendukung bagi daya tarik utama danau itu
lingkungan tetap merupakan syarat utama, sendiri. Hasil dari pembagian zona ini
pada zona ini terdapat area-area yang dapat dilihat pada gambar 02.
Desain implementasi konsep zonasi sangat memungkinkan untuk digunakan
ruang komersial sebagai daya tarik wisata kuliner. Desain
Berdasarkan hasil zonasi pada area ruang komersial ini juga memiliki
Hutan Kota Rawa Dongkal, maka karakteristik modern minimalis, mengingat
penelitian ini merekomendasikan pangsa pasar pengunjung yang diharapkan
pengembangan ruang komersial pada lokasi adalah generasi muda dan keluarga.
yang sekarang dimanfaatkan oleh PKL Dimana segmen pasar ini yang kerap
untuk berjualan. Hal ini dikarenakan area melakukan perjalanan ke luar Kota Jakarta
ini merupakan termasuk pada zona pada saat akhir pekan.
pemanfaatan (Zone of Closure), sehingga

Gambar 03

Desain ruang komersial tampak dari danau

Sumber: desain peneliti, 2018

Letak ruang komersial ini juga utama yaitu keindahan danau yang alami.
dirancang menghadap ke Danau, sehingga Desain ini juga tetap mempertahankan
para pengunjung dapat menikmati potensi lokasi parkir yang telah ada sebelumnya
411 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

dengan perubahan dari sisi kelayakan dan penyangga dalam bentuk pedestrian
keamanan. Ruang komersial ini diharapkan (jogging track), sehingga pengunjung dapat
dapat memberikan nilai tambah bagi menikmati pemandangan danau tanpa
berbagai produk kuliner yang ditawarkan harus terhalang oleh bangunan ruang
oleh PKL yang ada pada saat ini. zona komersial.
pemanfaatan ini juga dibatasi oleh zona

Gambar 04

Desain ruang komersial tampak dari jalan umum

Sumber: desain peneliti, 2018

Jika dilihat dari atas (gambar 05), dapat terlihat jelas bagaimana ruang komersial yang
berada pada zona pemanfaatan dibangun setelah zona penyangga yang di desain sebagai
pelindung zona inti atau danu itu sendiri. Fungsi zona penyangga sangat penting untuk
melindungi daya tarik utama dari dampak kegiatan wisata yang mungkin muncul, seperti
pencemaran dan perusakan lingkungan. Zona ini juga dapat memberikan peluang bagi semua
pengunjung untuk tetap dapat menikmati keindahan danau tanpa harus terhalangi oleh
bangunan ruang komersial.

412 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Gambar 05

Desain ruang komersial tampak dari jalan umum

Sumber: desain peneliti, 2018


sebaiknya menjalin komunikasi yang baik
dengan melibatkan atau memberdayakan
masyarakat sekitar terutama pada sentra
KESIMPULAN kuliner yang telah ada, sehingga dalam
pengembangan kegiatan wisata dapat terjadi
Penelitian ini menemukan bahwa pengawasan yang baik dari masyarakat
kekuatan produk wisata di Hutan Kota sekitar dan dapat menguntungkan kedua
Rawa Dongkal yang sebagian besar belah pihak.
memanfaatkan potensi alam maka akan Adapun Konsep Zonasi yang
sangat cocok untuk mengembangkan digunakan adalah konsep Tripartite
fasilitas pendukung atraksi wisata alam yang Attraction Design Model, yang merupakan
berdasarkan pada prinsip-prinsip wisata suatu konsep perencanaan fisik yang
berkelanjutan, seperti sentra komersial yang membagi suatu obyek dan daya tarik wisata
dimanfaatkan sebagai pusat kuliner, karena menjadi 3 bagian atau elemen penting yaitu
akan dapat melindungi sumber daya alam Zona Inti (Nucleus) yang merupakan
yang dimilki. Selain itu, atraksi wisata ini komponen utama dari suatu daya tarik
dapat mengembangkan aktivitas alam wisata yang mencerminkan image, Zona
dengan cara menambah beberapa fasilitas Penyangga (Inviolate Belt) adalah daerah
seperti sarana wisata air, spot pemancingan, yang berfungsi sebagai pelindung bagi
fasilitas olahraga, joging trek, dan pusat kondisi fisik kawasan atau daya tarik wisata
kuliner yang ramah dengan lingkungan. tersebut, sedangkan Zona Pemanfaatan
Hutan Kota Rawa Dongkal juga perlu (Zone of Closure). Konsep ini diharapkan
dipromosikan melalui media sosial, menjadi alternatif bagi potensi wisata alam
kegiatan promosi tersebut dapat dan masyarakat lokal saling melengkapi
mendatangkan wisatawan secara luas tidak dalam mengembangkan kegiatan wisata di
hanya dari masyarakat Jakarta saja. Dalam kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal.
pengembangan atraksi pihak pengelola

413 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Penelitian ini juga menawarkan desain (www.elsevier.com/locate/tourman,


pada zona pemanfaatan, terutama yang
diakses pada tanggal 17 Agustus
terkait dengan sentra kuliner yang
bercirikan kebudayaan betawi. Dimana 2013).
pedagang-pedagang yang dilibatkan
merupakan masyaraat lokal atau PKL yang
telah ada sebelumnya. Dengan desain ini Cooper, Chris. et.al. 1993. “Tourism
diharapkan para PKL dapat lebih terkelola
Principles and Practice”. England:
dan menjadi daya tarik dan mendukung
kegiatan wisata di Hutan Kota Rawa Longman.
Dongkal.

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta:

UCAPAN TERIMA KASIH Bumi Aksara. Darwati. 2004.


“Analisis Beberapa Faktor yang
Penelitian ini menggunakan dana dari
peerintah Republik Indonesia dari skema Mempengaruhi Besarnya.
Peneliti Dosen Pemula (PDP) DIKTI pada
tahun 2018.
Detik.com. 2016. Libur Natal, Tempat
Wisata di Trenggalek Dipadati
DAFTAR PUSTAKA Wisatawan, (detik.com, 2017),

Airmagz. 2017. Tingkatkan Kualitas (https://news.detik.com/berita-jawa-


timur/d-3380492/libur-natal-tempat-
Produk Wisata di 10 Bali Baru,
wisata-di-trenggalek-dipadati-
GIPI Gelar FGD Jilid 2,
wisatawan), diakses Pada Tanggal 8
(http://www.airmagz.com/10733/tingkat
Juni 2017.
kan-kualitas-produk-wisata-di-10-bali-
baru-gipi-gelar-fgd-jilid-2.html), diakses
Goeldner, Charles R., and J.R. Brent
Pada Tanggal 7 Juni 2017.
Ritchie. 2009. ”Tourism Principles,
Practice, and Philosophies”.
BPS Kota Jakarta. 2017. Jakarta dalam
Eleventh Edition. New Jersey: John
angka, (https://jakarta.bps.go.id/),
Wiley & Sons, Inc.
diakses Pada Tanggal 8 Juni 2017.

Jennings, Gayle. 2001. “Tourism


Buhalis, Dimitrios. 2000. “Marketing The
Research”. Australia: John Wiley &
Competitive Destination Of The
Sons Australia, Ltd.
Future”. Tourism Management 21:
97 – 116.

414 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Kompas. 2017. Empat Hutan Kota di Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus
Jakarta Akan Direvitalisasi, Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun
(http://megapolitan.kompas.com/read/ 2007 Tentang Ketertiban Umum
2017/04/23/18434841/empat.hutan.kot Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
a.di.jakarta.akan.direvitalisasi), diakses Esa Gubernur Provinsi Daerah
Pada Tanggal 9 Juni 2017. Khusus Ibukota Jakarta.

Kusmayadi. dan Sugiarto, Endar. 2000. Peraturan Presiden Republik Indonesia


“Metodologi Penelitian dalam Nomor 125 Tahun 2012, Tentang
Bidang Kepariwisataan”. Jakarta: Koordinasi Penataan Dan
PT. Gramedia Pustaka Utama. Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima.
Liputan 6. 2017. Jalan dan kereta dari
Jakarta menuju Kota-kota Rangkuti Freddy. 2014. Teknik Membedah
disekitarnya seperti Bogor dan Kasus Bisnis Analisis SWOT, Cara
Bandung mengalami kemacetan, Perhitungan Bobot, Rating, dan
(http://www.liputan6.com/tag/krl/20 OCAI. Jakarta. Gramedia Pustaka
17), diakses Pada Tanggal 5 Juni Utama.
2017.
Ratna, N. K. 2010. “Metodologi Penelitian
Leiper, Neil. (1990). Tourist Attraction Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Systems. Annals of Tourism Humaniora pada Umumnya”.
Research, Vol. 17, pp. 367-384. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mason, Peter. 2003. “Tourism Impacts, Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian


Planning and Management”. Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Oxford: Butterworth – Heinemann. Kualitatif, dan R&D”. Cetakan
Ketiga. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2002 pasal 1 United Nation World Tourism
Tentang Hutan Kota. Organization. 2016. “International
Tourist Arrivals Up 4% Reach a
Record 1.2 Billion in 2015”. Press
415 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

Release. (www.unwto.org, diakses Undang-Undang Republik Indonesia


pada tanggal 20 Januari 2017). Nomor 10.Tahun 2009. Tentang
Kepariwisataan

Lampiran

416 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

417 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

418 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 409-419

@STPS 2018, All Rights Reserved

419 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Lampiran 1

I. PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL


Jurnal Sains Terapan Pariwisata (JSTP)

Ketika submit artikel, penulis harus memperhatikan:


1) Artikel harus sesuai lingkup keilmuan Jurnal Sains Terapan Pariwisata (JSTP).
2) Artikel dikirim dalam format Ms.Word dengan ketentuan:
• Kertas A4 (21 cm X 21,7cm) dengan marjin halaman; kiri (3 cm), atas (2 cm),
kanan (2 cm), dan bawah (2 cm);
• Jumlah halaman naskah kisaran 12 – 20 halaman.
• Naskah disusun satu kolom dengan font Times New Roman, kecuali judul artikel
(Arial).
• Kata sambung (dan, secara, atau, dengan, serta, tentang, yang, terhadap, sehingga,
karena, maka, untuk, demi) dan kata depan (di, ke, dari, pada, kepada, dalam,
oleh, sampai) ditulis dengan huruf kecil.
3) Artikel ditulis dengan sistematika sebagai berikut.
• JUDUL (Arial 14; huruf kapital dan tebal; 1 spasi).
• Nama Penulis (Times New Roman 11 dan tebal; 1 spasi).
• Afiliasi Penulis (Times New Roman 10,5; 1 spasi), berisi nama
institusi/lembaga/tempat kerja/tempat studi penulis.
• Korespondensi (Times New Roman 10,5; 1 spasi), berisi alamat email penulis
pertama.
• ABSTRACT dan ABSTRAK (Times New Roman 12; huruf kapital dan tebal)
dan isinya (Times New Roman 10; 1 spasi). Abstrak artikel ditulis dua bahasa
(Inggris dan Indonesia). Untuk artikel berbahasa Indonesia, abstrak bahasa
inggris diletakkan di atas abstrak bahasa Indonesia dan sebaliknya.
• Keywords (Times New Roman 11 dan tebal) dan isinya (Times New Roman 10),
keywords ditulis dengan bahasa inggris; dengan jumlah 3 – 7 keywords.
• PENDAHULUAN (Times New Roman 12 dan tebal) dan isinya (Times New
Roman 11; 1,15 spasi).
• TINJAUAN PUSTAKA (Times New Roman 12 dan tebal) dan isinya (Times
New Roman 11; 1,15 spasi), literatur yang menjadi tinjauan pustaka harus relevan
dengan topik kajian/penelitian.
• METODE (Times New Roman 12 dan tebal) dan isinya (Times New Roman 11;
1,15 spasi).
Lampiran 1

• HASIL DAN PEMBAHASAN (Times New Roman 12 dan tebal) dan isinya
(Times New Roman 11; 1,15 spasi). Sebaiknya uraian hasil dan pembahasan
dibuat terpisah.
• KESIMPULAN (Times New Roman 12 dan tebal) dan isinya (Times New
Roman 11; 1,15 spasi).
• SARAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH [optional] (Times New Roman 12
dan tebal) dan isinya (Times New Roman 11; 1,15 spasi).
• DAFTAR PUSTAKA (Times New Roman 12 dan tebal) dan sumber bacaan
(Times New Roman 11; 1,15 spasi). Sumber kutipan atau daftar pustaka naskah
harus sama. Format penulisan daftar pustaka mengacu pada The Chicago Manual
of Style (CMS). Penulisan kutipan dan daftar pustaka naskah disarankan
menggunakan aplikasi reference manager Mendeley.
Ketentuan gaya penulisan naskah di atas diterapkan dalam Template Naskah Jurnal
Sains Terapan Pariwisata (JSTP) [Lampiran 1].

II. PERSYARATAN SUBMIT

Artikel yang di-submit penulis harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.


• Artikel belum pernah dikirim dan diterbitkan ke penerbit lain dalam bentuk media
apapun (cetak/elektronik). Jika terjadi duplikasi penerbitan, penulis bersedia
artikelnya dihapus dari jurnal ini.
• Artikel ditulis dan disusun berdasarkan template naskah [Lampiran 1], dengan
jumlah halaman naskah 12-20 halaman. Khusus untuk artikel dan abstrak
berbahasa inggris, mohon dicek tata bahasanya dengan aplikasi grammarly.
• Kutipan dan daftar pustaka naskah ditulis menggunakan aplikasi reference
manager Mendeley. Jumlah bacaan ilmiah yang dijadikan daftar pustaka minimal
10 judul (80% referensi primer dan 20% referensi sekunder). Referensi primer
terdiri atas jurnal, prosiding/makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi,
sedangkan referensi sekunder, mencakup buku umum dan sumber informasi
ilmiah online. Diwajibkan untuk mengutip atau mensitasi 3 artikel yang
bersumber dari JSTP edisi sebelumnya.
• Penulis menjunjung tinggi hak cipta, privasi, dan etika publikasi ilmiah Jurnal
Sains Terapan Pariwisata (JSTP)
Lampiran 1

KETIK JUDUL ARTIKEL ANDA [ARIAL 14]

Penulis Pertama1*, Penulis Kedua, dst. (Times New Roman 11; 1


spasi)
1
Afiliasi penulis pertama (Institusi/Universitas/dsb.)
2
Afiliasi penulis kedua (Institusi/Universitas/dsb.)

*Korespondensi: email penulis pertama (Times New Roman 10,5; 1 spasi)

Diajukan: tgl-bln- thn; Direview: tgl-bln-thn; Diterima: tgl-bln-thn; Direvisi: tgl-bln-thn

ABSTRACT (Times New Roman 12)


Ketik abstrak bahasa inggris di sini. Isi abstract ditulis dengan font Times New
Roman 10 (1 spasi). Abstrak terdiri atas: pokok permasalahan, tujuan, metode, hasil,
dan kesimpulan. Abstrak ditulis dalam bentuk satu paragraf, tanpa acuan (referensi),
tanpa singkatan/akronim, dan tanpa footnote. Abstrak ditulis bukan dalam bentuk
matematis, pertanyaan, dan dugaan. Abstrak bukan merupakan hasil copy paste dari
kalimat yang ada dalam isi naskah. Isi abstrak bahasa inggris maksimal 250 kata.

ABSTRAK (Times New Roman 12)


Ketik abstrak bahasa Indonesia di sini. Isi asbtrak ditulis dengan font Times New
Roman 10 (1 spasi). Abstrak terdiri atas: pokok permasalahan, tujuan, metode, hasil,
dan kesimpulan. Abstrak ditulis dalam bentuk satu paragraf, tanpa acuan (referensi),
tanpa singkatan/akronim, dan tanpa footnote. Abstrak ditulis bukan dalam bentuk
matematis, pertanyaan, dan dugaan. Abstrak bukan merupakan hasil copy paste dari
kalimat yang ada dalam isi naskah. Isi abstrak bahasa inggris maksimal 250 kata.

Keywords: Keywords satu; Keywords dua; Keywords tiga; dst. (bahasa Inggris; 3-7 keywords)

1. PENDAHULUAN (Times New Roman 12)

Isi pendahuluan mencakup latar belakang, urgensi, tujuan, dan pokok


permasalahan kajian/penelitian. Isi pendahuluam ditulis dengan font Times New
Roman 11 (1,15 spasi).

2. TINJAUAN PUSTAKA (Times New Roman 12)

Tinjauan pustaka mencakup teori dan konsep ilmiah yang menjadi sumber
acuan penulisan kajian/penelitian. Sumber referensi/bacaan harus relevan dengan
topik yang dikaji/diteliti, memiliki state of the art dan tahun referensi terbaru. Setiap
sumber referensi yang dikutip harus ada di daftar pustaka. Sub-judul tinjauan pustaka
ditulis dengan font Times New Roman 11,5, dan isinya dengan font Times New
Roman 11 (1,15 spasi). Diwajibkan untuk mengutip atau mensitasi 3 artikel yang
bersumber dari JSTP edisi sebelumnya.

3. METODE (Times New Roman 12)


Lampiran 1

Metode merupakan teknik pengumpulan, pengolahan, dan analisis data. Isi


metode mencakup sumber data, teknik pengumpulan, pengolahan, dan analisis data.
Metode mencerminkan cara mengalisis data kajian/penelitian. Dari analisis data ini
diperoleh hasil dan pembahasan kajian/penelitian. Isi metode ditulis dengan font
Times New Roman 11 (1,15 spasi).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Times New Roman 12)

Isi hasil dan pembahasan ditulis dengan font Times New Roman 11 (1,15
spasi). Hasil sebaiknya dipisahkan dengan pembahasan. Hasil bukan merupakan data
mentah, melainkan data yang sudah diolah/dianalisis dengan metode tertentu.
Pembahasan adalah hasil interpretasi analisis data, jika perlu dikaitkan dengan
teori/konsep ilmiah relevan dalam tinjauan pustaka. Hasil dan pembahasan harus
menjawab rumusan permasalahan dan memberikan dampak pengetahuan baru. Isi
hasil dan pembahasan dapat berupa interpretasi hasil pembahasan, tabel, gambar,
diagram, grafik, sketsa, dan sebagainya.

Judul tabel (Times New Roman 11) dan isi tabel (Times New Roman 10; 1
spasi). Judul tabel ditulis di atas tabel dan disusun secara berurutan dalam satu
naskah, misalnya Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dst. Apabila tabel dikutip/diambil dari
sumber lain, harus dicantumkan sumbernya.

Tabel 1. Pemakaian Koleksi Berdasarkan Bahasa (Times New Roman 11)

No. Jenis Koleksi Bahasa Jumlah

x xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxx xxxxxx

x xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxx xxxxxx

Judul gambar (Times New Roman 10). Gambar ini mencakup foto,
diagram, grafik, bagan, sketsa, prototipe, dan database. Judul gambar ditulis di
bawah gambar dan disusun secara berkelanjutan, misalnya Gambar 1, Gambar 2,
Gambar 3, dst. Apabila gambar dikutip/diambil dari sumber lain, harus
dicantumkan sumbernya.
Lampiran 1

Gambar 1. Topologi jaringan digital library Pustaka Ristek

(Sumber: Kemristek, 2015)

5. KESIMPULAN (Times New Roman 12)

Isi kesimpulan ditulis dengan font Times New Roman 11 (1,15 spasi).
Kesimpulan merupakan ikhtisar dari hasil pembahasan. Kesimpulan disusun satu
paragraph tanpa ada teori yang dikutip.

6. SARAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH (Times New Roman 12)

Saran dan ucapan terimakasih bersifat optional (tidak wajib), ditulis satu
paragraf dengan font Times New Roman 11 (1,15 spasi).

DAFTAR PUSTAKA (Times New Roman 12)


Daftar pustaka mencakup semua sumber referensi/bacaan yang dikutip dalam
kajian/penelitian. Daftar referensi/bacaan ditulis secara sistematis (alphabet)
dengan font Times New Roman 11 (1,15 spasi). Style penyusunan daftar pustaka
mengacu format The Chicago Manual of Style (CMS). Penulisan kutipan dan daftar
pustaka disarankan menggunakan aplikasi otomastis reference manager Mendeley.
Sumber referensi yang dijadikan daftar pustaka minimal 10 judul literatur ilmiah
(80% sumber referensi primer dan 20% sumber referensi sekunder). Referensi
primer terdiri atas jurnal, prosiding/makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis,
disertasi, sedangkan referensi sekunder, terdiri atas buku umum dan sumber
informasi ilmiah dari internet. Diwajibkan untuk mengutip atau mensitasi 3
artikel yang bersumber dari JSTP edisi sebelumnya. Contoh:
Lampiran 1

Bailey, Garrick, et al. (1999). Introduction to Cultural Anthropology. Belmont, CA:


Thomson Wadsworth.

Suwahyono, Nurasih dkk. (2004). Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia.


Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.

Widiarti. 2016. Diversitas Genetik Anopheles Balabacensis, Baisas di Berbagai Daerah


Indonesia Berdasarkan Sekuen Gen ITS 2 DNA Ribosom. Buletin Penelitian
Kesehatan, Vol.44, No.1: 1-12.

Maier, T., Tavanti, M., Bombard, P., Gentile, M., & Bradford, B. (2015). Millennial
generation perceptions of value-centered leadership principles. Journal of Human
Resources in Hospitality & Tourism, 14(4), 382-397.

Williams, K. C., & Page, R. A. (2011). Marketing to the generations. Journal of


Behavioral Studies in Business, 3, 1.

Anda mungkin juga menyukai