-I
SSN2
541
-44
72 e
-IS
SN2
541
-44
88 Vo
lume3No
mor3
,Ok
tob
er2
018
Me
kani
smePe
net
apa
nDe
saWi
sat
adi
Kab
upa
tenPono
rog
o
YusufAdam Hi
lman,DebiHerlianto
Bu
day
aNas
iDanMa
sya
rak
atKo
rea
EuisSul
astri
Volume 3, No. 3 ISSN: 2541 - 447X (cetak)
Oktober 2018 2541 - 4488 (online)
Publikasi empat bulanan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta yang didukung
oleh Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Himpunan Lembaga Pendidikan
Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari), Association for Tourism Research and Education
on Indonesia (ATREI).
SUSUNAN REDAKTUR
PENANGGUNGJAWAB
EDITOR AHLI
Prof. Dr. Ir. I.Gde Pitana, M.Sc Prof. Dr. Kohar Sulistyadi, MSIE
Founder Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta
Prof. Azril Azahari, Ph.D Dr. Nugroho, B Sukamdani, MBA, BET
Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta
Prof. Marie Cristine Bonneau Dr. Tonny Hendratono
L’ Universite d’Angers Perancis Universitas Bunda Mulia (ICPI)
Prof. Phillippe Violer Dr. Sylvine Pickel Chevalier
L’ Universite d’Angers Perancis L’ Universite d’ Anger France (ATREI)
Devi Roza Krisnandhi Kausar, PhD Hera Oktadiana, Ph.D, CHE
Universitas Pancasila (ICPI) Universitas Bina Nusantara (ICPI)
Prof. Dr. Kholil, M.Kom Jacob Ganef Pah, MS
Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Prof. Dr. Ir. Giyatmi, M.Si Nana Trianasari, Ph.D
Universitas Sahid Jakarta Ganesha University of Education
I. Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA Munawaroh, SE, MM
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (ICPI) Swiss German University
Dr. Yohanes Sulistyadi Prof. Dr. I. Nyoman Darma Putra, M.Litt
DARI REDAKTUR
Jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP) merupakan nama baru dari Jurnal Sains
Kepariwisataan dan Pengetahuan Umum (SKPU) yang mulai terbit Pebruari 2002.
Perubahan nama ini didasarkan atas perkembangan ilmu pariwisata di Indonesia
yang sudah diakui sebagai ilmu mandiri sejak tahun 2008.
J-STP hadir sebagai wahana studi inovatif yang berkontribusi terhadap pemahaman
teoritis dan praktis bagi para akademisi dan mahasiswa serta peminat pariwisata
termasuk hospitaliti didalamnya. Secara khusus J-STP bertujuan untuk berkontribusi
terhadap penyebaran pengetahuan melalui publikasi artikel studi literatur, hasil
penelitian dan praktik baik penggunaan metodologi dalam penyelesaian masalah.
Selain itu jurnal ini diharapkan mampu berperan penting dalam pariwisata ASEAN
dan Internasional.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan J-STP, kritik dan saran kami harapkan dari pembaca demi perbaikan
jurnal kami untuk kedepannya.
Ir. Kusmayadi, MM
DAFTAR ISI
i Susunan Redaktur
ii Dari Redaktur
iii Daftar Isi
285 Budaya Nasi dan Masyarakat 344 Pengembangan Pariwisata di
Korea Perkampungan Betawi Setu
Babakan Jagakarsa Jakarta
Selatan
Euis Sulastri Anik Yuniati, Nuryadina Augusrini
295 Mekanisme Penetapan Desa 355 Determinasi Faktor-Faktor
Wisata di Kabupaten Ponorogo Yang Mempengaruhi Turnover
Intention Karyawan Hotel
Berbintang 4 di Kota Padang
Euis Sulastri¹
ABSTRACT
This research discusses the rice culture and Korean society. Rice for Korean society is not just
food, it has more and a very deep connection with the culture itself since a long time ago. In this
research, which is conducted with qualitative method by focusing on study of literature from related
books and articles, the author seeks to find the answers about the starting point of the period when
Korean society consumed rice for the first time, the importance of rice for Korean society, and the
history of rice in the lives of Korean society. Rice or ‘bap’ which is also has a part in Korean culture
appears in poems, proverbs, idioms, and various other Korean literary works. The result of this
study indicates that rice has a very close relationship with Korean society and Korean culture for a
very long time, even able to describe the condition of the society in specific period throughout its
history.
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang budaya nasi dan masyarakat Korea. Nasi bagi masyarakat Korea
bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga memiliki keterkaitan yang amat dalam dengan
kebudayaan Korea sejak dahulu. Dalam penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif dengan
mengedepankan studi literatur dari buku dan artikel terkait, penulis berusaha menemukan jawaban
mengenai asal mula masyarakat Korea mengkonsumsi nasi, pentingnya nasi bagi masyarakat Korea,
dan sejarah nasi dalam kehidupan masyarakat Korea. Nasi atau ‘bap’ yang juga memiliki bagian di
dalam kebudayaan Korea banyak muncul di dalam puisi, peribahasa, idiom serta berbagai karya
sastra Korea lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nasi memiliki hubungan yang
sangat dekat dengan masyarakat Korea dan kebudayaan Korea, bahkan juga mampu
menggambarkan keadaan sosial masyarakat pada zaman tertentu.
Riwayat Artikel :
Diajukan: 10 Agustus 2018
Direvisi: 22 September 2018
Diterima: 15 Oktober 2018
oleh orang di rumah yaitu sapi, kambing, Pada masa Tiga Kerajaan, penanaman
babi, anjing, ayam) yang sangat bervariasi. berbagai macam jenis sayuran juga dapat
Kombinasi dan harmoni dari rasa dan dilakukan seiring dengan perkembangan
estetika yang tidak dominan kepada satu sisi sistem bercocok tanam. Pada masa Silla
saja adalah yang paling utama. Pada Bersatu, bahan makanan terlebih dahulu
umumnya, berbeda dengan dunia Barat dikelompokkan menjadi biji-bijian, ikan,
yang mementingkan sistem suhu yang daging, sayuran, buah-buahan, bumbu,
terbagi menjadi panas dan dingin, alkohol, daging kering, garam, minyak dan
masyarakat Korea mengenal lima jenis suhu madu. Kemudian pada zaman kerajaan
yaitu han (dingin), yeol (panas), on (hangat), Goryeo akhir, bentuk pembagian makanan
ryang (sejuk), pyeong (tenang) untuk jusik dan busik dengan nasi sebagai bahan
mendeskripsikan panas, hangat, dingin, makanan pokok dan berbagai macam lauk
tenang yang digunakan untuk membedakan sebagai makanan pendamping mulai
rasa. Selain itu, rasa makanan juga harus diperkenalkan. Sistem ini kemudian
disesuaikan dengan musim, misalnya pada digunakan untuk memfasilitasi periode
rasa asam harus dominan di musim semi, tradisional kegiatan makan pada zaman
musim panas identik dengan rasa pahit, kerajaan Joseon. Zaman kerajaan Joseon
rasa pedas harus lebih banyak muncul di awal dilihat sebagai periode ketika makanan
musim gugur, dan rasa asin harus lebih Korea atau hansik berkembang, sementara
dominan di musim dingin.6 penyempurnaannya terjadi pada zaman
kerajaan Joseon akhir. Oleh karena itu,
zaman kerajaan Joseon dianggap sebagai
zaman keemasan bagi perkembangan
Budaya Nasi dan
budaya makanan Korea atau hansik.
Masyarakat Korea
Setelah itu, masa ketika dibukanya
Sejarah Nasi Korea pelabuhan Korea, masa penjajahan Jepang,
dan masa modernisasi menjadi awal
Sejarah kegiatan makan masyarakat munculnya kebudayaan makanan modern
korea sudah dimulai sejak zaman di Korea.7
Paleolitikum di semenanjung Korea. Akan Lalu, sejak kapan masyarakat Korea
tetapi, pengelompokkan makanan jusik dan mulai memakan nasi? Tidak ada yang
busik berupa beras sebagai makanan pokok dapat memastikan periode mengenai hal
(jusik) dan berbagai macam bahan tersebut. Namun, banyak cendekiawan yang
makanan atau banchan yang dijadikan lauk berpendapat bahwa biasanya konsumsi nasi
atau makanan pendamping (busik) baru dimulai ketika sekelompok manusia
dimulai sejak akhir zaman Neolitikum menempati suatu daerah tertentu dan mulai
seiring berkembangnya sistem bercocok untuk bertani dan menggunakan peralatan
tanam. Seiring dengan berkembangnya besi. Hal ini disebabkan karena sebelum
sistem tersebut, hewan ternak mulai adanya beras, biji-bijian seperti jelai atau
dipelihara dan dikonsumsi, jenis ikan yang jawawut memiliki butiran yang keras dan
dapat dikonsumsi juga meningkat seiring sulit untuk dimakan sehingga diperlukan
dengan berkembangnya teknik memancing.
6
젓혜경, 오세영, 김미혜, 안효짂, 식생활과 7
박홍현, 싞민자, 이영남, 공저, 밥과 핚국읶,
문화, 교문사, 2013, p. 198. 도서출판 효읷, 2008, p. 7.
gerabah yang dapat digunakan untuk langka sebab biasanya nasi hanya dapat
memasaknya. dinikmati ketika upacara peringatan
Beras menjadi makanan pokok berupa kematian, hari besar, atau ketika sedang
nasi dari zaman Tiga Kerajaan ketika menyambut tamu. Selain itu, beras
pertanian dikembangkan. Cara memasak memiliki nilai komoditas yang tinggi jika
nasi yang kita kenal saat ini dengan dihargai dengan uang. Oleh karena itu,
menuangkan air ke beras kemudian mengkonsumsi nasi dapat mencerminkan
menanaknya di dandang besar (sot) dengan tingkat kekayaan seseorang.9
tutup yang pas diketahui berasal dari Sebelum menjadi negara maju seperti
periode akhir dari zaman Tiga Kerajaan, saat ini, Korea telah melalui berbagai masa
tepatnya sekitar abad keempat atau kelima. seperti Perang Korea dan bencana
Oleh karena itu, Menanak nasi tersebar kemiskinan yang membuat masyarakatnya
luas ketika nasi dari beras menjadi sulit untuk mengkonsumsi nasi. Pada masa
makanan pokok dalam kegiatan makan ini, jawawut dan kentang umumnya menjadi
masyarakat Korea. Selain itu, penggunaan makanan pokok (jusik). Pun karena harga
dandang besar dengan tutup yang pas beras sangat mahal, pertanian dan
umum dilakukan setelah sebelumnya perdagangan menjadi hal yang sangat sulit
kegiatan memasak butiran biji-bijian dengan untuk dilakukan. Orang-orang kaya adalah
metode rebus (jeung-suk-bob) dilakukan di pihak yang mampu membeli dan
gerabah kukus. Metode rebus (jeung-suk- mengkonsumsi nasi. Akan tetapi,
bob) masih digunakan hingga kini dan masyarakat Korea masa kini sangat
contoh makanannya adalah yaksik. 8 Pada menganggap penting posisi nasi dalam
zaman dahulu, menanak nasi dengan cara kegiatan makan sehari-hari. Tanpa adanya
yang biasa dilakukan saat ini tidak nasi, kegiatan makan dianggap kurang
memungkinkan karena tutup dandang tidak lengkap. Hilangnya nasi dari meja makan
ada. Sebuah dandang besar dengan tiga tidak akan memberikan sensasi kenyang di
kaki digali dari geum-nyeong-chong yang dalam perut mereka. Hal ini terlihat dari
disebut Go-bun dari abad keenam. berbagai restoran di Korea yang sangat
Penemuan dandang besar ini menandakan menganjurkan untuk mengkonsumsi nasi
bahwa beras dimasak dengan cara ditanak walaupun kita telah memesan daging atau
hingga menjadi nasi. Oleh karena itu, dapat jenis makanan lainnya. Kebiasaan makan
dikatakan bahwa masyarakat Korea mulai nasi sejak dulu telah dirasakan oleh banyak
memakan nasi sejah dua ribu tahun yang orang di Korea sebagai bagian dari
lalu. kehidupan mereka. Nasi selalu ada di
Akan tetapi, masyarakat Korea dalam menu makanan masyarakat Korea.
sebenarnya baru-baru ini saja dapat
mengkonsumsi nasi sebagai makanan Pentingnya Nasi bagi
sehari-hari. Hingga tahun 1960-an, nasi Orang Korea
menjadi makanan yang cenderung disukai
tetapi tidak dapat dinikmati terlalu sering. Nasi menjadi bagian yang sangat
Bagi masyarakat tradisional Korea, penting dalam kehidupan masyarakat
mengkonsumsi nasi adalah hal yang sangat
8
Yaksik adalah ketan yang dikukus dengan 9
젓수현, 젓경조, 손맛으로 보는 핚국읶의 문화,
campuran kastanye, jujube, kacang pinus, minyak
wijen, madu, gula merah, atau kecap, dan dikukus 삼읶, 2014, p. 13.
kembali untuk mendapatkan tekstur yang lengket.
289 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
mengungkapkan keadaan ketika khawatir dan mewah. Selain itu, ada pula ju-ju-gaek-
atau cemas mengenai makanan. Ekspresi ban ( 主 酒 客 飯 ) yang memperlihatkan
ini sangat umum digunakan ketika semua kehangatan dalam berbagi makanan antara
masyarakat pada zaman dahulu mengalami tamu dan tuan rumah. Sang tuan rumah
kelaparan. Selanjutnya, ‘bap-do-deok’ menuangkan minuman beralkohol kepada
adalah idiom yang sering digunakan untuk tamu dan tamu menawarkan makanan ke
menggambarkan orang yang tidak bekerja tuan rumah. Ada pula sib-si-il-ban (十匙一
dan hanya mencari ‘bap’ atau nasi untuk 飯 ) yang memiliki arti harfiah sepuluh
dimakan. Selain itu, idiom ini dianggap sendok makan nasi dapat menjadi
sebagai idiom yang sangat negatif terutama semangkok nasi. Ungkapan ini bermakna
ketika Korea sedang berada pada masa sedikit ketulusan pun apabila digabungkan
kelaparan. Oleh karena kata ‘bap’ bagi dapat membantu orang lain.12
masyarakat Korea sebagian besar Penggunaan kata ‘bap’ atau nasi juga
membicarakan kehidupan itu sendiri atau tercermin di dalam puisi dan karya sastra
berhubungan langsung dengan kehidupan, lainnya dan memiliki hubungan yang sangat
idiom tentang ‘bap’ sangat sering digunakan erat dengan kehidupan masyarakat Korea.
dan idiom seperti contoh tersebut hingga Kata ‘bap’ digunakan di dalam banyak puisi
kini masih umum digunakan masyarakat Korea, tetapi dalam tulisan ini, penulis akan
Korea. menampilkan satu diantaranya.
Go-sa-seong-o yang berasal dari hanja
(karakter Cina) memiliki implikasi dalam
memperkaya kehidupan berbahasa banyak 밥이 하느님
masyarakat dan masuk ke dalam kehidupan 김연대
masyarakat Korea. Seperti yang selalu
disebutkan sebelumnya, keberadaan ‘bap’
atau nasi bagi masyarakat Korea bagaikan 나는 자정을 넘어 돌아 와서도
tali penyambung kehidupan. Oleh karena 꼭 밥을 먹는다
itu, ada banyak go-sa-seong-o yang
menggunakan kata ‘bap’ di dalamnya. Akan 밥을 먹지 않으면
tetapi, go-sa-seong-o yang berhubungan
잠도 편치 않고
dengan kata ‘bap’ pada umumnya
berhubungan dengan kemiskinan. Sebagai 꿈도 편치 않다
contoh, jo-ban-seok-juk ( 朝飯夕粥 ) yang
움직이는 것
berarti kehidupan sangat miskin karena
hanya mampu makan di pagi hari; ada pula 말하는 것
dan-sa-du-gaeng (簞食豆羹) atau dan-sa-ho-
생각하는 것
jang (簞食壺漿) yang berarti makanan yang
dikonsumsi kurang layak walaupun mampu 나의 모든 것은 밥이 해준다
memakan nasi. Contoh di atas memang
menunjukkan kemiskinan, tetapi ada pula 나는 밥이 아니면 아무것도 할
go-sa-seong-o yang memiliki makna 수 없고
sebaliknya. Chwi-geum-chan-ok (炊金饌玉)
yang memiliki arti harfiah yaitu nasi yang
terbuat dari emas dan lauk dari giok ini
digunakan untuk mengekspresikan orang- 12
박홍현, 신민자, 이영남, 공저, 전게서, p. 197.
orang yang memiliki makanan yang banyak
KESIMPULAN
Kim, Mi-hye, Ahn, Hyo-Jin (2013). [Naver Korean Dictionary]. Style Sheet.
Gyomunsa). query=%EC%8B%9D%EC%83%9
D%ED%99%9C&kind=all (diakses
오재복. (2003). 식사예절의 변천사에
pada tanggal 11 Desember 2017,
관한 연구 –근세근대현대
pukul 23.15 WIB).
중심으로– 석사학위논문 (Oh,
[Manfaat dan Komposisi Kandungan
Jae-bok. (2013). Siksayejolui
Nutrisi dan Gizi Nasi]. Style Sheet.
Byeoncheonsa e gwanhan yeongu –
https://klinikgizi.com/2015/03/20/m
Geunsegeundaehyeondae
anfaat-dan-komposisi-kandungan-
jungsimeuro - Seoksa Hakwi
nutrisi-dan-gizi-nasi/ (diakses pada
Nonmun).
tanggal 19 Desember 2017, pukul
이성우. (1999). 식생활과 문화. 한국: 04.00 WIB).
수학사 (Lee, Seong-Wu. (1999).
Siksaenghwalgwa munhwa. Korea:
Suhaksa)
Internet
ABSTRACT
Development of growth in the region brings logical consequences on the implementation of public
affairs, in the hope that welfare can be felt fairly and equitably, efforts that can be done in one area
is the development of natural potential, specifically the village is a government system that may be
optimized its role, one example is the development of tourist villages, in recent years the tourist
village became an outbreak because the villages are competing to develop tourism, but there is the
impression that the implementation of many problems and less optimal, so many villages that fail.
Actually how is the process of determining a tourist village, this study aims to find out how the
process of determining tourist village, and what are the parameters. This research is qualitative with
the taking of data in the form of interview and documentation. The proposed village tourism
process proposed by the village government, then submitted to the cultural and tourism
departments at the level, districts / municipalities, provinces until the ministry, but before going
through the process of checking and validation, the village must go through several stages of
preparation, including: a). Preparation, b). Determination of definitions and parameters
qualitatively and quantitatively, c). Identification and inventory of villages, d) Confirmed village
identification, e). Scoring, f). Compile a list of tourist village locations.
ABSTRAK
Perkembangan pembangunan di daerah membawa konsekuensi logis pada penyelenggaraan urusan
– urusan publik, dengan harapan kesejahteraan bisa dirasakan secara adil dan merata, upaya yang
bisa dilakukan di daerah salah satunya adalah pengembangan potensi alam, secara khusus desa
merupakan sistem pemerintahan yang mungkin bisa dioptimalkan peranannya, salah satu
contohnya adalah pengembangan desa wisata, dalam beberapa tahun terakhir desa wisata menjadi
sebuah wabah karena desa berlomba – lomba untuk mengembangkan pariwisata, namun ada kesan
penyelenggaraanya banyak menimbulkan persoalan dan kurang optimal, sehingga banyak desa yang
mengalami kegagalan. Sebenarnya bagaimanakah proses penetapan sebuah desa wisata, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penetapan desa wisata, dan apa saja yang
menjadi parameternya. Penelitian ini kualitatif dengan pengambilan data berupa wawancara dan
dokumentasi. Proses pengajuan desa wisata diusulkan masyarakat melalui pemerintahan desa,
kemudian di ajukan kepada dinas kebudayaan dan pariwisata di tingkat, kabupaten/kota, provinsi
hingga kementrian, namun sebelum melalui proses pengecekan dan validasi, desa harus melalui
beberapa tahapan persiapan, diantaranya: a). Persiapan, b).Penetapan definisi dan parameter secara
kualitatif dan kuantitatif, c). Identifikasi dan inventarisasi desa-desa, d).Konfirmasi desa
teridentifikasi, e). Scoring, f). Menyusun daftar lokasi desa wisata.
No Potensi Sko Infrastrukt Sko Fasum Sko Status Sko Potensi Sko SDM Sko Paket Sk
Wisata r ur r r Lahan r Pendukung/Pr r r Wisata or
oduk
Unggulan
1 Wisata 4 Jalan MCK 4 Desa 4 Produk Buah 2 Admin 4 Ada 10
Alam poros desa istrasi
2 Wisata 3 Baik 3 Mushola 3 Kabupa 3 Produk Sayur 2 Jukir 3 Tidak 0
Religi/Bu ten Ada
daya
3 Wisata 3 Jelek 2 Klinik 3 Perhuta 2 Susu Kambing 1 Medis 2
Buatan Kesehata ni/MO Etawa/Sapi
n U Perah
Jalan Pribadi/ 1 Pengrajin 2 Peman 1
kabupaten peroran du
gan wisata
Baik 3 Aneka kripik 2
buah/pengina
pan/hotel
Rumah 1
makan/pengin
apan/hotel
Tot 10 10 10 10 10 10 10
Skor
Data Sumber : Peraturan Bupati Ponorogo No.48 Tahun 2017
Secara umum proses penetapan desa wisata dapat dijelaskan melalui skema sebagai berikut:
a. Persiapan
Teknis penetapan b. Penetapan definisi dan parameter secara
inventarisasi desa wisata kualitatif dan kuantitatif
c. Identifikasi dan inventarisasi desa-desa
Berdasarkan Peraturan Bupati d. Konfirmasi desa teridentifikasi
Ponorogo Nomor 48 Tahun 2017, yakni: e. Scoring
Berangkat dari banyaknya potensi yang ada f. Menyusun daftar lokasi desa wisata
di wilayah pedesaan kemudian hal tersebut
dapat dijadikan sebagai komoditas wisata Pelaksanaan kegiatan identifikasi lokasi
unggulan dimana keindahan dan keunikan desa wisata dilakukan dengan 2 arah
alam akan menjadi wisata alam. Menu pendekatan :
makanan dan minuman khas tradisional a. Top-down merupakan arah
yang unik dari bahan rasa dan penyajiannya perencanaan yang bergerak dari atas ke
yang unik juga dapat menambah destinasi bawah. Pendekatan dari atas harus
wisata kuliner wilayah ini, selain itu dilakukan terutama pada kegiatan review
kerajinan tangan khas nan unik bisa dan acuan kebijakan yang telah
dijadikan destinasi wisata suvenir, baik ditetapkan terkait dengan lokasi desa
komoditi unggulan hasil bumi buah, sayur, wisata.
dan didukung pasar tradisional akan sangat b. Bottom-up merupakan aspirasi muncul
banyak mendatangkan keuntungan dari bawah. Pendekatan dari bawah
ekonomi bagi warga sekitar. Selain hal harus dilakukan terutama pada kegiatan
tersebut wilayah pedesaan harusdidukung identifikasi karakteristik permasalahan
dnegan infrastruktur yang memadai, akses dan potensi tiap lokasi. Dengan
jalan yang mudah dilalui dan ketersediaan demikian maka gambaran karakteristik
fasilitas umum (listrik, air, jaringan yang diperoleh ini merupakan hasil yang
komunikasi, tempat ibadah, pos kesehatan) valid, akurat dan sesuai dengan aspirasi
serta adanya paket wisata lainnya sangatlah masyarakat.
layak untuk dikembangkan menjadi desa Secara umum proses identifikasi lokasi
wisata. Pengembangan kawasan desa wisata desa wisata meliputi :
merupakan salah satu solusi penerapan a. Input, yaitu aktifitas menjabarkan
aktifitas konservasi lahan yang saat ini (identifikasi) seluruh lokasi yang masuk
sering melanda suatu daerah yang dalam lingkup wilayah untuk dikaji
disebabkan perubahan iklim global melalui sebagai masukan untuk kemudian
sektor pariwisata.Kegiatan identifikasi disaring/diindikasi :
kawasan desa wisata melalui berbagai 1) Identifikasi Kecamatan
parameter dengan menampilkan destinasi 2) Identifikasi Unit Lokasi Kajian; Desa-
wisata unggulan yang dimiliki menjadi desa
prioritas utama dalam menentukan lokasi 3) Verifikasi data dan Informasi Level
pariwisata yang unggulan.Sasaran Kecamatan
identifikasi kawasan desa wisata yaitu b. Proses, yaitu aktifitas penyaringan
tersusunnya daftar lokasi desa dengan (screening) terhadap semua input (daftar
urutan prioritas mulai dari wilayah desa lokasi yang diidentifikasi) menggunakan
yang mempunyai potensi wisata sampai perangkat (instrumen/tools) yang ada
dengan paket wisata sebagaimana berupa indikator untuk menghasilkan
parameter penilaian desa wisata.Lingkup suatu output (daftar lokasi yang
substansi kajian yang akan dilakukan dalam terindikasi)
identifikasi lokasi desa meliputi : 1) Rumusan Kriteria dan Parameter
Persiapan
Scoring
12
Hotel Management Department, Faculty of Economic and Communication
Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 11480
Corresponding email: nurul.lestari@binus.edu*
ABSTRACT
Yogyakarta has a long history and is full of customs that developed into a culture that has been
rooted for a long time. His culture makes Yogyakarta become one of the areas that have the
potential to become a tourist destination. Culture has many kinds, one of which is traditional food
used in traditional ceremonies. In Yogyakarta, it is famous for one of the foods that are the
requirements of a ceremony, namely Ayam Ingkung. Where Ingkung Chicken is used as a
complement in various traditional ceremonies that take place such as weddings, harvest
thanksgiving, and others. The purpose of this research is to find out the history of chicken ingkung
and provide knowledge about Ingkung chicken so that it can be appreciated more. The research
method used is descriptive-qualitative method with data collection techniques through interviews
and questionnaires. The results showed that Ingkung chicken was rarely found in traditional
ceremonies and needed to be preserved and introduced to the younger generation
ABSTRAK
Yogyakarta memiliki sejarah yang panjang dan sarat akan adat istiadat yang berkembang menjadi
suatu budaya yang sudah berakar sejak lama. Budaya yang dimilikinya menjadikan Yogyakarta
menjadi salah satu daerah yang sangat berpotensi menjadi daerah tujuan wisata. Budaya banyak
macamnya salah satunya yang adalah makanan tradisional yang digunakan dalam upacara adat
istiadat. Di Yogyakarta terkenal salah satu makanan yang menjadi syarat dari suatu upacara, yaitu
Ayam Ingkung. Dimana Ayam Ingkung digunakan sebagai pelengkap dalam berbagai upacara adat
yang berlangsung seperti pernikahan, syukuran panen, dan lain-lain. Tujuan dari penelitan ini
adalah untuk mengetahui sejarah dari ayam ingkung dan nilai budaya yang terkandung pada Ayam
Ingkung sehingga dapat lebih diapresiasi keberadaanya. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif-kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ayam Ingkung sudah jarang ditemukan pada upacara adat
dan perlu untuk dilestarikan serta dikenalkan kepada generasi muda.
hidangan khas lainnya (Atmojo 2016). Pada acara dan kegiatan kuliner seperti festival dan
umumnya yang digunakan untuk masakan kunjungan kuliner (Sukenti 2014). Gastronomi
Ayam Ingkung adalah ayam Jago (Jati telah menjadi salah satu sumber daya tarik
2014).Ingkung adalah ayam utuh yang utama di daerah tujuan wisata (Gálvez, et al.
2017). Menurut Gillespie di dalam (Guzel and
dimasak dengan keadaan kaki dan kepala
Apaydin 2016) gastronomiadalah pengakuan
yang diikat sehingga berbentuk seperti berbagai faktor yang relevan dengan makanan
orang yang sedang bersujud, yang memiliki dan minuman yang dikonsumsi oleh suatu
makna agar kita manusia senantiasa kelompok, di suatu wilayah, atau bahkan suatu
bersujud dan berzikir sesuai dengan ajaran bangsa.
dari Rasulullah (Pambudi 2014). Selain
dari maknanya yang berarti mengikuti
ajaran dari rasul, ayam Ingkung juga
merupakan suatu makanan simbolik, yaitu METODE
menyimbolkan laki-laki, yang mempunyai 3
sifat buruk, sehingga ayam ingkung diikat Jenis Penelitian
tiga agar sifat buruknya tidak muncul
(Sulistiyaningsih and Lastariwati 2017). Pada penelitian ini penulis akan
Berdasarkan bentuknya yang menyiratkan menggunakan metode penelitian kualitatif
posisi orang yang sedang bersujud/suatu deskriptif, yang bertujuan untuk mengurai
posisi penyerahan diri kepada Tuhan Yang dan mencari makna dari situasi yang sedang
Maha Esa, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi, sikap dan pandangan di dalam suatu
makna simbolik dari ayam Ingkung sebagai masyarakat, pertentangan antar dua atau
bagian dari sesaji adalah wujud lebih, hubungan antar variable, cara
persembahan untuk para leluhur yang telah pandang yang berbeda akan keadaaan yang
memberi keselamatan dan kemakmuran sedang terjadi dan bagaimana pengaruhnya
(Prabawa 2012). Karenanya bagi terhadap suatu kondisi di dalam masyarakat
masyarakat Jawa ayam Ingkung merupakan (Prasetyo 2016). Penelitian ini
makanan dan sesaji yang sangat istimewa menggunakan pendekatan deskriptif, yang
pada setiap perayaan (Nurazizah 2016). memandu peneliti untuk mengeksplorasi
dan memotret situasi sosial yang akan
Gastronomi diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam(Sugioyono 2017).
Menurut Upaboga Indonesia, gastronomi
adalah suatu proses secara keseluruhan dari Tempat dan Waktu
memasak dan bagaimana menikmati makanan Penelitian
(Ketaren 2017). Sedangkan menurut (Maligan
2013), gastronomy adalah suatu studi yang Lokasi penelitian ini dilakukan di
menjelaskan hubungan antara budaya dan Yogyakarta khususnya daerah Bantul, pada
makanan, dengan makanan sebagai pusatnya. rumah makan Ayam Goreng Mbah
Gastronomi adalah suatu ilmu yang Cemplung, Ingkung Ayam Warung Ndeso,
mempelajari hubungan bagaiman cara Ingkung Kuali Kalakijo, Dinas Pariwisata
menikmati makanan yang dikonsumsi oleh
DIY, dan Dinas Kebudayaan DIY. Waktu
seseorang, termasuk didalamnya adalah sejarah,
riwayat, legenda, cara pembuatan, cara penelitian adalah Maret-Juni 2018.
menyajikan, serta cara menikmati hidangan
tersebut (Gardjito, Putri, and Dewi, Kuliner Teknik Pengumpulan Data
Indonesia - Profil Struktur, Bumbu, dan Bahan
Dalam Kuliner Indonesia 2018). Gastronomi Teknik pengumpulan data yang
tidak hanya kegiatan yang berkaitan dengan digunakan adalah:
makanan dan minuman, tetapi juga dengan
dipengaruhi oleh agama Hindu (Kevin Jawalah yang berperan besar dalam
2018). Sementara itu simbol-simbol di mengenalkan ayam ingkung. Karena mulai
tumpeng seperti beras gunung berbentuk, dari Jawa Barat(Sunda), Solo, Jawa Timur
warna dan bahan-bahan yang dikenal (Banyuwangi) dan terutama masyarakat
merupakan refleksi dari agama Hindu Yogyakarta daerah Pajangan di Bantul
(Kevin 2018). menggunakannya dalam upacara adat.
panasnya api membuat otot-otot ayam ayam ingkung. Cara yang pertama adalah
tersebut meregang, maka ayam tersebut seperti yang dilakukan oleh dinas pariwisata
diikat agar bentuknya tetap sama. setiap tahunnya yaitu dengan mengadakan
Selanjutnya siapkan kuali dan masak santan lomba kuliner ayam ingkung di daerah
yang berasal dari perasan kelapa dengan Bantul. Cara kedua dengan tetap menjalani
sebagian bumbu yang telah di haluskan upacara adat dan tradisi -tradisi yang
tadi, masak hingga menindih, masukkan menggunakan ayam ingkung. Cara ketiga
ayam dan masak ayam tersebut kurang adalah dengan dikembangnya restoran
lebih 2 jam – 2.30 jam, prosesnya lama tentang ayam ingkung seperti contohnya
karena menggunakan kayu bakar. yang ada di Pajangan, Kayuban, Seyegan,
dan Sewon.
12. Bagaimana teknik khusus dalam
pembuatan ayam ingkung? 15. Apakah ayam ingkung merupakan daya
Dari hasil wawancara dengan tarik pariwisata Daerah Istimewa
narasumber, sebagian besar mengatakan Yogyakarta?
tidak ada teknik khusus dalam pembuatan Dari hasil wawancara dengan
ayam ingkung. Hanya diperlukan ketepatan narasumber, ayam ingkung merupakan
waktu dan ketepatan suhu. Karena apabila daya tarik pariwisata Daerah Istimewa
suhu kurang panas tekstur ayamnya masih Yogyakarta. Karena sifat awalnya yang
keras dan bumbunya belum meresap, kalau sakral dan hanya bisa dimakan pada saat
suhunya terlalu panas nanti ayamnya tertentu, sehingga membuat para wisatawan
mudah hancur. penasaran dan tertarik untuk mencobanya.
Dengan banyaknya restoran ayam ingkung
13. Bagaimana cara penyajian ayam di Yogyakarta dapat mempermudah para
ingkung? wisatawan untuk mendapatkannya. Dan
Dari hasil wawancara dengan dengan adanya upacara – upacara adat yang
narasumber, cara penyajian ayam ingkung bersifat besar seperti Upacara Cembengan
ada beberapa jenis. Jenis yang pertama di Pabrik Gula Maudiksmo, masyarakat
adalah ayam ingkung disajikan bersama dapat melihat bagaimana upacara itu
nasi tumpeng (nasi gurih) diatas tambir yang berjalan seperti contohnya yang dialami
adalah anyaman bambu, dialasi daun oleh peneliti yaitu dengan melihatnya
pisang, lalu bersama juga dengan sambal proses pawai manten tebu lanang dan tebu
kedelai, lalapannya (kemangi dan timun), wedok yang berasal dari desa Jogonalan
sambal goreng tempe, kering kentang, telur Lor hingga mengelili pabrik tersebut, yang
dadar, dan ikan teri/gereh pethek. Jenis diiringi langsung dari abdi dalam di
kedua yaitu ayam ingkung di sajikan sendiri Keraton Yogyakarta.
diatas tambir yang dialasi dengan daun
pisang beserta dengan lalapan (ketimun dan Hasil Kuisioner :
kemangi) dan sambal kedelainya. Jenis
ketiga ayam ingkung disajikan didalam box Penelitian tentang Ayam Ingkung ini
yang berisikan suwiran ayam ingkung, nasi juga menggunakan kuesioner sebagai
gurih, lalapan (kemangi dan timun) dan materi pendukung untuk mengukur
sambal kacang, yang biasanya digunakan pengetahuan masyarakat mengenai Ayam
untuk hajatan misalnya selametan orang Ingkung. Penelitian ini menyebarkan
meninggal. kuesinoner kepada masyarakat yang
berdomisili di Yogyakarta yang merupakan
14. Bagaimana pelestarian ayam ingkung? pusat asli dari Ayam Ingkung. Kuesioner
Dari hasil wawancara dengan ini mendapatkan 72 responden. Berikut
narasumber, banyak cara melestarikan
313 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved
101.
Gardjito, Murdijati. 2017. Kuliner
http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/JUR
Nurhayati, Endang, Mulyana, Venny Indria Prabawa, Benny. 2012. Nilai Filosofi
Ekowati, and Avi Meilawati. 2014. Upacara Daur Hidup Mitoni Di
"Inventarisasi Makanan Tradisional Dusun Kedung I, Desa
Jawa Unsur Sesaji Di PasarPasar Karangtengah, Kecamatan
Tradisional Kabupaten Bantul." Wonosari, Kabupaten
Jurnal Penelitian Humaniora 124- Gunungkidul. Skripsi, Yogyakarta:
140. Universitas Negeri Yogyakarta.
Prasetyo, Agung . 2016. Linguistikid.com.
Nurmawati, Ella. 2013. "Kajian Folklor Juni 07. Accessed Agustus 31, 2018.
Upacara Adat Saparan Pundhen http://www.linguistikid.com/2016/09
Joko Kasihan Di Desa Cacaban /pengertian-penelitian-deskriptif-
Kidul Kecamatan Bener Kabupaten kualitatif.html.
Purworejo." Jurnal Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Rivasintha, Emusti, and Karel Juniardi.
Jawa_Universitas Muhammadiyah 2017. "Pergeseran Nilai-Nilai
Purworejo 66-76. Budaya Dalam Upacara Adat Gawai
Dayak Ditinjau Dari Sosial
Octivia, Milka, Bing Bedjo Tanudjaja, and Ekonomi Masyarakat Kota
Baskoro Suryo B. 2013. Pontianak." Jurnal Pendidikan
"Perancangan Buku Panduan Sosial 4 (1): 1-10.
Wisata Kuliner Makanan
Tradisional Khas Makassar." Jurnal Sabandar, Switzy. 2016. liputan 6.
Desain Komunikasi Visual November 28. Accessed Agustus
Adiwarna 1-11. 23, 2018.
318 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 306-320
@STPS 2018, All Rights Reserved
12
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
ABSTRACT
The city of Jakarta as one of the largest cities in Indonesia and is the capital city of the country is a
city that is the target of the arrival of travelers, both tour operators and industry players. Jakarta has
the potential of natural beauty and cultural uniqueness that are in demand by both foreign tourists
and domestic tourists. The tourism sector has managed to become a major source of tourism
revenue in Jakarta. Currently the budget hotel is one type of hotel that is growing rapidly in various
big cities, one of which is Jakarta. Budget hotels are hotels with limited facilities and are usually
located in the middle of the city. Usually this hotel is much sought after by those who work while
traveling.
The purpose of this study was to find out tourist preferences in choosing a budget hotel. These
factors are seen in terms of product, tariff / price, advertisement, location, service, process, physical
facilities, and people. This research was carried out for 1 year in DKI Jakarta using quantitative
descriptive method using a questionnaire instrument.
From the results of the research note that the factors that influence tourists in the decision to use
budget hotel services in Jakarta partially are price, process and people. But simultaneously products,
rates / prices, advertisements, locations, services, processes, physical facilities, and people can
influence the decision to use budget hotel services in Jakarta.
ABSTRAK
Kota Jakarta sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia dan merupakan ibu kota negara
merupakan kota yang menjadi sasaran kedatangan para pelaku perjalanan, baik itu para pelaku
perjalanan wisata maupun pelaku industri. Jakarta memiliki potensi keindahan alam serta keunikan
budaya yang diminati oleh wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara. Sektor
pariwisata telah berhasil menjadi sumber utama pendapatan pariwisata di Jakarta. Saat ini hotel
budget merupakan salah satu jenis hotel yang berkembang pesat di berbagai kota besar salah
satunya Jakarta. Hotel budget adalah hotel dengan fasilitas terbatas dan biasanya berada di tengah
kota. Biasanya hotel ini banyak dicari oleh mereka yang bekerja sambil melakukan perjalanan
wisata.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui preferensi wisatawan dalam memilih hotel budget. Faktor-
faktor tersebut dilihat dari segi produk, tarif/harga, iklan, lokasi, pelayanan, proses, sarana fisik, dan
people. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 tahun di DKI Jakarta dengan menggunakan metode
kuantitatif deskriptif dengan menggunakan instrumen kuesioner.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan dalam keputusan
penggunaan layanan hotel budget di Jakarta secara parsial adalah harga, proses dan people. Tetapi
secara simultan produk, tarif/harga, iklan, lokasi, pelayanan, proses, sarana fisik, dan people dapat
mempengaruhi keputusan penggunaan layanan hotel budget di Jakarta.
Saat ini hotel budget merupakan salah e. Adakah pengaruh lokasi terhadap
satu jenis hotel yang berkembang pesat di pemilihan hotel budget dan
berbagai kota besar salah satunya Jakarta. seberapa besar pengaruhnya ?
Hotel budget adalah hotel dengan fasilitas f. Adakah pengaruh pelayanan
terbatas dan biasanya berada di tengah kota. terhadap pemilihan hotel budget
Biasanya hotel ini banyak dicari oleh dan seberapa besar pengaruhnya ?
mereka yang bekerja sambil melakukan g. Adakah pengaruh proses terhadap
perjalanan wisata.Melihat perkembangan pemilihan hotel budget dan
hotel budget yang sedemikian pesat di seberapa besar pengaruhnya ?
Jakarta, dan kami juga melihat bahwa hotel h. Adakah pengaruh saran fisik
dengan chain internasional pun membuka terhadap pemilihan hotel budget
hotel budget seperti Fave Hotel yang dan seberapa besar pengaruhnya ?
merupakan bagian dari Aston Hotel and
Resort, maka kami tertarik untuk
mengangkat permasalahan mengenai hotel
budget dan pemilihan masyarakat terhadap TINJAUAN PUSTAKA
keputusan menginap di hotel budget, untuk
itu peneliti mengangkat penelitian dengan Pariwisata
judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi
wisatawan dalam memilih hotel Budget di Kegiatan pariwisata dimulai ketika ada
Jakarta”. pergerakan manusia yang bergerak dari
Perumusan masalah dalam penelitian daerah asal wisatawan ke daerah tujuan
ini adalah sebagai berikut : wisata. Daerah tujuan wisata merupakan
a. Faktor-faktor apa saja yang ujung tombak dari kegiatan pariwisata,
mempengaruhi wisatawan dalam karena pada daerah tujuan wisata itu
memilih hotel budget? kegiatan wisata berlangsung.Di daerah
b. Adakah pengaruh produk tujuan wisata terdapat berbagai industri
terhadap pemilihan hotel budget pariwisata, yang utama adalah daya tarik
dan seberapa besar pengaruhnya? wisata, yang bisa berupa daya tarik alam,
c. Adakah pengaruh tarif terhadap daya tarik budaya, maupun daya tarik
pemilihan hotel budget dan buatan manusia, dan juga industri
seberapa besar pengaruhnya ? penunjang pariwisata seperti akomodasi,
d. Adakah pengaruh iklan terhadap industri makan minum, transpotasi dan
pemilihan hotel budget dan sebagainya.
seberapa besar pengaruhnya ? Pergerakan wisatawan beserta wilayah
geografi yang melingkupinya terdapat dalam
bagan yang tercantum di bawah ini.
Keberangkatan
Daerah
DaerahAsal Daerah Transit
Tujuan
Wisatawan
Wisata
Kedatangan
mempunyai kualitas yang paling baik. 8. Gaya pengambilan keputusan yang loyal
Mereka juga menilai bahwa merek terhadap merek tertentu.
dengan penjualan terlaris, dan iklan yang Konsumen yang memiliki merek-merek
paling baik menunjukan kualitas dari favorit yang selalu di beli dan toko-toko
merek tersebut. yang selalu dikunjungi secara berulang.
𝑍2
𝑛=
4(𝑀𝑜𝑒)2
Dimana:
n = Jumlah sampel
Z = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan
Moe = Margin of error
Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% atau Z = 1,96 dan Moe = 10% (0,1) maka :
(1,96)2
𝑛=
4 (0,1)2
𝑛 = 96,4
Tujuan menginap di
Pendidikan Terakhir hotel budget
Analisis Koefisien
Regresi Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.148 1.914 3.212 .002
Produk -.088 .114 -.067 -.774 .441
Harga .147 .153 .086 .963 .338
Promosi -.090 .147 -.066 -.613 .542
Lokasi -.119 .118 -.109 -1.011 .315
Pelayanan -.062 .111 -.067 -.559 .578
Proses .361 .103 .375 3.497 .001
Sarana .165 .087 .256 1.891 .062
Fisik
People .221 .098 .267 2.263 .026
a. Dependent Variable: TotalY
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
**
Promos Pearson .017 .268 1 .459** .341** .334** .580** .442** .275**
i Correlation
Sig. (2-tailed) .866 .008 .000 .001 .001 .000 .000 .007
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Lokasi Pearson .220* .085 .459** 1 .521** .408** .528** .414** .217*
Correlation
Sig. (2-tailed) .031 .410 .000 .000 .000 .000 .000 .033
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Pelayan Pearson -.016 .224* .341** .521** 1 .516** .637** .531** .373**
an Correlation
Sig. (2-tailed) .874 .029 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Proses Pearson .126 .322** .334** .408** .516** 1 .501** .545** .568**
Correlation
Sig. (2-tailed) .222 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Sarana Pearson .145 .195 .580** .528** .637** .501** 1 .665** .490**
Fisik Correlation
Sig. (2-tailed) .158 .058 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
People Pearson .151 .094 .442** .414** .531** .545** .665** 1 .530**
Correlation
Sig. (2-tailed) .142 .364 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
Keputu Pearson .036 .238* .275** .217* .373** .568** .490** .530** 1
san Correlation
mengin Sig. (2-tailed) .726 .019 .007 .033 .000 .000 .000 .000
ap N 96 96 96 96 96 96 96 96 96
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)
hubungan yang rendah antara harga 7) Nilai koefisien korelasi sarana fisik (X7)
dengan keputusan menginap. dengan keputusan menginap (Y) adalah
3) Nilai koefisien korelasi promosi (X3) 0,490 artinya keeratan sarana fisik dengan
dengan keputusan menginap (Y) adalah keputusan menginap adalah sebesar 0,490
0,275 artinya keeratan promosi dengan dan apabila koefisien korelasi maka
keputusan menginap adalah sebesar 0,275 termasuk dalam interval koefisien 0,40 –
dan apabila koefisien korelasi maka 0,599, maka dapat disimpulkan bahwa
termasuk dalam interval koefisien 0,20 – terdapat hubungan yang sedang antara
0,399, maka dapat disimpulkan bahwa sarana fisik dengan keputusan menginap.
terdapat hubungan yang rendah antara 8) Nilai koefisien korelasi people (X8) dengan
promosi dengan keputusan menginap. keputusan menginap (Y) adalah 0,530
4) Nilai koefisien korelasi lokasi (X4) dengan artinya keeratan people dengan keputusan
keputusan menginap (Y) adalah 0,217 menginap adalah sebesar 0,530 dan
artinya keeratan lokasi dengan keputusan apabila koefisien korelasi maka termasuk
menginap adalah sebesar 0,217 dan dalam interval koefisien 0,40 – 0,599,
apabila koefisien korelasi maka termasuk maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
dalam interval koefisien 0,20 – 0,399, hubungan yang sedang antara people
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dengan keputusan menginap.
hubungan yang rendah antara lokasi
dengan keputusan menginap.
5) Nilai koefisien korelasi pelayanan (X5) Analisis Koefisien
dengan keputusan menginap (Y) adalah Korelasi Berganda
0,373 artinya keeratan pelayanan dengan
keputusan menginap adalah sebesar 0,373 Nilai atau koefisien korelasi berganda
dan apabila koefisien korelasi maka digunakan untuk menentukan kuat atau
termasuk dalam interval koefisien 0,20 – lemahnya hubungan antara produk,
0,399, maka dapat disimpulkan bahwa
tarif/harga, iklan/promosi, lokasi,
terdapat hubungan yang rendah antara
pelayanan dengan keputusan menginap. pelayanan, proses, sarana fisik dan people
6) Nilai koefisien korelasi proses (X6) dengan sebagai variabel independen dengan
keputusan menginap (Y) adalah 0,568 keputusan menginap sebagai variabel
artinya keeratan proses dengan keputusan dependen. Hasil analisis pada Tabel 5
menginap adalah sebesar 0,568 dan diperoleh koefisien korelasi secara
apabila koefisien korelasi maka termasuk menyeluruh R adalah 0,657 (R ≥ 0,5)
dalam interval koefisien 0,40 – 0,599, berarti hubungan antara produk, tarif/harga,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat iklan/promosi, lokasi, pelayanan, proses,
hubungan yang sedang antara proses sarana fisik dan people dengan keputusan
dengan keputusan menginap. menginap adalah kuat.
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .657 .432 .379 1.581
a. Predictors: (Constant), TotalX8, TotalX2, TotalX1,
TotalX4, TotalX3, TotalX6, TotalX5, TotalX7
b. Dependent Variable: TotalY
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.148 1.914 3.212 .002
Produk -.088 .114 -.067 -.774 .441
Harga .147 .153 .086 .963 .338
Promosi -.090 .147 -.066 -.613 .542
Lokasi -.119 .118 -.109 -1.011 .315
Pelayanan -.062 .111 -.067 -.559 .578
Proses .361 .103 .375 3.497 .001
Sarana .165 .087 .256 1.891 .062
Fisik
People .221 .098 .267 2.263 .026
a. Dependent Variable: TotalY
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2018)
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
12
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
anikyuniati_girl@yahoo.com
ABSTRAK:
Perkampungan Betawi Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan betawi yang
lingkungan alam dan budayanya yang masih terjaga secara baik. Wisatawan yang berkunjung ke
kawasan cagar budaya ini akan disuguhi panorama pepohonan rindang yang akan menambah
suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat
melihat rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan
keasliannya.Yang tak kalah menarik, di perkampungan ini juga banyak terdapat warung yang
banyak menjajakan makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, ketupat , kerak telor, ketupat
sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, nasi uduk, dodol
betawi,kue apem, toge goreng, tahu gejrot, bir pletok,es potong, es goyang es duren,es kelapa
muda, cincau.Wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran seni
budaya Betawi, antara lain tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor,
gambang kromong, dan ondel-ondel yang sering dipentaskan di sebuah panggung terbuka pada
setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung juga dapat menyaksikan melihat
para pemuda dan anak-anak latihan menari dan silat khas Betawi.Sebagai sebuah kawasan cagar
budaya, Setu Babakan tidak hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga
menawarkan jenis wisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata danau. Dua danau, yakni
Mangga Bolong dan Babakan, di perkampungan ini biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk
memancing atau sekedar bersenda gurau dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau. Selain itu,
wisatawan juga dapat menyewa perahu untuk menyusuri dan mengelilingi danau.Wisatawan yang
berkunjung ke perkampungan ini juga dapat berkeliling ke perkebunan, pertanian, serta melihat
tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran rumah-rumah penduduk. Apabila berkunjung ke
pelataran rumah penduduk, tak jarang pengunjung akan dipetikkan buah sebagai tanda
penghormatan. Jika wisatawan tertarik untuk memetik dan berniat membawa pulang buah-buahan
tersebut, maka pengunjung dapat membelinya dengan terlebih dulu bernegosiasi harga dengan
pemiliknya. Buah-buahan yang tersedia di perkampungan ini antara lain belimbing, rambutan,
buni, jambu, dukuh, menteng, gandaria, mengkudu, kecapi, durian, jengkol, kemuning, dan masih
banyak lagi.Yang baru dari Setu Babakan adalah telah dibangunnya dua jembatan gantung, sehingga
pengunjung dapat menyinggahi pulau buatan di tengah Setu Babakan. Selain itu Setu babakan
adalah salah satu tempat favorit bersepeda dan jalan santai di Jakarta Selatan.
Riwayat Artikel:
Diajukan : 12 Oktober 2018
Direvisi: 22 Oktober 2018
Diterima : 02 November 2018
2) Penyediaan makanan dan minuman maka wisatawan sama artinya dengan kata
adalah usaha pengolahan, “traveler” karena dalam bahasa Indonesia
penyediaan dan pelayanan makanan sudah merupakan kelaziman memakai
dan minuman yang dapat dilakukan akhiran “wan” untuk menyatakan orang
sebagai bagian dari penyediaan dengan profesinya, keahliannya,
akomodasi ataupun sebagai usaha keadaannya jabatannya dan kedudukan
yang berdiri sendiri; seseorang (Irawan, 2010:12).
3) Penyediaan angkutan wisata adalah Adapun pengertian wisatawan antara
usaha khusus atau sebagian dari lain:
usaha dalam rangka penyediaan
angkutan pada umumnya yaitu 1) Menurut Smith (dalam
angkutan khusus wisata atau Kusumaningrum, 2009:16),
angkutan umum yang menyediakan menjelaskan bahwa wisatawan adalah
angkutan wisata; orang yang sedang tidak bekerja, atau
4) Penyediaan sarana wisata tirta adalah sedang berlibur dan secara sukarela
usaha penyediaan dan pengelolaan mengunjungi daerah lain untuk
prasarana dan sarana serta jasa yang mendapatkan sesuatu yang lain.
berkaitan dengan kegiatan wisata
tirta (dapat dilakukan di laut, sungai, 2) Menurut WTO (dalam
danau, rawa, dan waduk), dermaga Kusumaningrum, 2009:17) membagi
serta fasilitas olahraga air untuk wisatawan kedalam tiga bagian yaitu:
keperluan olahraga selancar air,
selancar angin, berlayar, menyelam a) Pengunjung adalah setiap orang
dan memancing; yang berhubungan ke suatu
5) Penyediaan kawasan pariwisata Negara lain dimana ia mempunyai
adalah usaha yang kegiatannya tempat kediaman, dengan alasan
membangun atau mengelola melakukan pekerjaan yang
kawasan dengan luas tertentu untuk diberikan oleh Negara yang
memenuhi kebutuhan pariwisata. dikunjunginya.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum
yang ingin berkeliling di tengah danau. sederhana yaitu ketan, gula merah, gula
Perahu ini bisa digunakan berdua secara pasir dan santan tapi rasanya sangat enak.
berpasangan. Jadi apabila datang ke tempat
ini bersama pasangan maupun keluarga,
sangat rugi apabila kamu tidak mencoba
naik perahu Angsa ke tengah Danau. Harga
sewa perahu Angsa ini relatif murah,
digolongkan berdasarkan usia yaitu: Anak-
anak (3-12 tahun) Rp 6.000 per orang,
Dewasa (13 tahun) Rp 8.000 per orang,
Dewasa (diatas 13 tahun) Rp 10.000 per
orang.
Gambar 5
Dodol Betawi
Gambar 4
Perahu Angsa atau Bebek Air
Wisata Kuliner
Gambar9
Gambar 7 Ondel-ondel
Rumah Adat Betawi
Kesenian Betawi
Gambar 10
Kesenian Tanjidor
Gambar 8
Tari Lenggang Nyai
Gambar 11
Lenong Betawi
lainnya. "Semua kebudayaan, kesenian dan rumah panggung berarsitektur khas Betawi
kuliner Betawi bakal kami tunjukan”. yang masih dipertahankan keasliannya.
] Yang tak kalah menarik, di
perkampungan ini juga banyak terdapat
warung yang banyak menjajakan makanan-
makanan khas Betawi, seperti ketoprak,
ketupat , kerak telor, ketupat sayur, bakso,
laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam,
soto mie, roti buaya, nasi uduk, dodol
betawi,kue apem, toge goreng, tahu gejrot,
bir pletok,es potong, es goyang es duren,es
kelapa muda, cincau.
Wisatawan yang berkunjung ke Setu
Gambar 13 Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran
seni budaya Betawi, antara lain tari cokek,
Atlet Asian Games 2018 tertawa dan tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus,
bertepuk tangan saat menyaksikan aksi lenong, tanjidor, gambang kromong, dan
palang pintu yang dilakoni dua bocah ondel-ondel yang sering dipentaskan di
Para atlet yang menjadi tamu diterima sebuah panggung terbuka pada setiap hari
di Zona A yang menjadi kawasan utama Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni,
Setu Babakan. Saat mau masuk kawasan, pengunjung juga dapat menyaksikan
kata dia, para atlet bakal disambut silat melihat para pemuda dan anak-anak latihan
Palang Pintu Betawi.Selain itu, di sekitar menari dan silat khas Betawi.
kawasan pun disediakan tenda untuk bazar Sebagai sebuah kawasan cagar
berbagai kuliner Betawi bagi pengunjung budaya, Setu Babakan tidak hanya
yang datang. Persiapan menyambut tamu menyajikan pagelaran seni maupun budaya,
mancanegara tersebut telah dimatangkan melainkan juga menawarkan jenis wisata
oleh pemerintah melalui Dinas Pariwisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata
dan Inasgoc, serta telah dirapatkan oleh danau. Dua danau, yakni Mangga Bolong
Perwakilan wilayah dengan Wali Kota dan Babakan, di perkampungan ini
Jakarta Selatan. biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan
untuk memancing atau sekedar bersenda
gurau dan menikmati suasana sejuk di
SIMPULAN DAN SARAN pinggir danau. Selain itu, wisatawan juga
dapat menyewa perahu untuk menyusuri
Simpulan dan mengelilingi danau.
Wisatawan yang berkunjung ke
Perkampungan Betawi Setu Babakan perkampungan ini juga dapat berkeliling ke
adalah sebuah kawasan perkampungan perkebunan, pertanian, serta melihat
betawi yang lingkungan alam dan tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran
budayanya yang masih terjaga secara baik. rumah-rumah penduduk. Apabila
Wisatawan yang berkunjung ke kawasan berkunjung ke pelataran rumah penduduk,
cagar budaya ini akan disuguhi panorama tak jarang pengunjung akan dipetikkan
pepohonan rindang yang akan menambah buah sebagai tanda penghormatan. Jika
suasana sejuk dan tenang ketika wisatawan tertarik untuk memetik dan
memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, berniat membawa pulang buah-buahan
pengunjung juga dapat melihat rumah- tersebut, maka pengunjung dapat
membelinya dengan terlebih dulu
353 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://megapolitan.kompas.com/read/2017
/07/25/17380691/mulai-2017-
lebaran-betawi-selalu-digelar-di-setu-
babakan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017
/07/29/19124531/ada-apa-saja-di-
lebaran-betawi-2017-.
1,2
Dosen Jurusan Pariwisata
12
Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang
email: feri_ferdian@fpp.unp.ac.id
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the determination of the factors that influence the turnover
intention of 4-star hotel employees in Padang City. This type of research is Exploratory Research to
find several factors that influence the turnover intention of 4-star hotel employees in Padang City.
The population in this study was 796 people consisting of all 4-star hotel employees in Padang City.
The number of samples is 251 people using proportional random sampling technique. Data
analysis technique used is path analysis to analyze the influence of Exogenous variables toward
Endogenous variables, through intervening variables. The results of the research show that: (1)
There is a significant influence between compensation financial to job satisfaction of 4-star hotel
employees in Padang City. (2) There is a significant influence between the work environment and
the job satisfaction of 4-star hotel employees in Padang City. (3) There is a significant influence
between compensation for turnover intention of 4-star hotel employees in Padang City directly or
indirectly through job satisfaction as an intervening variable. (4) There is a significant effect between
the work environment on the turnover intention of 4-star hotel employees in Padang City directly or
indirectly through job satisfaction as an intervening variable. (5) There is a significant effect of job
satisfaction on the turnover intention of 4-star hotel employees in Padang City. This job satisfaction
variable is a variable that has the biggest influence on the turnover intention of 4-star hotel
employees in Padang City.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis determinasi faktor-faktor yang mempengaruhi
turnover intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang. Jenis penelitian ini adalah
Exploratory Research untuk menemukan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi turnover
intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
796 orang yang terdiri dari seluruh karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang. Jumlah sampel 251
orang dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) untuk menganalisis pengaruh variabel Exogenous
(penyebab), terhadap variabel Endogenous (akibat), melalui variabel perantara (intervening
variable).Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara
kompensasi finansial terhadap kepuasan kerja karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang. (2)
Terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan hotel
berbintang 4 di Kota Padang. (3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap
turnover intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang secara langsung maupun tidak
langsung melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. (4) Terdapat pengaruh yang signifikan
antara lingkungan kerja terhadap turnover intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang
secara langsung maupun tidak langsung melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. (5)
Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan hotel
berbintang 4 di Kota Padang. Variabel kepuasan kerja ini merupakan variabel yang memiliki
pengaruh terbesar terhadap turnover intention karyawan hotel berbintang 4 di Kota Padang.
Dari beberapa teori diatas dapat perkakas dan bahan yang dihadapi,
disimpulkan bahwa kepuasan kerja lingkungan sekitarnya dimana seseorang
merupakan perasaan positif tentang pekerjaan bekerja, meteode kerjanya, serta pengaturan
seseorang yang dihasilkan dari evaluasi kerjanya baik sebagai perseorangan maupun
karakteristik pekerjaan tersebut. sebagai kelompok. Hal serupa juga
diungkapkan Nitisemito (1996) yang
mendefinisikan lingkungan kerja sebagai
Kompensasi Finansial segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
Penelitian ini fokus membahas menjalankan tugas yang dibebankan. Oleh
kompensasi finansial yang diduga memiliki karena itu, penentuan dan penciptaan
pengaruh signifikan bagi kepuasan kerja. lingkungan kerja yang baik akan sangat
Berdasarkan hasil penelitian Syah (2013) menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
kompensasi finansial memberikan pengaruh organisasi.
positif signifikan terhadap kepuasan kerja. Lingkungan kerja merupakan tempat
Kompensasi finansial merupakan kompensasi dimana seseorang melakukan aktifitas
yang paling banyak dipertimbangkan oleh kerjanya setiap hari. Lingkungan kerja yang
karyawan dalam memilih sebuah pekerjaan. kondusif, memungkinkan seseorang untuk
Apabila kompensasi finansial yang berupa bekerja secara lebih optimal. Sims dan
gaji, bonus, dan tunjangan yang diterima Kroeck (1994) dalam Rego & Cunha (2008)
ternyata tidak sesuai dengan harapan, maka menyatakan bahwa penentu kinerja individu
hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan dalam organisasi adalah faktor individu dan
dalam diri karyawan. Salah satu hal yang faktor lingkungan, mereka juga menjelaskan
mungkin terjadi adalah menurunnya motivasi bahwa seseorang memilih bekerja di sebuah
dan kepuasan kerja karyawan tersebut, organisasi/perusahaan dengan iklim kerja
karyawan menjadi malas melakukan tugas- yang cocok bagi hasratnya. Lingkungan kerja
tugas yang diberikan atasan, sering bolos atau yang nyaman bagi karyawan dapat
bahkan karyawan tersebut akan keluar dari meningkatkan semangat kerja dan
perusahaan untuk mencari pekerjaan yang mendorong kinerja yang lebih baik dan
lebih dapat memenuhi harapan. Kompensasi karyawan tetap bertahan. Sedarmayanti
finansial yang didapat karyawan dapat (2011) menyatakan bahwa secara garis besar,
mempengaruhi seberapa keras mereka akan jenis lingkungan kerja dibagi menjadi 2, yakni
berusaha menyelesaikan pekerjaan.Dalam lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja
penelitiannya Syah (2013) mendefinisikan non fisik
gaji/upah, bonus, dan tunjangan sebagai Berdasarkan teori di atas dapat
bagian dari kompensasi disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah
Dari beberapa teori diatas dapat segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja
disimpulkan bahwa kompensasi adalah total yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
seluruh imbalan dalam bentuk finansial yang menjalankan tugas yang dibebankan.
diterima karyawan sebagai pengganti jasa yang
telah mereka berikan.
METODE
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Pengaruh
Pengaruh kepuasan kerja sebesar 0,391 satuan begitu
No Keterangan Tidak Total
Langsung
Langsung
juga sebaliknya. Maka dapat dikatakan
Pengaruh Langsung semakin tinggi kompensasi finansial yang
1
Kompensasi Finansial
Terhadap Turnover Intention 5,5%
diterima karyawan Hotel Berbintang 4 di
karyawan Hotel berbintang 4 di Kota Padang maka semakin tinggi pula tingkat
Kota Padang
kepuasan kerja karyawan Hotel Berbintang 4
Pengaruh Tidak Langsung
Kompensasi Finansial di Kota Padang. Hal ini berarti kompensasi
2
Terhadap Turnover Intention
2,7% finansial berpengaruh signifikan terhadap
Karyawan Hotel Berbintang 4
di Kota Padang Melalui kepuasan kerja karyawan Hotel Berbintang 4
Kepuasan Kerja di Kota Padang, karena kompensasi finansial
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung Kompensasi mampu meningkatkan kepuasan kerja
3
Finansial Terhadap Turnover
8,2% karyawan Hotel Berbintang 4 di Kota Padang.
Intention Karyawan Hotel
Berbintang 4 di Kota Padang Hasil penelitian ini sesuai dengan
Melalui Kepuasan Kerja penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung
Pengaruh Langsung
Lingkungan KerjaTerhadap
Ngurah Bagus Dhermawan, I Gde Adnyana
4 Turnover Intention Karyawan 7,0% Sudibya, dan I Wayan Mudiartha Utama
Hotel berbintang 4 di Kota
Padang
tentang Pengaruh Motivasi, Lingkungan
Pengaruh Tidak Langsung Kerja, Kompetensi, Dan Kompensasi
Lingkungan KerjaTerhadap
Turnover Intention Karyawan
Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja
5 2,0 %
Hotel Berbintang 4 di Kota Pegawai Di Lingkungan Kantor Dinas
Padang Melalui Kepuasan
Kerja
Pekerjaan Umum Provinsi Bali yang
Pengaruh Langsung dan Tidak menyatakan terdapat pengaruh positif
Langsung Lingkungan
KerjaTerhadap Turnover
kompensasi terhadap kepuasan kerja.
6 9,0%
intention karyawan hotel
berbintang 4 di Kota Padang
Melalui Kepuasan Kerja
Pengaruh Langsung Kepuasan Pengaruh Lingkungan
Kerja Terhadap Turnover
7
Intention Karyawan Hotel
8,8% 8,8% Kerja Terhadap Kepuasan
Berbintang 4 di Kota Padang
Kerja Karyawan Hotel
74,0
8 Pengaruh Variabel Lain
% Berbintang 4 di Kota
TOTAL 100%
Padang.
akan lebih berdampak secara langsung (5,5%) 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
daripada secara tak langsung melalui kompensasi finansial terhadap turnover
kepuasan kerja (2,7%) dan lingkungan kerja intention karyawan hotel berbintang 4 di
juga akan lebih berdampak secara langsung Kota Padang baik secara langsung
(7,0%) dari pada secara tak langsung melalui maupun tidak langsung melalui kepuasan
kepuasan kerja (2,0%). Pengaruh langsung kerja. Manajemen kompensasi finansial
kepuasan kerja terhadap turnover intention yang adil dan layak bagi karyawan yang
karyawan sebesar (8,8%). Kemudian dapat diikuti kepuasan kerja akan memperbaiki
juga disimpulkan bahwa kepuasan kerja turnover ntention karyawan hotel
mampu memoderasi kompensasi finansial berbintang 4 di Kota Padang. Variabel
dengan turnover intention karyawan hotel kepuasan kerja berfungsi sebagai mediator
berbintang 4 di Kota Padang dan juga mampu untuk meningkatkan turnover intention
memoderasi lingkungan kerja dengan karyawan hotel berbintang 4 di Kota
turnover intention karyawan hotel berbintang Padang.
4 di Kota Padang. Dalam penelitian ini 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel yang dominan mempengaruhi lingkungan kerja terhadap turnover
turnover intention karyawan adalah kepuasan intention karyawan hotel berbintang 4 di
kerja dengan besar pengaruh 8,8%. Hal ini Kota Padang baik secara langsung
berarti kepuasan kerja yang baik di hotel maupun tidak langsung melalui kepuasan
berbintang 4 di Kota Padang dapat kerja. Lingkungan kerja yang kondusif
memperbaiki turnover intention karyawan. diikuti kepuasan akan memperbaiki
turnover intention karyawan hotel
berbintang 4 di Kota Padang. Variabel
kepuasan kerja berfungsi sebagai mediator
KESIMPULAN untuk meningkatkan turnover intention
karyawan hotel berbintang 4 di Kota
Berdasarkan hasil penelitian maka ada Padang.
beberapa kesimpulan yang dapat diambil 5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
sebagai berikut: kepuasan kerja terhadap turnover
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara intention karyawan hotel berbintang 4 di
kompensasi finansial terhadap kepuasan Kota Padang. Kepuasan kerja yang baik
kerja karyawan hotel berbintang 4 di Kota akan memperbaiki angka turnover
Padang. Kompensasi finansial yang intention karyawan hotel berbintang 4 di
diberikan kepada karyawan akan Kota Padang. Variabel kepuasan kerja
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja merupakan variabel yang mempengaruhi
karyawan dalam bekerja di hotel terbesar dalam memperbaiki turnover
berbintang 4 di Kota Padang. Dengan intention karyawan hotel berbintang 4 di
dilakukan manajemen kompensasi Kota Padang.
finansial yang layak dan adil bagi
karyawan hotel, maka kepuasan kerja
yang dirasakan juga meningkat.
SARAN
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja Berdasarkan hasil penelitian, maka ada
karyawan hotel berbintang 4 di Kota beberapa saran yang penulis ajukan kepada
Padang. Lingkungan kerja yang kondusif manajemen hotel untuk memperbaiki tingkat
akan meningkatkan kepuasan kerja turnover, sebagai berikut :
karyawan dalam melakukan pekerjaan.
Noe, R. A., Hollenbeck, J. R., Gerhart, B., & Syah, H. 2013. Pengaruh Kompensasi
Wright, P. M. (2014). Fundamentals Finansial Terhadap Kepuasan Kerja
1, 2
School of Business and Economics, Universitas Prasetiya Mulya
*riefa.man@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this research is wanting to find out the relationship between the form of the
message format available on the Social Network Sites like Instagram can strengthen tourist intention
to share in order to create a user-generated that share the experience of the journey. Dieng as a
tourist destination come into an interesting context to investigate since this event is always run every
year with a high number of visitors. This research uses an explanatory research design with
confirmatory factor analysis method to see the relationship amongst variables that relate to the
dependent variable of intention to share. The novelty in the research contribution in is by making
modifications of replication studies have been conducted in a tourism context.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mencari tahu hubungan antara bentuk format pesan yang
tersedia pada Social Network Sites seperti Instagram dapat memperkuat keinginan user untuk
melakukan unggahan dalam rangka membuat user-generated untuk menceritakan pengalaman
kunjungan. Dieng sebagai tujuan wisata menjadi konteks yang menarik diteliti sehubungan dengan
adanya kegiatan Festival Budaya Dieng setiap tahunnya. Peneliti menggunakan pendekatan desain
riset eksplanatori dengan metode analisis Confirmatory Factor Analysis untuk melihat besar
hubungan dari variabel-variabel yang mempengaruhi hubungan terhadap variabel dependent
intention to share. Adapun sumbangan kebaruan dalam penelitian in adalah dengan melakukan
modifikasi dari replikasi penelitian yang telah dilakuan dalam konteks pariwisata.
Riwayat Artikel :
Diajukan: 13 Oktober 2018
Direvisi: 20 Oktober 2018
Diterima: 31 Oktober 2018
dipengaruhi oleh konten yang akan analisis SEM. Variabel yang akan
dibagikan. Hal ini digunakan dengan tujuan dinyatakan dapam penelitian ini adalah
agar posting mereka dapat menjangkau berupa variabel variabel independen,
diluar jaringan mereka dengan dependen dan juga variabel moderasi
menggunakan tagar atau hashtag, contohnya seperti digambarkan dalam gambar 1.
#DCF2017
Pada penelitian terdahulu yang Gambar 1. Model hipisesa confirmatory
dilakukan oleh Munar and Jacobsen factor
2014yang memiliki beberapa tujuan untuk
mempelajari pengaruh keinginan wisatawan
untuk membagikan sebuah user-generated
contentpada situs jejaring sosial
berupadimana dan kapan saja wisatawan
membagikan gambar, dan ingin mengetahui
juga tipe media yang digunakan saat
memposting pengalaman mereka. Para turis
biasanya membagikan foto sebagai bagian
dari konten visual pada SNS adalah secara
langsung pada saat mereka sedang berada di
daerah tujuan wisata tersebut. Selain foto
wisatawan juga membagikan dalam bentuk Variabel independent terdiri dari
video pendek yang juga diunggah di variabel Trust, Ease of use. Sedangkan
Instagram. Hal ini menggantikan kebiasaan variabel Enjoyment dan form of stories
umum untuk membagikan kesan menjadi variabel interverning yang akan
pengalaman selama perjalanan wisata memperkuat atau memperlemah
berupa cerita dalam bentuk teks pada pengukuran terhadap hasil keinginan
bentuk SNS lain seperti Twitter. Dalam membagikan posting di SNS sebagai
penelitian ini juga disebutkan bentuk lain variabel dependen. Model ini merupakan
dari format yang digunakan yaitu antara lain replikasi yang dimodifikasi dari penelitian
mengirimkan surel terkait perjalanan sebelumnya dimana model awal yang terdiri
mereka, mengirimkan kartu pos dari dari hipotesa H1, H3, H4, H6, H7, dan H8
tempat wisata tersebut, menulis ulasan pada merupakan replikasi dari penelitian
SNS seperti Trip Advisor, membuat catatan terdahuluSukhu, Zhang, and Bilgihan 2015.
perjalanan berupa diary di dinding Sedangkan hipotesa H5 berasal dari
Facebook, membuat tweet di Tweeter, atau penelitian Munar and Jacobsen 2014 dan
bahkan membuat halaman blog pada web hipotesa H2 merupakan replikasi dari
seperti Blogger untuk dapat dilihat oleh penelitian Hunt, Lin, and Atkin 2014.
semua orang. Metode pengumpulan data
menggunakan survei form of quantitative
research design to take a documentation of
tourist posting characteristic that represent
METODE their behavior, a form of post that usually
used, and experience using SNS to a
Desain penelitian ini adalah bersifat
particular group of people that currently
konfirmatory analisis untuk menjawab experiencing the festival and doing post in
masalah yang ditanyakan pada dua Instagram.
pertanyaan riset dalam bentuk uji hubungan
yang bersifat sebab akibat menggunakan alat
Table: 2. Standardized path coefficient and p-value for the structural model.
Standardize
Hypo
Path Authors path p-val Test result
thesis
coeficient
Sukhu, Tingting
(Christina)
H1 easy <- trust 0.62 *** Supported
Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
Hunt, D. S.,
form_in_SN Lin, C. A., &
H2 <- easy 0.64 *** Supported
S Atkin, D. J.
(2014).
Sukhu, Tingting
(Christina)
H4 enjoy <- easy 0.64 *** Supported
Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
Sukhu, Tingting
(Christina) Not
H7 enjoy <- trust 0.13 0.222
Zhang & Anil supported
Bilgihan (2015)
Sukhu, Tingting
Intention to (Christina)
H8 <- Enjoy 0.35 0.001 Supported
share Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
Munar, A. M., &
Jacobsen, J. K.
Intention to form_in_S
H5 <- S. (2014), 0.53 0.000 Supported
share NS
Burmann, C.
(2010).
Sukhu, Tingting
Intention to (Christina)
H3 <- Easy 0.01 0.970 Not supported
share Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
Sukhu, Tingting
Intention to (Christina)
H6 <- Trust 0.07 0.474 Not supported
share Zhang & Anil
Bilgihan (2015)
yang dilakukan oleh Sukhu, Zhang, and menguatkan keinginan turis untuk
Bilgihan 2015 yang tidak real-time dengan melakukan unggahan. Untuk pertanyaan
mengirimkan link kuisioner melalui surel. riset kedua, apakah bentuk pesan yang
Untuk memberikan kebaruan dari tersedia pada situs SNS mempengaruhi
penelitian ini juga dimasukan variabel keinginan mereka untuk membuat user-
interferning yaitu bentuk pesan yang generated content, pada penelitian ini telah
terdapat pada SNS dapat mempengaruhi berhasil menemukan bahwa bentuk pesan
keinginan untuk membagikan pengalaman seperti foto, ataupun cerita berupa caption
saat berkunjung yang diwakili oleh hipotesa dan audio visual pada Instagram dapat
H2 dan H5, hasil ini sejalan dengan memperkuat keinginan turis untuk dapat
penelitian yang dilakukan terdahulu oleh membagikan pengalaman perjalanan
Hunt, Lin, and Atkin 2014; Munar and mereka di Instagram.
Jacobsen 2014.
Melalui analisis jalur yang ada terlihat
bahwa variabel ease of use dan trust tidak UCAPAN TERIMA KASIH
memiliki dukungan koefisien yang cukup
besar dan signifikan untuk mendorong turis Penelitian ini menggunakan dana dari
melakukan post sesuai pengalaman mereka peerintah Republik Indonesia dari skema
menggunakan SNS. Berdasarkan jalur Peneliti Dosen Pemula (PDP) DIKTI pada
penelitian terdahulu yang direplikasi maka tahun 2018.
keinginan untuk melakukan sharing pda
SNS perlu melalui tahapan trust -> ease of
use -> enjoyment -> intention to share. DAFTAR PUSTAKA
Dalam fungsinya sebagai variabel
interferning, enjoyment dan bentuk format Ayeh, Julian K. 2015. “Travellers’
pesan sama-sama memberikan penguatan
hubungan terhadap keinginan turis untuk Acceptance of Consumer-Generated
melakukan posting. Perbedaannya ada pada Media: An Integrated Model of
nilai koefisien variabel bentuk format pesat
yang lebih besar yaitu 0,53 dibandingkan Technology Acceptance and Source
dengan variabel enjoyment sebesar 0,35. Credibility Theories.” Computers in
Human Behavior 48. Elsevier Ltd:
KESIMPULAN
173–80.
Untuk menjawab pertanyaan riset di https://doi.org/10.1016/j.chb.2014.12.
awal yaitu pertama elemen apa sajakan yang
dapat mempengaruhi seorang turis 049.
berkeingnan membuat user-generated
content terkait penggunaan salah satu jenis
SNS yaitu Instagramadalah trust, ease of Fatanti, Megasari Noer, and I. Wayan
use, enjoyment dan bentuk format pesan. Suyadnya. 2015. “Beyond User Gaze:
Namun untuk karena nilai koefisien jalur
yang mengukur kekuatan hubungan How Instagram Creates Tourism
langsung kepada variabel dependent Destination Brand?” Procedia -
intention to share tidak ada nilai koefisien
jalur yang lebih kuat dari variabel bentuk Social and Behavioral Sciences 211
format pesan. Hal ini memberikan bukti (September). Elsevier B.V.: 1089–95.
bahwa variabel bentuk format pesan
memliki fungsi interferning yang
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015. https://doi.org/10.1016/j.tourman.201
11.145. 0.06.001.
Harmawati, Yuni, Aim Abdulkarim, and M. Van Winkle, Christine, Amanda Cairns,
Dan Rahmat. 2016. “Nilai Budaya Kelly J. MacKay, and Elizabeth A.
Tradisi Dieng Culture Festival Halpenny. 2016. “Mobile Device Use
Sebagai Kearifan Lokal Untuk at Festivals: Opportunities for Value
Membangun Karakter Bangsa.” Creation.” International Journal of
Jurnal of Urban Society’S Art 3 (2): Event and Festival Management 7 (3):
82–95. 201–18.
https://doi.org/10.1108/IJEFM-04-
Hunt, Daniel S., Carolyn A. Lin, and David 2016-0025.
J. Atkin. 2014. “Photo-Messaging:
Adopter Attributes, Technology Munar, Ana María, and Jens Kr Steen
Factors and Use Motives.” Jacobsen. 2014. “Motivations for
Computers in Human Behavior 40. Sharing Tourism Experiences
Elsevier Ltd: 171–79. through Social Media.” Tourism
https://doi.org/10.1016/j.chb.2014.07. Management 43. Elsevier Ltd: 46–54.
030. https://doi.org/10.1016/j.tourman.201
4.01.012.
Kang, Myunghwa, and Michael A. Schuett.
2013. “Determinants of Sharing Oliveira, Eduardo, and Emese Panyik.
Travel Experiences in Social Media.” 2015. “Content, Context and Co-
Journal of Travel and Tourism Creation: Digital Challenges in
Marketing 30 (1–2): 93–107. Destination Branding with References
https://doi.org/10.1080/10548408.201 to Portugal as a Tourist Destination.”
3.751237. Journal of Vacation Marketing 21 (1):
53–74.
Lo, Iris Sheungting, Bob McKercher, Ada https://doi.org/10.1177/13567667145
Lo, Catherine Cheung, and Rob Law. 44235.
2011. “Tourism and Online
Photography.” Tourism Management Retno Dyah Kusumastuti, and Anjang
32 (4). Elsevier Ltd: 725–31. Priliantini. 2017. “Dieng Culture
Ukpabi, Dandison C., and Heikki Weston, Rebecca, and Paul A. Gore. 2006.
Karjaluoto. 2018. “What Drives “A Brief Guide to Structural
Travelers’ Adoption of User- Equation Modeling.” The Counseling
Generated Content? A Literature Psychologist 34 (5): 719–51.
Review.” Tourism Management https://doi.org/10.1177/00110000062
Perspectives, no. September 2017. 86345.
Elsevier: 0–1.
123
Universitas Prasetiya Mulya
* sonny.agustiawan@pmbs.ac.id
ABSTRACT
Visitor’s experience has become more and more important to be analyzed not only to see the
success of festival’s organizer in fulfilling visitor’s expectation but also in improve the event quality
in the future. The research aims to create visitor’s journey visualization through touchpoints and
identify findings to describe visitor’s expectation. The research used a software which is able to map
visitor’s journey. Using mobile ethnography, The visitors were asked to download an application
called the experience fellow into their smartphone to describe their journey visiting Dieng Culture
Festival. The visitors were not directed in deciding their touchpoints resulting touchpoints variety
depending on the customer’s experience. Dieng Culture Festival was chosen considering the rise of
cultural festival in Indonesia as an attraction for Indonesian tourism. The research has succeed in
describing the the visitor’s experience that could be used as insight to improve festival in general
especially for Dieng Culture Festival organization
ABSTRAK
Pengalaman pengunjung pada festival semakin lama menjadi semakin penting untuk ditelititidak
hanya untuk melihat keberhasilan penyelenggaraan festival dalam memenuhi ekspektasi
pengunjung tetapi juga akan berdampak kepada peningkatan kualitas event tersebut di masa yang
akan datang.Penelitian ini sendiri memiliki tujuan untuk membuat visualisasi perjalanan
pengunjung melalui touchpoints dengan melakukan identifikasi temuan pada touchpoints dan
mendeskripsikan perjalanan pengunjung.Penelitian ini dibantu dengan penggunaan software yang
dapat memetakan perjalanan pengunjung dalam sebuah festival. Metode pengumpulan data ini
disebut juga dengan mobile ethnography, dimana penelitian ini meminta pengunjung menggunakan
aplikasi experience fellow untuk menggambarkan pengalaman mereka selama menghadiri Dieng
Culture Festival. Pengunjung tidak diarahkan dalam pemilihan touchpoints sehingga touchpoints
pada masing-masing pengunjung berbeda sesuai dengan pengalaman yang dirasakan. Dieng Culture
Festival dipilih dengan mempertimbangankan semakin meningkatnya festival budaya di Indonesia
sebagai atraksi yang menjadi kekuatan pariwisata Indonesia. Penelitian ini berhasil menggambarkan
pengalaman pengunjung yang dapat dijadikan masukan bagi penyelanggara festival secara umum
dan penyelenggara Dieng Culture Festival secara khusus.
Riwayat Artikel :
Diajukan: 13 Oktober 2018
Direvisi: 20 Oktober 2018
Diterima: 31 Oktober 2018
pengalaman menarik kepada
pengunjungnya yang berbeda-beda.
Pengalaman positif ataupun negatif
PENDAHULUAN merupakan sebuah bentuk penilaian
terhadap pengalaman yang dirasakan oleh
Berdasarkan aktivitas yang dilakukan pengunjung ketika mengunjugi sebuah
oleh para wisatawan selama 2010 – 2015, festival. Pengalaman positif dan sangat
ada beberapa sektor pariwisata yang paling berkesan terhadap festival tersebut tentunya
banyak dituju oleh para wisatawan yaitu adalah harapan semua penyelenggara
sektor Atraksi dan sektor Seni Budaya dan festival, namun tidak sedikit pula
Peninggalan Bersejarah. Kedua sektor pengunjung yang mendapatkan pengalaman
tersebut dapat disentuh oleh negatif. Sebagai contoh, salah satu
penyelenggaraan sebuah festival. Itulah pengalaman negtif tersebut dapat ditelusuri
sebabnya terjadi peningkatan jumlah festival pada Artikel Pikiran Rakyat tanggal 20 Juli
baru belakangan ini yang diciptakan dengan 2016mengonfirmasi beberapa pengalaman
memadukan unsur seni budaya dan negatif yang dirasakan oleh pengunjung
peninggalan bersejarah yang kemudian seperti “pengaturan lalu lintas sangat buruk
dipromosikan sebagai salah satu atraksi hingga terjadi kemacetan parah dan
untuk menarik wisatawan baik lokal beberapa hal lainnya”.
maupun internasional (Duran et all, 2014) Tujuan penelitan yang dilakukan
Salah satu festival yang menjadi tujuan adalah untuk mengidentifikasikan dan
wisata unggulan Indonesia adalah Dieng mendeskripsikan touchpoints para
Culture Festival (DCF). Dikatakan sebagai pengunjung DCF 2017,serta
unggulan, menurut Alif Fauzi ketua DCF memvisualisasikan peta perjalanan para
VII, DCF 2016 ini berhasil mendatangkan partisipan selama mengikuti acara DCF
sekitar 90 ribu wisatawan baik dari dalam 2017.
maupun dari luar negeri yang datang dan
memenuhi venue yang dinamai Negeri di
Atas Awan.DCF sendiri merupakan
pergelaran pesta rakyat tahunan yang TINJAUAN PUSTAKA
diadakan satu tahun sekali, dimana pada
acara ini terdapat kegiatan inti yang Pine dan Gilmoure (1998) dalam
merupakan tradisi warisan leluhur tulisannya mengenai experience economy
masyarakat Dataran Tinggi Dieng yang menjelaskan bahwa saat ini konsumen lebih
telah menjadi budaya yaitu pemotongan mencari pengalaman dibandingkan hanya
rambut anak gimbal atau masyarakat sekedar mencari produk dan layanan saja.
menyebutnya dengan kegiatan meruwat Dengan penekanan yang lebih besar pada
rambut gimbal anak Dieng. Sebagai salah konsumen atau visitor, Lane (2007) melihat
satu atraksi yang dinantikan oleh banyak bahwa bidang pariwisata belum
pengunjung, festival seperti DCF juga menjadikannya prioritas dan masih
mampu menghadirkan wahana wisata alam terkesan lambat di dalam menempatkan
disekitar tempat pelaksanaan festival dan mantra “customer first” sebagai
juga wisata kuliner. pedomansehingga industri pariwisata perlu
Banyaknya acara yang diselenggarakan memahami derajat emosi yang dilalui oleh
oleh DCF memberikan banyak
konsumen melalui sebuah perjalanan dapat gambaran mengenai highlight dari kondisi
memenuhi kebutuhan mereka. mengenai pain-points antara konsumen
Perjalanan Konsumen dengan kita. Peta ini berguna untuk
Gambaran untuk memahami mendorong perbaikan yang bersifat
bagaimana suatu layanan yang berhubungan incremental dalam membangun
dengan pengalaman konsumen disebut juga pengalaman konsumen.
sebagai peta perjalanan konsumen dimana
pengalaman konsumen dalam menikmati
sebuah atraksi harus dapat dikelola dengan 2. Day-in the life
baik oleh penyelenggara sebuah atraksi
dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, Penggunaan peta perjalanan konsumen
menyimpan dan menggunakan kembali yang lebih menekankan aktivitas
data yang relevan dari pengalaman keseharian, baik konsumen ini terlibat
pelanggan. Peta ini secara visual dengan perusahaan ataupun tidak. Hal in
menggambarkan touchpoint di mana idikarenakan peta ini lebih difokuskan pada
interaksi konsumen dengan penyedia pain point yang terdapat dalam kehidupan
layanan dapat dijelaskan ke dalam sebuah konsumen. Peta ini menjadi berguna di
perjalanan atau “journey”.Dalam bukunya, dalam mendorong terjadinya inovasi.
Solis (2015) menyebutkan bahwa pemetaan
perjalanan konsumen dapat dijelaskan
melalui hal-hal seperti di bawah ini: 3. Future State
1. Peta Perjalanan Konsumen ini
adalah sebuah langkah untuk Peta ini mengilustrasikan mengenai
apa yang konsumen ingin lakukan, pikirkan
memahami perjalanan konsumen
dan rasakan ketika ia berinteraksi dengan
melalui “touchpoint” baik bersifat
perusahaan pada titik tertentu di masa yang
fisik maupun digital.
akan datang. Hal ini menjadi berguna
2. Peta ini juga merupakan sebuah
untuk mengkomunikasikan mengenai visi,
langkah riset yang berguna di dalam
produk atau layanan yang baru dan juga
membuat sebuah chart perjalanan
pengalaman yang dapat berjalan dengan
konsumen berbasiskan digital dan
baik.
tren dalam perilaku konsumen ke
depannya.
Dalam pembuatan perjalanan
4. System
konsumen ini, diagram yang detail akan
dapat menghasilkan beberapa multi titik Biasa dikenal juga dengan service
yang tentunya turut ikut dalam proses blueprint. Biasa dilakukan dan dapat
penciptaaan moment of truth. Bodine membantu mengidentifikasi akar
(2014) membagi empat hal yang terkait permasalahan dari kondisi pain point yang
dengan pemetaan perjalanan konsumen, dirasakan konsumen pada saat ini. Apabila
yaitu: digunakan untuk keperluan masa yang akan
datang tentunya dapat membantu
menciptakan sebuah sistem yang dapat
1. Existing state digunakan untuk mendukung pengalaman
yang ingin diciptakan.
Dalam peta ini mengilustrasikan
mengenai apa yang dipikirkan, dilakukan
dan dirasakan oleh konsumen selama
mereka berinteraksi dengan bisnis yang
sekarang berjalan. Peta ini berisikan
41,56%. Namun tidak hanya respon positif kepanasan pada saat prosesi pembukaan
yang diberikan oleh para partisipan, dan area parkir motor yang tidak
terdapat juga respon sangat negatif sebesar dipersiapkan dengan baik oleh panitia.
7,79% dan respon negatif sebesar 15,58%. Respon negatif juga terjadi dalam hal
Dari data yang terkumpul juga dapat kerumunan pengunjung yang terlalu banyak
diketahui bahwa tidak semua partisipan pada saat kegiatan Jazz di atas awan dan
memberikan komentar terhadap kegiatan prosesi, selain dari segi jumlah
touchpoints yang menarik perhatian dari respon negatif dalam hal pengunjung juga
partisipan. dikarenakan tidak tertibnya para
Terdapat 6 respon sangat negatif yang pengunjung selama mengikuti kegiatan
diberikan oleh partisipan, respon tersebut DCF seperti menyalakan lampion tidak
dalam hal kegiatan pelepasan lampion, pada waktunya, tidak teraturnya antrian ke
kerumunan pengunjung, lokasi camping lokasi kegiatan dan membuang sampah
ground, kebersihan di area acara DCF, tidak pada tempatnya. Selain dalam hal
dan perilaku pengunjung acara DCF. lokasi dan pengunjung, respon negatif juga
Partisipan memberikan respon yang sangat diberikan partisipan dalam hal kinerja
negatif pada kegiatan pelepsan lampion panitia acara DCF dalam hal
karena kegiatan tersebut dilakukan mempersiapkan topi caping yang sempat
ditengah-tengah kerumunan pengunjung, kehabisan sehingga pengunjung
sehingga partisipan merasa terganggu membutuhkan waktu untuk
dengan asap yang dikeluarkan oleh mendapatkannya dan dalam hal komitmen
lampion dan juga karena merasa ketakutan terhadap waktu yang berada rundown
apabila terdapat lampion yang gagal terbang acara.
sehingga mengenai pengunjung lainnya. Pada data yang yang dapat dilihat pada
Respon sangat negatif berikutnya yaitu aplikasi Experience Fellow terdapat 14
mengenai kerumunan pengunjung yang respon yang sangat positif, yaitu dalam hal
terlalu penuh sehingga membuat tidak suasana yang keren dan dapat dinikmati
nyaman partisipan, hal ini disebabkan oleh oleh seluruh lapisan masyarakat. Kemudian
banyaknya pengunjung yang bebas masuk dalam hal pertunjukkan respon partisipan
tanpa memiliki tiket. Selain hal tersebut sangat positif untuk pertunjukkan kembang
respon sangat negatif juga diberikan oleh api yang bagus dalam acara penutupan,
partisipan dalam hal kebersihan proses potong rambut gimbal yang cukup
dikarenakan banyaknya sampah yang khidmat, pertunjukkan jazz di atas awan
berada di area acara DCF dan juga dalam yang membuat partisipan merasa sangat
hal jauhnya lokasi camping ground dengan senang, dan acara penerbangan lampion.
area acara DCF. Selain dalam hal suasana dan
Selain respon sangat negatif dari data pertunjukkan, dari data partisipan dapat
yang diberikan partisipan dengan diketahui bahwa respon sangat positif juga
menggunakan aplikasi Experience Fellow, diberikan oleh partisipan dalam hal aktifitas
terdapat juga respon negatif sebanyak 12 yang dilakukan selama acara DCF. Aktifitas
respon dalam hal atmosfir lokasi acara, yang menyenangkan selama mengikuti
kerumunan pengunjung, area pintu masuk, acara yaitu mengecat topi caping dan
area parkir kendaraan, kebersihan, interaksi dengan pengisi acara. Mengecat
ketertiban pengunjung, dan kinerja panitia topi caping disenangi karena partisipan
acara DCF. Lokasi acara mendapatkan dapat menghias topi capingnya masing-
respon negatif terutama pada saat prosesi masing sesuai dengan keinginan dan selera
pembukaan acara DCF dan area parkir partisipan. Interaksi dengan pengisi acara
motor, hal ini dikarenakan cuaca yang merupakan hal yang disenangi partisipan
panas sehingga pengunjung merasakan karena pertispan dapat berbincang dengan
385 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.3, No. 3,p. 379-390
@STPS 2018, All Rights Reserved
orang tua anak gimbal beserta anaknya Fellow tidak hanya memberikan data atau
untuk mengetahui proses persiapan informasi mengenai respon dan komentar
sebelum prosesi diadakan, dengan para partisipan terhadap touchpoints
demikian partisipan dapat mengetahui latar namun dengan menggunakna aplikasi
belakang serta permintaan anak gimbal Experience Fellow peneliti juga dapat
yang beragam. mengetahui titik lokasi touchpoints
Pada hasil yang diperoleh melalui berdasarkan GPS yang ada di ponsel para
aplikasi Experience Fellow terdapat 32 partisipan. Berdasarkan data yang
respon yang positif, respon tersebut dalam terkumpul, sebaran lokasi titik touchpoints
hal loket tiket, tiket inclusion, welcoming para partisipan cukup bervariatif, sebagian
cake, tiket masuk elektronik, pintu masuk besar touchpoints yang menjadi perhatian
area utama candi arjuna, toko merchandise, partisipan berada di area utama acara DCF
lokasi photo shoot, fasilitas mushola dan dilaksanakan, namun juga terdapat
toilet, mie ongklok, akses jalan menuju beberapa titik touchpoints yang berada di
lokasi acara, suasana lokasi, pertunjukan luar area utama acara DCF seperti di
kirab budaya, pertunjukan musik akustik, daerah pemukiman penduduk dan di jalan
kegiatan prosesi potong rambut gimbal, raya. Dari gambar 4.3 dapat dilihat dengan
rangkaian kegiatan prosesi rambut gimbal, detail sebaran touchpoints yang terjadi pada
pertunjukkan jazz di atas awan, street penelitian ini, touchpoints responden
musician, tamu undangan, kualitas udara di berada mulai dari area parkir hingga tempat
lokasi acara, dan ketertiban pengunjung. penginapan.
Penelitian menggunakan mobile
ethnography dengan aplikasi Experience
LAMPIRAN 1
Tabulasi rawa data
LAMPIRAN 2
Kompilasi data berdasarkan respon
1
STP AMPTA Yogyakarta
2
Universitas BSI
*Korespondensi: yosef.ylb@bsi.ac.id
ABSTRACT
This article tries to realize a solution how to make use of geology for eco-tourism and economic
activities at the site management level. The paradigm in the management of geowisata is how the
management of tourism is able to optimize the potential of nature (geology) to be added value for
the economic welfare of local communities, as well as able to minimize the potential of natural
damage. Therefore, this article attempts to recommend a geotourism management model. The
management of geo-tourism is in five main focuses, including: formulating the natural potential that
can be used for geotourism activities, formulating criteria of geo-tourism destinations, geo-tourism
management, formulating activities in geo-tourism activities, and finally on indicators of success or
from geo-tourism output.
ABSTRAK
Artikel ini mencoba mewujudkan sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan pada
tingkatan manajemen tapak. Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan
pariwisata mampu mengoptimalkan potensi alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi
kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi
kerusakan alam. Oleh karena itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan
geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam lima fokus utama, yaitu : merumuskan potensi alam
yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata, merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata,
manajemen geowisata, merumuskan aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai
indikator keberhasilan atau dari output geowisata.
Riwayat Artikel :
Diajukan: 18September 2018
Direvisi: 22 September 2018
Diterima: 15 Oktober 2018
geologi yang berkelanjutan. Daya tarik geowisata, dan terakhir mengenai indikator
wisata berkelanjutan dapat tercipta dengan keberhasilan atau dari output geowisata.
pengelolaan yang bijak yang sesuai dengan
daya dukung lingkunganya yang dapat digali
menurut pendekatan ilmu geologi dengan
manajemen pengelolaan pariwisata yang TINJAUAN PUSTAKA
baik.
Geowisata mencoba dihadirkan di Konsep Ilmu Geologi
Indonesia sebagai sebuah solusi bagaimana
memanfaatkan kekayaan geologi beserta Tinjauan Geologi merupakan ilmu
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata pengetahuan yang berfokus untuk
dan ekonomi yang berwawasan lingkungan. memperlajari materi penyusun kerak bumi,
Konsep ini telah populer dipromosikan proses berlangsungnya (sebelum, selama
sebagai cara mendamaikan konservasi dan setelah) pembentukanya beserta segala
fenomena geologi dan geomorfologi dengan bentuk mahluk hidup yang pernah ada atau
pembangunan ekonomi, khususnya di hidup di sekitarnya (Ahman Sya, 2012).
negara-negara berkembang (Camp, Selain itu geologi pun dikatakan sebagai
2016).Geowisata menjadi salah satu alat ilmu yang erat kaitannya dengan bumi, yang
paling kuat untuk melindungi lingkungan. titik fokus utamanya dapat diteliti
Geowisata merupakan alternatif solusi sejarahnya dengan kehidupan yang sudah
peningkatan atas pariwisata massal atau ada, berbagai gaya yang bekerja padanya,
"lama" yang menyediakan hubungan sektor susunan keraknya, serta evolusi yang
yang lebih baik, mengurangi kebocoran dialaminya (Bumi) Purbohadiwijoyo (1967),
manfaat dari suatu negara, menciptakan ilmu geologi modern terbagi menjadi 2 dan
lapangan kerja lokal, dan menumbuhkan saling terkait satu sama lainnya yaitu:
pembangunan berkelanjutan (Khan, 1997). dinamic geology & historycal geology.
Akan tetapi, geowisata masih termasuk Keduanya bahkan dianggap sebagai dua
fenomena baru dalam paradigma macam ilmu yang berbeda/ terpisah. ilmu
pengembangan pariwisata, khususnya di geologi yang mempelajari sebab-sebab atau
Indonesia (Khan, 1997). Oleh karena itu, proses-proses yang berhubungan dengan
artikel mencoba untuk ini mengkaji perubahan bumi atau dinamika bumi
bagaimana mengelola potensi geologi disebut dengan Dinamic Geology atau
menjadi daya tarik wisata alam pada Physical Geology, sedangkan ilmu geologi
tingkatan manajemen tapak yang ideal serta yang mempelajari perubahan-perubaha
berkelanjutan, melalui kajian pada lapisan-lapisan bumi khususnya kerak
literatur.Paradigma baru yang hendak bumi dari masa ke masa, dan hubungan
dibangun dalam geowisata adalah antara perkembangan dunia organik dengan
“Bagaimana pengelolaan geowisata mampu lapisan kulit (kerak) bumi disebut
mengoptimalkan potensi alam menjadi Historycal Geology
bernilai tambah bagi kesejahteraan Beberapa peneliti menekankan bahwa
ekonomi masyarakat lokal, sekaligus ilmu geologi yang dipelajari memiliki objek
mampu menekan seminimal mungkin dari permukaan bumi ke bawah, sedangkan
potensi kerusakan alam?” dan difokuskan bumi kita ini seutuhnya memiliki lapisan-
dalam lima fokus utama, yaitu : lapisan, diantaranya: (1) Lithosfer, objek
merumuskan potensi alam yang dapat kajian geologi berupa lapisan-lapisan batuan
digunakan untuk kegiatan geowisata, yang menyusun bumi; (2) Hidrosfer, objek
merumuskan kriteria-kriteria destinasi kajian geologi yang meliputi lapisan air; (3)
geowisata, manajemen geowisata, Biosfer objek kajian geologi pada lapisan
merumuskan aktifitas dalam kegiatan tempat hidup organisme; (4) Atmosfer
Gambar 2
Keindahan Daya Tarik Stratifigrafi di
Green Canyon Pangandaran, Jawa Barat,
sumber: www.google.co.id, diakses 18
November 2017
menarik untuk dipelajari, baik namanya, wisata yang menantang atau tidak biasa
sejarah dan proses terbentunya, sifat dan (Hermawan, 2017), dalam bahasa
unsur-unsur kimianya, beserta kegunaanya keilmuanya sering disebut wisatawan drifter
dalam kehidupan manusia sehari- (I. G. Pitana & Putu, 2009). Wisatawan
hari.Pariwisata pada dasarnya terjadi karena jenis ini tidak akan puas berkunjung ke
adanya kecenderungan manusia untuk destinasi wisata alam hanya untuk melihat-
mencari hal dan lingkungan baru, atau lihat panorama alam saja, atau sekedar
sering disebut sebagai ritual inversi dalam berfoto selfi, sebagaimana pola mayoritas
ilmu sosiologi (I. G. Pitana & Putu, kunjungan wisatawan saat berwisata saat ini.
2009).Perbedaan unsur alam, budaya Destinasi wisata yang dipilih mereka adalah
masyarakat, dan unsur binaan di setiap destinasi yang mampu memuaskan hasrat
belahan bumi merupakan hal yang mampu mereka untuk berpetualang, serta destinasi
merangsang seseorang atau sekelompok yang mampu menambah pengkayaan diri
orang untuk mewisatainya (Darsoprajitno, berupa pengalaman dan wawasan baru.
2002). Oleh karena itu, wisatawan atau Alam geologi di Indonesia sangat
calon wisatawan akan cenderung mencari cocok untuk dikembangkan menjadi daya
tempat-tempat baru yang memiliki lansekap tarik pariwisata geologi.Oleh karena itu,
alam yang indah, unik, alami, serta berbeda dibutuhkan rumusan-rumusan dalam
dari tempat biasanya mereka hidup. pengelolaan geowisata yang dapat
Ilustrasinya sebagai berikut : diimplementasikan di bergai daerah. Akan
“Orang kota memiliki kecenderungan tetapi, berbagai literatur mengenai
untuk senang berwisata ke desa yang pengembangan geowisata masih jarang
memiliki lingkungan tenang dan asri, juga ditemukan di Indonesia.
untuk melihat bentang alam yang unik dan
indah, misalnya wisata pendakian ke Merumuskan Kriteria-
Gunung Merapi, melihat bentang alam Kriteria Destinasi
Kawasan Kars Pegunungan seribu dan Geowisata
tempat-tempat berbasis geologi yang
menarik lainya.” Artikel ini mencoba
Walaupun ada kemungkinan berlaku merekomendasikan pedoman dalam
sebaliknya, misanya : “Orang-orang yang penentuan kriteria daya tarik geowisata
selamanya hidupnya di desa terkadang dengan mengadaptasi dari kriteria daya tarik
berkeinginan untuk berwisata di kota, wisata alam yang telah ada sebelumnya.
melihat kemegahan gedung-gedung atau Kriteria daya tarik alam setidaknya
keramaian mall.” mencakup hal-hal berikut :
Kaitanya dengan geologi adalah,
kecenderungan ritual inversi wisatawan di a. Adanya aspek informasi
Indonesia telah didukung oleh potensi alam Geotourism adalah pariwisata
yang dimiliki, beserta segala bentuk berkelanjutan dengan fokus utama pada
fenomena geologinya. Kesesuaian kedua pengalaman geologi Bumi. Oleh karena itu
faktor diatas menjadi pendorong untuk dibutukan fitur berupa sarana informasi
pengembangan pariwisata berbasis alam yang memupuk pemahaman lingkungan
geologi, atau dikenal dengan geowisata. dan budaya, apresiasi dan konservasi secara
Selain faktor diatas, perkembangan lokal mengalami geologi Bumi. Juga
geowisata juga didukung oleh meningkatnya informasi yang mampu memupuk
permintaan wisata minat khusus.Wisatawan pemahaman lingkungan dan budaya,
minat khusus biasanya adalah wisatawan- apresiasi dan konservasi dan bermanfaat
wisatawan yang menyukai destinasi wisata secara lokal. Kualitas informasi merupakan
yang tidak umum, serta menyukai aktifitas faktor utama yang dibutuhkan bagi
wisatawan, karena pada dasarnya motif Selain menikmati wisata alam dapat
utamanya adalah mencari sesuatu hal yang juga untuk melakukan penelitian,
baru sebagai upaya pengkayaan diri. Oleh pendidikan, dan konservasi alam terdapat
karena itu, geowisata perlu memiliki sarana minat khusus yang bersifat petualangan,
informasi yang informatif (Pásková, 2012). sehingga perlu adanya kawasan yang benar-
Bagi wisatawan dengan motif benar masih alami, tanpa adanya atraksi
petualangan aspek informasi juga menjadi yang bersifat artificial atau buatan yang
syarat mutlak bagi penyelenggaraan wisata justru mengganggu aktifitas mereka.
alam, karena mereka selalu membutuhkan
informasi tentang gejala alam untuk e. Tersedianya ekosistem yang alami
mengntisipasi timbulnya bahaya. Aspek Suatu atraksi alam hendaknya tetap
informasi juga berhubungan dengan faktor menyediakan kawasan dengan ekosistem
keselamatan, contohnya dalam pemasangan yang masih alami. Ekosistem yang alami
alat transmiter yang dipasang di daerah berarti sebuah ekosistem alam yang berjalan
Dieng Jawa Tengah. Melalui alat transmiter alami, bukan hasil sebuah rekayasa buatan
tersebut, suhu gas pada kawah Dieng dapat manusia atau artificial.
ditransmisikan oleh radio ke pusat data, Kriteria daya tarik wisata yang diajukan
selanjutnya data ditampilkan dipintu masuk diatas seringkali telah dimiliki kawasan
objek wisata sehingga pengunjung atau geologi yang memiliki status sebagai
pengelola wisata bisa waspada dalam geopark Nasional. Karena, sebuah geopark
berwisata dengan melihat informasi yang tentu sudah melewati tahap-tahap asesment,
ditampilkan alat tersebut. atau penilaian dengan standarisasi ketat dari
berbagai organisasi yang berwenang
b. Daya tarik wisata alam hendaknya termasuk UNESCO. Geopark merupakan
memiliki aspek keanekaragaman. wilayah kawasan lindung berskala nasional
Destinasi wisata geologi yang baik yang mengandung sejumlah situs warisan
setidaknya banyak memiliki alternatif daya geologi penting, yang memiliki daya tarik
tarik baik flora maupun fauna yang dapat keindahan dan kelangkaan tertentu, yang
dinikmati wisatawan. Hal ini akan menjadi dapat dikembangkan sebagai bagian dari
nilai unggul destinasi karena pengembangan konsep integrasi konservasi, pendidikan
aktifitas wisata dilokasi dapat dikembangkan dan pengembangan ekonomi lokal
lebih leluasa dan lebih beragam. Dengan (UNESCO, 2006).
begitu, diharapkan wisatawan tidak jenuh Untuk dapat bergabung dalam wadah
dan mampu menambah lama tinggal. Global Geopark Nerwork (GGN),
UNESCO menetapkan beberpa kriteria
c. Ada nilai keindahan dan keunikan yang sebelumnya harus dipenuhi,
Atraksi alam terbentuk karena proses diantaranya : (1) Ukuran parameter daerah.
fenomena alam serta hanya terjadi pada saat Ukuran parameter daerah yang akan
tertentu maka tidak ada kemiripan antara dijadikan geopark harus memiliki batas
suatu kawasan dengan kawasan wisata lain, yang jelas, luas permukaan cukup besar
sehingga atraksi alam memiliki keunikan untuk mencakup aktivitas pengembangan
tersendiri dibandingkan dengan atraksi budaya dan ekonomi. Selain itu, kawasan
budaya dan atraksi buatan, terlebih karena yang diajukan sebagai geopark harus
atraksi alam hanya dapat dinikmati secara memiliki situs warisan geologi yang penting
utuh di ekosistemnya. dan berskala internasional, memiliki
kelangkaan, nilai ilmiah dan keindahan.
d. Adanya potensi petualangan lintas Termasuk adanya integrasi dengan kearifan
alam, motif wisatawan tata budaya masyarakat lokal sekitar; (2)
Adanya manajemen pengelolaan. Prasarat
398 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Melihat tabel diatas, dapat disimpulkan wisata alam dengan keriteria geopark telah
bahwa pada prinsipnya kriteria daya tarik memiliki kemiripan satu sama lain, hanya
399 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
saja masih terdapat satu dua aspek yang kelestarianya, serta kepedulian untuk
tidak dimiliki satu sama lain. Oleh karena mendukung konservasi sumber daya alam
itu, perumusan kriteria geowisata langka dalam kasus fenomena geologi
melengkapi kekurangan dari kriteria daya tertentu; (4) Adventuring, pariwisata yang
tarik wisata alam secara umum. Perumusan dirancang dan dikemas sehingga terbentuk
kriteria geowisata juga melengkapi wisata petualangan.
kekurangan dari kriteria geopark yang telah Kekeliruan yang umum dalam
diajukan oleh UNESCO. perencanaan destinasi alam konvensional
adalah menambah berbagai kemudahan
Manajemen Geowisata bagi wisatawan dengan membangun fasilitas
wisata disana-sini pada saat destinasi wisata
Dalam operasional kegiatan geowisata mulai laku. Meskipun penting
dapat mengadaptasi pola wisata minat pembangunan fasilitas wisata juga perlu
khusus. Pada prinsipnya, pariwisata minat dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
khusus adalah pariwisata yang mempunyai hati-hati, fakta menujukan bahwa wisatawan
kaitan dengan petualangan (adventure) serta petualang justru tidak terlalu peduli
unsur pengkayaan wisatawan berupa terhadap sarana wisata saat berkunjung ke
pengetahuan dan pengalaman baru. Unsur- destinasi wisata alam, melainkan
unsur wisata minat khusus yang diajukan pengalaman dari sajian daya tarik yang
oleh Fandeli dalam Sudana (2013) sebagai cukup menantang menjadi alasan utama
berikut : (1) Learning, pariwisata mereka untuk berwisata (Hermawan,
menekankan pada unsur belajar sebagai 2017).Dalam hal ini, pembagunan sarana
daya tarik utamanyanya. Dalam kasus wisata sebaiknya disesuaikan dengan
geowisata, yang dipelajari dapat berupa kebutuhan pokok wisatawan. Apakah
bentang alam geologi : baik struktur fasilitas yang dimaksud memang diperlukan
geologinya, stratifigrafi, topografinya, jenis wisatawan? atau dengan berbagai
batuanya, kandunngan mineralnya dan lain kemudahan (sarana wisata) justru
sebagainya. Wisatawan juga dapat diajak menghilangkan aspek petualangan yang
untuk mempelajari porses-proses dicari wisatawan dan justru merusak
terbentuknya fenomena geologi diatas, serta kealamiahan lingkungan.
mempelajari keterkaitanya dengan pola Pada saat ini, jumlah wisatawan yang
kehidupan masyarakat dan sebagainya; mencari pengalaman lebih dalam dari situs
(2)Enriching, pariwisata yang memasukkan atau daerah yang dikunjungi semakin
peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan bertambah. Pengunjung tipe ini ingin tahu
antara wisatawan dengan masyarakat. lebih banyak tentang situs atau daerah dan
Wisata di kawasan geopark, tidak isu-isu terkait kegeologian. Informasi ini
selamanya berinteraksi dengan benda mati tidak hanya mencakup ilmu bumi tetapi
(alam non hayati), akan tetapi interaksi juga aspek historis, arkeologi, ekologi atau
dengan masyarakat lokal sekitar juga cukup artistik dari situs geologi. Jika suatu area
penting, sehingga mampu memberikan atau situs dilindungi, mereka ingin
pengalaman yang lebih bernilai bagi memahami alasannya (Kubalíková &
wisatawan; (3)Rewarding, pariwisata yang Kirchner, 2016).Geowisata dapat dijadikan
memasukkan unsur pemberian media bagi sosialisasi ilmu pengetahuan
penghargaan. Idealnya dalam kegiatan alam, pendidikan lingkungan, serta
geowisata, aktifitas tour yang ditawarkan pelestarian alam berbasis geologi yang pada
adalah paket wisata yang mampu akhirnya diharapkan akan terwujud
menumbuhkan kesadaran (awareness) bagi pembangunan pariwisata yang
wisatawan serta tuan rumah wsiata untuk berkelanjutan.
lebih mencintai alam, menjaga
Ginting dkk., 2017). Manfaat tersebut dapat dapat memberikan kepuasan lahir dan batin
berupa kontribusi dampak positif yang bagi wisatawan yang mengunjunginya.
dapan dinikmati seperti : pertumbuhan Kepuasan wisatawan dapat diperoleh
ekonomi, kemajuan nilai sosial-budaya, dengan tata kelola wisata yang bagus,
peningkatan kualitas lingkungan atau setidaknya mampu menyajikan daya tarik
lainnya (Hermawan, 2016;Hermawan, wisata yang indah, unik, asli dan bernilai
2016a).Dengan pengelolaan geowisata edukasi disertai dengan sarana prasarana
diharapkan proses pembangunan di daerah pendukung yang tepat guna dan didukung
wisata tersebut semakin meningkat, dan pelayanan prima (Hermawan, 2017).
manfaatnya dapat dirasakan secara nyata Peningkatan keselamatan juga dianggap
oleh masyarakat lokal. Salah satu model tata sebagai upaya yang sangat tepat dalam
kelola atau sistem manajemen yang cocok menjamin kepuasan wisatawan terhadap
untuk geowisata yaitu mengadopsi destinasi wisata.Untuk mendukung
pariwisata berbasis kerakyatan atau keselamatan wisatawan dapat dilakukan
masyarakat, yang dikenal dengan dengan upaya minimalisasi risiko bahaya
Community Based Tourism (CBT).Konsep dan kecelakaan dengan mengadaptasi
CBT, mensyaratkan bahwa pariwisata anjuran dalam guidelines for safe
sebaiknya diinisiasi bersama masyarakat recreational water (2003). Pencegahan
lokal, dikembangkan oleh masyarakat lokal, resiko kecelakaan dapat dilakukan dengan
dan benefit dari pariwisata diharapkan peningkatan keselamatan. Peningkatan
dapat dinikmati masyarakat lokal sendiri keselamatan tersebut dapat diintervensi
(“Kyrgyz Community Based Tourism,” dengan lima pendekatan yaitu : (1)
n.d., diakses tanggal 15 Agustus 2016); Pekerjaan/ perekayasaan (engineering); (2)
(ASEAN Community Based Tourism Memperkuat (enforment); (3) Pendidikan
Standart 2016).(5) Prinsip kelima adalah (education); (4) Tindakan untuk
Tourist satisfaction (R. Dowling & memberanikan (encouragement); dan(5)
Newsome, 2010). Mewujudkan kepuasan Kesiapan bahaya (emergency
wisatawan berarti pengelolaan geowisata preparadness).
Manajemen Geowisata :
Struktur Geologi
1.Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi lingkungan;
2.Pembangunan pariwisata berkelanjutan & keterlibatan
masyarakat; 3. Safety manajement; 4.service excelent disertai
sarana prasarana pendukung yang tepat guna
Stratifigrafi
Syarat destinasi
Aktifitas Geowisata :
Batuan &
kandungan
mineral
Gambar 4.
12
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid
3
Universitas Indonesia
3
Universitas Hindu Indonesia
kadek.wiweka@stpsahid.ac.id
ABSTRACT
Jakarta residents often travel outside the city on holidays. In fact, the city of Jakarta also has the
potential for diverse tourist attractions. One of the potential of natural tourism in this city is the
Rawa Dongkal City Forest located in Cibubur Village. Utilization of urban forest as a tourist
attraction has basically been protected in terms of legality, but in reality, the problem that often
occurs is that most urban forests have not been properly utilized. The purpose of this study was to
analyze the use of commercial space for street vendors in the Rawa Dongkal City Forest area. It is
hoped that street vendors will no longer be considered a threat, but can be involved and support
conservation through tourism activities. This research uses qualitative methods which are translated
into three stages. First is the orientation or description of the potential and characteristics of Green
Open Space, second is the reduction in determining internal and external factors in involving street
vendors, and the last is selection in analyzing the use of commercial space in the Rawa Dongkal
City Forest area. The study found that the main strength of tourism products in the Rawa Dongkal
City Forest is related to natural potential. Therefore, supporting facilities for natural tourism
attractions based on the principles of sustainable tourism are suitable to be developed, such as
commercial centers that are used as culinary centers. The concept that can be implemented is the
Zoning Concept used is the concept of Tripartite Attraction Design Model. This concept is an
alternative to the potential of natural tourism and local communities complement each other in
developing tourism activities in the Rawa Dongkal City Forest area.
Keywords: Utilization, Commercial Space, Street vendors, City Forest Rawa Dongkal, Cibubur
ABSTRAK
Penduduk Jakarta kerap melakukan perjalanan ke luar Kota Jakarta pada hari libur. Faktanya, Kota
Jakarta juga memiliki potensi daya tarik wisata yang beragam. Salah satu potensi wisata alam yang
ada di Kota Jakarta adalah Hutan Kota Rawa Dongkal yang terletak di Kelurahan Cibubur.
Pemanfaatan hutan kota sebagai daya tarik wisata pada dasarnya telah dilindungi dari sisi legalitas,
namun dalam kenyataannya, permasalahan yang sering terjadi adalah sebagian besar hutan kota
belum dimanfaatkan secara tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pemanfaatan
ruang komersial bagi pedagang kaki lima di kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal. Sehingga PKL
tidak lagi dianggap menjadi ancaman, namun dapat terlibat dan mendukung pelestarian melalui
kegiatan pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dijabarkan menjadi tiga
tahapan. Pertama adalah orientasi atau deskripsi potensi dan karakterstik Ruang Terbuka Hijau,
kedua adalah reduksi dalam menentukan faktor-faktor internal dan eksternal dalam melibatkan
PKL, dan yang terakhir adalah selection dalam melakukan analisa pada pemanfaatan ruang
komersial di kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal.Penelitian ini menemukan bahwa kekuatan
produk wisata di Hutan Kota Rawa Dongkal yang sebagian besar memanfaatkan potensi alam maka
akan sangat cocok untuk mengembangkan fasilitas pendukung atraksi wisata alam yang berdasarkan
pada prinsip-prinsip wisata berkelanjutan, seperti sentra komersial yang dimanfaatkan sebagai pusat
kuliner, karena akan dapat melindungi sumber daya alam yang dimilki. Adapun konsep yang dapat
diimplementasikan adalah Konsep Zonasi yang digunakan adalah konsep Tripartite Attraction
Design Model. Konsep ini menjadi alternatif bagi potensi wisata alam dan masyarakat lokal saling
melengkapi dalam mengembangkan kegiatan wisata di kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal.
Kata Kunci: Pemanfaatan, Ruang Komersial, Pedagang kaki lima, Hutan Kota Rawa Dongkal,
Cibubur
daya tarik utama. Namun, permasalahan hayati. Sedangkan dari sisi pengelolaan
klasik dan utama dari daya tarik tersebut (pasal 21 dan 22), hutan kota yang berada
adalah pada pengelolaan yang kurang pada tanah negara dapat dilakukan oleh
optimal, sehingga kurang mampu menarik pemerintah dan masyarakat, adapun ruang
minat wisatawan untuk berkunjung. lingkupnya terdiri dari penyusunan rencana
Umumnya permasalah yang ada terkait pengelolaan, pemeliharaan, perlindungan,
dengan tata kelola, kebersihan, dan pemanfaatan, dan pengawasan. Dalam
keamanan. Salah satu isu yang sering pasal 27 juga disebutkan secara tegas bahwa
muncul adalah keberadaan Pedagang Kaki hutan kota dapat dimanfaatkan untuk
Lima (PKL) yang “terkesan” mengganggu berbagai keperluan, termasuk diantaranya
kawasan daya tarik wisata karena dapat pariwisata alam, rekreasi dan atau olahraga,
menimbulkan pencemaran (kebersihan), pendidikan hingga pelestarian alam.
kesehatan dan keamanan bagi wisatawan, Berdasarkan peraturan tersebut, maka
terutama bagi bidang usaha yang terkait pemanfaatan hutan kota sebagai daya tarik
kuliner atau makanan dan minuman. wisata dapat dilakukan pemerintah daerah
Salah satu potensi wisata alam yang ada atau dengan cara melibatkan masyarakat
di Kota Jakarta, khususnya Jakarta Timur lokal. Namun dalam kenyataannya,
adalah Hutan Kota Rawa Dongkal yang permasalahan yang sering terjadi adalah
terletak di Kelurahan Cibubur. Area ini sebagian besar hutan kota belum
merupakan salah satu lahan terbuka hijau dimanfaatkan secara tepat sehingga
dengan luas 32.812 m², dan merupakan terkesan tidak terawat atau bahkan ada yang
daerah resapan air hujan di sekitar Jakarta dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan
Timur. Potensi dan karakteristik alam sampah sementara (Kompas, 2017).
seperti ini tentu sudah sangat sulit Sedangkan, pada kawasan Hutan Kota
ditemukan di Kota Jakarta, dimana lebih Rawa Dongkal pada dasarnya telah
didominasi oleh gedung-gedung bertingkat dikunjungi oleh masyarakat sekitar dan
dan modern. Oleh karenanya tidak heran mampu menjadi daya tarik, adapun
jika Hutan Kota ini menjadi daya tarik kegiatan yang dilakukan pengunjung
tersendiri bagi masyarakat di kelurahan diantaranya adalah mulai dari berekreasi,
Cibubur dan sekitarnya. Umumnya memancing, piknik, bahkan berwisata
pengunjung yang datang untuk menikmati kuliner. Namun, keberadaan para
pemandangan, namun adapula yang Pedagang Kaki Lima (PKL) cenderung
memanfaatkan danau tersebut sebagai area dapat mengancam kelestarian alam dan
pemancingan. menimbulkan pencemaran, terutama dari
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. sampah buangan makanan. Hal ini tentu
63 Tahun 2002 pasal 1 tentang Hutan Kota bertolak belakang dengan manfaat
menjelaskan bahwa hutan kota adalah pariwisata terhadap lingkungan, dimana
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lingkungan dan pariwisata memiliki
lahan berisi sumber daya alam hayati yang hubungan yang kompleks dan saling
didominasi pepohonan dalam persekutuan melengkapi (simbiosis mutualisme).
alam lingkungannya, yang satu dengan Pariwisata dapat mengambil keuntungan
lainnya tidak dapat dipisahkan, sera terletak dari pemanfaatan sumber daya alam, dan
di dalam wilayah perkotaan, baik pada sebaliknya keuntungan dari kegiatan
tanah negara maupun tanah hak. Adapun pariwisata juga dapat digunakan untuk
fungsinya adalah untuk memperbaiki dan menjaga (preservation) dan mengkonservasi
menjaga iklim mikro dan nilai estetika, (conservation) lingkungan itu
meresap air, menciptakan keseimbangan sendiri.Berdasarkan permasalahan tersebut,
dan keserasian lingkungan fisik kota, serta maka fokus penelitian ini adalah untuk
mendukung pelestarian keanekaragaman merencanakan desain pengelolaan ruang
410 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
tepat di pinggir jalan Jambore, dekat khusus oleh Suku Dinas Pertanian dan
dengan pintu masuk. Adapun tempat Kehutanan Jakarta Timur. Maka
istirahat pengunjung berupa tempat duduk pengelolaan dan pengawasan danau ini
yang terbuat dari kayu namun jumlahnya bersama-sama dilakukan oleh kecamatan
masih terbatas, hanya dua. Satu diantaranya Ciracas dan Kelurahan Cibubur.
berada persis di depan jalan raya dan yang Masyarakat lokal di sekitar danau belum
lainnya berada di pintu masuk dan tidak ada yang terlibat, baik secara langsung
cukup untuk menampung pengunjung maupun tidak langsung. Hanya saja
disaat ramai. Sedangkan tempat penjual sementara ini pemanfaatan sebagian laha
makanan, terdapat dua area, yang pertama telah dilakukan terutama olah para PKL.
berada di area pintu masuk, dan tempat Faktor-faktor kekuatan,
yang lainnya berada di area sekitar jalan kelemahan, peluang,
Jambore. Makanan yang biasanya dijual serta tantangan dalam
yaitu makanan tradisional seperti ketoprak, melibatkan PKL pada
mie ayam, es buah, es kelapa muda, kawasan Hutan Kota Rawa
batagor. Tempat jualan makanan dibuat Dongkal sebagai
seadanya, dan terlihat tidak dikelola secara pendukung daya tarik
baik dimana kurang memperhatikan wisata
kebersihan dan kelestarian lingkungan di
sekitar atraksi wisata Hutan Kota Rawa Analisis faktor-faktor
Dongkal. Fasilitas seperti tempat internal dan eksternal
pembuangan akhir yang sangat dekat
dengan pintu masuk danau mempengaruhi Untuk mendapatkan informasi
aroma sekitar atraksi wisata dan tidak jarang mengenai kekuatan, kelemahan, peluang
juga mengganggu pengunjung yang sedang dan ancaman yang dimiliki oleh kawasan
menikmati wisata kuliner. Adapun fasilitas Hutan Kota Rawa Dongkal, peneliti
pendukung pariwisata di sekitar Kelurahan melakukan FGD, wawancara, dan
Cibubur seperti 3 rumah sakit, 1 observasi. Data yang diperoleh selanjutnya
puskesmas, 3 apotik, dan 7 klinik. Selain itu akan dianalisis untuk menentukan strategi
pada area ini terdapat beberapa tempat yang tepat dalam pengembangan kawasan
ibadah diantaranya 29 Masjid, 52 Musholla, komersial di Hutan Kota Rawa Dongkal
dan 4 Gereja. Selain faslitias umum, pada dengan menggunakan analisis SWOT. Dan
kelurahan Cibubur juga terdapat beberapa berikut ini peneliti memaparkan hasil
daya tarik wisata pendukung Hutan Kota faktor-faktor SWOT tersebut :
Rawa Dongkal, diantaranya areal perikanan
dengan luas 14.025 m yang terdiri dari 80 Kekuatan (Strenghts)
kolam perikanan dan 70 sarana produksi
ikan yang menghasilkan 57.670.000 ikan air Dari sisi attractions (atraksi), Hutan
tawar kolam. Sedangkan dari sisi teknologi, Kota Rawa Dongkal memiliki potensi
area ini terdapat 50 warnet dan 25 menara wisata yang sebagian besar memanfaatkan
telekomunikasi. Area ini juga dilengkapi 1 potensi alam yang sangat hijau,
kantor pos dan 2 Bank umum. pemandangan yang sangat indah, serta air
Dari sisi ancillary service (organisasi yang cukup jernih sehingga dapat
penunjang kegiatan pariwisata), Hutan Kota dimanfaatkan sebagai atraksi wisata di Kota
Rawa Dongkal merupakan kawasan Jakarta. Selain itu, aksesibilitastergolong
berbadan hukum Hutan Kota cukup strategis sehingga mempermudah
11.0905.0101.001996 atas pengawasan bagi wisatawan untuk menuju beberapa
pemerintah daerah DKI Jakarta melalui atraksi yang ada di dalam kawasan Hutan
Dinas kelautan dan Pertanian, secara Kota Rawa Dongkal. Adapun amenities
Tabel 01
2. minimnya atraksi wisata yang atraksi wisata alam yang berdasarkan Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk
memanfaatkan potensi alam di pada prinsip-prinsip wisata memberikan pelayanan yang terbaik
Kota Jakarta. berkelanjutan, seperti sentra 3. Memberi pelatihan-pelatihan bagi
3. Masyarakat Jakarta yang komersial yang dimanfaatkan Pedagang Kaki Lima (PKL)
memilih untuk berwisata ke sebagai pusat kuliner, karena akan 4. Memaksimalkan sarana promosi
luar Jakarta seperti Bogor dan dapat melindungi sumber daya alam
Puncak untuk menikmati yang dimilki. Selain itu besarnya
wisata alam jumlah penduduk Jakarta sangat
4. Trend berfoto di objek wisata berpeluang sebagai wisatawan
baru di kalangan generasi potensial yang selama ini mencari
millenial khususnya objek keindahan wisata alam di luar Kota
wisata alam agar dapat Jakarta.
diposting di media sosial 2. menambah beberapa fasilitas seperti
5. letak yang sangat strategis sarana wisata air, spot pemancingan,
6. Pembangunan berbagai fasilitas olahraga, joging trek, dan
fasilitas umum seperti pusat pusat kuliner yang ramah dengan
perbelanjaan lingkungan.
7. Perbaikan sistem sarana 3. mempromosikan produk wisata
transportasi mereka dengan media promosi yang
8. peluang bagi masyarakat lebih modern, terutama melalui
sekitar dalam hal kesempatan media sosial
kerja guna berperan serta 4. untuk menjaga kelesatarian alam
dalam mengelola Hutan Kota yang dimilki
Rawa Dongkal
Ancaman (Threats) ST WT
1. Pembangunan kawasan 1. Memberikan pengetahuan kepada 1. Melakukan promosi
perkotaan yang terjadi di Kota pengunjung tentang pentingnya 2. Melakukan perencanaan yang baik
Jakarta dapat mengancam menjaga kelestarian lingkungan pada ruang komersial
keberadaan jalur hijau 2. Melakukan promosi produk wisata 3. Pengelolaan sumber daya manusia
2. kemacetan pada ruas tol (jalan dengan menunjukan keunikan atau
bebas hambatan) dan jalan ciri khas atraksi wisata yang dimilki
umum 3. Melakukan pengembangan atraksi
3. Pengembangan fasilitas yang wisata yang lebih terarah dan
tidak terencana dan tidak berkelanjutan
terintegrasi 4. Melakukan perencanaan jangka
4. Minimnya sumber daya panjang dalam mengembangkan
manusia sarana dan prasaran
5. Memberi pelatihan bagi para penjual
lokasi PKL; dan perencanaan penyediaan Nomor 63 tahun 2002 Tentang Hutan kota
ruang bagi kegiatan PKL. Sedangkan dan Peraturan Presiden Republik
pendataan dan pendaftaran PKL yang Indonesia Nomor 125 Tahun 2012
dimaksud meliputi: lokasi; jenis tempat Tentang Koordinasi Penataan dan
usaha; bidang usaha; modal usaha; dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
volume penjualan. Adapun penetapan digunakan sebagai dasar pertimbangan
lokasi PKL merupakan lokasi binaan yang dalam perancangan pengelolaan ruang
terdiri atas lokasi permanen dan lokasi komersial bagi pedagang kaki lima pada
sementara yang ditetapkan sesuai dengan kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal. Hal
rencana tata ruang wilayah. ini dimaksudkan agar pengelolaan tersebut
Dalam rangka meningkatkan telah sesuai dengan paraturan yang berlaku
partisipasi masyarakat lokal dalam yang didukung oleh kajian akademis,
mengelola ruang komersial, khususnya bagi khususnya melalui konsep zonasi.
para PKL di Hutan Kota Rawa Dongkal. Analisa konsep zonasi
Pemberdayaan PKL sesuai dengan Pasal 7 Konsep Zonasi yang digunakan adalah
tentang koordinasi pemberdayaan PKL konsep Tripartite Attraction Design Model
melalui: penyuluhan, pelatihan dan/atau (Gunn, 1997:55), yang merupakan suatu
bimbingan sosial; peningkatan kemampuan konsep perencanaan fisik yang membagi
berusaha; pembinaan dan bimbingan suatu obyek dan daya tarik wisata menjadi 3
teknis; fasilitasi akses permodalan; bagian atau elemen penting yaitu Zona Inti
pemberian bantuan sarana dan prasarana; (Nucleus) yang merupakan komponen
penguatan kelembagaan melalui koperasi utama dari suatu daya tarik wisata yang
dan kelompok usaha bersama; fasilitasi mencerminkan image, Zona Penyangga
peningkatan produksi; pengolahan, (Inviolate Belt) adalah daerah yang
pengembangan jaringan dan promosi; berfungsi sebagai pelindung bagi kondisi
fasilitasi kerja sama antar daerah; fisik kawasan atau daya tarik wisata tersebut,
mengembangkan kemitraan dengan dunia sedangkan Zona Pemanfaatan (Zone of
usaha. Closure)
Kedua landasan hukum ini, baik
Peraturan pemerintah Republik Indonesia
Gambar 01
Peta Hutan Kota Rawa Dongkal melalui Google Maps
Gambar 02
Gambar 03
Letak ruang komersial ini juga utama yaitu keindahan danau yang alami.
dirancang menghadap ke Danau, sehingga Desain ini juga tetap mempertahankan
para pengunjung dapat menikmati potensi lokasi parkir yang telah ada sebelumnya
411 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
dengan perubahan dari sisi kelayakan dan penyangga dalam bentuk pedestrian
keamanan. Ruang komersial ini diharapkan (jogging track), sehingga pengunjung dapat
dapat memberikan nilai tambah bagi menikmati pemandangan danau tanpa
berbagai produk kuliner yang ditawarkan harus terhalang oleh bangunan ruang
oleh PKL yang ada pada saat ini. zona komersial.
pemanfaatan ini juga dibatasi oleh zona
Gambar 04
Jika dilihat dari atas (gambar 05), dapat terlihat jelas bagaimana ruang komersial yang
berada pada zona pemanfaatan dibangun setelah zona penyangga yang di desain sebagai
pelindung zona inti atau danu itu sendiri. Fungsi zona penyangga sangat penting untuk
melindungi daya tarik utama dari dampak kegiatan wisata yang mungkin muncul, seperti
pencemaran dan perusakan lingkungan. Zona ini juga dapat memberikan peluang bagi semua
pengunjung untuk tetap dapat menikmati keindahan danau tanpa harus terhalangi oleh
bangunan ruang komersial.
Gambar 05
Kompas. 2017. Empat Hutan Kota di Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus
Jakarta Akan Direvitalisasi, Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun
(http://megapolitan.kompas.com/read/ 2007 Tentang Ketertiban Umum
2017/04/23/18434841/empat.hutan.kot Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
a.di.jakarta.akan.direvitalisasi), diakses Esa Gubernur Provinsi Daerah
Pada Tanggal 9 Juni 2017. Khusus Ibukota Jakarta.
Lampiran
• HASIL DAN PEMBAHASAN (Times New Roman 12 dan tebal) dan isinya
(Times New Roman 11; 1,15 spasi). Sebaiknya uraian hasil dan pembahasan
dibuat terpisah.
• KESIMPULAN (Times New Roman 12 dan tebal) dan isinya (Times New
Roman 11; 1,15 spasi).
• SARAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH [optional] (Times New Roman 12
dan tebal) dan isinya (Times New Roman 11; 1,15 spasi).
• DAFTAR PUSTAKA (Times New Roman 12 dan tebal) dan sumber bacaan
(Times New Roman 11; 1,15 spasi). Sumber kutipan atau daftar pustaka naskah
harus sama. Format penulisan daftar pustaka mengacu pada The Chicago Manual
of Style (CMS). Penulisan kutipan dan daftar pustaka naskah disarankan
menggunakan aplikasi reference manager Mendeley.
Ketentuan gaya penulisan naskah di atas diterapkan dalam Template Naskah Jurnal
Sains Terapan Pariwisata (JSTP) [Lampiran 1].
Keywords: Keywords satu; Keywords dua; Keywords tiga; dst. (bahasa Inggris; 3-7 keywords)
Tinjauan pustaka mencakup teori dan konsep ilmiah yang menjadi sumber
acuan penulisan kajian/penelitian. Sumber referensi/bacaan harus relevan dengan
topik yang dikaji/diteliti, memiliki state of the art dan tahun referensi terbaru. Setiap
sumber referensi yang dikutip harus ada di daftar pustaka. Sub-judul tinjauan pustaka
ditulis dengan font Times New Roman 11,5, dan isinya dengan font Times New
Roman 11 (1,15 spasi). Diwajibkan untuk mengutip atau mensitasi 3 artikel yang
bersumber dari JSTP edisi sebelumnya.
Isi hasil dan pembahasan ditulis dengan font Times New Roman 11 (1,15
spasi). Hasil sebaiknya dipisahkan dengan pembahasan. Hasil bukan merupakan data
mentah, melainkan data yang sudah diolah/dianalisis dengan metode tertentu.
Pembahasan adalah hasil interpretasi analisis data, jika perlu dikaitkan dengan
teori/konsep ilmiah relevan dalam tinjauan pustaka. Hasil dan pembahasan harus
menjawab rumusan permasalahan dan memberikan dampak pengetahuan baru. Isi
hasil dan pembahasan dapat berupa interpretasi hasil pembahasan, tabel, gambar,
diagram, grafik, sketsa, dan sebagainya.
Judul tabel (Times New Roman 11) dan isi tabel (Times New Roman 10; 1
spasi). Judul tabel ditulis di atas tabel dan disusun secara berurutan dalam satu
naskah, misalnya Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dst. Apabila tabel dikutip/diambil dari
sumber lain, harus dicantumkan sumbernya.
Judul gambar (Times New Roman 10). Gambar ini mencakup foto,
diagram, grafik, bagan, sketsa, prototipe, dan database. Judul gambar ditulis di
bawah gambar dan disusun secara berkelanjutan, misalnya Gambar 1, Gambar 2,
Gambar 3, dst. Apabila gambar dikutip/diambil dari sumber lain, harus
dicantumkan sumbernya.
Lampiran 1
Isi kesimpulan ditulis dengan font Times New Roman 11 (1,15 spasi).
Kesimpulan merupakan ikhtisar dari hasil pembahasan. Kesimpulan disusun satu
paragraph tanpa ada teori yang dikutip.
Saran dan ucapan terimakasih bersifat optional (tidak wajib), ditulis satu
paragraf dengan font Times New Roman 11 (1,15 spasi).
Maier, T., Tavanti, M., Bombard, P., Gentile, M., & Bradford, B. (2015). Millennial
generation perceptions of value-centered leadership principles. Journal of Human
Resources in Hospitality & Tourism, 14(4), 382-397.