Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN SUMBER

DAYA MANUSIA PADA USAHA PARIWISATA DI


PROVINSI JAWA BARAT
ABSTRAK
ALEXANDER REYAAN, HERLAN SUHERLAN 1), JATMIKO EDI WALUYO
Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang menempatkan pariwisata sebagai salah satu
motor penggerak pembangunan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, membutuhkan
suatu kajian yang mendalam menyangkut Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya
Manusia Bidang Pariwisata di Provinsi Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh posisi sumber daya manusia bidang
pariwisata saat ini dan kebutuhan baik kuantitas maupun kualitas sumber daya manusia ke depan dan
menetapkan program-program kegiatan pendidikan dan pelatihan berupa substansi kompetensi dan materi
diklat yang dibutuhkan pada setiap Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-
data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Teknik analisis yang digunakan dalam kegiatan
Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Bidang Pariwisata di Jawa Barat yaitu
Teknik Diskrepansi Kompetensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah unit usaha pariwisata di Jawa Barat pada tahun 2014 sejumlah
7.281 unit usaha dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 103.650 orang, berarti setia 1 (satu) unit
usaha pariwisata dapat menyerap rata-rata sejumlah 14 orang tenaga kerja. Terdapat sejumlah level jabatan
pada Tingkat Middle Manager (Supervisor) dan Staff pada hampir semua unit usaha pariwisata di Jawa
Barat yang terjadi kesenjangan antara Kompetensi Kerja Standar (KKS) dengan Kompetensi Kerja Nyata
(KKN). Kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM Pariwisata di Provinsi Jawa Barat selama Tahun 2016 –
2019 berjumlah 1.240 kegiatan dan terdiri dari 7 (tujuh) materi diklat antara lain Divisi Kamar, Produksi dan
Pelayanan Makanan dan Minuman, Pemanduan, Rancangan Paket, Rancangan Produk, Teraphis, dan
Penataan produk dengan jenis pelatihan antara lain Skill Training, Retraining dan Creativity Training.
Kata Kunci : Usaha Pariwissta, Pendidikan dan Latihan
1) HERLAN SUHERLAN adalah dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN berhubungan dengan kebijakan, sedangkan


Sumber daya manusia sebagai salah satu pendekatan yang harus dilakukan pada tatanan
sumber daya dalam sebuah organisasi, saat ini mikro adalah yang sifatnya operasional dan
tidak lagi dipandang sebagai aset saja disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.
melainkan kapital yang terus menerus perlu Salah satu fungsi dari Manajemen
dipelihara dan dikembangkan sehingga akan Sumber Daya Manusia adalah melaksanakan
memberikan nilai tambah terhadap organisasi. kegiatan Analisis Kebutuhan Pendidikan dan
Berbagai pendekatan yang telah Pelatihan terhadap sumber daya manusia yang
dilakukan terhadap sumber daya manusia, dimiliki melalui suatu kajian yang tepat
lebih banyak dilakukan pada tatanan makro, sehingga perencanaan kebutuhan sumber daya
sehingga hasil yang diharapkan belum manusia ke depan dapat dilakukan secara
maksimal terhadap suatu organisasi. terukur dan terencana dengan baik.
Pendekatan yang semestinya dilakukan pada Sumber daya manusia bidang pariwisata
tatanan makro adalah hal-hal yang memiliki kriteria yang khusus dimana ada

Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 1


tuntutan tingkat kompetensi yang memadai
menuju posisi yang diinginkan di masa
baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan
depan”.
perilaku.
Perencanaan sumber daya manusia
Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu tersebut di atas mengandung arti bahwa peran
provinsi di Indonesia yang menempatkan setiap manajemen dalam organisasi adalah
pariwisata sebagai salah satu motor penggerak menyangkut kemampuan menentukan
pembangunan perekonomian dan peningkatan kebutuhan jumlah dan kualitas sumber daya
kesejahteraan masyarakat, membutuhkan suatu manusia serta posisi jabatan di waktu
kajian yang mendalam menyangkut Analisis mendatang.
Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Sumber
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Daya Manusia Bidang Pariwisata di Provinsi
Henry Simamora dalam bukunya berjudul
Jawa Barat.
Manajemen Sumber Daya Manusia
B. TUJUAN PENELITIAN mendefinisikan pengembangan (development)
Analisis kebutuhan pendidikan dan sebagai : “penyiapan individu untuk memikul
pelatihan sumber daya manusia bidang tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih
pariwisata di Provinsi Jawa Barat bermaksud tinggi di dalam organisasi. Pengembangan
untuk mengetahui sampai seberapa jauh posisi biasanya berhubungan dengan peningkatan
sumber daya manusia bidang pariwisata saat kemampuan intelektual atau emosional yang
ini dan kebutuhan baik kuantitas maupun diperlukan untuk menunaikan pekerjaan yang
kualitas sumber daya manusia ke depan. lebih baik”.
Sedangkan analisis kebutuhan pendidik- Pengertian pengembangan sumber daya
an dan pelatihan sumber daya manusia bidang manusia mencakup kegiatan pendidikan dan
pariwisata di Jawa Barat bertujuan untuk dapat pelatihan yang secara prinsip memiliki
menetapkan program-program kegiatan orientasi yang berbeda dimana pendidikan
pendidikan dan pelatihan berupa substansi berorientasi panjang dengan jenis pendidikan
kompetensi dan materi diklat yang dibutuhkan formal sedangkan pelatihan berorientasi jangka
pada setiap Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. waktu singkat dengan penekanan pada
kemampuan keterampilan.
C. KAJIAN PUSTAKA
3. Pendidikan
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Pengertian pendidikan menurut Undang-
Jackson & Schuler dan Schuler & Walker
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
dalam Priadana mendefinisikan Perencanaan
Pendidikan Nasional adalah : “usaha sadar dan
Sumber Daya Manusia sebagai: “proses
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
manajemen dalam menentukan sumber daya
dan proses pembelajaran agar peserta didik
manusia organisasi dari posisinya saat ini

secara aktif mengembangkan potensi dirinya pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,


untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia serta keterampilan yang

Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 2


diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Pelaksanaan analisis kebutuhan
Negara”.
pendidikan dan pelatihan yang digunakan
Kegiatan pendidikan mengarah pada suatu adalah Analisis Personal yaitu dengan
kegiatan pembelajaran secara umum untuk mengidentifikasikan kesenjangan antara
bertujuan menggali dan mengembangkan kebutuhan kerja dan kebutuhan organisasi
potensi diri peserta didik agar mampu yang teridentifikasi dengan karakteristik
memiliki kekuatan dalam mengabdikan dirinya masing-masing karyawan. Perbedaan antara
pada masyarakat, bangsa dan Negara. kinerja yang diharapkan kebutuhan pelatihan
4. Pelatihan individu. Standar kinerja yang ditentukan
Pelatihan (training) menurut Simamora dalam tahap analisis operasional menjadi
(2004) merupakan: “proses pembelajaran yang kinerja yang didambakan. Data kinerja
melibatkan perolehan keahlian, konsep, individu sebagai kinerja aktual kemudian
peraturan atau sikap untuk meningkatkan dibandingkan dengan tolak ukur kinerja yang
kinerja karyawan”. Pengembangan melalui dikehendaki dari setiap karyawan. Kesen-
pendidikan dan pelatihan pada prinsipnya jangan antara kinerja aktual dan yang
ingin menjelaskan tentang adanya upaya diinginkan dapat dijembatani oleh kegiatan
peningkatan kemampuan sumber daya manusia pendidikan dan pelatihan.
akibat adanya perubahan tuntutan organisasi
6. Jenis-jenis Pelatihan
yang terus berjalan setiap saat. Pelatihan
Jenis-jenis pelatihan yang diselenggara-
menitik beratkan pada fokus saat ini sedangkan
kan dalam sebuah organisasi seperti
pendidikan terfokus pada masa depan.
dikemukakan oleh Henry Simamora antara
5. Analisis Kebutuhan Pendidikan dan lain: (1) Pelatihan Keahlian (Skill Training)
Pelatihan merupakan pelatihan yang sering dijumpai di
Analisis kebutuhan pendidikan dan dalam organisasi. Program pelatihannya relatif
pelatihan menurut Jiwo Wungu dan Hartanto sederhana dan kebutuhan atau kekurangan
Brotoharsojo adalah : “metode untuk menemu- diidentifikasi melalui penilaian yang jeli.
kenali jenis serta taraf pengetahuan, Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga
keterampilan dan sikap-sikap kerja yang berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi
dituntut dari para pegawai untuk jabatan- dalam tahap penilaian; (2) Pelatihan Ulang
jabatan dalam organisasi perusahaan”. (Retraining) adalah bagian dari pelatihan
keahlian. Pelatihan ulang berupaya
memberikan pada para karyawan keahlian-
keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah;

(3) Pelatihan Tim (Team Training) Tim adalah sesungguhnya menentukan sebuah tim dan
sekelompok individu yang bekerjasama demi seandainya anggota tim mempunyai tujuan-
tujuan bersama, tujuan bersama inilah yang tujuan yang bertentangan atau konflik, maka
Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 3
efisiensi seluruh unit dapat terganggu. Hal ini
pariwisata; (3) Usaha Jasa Transportasi Wisata
yang menyebabkan dibutuhkannya pelatihan
adalah usaha khusus yang menyediakan
tim; dan (4) Pelatihan Kreativitas (Creativity
angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan
Training) berlandaskan pada asumsi bahwa
pariwisata, bukan angkutan transportasi
kreativitas dapat dipelajari. Ada beberapa cara
reguler/umum; (4) Usaha Jasa Perjalanan
untuk mengajarkan kreativitas yang semuanya
Wisata adalah usaha biro perjalanan wisata dan
berusaha membantu karyawan dalam
usaha agen perjalanan wisata. Usaha biro
memecahkan masalah dengan kiat baru. Salah
perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan
satu cara yang lazim digunakan adalah
jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa
Brainstorming dimana para partisipan
pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata,
diberikan peluang untuk mengeluarkan
termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah.
gagasan sebebas mungkin.
Usaha agen perjalanan wisata meliputi usaha
7. Usaha Pariwisata jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket
Menurut Undang-Undang Nomor 10 dan pemesanan akomodasi serta pengurusan
Tahun 2009, tentang Kepariwisataan dokumen perjalanan; (5) Usaha Jasa Makanan
mendefinisikan usaha pariwisata sebagai : dan Minuman adalah usaha jasa penyediaan
“usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa makanan dan minuman yang dilengkapi
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan dengan peralatan dan perlengkapan untuk
penyelenggaraan pariwisata”. Usaha proses pembuatan dapat berupa restoran, kafe,
Pariwisata dibagi ke dalam 13 (tiga belas) jenis jasa boga, dan bar/kedai minum; (6) Usaha
usaha antara lain: (1) Usaha Daya Tarik Wisata Penyediaan Akomodasi adalah usaha yang
adalah usaha yang kegiatannya mengelola menyediakan pelayanan penginapan yang
daya tarik wisata alam, daya tarik wisata dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata
budaya, dan daya tarik wisata buatan/binaan lainnya. Usaha penyediaan akomodasi dapat
manusia; (2) Usaha Kawasan Pariwisata berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi
adalah usaha yang kegiatannya membangun perkemahan, persinggahan karavan, dan
dan/atau mengelola kawasan dengan luas akomodasi lainnya yang digunakan untuk
tertentu untuk memenuhi kebutuhan tujuan pariwisata; (7) Usaha Penyelenggaraan
Kegiatan Hiburan dan Rekreasi merupakan
usaha yang ruang lingkup kegiatannya berupa
usaha seni pertunjukan, arena permainan,
karaoke, bioskop, serta kegiatan hiburan dan
rekreasi lainnya yang bertujuan untuk
pariwisata; (8) Usaha Penyelenggaraan

Pertemuan, Perjalanan Insentif, konferensi, orang menyelenggarakan perjalanan bagi


dan pameran adalah usaha yang memberikan karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas
jasa bagi suatu pertemuan sekelompok prestasinya, serta menyelenggara-kan
Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 4
pameran dalam rangka menyebarluaskan
fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan
informasi dan promosi suatu barang dan jasa
raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan
yang berskala nasional, regional, dan
budaya bangsa Indonesia.
internasional; (9) Usaha Jasa Informasi
D. METODOLOGI PENELITIAN
Pariwisata adalah usaha yang menyediakan
1. Disain Penelitian
data, berita, feature, foto, video, dan hasil
Jenis penelitian ini adalah penelitian
penelitian mengenai kepariwisataan yang
kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan
disebarkan dalam bentuk bahan cetak dan/atau
pada data-data numerikal (angka) yang diolah
elektronik; (10) Usaha Jasa Konsultan
dengan metode statistika (Azwar, 2007: 5).
Pariwisata adalah usaha yang menyediakan
Menurut Subana dan Sudrajat (2005: 25)
saran dan rekomendasi mengenai studi
penelitian kuantitatif dilihat dari segi tujuan,
kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha,
penelitian ini dipakai untuk menguji suatu
penelitian, dan pemasaran di bidang
teori, menyajikan suatu fakta atau
kepariwisataan; (11) Usaha Jasa Pramuwisata
mendeskripsikan statistik, dan untuk
adalah usaha yang menyediakan dan/ atau
menunjukkan hubungan antar variabel dan
mengoordinasikan tenaga pemandu wisata
adapula yang sifatnya mengembangkan
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
konsep, mengembangkan pemahaman atau
dan/atau kebutuhan biro perjalanan wisata;
mendiskripsikan banyak hal.
(12) Usaha Wisata Tirta merupakan usaha
Adapun Spesifikasi penelitian ini adalah
yang menyelenggarakan wisata dan olahraga
bersifat deskriptif yaitu untuk mengangkat
air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana
fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-
serta jasa lainnya yang dikelola secara
fenomena yang terjadi sekarang (ketika
komersial di perairan laut, pantai, sungai,
penelitian berlangsung) dan penyajiannya apa
danau, dan waduk; dan (13) Usaha Spa adalah
adanya. Penelitian ini merupakan penelitian
usaha perawatan yang memberikan layanan
yang mengarah pada studi korelasional. Studi
dengan metode kombinasi terapi air, terapi
korelasi ini merupakan hubungan antar dua
aroma, pijat, rempah-rempah, layanan
variabel, tidak saja dalam bentuk sebab akibat
makanan/minuman sehat, danolah aktivitas
melainkan juga timbal balik antara dua
variabel (Subana, 2005: 36).
2. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam
kegiatan Analisis Kebutuhan Pendidikan dan
Pelatihan Sumber Daya Manusia Bidang
Pariwisata di Jawa Barat yaitu Teknik

Diskrepansi Kompetensi. Kata diskrepansi ketidakserasian, selisih atau perbedaan antara


secara harfiah dapat diartikan sebagai keadaan yang ada dengan keadaan yang

Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 5


seharusnya ada. Menurut Lembaga
e) Data Analysis, yaitu tahapan analisis data
Administrasi Negara RI bahwa diskrepansi
yang dilakukan apabila data yang
kompetensi kinerja adalah: “selisih antara
diperlukan telah terkumpul dan
kinerja orang yang menduduki suatu jabatan
selanjutnya dilakukan analisis sesuai
dengan kinerja yang dituntut oleh organisasi
dengan teknik atau pendekatan yang
atau kesenjangan/perbedaan kemampuan kerja
digunakan. Apabila berhasil menemukan
yang dimiliki oleh pekerja dengan yang
adanya diskrepansi kinerja, maka perlu
diharapkan atau dituntut oleh organisasi yang
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
memberinya jabatan tersebut”.
mengetahui apakah diskrepansi kinerja
Tahapan pelaksanaan analisis kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan diklat atau
diklat menurut Rosset dan Arwady dalam bukan. Berdasarkan hasil analisis
Lembaga Administrasi Negara RI, terdiri dari diskrepansi kompetensi kinerja yang
tahapan sebagai berikut : merupakan hasil analisis, maka langkah
a) Focusing, yaitu sebelum melakukan selanjutnya dengan menentukan prioritas
analisis kebutuhan diklat terlebih dahulu kebutuhan diklat dari sample terpilih.
tentukan konteks fokus kegiatan. Salah satu metode yang digunakan adalah
b) Formulation Objective, yaitu setelah kita dengan menganalisis tingkat kesulitan,
menentukan konteks fokus kegiatan di kualitas hasil kerja, pengaruh dan biaya
atas, selanjutnya tentukan tujuan kegiatan. yang dibutuhkan.
c) Managing Tools and Methods, yaitu f) Interprenting Result, yaitu interpretasi dan
setelah tujuannya ditetapkan, maka formulasi kesimpulan hasil analisis data
langkah selanjutnya adalah menentukan dilakukan dengan mempertimbangkan
metode dan peralatan yang akan
faktor-faktor lain yang berpengaruh.
digunakan dalam analisis kebutuhan
g) Reporting, yaitu tahap terakhir dari
diklat.
rangkaian kegiatan analisis kebutuhan
d) Collecting Data, yaitu setelah metode dan
diklat adalah pelaporan dan formulasi
peralatan disiapkan, langkah selanjutnya
kesimpulan mengenai hasil analisis
adalah pengumpulan data baik berupa
kebutuhan diklat.
data primer maupun data sekunder.
E. TEMUAN PENELITIAN
1. Dasar Penetapan Analisis Kebutuhan Diklat
SDM Pariwisata Jawa Barat
a. Jumlah rasio tenaga kerja terhadap unit
usaha pariwisata di Jawa Barat adalah

sebesar 13 orang tenaga kerja per unit tingkatan, yaitu Top Manager, Middle
usaha pariwisata. Manager, dan Staff.
b. Dasar Penetapan Level Jabatan pada Unit c. Dasar Penetapan Jumlah Presentase Tenaga
Usaha Pariwisata terdiri atas 3 (tiga) Kerja yang terserap per Level Jabatan, yaitu
Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 6
: Top Manager 1 orang (7%); Middle
f. Dasar Penetapan Jenis-Jenis Pendidikan
Manager 2 orang (15%); dan Staff
dan Pelatihan
sebanyak 10 orang (78%).
 Pelatihan Keahlian (Skill Training)
d. Dasar Penetapan Materi Pendidikan dan
 Pelatihan Ulang (Retraining)
Pelatihan, meliputi:
 Pelatihan Lintas Fungsional (Cross
 Divisi Kamar (Usaha Akomodasi)
Functional Training)
 Produksi & Pelayanan Makanan dan
 Pelatihan Tim (Team Training)
Minuman (Usaha Akomodasi dan Usaha
• Pelatihan Kreativitas (Creativity
Makanan & Minuman)
Training)
 Pemanduan (Usaha Pramuwisata)
2. Analisis Kebutuhan Diklat SDM Pariwisata
 Rancangan Paket (Usaha Perjalanan
Per Kabupaten/Kota
Wisata dan MICE)
Jawa Barat memiliki sejumlah 7.281
 Rancangan Produk (Usaha Hiburan & Unit Usaha Pariwisata dengan tingkat
Rekreasi, Usaha Wisata Tirta, Usaha penyerapan tenaga kerja sebanyak 103.650
Transpor Wisata, Usaha Konsultan orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan
Pariwisata dan Usaha Informasi terhadap beberapa sumber, maka
Pariwisata) memperlihatkan terdapat sejumlah level
 Teraphis (Usaha Spa) jabatan pada Tingkat Middle Manager
 Penataan Produk (Usaha Daya Tarik (Supervisor) dan Staff yang terjadi Diskrepansi
Wisata dan Usaha Kawasan Pariwisata) Kompetensi Kerja (DKK) yaitu terjadi
e. Dasar Penetapan Kompetensi SDM yang kesenjangan antara Kompetensi Kerja Standar
diharapkan: dengan Kompetensi Kerja Nyata (Jabar Dalam
 Pengetahuan (30 %) Angka, 2014).
 Keterampilan (50 %) Dari sejumlah 15.562 orang yang berada
 Perilaku (20 %) pada level jabatan Middle Manager
(Supervisor), maka terdapat sejumlah 20 %
yang tidak kompeten pada jabatan tersebut atau
sejumlah 3.120 orang. Sedangkan terdapat
sejumlah 80.858 orang yang berada pada level
Staff dan 40 % dari jumlah itu tidak kompeten
pada level tersebut atau terdapat sejumlah
32.355 orang. Sehingga terdapat sejumlah
35.475 orang yang tidak kompeten atau perlu
mendapat kegiatan Pendidikan dan Pelatihan

pada level jabatan Middle Manager yang dinilai belum kompeten selanjutnya
(Supervisor) dan Staff di Jawa Barat. direncanakan ke dalam kegiatan pendidikan dan
Sejumlah 35.475 orang tenaga kerja pelatihan selama Tahun 2016 – 2019 pada
Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 7
seluruh daerah Kabupaten dan Kota se Jawa
Untuk menyelenggarakan 1.240 kegiatan
Barat, maka terdapat sejumlah 8.880 orang per
pendidikan dan pelatihan SDM pariwisata di
tahun yang perlu didiklatkan dan tersebar
Provinsi Jawa Barat selama Tahun 2016 –
diseluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Barat.
2019, maka penyelenggara yang sekaligus
Jumlah kegiatan pendidikan dan pelatihan
bertindak sebagai penyedia dana Diklat
SDM Pariwisata se Jawa Barat apabila
diperankan oleh :
diasumsikan bahwa setiap kegiatan terdiri dari
 Kementerian Pariwisata RI
30 orang peserta diklat, maka akan terdapat  Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
sejumlah 310 kegiaan Diklat SDM pariwisata Provinsi Jawa Barat
 Dinas Pariwisata Kabupaten dan Kota se
per-tahun yang harus terselenggara diseluruh
Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat.
 Asosiasi Usaha Pariwisata dan Asosiasi
3. Analisis Kebutuhan Diklat SDM Pariwisata Profesi Pariwisata Pusat maupun Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 – 2019  Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 3
 Unit Usaha Pariwisata yang bersangkutan
Jumlah kegiatan pendidikan dan pelatihan
(Inhouse Training)
SDM Pariwisata di Provinsi Jawa Barat selama
4. Pengaruh Jumlah Usaha Pariwisata
Tahun 2016 – 2019 berjumlah 1.240 kegiatan
terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja pada
dan terdiri dari 7 (tujuh) materi diklat antara
Sektor Pariwisata di Jawa Barat
lain Divisi Kamar, Produksi dan Pelayanan
Jumlah Usaha Pariwisata berhubungan
Makanan dan Minuman, Pemanduan,
secara linier dengan Kebutuhan Tenaga Kerja
Rancangan Paket, Rancangan Produk,
pada Sektor Pariwisata di Jawa Barat.
Teraphis, dan Penataan produk dengan jenis
Secara keseluruhan, pertumbuhan unit
pelatihan antara lain Skill Training, Retraining
usaha Pariwisata berhubungan kuat secara
dan Creativity Training dan terbagi kedalam
positif (0,744) dengan koefisien determinasi
jumlah kegiatan setiap tahunnya antara lain
sebesar 55,40% terhadap peningkatan jumlah
Tahun 2016 sebanyak 309 kegiatan, Tahun
tenaga kerja di Jawa Barat. Hasil pengujian ini
2017 sebanyak 310 kegiatan, Tahun 2018
signifikan secara statistic, dimana p<0,005.
sebanyak 310 kegiatan dan Tahun 2019
Dilihat dari koefisen regresi terlihat
sebanyak 311 kegiatan.
bahwa setiap penambahan satu unit usaha
Pariwisata akan membutuhkan sekitar 14
orang tenaga kerja. Hal ini menunjukkan
bahwa sector Pariwisata pada Kota dan
Kabupaten di Jawa Barat memberikan dampak
positif terhadap penciptaan lapangan kerja
Pariwisata.

F. SIMPULAN usaha dengan jumlah penyerapan tenaga kerja


Jumlah unit usaha pariwisata di Jawa sebanyak 103.650 orang, berarti setia 1 (satu)
Barat pada tahun 2014 sejumlah 7.281 unit unit usaha pariwisata dapat menyerap rata-rata
Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 8
sejumlah 14 orang tenaga kerja.
Usaha Pariwisata yang bersangkutan (Inhouse
Hasil pengukuran Diskrepansi Training).
Kompetensi Kerja (DKK) memperlihatkan
terdapat sejumlah level jabatan pada Tingkat
G. DAFTAR PUSTAKA
Middle Manager (Supervisor) dan Staff pada
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
hampir semua unit usaha pariwisata di Jawa
Jawa Barat, (2014), Pariwisata Jawa
Barat yang terjadi kesenjangan antara
Barat Dalam Angka Tahun 2014,
Kompetensi Kerja Standar (KKS) dengan
Bandung.
Kompetensi Kerja Nyata (KKN).
Simamora, H. (2004), Manajemen Sumber
Kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM
Daya Manusia, ed. Pertama, STIE YKPN,
Pariwisata di Provinsi Jawa Barat selama
Yogyakarta.
Tahun 2016 – 2019 berjumlah 1.240 kegiatan
Jiwo Wungu & Hartanto Brotoharsojo, (2003),
dan terdiri dari 7 (tujuh) materi diklat antara
Tingkatkan Kinerja Perusahaan Anda
lain Divisi Kamar, Produksi dan Pelayanan
dengan Merit System, ed. Pertama, PT.
Makanan dan Minuman, Pemanduan,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rancangan Paket, Rancangan Produk,
Lembaga Administrasi Negara Republik
Teraphis, dan Penataan produk dengan jenis
Indonesia, (2003), Teknik Analisis
pelatihan antara lain Skill Training, Retraining
Kebutuhan Diklat (AKD) 1, ed. Pertama.
dan Creativity Training.
Lembaga Administrasi Negara Republik
Penyelenggara yang sekaligus bertindak
Indonesia, (2003), Teknik Analisis
sebagai penyedia dana kegiatan pendidikan
Kebutuhan Diklat (AKD) 2, ed. Pertama.
dan pelatihan dilaksanakan oleh: Kementerian
Schuler Randall S. & Jackson Susan E.,
Pariwisata RI, Dinas Pariwisata dan
(1997), Manajemen Sumber Daya
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Dinas
Manusia Menghadapi Abd ke-21, 6 th ed.,
Pariwisata Kabupaten dan Kota se Jawa Barat,
Erlangga, Jakarta.
Asosiasi Usaha Pariwisata dan Asosiasi
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor
Profesi Pariwisata Pusat maupun Daerah,
10 Tahun 2009, Tentang Kepariwisataan.
Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 3 dan Unit
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor
20 Tahun 2003, Tentang Pendidikan
Nasional.

Analisis kebutuhan pengembangan SDM pada usaha pariwisata di Provinsi Jabar 9

Anda mungkin juga menyukai