Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL FARMAKOLOGI MOLEKULER

”ASETOSAL”

OLEH :

NAMA : TAUDLIHUL ADILA

NIM : O1A116162

KELAS :D

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
ASETOSAL

Asam asetil salisilat atau asetosal atau aspirin merupakan hablur putih,
umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak
berbau atau berbau lemah. Stabildi udara kering ; di dalam udara lembab secara
bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat danasam asetat. Sukar larut ( 100-
1000 bagian ) dalam air ; mudah larut ( 1-10 bagian ) dalam etanol; larut dalam
kloroform, dan dalam eter, indikasi sebagai antipiretik dan analgesik
( DirektoratJendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995 ).

Asam salisilat (o-hidroksi asam benzoat) merupakan senyawa


bifungsional, yaitu gugus fungsi hidroksil dan gugus fungsi karboksil. Dengan
demikian asam salisilat dapat berfungsi sebagai fenol (hidroksi benzena) dan juga
berfungsi sebagai asam benzoat. Baik sebagai asam maupun sebagai fenol, asam
salisilat dapat mengalami reaksi esterifikasi. Bila direaksikan dengan anhidrida
asam akan mengalami reaksi esterifikasi menghasilkan asam asetil salisilat
(aspirin). Apabila asam salisilat direaksikan dengan alkohol (metanol) juga
mengalami reaksi esterifikasi menghasilkan ester metil salisilat (minyak
gandapura). (Horizon, 2011)

Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (o-hydroxy benzoic acid) berfungsi


sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Aspirin (asam
asetilsalisilat) bersifat analgesik yang efektif sebagai penawar nyeri. Selain itu,
aspirin juga merupakan zat anti-inflamasi untuk mengurangi sakit padacedera
ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat
antipiretik yangberfungsi sebagai obat penurun demam. Biasanya aspirin dijual
sebagai garam natriumnya, yaitu natriumasetil salisilat. (Irdoni.HS dan
Nirwana.HZ. 2009 )

Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok


senyawa glikosida, aspirin yang merupakan nama lain dari asam asetil salisilat
dapat disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan
anhidrida asetat, hal ini dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari
perusahaan Bayer, Jerman. Karena saat itu antipiretik dan analgesik yang ada
sangat keras terhadap sistem pencernaan.
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit.
Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit
pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga
merupakan zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap
tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat,
sehingga rata-rata penggunaanaspirin mencapai 300 tablet untuk setiap
pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirinsecara berulang-
ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup
besardapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan
bahkan berhalusinasi. Dosisrata-rata adalah 0,3 - 1 gram, dosis yang mencapai 10-
30 gram dapat mengakibatkan kematian. (Clark,Jim. 2007)

Aspirin sekarang digunakan untuk pengobatan profilaksis, iskemia


serebral transien, mengurangi terjadinya infark miokard berulang dan menurunkan
mortalitas pada pasien infark postmiokard. Dosis awal tunggal 200 sampai 300
mg dan dianjurkan diikuti dosis harian 75 sampai 100 mg. Waktu pendarahan
diperpanjang, menebabkan komplikasi yang termasuk peningkatan terjadinya
stroke hemoragik dan juga pendarahan gastroitestinal terutama pada dosis obat
tinggi(Mycek,2000).

Farmakodinamik Aspirin
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit
dan prostasiklin (PGI2 ) di pembuluh darah dengan menghambat secara
irreversibel enzim siklooksigenase (akan tetapi siklooksigenase dapat dibentuk
kembali oleh sel endotel), sebagai akibatnya terjadi pengurangan agregasi
trombosit. Aspirin dosis kecil (20-40mg) hanya dapat menekan pembentukan
TXA2 tetapi dosis yang terbukti efektif (25-1g/hari) tidak selektif. Asetosal adalah
obat anti nyeri tertua yang sampai kini paling banyak digunakan diseluruh dunia.
Zat ini juga berkhasiat anti demam kuat dan pada dosis rendah sekali (40mg)
berdaya menghambat agregasi trombosit. (Tjay,T.H, 2002)

Farmakokinetik Aspirin
a. Pola ADME
Aspirin diabsorpsi dengan cepat dan praktis lengkap terutama di bagian
pertama duodenum. Namun, karena bersifat asam sebagian zat diserap pula di
lambung. Aspirin diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisila
terutama dalam hati.

Absorpsi : secara umum, pembebasan segera baik dan benar-benar diserap oleh
saluran gastrointestinal (GI). Setelah penyerapan, aspirin dihidrolisis menjadi
asam salisilat dengan tingkat puncak plasma asam salisilat 1-2 jam dosis. tingkat
penyerapan dari saluran GI tergantung pada bentuk sediaan, ada atau tidak
adanya makanan, pH lambung (ada atau tidak adanya antasida GI atau agen
penyangga), dan faktor fisiologis lainnya. Enterik produk aspirin yang dilapisi
tak menentu diserap dari saluran pencernaan.

Distribusi : asam salisilat secara luas didistribusikan ke seluruh jaringan dan


cairan dalam tubuh termasuk sistem saraf pusat (SSP), ASI dan jaringan janin.
Konsentrasi tertinggi ditemukan dalam plasma, hati, korteks ginjal, jantung, dan
paru-paru. Protein pengikatan salisilat adalah konsentrasi - tergantung, non -
linear. Pada konsentrasi rendah (< 100 mikrogram / mililiter), sekitar 90 %
salisilat plasma terikat dengan albumin sementara pada konsentrasi yang lebih
tinggi (> 400 mcg / ml), hanya sekitar 75 % terikat. Tanda-tanda awal dari
overdosis salisilat (salicylism), termasuk tinnitus (telinga berdenging), terjadi
pada konsentrasi plasma mendekati 200 mcg /ml. Efek toksik yang parah yang
berhubungan dengan tingkat > 400 mcg /ml.

Metabolisme : aspirin dengan cepat dihidrolisis dalam plasma menjadi asam


salisilat sehingga kadar plasma dari aspirin pada dasarnya tidak terdeteksi 1-2
jam setelah pemberian dosis. Asam salisilat terutama terkonjugasi dalam hati
untuk membentuk asam salicyluric, glucuronide fenolik, glucuronide asil, dan
sejumlah metabolit minor. Asam salisilat memiliki paruh plasma sekitar 6 jam.
Metabolisme salisilat adalah saturable dan jumlah clearence tubuh menurun pada
konsentrasi serum yang lebih tinggi karena keterbatasan kemampuan hati untuk
membentuk kedua asam fenolik glukuronida dan salicyluric. Setelah dosis toksik
(10-20 gram), plasma paruh dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 20 jam.

Eliminasi : penghapusan asam salisilat mengikuti orde nol farmakokinetik;


(yaitu, tingkat eliminasi obat adalah konstan dalam kaitannya dengan konsentrasi
plasma). Ekskresi ginjal obat berubah tergantung pada pH urin. Sebagai PH urin
naik di atas 6,5, pembersihan ginjal salisilat bebas meningkat dari <5% sampai>
80%. Alkalinisasi urin adalah konsep kunci dalam pengelolaan overdosis
salisilat. Setelah dosis terapi, masing-masing sekitar 10% ditemukan
diekskresikan dalam urin sebagai asam salisilat, 75% asam sebagai
salicyluric,10% dan 5% sebagai fenolik dan asil glucuronides.

b. Waktu Paruh, Ikatan Protein, dan Bioavaibilitas Aspirin


Aspirin diabsorbsi sebanyak 100 % dengan bioavailabilitasnya 68 %.
Waktu paruh aspirin selama 15 menit dan dieliminasi di ginjal bergantung pada
pH. Ikatan protein plasma 50-80 %, makin tinggi dosis, makin rendah ikatan
protein plasma.
Efek Samping Aspirin
Efek samping aspirin misalnya rasa tidak enak di perut, mual, dan
perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis perhari tidak
lebih dari 325 mg. Penggunaan dengan antasid atau antagonis H2 dapat
mengurangi efek tersebut.
Pada dosis biasa, efek samping utama aspirin adalah gangguan pada
lambung. Aspirin adalah suatu asam dengan harga pKa 3,5 sehingga pada pH
lambung tidak terlarut sempurna dan partikel aspirin dapat berkontak langsung
dengan mukosa lambung. Akibatnya mudah merusak sel mukosa lambung
bahkan sampai timbul perdarahan pada lambung. Gejala yang timbul akibat
perusakan sel mukosa lambung oleh pemberian aspirin adalah nyeri epigastrum,
rasa seperti terbakar, mual dan muntah. Oleh karena itu sangat dianjurkan
aspirin diberi bersama makanan dan cairan volume besar untuk mengurangi
gangguan saluran cerna.
Efek samping dari aspirin adalah:

1. Gastrointestinal
Endoskopi mengidentifikasi lesi mukosa lambung terjadi pada kebanyakan
pasien yang menerima dosis tunggal aspirin. Anorektal ulserasi dan stenosis
rektum telah dilaporkan pada pasien yang menyalahgunakan supositoria
rektal yang mengandung aspirin. Efek samping gastrointestinal juga termasuk
distress epigastrium (sebanyak 83 % dari pasien yang diobati dengan aspirin
biasa), perut tidak nyaman atau sakit, lesi mukosa lambung, mual, dan
muntah. Efek gastrointestinal yang lebih serius termasuk perdarahan, tukak
lambung , perforasi, enteropati usus kecil, dan ulserasi esofagus. Efek
samping Aspirin yang paling umum adalah nyeri perut bagian atas
(dyspepsia) yang dihasilkan dari iritasi lambung. Efek samping ini dapat
dihindari dengan meminum aspirin saat makan. Risiko iritasi lambung dan
perdarahan dapat dikurangi dengan penggunaan inhibitor pompa proton
(misalnya omeprazol) dikombinasi dengan aspirin.
2. Ginjal
Mekanisme aspirin diinduksi dalam fungsi ginjal terkait dengan
penghambatan sintesis prostaglandin ginjal dengan penurunan aliran darah
ginjal. Vasodilatasi prostaglandin ginjal sangat penting pada pasien yang
menunjukkan underfilling arteri (yaitu gagal jantung, sirosis). Pemberian
dosis tinggi NSAID untuk pasien tersebut telah menghasilkan gagal ginjal
akut dalam kasus-kasus langka. Efek samping ginjal termasuk penurunan laju
filtrasi glomerulus (terutama pada pasien yang dibatasi natrium atau
kekurangan volume darah arteri efektif, seperti pasien dengan gagal jantung
stadium lanjut atau sirosis), nefritis interstisial, nekrosis papiler, peningkatan
dalam serum kreatinin, peningkatan dalam nitrogen urea darah, proteinuria,
hematuria, dan gagal ginjal.
3. Hematologi
Efek samping hematologi termasuk peningkatan aktivitas fibrinolitik
darah. Selain itu, hypoprothrombinemia, trombositopenia, thrombocyturia,
anemi megaloblastik, pansitopenia telah jarang dilaporkan.
4. Hipersensitivitas
Efek samping hipersensitivitas termasuk bronkospasme, rhinitis,
konjungtivitis, urtikaria, angioedema, dan anafilaksis. Sekitar 10% sampai
30% dari penderita asma adalah aspirin-sensitif (dengan triad klinis
sensitivitas aspirin, asma bronkial, dan polip hidung). Satu sampai dua persen
pasien memiliki alergi terhadap aspirin yang dapat mengakibatkan asma atau
alergi (anafilaksis) tapi sangat jarang. Pasien alergi dapat menjalani prosedur
desensitisasi. Setelah menjalani desensitisasi, pasien tidak boleh melewatkan
setiap dosis aspirin karena hal ini dapat menyebabkan kambuhnya alergi.
5. Dermatologic
Efek samping dermatologic termasuk sindrom Stevens-Johnson dan
lichenoid eruption.
6. Hati
Efek samping hati termasuk hepatotoksisitas dan hepatitis kolestatik
7. Oncologic
Efek samping oncologic termasuk kanker pankreas. Beberapa studi
epidemiologi telah menunjukkan bahwa penggunaan aspirin kronis dapat
menurunkan risiko neoplasma usus besar. Namun, penelitian lain belum
menemukan efek yang menguntungkan.
8. Metabolik
Efek samping metabolik termasuk dehidrasi dan hiperkalemia. Alkalosis
pernapasan dan asidosis metabolik, terutama selama toksisitas salisilat.
Salisilat juga telah dilaporkan untuk menggantikan triiodothyronine ( T3 ) dan
thyroxine ( T4 ) dari situs pengikat protein. Efek awal adalah peningkatan
konsentrasi serum T4 bebas .
9. Kardiovaskular
Efek samping kardiovaskular termasuk salisilat -induced angina varian ,
ektopi ventrikel , kelainan konduksi, dan hipotensi, terutama selama toksisitas
salisilat . Selain itu, setidaknya satu kasus retensi cairan simulasi gagal
jantung kongestif akut telah dilaporkan selama terapi aspirin. Terapi
antiplatelet juga telah dikaitkan dengan kerusakan akut perdarahan
intraserebral .
10. Sistem saraf
Efek samping sistem saraf pusat termasuk agitasi, edema serebral, koma,
kebingungan, pusing, sakit kepala, perdarahan kranial, lesu dan kejang .
Tinnitus dan gangguan pendengaran subyektif ( atau keduanya ) dapat terjadi.
Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa dosis moderat dapat
mengakibatkan penurunan selektivitas frekuensi dan karena itu dapat
mengganggu kinerja pendengaran, terutama dalam pengaturan kebisingan.
Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa tinnitus dapat menjadi indikator
yang kurang dapat diandalkan pada toksisitas salisilat daripada yang diyakini
sebelumnya. Pasien dengan kehilangan pendengaran frekuensi tinggi
mungkin mengalami kesulitan memahami tinnitus. Dalam sebuah penelitian
terhadap pasien rheumatoid arthritis, orang-orang dengan tinnitus memiliki
tingkat salisilat tidak lebih besar dari mereka yang tidak tinnitus.
11. Musculoskeletal
Efek samping muskuloskeletal termasuk rhabdomyolysis.
12. Pernapasan
Efek samping pernafasan termasuk hiperpnea, edema paru, dan takipnea.
13. Kelenjar endokrin
Efek samping endokrin termasuk hipoglikemia (yang telah dilaporkan
pada anakanak) dan hiperglikemia.
14. Ocular
Efek samping okular termasuk kasus lokal edema periorbital.
15. Lain-lain
Sindrom Reye biasanya melibatkan muntah , disfungsi neurologis , dan
disfungsi hati selama atau segera setelah infeksi virus akut . Efek samping
lainnya termasuk sindrom Reye dengan penggunaan aspirin pada anak-anak
dengan penyakit virus akut. Sindrom Reye juga telah dilaporkan lebih jarang
pada orang dewasa . Pada ibu hamil aspirin dapat membahayakan jantung
bayi yang belum lahir, dan juga dapat mengurangi berat badan lahir atau
memiliki efek berbahaya lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, S.G., Stiabudi, R., Suyatna, F.D., dan Nafrialdi (eds).1995.
Farmakologi Terapi. Jakarta: FK-UI.

Horizon. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi: Universitas Jambi

Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, P.C.,. 2000.“Farmakologi Ulasan


Bergambar”, Terjemahan dari “Lippincott’s Illustrated Reviews :
Pharmacology. Jakarta: Widya medika.

Tjay,T.H., dan Raharja K., 2002. Obat- obat Penting. Jakarta: PT. Elex Medika
Komputindo. Gramedia.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995,


Farmakope Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta

Irdoni,HS dan Nirwana,HZ. 2009.Modul Kimia Organik.Pekanbaru : Fakultas


Teknik Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai