Anda di halaman 1dari 3

Suci Devitamara

1716071077

UAS Intelijen

1. Counterintelligence atau kontra-intelijen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh agen
intelijen dalam mengumpulkan informasi serta kegiatan yang dilakukan untuk
melindungi negara dari spionase, kegiatan intelijen lainnya, sabotase, atau pembunuhan
yang dilakukan untuk atau atas perantara negara lain, organisasi atau tokoh asing atau
kegiatan teroris internasional.1 Kontra intelijen adalah bagian integral dari keseluruhan
proses intelijen. Semua lembaga yang melakukan pengumpulan intelijen, baik melalui
manusia atau sarana teknis, harus selalu memastikan bahwa apa yang mereka kumpulkan
adalah asli. Ini membutuhkan evaluasi sumber mereka secara terus menerus dan juga
informasinya dikumpulkan dari mereka.

Di tingkat federal para agen intelijen bertugas mengumpulkan, menganalisis, dan


menyebarluaskan intelijen. Mereka mencakup lembaga penegak hukum. Dinas Rahasia,
Perlindungan Bea Cukai dan Batas, Layanan Pendapatan Internal, Lingkungan Badan
Perlindungan, dan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Semua bahan peledak
mempekerjakan analis yang menghasilkan intelijen.2
Sedangkan pada tingkat state dan local juga memiliki tugas yang sama dengan agen
intelijen di tingkat federal para agen intelijen di level state dan local juga menghasilkan
intelijen yang bemanfaat bagi pembuat keputusan.

Salah satu contoh operasi Kontra Intelijen adalah penangkapan agen KGB Sergei Egorov
oleh anggota Badan Intelejen Negara ditahun 1982. Penangkapan tersebut diawali dengan
terbongkarnya aktivitas pembocoran data peta bawah laut oleh Letkol TNI
AL Susdaryanto. Setelah dilakukan pengawasan dan penyadapan, diketahui bahwa
Sergei Egorov akan melakukan transaksi dengan Sudaryanto di suatu restoran di dareah

1
Carl J. Jensen, III, David H. McElearth, Melissa Graves, 2013, “Introduction to Intelligences Studies”, hlm. 166
2
Ibid., hlm. 71
Jakarta Timur. Pada saat transaksi dilaksanakan, diitulah pihak BIN bergerak dan
menangkap Sergei Egorov, buntutnya atase Uni Soviet tersebut di usir dari Indonesia.3

2. Kegagalan dalam operasi intelijen dapat terjadi dari tidak memadainya arah,
pengumpulan, pemrosesan, analisis atau diseminasi. Sebagai contoh, kegagalan dalam
pengumpulan dapat mencakup kegagalan untuk mengantisipasi Jepang menyerang Pearl
Harbor pada bulan Desember 1941.4
Contoh kasus kegagalan intelijen di Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi
perbincangan yaitu kasus Pembunuhan Munir. Fakta persidangan yang mengungkap
keterlibatan BIN dalam pembunuhan Munir maka secara langsung menunjukkan bahwa
Pembunuhan Munir adalah suatu operasi intelijen.
Potensi kegagalan intelijen sangat besar terutama jika operasi tersebut berdampak pada
pelanggaran hukum. Hasil kegiatan atau operasi intelijen yang melanggar hukum akan
menarik perhatian orang dan menjadi sorotan berbagai pihak. Hal ini akan membuat
kegiatan atau operasi intelijen yang seharusnya tertutup menjadi terbuka karena
dibongkat paksa oleh keingintahuan masyarakat. Kegagalan adalah hal yang harus
dihindari dalam kegiatan atau operasi intelijen. Kegagalan intelijen akan membawa
dampak tidak baik kepada pihak yang terlibat kasus seperti orang selaku agen atau pelaku
di lapangan, kepada organisasi selaku penyelenggara kegiatan atau operasi intelijen, dan
dampak kepada informasi intelijen yang dihasilkan menjadi tidak tepat atau
dimungkinkan sudah disesatkan.

Untuk mencegah kegagalan intelijen maka kegiatan intelijen harus disiapkan,


direncanakan, dan dilakukan dalam kaidah yang benar yaitu dalam setiap kegiatan atau
operasi intelijen harus melaksanakan tahapan putaran intelijen atau dikenal
dengan intelligen cycle yaitu planning and direction, collection, processing, analysis and
production, dan dissemination.

Jika kegiatan intelijen sudah dilanksanakan dengan kaidah intelligence cycle, tetapi tetap
ada kemungkinan gagal maka kegiatan intelijen tersebut haruslah dilindungi oleh undang-

3
Ajie Buhron, ”Operasi Intelijen, Kontra Intelijen, dan RUU Intelijen”, diakses dari
https://www.kompasiana.com/ajiebuhron/5500a1b2a333117f73511752/operasi-intelijen-kontra-intelijen-dan-
ruu-intelijen?page=all
4
Peter Gill dan Mark Phythian, 2018, ”Intelligence In An Insecure World”, UK, chapter: 7
undang atau kebijakan khusus. Tugas intelijen adalah melakukan sesuatu di luar norma
norma yang akan sangat berbahaya jika tertangkap, terbongkar atau disesatkan oleh pihak
oposisi atau lawan. Intelligence cycle yang dilakukan secara benar dan akurat akan
mengurangi potensi kegagalan intelijen, seandainya potensi kegagalan intelijen tersebut
besar maka intelligence cycle akan membantu menyiapkan bagaimana menghadapi
skenario terburuk yang bisa terjadi.

Faktor yang tidak boleh dilupakan dalam mengantisipasi kegagalan intelijen adalah faktor
kontra-intelijen dari pihak oposisi. Kegagalan intelijen tidak hanya disebabkan oleh
pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan kaidah intelligence cycle tetapi juga bisa
disebabkan oleh kegiatan kontra-intelijen yang dilakukan oleh pihak opisisi. Dampak
terbesar kegagalan intelijen terutama jika kegiatan atau operasi intelijen tersebut gagal
akan dialami oleh user atau pengambil keputusan. User dalam operasi intelijen dalam
tataran negara biasanya adalah Kepala Badan Intelijen (BIN), Pangliman TNI, atau
Presiden. Tentu saja implikasi dari kegagalan intelijen terhadap user tidak hanya sanksi
sosial, tetapi tindakan hukum yang berujung pada lepasnya jabatan.

Tidak ada seorang intelijen yang menginginkan kegagalan. Keberhasilan adalah hal yang
wajib dicapai oleh seorang intelijen, walaupun tidak ada pujian, Namun kegagalan adalah
malapateka bagi seorang intelijen, dan ini sudah jelas tertanam dalam benak sorang
intelijen bahwa “berangkat tugas dianggap mati, berhasil tidak dipuji, gagal dicaci maki
dan diinterogasi, hilang tidak dicari, mati tidak diakui”.5

5
Stanislaus Riyanta, 2015, Lingkarang Intelijen dan Kegagalan”, diakses dari
https://jurnalintelijen.net/2015/07/06/lingkaran-intelijen-dan-kegagalan/.

Anda mungkin juga menyukai