Oleh:
Desy Rochmiyah Sari (150210103095)
Irma Surya Ningsih (150210103096)
Vini Sinta Agustine (150210103105)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah-
Nya, kami dapat menyelesaikan laporan studi lapangan ini tepat waktu. Tak lupa
juga kami sampaikan terima kasih kepada :
1. Prof.Drs. Suratno, M. Si. Dan Slamet Hariyadi, M.Si, selaku dosen
pengajar mata kuliah Evolusi yang telah membimbing dan memberikan
kajian materi.
Kami sadar bahwa sesungguhnya laporan yang telah kami susun adalah
jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan selalu kami nantikan. Selain itu, semoga laporan kami ini dapat
membantu dan bermanfaat dalam pembelajaran.
Penyusun
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah situs manusia purba di Trinil dan Sangiran
2. Mengetahui cara mendeteksi bahwa disuatu tempat diperkirakan
terdapat fosil.
3. Mengetahui cara membedakan antara batuan biasa dengan fosil atau
dengan sisa – sisa tumbuhan dan hewan yang belum menjadi fosil.
4. Mengetahui usia fosil.
5. Mengetahui cara menangani fosil yang baru ditemukan.
6. Mengetahui tipe struktur dan tekstur tanah.
7. Mengetahui sejarah Situs Purbakala Sangiran dan munculnya sangiran
dome.
8. Mengetahui fase – fase terbentuknya benua.
9. Mengetahui urutan – urutan evolusi.
10. Mengetahui evolusi menurut teori bigbang.
11. Mengetahui fosil apa saja yang ditemukan di Trinil dan Sangiran.
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan mengenai sejarah terbentuknya situs
manusia di Purba Trinil dan Sangiran.
2. Dapat melihat secara langsung bukti-bukti evolusi yang berupa fosil.
3. Dapat menambah pengetahuan mengenai cara mendeteksi tempat –
tempat yang diperkirakan terdapat fosil.
4. Dapat menambah pengetahuan terutama pada mata kuliah evolusi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Est.
Nama Fr. Fosil Ciri-ciri Gambar/ photo
Usia
Fosil kayu Kayu - - Berasal dari
lembah
bengawan
solo
- Ditemukan
tahun 1987
J. Jenis Fosil Hewan non-Human
Estimasi
Nama Fr. Fosil Ciri-ciri Gambar/ photo
Usia
1. Homo erectus cranium - Bentuk cranium
masih seperti kera
8.Sus sp. Babi purba 700 ribu tahun - Ditemukan dalam keadaan
yang lalu tidak utuh
- Warna cokelat
- Terdapat cekungan bekas
gigi.
1.Homo Tulang Tengkorak 1,8 juta – 900 - Alis tebal, hidung pesek,
erectus artik (Cranium) ribu thn yg umur relative pendek 35-
lalu 50 thn
- Volume otak 850 cc
- Tinggi 166 cm
4.2 Pembahasan
Pada studi lapang kali ini, kami mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas
Jember mengunjungi Trini dan Sangiran dalam pelajaran evolusi untuk
menambah wawasan mengenai teori evolusi, bukti evolusi, dan manusai purba.
Lokasi pertama tempat pengamatan kami lakukan di Trinil yang terletak di
pedukuhan Pilang, Ds. Kawu, Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, Jawa
Timur. Sedangkan tempat kedua yang kami kunjungi adalah Sangiran terletak di
sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec.
Kalijambe, Kab.Sragen).
Waktu paruh potasium 40 adalah 1,3 miliar tahun. Karena perlu setidaknya
200 ribu tahun agar ada cukup gas argon untuk menumpuk dan memungkinkan
pengukuran yang akuraat, teknik potasium-argon digunakan untuk menentukan
waktu benda yang lebih tua. Pewaktuan radiokarbonmenggunakan karbon 14,
yang memiliki waktu paruh hanya 5730 tahun; ia hanya mampu menentukan usia
benda yang paling tua berusia 50 ribu tahun. Teknik pewaktuan mutlak lainnya
mencakup termoluminesens dan resonansi spin elektron.
Tidak ada perawatan khusus untuk fosil-fosil itu, hanya dengan bantuan
silikon atau silica gel untuk menghindari pelembaban atau penjamuran di dalam
etalase, karena sangat tidak mungkin untuk mengangkat atau membersihkan
secara langsung atas fosil-fosil itu mengingat kondisinya yang relatif rapuh.
Butiran-butiran silikon itu dimasukkan dalam gelas kecil dan diletakkan dalam
etalase kaca tempat fosil-fosil itu disimpan.
Adapun struktur dan testur tanah pada museum ini adalah mencakup pH
yang tergolong basa, kelembapan tanah yang rendah, struktur tanah kasar, serta
tekstur tanah yang keras, berpasir, dan padas.
Jika berbicara mengenai evolusi pastilah membahas pula mengenai
pembentukan benua sehingga terjadi beberapa benua yang ternyata memiliki
kemiripan dari fauna dan flora. Benua dan samudra terbentuk melalui proses yang
sangat panjang. Dahulu bentuk benua dan samudra tidak seperti sekarang ini.
Setelah melalui proses yang panjang maka terbentuklah benua seperti pada saat
ini.
Ada seorang ilmuwan asal Jerman yang bernama Alfred Wagener yang
mengemukakan teori tentang pembentukan benua. Menurut Alfred Wagener,
sebelum zaman Carbon (+ - 300 juta tahun yang lalu), semua benua yang ada
sekarang ini tergabung menjadi satu yang disebut Benua Pangea. Benua Pangea
kemudian terpecah menjadi dua benua, yaitu Benua Laurasia(di bagian utara)
dan Benua Gondwana (di bagian selatan). Proses pecahnya benua Pangea ini
terjadi sekitar 135 juta tahun lalu. Selanjutnya Benua Laurasia bagian barat
bergerak ke utara menjauhi benua Gondwana yang akhirnya membentuk benua
Benua Amerika Utara. Sedangkan Benua Gondwana di selatan terpecah menjadi
beberapa benua, yaitu sebagai berikut. Bagian barat bergeser tents ke arah barat
menjadi Benua Amerika Selatan. Bagian timur bergerak ke timur menjadi Benua
Afrika. Bagian yang lebih kecil di bagian timur terus bergerak ke arah timur laut
dan menjadi India. Satu bagian lagi terpecah menjadi dua, yaitu bagian timur terus
begerak kearah timur laut, dan pecahan bagian barat terus bergerak ke arah
selatan.
Perkembangan selanjutnya, Amerika Utara bergabung menjadi satu dengan
Amerika Selatan, Eurasia menjadi Benua Eropa dan Benua Asia. Bagian paling
selatan yang bergerak ke selatan menjadi benua Antartika dan bagian dan bagian
selatan yang bergerak ke timur laut menjadi Benua Australia.
Selain benua, manusia pun mengalami evolusi. Adapaun urutan evolusi
manusia adalah sebagai berikut: yang pertama adalah manusia kera afrika selatan
yang memiliki ciri-ciri dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki, memiliki
tinggi badan kurang lebih 1,5 meter, memiliki volume otak hanya sekitar 450–600
cm3, habitat hidup di tempat terbuka. Kedua yakni manusia kera africa timur yang
memiliki volume otak yang lebih besar dibandingkan manusia kera Afrika yang
lain yaitu ±650 cm3, sehingga intelegensinya lebih tinggi dan sudah menggunakan
alat bantu untuk memotong dari batu. Ketiga yakni manusia Jawa yang memiliki
ciri-ciri dapat berdiri dan berjalan dengan dua kaki, memiliki volume otak kurang
lebih 770– 1000 cm3, dapat berkomunikasi dengan berbicara, dapat membuat alat
berburu dan menggunakan api, dan hidup kurang lebih 500.000 s.d. 300.000 tahun
yang lalu. Keempat yakni manusia Peking yang memiliki ciri-ciri memiliki
volume otak yang agak besar yaitu kurang lebih 900– 1200 cm3, diperkirakan
hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu, mampu menggunakan senjata dan perkakas
dari tulang dan batu, sudah menggunakan api, dan mempunyai kebudayaan yang
lebih maju. Kemudian ada Homo sapiens yang diperkirakan hidup kurang lebih
400.000 tahun. Kemudian yang terakhir ada manusia modern yang memiliki ciri-
ciri memiliki volume otak ± 1400–1500 cm3, memiliki tinggi badan ± 1,6 m,
memiliki peradaban yang maju, mempunyai peralatan yang lebih baik, suka
berburu, sudah terdapat hubungan sosial dan upacara ritual, diperkirakan hidup
sekitar 100.000–40.000 tahun yang lalu.
Pada situs purbakala Trinil ini kami menemukan berbagai macam fosil,
yakni diantaranya fosil tumbuhan, fosil hewan non human, dan fosil manusia.
Pengamatan pertama yakni engenai fosil tumbuhan. Fosil adalah bukti dari adanya
evolusi. Evolusi tumbuhan sangat erat hubungannya dengan proses fotosintesis.
Evolusi fotosintesis dimulai dengan tidak dipecahnya molekul air dan tanpa
pelepasan oksigen sampai dengan terjadinya pemisahan antara fotosintesis dan
respirasi. Evolusi tipe-tipe fotosintesis seperti C dan CAM merupakan respons
terhadap menurunnya rasio CO2 dan O dan kondisi atmosfir dengan radiasi yang
intensif (Ai, 2012). Adapaun fosil tumbuhan yang ditemukan hanya ada satu yaitu
fosil kayu yang diperkirakan hidup pada tahun 1987. Fosil kayu ini memiliki ciri-
ciri berwarna abu-abu kotor, dan ditemukan di lembah Bengawan Solo.
Sedangkan untuk fosil hewan non human, kami mendapatkan 10 fosil,
antara lain fragmen fosil tanduk kerbau (Bubalus palaeokarabau Horn) yang
berusia 1-0,5 juta tahun yang lalu. Fosil tanduk kerbau ini memiliki ukuran lebih
besar daripada tanduk kerbau yang sekarang. Kemudian ada fragmen gading gajah
(Stegodon trigonochepalus ivory) yang berusia 1-0,5 juta tahun yang lalu. Fosil
ini memiliki ukuran lebih panjang daripada gading gajah pada zaman sekarang.
Ketiga yaitu ada fragmen tulang rahang bawah gajah (Stegodon trigonochepalus
ivory), fragmen fosil tulang kaki (Bovidae casta), fosil tanduk banteng (Bibos
palandosoicus Horn), fragmen fosil tulang tumit (Bovidae astragalus) , fosil
tulang rusuk (Bovidae casta), fragmen gigi banteng (Bibos palandosoicus Horn)
yang ditemukan sebanyak 12 buah. Selain itu juga ada fosil tulang tengkorak gaah
purba (Stegodon trigonochepalus ivory) dan terakhir yakni tulang kering (Bovidae
casta) yang hanya ditemukan satu buah.
Fosil manusia yang kami temukan ada 5, antara lain fosil tengkorak
Austrasophitecus Africanus cranium yang memiliki bentuk craniumnya masih
seperti kera dengan tulang kening yang menonjol. Fosil tengkorak Homo sapiens
cranium yang merupkan duplikat tngkorak manusia modern yang sudah menyebar
hampir di seluruh dunia. Fosil tengkorak Pithecanthropus erectus cranium yang
merupakan duplikat, aslinya telah retak menjadi beberapa bagian,
menggambarkan manusia purba dewasa. Yang terakhir ada fosil tengkorak
Pithecanthropus soloensis cranium yang memiliki volume otak 1000-1300 cc
dengan tinggi badan berkisar antara 165-180 cm. Fosil tengkorak Pithecantropus
erectus s4 yang hanya ditemukan bagian accinitalnya.
Fosil manusia pertama yang ditemukan pada daerah Trinil ini yaitu Homo
erectus. Vomoerectusoleh Dubois tahun 1894 pada formasi Kabuh. aerah tersebut
secara stratigrafis dapat dibagi menjadiri 3 formasi, formasi paling tua adalah
Formasi Kalibeng yang terdiri atas batulempung berfasies laut dalam berumur
Pliosen Atas, serta batulanau dan batugamping yang mencirikan laut dangkal
berumur Pliosen. Formasi Pucangan selaras menindih Formasi Kalibeng dan
terdiri dari breksi volkanik dengan sisipan batulempung dan batulanau. Formasi
Kabuh menindih selaras Formasi Pucangan, terdiri dari batupasir dan batulanau
dengan sisipan perlapisan kerikilan, Fosil manusia purba ditemukan pada lapisan
kerikil di dalam formasi ini. Formasi Notopuro terdiri dari batupasir dan kerikil
mengandung bola batu apung cukup banyak (Setyanta, dkk, 2014).
Pada studi lapang matakuliah evolusi, tempat yang kedua yaitu museum
Sangiran, fosil yang ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan di museum
Trinil. Selain fosil, terdapat juga pembelajaran tentang terbentuknya bumi dengan
video yang ditampilkan. Pada pengamatan pertama, mendengarkan dari tourguide
museum tentang sejarah terbentuknya Sangiran. Sangiran terbentuk pertama kali
berasal laut (lempeng) rawa, pada 900 ribu tahun yang lalu terjadi gunung
meletus. Situs sangiran merupakan situs paleontologis di Pulau Jawa dan
merupakan salah satu kajian pusat seluruh manusia purba yang didirikan pada
tanggal 7 Desember 1996. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi
tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Munculnya situs Sangiran diketahui
karena adanya Sangiran dome. Dome merupakan bukit yang terdiri dari lapisan
tertua berusia ,8 juta tahun yang lalu, dimana tebahan oksigen dari sisi kiri dan
kanan sehingga membentuk bukit. Situs Sangiran berada di dalam kawasan
Kubah, yang diapit empat gunung besar di kaki Gunung Lawu Purba, gunung
Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Kendeng Sangiran yang merupakan
bagian atas yang mengalami depresi sungai purba, dan sungai kali cemara.
Menurut para ahli, alam semesta terjadi dari suatu “ledakan dahsyat” (big
bang) dari titik tunggal yang bervolume nol dan inilah awal mula alam semesta.
Titik tunggal ini mengandung pengertian berupa zat atau materi dengan kecepatan
yang tidak terbatas (Yunus, dkk., 2006 : 8). Menurut teori ini, mungkin miliaran
tahun silam, terdapat tumpukan gas yang terdiri dari hidrogen dan helium yang
berotasi, kemudian gas ini pecah karena peristiwa (ruang hampa) yang disebut big
bang, membentuk benda-benda langit yang kini disebut dengan galaksi
(pembentukan alam semesta tahap pertama). Materi yang terdapat di alam semesta
itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat
tinggi sehingga hanya berupa proton, nuetron dan elektron yang tidak mampu
membentuk susunan yang lebih berat karena mengembung. Kemudian suhu
menurun sehingga proton dan nuetron berkumpul membentuk inti atom (Yunus,
dkk., 2006 : 8). Alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal
yang bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya
alam semesta. Jadi alam semesta muncul dari ketidakadaan, dengan kata lain
bahwa alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan dari tidak ada menjadi
ada. Jadi, alam semesta yang besar diciptakan oleh sang pencipta yang Maha
besar (Yunus, dkk., 2006: 9 – 10).
Hasil pengamatan yang ditemukan di situs Sangiran yaitu fosil kayu, fosil
Rhinoceros sondaicus, Panthera tigris, Geochelone atlas, Crocodylus siamensis,
mustodon, stegodon, elephans, Sus sp., crab fosil, dan mollusca. Fosil human yang
ditemukan yaitu Homo erectrus artik, Homo erectrus tipik , Homo erectrus
progresif, wajak man, homo sapiens, Homo habilis, Homo floriensis,
Austrolopothecis atricanus, cromagnon, manusia cromagnon.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ai, Nio Song. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains,
Volume 12 Nomor 1.
Andianto, NE Lelana, A Ismanto. 2012. Identifikasi Fosil Kayu dari Kali Cemoro
Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Biologi,
Prospektif Biologi dalam Pengelolaan Sumber Hayati. Fakultas Biologi,
UGM. Yogyakarta.
Fathoni, M. Rais. 2015. Perubahan Lingkungan Situs Trinil Sejak Kala Pliosen.
Jurnal Sangiran. 4:23-40.
Palmer, D. 2002. Buku saku Fosil. Penerjemah: Yulin Lestari. Jakarta: Erlangga.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil). Diakses tanggal 18 Juni 2018.
Sutrisno, Wahyudi. 2015. Teori Evolusi Darwin Dalam Perspektif Islam. Naskah
Publikasi Skripsi.
Yunus, Rosman. dkk. 2006. Teori Darwin Dalam Pandangan Sains & Islam.
Jakarta : Prestasi.
LAMPIRAN