Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struma koloid , difus, nontoksik dan nodular koloid merupakan gangguan


yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16 % perempuan dan 4 % laki-
laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah dibuktikan
oleh suatu penyelidikan di Tecumseh, suatu komunitas di Michigan. Biasanya
tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang
timbul komplikasi-komplikasi. Struma mungkin membesar secara difus dan
atau bernodula.

Struma endemic merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.


Sebab utamanya adalah efisiensi yodium, disamping factor-faktor lain
misalnya bertambahnya kebutuhan yodium pada masa pertumbuhan,
kehamilan dan laktasi atau pengaruh-pengaruh zat-zat goitrogenik.
Goitrogenik sporadic dapat disebabkan factor genetic atau karena obat
(iatrogenic) antara lain metal atau propiltiourasil ( PTU ), tolbutamid,
sulfaguanidin, PAS dan lain-lain.
Penyakit Mump atau penyakit gondok telah dilaporkan hampir di
seluruh belahan dunia, demikian juga di Indonesia resiko anak terkena
gondok mungkin masih tinggi. Gondok masih endemik di banyak negara di
seluruh dunia, sedangkan vaksin MMR digunakan hanya 57% dari negara-
negara yang menjadi anggota Organisasi Kesehatan Dunia, terutama di
Negara-negara maju. Dalam Inggris dan Wales, sebuah epidemi gondok yang
dimulai pada 2005, telah dilaporkan 56.390 kasus kematian.
Penyakit Gondok atau dalam dunia kedokteran dikenal sebagai
parotitis atau Mumps adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah
(kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara
endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang
berumur 2-14 tahun. Peningkatan kasus yang besar biasanya didahului pada
penularan di tempat sekolah. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang
testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ
lainnya.

Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular


penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-
obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh. Kematian karena penyakit gondong
jarang dilaporkan. Hampir sebagian besar jkasus yang fatal justru terjadi
pada usia di atas 19 tahun.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari penyakit gondok ?


2. Bagaimana penyebab penyakit gondok ?
3.Bagaiman Manifestasi Klinik?
4. Bagaimana gejala penyakit gondok ?
5. Bagaimana penularan penyakit gondok ?
6. Bagaimana diagnosis penyakit gondongk ?
7. Bagaimana pengobatan penyakit gondok ?
8. Bagaimana pencegahan penyakit gondok ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit gondok.


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit gondok.
3. Untuk mengetahui gejala penyakit gondok.
4. Untuk mengetahui penularan penyakit gondok.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Mumps virus.
6. Untuk mengetahui morfologi dari Mumps virus.
7. Untuk mengetahui diagnosis penyakit gondok.
8. Untuk mengetahui pengobatan penyakit gondok.
9. Untuk mengetahui pencegahan penyakit gondok.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep medis
1. Definisi Penyakit Struma/Gondok

Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh


penambahan jaringan kelenjer gondok yang menghasil hormon tiroid dalam
jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar,
keringat,kemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata
membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid.
Penyakit Gondok (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit
menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang
sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi
bagian bawah.
Penyakit gondok tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic
atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur
2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah
zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.

2. Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tiroid


merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tiroid antara lain:

1. Denifisiensi lodium
2. Kelainan betabolik kongenital yang menghambat sintesa
hormon tiroid
3. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti subtansi
dalam kol, lobak, kacang kedelai)
4. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

Penyakit ini disebabkan oleh virus Mumps yaitu virus berjenis


RNA virus yang merupakan anggota famii Paramyxoviridae dan genus
Paramyxovirus. Terdapat dua permukaan glikoprotein yang terdiri
dari hemagglutinin-neuraminidase dan fusion protein. Virus Mumps
sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.

3. Manifestasi Klinik

a) Akibat berulangnya hiperplasia dan involusi dapat terjadi


berbagai bentuk degenerasi sebagai pebrosi,nekrosi,klasifikasi,
pembentukan kista dan perdarahan kedalam kista tersebut
pada umumnya kelainan yang dapat menampakan diri sebagai
struma modusa adalah edenoma, kista perdarahan tiroiditis
dan karsinuma
b) sedangkan miifestasi klinik penderita dengan hipotiroid disme
nyata, berupa: kurang energi, rambut rontok, intoleransi
dingin, berat badan naik, konsitipasi, kulit kering dan dingin,
suara parau, serta lambat dalam berpikir.
c) pada hipotiroidisme, kelenjar tiroid sering tidak teraba.
Kemungkinan terjadi karena atrohi kelenjar akibat pengobatan
hipertiroidisme memakai iyodium radioaktif sebelumnya atau
setelah tiroiditis autonum
4. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan sidik tiroid
2. Pemeriksaan utrasonografi (USG)
3. Bioksi aspirasi jarum halus (fine needle aspiration/FNA
4. Termografi
5. Petanda tumor

5. Penatalaksanaan
1. Operasi/pembedahan
2. Yodium radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada


kelenjar tiroid sehingga menghasil jaringan ablasi. Pasien yang tidak mau
dioprasi maka pemberian yodium radioaktif dapat menguraangi gondok
sekitar 5%

3. Pemberian tiroksin dan obat anti tiroid

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma

6. pengkajian

1. pengumpulan data
2. Anamnese
3. Dari anamnese diperoleh:
4. Identifikasi klien.
5. Keluhan utama klien.
6. Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan
pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
7. Riwayat penyakit sekarang
8. Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher
yang semakin membesar sehingga mengakibatkan
terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus
sehingga perlu dilakukan operasi.
9. Riwayat penyakit dahulu
10. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok
lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar
berpenyakit gondok.
11. Riwayat kesehatan keluarga
12. Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita
sama dengan klien saat ini.
13. Riwayat psikososial
14. Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau
sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan
orang lain.
15. Pemeriksaan fisik
16. Keadaan umum
17. Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi,
nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
18. Kepala dan leher
19. Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya
didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan
kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang
drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
20. Sistim pernafasan
21. Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan
sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan
nafas.
22. Sistim Neurologi
23. Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena
menahan sakit.
24. Sistim gastrointestinal
25. Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan
asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan
hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
a. Aktivitas/istirahat
26. insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,
atrofi otot.
a. Eliminasi
27. urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
a. Integritas ego
28. mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
a. Makanan/cairan

29. kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan


meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual
dan muntah, pembesaran tyroid.
a. Rasa nyeri/kenyamanan
30. nyeri orbital, fotofobia.
a. Keamanan
31. tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan),
suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat
dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus
: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi
eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat
parah.
a. Seksualitas
32. libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali,
impotensi.

33. Pemeriksaan penunjang


34. Pemeriksaan penunjang
a. Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
b. Kadar T3, T4
35. Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
a. Darah rutin
b. Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut
(BMR) nilai normal antara –10s/d +15
c. Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai
carsinoma meduler).
36. Pemeriksaan radiologis
a. Dilakukan foto thorak posterior anterior
b. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan
metode soft tissu technig .
c. Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.

7. Gejala

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus


mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan
penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber
penularan penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit gondong sekitar 12-24 hari dengan
rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi
dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala:


demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala,
nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian.
2. belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang
(sulit membuka mulut).
3. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga
(parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi
kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
4. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian
berangsur mengempis.
5. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang
(submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada
pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar
(testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

8. Penularan

Penyakit Gondok (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus


dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan
muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari
hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi
pembesarankelenjar.
Penyakit gondok sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur
kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih
memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang
pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki
kekebalan seumur hidupny
9. Diagnosis

Diagnosis dtegakkan hanya secara klinis. Diagnosis ditegakkan


bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis,
termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondok
(Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah
dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan
darah.

1. Pemeriksaan Laboratorium
Mengingat penegakan diagnosis hanya secara klinis, maka
pemeriksaan laboratorium tidak terlalu bermanfaat. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan leucopenia dengan limfosiotsis relative,
didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang
mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi
normal kembali dalam dua minggu.
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah
telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondok
sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan anjuran
pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3
uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies:
Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor
antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
Hampir semua anak yang menderita gondok akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2
minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana
virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut
mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
2. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
1. Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis
dilaporkan terjadi pada 10-20% penerita.. Setelah sembuh,
testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi
kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus.
Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan
kemandulan.
3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak.
Meningitis lebih sering terjadi daripada ensefalitis. Gejalanya
berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau
kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. Gejala yang dapat terjadi
adalah sakit kepala, demam, mual, muntah, dan meningismus.
Ditandai perubahan kesadaran atau gangguan kesadaran.
Pleocytosis yang terjadi pada cairan sumsum tulang. Dalam
klinis didiagnosis meningoencephalitis, yaitu gambaran cairan
sumsum tulang mononuclear pleocytosis yang terjadi, gukosa
tidak normal dan hypoglycorrhachia. Virus gondok mungkin
terisolasi dari cairan sumsum tulang pada awal penyakit.
Gondok meningoencephalitis membawakan prognosa yang
baik dan biasanya dikaitkan dengan pemulihan yang baik.
Tetapi 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf
yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir
minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah
disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1
minggu dan penderita akan sembuh total.
5. Nefritis atau Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita
mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang
banyak.
6. Nefritis atau Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita
mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang
banyak.
a. Transient myelitis
b. Polineuritis
c. Infeksi otot jantung atau miokarditis
d. Infeksi kelenjar tiroid
e. Thrombocytopenia purpura
f. Mastitis atau peradangan payudara
g. Pnemonia atau Infeksi paru-paru ini juga pernah
dilaporkan sebagai komplikasi pada penderita penyakit
gondong.
h. Gangguan sensorineural telinga dan gangguan
pendengaran
F. Pengobatan

Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan


(simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar
(parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri
(antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya,
Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko
terjadinya sindroma Reye (bisa karena pengaruh aspirin pada anak-
anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya
penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri
dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis yang
membengkak tersebut.
Penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas
(pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya
diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent
gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis.
Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba,
sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala
sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease”
(penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit
gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang
sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet
makanan cair dan lunak. Pemberian imunomodulator belum terdapat
laporan penelitian yang menunjukkan efektifitasnya.

10. Pencegaha

Vaksinasi gondok merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa


kanak-kanak. Vaksin gondong biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi
dengan measles dan rubella (MMR), yang disuntikkan melalui otot paha atau
lengan atas.
Vaksin MMR diberikan secara kombinasi dan dipisahkan sekurang-
kurangnya 28 hari. Dosis pertama diberikan pada usia antara 12 dan 15
bulan, dosis yang kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Jika dosis yang kedua
ini lupa diberikan pada usia tersebut, dapat diberikan sebelum usia 12 tahun
(Wilson, 2001). Vaksin MMR adalah cara terbaik untuk mencegah gondong.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah gondong adalah
menggunakan sabun serta membersihkan permukaan meja, gagang pintu,
mainan yang sering disentuh secara teratur dengan menggunakan sabun dan
air, atau dengan menggunakan tisu pembersih.
11. Anatomi

Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang


terdiri atas dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat
bersama oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin
tulang trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid
epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi
protein.
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik
antara kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid.
Lobus anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan
iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan
ukuran kelenjar thyroid.
Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior
merangsang peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid
untuk meningkatkan sekresi hormon thyroid.

1. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme


tubuh.
2. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme
tubuh.

Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang


berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat
hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon,
yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.
12. Patofisiologi

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembekakan pada leher oleh
karena pembesaran kelejar tiroid glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Penyakit gondok
disebabkan oleh membesarnya kelenjar tiroid pada leher. Hubungan antara
penyakit ini kurangnya konsumsi yodium telah diketahui lebih dari 130
tahun yang lalu. Beberapa abad sebelum, penyakit gondok berapa abad
sebelumnya penyakit gondok di tangani menkomsumsikan pasien benda
yang kaya akan yodium seperti karang laut yang dibakar. Yodium berintraksi
dengan proten yang disebut dangan thyroglobulin, dan cincin aromatic dari
protein ter-iodinisasi. Dua dari molekul yang ter-iodinisasi tersebut
berinteraksi, membentuk suatu unik thyroxine yang berkaitan dengan
protein. Unit aromatic ini kemudian lepas dan menghasilkan suatu hormone
tiroid thyroxine yang sangat kuat.

Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tyroid pembesaran ini dapat


memiliki fungsi kelenjar (eutiroidisme), pasien tiroid (hipertiroidisme) atau
kelebihan produksi hormone hipertiroidisme terlihat pembengkakan atau
benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) yang terjadi
akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal.

Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk kupu-kupu yang terletak


dalam leher depan bawah belehan ( lobus) kiri dan kanan melekat sebelah
menyebelah di permukaan trakea (saluran nafas)menjulur ke atas dekat
laring. Belahan ini terhubung satu dengan istimus. Tiap belahan sebesar ibu
jari empunya dengan berat keselurahan 20-25 gram.

Tiroid merupakan kelenjar endokrim terbesar pada tubuh manusia.


Kelenjar tiroid mengsekresi tiroksin (T4)dan triuduk tiroin (T3). Kedua
hormon ini sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh.kekurangan
total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan metabolism basal kira-
kira 40-50% di bawah normal dan bilah kelebihan sekresi tiroid sangat hebat
dapat menyebabkan kecepatan metabolism ebasah sampai setinggi 100%
guiton di atas normal (guyton 2008) karena pentingnya fungsi tiroid ini
kelainan pada kelainan tiroid akan berpengaruh besar pada proses fisiologis
tubuh,seperti pada scenario kedua ini.

Kelenjar tiroid yang membesar di juluki gondok (struma/Guiter),yang


merupakan benjolan di permukaan terlihat mengganggu penampilan dan
dapat mengakibatkan rasa rendah diri (minder).disamping itu gondo
mengelisahkan sebagian penderitanya karena ketakutan akan tumor ganas.

Fungsi kelenjar tiroid yaitu mengatur metabolisme tubuh,sehingga segala


sesuatunya berjalan lancer dan normal didalam tubuh sesesorang makah
dikenal beberapa istilah seperti autiroid,hipertiroid dan hipotiroid.

Kegagalan pada’pengaturan’produksi hormone kelenjar gondok ini akan


menyebabkan akan terjadinya:

1. Hypothyroidism (kekurangan hormone kelenjar gondok)


2. Hyperthyroidism (kelebihan hormone kelenjar gondok)

Dampak strumat terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid


yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya.dibagian
posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus.struma dapat
mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea,esophagus dan pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernafas dan disfagia. Hal tersebut dapat
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen,nutrisis serta cairan dan
eletrolit. Bila pembesaran keluar akan member bentuk leher yang besar dan
cepat asimetris atau tidak jarang disertai kesulitan bernafas dan disfagia.
13. PERENCANAAN

Rencana tindakan yang dilakukan pada klien post operasi


thyroidectomy meliputi

Diagnosa pertama
1.Tujuan:
Jalan nafas klien efektif
2. Kriteria:
Tidak ada sumbatan pada trakhea
3. Rencana tindakan:

 Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.


 Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
 Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
 Atur posisi semifowler
 Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
 Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
 Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.

4. Rasional

 Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.


 Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
 Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
 Memberikan suasana yang lebih nyaman.
 Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan
nafas.dan ventilsassi
 Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
 Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.
Diagnosa keperawatan kedua

1. Tujuan :

Klien dapat komunikasi secara verbal

2. Kriteria hasil:

Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.

3. Rencana tindakan:

 Kaji pembicaraan klien secara periodik


 Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
 Kunjungi klien sesering mungkin
 Ciptakan lingkungan yang tenang.

4. Rasionalisasi:

 Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari
odema jaringan / sebagai efek pembedahan.
 Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
 Mengurangi kecemasan klien
 Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan
klien

Diagnosa keperawatan ketiga

1. Tujuan:

Rasa nyeri berkurang

2. Kriteria hasil:
Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku uyg
menunjukkan adanya nyeri.

3. Rencana tindakan

 Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
 Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
 Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan
leher pada saat alih posisi .
 Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
 Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

4. Rasionalisasi

 Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan


pada luka.
 Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
 Mengurangi ketegangan otot.
 Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan
menelan.
 Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.

Diagnosa keperawatan keempat

1. Tujuan:

Pengetahuan klien bertambah.

2. Kriteria hasil:

Klien berpartisipasi dalam program keperawatan

3. Rencana tindakan:
 Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
 Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya
makanan laut, kedelai, Lobak cina dll.
 Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.

4. Rasionalisasi:

 Mempertahankan daya tahan tubuh klien.


 Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
 Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.

Diagnosa keperawatan kelima

1. Tujuan

Perdarahan tidak terjadi.

2. Kriteria hasil

Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.

3. Rencana tindakan:

 Observasi tanda-tanda vital.


 Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
 Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.( > 50 cc).

4. Rasionalisasi:

 Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan


untuk mengetahui perdarahan secara dini.
 Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada
luka operasi.
 Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi.

14. EVALUASI

1. teruskan bila masalah masih ada.


2. Revisi/modifikasi bila masalah ada tetapi rencana dirubah.
3. Terpecahkan jika masalah berhasil dipecahkan.

B. studi kasus

Identitas
Nama : WM
Jeniskelamin : Perempuan
Umur : 15 tahun
Alamat : Maasing, kec. Tuminting, kota Manado SULUT
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Siswa
MRS : 21 Oktober 2008

Keluhan utama :
Benjolan pada leher sebelah kiri

Riwayat penyakit sekarang :


Benjolan pada leher sebelah kiri dialami pendrita sejak kira-kira 3
tahun yang lalu.
Awalnya benjolan berukuran kecil, namun lama-kelamaan membesar
samapai seukuran kira-kira sebesar bola kelereng.
Benjolan tidak nyeri, tidak mengganggu waktu bernafas ataupun
menelan.
Suara penderita tidak terganggu.
Riwayat jantung berdebar, mata melotot, susah tidur, sensitif terhadap suhu
dingin, berkeringat banyak, nafsu makan menurun, panurunan berat badan
disangkal penderita.

BAB/BAK biasa.

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, dan


penyakit gula disangkal oleh penderita.
Riwayat penyakit keluarga : Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam
keluarga.

Riwayat keadaan sosial : Anak I dari 2 bersaudara.

Pemeriksaan Fisik :

Tanda vital

TD : 110/70 mmHg
Respirasi : 22 x/m
Nadi : 76 x/m
Suhu rectal : 36,8º C

Kepala (THT, mata dan mulut):


Inspeksi : conjungtiva anemis (-), scelera ikterik (-), eksoftalmus (-)
Palpasi : T.A.K

Leher :
Inspeksi : ® colli anterior sinistra : Tampak massa ukuran diameter ± 3
cm, warna sama dengan sekitar, konsistensi kenyal, mobil, nyeri tekan (-)
Palpasi : Pembesaran KGB (-)

Thoraks :
Inspeksi : pergerakan nafas simetris
Auskultasi : SP rhonkhi (-)/(-), whezing (-)/(-)
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri

Abdomen :
Inspeksi : datar, lemas
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : thympani, pekak hepar (+)

Tulang belakang : T.A.K

Extremitas :
Inspeksi : T.A.K
Palpasi : akral hangat

Neurologi : Refleks fisiologis (+/+), Refleks Patologis (-/-), tremor (-)

Rectal Toucher : TSA cekat, ampula kosong, mukosa licin.


Sarung tangan : feces (-), darah (-), lendir (-)

CVA : T.A.K
Suprapubis : T.A.K
Genitalia : T.A.K

Lab saat MRS :


Hb : 14,1 gr/dl
Lekosit : 7100
Trombosit : 184.000
CT : 7’
BT : 1’
Ureum : 19
Kreatinin : 0,9
SGOT :9
SGPT : 10
GDS : 78 g/dL
T3 : 1,69 ng/dL
T4 : 106,35 ng/dL
TSH : 0,769 ng/dL
FT4 : 1,06 ng/dL
FT3 : 3,49 ng/dL
Hasil FNAB : struma colloides
Diagnosa kerja :Struma nodosa nontoksik

Tindakan / Pengobatan :
– Pro isthmolobektomi tiroid sinistra
– Pro EKG
– Pro X(-)foto thoraks

Laporan operasi :

Waktu operasi : 22 Oktober 2008


Jenis operasi : Isthmolobektomi
Jam mulai operasi : 10.00 WITA
Jam selesai operasi : 12.30 WITA
Lamanya operasi : 2 JAM 30 menit
Jalannya operasi :
• Pasien terlentang dengan general anestesi
• Asepsis dan antisepsis lapangan operasi dan dipersempit dengan doek
steril
• Insisi colar 2 jari dari atas incisura jugularis
• Diperdalam sampai m.platisma
• Dibuat flap ke atas dan bawah, flap ditegel
• Identifikasi midline dari m.pretekalis
• Midline dibuka secara tajam tiroid diluksir
• Identifikasi N.Laringeus recurent
• Identifikasi A.tiroidea inferior dan superior. Diligasi
• Jaringan tiroid dibebaskan dari trakea
• Kontrol perdarahan, pasang drain
• Luka operasi ditutup lapis demi lapis
• Operasi selesai

Intruksi post operasi :


IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Observasi vital sign dan air way
Bila sudah sadar betul dan bising usus (+) normal, boleh minum bertahap

Follow up
22 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik
A : post op. Struma nodosa non toksik h.I
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Observasi vital sign dan air way
Boleh minum bertahap

23 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik, pus (-)
A : post op. Struma nodosa non toksik h.II
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Observasi vital sign dan air way
Boleh minum bertahap
24 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik, pus (-)
A : post op. Struma nodosa non toksik h.III
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Aff drain
Diet bubur
25 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik
A : post op. Struma nodosa non toksik h.1
P : aff infus
Cefixime 2 x 100mg tab
Asam mefenamat 3 x 500mg tab
DISKUSI :

Seorang wanita umur 15 tahun datang dengan keluhan utama adanya


benjolan pada leher sebeah kiri. Benjolan ini dialami penderita sejak sekitar 3
tahun yang lalu. Awalmya benjolan berukuran kecil, namun perlahan-lahan
membesar sampai sekarang berukuran kira-kira sesbesar bola kelereng.
Benjolan ini tidak memberikan gangguan apa-apa pada penderita kecuali
masalah kosmetik, di mana penderita merasa tidak nyaman dengan leher
yang ada benjolannya.
Riwayat jantung berdebar, mata melotot, susah tidur, sensitif terhadap suhu
dingin, berkeringat banyak, nafsu makan menurun, peneurunan berat badan
disangkal oleh penderita. Hal ini menandakan tidak adanya gejala-gejala
klinis hipertiroid.
Penderita berdomisili di Maasing, kecamatan Tuminting, kota Manado. Dari
tempat tinggal penderita, maka bisa disingkirkan kemungkinan penderita
mengalami kekurangan intake iodium.
Pada pemeriksaan klinis, vital sign penderita dalam batas normal. Tidak
ditemukan eksoftalmus. Pada leher ditemukan ® colli anterior sinistra
tampak massa ukuran diemeter ± 3 cm, warna sama dengan sekitar,
konsistensi kenyal, mobil dan tidak ada nyeri tekan. Kelenjar getah bening
sekitar tidak mengalami pembesaran.
Dari pemerikasaan ini bisa disimpulkan bahwa karakteristik nodul pada
penderita ini merupakan nodul yang jinak.
Hasil pemeriksaan laboratorium menggambarkan fungsi tiroid yang normal.
Dan hasil FNAB menunjukkan nodul koloid yang tergolong pada nodul jinak.
Dengan demikian penderita ini didiagnosis dengan struma nodosa nontoksik.
Penanganan selanjutnya adalah dengan terapi pembedahan dengan indikasi
pembedahan masalah kosmetik.
Dilakukan ismolobektomi tiroid sinistra pada penderita ini, di mana
dilakukan pengangkatan satu sisi lobus tiroid.
Pasca operasi penderita diobservasi tanda-tanda vitalnya serta produksi
drain. Bila penderita sudah sadar betul boleh minum sedikit-sedikit, bila
kemudian tidak ada gangguan boleh minum bebas. Bila setelah 8 jam post
operasi tadak ada gangguan, maka penderita bisa makan dan minum bebas.
Drain dilepas setelah 24 jam post operasi dengan produksi minimai
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
a. Identifikasi klien
b. Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan
pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.

c. Riwayat penyakit sekarang


Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya
pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu
dilakukan operasi.

d. Riwayat penyakit dahulu


Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih
dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita
sama dengan klien saat ini.

f. Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau
sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang
lain.
g. Pemeriksaan fisik
₋ Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi,
nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
₋ Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya
didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan
kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang
drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
₋ Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan
sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam
jalan nafas.
₋ Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri
akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah
karena menahan sakit.
₋ Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat
peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada
akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang
hilang.
h. Pengkajian data dasar
₋ Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat, atrofi otot.
₋ Eliminasi
urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
₋ Integritas ego
mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
₋ Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan,
mual dan muntah, pembesaran tyroid.
₋ Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
₋ Keamanan
tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,
alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada
pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis,
kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat
dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva
dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
₋ Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali,
impotensi.

2 . DIAGNOSA

1. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea


secunder terhadap perdarahan, spasme laring
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penekanan daerah esofagus
3. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan
nervus laryngeal
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak
pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf
6. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah
interprestasi
7. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya
pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan.

3. INTERVENSI

1. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea


secunder terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan
sesak nafas, pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.
Tujuan : Jalan nafas klien efektif
Kriteria hasil :
₋ Tidak sesak
₋ Tidak ada sumbatan pada trachea

Intervensi :
1. Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
R/ Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
2. Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
R/ Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan
nafas.
3. Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
R/ Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
4. Atur posisi semifowler
R/ Memberikan suasana yang lebih nyaman.
5. Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
R/ Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan
jalan nafas.dan ventilsassi
6. Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
R/ Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan
nafas.
7. Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
R/ Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping
opersi.

2. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus


laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
Tujuan : Klien dapat komunikasi secara verbal
Kriteria hasil : Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.

Intervensi :
1. Kaji pembicaraan klien secara periodic
R/ Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor
kedua dari odema jaringan / sebagai efek pembedahan.
2. Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
R/ Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
3. Kunjungi klien sesering mungkin
R/ Mengurangi kecemasan klien
4. Ciptakan lingkungan yang tenang.
R/ Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan
klien

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan,


udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah
tampak tegang.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya
perilaku yang menunjukkan adanya nyeri.
Intervensi :
1. Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan
bantal kecil
R/ Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas
pada jahitan pada luka.
2. Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan
lamanya nyeri.
R/ Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan
keefektifan terapi.
3. Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk
menahan leher pada saat alih posisi .
R/ Mengurangi ketegangan otot.
4. Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
R/ Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang
menjalani kesulitan menelan.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesik.
R/ Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.

4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi


yang ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria hasil : Klien berpartisipasi dalam program keperawatan
Intervensi :
1. Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
R/ Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
2. Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik
misalnya makanan laut, kedelai, Lobak cina dll.
R/ Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
3. Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
R/ Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.

5. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya


pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan :tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat
digunakan untuk mengetahui perdarahan secara dini.
2. Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
R/ Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan
pada luka operasi.
3. Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.(> 50 cc).
R/ Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan daerah
esophagus
Tujuan : nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil : berat badan kembali normal,napsu makan klien bertambah, klien
mempertahankan intake makanan dan minuman
Intervensi :
1. Beri kesempatan klien untuk mendiskusikan alasan untuk tidak makan
R/ mengkaji penyebab gangguan makan
2. Observasi dan catat asupan pasien ( cair dan padat )
R/ mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang diperlukan
3. Tentukan makanan kesukaan klien
R/ meningkatkan napsu makan
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/ meningkatkan masukan nutrisi
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
Tujuan :klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri
Kriteria hasil :mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya,
mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
Intervensi :
1. Berikan waktu untuk pasien mengekspresikan perasaanya tentang perubahan dan
penampilan dan fungsi
R/ perawat mampu memberikan solusi yg rasional sesuai dengan kondisi pasien
sehinnga mampu meningkatkan rasa percaya diri klien
2. Identifikasi dan tekankan kekuatan pasien serta bantu pasien menyusun tujuan
realistik
R/ untuk memudahkan adaptasi terhadap kehilangan fungsi dan pemulihan.
3. Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
R/ kenali bahwa apa yang mungkin tampak merupakan perubahan kecil yang
bermakna bagi pasien
4. Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
R/ membantu memulihkan mempertahankan koping yg efektif dan merasakan diri
mereka sebagai individu yang bergerak
5. Dorong pasien melakukan perawatan diri
R/ untuk meningkatkan rasa kemandirian dan kontrol
6. Bimbing dan kuatkan pasien pada aspek – aspek positif dari penampilannya dan
upayanya dalam menyusaikan diri dengan perubahan citra tubunya
R/ untuk mendukung adaptasi dan kemajuan yang berkelanjutan.
7. Ajarkan dan dorong strategi koping dan sehat
R/ untuk membantu pasien mengatasi perilaku yang tidak produktif
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Mumps atau gondok disebabkan oleh paramyxovirus. Sebelum vaksin


sekitar 50% anak-anak mengalami gondok. Sekitar 200.000 kasus yang
dilaporkan pada tahun 1964 sebelum pengenalan vaksin dibandingkan
dengan 291 kasus pada tahun 2005. Gejala yang terjadi pada penyakit
Mumps adalah meningkatnya suhu tubuh dan rasa ketidaknyamanan
pada rahang, kemudian disertai dengan pembengkakan kelenjar parotis.
Seringkali terjadi pembengkakan yang tidak merata, satu sisi wajah
dahulu sebelum sisi yang lainnya. Suhu tubuh akan naik menjadi 40°C dan
bengkaknya terasa nyeri.
Pencegahan penyakit gondok yang terbaik adalah dengan vaksin yang
biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan measles dan rubella
(MMR). Cara lain yang dapat dilakukan yaitu : mencuci tangan dengan
baik dan menggunakan sabun, mengajarkan pola hidup bersih kepada
anak, tidak membagi peralatan makan, membersihkan permukaan meja,
gagang pintu, mainan yang sering disentuh secara teratur dengan
menggunakan sabun dan air, atau dengan menggunakan tisu pembersih.
Tidak ada pengobatan khusus untuk gondong. Demam dapat dikurangi
dengan pemberian acetaminophen/paracetamol (thylenol).
B. Saran
Jagalah kesehatan yang telah diberikan oleh Tuhan sebagai anugrah
terbesar sehingga kita terhindar dari Mumps virus yang dapat
menyebabkan penyakit gondok dan dapat mengganggu aktifitas kita
sehari-hari dengan melakukan pencegahan di secara dini dan jangan lupa
menjaga kebersihan baik dari badan, tempat, maupun pakaian karena
dengan kebersihan semoga kita terhindar dari virus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Keslikers.blogspot.co.id/2015/01/makalah-penyakit-gondok.html
https://id.scribd.com/doc/269871994/makalah-struma-atau-gondok
amin huda hardhi kusuma,2016,penerapan diagnose nanda, nic,noc dalam
berbagai kasusu,jlsunan kudus No. 228 ringroad barat.
http://perawatanestesiindonesia.blogspot.co.id/2011/04/bab-i-
pendahuluan-latar-belakang-struma.html
https://mangsholeh.wordpress.com/2009/03/04/laporan-kasus-struma/

Anda mungkin juga menyukai