Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Struma
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Struma
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
A. Konsep medis
1. Definisi Penyakit Struma/Gondok
2. Etiologi
1. Denifisiensi lodium
2. Kelainan betabolik kongenital yang menghambat sintesa
hormon tiroid
3. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti subtansi
dalam kol, lobak, kacang kedelai)
4. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
3. Manifestasi Klinik
5. Penatalaksanaan
1. Operasi/pembedahan
2. Yodium radioaktif
6. pengkajian
1. pengumpulan data
2. Anamnese
3. Dari anamnese diperoleh:
4. Identifikasi klien.
5. Keluhan utama klien.
6. Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan
pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
7. Riwayat penyakit sekarang
8. Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher
yang semakin membesar sehingga mengakibatkan
terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus
sehingga perlu dilakukan operasi.
9. Riwayat penyakit dahulu
10. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok
lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar
berpenyakit gondok.
11. Riwayat kesehatan keluarga
12. Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita
sama dengan klien saat ini.
13. Riwayat psikososial
14. Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau
sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan
orang lain.
15. Pemeriksaan fisik
16. Keadaan umum
17. Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi,
nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
18. Kepala dan leher
19. Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya
didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan
kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang
drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
20. Sistim pernafasan
21. Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan
sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan
nafas.
22. Sistim Neurologi
23. Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena
menahan sakit.
24. Sistim gastrointestinal
25. Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan
asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan
hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
a. Aktivitas/istirahat
26. insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,
atrofi otot.
a. Eliminasi
27. urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
a. Integritas ego
28. mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
a. Makanan/cairan
7. Gejala
8. Penularan
1. Pemeriksaan Laboratorium
Mengingat penegakan diagnosis hanya secara klinis, maka
pemeriksaan laboratorium tidak terlalu bermanfaat. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan leucopenia dengan limfosiotsis relative,
didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang
mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi
normal kembali dalam dua minggu.
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah
telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondok
sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan anjuran
pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3
uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies:
Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor
antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
Hampir semua anak yang menderita gondok akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2
minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana
virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut
mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
2. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
1. Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis
dilaporkan terjadi pada 10-20% penerita.. Setelah sembuh,
testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi
kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus.
Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan
kemandulan.
3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak.
Meningitis lebih sering terjadi daripada ensefalitis. Gejalanya
berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau
kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. Gejala yang dapat terjadi
adalah sakit kepala, demam, mual, muntah, dan meningismus.
Ditandai perubahan kesadaran atau gangguan kesadaran.
Pleocytosis yang terjadi pada cairan sumsum tulang. Dalam
klinis didiagnosis meningoencephalitis, yaitu gambaran cairan
sumsum tulang mononuclear pleocytosis yang terjadi, gukosa
tidak normal dan hypoglycorrhachia. Virus gondok mungkin
terisolasi dari cairan sumsum tulang pada awal penyakit.
Gondok meningoencephalitis membawakan prognosa yang
baik dan biasanya dikaitkan dengan pemulihan yang baik.
Tetapi 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf
yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir
minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah
disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1
minggu dan penderita akan sembuh total.
5. Nefritis atau Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita
mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang
banyak.
6. Nefritis atau Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita
mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang
banyak.
a. Transient myelitis
b. Polineuritis
c. Infeksi otot jantung atau miokarditis
d. Infeksi kelenjar tiroid
e. Thrombocytopenia purpura
f. Mastitis atau peradangan payudara
g. Pnemonia atau Infeksi paru-paru ini juga pernah
dilaporkan sebagai komplikasi pada penderita penyakit
gondong.
h. Gangguan sensorineural telinga dan gangguan
pendengaran
F. Pengobatan
10. Pencegaha
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembekakan pada leher oleh
karena pembesaran kelejar tiroid glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Penyakit gondok
disebabkan oleh membesarnya kelenjar tiroid pada leher. Hubungan antara
penyakit ini kurangnya konsumsi yodium telah diketahui lebih dari 130
tahun yang lalu. Beberapa abad sebelum, penyakit gondok berapa abad
sebelumnya penyakit gondok di tangani menkomsumsikan pasien benda
yang kaya akan yodium seperti karang laut yang dibakar. Yodium berintraksi
dengan proten yang disebut dangan thyroglobulin, dan cincin aromatic dari
protein ter-iodinisasi. Dua dari molekul yang ter-iodinisasi tersebut
berinteraksi, membentuk suatu unik thyroxine yang berkaitan dengan
protein. Unit aromatic ini kemudian lepas dan menghasilkan suatu hormone
tiroid thyroxine yang sangat kuat.
Diagnosa pertama
1.Tujuan:
Jalan nafas klien efektif
2. Kriteria:
Tidak ada sumbatan pada trakhea
3. Rencana tindakan:
4. Rasional
1. Tujuan :
2. Kriteria hasil:
3. Rencana tindakan:
4. Rasionalisasi:
Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari
odema jaringan / sebagai efek pembedahan.
Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
Mengurangi kecemasan klien
Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan
klien
1. Tujuan:
2. Kriteria hasil:
Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku uyg
menunjukkan adanya nyeri.
3. Rencana tindakan
Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan
leher pada saat alih posisi .
Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
4. Rasionalisasi
1. Tujuan:
2. Kriteria hasil:
3. Rencana tindakan:
Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya
makanan laut, kedelai, Lobak cina dll.
Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
4. Rasionalisasi:
1. Tujuan
2. Kriteria hasil
3. Rencana tindakan:
4. Rasionalisasi:
14. EVALUASI
B. studi kasus
Identitas
Nama : WM
Jeniskelamin : Perempuan
Umur : 15 tahun
Alamat : Maasing, kec. Tuminting, kota Manado SULUT
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Siswa
MRS : 21 Oktober 2008
Keluhan utama :
Benjolan pada leher sebelah kiri
BAB/BAK biasa.
Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Respirasi : 22 x/m
Nadi : 76 x/m
Suhu rectal : 36,8º C
Leher :
Inspeksi : ® colli anterior sinistra : Tampak massa ukuran diameter ± 3
cm, warna sama dengan sekitar, konsistensi kenyal, mobil, nyeri tekan (-)
Palpasi : Pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Inspeksi : pergerakan nafas simetris
Auskultasi : SP rhonkhi (-)/(-), whezing (-)/(-)
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri
Abdomen :
Inspeksi : datar, lemas
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : thympani, pekak hepar (+)
Extremitas :
Inspeksi : T.A.K
Palpasi : akral hangat
CVA : T.A.K
Suprapubis : T.A.K
Genitalia : T.A.K
Tindakan / Pengobatan :
– Pro isthmolobektomi tiroid sinistra
– Pro EKG
– Pro X(-)foto thoraks
Laporan operasi :
Follow up
22 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik
A : post op. Struma nodosa non toksik h.I
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Observasi vital sign dan air way
Boleh minum bertahap
23 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik, pus (-)
A : post op. Struma nodosa non toksik h.II
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Observasi vital sign dan air way
Boleh minum bertahap
24 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik, pus (-)
A : post op. Struma nodosa non toksik h.III
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Aff drain
Diet bubur
25 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik
A : post op. Struma nodosa non toksik h.1
P : aff infus
Cefixime 2 x 100mg tab
Asam mefenamat 3 x 500mg tab
DISKUSI :
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Identifikasi klien
b. Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan
pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
f. Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau
sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang
lain.
g. Pemeriksaan fisik
₋ Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi,
nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
₋ Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya
didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan
kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang
drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
₋ Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan
sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam
jalan nafas.
₋ Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri
akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah
karena menahan sakit.
₋ Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat
peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada
akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang
hilang.
h. Pengkajian data dasar
₋ Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat, atrofi otot.
₋ Eliminasi
urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
₋ Integritas ego
mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
₋ Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan,
mual dan muntah, pembesaran tyroid.
₋ Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
₋ Keamanan
tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,
alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada
pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis,
kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat
dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva
dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
₋ Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali,
impotensi.
2 . DIAGNOSA
3. INTERVENSI
Intervensi :
1. Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
R/ Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
2. Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
R/ Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan
nafas.
3. Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
R/ Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
4. Atur posisi semifowler
R/ Memberikan suasana yang lebih nyaman.
5. Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
R/ Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan
jalan nafas.dan ventilsassi
6. Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
R/ Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan
nafas.
7. Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
R/ Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping
opersi.
Intervensi :
1. Kaji pembicaraan klien secara periodic
R/ Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor
kedua dari odema jaringan / sebagai efek pembedahan.
2. Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
R/ Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
3. Kunjungi klien sesering mungkin
R/ Mengurangi kecemasan klien
4. Ciptakan lingkungan yang tenang.
R/ Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan
klien