2 9 ( i )
MENUJU KEMITRAAN PERUSAHAAN–MASYARAKAT
Elemen-elemen yang Perlu Dipertimbangkan oleh Perusahaan Perkebunan Kayu di Indonesia
Menuju Kemitraan
Perusahaan–Masyarakat
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, Aditya Alit Suhartanto
Julia Maturana
Nicolas Hosgood
Aditya Alit Suhartanto
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat
Julia Maturana
Center for International Forestry Research (CIFOR)
Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor Barat 16680, Indonesia
E-mail: j.maturana@cgiar.org
Nicolas Hosgood
French Institute of Forestry, Agricultural and Environmental Engineering (ENGREF)
648 rue Jean-Francois Breton, 34093 Montpellier, France
E-mail: nickhosgood@hotmail.com
Diterbitkan oleh
Center for International Forestry Research
Alamat pos: P.O. Box 6596 JKPWB, Jakarta 10065, Indonesia
Alamat kantor: Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang,
Bogor Barat 16680, Indonesia
Tel. : +62 (251) 622622
Fax. : +62 (251) 622100
E-mail: cifor@cgiar.org
Situs: http://www.cifor.cgiar.org
iii
Daftar Isi
Singkatan iv
Daftar Istilah v
Ucapan Terimakasih vi
Ringkasan Eksekutif vii
Pendahuluan 1
Pengenalan Area Studi 3
Dinamika saat ini 6
Batasan Studi 7
Studi Kasus 8
Musi Hutan Persada (MHP) 9
Wira Karya Sakti (WKS) 9
Arara Abadi (AA) 10
Inti Indo Rayon (IIR) 10
Metodologi 13
Investasi Pengembangan Masyarakat dan Konflik-konflik Lahan 13
Nilai Area 13
Hasil 32
Pengaruh Investasi Pengembangan Masyarakat pada Area yang telah
Dipengaruhi oleh Klaim-klaim 32
Penilaian area 32
Keragaman Sumberdaya yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Setempat 32
Nilai Sumberdaya yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Setempat 33
Pembahasan 36
Pengaruh-pengaruh Pengembangan Masyarakat terhadap Klaim-klaim Saat Ini 36
Meletakkan Nilai pada Sumberdaya Hutan 38
Isu-isu lain 39
Kesimpulan 41
Rekomendasi 42
Referensi 44
Lampiran 46
iv
Singkatan
AA Arara Abadi – Perusahaan perkebunan yang terkait dengan IKPP dan APP
APP Asia Pulp and Paper
APRIL Asia Pacific Resources International Holdings
BPS Biro Pusat Statistik
C-C Perusahaan – Masyarakat
CD Pengembangan Masyarakat
HTI Hutan Tanam Industri
HTPK Hutan Tanam Pola Kemitraan
IIR Inti Indo Rayon – Perusahaan perkebunan terkait dengan TPL Pulp Mill
dan RAPP (hingga tahun 2002)
IKPP Indah Kiat Pulp and Paper
MHBM Mengelola Hutan Bersama Masyarakat
MHP Musi Hutan persada – Perusahaan perkebunan terkait dengan group TEL
Mill dan Barito Pacific
NGO Organisasi Non Pemerintah
PDM Metode Distribusi Kerikil
PIR Perkebunan Inti Rakyat
PMDH Pembinaan Masyarakat Desa Hutan
PT Perseroan terbatas
RAPP Riau Andalan Pulp and Paper Group
SMG Sinar Mas Group
tonne metrik ton (1000 kg)
TEL Tanjung Enim Lestari Mill
TPL Toba Pulp Lestari Pulp Mill
WKS Wira Karya Sakti – Perusahaan perkebunan terkait dengan Lontar Papyrus
Mill dan Group APP
v
Daftar Istilah
Ucapan Terimakasih
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih Johan Louw, WKS; Bapak Haris Adhianto,
kepada berbagai pihak yang memberikan WKS; Bapak Mark Werren, Wakil Pimpinan,
komentar dan dukungan yang bermanfaat Asia Pacific Resources International Holding
selama persiapan dan pelaksanaan kegiatan (APRIL) Riau Forestry; Mr. Eliezer Lorenzo,
lapangan hingga terselesaikannya laporan ini. Staf Senior lingkungan, Riau Pulp, Riau Andalan
Pulp and Papper Group (RAPP); Bapak Kirmadi
Kepada CIFOR: Divisi Pengembangan Masyarakat, RAPP;
Manuel Boissierie; Douglas Sheil;Romain Bapak Harjono Arisman, Direktur Musi Hutan
Pirard;Chris Barr;Glen Mulcahy; Chistian Persada (MHP); Bapak Muhammad Aminullah,
Cossalter;Philippe Guizol;Rosita Go;David Divisi Pengembangan Masyarakat, MHP;
Kaimowitz;Luluk Suhada; Chris Barr; Yemi Bapak Edy Purwanto, Divisi Kehutanan, MHP;
Katerere, Ani Nawir dan Gideon Suharyanto. Bapak Untung Alfan, Manajer Pengembangan
Masyarakat, Muara Enim; Bapak Erwin Dunovan,
Kepada Penilai luar Pengembangan Masyarakat, MHP; Bapak Firman
Dr. Sonja Vermeulen, Kolega Riset, Forestry and Purba, Direktur, Toba Pulp Lestari Pulp Mill;
Land Use Programme International Institute Bapak Toni Wood, Manager Umum Kehutanan,
for Environmental and Development (IIED); Dr TPL, para staf tingkat kabupaten dan kecamatan
Digby Race, Angota Riset, Community and Farm dari setiap perusahaan di Gunung Megang,
Forestry, Australian National University (ANU); Bedahara, Kampar dan Dolog Sagul.
Phillipe Lyssens, Konsultan Pengembangan
Usaha. Kepada Pihak Departemen Kehutanan,
Pemerintah Daerah, Biro Pusat Statistik (BPS)
Ucapan terimakasih juga untuk penterjemahan, dan kantor NGO setempat di tingkat Kabupaten
format dan editing: Devi Kausar, Dicky Purwanto dan Kecamatan di Sumatera Utara, Riau, Jambi,
dan Kriswanto. dan Sumatera Selatan.
Kepada pihak perkebunan Kepada Ibu Ratnawati Siahaan, Kepala Desa dan
Dr. Steve Shih, Direktur Senior, Divisi Kehutanan, masyarakat Desa Talang Belanti, Bagan Tengah,
Group Sinar Mas; Joice Budisosanto, Manager Kuntu Toeroba, Jiat Kramat dan Lumban atas
Umum, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, dukungan penuh dan kolaborasi dalam studi
Group Sinar Mas; Bapak Subardjo, Direktur ini.
PT. Arara Abadi (AA); Bapak Faizal Toh Hoon
Chiong, Kepala Divisi Kehutanan, AA; Bapak Secara khusus ucapan terima kasih saya
John Casey, Divisi Pengembangan Masyarakat, sampaikan kepada pemerintah Belanda
AA; Bapak Yap Jiunn, Kepala Divisi Kehutanan, serta staf mitra program profesional atas
Wira Karya Sakti (WKS); Dr. Hari Witono Kepala dukungannya selama kegiatan riset yang saya
Divisi Pengembangan Masyarakat, WKS; Bapak lakukan di CIFOR.
vii
Ringkasan Eksekutif
pada pagi hari dan menjelang sore, sedangkan rendah per ha namun memiliki nilai yang tinggi
siang hari digunakan untuk bersama-sama per kepala keluarga.
dengan penduduk melihat area yang mereka Pe n g a r u h p o s i t i f d a r i i n v e s t a s i
kelola atau sumberdaya alam yang mereka Pengembangan Masyarakat terhadap besarnya
panen. area yang dipengaruhi oleh klaim dapat
Total biaya yang diinvestasikan dalam dijelaskan dengan fakta bahwa jumlah uang
pengembangan masyarakat secara statistik yang besar dikeluarkan dalam satu desa
menunjukkan pengaruh positif pada area yang kecil. Hal ini akan memunculkan celah yang
mengalami konflik (area yang dipengaruhi besar bagi masyarakat untuk mendapatkan
oleh klaim): kabupaten dengan pembiayaan manfaat keuangan yang besar dengan
yang besar menunjukkan jumlah area yang memunculkan konflik lahan. Sebagai tambahan,
dipengaruhi klaim yang lebih luas (2003). pengembangan infrastruktur (sosial, pendidikan,
Sehingga investasi Pengembangan Masyarakat jalan, dll) adalah merupakan komponen kuat
terlihat memunculkan klaim-klaim lahan jika dalam program pengembangan masyarakat,
dibanding mengurangi klaim-klaim tersebut. mendorong kembalinya masyarakat yang telah
Hasil regresi menunjukkan bahwa setiap meninggalkan desa (untuk mencari taraf hidup
400 dolar AS investasi dalam Pengembangan yang lebih baik) ke desa atau kebun mereka.
Masyarakat memunculkan tambahan satu ha Investasi tersebut menghasilkan insentif yang
lahan yang di klaim. diperlukan bagi mereka untuk melakukan klaim
Sebagai tambahan, kita berharap untuk hak atas tanah mereka (yang sebelumnya
mengobservasi lebih dari 2000 ha tanah ditinggalkan) yang telah menjadi konsesi.
yang terjadi klaim pada setiap kabupaten Selanjutnya, beberapa bentuk pengeluaran
yang sedang dalam konsesi HTI, walaupun menjadi lemah untuk dijelaskan penggunaannya,
pembiayaan pengembangan masyarakatnya dan meninggalkan celah penggunaan uang yang
tidak ada sama sekali - luas area konflik oleh menguntungkan satu atau beberapa anggota
karenanya juga dipengaruhi oleh faktor lain masyarakat, sehingga terdapat kemungkinan
yang tidak dimasukkan dalam model. pengeluaran uang yang tidak untuk memecahkan
Sekitar 58% perbedaan yang terjadi pada isu konflik lahan masyarakat dan dapat
area yang sedang dalam klaim adalah akibat memungkinkan timbulnya konflik lainnya.
dari perubahan atau perbedaan pada investasi Walaupun hasil studi ini tidak mendukung
pengembangan masyarakat. Model ini relatif pengurangan atau peniadaan biaya-biaya
tepat, walaupun terdapat elemen tambahan pengembangan masyarakat, perusahaan perlu
lain yang menjelaskan ukuran area yang untuk lebih memahami alasan dan motivasi
dipengeruhi oleh klaim. dari klaim di dalam area HTI dan bagaimana
Area pasca tebang penting bagi kehidupan menginvestasikan Pengembangan Masyarakat
masyarakat; dan kita mendapatkan informasi untuk mendapatkan manfaat bagi kedua
mengenai 307 produk yang penting bagi pihak, masyarakat dan perusahaan. Pada
masyarakat di dalam 7 kategori. Namun tidak tingkat perusahaan, analisis yang lebih dalam
ada satupun produk yang disebut sebagai sangat diperlukan untuk mengkaji alasan-alasan klaim
penting atau kritis bagi masyarakat karena ketika perusahaan menemukan lahan sedang
masyarakat masih bisa mendapatkan pengganti dipengaruhi klaim lebih luas, dimana uang yang
dari semua jenis tersebut. sudah dibelanjakan juga lebih besar. Temuan
Nilai rata-rata dari lahan yang digunakan kita memperlihatkan perlunya pemikiran ulang
per ha per tahun dari setiap desa yang diteliti, secara benar bagaimana membelanjakan uang
yang terdiri dari dua jenis lahan yang dikelola dalam Pengembangan Masyarakat.
masyarakat desa yaitu ladang dan kebun, Kita bisa membantu meningkatkan
menunjukkan nilai antara 350 dolar AS hingga pemahaman perusahaan tentang pentingnya
730 dolar AS per tahun, mewakili 630 – 1400 dolar lahan dan sumberdaya bagi masyarakat di
AS per keluarga per tahun. Rentang nilai yang dalam kawasan HTI dengan memperlihatkan
cukup besar menunjukkan keragaman sistem: bagaimana pentingnya sumberdaya tertentu
dimana pada beberapa lokasi masyarakat dan darimana masyarakat mendapatkannya.
memiliki area yang lebih sempit yang dikelola Informasi ini penting dalam mengembangkan
lebih intensif untuk pertanian dan menunjukkan skema pemberdayaan masyarakat yang berhasil
nilai per ha yang tinggi namun nilai yang rendah dengan memperhitungkan pemberian area dan
per kepala keluarga. Sedangkan lokasi lain sumberdaya.
memiliki kebun yang luas dengan nilai yang
ix
Nilai lahan dalam kawasan HTI berkisar area dan bagaimana mereka menilai manfaat
antara 350 hingga 700 dolar AS per ha per tersebut. Namun hasil tersebut tidak selamanya
tahun pada lima kawasan yang dipelajari. Nilai mewakili masyarakat atau daerah lain. Nilai-
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang ada hanyalah sebagai perkiraan
manfaat yang diterima dari penanaman untuk pembanding atau nilai untuk daerah
tumbuhan untuk bubur kertas. Walaupun tidak studi tersebut saja. Namun perusahaan perlu
dapat membuat perbandingan antara nilai untuk menghitung daerah lainnya yang akan
lahan yang ditawarkan dan nilai yang dihitung dimasukkan dalam perjanjian.
pada lokasi tertentu, perbedaan yang besar Hasil studi lapangan memastikan bahwa
antara kedua nilai tersebut merupakan suatu masyarakat sangat bergantung sepenuhnya pada
penjelasan bagaimana rendahnya penerimaan ekosistem yang telah dibuka (baik dari segi alam
masyarakat terhadap perusahaan dalam suatu maupun antropologis) untuk kehidupan mereka.
perjanjian kemitraaan. Dan tidak ada satupun Belum ada satu studi khusus yang menunjukkan
yang berlanjut setelah periode satu rotasi keragaman produk yang dihasilkan dari daerah
(7 tahun). ini atau menentukan tingkat kepentingan
Penting untuk digarisbawahi bahwa nilai relatif produk-produk tersebut bagi penduduk.
yang dihitung menggambarkan nilai dari Perusahaan awalnya mempertimbangkan
suatu kawasan pada desa-desa tertentu yang kawasan-kawasan ini sebagai area yang tidak
termasuk dalam studi ini dan tidak akan memiliki nilai apapun bagi masyarakat.
menggambarkan keseluruhan area konsesi dari Perusahaan perlu untuk menghitung
setiap perusahaan. Metodologi yang digunakan, nilai area konsesi bagi masyarakat apabila
yang berbasis kepada persepsi masyarakat, mereka mengharapkan adanya perubahan dan
berguna untuk menghitung jumlah uang yang penerimaan masyarakat dalam jangka waktu
seharusnya ditawarkan dalam suatu perjanjian, panjang terhadap perjanjian antara masyarakat
karena metodologi ini memperhitungkan apa dengan perusahaan.
yang didapat oleh masyarakat dari suatu
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 1
PENDAHULUAN
Perhatian terhadap isu-isu sosial dan konsesi penebangan di dalam lahan yang
pengembangan hubungan-hubungan sosial dimiliki oleh negara), telah memunculkan
terkait dengan penduduk lokal atau masyarakat konflik di Brasil (dan tempat-tempat lainnya)
setempat telah semakin penting bagi (Borges 1996); Canada (UoA 1997); Guyana
perusahaan-perusahaan perkebunan tanaman (FPP 1994, 1999); Indonesia (Suyanto dkk.
di Indonesia dan seluruh dunia. Pengurangan 2000, 2004; WALHI 2003); Sabah dan Serawak
area tanam, terhentinya operasi, kerusakan di Malaysia (Wong 2001) Afrika Selatan dan
kebun, biaya-biaya transaksi merupakan akibat Zimbabwe (Mulenga 2000).
dari masalah sosial yang akan menjadi beban Di Indonesia konflik-konflik muncul dari
keuangan sekaligus reputasi buruk. kenyataan bahwa hak-hak masyarakat atau adat
Perkebunan tanaman telah didorong diakui namun tidak selalu dihargai. Masyarakat
sebagai suatu cara untuk menghasilkan produk yang telah menduduki dan mengelola lahan
hasil hutan dan mengurangi deforestasi. Secara negara dari generasi ke generasi memiliki
global, jumlah keseluruhan hutan tanaman hak-hak penggunaan untuk kawasan tersebut
telah meningkat dari hampir 40 juta ha pada (dikenal sebagai hukum adat). Walaupun
tahun 1980 hingga menjadi lebih dari 80 juta hak-hak adat telah disetujui sebagai hukum
ha pada tahun 1995. Bahkan menjadi berlipat adat di dalam UU Kehutanan tahun 1999 dan
ganda luasnya dalam lima tahun selanjutnya perundang-undangan lainnya, namun hak adat
hingga mencapai 187 juta ha pada tahun 2000 atas lahan tidak ditemukan dalam kawasan
( FAO 1997, 2003a). hutan, karena kawasan hutan tersebut masih
Meskipun mayoritas area perkebunan dikategorikan sebagai milik negara. Hal inilah
tanaman dimiliki oleh pihak swasta, pengembangan yang memicu kontroversi dan konflik.
perkebunan ternyata juga dilakukan pada area Di Indonesia saat ini, hal penting yang
lahan publik. Tidak ada data pasti mengenai menjadi perhatian utama perusahaan perkebunan
kepemilikan lahan, namun kepemilikan tanaman adalah mencoba memperkecil konflik
perkebunan yang telah dilaporkan adalah 33% lahan yang terkait dengan tumpang tindih
dimiliki oleh publik/masyarakat umum, 26% oleh pengelolaan dalam bentuk konsesi. Saat ini
swasta dan 41 % tidak jelas (FAO 2001). terdapat dua pendekatan yang telah digunakan
Pe r k e b u n a n t a n a m a n y a n g t e l a h dengan sasaran lokal yang terkait dengan konflik
dikembangkan pada lahan publik dapat area konsesi.
dihubungkan dengan konflik-konflik yang terkait Pendekatan tersebut adalah termasuk
dengan penguasaan terhadap sumberdaya di manfaat pendanaan secara langsung,
antara kelompok atau perwakilan. Konflik- pengembangan proyek infrastruktur atau
konflik yang terjadi antara masyarakat setempat agrikultur dibawah program Pngembangan
atau adat dengan swasta penerima konsesi atau Masyarakat yang telah disyaratkan secara
pemerintah utamanya adalah akibat tumpang hukum (UU No. 5/1967; PP No. 7/1990; UU No.
tindih hak (tidak selalu hak-hak yang diatur 41/1990; PP No. 34/2002)1 dan keterlibatan
secara legal) terhadap lahan. Hak-hak konsesi masyarakat sebagai mitra dalam pengembangan
dalam pengembangan perkebunan tanaman perkebunan tanaman.
serta lainnya, yang melibatkan hak-hak atas Pe m b i a y a a n d a l a m Pe n g e m b a n g a n
lahan (seperti pemberian izin tambang dan Masyarakat memerlukan dana yang besar,
1
Kewajiban pemegang konsesi HTI antara tahun 1990 sampai 2002 pada aspek Pengembangan
Masyarakat, antara lain: mendukung pembangunan area, pembangunan regional, dan pembangunan
kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar area kerja; mengalokasikan 20% kepemilikan
perusahaan kepada koperasi milik masyarakat, sebagai bentuk kompensasi untuk masyarakat;
menyisihkan 20% dari keuntungan perusahaan untuk membimbing dan mengembangkan Koperasi
Unit Desa (KUD) dan warga miskin yang membutuhkan bantuan; membantu pemerintah membangun
fasilitas keagamaan, kesehatan dan pendidikan (WALHI 2003).
2 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
bervariasi dari satu perusahaan dengan Pada sisi lain, dalam kerjasama-kerjasama
perusahaan lainnya serta kasuistik (Tabel 1). kemitraan dengan masyarakat, perusahaan yang
Walaupun terdapat satu persepsi umum dari mengelola lahan konflik dan berbagi keuntungan
perusahaan-perusahaan perkebunan bahwa saat pemungutan hasil, juga menawarkan
investasi dalam Pengembangan Masyarakat kesempatan kerja selama pengembangan
akan memberikan suatu gambaran positif bagi perkebunan. Keuntungan dihitung berdasarkan
perusahaan dan memperbaiki hubungan mereka pendapatan dikurangi biaya-biaya operasional
dengan masyarakat lokal, masih belum secara perusahaan tanpa memasukkan perhitungan nilai
pasti diketahui apakah investasi-investasi lahan (yang disumbangkan masyarakat kepada
tersebut memberikan efek langsung dalam sistem tersebut). Alasan utama adalah bahwa
mengurangi jumlah lahan yang menjadi konflik perusahaan-perusahaan telah mendapatkan
bagi perusahaan-perusahaan. ketetapan legal terhadap hak atas lahan.
Penanaman sayuran yang dikembangkan oleh petani dengan dukungan perusahaan (Foto oleh Philippe Guizol)
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 3
Hutan karet (Hevea brasiliensis) dalam area konsesi HTI (Foto oleh Philippe Guizol)
Strategi kerjasama kemitraan sama pada semua kemitraan dalam jangka panjang apabila
perusahaan, yaitu menawarkan pembagian perusahaan dan masyarakat menggunakan nilai
(40% untuk mitra masyarakat) keuntungan atau tersebut sebagai harga dasar yang ditawarkan
produk. Walau perusahaan melihat perjanjian atau diterima untuk konversi lahan bagi
tersebut sebagai cara untuk menangani dan perkebunan tanaman.
mengurangi konflik lahan, akan tetapi mereka
juga sadar akan adanya penerimaan yang rendah Pengenalan Area Studi
dari masyarakat dan mengalami kesulitan dalam Indonesia pada akhir era 80-an secara besar-
mempertahankan perjanjian tersebut lebih dari besaran menginvestasikan pengembangan
satu periode rotasi. industri bubuk kertas (pulp). Total kapasitas
Dokumen ini memfokuskan pada: (1) produksi di Indonesia meningkat dari 515.000
pengujian efek dari pembiayaan pengembangan ton/tahun pada 1987 menjadi 3,9 juta ton/
masyarakat pada lahan konflik dengan regresi tahun pada tahun 1997 (Barr 2001). Total
ekonometri, (2) memperkirakan nilai area yang produksi hingga tahun 2002 mencapai 5,6 juta
dikelola oleh masyarakat untuk menghitung ton (FAO) 2003b).
jumlah minimal pendanaan yang harus Untuk memastikan suplai serat bagi
disampaikan dalam skema kemitraan. industri bubuk kertas yang baru dikembangkan,
Fokus pertama harus mampu banyak area lahan hutan yang dikelola oleh
memperlihatkan pengaruh dari pembiayaan- pemerintah telah dialokasikan izinnya bagi
pembiayaan Pengembangan Masyarakat kepentingan Hutan Tanaman Industri (HTI) sejak
terhadap konflik-konflik lahan dan dapat 19842 sebagai suatu upaya mempromosikan
menjadi alat dalam proses pengambilan kepentingan negara dalam pengembangan
keputusan bagi perusahaan. Fokus kedua hutan tanaman. Total keseluruhan kawasan
(mendapatkan nilai lahan) dapat digunakan yang telah dialokasikan melalui izin-izin HTI
dalam membantu mengurangi konflik-konflik mencapai 5,38 juta ha (DEPHUT 2003) dimana
lahan dan memastikan adanya penerimaan hampir 41% terkonsentrasi di Sumatera.
2
Keputusan Menteri Kehutanan No. 20/Kpts-II/1983; No. 320/Kpts-II/1986; No. 471/Kpts-II/1989; Peraturan
Pemerintah No. 7/1990
4 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Ekstraksi karet dari kawasan hutan pada area konsesi HTI di Jambi (Foto oleh Philippe Guizol)
Adanya lahan yang akan digunakan untuk pertama. Perjanjian-perjanjian yang ada
pengembangan HTI mulanya adalah akibat tidak biasanya untuk masa waktu panjang (42 tahun
produktifnya hutan produksi, dan diprioritaskan untuk konsesi sebelum 1999 dan 100 tahun
pada lahan tidur, padang rumput/semak dan untuk konsesi setelah 1999) dan perusahaan
hutan tidak produktif lainnya. Sejak tahun 1990, perkebunan diharapkan untuk menanam jenis
pengembangan HTI telah diizinkan untuk area tanaman yang dibutuhkan bagi industri mereka
yang tidak produktif “melalui aturan hutan secara berkelanjutan.
produksi”,contohnya adalah apabila tingkat Seperti yang disebut diatas, kawasan
produktivitas di bawah 20 m3/ha dari jenis- yang luas dengan status legalnya sebagai milik
jenis komersial dengan diameter 30 cm (Barr negara, sering tumpang tindih dengan lahan-
2001), hanya 2 m3 di bawah produktivitas hutan lahan desa dan masyarakat adat. Beberapa area
tropis normal (Marchack 1995; WALHI 2003). memiliki perkebunan tanaman karet (Hevea
Area-area yang tidak produktif tersebut, yang brasiliensis), perkebunan jangka pendek dan
secara resmi dikategorikan sebagai hutan-hutan kopi (utamanya di Sumatera Utara) dengan
konversi3, mencapai kira-kira 14 juta ha lahan proporsi nilai kayu yang berpengaruh secara
hutan (MoF 2003). komersial (Kartidihardjo dan Supriono 2000);
Industri bubur kertas bisa menggunakan atau hutan karet4 yang dikelola masyarakat
semua jenis kayu dengan diameter di atas 10 cm lokal. Sehingga akhirnya terjadi tumpang
sebagai bahan bubur kertas dan produk-produk tindih kepentingan dan memunculkan konflik
turunan lainnya. Izin HTI yang dikeluarkan kawasan.
memperbolehkan pemilik konsesi untuk Lengsernya pemerintahan Presiden
menebang habis area yang telah dialokasikan Suharto pada tahun 1998 secara bersamaan
(hingga 300.000 ha) dan menggunakan kayunya menampakkan permasalahan-permasalahan
untuk memenuhi kebutuhan operasional tahun dari hak penggunaan lahan yang baru (HTI)
3
Hutan konversi dapat ditebang habis dan digunakan untuk lahan pertanian atau kegunaan lain yang memerlukan
konversi total dari lahan tersebut.
4
Hutan karet (Hevea brasiliensis) yaitu karet yang ditanam untuk mengisi lahan yang kosong.
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 5
Bagian dari hutan dalam konsesi HTI yang di klaim oleh masyarakat lokal (Foto oleh Julia Maturana)
5
Sister pulp mill artinya pabrik yang dimiliki oleh kelompok yang sama dalam satu rantai produksi yang
terintegrasi.
6
Berdasarkan produksi rata-rata kayu 200 m3 kayu/ha: kebutuhan untuk memproduksi 1 ton bubur kertas adalah
4,5 m3; harga jual 560 dollar AS/ton dari BHKP dan marjin keuntungan kotor 30%. Harga bubur kertas berdasarkan
harga yang dipakai oleh APP (APP 2002) berdasarkan harga pada Ramalan Kertas Grafis Asia (RISI) untuk tahun
2003. Marjin keuntungan diperoleh dari model keuntungan Sachs (1998) untuk sektor kertas dan bubur kertas di
Indonesia.
6 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
7
Jumlah hutang APP saat ini adalah 13,9 miliar dollar AS (Jones 2003).
8
Biaya penggunaan terbaik, dalam istilah ekonomi, adalah biaya sumberdaya X yang dihitung berdasarkan alternatif
penggunaan terbaik. Biaya ini mewakili harga minimum yang bersedia diterima oleh suatu pihak untuk sebuah
sumberdaya, dan oleh karenanya merupakan ukuran nilai dari sumberdaya tersebut.
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 7
BATASAN STUDI
Hingga saat ini, masih sedikit aktivitas yang kesulitan harga, sumberdaya tersebut dapat
dilakukan untuk menghitung nilai area yang telah saja menjadi sangat penting bagi kehidupan
dikonversi menjadi perkebunan-perkebunan masyarakat. Hal inilah yang selanjutnya akan
tanaman kayu untuk bubur kertas. Riset CIFOR menghasilkan kesulitan-kesulitan dan konflik
terbaru (Nawir dkk. 2003) mencatat pentingnya untuk bagaimana mencapai kesepakatan yang
menghitung nilai global dari area dalam melibatkan perubahan penggunaan lahan.
perjanjian Perusahaan - Masyarakat sebagai Penilaian secara tepat dan masukan dari kedua
suatu cara yang bisa memastikan keberlanjutan belah pihak, termasuk pertimbangan masukan
skema. Kesulitan dalam memperkirakan nilai non moneter, menjadi sangat penting dalam
lahan masyarakat terletak pada tidak adanya mengembangkan perjanjian kemitraan yang
suatu pasar khusus untuk lahan dan sebaran yang dapat bertahan hingga jangka panjang (FAO
luas dari barang dan jasa penting bagi kehidupan 2002).
masyarakat. Lahan yang dikelola oleh masyarakat Biaya penggunaan terbaik dari lahan
adalah sumberdaya konstan untuk pangan, papan, masyarakat yang akan dimasukkan dalam
obat-obatan, serta produk dan jasa lainnya, yang perjanjian kerjasama Perusahaan - Masyarakat
penting sebagai sumber pendapatan atau sebagai harus juga mencakup produk dan jasa yang
pengganti pendapatan. Tidak adanya harga pasar diperoleh dari lahan. Kemudian nilai-nilai
yang bisa diketahui merefleksikan nilai lahan tersebut digambarkan sebagai tujuan, bentuk-
yang rendah yang diberikan oleh perusahaan bentuk yang dapat dipercaya dan bisa untuk
sebagai nilai sumberdaya lahan dalam perjanjian- dibandingkan untuk digunakan di dalam
perjanjian. skema. Selanjutnya kita memperkirakan biaya
Dengan hanya mempertimbangkan penggunaan terbaik dengan mengkaji nilai dan
sumberdaya-sumberdaya yang pasti, contohnya kepentingan dari lahan dan sumberdaya bagi
pohon karet, perusahan mengesampingkan masyarakat lokal pada kawasan konsesi HTI.
penggunaan dan sumberdaya hutan lainnya. Dalam konteks ini, nilai lahan adalah termasuk
Walaupun sumberdaya tersebut tidak penting seluruh barang, komoditas dan jasa yang
dalam situasi moneter saat ini atau mengalami diberikan lahan tersebut kepada masyarakat.
8 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
STUDI KASUS
Lokasi studi kasus ini adalah kepulauan • Arara Abadi di Riau, terkait dengan
Sumatera dimana terdapat industri-industri Indah Kiat Pulp and Paper Mill (kelompok
kayu besar dengan nilai kapasitas hingga APP)
75% dari total keseluruhan produksi bubur • Inti Indo Rayon di Sumatera Utara, terkait
kertas (Barr 2001). Analisis meliputi empat dengan Toba Pulp Lestari (sebelumnya
dari lima perusahaan perkebunan kayu untuk Indo Rayon) Pulp and Rayon Mill (62 %
bubur kertas terbesar yang terkait dengan dimiliki oleh APRIL hingga 2002).
industri bubur kertas (Gambar 1). Perusahaan
perkebunan yang dimaksud adalah:
Hal-hal yang menjadi pertimbangan saat
• Musi Hutan Persada di Sumatera Selatan,
menentukan lokasi studi adalah: adanya konflik
terkait dengan Tanjung Enim Lestari
lahan dalam area konsesi; lahan konflik yang
Pulp Mill (kelompok Barito Pacific)
ditargetkan memiliki pendekatan-pendekatan
• Wira Karya Sakti di Jambi, terkait
yang sama, contohnya dengan pembiayaan
dengan Lontar Papyrus Pulp and Paper
Pengembangan Masyarakat; kesamaan ukuran
Mill (kelompok Asia Pulp and Paper
luas area konsesi, kesamaan periode konsesi
(APP))
Gambar 1. Lokasi empat perusahaan perkebunan kayu untuk bubur kertas yang termasuk dalam studi ini
TPL
Arara Abadi
IK
Wira Karya Sakti
TEL
AT
ER
KALIMANTAN
A
dan kemauan untuk berpartisipasi dalam studi Sebagai tambahan, perusahaan menawarkan
ini. Kesamaan dan perbedaan yang utama kesempatan investasi agrikultur kepada
secara detail dapat dilihat pada Tabel 1, masyarakat, menginvestasikan infrastruktur
sementara karakter khusus yang penting akan sosial, dan menyediakan dana untuk beasiswa
dijelaskan di bawah ini. dan bentuk-bentuk dukungan lainnya untuk
masyarakat. Beberapa investasi sudah dimulai
sejak tahun 1991 di bawah program Pengembangan
Musi Hutan Persada (MHP) Masyarakat dengan target masyarakat yang dekat
Perusahaan perkebunan Multi Hutan Persada dengan area konsesi. Tidak ada catatan mengenai
mendapatkan hak konsesi seluas 296.400 ha jumlah dana yang dikeluarkan untuk program
lahan yang terdiri dari 50% padang rumput dan Pengembangan Masyarakat pada tahun-tahun
semak, dan 50% lainnya hutan-hutan bekas pertama namum staf program Pengembangan
tebangan. Penanaman pertama dilakukan pada Masyarakat memperkirakan jumlah keseluruhan
tahun 1991, walaupun secara formal hak konsesi dari periode yang dilaporkan (Tabel 2). Jumlah
telah diberikan sejak 1996 dengan luas area pengeluaran yang rinci hanya tersedia untuk
tanam lebih dari 160.000 ha. tahun 2002 yaitu sejumlah 540.000 dolar AS
Area konsesi tersebar dalam 5 kabupaten (Tabel 2)
dengan 50% lebih terkonsentrasi di Kabupaten
Muara Enim. Jumlah keseluruhan area yang
dipengaruhi oleh klaim-klaim hingga saat studi
Wira Karya Sakti (WKS)
ini dilakukan adalah 125.000 ha (40% dari Perusahaan perkebunan Wira Karya Sakti
keseluruhan area konsesi). Hingga tahun 2003, memulai kegiatan tahun 1990 dengan luas
klaim-klaim yang belum terselesaikan mencapai keseluruhan area konsesi mencapai 203.449
27.000 ha. ha. Secara formal hak pengelolaan didapatkan
Masyarakat-masyarakat yang ditarget tahun 1996. Area yang ada berupa hutan bekas
menerima biaya operasional, pengelolaan tebangan yang tersebar di empat kabupaten
dan biaya produksi dibawah skema Mengelola dengan total 60% nya terletak di Kabupaten
Hutan Bersama Masyarakat (MHBM). Di bawah Tanjung Jabung Barat. Hampir 70% dari area
skema ini, perusahaan memiliki hak kelola tersebut adalah rawa air tawar dengan aktivitas
lahan yang diklaim dan masyarakat menerima ekonomi utamanya adalah penebangan kayu
sekitar 0,29 dolar AS per m3 dari total kayu9 untuk industri kayu setempat. Rata-rata
yang dihasilkan pada saat akhir rotasi dalam produksi kayu di hutan rawa air tawar WKS
satu periode. Biaya operasional dan pengelolaan diperkirakan mencapai 150 m 3 /ha, yang
yang ditawarkan pada 2 – 3 tahun pertama menggambarkan pendapatan sebagai penebang
operasi dikaitkan dengan pengembangan- liar dalam kawasan ini antara 175 hingga
pengembangan perkebunan. Satu kasus telah 292 dolar AS per bulan (AMEC 2001). Hal ini
diselesaikan dengan memberikan kompensasi merupakan tekanan yang sangat kuat terhadap
39 dolar AS/ha kepada kelompok marga dalam hutan yang masih ada10.
area lebih dari 12.000 ha yang dikelola dibawah Sedangkan untuk kawasan lahan daratan,
skema MHBM. masyarakat lokal utamanya memafaatkan
Tabel 2. Perkiraan jumlah (dalam dolar) yang telah dikeluarkan dalam program Pengembangan
Masyarakat per tahun di MHP
* Perhitungan estimasi area MHP untuk th.1990-1998 dan 1999-2001 (tidak ada data).
9
Istilah kayu yang dipanen mengacu kepada kayu yang sengaja ditanam, sedangkan “kayu yang ditebang” mengacu
kepada hutan alami.
10
Upah rata-rata buruh produksi di Indonesia pada tahun 2000 adalah sekitar 47 dollar AS per bulan (BPS 2003)
10 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
lahannya untuk hutan karet (diperkirakan penebangan secara internal pada divisi
mencapai 1 juta ha pada akhir 80-an; Chomitz dan kehutanan untuk area konsesi lebih dari 40.000
Griffiths 1996), kebun karet dan perkebunan sawit ha. Konsesi formal yang diberikan tahun 1996
(diperkirakan akan mencapai 250.000 ha; Griffiths adalah untuk area seluas 299.975 ha. Area
dan Fairhurst 2003) dengan kira-kira 34% dikelola konsesi tersebar pada tujuh kabupaten, dimana
sebagai usaha kecil (Potter dan Lee 1998). 72% terletak di Kabupaten Siak dan Pelalawan
WKS telah melakukan pembersihan lebih yang dikategorikan sebagai hutan bekas
dari 96.000 ha yang sebelumnya adalah bekas tebangan dengan 60% nya merupakan rawa air
tebangan guna pengembangan perkebunan tawar dengan perkiraan produksi kayu lebih dari
Acacia spp, dan tetap mempertahankan 70.000 150 m3/ha (Komunikasi pribadi, AA).
ha sebagai hutan rakyat dan kebun (WKS 2003). Total area yang terkena klaim berjumlah
Laporan keseluruhan jumlah area yang terkena 80.000 ha lebih, dengan area yang masih dalam
klaim adalah seluas hampir 40.000 ha, sementara klaim (hingga 2003) sekitar 37.000 ha sehingga
klaim-klaim lahan yang belum terselesaikan memberikan pengaruh kepada hampir 30%
hampir mencapai15.000 ha di Kabupaten Tanjung dari area konsesi yang “memungkinkan untuk
Jabung Barat dan Timur (dalam 2003). penanaman”. Area tersebut tidak termasuk
Skema yang ditawarkan kepada masyarakat pemukiman, infrastruktur, area konservasi,
yang mengklaim area konsesi disebut sebagai kawasan penyangga dan area yang dikelola
Hutan Tanaman Pola Kemitraan (HTPK) yang untuk jenis tanaman non-bubur kertas. Dalam
menawarkan 40% pembagian keuntungan dari menangani isu klaim lahan, perusahaan
hasil penjualan kayu akasia kepada industri kayu menggunakan skema 12 seperti pada perusahaan
Lontar Papyrus pada akhir rotasi setelah tujuh WKS, namun tidak terlalu berhasil.
tahun. Perkiraan saat ini adalah11 pembagian Arara Abadi menginisiasi program
yang diterima masyarakat yang termasuk dalam Pengembangan Masyarakat tahun 1995 dengan
skema ini adalah 62 dolar AS/ha per tahun. rata-rata pembiayaan sekitar 1,2 juta dolar AS
Seperti halnya MHP, WKS menginvestasikan per tahun (detailnya lihat Tabel 4).
dananya kepada biaya-biaya yang tidak rutin
dengan target masyarakat sekitar dalam
program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan Inti Indo Rayon (IIR)
(PMDH). Pengeluaran yang telah tercatat pada Total area seluas 284.060 ha telah dikonsesi
program PMHD sejak 1998 kurang lebih 80.000 melalui tiga izin pada tahun 1984, 1992 dan
dolar AS per tahun (lihat Tabel 3). 1994 oleh perusahaan perkebunan Inti Indo
Rayon di Sumatera Utara. IIR menginisiasi
operasi pertamanya pada tahun 1988 untuk
Arara Abadi (AA) mensuplai industri bubur kertas Indorayon
Perusahaan Arara Abadi (AA) adalah cabang (sekarang disebut sebagai Toba Pulp Lestari).
perusahaan Indah Kiat Pulp and Paper, memulai Industri ini membutuhkan 180.000 ton bubur
operasinya pada tahun 1990 (sedangkan kertas setiap tahunnya hingga 1993, dan
pabriknya sendiri telah berjalan sejak 1984). akan meningkat hingga 240.000 ton pertahun
Sebelum perusahaan perkebunan ini secara seiring dengan perluasan industrinya. Kapasitas
formal dibentuk, industri kayunya mengelola produksi tersebut membutuhkan suplai tetap
Tabel 3. Catatan jumlah (dalam dolar) yang telah dikeluarkan pada program Pengembangan
Masyarakat per tahun di WKS
Pengeluaran 1998 1999 2000 2001 2002
Pendidikan, pelatihan, biaya
keagamaan dan sosial 16.936,4 36.849,2 39.599,6 41.617,6 50.695,8
Infrastruktur sosial dan
keagamaan 56.623,7 62.635,1 28.860,2 33.093,1 34.193,3
Agrikultur, agroforestry dan
konservasi 4,49 0 262,7 194,91 0
Total 73.564,6 99.484,3 68.722,5 74.905,61 84.889,1
11
Perkiraan didasarkan pada informasi yang disediakan oleh pihak perusahaan terkait dengan harga per ton saat ini
yang diterima oleh peserta HTPK., dengan perkiraan yield (keuntungan) sebesar 182 dollar AS/ton.
12
Kedua perusahaan perkebunan termasuk dalam kelompok manajemen APP.
Tabel 4. Catatan jumlah (dalam dollar) yang telah dikeluarkan dalam program Pengembangan Masyarakat di AA per tahun
Tabel 5. Catatan jumlah (dalam dollar) yang telah dikeluarkan dalam program Pengembangan Masyarakat di TPL
kira-kira 800.000 m3 dan 1 juta m3 kayu13. dan protes. Akibat situasi ini akhirnya pemerintah
Rata-rata per bulan pembersihan lahan adalah menutup pabrik tersebut pada tahun 1999.
700 ha14 hingga 1993 dan setelah tahun 1993 Pabrik memulai kembali usahanya dengan nama
pembersihan lahan mencapai 1000 ha/bulan baru. Perusahaan tersebut saat ini berada dalam
hingga mereka dapat memungut hasilnya di situasi yang sangat sulit saat menghadapi tekanan
tahun 1995. sosial dalam menangani masyarakat. Perusahaan
Area konsesi tersebar di 5 kabupaten dengan perkebunan berurusan dengan masyarakat
hampir 50% terkonsentrasi di Kabupaten Tapanuli dalam situasi dimana pemerintah daerah dan
Utara. Kawasan terdiri atas tanaman pinus pusat mengamati dan mempengaruhi perjanjian
yang ditanam oleh masyarakat melalui program Perusahaan – Masyarakat dan niat baik perusahaan
penghutanan kembali awal 80-an (30%), hutan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
sekunder dengan tanaman kayu keras campuran sosial (komunikasi pribadi dengan pihak TPL).
(68%) dan padang rumput (2%). Pemerintah daerah memutuskan nilai yang harus
Saat ini (2003) area yang diklaim oleh dibayar kepada masyarakat dalam skema bersama
masyarakat lokal dilaporkan kurang dari 4000 ha, yang disebut Perkebunan Inti Rakyat (PIR).
sangat kecil dibandingkan dengan perusahaan Kurang lebih 120.000 ha tanah (45% dari total
lainnya. Namun demikian, penebangan secara area) ditutupi oleh jenis-jenis lokal yang ditanam
konstan pada area tersebut memberikan oleh masyarakat untuk kehidupan mereka,
pengaruh besar bagi masyarakat sekitar, namun selebihnya dialokasikan ke desa, pemukiman
tidak memunculkan masalah sosial “yang atau ladang. Area yang dialokasikan untuk
menarik perhatian” karena seluruh aktivitas konservasi dan infrastruktur merupakan 32% dari
penebangannya terjadi sebelum 1998, dimana seluruh kawasan dan sisanya diperuntukan bagi
protes masih dianggap ilegal. pengembangan kebun (TPL 2002).
Namun selanjutnya, masalah-masalah Program Pengembangan Masyarakat dimulai
terlihat meningkat dan pabrik menghadapi tahun 1995 dan rata-rata pembiayaan adalah
beberapa kesulitan sosial; termasuk kekacauan 53.000 dolar AS per tahun (lihat Tabel 5).
Partisipasi petani dalam skema PIR pada IIR (Foto oleh Julia Maturana)
13
Menggunakan nilai konversi 4,5 m3 untuk setiap ton bubur kertas.
14
Dengan anggapan rata produksi kayu sebesar 91,5 m3/ha, yang merupakan perkiraan persediaan hutan bekas
tebangan di Sumatera, termasuk semua jenis kayu dengan diameter 10 cm ke atas (Simangunsong 2003).
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 13
METODOLOGI
Perjalanan menuju kawasan alam dengan pertama dengan masyarakat, kita menjawab
berjalan kaki selama setengah hari (maksimum) seluruh pertanyaan mereka menyangkut
masih merupakan jarak yang dekat dengan keberadaan kita di area mereka, mengenai riset
desa. ini , keterkaitan dengan perusahaan perkebunan
Akhirnya, ketika tidak ada lokasi dengan dan kemungkinan pemanfaatan hasil riset.
karakteristik tersebut di dalam area konsesi Kita meminta kepada masyarakat untuk
HTI, maka kita akan melakukan pekerjaan di menggambarkan peta area yang mereka kelola
luar kawasan tapi masih dekat dengan area untuk menunjukkan perbedaan dari unit
konsesi. Jarak 5 km adalah yang terjauh. lansekap, seperti area masyarakat, bidang
Kita bekerja bersama dengan staf hutan yang dimiliki secara individual atau bidang
perusahaan untuk memilih lokasi yang potensial agrikultural, badan air dan batas, demikian pula
dengan menggunakan peta area yang dimiliki dengan sistem yang bersebelahan. Alur dari
oleh perusahaan serta informasi lainnya yang proses ini disampaikan dalam Gambar 2.
terkait. Setelah seleksi pendahuluan pada Peta yang telah dihasilkan tadi akan
tiga atau empat lokasi, kita meninjau masing- digunakan pada kunjungan selanjutnya kepada
masing lokasi untuk memeriksa kecocokannya masing-masing keluarga. Kita mewawancarai
karakteristik yang telah ditetapkan dan memilih 26-30 kepala keluarga per desa, termasuk pria
lokasi yang cocok dengan persyaratan bentuk dan wanita dalam proporsi yang sama, untuk
lokasi. menangkap persepsi dan pengetahuan yang
Proses seleksi lokasi kurang lebih memakan berbeda. Daftar pertanyaan dilengkapi oleh
waktu tiga hari. Setelah menentukan lokasi masing-masing individu, satu orang untuk satu
pilihan, kita kemudian mengunjungi kepala rumah.
desa atau kepala dusun untuk menjelaskan Wawancara dilakukan pada pagi hari dan
sasaran dan tujuan riset serta meminta izin menjelang sore. Sedangkan pada waktu antara
untuk melaksanakan studi tersebut. yaitu siang hari, dengan ditemani penduduk,
Pendekatan studi yang dilakukan di desa kita mengunjungi area yang mereka kelola
dan daftar pertanyaan untuk mendapatkan atau area sumberdaya alam yang mereka
beberapa informasi telah disiapkan berdasarkan dapat panen. Sasaran dalam mengunjungi
pendekatan metodologi yang digunakan oleh bidang lahan tersebut adalah mengkonfirmasi
Sheil dkk. (2002) untuk penelusuran lansekap pernyataan penduduk yang telah diwawancarai
dari area hutan di Kalimantan – Indonesia, dan tentang produk, pemanfaatan produk tersebut
berdasarkan pengetahuan kita saat ini tentang oleh mereka dan keberadaannya di area ini.
lokasi studi. Daftar pertanyaan yang digunakan dapat
Pertama kita berkumpul bersama seluruh dilihat dalam lampiran. Daftar pertanyaan
anggota masyarakat untuk memperkenalkan pertama (Lampiran 1) adalah hasil adaptasi dari
diri dan menjelaskan tujuan serta metodologi Sheil dkk. (2002) dan telah digunakan untuk
kegiatan yang akan dilakukan. Selama pertemuan menentukan kepentingan relatif dari produk-
produk yang berbeda bagi masyarakat dan dikembangkan untuk mengukur penelusuran
untuk menunjukkan variasi dari produk-produk secara berkelompok terhadap pentingnya
tersebut serta manfaat lain yang disediakan produk-produk hutan yang tidak dapat dijual
pada area tersebut. (lihat kotak).
Dengan menggunakan peta untuk Dengan menggunakan daftar pertanyaan
pemahaman umum tentang area yang dianalisis, (Lampiran II) dan jumlah keseluruhan produk
kita mulai mewawancarai pemilik rumah dan yang didapat dari uji sebelumnya, kita
meminta mereka untuk membuat daftar produk menanyakan setiap pemilik rumah tentang
(lebih dari 10) yang bisa didapatkan atau dipanen ukuran area mereka (apabila menggunakan
dari area tersebut untuk setiap 12 kategori lahan individu); frekuensi penggunaan
yang dimaksud, dan mengelompokkannya sumberdaya; jumlah atau volume sumberdaya
berdasarkan tingkat kepentingannya, dengan yang digunakan; harga dari produk yang layak
menggunakan metode distribusi kerikil (PDM). jual; kemungkinan produk pengganti yang ada
Metode ini adalah uji pemberian nilai yang telah di pasaran.
Penduduk menggambarkan peta masyarakat untuk area mereka (Foto oleh Nicolas Hosgood)
16 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Untuk memperkirakan nilai dari produk dan memberikan pemahaman yang lebih baik
yang tidak diperdagangkan, kita menanyakan mengenai tujuan dari riset yang dilakukan
harga dari produk yang sama atau mencoba kepada masyarakat.
melihat produk pengganti di pasar lokal dengan Setelah mendapatkan informasi tentang
melakukan studi pasar (Lampiran III). Satu hari cakupan produk dari setiap area, volume
dalam riset ini diisi dengan mengunjungi pasar produksi rata-rata dan nilai (atau harga) dari
lokal untuk mendapatkan harga dari produk dan setiap produk, kita menghitung perkiraan nilai
penggantinya. dari setiap lokasi seperti dibawah ini:
Jumlah individual atau jumlah yang telah
digunakan dan harga yang ditetapkan untuk
setiap sumberdaya oleh setiap responden pada
setiap desa akan dirata-rata untuk mengambil
sampel desa dengan menggunakan rumus:
penggantinya, kita menggunakan harga yang kita akan menggunakan sistem ranking cepat
dibutuhkan saat membeli penggantinya pada untuk menghitung nilai produk tersebut apabila
pasar lokal (harga beli). Untuk produk yang produk lain dalam kategori penggunaan yang
kelihatannya penting namun tidak memiliki sama memiliki harga perkiraan.
pasar, kita menggunakan pendekatan metode Sumberdaya dan harganya, baik harga
distribusi kerikil (PDM) (seperti yang digunakan sebenarnya, pengganti, maupun harga perkiraan
oleh Sheil dkk. 2002), untuk menghitung ditunjukkan dalam Tabel 6.
relativitas kepentingan dari produk. Selanjutnya
18
Tabel 6. Bahan-bahan yang didapatkan dari area HTI dan perkiraan nilainya
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Obat-obatan
Akar bacang hutan kali/tahun tandiare (6) 0,28
Akar kunyit-kunyit kali/tahun resochin (4) 0,47
Akar sanglung kali/tahun zoralin (10) 3,53
Akar sejanget kali/tahun bodrex (9) 0,53
Akar serikan kali/tahun tandiare (6) 0,28
Akar setupay kali/tahun cursil (4) 3,88
Akar suyo kali/tahun konidin (9) 0,42
Antowali/ antawali kali/tahun resochin (5) 0,59
Bawang merah Allium cepa L. f. ascalonicum kali/th 0,13
Bonglai Oroxylum indicum (L.) Vent. kali/tahun tolak angin (1) 0,12
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
*** Tidak ada nilai untuk sumberdaya.
19
20
Tabel 6. Sambungan
Kategori Sumberdaya Unit* Harga pasar Produk Perkiraan PDM
penggunaan nama Indonesia Nama ilmiah (dolar AS) pengganti Harga (dolar AS))
Sumberdaya (dolar AS)
Buah mengkudu Morinda citrifolia L. kali/tahun adalat (3) 0,62
Daun alpukat Persea americana Mill. kali/tahun tandiare (6) 0,28
Daun bungo rayo Hibiscus rosa-sinensis L. kali/tahun lasegar (1) 0,29
Daun capo Blumea balsamifera (L.) DC. kali/tahun bodrexin (9) 0,35
Tandiare (6)
Daun jarum-jarum kali/tahun bodrex (9) 0,53
Daun kapuk/ kapok Ceiba pentandra (L.) Gaertn kali/tahun oskadon (3) 0,31
Resochin (4)
Daun keci beling Pararuellia napifera (Zoll.) kali/tahun urotracin (10) 3,47
Daun ketepeng Cassia alata L. kali/tahun zoralin (10) 3,53
Daun kopau Livistona rotundifolia Mart. kali/tahun bodrex (9) 0,53
Daun kumis kucing Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq. kali/tahun pilkita (1) 0,12
Jamu pegal linu
Daun pepaya Carica pepaya L. kali/tahun tandiare (6) 0,38
Resochin (4)
Daun periau kali/tahun komix (6) 0,71
Daun piladang kali/tahun paramex (2) 0,12
Daun pulih bayam kali/tahun bodrex (9) 0,53
Daun puying kali/tahun tandiare (6) 0,28
Daun sake kali/tahun bodrex (9) 0,53
Daun sibunbun kali/tahun tandiare (6) 0,28
Daun sidingin Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers. kali/tahun paramex (2) 0,12
Daun sirih Piper betle L. kali/th 0,03
Daun sirih hantu kali/tahun bodrex (9) 0,53
Daun sitawar Costus speciosus (Koenig) Sm. kali/tahun paramex (2) 0,12
Daun sonam kali/tahun pegal linu (1) 0,14
Daun sugitam kali/tahun tandiare (6) 0,28
Daun tulang tiga Cinnamomum sintok Bl. kali/tahun resochin (4) 0,47
Getah cindai kali/tahun betadine (1) 0,29
Getah kayu salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss kali/tahun borax (1) 0,35
Getah sekubin kali/tahun bodrex (9) 0,53
Getah senduk-senduk Endospernum peltatum Merr. kali/tahun scabisit (1) 0,78
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
** pada satu desa kunyit bisa dibeli di pasar sedang desa lainnya belum tentu
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
*** Tidak ada nilai untuk sumberdaya.
21
22
Tabel 6. Sambungan
Kategori Sumberdaya Unit* Harga pasar Produk Perkiraan PDM
penggunaan nama Indonesia Nama ilmiah (dolar AS) pengganti Harga (dolar AS)
Sumberdaya (dolar AS)
Material
bangunan Bambu Bambusoideae spp. batang 0,29
Batang pinang Areca catechu L. batang 0,12
Daun nipah Nypa fruticans Wurmb. lahas 0,07
Daun serdang Livistona rotundifolia Mart. lahas 0,24
Kayu antuy m3 47,06
Kayu api-api/antiapi m3 47,06
Kayu api-api/antiapi batang 0,18
Kayu apas-apas m3 47,06
Kayu ahubang batang 0,24
Kayu arang-arang Diospyros maingayi (Hiern) Bakh. m3 47,06
Kayu asam-asam Swintonia floribunda Griff. batang 0,18
Kayu bayur Pterospermum javanicum Jungh. m3 47,06
Kayu balam merah Palaquium gutta (Hook.f.) Baillon m3 70,59
Kayu baneh batang 0,21
Kayu berangan Castanopsis argentea (Bl.) DC. m3 70,59
Kayu dolo-dolo batang 0,21
Kayu dori m3 47,06
Kayu durian Durio zibethinus Murr. m3 58,82 Balam merah 70,59
Eucalyptus Eucalyptus sp. m3 38,24
Kayu giam Cotylelobium spp. batang 0,18
Kayu irang batang 0,35
Jambu-jambu Syzygium spp. batang 0,18
Kayu jenang m3 35,29
Kacang-kacang Strombosia javanica Bl. m3 88,24
Kayu kasai Pometia pinnata Forst. batang 0,18
Kedondong Spondias pinnata (L.f.) Kurz m3 47,06
Kayu kempas Koompassia malaccensis Maing. m3 211,76
Kayu keranji Dialium indum L. m3 294,12
Kayu kedembe batang 0,24
Kayu keruing Dipterocarpus spp. m3 90,20
Kayu ketawak batang 0,35
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
*** Tidak ada nilai untuk sumberdaya.
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Tabel 6. Sambungan
Kategori Sumberdaya Unit* Harga pasar Produk Perkiraan PDM
penggunaan nama Indonesia Nama ilmiah (dolar AS) pengganti Harga (dolar AS)
Sumberdaya (dolar AS)
Kayu ketawak m3 35,29
Kayu klako m3 47,06
Kayu kulim Scorodocarpus borneensis (Baill.) m3 211,76
Kayu kulim Scorodocarpus borneensis (Baill.) batang 0,24
Kayu kures m3 58,82
Kayu langlo m3 0,18
Kayu leban Vitex pubescens Heyne ex. Wall m3 0,18
Kayu mahang Macaranga triloba (Blume) m3 47,06
Kayu mahang Macaranga triloba (Blume) batang 0,15 Medang telur 0,35
Kayu mata keli Chantium confertum Korth batang 0,24
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
*** Tidak ada nilai untuk sumberdaya.
23
24
Tabel 6. Sambungan
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
*** Tidak ada nilai untuk sumberdaya.
25
26
Table 6. Sambungan
Kategori Sumberdaya Unit* Harga pasar Produk Perkiraan PDM
penggunaan nama Indonesia Nama ilmiah (dolar AS) pengganti Harga (dolar AS)
Sumberdaya (dolar AS)
Kayu bakar
Kayu ahubang ikat 0,35
Kayu apas-apas ikat 0,35
Kayu api-api ikat 0,35
Kayu arang-arang Diospyros maingayi (Hiern) Bakh. ikat 0,24
Kayu belanti ikat 0,24
Kayu dolo-dolo ikat 0,35
Kayu karet Hevea brasiliensis Muell. Arg. ikat 0,29
Kayu kasai Pometia pinnata Forst. ikat 0,24
Kayu kedembe ikat 0,41
Kayu kelengkeng Dimocarpus longan Lour. ikat 0,41
Kayu kemudan ikat 0,12
Kayu kliat ikat 0,41
Kayu kopi Coffea arabica L. ikat 0,24
Kayu kumpai benang ikat 0,24
Kayu langlo ikat 0,41
Kayu leban ikat 0,41
Kayu lenggok ikat 0,12
Kayu medang kua ikat 0,12
Kayu pelangas ikat 0,41
Kayu rambutan Nephelium lappaceum L. ikat 0,24
Kayu samak ikat 0,12
Kayu sengon Paraserianthes falcataria (L.) ikat 0,41
Kayu seru ikat 0,41
Kayu silum ikat 0,35
Kayu sungkai Peronema canescens Jack ikat 0,41
Kayu tusam Pinus merkusii Jungh. & De Vr. ikat 0,35
Kayu campur ikat 0,24
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
*** Tidak ada nilai untuk sumberdaya.
27
28
Tabel 6. Sambungan
Kategori Sumberdaya Unit* Harga pasar Produk Perkiraan PDM
penggunaan nama Indonesia Nama ilmiah (dolar AS) pengganti Harga (dolar AS)
Sumberdaya (dolar AS)
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Catatan: * Unit: ikat = bundle/bunch; lembar = thread/skein; tungkul = lump/club; kaleng = tin (box); karung = coarse bag/sack; cupak = bowl;
lahas = (palm) leaves; buah = fruit; batang = pole; jendela = window; pintu = door; tempat tidur = bed; sangkar = cage; keranjang = basket; gagang = shaft/handle; tangkai = rod/shaft;
sapu = broon; sendok = spoon; kotak = box.
*** Tidak ada nilai untuk sumberdaya.
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat
29
30 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Pengambilan data pada area kerja adalah untuk area konsesi dan 6 km dari kantor WKS tingkat
mendapatkan data utama. Kerja lapangan kabupaten.
dilakukan di dalam atau sekitar daerah konsesi Dusun ini dibangun pada tahun 1982
HTI dari setiap perusahaan, termasuk dusun melalui program Departemen Sosial dalam
atau pemukiman Talang Belanti, Bagan Tengah, rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
Jiat Kramat, Kuntu Toeroba dan Lumban Purba sebagai desa binaan. Terdapat 75 kepala
(lihat tabel 7). keluarga yang tinggal dengan 350 orang yang
menetap di dalamnya, yang pada umumnya
adalah orang Melayu (80%) yang pindah dari
Talang Belanti – Sumatera Selatan desa Parit Culum. Desa Parit Culum adalah desa
Lokasi Talang Belanti berada di dalam area yang lebih besar dimana masyarakat dari Bagan
konsesi HTI MHP dengan jarak kurang lebih 4 km Tengah biasanya membeli kebutuhan pangan
dari kantor MHP tingkat kabupaten, Lubuk Guci. sehari-hari mereka di pasar mingguan.
Aktivitas utama masyarakatnya adalah bertani; Masih banyak terdapat kaum muda (usia
seperti mengambil hasil getah karet pada area 20-27 tahun) yang tinggal di desa dan bekerja
seluas 200 ha, padi dan palawija. Jumlah total sebagai penebang (ongkak) di kawasan hutan
kepala keluarga adalah 53 kepala keluarga, dan dimana masyarakatnya melakukan klaim sebagai
kota terdekat adalah Pendopo dimana terdapat milik masyarakat. Lokasi hutan tersebut dekat
pasar yang cukup besar dengan Desa Parit Culum dengan luas kurang
Keluarga yang ada kebanyakan terdiri dari lebih 500 ha. Sedangkan area lainnya telah
mereka yang telah berusia lanjut, karena kaum digunakan sebagai perkebunan karet, sawah,
mudanya cenderung untuk pergi ke kota mencari ditanami durian (Durio Zibethinus Moon), dan
pekerjaan. Bangunan rumah utamanya dibuat rambutan (Nephelium lappaceum L.) Hampir
dari material lokal; seperti kayu, daun nipah, sebagian besar material rumah menggunakan
bambu dan rotan. Tidak ada pertanian yang jenis-jenis lokal untuk dibuat plafon, tiang
menggunakan alat-alat mesin, semuanya masih dan kaso, namun beberapa telah menggunakan
secara tradisional. Barang yang mewah untuk bata buatan sendiri dan lantai telah diplester.
dusun ini adalah radio. Desa ini masih belum Untuk atapnya, disamping menggunakan seng
mendapatkan listrik dan sering mengalami juga menggunakan daun serdang (Livistonia
banjir. Sumber air satu-satunya adalah kolam rotundifolia). Untuk kebutuhan listrik, mereka
kecil yang dibangun oleh MHP di tengah desa, menggunakan aki atau generator, yang biasanya
namun beberapa anggota masyarakat membuat digunakan untuk menyalakan lampu, radio
sumur di dekatnya. dan televisi. Masing-masing rumah juga sudah
memiliki sumur.
Bagan Tengah
Dusun Bagan Tengah terletak di luar area Jiat Keramat – Riau
konsesi namun masih di sekitar area konsesi Dusun Jiat Keramat dengan 75 kepala keluarga
HTI WKS. Dusun ini berjarak sekitar 2 km dari pendatang, terletak berdekatan dengan area
Sumatera Selatan Muara Enim Gunung Megang Padang Bindu Talang Belanti
Jambi Muara Sabak Bedahara Parit Culum Bagan Tengah
Riau Kampar Kuntu Toeroba Jiat Kramat
Sumatera Utara Humbang Hasundutan Dolok Sanggul Lumban Purba
Penduduk dapat bepergian dalam jarak jauh menuju area dimana perusahaan perkebunan melakukan aktivitasnya
(Foto oleh Julia Maturana)
konsesi Arara Abadi yang dibatasi dengan penduduk desa ini hidup dari penjualan getah
Sungai Penaso. Dusun tersebut sangat miskin karet yang diambil dari perkebunan atau
karena sebagian masih menggunakan kayu, kebun-kebun mereka, menjual hasil kayu yang
kulit kayu, rotan dan daun nipah sebagai bahan diambil dari hutan sekunder seluas 11.000 ha
konstruksi rumah. Seluruh anggota dusun ini dan berdagang produk agrikultur. Hutan mulai
merupakan orang Sakai yang telah menetap dimanfaatkan sejak masa reformasi (1998) dan
sejak 1944. Hampir sebagian besar masyarakat setiap anggota masyarakat memiliki akses ke
hidup dari kegiatan mencari ikan; baik dengan dalam kawasan tersebut.
menggunakan perangkap (lukah) atau dengan
menggunakan pancing (taju).
Area yang dikelola oleh masyarakat ini Lumban Purba - Sumatera Utara
kurang lebih seluas 200 ha, termasuk area Terletak di luar area konsesi TPL, penduduk
belukar di sekeliling dusun. Masyarakat biasanya desa mengklaim area lahan mereka seluas
menanam tanaman karet atau sawit. Mereka 153 ha yang telah ditanami pinus di dalam
mempunyai 2 sumber air; satu sumur untuk area konsesi. Sumberdaya utama pendukung
kebutuhan konsumsi dan sungai untuk mandi. kehidupan mereka adalah bertani; termasuk
padi, kopi dan tanaman konsumsi selain
beras. Terdapat 300 keluarga yang tinggal
Kuntu Toeroba – Riau di desa ini, sebagian besar berasal dari suku
Kuntu Toeroba lokasinya berdekatan dengan Batak. Sebagian besar rumah dibangun dengan
area konsesi RAPP, sektor Indragiri Hulu. Desa menggunakan bata dan keramik.
ini adalah desa modern dengan penduduk Lokasi desa Lumban Purba terletak tidak
sekitar 1409 keluarga dan total 4539 penduduk jauh dari kota besar, Dolok Sangul yang telah
(menurut kepala desa). Lokasi desa sangat jauh memiliki pasar untuk kebutuhan sehari-hari.
dari jalan raya, namun desa telah mendapatkan Masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk
listrik, sekolah, pasar, rumah makan tradisional, mendapatkan bahan pangan untuk konsumsi
warung-warung dan beberapa fasilitas lainnya. sehari-hari.
Seperti halnya mayoritas masyarakat Melayu,
32 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
HASIL
Tabel 8. Jumlah produk/sumberdaya penting per kategori pemanfaatan pada desa-desa studi
beberapa jenis dapat digunakan untuk lebih Tidak ada sumberdaya yang dianggap
dari satu produk, sebagai contoh rotan yang kritis oleh masyarakat dan hampir seluruh
dimasukkan dalam kategori material konstruksi penggantinya dapat ditemukan di pasar
dimana sering digunakan sebagai pengikat tiang (96%). Hanya satu produk yang tidak memiliki
atau balok akan tetapi juga termasuk dalam pengganti di pasar, karena merupakan buah-
kategori peralatan karena dimanfaatkan juga buahan hutan yang digunakan oleh masyarakat
untuk membuat keranjang. Produk-produk Sakai di Riau, yaitu buah Kulim (Scorodocarpus
dengan penggunaan yang sama namun berasal borneensis).
dari jenis tanaman yang berbeda dihitung Tabel 9 memperlihatkan produk terpenting
terpisah apabila memiliki nilai yang berbeda, dari masyarakat di setiap desa per kategori
contohnya material atap yang dibuat dari daun penggunaan.
‘serdang’ (Livistonia rotundinova) yang dapat
bertahan lama sehingga lebih memiliki nilai Nilai sumberdaya yang Dimanfaatkan oleh
jika dibandingkan dengan atap yang dibuat Masyarakat Setempat
dari material daun nipah (Nypa fruticans);
Dari data yang dikumpulkan selama wawancara,
sehingga konsekuensinya adalah memisahkan
kita menghitung rata-rata penggunaan lahan
“daun bahan baku atap” menjadi dua produk.
per ha/tahun dari setiap desa yang diamati.
Meskipun tabel menunjukkan jumlah produk
Nilai perhitungannya adalah termasuk dua
dan bukan jumlah spesies yang membuat produk
unit lansekap yang dikelola oleh masyarakat;
tersebut, jumlah produk dan jumlah spesies
ladang dan kebun. Nilai pemanfaatan per ha
hampir sama, karena kebanyakan satu produk
mulai dari 350 –730 dolar AS per tahun yang
adalah berasal dari satu spesies.
menggambarkan nilai sebesar 630 –1400 dolar
Berdasarkan hasil wawancara lengkap
AS per keluarga per tahun (Tabel 10). Rentang
keluarga di daerah Sumatera Utara, Riau,
yang lebar pada nilai-nilai tersebut sejalan
Jambi dan Sumatera Selatan, kita mendapatkan
dengan keanekaragaman pada system: dimana
informasi sejumlah 307 produk penting bagi
pada beberapa lokasi masyarakat memiliki area
masyarakat yang masuk dalam tujuh kategori
yang lebih kecil yang dikelola lebih intensif
penggunaan (dari 12 kategori yang diusulkan).
untuk pertanian dan menunjukkan nilai per ha
Produk-produk tersebut ditemukan di dua
yang tinggi namun nilai yang rendah per kepala
bentuk lahan yang berbeda di lokasi-lokasi
keluarga (contohnya Lumban Purba). Sedangkan
tersebut; satu di ladang dan lainnya di kebun;
lokasi lain memiliki kebun yang luas dengan
kebun terdiri dari area dengan hutan sekunder,
nilai yang rendah per ha namun memiliki nilai
yang beberapa di antaranya diperkaya dengan
yang tinggi per kepala keluarga (contohnya
tanaman karet.
Kuntu Toeroba).
34 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Kunyit Turmeric 19
Curcuma longa L.
Lumban Purba Sumatera Utara Bawang merah Shallot 100a
Allium cepa (L.) f. ascalonicum
Material bangunan Belanti Sumatera Utara Kayu sungkai Soongkai 22
Peronema canescens (Jack)
Kayu mengkudu Indian mulberry 10
Morinda citrifolia (L.)
Bagan Tengah Jambi Kayu kacang-kacang tidak diketahui 18
Strombosia javanica (Bl.)
Kayu napo tidak diketahui 13
Dacryodes rugosa (H.J.L.)
Kuntu Toeroba Riau Kayu meranti Meranti 16
Shorea spp.
Kayu pentangur tidak diketahui 12
Table 9. Sambungan
Kategori Area Propinsi Nama produk Nilai PDM
penggunaan Bahasa Indonesia Bahasa Inggris/Ilmiah (%)
Catatan: Semua nilai-nilai PDM menggambarkan nilai penting (dalam persentase) dari satu produk dalam kategori penggunaannya.
Produk-produk dari kategori penggunaan berbeda tidak bisa dibandingkan dengan dasar nilai PDM.
a Bawang merah hanya pernah disebut oleh satu responden.
b Untuk memasak nasi.
c Untuk menggoreng ikan.
d Termasuk jenis kayu lainnya.
* Terdapat kenaikan 4 dolar AS untuk produk-produk dari hutan yang umum bisa dimiliki.
36 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
PEMBAHASAN
Studi ini dilakukan karena adanya kebutuhan Pengembangan Masyarakat menunjukkan area
untuk menangani isu klaim lahan secara tepat yang lebih luas yang dipengaruhi oleh klaim-
dan untuk mengatasi masalah penerimaan klain pada saat dilakukannya studi.
yang rendah terhadap skema Perusahaan Walaupun hasil tersebut sepertinya
- Masyarakat pada area HTI di Indonesia. tidak terlalu intuitif, namun hasil tersebut
Muncul dua hasil penting yang bisa diadopsi mendukung observasi lapangan. Tidak sulit
oleh perusahaan perkebunan bubur kayu untuk untuk menjelaskan hasil studi ini bahwa
memperkuat penerimaan terhadap perjanjian jumlah uang yang diberikan dalam jumlah
masyarakat dengan perusahaan, dan mengelola besar dalam satu desa kecil merupakan cara
dengan lebih baik serta mengurangi lahan yang reaktif dalam memecahkan permasalahan
menjadi konflik di area konsesi HTI. dan untuk menghindari adanya tambahan
area yang dipengaruhi oleh konflik-konflik.
Pembayaran dana Pengembangan Masyarakat
Pengaruh Pengembangan terlihat oleh masyarakat sebagai satu cara
Masyarakat terhadap Klaim-klaim untuk mendapatkan manfaat-manfaat keuangan
Saat Ini dengan mengembangkan konflik-konflik atas
lahan. Sebagai tambahan, pengembangan
Pertama, dari semua kasus yang dipelajari
infrastruktur (sosial, pendidikan, jalan, dll.)
(empat dari lima perusahaan perkebunan
adalah satu komponen penting dari program
terbesar di Sumatera), tingkat pembiayaan
Pengembangan Masyarakat sehingga mendorong
yang lebih tinggi dalam program Pengembangan
masyarakat yang telah meninggalkan desanya
Masyarakat berhubungan dengan jumlah area
atau area hutan (untuk mencari penghidupan
yang lebih besar yang dipengaruhi oleh klaim-
yang lebih baik) kembali lagi ke desa. Investasi
klaim. Kabupaten-kabupaten dimana lebih
tersebut menghasilkan insentif bagi mereka
banyak uang yang dibelanjakan untuk membiayai
untuk melakukan klaim atas hak tanah (yang
Beberapa produk yang digunakan untuk tujuan pengobatan, dan yang didapatkan dari hutan tebangan di kawasan
konsesi HTI (Foto oleh Nicolas Hosgood)
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 37
Petani seringkali mengunjungi hutan-hutan yang masih ada untuk beberapa sumberdaya yang penting bagi kehidupan
mereka (Foto oleh Aditya Suhartanto)
sebelumnya mereka abaikan) yang menjadi Tidak menutup kemungkinan, bahwa temuan
konsesi. ini telah cukup memperlihatkan perlunya
Lebih jauh lagi, beberapa bentuk pemikiran ulang bagaimana dana Pengembangan
pembiayaan seperti bantuan bagi masyarakat, Masyarakat tersebut dibelanjakan.
dukungan bagi masyarakat dan biaya-biaya sosial Penting untuk memastikan bahwa kita
lainnya, terlalu longgar dalam penggunaannya. mengukur pengaruh investasi Pengembangan
Sehingga meninggalkan celah penggunaan Masyarakat pada area-area yang mengalami
uang untuk “hadiah” atau “uang saku” yang konflik dan bukan sebaliknya (area yang
menguntungkan satu atau beberapa anggota mengalami konflik mempengaruhi investasi
masyarakat. Dengan demikian pengeluaran Pengembangan Masyarakat). Untuk alasan
uang tersebut tidak untuk memecahkan isu tersebut, kita mengkaitkan pengeluaran total
konflik lahan masyarakat dan sebaliknya (bukan pengeluaran tahunan) kepada luas
memungkinkan timbulnya konflik lainnya. keseluruhan area yang mengalami konflik
Walaupun hasil riset ini tidak mendorong pada saat ini. Hasil tersebut kemudian hanya
adaya pengurangan atau penghapusan dapat dibaca berdasarkan arah yang telah
pembiayaan Pengembangan Masyarakat, hasil ditetapkan, karena kita menggunakan area yang
riset menekankan pentingnya perusahaan untuk sedang dalam konflik pada saat ini, yang tidak
melakukan tukar pikiran secara internal untuk dapat mempunyai dampak terhadap investasi
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pengembangan masyarakat yang dulu.
alasan dan motivasi klaim-klaim pada area HTI Penting pula untuk digarisbawahi bahwa
mereka. data yang digunakan pada tahap pertama
Investasi dalam Pengembangan Masyarakat riset ini disediakan sendiri oleh perusahaan-
bisa mengurangi konflik atas lahan apabila perusahaan dan kita sangat bergantung kepada
dilakukan dengan suatu cara yang memberikan mereka. Alasan utamanya adalah bahwa
solusi-solusi tertentu di setiap area, dibanding perusahaan-perusahaan tersebut merupakan
dengan hanya memberikan uang begitu saja target utama untuk mengadopsi hasil riset ini,
(seperti yang terjadi saat ini). Analisis yang sedangkan alasan lainnya adalah kurangnya
lebih rinci di tingkat perusahaan dibutuhkan alternatif sumber informasi. Kita beranggapan
untuk melihat alasan yang paling tepat mengapa bahwa setiap penyimpangan akan tergambar
terjadi klaim pada area yang lebih luas dimana pada keseluruhan data dengan cara yang serupa
pada saat yang sama uang telah dikeluarkan. pada keempat perusahaan yang dianalisis.
38 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
15
Pendapatan total yang telah dikurangi oleh biaya-biaya.
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 39
antara kedua nilai tersebut dapat menjelaskan HTI dari setiap perusahaan. Lebih jauh lagi,
mengapa skema-skema tersebut gagal untuk akan sangat mungkin bahwa nilainya menjadi
menjadi solusi jangka panjang. Hanya sedikit lebih besar, karena kawasan hutan yang
dari kerjasama tersebut yang berlangsung lebih dipilih untuk studi ini menunjukkan frekuensi
dari satu periode (tujuh tahun). kunjungan yang tinggi oleh masyarakat, yang
Walaupun biaya-biaya tersebut tidak bisa saja berkorelasi dengan tingginya nilai
langsung dikurangi dari nilai lahan yang kita kawasan dalam area konsesi. Metodologi yang
perkirakan, namun kita harus mengingat bahwa digunakan di sini, yang berbasis kepada persepsi
input utamanya adalah pekerjaan buruh yang masyarakat, berguna untuk menghitung
dilakukan oleh anggota keluarga dan tidak jumlah uang yang seharusnya ditawarkan
dibayar.Sehingga jumlah uang yang dibayar oleh dalam suatu perjanjian, karena metodologi
skema yang ditawarkan seharusnya didasari ini memperhitungkan apa yang didapat oleh
oleh biaya keseluruhan yang dihitung sebagai masyarakat dari suatu area dan bagaimana
nilai lahan dan harus menyamakan kebutuhan mereka menilai manfaat tersebut.
buruh yang berpartisipasi dalam skema dengan Hal lain yang perlu disampaikan adalah
kebutuhan masyarakat dalam menanam atau bahwa hasil-hasil yang dipresentasikan ini tidak
mengumpulkan hasil dari produk yang ada di selamanya mewakili lokasi dan masyarakat
satu area. Kebutuhan buruh tersebut tidak yang lain. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan
dapat langsung ditambahkan dalam pembayaran sebagai perkiraan untuk perbandingan atau
atau pembayaran pekerja kemungkinan akan sebagai nilai dari area yang dipelajari, namun
dikurangi dari jumlah yang dikeluarkan dalam perusahaan harus tetap menghitung area-area
Pengembangan Masyarakat. baru yang diikutsertakan dalam perjanjian
Karena ada sebagian kecil produk atau antara perusahaan dengan masyarakat. Metode
sumberdaya yang tidak ditemukan penggantinya yang digunakan adalah metode yang tidak
di pasar lokal (berdasarkan pertimbangan memakan biaya besar, efektif dengan waktu, dan
masyarakat), maka perusahaan akan menemui merupakan cara yang mudah bagi perusahaan
beberapa kesulitan dalam pengajuan uang dalam meningkatkan pengertian mereka tentang
dalam konversi penggunaan lahan pada area pentingnya area HTI bagi masyarakat lokal dan
yang mengalami konflik, apabila perusahaan menentukan nilai dari suatu area. Metode ini
menggunakan nilai tepat. merupakan juga alat yang dapat membantu
To t a l n i l a i y a n g d i s a m p a i k a n i n i perkebunan-perkebunan di Indonesia dan
menunjukkan adanya valuasi dari total area negara-negara lain “untuk berbicara dengan
yang dikelola oleh masyarakat, termasuk bahasa yang sama” dengan masyarakat dan
hutan dan kebun. Namun perusahaan harus merancang perjanjian Perusahaan - Masyarakat
menghitung nilai dari setiap unit lahan tersebut dengan sasaran penerimaan yang tinggi dan
untuk menentukan pilihan terbaik yang dapat komitmen jangka panjang.
diajukan dalam kerjasama perusahaan dengan
masyarakat. Nilai per ha yang diajukan dalam
kerjasama tersebut dapat saja dikurangi apabila Isu-isu lain
lahan pertanian (lahan yang lebih intensif Frekuensi pembayaran adalah elemen
pengelolaannya) tidak dikonversi menjadi tambahan yang harus dipertimbangkan dalam
tanaman perkebunan. Untuk kasus tersebut, kerangka keberlanjutan kerjasama perusahaan
perusahaan harus menghitung luasan minimal dengan masyarakat. Masyarakat desa memiliki
lahan yang harus disisihkan untuk setiap desa kebutuhan sehari-hari dan keinginan yang dapat
dan distribusi di masing-masing wilayah. dipenuhi dari produk-produk yang diekstraksi
Tingkat kesuburan tanah adalah faktor dan dikumpulkan dari area hutan dan lokasi
yang sangat penting di dalam memutuskan lain yang mereka kelola. Kontrak yang hanya
luasan area yang akan disisihkan sebagai menawarkan pengembalian keuangan pada
lahan pertanian, dengan mempertimbangkan saat awal dan akhir rotasi selama tujuh tahun
kebutuhan untuk mengganti kawasan lahan ini kemungkinan tidak berhasil apabila jumlah
dan frekuensi penggantiannya yang diajukan lebih besar dibanding nilai
Hal yang juga patut untuk digarisbawahi dasar yang telah dihitung (dengan metodologi
bahwa nilai yang saat ini dihitung mewakili di atas). Pengembalian secara konstan harus
nilai suatu area pada lokasi desa tertentu yang disiapkan di dalam kerjasama untuk memastikan
menjadi bagian dari studi ini. Nilai ini tidak keberhasilan mereka. Keseluruhan jumlah yang
akan merepresentasikan keseluruhan kawasan diajukan di dalam kerjasama harus dibagi
40 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
dengan jumlah total tahun periode rotasi, untuk Satu studi yang pernah dilakukan (IPB 2000)
memastikan adanya sumber pendapatan yang telah menghitung pendapatan regular dari
konstan bagi masyarakat. masyarakat setempat di area WKS sebesar 795
Hasil-hasil dalam studi ini secara naratif dolar AS per kepala keluarga per tahun. Nilai
memaparkan pentingnya kawasan tebang ini masih rendah (tapi tidak terlalu rendah)
dalam area HTI bagi masyarakat sebagai dibanding dengan nilai yang didapat dari studi
sumber penghidupan. Observasi kita di saat ini. Perbedaannya lebih diakibatkan adanya
lapangan memastikan bahwa masyarakat perbedaan metodologi yang digunakan dan
dapat bergantung sepenuhnya pada ekosistem fakta bahwa beberapa nilai produk hutan tidak
lokal (alam dan buatan) untuk kehidupan memiliki harga yang bisa diamati. Sedangkan
mereka. Belum ada suatu studi khusus yang studi sebelumnya tidak menghitung nilai-nilai
memperlihatkan keragaman produk dari area ini tersebut.
atau menentukan kepentingan relatifnya bagi
masyarakat dan nilai-nilai produk tersebut.
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 41
KESIMPULAN
Hasil dari studi ini memperlihatkan bahwa menunjukkan bagaiman kesulitan yang dihadapi
investasi-investasi Pengembangan Masyarakat oleh perusahaan-perusahaan dalam meyakinkan
tidak selalu berhubungan erat dengan masyarakat yang melakukan klaim hak atas
pengurangan area yang dipengaruhi oleh lahan untuk dikonversi menjadi seperti yang
klaim-klaim tanah. Kabupaten yang memiliki diinginkan oleh perusahaan.
area HTI perusahaan perkebunan kayu untuk Hampir semua produk atau sumberdaya
bubur kertas di Sumatera, dimana telah dapat ditemukan di pasar lokal atau mempunyai
banyak biaya yang dikeluarkan untuk investasi- pengganti yang tersedia di pasar, hal ini
investasi Pengembangan Masyarakat, ternyata memungkinkan penggunaan nilai keuangan
juga memperlihatkan penambahan area yang untuk kompensasi. Hal tersebut akan mendorong
dipengaruhi oleh klaim-klaim tanah pada saat masyarakat lokal untuk lebih memiliki keinginan
dilakukannya studi ini. Perusahaan perkebunan yang kuat untuk mendapatkan uang dari
perlu menganalisa mengapa ini terjadi dan area tanah atau sumberdaya yang saat ini
bagaimana membuat investasi Pengembangan mendukung kehidupan mereka. Sehingga
Masyarakat sebagai cara untuk menurunkan memungkinkan bagi perusahaan-perusahaan
konflik lahan dan klaim-klaim. untuk mengkonversi lahan untuk kepentingan
Area konsesi bekas tebangan dalam keduanya; perusahaan dan masyarakat, apabila
pengembangan HTI tidak dapat disebut sebagai perhitungan kompensasi dilakukan secara
tanah kosong. Sumberdaya yang diperoleh tepat.
dari area tersebut sangat banyak dan memiliki Nilai yang diperhitungkan saat ini untuk
kegunaan yang luas cakupannya dan penting area dalam konsesi HTI didasarkan pada
bagi kehidupan masyarakat. Produk-produk penggunaan yang ada saat ini sebagai alternatif
penting masyarakat dikaitkan dengan tujuh pemanfaatan yang terbaik bagi lahan tersebut.
kategori yang ada dan diperoleh baik dari lahan Pada riset ini, tidak ada perbandingan dengan
perkebunan maupun area kehutanan. penggunaan area secara produktif lainnya,
Perkiraan nilai lahan per hektar per tahun contoh seperti pada perkebunan sawit.
untuk kawasan HTI mulai dari 350 hingga Alasannya adalah karena kita menghitung nilai
700 dolar AS tergantung pada tipe area yang lahan di dalam konsesi, yang secara hukum
diinginkan. Nilai tersebut lebih besar beberapa tidak dapat diganti dengan alernatif lainnya
kali jika dibandingkan dengan jumlah yang selain pengembangan perkebunan kayu untuk
saat ini diajukan oleh perusahaan-perusahaan bubur kertas. Sehingga perkebunan sawit,
sebagai skema keuntungan dalam penanaman karet atau kopi tidak dipertimbangkan sebagai
tanaman kayu untuk bubur kertas. Hal ini alternatif pemanfaatan untuk lahan area
dimana studi dilakukan.
42 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
REKOMENDASI
Untuk penyelesaian isu konflik lahan secara (LCt-1 - LCt )k = (β0 + β1 Agrikulturt-1 + β2 Bantuan
tepat, perusahaan-perusahaan harus untuk masyarakat t-1 + β 3 Education t-1 + β 4
memahami secara benar motivasi-motivasi dukungan masyarakatt-1 + β5 Infrastrukturt-1 ) k
yang memicu konflik tersebut pada lokasi-lokasi
tertentu. Dengan menggunakan metodologi (t adalah waktu, contohnya tahun)
yang dilakukan dalam studi ini, perusahaan
dapat meningkatkan pemahaman mereka Perusahaan-perusahaan di Indonesia juga
terhadap masyarakat beserta motivasinya, dan dapat membedakan sampel menurut periode-
menggunakan informasi ini untuk mengarahkan periode waktu, membagi sampel dalam
investasi Pengembangan Masyarakat kepada waktu sebelum dan sesudah tahun 1998 atau
suatu cara yang dapat mengurangi konflik yang sebelum dan sesudah perubahan kebijakan
berhubungan dengan biaya-biaya. Pengembangan Masyarakat, lalu hitung apakah
Pemahaman yang lebih baik mengapa ada perbedaan hasil dalam periode waktu
pembiayaan Pengembangan Masyarakat yang yang berbeda. Perhitungan ini akan membantu
besar terkait dengan area klaim yang lebih besar, untuk melihat pengaruh dari Pengembangan
juga merupakan hal yang penting. Sehingga Masyarakat saat ini terhadap pengurangan area
perusahaan perlu untuk menentukan elemen- yang dipengaruhi oleh klaim-klaim dan untuk
elemen pembiayaan Pengembangan Masyarakat menguji efektifitas dari kebijakan yang baru.
yang menurunkan atau dapat menurunkan Beberapa hasil akan membantu memisahkan
klaim-klaim lahan serta mempromosikannya. variabel-variabel yang memberikan pengaruh
Elemen-elemen program Pengembangan positif atau negatif dalam pengurangan area
Masyarakat yang dapat memberikan pengaruh yang dipengaruhi oleh klaim-klaim, dan
sebaliknya harus dihapuskan. Penambahan membantu perusahaan dalam menentukan
regresi dapat dilakukan untuk menghubungkan kebijakan baru terkait dengan program
lahan yang sedang dalam klaim dengan masing- Pengembangan Masyarakat. Perusahaan dapat
masing anggaran yang berbeda dalam program merealokasikan anggaran keuangan dari
Pengembangan Masyarakat, contohnya seperti variabel-variabel yang mendorong terjadinya
dibawah ini: klaim kepada variabel yang mengurangi
klaim, atau menggunakan anggaran untuk
LCk = β0 + β1 Agrikulturk + β2 Bantuan untuk meningkatkan jumlah yang ditawarkan dalam
masyarakat k + β3 Educationk + β4 dukungan skema Perusahaan – Masyarakat.
masyarakatk + β5 Infrastrukturk Apabila perusahaan ingin meningkatkan
penerimaan terhadap skema5, perusahaan harus
(k adalah besaran untuk masing-masing meningkatkan manfaat yang akan diterima oleh
Kabupaten) masyarakat untuk partisipasi mereka dalam
skema tersebut, dengan mempertimbangkan
Dan setiap perusahaan dapat melakukan biaya alternatif penggunaan terbaik untuk
perhitungan dengan rumus ini untuk jumlah setiap area di masing-masing lokasi tertentu.
yang banyak dari area yang kecil, contohnya Resiko yang muncul terkait dengan
kelompok-kelompok hutan daripada kabupaten, perubahan tata guna lahan dari sistem yang
untuk mendapatkan hasil yang lebih detail dan beragam menjadi hanya satu saja, tidak
tepat. dianalisa saat studi ini. Walaupun hampir semua
Kemungkinan lain adalah melakukan produk dapat ditemukan di pasar setempat
pengujian apakah pembiayaan Pengembangan atau masyarakat mengakui bahwa ada produk
Masyarakat dapat mengurangi area yang pengganti, beberapa jenis kegunaan mungkin
diklaim, dengan menggunakan perubahan- tidak disebutkan atau tidak memiliki pengganti
perubahan pada area yang diklaim untuk tahun di pasar. Analisis yang lebih dalam perlu
yang berbeda dan menentukan lag yang tepat dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat
di dalam fungsi: dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 43
penting setelah lahan tersebut dikonversi sama saat mengembangkan skema, dan masyarakat
seperti sebelumnya. Resiko yang berkaitan harus mengerti pengaruh dari resiko tersebut,
dengan pasar tidak juga di analisa; kayu untuk menyepakati strategi dan komitmen dari kedua
produksi bubur kertas hanya dapat dijual pada belah pihak untuk menguranginya. Hal ini
industri yang khusus di area tersebut; dan sangat mendasar ketika komitmen yang akan
apabila pabrik tersebut tutup, maka masyarakat dibuat bersifat jangka panjang (FAO 2002).
tidak akan memiliki pasar lain untuk kayu yang Masalah-masalah yang terkait dengan
mereka tanam dan akan memiliki kendala kemungkinan peningkatan harga produk ketika
biaya yang terkait dengan konversi lahan kebutuhan pasar lokal meningkat belum
yang baru. Beberapa jenis tanaman tertentu diperhitungkan dalam studi ini. Perusahaan
mungkin akan secara total hilang dari area harus memperhitungkan elemen ini untuk
tersebut atau akan memerlukan waktu yang menghitung secara tepat manfaat yang
panjang untuk pengembangan ulang setelah akan ditawarkan kepada masyarakat untuk
beberapa rotasi penanaman (utamanya adalah keberhasilan perjanjian-perjanjian jangka
Acacia spp). Resiko ini perlu diperhitungkan panjang.
44 Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
REFERENSI
AMEC 2001 APP Pulp Mills and Sinar Mas action learning programme among
Group forestry companies preliminary farm foresters, private companies, and
sustainable wood supply assessment. research and extension agencies, CIFOR,
AMEC Simons Forest Industry Consulting, Bogor, Indonesia. FAO, Rome.
and Asia Pacific Systems Engineering. Food and Agriculture Organization of the United
35p. Nations (FAO) 2003a State of the world’s
Asia Pulp and Paper Company (APP) 2002 forests. FAO, Rome.
Asia Pulp and Paper Company Ltd Food and Agriculture Organization of the
announces details of its October 15-16, United Nations (FAO) 2003b FAO
2002 discussions with bondholders. APP, statistical databases. 2003. [FAOSTAT
Singapore. 16p. adalah database multibahasa berbasis
Barr, C. 2001 Banking on sustainability: jaringan yang saat ini memiliki hampir
Structural adjustment and forestry 1 juta seri data yang mencakup statistik
reform in post-Suharto Indonesia. Center internasional pada 10 wilayah.] FAO,
for International Forestry Research Rome.
(CIFOR) dan WWF Macroeconomics for Forest Peoples Programme (FPP) 1994 Guyana:
Sustainable Development Program Office, Amerindians press land claims in large
Bogor. Barama concession. FPP. W.R. Movement,
Borges, B. 1996 Brazil’s Indian Foundation UK. [Diakses melalui internet tahun
rejects indigenous land claims. R.s.A. 2004.]
Program, Rainforest Action Network. Forest Peoples Programme (FPP) 1999
[Diakses melalui internet tahun 2004.] Government of Guyana grants eight
Biro Pusat Statistik (BPS) 2003 Weekly wage million acre mining concession to South
rate and median of production workers African company. FPP. W.R. Movement,
under supervisory level in manufacturing UK. [Diakses melalui internet tahun
industry by region: 1998, 1999 & 2000. 2004.]
BPS, Jakarta. [Diakses melalui internet Griffiths, W. dan Fairhurst, T.H. 2003
tahun 2004.] Implementation of best practices in an
Chomitz, K. dan Griffiths, C. 1996 Deforestation, oil palm rehabilitation project. Better
shifting cultivation, and tree crops Crops International 17(1):32.
in Indonesia: Nationwide patterns of Institute for Environment and Development
smallholder agriculture at the forest (IIED) 1999 Forest company-community
frontier (draft). Poverty, Environment, partnerships: Ingredients for success.
and Growth. World Bank, Washington DC. IIED, London, UK.
[Diakses melalui internet tahun 2004.] Institut Pertanian Bogor (IPB) 2000 Cost benefit
Departemen Kehutanan (DEPHUT) 2003 Data analysis of four case studies of outgrower
strategis kehutanan. DEPHUT, Jakarta. schemes in Indonesia. Faculty of Forestry,
Food and Agriculture Organization of the United IPB, Bogor.
Nations (FAO) 1997 State of the world’s Jones, D. 2003 APP debt restructuring threatens
forests. FAO, Rome. diplomatic furor. The Jakarta Post, March
Food and Agriculture Organization of the United 12. p. 20.
Nations (FAO) 2001 State of the world’s Kartodihardjo, H. dan Supriono, A. 2000 The
forests. FAO, Rome. impact of sectoral development on natural
Food and Agriculture Organization of the United forest conversion and degradation: The
Nations (FAO) 2002 Towards equitable case of timber and tree crop plantations
partnerships between corporate in Indonesia. Occasional Paper No. 26(E).
and smallholder partners: Relating CIFOR, Bogor. 14p.
partnerships to social, economic and Marchak, P. 1995 Logging the globe. Mc-Gill-
environmental indicators. Workshop Queen’s University Press, Montreal.
to develop joint proposals for an
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat 45
LAMPIRAN
Kuesioner 1: Jenis yang paling penting menurut kategori manfaat berdasarkan PDM
Responden Tanggal hari/bulan/tahun / /
Area yang dikelola/dimiliki oleh
Asal kelompok
responden (ha)
Lama tinggal Nama desa
dilokasi
Umur Dicatat oleh
Jenis kelamin Catatan lain
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Formulir isian ini terdiri atas 3 lembar
Untuk setiap kategori, beri kesempatan kepada responden untuk memikirkan sejenak produk-produk yang mereka anggap paling penting yang didapatkan
dari suatu area (maksimum 10). Tuliskan setiap produk yang disebut pada sebuah kartu dan bagikan 100 kerikil untuk menunjukkan nilai penting dari
masing-masing produk (bedakan dari setiap kategori). Indikasikan seberapa penting jenis-jenis atau kategori yang belum disebut dengan yang telah
disebut (jumlah yang telah disebut = 100).
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat
MDP Umum
MDP Umum
MDP Umum
MDP Umum
Nama tumbuhan atau hewan MDP Nama tumbuhan atau hewan MDP Nama tumbuhan MDP Nama tumbuhan MDP
MDP Umum
MDP Umum
MDP Umum
MDP Umum
Tumbuhan atau hewan Tumbuhan Tumbuhan atau hewan Tumbuhan atau hewan
Nama tumbuhan atau hewan MDP Nama tumbuhan MDP Nama tumbuhan atau hewan MDP Nama tumbuhan atau hewan MDP
Nama tumbuhan atau hewan MDP Nama tumbuhan atau hewan MDP Nama tumbuhan MDP
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat
* Biaya-biaya yang tidak masuk dalam istilah keuangan, contohnya apabila seorang anak perempuan harus mengurus adiknya pada saat keluarga mencari produk di tempat yang baru.
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Lampiran III: Jenis yang ada di pasar lokal dan harga
Lembar data: Harga jual barang Wawancara 3-5 penjaga toko
Responden Tanggal tanggal/bulan/tahun / /
Desa Diisi oleh
INSTRUKSI: Tambahkan di dalam lembar ini produk yang disebutkan oleh masyarakat yang dapat digunakan sebagai pengganti untuk produk yang saat ini
didapatkan dari hutan. Lembar data ini diisi setelah wawancara dengan seluruh keluarga di desa yang menggunakan lembaran isian 1 dan 2.
Pertanyaan (Jawaban)
1. Beras
Menuju Kemitraan Perusahaan – Masyarakat
2. Tepung
3. Minyak goreng
4. Minyak tanah
5. Gula
6. Ikan asin
7. Kain
8. Teh
9. Kopi
10. Bensin
11. Solar
51
52
13. Sarden
17. Rokok
18. Tali
(Obat-obatan)
•
•
Julia Maturana, Nicolas Hosgood, dan Aditya Alit Suhartanto
Studi ini melihat dua isu penting yang dihadapi oleh
perusahaan perkebunan di Indonesia, yaitu dampak
dari klaim lahan dan peran skema kemitraan. Studi
dilakukan dengan kolaborasi dengan beberapa
perusahaan perkebunan di negara ini. Klaim lahan
mempunyai dampak yang signifikan terhadap
perusahaan perkebunan dan terus mempengaruhi
area yang tidak kecil, meskipun perusahaan telah
menghabiskan waktu bertahun-tahun dan usaha-usaha
yang memakan biaya untuk mengurangi luas dan
jumlah area yang terkena klaim. Skema kemitraan
hanya mencapai hasil yang kecil, dimana sebagian
masyarakat memilih untuk tidak berpartisipasi dalam
menanam pohon kayu. Dokumen ini mempelajari klaim
lahan dengan menggunakan data historis. Dokumen
ini juga menceritakan secara detil penggunaan
masyarakat terhadap metode partisipatif yang baru
saja dikembangkan untuk memberi kejelasan mengenai
isu-isu ini. Meskipun data dan analisis difokuskan
kepada Indonesia, kesimpulan yang dihasilkan dapat
diaplikasikan di situasi serupa di negara-negara tropis
lainnya dan membantu memperbaiki jalan dimana
perusahaan dan masyarakat dapat hidup berdampingan
dan berhubungan satu sama lain.