Anda di halaman 1dari 49

1

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI KPH XIV SIDIKALANG
(1 JULI 2020 S/D 31 JULI 2020)

Oleh :
Eriska A. Nababan 171201051
Alimson P. E Simbolon 171201177
Jeremia Marasi Simanungkalit 171201212
Yulyus O. Manurung 171201222

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

1
i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) Di KPH XIV Sidikalang


( 1 Juli s/d 31 Agustus 2020)

Nama/NIM: Eriska A. Nababan 171201051


Alimson P. E Simbolon 171201177
Jeremia Marasi Simanungkalit 171201212
Yulyus O. Manurung 171201222

Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing

(Mariah Ulfa, S.Hut, M.Sc)


NIP. 199203152020012001

Diketahui oleh,
Ketua Departemen Budidaya Hutan

(Prof. Mohammad Basyuni, S. Hut., M.Si, Ph.D)

NIP. 197304212000121001

Tanggal Ujian PKL : 15 September 2020

i
ii

RINGKASAN

Kegiatan Praktik Kerja Lapang dilakukan di KPH Wilayah XIV


Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara tanggal 1-31 Juli 2020. Praktik
Kerja Lapang ini bertujuan untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan
mahasiswa/i dari berbagai kegiatan yang direncanakan dalam instansi, perusahaan
atau industri sehingga dapat menerapkan apa yang diperolehnya dibangku
perkuliahan agar sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan didunia industri.
KPH merupakan Kesatuan Pengelolaan Hutan terkecil sesuai dengan
fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari
yang berperan sebagai penyelenggaraan pengelolaan hutan di tingkat tapak yang
menjadi sistem pengurusan hutan nasional dan provinsi. UPT KPH Wilayah XIV
berkedudukan di Sidikalang dengan wilayah kerja KPH Unit VIII KPHL Dairi
dan KPH Unit XV KPHP Pakpak Bharat. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) Unit VIII merupakan salah satu KPH Lindung di Provinsi Sumatera
Utara yang wilayah kelolanya secara administrasi berada di Kabupaten Dairi.
KPHL Unit VIII masuk kedalam UPTD XIV Sidikalang dengan luas
wilayah kelola kurang lebih 49.395,37 ha dengan rincian Hutan Lindung (HL)
seluas kurang lebih 29.603,53 ha, Hutan Produksi Tetap (HP) seluas kurang lebih
91,24 ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas kurang lebih 19.700,60 ha.
Berdasarkan fakta di lapangan potensi HHBK yang ditemukan antara lain :
kemenyan, rotan, bambu, lebah madu, aren, gambir, durian dan lainnya. Jenis
pohon yang ditemukan dalam KPHL Unit VIII Dairi diantaranya yaitu Damar
(Hopea sangal Korth), Kemenyan (Dyera costulata); Durian (Durio zibethinus),
Meranti (Shorea sp.) dan Tulasan (Altingia excelsa). Jenis satwa/ fauna
dilindungi oleh undang-undang yang hidup secara liar pada wilayah KPHL Unit
VIII Dairi, yaitu: Harimau Sumatera (Phantera tigris sumateraensis), Gajah
Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Beruang (Helarctos malayanus), rusa
(Cervus timorensis), landak (Histrix brachura), kijang (Muntiacus muntjak),
siamang (Hylobates syndactylus), tringgiling ( Manis javanica), dan babi hutan
(Sus vittatus).
KPH unit XV Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara seluas
kurang lebih 90.757,41Ha dengan rincian Hutan Lindung (HL) seluas 41.317,13
Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 49.389,51 Ha, Hutan Produksi (HP)
seluas 50,77Ha. Wilayah KPHP Unit XV Pakpak Bharat tersebar di 7 Kecamatan
dan 31 desa yaitu Kecamatan Kerajaan, Tinada, Sitellu Tali Urang Jehe,
Pargetteng-getteng Sengkut, Salak, Sitellu Tali Urang Julu, dan Pagindar. Jenis
satwa/fauna dilindungi oleh undang-undang yang hidup secara liar di wilayah
KPHP Unit XV Pakpak Bharat yaitu Harimau (Phantera tigris sumateraensis),
Landak (Histrix brachura), Kijang (Muntiacus muntjak), dan Siamang (Hylobates
syndactylus), Tringgiling (Manis javanica), Beruang (Helarctos malayanus) dan
Babi Hutan (Sus vittatus). Berdasarkan informasi masyarakat sekitar masih ada
hewan dilindungi lainnya seperti Kambing hutan (Nemorhaedus sumatraensis),
Kera kepala putih (Presbytis thomasi) dan Murai Batu (Copsychus malabaricus).

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa,
karena atas berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak KPH XIV Sidikalang dan
segenap jajaran karyawan serta masyarakat sekitar yang telah memberi
kesempatan untuk dapat melakukan kegiatan yang telah terlaksana.
Laporan ini memuat seluruh kegiatan yang dilakukan selama praktik kerja
lapangan di KPH XIV Sidikalang. Laporan ini menjelaskan tentang kegiatan
selama melakukan PKL seperti pengambilan titik koordinat, pembuatan peta,
survey industri hasil hutan kayu, patroli pengamanan kawasan hutan, ekowisata
dan kegiatan lainnya yang kami lakukan bersama pihak KPH XIV Sidikalang dan
masyarakat di sekitar wilayah kerja KPH XIV Sidikalang.
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara dan juga untuk mengetahui
kegiatan pengelolaan hutan lestari di KPH XIV Sidikalang. Kami berharap
Laporan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
kehutanan.
.

Sidikalang, September 2020

Penulis

iii
iv

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
RINGKASAN ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................... 1
Tujuan .......................................................................................................1

BAB II KONDISI UMUM KPH XIV SIDIKALANG


2.1 Profil KPH XIV Sidikalang .................................................................. 3
2.1.1 KPHL Unit VIII Dairi ................................................................... 3
2.1.2 KPHP Unit XV Pakpak Bharat ..................................................... 4

2.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran ............................................................. 7


2.2.1 Visi 7
2.2.2 Misi 7
2.2.3 Tujuan dan Sasaran ....................................................................... 7

2.3 Struktur Organisasi .............................................................................. 7

BAB III LAPORAN KEGIATAN PKL


3.1 Pengenalan KPH XIV Sidikalang ......................................................... 8
3.2 Pengumpulan Informasi Tentang KPH XIV Sidikalang ........................ 9
3.3 Mengamati Pelaksanaan Pembuatan Rancangan Teknis
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Desa Silima Kuta,
Kec. Tinada, Kab. Pakpak Bharat ....................................................... 12
3.4 Penentuan Tata Batas Areal Kawasan Hutan Hutan Produksi
Terbatas dan Hutan Lindung .............................................................. 14
3.5 Pembuatan Peta dan Tata Batas Areal Kawasan Hutan Hutan
Produksi Terbatas dan Hutan Lindung Kecamatan
Pargetteng-Getteng Sengkut ............................................................... 16
3.6 Survey Industri Hasil Hutan Kayu ....................................................... 17
3.7 Pengenalan Contoh Jenis Kayu Wilayah Kerja KPH XIV
Sidikalang .......................................................................................... 19
3.8 Hasil Pengukuran Dan Pemancangan Batas Areal Rehabilitasi
Hutan Dan Lahan Tahun 2019 UPT. KPH Wilayah XIV
Sidikalang .......................................................................................... 24

iv
v

3.9 Pembuatan Peta Dari Pelaksanaan Pembuatan Rancangan


Teknis Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Desa
Silima Kuta, Kec. Tinada, Kab. Pakpak Bharat................................... 26
3.10 Patroli dan Pengamanan Hutan .......................................................... 28
3.11 Penyiapan/ Penyusunan Rancangan Teknis Kegiatan Kehutanan
Di Desa Lau Sireme, Kec. Tiga Lingga, Kab. Dairi .......................... 30
3.12 Kegiatan patroli dan wawancara di Desa Sukaramai .......................... 31
3.11 Ekowisata.......................................................................................... 32

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan............................................................................................... 35
Saran ........................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA

v
vi

DAFTAR ISI

Halaman
Tabel 1. Sebaran pembagian blok wilayah kerja KPHL Unit VIII ......................... 3
Tabel 2. Pembagian blok pada KPHP Unit XV Pakpak Bharat ............................. 6
Tabel 3. Jenis kayu dan nama ilmiah di wilayah kerja KPH XIV Sidikalang....... 20

vi
vii

DAFTAR
DAFTARGAMBAR
TABEL

Halaman
Gambar 1. Kawasan KPHP Unit XV Pakpak Bharat .........................................5
Gambar 2. Pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang ................................... 9
Gambar 3. Buku RPHJP................................................................................... 12
Gambar 4. Peta Areal Penanaman MPTS Aonarkan 1. .................................... 13
Gambar 5. Pengarahan Pihak KPH IX Sidikalang ............................................ 14
Gambar 6. Pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang .................................. 16
Gambar 7. Peta areal kawasan Hutan Produksi Desa Aornakan 1 .................... 17
Gambar 8. Pembuatan peta areal rehabilitasi lahan ........................................... 17
Gambar 9. Survey di UD. Sakawan .................................................................. 19
Gambar 10. Survey di UD. Sabena ................................................................... 19
Gambar 11. Survey di CV. Timbul Manik ........................................................ 19
Gambar 12. Melihat koleksi jenis kayu yang terdapat di lemari
KPH XIV Sidikalang ................................................................... 24
Gambar 13. Peta Dari Pelaksanaan Pembuatan Rancangan Teknis
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Desa
Silima Kuta, Kec. Tinada, Kab. Pakpak Bharat ............................ 27
Gambar 14. Pembuatan peta............................................................................. 28
Gambar 15. Bangunan permanen ..................................................................... 29
Gambar 16. Koordinasi sebelum kelapangan .................................................... 29
Gambar 17. Kawasan yang beralih fungsi ........................................................ 29
Gambar 18. Diskusi dengan aparat desa ........................................................... 31
Gambar 19. Areal yang memerlukan penanaman ............................................. 31
Gambar 20. Wawancara dengan Aparat Desa ................................................... 32
Gambar 21. Air terjun Lae Singgabit ................................................................ 34

v
ii
viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan PKL


Lampiran 2. Tabel Kegiatan PKL harian

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata
bagi kehidupan bangsa Indonesia baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun
aspek ekonomi. Hutan sangat penting, tidak hanya untuk pembangunan ekonomi
nasional dan mata pencaharian masyarakat setempat, tetapi juga berfungsi sebagai
sistem lingkungan global. Untuk itu dalam pengurusannya secara
berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat bagi generasi sekarang maupun
generasi mendatang yang akan terus berkelanjutan. Indonesia adalah salah satu
negara yang memiliki hutan yang luas di dunia dengan berbagai jenis hutan,
rumah bagi lebih dari 10% spesies tumbuhan dan hewan di dunia.
Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) ditingkat lokal sebagai
entitas manajemen baru dan permanen secara langsung menangani permasalahan
yang ada dan memberikan dasar untuk tata kelola hutan yang lebih baik,
perencanaan, manajemen sumber daya hutan, pemantauan dan keterlibatan
pemangku kepentingan. Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor
penentu bagi maju-mundurnya suatu bidang usaha, khususnya yang bergerak di
bidang kehutanan. Dengan Sumberdaya manusia yang memiliki wawasan dan
skill tinggi, maka diharapkan Tujuan Nasional Negara kita dapat terwujud.
Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan yang
mempersiapkan mahasiswa untuk dapat bermasyarakat, khususnya pada disiplin
ilmu yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan. Dalam dunia pendidikan
hubungan antara teori dan praktik merupakan hal penting untuk membandingkan
serta membuktikan sesuatu yang telah dipelajari dalam teori dengan keadaan
sebenarnya dilapangan. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah
satu upaya sistem pendidikan tinggi kehutanan dalam rangka mempersiapkan
calon-calon sarjana Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara yang mampu memiliki pemahaman yang utuh terkait berbagai
aspek pengelolaan sumberdaya hutan secara adil dan berkesinambungan.
Dengan terlaksananya kegiatan PKL diharapkan calon-calon sarjana
kehutanan secara langsung dapat melakukan sharing of knowledge antara lain
ilmu, konsep dan teori dengan pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya
hutan di lapangan. Melalui sharing of knowledge itulah diharapkan akan terjadi
proses transformasi pengetahuan secara timbal balik dan konstruktif antara dunia
kampus dan dunia kerja. Melalui PKL mahasiswa akan memperoleh tambahan
ketrampilan, informasi, wawasan dan pemahaman terhadap permasalahan tertentu,
sehingga mampu membandingkan antara teori dan pelaksanaan praktik di
lapangan.

1.2 Tujuan
Secara umum pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan bertujuan
untuk ”Penerapan dan pengembangan pengetahuan serta keterampilan
yang dimiliki selama belajar diperusahaan/di dunia kerja.”
Secara khusus, tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah :

ix
2

1. Membekali mahasiswa/i dengan pengalaman kerja sebenarnya didalam dunia


kerja dan masyarakat.
2. Memantapkan keterampilan mahasiswa/i yang diperoleh selama masa
perkuliahan.
3. Menetapkan disiplin, rasa tanggung jawab dan sikap profesional dalam
bertugas sehingga menambah pengalaman dalam persiapan untuk terjun
langsung kedunia kerja yang sesungguhnya.
4. Memperoleh pengalaman dan perluasan terhadap ilmu-ilmu di tempat kerja
praktik yang belum dikenal oleh mahasiswa/i.
5. Mendorong mahasiswa/i supaya dapat menciptakan lapangan kerja bagi
dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.

2
3

BAB II
KONDISI UMUM KPH WILAYAH XIV SIDIKALANG

2.1 Profil KPH XIV Sidikalang


( Buku Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek, 2020 ) KPH
merupakan Kesatuan Pengelolaan Hutan terkecil sesuai dengan fungsi pokok dan
peruntukkannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari yang berperan
sebagai penyelenggaraan pengelolaan hutan di tingkat tapak yang
menjadi sistem pengurusan hutan nasional dan provinsi.
UPT KPH Wilayah XIV berkedudukan di Sidikalang
dengan wilayah kerja KPH Unit VIII KPHL Dairi dan KPH Unit XV KPHP
Pakpak Bharat.
2.1.1 KPHL Unit VIII Dairi
Menurut ( Buku Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek, 2017-2026 )
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit VIII merupakan salah satu
KPH Lindung di Provinsi Sumatera Utara yang wilayah kelolanya secara
administrasi berada di Kabupaten Dairi. KPHL Unit VIII masuk kedalam UPTD
XIV Sidikalang dengan luas wilayah kelola kurang lebih 49.395,37 ha dengan
rincian Hutan Lindung (HL) seluas kurang lebih 29.603,53 ha, Hutan Produksi
Tetap (HP) seluas kurang lebih 91,24 ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT)
seluas kurang lebih 19.700,60 ha. Wilayah kerja KPHL Unit VIII berada di Kab.
Dairi, Sumatera Utara. Secara geografis berada pada 2040’00”-3007’00” LU,
98055’00”-98020’00” BT dengan ketinggian 400-1700m diatas permukaan laut
dan luas wilayah kurang lebih 49.395,37 ha. Wilayah kerja KPHL Unit VIII
berada pada 8 kecamatan yaitu Berampu, Lae Parira, Silima Pungga-pungga,
Siempat Nempu Hilir, Siempat Nempu, Tigalingga, Gunung Sitember, dan Tanah
Pinem. Sebagian besar (55,38%) wilayah KPHL Unit VIII Dairi berada di Kec.
Tanah Pinem, 16,59% di Kec. Silima Pungga-pungga, 12,71% di Kec. Siempat
Nempu Hilir dan sisanya menyebar di lima kecamatan lainnya. Pada masing-
masing fungsi hutan selanjutnya dibagi menjadi 4 blok pengelolaan yaitu: blok
inti, blok pemberdayaan, blok pemanfaatan dan blok perlindungan. Blok inti (HL)
dan blok perlindungan (HP) juga memiliki potensi jasa lingkungan, wisata alam
dan HHBK sehingga sangat dimanfaatkan.

Tabel 1. Sebaran pembagian blok wilayah kerja KPHL Unit VIII


Nomor Fungsi Fungsi Blok Luas (Ha) Persentase
Kawasan (%)
Hutan
1 HL Blok inti 2.078,67 4,21
2 HL Blok pemanfaatan 27.524,86 55,72
3 HP Blok pemberdayaan 35,87 0,07
4 HPT Blok pemberdayaan 18.148,89 36,74
5 HP Blok Perlindungan 55,37 0,11
6 HPT Blok Perlindungan 1.551,71 3,14
Total 49.395,37 100.00

3
4

Tutupan lahan pada KPHL Unit VIII secara umum yang masih berhutan
sekitar 43,87% seluas 21.671,81 Ha dan non-hutan 56,13% seluas 27.723,56 Ha.
Berdasarkan BPDAS-HL Wampu Ular (2018), wilayah Kabupaten Dairi dibagi
dalam 2 DAS yaitu DAS Singkil seluas 44.210,02 (89,50%) dan DAS Wampu
seluas 5.185,35 (10,50%). Namun wilayah kelola KPHL Unit VIII Dairi secara
keseluruhan merupakan bagian dari DAS Singkil. Adapun sungai-sungai tersebut
adalah Sungai Lae Renun, Lae Simbelin, Lau Gunung, Lau Belulus dan lainnya.
Pada wilayah KPHL Unit VIII Dairi ditemukan 53 jenis tegakan dengan jenis
tegakan yang mendominasi yaitu jenis Damar (Araucarias spp.), Meranti (Shorea
sp.) dan haundolok (Eugenia sp.). Jenis vegetasi pada lokasi kegiatan inventarisasi
berupa hutan dengan kerapatan sedang dan mempunyai potensi tegakan yang
sedang. Pada umumnya wilayah KPHL Unit VIII Dairi yang telah diusahakan
oleh masyarakat setempat dengan tanaman kemiri(Aleurites moluccanus),
durian(Durio zibethinus), coklat(Theobroma cacao), kopi(Coffea sp) serta
tanaman jagung(Zea mays).
Berdasarkan fakta dilapangan potensi HHBK yang ditemukan antara lain :
kemenyan(Styrax paralleloneurum), rotan(Calamus axillaris), bambu(Bambuseae
sp), lebah madu(Apis sp), aren(Arenga pinnata), gambir(Uncaria acida),
durian(Durio zibethinus) dan lainnya. Jenis pohon yang ditemukan dalam KPHL
Unit VIII Dairi diantaranya yaitu damar (Hopea sangal Korth), kemenyan (Dyera
costulata); durian (Durio zibethinus), meranti (Shorea sp.) dan tulasan(Altingia
excelsa). Jenis satwa/ fauna dilindungi oleh undang-undang yang hidup secara liar
pada wilayah KPHL Unit VIII Dairi, yaitu: Harimau Sumatera (Phantera tigris
sumateraensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Beruang
(Helarctos malayanus), rusa (Cervus timorensis), landak (Histrix brachura),
kijang (Muntiacus muntjak), siamang (Hylobates syndactylus), tringgiling ( Manis
javanica), dan babi hutan (Sus vittatus). Satwa lain jarang (tidak pernah) dijumpai
lagi, namun berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar hutan tersebut masih
ada hewan yang dilindungi lainnya seperti kambing hutan (Nemorhaedus
sumatraensis), kera kepala putih(Presbytis frontata) dan murai batu (Kittacinla
malabarica).
2.1.2 KPHP Unit XV Pakpak Bharat
Secara geografis KPHP Unit XV terletak di wilayah Kabupaten Pakpak
Bharat Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis berada pada 2 o15’00” sampai
dengan 2o47’00” Lintang Utara dan 98o04’00” sampai dengan 98o31’00” Bujur
Timur, dengan ketinggian 250-1500 meter diatas permukaan laut. Adapun secara
administrasi pemerintah, wilayah kelola KPHP Unit Pakpak Bharat terletak di
wilayah Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Tinada, Kecamatan Salak, Kecamatan
Pergetteng Getteng Sengkut, Kecamatan Sitellu Tali Julu, Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jahe dan Kecamatan Pagindar Kabupaten Pakpak Bharat
Provinsi Sumatera Utara. Hal ini seperti terlihat pada gambar 1. yang
memperlihatkan kawasan KPHP Unit XV Pakpak Bharat.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 48 Tahun 2017
tentang Tugas, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara, KPH Wilayah XI Pandan mempunyai 3 (tiga) unit
kelola KPH yaitu KPHL unit XXIV, KPHL unit XXV,
dan KPHP unit XXVII.

4
5

Gambar 1. Kawasan KPHP Unit XV Pakpak Bharat

Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi Unit XV Pakpak Bharat Provinsi


Sumatera Utara pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. Sk. 102/Menhut-II/2010 tanggal 5 maret 2010 tentang penetapan
wilayah Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi (KPHP) Unit XV luasnya kurang
lebih 112.166 ha dengan rincian Hutan Lindung (HL) seluas kurang lebih 41.641
Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas kurang lebih 70.525 Ha. Luasan
tersebut masih mengacu pada SK Menteri Kehutanan no. 44 tahun 2005. Pada
tanggal 24 Juni 2014, Menteri Kehutanan RI
Mengeluarkan SK nomor : SK.579/Menhut-II2014 mengenai Kawasan Hutan di
Sumatera Utara. Berdasarkan SK tersebut, maka luas KPH unit XV kabupaten
Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara yang semula 112.166 ha, menyesuaikan
dengan SK baru nomor SK.579/MENHUT-II/2014 tentang kawasan hutan di
Sumatera Utara menjadi seluas kurang lebih 90.757,41Ha dengan rincian Hutan
Lindung (HL) seluas 41.317,13 Ha,
Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 49.389,51 Ha, Hutan Produksi (HP)
seluas 50,77Ha. Wilayah KPHP Unit XV Pakpak Bharat
tersebar di 7 Kecamatan dan 31 desa yaitu Kecamatan Kerajaan, Tinada, Sitellu
Tali Urang Jehe, Pargetteng-getteng Sengkut, Salak, Sitellu Tali Urang Julu, dan
Pagindar.
Wilayah KPHP Unit XV Pakpak Bharat dikelompokkan dalam 2 blok
pengelolaan yaitu; 1. Blok pada wilayah KPHP yang kawasan hutannya berfungsi
sebagai HL, yaitu Blok inti dan Blok pemanfaatan; 2. Blok
pada wilayah KPHP yang kawasan hutannya berfungsi
sebagai Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi
Tetap, yaitu Blok perlindungan, Blok pemanfaatan kawasan,
Blok pemanfaatan HHK/HHA dan Blok pemberdayaan masyarakat.

5
6

Tabel 2. Pembagian blok pada KPHP Unit XV Pakpak Bharat


No Blok Luas (Ha)
1 Blok inti 4.936,48
2 Blok pemanfaatan 36.380,65
3 Blok pemanfaatan HHK-HA 26.210,04
4 Blok pemanfaatan Jasling dan HHBK 3.284,29
5 Blok pemberdayaan 14.701,81
6 Blok perlindungan 5.244,12
Total 90.757,39
Sumber : BPKH Wilayah 1 Medan

Penutupan lahan pada wilayah KPHP Unit XV Pakpak Bharat didominasi


oleh hutan sekunder seluas kurang lebih 57.885,34 Ha (63,78%) dan lahan hutan
kering primer 18.101,00 Ha (19,94%). Tutupan lahan yang mendominasi
selanjutnya adalah pertanian lahan kering yang mencapai 8.356,82 Ha. Jenis hasil
hutan bukan kayu yang ada seperti rotan, kemenyan, bamboo, gambir, nilam, aren
dan lebah madu. Komoditas ini sebagian besar sudah diusahakan oleh masyarakat
dan menjadi salah satu komoditas unggulan Kabupaten Pakpak Bharat.
Terdapat jenis-jenis pohon dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972 yaitu terdiri dari
damar (Hopea sangal Korth), madang(Phoebe sp), jelutung(Dyera costulata),
durian (Durio cannatus Mast), meranti (Shore sp.), meranti merah(Shorea
pinanga), meranti kuning (Shorea multiflora)dan Tulasan.
Jenis satwa/fauna dilindungi oleh undang-undang yang hidup secara liar di
wilayah KPHP Unit XV Pakpak Bharat yaitu harimau (Phantera tigris
sumateraensis), landak (Histrix brachura), kijang (Muntiacus muntjak), dan
siamang (Hylobates syndactylus), tringgiling (Manis javanica),
beruang (Helarctos malayanus) dan babi hutan (Sus vittatus).
Dari informasi masyarakat sekitar masih ada hewan dilindungi
lainnya seperti kambing hutan (Nemorhaedus sumatraensis),
kera kepala putih (Presbytis frontata ) dan murai batu
(Copsychus malabaricus).
Salah satu potensi wisata alam yang terdapat di wilayah KPHP Unit XV
Pakpak Bharat adalah air terjun Lae Une yang memiliki akses masuk
yang cukup dekat. Sampai saat ini air terjun ini belum
dikelola dengan baik sehingga belum bisa memberikan kontribusi baik terhadap
pemerintah maupun masyarakat disekitar air terjun tersebut. Selain
itu terdapat juga air terjun Singgabit di Desa Mahala Kec. Tinada yang
masuk kedalam blok pemberdayaan Hutan Produksi Terbatas.
Potensi Jasa Lingkungan yang bisa diperoleh dari KPHP Unit XV Pakpak
Bharat adalah pemanfaatan air untuk pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Ada juga potensi pengembangan untuk air minum di
Lae Cimbe di Desa Sukarame yang masuk kedalam blok
pemanfaatan Hutan Lindung. Selain itu, cadangan karbon yang cukup besar
terutamapada blok HL Inti memiliki potensi yang besar untuk
masuk dalam skema pengelolaan KPH.

6
7

2.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran


2.2.1 Visi
Visi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2018 adalah
“Mewujudkan Hutan Lestari Menuju Masyarakat Sejahtera”.
2.2.2 Misi
Adapun Misi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 –
2018 adalah :
a. Memantapkan status kawasan utan.
b. Meningkatkan rehabilitasi hutan dan lahan.
c. Meningkatkan pengelolaan hutan dan hasil hutan.
d. Meningkatkan perlindungan hutan dan hasil hutan.
e. Meningkatkan kualitas perencanaan dan sumber daya manusia kehutanan.
2.2.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan merupaklan penjabaran atau implementasi dari pertanyaan misi
yang lebih spesifik dan terukur akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1
(satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan
yaitu kondisi yang ingin dihasilkan oleh suatu organisasi melalui tindakan yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan (hasil). Maka tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai oleh UPT KPH Wilayah XIV Sidikalang adalah sebagai berikut :
Tujuan :
1. Meningkatkan kepastian hukum kawasan hutan di KPH Wilayah XIV.
2. Meningkatkan kualitas, kondisi, fungsi dan daya dukung hutan dan lahan.
3. Optimalisasi pengelolaan hutan secara lestari.
4. Menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan.
5. Meningkatkan tata kelola administrasi penyelenggaraan kepemerintahan di
bidang kehutanan secara efektif dan efisien serta tersedianya Sumber Daya
Manusia Kehutanan yang profesional.
Sasaran :
1. Mantapnya status dan tata batas kawasan hutan.
2. Peningkatan jumlah pengelolaan hutan tingkat tapak.
3. Meningkatnya produktivitas sumber daya hutan dan luas hutan tanaman.
4. Menurunnya tingkat gangguan keamanan hutan ( pencurian hasil hutan
dan perambahan hutan) dan kerusakan kawasan hutan.
2.3 Struktur Organisasi
Organisasi UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah XIV, terdiri dari :
a. UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan;
d. Seksi Perlindungan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat;
e. Kelompok Jabatan Fungsional;
f. Unit KPHL dan atau KPHP

7
8

BAB III
LAPORAN KEGIATAN PKL

3.1 Pengenalan KPH XIV Sidikalang


Hari, Tanggal : Rabu, 01 Juli 2020
Waktu : 08.00-12.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Kantor KPH XIV Sidikalang

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah materi pemaparan oleh pihak
KPH XIV Sidikalang dan jurnal harian.

Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Pengarahan oleh pihak
KPH XIV Sidikalang disampaikan oleh Kepala KPH XIV Sidikalang yaitu Ibu
Karolyn S. Simanjuntak, SH., M. AP dan Kepala Seksi Perencanaan dan
Pemanfaatan Hutan Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut., MM.

Permasalahan
Ada beberapa jadwal atau agenda PKL yang harus direvisi dikarenakan
kegiatan tidak dilakukan oleh KPH XIV Sidikalang seperti kegiatan persemaian
dan lainnya. Beberapa kegiatan tidak dilaksanakan karena sedang masa pandemic
Covid 19.

Pemecahan Masalah
Menentukan jadwal kembali yang sesuai dengan kegiatan di KPH XIV
Sidikalang serta menerapkan protocol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.

Hasil Dan Pembahasan


Materi mengenai KPH XIV Sidikalang dipaparkan oleh Kepala KPH XIV
Sidikalang yaitu Ibu Karolyn S. Simanjuntak, SH., M. AP dan Kepala Seksi
Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan yaitu Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut.,
MM kepada mahasiswa PKL yang bertujuan untuk mengetahui wilayah kerja
KPH XIV Sidikalang, dasar hukum KPH; mengetahui fungsi KPH; mengetahui
lingkup KPH; mengetahui potensi hutan KPH yang terdiri atas hasil hutan kayu,
hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan.
UPT KPH Wilayah XIV berkedudukan di Sidikalang dengan wilayah kerja
KPH Unit VIII KPHL Dairi dan KPH Unit XV KPHP Pakpak Bharat. Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit VIII Dairi dengan luas wilayah kelola
kurang lebih 49.395,37 ha dengan rincian Hutan Lindung (HL) seluas kurang
lebih 29.603,53 ha, Hutan Produksi Tetap (HP) seluas kurang lebih 91,24 ha dan
Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas kurang lebih 19.700,60 ha. Wilayah kerja
KPHL Unit VIII berada di Kab. Dairi, Sumatera Utara. Secara geografis berada
pada 2040’00”-3007’00” LU, 98055’00”-98020’00” BT dengan ketinggian 400-
1700m diatas permukaan laut dan luas wilayah kurang lebih 49.395,37 ha.
Berdasarkan fakta dilapangan potensi HHBK yang ditemukan antara lain :

8
9

Kemenyan, rotan, Bambu, Lebah Madu, Aren, Gambir, Durian dan lainnya. Jenis
pohon yang ditemukan dalam KPHL Unit VIII Dairi diantaranya yaitu Damar
(Hopea sangal Korth), Kemenyan (Dyera costulata); Durian (Durio zibethinus),
Meranti (Shorea sp.), tulasan dan lainnya.
Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi Unit XV Pakpak Bharat Provinsi
Sumatera Utara pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. Sk. 102/Menhut-II/2010 tanggal 5 maret 2010 tentang penetapan
wilayah Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi (KPHP) Unit XV luasnya kurang
lebih 112.166 ha dengan rincian Hutan Lindung (HL) seluas kurang lebih 41.641
Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas kurang lebih 70.525 Ha. Luasan
tersebut masih mengacu pada SK Menteri Kehutanan no. 44 tahun 2005. Pada
tanggal 24 Juni 2014, Menteri Kehutanan RI Mengeluarkan SK nomor :
SK.579/Menhut-II2014 mengenai Kawasan Hutan di Sumatera Utara.
Berdasarkan SK tersebut, maka luas KPH unit XV kabupaten Pakpak Bharat
Provinsi Sumatera Utara yang semula 112.166 ha, menyesuaikan dengan SK baru
nomor SK.579/MENHUT-II/2014 tentang kawasan hutan di Sumatera Utara
menjadi seluas kurang lebih 90.757,41Ha dengan rincian Hutan Lindung (HL)
seluas 41.317,13 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 49.389,51 Ha,
Hutan Produksi (HP) seluas 50,77Ha. Berikut merupakan gambar yang
menunjukkan ketika pihak dari KPH XIV Sidikalang yaitu yaitu Ibu Karolyn S.
Simanjuntak, SH., M. AP dan Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan
Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut., MM sedang melakukan pengarahan dan
pengenalan kepada mahasiswa Prakti Kerja lapang.

Gambar 2. Pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang.

Kesimpulan
Jadwal disesuaikan setiap minggu karena masa pandemic Covid 19
menyebabkan kegiatan yang direncanakan oleh KPH XIV Sidikalang tidak dapat
dilaksanakan. Mendapatkan informasi mengenai KPH XIV Sidikalang dan
membuat rencana kegiatan PKL yang sesuai dan telah disepakati bersama dengan
KPH XIV Sidikalang.

3.2 Pengumpulan Informasi Tentang KPH XIV Sidikalang


Hari, Tanggal : 02, 06, 07, 27 dan 28 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Kantor KPH XIV Sidikalang

9
10

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah buku RPHJP KPHL Unit VIII
Dairi dan buku RPHJPd KPHP Unit XV Pakpak Bharat dan jurnal harian.

Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengumpulkan informasi terkait KPH XIV Sidikalang dengan
mengumpulkan informasi dari buku RPHJP KPHL Unit VIII Dairi dan Buku
RPHJPd KPHP Unit XV Pakpak Bharat.

Permasalahan
Informasi mengenai KPH XIV Sidikalang terbatas dan tidak tersedia di
internet

Pemecahan Masalah
Menggunakan informasi dari pustaka KPH XIV Sidikalang.
Hasil Dan Pembahasan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit VIII merupakan salah
satu KPH Lindung di Provinsi Sumatera Utara yang wilayah kelolanya secara
administrasi berada di Kabupaten Dairi. KPHL Unit VIII akan mensosialisasikan
program-progam perhutanan sosial dalam rangka pemberdayaan masyarakat, yang
bertujuan membangkitkan minat masyarakat, untuk bersinergi mengelola hutan.
Tahapan selanjutnya adalah pendampingan terhadap kelompok masyarakat
/kelompok tani hutan umtuk melaksanakan program-program perhutanan sosial,
yaitu Hutan Kemasyarakatan, Hutan desa, Hutan Adat, Hutan Tanaman Rakyat
dan Kemitraan Kehutanan pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung.
Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan non kehutanan (kawasan HL
dan HPT) harus didahului proses pinjam pakai kawasan hutan sesuai norma,
standar, prosedur dan kriteria yang diatur Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Bagi kegiatan yang bersifat strategis proses pinjam pakai dapat
dilkukan melalui kerjasama yang diatur oleh Direktur Jenderal. Permasalahan
utama pada wilayah kerja KPHL Unit VIII adalah : 1. Aspek ekologi; degradasi
hutan dan fragmentasi hutan, menurunnya keanekaragaman hayati; 2. Aspek
ekonomi; berkurangnya hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,
menurunnya kesejahteraan diukur dari hasil hutan; kurangnya peluang usaha dan
kesempatan kerja; belum dikembangkannya pengolahan dan akses pasar HHBK
yang bebas; rendahnya insentif modal usaha kehutanan; serta belum
dikembangkannya pemanfaatan jasa wisata dan jasa lingkungan lainnya yang
dapat menyediakan lapangan usaha/kerja; 3. Aspek sosial budaya; keberagaman
suku memerlukan pendekatan sosial berbeda; lemahnya penegakan hukum,
rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat masyarakat sekitar hutan,
serta 4. Aspek kelembagaan; belum dipahaminya batas-batas kawasan hutan;
kepemilikan lahan yang belum jelas aspek hukumnya, dan belum adanya koperasi
sebagai lembaga usaha ekonomi masyarakat.
Rencana pengelolaan terdiri dari rencana pengelolaan hutan jangka
panjang (RPHJP) dan jangka pendek tersebut memuat tujuan, strategi, kegiatan
serta target yang akan dicapai dalam kurun waktu perencanaan. Dalam rangka

1
0
1
1

pengelolaan hutan, KPHL Unit VIII Dairi telah menyusun Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Panjang periode tahun 2019-2028 dan telah disahkan. Target
rencana capaian kegiatan RPHJPd tahun 2020 adalah : 1. Terlaksananya
inventarisasi hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, potensi jasa lingkungan,
pembuatan plot sampling permanen dan penataan batas kawasan dan fungsi blok
pengelolaan hutan; 2. Terlaksananya pengembangan tanaman durian, manggis dan
duku, pengembangan agroforestry kopi, sereh wangi, karet dan kakao; 3.
Pengembangan kelompok tani hutan; 4. Pengembangan ekowisata; 5.
Terlaksananya bimbingan teknologi dan penyelenggaraan diklat bagi KTH; 6.
Terbangunnya koordinasi dengan pemegang ijin yang berada di kawasan KPHL
Unit VIII; 7. Tersusunnya Dokumen RTnRH; 8. Terlaksananya kegiatan
penanaman dan pemeliharaan; 9. Terealisasinya Pembuatan Bangunan KTA; 10.
Terlaksananya kegiatan monitoring pelaksanaan rehabilitasi pada areal yang
sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan; 11. Terlaksananya
pemetaan areal rawan gangguan keamanan dan kebakaran hutan; 12.
Terlaksananya patrol pengamanan hutan dan hasl hutan; 13. Tetrlaksananya
sosialisasi tata batas kawasan hutan; 14.pembentukan PKSM (Penyuluh
Kehutanan Swadaya Masyarakat) dan masyarakat mitra polhut; 15. Terlaksananya
pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dan pembentukan brigdalkarhutladan
masyarakat peduli api (MPA); 16. Terlaksananya pembangunan resort
pengelolaan hutan; 17. Pemberantasan illegal logging dan perambahan kawasan
hutan; 18. Tersedianya sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan; 19.
Tersedianya sarana prasarana dan perlengkapan lapangan; 20. Tersusunnya
rencana pengelolaan jangka oendek tahun 2021 dan rencana strategis bisnis; 21.
Tersedianya SDM terampil dan professional untuk pengelolaan KPHL Unit VIII
melalui berbagai diklat teknis; 22. Tersedianya operasional rutin KPHL Unit VIII
Tahun 2020; 23. Terlaksananya pembinaan kemitraan; 24. Terlaksananya promosi
dan pameran; 25. Tersedianya biaya operasional yang memadai; 26.
Terbangunnya mekanisme pembinaan, pengawasan dan pengendalian internal dan
eksternal KPH; serta 27. Terbangunnya mekanisme monitoring dan evaluasi.
Operasionalisasi KPHP Unit XV Kabupaten Pakpak Bharat dilaksanakan
setelah terbit SK. Menhut Nomor: SK.332/Menhut-II/2010, melalui berbagai
kegiatan diantaranya : a. Kegiatan prakondisi pengelolaan hutan : (1) Pengadaan
sarana dan prasarana, (2) Tata Hutan, (3) Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
(RPH), yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah I Medan; b. Konvergensi kegiatan
teknis dari UPT Kemenhut, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara; c. Berkaitan
dengan Permenhut P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP, maka periode RPHJP KPHP
Unit XV Kabupaten Pakpak Bharat adalah Tahun 2016 – 2025.
Rencana kegiatan, terdiri dari : a). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan
penataan hutan, b). Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, c). Pemberdayaan
masyarakat, d). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHP Unit
XV Kabupaten Pakpak Bharat yang telah ada izin pemanfaatan maupun
penggunaan kawasan hutan, e). Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar
izin, f). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi pada areal yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan, g). Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, h).
Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin, i). koordinasi

1
1
12

dan sinergi dengan instansi dan para pemangku kepentinganterkait, j). penyediaan
dan peningkatan kapasitas SDM, k). Penyediaan pendanaan, l). pengembangan
database, m). Rasionalisasi wilayah kelola, n). Review rencana pengelolaan
(minimal 5 tahun sekali), dan o). Pengembangan investasi. Gambar 3.2.1
merupakan buku yang menjadi sumber informasi mengenai KPH XIV Sidikalang
yaitu Buku RPHJP KPHL Unit VIII Dairi dan Buku RPHJPd KPHP Unit XV
Pakpak Bharat.

Gambar 3. Buku RPHJP


Kesimpulan
Mendapatkan informasi mengenai KPH XIV Sidikalang sebagai bahan
untuk laporan.

3.3 Mengamati Pelaksanaan Pembuatan Rancangan Teknis Kegiatan


Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Desa Silima Kuta, Kec. Tinada, Kab.
Pakpak Bharat
Hari, Tanggal : Jumat, 03 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Kec.Tinada Kabupaten Pakpak Bharat

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah GPS, alat tulis, pacak,
kamera dan bahan yang digunakan adalah Surat Perintah Tugas dan jurnal harian.

Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB.Pengukuran dilakukan
dengan mengambil titik kordinat dengan menggunakan GPS.

Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemukan adalah Areal lahan yang hendak
diukur berada dikemiringan yang agak curam.

Pemecahan Masalah
Adapun pemecahan masalah yang ditemukan adalah dengan menggunakan
metode pembuatan Terasering.

Hasil dan Pembahasan

1
2
1
3

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten di Sumatera


Utara yang kegiatan utama perekonomiannya terfokus pada pertanian dan
perkebunan. Kabupaten Pakpak Bharat terdiri atas 8 kecamatan, yaitu: Salak,
Sitellu Tali Urang Jehe, Kerajaan, Sitellu Tali Urang Julu, Pergetteng-getteng
Sengkut, Pagindar, Siempat Rube, dan Tinada. Kabupaten Pakpak Bharat
diperkirakan mempunyai potensi untuk pengembangan ternak ruminansia
khususnya ternak kerbau, karena memiliki hasil samping panen pertanian
tanaman pangan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternakal ternatif pengganti hijauan produksi hasil samping panen pertanian
tanaman pangan diketahui dari hasil survey pada lokasi yang telah ditentukan
pada setiap komoditi pertanian.
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan upaya untuk memulihkan,
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan.Tujuan akhir
program ini adalah tetap terjaganya daya dukung, produktivitas serta peranan
hutan dan lahan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan. Pengukuran
areal lahan dilakukan di Desa Silima Kuta, Kec. Tinada, Kab.Pakpak Bharat
dengan luas areal lahan ± 10 Ha dengan jumlah titik sebanyak 27 titik kordinat
(pengukuran dengan menggunakan alat GPS) yang membentuk polygon keliling
areal lahan sekitar 2700 Ha.

Kesimpulan
Hasil dari Pengukuram areal lahan diKecamatan Tinada, Kabupaten
PakPak Bharat ialah ditemukan dengan jumlah titik sebanyak 27 ttik kordinat,
sehingga membentuk polygon keliling areal lahan seitar 2700 Ha.
Pada kegiatan Survey dan Pengukuran areal lahan , areal tersebut berdampingan
dengan lahan masyarakat. Areal lahan tersebut akan ditanami tanaman MPTS
bersama masyarakat

Gambar 4. Peta areal Penanaman tanaman MPTS Aornakan 1

1
3
14

Gambar 5. Pengarahan Pihak KPH IX Sidikalang

3.4 Penentuan Tata Batas Areal Kawasan Hutan Hutan Produksi Terbatas
dan Hutan Lindung
Hari, Tanggal : Rabu, 08 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan :Desa Aornakan 1, Kec Pargetteng-getteng, Kab Pakpak
Bharat

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera, GPS dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah jurnal harian.

Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Pengarahan oleh pihak
PETAI dan KPH XIV Sidikalang disampaikan kepada kepala kelompok tani yang
ada di desa Aornakan 1 Kec Paargetteng-getteng tentang kawasan yang menjadi
Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Lindung.

Hasil Dan Pembahasan


Materi mengenai Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas dipaparkan
oleh pihak PETAI tentang kawasan yang seharusnya dipergunakan oleh kelompok
tani untuk kawasan produksi dan yang harus dilindungi.
Aornakan 1 adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat
Kecamatan Pargetteng-getteng. Mata pencaharian desa Aornakan 1 adalah
pertanian, perkebunan dan peternakan. Masyarakat desa juga memanfaatkan hutan
untuk dikekelola sebagai hutan produksi terbatas dan menjaga hutan lindung
sebagai mana fungsinya. Desa Aornakan 1 berada di Kabupaten Pakpak Bharat
yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Dairi
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit VIII Dairi dengan luas
wilayah kelola kurang lebih 49.395,37 ha dengan rincian Hutan Lindung (HL)
seluas kurang lebih 29.603,53 ha, Hutan Produksi Tetap (HP) seluas kurang lebih
91,24 ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas kurang lebih 19.700,60 ha.
Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi Unit XV Pakpak Bharat Provinsi
Sumatera Utara pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri

1
4
1
5

Kehutanan No. Sk. 102/Menhut-II/2010 tanggal 5 maret 2010 tentang penetapan


wilayah Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi (KPHP) Unit XV luasnya kurang
lebih 112.166 ha dengan rincian Hutan Lindung (HL) seluas kurang lebih 41.641
Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas kurang lebih 70.525 Ha. Luasan
tersebut masih mengacu pada SK Menteri Kehutanan no. 44 tahun 2005. Pada
tanggal 24 Juni 2014, Menteri Kehutanan RI Mengeluarkan SK nomor :
SK.579/Menhut-II2014 mengenai Kawasan Hutan di Sumatera Utara.
Berdasarkan SK tersebut, maka luas KPH unit XV kabupaten Pakpak Bharat
Provinsi Sumatera Utara yang semula 112.166 ha, menyesuaikan dengan SK baru
nomor SK.579/MENHUT-II/2014 tentang kawasan hutan di Sumatera Utara
menjadi seluas kurang lebih 90.757,41Ha dengan rincian Hutan Lindung (HL)
seluas 41.317,13 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 49.389,51 Ha,
Hutan Produksi (HP) seluas 50,77Ha.
Hutan di desan Aornakan terdapat Hutan Produksi Terbatas dan Hutan
Lindung. Hutan Produksi Terbatas dikelola masyarakat untuk kebutuhan terbatas
namun harus melakukan penebangan secara tebang pilih. Hutan Lindung yang
menjadi hutan yang rawan yang tidak boleh diganggu dengan syarat dan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu diperlukan sosialilasi dan pendekatan terhadap masyarakat
yang di lakukan oleh pihak KPH agar masyrakat benar-benar memahami fungsi
hutan dan tata kelola hutan dengan baik sehingga dapat menghindari hal – hal
yang tidak diinginkan.

Permasalahan
Berdasarkan SK baru nomor SK.579/MENHUT-II/2014 tentang kawasan
hutan terdapat mata air di dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas yang
seharusnya menjadi Hutan Lindung.

Pemecahan Masalah
Setelah dilakukannya sosialisasi oleh pihak KPH terhadap masyarakat,
akhirnya masyarakat dapat mengerti terhadap areal-areal yang dilindungi.
Sehingga dilakukan pengambilan titik koordinat untuk dilakukan pengukuran
Hutan Produksi Terbatas yang akan di manfaatkan oleh masyarakat.

Kesimpulan
Hasil dari Pengukuram areal lahan kawasan hutan produksi di desa Aornakan
1, Kabupaten PakPak Bharat ialah pengukuran luas kawasan hutan produksi
seluas 65 Ha, sehingga membentuk polygon keliling areal lahan.
Pada kegiatan pengukuran areal lahan , areal tersebut berdampingan dengan
kawasan hutan lindung.

1
5
16

Gambar 6. Pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang.

3.5 Pembuatan Peta dan Tata Batas Areal Kawasan Hutan Produksi
Terbatas dan Hutan Lindung Kecamatan Pargetteng-Getteng Sengkut
Hari, Tanggal : Kamis, 09 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Kantor KPH XIV Sidikalang

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah laptop, kamera, GPS dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah titik koordinat dan jurnal harian.

Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Pembuatan peta dilakukan
menggunakan aplikasi ArcGis di kantor KPH XIV sidikalang.

Permasalahan
Kesulitan dalam penentuan areal hutan yang akan dijadikan areal
rehabilitas lahan.

Pemecahan Masalah
Dalam pengerjaan dibantu oleh pihak PETAI (Pesona Tropis Indonesia)
yang ikut serta dalam pengukuran areal rehabilitasi lahan di kecamatan
Pargetteng-getteng sengkut. Tim PETAI membantu menentukan tempat yang akan
dijadikan areal rehabilitasi lahan berdasarkan peta areal hutan yang dimiliki
anggota PETAI berdasarkan SK.579/MENHUT-II/2014 tentang kawasan hutan
yang ada di desa Aornakan 1 Kecamatan Pargetteng-getteng.

Hasil dan Pembahasan


Pembuatan peta dilakukan menggunakan data yang diambil pada saat
pengukuran di kecamatan Pargetteng-getteng sengkut. Proses pengukuran
dilakukan dengan mengunjungi lokasi kegiatan dan menentukan titik koordinat
pertama yang merupakan titik awal pengukuran lahan. Titik koordinat ditentukan
menggunakan GPS.

1
6
1
7

Proses pembuatan peta dilakukan menggunakan aplikasi ArcGis pada


laptop. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan peta hutan yang telah
dibuat sebelumnya, kemudian dimasukkan titik koordinat yang telah diambil
untuk membuat peta lokasi tata batas seluas 65 Ha

Gambar 7. Peta areal kawasan Hutan Produksi Desa Aornakan 1

Kesimpulan
Peta hasil pengukuran areal rehabilitasi lahan seluas 65 hektar.

Gambar 8. Pembuatan peta areal rehabilitasi lahan

Gambar di atas menunjukkan kegiatan pembuatan peta pengukuran batas


areal hutan lindung dan hutan produksi terbatas yang dilakukan di kantor PETAI.
Tim PETAI membuat peta areal hutan produksi sesuai dengan koordinat yang
ditentukan dengan menggunakan aplikasi ArcGis yang kemudian akan diserahkan
ke kantor KPH sidikalang sebagai penanggung jawab di daerah tersebut .

3.6 Survey Industri Hasil Hutan Kayu


Hari, Tanggal : Jumat, 10 Juli 2020
Waktu : 07.30 – 16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Jalan Empat Lima, Kecamatan Sidikalang dan Desa
Karing, Kecamatan Berampu, Kabupaten Dairi
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah jurnal harian.

1
7
18

Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Dengan mengajukan
pertanyaan seputar pengelolaan hasil hutan kayu kepada pemilik industri.

Permasalahan
Permasalahan yang didapat dalam ketiga industri kayu ini yaitu kurangnya
mendapat bahan baku. Jadi kayu yang diolah dari ketiga industry tersebut berupa
kayu Jabon, Pinus, Jati, Sengon, Durian, dan Kemiri.
Pemecahan Masalah
Pihak industry melakukan pembelian bahan baku yang ada di lokasi dan
mudah ditemukan. Dan pihak industry harus mengurus surat ijin untuk mengambil
bahan baku keperluan industry.
Pihak KPH memberikan ijin kepada pihak industry dengan memberikan
surat ijin. Pihak KPH juga melakukan patrol rutin untuk mengawasi kinerja dari
Industri yang bersangkutan.
Hasil dan Pembahasan
Pada Usaha Dagang Sekawan (UD. Sekawan) yang beralamat di Jalan
Empat Lima, Kecamatan Sidikalang. Jenis kayu yang di produksi yaitu kayu
durian, kayu meranti, kayu mahoni, kayu putih yang berasal dari ladang
masyarakat. Kayu gergajian diproduksi langsung di ladang masyarakat dengan
harga bahan 2,5 juta per ton. Hasil produksi industri ini berupa kusen dan pintu
dengan jumlah produksi 2 ton per minggu. Produksi ini mendapatkan
keuntungan sejumlah Rp 500.000 per hari. Jenis kayu yang paling murah pada
industri ini yaitu kayu putih dan kayu meranti.
industri ini memiliki 6 mesin produksi yaitu mesin compress, mesin roll dan
mesin cetak pintu.
Pada Usaha Dagang Sabana (UD. Sabena) yang beralamat di Jalan Empat
Lima, Kecamatan Sidikalang. Jenis kayu yang diproduksi industri ini yaitu kayu
sampilur bunga dan kayu meranti. Sumber kayu gergajian berasal dari Jambi dan
Padang. Kayu yang diolah berkisar 1,5 – 2 ton per minggu, modal usaha sebesar
3,7 juta per ton. Sistem produksi industri ini dipesan dahulu oleh pembeli lalu di
produksi. Produknya berupa kusen pintu, daun pintu, kusen jendela dan daun
jendela dengan Pemasaran di daerah Sidikalang. Jumlah karyawan sebanyak 5
orang.
Pada Cv. Timbul Manik yang berlokasi di Desa Karing, Kecamatan
Berampu, Kabupaten Dairi. Pemiliknya berusia 48 tahun, industri ini sudah
berdiri sejak tahun 2019. Jenis kayu yang diolah yaitu kayu jabon, kayu pinus
putih, kayu sengon, kayu durian, kayu kemiri, kayu petai, kayu mahoni, kayu
nangka, kayu mangga dengan ukuran diameter minimal 30 cm. Sumber kayu
industri ini berasal dari daerah Humbang dan perkebunan masyarakat dengan
harga log yang bervariasi. Hasil pengolahannya berupa kayu gergajian, dengan
harga kayu gergajian Rp 200.000/m3. Harga penjualan 1. Ukuran 16 = 2,8 juta 2.
Ukuran 3-6 = 1,8 juta. Pemasaran kayu ini hanya sekitaran wilayah Dairi dan
Tanah Karo. Produksi per tahun industri ini +/- 6 ribu per tahun. Kayu yang paling
murah dalam industri ini yaitu kayu putih, kayu yang paling mahal yaitu kayu jati
dan jenis kayu yang paling diminati atau pasaran lokal yaitu kayu jati. Pada
industri ini terdapat 35 orang jumlah karyawan, dan tidak pernah terdapat

1
8
1
9

kecelakaan kerja. Jumlah kapasitas terpasang induatri ini yaitu 4 mesin gergaji
pita. Sisa dari limbah dapat dimanfaatkan untuk abu yang cocok untuk pertanian
sebagai pembasmi gulma, dan limbah kayu potongan dapat dimanfaatkan untuk
bahan bakar.
Kesimpulan
Karena bahan baku yang kurang Hasil pengolahan dari ketiga industry
tersebut berupa kayu gergajian seperti papan kaso dan lainnya. Produksinya
<6000 m3/tahun, Limbah dari CV.Timbul manik dijual kepada masyarakat sekitar
dengan harga sukarela dari masyarakat/pembeli pemasaran meliputi daerah Dairi
dan Kab. Karo.

Gambar 9. Survey di UD. Sakawan Gambar 10. Survey di UD. Sabena

Gambar 11. Survey di CV. Timbul Manik

3.7 Pengenalan Contoh Jenis Kayu Wilayah Kerja KPH XIV Sidikalang
Hari, Tanggal : 13 & 17 Juli 2020
Waktu : 07.30 – 16.00 Wib
Lokasi Kegiatan : KPH XIV Sidikalang

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah contoh jenis kayu dan jurnal
harian.

Metode Kegiatan

1
9
20

Adapun metode kegiatan yang dilakukan ialah megumpulkan informasi


mengenai jenis kayu melalaui internet dan pustaka yang ada pada KPH XIV
Sidikalang.
Permasalahan
Terdapat beberapa jenis kayu yang sulit dicari informasinya seperti kayu
Meang, galuh – galuh, uru, simartolu

Pemecahan Masalah
Mencari data dari jurnal dan buku cetak baik dari pustaka KPH XIV
Sidikalang dan internet.

Hasil Dan pembahasan


Jenis kayu di wilayah kerja KPH XIV Sidikalang sangat beragam dan
mencapai lebih dari seratus jenis kayu. Beberapa diantaranya ialah terdapat jenis
kayu seperti Mpiangi, Nangka, Kapur, Meranti, Macadamia, Martolu Bolon,
Meang, Meranti, Eucalyptus, Rengas, Medang putih, Mahoni, Sampinur,
Mbacang, Parimbalang, Kemenyan, Damar laut, Uru, Galuh – galuh, Durian,
Akasia, Pengga Bo Delieng, Meranti Batu, Simartolu dan lain-lain.
Tabel 3. Jenis kayu dan nama ilmiah di wilayah kerja KPH XIV Sidikalang
Jenis kayu Nama ilmiah
Macadamia M.integrifolia
Kapur Cinnamomum camphora
Eukaliptus Eucalyptus
Medang gatal Schima wallichii
Sampinur Dacrycarpus imbricatus
Damar Agathis dammara
Nangka Artocapus heterophyllus
Meranti Shorea
Durian Durio zibethinus
Akasia Acacia
1. Macadamia
Macadamia integrifolia di Indonesia belum diusahakan sebagai komoditas
pertanian meskipun pohonnya dapat ditemukan di beberapa tempat seperti pada
Kebun Raya Cibodas (1.000 mdpl), Kebun Percobaan Lembang (1.100 mdpl),
Tlekung, Malang (950 mdpl), dan di kawasan konservasi Dataran Tinggi Ijen (900
mdpl) (Hasanah, 1994). Di Sumatera Utara, M. integrifolia telah dikembangkan
oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(BP2LHK) Aek Nauli, yaitu pada Arboretum Aek Nauli 800 pohon, Kebun Benih
Percobaan Sipiso-piso 1400 pohon, PT. Ultra Merek 1500 pohon, dan Taman
Simalem Resort 200 batang. Jumlah pohon induk milik BP2LHK Aek Nauli
sebanyak 423 batang.
2. Pohon Kapur
Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica) penghasil kapur barus (kamper)
ternyata termasuk salah satu tanaman langka. Pohon Kapur yang mampu
menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini menempati status
keterancaman tertinggi yakni Critically Endangered (Kritis). Pohon Kapur di

2
0
2
1

Kalimantan disebut juga sebagai Ampadu, Amplang, Kapur, Kayatan, Keladan,


Melampit, Mengkayat, Mohoi, Muri, dan Sintok. Di Sumatera selain disebut
Kapur atau Barus tanaman ini dinamai Haburuan atau Kaberun.
Pohon Kapur mempunyai ukuran yang besar dan tinggi. Diameter
batangnya mencapai 70 cm bahkan 150 meter dengan tinggi pohon mencapai 60
meter. Kulit pohon berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Pada
batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong. Pohon Kapur
atau Dryobalanops aromatica merupakan salah satu tanaman penghasil kapur
barus atau kamper selain tumbuhan Cinnamomum camphora. Kapur barus dari
pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional sejak abad ke-
7 Masehi. Untuk mendapatkan kristal kapur barus, dimulai dengan memilih,
menebang, dan memotong-motong batang pohon Kapur (Dryobalanops
aromatica). Potongan-potongan batang pohon Kapur kemudian dibelah untuk
menemukan kristal-kristal kapur barus yang terdapat di dalam batangnya.
Mungkin lantaran penebangan yang membabi buta kemudian pohon Kapur
menjadi pohon yang langka.
3. Eucalyptus
Eucalyptus merupakan tanaman yang cepat tumbuh, terutama didaerah
yang banyak air seperti dipinggir sungai dan danau. Pohon Eucalyptus batangnya
tinggi dan lurus, orang dulu percaya bahwa kalau menanam Eucalyptus berarti
pasti dilokasi tersebut banyak air, karena akar Eucalyptus mampu menyerap air
dari daerah lain. Bentuk daun eucalyptus oval dengan warna hijau, tumbuh
disetiap ranting. Daun Eucalyptus mengandung minyak astiri walaupun hanya
sedikit, tapi bisa diolah/disuling menjadi minyak kayu putih. Eucalyptus juga
memiliki bunga dengan warna putih bentuknya bergerombol. Sehingga bisa
dirangkai untuk hiasan.
4. Simartolu
Puspa, seru, atau medang gatal (Schima wallichii) adalah sejenis pohon
penghasil kayu pertukangan berkualitas sedang. Pohon ini termasuk ke dalam
keluarga teh (Theaceae), dan menyebar luas mulai dari Nepal melalui Asia
Tenggara hingga ke Papua Nugini. Disebut medang gatal karena pohon ini
memiliki lapisan semacam miang di bawah pepagannya yang keluar berhamburan
ketika digergaji dan menimbulkan rasa gatal di kulit. Nama spesiesnya diberikan
untuk menghormati N. Wallich (1786 – 1854), ahli botani
berkebangsaan Denmark yang telah berjasa mengembangkan Kebun
Raya Kalkuta. Pohon ini juga dikenal dengan aneka nama daerah,
seperti simartolu; medang miang; mĕdang sĕru, sĕru; kĕmĕtru; huru batu, huru
manuk, puspa. Di Ketapang, Kalimantan Barat, pohon ini dikenal dengan
nama penaga. Penyebaran kayu Medang antara lain yaitu Sintuk, sintok lancing,
ki teja, ki tuha, ki sereh, selasihan.
5. Sampinur
Spesies ini tersebar di Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Malaysia
(Sarawak dan Sabah). Di Indonesia Ada di Sumatera (di pantai barat dan di Tanah
Batak) dan Kalimantan. Sampinur tali tumbuh pada ketinggian rendah hingga
sedang dan banyak tumbuh di daerah tropis yang lembab dengan ketinggian
sampai 1700 m dpl. Tanaman ini tumbuh lebih baik di kawasan terbuka yang bisa
tumbuh di kondisi cahaya yang minim.

2
1
22

Sampinur tali tidak tahan terhadap serangan rayap kayu kering. Kayu
kekuningan, lembut, dan bertekstur sangat halus. Karena kayunya lunak, sampinur
tali dapat digunakan untuk membuat papan, vinir, mebel, dan kayu lapis. Selain
itu, batang sampinur dapat digunakan untuk menghasilkan minyak esensial yang
dapat digunakan untuk mengobati sakit perut.
6. Pohon Damar
Pohon Damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich.) adalah
sejenis pohon anggota tumbuhan runjung (Gymnospermae) yang merupakan
tumbuhan asli Indonesia. Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga
ke Filipina (Palawan dan Samar). Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk
diambil getah atau hars-nya. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal. Pohon
yang besar, tinggi hingga 65m; berbatang bulat silindris dengan diameter yang
mencapai lebih dari 1,5 m. Pepagan luar keabu-abuan dengan sedikit kemerahan,
mengelupas dalam keping-keping kecil.
Manfaat utama damar adalah diambil getahnya untuk dioleh menjadi kopal
(manila copal). Getah damar keluar dari kulit atau kayu damar yang dilukai.
Getah yang keluar akan membeku dan mengeras setelah beberap hari. Getah
damar yang mengeras nilah yang kemudian dinamai kopal. Kopal ini mengandung
asam-asam resinol, resin, dan minyak atsiri. Kopal merupakan bahan dasar bagi
cairan pelapis kertas supaya tinta tidak menyebar. Selain itu kopal dimanfaatkan
untuk campuran lak dan vernis, perekat pada penambal gigi, dan perekat plester.
Pohon damar juga bisa dijadikan pohon penghijauan dan peneduh. Sedangkan
kayunya, meskipun kurrang kuat dan awet, kerap diperdagangkan sebagai bahan
bangunan dengan nama ‘kayu agatis’.
7. Nangka
Nangka adalah nama sejenis pohon, sekaligus buahnya. Pohon nangka
termasuk ke dalam suku Moraceae; nama ilmiahnya adalah Artocarpus
heterophyllus. Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar
20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 meter. Batang bulat silindris,
sampai berdiameter sekitar 1 meter. Tajuknya padat dan lebat, melebar dan
membulat apabila di tempat terbuka. Seluruh bagian tumbuhan
mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai.
8. Meranti
Shorea adalah nama marga beranggotakan sekitar 194 spesies, terutama
berupa pohon penghuni hutan tropika, dari suku Dipterocarpaceae. Marga ini
dinamai demikian untuk menghormati Sir John Shore, Gubernur Jenderal British
East India Company, 1793-1798. Shorea adalah salah satu marga penghasil kayu-
kayu dipterokarpa yang terpenting. Aneka jenis kayu meranti (meranti
kuning, merah, dan putih), balau, bangkirai, balangeran dan lain-lain, tergabung di
sini. Di samping itu, marga ini juga menghasilkan resin yang disebut damar dari
berbagai kualitas; salah satu yang terbaik kualitasnya adalah damar mata kucing.
Damar terutama digunakan dalam industri pernis dan cat, serta untuk pengolahan
kimiawi lainnya.
Beberapa spesies Shorea menghasilkan tengkawang, yakni buah meranti-
merantian yang besar dan berlemak. Setelah disalai agar awet, biji tengkawang
dikempa untuk mengeluarkan minyaknya yang berharga tinggi. Minyak
tengkawang digunakan dalam industri kosmetika dan makanan.
Biji Shorea mengandung lemak yang lumayan (40-60 %) dan protein yang banyak

2
2
2
3

(5-6 %). Dalam industri makanan, ia dipergunakan untuk menggantikan mentega


coklat (cocoa butter). Selain itu pula, Shorea/tengkawang ini juga bahan untuk
membuat sabun, dan obat-obatan.
9. Durian
Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari wilayah Asia
Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri
khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga
menyerupai duri. Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama durian
bukanlah spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga Durio. Namun,
yang dimaksud dengan durian (tanpa imbuhan apa-apa) biasanya adalah Durio
zibethinus. Jenis-jenis durian lain yang dapat dimakan dan kadang kala ditemukan
di pasar tempatan di Asia Tenggara di antaranya adalah lai (D.
kutejensis), kerantungan (D. oxleyanus), durian kura-kura atau kekura (D.
graveolens), serta lahung (D. dulcis). Untuk selanjutnya, uraian di bawah ini
mengacu kepada D. zibethinus.
Pohon tahunan, hijau abadi (pengguguran daun tidak tergantung musim)
tetapi ada saat tertentu untuk menumbuhkan daun-daun baru
(periode flushing atau peronaan) yang terjadi setelah masa berbuah selesai.
Tumbuh tinggi dapat mencapai ketinggian 25–50 m tergantung spesiesnya, pohon
durian sering memiliki banir (akar papan). Pepagan (kulit batang) berwarna coklat
kemerahan, mengelupas tak beraturan. Tajuknya rindang dan renggang.
10. Akasia
Acacia mangium adalah tanaman kayu anggota dari marga Acacia yang
banyak tumbuh di wilayah Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku. Tanaman ini
pada mulanya dikembangkan eksitu di Malaysia Barat dan selanjutnya
di Malaysia Timur, yaitu di Sabah dan Serawak, karena menunjukkan
pertumbuhan yang baik maka Filipina telah mengembangkan pula sebagai
tanaman hutan.
Pada umumnya Acacia mangium mencapai tinggi lebih dari 15 meter,
kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara
7 - 10 meter. Pohon A. mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar,
beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai
terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia mangium yang baru
berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun
ini sama dengan sub famili Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria,
Leucaena sp, setelah tumbuh beberapa minggu Acacia mangium tidak
menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi tangkai daun sumbu utama setiap
daun majemuk tumbuh melebar dan berubah
menjadi phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu,
phyllocladus kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. Acacia mangium dapat
tumbuh dengan cepat dan tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, meskipun
demikian tanaman ini membutuhkan perawatan khusus jika ditanam sebagai
tanaman kebun karena daunnya yang banyak berguguran.
Acacia mangium termasuk jenis Legum yang tumbuh cepat, tidak
memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh
jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik
untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu,
dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman Acacia mangium yang

2
3
24

berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk
papan partikel yang baik.
Dari hasil yang di dapat sebagian besar jenis kayu yang dikoleksi sudah
ada yang rusak dan hilang, sehingga penomoran pada label kayu sudah tidak
berurutan lagi atau tidak sesuai penomoran lagi. Akan tetapi jenis kayu yang
masih di jumpai di lemari KPH XIV Sidikalang menunjukan bahwa jenis kayu
yang ada pada areal kawasan kph XIV Sidikalang sangatlah beragam. Sehingga di
butuhkan pengawasan yang ketat dan kesadaran masyarakat terhadap
keberagaman jenis kayu tersebut.
Adapun jenis kayu yang sulit diketahui informasinya ialah kayu meang,
mecadamia, kapur, galuh-galuh, uru, simartolu, pengga bo Delieng. Sehingga
diperlukan informasi yang akurat dari pustaka KPH XIV Sidikalang.
Ada juga kayu yang biasanya terdapat dihutan lindung (HL) serperti kayu
Uru, ini menunjukkan indikasi bahwa keberagaman di kawasan hutan lindung
masihlah sangat beragam. Sehingga sangat diperlukan pengawasan yang ketat
dan kesadaran dari berbagai pihak agar hutan dapat terjaga keberlangsungannya.

Kesimpulan
Data yang dicari yaitu klasifikasi, kelas kuat, kelas awet, berat jenis,
kegunaan/fungsinya pada masyarakat dan lainnya.

Gambar 12. Melihat koleksi jenis kayu yang terdapat


di lemari KPH XIV Sidikalang

3.8 Hasil Pengukuran Dan Pemancangan Batas Areal Rehabilitasi Hutan


Dan Lahan Tahun 2019 UPT. KPH Wilayah XIV Sidikalang
Hari, Tanggal : 14, 15 & 16 Juli 2020
Waktu : 07.30 – 16.00 Wib
Lokasi Kegiatan : KPH XIV Sidikalang

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah buku Data Hasil Pengukuran dan
Pemancangan dan jurnal harian.

Metode Kegiatan
Membaca dan merangkum Buku Data Hasil Pengukuran dan
Pemancangan Batas Areal Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2019 pada UPT
KPH Wilayah XIV Sidikalang.

2
4
2
5

Permasalahan
Rencana pengelolaan hutan jangka Panjang (RPHJP) memiliki tujuan,
strategi, kegiatan serta target yang akan dicapai dalam kurun waktu perencanaan.
Rencana pengelolaan hutan jangka Panjang periode tahun 2019-2028 dan telah
disahkan. Dalam pelaksanaan ini dibutuhkan suatu target untuk menyelesaikan
program yang dibentuk dalam pengeloaan hutan jangka Panjang.

Pemecahan Masalah
Dalam penyelesaian Rencana pengelolaan hutan jangka Panjang dibuat
target rencana capaian. Beberapa target tersebut dirancang untuk diselesaikan
setiap tahunnya.

Hasil Dan pembahasan


Fungsi Kawasan merupakan Hutan Lindung. Lahan terletak di desa
Simunjung, Kec. Siempat Nempu Hilir seluas 100Ha. Dengan koordinat
geografisnya: 02052‘21.922”–02051’58.843” LU dan 098005’41.078”-
098006’47.952” BT.
Dalam rangka meningkatkan, mempertahankan dan memperbaiki fungsi
hutan lindung terutama didaerah rawan bencana, maka kegiatan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (RHL) menjadi prioritas untuk terus dilakukan pada lahan kritis
dibawah hulu DAS dalam wilayah KPH.
Kegiatan RHL diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat
dalam upaya memulihkan, mempertahankan fungsi kawasan hutan sehingga peran
hutan dalam mendukung system penyangga kehidupan tetap terjaga.
Untuk meningkatkan keberhasilan serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat
setempat maka kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan melalui pola
Agroforestry yang dikelola secara kontraktual bersama masyarakat setempat
dengan jenis bibit kayu-kayuan dan jenis tanaman Multi Purpose Tree Species
(MPTS) sesuai dengan karakteristik lokasi dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Sasaran lokasi penanaman Agroforestri berada pada kawasan Hutan
Lindung. Secara hidrologis lokasi terletak pada DAS Singkil bagian hulu.
Sedangkan secara administrasi lokasi terletak di Desa Simungun, Kecamatan
Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara dengan batas-
batas:
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lae Markelang, sebelah selatan
berbatasan dengan Sungai Lae Simbellin; sebelah barat dengan Desa Jambur
Indonesia; dan sebelah timur dengan Desa Lae Sering, dengan koordinat geografis
diantara 02052’21.922”-02052’58.843” LU dan 098005’41.078”-098006’47.952”
BT.
Kondisi tutupan lahan dilokasi rencana penanaman yaitu rumpu dan alang-
alang (60Ha), semak belukar(20Ha), dan pertannian masyarakat/karet
alam(20Ha). Dalam rangka meningkatkan, mempertahankan dan memperbaiki
fungsi hutan lindung terutama didaerah rawan bencana, maka kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menjadi prioritas untuk terus dilakukan pada
lahan kritis dibawah hulu DAS dalam wilayah KPH.
Petak tanam dibagi menjadi 4 yaitu petak I, II, III dan IV dengan luas
masing-masing 25 Ha dengan tujuan reboisasi Agroforesti (400 batang/Ha).

2
5
26

Lokasi rencana penanaman sebagian besar bervegetasi semak belukar, rumput dan
alang-alang dan pertanian masyarakat (karet alam). Berikut kondisi tutupan lahan
dilokasi penanaman : (1) Rumput alang-alang: 60 Ha; (2) Semak belukar: 20 Ha;
(3) Pertanian masyarakat: 20 Ha. Lokasi penanaman berada pada ketinggian
antara ±100-200 meter dpl, dengan topografi bergelombang sampai dengan
berbukit (15-35%).
Kebutuhan bibit untuk kegiatan RHL tahun 2019 dengan pola Agroforesti
seluas 100 Ha seluruhnya berjumlah 56.000 batang yang terdiri dari kebutuhan
bibit untuk penanaman P-0 sejumlah 44.000 batang (sudah termasuk penyulaman
10%), pemeliharaan tanaman tahun ke-1 sejumlah 8000 batang dan pemeliharaan
tanaman tahun ke-2 sejumlah 4000 batang. Jenis tanaman yang akan ditanam
adalah Durian, Jengkol, Petai dengan tanaman sela yaitu Kopi.
Pada umumnya mata pencarian masyarakat Desa Simungun sebagian besar
adalah pertanian, sedangkan yang lainnya adalah Pengawai Negeri Sipil dan
pedagang. Kegiatan pertanian yang dilakuakan masyarakat umumnya berkebun
menetap dan berkebun tidak menetapserta sebagian buruh lepas/upahan.
Salah satu faktor penting adalah kelestaria Tenaga Kerja. Kegiatan
penanaman dilaksanakan oleh pihak ketiga dengan melibatkan tenaga
kerja/masyarakat setempat dan di utamakan masyarakat yang menggarap di lokadi
penanaman. Adapun buaya upah tenaga kerja secara umum adalah Rp.85.000,-
perhari.
Keberhasilan rehabilitasi lahan tidak tergantung pada teknis pelaksanaan
lapangan, namun diperhatikan juga factor social politik, tradisisosial budaya dan
sikap perilaku masyatrakat. Adapun kelembagan masyarakat di sekitar desa
Simungun antara lain adalah pemerintah desa, kelompok tani, kelompok
masyarakat tolong – menolong, kelompok masyarakat peduli linkungan,
kelompok swadaya masyarakat dan kelompok perwiritan. Masyarakat di sekitar
disekitar lokasi penanaman bersifat dinamis atau mendiami lokasi di sekitar
penanaman.sehingga akan cocok dengan konsep Agroforestri.

Kesimpulan
Penetapan areal RHL seluas 41,713.13 Ha. Lokasi rencana penanaman
sebangian besar bervegetasi semak belukar, rumput dan alang-alang dan pertanian
masyarakat (karet alam).

3.9 Pembuatan Peta Dari Pelaksanaan Pembuatan Rancangan Teknis


Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Desa Silima Kuta, Kec. Tinada,
Kab. Pakpak Bharat
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : kantor KPH XIV Sidikalang

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah laptop, GPS, kamera dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah titik koordinat yang diambil pada
saat pengukuran dan jurnal harian.

Metode Kegiatan

2
6
2
7

Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Pembuatan peta dilakukan
menggunakan aplikasi ArcGis di kantor KPH XIV sidikalang.

Permasalahan
Pada saat pembuatan peta terdapat beberapa titik koordinat yang tidak
tersimpan dalam GPS yang digunakan.

Pemecahan Masalah
Menggunakan data titik koordinat yang ditulis tangan untuk kemudian
digunakan dalam pembuatan peta.

Hasil dan Pembahasan


Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten di Sumatera
Utara yang kegiatan utama perekonomiannya terfokus pada pertanian dan
perkebunan. Kabupaten Pakpak Bharat terdiri atas 8 kecamatan, yaitu: Salak,
Sitellu Tali Urang Jehe, Kerajaan, Sitellu Tali Urang Julu, Pergetteng-getteng
Sengkut, Pagindar, Siempat Rube, dan Tinada. Kabupaten yang dibentuk
berdasarkan UU No.9/Tahun 2003 dan merupakan pemekaran dari Kabupaten
Dairi ini,secara geografis terletak pada koordinat 02o 15’00” - 03o 32’00” Lintang
Utara dan 90o 00’ - 98o 31’ Bujur Timur.Secara administratif, Kabupaten Pakpak
Bharat yang terletak di kawasan pantai barat Sumatera Utara dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Humbang
Hasundutan; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Humbang
Hasundutan dan Kabupaten Aceh Singkil Propinsi Aceh; dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil Propinsi Aceh.
Evaluasi lahan merupakan pendekatan atau cara untuk menilai potensi
sumber daya lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau
arahan penggunaan lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai harapan produksi
yang kemungkinan akan diperoleh. Pemanfaatan lahan areal penggunaan lain di
Kecamatan Tinada perlu didukung dengan informasi mengenai kesesuaian lahan.

Gambar 13. Peta Dari Pelaksanaan Pembuatan Rancangan Teknis Kegiatan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Di Desa Silima Kuta, Kec. Tinada, Kab. Pakpak Bharat

2
7
28

Kesimpulan
Peta lokasi areal rencana di desa Silima Kuta seluas 10 Hektar

Gambar 14. Pembuatan peta

3.10 Patroli dan Pengamanan Hutan


Hari, Tanggal : Rabu, 22 Juli 2020
Waktu : 07.30 – 16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Desa Lae Panginuman, Kecamatan Silima Pungga-
Pungga, Kabupaten Dairi.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera, Avenza
Map (pengganti GPS) dan bahan yang digunakan adalah jurnal harian.

Permasalahan
Ditemukannya ada bangunan permanen dikawasan hutan, adanya kawasan
hutan yang beralih fungsi, dan kawasan hutan telah banyak dirambah (pembalakan
liar) untuk jadi lahan pertanian.

Pemecahan masalah
Dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat setempat, bahwasanya
kawasan tersebut adalah kawasan hutan dan harus dilindungi. Untuk
mengaktifkan kembali fungsi hutan tersebut dalam fungsi konservasi, pihak KPH
Wilayah XIV Sidikalang dan Pihak Pemerintahan Desa Lae Panginuman sepakat
akan membentuk KTH (Kelompok Tani Hutan).

Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 10.00 WIB. Dimulai dengan koordinasi
kepada pihak pemerintahan Desa Lae Panginuman bahwasanya akan diadakan
kegiatan Patroli dan Pengamanan Hutan. Setelah adanya konfirmasi, maka
kegiatan lapangan segera dilaksanakan. Pengambilan titik koordinat dilapangan
sebagai bahan acuan untuk menentukan kawasan tersebut kawasan hutan.

Hasil dan Pembahasan


Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten di sebelah barat daya
provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu pintu keluar-masuk dari dan
atau ke provinsi Aceh dari sebelah barat. Secara geografis terletak pada koordinat
2º 15’ 00”- 3º 00’ 00” LU dan 98º 00’ 00”- 98º 30’ 00” BT. Kabupaten Dairi

2
8
2
9

berada di dataran tinggi Bukit Barisan dengan keinggian ± 400-1700 m dpl


dengan topografi yang bervariasi. Sebagian besar tanahnya berupa pegunungan
dan perbukitan dengan kemiringan yang bervariatif.
Kegiatan patroli dan Pengamanan hutan memiliki beberapa permasalahan
seperti, adanya bangunan permanen dikawasan hutan, kawasa hutan yang telah
beralih fungsi, kawasan hutan yang banyak dirambah. Dari kegiatan survey dan
patrol dan pengamanan hutan yang dilakukan di Desa Lae Panginuman,
Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi telah ditemukan titik
koordinat lokasi tersebut. Dimana berdasarkan SK 579 Menhut tahun 2014 bahwa
kawasan tersebut masuk kedalam kawasan hutan. Terkait dengan masalah yang
ditemui dalam kegiatan patrol tersebut, pihak pemerintahan Desa Lae Panginuman
dan Pihak UPT. KPH Wilayah XIV SIDIKALANG sepakat akan membentuk
KTH ( Kelompok Tani Hutan). Sehingga dengan kesepakatan tersebut dapat
mengubah persepsi masyarakat bahwa hutan tersebut bukan milik masyarakat
yang dapat dikelola seenaknya tanpa memikirkan setiap resiko yang akan datang.
Kesimpulan
Hasil dari kegiatan Patroli dan Pengamanan Hutan tersebut adalah
ditemukannya bangunan permanen didalam kawasan hutan, kawasan hutan yang
beralih fungsi, banyak hutan yang telah dirambah. Berdasarkan hasil yang ada,
pihak KPH Wilayah XIV Sidikalang dan pemerintahan Desa Lae Panginuman
sepakat akan membentuk KTH (Kelompok Tani Hutan) demi kembalinya fungsi
hutan dari sisi konservasi.

Gambar 15. Bangunan permanen Gambar 16. Koordinasi sebelum kelapangan

Gambar 17. Kawasan yang beralih fungsi

2
9
30

3.11 Penyiapan/ Penyusunan Rancangan Teknis Kegiatan Kehutanan Di


Desa Lau Sireme, Kec. Tiga Lingga, Kab. Dairi
Hari, Tanggal : Kamis, 23 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Desa Lau Sireme, Kec. Tiga Lingga, Kab. Dairi

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Surat Perintah Tugas No.
090/645/KPH-XIV/VII/2020 yang dikeluarkan oleh pihak KPH XIV Sidikalang
dan jurnal harian.

Metode Kegiatan
Kegiatan ini diawali pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang
disampaikan oleh Kepala KPH XIV Sidikalang yaitu Kepala Seksi Perencanaan
dan Pemanfaatan Hutan yaitu Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut., MM.
Kemudian melakukan wawancara dengan Kepala Desa Lau Sireme yaitu Bilmar
Sagala dan dilanjutkan survey kelapangan. Dalam kegiatan ini mahasiswa PKL
didampingi oleh perwakilan dari pihak KPH.

Permasalahan
Daerah aliran sungai dan tepi jalan Desa Lau Sireme mengalami
pergerusan dan menjadi daerah rawan longsor.
Pemecahan Masalah
Kepala Desa beserta masyarakat Lau Sireme meminta bantuan kepada
pihak KPH agar merehabilitasi areal yang ditunjuk, dengan cacatan bibit yang
berikan pihak KPH adalah jenis unggul dan berkualitas tinggi. Sehingga dapat
bermanfaat bagi ekonomi masyarakat Desa Lau Sirene.

Hasil Dan Pembahasan


Perjalanan dilakukan dalam rangka penyiapan/ penyusunan rancangan
teknis kegiatan kehutanan dilaksanakan selama 1 (satu) hari tanggal 21 Juli 2020
di Desa Lau Sireme, Kec. Tiga Lingga, Kab. Dairi dengan hasil Koordinasi
dengan Aparat Desa Lau Sireme yaitu Kepala Desa: Bilmar Sagala. Informasi
yang didapat yaitu terdapat 2 titik rawan longsor disepanjang jalan Desa Lau
Sireme yaitu jalan menuju jembatan Lae Bululus sejauh 1,5 km dari Kantor
Kepala Desa dan jalan menuju Lae Itam sejauh 1 km dari kantor Kepala Desa.
Jenis tanaman yang diusulkan oleh masyarakat adalah jenis tanaman penghasil
buah sehingga mampu membantu perekonomian masyarakat seperti Durian
berkualitas (seperti Durian Montong, Musang King dan lainnya) , Duku, Aren dan
Kelapa Hibrida. Sebenarnya, pohon Rambutan tumbuh subur di Desa tersebut
namun masa panen bersamaan dengan masa panen Durian sehingga harga Buah
Rambutan cenderung rendah. Luas lahan masyarakat yang akan ditanami sekitar
±30 Ha.
Kesimpulan
Mendapatkan informasi dari Kepala Desa mengenai
penyiapan/penyusunan rancangan teknis kegiatan kehutanan di Desa Lau Sireme,
Kec. Tigalingga.

3
0
3
1

Gambar 18. Diskusi dengan aparat desa

Gambar 19. Areal yang memerlukan penanaman

3.12 Kegiatan patroli dan wawancara di Desa Sukaramai

Hari, Tanggal : Jumat, 24 Juli 2020


Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Desa Sukaramai

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera, dan
bahan yang digunakan adalah quisioner dan jurnal harian.

Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Wawancara dilakukan
dengan narasumbernya yaitu kepada Sekretaris desa Sukaramai.

Hasil dan Pembahasan


Kerajan merupakan kecamatan di kabupaten Pak-Pak Bharat, Sumatra
Utara, Indonesia. Kecamatan Kerajaan merupakan pintu gerbang untuk memasuki
Kabupaten Pakpak Bharat. Kecamatan Pakpak Bharat terbagi atas 10 desa yang
seluruhnya merupakan Desa Swadaya, dimana penduduk masih jarang dan
merupakan penduduk yang masih hidup dari hasil bertani. Ini juga terlihat dari
kebiasaan dan adat istiadat yang masih kental melekat ditengah-tengah
masyarakat setempat yang rajin bergotong royong. 10 desa tersebut adalah Kuta

3
1
32

Dame, Kuta Merah, Kuta Saga, Majanggut I, Majanggut II, Pardomuan,


Parpulungan, Perduhapen, Sukaramai, Surung Mersada.
Kami melakukan wawancara di Desa Sukaramai. Bahwasanya desa
tersebut belum memiliki Kelompok Tani dan belum memiliki Hutan
kemasyarakatan yang ada di Desa Sukaramai. Dan jika terjadi masalah sengketa
lahan dengan sesama masyarakat maka dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
Adapun beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu yang bisa dimanfaatkan seperti
gambir(Uncaria rhynchophylla), kemenyan(Styrax spp) dan aren(Arenga pinnata)
dan Terdapat beberapa lahan yang tidak memiliki izin pemanfaatan.

Permasalahan
Terdapat juga masalah yang terjadi di salah satu dusun Desa Sukaramai
yaitu Dusun Petal. Permasalahan yang terjadi adalah terdapat ladang yang di
gunakan masyarakan merupakan kawasan Hutan Lindung. Pihak dari Dinas
Kehutanan Provinsi telah melarang masyarakat untuk mengelola lahan tersebut.
Akan tetapi masyarakat tetap mengelola lahan tersebut dikarenakan lading
tersebut adalah sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Kurang nya
sosialisasi mengenai kawasan Hutan Lindung kepada masyarakat menyebabkan
permasalahan tersebut.

Pemecahan Masalah
Sekretaris Desa Sukaramai berharap dilakukannya sosialisi kepada
masyarakat mengenai pemanfaatan hutan dan fungsi hutan yang di daerah
tersebut. Sehingga masyarakat mengetahui manfaat hutan dan fungsi hutan. Untuk
mengurangi perambahan hutan dan pemanfaatan hutan secara illegal.

Kesimpulan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang diperoleh dari hutan disekitar
Desa Suka Rame adalah gambir(Uncaria rhynchophylla), kemenyan(Styrax spp),
aren(Arenga pinnata) dan lainnya.

Gambar 20. Wawancara dengan Aparat Desa

3. 13 Ekowisata
Hari, Tanggal : Rabu, 29 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Desa Mahala, Kec. Tinada, Kab. Pakpak Bharat

Alat dan Bahan

3
2
3
3

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera, parang
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Surat Perintah Tugas yang
dikeluarkan oleh pihak KPH XIV Sidikalang dan jurnal harian.

Metode Kegiatan
Kegiatan ini diawali pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang
disampaikan oleh Kepala KPH XIV Sidikalang yaitu Kepala Seksi Perencanaan
dan Pemanfaatan Hutan yaitu Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut., MM.
Kemudian melakukan wawancara dengan Kepala Desa Mahala dan dilanjutkan
survey kelapangan. Dalam kegiatan ini mahasiswa PKL didampingi oleh
perwakilan dari pihak KPH.

Permasalahan
Air terjun ini akan dijadikan sebagai salah satu objek wisata oleh KPH
XIV Sidikalang, namun belum ada kepastian mengenai apakah air terjun ini
termasuk dalam wilayah Hutan Lindung atau diluar areal hutan lindung yang di
kelola oleh KPH XIV Sidikalang. Permasalahan yang ditemukan selama kegiatan
berlangsung adalah sulitnya menuju lokasi wisata yang berada ditengah hutan dan
melewati medan yang cukup sulit dan menantang.

Pemecahan Masalah
Pihak KPH XIV Sidikalang akan mencari tahu mengenai apakah air terjun
ini termasuk dalam wilayah kelola KPH XIV Sidikalang dengan melakukan
survey dan melihat tata batas wilayah kelola KPH XIV Sidikalang.
Diharuskan pembagunan akses jalan menuju lokasi objek wisata tersebut
sehingga dapat memudahkan perjalanan.

Hasil Dan Pembahasan


Mendapatkan informasi dari Kepala Desa mengenai rencana pembukaan
daerah ekowisata Desa Mahala. Salah satu potensi wisata alam yang terkenal bagi
semua kalangan adalah air terjun. Ada begitu banyak air terjun diberbagai daerah
di Indonesia dengan keunikannya masing-masing. Namun masih banyak air terjun
yang belum dikelola sehingga belum mampu dijadikan sebagai objek wisata.
Salah satunya adalah air terjun Lae Singgabit yang terletak di Desa Mahala
Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat. Air terjun Lae Singgabit masuk
kedalam blok pemberdayaan Hutan Produksi Terbatas. Air terjun ini merupakan
salah satu potensi jasa lingkungan yang bisa diperoleh dan dikelola oleh KPHP
Unit XV Pakpak Bharat.
Diawali dengan melakukan diskusi dengan aparat Desa Mahala dimana
mereka menyetujui akan pengembangan Air Terjun Lae Singgabit yang berada di
desa mereka. Aparat desa sangat antusias dan siap berpartisipasi dalam rencana
pengembangan dan pengelolaan objek wisata Air Terjun Lae Singgabit. Kepala
Desa akan segera membuat rencana dan bersedia bekerja sama dengan KPH XIV
Sidikalang dalam rencana pengelolaannya.
Perjalanan menuju lokasi cukup sulit karena harus melewati hutan yang
rimbun dan melewati beberapa anak tangga dialiri air dari yang dibuat oleh
bebatuan. Hal ini karena akses menuju kawasan belum dibuka secara resmi. Air
terjun sudah umum untuk dijadikan sebagai objek wisata sehingga pengembangan
air terjun Lae Singgabit sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai objek

3
3
34

wisata yang bernilai ekonomi, ekologi, sosial dan lainnya. Masih banyak yang
perlu di kembangkan, mulai dari fasilitas, aksesbilitas dan lainnya. Untuk masuk
di kawasan obyek wisatanya, akses jalan bisa di lewati dengan berjalan kaki
sekitar ±1 jam dengan kondisi melewati jalan yang sepertinya baru dibuka dan
belum diaspal, melewati jembatan penyebrangan khusus pejalan kaki dan
melewati kawasan hutan dan lahan pertanian masyarakat.
Adapun tempat wisata lainnya ialah Air Terjun Lae Simbilulu, Air Terjun
Lae Une, Air Terjun Sipitu Lae Petulan, Delleng Simpon, Puncak Sindeka,
Rafting Lae Kombih dan masih banyak lagi.

Kesimpulan
Bahwa objek wisata tersebut amat memerlukan akses pembangunan untuk
dapat memudahkan menuju lokasi tersebut, sehingga dapat meningkatkan jumblah
wisatawan yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa
tersebut.

Gambar 21. Air terjun Lae Singgabit

3
4
35

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. UPT KPH Wilayah XIV berkedudukan di Sidikalang dengan wilayah kerja
KPH Unit XV KPHP Pakpak Bharat dan KPH Unit VIII KPHL Dairi.
2. Beberapa Industri Hasil Hutan Kayu yang berada di wilayah kerja KPH XIV
Sidikalang yaitu CV Timbul Manik di Desa Karing, Usaha Dagang Sekawan
(UD. Sekawan) dan Usaha Dagang Sabana (UD. Sabana) yang berada di Jl.
45 Sidikalang.
3. Contoh jenis kayu di wilayah kerja KPH XIV Sidikalang adalah Mpiagi,
Nagka, Kapur, Meranti, Macadamia, Martolu Bolon, Meang, Meranti,
Eucalyptus, Rengas, Medang putih, Mahoni, Sampinur, Mbacang,
Parimbalang, Kemenyan, Damar laut, Uru, Galuh – galuh, Durian, Akasia,
Penggabo Delleng, Meranti Batu, Simartolu, dll.
4. Patroli pengamanan kawasan hutan dengan tujuan untuk melakukan
pengawasan terhadap kawasan hutan dilakukan di Desa Lae Panginuman,
Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi dan ditemukan
bangunan permanen dikawasan hutan, alih fungsi hutan dan perambahan
hutan.
5. Salah satu potensi wisata alam yang belum dan akan dijadikan sebagai objek
wisata adalah air terjun Lae Singgabit yang terletak di Desa Mahala
Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat yang masuk kedalam blok
pemberdayaan Hutan Produksi Terbatas.

Saran
Sebaiknya, kegiatan praktik yang di lapangan sesuai dengan prosedur kerja
yang telah ditetapkan sehingga pekerjaan yang dilakukan lebih efisien. Untuk
beberapa sarana dan prasarana pada ekowisata lebih dikembangkan lagi agar
semakin menarik minat pengunjung.

35
36
36

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Hasbi. 2010. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Sengon
Pt Abhirama Kresna dengan Metode Eoq. Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

Bako, I. 2009. Komposisi Tegakan dan Pendugaan Karbon Tersimpan pada


Tegakan di Hutan Lindung Kabupaten Pakpak Bharat. [Thesis].
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Universitas Sumatera
Utara. Medan

Gunawan, Y dan Dhyah, H. 2013. Pengelolaan Dan Pengembangan Usaha


Pengolahan Kayu pada Cv. Karya Jaya Nusantara di Surabaya. Universitas
Kristen Petra. Surabaya.

Hasil Pengukuran Dan Pemancangan Batas Areal Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Tahun 2019 UPT. KPH Wilayah XIV Sidikalang

Hidayat, S. 2017. Strategi Pengembangan Ekowisata di Desa Kinaru


Kabupaten Tabalong. Jurnal Hutan Tropis. 4(3): 282-292.

Pohan, R, T. dan Iskandar, S. 2014. Analisis Potensi Hasil Samping Panen


Pertanian Tanaman Pangan Sebagaisumber Pakan Alternatif Ternak
Kerbau Di Kabupaten Pakpak Bharat. Jurnal peternakan integratif vol.
3(3): 291-301.

Tanaya, D. R., dan Rudiarto, I. 2014. Potensi pengembangan ekowisata berbasis


masyarakat di kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Teknik PWK
(Perencanaan Wilayah Kota), 3(1): 71-81.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Unit VIII Dairi Pada UPT.
KPH Wilayah XIV Dairi Pada UPT. KPH Wilayah XIV Sidikalang
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2020 UPT. Kesatuan Pengelolaan Hutan
Wilayah XIV Dinas Kehutanan Privinsi Sumatera Utara.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit XV Kabupaten Pakpak


Bharat Pada Pada UPT. KPH Wilayah XIV Sidikalang Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2017-2026 UPT. Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah XIV
Dinas Kehutanan Privinsi Sumatera Utara.

36
37

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan PKL (Terlampir)

Lampiran 2. Tabel Kegiatan PKL harian


No. Hari, Tanggal Kegiatan Lokasi Pembimbing
1. Rabu, 1 Juli 2020 Identifikasi Kebakaran KPH Wilayah Asep Perry M.
Hutan dan Lahan dan XI Pandan Athoriez, S.P.
Mengisi Borang
Statistik Kehutanan
Provinsi Sumatera
Utara
2. Kamis, 2 Juli 2020 Pembinaan Kelompok KPH Wilayah Asep Perry M.
Tani Hutan dan Survey XI Pandan Athoriez, S.P.

Potensi Gula Semut di


Kecamatan Sipirok
pada Wilayah KPHP
Unit XXVII Tapanuli
Selatan
3. Jumat, 3 Juli 2020 Penyusunan Laporan KPH Wilayah Asep Perry M.
Kegiatan Pembinaan XI Pandan Athoriez, S.P.

Kelompok Tani Hutan


dan Survey Potensi
Gula Semut di
Kecamatan Sipirok
pada Wilayah KPHP
Unit XXVII Tapanuli
Selatan
4. Sabtu, 4 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -
(libur)
5. Minggu, 5 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -
(libur)
6. Senin, 6 Juli 2020 Mengisi Borang KPH Wilayah Asep Perry M.
Statistik Kehutanan XI Pandan Athoriez, S.P.

KPH Wilayah XI
Pandan Provinsi
Sumatera Utara
7. Selasa, 7 Juli 2020 Latihan Aplikasi KPH Wilayah Asep Perry M.
XI Pandan Athoriez, S.P.

37
38

ArcGIS
8. Rabu, 8 Juli 2020 Persiapan Bahan KPH Wilayah Asep Perry M.
Pembentukan XI Pandan Athoriez, S.P.

Kelompok Tani Hutan

9. Kamis, 9 Juli 2020 Persiapan Bahan Patroli KPH Wilayah Asep Perry M.
Pengaman Hutan dan XI Pandan Athoriez, S.P.

Inventarisasi
Keanekaragaman Jenis
Pohon di Hutan
Lindung
10. Jum’at, 10 Juli 2020 Patroli Keamanan KPH Wilayah Asep Perry M.
Kawasan Hutan (Smart XI Pandan Athoriez, S.P.

Patroli)
11. Sabtu, 11 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -
(libur)
12. Minggu, 12 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -
(libur)
13. Senin, 13 Juli 2020 Izin Pinjam Pakai KPH Wilayah Asep Perry M.
Kawasan Hutan XI Pandan Athoriez, S.P.

(IPPHK)
14. Selasa, 14 Juli 2020 Inventarisasi Hutan KPH Wilayah Asep Perry M.
XI Pandan Athoriez, S.P.

15. Rabu, 15 Juli 2020 Kunjungan Ke Industri KPH Wilayah Asep Perry M.
Kayu Lapis (Plywood) XI Pandan Athoriez, S.P.

PT Mujur Timber
16. Kamis, 16 Juli 2020 Inventarisasi Jenis KPH Wilayah Asep Perry M.
Hutan Mangrove XI Pandan Athoriez, S.P.

17. Jum’at, 17 Juli 2020 Potensi Nilai Ekonomi KPH Wilayah Asep Perry M.
HHBK Madu Hutan XI Pandan Athoriez, S.P.

18. Sabtu, 18 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -


(libur)
19. Minggu, 19 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -
(libur)
20. Senin, 20 Juli 2020 Potensi Jasa KPH Wilayah Asep Perry M.
Lingkungan XI Pandan Athoriez, S.P.

21. Selasa, 21 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -

38
37
39

22. Rabu, 22 Juli 2020 Kerja Sama KPH KPH Wilayah Asep Perry M.
Wiliyah XI Pandan, XI Pandan Athoriez, S.P.

Dinas Pariwisata
(Kelompok Darwis),
Yayasan Ekosistem
Lestari dan Kelompok
Tani Hutan di Desa
Sait Kalangan II, Kec.
Tukka, Kab. Tapanuli
Tengah
23. Kamis, 23 Juli 2020 Survei Ekonomi dan KPH Wilayah Asep Perry M.
Kesehatan Lingkungan XI Pandan Athoriez, S.P.

Masyarakat di desa
Sigiring - giring
Menggunakan Aplikasi
Survei 123
24. Jum’at, 24 Juli 2020 Pemasangan Camera KPH Wilayah Asep Perry M.
Trap XI Pandan Athoriez, S.P.

25. Sabtu, 25 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -


(libur)
26. Minggu, 26 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -
(libur)
27. Senin, 27 Juli 2020 Inventarisasi Satwa KPH Wilayah Asep Perry M.
Liar XI Pandan Athoriez, S.P.

28. Selasa, 28 Juli 2020 Penyusunan Laporan KPH Wilayah Asep Perry M.
PKL XI Pandan Athoriez, S.P.

29. Rabu, 29 Juli 2020 Penyusunan Laporan KPH Wilayah Asep Perry M.
PKL XI Pandan Athoriez, S.P.

30. Kamis, 30 Juli 2020 Penyerahan Laporan KPH Wilayah Asep Perry M.
PKL XI Pandan Athoriez, S.P.

31. Jum’at, 31 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -


(libur hari raya idul
adha)

Anda mungkin juga menyukai