Oleh :
Eriska A. Nababan 171201051
Alimson P. E Simbolon 171201177
Jeremia Marasi Simanungkalit 171201212
Yulyus O. Manurung 171201222
1
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh,
Ketua Departemen Budidaya Hutan
NIP. 197304212000121001
i
ii
RINGKASAN
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa,
karena atas berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak KPH XIV Sidikalang dan
segenap jajaran karyawan serta masyarakat sekitar yang telah memberi
kesempatan untuk dapat melakukan kegiatan yang telah terlaksana.
Laporan ini memuat seluruh kegiatan yang dilakukan selama praktik kerja
lapangan di KPH XIV Sidikalang. Laporan ini menjelaskan tentang kegiatan
selama melakukan PKL seperti pengambilan titik koordinat, pembuatan peta,
survey industri hasil hutan kayu, patroli pengamanan kawasan hutan, ekowisata
dan kegiatan lainnya yang kami lakukan bersama pihak KPH XIV Sidikalang dan
masyarakat di sekitar wilayah kerja KPH XIV Sidikalang.
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara dan juga untuk mengetahui
kegiatan pengelolaan hutan lestari di KPH XIV Sidikalang. Kami berharap
Laporan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
kehutanan.
.
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
RINGKASAN ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................... 1
Tujuan .......................................................................................................1
iv
v
DAFTAR PUSTAKA
v
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Tabel 1. Sebaran pembagian blok wilayah kerja KPHL Unit VIII ......................... 3
Tabel 2. Pembagian blok pada KPHP Unit XV Pakpak Bharat ............................. 6
Tabel 3. Jenis kayu dan nama ilmiah di wilayah kerja KPH XIV Sidikalang....... 20
vi
vii
DAFTAR
DAFTARGAMBAR
TABEL
Halaman
Gambar 1. Kawasan KPHP Unit XV Pakpak Bharat .........................................5
Gambar 2. Pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang ................................... 9
Gambar 3. Buku RPHJP................................................................................... 12
Gambar 4. Peta Areal Penanaman MPTS Aonarkan 1. .................................... 13
Gambar 5. Pengarahan Pihak KPH IX Sidikalang ............................................ 14
Gambar 6. Pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang .................................. 16
Gambar 7. Peta areal kawasan Hutan Produksi Desa Aornakan 1 .................... 17
Gambar 8. Pembuatan peta areal rehabilitasi lahan ........................................... 17
Gambar 9. Survey di UD. Sakawan .................................................................. 19
Gambar 10. Survey di UD. Sabena ................................................................... 19
Gambar 11. Survey di CV. Timbul Manik ........................................................ 19
Gambar 12. Melihat koleksi jenis kayu yang terdapat di lemari
KPH XIV Sidikalang ................................................................... 24
Gambar 13. Peta Dari Pelaksanaan Pembuatan Rancangan Teknis
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Desa
Silima Kuta, Kec. Tinada, Kab. Pakpak Bharat ............................ 27
Gambar 14. Pembuatan peta............................................................................. 28
Gambar 15. Bangunan permanen ..................................................................... 29
Gambar 16. Koordinasi sebelum kelapangan .................................................... 29
Gambar 17. Kawasan yang beralih fungsi ........................................................ 29
Gambar 18. Diskusi dengan aparat desa ........................................................... 31
Gambar 19. Areal yang memerlukan penanaman ............................................. 31
Gambar 20. Wawancara dengan Aparat Desa ................................................... 32
Gambar 21. Air terjun Lae Singgabit ................................................................ 34
v
ii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Secara umum pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan bertujuan
untuk ”Penerapan dan pengembangan pengetahuan serta keterampilan
yang dimiliki selama belajar diperusahaan/di dunia kerja.”
Secara khusus, tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah :
ix
2
2
3
BAB II
KONDISI UMUM KPH WILAYAH XIV SIDIKALANG
3
4
Tutupan lahan pada KPHL Unit VIII secara umum yang masih berhutan
sekitar 43,87% seluas 21.671,81 Ha dan non-hutan 56,13% seluas 27.723,56 Ha.
Berdasarkan BPDAS-HL Wampu Ular (2018), wilayah Kabupaten Dairi dibagi
dalam 2 DAS yaitu DAS Singkil seluas 44.210,02 (89,50%) dan DAS Wampu
seluas 5.185,35 (10,50%). Namun wilayah kelola KPHL Unit VIII Dairi secara
keseluruhan merupakan bagian dari DAS Singkil. Adapun sungai-sungai tersebut
adalah Sungai Lae Renun, Lae Simbelin, Lau Gunung, Lau Belulus dan lainnya.
Pada wilayah KPHL Unit VIII Dairi ditemukan 53 jenis tegakan dengan jenis
tegakan yang mendominasi yaitu jenis Damar (Araucarias spp.), Meranti (Shorea
sp.) dan haundolok (Eugenia sp.). Jenis vegetasi pada lokasi kegiatan inventarisasi
berupa hutan dengan kerapatan sedang dan mempunyai potensi tegakan yang
sedang. Pada umumnya wilayah KPHL Unit VIII Dairi yang telah diusahakan
oleh masyarakat setempat dengan tanaman kemiri(Aleurites moluccanus),
durian(Durio zibethinus), coklat(Theobroma cacao), kopi(Coffea sp) serta
tanaman jagung(Zea mays).
Berdasarkan fakta dilapangan potensi HHBK yang ditemukan antara lain :
kemenyan(Styrax paralleloneurum), rotan(Calamus axillaris), bambu(Bambuseae
sp), lebah madu(Apis sp), aren(Arenga pinnata), gambir(Uncaria acida),
durian(Durio zibethinus) dan lainnya. Jenis pohon yang ditemukan dalam KPHL
Unit VIII Dairi diantaranya yaitu damar (Hopea sangal Korth), kemenyan (Dyera
costulata); durian (Durio zibethinus), meranti (Shorea sp.) dan tulasan(Altingia
excelsa). Jenis satwa/ fauna dilindungi oleh undang-undang yang hidup secara liar
pada wilayah KPHL Unit VIII Dairi, yaitu: Harimau Sumatera (Phantera tigris
sumateraensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Beruang
(Helarctos malayanus), rusa (Cervus timorensis), landak (Histrix brachura),
kijang (Muntiacus muntjak), siamang (Hylobates syndactylus), tringgiling ( Manis
javanica), dan babi hutan (Sus vittatus). Satwa lain jarang (tidak pernah) dijumpai
lagi, namun berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar hutan tersebut masih
ada hewan yang dilindungi lainnya seperti kambing hutan (Nemorhaedus
sumatraensis), kera kepala putih(Presbytis frontata) dan murai batu (Kittacinla
malabarica).
2.1.2 KPHP Unit XV Pakpak Bharat
Secara geografis KPHP Unit XV terletak di wilayah Kabupaten Pakpak
Bharat Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis berada pada 2 o15’00” sampai
dengan 2o47’00” Lintang Utara dan 98o04’00” sampai dengan 98o31’00” Bujur
Timur, dengan ketinggian 250-1500 meter diatas permukaan laut. Adapun secara
administrasi pemerintah, wilayah kelola KPHP Unit Pakpak Bharat terletak di
wilayah Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Tinada, Kecamatan Salak, Kecamatan
Pergetteng Getteng Sengkut, Kecamatan Sitellu Tali Julu, Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jahe dan Kecamatan Pagindar Kabupaten Pakpak Bharat
Provinsi Sumatera Utara. Hal ini seperti terlihat pada gambar 1. yang
memperlihatkan kawasan KPHP Unit XV Pakpak Bharat.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 48 Tahun 2017
tentang Tugas, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara, KPH Wilayah XI Pandan mempunyai 3 (tiga) unit
kelola KPH yaitu KPHL unit XXIV, KPHL unit XXV,
dan KPHP unit XXVII.
4
5
5
6
6
7
7
8
BAB III
LAPORAN KEGIATAN PKL
Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Pengarahan oleh pihak
KPH XIV Sidikalang disampaikan oleh Kepala KPH XIV Sidikalang yaitu Ibu
Karolyn S. Simanjuntak, SH., M. AP dan Kepala Seksi Perencanaan dan
Pemanfaatan Hutan Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut., MM.
Permasalahan
Ada beberapa jadwal atau agenda PKL yang harus direvisi dikarenakan
kegiatan tidak dilakukan oleh KPH XIV Sidikalang seperti kegiatan persemaian
dan lainnya. Beberapa kegiatan tidak dilaksanakan karena sedang masa pandemic
Covid 19.
Pemecahan Masalah
Menentukan jadwal kembali yang sesuai dengan kegiatan di KPH XIV
Sidikalang serta menerapkan protocol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.
8
9
Kemenyan, rotan, Bambu, Lebah Madu, Aren, Gambir, Durian dan lainnya. Jenis
pohon yang ditemukan dalam KPHL Unit VIII Dairi diantaranya yaitu Damar
(Hopea sangal Korth), Kemenyan (Dyera costulata); Durian (Durio zibethinus),
Meranti (Shorea sp.), tulasan dan lainnya.
Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi Unit XV Pakpak Bharat Provinsi
Sumatera Utara pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. Sk. 102/Menhut-II/2010 tanggal 5 maret 2010 tentang penetapan
wilayah Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi (KPHP) Unit XV luasnya kurang
lebih 112.166 ha dengan rincian Hutan Lindung (HL) seluas kurang lebih 41.641
Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas kurang lebih 70.525 Ha. Luasan
tersebut masih mengacu pada SK Menteri Kehutanan no. 44 tahun 2005. Pada
tanggal 24 Juni 2014, Menteri Kehutanan RI Mengeluarkan SK nomor :
SK.579/Menhut-II2014 mengenai Kawasan Hutan di Sumatera Utara.
Berdasarkan SK tersebut, maka luas KPH unit XV kabupaten Pakpak Bharat
Provinsi Sumatera Utara yang semula 112.166 ha, menyesuaikan dengan SK baru
nomor SK.579/MENHUT-II/2014 tentang kawasan hutan di Sumatera Utara
menjadi seluas kurang lebih 90.757,41Ha dengan rincian Hutan Lindung (HL)
seluas 41.317,13 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 49.389,51 Ha,
Hutan Produksi (HP) seluas 50,77Ha. Berikut merupakan gambar yang
menunjukkan ketika pihak dari KPH XIV Sidikalang yaitu yaitu Ibu Karolyn S.
Simanjuntak, SH., M. AP dan Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan
Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut., MM sedang melakukan pengarahan dan
pengenalan kepada mahasiswa Prakti Kerja lapang.
Kesimpulan
Jadwal disesuaikan setiap minggu karena masa pandemic Covid 19
menyebabkan kegiatan yang direncanakan oleh KPH XIV Sidikalang tidak dapat
dilaksanakan. Mendapatkan informasi mengenai KPH XIV Sidikalang dan
membuat rencana kegiatan PKL yang sesuai dan telah disepakati bersama dengan
KPH XIV Sidikalang.
9
10
Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengumpulkan informasi terkait KPH XIV Sidikalang dengan
mengumpulkan informasi dari buku RPHJP KPHL Unit VIII Dairi dan Buku
RPHJPd KPHP Unit XV Pakpak Bharat.
Permasalahan
Informasi mengenai KPH XIV Sidikalang terbatas dan tidak tersedia di
internet
Pemecahan Masalah
Menggunakan informasi dari pustaka KPH XIV Sidikalang.
Hasil Dan Pembahasan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit VIII merupakan salah
satu KPH Lindung di Provinsi Sumatera Utara yang wilayah kelolanya secara
administrasi berada di Kabupaten Dairi. KPHL Unit VIII akan mensosialisasikan
program-progam perhutanan sosial dalam rangka pemberdayaan masyarakat, yang
bertujuan membangkitkan minat masyarakat, untuk bersinergi mengelola hutan.
Tahapan selanjutnya adalah pendampingan terhadap kelompok masyarakat
/kelompok tani hutan umtuk melaksanakan program-program perhutanan sosial,
yaitu Hutan Kemasyarakatan, Hutan desa, Hutan Adat, Hutan Tanaman Rakyat
dan Kemitraan Kehutanan pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung.
Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan non kehutanan (kawasan HL
dan HPT) harus didahului proses pinjam pakai kawasan hutan sesuai norma,
standar, prosedur dan kriteria yang diatur Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Bagi kegiatan yang bersifat strategis proses pinjam pakai dapat
dilkukan melalui kerjasama yang diatur oleh Direktur Jenderal. Permasalahan
utama pada wilayah kerja KPHL Unit VIII adalah : 1. Aspek ekologi; degradasi
hutan dan fragmentasi hutan, menurunnya keanekaragaman hayati; 2. Aspek
ekonomi; berkurangnya hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,
menurunnya kesejahteraan diukur dari hasil hutan; kurangnya peluang usaha dan
kesempatan kerja; belum dikembangkannya pengolahan dan akses pasar HHBK
yang bebas; rendahnya insentif modal usaha kehutanan; serta belum
dikembangkannya pemanfaatan jasa wisata dan jasa lingkungan lainnya yang
dapat menyediakan lapangan usaha/kerja; 3. Aspek sosial budaya; keberagaman
suku memerlukan pendekatan sosial berbeda; lemahnya penegakan hukum,
rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat masyarakat sekitar hutan,
serta 4. Aspek kelembagaan; belum dipahaminya batas-batas kawasan hutan;
kepemilikan lahan yang belum jelas aspek hukumnya, dan belum adanya koperasi
sebagai lembaga usaha ekonomi masyarakat.
Rencana pengelolaan terdiri dari rencana pengelolaan hutan jangka
panjang (RPHJP) dan jangka pendek tersebut memuat tujuan, strategi, kegiatan
serta target yang akan dicapai dalam kurun waktu perencanaan. Dalam rangka
1
0
1
1
pengelolaan hutan, KPHL Unit VIII Dairi telah menyusun Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Panjang periode tahun 2019-2028 dan telah disahkan. Target
rencana capaian kegiatan RPHJPd tahun 2020 adalah : 1. Terlaksananya
inventarisasi hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, potensi jasa lingkungan,
pembuatan plot sampling permanen dan penataan batas kawasan dan fungsi blok
pengelolaan hutan; 2. Terlaksananya pengembangan tanaman durian, manggis dan
duku, pengembangan agroforestry kopi, sereh wangi, karet dan kakao; 3.
Pengembangan kelompok tani hutan; 4. Pengembangan ekowisata; 5.
Terlaksananya bimbingan teknologi dan penyelenggaraan diklat bagi KTH; 6.
Terbangunnya koordinasi dengan pemegang ijin yang berada di kawasan KPHL
Unit VIII; 7. Tersusunnya Dokumen RTnRH; 8. Terlaksananya kegiatan
penanaman dan pemeliharaan; 9. Terealisasinya Pembuatan Bangunan KTA; 10.
Terlaksananya kegiatan monitoring pelaksanaan rehabilitasi pada areal yang
sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan; 11. Terlaksananya
pemetaan areal rawan gangguan keamanan dan kebakaran hutan; 12.
Terlaksananya patrol pengamanan hutan dan hasl hutan; 13. Tetrlaksananya
sosialisasi tata batas kawasan hutan; 14.pembentukan PKSM (Penyuluh
Kehutanan Swadaya Masyarakat) dan masyarakat mitra polhut; 15. Terlaksananya
pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dan pembentukan brigdalkarhutladan
masyarakat peduli api (MPA); 16. Terlaksananya pembangunan resort
pengelolaan hutan; 17. Pemberantasan illegal logging dan perambahan kawasan
hutan; 18. Tersedianya sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan; 19.
Tersedianya sarana prasarana dan perlengkapan lapangan; 20. Tersusunnya
rencana pengelolaan jangka oendek tahun 2021 dan rencana strategis bisnis; 21.
Tersedianya SDM terampil dan professional untuk pengelolaan KPHL Unit VIII
melalui berbagai diklat teknis; 22. Tersedianya operasional rutin KPHL Unit VIII
Tahun 2020; 23. Terlaksananya pembinaan kemitraan; 24. Terlaksananya promosi
dan pameran; 25. Tersedianya biaya operasional yang memadai; 26.
Terbangunnya mekanisme pembinaan, pengawasan dan pengendalian internal dan
eksternal KPH; serta 27. Terbangunnya mekanisme monitoring dan evaluasi.
Operasionalisasi KPHP Unit XV Kabupaten Pakpak Bharat dilaksanakan
setelah terbit SK. Menhut Nomor: SK.332/Menhut-II/2010, melalui berbagai
kegiatan diantaranya : a. Kegiatan prakondisi pengelolaan hutan : (1) Pengadaan
sarana dan prasarana, (2) Tata Hutan, (3) Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
(RPH), yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah I Medan; b. Konvergensi kegiatan
teknis dari UPT Kemenhut, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara; c. Berkaitan
dengan Permenhut P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP, maka periode RPHJP KPHP
Unit XV Kabupaten Pakpak Bharat adalah Tahun 2016 – 2025.
Rencana kegiatan, terdiri dari : a). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan
penataan hutan, b). Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, c). Pemberdayaan
masyarakat, d). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHP Unit
XV Kabupaten Pakpak Bharat yang telah ada izin pemanfaatan maupun
penggunaan kawasan hutan, e). Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar
izin, f). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi pada areal yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan, g). Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, h).
Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin, i). koordinasi
1
1
12
dan sinergi dengan instansi dan para pemangku kepentinganterkait, j). penyediaan
dan peningkatan kapasitas SDM, k). Penyediaan pendanaan, l). pengembangan
database, m). Rasionalisasi wilayah kelola, n). Review rencana pengelolaan
(minimal 5 tahun sekali), dan o). Pengembangan investasi. Gambar 3.2.1
merupakan buku yang menjadi sumber informasi mengenai KPH XIV Sidikalang
yaitu Buku RPHJP KPHL Unit VIII Dairi dan Buku RPHJPd KPHP Unit XV
Pakpak Bharat.
Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB.Pengukuran dilakukan
dengan mengambil titik kordinat dengan menggunakan GPS.
Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemukan adalah Areal lahan yang hendak
diukur berada dikemiringan yang agak curam.
Pemecahan Masalah
Adapun pemecahan masalah yang ditemukan adalah dengan menggunakan
metode pembuatan Terasering.
1
2
1
3
Kesimpulan
Hasil dari Pengukuram areal lahan diKecamatan Tinada, Kabupaten
PakPak Bharat ialah ditemukan dengan jumlah titik sebanyak 27 ttik kordinat,
sehingga membentuk polygon keliling areal lahan seitar 2700 Ha.
Pada kegiatan Survey dan Pengukuran areal lahan , areal tersebut berdampingan
dengan lahan masyarakat. Areal lahan tersebut akan ditanami tanaman MPTS
bersama masyarakat
1
3
14
3.4 Penentuan Tata Batas Areal Kawasan Hutan Hutan Produksi Terbatas
dan Hutan Lindung
Hari, Tanggal : Rabu, 08 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan :Desa Aornakan 1, Kec Pargetteng-getteng, Kab Pakpak
Bharat
Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Pengarahan oleh pihak
PETAI dan KPH XIV Sidikalang disampaikan kepada kepala kelompok tani yang
ada di desa Aornakan 1 Kec Paargetteng-getteng tentang kawasan yang menjadi
Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Lindung.
1
4
1
5
Permasalahan
Berdasarkan SK baru nomor SK.579/MENHUT-II/2014 tentang kawasan
hutan terdapat mata air di dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas yang
seharusnya menjadi Hutan Lindung.
Pemecahan Masalah
Setelah dilakukannya sosialisasi oleh pihak KPH terhadap masyarakat,
akhirnya masyarakat dapat mengerti terhadap areal-areal yang dilindungi.
Sehingga dilakukan pengambilan titik koordinat untuk dilakukan pengukuran
Hutan Produksi Terbatas yang akan di manfaatkan oleh masyarakat.
Kesimpulan
Hasil dari Pengukuram areal lahan kawasan hutan produksi di desa Aornakan
1, Kabupaten PakPak Bharat ialah pengukuran luas kawasan hutan produksi
seluas 65 Ha, sehingga membentuk polygon keliling areal lahan.
Pada kegiatan pengukuran areal lahan , areal tersebut berdampingan dengan
kawasan hutan lindung.
1
5
16
3.5 Pembuatan Peta dan Tata Batas Areal Kawasan Hutan Produksi
Terbatas dan Hutan Lindung Kecamatan Pargetteng-Getteng Sengkut
Hari, Tanggal : Kamis, 09 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Kantor KPH XIV Sidikalang
Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Pembuatan peta dilakukan
menggunakan aplikasi ArcGis di kantor KPH XIV sidikalang.
Permasalahan
Kesulitan dalam penentuan areal hutan yang akan dijadikan areal
rehabilitas lahan.
Pemecahan Masalah
Dalam pengerjaan dibantu oleh pihak PETAI (Pesona Tropis Indonesia)
yang ikut serta dalam pengukuran areal rehabilitasi lahan di kecamatan
Pargetteng-getteng sengkut. Tim PETAI membantu menentukan tempat yang akan
dijadikan areal rehabilitasi lahan berdasarkan peta areal hutan yang dimiliki
anggota PETAI berdasarkan SK.579/MENHUT-II/2014 tentang kawasan hutan
yang ada di desa Aornakan 1 Kecamatan Pargetteng-getteng.
1
6
1
7
Kesimpulan
Peta hasil pengukuran areal rehabilitasi lahan seluas 65 hektar.
1
7
18
Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Dengan mengajukan
pertanyaan seputar pengelolaan hasil hutan kayu kepada pemilik industri.
Permasalahan
Permasalahan yang didapat dalam ketiga industri kayu ini yaitu kurangnya
mendapat bahan baku. Jadi kayu yang diolah dari ketiga industry tersebut berupa
kayu Jabon, Pinus, Jati, Sengon, Durian, dan Kemiri.
Pemecahan Masalah
Pihak industry melakukan pembelian bahan baku yang ada di lokasi dan
mudah ditemukan. Dan pihak industry harus mengurus surat ijin untuk mengambil
bahan baku keperluan industry.
Pihak KPH memberikan ijin kepada pihak industry dengan memberikan
surat ijin. Pihak KPH juga melakukan patrol rutin untuk mengawasi kinerja dari
Industri yang bersangkutan.
Hasil dan Pembahasan
Pada Usaha Dagang Sekawan (UD. Sekawan) yang beralamat di Jalan
Empat Lima, Kecamatan Sidikalang. Jenis kayu yang di produksi yaitu kayu
durian, kayu meranti, kayu mahoni, kayu putih yang berasal dari ladang
masyarakat. Kayu gergajian diproduksi langsung di ladang masyarakat dengan
harga bahan 2,5 juta per ton. Hasil produksi industri ini berupa kusen dan pintu
dengan jumlah produksi 2 ton per minggu. Produksi ini mendapatkan
keuntungan sejumlah Rp 500.000 per hari. Jenis kayu yang paling murah pada
industri ini yaitu kayu putih dan kayu meranti.
industri ini memiliki 6 mesin produksi yaitu mesin compress, mesin roll dan
mesin cetak pintu.
Pada Usaha Dagang Sabana (UD. Sabena) yang beralamat di Jalan Empat
Lima, Kecamatan Sidikalang. Jenis kayu yang diproduksi industri ini yaitu kayu
sampilur bunga dan kayu meranti. Sumber kayu gergajian berasal dari Jambi dan
Padang. Kayu yang diolah berkisar 1,5 – 2 ton per minggu, modal usaha sebesar
3,7 juta per ton. Sistem produksi industri ini dipesan dahulu oleh pembeli lalu di
produksi. Produknya berupa kusen pintu, daun pintu, kusen jendela dan daun
jendela dengan Pemasaran di daerah Sidikalang. Jumlah karyawan sebanyak 5
orang.
Pada Cv. Timbul Manik yang berlokasi di Desa Karing, Kecamatan
Berampu, Kabupaten Dairi. Pemiliknya berusia 48 tahun, industri ini sudah
berdiri sejak tahun 2019. Jenis kayu yang diolah yaitu kayu jabon, kayu pinus
putih, kayu sengon, kayu durian, kayu kemiri, kayu petai, kayu mahoni, kayu
nangka, kayu mangga dengan ukuran diameter minimal 30 cm. Sumber kayu
industri ini berasal dari daerah Humbang dan perkebunan masyarakat dengan
harga log yang bervariasi. Hasil pengolahannya berupa kayu gergajian, dengan
harga kayu gergajian Rp 200.000/m3. Harga penjualan 1. Ukuran 16 = 2,8 juta 2.
Ukuran 3-6 = 1,8 juta. Pemasaran kayu ini hanya sekitaran wilayah Dairi dan
Tanah Karo. Produksi per tahun industri ini +/- 6 ribu per tahun. Kayu yang paling
murah dalam industri ini yaitu kayu putih, kayu yang paling mahal yaitu kayu jati
dan jenis kayu yang paling diminati atau pasaran lokal yaitu kayu jati. Pada
industri ini terdapat 35 orang jumlah karyawan, dan tidak pernah terdapat
1
8
1
9
kecelakaan kerja. Jumlah kapasitas terpasang induatri ini yaitu 4 mesin gergaji
pita. Sisa dari limbah dapat dimanfaatkan untuk abu yang cocok untuk pertanian
sebagai pembasmi gulma, dan limbah kayu potongan dapat dimanfaatkan untuk
bahan bakar.
Kesimpulan
Karena bahan baku yang kurang Hasil pengolahan dari ketiga industry
tersebut berupa kayu gergajian seperti papan kaso dan lainnya. Produksinya
<6000 m3/tahun, Limbah dari CV.Timbul manik dijual kepada masyarakat sekitar
dengan harga sukarela dari masyarakat/pembeli pemasaran meliputi daerah Dairi
dan Kab. Karo.
3.7 Pengenalan Contoh Jenis Kayu Wilayah Kerja KPH XIV Sidikalang
Hari, Tanggal : 13 & 17 Juli 2020
Waktu : 07.30 – 16.00 Wib
Lokasi Kegiatan : KPH XIV Sidikalang
Metode Kegiatan
1
9
20
Pemecahan Masalah
Mencari data dari jurnal dan buku cetak baik dari pustaka KPH XIV
Sidikalang dan internet.
2
0
2
1
2
1
22
Sampinur tali tidak tahan terhadap serangan rayap kayu kering. Kayu
kekuningan, lembut, dan bertekstur sangat halus. Karena kayunya lunak, sampinur
tali dapat digunakan untuk membuat papan, vinir, mebel, dan kayu lapis. Selain
itu, batang sampinur dapat digunakan untuk menghasilkan minyak esensial yang
dapat digunakan untuk mengobati sakit perut.
6. Pohon Damar
Pohon Damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich.) adalah
sejenis pohon anggota tumbuhan runjung (Gymnospermae) yang merupakan
tumbuhan asli Indonesia. Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga
ke Filipina (Palawan dan Samar). Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk
diambil getah atau hars-nya. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal. Pohon
yang besar, tinggi hingga 65m; berbatang bulat silindris dengan diameter yang
mencapai lebih dari 1,5 m. Pepagan luar keabu-abuan dengan sedikit kemerahan,
mengelupas dalam keping-keping kecil.
Manfaat utama damar adalah diambil getahnya untuk dioleh menjadi kopal
(manila copal). Getah damar keluar dari kulit atau kayu damar yang dilukai.
Getah yang keluar akan membeku dan mengeras setelah beberap hari. Getah
damar yang mengeras nilah yang kemudian dinamai kopal. Kopal ini mengandung
asam-asam resinol, resin, dan minyak atsiri. Kopal merupakan bahan dasar bagi
cairan pelapis kertas supaya tinta tidak menyebar. Selain itu kopal dimanfaatkan
untuk campuran lak dan vernis, perekat pada penambal gigi, dan perekat plester.
Pohon damar juga bisa dijadikan pohon penghijauan dan peneduh. Sedangkan
kayunya, meskipun kurrang kuat dan awet, kerap diperdagangkan sebagai bahan
bangunan dengan nama ‘kayu agatis’.
7. Nangka
Nangka adalah nama sejenis pohon, sekaligus buahnya. Pohon nangka
termasuk ke dalam suku Moraceae; nama ilmiahnya adalah Artocarpus
heterophyllus. Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar
20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 meter. Batang bulat silindris,
sampai berdiameter sekitar 1 meter. Tajuknya padat dan lebat, melebar dan
membulat apabila di tempat terbuka. Seluruh bagian tumbuhan
mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai.
8. Meranti
Shorea adalah nama marga beranggotakan sekitar 194 spesies, terutama
berupa pohon penghuni hutan tropika, dari suku Dipterocarpaceae. Marga ini
dinamai demikian untuk menghormati Sir John Shore, Gubernur Jenderal British
East India Company, 1793-1798. Shorea adalah salah satu marga penghasil kayu-
kayu dipterokarpa yang terpenting. Aneka jenis kayu meranti (meranti
kuning, merah, dan putih), balau, bangkirai, balangeran dan lain-lain, tergabung di
sini. Di samping itu, marga ini juga menghasilkan resin yang disebut damar dari
berbagai kualitas; salah satu yang terbaik kualitasnya adalah damar mata kucing.
Damar terutama digunakan dalam industri pernis dan cat, serta untuk pengolahan
kimiawi lainnya.
Beberapa spesies Shorea menghasilkan tengkawang, yakni buah meranti-
merantian yang besar dan berlemak. Setelah disalai agar awet, biji tengkawang
dikempa untuk mengeluarkan minyaknya yang berharga tinggi. Minyak
tengkawang digunakan dalam industri kosmetika dan makanan.
Biji Shorea mengandung lemak yang lumayan (40-60 %) dan protein yang banyak
2
2
2
3
2
3
24
berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk
papan partikel yang baik.
Dari hasil yang di dapat sebagian besar jenis kayu yang dikoleksi sudah
ada yang rusak dan hilang, sehingga penomoran pada label kayu sudah tidak
berurutan lagi atau tidak sesuai penomoran lagi. Akan tetapi jenis kayu yang
masih di jumpai di lemari KPH XIV Sidikalang menunjukan bahwa jenis kayu
yang ada pada areal kawasan kph XIV Sidikalang sangatlah beragam. Sehingga di
butuhkan pengawasan yang ketat dan kesadaran masyarakat terhadap
keberagaman jenis kayu tersebut.
Adapun jenis kayu yang sulit diketahui informasinya ialah kayu meang,
mecadamia, kapur, galuh-galuh, uru, simartolu, pengga bo Delieng. Sehingga
diperlukan informasi yang akurat dari pustaka KPH XIV Sidikalang.
Ada juga kayu yang biasanya terdapat dihutan lindung (HL) serperti kayu
Uru, ini menunjukkan indikasi bahwa keberagaman di kawasan hutan lindung
masihlah sangat beragam. Sehingga sangat diperlukan pengawasan yang ketat
dan kesadaran dari berbagai pihak agar hutan dapat terjaga keberlangsungannya.
Kesimpulan
Data yang dicari yaitu klasifikasi, kelas kuat, kelas awet, berat jenis,
kegunaan/fungsinya pada masyarakat dan lainnya.
Metode Kegiatan
Membaca dan merangkum Buku Data Hasil Pengukuran dan
Pemancangan Batas Areal Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2019 pada UPT
KPH Wilayah XIV Sidikalang.
2
4
2
5
Permasalahan
Rencana pengelolaan hutan jangka Panjang (RPHJP) memiliki tujuan,
strategi, kegiatan serta target yang akan dicapai dalam kurun waktu perencanaan.
Rencana pengelolaan hutan jangka Panjang periode tahun 2019-2028 dan telah
disahkan. Dalam pelaksanaan ini dibutuhkan suatu target untuk menyelesaikan
program yang dibentuk dalam pengeloaan hutan jangka Panjang.
Pemecahan Masalah
Dalam penyelesaian Rencana pengelolaan hutan jangka Panjang dibuat
target rencana capaian. Beberapa target tersebut dirancang untuk diselesaikan
setiap tahunnya.
2
5
26
Lokasi rencana penanaman sebagian besar bervegetasi semak belukar, rumput dan
alang-alang dan pertanian masyarakat (karet alam). Berikut kondisi tutupan lahan
dilokasi penanaman : (1) Rumput alang-alang: 60 Ha; (2) Semak belukar: 20 Ha;
(3) Pertanian masyarakat: 20 Ha. Lokasi penanaman berada pada ketinggian
antara ±100-200 meter dpl, dengan topografi bergelombang sampai dengan
berbukit (15-35%).
Kebutuhan bibit untuk kegiatan RHL tahun 2019 dengan pola Agroforesti
seluas 100 Ha seluruhnya berjumlah 56.000 batang yang terdiri dari kebutuhan
bibit untuk penanaman P-0 sejumlah 44.000 batang (sudah termasuk penyulaman
10%), pemeliharaan tanaman tahun ke-1 sejumlah 8000 batang dan pemeliharaan
tanaman tahun ke-2 sejumlah 4000 batang. Jenis tanaman yang akan ditanam
adalah Durian, Jengkol, Petai dengan tanaman sela yaitu Kopi.
Pada umumnya mata pencarian masyarakat Desa Simungun sebagian besar
adalah pertanian, sedangkan yang lainnya adalah Pengawai Negeri Sipil dan
pedagang. Kegiatan pertanian yang dilakuakan masyarakat umumnya berkebun
menetap dan berkebun tidak menetapserta sebagian buruh lepas/upahan.
Salah satu faktor penting adalah kelestaria Tenaga Kerja. Kegiatan
penanaman dilaksanakan oleh pihak ketiga dengan melibatkan tenaga
kerja/masyarakat setempat dan di utamakan masyarakat yang menggarap di lokadi
penanaman. Adapun buaya upah tenaga kerja secara umum adalah Rp.85.000,-
perhari.
Keberhasilan rehabilitasi lahan tidak tergantung pada teknis pelaksanaan
lapangan, namun diperhatikan juga factor social politik, tradisisosial budaya dan
sikap perilaku masyatrakat. Adapun kelembagan masyarakat di sekitar desa
Simungun antara lain adalah pemerintah desa, kelompok tani, kelompok
masyarakat tolong – menolong, kelompok masyarakat peduli linkungan,
kelompok swadaya masyarakat dan kelompok perwiritan. Masyarakat di sekitar
disekitar lokasi penanaman bersifat dinamis atau mendiami lokasi di sekitar
penanaman.sehingga akan cocok dengan konsep Agroforestri.
Kesimpulan
Penetapan areal RHL seluas 41,713.13 Ha. Lokasi rencana penanaman
sebangian besar bervegetasi semak belukar, rumput dan alang-alang dan pertanian
masyarakat (karet alam).
Metode Kegiatan
2
6
2
7
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Pembuatan peta dilakukan
menggunakan aplikasi ArcGis di kantor KPH XIV sidikalang.
Permasalahan
Pada saat pembuatan peta terdapat beberapa titik koordinat yang tidak
tersimpan dalam GPS yang digunakan.
Pemecahan Masalah
Menggunakan data titik koordinat yang ditulis tangan untuk kemudian
digunakan dalam pembuatan peta.
Gambar 13. Peta Dari Pelaksanaan Pembuatan Rancangan Teknis Kegiatan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Di Desa Silima Kuta, Kec. Tinada, Kab. Pakpak Bharat
2
7
28
Kesimpulan
Peta lokasi areal rencana di desa Silima Kuta seluas 10 Hektar
Permasalahan
Ditemukannya ada bangunan permanen dikawasan hutan, adanya kawasan
hutan yang beralih fungsi, dan kawasan hutan telah banyak dirambah (pembalakan
liar) untuk jadi lahan pertanian.
Pemecahan masalah
Dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat setempat, bahwasanya
kawasan tersebut adalah kawasan hutan dan harus dilindungi. Untuk
mengaktifkan kembali fungsi hutan tersebut dalam fungsi konservasi, pihak KPH
Wilayah XIV Sidikalang dan Pihak Pemerintahan Desa Lae Panginuman sepakat
akan membentuk KTH (Kelompok Tani Hutan).
Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 10.00 WIB. Dimulai dengan koordinasi
kepada pihak pemerintahan Desa Lae Panginuman bahwasanya akan diadakan
kegiatan Patroli dan Pengamanan Hutan. Setelah adanya konfirmasi, maka
kegiatan lapangan segera dilaksanakan. Pengambilan titik koordinat dilapangan
sebagai bahan acuan untuk menentukan kawasan tersebut kawasan hutan.
2
8
2
9
2
9
30
Metode Kegiatan
Kegiatan ini diawali pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang
disampaikan oleh Kepala KPH XIV Sidikalang yaitu Kepala Seksi Perencanaan
dan Pemanfaatan Hutan yaitu Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut., MM.
Kemudian melakukan wawancara dengan Kepala Desa Lau Sireme yaitu Bilmar
Sagala dan dilanjutkan survey kelapangan. Dalam kegiatan ini mahasiswa PKL
didampingi oleh perwakilan dari pihak KPH.
Permasalahan
Daerah aliran sungai dan tepi jalan Desa Lau Sireme mengalami
pergerusan dan menjadi daerah rawan longsor.
Pemecahan Masalah
Kepala Desa beserta masyarakat Lau Sireme meminta bantuan kepada
pihak KPH agar merehabilitasi areal yang ditunjuk, dengan cacatan bibit yang
berikan pihak KPH adalah jenis unggul dan berkualitas tinggi. Sehingga dapat
bermanfaat bagi ekonomi masyarakat Desa Lau Sirene.
3
0
3
1
Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Wawancara dilakukan
dengan narasumbernya yaitu kepada Sekretaris desa Sukaramai.
3
1
32
Permasalahan
Terdapat juga masalah yang terjadi di salah satu dusun Desa Sukaramai
yaitu Dusun Petal. Permasalahan yang terjadi adalah terdapat ladang yang di
gunakan masyarakan merupakan kawasan Hutan Lindung. Pihak dari Dinas
Kehutanan Provinsi telah melarang masyarakat untuk mengelola lahan tersebut.
Akan tetapi masyarakat tetap mengelola lahan tersebut dikarenakan lading
tersebut adalah sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Kurang nya
sosialisasi mengenai kawasan Hutan Lindung kepada masyarakat menyebabkan
permasalahan tersebut.
Pemecahan Masalah
Sekretaris Desa Sukaramai berharap dilakukannya sosialisi kepada
masyarakat mengenai pemanfaatan hutan dan fungsi hutan yang di daerah
tersebut. Sehingga masyarakat mengetahui manfaat hutan dan fungsi hutan. Untuk
mengurangi perambahan hutan dan pemanfaatan hutan secara illegal.
Kesimpulan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang diperoleh dari hutan disekitar
Desa Suka Rame adalah gambir(Uncaria rhynchophylla), kemenyan(Styrax spp),
aren(Arenga pinnata) dan lainnya.
3. 13 Ekowisata
Hari, Tanggal : Rabu, 29 Juli 2020
Waktu : 08.00-16.00 WIB
Lokasi Kegiatan : Desa Mahala, Kec. Tinada, Kab. Pakpak Bharat
3
2
3
3
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera, parang
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Surat Perintah Tugas yang
dikeluarkan oleh pihak KPH XIV Sidikalang dan jurnal harian.
Metode Kegiatan
Kegiatan ini diawali pengarahan oleh pihak KPH XIV Sidikalang
disampaikan oleh Kepala KPH XIV Sidikalang yaitu Kepala Seksi Perencanaan
dan Pemanfaatan Hutan yaitu Bapak Henry B. Tumanggor, S.Hut., MM.
Kemudian melakukan wawancara dengan Kepala Desa Mahala dan dilanjutkan
survey kelapangan. Dalam kegiatan ini mahasiswa PKL didampingi oleh
perwakilan dari pihak KPH.
Permasalahan
Air terjun ini akan dijadikan sebagai salah satu objek wisata oleh KPH
XIV Sidikalang, namun belum ada kepastian mengenai apakah air terjun ini
termasuk dalam wilayah Hutan Lindung atau diluar areal hutan lindung yang di
kelola oleh KPH XIV Sidikalang. Permasalahan yang ditemukan selama kegiatan
berlangsung adalah sulitnya menuju lokasi wisata yang berada ditengah hutan dan
melewati medan yang cukup sulit dan menantang.
Pemecahan Masalah
Pihak KPH XIV Sidikalang akan mencari tahu mengenai apakah air terjun
ini termasuk dalam wilayah kelola KPH XIV Sidikalang dengan melakukan
survey dan melihat tata batas wilayah kelola KPH XIV Sidikalang.
Diharuskan pembagunan akses jalan menuju lokasi objek wisata tersebut
sehingga dapat memudahkan perjalanan.
3
3
34
wisata yang bernilai ekonomi, ekologi, sosial dan lainnya. Masih banyak yang
perlu di kembangkan, mulai dari fasilitas, aksesbilitas dan lainnya. Untuk masuk
di kawasan obyek wisatanya, akses jalan bisa di lewati dengan berjalan kaki
sekitar ±1 jam dengan kondisi melewati jalan yang sepertinya baru dibuka dan
belum diaspal, melewati jembatan penyebrangan khusus pejalan kaki dan
melewati kawasan hutan dan lahan pertanian masyarakat.
Adapun tempat wisata lainnya ialah Air Terjun Lae Simbilulu, Air Terjun
Lae Une, Air Terjun Sipitu Lae Petulan, Delleng Simpon, Puncak Sindeka,
Rafting Lae Kombih dan masih banyak lagi.
Kesimpulan
Bahwa objek wisata tersebut amat memerlukan akses pembangunan untuk
dapat memudahkan menuju lokasi tersebut, sehingga dapat meningkatkan jumblah
wisatawan yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa
tersebut.
3
4
35
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. UPT KPH Wilayah XIV berkedudukan di Sidikalang dengan wilayah kerja
KPH Unit XV KPHP Pakpak Bharat dan KPH Unit VIII KPHL Dairi.
2. Beberapa Industri Hasil Hutan Kayu yang berada di wilayah kerja KPH XIV
Sidikalang yaitu CV Timbul Manik di Desa Karing, Usaha Dagang Sekawan
(UD. Sekawan) dan Usaha Dagang Sabana (UD. Sabana) yang berada di Jl.
45 Sidikalang.
3. Contoh jenis kayu di wilayah kerja KPH XIV Sidikalang adalah Mpiagi,
Nagka, Kapur, Meranti, Macadamia, Martolu Bolon, Meang, Meranti,
Eucalyptus, Rengas, Medang putih, Mahoni, Sampinur, Mbacang,
Parimbalang, Kemenyan, Damar laut, Uru, Galuh – galuh, Durian, Akasia,
Penggabo Delleng, Meranti Batu, Simartolu, dll.
4. Patroli pengamanan kawasan hutan dengan tujuan untuk melakukan
pengawasan terhadap kawasan hutan dilakukan di Desa Lae Panginuman,
Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi dan ditemukan
bangunan permanen dikawasan hutan, alih fungsi hutan dan perambahan
hutan.
5. Salah satu potensi wisata alam yang belum dan akan dijadikan sebagai objek
wisata adalah air terjun Lae Singgabit yang terletak di Desa Mahala
Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat yang masuk kedalam blok
pemberdayaan Hutan Produksi Terbatas.
Saran
Sebaiknya, kegiatan praktik yang di lapangan sesuai dengan prosedur kerja
yang telah ditetapkan sehingga pekerjaan yang dilakukan lebih efisien. Untuk
beberapa sarana dan prasarana pada ekowisata lebih dikembangkan lagi agar
semakin menarik minat pengunjung.
35
36
36
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Hasbi. 2010. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Sengon
Pt Abhirama Kresna dengan Metode Eoq. Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Hasil Pengukuran Dan Pemancangan Batas Areal Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Tahun 2019 UPT. KPH Wilayah XIV Sidikalang
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Unit VIII Dairi Pada UPT.
KPH Wilayah XIV Dairi Pada UPT. KPH Wilayah XIV Sidikalang
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2020 UPT. Kesatuan Pengelolaan Hutan
Wilayah XIV Dinas Kehutanan Privinsi Sumatera Utara.
36
37
LAMPIRAN
KPH Wilayah XI
Pandan Provinsi
Sumatera Utara
7. Selasa, 7 Juli 2020 Latihan Aplikasi KPH Wilayah Asep Perry M.
XI Pandan Athoriez, S.P.
37
38
ArcGIS
8. Rabu, 8 Juli 2020 Persiapan Bahan KPH Wilayah Asep Perry M.
Pembentukan XI Pandan Athoriez, S.P.
9. Kamis, 9 Juli 2020 Persiapan Bahan Patroli KPH Wilayah Asep Perry M.
Pengaman Hutan dan XI Pandan Athoriez, S.P.
Inventarisasi
Keanekaragaman Jenis
Pohon di Hutan
Lindung
10. Jum’at, 10 Juli 2020 Patroli Keamanan KPH Wilayah Asep Perry M.
Kawasan Hutan (Smart XI Pandan Athoriez, S.P.
Patroli)
11. Sabtu, 11 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -
(libur)
12. Minggu, 12 Juli 2020 Tidak ada kegiatan - -
(libur)
13. Senin, 13 Juli 2020 Izin Pinjam Pakai KPH Wilayah Asep Perry M.
Kawasan Hutan XI Pandan Athoriez, S.P.
(IPPHK)
14. Selasa, 14 Juli 2020 Inventarisasi Hutan KPH Wilayah Asep Perry M.
XI Pandan Athoriez, S.P.
15. Rabu, 15 Juli 2020 Kunjungan Ke Industri KPH Wilayah Asep Perry M.
Kayu Lapis (Plywood) XI Pandan Athoriez, S.P.
PT Mujur Timber
16. Kamis, 16 Juli 2020 Inventarisasi Jenis KPH Wilayah Asep Perry M.
Hutan Mangrove XI Pandan Athoriez, S.P.
17. Jum’at, 17 Juli 2020 Potensi Nilai Ekonomi KPH Wilayah Asep Perry M.
HHBK Madu Hutan XI Pandan Athoriez, S.P.
38
37
39
22. Rabu, 22 Juli 2020 Kerja Sama KPH KPH Wilayah Asep Perry M.
Wiliyah XI Pandan, XI Pandan Athoriez, S.P.
Dinas Pariwisata
(Kelompok Darwis),
Yayasan Ekosistem
Lestari dan Kelompok
Tani Hutan di Desa
Sait Kalangan II, Kec.
Tukka, Kab. Tapanuli
Tengah
23. Kamis, 23 Juli 2020 Survei Ekonomi dan KPH Wilayah Asep Perry M.
Kesehatan Lingkungan XI Pandan Athoriez, S.P.
Masyarakat di desa
Sigiring - giring
Menggunakan Aplikasi
Survei 123
24. Jum’at, 24 Juli 2020 Pemasangan Camera KPH Wilayah Asep Perry M.
Trap XI Pandan Athoriez, S.P.
28. Selasa, 28 Juli 2020 Penyusunan Laporan KPH Wilayah Asep Perry M.
PKL XI Pandan Athoriez, S.P.
29. Rabu, 29 Juli 2020 Penyusunan Laporan KPH Wilayah Asep Perry M.
PKL XI Pandan Athoriez, S.P.
30. Kamis, 30 Juli 2020 Penyerahan Laporan KPH Wilayah Asep Perry M.
PKL XI Pandan Athoriez, S.P.