Anda di halaman 1dari 12

Anotasi Putusan PTUN No: 6/G/2013/PTUN-YK

Oleh :

Josua Natanael Panjaitan 160512596

Juari Buluara 170512667

Gabriel Yuniven Vieri 170512684

Hukum Acara Perdilan Tata Usaha Negara

Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

2019
Pendahuluan

1. Kasus Posisi Putusan No: 6/G/2013/PTUN-YK


a. Identitas Para Pihak
Wiranto Hadisusila, S.P., kewarganegaraan Indonesia, bertempat
tinggal di Sompilan, RT.001/RW.26, Tegaltirto, Berbah, Sleman, DIY,
pekerjaan Pegawai Negeri Sipil; Pemohon Kasus dahulu
Pembanding/Penggugat; melawan Menteri Kehutanan Republik Indonesia,
tempat kedudukan di Gedung Mandala Wanabakti, Blok I lantai 4, lantai 4,
Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat; dam Kepala Balai
Pengelolaan Daerah Aliran sungai Serayu Opak Progo, tempat kedudukan di
Jalan Gedong Kuning 172 A, Yogyakarta.
b. Objek Gugatan
Pertama. Surat No S.02/Menhut-II/Peg/Rhs/2012, tertanggal 4 Januari
2013 yang ditandatangani oleh Kepala Biro Kepegawaian Kementrian
Kehutanan Republik Indonesia; Kedua, Keputusan Kepala Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo Nomor SK.01/BPDASSOP/2013
tentang Penetapan Personil dalam Jabatan Non Struktural dan Jabatan
Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak
Progo Tahun 2013, tertanggal 2 Januari 2013.
Rumusan Masalah

1. Bagaimana dasar hukum hakim dalam putusan PTUN Yogyakarta dalam perkara No:
6/G/2013/PTUN-YK dengan perkara ralat SK Menteri Kehutanan No: SK.48/Menhut-
II/RHS/2012 yang ditandatangani oleh Kepala Biro Kepegawaian Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia dan keputusan Kepala Balai Pengelolaan daerah aliran
sungai Serayu Opak Progo No: SK.01/BPDASSOP/2013 tentang penetapan personil
dalam Jabatan Non Struktural dan Jabatan Non Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo Tahun 2013?
2. Apakah Keputusan Tata Usaha Negara dari Tergugat sah atau tidak menurut peraturan
perundang-undangan dan AAUPB?
3. Apakah Penggugat berhak untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara?
Pembahasan

1. Dasar hukum hakim dalam putusan PTUN Yogyakarta dalam perkara No:
6/G/2013/PTUN-YK dengan perkara ralat SK Menteri Kehutanan No:
SK.48/Menhut-II/RHS/2012 yang ditandatangani oleh Kepala Biro Kepegawaian
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan keputusan Kepala Balai
Pengelolaan daerah aliran sungai Serayu Opak Progo No:
SK.01/BPDASSOP/2013 tentang penetapan personil dalam Jabatan Non
Struktural dan Jabatan Non Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Serayu Opak Progo Tahun 2013.

Penggugat dalam gugatannya telah mengajukan permohonan untuk


membatalkan Surat Keputusan Tata Usaha Negara No: S.02/Menhut-II/Peg/Rhs/2013,
terkait Ralat SK. Menteri Kehutanan No. SK.48/Menhut-II/Rhs/2012, tertanggal 4 atas
nama Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Sesuai dengan prinsip hukum
administrasi Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Badan Tata Usaha
Negara tidak boleh mengandung cacat yudistira dari segi prosedural/ formal-materiil
substansial dan wewenang dan tidak boleh melanggar AAUPB.
Penggugat memohon kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta agar
Surat Keputusan Objek Sengketa I dibatalkan dengan alasan bahwa Tergugat I dalam
menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa I a quo telah melanggar
peraturan perundang-undang yang berlaku serta AAUPB. Tergugat I menyangkal
dengan memberikan alasan bahwa Tergugat I dalam menerbitkan Surat Keputusan
Objek Sengketa I telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan
sesuai dengan AAUPB.
Penggugat mempertahankan dalil gugatannya dengan mengajukan surat-surat
bukti dengan tanda P – 1 sampai dengan P – 13 serta mengajukan 1 (satu) orang saksi
dan Tergugat I menyangkal dalil gugatan Penggugat mengajukan surat-surat bukti
dengan tanda T.1 – 1 sampai dengan T.1 – 24 yang diajukan pada Januari 2013 dan
ditandatangai oleh Kepala Biro Kepegawaian. Temuan majelis hakim, Tergugat I
mengeluarkan Surat No: S.02/Menhut-II/Peg/Rhs/2013 terkait Ralat SK. Menteri
Kehutanan No. SK. 48/Menhut-II/Rhs/2012 tertanggal 4 Januari 2012 yang telah
ditandatangani atas nama Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap legalitas keputusan Objek
Sengketa I menurut Pasal 53 ayat (2) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha yang
meliputi prosedur, administrasi, dan substansi.
Berdasarkan pemeriksaan fakta-fakta dan pertimbangan hukum di atas, maka
dari segi prosedural formal meupun dari substansi materiil penertiban Keputusan Tata
Usaha Negara Objek Sengketa I, Majelis Hakim berpendapat bahwa tindakan Tergugat
I tidak melanggar ketantuan-ketentuan, yaitu: Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia No: PP.44/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas
Kementerian Kehutanan, Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.
P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian dan Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia No: 55/Kpts-II/2003 tentang Kewenangan
Menetapkan dan Menandatangani Surat Keputusan dan Usul Pengangkatan,
Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negri Sipil Lingkup Departemen Kehutanan.
Tergugat I menertibkan Objek Sengketa I sesuai dengan kewenangan dan secara
formal prosedural maupun substansi materiil yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, maka Majelis Hakim berpendapat tidak ada AAUPB yang
dilanggar oleh Tergugat I, sehingga gugatan Penggugat dinyatakan ditolak.

2. Keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara dari Tergugat dari Tergugat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan AAUPB.

Dalam lingkungan hukum nasional dikenal sengketa badan negara dengan


individu yang disebabkan oleh putusan badan atau pejabat tata usaha negara yang
merugikan individu atau badan. Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-undang No 51Tahun
2009 tentang perubahan kedua atas Undang-undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara yang menegaskan bahwa, “Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
adalah badan atau pejabat tata usaha yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bersifat konkret,
individual, dan final yang berakibat hukum untuk seseorang atau badan hukum perdata.
Dalam membuat keputusan, badan tata usaha negara dituntut untuk memenuhi
kewenangan dan memperhatikan asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang
baik. Apabila putusan pejabat TUN tidak memperhatikan kedua hal tersebut dan dapat
merugikan pihak lain, sehingga keputusan tersebut apat diguggat ke pengadilan.
Berdasarkan asas tersebut dapat dianalisis keabsahan keputusan Tata Usaha Negara
yang menjadi objek dalam Surat No S.02/Menhut-II/Peg/Rhs/2013 terkait Ralat SK.
Menteri Kehutanan Nomor SK.48/Menhut-II/Rhs/2012 tertanggal 4 Januari 2013.
Tergugat I dan Tergugat II adalah Menteri Kehutanan dan Kepala Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo. Keduanya merupakan pejabat
Tata Usaha Negara yang merujuk Pasal 1 angka 8 Undang-undang No 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara yang menegaskan bahwa, “Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
adalah badan atau pejabat yang melakukan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Keputusan yang dibuat Menteri Kehutanan
Republik Indonesia sudah memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-undang No 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara yang menegaskan bahwa, “Keputusan Tata Usaha Negara
adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan bersifat konkret, individual, dan final yang
menimbulkan hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Memahami makna konkret, individual, dan final yang dapat menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata dalam Pasal 1 angka 9 Undang-
undang No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka penggugat menyampaikan hal
berikut, yaitu:
1) Konkret
Objek Keputusan Tata Usaha Negara tidak abstrak, tetapi berwujud dan dapat
ditentukan apa yang akan dilakukan. Tergugat I melakukan ralatt SK. Menteri
Kehutanan No SK.48/Menhut-II/Rhs/2012 tentang penjatuhan hukuman
disiplin atas nama Wiranto Hadisusila, S.P. (penggugat), NIP. 19741214
2002121 002, Pangkat Penata Muda Tk. 1 (III/b). Jabatan Penelaah dan
Penyusun Badan Pemantauan dan Evaluasi Kelembagaan BPDAS Serayu Opak
Progo, Unit Organisasi Direktorat Jendral BPDAS dan PS tertanggal 5 Oktober
2012 yang diterbitkan Tergugat I yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia No P.44/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Tata
Nakah Dinas Kementerian Kehutanan yang memiliki sasaran dan asas dari
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No P.44/Menhut-II/2010 dari
sasaran untuk kelancaran komunikasi tulis kedinasan dan kemudahan dalam
pengendalian dan Asas Pertanggungjawaban bahwa Penyelenggara Tata
Naskah Dinas dapat dipertanggungjawabkan dari isi, format, prosedur,
kearsipan, kewenangan, dan keabsahan. Objek perkara yang ditertibkan
Tergugat I, yaitu Surat Menteri Kehutanan S.02/Menhut-II/Peg/Rhs/2013
terkait ralat SK. Menteri Kehutanan No SK.48/Menhut-II/Rhs/2012 tertanggal
4 Januari 2013 yang ditandatangai atas nama Menteri Kehutanan Republik
Indonesia yang melanggar kelancaran komunikasi tulis kedinasan dan
kemudahan dalam pengendalian dan Asas Pertanggungjawaban bahwa
Penyelenggara Tata Naskah Dinas dapat dipertanggungjawabkan isi, format,
prosedur, kearsipan, kewenangan, dan keabsahan. Tergugat II tidak
menjalankan perintah Diktum Kesatu SK. Menteri Kehutanan No
SK.48/Menhut-II/Rhs/2012 secara terang dan jelas yang dilakukan oleh
Tergugat II dengan tidak mencantumkan nama Penggugat sebagai personil
jabatan non struktural dan jabatan fungsional lingkup Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Serayu Opak Progo tahun 2013 yang melihat objek perkara yang
ditertitkan oleh Tergugat II.
2) Individual
Keputusan Tata Usaha Negara tidak ditujukan untuk umum, tetapi ditujukan
kepada Penggugat.
3) Final1
Sudah definitif dan dapat menimbulkan akibat hukum di mana status hukum
Penggugat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jabatan Penelaah dan
Penyusun Badan dan Evaluasi Kelembagaan BPDAS Serayu Opak Progo
Yogyakarta yang diabaikan serta merta dari tanggal penetapannya tanpa ada
persetujuan dari intuisi atau instansi lain.
Dengan demikian, keabsahan putusan PTUN dalam Surat No S.02/Menhut-
II/Peg/Rhs/2013 perihal ralat SK. Menteri Kehutanan No SK.48/Menhut-II/Rhs/2012,
tertanggal 4 Januari 2013 yang ditandatangai oleh Kepala Biro Kepegawaian
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia atas nama Menteri Kehutanan Republik
Indonesia dan Keputusan Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak
Progo No SK.01/BPDASSOP/2013 tentang Penetapan Personil dalam Jabatan Non

1 Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2008. Hlm.314
Struktural dan Jabatan Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Serayu Opak Progo Tahun 2013 tertanggal 2 Januari 2013 di pengadilan TUN
Yogyakarta yang dinyatakan absah dan memenuhi ketentuan AAUPB.

3. Penggugat berhak untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara

Sengketa Tata Usaha Negara memiliki subjek dan objek. Subjek dalam sengketa
Tata Usaha Negara merupakan orang atau badan hukum privat sebagai penggugat dan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di lain pihak sebagai tergugat. Objek sengketa
Tata Usaha Negara adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara. Namun, di dalam kasus ini apakah penggugat memiliki hak sebagai
subjek untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.
Berdasarkan Pasal 53 ayat (1) menyatakan bahwa seseorang atau badan hukum
perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara
dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan berwenang yang berisi tuntutan
agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan dibatalkan atau tidak sah
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi atau rehabilitasi. Penjela 2san Pasal 53
ayat (1) UU Peradilan TUN pada intinya, yaitu:
1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4, maka hanya orang atau badan
hukum perdata yang berkedudukan sebagai subjek hukum yang dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara untuk
menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menggugat Keputusan Tata
Usaha Negara.
3. Hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena
oleh akibat hukum Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dan
karenanya yang bersangkutan merasa dirugikan diperbolehkan
menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.

2Dr. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum., Teori dan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta: Cahaya
Atma Pustaka, 2015, hlm. 17.
Kesimpulan

Hakim dalam putusan PTUN Yogyakarta dalam perkara No: 6/G/2013/PTUN-YK


dengan perkara ralat SK Menteri Kehutanan No: SK.48/Menhut-II/RHS/2012 yang
ditandatangani oleh Kepala Biro Kepegawaian Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
dan keputusan Kepala Balai Pengelolaan daerah aliran sungai Serayu Opak Progo No:
SK.01/BPDASSOP/2013 tentang penetapan personil dalam Jabatan Non Struktural dan
Jabatan Non Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo
Tahun 2013 berpedoman pada Pasal 53 ayat (2) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Keputusan yang dibuat Menteri Kehutanan Republik Indonesia sudah memenuhi
ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-undang No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menegaskan
bahwa, “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bersifat konkret, individual, dan
final yang menimbulkan hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata dan Keputusan
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo No
SK.01/BPDASSOP/2013 tentang Penetapan Personil dalam Jabatan Non Struktural dan
Jabatan Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo
Tahun 2013 tertanggal 2 Januari 2013 di pengadilan TUN Yogyakarta yang dinyatakan absah
dan memenuhi ketentuan AAUPB.
Penggugat berhak untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara karena
telah memenuhi syarat dalam Pasal 53 ayat (1) UU Peradilan TUN pada intinya menyebutkan
bahwa :

1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4, maka hanya orang atau badan hukum
perdata yang berkedudukan sebagai subyek hukum saja yang dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menggugat Keputusan Tata Usaha
Negara.

2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan
Tata Usaha Negara untuk menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
3. Hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena oleh akibat
hukum Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dan karenanya yang
bersangkutan merasa dirugikan dibolehkan menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
Daftar Pustaka

Philipus M. Hadjon. 2008. Pengantar Humum Administrasi Indonesia. Yogyakarta: Gajah


Mada University.
Tjandra W. R. 2002. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Undang-undang No 51Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-undang No 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai