Oleh :
Fakultas Hukum
2019
Pendahuluan
1. Bagaimana dasar hukum hakim dalam putusan PTUN Yogyakarta dalam perkara No:
6/G/2013/PTUN-YK dengan perkara ralat SK Menteri Kehutanan No: SK.48/Menhut-
II/RHS/2012 yang ditandatangani oleh Kepala Biro Kepegawaian Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia dan keputusan Kepala Balai Pengelolaan daerah aliran
sungai Serayu Opak Progo No: SK.01/BPDASSOP/2013 tentang penetapan personil
dalam Jabatan Non Struktural dan Jabatan Non Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo Tahun 2013?
2. Apakah Keputusan Tata Usaha Negara dari Tergugat sah atau tidak menurut peraturan
perundang-undangan dan AAUPB?
3. Apakah Penggugat berhak untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara?
Pembahasan
1. Dasar hukum hakim dalam putusan PTUN Yogyakarta dalam perkara No:
6/G/2013/PTUN-YK dengan perkara ralat SK Menteri Kehutanan No:
SK.48/Menhut-II/RHS/2012 yang ditandatangani oleh Kepala Biro Kepegawaian
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan keputusan Kepala Balai
Pengelolaan daerah aliran sungai Serayu Opak Progo No:
SK.01/BPDASSOP/2013 tentang penetapan personil dalam Jabatan Non
Struktural dan Jabatan Non Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Serayu Opak Progo Tahun 2013.
2. Keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara dari Tergugat dari Tergugat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan AAUPB.
1 Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2008. Hlm.314
Struktural dan Jabatan Fungsional Lingkup Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Serayu Opak Progo Tahun 2013 tertanggal 2 Januari 2013 di pengadilan TUN
Yogyakarta yang dinyatakan absah dan memenuhi ketentuan AAUPB.
Sengketa Tata Usaha Negara memiliki subjek dan objek. Subjek dalam sengketa
Tata Usaha Negara merupakan orang atau badan hukum privat sebagai penggugat dan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di lain pihak sebagai tergugat. Objek sengketa
Tata Usaha Negara adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara. Namun, di dalam kasus ini apakah penggugat memiliki hak sebagai
subjek untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.
Berdasarkan Pasal 53 ayat (1) menyatakan bahwa seseorang atau badan hukum
perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara
dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan berwenang yang berisi tuntutan
agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan dibatalkan atau tidak sah
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi atau rehabilitasi. Penjela 2san Pasal 53
ayat (1) UU Peradilan TUN pada intinya, yaitu:
1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4, maka hanya orang atau badan
hukum perdata yang berkedudukan sebagai subjek hukum yang dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara untuk
menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menggugat Keputusan Tata
Usaha Negara.
3. Hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena
oleh akibat hukum Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dan
karenanya yang bersangkutan merasa dirugikan diperbolehkan
menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
2Dr. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum., Teori dan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta: Cahaya
Atma Pustaka, 2015, hlm. 17.
Kesimpulan
1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4, maka hanya orang atau badan hukum
perdata yang berkedudukan sebagai subyek hukum saja yang dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menggugat Keputusan Tata Usaha
Negara.
2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan
Tata Usaha Negara untuk menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
3. Hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena oleh akibat
hukum Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dan karenanya yang
bersangkutan merasa dirugikan dibolehkan menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
Daftar Pustaka